View
216
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 9
Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang
1.2 SISI PENAWARAN
Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan I-2011 menunjukkan arah yang
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perlambatan tersebut didorong oleh beberapa
sektor yaitu pertanian, industri pengolahan dan pengangkutan & komunikasi. Sementara
kinerja sektor utama lainnya seperti bangunan, perdagangan-hotel-restoran, dan jasa-jasa
tumbuh lebih baik.
. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
*) Angka Sementara Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
-30.00
-20.00
-10.00
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
-20,000 40,000 60,000 80,000
100,000 120,000 140,000 160,000
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1
2009 2010 2011
PER
SEN
TON
PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG
VOLUME IMPOR gVOLUME IMPOR (yoy)
I II III IV I II III IV I
1. PERTANIAN 199,867.15 208,963.24 220,032.12 172,006.97 202,910.92 211,788.25 222,714.91 196,262.44 223,179.82
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 6,598.38 7,201.25 8,075.46 8,100.89 7,961.24 8,142.31 8,682.90 8,359.94 8,257.09
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 49,541.55 50,217.76 54,645.14 54,674.27 55,015.76 55,404.57 58,447.51 58,625.45 57,776.66
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 3,671.48 3,717.00 3,956.30 3,975.53 3,955.07 4,057.15 4,179.22 4,325.13 4,384.61
5. BANGUNAN 51,741.84 55,806.71 61,951.72 63,211.36 61,704.57 62,974.76 67,440.50 67,803.09 66,678.94
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 89,093.06 91,504.41 96,618.96 96,677.34 97,125.44 100,459.16 106,849.22 107,653.33 109,420.78
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 66,344.73 70,067.35 72,850.58 73,236.47 74,180.78 76,493.14 79,482.14 80,207.80 81,140.56
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 56,112.23 57,160.68 60,347.79 60,994.17 60,803.88 62,593.54 65,824.82 66,410.89 66,363.76
9. JASA-JASA 124,164.08 130,541.17 140,416.72 136,651.22 137,724.96 142,740.17 146,291.19 141,895.20 143,204.96
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 647,134.48 675,179.94 718,894.91 669,527.79 701,382.61 724,653.05 759,912.40 731,543.26 760,407.19
I II III IV I II III IV I
1. PERTANIAN 7.74 5.42 (2.89) 5.18 1.52 1.35 1.22 14.10 9.99
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9.23 12.91 20.17 14.82 20.65 13.07 7.52 3.20 3.72
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 6.38 2.32 4.76 1.48 11.05 10.33 6.96 7.23 5.02
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 7.51 6.53 7.85 4.30 7.72 9.15 5.63 8.79 10.86
5. BANGUNAN 9.78 12.86 18.91 15.87 19.25 12.84 8.86 7.26 8.06
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 7.60 8.20 10.35 8.46 9.02 9.79 10.59 11.35 12.66
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 8.56 9.82 11.01 7.29 11.81 9.17 9.10 9.52 9.38
8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 6.92 7.23 10.95 11.00 8.36 9.50 9.08 8.88 9.14
9. JASA-JASA 7.00 7.49 11.82 13.60 10.92 9.34 4.18 3.84 3.98
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 7.66 7.22 6.60 8.78 8.38 7.33 5.71 9.26 8.42
2011
2011
SEKTOR2009 2010
SEKTOR2009 2010
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Kinerja sektor pertanian triwulan I-2011 masih relatif melambat 9,99% (y.oy) lebih
rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2010 yang mencapai 14,10% (y.o.y).
Melambatnya sektor pertanian ini terkait produksi jagung sementara produksi padi cukup
baik.
Dilihat dari pertumbuhannya, pertanian jagung tumbuh melambat dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan produksi jagung tercatat 47,84% (y.o.y)
meskipun cukup baik namun masih dibawah pertumbuhan triwulan IV-2010 yang tercatat
258,19% (y.o.y). Produksi jagung ini masih didominasi oleh Kab. Pohuwato sementara
untuk Kab. Gorontalo produksinya relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya.
Sementara itu perkembangan pertanian padi pada triwulan I-2011 menunjukkan
pertumbuhan 35,24% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi 26,67% (y.o.y). Melemahnya kinerja pertanian pada triwulan I-2011 juga
ditunjukkan oleh hasil survei kegiatan dunia usaha dimana sebagian besar responden
petani menyatakan terjadi penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.22 Grafik 1.23 Survei Kegiatan Dunia Usaha Pertanian Realisasi Panen Pertanian Tabama
Grafik 1.24 Grafik 1.25 Perkembangan Luas Panen Jagung Perkembangan Luas Panen Padi
Sampai dengan akhir tahun 2011, secara kumulatif tahunan perkembangan
pertanian padi diperkirakan akan lebih baik namun untuk pertanian jagung diperkirakan
melambat dibandingkan tahun 2010. Dinas Pertanian dan BPS dalam ARAM I-2011
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 11
memperkirakan bahwa produksi padi tahun 2011 sebesar 297.396 ton atau tumbuh 17 %
(y.oy) dibandingkan produksi padi tahun 2010 sebesar 253.563 ton sementara produksi
jagung tahun 2011 mencapai 686.344 ton atau hanya tumbuh 1% (y.o.y) dibandingkan
produksi jagung tahun 2010 sebesar 679.168 ton. Semakin terbatasnya luas lahan menjadi
kendala yang signifikan mempengaruhi pertumbuhan produksi pertanian di Gorontalo.
Tabel 1.3 ARAM I Pertanian Padi
Tabel 1.4 ARAM I Pertanian Jagung
Berdasarkan angka ramalan I-2011 menunjukkan bahwa poduksi jagung hingga
akhir tahun 2011 mencapai 686.344 ton, hal tersebut jauh lebih rendah dibandingkan kuota
ekspor luar negeri yang harus dipenuhi oleh Gorontalo kepada negara mitra dagang. Kuota
ekspor yang diperjanjikan antara Gorontalo dengan Malaysia (1 juta ton) dan Gorontalo
dengan Korea (1,5 juta ton). Ekstensifikasi lahan sudah sangat terbatas untuk dilakukan.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Perkembangan sektor pengangkutan pada triwulan I-2011 menunjukkan kondisi
yang melambat. Pada triwulan I-2011 sektor ini tumbuh 9,38% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan IV-2010 sebesar 9,52% (y.o.y). Perlambatan yang terjadi didorong
oleh melemahnya kinerja sub sektor angkutan darat, terkait kendala keterbatasan BBM yang
terjadi di Gorontalo, sementara untuk sub sektor lainnya masih cukup baik.
Melambatnya kinerja sub sektor angkutan darat dikonfirmasi oleh tingkat konsumsi
BBM. Tingkat konsumsi bahan bakar transportasi darat selama triwulan I-2011 tumbuh
sebesar 12,57% (y.o.y) untuk premium lebih rendah dibandingkan pertumbuhan selama
triwulan IV-2010 yang mencapai 13,97% (y.o.y). Sementara itu melemahnya kinerja sub
sektor angkutan darat juga ditunjukkan oleh melambatnya pertumbuhan penghimpunan
pajak kendaraan bermotor. Sampai dengan triwulan I-2011 penghimpunan pajak kendaraan
bermotor melambat 26,03% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 35,35% (y.o.y)
Grafik 1.26 Grafik 1.27 Perkembangan Pajak Kendaraan Realisasi Penjualan BBM Transportasi
Disisi lain sub sektor angkutan udara
mengalami pertumbuhan yang cukup baik.
Tercatat selama triwulan I-2011 jumlah
penumpang angkutan udara yang terlayani
tumbuh sebesar 20,62% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan IV-2010 (18,67%).
Jumlah penerbangan yang tiba dan berangkat
dari Gorontalo juga meningkat dari 677
penerbangan menjadi 755 penerbangan
dengan dibukanya jalur penerbangan Garuda
Indonesia di Gorontalo.
Grafik1.28
Perkembangan Penumpang Pesawat
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 13
Kinerja sub sektor angkutan laut dan ferry pada triwulan I-2011 juga menunjukkan
peningkatan. Selama triwulan laporan, jumlah penumpang ferry tercatat sebesar 21.674
orang atau tumbuh 25,28% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan IV-2010 yang melayani
24.400 penumpang dengan laju 24,21 (y.o.y). Sementara arus barang melalui laut
mengalami penurunan, jumlah kargo laut mencapai 175.943 ton atau terkontraksi 9,93%
(y.o.y) lebih rendah dibandingkan kontraksi pada triwulan IV-2010 yang mencapai 6.87%
(y.o.y).
Grafik 1.29 Grafik 1.30 Perkembangan Penumpang Ferry dan Kapal Laut Perkembangan Kargo Laut
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Perkembangan sektor Perdagangan-Hotel-Restoran (PHR) di Gorontalo
menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Sektor PHR pada triwulan I-2011 tumbuh 12,66% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan IV-2010 sebesar 11,35% (y.o.y). Besarnya peningkatan realisasi
belanja barang/jasa pemerintah selama peringatan satu dasawarsa Provinsi Gorontalo
mendorong peningkatan kinerja di sektor ini.
Sub sektor perdagangan tumbuh dari 12,48% (y.o.y) pada triwulan IV-2010 menjadi
13,90% (y.o.y) pada triwulan laporan. Tumbuhnya kinerja sektor perdagangan dikonfirmasi
oleh meningkatnya pertumbuhan kredit perdagangan. Sampai dengan triwulan I-2011 kredit
perdagangan tumbuh 38,92% (y.o.y) lebih baik dibandingkan kondisi Desember 2010 yang
tumbuh 16,67% (y.o.y). Demikian juga untuk volume bongkar yang tumbuh cukup baik
selama triwulan I-2011.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
Grafik 1.31 Grafik 1.32 Kredit Perdagangan Volume Muat Pelabuhan
Sementara itu sub sektor
perhotelan diperkirakan meningkat, hal
tersebut dikonfimasi oleh data tingkat
penghunian hotel (TPK) yang
menunjukkan peningkatan selama triwulan
I-2011. TPK bulan Maret mencapai
38,20% lebih tinggi dibandingkan kondisi
Desember 2010 sebesar 34,00%
Grafik 1.33
Tingkat Hunian Hotel
1.2.4 SEKTOR BANGUNAN
Perkembangan kinerja sektor bangunan menunjukkan pertumbuhan yang cukup
baik, pada triwulan I-2011 kinerja sektor ini diperkirakan tumbuh sebesar 8,06% (y.o.y), lebih
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,26 % (y.o.y)
Grafik 1.34 Grafik 1.35 Penjualan Semen Belanja Modal APBD
Meningkatnya kegiatan konstruksi tersebut dikonfirmasi oleh prompt indikator angka
penjualan semen dan pertumbuhan Belanja Modal APBD. Angka penjualan semen pada
Maret 2011 terkontraksi 3,44% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan kontraksi triwulan
sebelumnya yang mencapai 19,37% (y.o.y
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 15
1.2.5 SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN
Kinerja sektor keuangan diperkirakan tumbuh 9,14% (y.o.y), lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2010 sebesar 8,88% (y.o.y). Kondisi ini lebih
didorong oleh tumbuhnya sub sektor keuangan sementara sub sektor lainnya relatif tumbuh
stabil.
Net Interet Margin (NIM) perbankan Gorontalo menunjukkan arah yang meningkat.
Sampai dengan bulan Maret 2011, NIM perbankan mencapai Rp 134 Miliar atau tumbuh
44,64% (y.o.y), lebih tinggi dibandingkan NIM periode Desember 2010 yang tumbuh 42,61%
(y.o.y). Kondisi ini didorong oleh peningkatan pendapatan bunga perbankan.
Grafik 1.36 Grafik 1.37
NIM Perbankan Perkembangan Pendapatan/Beban
1.2.6 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Perkembangan sektor industri di Gorontalo diperkirakan melambat dibandingkan
triwulan sebelumnya. Sektor industri pada triwulan I-2011 tumbuh 5,02% (y.o.y) lebih rendah
dibandingkan triwulan sebelumnya 6,96% (y.o.y). Melambatnya kinerja disektor ini
ditunjukkan oleh beberapa prompt indikator yaitu realisasi kredit industri pengolahan,
penjualan BBM industri, penjualan listrik industri, ekspor luar negeri komoditas gula dan
survei industri pengolahan besar-sedang.
Berdasarkan survei industri pengolahan besar-sedang, menurunnya kinerja industri
tampak pada industri pakaian jadi, serta industri barang-barang dari kayu. Kontraksi terbesar
pada industri kayu yang ditunjukkan oleh kosongnya ekspor kayu Gorontalo selama dua
triwulan terakhir. Hasil liaison menunjukkan bahwa bahan baku menjadi kendala utama
keterbatasan produksi.
Menurunnya kinerja industri pengolahan ditunjukkan oleh perkembangan kredit
industri yang masih melambat 25,41% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan IV-2010
yang tumbuh 30,30%(y.o.y). Angka penjualan listrik dan BBM turut mengkonfirmasi
penurunan kinerja sektor industri di Gorontalo. Konsumsi listrik industri tumbuh 27,07 %
(y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 37,00%
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
(y.o.y), sementara itu konsumsi BBM tumbuh 2,01% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 6,80% (y.o.y).
Grafik 1.38 Grafik 1.39 Konsumsi Listrik Industri Perkembangan Kredit Perdagangan
Grafik 1.40 Tabel 1.5 Konsumsi BBM Industri Survei Industri Pengolahan Besar/Sedang
1.2.7 SEKTOR LAINNYA
Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan I-2011 tumbuh 10,86% (y.o.y)
lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 8,79% (y.o.y), khususnya pada sub sektor
listrik. Daya tersambung sampai dengan Maret 2011 mencapai 108.340 KVA atau
meningkat dibandingkan posisi Desember 2010 yang mencapai 106.191 KVA.
Meningkatnya daya tersambung ini terkait beberapa PLTD baru yang telah dioperasikan
oleh PLN.
.
Grafik 1.41 Grafik 1.42 Daya Listrik Tersambung PLN Realisasi Kredit Jasa-jasa
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 17
Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2011 meningkat
dibandingkan triwulan IV-2010. Sektor ini tumbuh 3,72% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai 3,2% (y.o.y). Hal ini seiring dengan perkembangan
kinerja sektor bangunan di Gorontalo yang menunjukkan perningkatan, karena
pertambangan di Gorontalo sampai dengan saat ini masih didominasi oleh bahan galian C.
Sementara itu Pemerintah Provinsi telah memberikan izin kepada PT Gorontalo Mineral
untuk melakukan eksplorasi emas di kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone.
Menurut Pemerintah Daerah, diperkirakan melalui hasil pertambangan emas dimaksud
mampu memberikan kontribusi pada PDRB hingga mencapai Rp 10 Triliun/tahun.
Kinerja sektor jasa-jasa pada triwulan I-2011 tumbuh 3,98% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2010 yang tercatat sebesar 3,84% (y.o.y).
Meningkatnya kinerja jasa-jasa terutama didorong oleh meningkatnya jasa pemerintahan
umum. Jasa Pemerintahan umum ini erat kaitannya dengan pembiayaan APBD Pemda.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
BOKS I : GORONTALO DI TENGAH RENCANA PENGEMBANGAN
KORIDOR EKONOMI INDONESIA
Sesuai masterplan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi Indonesia
tahun 2011-2025 yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional,
Pemerintah telah menetapkan 6 (enam) Koridor Ekonomi Indonesia (KEI) untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. KEI terdiri atas KE Sumatera, KE Jawa, KE
Kalimantan, KE Sulawesi – Maluku Utara, KE Bali-Nusa Tenggara, KE Papua – Maluku. KE
tersebut disusun dengan maksud untuk membentuk suatu konektivitas yang mampu
menghubungkan pusat-pusat ekonomi regional kepada infrastruktur pendukungnya.
DASAR
PEMIKIRAN
KAWASAN
EKONOMI
INDONESIA
KE tidak diarahkan pada kegiatan eksploitasi dan ekspor sumber daya alam
melainkan lebih pada penciptaan nilai tambah.
KE tidak diarahkan untuk menciptakan konsentrasi ekonomi pada daerah tertentu
namun lebih pada pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif. Ini
memungkinkan semua wilayah di Indonesia untuk berkembang sesuai potensinya
masing-masing.
KE tidak menekankan pada pembangunan ekonomi yang dikendalikan oleh pusat
namun pada sinergi pembangunan sektoral dan daerah untuk menjaga keuntungan
kompetitif nasional.
KE tidak menekankan pembangunan transportasi darat saja namun pada
pembangunan transportasi yang seimbang antara darat, laut, dan udara.
KEI tidak menekankan pada pembangunan infrastruktur yang mengandalkan
anggaran pemerintah semata namun juga pembangunan infrastruktur yang
menekankan kerjasama pemerintah dengan swasta (KPS)
Gambar 1.1 Rencana Pengembangan KEI
Sumber : Kemenko Perekonomian
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 19
Dalam konsep pengembangan KEI, Provinsi
Gorontalo tergabung dalam wilayah KE
Sulawesi-Malut yang masuk dalam jaringan 5
hub yaitu Manado – Gorontalo – Kendari –
Mamuju dan Makassar. KE Sulawesi-Malut
difokuskan pada pengembangan 4 (empat)
sektor utama yaitu
- tanaman pangan,
- tanaman perkebunan,
- perikanan, dan
- pertambangan nikel.
Dalam peta pengembangan KE Sulawesi-Malut, Provinsi Gorontalo direncanakan
sebagai sentra pengembangan pertanian tanaman pangan dan perkebunan kelapa dalam.
Dalam hal pertanian tanaman pangan, pengembangan itu dimaksudkan untuk peningkatan
ketahanan pangan nasional dan sementara untuk perkebunan diarahkan pada upaya
peningkatan nilai tambah produk. Melihat catatan historikal produksi tanaman pangan di
Gorontalo hal tersebut cukup layak mengingat secara umum Provinsi Gorontalo
dikategorikan sebagai Provinsi dengan surplus produksi tinggi. Namun dengan semakin
terbatasnya lahan serta bertambahnya jumlah penduduk, maka perlu dicermati apakah
produktivitas yang ada mampu mengejar kebutuhan kedepan yang semakin meningkat.
Tabel 1.6
Produksi Tanaman Pangan Gorontalo
Sumber : Dinas Pertanian Prov. Gorontalo
Untuk memetakan daerah-daerah potensial pendukung produksi dapat digunakan
pendekatan Location Quotient (LQ) maupun Growth Ratio On Subject Area (GRS).
Pendekatan LQ berusaha melihat keunggulan komparatif suatu kabupaten terhadap
kabupaten lainnya dengan membandingkan antara share produksi tanaman pangan
terhadap sektor pertanian di suatu wilayah kab/kota terhadap kondisi Provinsi secara
Gambar 1.2 KE Sulawesi - Malut
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011| BANK INDONESIA
keseluruhan. Sementara pendekatan GRS untuk membandingkan pertumbuhan sektor
tanaman pangan di suatu wilayah kab/kota terhadap pertumbuhan sektor tanaman pangan
di Provinsi secara keseluruhan.
Untuk menganalisis hal dimaksud digunakan rentang tiga tahun kebelakang dengan
memanfaatkan data PDRB kab/kota yang telah dirilis oleh BPS masing-masing. Suatu
wilayah yang memiliki LQ dan GRS dengan arah positif berarti potensial untuk
dikembangkan di masa depan karena akan memberikan efek yang cukup signifikan bagi
pengembangan kondisi Provinsi secara keseluruhan.
Grafik 1.43 Produksi Tanaman Pangan Gorontalo
Tampak pergerakan indeks LQ dalam tiga tahun terakhir untuk Kabupaten
Gorontalo, Boalemo, Pohuwato dan Gorontalo Utara relatif memiliki keunggulan komparatif
yang lebih baik dibandingkan wilayah Kab. Bone Bolango maupun Kota Gorontalo. Hasil
produksi tanaman pangan di daerah tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal
namun juga untuk kebutuhan luar daerah. Namun beberapa hal patut mendapatkan
perhatian untuk daerah-daerah yang laju produksinya mulai mengalami perlambatan seperti
wilayah Kab. Boalemo dan Kab. Gorontalo (yang ditunjukkan oleh nilai GRS yang negatif).
Optimisme masih nampak pada wilayah Gorontalo Utara dan Pohuwato yang merupakan
dua wilayah pemekaran baru di Provinsi Gorontalo.
(4.0000)
(2.0000)
-
2.0000
4.0000
6.0000
8.0000
10.0000
- 0.5000 1.0000 1.5000
IND
EKS
GR
S
INDEKS LQ
PERKEMBANGAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KAB/KOTA di GORONTALO
Kota Gorontalo
Kab. Gorontalo
Kab. Boalemo
Kab. Pohuwato
Kab. Bone Bolango
Kab. Gorontalo Utara+
-
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN I-2011 21
Dari hasil analisis singkat diatas beberapa hal patut mendapat perhatian :
1. Peran Gorontalo dalam mendukung masterplan Koridor Ekonomi Indonesia dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional khususnya untuk wilayah KE
Sulawesi-Malut cukup penting karena posisi Gorontalo yang menghubungkan sentra
produksi di utara (Manado) dan selatan (Makassar).
2. Pemerintah menjadikan sentra produksi pertanian pangan dan perkebunan kelapa
dalam sebagai sentra fokus dalam pengembangan Koridor Ekonomi di Gorontalo
sehingga kebijakan Agropolitan yang telah dirintis oleh Pemerintah Daerah relevan untuk
terus dikembangkan di masa depan. Namun penciptaan nilai tambah perlu dikaji lebih
mendalam untuk pengolahan produksi turunan daripada sekedar menjual produk
mentah.
3. Dalam pengembangan sentra produksi pertanian pangan di Provinsi Gorontalo wilayah
kabupaten yaitu Kab. Gorontalo, Kab. Boalemo, Kab. Pohuwato dan Kab. Gorontalo
Utara memiliki keunggulan komparatif yang lebih baik untuk dikembangkan dalam
mempercepat tercapainya tujuan program, karena di empat wilayah kabupaten tersebut
pertanian pangan telah menjadi sektor basis dengan indikator tingginya surplus
produksi. Namun terdapat hal yang patut dicermati, meskipun telah menjadi wilayah
basis khususnya di wilayah Boalemo dan Kab. Gorontalo perlu mendapat perhatian
mengingat laju pertumbuhannya yang relatif mulai melambat. Sementara untuk wilayah
Pohuwato dan Gorontalo Utara harus terus dijaga kesinambungannya.
4. Sarana dan prasarana angkutan darat yang mengubungkan jalur trans-sulawesi telah
dipelihara cukup baik, namun sarana/prasarana laut yang terdiri atas pelabuhan dan
kargo masih perlu dikembangkan. Dermaga III yang saat ini belum dapat
dioperasionalkan perlu ditinjau ulang mengingat jangka waktu bongkar kapal telah
dirasakan cukup lama oleh importir. Selain itu ongkos pengiriman via laut masih menjadi
kendala karena terkesan adanya monopolistik oleh beberapa perusahan pelayaran
sehingga tingkat harga persisten tinggi.
Recommended