View
233
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Adapun Proses Pengembangan Produk secara umum terdiri dari
beberapa tingkatan atau biasa disebut fase. Dari buku Perancangan dan
Pengembangan Produk karangan Karl T. Ulrich dan Steven D, proses
pengembangan produk secara keseluruhan terdiri dari 6 fase, yaitu :
Gambar 2.1 Fase Pengembangan Produk menurut Ulrich-Eppinger
(Ulrich-Eppinger, 2001)
9
Keterangan Gambar :
• Fase 0. Perencanaan : Permulaan fase atau biasa dikenal juga dengan
‘zerofase’ dikarenakan kegiatan inilah yang mendahului persetujuan suatu
proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
• Fase 1. Pengembangan Konsep : Pada fase kedua yang disebut
pengembangan konsep, kebutuhan pasar target akan diidentifikasi, alternatif
konsep-konsep produk dibangkitkan dan dievaluasi, dan satu atau lebih
konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh.
• Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem : Fase ketiga atau Perancangan
Tingkatan Sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk
menjadi subsistem-subsistem serta komponen-komponen. Gambaran rakitan
akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output
pada fase ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi
secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses
pendahuluan untuk proses rakitan akhir.
• Fase 3. Perancangan Detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi
lengkap dari bentuk, material, dan toleransi-toleransi dari seluruh
komponen unit pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar
yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan
dirancang untuk tiap komponen yang dibuat, dalam sistem produksi. Output
dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk, gambar untuk
10
tiap komponen produk dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-
komponen yang dapat dibeli, serta rencana untuk proses pabrikasi dan
perakitan produk.
• Fase 4. Pengujian dan Perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan melibatkan
konstruksi dan evaluasi dari bermacam-macam versi produksi awal produk.
• Fase 5. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan
menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi
awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan
permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya.
• Total keseluruhan fase adalah 6 fase yakni : dari fase 0 sampai dengan fase
5, dan pemahaman dari tiap tahapan dapat dimengerti dan diterapkan secara
terpisah ( Ulrich-Eppinger,2001).
2.1.1. Perencanaan Produk (Product Planning)
Pada setiap proses pengembangan produk selalu diawali dengan fase
perencanaan, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan pengembangan teknologi
dan penelitian tingkat lanjut. Output fase perencanaan ini adalah pernyataan misi
proyek yang nantinya akan digunakan sebagai input yang dibutuhkan untuk
memulai tahapan pengembangan konsep dan merupakan suatu petunjuk utuk tim
pengembangan.
11
Untuk mengembangkan suatu rencana produk dan pernyataan misi proyek,
lima tahapan proses adalah sebagai berikut :
Gambar 2.2 Proses Perencanaan Produk
a) Mengidentifikasi peluang → Langkah ini dapat dibayangkan sebagai
terowongan peluang karena membawa bersama-sama input berupa ide-ide
untuk produk baru yang dikumpulkan secara pasif, atau bisa juga
dikumpulkan melalui proses identifikasi kebtuhan pelanggan yang mencatat
kelemahan produk yang sudah ada, kecenderungan gaya hidup (Trend),
studi para pesaing , dan status teknologi. Bila ditelusuri secara aktif, maka
terowongan peluang dapat menampung ide-ide secara kontinu dan peluang-
peluang produk baru mungkin dapat dihasilkan setiap waktu.
b) Mengevaluasi dan Memprioritaskan proyek → Langkah kedua dalam
proses perencanaan produk adalah memilih proyek yang paling menjanjikan
untuk diikuti.
c) Mengalokasikan sumber daya dan rencana waktu → Penentuan waktu dan
alokasi sumber daya ditentukan untuk proyek-proyek yang lebih
12
menjanjikan, terlalu banyak proyek akan menimbulkan persaingan untuk
beberapa sumber daya.
d) Melengkapi perencanaan pendahuluan proyek → Setelah proyek disetujui,
maka diadakan kegiatan perencanaan proyek pendahuluan, dibentuk sebuah
tim inti yang terdiri dari ahli teknik, pemasaran, manufaktur dan fungsi
pelayanan untuk menghasilkan suatu pernyataan visi dan pernyataan misi
produk yang isinya memformulasikan suatu definisi yang lebih detil dari
pasar target dan asumsi-asumsi yang mendasari operasional tim
pengembangan.
e) Merefleksikan kembali hasil dan proses → Pada tahap ini dilakukan reality
check terhadap pernyataan misi yang merupakan pegangan untuk tim
pengembangan. Langkah awal untuk ini adalah waktu untuk memperbaiki
apakah pengembangan ini bisa berjalan dan konsisten.
Tabel 2.1 Contoh format untuk pernyataan misi.
Pernyataan misi : (nama produk) Deskripsi produk : * Sasaran bisnis Kunci : * * * Pasar Utama : * Pasar Sekunder : * * Asumsi-asumsi : * Pihak yang terkait : * * *
13
2.1.2. Identifikasi kebutuhan pelanggan
Identifikasi kebutuhan pelanggan merupakan bagian yang integral dari
proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan
paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, benchmark dengan
pesaing dan menetapkan spesifikasi produk.
Filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi
yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan
pengembang produk. Filosofi ini dibangun berdasarkan anggapan bahwa
siapapun yang secara langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang
ahli teknik maupun desainer industri, harus berinteraksi dengan pelanggan dan
memiliki pengalaman dengan lingkungan pengguna.
Lima tahap proses identifikasi kebutuhan pelanggan adalah :
1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan, proses pengumpulan data
mentah dari pelanggan akan mencakup kontak dengan pelanggan dan
mengumpulkan pengalaman dari lingkungan pengguna produk. Tiga
metode yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus, dan
observasi pada saat produk sedang digunakan. Sebelum dilakukan
wawancara atau lainnya harus dibuat dahulu matriks seleksi pelanggan
untuk memilih pelanggan yang akan digali kebutuhannya dan mempunyai
pengalaman dengan penggunaan produk tersebut.
14
Sementara itu hasil dari wawancara atau pengumpulan data mentah
didokumentasikan dan dikumpulkan, dapat dengan rekaman suara, video,
catatan ataupun foto, berikut ini contoh hasil wawancara.
Tabel 2.2 Contoh format hasil wawancara.
Nama Responden : Pekerjaan : Alamat wilayah :
Sekarang Menggunakan :
Pertanyaan Pernyataan Pelanggan
Interpretasi Kebutuhan
Penggunaan tertentu
Hal-hal yang disukai dari alat sekarang
Hal-hal yang tidak disukai
Usulan perbaikan
2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, kebutuhan
pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis dan merupakan hasil
interpretasi kebutuhan yang merupakan data mentah setiap pernyataan atau
hasil observasi dapat diterjemahkan sebagai kebutuhan pelanggan.
3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi beberapa hierarki, yaitu kebutuhan
primer, sekunder dan jika perlu tertier, daftar kebutuhan yang didapatkan
sebelumnya beberapa diantaranya merupakan kebutuhan primer, dimana
kebutuhan primer dapat tersusun dari beberapa kebutuhan sekunder.
4. Menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan, dalam
menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukan
15
dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara
bersama untuk menentukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan
secara bersama-sama. Atau cara kedua adalah dengan melakukan survey
lanjutan dengan memilih variabel yang dianggap penting.
5. Menganalisa hasil dan proses, langkah terakhir pada metode identifikasi
kebutuhan pelanggan adalah menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil
tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah
dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan.
2.1.3. Spesifikasi Produk
Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang mengungkapkan detail-
detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk.
Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan,
tetapi menampilkan pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus
dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan.
Sebelum membuat daftar spesifikasi, input yang digunakan adalah tabel
kebutuhan pelanggan dengan derajat kepentingannya seperti yang ditunjukkan
dibawah ini.
16
Tabel 2.3 Contoh format kebutuhan pelanggan dan derajat
kepentingan
No Kebutuhan Kepen-
tingan
1 (Produk)
2 (Produk)
3 (Produk)
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari 4 langkah, yang secara
keseluruhan menggunakan metode QFD (Quality Function Deployment). 4
langkah tersebut adalah :
1. Menyiapkan gambar metrik dan menggunakan matriks-metrik
kebutuhan jika diperlukan. Metrik yang baik adalah yang
merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan
kebutuhan pelanggan. Hubungan antara kebutuhan dan metrik
merupakan inti dari proses spesifikasi.
Syarat yang dimiliki metrik haruslah : Komplit, merupakan variabel
dependent, praktis, dan merupakan istilah yang populer untuk
perbandingan di pasar.
17
Hal yang harus dipertimbangkan bahwa tidak semua kebutuhan
dapat diterjemahkan menjadi metrik yang terukur. Sehingga dapat
bersifat subyektif.
Berikut ini contoh daftar metrik :
Tabel 2.4 Contoh daftar metrik kebutuhan.
No.
Metrik Kebutuhan Metrik Kepentingan Satuan
1
2
Setelah itu daftar metrik dapat dihubungkan dengan kebutuhan
menggunakan Matriks kebutuhan-metrik (Needs-Metrics Matrix).
2. Mengumpulkan informasi tentang pesaing. Analisis hubungan
antara produk baru dengan produk pesaing sangat penting dalam
menentukan kesuksesan komersial. Informasi mengenai produk
pesaing harus dikumpulkan untuk mendukung keputusan mengenai
Positioning produk.
Tabel 2.5 Contoh format bagan analisis pesaing.
No.
Metrik
Kebutu
han Metrik
Kepenti
ngan Satuan
Pesaing
1
Pesaing
2
1
2
18
3. Menetapkan nilai target ideal dan marginal yang dapat dicapai untuk
tiap metrik. Dengan memproses bagan analisis pesaing, maka dapat
ditetapkan kedua nilai target marginal dan ideal untuk tiap metrik.
Karena sebagian besar nilai diekspresikan dalam batasan-batasan
tertentu (maksimal, minimal atau keduanya) perlu dibuat batasan-
batasan nilai yang layak dan dapat bersaing dengan produk pesaing.
Tabel 2.6 Contoh format spesifikasi target.
No. Metrik
Kebutuhan Metrik Kepenti
ngan Satuan
Nilai marginal
Nilai Ideal
1 2
4. Merefleksikan hasil dan proses. Perlu dilakukan beberapa kali
pengulangan sampai akhirnya target disetujui. Melakukan
pertimbangan pada tiap kali pengulangan akan membantu
meyakinkan bahwa hasil yang diperoleh sudah konsisten dengan
tujuan proyek.
Spesifikasi secara keseluruhan dapat ditinjau kembali untuk diperbaiki agar
lebih tepat, sehingga yang tadinya hanya berupa pernyataan target dan selang
tertentu, kini dapat dibuat lebih tepat.
19
2.1.4. Penyusunan Konsep
Metode penyusunan konsep secara umum terdiri atas 5 langkah dengan
memecahkan sebuah masalah kompleks yang menjadi submasalah yang lebih
sederhana. Berikut gambar dari lima langkah metode penyusunan konsep :
Gambar 2.3 lima langkah metode penyusunan konsep
Kemudian dikenalkan konsep penyelesaian untuk submasalah
menggunakan prosedur pencarian eksternal dan internal, pencarian eksternal
untuk konsep yang sudah ada, sedangkan pencarian internal untuk konsep baru.
Pohon klasifikasi dan tabel kombinasi kemudian digunakan untuk menggali
secara sistematis konsep penyelesaian tersebut dan untuk mengintegrasikan
penyelesaian sub masalah ke dalam sebuah penyelesaian total. Akhirnya dapat
20
dibuat sebuah langkah mundur untuk merefleksikan validitas dan kemampuan
aplikasi dari hasil, seperti yang digunakan oleh proses.
Dari sini akan muncul beberapa macam konsep yang tujuannya sama yaitu
untuk menjawab penyelesaian dari submasalah yang sudah difokuskan karena
sifatnya memang penting.
2.1.5. Seleksi Konsep
Beberapa konsep yang sudah terbentuk pasti memilih kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Untuk itu seleksi konsep merupakan proses menilai
konsep dengan memperhatikan kebutuhan pelanggan dan kriteria lain,
membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep, dan memilih satu
atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya.
Metode seleksi konsep pada proses ini didasarkan pada penggunaan matriks
keputusan untuk mengevaluasi masing-masing konsep dengan
mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi.
Gambar 2.4 Seleksi dan penyaringan konsep
21
Proses seleksi konsep terdiri atas 2 langkah utama yaitu penyaringan konsep
dan penilaian konsep dengan metode yang dikembangkan oleh Stuart Pugh pada
tahun 1980-an dan sering sekali disebut seleksi konsep Pugh (Pugh,1990). Tujuan
tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep secara cepat dan untuk
memperbaiki konsep.
Tabel 2.7 Matriks penyaringan konsep.
Konsep Kriteria seleksi 1 2 3
Kriteria 1 0 0 0 Kriteria 2 0 0 0 Kriteria 3 - 0 + Kriteria 4 - - + Kriteria 5 + + 0 Kriteria 6 - 0 + Kriteria 7 - 0 + Jumlah + 1 1 4 Jumlah 0 2 5 3 Jumlah - 4 1 0 Nilai akhir -3 0 4 Peringkat 3 2 1 lanjutkan ? Tidak Ya Ya
Proses penyaringan konsep merupakan proses penilaian yang sederhana
yang menggunakan tiga simbol yaitu nilai relatif “lebih baik” (+), jika konsep
tersebut lebih baik dari konsep yang lain dalam hal kriteria tersebut. “sama
dengan” (0), jika untuk kriteria tersebut konsep tersebut sama dengan konsep
yang lainnya. Dan terakhir “lebih buruk” (-), bila konsep tersebut lebih buruk dari
konsep yang lainnya. Kemudian jumlah bobot tiap kriteria dijumlahkan untuk
22
masing-masing konsep diberi rangking. Konsep yang dipilih untuk diteruskan
adalah satu atau lebih konsep yang memiliki tingkat rangking yang lebih tinggi.
Tahapan selanjutnya pada seleksi konsep adalah dengan menggunakan
matriks penilaian konsep, dengan cara menambahkan bobot kepentingan ke
dalam matriks.
Tabel 2.8 Matriks penilaian konsep.
Konsep 2 3
Kriteria Beban Rating Nilai Beban Rating Nilai Beban Kriteria 1 5% 3 0.15 3 0.15 Kriteria 2 15% 3 0.45 3 0.45 Kriteria 3 25% 3 0.75 4 1 Kriteria 4 20% 4 0.8 4 0.8 Kriteria 5 10% 4 0.4 3 0.3 Kriteria 6 15% 2 0.3 3 0.45 Kriteria 7 10% 2 0.2 3 0.3 Total Nilai 3.05 3.45 Peringkat 2 1
Lanjutkan ? Tidak Ya
Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada
kriteria seperti menandai nilai kepentingan dari 1-5 atau mengalokasi nilai 100%.
Selanjutnya penetapan rating dapat dilakukan oleh beberapa responden untuk
menentukan apakah bobot yang diberikan sesuai dengan kriteria yang diinginkan.
Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai
beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan rangking tiap konsep yang
23
dinilai. Sama seperti tahap penyaringan konsep, konsep yang terpilih adalah
konsep yang memiliki rangking tertinggi.
Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk
memilih satu atau lebih konsep terbaik, konsep-konsep ini mungkin lebih lanjut
dikembangkan, dibuat prototipe dan diuji untuk memperoleh umpan balik dari
pelanggan.
2.1.6. Pengujian Konsep
Pengujian Konsep berhubungan erat dengan seleksi konsep, dimana kedua
aktivitas ini bertujuan untuk menyempitkan jumlah konsep yang akan diproses
lebih lanjut. Namun pengujian konsep berbeda, karena aktivitas ini
menitikberatkan pada pengumpulan data langsung dari pelanggaan potensial dan
hanya melibatkan sedikit penilaian dari tim pengembang.
Tahapan ini dilakukan setelah seleksi konsep karena tidak memungkinkan
untuk menyodorkan banyak konsep ke pelanggan potensial untuk diuji, sehingga
konsep-konsep alternatif harus dipersempit terlebih dahulu menjadi satu atau dua
konsep untuk diuji.
Metode pengujian konsep terdiri dari 7 tahap yaitu :
1) Mendefinisikan maksud dari pengujian konsep → Pengujian konsep dapat
diartikan sebagai suatu eksperimen, oleh karena itu perlu didefinisikan dahulu
maksud dari eksperimen ini dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti
Konsep mana yang akan diuji ?, Bagaimana konsep dapat diperbaiki ?, Berapa
24
Jumlah produk yang dapat dijual ?, Dapatkah proses pengembangan
dilanjutkan ?.
2) Memilih Populasi Survei → Seringkali produk ditujukan untuk pasar
potensial dengan beberapa segmen sekaligus. Hal yang perlu diperhatikan
adalah pengujian ke beberapa segmen sekaligus akan membuang banyak
waktu dan biaya, sehingga seringkali untuk menghindari pembengkakan biaya
maka pengujian konsep cukup dilakukan dengan memilih pelanggan potensial
dengan segmen pasar terbesar saja.
3) Memilih Format Survei → Sama seperti survei-survei yang pernah dilakukan
pada tahapan sebelumnya, jenis format yang dapat dipilih adalah dengan :
face-to-face interaction, Telepon, Surat, E-mail, Internet. Dan tiap format
memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
4) Mengkomunikasikan Konsep → Yang membedakan survei pengujian konsep
dengan survei-survei sebelumnya adalah adanya konsep terpilih yang harus
dkomunikasikan kepada responden untuk dinilai sendiri oleh mereka. Banyak
cara yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan Konsep yaitu : uraian
verbal, sketsa, Foto dan gambar, storyboard, Video, simulasi, Multimedia
interaktif, Model fisik, dan prototipe yang dioperasikan. Sehingga tim
pengembang dapat memilih cara yang sesuai untuk mengkomunikasikan
konsep disesuaikan dengan biaya dan kemampuan yag ada.
5) Mengukur respon pelanggan → Data yang didapatkan dari survei dapat diolah
dan digunakan untuk mengukur respon pelanggan, dan hal yang terutama
25
diukur adalah Konsep mana yang dipilih, usulan perbaikan, serta keinginan
pelanggan untuk membeli dengan dibagi ke dalam 5 skala yaitu pasti akan
membeli, mungkin akan membeli, mungkin atau tidak akan membeli,
mungkin tidak akan membeli, pasti tidak akan membeli. Atau bisa juga
dengan cara menyuruh responden untuk menyebut angka peluang sendiri
untuk membeli.
6) Mengiterpretasikan Hasil → Maksud dari mengiterpretasikan hasil adalah bila
memang ada konsep yang mendominasi, maka secara langsung konsep
tersebut dapat dipilih untuk dilanjutkan ke tahap pengembangan model, tetapi
bila hasilnya tidak terbatas, maka konsep dapat dipilih berdasarkan
pertimbangan waktu dan biaya. Dan tidak jarang juga tim pengembang dapat
memperkirakan potensi penjualan produk 1 tahun ke depan setelah produk
tersebut diluncurkan. Meskipun sifatnya tidak pasti, tetapui prediksi penjualan
cenderung berkorelasi dengan permintaan yang sebnarnya, karena itu prediksi
penjualan merupakan informasi yang sangat berharga bagi Tim
pengembangan produk.
7) Merfleksikan Hasil dan proses → Manfaat utama dari pengujian konsep
adalah memperoleh umpan balik dari pelanggan potensial, yang diuntungkan
oleh pemikiran tentang pengaruh tiga variabel kunci yang terdapat pada model
prediksi yaitu : Ukuran Pasar keseluruhan, Ketersediaan tentang produk, dan
proporsi pelanggan yang mungkin akan membeli produk. Dalam
merefleksikan hasil pengujian konsep, sebaiknya 2 pertanyaan kunci harus
26
terjawab, yaitu : apakah konsep sudah dikomunikasikan dengan benar
sehingga menghasilkan respon pelanggan sesuai dengan yang dituju ? dan
apakah hasil prediksi konsisten dengan hasil tingkat pengamatan tingkat
penjualan terhadap produk-produk yang sama ? Akhirnya pengalaman dengan
produk baru kemungkinan besar dapat diterapkan di masa yang akan datang
untuk produk-produk yang hampir sama.
2.1.7. Arsitektur Produk
Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen
fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang
terhadap kinerja keseluruhan produk.
Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen,
dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk.
Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut.
Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks
utama yang disebut chunks. Setiap Chunk terdiri dari sekumpulan komponen
yang mengimplementasikan fungsi dari produk.. Arsitektur produk adalah skema
elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik.
Dan menjelaskan bagaimana setiap chunk berinteraksi.
Karakter arsitektur produk yang terpenting adalah modularitas. Ciri-ciri
arsitektur modular adalah : Chunk melaksanakan atau mengimplementasikan satu
atau sedikit elemen fungsional pada keseluruhan fisiknya, dan interaksi antar
27
chunk dapat dijelaskan dengan baik, dan umumnya penting untuk menjelaskan
fungsi-fungsi utama produk.
Keputusan mengenai cara membagi produk menjadi chunk dan tentang
berapa banyak modularitas akan diterapkan pada arsitektur sangat terkait dengan
beberapa isu yang menyangkut kepentingan seluruh perusahaan seperti :
perubahan produk, variasi produk, standarisasi komponen, kinerja produk,
kemampuan manufaktur, dan manajemen pengembangan produk.
Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan :
1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan
pengertian terhadap elemen-elemen penyusun produk, yakni berupa
elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.
Gambar 2.5 Contoh Skema Produk
2. Mengelompokkan elemen-elemen pada skema, yaitu menugaskan setiap
elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk memiliki
satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat digabungkan
dalam satu chunk. Kondisi ekstrim yang mungkin terjadi adalah semua
komponen memiliki chunk sendiri sehingga jumlah elemen sama
28
dengan jumlah chunk. Atau sebaliknya mengintegrasikan semua
komponen ke dalam satu fungsi yang sifatnya akan lebih kompleks.
Gambar 2.6 Contoh Function Diagram
3. Membuat susunan Geometris yang masih kasar, Susunan geometris
dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model
fisik yang terdiri dari 2 atau 3 dimensi. Penyusunan Geometris yang
masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif
penyusunan sehingga tidak ada hubungan antar chunk yang saling
bertentangan. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan
aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk.
2.1.8. Design For Manufacturing (DFM)
Biaya manufaktur merupakan penentu utama dalam keberhasilan ekonomis
dari suatu produk. Keberhasilan ekonomis tergantung dari marjin keuntungan dari
29
tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Jadi
secara keseluruhan DFM memiliki sasaran jaminan kualitas produk yang tinggi,
sambil meminimasi biaya manufaktur.
DFM mengarahkan untuk meminimasi biaya manufaktur tanpa harus
mengurangi kualitas dari produk tersebut. Metode itu terdiri dari lima langkah : -
Memperkirakan biaya manufaktur
- Mengurangi biaya komponen
- Mengurangi biaya perakitan
- Mengurangi biaya pendukung produksi
- Mempertimbangkan pengaruh keputusan DFM pada faktor lainnya.
Gambar 2.7 Metode dalam DFM
Biaya manufaktur secara keseluruhan dapat diperkirakan dengan
memperhatikan variabel-variabel komponen seperti yang terdapat pada contoh
format tabel di bawah yang secara sistematis memperlihatkan cara
memperkirakan biaya manufaktur secara keseluruhan.
30
Setelah biaya manufaktur secara keseluruhan diperkirakan, maka biaya-
biaya tersebut dapat diperkirakan secara terpisah untuk dianalisis manakah biaya
yang dapat dikurangi dengan tanpa mengurangi kualitas produk. Perkiraan biaya
tersebut dibagi ke dalam tiga bagian yaitu biaya komponen, biaya perakitan serta
biaya overhead.
Perkiraan-perkiraan biaya tersebut dapat dipisah dengan tampilan seperti di
bawah ini :
Tabel 2.9 Contoh format tabel perkiraan biaya langsung.
Perincian Biaya Biaya Variabel Material 1 Material 2 Perakitan Pemrosesan(machining) Biaya Tetap Peralatan dan alat bantu mesin Total biaya langsung Beban overhead Biaya Total per Unit
31
Seperti dilihat di atas perkiraan biaya komponen dengan cara
memperhitungkan jumlah material yang digunakan, beserta biaya overhead yang
merupakan 10% dari bahan yang dibeli, dan 80% dari upah perakitan.
Tabel 2.10 Contoh format table perkiraan biaya perakitan
Komponen KuantitasWaktu
Penanganan Waktu
Penyisipan Waktu total
Komponen 1 Komponen 2 Komponen 3 Total waktu (detik) Biaya rakitan dengan Rp.../jam
Selanjutnya memperkirakan biaya perakitan dengan melihat jumlah proses
perakitan, untuk kemudian dihitung waktu perakitan. Setelah itu total biaya
perakitan didapatkan dengan mengalikan total waktu perakitan dengan biaya
perakitan dalam satuan rupiah/jam.
Bila pengurangan-pengurangan biaya sudah dilakukan, maka tahap akhir
dari DFM adalah memperkirakan ulang biaya manufaktur secara keseluruhan
dengan menggunakan format yang sama seperti yang dilakukan di awal tahapan
ini. Keputusan untuk menerima desain dapat diteruskan jika sasaran dari DFM
terpenuhi, yaitu apabila minimasi biaya tidak mempengaruhi kualitas dan fungsi
dari produk tersebut.
32
2.1.9. Analisis Ekonomi
Analisis Ekonomi membantu tim pengembangan produk untuk mengambil
keputusan, proses ini memuat dua jenis analisis, kuantitatif dan kualitatif.
1. Analisis kuantitatif, adalah analisis yang melihat dari segi aliran kas
masuk (pendapatan) dan kas keluar (biaya). Kas masuk berasal dari hasil
penjualan produk. Kas keluar terdiri atas biaya proses pengembangan,
biaya produksi seperti pembelian perlengkapan, dan alat-alat, biaya
pemasaran dan penyokong produk dan biaya produksi yang terus-menerus
seperti bahan mentah, komponen dan pekerja. Produk yang
menguntungkan adalah produk yang menghasilkan jumlah kumulatif kas
yang masuk lebih banyak dibandingkan yang keluar.
Metode ini menggunakan metode Nilai bersih saat ini (Net Present
Value / NPV), karena metode ini lebih mudah dimengerti dan digunakan
secara luas dalam bidang bisnis. Metode analisis NPV menggunakan
rumus :
( )trCPV+
=1
Dimana : PV = Nilai saat ini
C = Nilai pada periode t
R = Suku bunga
t = Periode
33
Penggunaan rumus tersebut untuk menghitung aliran kas masuk dan
keluar yang untuk mempermudah biasanya disajikan dalam bentuk tabel
seperti di bawah ini.
Tabel 2.11 Tabel aliran kas, nilai saat ini dan nilai bersih saat ini.
Nilai dalam ribuan (Rp) Thn 1 Thn
2 Thn 3 Thn
4
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Biaya Pengembangan Biaya Perakitan Biaya Pemasaran dan penunjang
Biaya Produksi Volume produksi Biaya Produksi/unit Pendapatan Penjualan Volume Penjualan Harga / unit Aliran kas / periode Nilai saat ini tahun 1, r+10% Nilai bersih Proyek saat ini
2. Analisis kualitatif, adalah analisis yang lebih memperhatikan masalah
lingkungan proyek, yakni menangkap persoalan-persoalan dan
mempertimbangkan interaksi antara proyek dengan perusahaan, pasar dan
lingkungan ekonomi makro.
Analisis ini menggunakan analisis kuantitatif, hanya saja disesuaikan
dengan keadaan faktor perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro
tadi. Analisis kualitatif dilaksanakan untuk menangkap lingkungan yang
lebih kompetitif dan dinamik.
34
Setelah mengenal kedua jenis analisis yang umumnya dipakai pada analisis
ekonomi suatu produk, maka perlu diketahui kapan seharusnya analisis tersebut
ditampilkan. Analisis ekonomi yang mencakup kedua pendekatan kuantitatif dan
kualitatif, berguna paling tidak dalam kedua keadaan yang berbeda, yakni :
- Melaksanakan / tidak kejadian penting : Yaitu biasanya pada setiap fase akhir
pengembangan dimana perlu diambil keputusan untuk meneruskan atau tidak
peluncuran dari produk tersebut.
- Keputusan bentuk operasional dan pengembangan : Keputusan operasional
berkaitan dengan, memperkirakan jumlah biaya pengembangan yang paling
ideal, atau menunda peluncuran dikaitkan dengan faktor lingkungan pasar
dan keadaan ekonomi makro, dengan mengharapkan penurunan harga bahan
baku pada periode tersebut.
35
2.2. Kerangka Pemikiran
Secara garis besar, perlu dibedakan antara tahapan proses perencanaan
produk dan proses pengembangan produk. Proses perencanaan hanya dilakukan
di awal, yaitu pada saat sebelum tahapan proses pengembangan produk dimulai
dari awal identifikasi kebutuhan pelanggan sampai akhirnya peluncuran dari
produk tersebut.
2.2.1. Proses Perencanaan Produk
Dalam tahapan ini dibahas mengenai bagaimana merencanakan suatu proses
pengembangan yang akan dilakukan dengan bermula dari suatu ide hingga
nantinya dapat diwujudkan dalam bentuk fisik untuk diproduksi dan
mempunyai nilai komersil.
Proses perencanaan meliputi memilih jumlah orang dalam tim, pembagian
struktur disesuaikan dengan bidang keahlian masing-masing anggota tim, dan
output yang terakhir dari tahapan perencanaan ini adalah berupa pernyataan
misi yang isinya gambaran kasar mengenai bagaimana cara produk tersebut
akan bekerja, sasaran pasar primer (utama) dan pasar sekunder. Serta pihak-
pihak yang akan terkait langsung dengan produk tersebut dari mulai distributor
hingga penjual. Semuanya masuk dalam tahap perencanaan produk.
36
2.2.2. Proses Pengembangan Produk
Proses pengembangan produk seperti diketahui memiliki urutan, yakni :
1. Identifikasi kebutuhan pelanggan
Tahapan ini merupakan tahapan awal pada proses pengembangan
produk, dimana kelemahan dan kelebihan produk yang sudah ada saat
ini diidentifikasi, untuk selanjutnya disimpulkan kebutuhan apa saja
yang teridentifikasi untuk produk tersebut yang selama ini belum
didapatkan oleh pelanggan tetapi memang dibutuhkan.
2. Spesifikasi Produk
Kebutuhan-kebutuhan yang telah diinterpretasikan, akan dijawab
dengan apa yang harus dilakukan oleh produk untuk menjawab
kebutuhan tersebut. Inilah yang dimaksud dengan menentukan
spesifikasi produk dengan mengelompokkan kebutuhan dan menjawab
kebutuhan tersebut dengan metrik-metrik tertentu.
3. Penyusunan Konsep
Penyusunan Konsep dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa
variasi dengan kriteria tertentu sehingga muncul beberapa konsep yang
berbeda tetapi dengan tidak mengubah spesifikasi produk yang sudah
ditetapkan.
37
4. Seleksi Konsep
Karena terlalu banyak konsep, maka akan mempersulit proses pengujian
karena responden yang dalam hal ini adalah pelanggan akan
dibingungkan dengan terlalu banyak variabel yang ditanyakan. Untuk
itu Konsep tersebut perlu dipersempit menjadi hanya satu atau dua
konsep yang paling unggul, dengan memberikan penilaian dan
membandingkan konsep mana yang paling memiliki kelebihan daripada
kekurangan dengan memberikan bobot tertentu untuk setiap kriteria.
5. Pengujian Konsep
Satu atau dua Konsep yang sudah terpilih akan dilakukan pengujian
dengan melakukan survei terhadap para pelanggan potensial dengan
tujuan utama adalah memilih konsep produk yang paling disukai, usulan
untuk perbaikan dan terkhir adalah minat untuk membeli.
6. Arsitektur Produk
Menetapkan arsitektur produk adalah dengan mengelompokkan elemen-
elemen fisik yang memiliki fungsi yang sama ke dalam kelompok
chunk. Dalam satu skema produk dapat terdiri dari beberapa chunk jika
produk tersebut bersifat modular. Susunan geometris juga dapat disusun
untuk memastikan tidak ada pertentangan antara satu elemen fungsi
dengan elemen fungsi yang lain.
38
7. Design For Manufacturing (DFM)
DFM memiliki sasaran jaminan kualitas produk yang tinggi, sambil
meminimasi biaya manufaktur dengan memperkirakan ulang jumlah
komponen, sistem perakitan yang nantinya akan meminimasi biaya
manufaktur secara keseluruhan. Tetapi yang perlu diingat dari prinsip
DFM adalah fungsi dan kualitas produk tidak boleh diminimasi seiring
dengan pengurangan biaya.
8. Analisis Ekonomi
Proses pengambilan keputusan disini melalui analisis Ekonomi yaitu
suatu proses yang memuat dua jenis analisis, kuantitatif dan kualitatif.
Dengan cara menghitung aliran kas bersih saat ini (Net Present Value /
NPV) dan juga menyesuaikannya dengan faktor perusahaan, pasar dan
lingkungan ekonomi makro untuk membuat produk tersebut bertahan di
lingkungan yang kompetitif dan dinamis.
Recommended