View
133
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan Publik pada umumnya mengandung pengertian mengenai apa saja
yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan tidak dilakukan. Pemahaman
tentang kebijakan yang menekankan kepada pilihan atau tindakan yang dilakukan
oleh pemerintah memberikan pemahaman bahwa semua itu dilakukan dalam rangka
mengatur kehidupan bersama atau kehidupan publik. Pengertian kebijakan tersebut
dapat digunakan sebagai dasar pemahaman terhadap kebijakan publik. Suatu
kebijakan yang dilakukan harus bermanfaat bagi kehidupan bersama, harus menjadi
pertimbangan yang tepat agar kebijakan tersebut mengandung manfaat yang besar
bagi warganya dan berdampak kecil menimbulkan persoalan yang merugikan,
walaupun demikian pasti ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, disinilah
letaknya pemerintah harus bijaksana dalam menetapkan suatu kebijakan. Kebijakan
dibuat agar dapat memenuhi suatu kebutuhan atau suatu masalah tertentu dalam
masyarakat. Efektivitas kebijakan mengukur suatu alternatif sasaran yang dicapai
dengan suatu alternatif kebijakan yang dapat menghasilkan tujuan akhir yang
diinginkan.
Penyediaan jaluar khusus sepeda merupakan sarana dan prasarana yang sangat
penting bagi masyarakat pengguna sepeda dalam aktivitas harian sekaligus dibarengi
dengan tuntutan penyediaan fasilitas pendukung berupa jalur khusus sepeda, di mana
sebenarnya sudah terkandung dalam UU No.22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ) yang menyatakan bahwa.
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada pasal 1 ayat 1, adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasarana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolaannya.
Sebagai satu kesatuan sistem, maka tuntutan atas penyediaan jalus khusus
sepeda untuk kepentingan pengguna sepeda adalah bagian yang tak terpisahkan dari
kesatuan sistem tersebut.
Beranjak dari amanat ini, pemerintah memiliki kewajiban dalam menyediakan
jalur khusus sepeda dalam upaya mengkampayekan penggunaan sepeda dalam
aktivitas harian. Perhatian dan dorongan untuk kembali mengarahkan penggunaan
sepeda sebagai modal transportasi alternatif terus menguat dan mendapat dukungan
dari berbagai lapisan masyarakat, tidak hanya sebatas pencinta sepeda yang tergabung
dalam komunitas-komunitas sepeda. Berbagai media digunakan untuk
mengemukakan dan mempromosikan penggunaan sepeda dalam aktivitas harian
bahkan untuk pergi ke tempat kerja.
Perkembangan dunia persepedahan di Indonesia khususnya di Kota Bandung
sangat pesat. Salah satunya terbentuk Bike To Work sebuah komunitas yang berusaha
mensosialisasikan penggunaan sepeda sebagai alat transportasi alternative sehari-hari.
Di Bandung sendiri Bike To Work selalu giat mengkampanyekan penggunaan
sepeda, misinya adalah memasyarakatkan sepeda dan mensepedakan masyaraka.
Ternyata, usaha Bike to Work Bandung terbukti efektif terlihat dalam perkembangan
dunia persepedahan. Hasil dari kampanye-kampanye yang dilakukan oleh Bike To
Work Bandung sudah dapat terlihah. Beberapa tahun kebelakang mungkin hanya ada
segelintir komunitas sepeda di Bandung yang mengkampanyekan sepeda sebagai
kendaraan alternative, kini sudah banyak komunitas sepeda di Bandung yang eksis
dengan membawa issue ramah lingkungan. Ternyata dengan kampanye-kampanye
yang dilakukan Bike To Work Bandung, secara tidak langsung Bike To Work
Bandung turut andil juga dalam mempopulerkan sepeda di Kota Bandung.
Salah satu yang menjadi penting bagi para pengguna sepeda adalah memiliki
jalur khusus yaitu jalur khusus sepeda yang memiliki fungsi untuk memfasilitasi
kebutuhan akan sepeda untuk aktivitas harian. gerakan membudayakan bersepeda
merupakan persahabatan dengan bumi dan lingkungan hidup, yang dapat mendorong
penghematan energi, uang, dan mengurangi polusi dari sumbernya. Hal ini dapat
diwujudkan dengan adanya gerakan budaya bersepeda yang didukung dengan
tersedianya fasilitas pendukung perlengkapan jalan berupa jalur khusus sepeda.
Dengan disediakan jalur khusus sepeda menunjukkan suatu kepedulian dan komitmen
pemerintah dalam menjamin kenyamanan, keselamatan, dan kelancaran dalam
gerakan budaya bersepeda.
Pada jalur khusus sepeda secara bersamaan dapat dilakukan penghijauan
sebagai bagian dari penyerapan pencemaran udara dan memberikan keteduhan bagi
para pesepeda. Jalur khusus sepeda juga dapat menjadi lintasan sosialisasi warga
masyarakat, karena para pesepeda mempunyai banyak kesempatan saling bertegur
sapa dalam jalur yang cenderung lambat dan terbuka tersebut. Warga masyarakat
dapat lebih intens dalam berinteraksi secara setara dan menyentuh kepedulian, karena
disamakan dalam gerakan berdasarkan tubuh masing-masing yang tidak dibedakan
dalam geraknya.
Memperhatikan hal-hal tersebut pemerintah dianggap perlu dan berkewajiban
dalam hal penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan dan pengawasan terhadap jalur
khusus sepeda yang ada, berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Sesuai dengan UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
(LLAJ). Dalam undang-undang ini yang dimaksud adalah :
a. Menyatakan setiap jalan yang dilalui untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa: (g) fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat (pasal 25), yang merupakan petunjuk bagi pengambil keputusan untuk tidak ragu dalam melengkapi perlengkapan jalan dengan jalus khusus sepeda.
b. Bahwa penyediaan perlengkapan jalan diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan daerah sesuai denga wilayah kewenangannya (pasal 26, ayat 1) dan pemasangan perlengkapan jalan pada jalan lingkungan tertentu diatur dengan peraturan daerah (pasal 27, ayat 2), yang merupakan dasar bagi pemangku kepentingan untuk mewujudkan jalur khusus sepeda karena daerah dapat membuat peraturan daerah sendiri.
c. (1) Pemerintah harus memberikan kemudahan berlalu lintas bagi pesepeda, dan (2) pesepeda berhak atas fasilitas pendukung keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas, yang secara jelas bahwa pemerintah daerah tidak mempunyai alasan untuk tidak mewujudkan kemudahan dan hak atas fasilitas pendukung; jalur khusus sepeda (pasal 62).
Memperhatikan undang-undang tersebut, pemerintah dianggap harus segera
menyediakan jalur khusus sepeda agar program-program pemerintah dalam
membudayakan bersepeda dapat segera terealisasi. Salah satunya mewujudkan jalur
khusus sepeda adalah mengurangi kemacetan dari semerawutnya sarana transportasi,
mengurangi tingkat polusi udara yang di keluarkan oleh kendaraan bormotor dan
menjadi pilihan alat transportasi.
Pada tahun 2010 Pemerintah Kota Bandung melalui Dinas Bina Marga dan
Pengairan (DBMP) memiliki niat baik untuk para pengguna sepeda dengan
membangun jalur khusus sepeda yang diblok dengan cat berwarna biru. Tahap
pertama pembangunan yang sudah diprioritaskan pada empat lokasi. Pertama,
pembangunan trotoar jalur sepeda di sisi timur Jalan Ir. H. Juanda (dari Jln.
Diponegoro-Simpang Dago). Kedua, sisi barat Jln. Ir. H. Juanda (dari Jln. Sulanjana
sampai dengan Ganesha). Ketiga, sisi barat Jln. Ir. H. Juanda (hingga Siliwangi).
Serta keempat, pembuatan marka jalur sepeda di Braga – Balai Kota – Gedung Sate.
Untuk empat paket pembangunan tersebut, pagu anggaran yang disediakan sebesar
Rp 2,3 miliar yang didanai oleh APBD Kota Bandung.
Namun sayang, niat baik Pemerintah Kota Bandung untuk menyediakan jalur
khusus sepeda tak dapat terealisasi dengan baik. Saat ini, jalur khusus sepeda
sepanjang 8,8 km tersebut banyak dilintasi oleh kendaraan bermotor karena
pembangunanya memang menggunakan lahan jalan yang sudah ada, bahkan jalur
khusus sepeda dijadikan tempat parkir kendaraan motor dan mobil, seperti yang
terdapat di daerah Jalan Ir H Juanda atau Dago, yang dimanfaatkan sebagai lahan
parkir oleh factory outlet.
Selain digunakan untuk parkir kendaraan mobil dan motor, jalur khusus
sepeda juga dimanfaatkan para pedagang kaki lima (PKL) untuk berjualan yang
memakai jalur sepeda seperti di Jalan Ir H Djuanda (Dago). Dalam pembangunanya,
jalur sepeda ini juga menggunakan trotoar yang akhirnya fungsi trotoar seharusnya
untuk pejalan kaki sekarang memiliki dua fungsi yaitu untuk pejalan kaki dan jalur
khusus sepeda, seperti di kawasan Jalan Ir H Djuanda.
Seharusnya Dinas Bina Marga dan Pengairan (DBMP) Kota Bandung dalam
membuat jalur khusus sepeda menggunakan cat yang berkualitas, sehingga tidak akan
terlalu sering dilakukan pemeliharaan. Harusnya cat tersebut dapat tahan sampai satu
tahun, tetapi sekarang dalam waktu beberapa bulan sudah terlihat luntur lagi. Cat
yang harusnya dipergunakan, berupa marka panas sedangkan yang sekarang
digunakan adalah marka dingin. Lunturnya cat di jalur khusus sepeda di Kota
Bandung diperparah karena dipergunakan tidak hanya untuk sepeda. Saat ini jalur
sepeda banyak juga digunakan oleh kendaraan bermotor dan untuk lahan parkir
dibandingkan dengan fungsi awalnya. Penggunana jalur yang di block dengan cat
berwarna biru kurang efektiv dan mengelurkan biaya yang cukup tinggi, Cukup
menggunakan marka jalan dan diberi tanda jalur khusus sepeda tanpa harus diblok
warna biru.
Berdasarkan penemuan peneliti setelah melakukan observasi awal dan
wawancara terdapat beberapa indikasi masalah terkait dengan penyediaan jalur
khusus sepeda ini, yaitu :
1. Berdasarkan Undang-undang No. 22 tahun 2009, berdasarkan hasil observasi awal,
penyediaan jalur khusus sepeda di Kota Bandung sampai saat ini belum bermanfaat
secara optimal. Seperti pada jalur khusus sepeda yang berada di jalan Diponegoro
yang lebih sering dilintasi oleh kendaraan umum dan kendaraan bermotor dari pada
pengguna sepeda. Penyediaan jalur khusus sepeda yang memakan badan jalan ini
dapat membahayakan para penggunana sepeda.
2. Pemerintah Kota Bandung saat ini kurang melihat hak para pejalan kaki untuk
mendapat lahan berjalan secara nyaman dan aman. Kondisi trotoar untuk para pejalan
kaki juga sangat tidak aman untuk digunakan. Keadaan ini dikarenakan trotoar yang
berfungsi untuk pejalan kaki saat ini telah beralih fungsi atau memiliki dua fungsi
untuk jalur khusus sepeda. Pembangunan jalur khusus sepeda yang menggunakan
trotoar sebenarnya menyalahi hak pengguna para pejalan kaki seperti terlihat di Jl. Ir
H. Djuanda (Dago). Salah seorang pengguna sepeda yang memanfaatkan jalur
khusus sepeda, Giri Cahya Pangestu seorang mahasiswa mengatakan, jalur sepeda
tersebut membantu dirinya saat menggunakan sepeda menuju kampus di Jalan
Dipatiukur. "Jalur sepeda memang bagus, tetapi pengguna kendaraan suka ada yang
parkir di sana. Selain itu, saat saya melintasi jalur yang menggunakan trotoar tersebut
masih kurang nyaman karena banyak para pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan
di atas jalur sepeda tersebut". Seperti terlihat pada.
Gambar 1.1
3. Kesadaran masyarakat dan pemerintah terhadap fungsi pembangunan jalur khusus
sepeda di Kota Bandung masih lemah. Hal ini dapat dilihat dari kesadaran masyarakat
yang sering menggunakan jalur khusus sepeda sebagai lahan parkir kendaraan
pribadinya, atau para pengusaha factory outlet yang menggunakan jalur khusus
sepeda sepagai lahan parkirnya. Keadaan ini diperparah dengan banyaknya pedagang
kaki lima (PKL) yang membuka lapak dagangannya di atas jalur khusus sepeda.
Padahal aturan yang mengatur sudah ada seperti yang tertera pada Undang-undang
No.20 tahun 2009, akan tetapi masih dapat terlihat jalur khusus sepeda yang di salah
gunakan oleh masyarakat tidak diberikan sanksi sesuai dengan aturan yang sudah di
buat dan disahkan.
Gambar 1.2
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penulis tertarik untuk
mengangkatnya menjadi sebuah karya ilmiah dalam sebuah penelitian yang berjudul :
“ EFEKTIVITAS KEBIJAKAN PENYEDIAAN JALUR KHUSUS SEPEDA DI
KOTA BANDUNG”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan, maka penulis dapat
mengidentifikasikan masalah. Secara umum masalah pokok dari penelitian ini
menyangkut efektivitas kebijakan dari pemerintah Kota dalam penyediaan jalur
khusus sepeda. Dengan demikian identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut : “
Bagaimana efektivitas kebijakan dalam penyediaan jalur khusus sepeda di Kota
Bandung ? ”
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
1.3.1 Maksud Penelitian
Penelitian ini meneliti dan menganalisis bagaimana hasil dari efektivitas
kebijakan dalam penyediaan jalur khusus sepeda di Kota Bandung.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah yang penulis uraikan maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh data dan informasi mengenai hasil dari efektivitas
kebijakan dalam penyediaan jalur khusus sepeda di Kota Bandung.
2. Untuk memperoleh data dan informasi yang berhubungan dengan kendala-
kendala yang ditemui dalam efektivitas kebijakan penyediaan jalur khusus
sepeda di Kota Bandung.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kegunaa yang bersifat teoritis
maupun praktis, sebagai berikut :
1.4.1 Kegunaan Akademis
Bagi kegunaan teoritis (guna ilmiah), hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan memberikan nilai positif bagi perkembangan
ilmu pengetahuan.
1.4.2 Kegunaan Praktis
1. Masyarakat
Memberikan masukan kepada masyarakat untuk dapat mengawasi
kebijakan pemerintah berkaitan dengan penyediaan jalur khusus sepeda
agar dapat berjalan dengan baik.
2. Pemerintah Kota Bandung
Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota dalam merumuskan
kebijakan dan keberlanjutan mengenai penyediaan jalur khusus sepeda.
3. Univesitas Padjadjaran
Memberikan wawasan ilmiah bagi jurusan Administrasi Negara FISIP
UNPAD mengenai efektivitas kebijakan pemerintah dalam penyediaan
jalur khusus sepeda di Kota Bandung.
Recommended