View
29
Download
5
Category
Preview:
DESCRIPTION
kjsgjxgsa
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan tanaman sebagai obat masih banyak dipakai oleh masyarakat
dalam mengatasi berbagai jenis penyakit. Pengetahuan tentang tanaman obat pada
umumnya diwariskan secara turun temurun, meskipun penggunaannya terkadang
terbukti berkhasiat namun secara ilmiah pengetahuan empiris perlu dibuktikan
dengan penelitian yang sistematis agar penggunaan tanaman obat menjadi lebih
dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian yang dapat dilakukan terhadap tanaman
obat adalah melalui pendekatan fitokimia dan farmakologis. Pendekatan fitokimia
yaitu penelusuran kimia aktif tanaman sedangkan pendekatan farmakologi melalui
efek farmakologis yang muncul akibat penggunaan tanaman (Busman dan
Fitriyasti, 2011).
Indonesia merupakan salah satu dari beberapa negara di dunia yang cukup
banyak mempraktikkan pengobatan tradisional, suatu metode penyembuhan
penyakit yang dipercaya memiliki efek samping paling sedikit karena berasal dari
tumbuh-tumbuhan yang alami dan tanpa menggunakan bahan-bahan kimia.
Diantara sekian banyak tumbuh-tumbuhan yang digunakan untuk mengobati
berbagai macam penyakit adalah (Uncaria gambir Roxb) lebih sering disebut
gambir dan di Indonesia merupakan salah satu bahan yang telah dikonsumsi oleh
masyarakat tradisional sejak puluhan tahun yang lalu berawal dari kebiasaan
menginang/menyirih yang telah dikenal luas sejak sebelum abad ke-4 Masehi.
1
Kegiatan ini banyak dilakukan baik di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi, Maluku
maupun Papua (Infiraj, 2011).
Menurut Fauziyah, Sa’adah dan Lamuningtyas (2009) kesehatan mulut
merupakan suatu hal yang penting bagi manusia terutama dalam pemeliharaan
gigi agar tidak rusak dan membusuk sehingga adanya bau mulut tentu akan
mengganggu pergaulan sehari-hari. Umumnya bau yang terjadi berasal dari
dalam mulut karena adanya pembusukan sisa makanan oleh bakteri yang ada di
dalam rongga mulut. Masalah kesehatan mulut yang sering dihadapi adalah
keluhan sakit gigi yang disebabkan oleh karies gigi dan penyakit jaringan
pendukung gigi.
Bakteri dimulut akan membentuk plak pada permukaan gigi sehingga gigi
berlubang, plak merupakan lengketan yang berisi bakteri dan jenis bakteri yang
dominan menyebabkannya adalah jenis Streptococcus mutans. Bakteri ini
mempunyai kemampuan untuk melakukan fermentasi karbohidrat menjadi asam,
menurunkan pH permukaan gigi dan menyebabkan demineralisasi (Fauziyah dkk,
2009)
Menurut Infiraj (2011), berdasarkan pengalaman empiris penggunaan
secara turun temurun, dan melalui berbagai pembuktian secara ilmiah, tanaman
gambir yang sering dikunyah bersama daun sirih dan kapur ini mempunyai efek
positif karena bahan yang dikinang termasuk gambir mengandung antiseptik dan
antioksidan yang mampu mengobati berbagai macam penyakit. Di bidang
kesehatan gigi dan mulut, berbagai penelitian membuktikan bahwa tanaman
gambir mengandung bahan antibakteri dan antifungi yang dapat mencegah
2
pertumbuhan bakteri-bakteri penyebab karies dan penyakit periodontal seperti
yang diakibatkan Streptococcus mutans.
Katekin merupakan komponen utama yang terkandung dalam gambir,
merupakan senyawa polifenol yang termasuk dalam kelompok flavonoid yang
mempunyai sifat antioksidan dan antimikroba, sehingga wajar saja bila gambir
telah sejak lama digunakan masyarakat tradisional sebagai antiseptik, obat sakit
perut dan sebagai salah satu ramuan makan sirih yang dipercaya dapat
menyehatkan mulut dan gusi serta menguatkan gigi (TREE, 2010).
Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengetahui pengaruh ekstrak gambir terhadap bakteri Streptococcus mutans.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut “Apakah ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir)
terhadap bakteri Streptococcus mutans ?”
1.3. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak
gambir (Uncaria gambir) terhadap bakteri Streptococcus mutans.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan melengkapi
data tentang aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir) terhadap bakteri
Streptococcus mutans.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Gambir (Uncaria gambir Roxb)
Klasifikasi ilmiah dari gambir adalah Kingdom: Plantae; Order:
Gentianales; Family: Rubiaceae; Genus: Uncaria; Species: Uncaria Gambir;
Binomial Name: Uncaria gambir (W. Hunter) Roxb., 1824 (Wikipedia, 2012).
Gambar 1. Morfologi Tanaman Gambir Uncaria gambir Roxb. Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Uncaria_gambir)
Gambir (Uncaria gambir) termasuk dalam famili Rubiance (kopi-kopian).
Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi rata-rata 1 s.d 3 meter,
batangnya tegak, bulat, percabangan simpodial, warna cokelat dan pucat, daunnya
tunggal, berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, pangkal bulat, ujung
meruncing, panjang 8 s.d 13 cm, lebar 4 s.d 7 cm, dan bewarna hijau, bunga
gambir adalah bunga majemuk, berbentuk lonceng, terletak di ketiak daun,
4
panjang lebih kurang 5 cm, memiliki mahkota sebanyak 5 helai yang berbentuk
lonjong, dan berwarna ungu, buahnya berbentuk telur, panjang lebih kurang 1,5
cm dan bewarna hitam (Fauziyah, Sa’adah dan Lamuningtyas, 2009)
Menurut Fadhlya (2012), Indonesia merupakan negara pemasok gambir
dunia dengan persentase ekspor mencapai 80%, dimana gambir yang diekspor
tersebut berasal dari Provinsi Sumatera Barat pada daerah Kabupaten Lima Puluh
Kota (70%), Kabupaten Pesisir Selatan (25%), dan wilayah lain (5%). Permintaan
ekspor gambir terus mengalami peningkatan sepanjang tahun dengan negara
tujuan adalah Banglades, India, Pakistan, Taiwan, Jepang, Korea Selatan, Perancis
dan Swiss.
Gambar 2. Gambir (Uncaria gambir Roxb).(Sumber: Dokumentasi Penelitian, 2013)
Menurut Wibowo dan Waluyo (2002), gambir (Uncaria gambir)
merupakan salah satu hasil hutan bukan kayu yang sudah sejak lama dikenal dan
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Gambir juga dimanfaatkan sebagai
bahan penyamak kulit untuk mencegah pembusukan, membuat kulit lebih lembut,
berwarna, tidak kaku dan awet. Selain digunakan sebagai obat sakit perut, bisul
5
dan tenggorokan, penggunaan gambir yang umum dikenal pada makan sirih
adalah sebagai campuran bahan untuk penambah rasa nikmat walaupun pada saat
mula dimakan terasa pahit kemudian terasa manis. Sejalan dengan perkembangan
industri yang mengedepankan konsep kembali ke alam (back to nature), gambir
mulai banyak dibutuhkan sebagai bahan obat, kosmetik, batik, bir dan insektisida
nabati.
Berbagai potensi yang dimiliki gambir membuat permintaan akan tanaman
ini selalu meningkat. Volume ekspor tahun 2000 sebanyak 6.633 ton, meningkat
pada tahun 2004 menjadi 12.438 ton, terjadi peningkatan volume ekspor selama
kurun waktu 5 tahun. Data dari Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Barat (2011)
menyatakan bahwa pada tahun 2008 produksi gambir pada daerah potensi
terbanyak di Sumatera Barat yaitu Limapuluh Kota mencapai 9.997 ton dan
mengalami peningkatan pada tahun 2009 hingga mencapai 11.525 ton namun
pada tahun 2010 mengalami penurunan hingga 10.297 ton dan makin berkurang
hingga tahun 2011 (Fadhlya, 2012).
Gambir dihasilkan dari proses ekstraksi yaitu proses pengeluaran getah
yang terdapat di dalam daun dan ranting tanaman gambir dengan cara direbus,
diperas/dikempa, selanjutnya cairan getah diendapkan kemudian dipisahkan,
dicetak dan dikeringkan, sehingga diperoleh gambir (Wibowo dan Waluyo 2002).
Ekstrak gambir mengandung katekin sebagai komponen utama, suatu
senyawa polifenol, yang berpotensi sebagai antioksidan dan antibakteri.
Kandungan utama gambir meliputi tanin, katekin (tannin flavonoid) dan asam
katekhutanat (tannin yang berikatan dengan flavonoid). Bentuk ikatan tannin
mempunyai kemampuan antara lain bersifat bakteriostatik dan bakterisid pada
6
organisme seperti Staphylococcus aureus, Staphylococcus pneumonia, Bacillus
anthracis dan gram negative seperti Salmonella typhii, Shigella dysentriae dan
Pseudomonas aureginos. Kemampuan ini juga didukung hasil penelitian secara in
vitro yang menyatakan bahwa gambir pada konsentrasi 1,25% 2,5% 5% dapat
menghambat pertumbuhan Streptococcus (Agusmawanti P, ....).
Gambir adalah ekstrak kering yang diperoleh dari daun dan ranting
tanaman gambir (Uncaria gambir), pada gambir yang sudah terstandarisasi
kandungan katekin adalah 90,56% (UJI Farma Andalas) dimana Katekin
berkhasiat sebagai antibakteri, hemostasis dan antioksidan (Lestari, Widjijono dan
Murdiastuti, 2009).
Umumnya gambir mengandung tidak lebih dari 34% bahan tidak larut
alkohol, 33% bahan tidak larut air dan sekitar 15% kadar air. Gambir tidak mudah
bercampur dengan alkaloid dan gelatin. Ekstrak gambir mengandung beberapa
komponen kimia yaitu katekin 7-33%, asam katekunamat 20-55%, pyrocatechol
20-30%, gambir flouresensi 1-3%, kateku merah 3-5%, quersetin 2-4%, fixed oil
1-2%, lilin 1-2% dan sedikit alkaloid (Catur, 2006).
Rincian komponen-komponen kimia gambir sebagai berikut :
1. Catechin biasa disebut juga dengan asam catechoat dengan rumus kimia
C15H14O6, tidak berwarna dan dalam keadaan murni sedikit tidak larut
dalam air dingin tetapi sangat larut dalam air panas, larut dalam alkohol
dan etil asetat, hampir tidak larut dalam koloform, benzen dan eter.
2. Asam Catechu Tannat merupakan anhidrat dari catechin, dengan
rumus kimia C15H12O5. Apabila catechin dipanaskan pada temperatur
1100C atau dengan cara memanaskan pada larutan alkali karbonat, ia akan
7
kehilangan satu molekul air dan berubah menjadi Asam Catechu Tannat
yang merupakan serbuk berwarna cokelat kemerah-merahan, cepat larut
dalam air dingin, alkohol, tidak berwarna dalam larutan timah hitam
asetat.
3. Pyrocatechol merupakan hasil penguraian dari zat lain seperti catechin
dengan rumus molekul C6H6O2, bisa larut dalam air, alkohol, eter,
benzena, dan kloroform. Jika dipanaskan akan membentuk catechol;
membentuk warna hijau dengan FECI3 membentuk endapan dengan
Brom; larutannya dalam air cepat berwarna cokelat; dapat mereduksi
perak amoniak dan fehling.
4. Gambir Flouresensi merupakan bagian kecil dari gambir dan
memberikan flouresensi yang berwarna hijau, dapat dilihat apabila larutan
gambir dalam alkolhol dikocok dengan petrolium eter dalam suasana
sedikit basa.
5. Catechu Merah yaitu gambir yang memeberikan warna merah.
6. Quersetin adalah suatu zat yang berwarna kuning yang terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan dan berupa turunan flavonol dengan rumus molekul
C15H10O7, disebut juga dengan melatin atau supheretin dan larut dalam
asam asetat glasial yang memberikan warna kuning, serta larut dalam air
dan alkohol, memberikan warna hijau dengan Fe3+ dan akan berubah
menjadi warna gelap dengan pemanasan.
7. Fixed Oil merupakan minyak yang sukar menguap.
8. Lilin (malam) terletak pada lapisan permukaan daun gambir. Merupakan
monoester dari suatu asam lemak dan alkohol.
8
9. Alkaloid pada gambir terdapat 7 macam, yaitu dihidro gambirtaninna,
gambirdina, gambirtanina, gambirina, isogambirina, auroparina,
oksogambirtanin.
2.2. Antibakteri
Menurut Fauziyah dkk (2009), zat antibakteri adalah zat yang dapat
mengganggu pertumbuhan atau metabolisme bakteri. Berdasarkan aktivitasnya,
zat antibakteri dibedakan menjadi dua jenis yaitu yang memiliki aktivitas
bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) dan yang memiliki aktivitas
bakterisidal (membunuh bakteri).
Ada beberapa mekanisme senyawa antibakteri dalam mengendalikan
bakteri, antara lain mengubah dinding sel, mengubah permeabilitas sel,
mendenaturasi protein sel, menghambat kerja enzim, menghambat sintesis protein
dan menghambat sintesis asam nukleat. Suatu zat antibakteri harus berinteraksi
langsung dengan dinding sel bakteri untuk masuk ke dalam sel bakteri tersebut.
Komposisi dari dinding sel bakteri sangat mempengaruhi kemampuan zat
antibakteri dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Catur, 2006).
Aktifitas antibakteri pada gambir bersifat bakteriostatik karena semakin
tinggi konsentrasi katekin, maka penghambatan terhadap pertumbuhan
Streptococcus mutans semakin besar. Sifat antibakteri pada gambir tidak lepas
dari komponen yang dikandungnya yaitu katekin dan asam katekhutanat (tanin).
Katekin dapat menghambat pertumbuhan beberapa jenis bakteri dan berperan juga
sebagai antikarsinogenik, sedangkan tanin memiliki khasiat sebagai antibakteri
dan antijamur.
9
2.3. Bakteri Streptococcus mutans
Klasifikasi ilmiah dari Streptococcus mutans adalah Kingdom: Bacteria;
Phylum: Firmicutes; Class: Bacilli; Order Lactobacillales; Family:
Streptococcaceae; Genus: Streptococcus; Species: S. mutans; Binomial Name:
Streptococcus mutans Clarke 1924 (Wikipedia, 2013).
\
Gambar 2. Stain of S. mutans in thioglycollate broth culture. Sumber: (http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_mutans)
Menurut Catur (2006), sel Streptococcus mutans berbentuk lonjong/bulat
dengan diameter kurang dari 2 µm dan termasuk bakteri gram positif. Koloninya
berpasangan/berantai tidak bergerak dan tidak berspora. Metabolismenya secara
anaerob dan fakultatif anaerob. Bakteri ini memperbanyak diri pada suhu
optimum 370C selama 48 jam dalam media selektif.
Organisme asidogenik spesifik, yaitu yang berasal dari kelompok
Streptococcus mutans saat ini secara umum dianggap memiliki peranan khusus
dalam etiologi karies gigi. Streptococcus mutans merupakan salah satu pemicu
10
karies karena bakteri ini memiliki enzim glikosiltransferase yang berperan sebagai
prekursor dalam perkembangan plak gigi, namun tidak semua plak gigi dapat
menyebabkan karies gigi (Hardiyati dan Hermiawati, 2005).
Streptococcus mutans pertama kali diisolasi dari plak gigi oleh Clarke
pada tahun 1924. Bakteri tersebut diklasifikasikan kedalam kingdom Monera,
divisi Firmucutes, kelas Bacilli, ordo Lactobacilaes, famili Streptococcaceae,
genus Streptococcus, dan Spesies Streptococcus mutans. Pada tahun 1890, Miller
melaporkan teori khemoparasitik karies gigi, teori ini kemudian disebut sebagai
hipotesis plak non-spesifik yang menggambarkan dekalsifikasi enamel sampai
terjadinya karies gigi sebagai dampak dari kumulatif produksi asam oleh bakteri
plak gigi. Streptococcus mutans menghasilkan dua enzim, yaitu
glukosiltransferase (Gtf) dan fruktosiltransferase (Ftf). Enzim ini bersifat spesifik
untuk substrat sukrosa dan fruktosa yang digunakan untuk sintesa glukan dan
fruktan (Gani, Tanzil dan Mangundjaja, 2006).
Jumlah Streptococcus mutans di dalam plak gigi dan air liur sangat
bervariasi, jumlah ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti diet, sukrosa,
pemberian fluor secara topikal, dan pemakaian antibiotik. Derajat infeksi
Streptococcus mutans dipengaruhi jumlah Streptococcus mutans baik komposisi
maupun jumlah aliran dan interaksi antimikroorganisme di dalam plak. Kadar
Streptococcus mutans dalam air liur berkisar 106 sampai 107 CFU (Colony
Forming Unit) per ml (Catur, 2006).
Menurut Pratiwi (2005), penelitian klasik Keyes tahun 1960 dan
Fitzsgerald and Keyes tahun 1960 pada binatang bebas kuman memperlihatkan
bahwa plak yang didominasi oleh kuman Streptococcus mutans dan Lactobacillus
11
menyebabkan terbentuknya karies. Streptococcus mutans dan Lactobacillus
merupakan kuman yang kariogenik karena mampu segera membentuk asam dari
karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman tersebut dapat tumbuh subur dalam
suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena kemampuannya
membuat polisakarida ekstra sel. Polisakarida ekstra sel ini terutama terdiri dari
polimer glukosa yang menyebabkan matriks plak mempunyai konsistensi seperti
gelatin, akibatnya bakteri terbantu untuk melekat pada gigi serta saling melekat
satu sama lain. Plak makin lama makin tebal, sehingga akan menghambat fungsi
saliva untuk melakukan aktivitas antibakterinya.
Menurut Sabir (2007), telah banyak penelitian yang membuktikan adanya
hubungan yang erat antara jumlah bakteri Streptococcus mutans pada saliva
dengan prevalensi karies gigi, hal ini disebabkan karena karakteristik dari bakteri
Streptococcus mutans yaitu mampu melakukan sintesis polisakarida ekstraseluler
glukan yang tidak larut dari sukrose, mampu menghasilkan asam laktat melalui
proses homo fermentasi, dan lebih bersifat asidogenik dibanding spesies
Streptococcus lainnya. Polisakarida ekstraseluler ini tidak mudah larut dalam air,
bersifat lengket sehingga memudahkan perlekatan Streptococcus mutans pada gigi
(Indrawati, 1999).
Menurut Indrawati (1999), beberapa alasan mengapa Streptococcus
mutans yang terdapat sebagai komensal rongga mulut disebut penting
hubungannya dengan karies gigi, dijelaskan sebagai berikut :
1. Dapat membuat enzim glucosyltransferase (GTF) yang menyebabkan
produksi glukan dari sukrosa. Glukan yang terbentuk merupakan masa
12
seperti lumpur, pekat, tidak mudah larut, bersifat lengket, penting didalam
pembentukan plak.
2. Glukan yang mempunyai daya lekat merupakan satu tanda virulensi yang
karakteristik untuk Streptococcus mutans.
3. Sangat asidogenik sehingga dapat menyebabkan demineralisasi hidroksi
apatit dengan pH terminal 3-4 yang dapat menyebabkan karies gigi.
4. Dalam metabolisme sukrosa dapat mengubah glukosa menjadi
intracellular polysaccharide (IPS), sebagai bahan cadangan.
Streptococcus mutans dapat dibedakan dari Streptococcus lainnya melalui
kemampuan melakukan fermentasi manitol, sorbitol, bentuk koloni dan
kemampuan melakukan sintesis, dekstran, levan dan mutan (Boel, 2000).
13
2.4. Kerangka Konseptual
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka disusun kerangka konseptual
dalam penelitian ini sebagai berikut:
2.5. Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah :
Ho : Tidak ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir
Roxb) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
Ha : Ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb)
terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
Ekstrak Gambir 20%
Ekstrak Gambir 30%
Ekstrak Gambir 40%
Ekstrak Gambir 50%
Ekstrak Gambir 60%
Ekstrak Gambir 80%
Streptococcus mutans
14
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Eksperimental
Laboratorium.
3.2. Variabel Penelitian
- Variabel terikat : Bakteri Streptococcus Mutans
- Variabel bebas : Ekstrak Uncaria gambir.
3.3. Defenisi Operasional Variabel
Variabel terikat: Bakteri Streptococcus mutans dalam penelitian ini
berperan sebagai spesimen yang akan diberikan perlakuan ekstrak Uncaria
gambir.
Variabel bebas: Variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ini adalah
konsentrasi ekstrak Uncaria gambir dalam konsentrasi yang terdiri atas
20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 80%.
3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 dengan lokasi penelitian
dilakukan di Laboratorium Kimia Kopertis Wilayah X Padang, Sumatera Barat
dan Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, DIY.
3.5. Alat dan Bahan
Berikut adalah perincian alat-alat dan bahan yang digunakan selama
penelitian.
15
3.5.1. Alat-alat yang Digunakan
Lemari pengering (oven), pinset, timbangan analitik, cawan petri, ose,
plastik uap, kapas, kain kasa, autoclave, inkubator, tabung reaksi dan rak,
penggaris, vorteks, lumpang-alu, corong, botol gelap 2,5 liter, tabung erlenmeyer,
sendok kaca, rotavapor (Rotary Evaporator), kertas saring wathman, perforator
(pelubang media), densichek, petridish, pipet otomatis dan tip, lidi kapas steril.
3.5.2. Bahan-bahan yang Dipakai
Gambir, etanol (metanol teknis), biakan bakteri Streptococcus mutans,
alkohol 70%, medium agar darah atau Blood Agar Plate (BAP), aquadest steril,
NaCl 0,85%.
3.6. Pelaksanaan Penelitian
3.6.1. Pengambilan Gambir
Gambir didapat dari PT TEMIRAYASA Pasa Gadang Padang, Sumatra
Barat.
3.6.2. Maserasi dan Pembuatan Ekstrak Gambir (Uncaria gambir Roxb)
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk
menyari simplisia yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam
cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin. Cairan penyari yang
digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol atau pelarut lainnya. Endapan yang
diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan (Alam, Gemini dan Rahim, 2007;
Ditjen POM, 1986; Sudjadi, 1986).
16
Prinsip rotavapor adalah proses pemisahan ekstrak dari cairan penyarinya
dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas bulat, cairan
penyari dapat menguap 5-100C di bawah titik didih pelarutnya disebabkan oleh
karena adanya penurunan tekanan. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan
penyari akan menguap naik ke kondensor dan mengalami kondensasi menjadi
molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung dalam labu alas bulat
penampung (Sudjadi, 1986).
Gambir ditimbang dengan menggunakan timbangan digital 4 digit merek
Precisa XT 220A. Gambir sebanyak 539,9 gram. Kemudian ditumbuk dengan
menggunakan lumpang dan alu agar memperkecil molekul sehingga dapat
mempercepat proses maserasi gambir. Gambir yang telah ditumbuk dimasukan
kedalam tabung gelap 2,5 liter dan metanol teknis dituangkan sebanyak 1 liter
dengan menggunakan corong. Didiamkan selama 9 hari. Hasil maserasi gambir
selama 9 hari disaring dengan menggunakan kertas saring Whatman kedalam
tabung erlenmeyer, lalu dilakukan rotavapor dengan alat rotary evaporator hingga
diperoleh hasil ekstrak gambir dengan kekentalan yang pekat.
3.6.3. Pembuatan Konsentrasi Ekstrak Gambir
Konsentrasi larutan gambir yang digunakan dalam penelitian ini adalah
20%, 30%, 40%, 50%, 60%, dan 80%. Bahan yang digunakan sebagai pelarut
ekstrak gambir adalah larutan fisiologis (NaCl 0,85%) (Setyaningrum, 2009) .
17
Tabel 1. Pembuatan Konsentrasi Larutan Ekstrak Gambir.Ekstrak Gambir (gr) NaCl (ml) Volume akhir
(ml)Konsentrasi
(%)0,2 0,8 1 20
0,3 0,7 1 30
0,4 0,6 1 40
0,5 0,5 1 50
0,6 0,4 1 60
0,8 0,2 1 80
3.6.4. Pembuatan Medium Agar Darah
Larutkan 4,0 g bacto agar ke dalam 100 ml dan diaduk sampai rata,
dipanaskan sampai homogen. Kemudian bahan ini disterilkan dalam autoclave
suhu 121°C selama 15 menit 1 atm setelah itu medium didinginkan sampai 450C
(belum membeku) ditambahkan 3 ml darah dan diaduk sampai homogen, lalu
dituangkan ke dalam cawan petri steril sebanyak 15 ml dibiarkan sampai beku
(Busman dan Fitriyasti, 2011).
3.6.5. Pembuatan NaCl 0,85%
Timbang 0,85 gram NaCl, dilarutkan dengan 100 ml aquadest labu
erlenmeyer. Kemudian disterilkan dengan autoclave pada suhu 1210 C selama 15
menit (Setyaningrum, 2009).
3.6.6. Sterilisasi Alat
Alat-alat yang digunakan untuk pengujuian dicuci bersih dan dikeringkan.
Tabung reaksi, erlenmeyes, gelas ukur, vial, pipet ditutup mulutnya dengan kapas,
dibungkus dengan perkamen. Kemudian semua alat disterilkan di dalam autoclave
pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama 15 menit. Pinset dan jarum ose
18
disterilkan dengan cara flambier pada lampu spiritus. Laminar Air Flow cabinet
dibersihkan dan kemudian disterilkan dengan menyalakan lampu UV selama 5
menit. Lemari aseptis dibersihkan dari debu lalu disemprot dengan etanol 70%
dan dibiarkan selama 15 menit sebelum digunakan (Busman dan Fitriyasti, 2011)
3.6.7. Penyediaan Bakteri
Bakteri yang digunakan adalah Streptococcus mutans diperoleh dari Balai
Laboratorium Kesehatan Yogyakarta, DIY.
3.6.8. Suspensi Bakteri Streptococcus mutans
Mengambil satu ose koloni biakan bakteri Streptococcus mutans yang
berumur 24 jam. Masing-masing bakteri disuspensikan di dalam tabung dengan
air garam fisiologis (NaCl 0,85%) sampai didapatkan kekeruhan yang sesuai
dengan standar Brown III yaitu 0,5 ml. Standar kekeruhan diukur menggunakan
alat densicheck (Setyaningrum, 2009).
3.6.9. Uji Aktivitas Antibaketri
Pengujian aktivitas antibakteri dengan metoda difusi agar . Suspensi
mikroba uji ditanamkan secara merata pada media agar darah (BAP) dengan
menggunakan lidi kapas steril, media dilubangi dengan menggunakan perforator
dan ditetesi ekstrak gambir sebanyak 25µl/ml dengan pipet otomatis dan tip
kemudian diinkubasi selama 24 jam di inkubator. Setelah 24 jam diamati
pertumbuhan mikroba uji dan diukur diameter zona hambat. Sebagai kontrol
(konsentrasi gambir 0%) ditetesi dengan larutan NaCl fisiologis. Sebagai
pembanding untuk antibakteri digunakan amoksisilin (AMC).
19
3.7. Alur Penelitian
Persiapan alat dan bahan penelitian, serta spesimen yang diperlukan
Pembuatan media Agar darah
Sterilisasi alat
Uji aktivitas antibakteri
Analisa data
Pengamatan diameter zona hambat
Penyediaan bakteri S. mutans
Suspensi bakteri S. mutans
Pengambilan gambir
Pembuatan ekstrak dan konsentrasi 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 80%
Pembuatan larutan fisiologis NaCl 0,85%
20
3.8. Analisis Data
1. Analisis Deskriptif
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa
secara deskriptif untuk menunjukkan hasil pengukuran diameter hambatan
dalam satuan millimeter.
2. Analisis Statistik
Data yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan tingkat
signifikasi 5% dengan menggunakan aplikasi SPSS Uji ANOVA.
Pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut (Priyatno, 2009) :
1. Jika nilai F hitung lebih besar dari F tabel berarti ada pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat maka Ha diterima dan Ho
ditolak.
2. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 berarti pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat tersebut adalah signifikan atau
bermakna.
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
Penelitian dengan judul ”Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir
(Uncaria gambir Roxb) Terhadap Bakteri Streptococcus mutans” telah dilakukan
pada tanggal 13 Maret 2013 di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta dengan
ekstrak gambir pada konsentrasi 0%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60% dan 80%.
Diperoleh data hasil rata-rata diameter zona hambat terhadap pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans pada berbagai konsentrasi ekstrak gambir seperti
pada tabel berikut :
Tabel 2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir terhadap Bakteri Streptococcus mutans.
PercobaanDiameter Zona Hambat (mm) dalam Berbagai Konsentrasi Ekstrak
Gambir0% 20% 30% 40% 50% 60% 80% AMC
1 - 6,5 7,5 9 11 11,5 12,5 24,5
2 - 6 7 9,5 11,5 11 13 26
3 - 6 7 9 11,5 12 13 25,3
Rata-rata - 6,16 7,16 9,16 11,33 11,5 12,83 25,26
Tabel 2 terlihat hasil uji aktivitas antibakteri ekstrak gambir terhadap
bakteri Streptococcus mutans. Pada percobaan (1) konsentrasi ekstrak gambir
0%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 80% dan amoksisilin dihasilkan 0 mm, 6,5 mm,
7,5 mm, 9 mm, 11 mm, 11,5 mm, 12,5 mm, 24,5 mm zona hambat pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans. Hasil percobaan (2) 0 mm, 6 mm, 7 mm, 9,5 mm,
11,5 mm, 11 mm, 13 mm, 26 mm zona hambat. Hasil percobaan (3) 0 mm, 6 mm,
7 mm, 9 mm, 11,5 mm, 12 mm, 13 mm, 25,3 mm zona hambat.
22
Rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans pada konsentrasi ekstrak gambir 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 80% dan
amoksisilin sebesar 6,16 mm, 7,16 mm, 9,16 mm, 11,33 mm, 11,5 mm, 12,83 mm
dan 25,26 mm.
Data hasil penelitian selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dan analisis
statistik dengan taraf signifikan 5%.
4.1.1. Analisis Deskriptif
Data hasil penelitian dianalisa secara deskriptif dan ditampilkan dalam
bentuk tabel seperti dibawah ini.
Tabel 3. Hasil Uji Statistik Deskriptif Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir terhadap Bakteri Streptococcus mutans.
VariabelKonsentrasi
Mean SD95 % CI
p valueLower Upper
20 % 6,167 0,289 5,450 6,884
30 % 7,167 0,289 6,450 7,884
40 % 9,167 0,289 8,450 9,884
50 % 11,333 0,289 10,616 12,050 0,000
60 % 11,500 0,500 10,258 12,742
80 % 12,833 0,289 12,116 13,550
AMC 25,267 0,751 23,402 27,131
Hasil uji statistik didapat nilai p=0,000, berarti pada alpha 5% dapat
disimpulkan ada perbedaan hasil diantara ketujuh model konsentrasi.
23
4.1.2. Analisis Statistik
Mengetahui pengaruh antar kelompok berbagai konsentrasi ekstrak gambir
terhadap zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans digunakan Uji
Tukey. Hasilnya secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 5, sedangkan
ringkasannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Hasil Uji Tukey Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir Terhadap Bakteri Streptococcus mutans
Konsentrasi Ekstrak Gambir 20% 30% 40% 50% 60% 80% AMC
20% - TS S S S S S
30% TS - S S S S S
40% S S - S S S S
50% S S S - TS S S
60% S S S TS - S S
80% S S S S S - S
AMC S S S S S S -
S= Signifikan TS= Tidak Signifikan
Uji Tukey pada tabel dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari masing-
masing konsentrasi ekstrak gambir, dengan signifikansi lebih kecil dari α
(0,000<0,05). Pada konsentrasi ekstrak gambir 20% dengan 30% dan 50% dengan
60% tidak signifikan karena nilai lebih besar dari 0,05 yang berarti tidak tampak
adanya perbedaan yang nyata atau mempunyai pengaruh terhadap bakteri
Streptococcus mutans yang hampir sama. Sedangkan antar kelompok lainnya
didapatkan perbedaan yang nyata artinya mempunyai pengaruh yang nyata.
24
Mengetahui pengaruh konsentrasi larutan gambir terhadap pertumbuhan
bakteri Streptococcus mutans maka data yang telah diperoleh dianalisa secara
statistik dengan Uji Anova pada taraf signifikansi 5%. Hasil analisa dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 5. Hasil Uji Anova Aktivitas Antibakteri Ekstrak Gambir terhadap Bakteri Streptococcus mutans
Sum of Squares
df Mean Square F Sig.
Between Groups 728,292 6 121,382 690,792 0,000
Within Groups 2,460 14 0,176
Total 730,752 20
Tabel 5 menunjukkan nilai F hitung Streptococcus mutans sebesar 690,792
dengan signifikansi 0,000. Harga F tabel dengan df pembilang 6 dan df penyebut
14 diperoleh harga F tabel sebesar 3,344 untuk taraf kesalahan 5%. Dengan
demikian F hitung dibanding F tabel menunjukan bahwa F hitung lebih besar dari
F tabel (690,792>3,344). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh variabel bebas
terhadap variabel terikat maka Ha diterima dan Ho ditolak.
25
4.2. Pembahasan
Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui
aktivitas antibakteri ekstrak gambir (Uncaria gambir Roxb) pada beberapa
konsentrasi terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans yang dilakukan
secara laboratoris agar dapat ditentukan potensial suatu zat antibakteri dari gambir
yaitu katekin serta kepekaan bakteri terhadap konsentrasi yang akan diteliti.
Penelitian ini terbukti adanya aktivitas antibakteri pada ekstrak gambir.
Namun aktivitas antibakteri yang dimiliki oleh gambir adalah aktivitas
bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri), semakin tinggi konsentrasi
ekstrak gambir maka zona hambat terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans
semakin besar. Konsentrasi 0% ekstrak gambir terlihat tidak adanya aktivitas
bakteriostatik pada bakteri Streptococcus mutans sedangkan pada konsentrasi
20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 80% dan amoksisilin terlihat adanya aktivitas
bakteriostatik pada bakteri Streptococcus mutans. Aktivitas suatu antibakteri
dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti suhu, PH dan keberadaan bahan-bahan
organik selain itu, kemampuan dalam menghambat pertumbuhan kuman juga
dipengaruhi oleh konsentrasi. Jika konsentrasi antibakteri semakin tinggi maka
aktivitas antibakterinya akan semakin besar (Fauziyah dkk., 2009; Risnawati,
2008).
Pengaruh ekstrak gambir terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans juga dapat dilihat dari hasil uji Anova yang menunjukkan signifikansi
0,000 untuk taraf kesalahan 5% dan signifikansi lebih kecil dari α (0,000<0,05)
yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak ada aktivitas antibakteri ekstrak gambir
(Uncaria gambir Roxb) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans.
26
Mekanisme ekstrak gambir dalam Streptococcus mutans dikarenakan
adanya zat antibakteri yang terkandung di dalamnya. Zat antibakteri yang terdapat
dalam gambir adalah katekin, asam katekutanat, merah katekin, zat penyamak,
quersetin, lilin, serta alkaloid. Adanya kenaikan diameter zona hambat terhadap
pertumbuhan Streptococcus mutans diikuti dengan bertambah naiknya konsentrasi
dari ekstrak gambir. Hal ini dikarenakan adanya kenaikan konsentrasi ekstrak
gambir juga diiringi dengan naiknya kandungan zat antibakteri ekstrak gambir
(Fauziyah dkk, 2009; Risnawati, 2008).
Gambir mengandung senyawa fungsional yang termasuk dalam golongan
senyawa polifenol. Senyawa polifenol dalam gambir terutama adalah katekin.
Polifenol alami merupakan metabolit sekunder tanaman tertentu, termasuk dalam
menyusun golongan tanin. Tanin dalam jumlah kecil dapat menghalangi
pertumbuhan mikroorganisme, sedangkan dalam jumlah yang besar dapat
berfungsi sebagai antibakteri (Fauziyah dkk, 2009).
Hasil penelitian menunjukan bahwa ekstrak gambir mampu menghambat
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Hal ini diduga karena adanya
kandungan senyawa kimia seperti katekin, asam katekutanat, alkaloid di dalam
gambir. Senyawa-senyawa itulah yang berperan sebagai bahan aktif yang dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans. Pertumbuhan bakteri
yang terhambat akibat suatu zat antibakteri dapat disebabkan oleh penghambatan
terhadap sintesis dinding sel, penghambatan terhadap fungsi membran sel,
penghambatan terhadap sintesis protein dan penghambatan terhadap sintesis asam
nukleat (Lucida dkk, 2007; Setyaningrum, 2009).
27
Kerusakan yang dapat terjadi pada sel bakteri Streptococcus mutans akibat
pemberian ekstrak gambir adalah penghambatan terhadap sintesis dinding sel. Hal
ini karena adanya kandungan katekin yang merupakan senyawa polifenol.
Senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein. Protein yang menggumpal tidak
dapat berfungsi lagi, sehingga dapat mengganggu pembentukan dinding sel bakteri.
Selain itu, daya antibakteri ekstrak gambir diduga juga berkaitan dengan adanya
senyawa alkaloid. Alkaloid adalah senyawa pahit yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri. Dengan adanya alkaloid dinding sel bakteri dirusak yaitu
merusak struktur dinding sel dengan cara menghambat pembentukannya. Dinding
sel bakteri gram positif terdiri atas peptidoglikan yang sangat tebal yang
memberikan kekakuan untuk mempertahankan keutuhan sel. Dinding sel bakteri
Streptococcus mutans terdiri dari peptidoglikan, polisakarida spesifik, protein, dan
asam lipoteichoic (Setyaningrum, 2009).
Streptococcus mutans memiliki asam lipoteichoic yang disintesis pada
membran sitoplasma bakteri yang diproduksi dari permukaan sel yang berfungsi
sebagai reseptor. Asam lipoteichoic sangat toksik untuk berbagai sel inang dan
memiliki kemampuan aktivitas biologi berspektrum luas. Dan memiliki antigen
karbohidrat yang terdapat pada dinding sel yang berfungsi sebagai kekebalan
tubuh (Setyaningrum, 2009).
Proses perakitan dinding sel bakteri diawali dengan pembentukan rantai
peptida yang akan membentuk jembatan silang peptida yang menggabungkan
rantai glikan dari peptidoglikan pada rantai yang lain sehingga menyebabkan
dinding sel terakit sempurna. Jika ada kerusakan pada dinding sel atau ada
hambatan dalam pembentukannya dapat terjadi lisis pada sel bakteri sehingga
28
bakteri segera kehilangan kemampuan membentuk koloni dan diikuti dengan
kematian sel bakteri. Tanpa dinding sel, bakteri tidak dapat bertahan terhadap
pengaruh luar dan segera mati. Oleh karena itu, diduga adanya gangguan atau
penghambatan pada perakitan dinding sel utuh yang tepat efek dari ekstrak
gambir yang dapat menghambat dan membunuh pertumbuhan bakteri
(Setyaningrum, 2009).
Kemampuan ekstrak gambir dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans dapat dimanfaatkan sebagai antiseptik oral untuk mencegah
karies. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dapat menjadi sumber informasi
bagi masyarakat serta memacu peneliti lain untuk terus menggali manfaat gambir
sehingga gambir sebagai tanaman obat masyarakat Indonesia dapat terus
dikembangkan dan dilestarikan.
29
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada pengaruh yang signifikan aktivitas antibakteri ekstrak gambir
(Uncaria gambir Roxb) terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutans.
2. Besarnya rata-rata diameter zona hambat pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans pada konsentrasi ekstrak gambir 20%, 30%, 40%,
50%, 60%, 80% dan amoksisilin sebesar 6,16 mm, 7,16 mm, 9,16 mm,
11,33 mm, 11,5 mm, 12,83 mm dan 25,26 mm.
3. Aktivitas antibakteri ekstrak gambir terhadap pertumbuhan bakteri
Streptococcus mutans yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat
pertumbuhannya).
5.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sediaan lain
dari gambir misalnya dalam bentuk rebusan dengan konsentrasi yang lebih
dinaikkan.
2. Perlu dilakukan penelitian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak gambir
terhadap jenis bakteri lain yang menyebabkan infeksi pada rongga mulut
sehingga dapat mengembangkan ilmu pengetahuan terutama dalam bidang
mikrobiologi kedokteran gigi.
30
3. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan aktif yang terdapat
dalam ekstrak gambir untuk pengujian terhadap bakteri lain yang
menyebabkan infeksi.
31
Recommended