View
234
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
i
ASUHAN KEBIDANAN KB SUNTIK 3 BULANAN DMPA PADA
Ny. S P1A0 UMUR 29 TAHUN DENGAN AMENOREA
DI BPS SUMINTEN MANTINGAN NGAWI
TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh :
EKA FILANTIKA
B11 075
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Asuhan Kebidanan KB Suntik 3 bulanan
DMPA dengan amenorea”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk
memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program studi D
III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu dra. Agnes Sri Harti M,Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta
2. Ibu Retno Wulandari SST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Ambarsari SST, selaku Dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Suminten Amd.Keb, selaku pimpinan di BPS Suminten Mantingan Ngawi
yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.
5. Ny. S yang bersedia menjadi pasien dalam pengambilan kasus ini.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dan memperoleh referensi
dalam penulisan Karya Tulis Ilmiyah.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itupenulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya.
SemogaKarya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaatbagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2014
Penulis
v
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014
Eka Filantika
B11075
ASUHAN KEBIDANAN KB SUNTIK 3 BULANAN DMPA
PADA NY.S P1A0 UMUR 29 TAHUN DENGAN AMENOREA DI BPS
SUMINTEN MANTINGAN NGAWI
TAHUN 2014
(xi + 66 halaman + 12 lampiran + 1 tabel )
INTISARI
Latar Belakang : Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, secara nasional pengguna KB suntik sebanyak 16.791.047 (46,84%) akseptor, dan di Kabupaten Ngawi peserta KB suntik 11.472 (44,5%) akseptor, pada pengggunaan KB suntik terdapat berbagai efek samping yang timbul salah satunya adalah amenorea. Jumlah pengguna KB suntik di BPS Suminten Mantingan Ngawi sebanyak 506 akseptor, yang mengalami efek samping dari KB suntik 3 bulanan 155 akseptor (42,5%), dan yang mengalami amenorea sejumlah 36 akseptor (23,2%).
Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea sesuai dengan manajemen 7 langkah Varney, menganalisis kesenjangan antara teori dengan kasus nyata dilapangan yang diberikan pada Ny. S P1A0 umur 29 tahun dengan amenorea.
Metodologi : Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif, lokasi pengambilan kasus di BPS Suminten Mantingan Ngawi, subyek studi kasus KB suntik 3 bulanan DMPA Ny. S P1A0 umur 29 tahun dengan amenorea, waktu studi kasus pada tanggal 7 Maret-12 April 2014, teknik pegumpulan data yang digunakan yaitu data primer (pemeriksaan fisik, wawancara, dan observasi) dan data sekunder (studi dokumentasi dan kepustakaan), instrumen yang digunakan adalah format Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana.
Hasil : Setelah dilaksanakan asuhan kebidanan mulai tanggal 7 Maret-12 April maka didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda vital sign normal, KIE sudah diberikan, dan ibu mengerti bahwa amenorea merupakan salah satu efek samping KB suntik sehingga kecemasan ibu teratasi dan ibu mendapatkan menstruasi.
Kesimpulan : Dari asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny. S akseptor KB suntik 3 bulanan dengan amenorea maka tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, KB suntik DMPA, amenorea. Kepustakaan : 25 literatur ( 2004-2013)
vi
MOTTO
à Bersikaplah kukuh seperti batu karang yang tidak putus-putusnya dipukul
ombak. Ia tidak saja tetap berdiri kukuh, bahkan ia menentramkan amarah
ombak dan gelombang itu (Marcus Aurelius).
à Kita semua hidup dalam ketegangan, dari waktu ke waktu, serta dari hari
kehari, dengan kata lain kita adalah pahlawan dari cerita kita sendiri
(Marry Mccarthy).
à Orang yang paling aku sukai adalah dia yang menunjukkan kesalahanku
(Khalifah Umar).
à Kita melihat kebahagiaan itu seperti pelangi, tidak pernah berada diatas
kepala kita sendiri, tetapi selalu berada diatas kepala orang lain (Thomas
Hardy).
à Apa yang telah berlalu, sudah berlalu dan apa yang telah pergi tidak akan
kembali. Oleh karena itu jangan pikirkan apa yang telah berlalu, karena
sesungguhnya ia telah pergi dan tidak akan kembali (Kahlil Gibran).
PERSEMBAHAN
v Dengan segala rendah hati, Karya Tulis
Ilmiah ini ku persembahkan :
v Allah SWT penguat hati yang super luar
biasa.
v Bapak dan Ibu tercinta terima kasih atas
doa restunya dan cinta kasihnya yang tulus
dan tiada putus selama ini.
v Adikku tercantik Indhira Putri yang selalu
membuatku rindu untuk pulang selama aku
belajar STIKes Kusuma Husada Surakarta.
v Teman–teman seperjuangan yang telah
berpartisipasi membantu dalam pembuatan
Karya Tulis Ilmiah ini.
v Almamater tercinta.
vii
CURICULUM VITAE
Nama : Eka Filantika
Tempat/ Tanggal Lahir : Ngawi, 08 September 1992
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kampung Baru RT 02/01, Jatimulya, Mantingan,
Ngawi
Riwayat Pendidikan
1. SD N 1 Kedungharjo, Mantingan, Ngawi LULUS TAHUN 2005
2. SMP N 1 Mantingan, Ngawi LULUS TAHUN 2008
3. SMU N 1 Sambungmacan, Sragen LULUS TAHUN 2011
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................... iv
INTISARI ............................................................................................. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................... vi
CURICULUM VIATE ......................................................................... vii
DAFTAR ISI ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................ xi
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus .................................................................... 3
1. Umum .................................................................................... 3
2. Khusus ................................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus .................................................................. 5
E. Keaslian Studi Kasus .................................................................. 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................. 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ................................................................................ 9
1. Definisi Keluarga Berencana ................................................. 9
2. Kontrasepsi ............................................................................. 9
3. Macam Metode Kontrasepsi .................................................. 13
ix
4. Kontrasepsi Suntik .................................................................. 14
5. Amenorea ............................................................................... 20
B. Teori Manajemen Kebidanan ..................................................... 22
C. Landasan Hukum ........................................................................ 37
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus ........................................................................ 40
B. Lokasi Studi Kasus ..................................................................... 40
C. Subyek Studi Kasus .................................................................... 40
D. Waktu Studi Kasus ..................................................................... 40
E. Instrumen Studi Kasus ............................................................... 41
F. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 41
G. Alat-alat yang Dibutuhkan ......................................................... 43
H. Jadwal Penelitian ......................................................................... 43
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
A. Tinjauan Kasus ........................................................................... 45
B. Pembahasan ................................................................................ 59
BAB III. METODELOGI PENELITIAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 64
B. Saran ........................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Riwayat Obstetri .............................................................................. 46
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Pengambilan Data Awal
Lampiran 3. Surat Balasan Pengambilan Data Awal
Lampiran 4. Surat Permohonan Penggunaan Lahan
Lampiran 5. Surat Balasan Penggunaan Lahan
Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 7. Informed Concent
Lampiran 8. Format Askeb Keluarga Berencana SAP
Lampiran 9. Lembar Observasi
Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan
Lampiran 11. Leaflet
Lampiran 12. Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan dalam rangka mengatur
jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah
Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok
Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.
Keberhasilan program KB dapat diukur dengan melihat cakupan KB aktif dan
KB baru. Cakupan KB aktif menggambarkan proporsi PUS yang sedang
menggunakan alat atau metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS yang ada.
Sedangkan cakupan KB baru adalah jumlah PUS yang baru menggunakan
alat atau metode kontrasepsi terhadap jumlah PUS (Depkes RI, 2012).
Secara nasional PUS pada tahun 2012 sebanyak 46.921.765 PUS dan
jumlah peserta KB aktif sebanyak 35.845.289 (76,4%). Bersadarkan data
menurut metode kontrasepsi didapatkan pengguna KB IUD sebanyak
4.132.672 (11,53%), KB MOW sebanyak 1.249.929 (3,49%), KB MOP
sebanyak 249.870 (0,7%), KB implan sebanyak 3.288.557 (9,17%), KB
kondom 1.123.606 (3,13%), KB suntikan sebanyak 16.791.047 (46,84%),
serta peserta KB Pil sebanyak 9.009.608 (25,14%) (Depkes RI, 2012).
Jumlah pencapaian KB baru menurut alat kontrasepsi tahun 2011 di
Kabupaten Ngawi, sebanyak 25.764. Dari jumlah tersebut diantaranya
pengguna KB IUD sebanyak 6.554 (25,4%), peserta KB Implan 3.647
2
(14,2%), peserta KB MOW 221 (0,9%), peserta KB suntik 11.472
(44,5%), peserta KB Pil 2.858 (11,1%), peserta KB kondom 1.012 (3,9%)
(Dinkes Ngawi, 2012).
Menurut Hartanto (2007), KB suntik adalah suatu metode kontrasepsi
hormonal untuk wanita yang mampu melindungi seorang wanita terhadap
kemungkinan hamil yang diberikan secara suntikan. Terdapat berbagai efek
samping pada KB suntik antara lain gangguan haid, bertambahnya berat
badan, sakit kepala, efek metabolik dan efek pada sistem reproduksi. Salah
satu efek samping pemberian kontrasepsi suntik yang sering menimbulkan
gangguan haid yaitu amenorea. Amenorea adalah gangguan haid yang
biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan
(Saifuddin, 2013). Amenorea apabila tidak segera ditangani akan
menyebabkan penambahan berat badan, stres dan depresi (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan survey studi pendahuluan pada tanggal 01 November
2013 diperoleh hasil data bulan Januari sampai Oktober 2013 jumlah
akseptor KB di BPS Suminten Mantingan Ngawi sebanyak 506 akseptor,
terdiri dari KB suntik 428 akseptor (84,6%), KB Pil 40 akseptor (7,9%), KB
IUD 14 akseptor (2,8%), KB Implan 19 akseptor (3,7%) dan Kondom 5
akseptor (1%). Pengguna KB Suntik 3 bulanan 365 akseptor (85,3%), KB
suntik 1 bulanan 63 akseptor (14,7%), Dari data tersebut didapat akseptor KB
suntik 3 bulanan yang tidak mengalami efek samping 210 akseptor (57,5%),
dengan efek samping dari KB 3 bulanan 155 akseptor (42,5%), terdiri dari
yang mengalami kenaikan berat badan sebesar 77 akseptor (49,7%), yang
3
mengalami spotting 42 akseptor (27,1%) yang mengalami amenorea
sejumlah 36 akseptor (23,2%).
Berdasarkan dari data diatas KB suntik 3 bulanan merupakan alat
kontrasepsi yang pemakaiannya sangat diminati oleh masyarakat, dan
amenorea adalah salah satu efek samping yang banyak terjadi dimasyarakat.
Banyak wanita yang mengalami amenorea kemudian menyebabkan
kekhawatiran karena tidak mendapatkan menstruasi. Hal ini menjadikan
penulis tertarik untuk mengkaji lebih detail mengenai amenorea melalui
penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Kebidanan KB suntik 3
bulanan DMPA pada Ny. S PIA0 umur 29 tahun dengan Amenorea di BPS
Suminten Mantingan Ngawi Tahun 2014”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat
ditarik perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana
penatalaksanaan Asuhan Kebidanan KB suntik 3 bulanan DMPA pada Ny. S
P1A0 umur 29 tahun dengan amenorea di BPS Suminten Mantingan Ngawi
dengan menggunakan managemen 7 langkah Varney?”
C. Tujuan Studi Kasus
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan kebidanan KB suntik 3 bulanan DMPA dengan
amenorea di BPS Suminten Mantingan Ngawi sesuai dengan managemen
7 langkah Varney.
4
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu :
1) Melakukan pengkajian menyeluruh pada Ny. S P1A0 umur 29 tahun
akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea
2) Menginterpretasikan data yang meliputi diagnosa kebidanan,
masalah dan kebutuhan pada Ny. S P1A0 umur 29 tahun akseptor
KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea
3) Menentuan diagnosa potensial pada Ny. S P1A0 umur 29 tahun
akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea
4) Mengantisipasi penanganan atas tindakan pada Ny. S P1A0 umur 29
tahun akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea
5) Menyusun rencana asuhan kebidanan pada Ny. S P1A0 akseptor KB
suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea
6) Melaksanakan rencana asuhan kebidanan yang telah disusun pada
Ny. S P1A0 akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny.
S P1A0 umur 29 tahun akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan
amenorea
b. Penulis mampu menganalisis kesenjangan antara teori dengan kasus
nyata dilapangan pada Ny. S P1A0 umur 29 tahun akseptor KB suntik 3
bulanan DMPA dengan amenorea
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah pada Ny. S
P1A0 umur 29 tahun akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan
amenorea
5
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi diri sendiri
Menambah pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman nyata dalam
memberikan asuhan kebidanan Keluarga Berencana pada akseptor KB
suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea.
2. Bagi profesi
Sebagai bahan informasi pada pelayanan kebidanan, serta dapat
menjadi pertimbangan upaya peningkatan mutu dalam memberikan asuhan
kebidanan akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea.
3. Bagi institusi
a. BPS
Memberikan masukan terhadap pelaksanaan dan meningkatkan
mutu serta pelayanan di BPS terutama pada Asuhan Kebidanan
akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea.
b. Pendidikan STIKes Kusuma Husada
Sebagai bahan bacaan atau referensi sehingga dapat menambah
ilmu pengetahuan. Serta bahan masukan dalam proses belajar mengajar
tentang Asuhan kebidanan akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA
dengan amenorea
6
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus tentang KB suntik 3 bulanan dengan amenorea pernah dilakukan
oleh :
1. Rika Margiyanti (2013), dengan judul “Asuhan Kebidanan KB suntik 3
bulanan pada Ny. W dengan amenorea di BPS Siti Murwani Batuwarno
Wonogiri “. Asuhan yang diberikan yaitu memberikan KIE tentang efek
samping KB suntik dan memberikan Pil Andalan 28 tablet 0,03 mg
Ethinylestradiol dan 0,15 mg Levonorgestrel, tetapi cukup diminum 3 x 1
tablet dari hari 1 – 3 1 x 1 tablet mulai hari ke empat selama 4-5 hari.
Hasilnya setelah diberikan asuhan yang menyeluruh lamanya 1 minggu
adalah keadaan ibu baik, amenorea teratasi sehingga kecemasan juga
teratasi dan ibu sudah mendapatkan haid kembali.
2. Sutrisni Ningsih (2013), dengan judul “Asuhan Kebidanan KB Suntik
Cyclofem pada Ny. T dengan amenorea di Klinik Griya Husada 2
Karanganyar”. Asuhan yang diberikan yaitu memberi KIE tentang efek
samping dari KB suntik Cyclofem, KIE tentang amenorea, ibu dihadapkan
untuk menjaga personal hygiene serta mengkonsumsi makanan yang
bergizi dan memberikan terapi 1 siklus pil kombinasi Etynilestradiol 25
mg 3 kali sehari untuk 3 hari. Hasilnya setelah pelaksanaan tindakan
dilakukan evaluasi hasil selama 5 hari yaitu keada ibu baik, tidak ada
kecemasan, ibu mengerti bahwa hal dialami merupakan efek samping dari
KB sutik, ibu merasa senang karena sudah bisa haid kembali dan ibu tetap
menggunakan KB suntik Cyclofem.
7
Perbedaan studi kasus dengan keaslian terletak pada subjek, waktu dan
tempat serta asuhan yang diberikan. Persamaan dalam studi kasus ini adalah
pada jenis studi kasus, instrumen studi kasus, dan teknik pengumpulan data
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara menyeluruh dari penulisan Karya Tulis
Ilmiah (KTI) ini dibuat sistematika penulisan meliputi :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam Bab ini penulis menjelaskan tentang latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan, manfaat, keaslian studi
kasus, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang landasan teori yang terdiri dari : definisi
keluarga berencana, pengertian kontrasepsi, pola dasar
penggunaan kontrasepsi, macam metode kontrasepsi kontrasepsi
metode sederhana, metode kontrasepsi hormonal, metode
kontrasepsi dengan alat kontrasepsi dalam rahim, metode
kontrasepsi mantap, pengertian kontrasepsi suntik, jenis
kontrasepsi suntik, cara kerja KB suntik 3 bulanan, keuntungan
kontrasepsi DMPA, kerugian kontrasepsi DMPA, indikasi
menggunakan kontrasepsi suntikan DMPA, kontraindikasi
kontrasepsi suntikan DMPA, waktu mulai suntikan, cara
penggunaan kontrasepsi suntik, efek samping penggunaan
kontrasepsi suntik DMPA, definisi amenorea, penyebab,
penanganan, teori manajemen kebidanan yang berisi tentang
pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi,
8
perencanaan asuhan, implementasi data, dan evaluasi dengan
data perkembangan menggunakan SOAP, landasan hukum dan
informed consent.
BAB III METODOLOGI STUDI KASUS
Bab ini menjelaskan jenis studi yang digunakan, lokasi, subyek,
waktu, dan instrumen laporan kasus, teknik pengumpulan data
serta alat-alat yang dibutuhkan dan jadwal penelitian.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang tinjauan kasus dan pembahasan. Tinjauan
kasus ini berisi tentang pengkajian, interpretasi data, diagnosa
potensial, tindakan segera, pelaksanaan, evaluasi serta data
perkembangan SOAP dari kasus akseptor KB suntik 3 bulanan
DMPA dengan amenorea. Sedangkan dalam pembahasan
penulis menjelaskan tentang masalah-masalah atau kesenjangan
antara teori dan praktek yang ditemukan dilapangan.
BAB V PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan
jawaban dari tujuan dan merupakan inti dari pembahasan kasus
akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea.
Sedangkan saran merupakan alternative pemecahan masalah dan
tanggapan dari kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Definisi Keluarga Berencana
Menurut Sulistyawati (2011), definisi tentang KB adalah :
1. Upaya peningkatan keperdulian masyarakat dalam mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No.10/1992).
2. Keluarga Berencana (family planning/ planned parenthood) merupakan
suatu usaha menjarangkan jumlah dan jarak kehamilan dengan
menggunakan kontrasepsi.
3. Menurut WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yang membantu
individu / pasutri untuk mendapatkan obyektif-obyektif tertentu,
menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2. Kontrasepsi
a. Pengertian
Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah kehamilan, upaya ini dapat
bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen,penggunaan
kontrasepsi merupakan salah satu variable yang mempengaruhi
fertilita(Purwaningsih dan Fatmawati,2010).
10
b. Pola dasar penggunaan kontrasepsi
Menurut Sulistyawati (2011), perencanaan menuju keluarga kecil
bahagia dan sejahtera dibagi atas tiga masa menurut usia reproduksi
istri sebagai berikut:
1) Masa menunda kehamilan, bagi pasangan usia subur dengan istri
usia dibawah 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilan.
a) Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan.
(1) Reversibilitas tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat
terjamin hampir 100%. Hal ini penting karena dalam waktu
periode ini akseptor belum mempunyai anak.
(2) Efektivitas relatif tinggi, hal ini penting karena kegagalan
akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi
dan kegagalan ini merupakan kegagalan program.
b) Kontrasepsi yang cocok
Sesui dengan ciri - ciri yangdiperlukan, maka prioritas pertama
kontrasepsi yang disarankan adalah Pil, kemudian disusul oleh
AKDR, dan selanjutnya dengan cara sederhana.
c) Alasan
(1) Umur dibawah 20 tahun adalah usia dimana sebaiknya tidak
memiliki anak dahulu karena berbagai alasan.
(2) Prioritas penggunaan kontrasepsi Pil oral karena peserta
masih muda.
11
(3) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena usia
muda masih sering melakukan hubungan seksual (frekuensi
tinggi) sehingga angka kegagalan tinggi.
(4) Penggunaan AKDR mini bagi yang belum mempunyai anak
pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta
dengan kontraindikasi terhadap pil.
2) Masa mengatur kesuburan / menjarangkan kehamilan
a) Ciri- ciri kontrasepsi yang diperlukan
(1) Efektivitas cukup tinggi
(2) Reversibilitas cukup tinggi, karena akseptor masih berharap
memiliki anak.
(3) Dapat dipakai 3-4 tahun, yaitu sesuai dengan jarak kelahiran
yang direncanakan.
(4) Tidak menghambatproduksi ASI.
b) Sepsi yang cocok
Sesuai dengan ciri-ciri kontrasepsi yang diperlukan, maka
prioritas utama kontrasepsi yang disarankan pada periode ini
adalah AKDR, disusul Pil, suntik, cara sederhana, susuk KB, dan
kontrasepsi mantap.
c) Alasan
(1) Usia antara 20-30 tahun merupakan usia yang baik untuk
mengandung dan melahirkan,
12
(2) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai
AKDR sebagai pilihan utama.
(3) Kegagalan yang menyebabkan kehamilan yang cukup tinggi,
namun disini tidak / kurang berbahaya karena yang
bersangkutan berada pada usia yang baik untuk mengandung
dan melahirkan.
(4) Kegagalan kontrasepsi bukan karena kegagalan program.
3) Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi)
a) Ciri – ciri kontrasepsi yang diperlukan
(1) Efektivitas sangat tinggi. Kegagalan dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi pada ibu dan anak,
disamping itu akseptor tidakdiharapkan untuk memiliki anak
lagi.
(2) Resersibilitas rendah
(3) Dapat dipakai untuk jangka panjang
(4) Tidak menambah kelainan yang sudah ada. Pada usia tua
terdapat kelainan seperti penyakit jantung, darah tinggi,
keganasan, dan gangguna metabolik meningkat.
b) Kontrasepsi yang cocok
Prioritas kontrasepsi yang disarankan pada masa ini adalah
adalahkontrasepsi mantap (tubektomi/ vasektomi), disusul susuk
KB, AKDR, suntik Pil, dan cara sederhana.
13
c) Alasan
(1) Usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil / tidak
punya anak lagi karena alasan medis atau alasan lainnya.
(2) Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap, susuk KB atau
AKDR, dapat merupakan pilihan lainnyaapabila belum
tersedia dengan kontap.
(3) Dalam kondisi darurat maka kontrasepsi mantap lebih cocok
dipakai dan relatif lebih baik untuk arti mnegakhiri kesuburan
dibandingkan dengan susuk KB, AKDR maupun suntik.
(4) Pil kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan
adanya kemungkinan timbulnya efek samping dan
komplikasi.
3. Macam Metode Kontrasepsi
Menurut Handayani (2010), macam metode kontrasepsi :
a. Metode KontrasepsiSederhana
1) Tanpa alat
a) Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenorhoe
Laktasi (MAL), Coitus Interuptus, Metode kalender, Metode
Lendir Serviks(MOB), Metode suhu Basal dan lendir servik.
b) Metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu : Kondom,
diagfragma, cup servik dan spermisida.
14
2) Metode Kontrasepsi Hormonal
a) Kombinasi mengandung hormon progesteron dan estrogen
sintetik terdapat pada pil dan suntikan / injeksi.
b) Berisi progesteron saja terdapat pada pil, suntik, dan implan.
b. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR
yang mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang
tidakmenggunakan hormon.
c. Metode Kontrasepsi Mantap
1) Metode Operatif Wanita (MOW)
Sering disebut juga dengan tubektomi karena prinsip metode ini
adalah memotong atau mengikat saluran tuba / tubaa falopi.
2) Metode Operatif Pria (MOP)
Sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat
saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasikan.
d. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode Kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam
yaitu Pil dan AKDR.
4. Kontrasepsi Suntik
a. Pengertian
Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan
penyuntikan sebagai usaha pencegahan kehamilan pada wanita usia
subur berupa hormon progesterone dan estrogen (Sapada, 2012).
15
b. Jenis Kontrasepsi Suntik
Jenis-jenis kontrasepsi suntik menurut Hartanto (2005), dibagi menjadi
2 jenis antara lain :
1) Kontrasepsi Suntikan Kombinasi(Cyclofem) adalah 25 mg Medroxy
Progesteron Asetat dan 5 mg Estradiol Sipinot yang diberikan
injeksi secara intra mascular setiap 1 bulan sekali.
2) Kontrasepsi Suntikan Progestin
a) Depo Medroxy Progesteron Asetat (DMPA),mengandung 150
DMPA yang diberikan tiga bulan dengan cara disuntik
intramascular.
b) Norestisteron Enentat(Depo Noresterat)mengandung 200 mg
Noretindron dan diberikan 2 bulan sekali dengan cara disuntikan
intramascular.
c. Cara Kerja KB suntik DMPA
Menurut Saifuddin(2013), cara kerja KB suntik:
1) Mencegah ovulasi
2) Membuat lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi
sperma
3) Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
d. Keuntungan kontrasepsi DMPA
Menurut Saifuddin(2013), keuntungan kontrasepsi DMPA meliputi :
1) Sangat efektif
16
2) Pencegahan kehamilan jangka panjang
3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami-istri
4) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah
5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
6) Sedikit efek samping
7) Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai
perimenopouse
8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik
e. Kerugian kontrasepsi DMPA
Menurut Saifuddin (2013), kerugian kontrasepsi DMPA yaitu :
1) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti siklus haid yang
memendek atau memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit,
perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak, tidak haid sama
sekali
2) Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.
3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut
4) Penambahan berat badan merupakan efek samping tersering
5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular
seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6) Kemungkinan terlambatnya kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
17
f. Indikasi menggunakan kontrasepsi suntikan DMPA
Menurut Saifuddin (2013), yang dapat menggunakan kontrasepsi
suntikan DMPA yaitu :
1) Usia reproduksi
2) Nulipara dan yang belum mempunyai anak
3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.
4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui
6) Setelah abortus atau keguguran
7) Telah banyak anak,tetapi belum menghendaki tubektomi
8) Perokok
9) Anemia defisiensi besi
10) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
g. Kontraindikasi kontrasepsi suntikan DMPA
Menurut Saifuddin (2013), yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi
DMPA yaitu :
1) Hamil atau diduga hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid (amenorea)
4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara
5) Diabetes melitus disertaikomplikasi
18
h. Waktu mulai suntikan
Menurut Handayani (2010), waktu mulai suntikan adalah :
1) Injeksi awal
a) Hari ke 1 sampai 7 dari siklus haid
b) Setiap saat selama siklus haid dimana anda merasa yakin bahwa
pasien tersebut tidak hamil
c) Postpartum
(1) segera jika tidak sedang menyusui
(2) Setelah 6 bulan jika menggunakan MAL
(3) Pasca aborsi : Segera atau dalam waktu 7 hari
2) Injeksi ulang, DMPA : Hingga 4 minggu lebih awal atau terlambat
i. Cara penggunaan kontrasepsi suntik
Menurut Handayani (2010), cara penggunaan kontrasepsi suntik :
1) Kontrasepsi DMPA diberikan tiap 3 bulan dengancara disuntik Intra
mascular didalam pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu
dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak
bekerja segera dan efektif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. didalam
daerah pantat.
2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol. Biarkan
kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering baru disuntik.
3) Kocok dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung-gelembung
udara.
19
j. Efek samping kontrasepsi suntik DMPA
Menurut Hartanto (2007), efek samping kontrasepsi suntik meliputi :
1) Gangguan haid
a) Pola haid yang normal dapat berubah menjadi : Amenorea,
perdarahan iraguler, perdarahan bercak atau spotting, perubahan
dalam frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang.
b) Insiden yang tinggi dari amenorea diduga berhubungan dengan
atropi endometrium. Sedangkan sebab-sebab dari perdarahan
iregular masih belum jelas, dan tampaknya tidak ada hubungan
dengan perubahan-perubahan dalam kadar hormone atau
histology endometrium.
c) KB suntik sering menyebabkan perdarahan, perdarahan bercak
dan amenorea.
d) Bila terjadi amenorea berkurangnya darah haid sebenarnya
memberikan efek yang menguntungkan yakni berkurangnya
insiden anemia.
e) Perdarahan hebat yang membahayakan akseptor jarang terjadi.
2) Berat badan yang betambah
a) Umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu besar bervariasi
antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama.
b) Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas tampaknya terjadi
karena bertambahnya lemak tubuh dan bukan karena retensi
cairan tubuh.
20
c) Hipotesa para ahli, KB suntik merangsang pusat pengendali
nafsu makan dan hipotalamusyang menyebabkan akseptor makan
lebih banyak dari biasanya.
3) Sakit kepala
Peristiwa sakit kepala terjadi pada < 1- 17% akseptor.
4) Efek metabolik
Depoprovera mempengaruhi metabolisme karbohidrat tetapi tidak
ditemukan terjadinya diabetes.
5) Efek padasistem reproduksi
a) Kembalinya kesuburan atau fertilitas
Rata-rata akseptor suntikan depoprovera memerlukan 1,5-3 bulan
lebih lama untuk kembali hamil dibandingkan pil oral atau IUD.
b) Efek pada fetus atau janin
Tidak ditemukan bertambahnya kelainan kongenital atau
prematuritas pada wanita hamil yang tanpa disengaja diberikan
Depoprovera maupun wanita yang hamil setelah efek terhadap
laktasi, bahkan dapat memperbaiki kuantitas ASI atau
memperbanyak produksi ASI atau memperbanyak produksi ASI.
5. Amenorea
a. Definisi amenorea
1) Amenorea adalah keadaan tidak haid untuk setidaknya 3 bulan
berturut-turut(Wiknjosastro,2008).
21
2) Amenorea adalah gangguan haid yang biasanya bersifat sementara
sementara dan sedikit sekali mengganggu kesehatan (Saifuddin,
2013).
3) Amenorea adalah tidak terjadinya haid, pastikan hal ini bukan karena
kehamilan (Hartanto, 2007).
b. Penyebab
1) Amenorea akibat kelainan ovarium
Hormon yang diproduksi oleh tumor ovarium adalah endrogen dan
estrogen. Androgen yang tinggi menekan sekresi genadotropin
menyebabkan amenorea.
2) Amenorea karena gangguan pada uterus dan pengeluaran darah haid,
rusaknya organ reproduksi sehingga darah haid terbentuk namun
mengalami gangguan dalam pengeluarannya(Saifuddin,2013).
c. Penanganan
Menurut Saifuddin (2013), penanganan amenorea yaitu :
1) Tidak perlu dilakukan tindakan apapun, cukup konseling saja.
2) Bila klien tidak dapat menerima kelainan haid tersebut, suntikan
jangan dilanjutkan, anjurkan pemakainan jenis kontrasepsi yang lain.
3) Bila tidak hamil, pengobatan apapun tidak perlu. Jelaskan, bahwa
darah haid tidakterkumpul dalam rahim. Nasehati untuk kembali
keklinik.
4) Bila telah terjadikehamilan, rujuk klien, hentikan penyuntikan.
5) Bila terjadi kehamilan ektopik, rujuk klien segera.
22
6) Jangan berikan terapi hormonal untuk menimbulkan perdarahan
karena tidak akan berhasil. Tunggu 3-6 bulan kemudian, bila tidak
terjadi perdarahan juga, rujuk ke klinik.
7) Jika klien memaksa ingin haid biasanya dengan alasan psikis. Dapat
diberikan terapi Pil KB kombinasi dosis 0,03 mg Ethynylestradiol
dan 0,15 mg Levonorgestrel, 3 x 1 tablet dari hari pertama sampai
ketiga, 1 x 1 tablet mulai hari keempat selama 4-5 hari biasanya akan
terjadi haid.
B. Teori Managemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan- penemuan, ketrampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang berfokus
pada klien (Varney, 2007).
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan,
dimulai dengan langkah pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi, langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap
sehingga dapat diaplikasikan dalam sebuah situasi, akan tetapi setiap langkah
tersebut bisa dipecah-pecah sehingga sesuaidengan kondisi pasien(Varney,
2007).
23
a. Langkah I: Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan data dasar untuk mengevaluasi
keadaan pasien.Data dasar ini dapat diperoleh melalui anamnesa, termasuk
riwayatkesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi
data subyektif dan obyektif (Varney, 2007).
a. Data Subyektif
Data subyektif adalah berisi tentang data dari pasien melalui anamnesa
(wawancara)yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau
masalah KB (Alimul, 2008).
1) Identitas klien dan suami
Menurut Nursalam(2009), terdiri dari :
a) Nama : Untuk mengenal pasien
b) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. Pada akseptor
KB suntik 3 bulanan itu dapat diberikan
padausia reproduksi dan pada usia > 35 tahun
sampai premenopouse (Saifuddin,2010).
c) Agama : Untuk memberikan motivasi pasien disesuaikan
dengan agamanya.
d) Suku Bangsa : Untuk mengetahui faktor pembawa ras.
e) Pendidikan : Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektual.
f) Pekerjaan : Ditanyakan untuk mengetahui keadaan sosial
ekonomi.
g) Alamat : Ditanyakan untuk mengetahui lingkungan
tempat tinggal.
24
2) Alasan datang
Alasan yang menyebabkan klien berobat (Wiknjosastro,2010).
Keluhan utama adalah yang dirasakan saat pemeriksaan
(Varney,2007). Pasien dengan amenorea mengeluh tidak
mendapatkan haid setelah menggunakan KB suntik 3 bulanan
(Hartanto, 2007).
3) Riwayat perkawinan
Untuk mengetahui klien dan lamanya perkawinan (Wheeler,2004).
4) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui lama mestruasi, banyak darah menstruasi,
keluahan-keluahan yang dirasakan pada waktu menstruasi. Hal ini
ditanyakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran mengenai
fungsi alat kontrasepsi (Nursalam, 2009). Pada kasus amenorea ibu
dikatakan mengalami efek samping KB suntik 3 bulanan setelah ibu
tidak mendapatkan haid selama 3 bulan berturut-
turut(Nursalam,2009).
5) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Untuk mengetahui apakah keadaan ibu saat hamil, berslin, nifasyang
lalu mengalami gangguan atau tidak(Wheeler, 2004).
6) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya pernah
menggunakan KB atau belum,jika pernah lamanya berapa bulan atau
tahun, dan jenis KB yang digunakan (Varney,2007). Pasien dengan
25
amenorea mempunyairiwayat menggunakan KB suntik
Depoprovera(Manuaba, 2008). Pada efek samping dengan amenorea
dapat ditemukan pad akseptor KB suntik 3 bulanan yang baru
maupunlama (Nursalam,2009).
7) Riwayat kesehatan
Meliputi riwayat penyakitsekarang dan dahulu, riwayat
penyakit sistemik untuk memastikan bahwa tidak ada kontra indikasi
pemakainan KB suntik seperti tekanan darah tinggi, jantung dan
diabetes melitus dengan komplikasi. Selain itu juga tentang riwayat
penyakit keluarga menurun dan menular, riwayat keturunan kembar
dan riwayat operasi (Nursalam,2009).
8) Riwayat kebiasaan sehari-hari
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan pasien sehari-hari
dalam menjaga kebersihan dirinya dan bagaimana pola makan
sehari-hari apakah terpenuhi gizinya atau tidak (Farrer,
2006).Kebisaan sehari-hari meliputi:
a) Nutrisi
Dalam mengkaji nutrisi perlu diketahui pola makan yang
dahulu dan sekarang berupa kualitas dan kuantitas frekuensi dan
porsi makan (Susilowati,2008). Hal ini untuk mengetahui apakah
amenorea yang terjadi disebabkan karena gangguan nutrisi
(Saifuddin,2010).
26
b) Eliminasi
Hal ini dikaji untuk mengetahui kebiasaan BAK dan BAB
menurut Alimul(2008), yang meliputi :
BAB : Dalam sehari berapa kali, konsistensi lunak atau cair.
BAK : Dalam sehari berapa kali,warna.
c) Istirahat
Yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan tidur
adalah berapa jamtidur dalam sehari dan apakah ada gangguan.
Pada amenorea tidakmempengaruhi pola istirahat sehari-
hari(Saifuddin,2010).
d) Aktivitas
Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan ibu sehari-
hari(Hartanto,2007). Pada akseptor KB suntik 3 bulanan dengan
amenorea tidak mempengaruhi aktivitas ibu sehari-
hari(Saifuddin, 2010).
e) Personal Hygiene
Untuk mengetahui kebiasaan hidup klien yang dapat
meningkatkan dan memperburuk derajad kesehatan klien. Yang
dikaji meliputi : Mandi, keramas, gosok gigi serta kebersihan
genetalia. Hal ini dapat membantu mengetahui apakah terjadi
infeksi pada alat genetalia pasien (Saifuddin, 2010).
27
f) Pola seksual
Untuk mengetahui kebiasaan hubungan seksual klien dengan
suami dan apakah terdapat kelainan atau selama hubungan
seksual ibu terganggu (Farrer,2006).
g) Riwayat Psikologis
Untuk mengetahuiadakah konflik mental atau
tidak(Prawiroharjo,2005).Untuk mengetahui perasaan ibu
menghadapi amenorea sekarang ini. Pada akseptor KB suntik 3
bulanan dengan amenorea ibu merasa cemas (Nursalam,2009).
b. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi
dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam,2009).Data-data tersebut
meliputi :
1) Status generalis
a) Keadaan umum
Untuk mengetahui keadaan umum ibu:
(1) Baik, maka akan ditemukan bahwa pasien kooperatif,
gerakannya terarah.
(2) Sedang, maka pasien merasa tegang dan sedikit cemas.
(3) Buruk, mungkin ditemukan kondisi yang tidak kooperatif,
bingung, gerakan tidak terarah, gemetar dan merasa sangat
cemas. Pada akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan
amenorea keadaan ibu baik (Nursalam,2009).
28
b) Kesadaran
Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu
(1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya,baik terhadap
dirinya maupun lingkungannya. Pasien dapat menjawab
pertanyaan pmeriksa dengan baik.
(2) Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapat pulih
bila dirangsang, tapi bila berhenti, pasien akan tertidur
kembali.
(3) Apatis adalah pasien tampak segan dan acuh tak acuh
terhadap lingkungannya.
(4) Koma adalah penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak
ada gerakan spontan dan tidak ada respon terhadap rangsang
nyeri. Pada akseptor Kb suntik 3 bulanan DMPA kesadaran
ibu composmentis(Prihardjo,2007).
c) Tanda Vital
Pemeriksaan tanda vital, sebagai berikut:
(1) Tekanan darah :Untuk mengetahui faktor resiko hipertensi
atau hipontensi dengan nilai satuan
mmHg.Keadaan sebaiknya antara 90/60
mmHg sampai 130/90 mmHg atau
peningkatan sistolik lebih dari 30 mmHg
dan peningkatan diastolic tidak lebih dari
15 mmHg dari keadaan pasien atau paling
sedikit pengukuran 2 kali berturut-turut
pada selisih 1 jam (Wiknjosastro, 2010).
29
(2) Suhu :Untuk mengetahui adanya infeksi, suhu
badan normal adalah 360C
- 370C.Bila suhu
tubuh lebih dari 38oC harus di curigai
adanya infeksi(Wiknjosastro,2010).
(3) Nadi :Untuk memberi gambaran kardiovaskuler
anemia. Denyut nadi normal 70x/menit
sampai 88x/menit (Saifuddin, 2013).
(4) Pernafasan : Di nilai sifat pernafasan dan bunyi nafas
dalam satu menit atau lebih dari 60x/menit
(Saifuddin,2013).
d) Tinggi badan
Untuk mengetahui tinggi badan pasien(Nursalam,2009).
e) Berat badan
Untuk mengetahui berat badan pasien pada akseptor KB suntik
dengan amenorea berat badan ibu meningkat (Nursalam, 2009).
2) Pemeriksaan Sistematis
Adalah pemeriksaan dengan melihat dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Meliputi :
a) Rambut :Untuk menilai warna, kelebatan, distribusi, dan
karakteristik lainya(Alimul,2008).
b) Muka :Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan,
adakah oedema atau flek-flek hitam
(Wiknjosastro,2010).
30
c) Mata :Conjungtiva warna merah muda atau
anemis,sklerawarna putih atau ikterik
(Alimul,2008).
d) Hidung :Untuk mengetahui apakah ada benjolan atau tidak
(Nursalam, 2009).
e) Telinga : Simetris atau tidak, bersih atau tidak,ada polip
atau tidak. Hal ini untuk mengetahui adanya
kelainan pada telinga(Nursalam,2009).
f) Mulut :Ada stomatis atau tidak, keadaan gigi ada
cariesatau tidak, gusi berdarah atau
tidak(Nursalam,2009).
g) Leher :Adakah pembesaran kelenjar gondok atau thyroid,
tidak ada benjolan atau tidak (Nursalam,2009).
h) Dada : Untuk mengetahui apakah ada retraksi dada
kanan kiri saat bernafas(Nursalam,2009).
i) Payudara :Apakah ada benjolan tumor dan apakah ukuran
simetris kanan kiri(Farrer,2006). Apakah puting
susu menonjol atau tidak(Nursalam,2009).
j) Axilla : Untuk mengetahui apakah ada benjolan pada
ketiak atau tidak, terdapat nyeri atau tidak
(Nursalam,2009).
k) Abdomen : Adakah luka bekas operasi atau tidak, adakah
benjolan atau tidak, adakah nyeri atau tidak,
31
palpasi dilakukan untuk mematikan tidak terjadi
kehamilan. Pada akseptor KB suntik tidak terjadi
kehamilan (Nursalam,2009).
l) Ekstermitas : Untuk mengetahui adanya odema atau tidak,
adakahvarices, reflek patellaatau tidak, betis
merah atau lembek atau keras
(Wiknjosastro,2010).
m) Genetalia :Untuk mengetahui daerah genetalia eksterna ada
atau tidak odema atauvarices, pembesaran
kelenjar bartholini, dan cairan yang keluar yang
berbau busuk atau tidak, berapa jumlah
perdarahan yang keluar(Saifuddin,2013).
n) Anus :Untukmengetahui adanya haemorroid atau tidak
(Hacker,2007).
3) Pemeriksaaan Penunjang
Di lakukan untuk mendukung penegakan diagnose seperti
pemeriksaan laboratorium, rontgen, ultrasonografi, dan lain-
lain(Varney,2007). Pemeriksaan laboratorium HB, bila ada gejala
anemi, PP test (Manuaba, 2008).
b. Langkah II : Interpretasi Data
Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan masalah yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa,
tetapi membutuhkan penangananya (Varney, 2007).
32
a. Diagnosa kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan dalam lingkup
praktik kebidanan(Varney, 2007).
Ny. X P..A..umur..tahunakseptor KB suntik 3 bulanan DMPAdengan
amenorea.
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan sudah menggunakan KB suntik 3 bulanan.
2) Ibu mengatakan cemas (Nursalam, 2009).
3) Ibu mengatakan tidak mendapatkan haid setelah menggunakan KB
suntik 3 bulanan (Hartanto, 2007).
Data Obyektif :
1) Keadaan umum baik (Nursalam,2009)
2) Kesadaran composmentis (Nursalam,2009)
3) Vital Sign Normal (Saifuddin, 2010)
4) Hasil palpasi tidak terjadi kehamilan
5) Hasil PP test negatif (-)
b. Masalah
Masalah yang berkaitan dengan pengalaman pasien yang ditemukan
dari hasil pengkajian atau yang menyertai diagnosa sesuai dengan
keadaan pasien. Masalah yang muncul pada kasus ini adalah ibu merasa
cemas karena tidak mendapatkan haid(Nursalam,2009).
33
c. Kebutuhan
Kebutuhan merupakan hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum
teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan
analisa data (Varney, 2007). Yaitu :
1) Penjelasan tentang efek sampingKB suntik 3 bulanan dengan
amenorea.
2) Memberi dukungan moril pada ibu.
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasikan masalah atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosamasalah yang sudah teridentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney,2007).
Diagnosa potensial pada kasus amenorea adalah akan menyebabkan
kenaikan berat badan, stres dan depresi (Depkes RI, 2006).
d. Langkah IV : Antisipasi
Pada langkah ini membutuhkan kesinambungan dan proses
manajemen kebidanan. Langkah ini mengidentifikasi perlu tindakan segera
yang mampu dilakukan mandiri atau dikonsultasikan atau ditangani
bersama dengan tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Disini bidan dituntut untuk dapat menentukan langkah diagnosa
34
potensial(Varney,2007).Pada kasus ini terapi yang dapat diberikan pada
pasien dengan amenorea adalah :
1. Pemberian tablet estradiol 25 mg 3 kali sehari untuk 3 hari.
2. 1 tablet pil oral kombinasi per hari untuk 14 hari
3. Berikan suntikan intramaskuler estrogen seperti 5 mg
estradiol(Hartanto, 2005).
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Pada langkah ini merupakan penyusunan rencana asuhan kebidanan
secara menyeluruh dengan tepat dan rasioal berdasarkan keputusan yang
dibuat pada langkah sebelumnya. Tindakan yang dapat dilakukan berupa
observasi, penyuluhan dan pengobatan. Setiap rencana harus disetujui oleh
kedua pihak yaitu bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien diharapkan juga melaksanakan rencana tersebut
(Varney,2007).
Rencana yang dapat dilakukan pada KB suntik DMPA dengan
amenorea adalah sebagai berikut :
a. Berikan KIE tentang amenorea
b. Beri terapi KB Pil kombinasi dengan dosis 0,03 mg Ethinylestradiol
dan 0,15 mg Levonorgstrel, 3 x 1 tablet dari hari pertama sampai hari
ketiga, 1 x 1 tablet mulai hari keempat selama 3-5 hari biasanya akan
terjadi haid (Saifuddin,2013).
35
6. Langkah VI: Implementasi
Langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang diuraikan
pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini
bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagianlagi oleh klien, atau
anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidakmelakukannya sendiri,
bidan tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(Varney, 2007). Pada langkah ini bidan melaksanakan langsung tindakan
yang telah direncanakan pada klien(Saifuddin, 2013).
7. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektivan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana
rencanatersebut dapat dianggap efektif jika memang benar dianggap
efektif dalam pelaksanaannya(Varney, 2007). Tujuan evaluasi adalah
adanya kemajuan pada pasien setelah dilakukan tindakan. Hasil akhir yang
diharapkan pada akseptor pada asuhan akseptor KB suntik depoprovera
dengan amenorea ini adalah :
a. Ibu sudah tahu bahwa amenorea adalah efek samping KB suntik 3
bulanan
b. Kecemasan ibu atau amenorea teratasi
c. Ibu tetap menggunakan KB suntik
d. Ibu sudah mendapatkan haidnya kembali.
36
DATA PERKEMBANGAN
Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP (Varney, 2007).
S : Subyektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui
anamnesa,
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil
laboratorium dirumuskan dalam data fokus untk mendukung asuhan.
A: Assesment
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan obyektif dalam suatu lingkungan identifikasi yang meliputi:
a. Diagnosa atau masalah
b. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
c. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau
kolaborasi dan atau rujukan sebagai langkah interpretasi data,
diagnosa potensial dan intervensi.
P : Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assesment sebagai langkah rencana tindakan, implementasi
dan evaluasi.
37
C. Landasan Hukum
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes)
No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan, kewenangan yang dimiliki bidan meliputi :
a. Pasal 9
1. Kewenangan normal
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.
2. Kewenangan dalam menjalankan program pemerintah
3. Kewenangan bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak
memiliki dokter.
b. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 9 huruf c,
berwenang untuk :
a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi
perempuan dan keluarga berencana; dan
b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.
c. Pasal 13
Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 11, dan
Pasal 12 Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang
melakukan pelayanan kesehatan meliputi:
a. Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan
memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit;
38
b. Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis
tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter;
c. Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan;
d. Melakukan pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan ibu
dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyuluhan lingkungan;
e. Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak sekolah dan anak
pra sekolah;
f. Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas;
g. Melaksanakan deteksi dini, merujuk dan memberikan penyuluhan
terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom,
dan penyakit lainnya;
h. Pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika,dan Zat Adiktif
lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan
i. Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah
(Kemenkes RI, 2010).
D. Informed Consent
Informed consent adalah persetujuan sepenuhnya yang diberikan oleh
pasien atau walinya yang berhak kepada bidan untuk melakukan tindakan
kebidanan sesuai kebutuhan terhadap pasien sesudah memperoleh informasi
lengkap dan dipahaminya mengenai tindakan itu.
Informed consent merupakan butir yang paling penting dalam
pencegahan konflik etik. Kalau informed consent gagal, maka butir
39
selanjutnya baru dipergunakan secara berurutan sesuai kebutuhan dan telah
mencakup segi hukum maupun kode etik. Oleh karena itu, bidan dituntut
untuk berbuat yang terbaik untuk pasiennnya sesuai kondisi dan kemampuan
yang dimilikinya (Mustika, 2006).
40
BAB III
METODOLOGI STUDI KASUS
A. Jenis Studi Kasus
Studi kasus adalah melakukan penelitian yang rinci tentang seseorang
atau suatu unit selama kurun waktu tertentu. Laporan ini merupakan studi
kasus dengan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan
tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi
keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2010).
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi studi kasus merupakan tempat dimana pengambilan kasus
tersebut dilaksanakan (Notoatmodjo, 2010). Lokasi studi kasus dilakukan di
BPS Suminten Mantingan Ngawi.
C. Subyek Studi Kasus
Dalam penulisan laporan kasus ini subyek merupakan hal atau orang
yang akan dijadikan sebagai pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2010).
Subyek studi kasus ini dilakukan pada Ny. S P1A0 umur 29 tahun akseptor
KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu adalah batas dimana studi kasus diambil (Notoatmodjo, 2010).
Studi kasus ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret – 12 April 2014.
41
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan untuk pengambilan
data (Notoatmodjo, 2010). Dalam kasus ini instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data adalah dengan menggunakan format Asuhan Kebidanan
Keluarga Berencana, data perkembangan SOAP, dan lembar observasi.
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Data primer adalah materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan
sendiri oleh peneliti pada saat berlangsungnya suatu penelitian
(Nursalam, 2009). Data primer dapat diperoleh dari :
a. Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2009), pemeriksaan fisik dipergunakan untuk
mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis dengan cara :
1) Inspeksi
Inspeksi adalah suatu proses observasi yang dilaksanakan secara
sistematis, observasi yang dilaksanakan dengan menggunakan indra
penglihatan, pendengaran dan penciuman untuk mendeteksi tanda
fisik tertentu dari bagian-bagian fungsi tubuh. Pada kasus ini
dilaksanakan pemeriksaan berurutan mulai dari kepala sampai kaki.
2) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknis yang menngunakan indra peraba tangan
dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif dilakukan untuk
megumpulkan data tentang temperatur, turgor, bentuk kelembaban,
42
fibrasi dan ukuran. Pada kasus ini palpasi pada abdomen untuk
memastikan apakah ibu hamil atau tidak.
3) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.
Pemeriksaan pada kasus ini dilakukan untuk memeriksa tekanan
darah ibu normal atau tidak.
4) Perkusi
Perkusi adalah suatu pemeriksan dengan jalan mengetuk untuk
membandingkan kiri dan kanan pada setiap permukaan tubuh dengan
tujuan menghasilkan swara, perkusi yang bertujuan untuk
mengidentifikasi, ukuran, dan konsistensi jaringan. Pada kasus ini
tidak dilakukan pemeriksaan.
b. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data dimana peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seorang
sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan muka
dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010). Wawancara dilakukan
pada Ny. S P1A0 umur 29 tahun akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA
dengan amenorea.
c. Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati
subyek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan yang
43
berhubungan dengan kasus yang diambil. Observasi dapat berupa
pemeriksaan umum, pemeriksan penunjang (Notoatmodjo, 2010). Pada
kasus ini dilakukan observasi TTV.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh selain data pemeriksaan
fisik atau terapi diperoleh dari keterangan keluarga dan lingkungannya,
mempelajari status dan dokumentasi pasien, catatan dalam kebidanan dan
studi (Notoatmodjo, 2010). Data sekunder diperoleh dengan cara :
a. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini
informasi didapat dari data rekam medik BPS Suminten Mantingan
Ngawi.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat penting
dalam penunjang latar belakang teoritas dari suatu peneliti
(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini mengambil studi kepustakaan dari
buku terbitan tahun 2004-2013.
G. Alat – alat yang dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan data antara lain :
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data
a. Format pengkajian askeb KB
b. Buku tulis
44
c. Bolpoin
2. Alat dan bahan untuk melakukan pemeriksaan fisik dan observasi :
a. Stetoskop
b. Spighnomanometer
c. Termometer
d. Jam tangan
e. Timbangan berat badan
f. Tes pack
3. Alat-alat untuk injeksi
a. Spuit
b. Cairan KB suntik 3 bulanan (depoprovera)
c. Kapas alkohol
4. Alat pendokumentasian adalah menggunakan lembar observasi.
H. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian merupakan waktu yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian seperti yang telah direncanakan
(Notoatmodjo, 2010). Sesuai dari judul, studi kasus dilaksanakan pada bulan
7 Maret sampai April 2014. Untuk tanggal dan waktu akan menyesuaikan
dengan kondisi subyek dari studi kasus.
45
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN KASUS
1. PENGKAJIAN
Tanggal : 7 Maret 2014 Pukul : 15.00 WIB
a. IDENTITAS PASIEN IDENTITAS SUAMI
1) Nama : Ny. S Nama : Tn. S
2) Umur : 29 tahun Umur : 35 tahun
3) Agama : Islam Agama : Islam
4) Suku/Bangsa : Jawa Suku/Bangsa : Jawa
5) Pendidikan : SMU Pendidikan : SMK
6) Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Wiraswasta
7) Alamat : Semen RT 02/011 Kedungharjo Mantingan Ngawi
b. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
1) Alasan Kunjungan
Ibu mengatakan menggunakan KB suntik 3 bulanan tetapi mengeluh
tidak mendapatkan haid selama 8 bulan
2) Riwayat perkawinan
Ibu mengatakan menikah 1 kali, syah. Nikah saat umur 23 tahun
dengan suami umur 29 tahun. Lamanya 6 tahun anakanya 1 orang.
3) Riwayat menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan pertama kali haid umur 12 tahun
46
b) Siklus : Ibu mengatakan siklusnya 28 hari tetapi 8 bulan
terakhir tidak mendapatkan haid.
c) Banyaknya : Ibu mengatakan 2-3 kali/hari ganti pembalut
d) Lama : Ibu mengatakan lamanya 4-6 hari
e) Teratur / tidak : Ibu mengatakan teratur tetapi 8 bulan terakhir
tidak mendapatkan haid.
f) Sifat darah : Ibu mengatakan darahnya encer
g) Dismenorhoe : Ibu mengatakan nyeri perut bagian bawah pada
hari pertama haid.
4) Riwayat Obstetri
Tabel 4.1 Riwayat Obstetri
No Tgl/thn
Partus
Tempat
Partus
Umur Khmln
(bulan)
Jenis
partus
Peno
Long
Anak Nifas Keadaan Anak
Sekarang Jenis
(P / L)
BB
(gram)
PB
(cm) Kead Laktasi
1. 2008 BPM 9+3 Spontan Bidan L 3000 49 Normal ASI Hidup 5th
5) Riwayat KB
Ibu mengatakan pada tahun 2010 pernah menggunakan KB pil
selama 1 tahun dengan keluhan terdapat flek pada muka dan ingin
ganti metode lain. Tahun 2011 ibu menggunakan kontrasepsi
implant selama 1 tahun dengan keluhan berat badan naik dan ingin
ganti metode lain. Tahun 2012 sampai sekarang ibu menggunakan
KB suntik depoprovera selama kurang lebih 2 tahun dengan keluhan
tidak dapat haid dan sakit pinggang. Ibu berencana ingin ganti
metode lain.
47
6) Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan sekarang tidak sedang menderita penyakit apapun
seperti batuk, pilek maupun demam.
b) Riwayat penyakit sistemik
(1) Jantung
Ibu mengatakan tidak pernah berdebar-debar atau nyeri pada
dada sebelah kiri.
(2) Ginjal
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan nyeri pada pinggang
sebelah kanan maupun kiri.
(3) Asma
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan sesak nafas.
(4) TBC
Ibu mengatakan tidak pernah batuk lebih dari 2 minggu dan
disertai darah.
(5) Hepatitis
Ibu mengatakan pada mata, kuku dan kulit tidak pernah
terlihat kuning.
(6) DM
Ibu mengatakan tidak mudah haus, lapar dan juga tidak
pernah BAK lebih dari 7 kali pada malam hari.
(7) Hipertensi
Ibu mengatakan tekanan darahnya tidak pernah lebih dari
140/90 mmHg, tidak pernah pusing yang menetap dan tidak
hilang setelah dipakai untuk beristirahat.
48
(8) Epilepsi
Ibu mengatakan tidak pernah kejang sampai mengeluarkan
busa dari mulutnya.
(9) Lain-lain
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular
seperti HIV / AIDS.
c) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya mempunyai riwayat penyakit
menurun seperti DM, Hipertensi, Jantung dan tidak ada yang
memiliki riwayat penyakit menular seperti TBC, hepatitis, HIV /
AIDS.
d) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dalam keluarganya maupun keluarga suaminya
tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e) Riwayat operasi
Ibu mengatakan tidak pernah melakukan operasi ataupun tindakan
bedah lainnya.
7) Pola Kehidupan Sehari-hari
a) Pola nutrisi
Ibu mengatakan sehari makan 3 kali porsi sedang, jenis makanan
nasi, sayur, tahu tempe, telur dan minum sehari 7 gelas jenis air
putih dan teh.
49
b) Pola eliminasi
Ibu mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna hijau
kecoklatan. BAK 6 – 7 kali sehari, warna kuning jernih.
c) Pola istirahat
Ibu mengatakan istirahat siang 1 jam perhari dan tidur malam 6 –
7 jam sehari.
d) Pola aktivitas
Ibu mengatakan mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu,
memasak dan mencuci dikerjakan sendiri.
e) Personal hygiene
Ibu mengatakan mandi sehari 2 kali, gosok gigi 2 kali sehari,
ganti baju 2 kali sehari.
f) Pola seksual
Ibu mengatakan berhubungan seksual dengan suaminya seminggu
2 kali.
8) Data Psikologis
Ibu mengatakan cemas karena tidak mendapatkan haid selama 8
bulan.
c. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
1) Status generalis
a) Keadaaan Umum : Baik
b) Kesadaran : Composmentis
c) TTV : TD : 110/70 mmHg N : 82 x/ menit
R : 24 x/menit S : 36,5o C
50
d) TB : 154 cm
e) BB : 51 kg
2) Pemeriksaan Sistematis
a) Kepala
(1) Rambut : Bersih, hitam, tidak
berketombe, tidak mudah
rontok
(2) Muka : Bersih, tidak oedema, tidak
pucat, tidak cloasma.
(3) Mata : Simetris
(a) Oedema : Tidak oedema
(b) Conjungtiva : Merah muda
(c) Sklera : Putih
(4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan
tidak ada sekret
(5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada
serumen.
(6) Mulut/Gigi/gusi : Bersih, tidak stomatitis/tidak
caries/gusi tidak mudah
berdarah.
b) Leher
(1) Kelenjar gondok : Tidak ada pembesaran
kelenjar gondok
(2) Tumor : Tidak ada benjolan
51
(3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran
kelenjar limfe
c) Dada dan Axilla
(1) Mammae
(a) Membesar : Ya, Fisiologis
(b) Tumor : Tidak ada
(c) Simetris : Ya, kanan kiri
(2) Axilla
(a) Benjolan : Tidak ada
(b) Nyeri : Tidak ada nyeri
d) Abdomen
(1) Pembesaran Uterus : Tidak ada
(2) Pembesaran Hati : Tidak ada
(3) Benjolan / Tumor : Tidak ada
(4) Nyeri Tekan : Tidak ada
(5) Luka bekas operasi : Tidak ada
e) Anogenital
(1) Vulva Vagina
(a) Varices : Tidak dilakukan
(b) Luka : Tidak dilakukan
(c) Kemerahan : Tidak dilakukan
(d) Nyeri : Tidak dilakukan
(e) Kelenjar Bartholini : Tidak dilakukan
(f) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada
52
(2) Inspekulo
(a) Vagina : Tidak dilakukan
(b) Vulva : Tidak dilakukan
(c) Tanda Chadwick : Tidak dilakukan
(3) Pemeriksaan dalam
(a) Portio/servik : Tidak dilakukan
(b) Posisi uterus : Tidak dilakukan
(c) Tumor / benjolan : Tidak dilakukan
(d) Nyeri : Tidak dilakukan
(4) Anus
(a) Haemoroid : Tidak dilakukan
(b) Keluhan lain : Tidak dilakukan
f) Ekstremitas
(1) Ekstremitas atas : Simetris, jari-jari lengkap,
tidak oedema.
(2) Ekstremitas bawah : Simetris, jari-jari lengkap,
tidak oedema, tidak varices.
(3) Kuku : Bersih, merah muda.
3) Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan Laboratorium : PP test : Negatif (-)
b) Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
53
2. INTERPRETASI DATA
Tanggal 7 Maret 2014 Pukul 15.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. S P1A0 umur 29 tahun akseptor KB suntik DMPA dengan
amenorea
Data Dasar
Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan berumur 29 tahun
2) Ibu mengatakan memiliki satu anak dan belum pernah keguguran
3) Ibu mengatakan sudah 8 bulan tidak mendapatkan haid
4) Ibu mengatakan sudah kurang lebih 2 tahun menggunakan KB suntik
3 bulanan
5) Ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang dialaminya.
Data Obyektif :
1) Keadaan Umum : Baik
2) Kesadaran : Composmentis
3) TTV : TD : 110/70 mmHg N : 82 x/menit
R : 24 x/menit S : 36,50 C
4) TB : 154cm
5) BB : 51 kg
6) Abdomen : Pembesaran Uterus : Tidak ada
7) PPV : Tidak ada pengeluaran
8) PP test : Negatif (-)
54
b. Masalah
Ibu merasa cemas dengan keadaan yang dialaminya
c. Kebutuhan
1) Beri penjelasan tentang efek samping KB suntik 3 bulan
2) Beri dukungan moril pada ibu
3. DIAGNOSA POTENSIAL
Tidak ada
4. TINDAKAN SEGERA
Beri suntikan intramaskuler estrogen cyclofem
5. PERENCANAAN
Tanggal : 7 Maret 2014 Pukul : 15.45 WIB
a. Beritahu Ibu hasil pemeriksaan
b. Berikan penjelasan pada ibu tentang efek samping KB suntik 3 bulanan
c. Anjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi dan hindari makanan
yang banyak mengandung lemak.
d. Berikan pilihan pada ibu untuk tetap menggunakan KB suntik 3
bulanan atau memilih ganti metode lain.
e. Berikan kesempatan pada ibu untuk memilih KB yang akan dipakai
f. Berikan pelayanan KB yang ibu pilih
g. Anjurkan ibu kembali jika ada keluhan.
55
6. PELAKSANAAN
Tanggal : 7 Maret 2014 Pukul : 15.55 WIB
a. Pukul :15.55 WIB Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu
mengalami amenorea yaitu tidak mendapatkan haid, hal itu merupakan
normal karena merupakan salah satu efek samping KB suntik 3 bulanan
b. Pukul :16.00WIB Memberikan penjelasan pada ibu efek samping KB
suntik 3 bulanan yaitu :
1) Perubahan pola haid seperti amenorea (tidak haid), spooting
(perdarahan bercak), dan perdarahan sela sampai 10 hari.
2) Mual/ Pusing / Muntah
3) Perubahan berat badan (bertambah atau berkurang)
c. Pukul : 16.10WIB Menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang
bergizi (Sayur, buah, telur ikan, tempe) dan hindari makanan yang
banyak mengandung lemak.
d. Pukul : 16.20WIB Memberikan pilihan pada ibu untuk tetap
menggunakan KB suntik 3 bulanan atau memilih ganti metode lain.
e. Pukul : 16.25 WIB Memilih mengganti KB suntik 1 bulan yaitu
cyclofem
f. Pukul: 16.30 WIB Memberikan injeksi KB suntik Cyclofem 25 mg
progesteron dan 5 mg estrogen secara IM dengan dosis 1 ml.
g. Pukul : 16.35 WIB Menganjurkan ibu kembali lagi untuk suntikan
selanjutnya yaitu 1 April 2014 atau jika ada keluhan.
56
7. EVALUASI
Tanggal : 7 Maret 2014 Pukul : 16.40 WIB
a. Ibu sudah mengerti tentang keadaan yang dialami ibu yaitu suatu salah
satu efek samping KB 3 bulan yang ibu pakai.
b. Ibu telah mengerti tentang efek samping KB suntik 3 bulanan
c. Ibu bersedia makan makanan yang bergizi dan menghindari makanan
yang banyak mengandung lemak.
d. Ibu memilih ganti KB suntik 1 bulanan
e. Ibu mengerti tentang KB suntik 1 bulan
f. Ibu sudah diberikan injeksi KB suntik Cyclofem
g. Ibu bersedia kembali lagi untuk suntikan selanjutnya yaitu 1 April
2014.
57
DATA PERKEMBANGAN 1
(Kunjungan Rumah)
Tanggal : 12 April 2014 Pukul : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. S
Subyektif :
1. Ibu mengatakan sudah mendapatkan haid setelah menggunakan KB suntik
1 bulan
2. Ibu mengatakan mendapatkan haid selama 4 hari pada tanggal 8-11 April
2014
3. Ibu mengatakan menstruasinya hanya keluar sedikit 1-2 kali /hari ganti
pembalut, sifat darah encer.
Obyektif :
1. Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
2. TTV : TD : 120/80 mmHg N : 82 x/ menit
R : 22 x/menit S : 36.5 C
3. PPV : 1-2 kali ganti pembalut / hari, encer, warna merah
segar.
Assesment :
Ny.S P1A0 umur 29 tahun akseptor KB suntik DMPA dengan riwayat
amenorea.
58
Planning :
Tanggal : 12 April 2014 Pukul 16.20 WIB
1. Pukul : 16.20 WIB Membertahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu
baik.
2. Pukul : 16.25 WIB Menganjurkan ibu untuk tetap menghindari makanan
yang berlemak serta menganjurkan untuk makan-makanan yang bergizi.
3. Pukul : 16.30 WIB Menanyakan pada ibu kenyamanan menggunakan
kontrasepsi ini.
4. Pukul : 16.33 WIB Menganjurkan ibu untuk kontrol kebidan jika ada
keluhan
Evaluasi
Tanggal : 12 April 2014 Pukul : 16.50 WIB
1. Ibu sudah merasa sudah baik,
2. Ibu bersedia tetap manjaga makanan dan menghindari makanan yang
berlemak serta makan-makanan yang bergizi.
3. Ibu merasa nyaman dan kecemasan ibu sudah teratasi
4. Ibu bersedia kontrol ke bidan jika ada keluahan.
59
B. PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. S P1A0 umur
29 tahun akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea
menggunakan manajemen tujuh langkah Varney, maka penulis akan
membandingkan antara penatalaksanaan asuhan kebidanan menurut teori
dengan kasus yang nyata dilapangan, serta membahas kesenjangan dalam
melakukan asuhan.
1. Pengkajian
Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk
mengevaluasi keadaan pasien. Data dasar ini diperoleh melalui anamnesa
antara klien dengan tenaga kesehatan, termasuk riwayat kesehatan dan
pemeriksaan fisik. Menurut Hartanto (2007), bahwa pasien yang
mengalami amenorea tidak mendapatkan haid setelah memakai KB suntik
DMPA, dan menurut Nursalam (2009), bahwa pasien dengan amenorea
hasil PP test didapatkan hasil negatif (-) dan tidak terjadi kehamilan.
Pada kasus ini didapatkan data subyektif yaitu ibu mengatakan
berumur 29 tahun, memiliki satu anak dan belum pernah keguguran, sudah
8 bulan tidak mendapatkan haid dan sudah kurang lebih 2 tahun
menggunakan KB suntik 3 bulanan, ibu cemas dengan keadaan yang
dialaminya. Data obyektif yang diperoleh dari kasus ini dari pemeriksaan
fisik dan observasi yang meliputi keadaan umum baik, tekanan darah
110/70 mmHg, suhu 36,5oC, nadi 84 x/menit, respirasi 24x/menit, 154 cm,
berat badan 61 kg, hasil palpasi tidak terjadi kehamilan, PP test negatif (-).
60
Dari hasil pengkajian tersebut tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasus.
2. Interpretasi data
Data yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat
merumuskan masalah yang spesifik yang membutuhkan penanganan.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakan dalam lingkup
praktik kebidanan Ny. X P...A... umur...tahun akseptor KB suntik 3
bulanan DMPA dengan amenorea (Varney, 2007). Menurut Nursalam
(2009), masalah pada akseptor KB suntik DMPA ibu merasa cemas
dengan keadaanya karena tidak mendapatkan haid. Kebutuhan pada
akseptor KB suntik DMPA beri penjelasan tentang efek samping KB
suntik DMPA serta beri dukungan moril pada ibu (Varney, 2007).
Pada kasus yang diperoleh diagnosa kebidanan yaitu Ny. S umur
29 tahun P1A0 akseptor KB Suntik DMPA dengan amenorea. Masalah
yang muncul adalah ibu merasa cemas dengan keadan yang dialaminya.
Kebutuhan beri penjelasan tentang efek samping KB DMPA serta beri
dukungan moril pada ibu. Sehubungan dengan masalah tersebut ibu diberi
informasi yang jelas tentang efek samping KB suntik dan penangananya
secara jelas. Jadi pada langkah ini tidak ada kesenjangan antara teori
dengan kasus.
3. Diagnosa Potensial
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah yang sudah
diidentifikasi dan membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
61
pencegahan. Diagnosa potensial pada kasus amenorea adalah akan
menyebabkan kenaikan berat badan, stres dan depresi (Depkes RI, 2006).
Pada kasus ini tidak ada diagnosa potensial. Maka pada kasus ini
ada kesenjangan antara teori dengan kasus.
4. Tindakan segera
Pada langkah ini membutuhkan kesinambungan dan proses
manajemen kebidanan. Langkah ini mengidentifikasi perlu tindakan segera
yang mampu dilakukan mandiri atau konsultasikan atau ditangani bersama
dengan tim kesehatan yang sesuai dengan kondisi klien. Bidan dituntut
untuk menentukan langkah diagnosa potensial. Pada teori terapi yang
dapat diberikan pada pasien dengan amenorea adalah pemberian tablet
estradiol 25 mg 3 kali sehari untuk 3 hari atau tablet pil oral kombinasi per
hari untuk 14 hari dan suntikan intramaskuler estrogen 5 mg
(Hartanto, 2005). Pada kasus Ny. S P1A0 umur 29 tahun tindakan
segeranya diberikan suntikan intramaskuler estrogen 5 mg, maka pada
kasus ini tidak ada kesenjangan antara teori dengan kasus.
5. Perencanaan
Pada kasus ini merupakan penyusun rencana asuhan kebidanan
secara menyeluruh, tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat
pada langkah sebelumnya. Pada teori tindakan yang berikan yaitu beri
KIE tentang amenorea, beri terapi KB Pil kombinasi dengan dosis 0,03 mg
Ethinylestradiol dan 0,15 mg Levonorgstrel, 3 x 1 tablet dari hari pertama
62
sampai hari ketiga, 1 x 1 tablet mulai hari keempat selama 3-5 hari
biasanya akan terjadi haid (Saifuddin, 2013).
Pada kasus Ny. S P1A0 umur 29 tahun rencana yang dibuat
meliputi beritahu ibu hasil pemeriksaan, berikan penjelasan pada ibu
tentang efek samping KB suntik 3 bulanan, anjurkan ibu untuk
makan-makanan yang bergizi dan hindari makanan yang banyak
mengandung lemak, berikan pilihan pada ibu untuk tetap menggunakan
KB suntik 3 bulanan atau memilih ganti metode lain, berikan kesempatan
pada ibu untuk memilih KB yang akan dipakai, berikan pelayanan KB
yang ibu pilih, anjurkan ibu kembali jika ada keluhan. Pada langkah ini
maka tidak terdapat kesenjangan antar teori dengan kasus.
6. Pelaksanaan
Pada langkah ini asuhan yang menyeluruh yang telah disusun
dilaksanakan dengan efisien dan aman. Tindakan yang diberikan pada
akseptor KB suntik DMPA dengan amenorea sudah sesuai dengan
perencanaan pada klien. Pada teori tindakan yang berikan yaitu beri KIE
tentang amenorea dan beri terapi KB Pil kombinasi dengan dosis 0,03 mg
Ethinylestradiol dan 0,15 mg Levonorgstrel, 3 x 1 tablet dari hari pertama
sampai hari ketiga, 1 x 1 tablet mulai hari keempat selama 3-5 hari
biasanya akan terjadi haid (Saifuddin, 2013).
Pelaksanaan pada Ny. S yaitu memberitahu ibu hasil pemeriksaan,
memberikan penjelasan pada ibu tentang efek samping KB suntik 3
bulanan, menganjurkan ibu untuk makan-makanan yang bergizi dan
63
hindari makanan yang banyak mengandung lemak, memberikan pilihan
pada ibu untuk tetap menggunakan KB suntik 3 bulanan atau memilih
ganti metode lain, memberikan kesempatan pada ibu untuk memilih KB
yang akan dipakai, memberikan pelayanan KB yang ibu pilih,
menganjurkan ibu kembali jika ada keluhan. Pada langkah ini maka tidak
terdapat kesenjangan antar teori dengan kasus.
7. Evaluasi
Pada teori hasil akhir yang diinginkan dari akseptor KB suntik 3
bulanan DMPA adalah ibu sudah tahu bahwa amenorea adalah efek
samping KB suntik 3 bulanan, kecemasan ibu atau amenorea teratasi, ibu
tetap menggunakan KB suntik, dan ibu sudah mendapatkan haidnya
kembali.
Hasil akhir pada akseptor KB suntik DMPA dengan amenorea
pada kasus Ny. S setelah diberi asuhan yang menyeluruh, yaitu keadaan
umum ibu baik dan kesadaran composmentis, tanda vital sign normal, KIE
diberikan dan ibu mengerti bahwa amenorea merupakan salah satu efek
samping KB suntik 3 bulanan sehingga kecemasan ibu teratasi, ibu
memilih untuk ganti kontrasepsi lainnya yaitu dengan KB 1 bulanan. Maka
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus.
64
64
BAB V
PENUTUP
Dalam bab ini penulis mengambil kesimpulan dan saran setelah
melakukan asuhan kebidanan akseptor KB suntik DMPA dengan amenorea
di BPS Suminten Mantingan Ngawi yang meliputi :
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan dengan menggunakan
manajemen asuhan kebidanan menurut Varney pada akseptor KB suntik
DMPA dengan amenorea, maka penulis mengambil keputusan :
1. Pengkajian akseptor KB suntik 3 bulanan DMPA dengan amenorea
diperoleh dari data subyektif antara lain ibu mengatakan berumur 29
tahun, ibu mengatakan memiliki satu anak dan belum pernah
keguguran, ibu mengatakan sudah 8 bulan tidak mendapatkan haid, ibu
mengatakan sudah kurang lebih 2 tahun menggunakan KB suntik 3
bulanan, ibu mengatakan cemas dengan keadaan yang dialaminya.data
obyektif yang diperoleh berdasarkan pemeriksaan fisik, keadaan umum
baik, tekanan darah 110/70 mmHg, suhu 36,5oC, nadi 84 x/menit,
respirasi 24 x/menit, 154 cm, berat badan 61 kg, hasil palpasi tidak
terjadi kehamilan, PP test negatif (-).
2. Interpretasi data diperoleh dari pengumpulan data yang diteliti dan
akurat yang diambil dari pengkajian, sehingga didapatkan diagnosa
yang tepat yaitu Ny. S P1A0 umur 29 tahun akseptor KB suntik DMPA
65
dengan amenorea. Dimana timbul masalah kecemasan terhadap
amenorea sehingga diberi penjelasan tentang KIE efek samping KB
suntik 3 bulanan serta memberikan dukungan moril.
3. Diagnosa potensial pada kasus Ny. S tidak ada karena tidak ditemukan
adanya tanda-tanda terjadinya diagnosa potensial dari kasus amenorea.
4. Tindakan segera pada kasus Ny. S adalah pemberian suntikan
intramaskuler estrogen 5 mg
5. Perencanaan yaitu beritahu ibu hasil pemeriksaan berikan penjelasan
pada ibu tentang efek samping KB suntik 3 bulanan, anjurkan ibu untuk
makan-makanan yang bergizi dan hindari makanan yang banyak
mengandung lemak, berikan pilihan pada ibu untuk tetap menggunakan
KB suntik 3 bulanan atau memilih ganti metode lain, berikan
kesempatan pada ibu untuk memilih KB yang akan dipakai, berikan
pelayanan KB yang ibu pilih, anjurkan ibu kembali jika ada keluhan.
6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.
7. Evaluasi dari asuhan kebidanan pada Ny. S akseptor KB suntik 3
bulanan DMPA diperoleh hasil keadaan umum ibu baik, kecemasan
teratasi, ibu sudah mendapatkan haid kembali dengan ganti metode
kontrasepsi KB suntik 1 bulanan.
8. Kesimpulannya ada kesenjangan antara kasus dan teori yaitu pada teori
diagnosa potensial terdapat kenaikan berat badan, stres, dan depresi
sedangkan pada kasus diagnosa potensialnya tidak muncul.
66
9. Alternatif pemecahan masalah pada kesenjangan antara teori dengan
kasus adalah tidak semua kasus KB suntik DMPA dengan amenorea
ditemukan adanya tanda-tanda terjadinya diagnosa potensial.
B. Saran
Saran yang dapat penulis berikan kepada semua pihak pada kasus ini
adalah sebagai berikut :
1. Bidan
Dalam setiap penanganan hendaknya selalu menerapkan konsep
asuhan kebidanan dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan sesuai dengan kondisi pasien.
2. Bagi pasien
Diharapkan pasien segera memeriksakan keadaan yang dialaminya
agar bisa segera ditangani.
3. Bagi pendidikan
Mahasiswa dapat memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan
sesuai dengan teori dan praktik, sehingga tidak terjadi kesenjangan dan
dapat dijadikan bahan referensi.
4. Bagi BPS
BPS harus lebih meningkatkan dalam memberikan pelayanan kepada
akseptor yang menggunakan KB sehingga pasien merasa aman dan
nyaman.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H. 2006. Pengantar Kebidanan Dasar Manusia, Jakarta : Aplikasi
Konsep dan proses Keperawatan. Salemba Medika.
Dinkes Ngawi. 2012. Ngawi dalam Angka.Online.Avaible at :
http://www.dinkes.ngawikab.go.id. diakses tanggal 22 November 2013
Depkes RI. 2012. Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia.
Online.Avaible : http://www.kemkes.go.id. diakses tanggal 11 November
2013.
Farrer. 2006. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC.
Hacker. 2007. Essensial Obstertri dan Ginekologi. Jakarta. Hipokrates.
Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta :
Pustaka Rihama
Hartanto, H. 2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
__________. 2007. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan
Manuaba, I. B. G. 2008. Gawat Darurat Obstetri Ginekologi. Jakarta : EGC.
Margiyanti, Rika. 2013. Asuhan Kebidanan KB suntik 3 bulanan pada Ny. W
dengan amenorea di BPS Siti Murwani Batuwarno Wonogiri. Karya Tulis
Ilmiah.
Mustika, S.2006. Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta : PP IBI.
Ningsih, Sutrisni. 2013. Asuhan Kebidanan KB Suntik Cyclofem pada Ny.T
dengan amenorea di Klinik Griya Husada 2 Karanganyar. Karya Tulis
Ilmiah.
Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam. 2009. Buku Panduan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Permenkes. 2010. Permenkes Nomor 1464 Tahun 2010 tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan. Avaible online at:
http://www.kesehatanibu.depkes.go.id/archives/171. diakses tanggal 11
November 2013.
Prawirohardjo, S. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Prihardjo, R. 2007. Pengkajian Fisik Keperawatan. Jakarta : EGC.
Purwaningsih, W, Fatmawati, S. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas.
Yogyakarta : Muha medika.
Saifuddin, A, B. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Sapada, I. 2012. Kontrasepsi Pemakaian Suntikan Kombinasi. Online.Avaible :
http//www.google.com diakses tanggal 6 November 2013.
Sulistyawati, Ari. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta. Salemba
Medika.
Susilowati. 2008. Kumpulan Askeb. Avaible Online at :http://www.askeb.com.
diakses tanggal 12 November 2013
Varney, H. 2007. Varney’s Midwifery. Bandung : Sekeloa Publiser
Weeler, Linda. 2004. Perawatan Perinatal dan Pascapartum. Jakarta : EGC.
Wiknjosastro, H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Recommended