View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
15
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Ergonomi
Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu ergon yang berarti kerja dan nomos
yang berarti dalil, hokum atau peraturan. Sehingga Nurmianto (1996) mendefinisikan
istilah ergonomi sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkuangan
kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen
dan desain atau perancangan, sehingga ergonomi dapat diterapkan oleh ahli/pakar
diberbagai bidang seperti ahli anatomi, arsitektur, psikologi, teknik industri, evaluasi
proses kerja bagi pemerintahan, militer, dan lain-lain (Nurmianto, 1996 :Hal 1).
Penerapan ergonomi umumnya diwujudkan dalam aktivitas rancang bangun (design)
atau rancang ulang (redesign). Hal ini dapat meliputi perangkat keras seperti
misalnya perkakas kerja (tools), bangku kerja (benches), platform, kursi, pegangan
alat kerja (workholders), sistem pengendali (controls), alat peraga (displays),
jalan/lorong (access way), pintu(doors), jendela(windows), dan lain-lain.
Ergonomi berkenan dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan
kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi. Didalam
ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana manusia, fasilitas kerja dan
16
lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan utama yaitu menyesuaikan suasana
kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut juga sebagai ”Human
Factors”(Nurmianto, 1996).
Selain itu, ergonomi juga merupakan suatu cabang ilmu yang sistematis, untuk
memanfaatkan informasi-informasi mengenai sifat, kemampuan, dan keterbatasan
manusia untuk merancang sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan bekerja pada
sistem itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekerjaan itu
dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979 :Hal 61).
Berdasarkan berbagai pendefinisian ergonomi oleh beberapa pakar tersebut, dapat
ditarik suatu kesimpulan yaitu didalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem
dimana manusia, fasilitas kerja, dan lingkungannya saling berinteraksi satu sama lain.
Karena pada kenyataannya manusia memiliki batas-batas kemampuan pada saat
berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerja yang berupa mesin, peralatan
kerja, metode dan sistem kerja, prosedur perusahaan, dan lain-lain. Sehingga
ergonomi menyangkut keilmuan yang multidisiplin karena mempelajari pengetahuan
dari ilmu kehayatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.
Maksud dan tujuan dari disiplin ergonomi adalah mendapatkan suatu pengetahuan
yang utuh tentang permasalahan-permasalahan interaksi manusia dengan teknologi
dan produk-produknya, sehingga dimungkinkan adanya suatu rancangan sistem
manusia-manusia (teknologi) yang optimal. Dengan demikian disiplin ergonomi
17
melihat permasalahan tersebut sebagai suatu sistem dengan pemecahan-pemecahan
masalahnya melalui proses pendekatan sistem.
Berikut merupakan beberapa pokok-pokok kesimpulan mengenai disiplin
ergonomi, yaitu sebagai berikut :
a. Fokus perhatian dari ergonomi ialah berkaitan erat dengan aspek-aspek manusia
didalam perencanaan ”man-made object” dan lingkungan kerja. Pendekatan
ergonomi akan ditekankan pada penelitian kemampuan keterbatasan manusia
baik secara fisik maupun secara mental psikologis dan interaksinya dalam
sistem manusia mesin yang integral. Secara sistematis pendekatan ergonomi
kemudian akan memanfaatkan informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun,
sehingga akan tercipta produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai
dengan manusia. Pada gilirannya rancangan ergonomi yang akan dapat
meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktivitas kerja, serta dapat
menciptakan sistem serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman, dan sehat.
b. Ergonomi didefinisikan sebagai ”a discipline concerned with designing man-
made object (equipment) so that people can use them efectively and savely and
creating environments suitable for human living and work”. Dengan demikian
jelas bahwa pendekatan ergonomi akan mampu menimbulkan “fuctional
effective” dan kenikmatan-kenikmatan dari peralatan fasilitas maupun
lingkungan kerja yang dirancang.
18
c. Maksud dan tujuan utama dari pendekatan disiplin ergonomi diarahkan pada
upaya memperbaiki performans kerja manusia seperti menambah kecepatan
kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi energi kerja
yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu cepat.
Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan pula dapat memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan
yang disebabkan oleh kesalahan manusia (human error).
d. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi adalah aplikasi yang
sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan
karakteristik dan prilaku manusia di dalam perancangan peralatan, fasilitas dan
lingkungan kerja yang dipakai. Untuk ini analisis dan penelitian ergonomi akan
meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :
• Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya) dan anthropometri (ukuran) tubuh
manusia.
• Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf yang
berperan dalam tingkah laku manusia.
• Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waktu yang pendek
maupun dalam waktu yang panjang ataupun membuat celaka manusia, dan
sebaliknya ialah kondisi-kondisi kerja yang dapat membuat nyaman kerja
manusia.
19
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut maka penelitian dan pengembangan
ergonomi akan memerlukan berbagai disiplin keilmuan seperti psikologi,
anthopologi, faal/anatomi dan teknologi (engineering).
2.2 Kondisi Lingkungan Fisik Kerja
Manusia sebagai makhluk ”sempurna” tetap tidak luput dari kekurangan, dalam
arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi beberapa faktor. Faktor-faktor
tersebut bisa datang dari diri sendiri (intern) atau mungkin dari pengaruh luar
(extern). Salah satu faktor yang berasal dari luar yaitu faktor lingkungan kerja yaitu
semua keadaan yang terdapat disekitar tempat kerja misalnya temperatur, sirkulasi
udara, pencahayaan, kebisingan, getaran mekanis, bau-bauan dan lain-lain.
(Sutalaksana, 1979).
2.2.1 Temperatur
Tubuh manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal ini
dengan suatu sistem tubuh yang sangat sempurna sehingga dapat menyesuaikan
dengan perubahan-perubahan yang terjadi diluar tubuhnya. Tetapi kemampuan
manusia untuk menyesuaikan diri inipun ada batasnya, yaitu bahwa tubuh manusia
masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur
luar tubuh ini tidak melebihi dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi
dingin, semuanya dari keadaan normal tubuh. Dalam keadaan normal tiap anggota
20
tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda-beda seperti bagian mulut sekitar ±
37o C, bagian dada ± 35o C, dan bagian kaki ± 28o C. Tubuh manusia bisa
menyesuaikan diri karena kemampuannya untuk melakukan proses konveksi, radiasi
dan penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panasnya.
Menurut penyelidikan apabila temperatur udara lebih rendah dari 17o C, berarti
temperatur udara ini ada dibawah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri (35%
dibawah normal), maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan, karena
hilangnya panas tubuh yang sebagian besar diakibatkan oleh konveksi dan radiasi,
juga sebagian kecil akibat penguapan. Sebaliknya apabila temperatur udara terlalu
panas dibandingkan temperatur normal tubuh, maka akan menerima panas akibat
konveksi dan radiasi yang jauh lebih besar dari kemampuan tubuh untuk
mendinginkan dirinya melalui sistem penguapannya. Ini menyebabkan temperatur
tubuh menjadi ikut naik dengan lebih tingginya temperatur udara. Sebagaimana kita
ketahui dan rasakan bahwa temperatur yang terlalu dingin akan mengakibatkan cepat
timbulnya kelelahan tubuh dan dalam bekerja cenderung membuat banyak kesalahan
(Sutalaksana, 1979).
Kondisi panas sekeliling yang terlalu berlebihan akan mengakibatkan rasa letih
dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja
(Grandjean, 1986 dan Nurmianto, 1996).
”Internal Climate” suatu ruangan, selama masih dalam batas kenyamanan, maka
tidak akan ada masalah, namun jika sudah berada diluar batas kenyamanan akan
21
menjadi sebuah bahasan yang menarik. Ketidaknyamanan dapat berubah menjadi
sebuah gangguan atau bahkan menimbulkan efek-efek psikologis ataupun salah satu
nyeri pada fisiologis tergantung apda level dari proses pertukaran panasnya
(Nurmantino, 1996).
Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan
pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut (Sutalaksana, 1979):
± 49o C : Temperatur yang dapat ditahan selama 1 jam, tetapi jauh diatas tingkat
kemampuan fisik dan mental.
± 30o C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk
membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.
± 24o C : Kondisi optimum.
± 10o C : Kelakuan fisik yang extrim mulai muncul.
2.2.2 Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat obyek
secara jelas, tepat, tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan akan pencahayaan
yang baik, akan makin diperlukan apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang
memerlukan ketelitian karena penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram,
mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah, karena mata akan berusaha untuk
bisa melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan kelelahan mental, lebih jauh lagi
keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata, karena bisa menyilaukan.
22
Kemampuan mata untuk dapat melihat obyek dnegan jelas dietnukan oleh : ukuran
obyek, derajat kontras diantara obyek dan sekelilingnya, luminensi (brightness) dan
lamanya melihat. Yang dimaksud dengan derajat kontras adalah perbedaan derajat
terang relatif antara obyek dengan sekilingnya, sedangkan luminensi berarti arus
cahaya yang dipantulkan oleh obyek. Salah satu contoh yang sederhana, apabila kita
membaca buku atau meletakan benda-benda putih, maka warna alas untuk buku
mempunyai derajat kontras yang lebih tinggi dibandingkan buku dan alasnya, begitu
pula dengan benda-benda putih, agar derajat kontrasnya tinggi harus diletakkan pada
alas yang berwarna gelap (Sutalaksana, 1979).
2.2.3 Tingkat Kebisingan
Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan
tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu :
• Lama waktu bunyi tersebut terdengar. Semakin lama telinga kita mendengar
kebisingan akan semakin buruk akibatnya bagi pendengaran (tuli).
• Intensitas biasanya diukur dengan satuan desibel (dB), yang menunjukkan
besarnya arus energi persatuan luas.
• Frekwensi suara yang menunjukkan jumlah dari gelombang-gelombang suara
yang sampai ketelinga kita setiap detik, dinyatakan dalam jumlah getaran perdetik
atau Hertz(Hz). Lama telinga kita menerima kebisingan akan mempengaruhi
tingkat pendengaran kita (Sutalaksana, 1979).
23
Berbagai macam kesulitan mendengar ditentukan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
• Usia
• Penyakit
• Kebisingan yang menyebabkan ketulian (Noise Induced Deafness)
• Jenis Bahasa
• Pendidikan
Kebisingan yang menyebabkan ketulian ditunjukkan oleh rentang frekwensi
2000-6000 Hz. Para pekerja yang berada pada rentang tersebut harus selalu dites
secara periodic pada kemampuan dengarnya (Nurmianto, 1996).
2.2.4 Getaran
Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran-getaran yang ditimbulkan oleh
alat-alat mekanis, yang sebagian getaran ini sampai ketubuh kita dan menimbulkan
akibat-akibat yang tidak diinginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan
oleh intensitas (meter/detik) dan frekwensi getarnya (getar/detik), getaran mekanis
pada umumnya sangat menggangu tubuh karena tidak teraturannya, baik tidak teratur
dalam intensitas ataupun frekwensinya. Sedangkan alat-alat yang ada dalam tubuh
kitapun mempunyai frekwensi alami, dimana alat yang satu berbeda frekwensi
alaminya dengan alat lain. Gangguan terbesar terhadap suatu alat dalam tubuh terjadi
apabila frekwensi alam ini beresonansi dengan frekwensi dari getaran mekanis.
24
Secara umum getaran mekanis ini dapat mengganggu tubuh dalam hal :
menpengaruhi konsentrasi kerja dan mempercepat datanya kelelahan, menyebabkan
timbulnya beberapa penyakit, diantaranya karena gangguan terhadap mata, syaraf,
peredaran darah, otot-otot, tulang-tulang dan lain-lain (Sutalaksana, 1979).
2.2.5 Bau-bauan
Adanya bau-bauan disekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran,
apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian rupa sehingga dapat mengganggu
konsentrasi bekerja, dan secara lebih jauh bau-bauan yang terjadi terus-menerus bisa
mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan kelembaban merupakan dua
faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat ketajaman penciuman seseorang.
Oleh karena itu pemakaian ”air conditioning” yang tepat merupakan salah satu cara
yang bisa digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar
tempat kerja (Sutalaksana, 1979).
2.3 ERGOWEB® JOB EVALUATOR TOOLBOX
Penerapan ergonomi saat ini berkembang sesuai dengan berkembangnya
teknologi, yaitu dimana kemajuan teknologi memicu berkembangnya ergonomi ke
arah yang lebih maju dan praktis. Pembuatan software ergonomi merupakan salah
satu solusi yang diberikan untuk mempermudah para ilmuwan, industri, dan pelaku
riset dalam melakukan analisis, penelitian, dan perbaikan-perbaikan ergonomi secara
25
cepat, tepat, dan terarah. Selain itu dengan menggunakan software ergonomi,
perhitungan dan proses analisis awal yang biasanya memakan waktu yang lama dapat
diselesaikan dengan waktu yang relatif singkat.
Ergoweb® Job Evaluator Toolbox merupakan suatu software yang dibuat oleh
Ergoweb Inc. dan University of Utah Research Foundation pada tahun 1999.
Software ini dapat digunakan sebagai alat bantu (tool) bagi penelitian ergonomi.
Secara garis besar, Ergoweb® Job Evaluator Toolbox (Ergoweb® JET) terdiri atas 3
fungsi utama, yaitu sebagai sumber dasar-dasar teori ergonomi, alat bantu untuk
mengidentifikasikan masalah ergonomi, dan sebagai alat analisis terhadap suatu
masalah ergonomi.
Secara garis besar tool ini terdiri dari 4 (empat) bagian besar, yaitu :
1. Principles of Ergonomics
Merupakan tuntunan yang sangat berguna untuk user yang baru mengerti
ergonomi dan juga dapat berguna untuk mengingatkan kita yang telah familiar
dengan ilmu dan aplikasi ergonomi.
Bagian Principles of Ergonomics ini hanya berisi teori dasar ergonomi yang
disusun seperti index dimana dilakukan pengelompokkan topik sehingga akan
mempermudah user yang akan mencari informasi disini.
26
2. Anthropometry
Merupakan dasar teori mengenai anthropometri, dimana disini disediakan metode
tabel dan metode formula yang dapat digunakan untuk membuat estimasi mengenai
ukuran tubuh yang anthropometris.
Seperti halnya Principles of Ergonomics yang telah dibahas di atas, format
tampilan dan penggunaan dari bagian Anthropometri ini juga menggunakan sistem
index, sehingga user tinggal mengklik hyperlink yang diinginkan.
Keistimewaan dari bagian ini adalah disediakannya 2 metode untuk menentukan
data anthropometri dari seseorang, yaitu :
• Metode Tabel
Pada pendekatan ini disediakan tabel anthropometri yang terdiri dari gambar
tubuh manusia, keterangan ukuran tubuh yang diinginkan, serta persentil untuk
mendapatkan ukuran yang diinginkan.
• Metode Formula
Pendekatan ini mempunyai prinsip bahwa ukuran-ukuran bagian-bagian tubuh
(misalnya lengan, lengan bawah, paha) memiliki proporsi rata-rata yang pasti
dengan tinggi tubuh. Sehingga untuk mendapatkan ukuran suatu bagian tubuh
tertentu, maka user hanya perlu melihat gambar untuk mengetahui proporsi
27
bagian tubuh tersebut dengan tinggi badan, lalu mengalikannya dengan tinggi
badan.
Untuk lebih mengetahui secara mendalam, coba klik Anthropometric Data
Sources, baca informasi yang ditunjukkan lalu lihat tabel dan gambar.
3. Ergonomics Analysis Strategy
Pada bagian ini akan diberikan secara garis besar pendekatan-pendekatan yang
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi dan menghitung faktor resiko ergonomi di
tempat kerja.
Seorang peneliti diharapkan dapat menentukan keberadaan resiko ergonomi di
tempat kerja beserta bahaya yang diakibatkannya. Terdapat banyak sekali pendekatan
yang dapat dilakukan untuk dapat mencapai tujuan tersebut, sehingga sebuah analisis
yang sistematis meliputi :
• Penggunaan Passive Surveillance Method untuk menentukan apakah terdapat
faktor resiko ergonomi di tempat kerja. Metode ini dilakukan dengan
menggunakan data yang sudah ada.
• Penggunaan Active Surveillance Method untuk mendapatkan informasi lebih
lanjut mengenai keberadaan faktor resiko ergonomi di tempat kerja dan
menentukan apakah resiko pekerjaan perlu dihitung atau tidak. Survey ini
memerlukan pengetahuan langsung dan interaksi dengan tempat kerja yang
28
diamati sehingga dapat memberikan detail yang lebih baik mengenai kondisi
tempat kerja dimana terdapat faktor resiko ergonomi.
Metode ini juga memberikan beberapa alternatif tool dan checklist yang dapat
digunakan sesuai dengan kebutuhan riset, permasalahan ergonomi yang dihadapi, dan
kondisi tempat kerja, dimana masing-masing data untuk tool dan checklist ini dapat
diperoleh dengan cara wawancara atau pengamatan langsung di tempat kerja.
4. Control of Ergonomics Risk Conditions
Bagian ini berisi overview mengenai pengendalian dengan konsep engineering,
administrative, dan work practice yang dapat diaplikasikan apabila terdapat sebuah
permasalahan ergonomi. Secara garis besar, kontrol terhadap permasalahan ergonomi
dibagi menjadi 3 jenis solusi, yaitu :
• Engineering Controls
Engineering Controls melibatkan penggantian kondisi fisik tempat kerja untuk
menghilangkan atau mengurangi resiko ergonomi. Penyebab utama (faktor resiko sep
erti postur, gaya, dan pengulangan kerja yang tidak aman, dll.) diidentifikasi dan
langsung ditujukan kepada modifikasi fisik tempat kerja.
• Administrative Controls
Administrative Controls lebih terfokus pada penggantian organisasi kerja untuk
mengurangi kecenderungan pekerja untuk bekerja di dalam resiko ergonomi.
29
Biasanya, kontrol ergonomi ini dilakukan dengan cara manipulasi jadwal kerja atau
lingkungan kerja dimana pekerjaan dilakukan.
• Work Practice Controls
Work Practice Controls meliputi pelatihan dan penggunaan metode khusus
performansi kerja untuk mengurangi kecenderungan pekerja bekerja dalam resiko
ergonomi. Selain berisi tentang strategi pengendalian resiko ergonomi, bagian ini
juga memberikan informasi mengenai 6 (enam) konsep dasar yang membentuk suatu
parameter untuk pengambilan keputusan dalam pengendalian risiko ergonomi
(Control Strategy).
2.3.1 Checklist For Upper Extremity Cummulative Trauma Disorder
Checklist ini merupakan bagian dari tools yang berupa checklist yang terdapat
pada Ergoweb® Job Evaluator Toolbox (Ergoweb® JET). Checklist ini digunakan
untuk mengidentifikasi pekerjaan yang melibatkan tangan, lengan, bahu, dan atau
leher. Bila pada pengisian checklist menunjukkan adanya masalah pada pekerjaan
tersebut, maka checklist ini dapat berlanjut ke RULA, sebuah alat yang digunakan
untuk mensurvey kerja tubuh bagian atas ( tangan ) secara lebih detail.
30
Checklist pada Upper Extremity ( tangan, lengan, bahu, leher ) Cumulative
Trauma Tools terdapat beberapa yaitu:
1. Upper Extremity Cumulative Trauma Summary Checklist
Digunakan mengidentifikasi secara cepat pekerjaan mana yang memerlukan
analisis tambahan lebih lanjut melalui Upper Extremity Cumulative Trauma Detailed
Checklist. Jawaban “Ya” menunjukkan adanya upper extremity cumulative trauma
disorder risk factors pada pekerjaan dan membutuhkan penyelidikan lebih lanjut
dengan Upper Extremity Cumulative Trauma Detailed Checklist.
2. Upper Extremity Cumulative Trauma Detailed Checklist
Checklist ini merupakan checklist yang lebih rinci dibandingkan dengan Upper
Extremity Cumulative Trauma Summary Checklist, dimana RULA dapat
diaplikasikan untuk mengenali masalah ergonomi lebih lanjut.
3. Upper Extremity Cumulative Trauma Walk – Trough Checklist
Checklist ini merupakan checklist untuk mengenal secara keseluruhan dari tempat
kerja maupun pekerjaan yang dilakukan. Bila terdapat satu jawaban “Tidak“ berarti
kondisi yang ada berhubungan dengan resiko terjadinya cumulative trauma
disorder.
31
2.3.2 Rapid Upper Limb Assesment Survey ( RULA )
RULA (Rapid Upper Limb Assessment) merupakan tool yang berbentuk survey
untuk mengidentifikasi pekerjaan yang menyebabkan risiko dari cedera yang
kumulatif (cumulative trauma disorder) melalui analisis postur, gaya, dan
penggunaan otot. Survey ini merupakan screening tool yang mendetail untuk menguji
kecenderungan pekerja terhadap risiko cedera pada postur, gaya, penggunaan otot,
dan pergerakan pekerja pada saat melakukan pekerjaannya. Tool ini tidak
memberikan rekomendasi khusus untuk modifikasi pekerjaan. Tetapi tool ini
dirancang untuk menjadi survey yang cepat dan mudah sehingga memudahkan untuk
mengetahui apakah diperlukan analisis yang lebih detail.
2.3.2.1 Kapan Menggunakan RULA
RULA Suvey digunakan pada saat :
1. Diperlukan sebuah analisis awal, yang merupakan screening tool untuk
memutuskan derajat keterkaitan pekerja dengan risiko pada alat gerak tubuh
bagian atas yaitu postur ,kontraksi otot statis, gerakan yang berulang , gaya.
2. Diperlukan sebuah prioritas mengenai pekerjaan yang memerlukan modifikasi.
Urutan pekerjaan dengan faktor risiko alat gerak atas ini dapat dibuat dengan
32
membandingkan nilai dari berbagai pekerjaan yang disurvey dengan
menggunakan tool ini.
3. Diperlukan pendekatan untuk pengurangan risiko dengan pertimbangan
mendalam untuk pekerjaan dengan risiko pada alat gerak atas. Analis dapat
menentukan faktor mana yang berperan banyak pada risiko pekerjaan dengan
melihat penilaian dari setiap faktor.
4. Diperlukan analisis sebelum dan sesudah modifikasi tempat kerja. Dengan
menilai suatu pekerjaan dengan tool ini sebelum dan sesudah modifikasi kerja,
nilai peningkatan kuantitatif relatif terhadap keempat faktor risiko alat gerak atas
dapat ditentukan.
2.3.2.2 Asumsi dan Pembatasan Pada RULA Survey
Nilai dari model ini dipengaruhi oleh asumsi yang membatasi ketergantungannya
dan cakupan aplikasinya. Namun, tool ini merupakan tool yang berguna ketika
diaplikasikan dengan situasi yang tepat dengan menggunakan keputusan yang tepat
atas pembatasannya. Asumsi dan pembatasannya adalah sebagai berikut :
1. Faktor risiko yang dipilih dievaluasi. Tool ini tidak mempertimbangkan faktor
risiko alat gerak atas seperti :
• Waktu tanpa istirahat.
33
• Variasi individual pekerja seperti umur, pengalaman, ukuran / kekuatan atau
sejarah klinikal
• Faktor lingkungan tempat kerja
• Faktor psikofisikal
2. Pengamatan postur pekerja tidak meliputi analisis terhadap posisi jari (namun,
gaya yang mungkin terjadi di sepanjang jari-jari tetap diperhitungkan).
3. Waktu tidak diukur. Faktor ini penting ketika mempertimbangkan kelelahan otot
dan kerusakan jaringan lunak dari kontraksi dan gaya isometrik.
4. Gerakan yang berulang-ulang diberikan berat marginal.
5. Tidak dianjurkan adanya pengabaian kerja khusus.
2.3.2.3 Pengumpulan Data RULA
Tool ini didisain untuk analisis terhadap pekerjaan yang ada dengan cara seperti
menggunakan checklist. Tool ini dapat digunakan oleh engineer yang merancang
sebuah proses kerja bila dapat dibayangkan posisi tubuh, kontraksi otot statis,
gerakan berulang, dan gaya.
34
Cara termudah untuk menggunakan tool ini adalah dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaannya pada saat anda mereview pekerjaan anda. Lalu, masukkan
data yang Anda kumpulkan ke komputer untuk menganalisis pekerjaannya.
Amati pekerja dalam beberapa siklus kerja untuk memilih pekerjaan yang
harus dievaluasi. Pilih :
a. Posisi yang ditahan untuk sebagian besar waktu dari siklus kerja.
b. Posisi yang ditahan ketika terdapat muatan kerja terberat.
c. Posisi yang ditahan ketika posisi postur berada pada tingkat terburuk
(pembengkokan sendi yang besar).
Hanya salah satu sisi dari tubuh yang diuji. Apabila terdapat beberapa posisi /
aktivitas faktor risiko pekerjaan yang tinggi yang berhubungan dengan pekerjaan,
survey tiap masalah tersebut.
Gambar 2.1 Posisi Lengan Atas Untuk Analisa RULA
35
Gambar 2.2 Posisi Lengan Bawah Untuk Analisa RULA
Gambar 2.3 Posisi Pergelangan Tangan Untuk Analisa RULA
Gambar 2.4 Posisi Leher Untuk Analisa RULA
36
Gambar 2.5 Posisi Tubuh Untuk Analisa RULA
2.4 KUESIONER NORDIC BODY MAP
Postur tubuh dan gerakan serta perubahannya dalam bekerja dapat dinyatakan
sebagai sebuah variabel bebas. Jika setiap kondisi dan variabel seperti pekerjaan yang
dilakukan dan lingkungannya dapat terkendali, maka dapat mempengaruhi beberapa
variabel terikat lainnya. Variabel terikat ini dapat dinilai dari berbagai bidang
misalnya : bidang fisiologi yaitu konsumsi energi, denyut jantung rata-rata, tekanan
darah, bidang kedokteran yaitu gangguan akut, luka trauma yang terakumulasi,
bidang anatomi dan biomekanis sepeerti CT-scan, kalkulasi model, X-rays, bidang
teknik yaitu pengamatan tentang postur tubuh, sandaran kursi dan lantai,
produktivitas, bidang psikofisik seperti wawancara (baik terstruktur maupun tidak)
dan pemberian tingkat subjektif oleh objek percobaan atau pelaksana percobaan.
(Kroemer, 2001 : hal 339)
37
Kuesioner mengenai rasa tidak nyaman atau rasa sakit telah dikembangkan,
contohnya di Itali oleh Occhipinti dan kawan-kawan, di Skandinavia oleh Kiorinka,
Jonsson, Kilborn, Vinterberg, Biering – Sorensen, Andersson, dan Jorgensen (1987)
dan oleh Chaffin dan Andersen (1991) di Amerika serikat. Menurut Andersson,
Karlehagen dan Josson (1987), pengguna kuesioner dapat mengakibatkan timbulnya
hal-hal yang harus sangat diperhatikan yaitu cara pengumpulan yang berbeda akan
mengakibatkan hasil yang berbeda pula. Penggunaan nilai subjektif ini telah
mencakup beberapa fenomena yang terjadi dalam psikologis, biomekanis dan
pengukuran teknik, serta menjadi cara yang paling mudah untuk dinilai dan
diinterpretasikan.(Kroemer, 2001 : hal 339-340)
Kuesioner Nordic Body Map merupakan kuesioner yang digunakan untuk
mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja, kuesioner ini paling sering
digunakan karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini
menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama,
yaitu :
1. Leher
2. Bahu
3. Punggung bagian atas
4. Siku
38
5. Punggung bagian bawah
6. Pergelangan tangan/tangan
7. Pinggang/pantat
8. Lutut
9. Tumit/kaki
Responden yang mengisi kuesioner hanya perlu memberikan tanda “ya “ untuk
adanya keluhan dan “tidak” untuk tidak adanya gangguan bagian-bagian tubuh
tersebut. Jika diperlukan, gambar tubuh ini dapat dibagi menjadi lebih teliti lagi
menjadi 28 bagian tubuh seperti lengan atas bawah kiri dan lengan atas bawah kanan.
Setiap responden harus mengisi ada atau tidaknya keluhan yang diderita, baik
sebelum maupun sesudah melakukan pekerjaan tersebut.
Kemudian akan dihitung banyaknya jawaban yang diberikan para responden dan
dihitung persentase setiap anggota tubuh tersebut. Contoh perhitungan Nordic Body
map dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
39
Tabel 2.1. Contoh Perhitungan Kuesioner Nordic Body Map
No Keluhan
Jml ”Ya”
Sebelum
Kerja
Jml ”Ya”
Setelah
Kerja
Total
Persentase=
(Total / 8) x
100%
1 Sakit pada leher bagian atas 0 8 8 100
Gambar 2.6 Sembilan Bagian Tubuh Dalam Kuesioner Nordic Body Map
Sumber : Kroemer (2001)
40
2.5 Pengukuran Kerja
2.5.1 Definisi dan Pembagian Pengukuran Kerja
Menurut Sritomo (1995, p169-170) Pengukuran kerja merupakan bagian dari
penelitian cara kerja. Pengukuran kerja adalah pengukuran kerja dilihat dari waktu
kerja pada saat operator melakukan kerja. Pengukuran kerja merupakan metode
penetapan keseimbangan antara kegiatan dengan manusia yang dikontribusikan
dengan output yang akan dihasilkan. Pengukuran kerja dibagi menjadi dua yaitu :
1) Pengukuran kerja langsung
Pengukuran kerja langsung adalah pengukuran waktu kerja yang dilakukan
secara langsung di tempat dimana pekerjaan diukur dan dijalankan. Cara
pengukurannya dilakukan dengan menggunakan alat bantuan seperti jam henti
(stopwatch) dan sampling kerja.
2) Pengukuran kerja tidak langsung
Pengukuran tidak langsung adalah pengukuran kerja dengan cara dihitung
dengan metode standar data / formula, pengukuran kerja dengan analisa regresi,
penetapan waktu baku dengan data gerakan. Atau dengan kata lain si pengamat
tidak harus berada di tempat pengukuran kerja. Biasanya dilakukan dengan WF
(Work Factor) dan MTM (Methods Time Measurement).
41
2.5.2 Uji Kecukupan Data
Menurut Ralph M. Barnes (1983 p273-274), dalam melakukan observasi dan
pengumpulan data hendaknya melakukan evaluasi terhadap error dari data yang
dikumpulkan. Untuk itu perlu untuk diketahui nilai N’, yaitu jumlah observasi yang
dibutuhkan untuk memprediksikan kebenaran data pada tingkat ketelitian dan tingkat
kepercayaan yang sudah ditentukan. Berikut adalah rumus N’ dengan 95 persen
tingkat kepercayaan dan 5 persen tingkat ketelitian :
( )22
240'
⎟⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜⎜
⎝
⎛ −=
∑∑ ∑
X
XXNN , Dimana :
• N’ = Jumlah observasi yang diperlukan untuk tingkat kepercayaan 95 % dan
tingkat ketelitian 5 %.
• N = Jumlah observasi awal yang dilakukan.
• 40 = Konstanta tingkat ketelitian (5% = 40, 10% = 20).
• X = Data waktu yang dikumpulkan.
Menurut Sutalaksana (1979, p135), tingkat ketelitian dan tingkat kepercayaan
adalah pencerminan tingkat kepastian yang diinginkan oleh pengukur setelah
memutuskan tidak melakukan pengukuran yang sangat banyak. Tingkat ketelitian
menunjukkan penyimpangan maksimum hasil pengukuran dari waktu penyelesaian
sebenarnya. Sedangkan tingkat kepercayaan menujukkan besarnya kepercayaan
pengukur bahwa hasil yang diperoleh memenuhi syarat ketelitian yang ada.
42
2.5.3 Waktu Baku
Menurut Sritomo (1995, p170), Waktu baku didefinisikan sebagai waktu yang
dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat keahlian rata-rata untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Kegunaan dari waktu baku adalah :
• Untuk membuat penjadwalan kerja mengenai seberapa lama suatu
pekerjaan berlangsung.
• Untuk merencanakan berapa banyak output yang dapat dihasilkan.
• Untuk mengetahui seberapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan untuk menentukan waktu
baku adalah :
1. Faktor penyesuaian
Faktor penyesuaian diberikan berkenaan dengan tingkat kecepatan kerja
yang dilakukan pekerja dalam melakukan pekerjaannya terkadang dalam
melakukan kerja terdapat ketidakwajaran yang dilakukan seperti bekerja
sangat cepat seolah diburu waktu, bekerja tanpa kesungguhan, atau
kesulitan kerja akibat pengaruh kondisi ruangan kerja yang buruk. Cara
menentukan faktor penyesuaian adalah cara Shumard, cara Westinghouse,
cara Bedaux, dan cara Objektif
43
2. Faktor kelonggaran
Faktor kelonggaran diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah
kebutuhan pekerja diluar kerja yang terjadi selama pekerjaan berlangsung
seperti kebutuhan pribadi, hambatan kerja yang tidak dapat dihilangkan,
dan kebutuhan untuk melepas lelah.
Menurut Sutalaksana (1979, p140 – 154), Rumus yang digunakan
dalam perhitungan waktu baku adalah :
)1( PrataRataSiklusWaktuNormalWaktu +×−=
%%100%100
ANormalWaktuBakuWaktu
−×= , dimana :
P = Faktor Penyesuaian
A = Persentase Faktor Kelonggaran
2.6 Line Balancing
2.6.1 Latar Belakang Line Balancing
Menurut Mikell P. Groover (2001, p529), line balancing merupakan suatu metode
yang digunakan dalam mendesain suatu lini operasi atau perakitan yang dilakukan
secara manual. Pada dasarnya dalam suatu lini operasi atau perakitan mengandung
banyak elemen kerja yang berdiri sendiri. Dengan urutan kerja elemen tersebut, suatu
44
lini produksi harus beroperasi sesuai dari tingkat produksi yang spesifik dan
menurunkan cycle time.
Atas dasar inilah line balancing digunakan untuk menugaskan individual elemen
kerja ke suatu situasi kerja agar semua pekerja memiliki persamaan jumlah kerja yang
harus dikerjakan.
2.6.2 Permasalahan Keseimbangan Lintasan Produksi
Persoalan keseimbangan lintasan perakitan bermula dari adanya kombinasi
penugasan kerja kepada operator atau grup operator yang menempati tempat kerja
tertentu. Karena penugasan elemen kerja (work element) yang berbeda akan
menyebabkan perbedaan dalam sejumlah waktu yang tidak produktif dan variasi
jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk menghasilkan output produksi tertentu
didalam suatu lintasan perakitan.
Masalah kombinasi tersebut menjadi masalah penyeimbangan lintas perakitan,
penyeimbangan operasi atau stasiun kerja dengan tujuan untuk mendapatkan waktu
yang sama di setiap stasiun kerja sesuai dengan kecepatan produksi yang diinginkan.
Masalah utama yang dihadapi dalam lintasan produksi adalah : (Biegel, 1992)
1. Kendala sistem, yang erat kaitanya dengan maintenance (perawatan)
2. Menyeimbangkan beban kerja pada beberapa stasiun kerja (work station) untuk :
a. Mencapai suatu efisiensi yang tinggi
b. Memenuhi rencana produksi yang telah dibuat
45
Gejala ketidakseimbangan lintasan produksi :
• Adanya stasiun kerja yang sibuk dan idle yang menyolok
• Adanya work in process (produk setengah jadi) pada beberapa stasiun kerja
Sedangkan hal-hal yang dapat mengakibatkan ketidakseimbangan pada lintasan
produksi antara lain :
• Rancangan lintasan yang salah
• Peralatan atau mesin sudah tua sehingga seringkali break down dan perlu
diset-up ulang
• Operator yang kurang terampil
• Metode kerja yang kurang baik
Rancangan lintasan produksi yang seimbang bertujuan:
1. Untuk menyeimbangkan beban kerja yang dialokasikan pada setiap stasiun
kerja sehingga pekerjaan dapat selesai dalam waktu yang seimbang dan
mencegah terjadinya bottleneck.
2. Menjaga lini perakitan agar tetap lancar dan kontinu berlangsung (Elsayed,
1985)
Pada usaha pencapaian keseimbangan lini, terdapat beberapa cara yang dikenal antara
lain:
1. Penumpukan material
2. Pergerakan operator
3. Pemecahan elemen Pekerjaan
46
4. Perbaikan operasi
5. Perbaikan performasi operator
6. Pengelompokan operasi
Pada umumnya, merencanakan suatu keseimbangan di dalam sebuah lintas
perakitan meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas optimal,
dimana tidak terjadi penghamburan fasilitas. Tujuan tersebut dapat tercapai bila :
a. Lintas perakitan bersifat seimbang, setiap stasiun kerja mendapat tugas yang
sama nilainya diukur dengan waktu.
b. Stasiun-stasiun kerja berjumlah minimum.
c. Jumlah waktu menganggur di setiap stasiun kerja sepanjang lintas perakitan
minimum.
Dengan demikian, criteria yang umum digunakan dalam suatu keseimbangan
lintas perakitan adalah :
a. Minimum waktu mengganggur.
b. Minimum keseimbangan waktu senggang(balance delay).
Selain itu ada pula yang menggunakan maksimum efisiensi, tetapi pada
prinsipnya ketiga hal tersebut sama. Waktu menganggur biasanya digunakan untuk
menyatakan ukuran ketidakseimbangan suatu lintas produksi.
47
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa keseimbangan lintas
perakitan tersebut didasarkan pada hubungan antara :
a. Kesepatan produksi (production rate)
b. Operasi-operasi yang diperlukan dan urut-urutan kebergantungan (sequence)
c. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap operasi (work element
time)
d. Jumlah operator / pekerja yang melakukan operasi tersebut
2.6.3 Terminologi Line Balancing
Menurut Mikell P. Groover (2001, p529 – 532), dalam line balancing terdapat
beberapa konsep yang digunakan untuk mengukur performansi line balancing
problem. Berikut adalah konsep dan terminology yang digunakan :
1. Work Element
Bagian dari keseluruhan pekerjaan dalam proses assembly. Umumnya, N
didefinisikan sebagai jumlah total dari elemen kerja yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu assembly dan i adalah elemen kerja.
2. Workstation (WS)
Lokasi pada lini assembly atau pembuatan suat produk dimana pekerjaan
diselesaikan baik manual maupun otomatis. Jumlah minimum dari stasiun
kerja adalah K, dimana K harus ≤ i.
48
3. Minimum Rational Work Element (Elemen Kerja Terkecil)
Untuk menyeimbangkan pekerjaan dalam setiap stasiun yang ada maka
pekerjaan tersebut haus dipecah menjadi elemen-elemen pekerjaan. Elemen
kerja minimum adalah elemen pekerjaan terkecil dari suatu pekerjaan yang
tidak dapat dibagi lagi.
4. Total Work Content (Total Waktu Pengerjaan)
Jumlah dari seluruh waktu pengerjaan setiap elemen pekerjaan dari suatu
lini.
5. Workstation Process Time (Waktu Proses Stasiun Kerja)
Elemen pekerjaan yang diselesaikan dalam satu stasiun kerja dapat terdiri
dari satu elemen pekerjaan atau lebih.
Waktu proses dalam stasiun kerja merupakan penjumlahan dari seluruh
waktu pengerjaan setiap elemen kerja yang berada di dalam stasiun kerja
tersebut.
6. Precedence Constraints (Pembatas Pendahulu)
Dalam menyelesaikan suatu elemen pekerjaan seringkali terdapat urutan-
uruatan teknologi yang harus terpenuhi sebelumnya agar elemen itu dapat
dijalankan.
49
Beberapa tipe pembatas dalam keseimbangan lini adalah:
• Pembatas teknologi (technological restriction)
Pembatas ini disebut juga precedence constraints dalam bahasa
keseimbangan lintasan. Yang dimaksud dengan pembatas teknologi
adalah proses pengerjaan yang sudah tertentu. Urutan proses serta
ketergantungannya digambarkan dalam suatu diagram ketergantungan
(precedence diagram) dan operating proses chart (OPC).
• Pembatas fasilitas (facility restriction)
Pembatas di sini adalah akibat adanya fasilitas/mesin yang tidak dapat
dipindahkan (fasilitas tetap)
• Pembatas posisi (positional restriction)
Membatasai pengelompokan elemen-elemen kerja karena orientasi
produk terhadap operator yang sudah tertentu.
• Zoning constraint
Zoning constraint terdiri atas Positive Zoning Constraint dan Negative
Zoning Constraint.
7. Precedence Diagram (Diagram Pendahuluan)
Diagram pendahuluan adalah suatu gambaran secara grafis dari suatu
urutan pekerjaan yang memperlihatkan keseluruhan operasi pekerjaan dan
ketergantungan masing-masing operasi pekerjaan tersebut dimana elemen
50
pekerjaan tertentu tidak dapat dikerjakan sebelum elemen pekerjaan yang
mendahuluinya dikerjakan lebih dahulu.
8. Balance Delay
Merupakan rasio dari total waktu menggangur dengan keterkaitan waktu
siklus dan jumlah stasiun kerja atau dengan kata lain jumlah antara balance
delay dan line efficiency sama dengan 1.
100%n.Wd
Wi-n.Wd senggangan waktu Keseimbang
n
1i ×=∑=
Dimana:
n = jumlah stasiun kerja
Wd = waktu stasiun terbesar / waktu daur (cyle time)
Wi = waktu sebenarnya pada setiap stasiun kerja
i = 1, 2, 3, …, n
Atau BD = 100% - LE
9. Assembled Product
Produk yang melewati suatu urutan stasiun kerja dimana pekerjaan-
pekerjaan diatur dan mencapai stasiun akhir.
51
10. Cyle Time (CT)
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untum menyelesaikan produk dari ini
perakitan dengan asumsi setiap assembly mempunyai kecepatan yang
konstan. Nilai minimum dari waktu siklus ≥ waktu stasiun yang terpanjang.
TSimax CT ≥
11. Delay Time of A Station
Merupakan selisih antara waktu siklus dengan waktu stasiun. Perbedaan
antara waktu stasiun dengan waktu siklus atau disebut juga idle time.
∑=
=
=n
1iWi- Wd.n Menganggur Waktu Total
Wi- WdStasiun MenganggurWaktu
12. Line Efficiency (Efisiensi Lini)
Rasio dari total waktu stasiun terhadap keterkaitan waktu siklus
dengan jumlah stasiun kerja yang dinyatakan dalam persentase.
%100)CT)(K(
TSi LE ×= ∑
Dimana :
TSi = station time atau waktu stasiun ke-i
K = jumlah total stasiun kerja
52
CT = cycle time atau waktu siklus terpanjang
13. Station Efficiency (Efisiensi Stasiun Kerja)
Rasio dari waktu stasiun kerja terhadap waktu siklus atau waktu stasiun
kerja terbesar.
%100CTTSi SE ×=
14. Smoothness Index (SI)
Merupakan suatu index yang menunjukkan kelancaran relative dari suatu
keseimbangan lini assembly. Suatu smoothness index sempurna jika nilainya
0 atau perfect balance.
2.7 Peta Tangan Kiri Tangan Kanan
Untuk menyempurnakan cara atau metode kerja yang digunakan dalam suatu
proses maka perlu dilakukan analisis terhadap pekerjaan itu sendiri. Dan tentu jika
setiap stasiun kerja telah disempurnakan, maka untuk memperbaiki proses secara
keseluruhan akan lebih mudah dilaksanakan. Untuk mendapatkan gerakan-gerakan
yang lebih terperinci, dan terutama untuk mengurangi gerakan yang tidak perlu dan
untuk mengatur gerakan-sehingga diperoleh urutan yang terbaik maka diperlukan
studi gerakan. Peta tangan kiri dan tangan kanan merupakan suatu alat dari studi
gerakan untuk menentukan gerakan-gerakan yang efisien, yaitu gerakan-gerakan
yang memang diperlukan untuk melaksanakan suatu pekerjaan (Sutalaksana, 1979).
53
Peta ini menggambarkan suatu gerakan pada saat bekerja dan pada saat
mengganggur yang dilakukan oleh tangan kiri dan tangan kanan, dan juga
menunjukkan perbandingan antara tugas yang dibebankan pada tangan kiri dan tanga
nkanan pada saat melakukan suatu pekerjaan, peta ini memperlihatkan semua operasi
secara cukup lengkap, yang berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut dan
sangat praktis untuk memperbaiki suatu pekerjaan manual dimana tiap siklus dari
pekerja tadi terjadi dengan cepat dan terus berulang.
Melalui peta ini kita bisa melihat semua operasi secara cukup lengkap, yang
berarti mempermudah perbaikan operasi tersebut. Peta ini sangat praktis untuk
memperbaiki suatu pekerjaan manual dimana setiap siklus dari pekerja terjadi dengan
cepat dan terus berulang, sedangkan keadaan lain, peta ini kurang praktis untuk
dipakai sebagai alat penganalisa. Inilah sebabnya dengan menggunakan peta ini kita
bisa melihat dengan jelas pola-pola gerakan yang tidak efisien, dan atau bisa melihat
adanya pelanggaran terhadap prinsip-prinsip ekonomi gerakan yang terjadi pada saat
pekerja manual tersebut berlangsung.
Pada dasarnya, peta tangan kiri tangan kanan berguna untuk memperbaiki suatu
stasiun kerja, sebagaimana peta-peta lain, peta inipun mempunyai kegunaan yang
lebih khusus, diantaranya:
1. Menyeimbangkan gerakan kedua tangan dan mengurangi kelelahan
Dengan bantuan studi gerakan dan prinsip-prinsip ekonomi gerakan maka kita
bisa mengurangi suatu pekerjaan lengkap menjadi elemen-elemen gerakan yang
54
terperinci. Setiap gerakan dari pekerjaan ini dibebankan ke setiap tangan
sedemikian rupa sehingga seimbang dan memenuhi prinsip ekonomi gerakan.
Dimana suatu pekerjaan yang sudah bisa memenuhi prinsip ekonomi gerakan,
berarti akan mengurangi kelelahan.
2. Menghilangkan atua mengurangi gerakan-gerakan yang tidak efisien dan tidak
produktif, sehingga tentunya akan mempersingkat waktu kerja
Keadaan ini juga bisa dicapai dengan bantuan studi gerakan dan prinsip-prinsip
ekonomi gerakan. Kemahiran untuk menguraikan suatu pekerjaan menjadi
elemen-elemen gerakan dan kemudian memilih elemen-elemen mana saja yang
efektif dan tidak efektif, tentu akan mempengaruhi efisien dan produktivitas kerja.
Jika suatu pekerjaan sudah bisa dilaksanakan dengan efisien dan produktif, maka
ototmatis waktu penyelesaian pekerjaan tersebut merupakan waktu tersingkat saat
itu.
3. Sebagai alat untuk menganalisa tata letak stasiun kerja
Tata letak tempat kerja juga merupakanfaktor yang mempengaruhi lamanya
waktu penyelesaian. Percobaan dengan merubah-rubah tata letak peralatan selain
dapat menentukan tat letak yang baik ditinjau dari waktu dan jarak, juga kita bisa
menemukan urutan-urutan pengerjaan yang baik dengan prinsip ekonomi
gerakan.
55
4. Sebagai alat untuk melatih pekerjaan baru, dengan cara yang ideal
Kiranya sudah jelas, bahwa peta tangan kiri dan tangan kanan menunjukkan
urutan pengerjaan yang terabaik untuk saat itu. Peta ini berfungsi sebagai
penuntun terutama bagi pekerja-perkerja baru, sehingga akan mempercepat proses
belajar.
2.8 Studi Gerakan (Sutalaksana, 1979)
Studi gerakan atau lazimnya disebut dengan ”motion study” adalah suatu sutid
tentang gerakan-gerakan yang dilakukan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Dengan studi ini diperoleh gerakan-gerakan standar untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, yaitu rangkaian gerakan-gerakan yang efektif dan efisien. Untuk
memperoleh hal tersebut maka perlu diperhatikan terlebih dahulu kondisi pekerjaan
yang ada yaitu kondisi pekerjaan yang memungkinkan dilakukan gerakan-gerakan
kerja yang ekonomis. Studi mengenai ini dikenal sebagai studi ekonomi gerakan.
Maka dapat didefinisikan bahwa studi gerakan adalah analisa yang dilakukan
terhadap beberapa gerakan bagian pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya
(Sutalaksana, 1979). Setelah kondisi pekerjaan yang baik diperoleh maka kemudian
dilakukan studi gerakan yaitu dengan menganalisa secara seksama berbagai gerakan
tubuh manusia (umumnya gerakan tangan) yang ditujukan untuk menyelesaikan
pekerjaan.
56
Studi gerakan ini dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan gerakan-
gerakan yang tidak efektif dalam penyelesaian suatu pekerjaan sehingga akan
diperoleh penghematan waktu kerja, serta dapat pula menghemat pemakaian fasilitas-
fasilitas yang tersedia untuk pekerjaan tersebut. Hal ini disebabkan karena gerakan-
gerakan kerja tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya, sehingga mesin, peralatan, dan
lingkungan kerja akan terbahas bersama-sama. Dengan adanya penghematan-
penghematan tersebut maka diharapkan bahwa pekerjaan akan dilaksanakan secara
lebih mudah dan laju produksi bisa ditingkatkan.
Untuk mempermudah penganalisaan terhadap gerakan-gerakan yang dipelajari,
perlu dikenal dahulu gerakan-gerakan dasar. Seorang tokoh yang telah meneliti
gerakan-gerakan dasar secara mendalam adalah Frank B. Gilberth beserta istrinya,
Lilian. Ia menguraikan gerakan kedalam 17 gerakan dasar atau elemen gerakan yang
dinamai Therblig. Sebagaian besar dari Therblig ini merupakan gerakan-gerakan
dasar tangan. Hal ini mudah dimengerti karena pada setiap pekerjaan produksi
gerakan tangan merupakan gerakan yang sering dijumpai, terlebih lagi dalam
pekerjaan yang bersifat manual. Setiap pekerjaan mungkin hanya dapat diuraikan
kedalam empat therblig, sedangkan pekerjaan yang lain mungkin hanya dapat
diuraikan kedalam enam therblig. Dalam hal ini, kemampuan untuk menguraikan
suatu pekerjaan ke dalam therblig-therblig dengan baik sangat diperlukan karena
dengan demikian akan memudahkan penganalisaan gerakan dalam suatu pekerjaan.
Selanjutnya dapat dengan baik pula diketahui gerakan-gerakan yang dapat
57
menghemat waktu kerja, atau gerakan mana yang sebetulnya tidak diperlukan oleh
pekerja.
Therblig ini dinyatakan dalam lambang-lambang tertentu, untuk selengkapnya
lihat tabel berikut ini:
Tabel 2.2 Lambang-Lambang Therblig
Nama Therblig Lambang Therblig
Mencari (Search) SH
Memilih (Select) ST
Memegang (Graps) G
Menjangkau (Reach) RE
Membawa (Move) M
Memegang untuk memakai (Hold) H
Melepas (Release Load) RL
Pengarahan (Position) P
Pengarahan sementara (Pre Position) PP
Memeriksa (Inspection) I
Merakit (Assemble) A
Lepas rakit (Disassemble) DA
Memakai (Use) U
Kelambatan yang tak terhindarkan (Unavoidable delay) UD
Kelambatan yang dapat dihindarkan (Avoidable Delay) AD
Merencanakan (Plan) Pn
Istirahat untuk menghilangkan fatigue (Rest to Overcome Fatique) R
58
Sedangkan pengertian dari setiap elemen gerakan tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
• Mencari (search)
Elemen gerakan mencari merupakan dasar dari pekerja untuk menemukan lokasi
obyek. Yang bekerja dalam hal ini adalah mata. Gerakan dimulai saat mata
bergerak mencari obyek dan berakhir bila obyek sudah ditemukan. Tujuan dari
penganalisaan therblig ini adalah untuk menghilangkan sedapat mungkin gerak
yang tidak perlu. Mencari merupakan gerak yang tidak efektif dan masih dapat
dihindarkan misalnya dengan menyimpan peralatan atau bahan-bahan pada
tempat yang tetap sehingga proses mencari dapat dihilangkan
• Memilih (select)
Memilih merupakan gerakan untuk menemukan suatu obyek yang tercampur,
tangan dan mata adalah dua bagian yang digunakan untuk melakukan gerakan ini.
Therblig ini dimulai pada saat tangan dan mata mulai memilih dan berakhir bila
obyek sudah ditemukan. Batas antara mulai memilih dan akhir dari mencari agak
sulit untuk ditentukan karena ada pembauran pekerjaan diantara dua gerakan
tersebut yaitu gerakan yang dilakukan oleh mata. Gerakan memilih merupakan
gerakan yang tidak efektif, sehingga sedapat mungkin elemen gerakan ini harus
dihindari.
59
• Memegang (graps)
Therblig ini adalah gerakan untuk memegang obyek, biasanya didahului oleh
gerakan menjangkau dan dilanjutkan dengan gerakan membawa. Therblig ini
merupakan gerakan yang efektif dari suatu pekerjaan dan meskipun sulit untuk
dihilangkan namun dalam beberapa hal masih dapat dikurangi.
• Menjangkau (reach)
Pengertian menjangkau dalam therblig adalah gerakan tangan berpindah tempat
tanpa beban, baik gerakan mendekati maupun menjauhi obyek. Gerakan ini
biasanya didahului oleh gerakan melepas dan diikuti oleh gerakan memegang.
Therblig ini dimulai pada saat tangan mulai berpindah dan berakhir bila tangan
sudah berhenti seperti juga memegang, menjangkau sulit dihilangkan secara
keseluruhan dari siklus kerja, yang masin mungkin adalah pengurangan waktu
geraknya.
• Membawa (move)
Elemen gerak membawa juga merupakan gerak perpindahan tangan, hanya dalam
gerakan ini tangan dalam keadaan dibebani. Gerakan membawa biasanya
didahului oleh memegang dan dilanjutkan oleh melepas atau dapat juga oleh
pengarahan.
• Memegang untuk memakai (hold)
Pengertian memegang untuk memakai disini adalah memegang tanpa
menggerakkan obyek yang dipegang tersebut. Perbedaannya dengan memegang
60
adalah perlakuan terhadap obyek yang dipegang. Pada memegang dilanjutkan
dengan gerak membawa, sedangkan memegang untuk memakai tidak demikian.
Therblig ini merupakan gerakan yang tidak efektif, dengan demikian sedapat
mungkin harus dihilangkan atau paling tidak dikurangi.
• Melepas (release hold)
Elemen gerak melepas terjadi bila seorang pekerja melepaskan obyek yang
dipegangnya. Bila dibandingkan dengan therblig lainnya, gerak melepas
merupakan gerakan yang relatif lebih singkat. Therblig ini dimulai saat pekerja
mulai melepaskan tangannya dari obyek dan berakhir bila seluruh jarinya sudah
tidak menyentuh obyek lagi. Gerakan ini biasanya didahului oleh gerakan
mengangkut atau dapat pula gerakan mengarahkan dan biasanya diikuti oleh
gerakan menjangkau.
• Pengarahan (position)
Therblig ini merupakan gerakan mengarahkan suatu obyek pada suatu lokasi
tertentu. Mengarahkan biasanya didahului oleh gerakan mengangkut dan diikuti
oleh gerakan merakit. Gerakan ini dimulai sejak tangan mengendalikan obyek
dan berakhir saat gerakan merakit atau memakai dimulai.
• Pengarahan sementara (pre position)
Pengarahan sementara merupakan elemen gerak mengarahkan pada suatu tempat
sementara. Tujuan dari pengarahan sementara ini adalah memudahkan pemegang
apabila obyek tersebut akan digunakan kembali. Dengan demikian untuk satu
61
siklus berikutnya elemen gerak mengarahkan diharapkan akan berkurang.
Therbilig ini sering terjadi bersama dengan therblig yang lain diantaranya adalah
mengangkut dan melepas.
• Memeriksa (inspection)
Therblig ini merupakan pekerjaan memeriksa obyek untuk mengetahui apakah
obyek telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Elemen ini dapat berupa gerakan
melihat seperti untuk memeriksa warna, meraba seperti memeriksa kehalusan
permukaan, mencium, mendengar dan kadang-kadang merasa dengan lidah.
Biasanya pemeriksaan dilakukan dengan membandingkan obyek dengan suatu
standart, sehingga banyak sedikitnya wakut yang di perlukan untuk memeriksa
tergantung pada kecepatan operator untuk menemukan perbedaan obyek dengan
standar yang dibandingkan.
• Merakit (assemble)
Merakit adalah gerakan untuk menggabungkan suatu obyek dengan obyek lainnya
sehingga mejadi suatu kesatuan. Gerakan ini biasanya didahului oleh therblig
membawa atau mengarahkan dan dilanjutkan dengan therblig melepas. Pekerjaan
perakitan dimulai bila obyek sudah siap dipasang dan berakhir bila obyek tersebut
sudah tergabung secara sempurna.
• Lepas rakit (disassemble)
Therblig ini merupakan kebalikan dari therblig perakitan, disini obyek dipisahkan
dari satu kesatuan. Gerakan lepas rakit biasanya didahului oleh memegang dan
62
dilanjutkan oleh membawa dan biasanya juga dilanjutkan oleh melepas. Gerakan
ini dimulai pada saat pemegangan atas obyek telah terpisah sempurna. Biasanya
akhir dari lepas rakit merupakan awal dari salah satu gerakan membawa atau
melepas.
• Memakai (use)
Yang dimaksud memakai disini adalah bila satu tangan atau kedua-duanya
dipakai untuk menggunakan alat. Lamanya waktu yang dipergunakan untuk
gerak ini tergantung dari jenis pekerjaannya serta keterampilan dari pekerjaanya.
• Kelambatan yang tak terhindarkan (unavoidable delay)
Kelambatan yang dimaksud disini adalah kelambatan yang diakibatkan oleh hal-
hal yang terjadi diluar kemamuan pekerja. Hal ini timbul karena ketentuan cara
kerja yang mengakibatkan satu tangan menganggur sedangkan tangan lainnya
bekerja. Kelambatan ini dapat dikurangi dengan mengadakan perubahan atau
perbaikan pada proses operasi.
• Kelambantan yang terhindarkan (avoidable delay)
Kelambatan ini disebabkan oleh hal yang ditimbulkan sepanjang kerja oleh
pekerjanya baik disengaja maupun tidak disengaja. Untuk mengurangi
kelambatan ini harus diadakan perbaikan oleh pekerjanya sendiri tanpa harus
merubah proses operasinya.
63
• Merencanakan (plan)
Merencanakan merupakan proses mental, dimana operator berpikir untuk
menentukan tindakan yang akan diambil selanjutnya. Waktu untuk therblig ini
sering terjadi pada seorang pekerja baru.
• Istirahat untuk menghilangkan fatique (rest to overcome fatique)
Hal ini terjadi pada setiap siklus kerja, tetapi secara periodic. Waktu untuk
memulihkan lagi kondisi badan dari rasa fatique sebagai akibat kerja berbeda-
beda, tidak saja karena jenis pekerjaanya tetapi juga karena individu pekerjanya.
2.9 Ekonomi Gerakan (Sutalaksana, 1979 : 108-116)
Ekonomi gerakan berisi prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam
perancangan sistem kerja yang baik.
2.9.1 Analisa Kerja (Operation Analysis) dan Prinsip-Prinsip Ekonomi
Gerakan (Motion Economy)
Analisa operasi adalah suatu posedur yang dilakukan untuk menganalisa suatu
operasi kerja dengan tujuan untuk memperbaiki metode kerja yang selama ini
diaplikasikan. Salah satu pendekatan yang dilaksananakan yaitu dengan melakukan
identifikasi maksud dan tujuan operasi kerja.
Identifikasi maksud dan tujuan operasi kerja bertujuan untuk mengeliminir atau
mengkombinasikan operasi-operasi kerja (yang tidak dibutuhkan) sebelum
64
memperbaikinya. Banyak elemen-elemen kerja yang sebenarnya tidak diperlukan lagi
tetapi jutru dilakukan sekarang. Banyak contoh pekerjaan atau proses yang
seharusnya tidak cukup sekedar disederhanakan gerakan kerjanya (atau diperbaiki)
akan tetapi harus dihilangkan sama sekali. Biasanya sekali standard kerja rutin
ditetapkan, maka sulit sekali untuk membuat perubahan, sekalipun perubahan
tersebut akan mengijinkan untuk mengeliminir dan atau menyederhanakan proses
yang berlangsung. Penyederhanaan operasi kerja dapat dilakukan melalui
perancangan komponen benda kerja.
Proses telaah metode pada prinsipnya akan menitikberatkan pada studi tentang
gerakan-gerakan kerja yang dilakukan oleh pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan.
Dari hasil studi ini diharapkan akan menghasilkan gerakan-gerakan standar untuk
penyelesaian pekerjaan, yaitu rangkaian gerakan kerja yang efektif dan efisien.
Untuk mencapai maksud ini maka terlebih dahulu haruslah diperoleh kondisi
pekerjaan yang memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan secara ekonomis.
Untuk mendapatkan kondisi kerja yang baik maka perlu diperhatikan faktor yang
mempengaruhi yaitu :
1. Penggunaan badan/anggota tubuh manusia serta gerakan-gerakannya.
2. Pengaturan letak area kerja.
3. Perancangan alat-alat dan perlengkapan kerja.
65
Dengan memperhatikan hal tersebut maka diharapkan akan diperoleh prinsip-
prinsip perencanaan dan penetapan kondisi kerja yang sebaik-baiknya.
Secara umum didalam usaha mengembangkan metode kerja dan gerakan kerja
ekonomis, maka beberapa hal tersebut ini bisa dilaksanakan antara lain sebagai
berikut :
• Hilangkan gerakan-gerakan kerja yang tidak perlu yang justru memeboroskan
tenaga.
• Kombinasikan beberapa aktivitas menjadi aktivitas yang memungkinkan
dilaksanakan secara bersamaan.
• Kurangi faktor kelelahan dengan memberi waktu istirahat dan waktu longgar
lainnya yang cukup.
• Perbaiki pengaturan tempat kerja dan desain dari fasilitas/peralatan kerja yang
ada.
2.9.2 Aplikasi Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan (Motion Economy)
Didalam menganalisa dan mengevaluasi metode kerja guna memperoleh metode
kerja yang lebih efisien, maka perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip ekonomi
gerakan ( the pinciples of motion economy). Prinsip ekonomi gerakan ini bisa
66
dipergunakan untuk menganalisa gerakan-gerakan kerja setempat yang terjadi dalam
sebuah stasiun kerja ke stasiun kerja yang lainnya.
Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan tempat kerja berlangsung
• Tempat-tempat tertentu yang tak sering dipindah-pindah harus disediakan untuk
semua alat dan bahan sehingga dapat menimbulkan kebiasaan tetap (gerak rutin)
• Letakkan bahan dan peralatan pada jarak yang mudah dan nyaman dicapai
pekerja sehingga mengurangi usaha mencari-cari.
• Tata letak dan bahan dan perlatan kerja diatur sedemikian rupa sehingga
memungkinkan urut-urutan gerakan terbaik.
• Tinggi tempat kerja (mesin, meja kerja, dll) harus ssuai dengan ukuran tubuh
manusia sehingga pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan mudah dan
nyaman.
• Kondisi ruangan pekerja seperti penerangan, temperatur, kebersihan, ventilasi
udara, dll yang berkaitan dengan persyaratan ergonomis harus pula diperhatikan
benar-benar sehingga dapat diperoleh area kerja yang lebih baik.
Prinsip ekonomi gerakan yang dihubungkan dengan desain peralatan kerja yang
dipergunakan
• Kurangi sebanyak mungkin pekerjaan tubuh (manual) apabila hal tersebut dapat
dilaksanakan dengan peralatan kerja.
• Usaha menggunakan peralatan kerja yang dapat melaksanakan berbagai macam
pekerjaan sekaligus, baik sejenis maupun yang berlainan.
67
• Siapkan danletakkan semua peralatan kerja pada posisi tepat dan cepat untuk
memudahkan pemakaian atau pengambilan pada saat diperlukan tanpa harus
bersusah payah mencari-cari. Desain peralatan juga dibuat sedemikian rupa agar
memberi kenyamanan genggaman tangan saat digunakan.
• Jika tiap jari melakukan gerakan tertentu maka beban untuk masing-masing jari
tersebut haruslah seimbang sesuai energi dan kekuatan yang dimiliki oleh masing-
masing jari.
Dalam bukunya “Motion and Time Study : Improving Productivity” (Englewood
Cliffs, N.J : Prentice Hall Inc., 1994), Marvin E Mundel membahas dan
mensistematisasikan mengenai prinsip-prinsip ekonomi gerakan tersebut sebagai
berikut :
1. Eliminasi Kegiatan
• Eliminasi semua kegiatan/aktivitas yang memungkinkan, langkah-langkah
atau gerakan-gerakan (dalam hal ini banyak berkaitan dengan aplikasi anggota
badan, kaki, lengan, tangan, dll)
• Eliminasi kondisi yang tak beraturan dalam setiap kegiatan. letakkan segala
fasilitas kerja dan material/komponen pada lokasi yang tetap (hal ini akan bisa
menyebabkan gerakan-garakan kerja yang otomatis).
68
• Eliminasi penggunaan tangan (baik satu atau keduanya) sebagai “holding
device”, karena hal ini merupakan aktivitas tidak produktif yang
menyebabkan kerja kedua tangan tidak seimbang.
• Eliminasi gerakan-gerakan yang tidak semestinya, abnormal, dll. Hindari pula
gerakan-gerakan yang membahayakan dan melanggar prinsip-prinsip
keselamatan atau kesehatan kerja.
• Eliminasi penggunaan tenaga otot untuk melaksanakan kegiatan statis atau
fixed position. Demikian pula sebisa mungkin untuk kegunaan tenaga mesin
(mekanisasi) seperti power tools, power feeds. Material handling equipment,
dll untuk menggantikan tenaga otot.
• Eliminasi waktu kosong (idle time) atau waktu menunggu (delay time) dengan
membuat perencanaan/penjadwalan kerja sebaik-baiknya. Idle/delay time bisa
ditolerir bilamana hal tersebut diperuntukan secara terencana guna
melepaskan lelah.
2. Kombinasi Gerakan atau Aktivitas Kerja
• Gantikan/kombinasikan gerakan-gerakan kerja yang berlangsung pendek atau
terputus-putus dan cenderung berubah-ubah arahnya dengan sebuah gerakan
yang kontinyu, tidak patah-patah, serta cenderung membentu sebuah curva.
• Kombinasikan beberapa aktivitas/fungsi yang mampu ditangani oleh sebuah
peralatan kerja dengan membuat desain yang ”multi purpose”.
69
• Didistribusikan kegiatan dengan membuat keseimbangan kerja antara kedua
tangan. Pola gerakan kerja yang simultan dan simetris akan memberikan
gerakan yang paling efektif. Bilamana kegiatan dilaksanakan secara
berkelompok maka diupayakan agar supaya terjadi beban kerja yang merata
diantara anggota kelompok.
3. Penyederhanaan Kegiatan
• Laksanakan setiap aktivitas/kegiatan kerja dengan prinsip kebutuhan energi
otot yang digunakan minimal.
• Kurangi kegiatan mencari-cari obyek kerja (peralatan kerja, material, dll)
dengan meletakkannya dalam tempat yang tidak berubah-ubah.
• Letakkan fasilitas kerja berada dalam jangkauan tangan yang normal. Hal ini
akan menyebabkan gerakan tangan berada pada jarak yang sependek-
pendeknya.
• Sesuaikan letak dari gandles, pedals, levers, buttons, dll dengan
memperhatikan dimensi tubuh manusia (anthropomentri) dan kekuatan otot
yang di butuhkan.
• Dan lain-lain.
70
2.9.3 Prinsip-Prinsip Ekonomi Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan
Tubuh Manusia dan Gerakan-Gerakannya
a. Kedua tangan sebaiknya memulai dan mengakhiri gerakan pada saat yang
sama.
b. Kedua tangan sebaiknya tidak menganggur pada saat yang sama kecuali pada
saat istirahat.
c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya simetris
dan berlawanan arah.
d. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat yaitu hanya menggerakkan
tangan atau bagian badan yang diperlukan saja untuk melakukan pekerjaan
dengan sebaik-baiknya.
e. Sebaiknya para pekerja dapat memanfaatkan momentum untuk membantu
pekerjaannya, pemanfaatan ini timbul karena berkurangnya kerja otot dalam
bekerja.
f. Gerakan yang patah-patah, banyak perubahan arah akan memperlambat
gerakan tersebut.
g. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti dari pada
gerakan yang dikendalikan.
h. Pekerjaan sebaiknya dirancang semudah-mudahnya dan jika memungkinkan
irama kerja harus mengikuti irama yang alamiah bagi sipekerja.
i. Usahakan sedikit mungkin gerakan mata.
71
2.9.4 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Pengaturan
Tata Letak Tempat Kerja
a. Sebaiknya diusahakan agar badan dan peralatan mempunyai tempat yang
tetap.
b. Tempatkan bahan-bahan dan peralatan ditempat yang mudah, cepat dan enak
untuk dicapai.
c. Tempat penyimpanan bahan yang akan dikerjakan sebaiknya memanfaatkan
prinsip gaya berat sehingga bahan yang akan dipakai selalu tersedia ditempat
yang dekat untuk diambil.
d. Sebaiknya untuk menyalurkan obyek yang sudah selesai dirancang
mekanismenya yang baik
e. Bahan-bahan dan peralatan sebaiknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga
gerakan-gerakan dapat dilakukan dengan urut-urutan terbaik.
f. Tinggi tempat kerja dan kursi sebaiknya sedemikian rupa sehingga alternatif
berdiri atau duduk dalam menghadapi pekerjaan merupakan satu hal yang
menyenangkan.
g. Tipe tinggi kursi harus sedemikian rupa sehingga yang mendudukinya
bersikap yang baik.
h. Tata letak peralatan dan pencahayaan sebaiknya diatur sedemikian rupa
sehingga dapat membentuk kondisi yang baik untuk penglihatan.
72
2.9.5 Prinsip-Prinsip Ekonomi Gerakan Dihubungkan Dengan Perancangan
Peralatan
a. Sebaiknya tangan dapat dibebaskan dari semua pekerjaan bila penggunaan
dari perkakas pembantu atau alat yang diapat digerakan dengan kai dapat
ditingkatkan.
b. Sebaiknya peralatan dirancang sedemikian rupa agar mempunyai lebih dari
satu kegunaan.
c. Peralatan sebaiknya dirancang sedeikian rupa sehingga memudahkan dalam
pengunaan dan penyimpanan.
d. Bila setiap jari tangan melakukan gerakan sendiri-sendiri, misalnya seperti
pekerjaan mengetik, beban yang didistribusikan pada jari harus sesuai dengan
kekuatan masing-masing jari.
Recommended