View
1
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kegiatan
Studi Lapang Terintegrasi (SLT) adalah matakuliah wajib yang harus
ditempuh oleh mahasiswa sebagai salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi.
Studi Lapang Terintegrasi (SLT) diharapkan berbasis 2 hal yaitu keilmuan biologi
dengan rumpun rumpunnya dan pendidikan atau pembelajaran. Kegiatan
pembelajaran ini bertujuan untuk menambah pengetahuan dan wawasan keilmuan
mahasiswa sebagai calon guru biologi. Selain itu, kegiatan SLT ini digunakan
sebagai sarana pembentukan sikap/mental mahasiswa agar mampu dan berani
menghadapi tantangan dunia kerja serta dapat menambah link/ jaringan mahasiswa
dalam membuka wawasan terkait dunia kerja.
Perlunya dilakukan kegiatan SLT ini untuk penguatan pembelajaran biologi
dengan dunia nyata. Pada intinya dalam kegiatan SLT ini menggabungkan beberapa
matakuliah yang sudah dipelajari oleh Mahasiswa Biologi dengan mengadakan
suatu kunjungan ke daerah yang sudah ditentukan. Kota yang kami kunjungi adalah
Yogyakarta dengan tujuan kunjungan antara lain yaitu; 1) Jogja green school
2)Laboratorium Biologi UGM (Laboratorium biologi umum, genetika dan
pemuliaan), 3) Wildlife Rescue Center Jogja, 4) Desa Sukunan Jogja. Destinasi-
destinasi tersebut berhubungan dengan materi perkuliahan yang telah dipelajari
sebelumnya oleh mahasiswa.
Jogja green school merupakan sekolah yang berbasis alam dimana
mahasiswa akan diajarkan tentang sistem pembelajaran yang berbasis alam.
Destinasi ini berhubungan dengan materi perkuliahan yaitu matakuliah strategi
pembelajaran. Dalam materi strategi pembelajaran, seorang guru dianjurkan untuk
mendesain pembelajaran agar siswa mampu menerima materi. Salah satu yang
harus didesain oleh guru adalah model pembelajaran. Model pembelajaran yang
dapat mengenalkan siswa dengan lingkungannya yaitu melalui pembelajaran
eksperiensial (Kolb, 2005 dalam Istikomayanti, 2016). Pembelajaran eksperiensial
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang mengutamakan interaksi siswa dengan
lingkungan atau memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
pengalaman. Berikut ini pengalaman belajar eksperiensial oleh Kolb yang terdiri
dari pengalaman belajar memperoleh pengalaman (concrete experience),
2
pengalaman belajar melakukan refleksi diri (reflective observation), pengalaman
belajar melakukan abstraksi konsep (abstract conceptualization), dan pengalaman
belajar melakukan tindakan nyata (active experimentation) (Istikomayanti, 2016).
Laboratorium Biologi UGM (Laboratorium biologi umum, genetika dan
pemuliaan) merupakan laboratorium di jurusan biologi UGM yang sudah
terakreditasi. Pada destinasi ini mahasiswa biologi akan mempelajari secara detail
laboratorium yang lebih lengkap dan mengetahui secara langsung laboratorium
genetika dan pemuliaan yang belum pernah di temui di UMM. Destinasi ini
berhubungan dengan matakuliah pengelolaan laboratorium biologi.
Wildlife Rescue Center Jogja merupakan tempat konservasi satwa liar
dimana mahasiswa akan diajarkan mengenai penyelamatan satwa liar, rehabilitasi
satwa liar, dan sosialisasi satwa liar. Destinasi ini berhubungan dengan matakuliah
ekologi hewan. Dalam matakuliah ekologi hewan dipelajari mengenai morfologi
hingga fisiologi hewan.
Desa Sukunan Jogja merupakan desa yang berbasis lingkungan dimana
mahasiswa akan mempelajari cara pengelolaan limbah atau sampah menjadi
kerajinan maupun produk yang bermanfaat. Destinasi tersebut berhubungan dengan
matakuliah pengetuan lingkungan yang telah ditempuh sebelumnya. Dalam
matakuliah tersebut dipelajari mengenai pengelolaan limbah. Salah satu
pengelolaan limbah yaitu dengan metode keranjang takakura. Keranjang takakura
merupakan tempat sampah yang dilengkapi dengan bahan pengurai sampah organik
(Setiawan dan Arifendi, 2016). Keranjang takakura ini dapat digunakan sebagai
pengolah limbah rumah tangga secara mandiri. Selain itu pengelolaan limbah cair
seperti limbah cair deterjen dapat diatasi dengan fitoremidiasi. Dalam fitoremidiasi
tumbhan akan memanfaatkan bahan kimia dalam limbah sebagai nutrisi untuk
kehidupannya (Siswandari, dkk, 2016).
1.2 Rumusan Kegiatan
1. Apakah aspek lingkungan yang ditonjolkan di Jogja Green School?
2. Apakah kurikulum yang diterapkan atau digunakan di Jogja Green School?
3. Bagaimana managemen pengelolaan Jogja Green School?
4. Bagaimana managemen pengelolaan museum biologi UGM?
5. Bagaimana museum biologi UGM dimanfaatkan sebagai sumber belajar?
3
6. Bagaimana pemanfaatan museum biologi UGM dalam bidang pendidikan?
7. Bagaimana managemen pengelolaan Wildlife Rescue Center Jogja?
8. Apakah fokus kegiatan dari Wildlife Rescue Center Jogja?
9. Bagaimana peran Wildlife Rescue Center Jogja dalam pemanfaatannya
sebagai sumber belajar?
10. Bagaimana pengelolaan sampah di desa sukunan?
11. Bagaimana manajemen kegiatan di desa sukunan?
12. Bagaimana desa sukunan dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam
pendidikan?
1.3 Tujuan Kegiatan
1. Untuk mengetahui aspek lingkungan yang ditonjolkan di Jogja Green
School
2. Untuk mengetahui kurikulum yang diterapkan atau digunakan di Jogja
Green School
3. Untuk mengetahui managemen pengelolaan Jogja Green School
4. Untuk mengetahui managemen pengelolaan museum biologi UGM
5. Untuk mengetahuipemanfaatan museum biologi UGM sebagai sumber
belajar
6. Untuk mengetahui pemanfaatan museum biologi UGM dalam bidang
pendidikan
7. Untuk mengetahui managemen pengelolaan Wildlife Rescue Center Jogja
8. Untuk mengetahui fokus kegiatan dari Wildlife Rescue Center Jogja
9. Untuk mengetahui peran Wildlife Rescue Center Jogja dalam
pemanfaatannya sebagai sumber belajar
10. Untuk mengetahui pengelolaan sampah di desa sukunan
11. Untuk mengetahui manajemen kegiatan di desa sukunan
12. Untuk mengetahuipemanfaatan desa sukunan sebagai sumber belajar dalam
pendidikan
1.4 Manfaat Kegiatan
4
1. Mampu memberikan bekal atau kemampuan dasar berupa knowledge, skill,
dan attitude kepada mahasiswa biologi dalam menghadapi persaingan
global.
2. Memberikan pengalaman dan pengetahuan melalui obyek, situasi, dan
kondisi lingkungan yang nyata, yang mana tidak ditemukan dalam
pembelajaran di dalam kelas.
3. Menjadi saarana pembelajaransecara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta
memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan.
5
BAB II. GAMBARAN UMUM INSTANSI/TEMPAT KUNJUNGAN SLT
2.1 Jogja Green School
2.1.1 Sejarah
Jogja Green School didirikan atas inisiatif kerjasama antara Bapak
Suhardiono dengan Ibu Eny Krisnawati pada tahun 2009. Tujuan atas pendirian
sekolah ini yaitu pentingnya membangun nilai-nilai universal dalam masa
pendidikan dasar seorang anak, sehingga ke depannya muncul para generasi bangsa
yang berpribadi baik hati, sayang sesama, semangat berkarya, mandiri dan cinta
lingkungan. Atas harapan-harapan itu, pendidikan dasar mulai diinisiasi pada Juli
2012.
2.2.2 Struktur Organisasi
Pendiri : Suhardiono
Eny Krisnawati
2.2.3Profil instansi, Visi dan Misi
Jogja Green School merupakan sekolah berbasis alam dan lingkungan serta
pendidikan budi pekerti. Sekolah ini menerapkan model pendidikan berbasiskan
sistem belajar dengan alam sebagai laboratorium utamanya yang bernuansa
menyenangkan bagi siswa dan guru. Laboratorium kehidupan dimana hubungan
keterkaitan manusia dengan alam dijalin dan dirangkai dalam kenyataan kehidupan
(keseharian). Hal ini menjadikannya sebagai tempat yang dapat memperkaya
kesadaran dan rasa cinta pada alam bagi semua insane yang terlibat di dalamnya.
Visi : Mendidik Pribadi Berkarakter Cinta Keluarga, Sesama dan Lingkungan
Misi :
Memfasilitasi model pembelajaran inklusif, yang memberi ruang bagi pendidik,
anak didik dan keluarganya dari berbagai latar belakang (agama, suku, status
ekonomi, kewarganegaraan, kapasitas diri).
Memfasilitasi model pembelajaran yang menekankan pengembangan nilai-nilai
universal pada pendidik, anak didik dan keluarganya, sebagai pondasi
pembentukan budi pekerti luhur.
6
Memfasilitasi model pembelajaran emansipatoris, yang memberi ruang bagi
pendidik, anak didik dan keluarganya untuk aktif terlibat, berpendapat,
berkontribusi positif serta kreatif berkarya.
Memfasilitasi model pembelajaran yang proaktif dalam pelestarian lingkungan
hidup dan produk lokal Indonesia
2.1.4 Fasilitas Yang Dimiliki
1. Rumah pintar (jenjang sekolah dasar)
2. Daycare - playgroup – kindergarten
3. Kelas Minat-Potensi
2.1.5 Kegiatan Jogja Green School
Jogja green school memiliki beberapa kegiatan, yaitu: Kegiatan Bersama Rumah
Pintar Jogja Green School, yang meliputi:
1) Masa Orientasi Siswa (MOS)
Kegiatan ini diperuntukkan bagi seluruh siswa, terutama siswa yang baru.
Kegiatan yang diselenggarakan di awal tahun ajaran ini supaya siswa-siswi yang
baru masuk (Level 1) mengenal lingkungan sekolah dan sekitar sekolah. Selain
itu memperkenalkan budaya sekolah dan membangun iklim kekeluargaan.
2) Mendongeng
Kegiatan ini dilakukan untuk seluruh siswa. Tiap dua minggu sekali,
bergabung dengan adik-adik KB-TK. Lewat baca cerita atau mendongeng, ada
berbagai pesan positif yang bisa ditanamkan dalam hidup keseharian anak didik.
3) Outdoor Class
Kegiatan ini diperuntukkan untuk memperkaya pembelajaran tematik.
Suatu kelas atau gabungan beberapa kelas beraktivitas di luar lingkungan
sekolah. Foto di atas adalah anak-anak L1 dan L2 bermain belajar di Museum
Anak Kolong Tangga - Taman Budaya Yogyakarta
4) Kelas Minat-Potensi
Kelas ini diselenggarakan seminggu sekali, tiap Kamis. Masing-masing
siswa diperkenankan untuk bergabung di kelas yang diminatinya atau yang
sesuai potensi dirinya. Kelas ini terdiri dari kelas Bercerita,
Musik, Memasak, Seni Rupa dan Berkebun. Pilihan kelas yang diminati boleh
7
berubah, sampai menemukan manakah yang paling cocok dan tepat. Beberapa
anak telah setia dengan pilihan kelasnya.
5) Kemah Cinta Alam
Kegiatan ini diselenggarakan untuk melatih kemandirian peserta didik.
Siswa membaur dari berbagai kelas melakukan perkemahan selama 2 hari 1
malam. Siswa tidak didampingi oleh orangtuanya. Sehingga belajar untuk
memfasilitasi dirinya sendiri dan bekerjasama dengan teman-teman. Siswa
juga belajar untuk dekat serta menghormati alam sekitar.
6) Tali Kasih untuk Sesama
Kegiatan ini diselenggarakan tiap satu tahun sekali, ungkapan kasih kami
kepada sesama yang membutuhkan. Pada proses ini, pendidik dan peserta didik
belajar bersyukur dan berbagi. Berbagi dengan penuh ikhlas pada sesama hal
yang perlu dipupuk sejak dini.
7) Kelas Profesi
Kegiatan ini membuka peluang kontribusi pada orangtua/wali murid
untuk berbagi cerita tentang karya dan profesi mereka. Siswa diajak untuk
mengenal berbagai profesi dan menghargai apa yang dilakukan oleh orangtua
mereka. Selain itu, mereka belajar menghargai bahwa karya jugalah sebuah
perjalanan penuh kesungguhan, membutuhkan semangat dan berjuang
menciptakan karya-karya. Sesederhana apapun yang dilakukan, nilai di
dalamnya lah yang perlu ditanamkan pada anak didik. Sehingga, kelak mereka
bekerja dan berkarya dengan sungguh-sungguh dan dari kecintaan di dalam
hati.
2.1.6 Kurikulum yang Digunakan
Kurikulum yang digunakan di sekolah ini tetap dari pemerintah hanyasaja
dalam pemberian matarinya disesuaikan dengan kebutuhan dari pesertadidiknya.
Kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum 2013. Untuk metode,tentu saja sekolah
alam ini sedikit berbeda dengan sekolah-sekolah lainnya.Metode yang biasa
digunakan oleh sekolah alam adalah Metode pembelajaranyang digunakan untuk
mendukung suasana tersebut, yaitu metode “SpiderWeb” (Tematik), dimana suatu
tema diintegrasikan dalam semua matapelajaran. Maryati (2007: 187)
menambahkan Dengan metode “spider web”,mereka belajar tidak hanya dengan
8
mendengar penjelasan guru, tetapi jugadengan melihat, menyentuh, merasakan dan
mengikuti keseluruhan prosesdari setiap pembelajaran. SD Jogja Green School,
proses belajar mengajartentu saja lebih banyak dilakukan diluar ruangan. Mereka
menggunakan alamsekitar sebagai obyek belajar, peserta didik juga dibebaskan
untuk bereksplorasi untuk mendapatkan pengalamannya secara langsung dan riil.
Pengenalan lingkungan pertanian sejak usia sekolah dasar diharapkan dapat
memberikan banyak manfaat. Salah satunya adalah kemampuan siswa untuk
mengetahui potensi lingkungan sekitarnya, mampu menyikapi permasalahan yang
terjadi, dan mampu bertindak dalam usaha pelestarian lingkungan. Kemampuan ini
didefinisikan sebagai kemampuan literasi lingkungan (UNESCO, 1975 dalam
Istikomayanti, 2016). Pembelajaran yang dapat mengenalkan siswa dengan
lingkungannya yaitu melalui pembelajaran eksperiensial (Kolb, 2005 dalam
Istikomayanti, 2016). Pembelajaran eksperiensial adalah suatu pendekatan
pembelajaran yang mengutamakan interaksi siswa dengan lingkungan atau
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman. Berikut ini
pengalaman belajar eksperiensial oleh Kolb yang terdiri dari pengalaman belajar
memperoleh pengalaman (concrete experience), pengalaman belajar melakukan
refleksi diri (reflective observation), pengalaman belajar melakukan abstraksi
konsep (abstract conceptualization), dan pengalaman belajar melakukan tindakan
nyata (active experimentation).
Gambar 1. Pengalaman Belajar dari Teori Experimental
Learning (Kolb, 2005 dalam Istikomayanti, 2016)
2.2 Kampung Sukunan
9
2.2.1 Sejarah
Desa sukunan terletak di kelurahan Banyuraden kecamatan Gamping,
kabupaten Sleman atau sekitar 5 km dari arah barat Tugu Yogyakarta. Desa sukunan
menjadi kampung wisata lingkungan pada tanggal 19 Januari 2009. Desa sukunan
menawarkan beragam kegiatan yang berbasis lingkungan, kegiatan yang disebut
ecotourism ini sudah dilakukan sejak tahun 2003. Yakni perintisan desa ini untuk
menjadi desa berbasis lingkungan. Dikenal dengan desa berbasis lingkungan karena
desa ini telah berhasil mengolah sampah mandiri secara baik. Mulai dari tingkat
rumah tangga, hingga kelompok yang menghasilkan produk dari sampah tersebut.
2.2.2 Struktur Organisasi
Pendiri dan pengelola : Iswanto
2.2.3 Profil Instansi, Visi dan Misi
Desa Sukunan adalah desa wisata berbasis lingkungan atau disebut
ecotourism, yang memulai hal ini sejak tahun 2003. Sukunan yang berada sekitar
lima kilometer dari Tugu Yogyakarta ke arah barat itu, resmi menjadi Kampung
Wisata Lingkungan sejak 19 Januari 2009. Sebagai Kampung Wisata Lingkungan,
Sukunan menawarkan beragam kegiatan berbasis lingkungan kepada para
wisatawan. Wisatawan yang mampir ke Sukunan dapat belajar tentang cara
mengolah sampah untuk dijadikan barang kerajinan maupun produk lain yang
bermanfaat. Selain itu, wisatawan juga bisa menikmati pemandangan khas
perdesaan yang masih asri.
Desa Sukunan menjadi sebuah kampung wisata berbasis lingkungan karena
masyarakat Sukunan telah menjalankan proses pengolahan sampah secara mandiri
baik di tingkat rumah tangga hingga di tingkat kelompok. Kegiatan ini pun
menghasilkan berbagai produk olahan sampah yang memiliki nilai lebih seperti
aneka produk kerajinan dari sampah plastik, kerajinan dari kain perca serta pupuk
kompos dari sampah organik.
2.2.4 Fasilitas Yang Dimiliki
10
Fasilitas yang di sediakan oleh desa wisata sukunan adalah homestay yang
berupa rumah-rumah penduduk yang dapat disewa sekaligus sebagai tempat
berinteraksi langsung dengan warga sekitar.
2.2.5 Latar Belakang Desa Sukunan Mengolah Sampah
Keluhan warganya terhadap tumpukan sampah yang mereka hasilkan
sendiri dirasa sangat mengganggu. Biasanya sampah rumah tangga mereka bawa
ke sawah atau dipekarangan belakang rumah mereka untuk di kubur. Tapi ketika
sudah tidak ada lagi lahan kosong untuk dibuat jugangan sampah, maka sampah-
sampah tersebut akan dibakar, yang mengakibatkan keluhan gangguan kesehatan.
Sehingga kemudian oleh beberapa warga yang peduli akan lingkungan dan
masyarakat kampung munculah pikiran untuk mengelola sampah mereka. Tapi
bagaimana caranya?
Melalui proses belajar panjang dari berbagai sumber baik buku maupun
mengamati langsung di tempat pembuangan akhir munculah rumus pengelolaan
sampah berbasis gerakan 3R dusun sukunan, yaitu : Reduce, Reuse, dan Reclycle.
Reduce : mengurangi timbunan sampah
Reuse : memanfaatkan barang bekas
Recycle : mendaur ulang sampah
Yang bertujuan untuk meminimalkan jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan
(air, tanah, udara) serta memaksimalkan nilai dan potensi sampah sehingga dapat
didayagunakan kembali oleh masyarakat.
Sasarannya siapa dan apa jawabannya adalah masyarakat kampung itu
sendiri. Sampah dikelola dan diselesaikan oleh penghasil sampah sendiri
(masyarakat : skala individu dan kelompok) secara baik dan benar tanpa tergantung
pada dana pemerintah bahkan mendatangkan keuntungan untuk mereka sendiri.
2.2.6 Mekanisme Pengolahan Sampah
1. Penanganan Sampah Organik
Penanganan sampah organik ditujukan pada pembuatan kompos mandiri.
Pembuatan kompos ini dilakukan pada tiap rumah tangga dan tiap Rukun
Tetangga (RT) kampung. Prosesnya sangat mudah, murah, serta bermanfaat.
2. Sampah dapur (rumah tangga)
11
Sampah dapur tiap rumah diselesaikan dirumah masing-maisng. Tiap rumah
diberikan 2 buah gentong yang tujuannya untuk dipakai bergantian tiap kali
gentong penuh. Gentong yang akan dipakai sebelumnya sudah dibolongi
bagian bawahnya.
Gambar 2. Gentong Kompos Desa Sukunan
Pada layer pertama paling bawah gentong diisi kerikil, layer berikutnya
gentong diisi sedikit kompos yang sudah jadi atau sampah yang sudah hampir
menjadi kompos. Tujuannya untuk mempercepat pembusukan. Sampah dapur
dipisahkah dan dikumpulkan didalam gentong 1. Satu atau dua kali seminggu isi
gentong diaduk agar proses pembusukan merata dan optimal. Jika diberi akselerator
pembusuk berupa inokulen maka kompos dapat dipanen dalam waktu 2-3 bulan.
Tapi jika tidak, panen kompos baru bisa dilakukan sekitar bulan ke-6. Nah, jika
gentong 1 sudah penuh maka proses pembuatan kompos pindah digentong ke-2
sambil menunggu panen kompos di gentong pertama. Begitu berselang seling
gentong satu dan dua.
Hasil kompos produk rumah tangga biasanya mereka pakai sendiri untuk
sawah mereka atau jika kelebihan mereka bisa menjualnya ke koperasi dusun yang
khusus mengurusi kompos.
3. Sampah pekarangan (RT)
Sampah pekarangan seperti (kebanyakan) dedaunan kering disatukan pada bak
besar yang ditepatkan strategis di tiap RT untuk diolah menjadi kompos juga.
Proses pengolahannya hampir sama dengan kompos dapur. Tetapi kali ini sebagai
“kompos jadi” pada layer pertama diisi oleh kotoran hewan.
Hasil kompos dijual ke dusun untuk didistribusikan ke pasar. Dan hasil
penjualannya dikembalikan pada kas RT. Hasil penjualan yang terkumpul di kas
RT digunakan lagi untuk mengolah sampah dan untuk upah angkut sampah.
12
Dengan alur seperti itu, warga tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengelola
sampah mereka. (mungkin iya diawal pengelolaan sampah terpadu ini).
Gambar 3. Tempat Penampungan Sampah Pekarangan
4. Penanganan Sampah Non-Organik
Tugas tiap rumah tangga yaitu memisahkan sampah plastik, logam dan kaca,
serta kertas kemudianmembuangnya ke tong-tong sampah sesuai jenis sampah yang
telah disediaan dusun untuk dikekola lebih jauh. Sampai sini tugas rumah tangga
selesai.
Sampah sampah ini akan dibawa ke tempat pengumpulan sampah sementara dusun
untuk dipilah mana yang masih dapat dijual mana yang tidak laku dijual. Hampir
semua sampah non-organik laku dijual ke pengepul kecuali : Styrofoam, bekas
pembalut/pempers, dan bungkus makanan yang berlapis alumunium foil. Jadilah
tumpukan sampah di tempat pembuangan sementara dusun susut banyak tingginya.
Sampah yang tidak laku dijual ini oleh dusun diolah menjadi ‘barang’ lagi kecuali
bekas pembalut yang sampai saat ini tim pengelola sampah dusun belum tau
bagaimana cara mengolahnya. Styrofoam dihancurkan menjadi bulk atau bubur
untuk diolah menjadi pot dan batako yang dicampurkan dengan semen dan pasir
(dengan takaran tertentu).
Gambar 4. pot bunga dari styrofoam
13
Bungkus makanan yang berlapis alumunium foil (dengan syarat tertentu) disulap
menjadi pembungkus berbagai accessories dengan memberdayakan ibu-ibu PKK.
Gambar 5. Berbagai kerajinan dari "sampah"
Dengan demikian, sampah yang akhirnya terpaksa dibuang dari kampung
hanya sedikit. Paling tidak kampung ini sudah berusaha mengurangi tumpukan
sampah di TPA Piyungan (untuk wilayah DIY). Dan hasil yang sekarang didapat
dusun sukunan dari mengelola sampah tidak terlepas dari perjuangan dan kesadaran
masyarakatnya untuk bersih dan cinta lingkungan. Kata pak Suharto (warga) “butuh
kerja keras 3 bulan untuk sosialisasi kepada masyarakat untuk pekerjaan ini”, dan
“butuh setahun lebih untuk dusun ini benar-benar melaksanakan apa yang kita mau
secara perlahan”.
Beberapa prinsip yang diterapkan dalam pengelolaan sampah ala Kampung
Sukunan ialah: (a) mandiri, sampah dikelola sendiri oleh kampung; (b) produktif,
pelbagai sampah di tengah masyarakat menghasilkan sesuatu yang bernilai; (c)
komprehensif, pengelolaannya mencakup semua jenis sampah; (d) ramah
lingkungan, cara-cara yang diterapkan tidak mencemari lingkungan.
2.3 Wildlife Rescue Yogya
2.3.1 Profil Instansi, Visi dan Misi
Taman Satwa Wildlife Rescue Centre (WRC Jogja) merupakan nama
sebuah site di bawah manajemen Yayasan Konservasi Alam Yogyakarta - sebuah
lembaga non-profit & non-pemerintah yang bergerak di bidang konservasi satwa
liar. Kegiatan utama di WRC Jogja adalah penyelamatan satwa, rehabilitasi satwa,
pemberdayaan masyarakat dan sosialisasi mengenai satwa liar.
Wildlife Rescue Center (WRC) atau yang lebih dikenal oleh masyarakat
dengan nama Pusat Penyelamatan Satwa Jogjakarta (PPSJ) merupakan wadah
penyelamatan satwa yang seharusnya berada di alam liar. Mereka menyelamatkan
14
satwa ini dari rumah warga, atau sirkus dan sejenisnya. WRC terletak di Jl. Kawijo,
Desa Sendangsari, Kecamatan Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Untuk lebih jelasnya jika kalian dari jogja berjalan kearah barat
menuju Jl.Godean lurus ke Pasar Godean melewati jembatan sungai Progo ke Pasar
Kenteng lalu Nanggulan kemudian ikutilah papan petunjuk arah ke Wildlife Rescue
Center (WRC).
2.3.2 Bentuk layanan Jasa yang Dimiliki
Wildlife Rescue Center Jogja memiliki produk jasa yang ditawarkan bagi
masyarakat luas,yaitu: beberapa program fundraising seperti Program Donasi
Satwa, Program Adopsi Satwa, Program Volunteer, Outbound, dan Program
Pendidikan Konservasi. Selain itu pihak WRC juga mengembangkan divisi bisnis
yang dinamakan Orangutan Outdoor Camp (OOC) seperti paket-paket pendidikan
konservasi, penyewaan meeting room hingga pelaksanaan outbond.
2.3.3 Fasilitas Yang Dimiliki
1. Orangudome
Orangudome merupakan kubah (dome) untuk orang utan yang dibuat
menyerupai hutan asli layaknya tempat tinggal mereka di alam liar. Dua
orangudome berukuran kecil (14x14x8 meter) dapat menampung 8-12 orang utan.
Kubah ini berfungsi sebagai kubah introduksi yang digunakan untuk mengobservasi
orang utan hasil sitaan atau penyerahan sukarela dari masyarakat. Selain kubah
kecil, terdapat pula kubah super besar yang berdiameter hingga 125 meter dengan
ketinggian mencapai 25 meter.
Penginapan/hotel
Meeting room
Outbond center
Sarana camping ground yang memadai
Arena pendidikan lingkungan untuk anak-anak maupun dewasa.
2.3.4 Fokus Kerja Wildlife Rescue Center Jogja
Wildlife Rescue Center Jogja adalah sebuah lembaga atau yayasan non-
profit yang bergerak di bidang konservasi satwa liar yang terancam punah dan
dilindungi. Kegiatan utama di Wildlife Rescue Center Jogja (WRC Jogja) adalah
penyelamatan dan perlidungan satwa, disini para satwa akan direhabilitasi. Selain
15
itu tujuan sampingan dari berdirinya WRC Jogja yakni memberdayakan masyarakat
sekitar dan bersosialisasi mengenai satwa liar.
2.3.5 Managemen dan Pengelolaan Wildlife Rescue Center Jogja
Wildlife Rescue Center Jogja merupakan yayasan non-pemerintah, maka
untuk menunjang pemasukan demi kelangsungan ratusan satwa yang ada disini
WRC memiliki produk jasa untuk ditawarkan bagi masyarakat luas seperti
penyewaan outbound, ruang meeting, high hope games dan wisata pendidikan
konservasi. Semua hasil yang didapat digunakan sepenuhnya untuk program
rehabilitasi satwa dan juga dalam pembelian makanan satwa yang harus selalu
dikontrol.
2.4 Museum Biologi UGM
2.4.1 Sejarah
Museum Biologi Fakultas Biologi UGM dirintis sejak terbentuknya Museum
Zoologicum pada tahun 1964, yang menempati salah satu rauang di Sekip, Sleman,
DIY di dalam kampus UGM, yang dipimpin oleh Prof.drg. R.G. Indrojono dan
koleksi herbarium yang menempati sebagian gedung di Jalan Sultan Agung 22
Yogykarta yang dipimpin oleh Prof.Ir. Moeso Suryowinoto.
Pengelolaan keduanya ditangani oleh Fakultas Biologi UGM, yang pada waktu
itu bertempat di nDalem Mangkubumen, Ngasem, Yogyakarta yang lebih dikenal
dengan nama Fakultas-fakultas “Kompleks Ngasem”. Koleksi hewan dan
tumbuhan pada waktu itu berasal dari Seksi Zoologi dan Anatomi Fakultas
Kedokteran UGM dan Seksi Botani Fakultas Pertanian UGM.
Atas prakarsa Dekan Fakultas Biologi UGM yang pada waktu itu dijabat oleh
Ir. Soerjo Sodo Adisemoyo pada tanggal 20 September 1969 yaitu dalam peringatan
Dies Natalis Fakultas Biologi UGM, Museum Biologi diresmikan. Museum
tersebut merupakan penggabungan dari Museum Zoologicum dan Herbarium
dengan menempati Gedung di Jalan Sultan Agung 22 Yogyakarta. Museum Biologi
memiliki koleksi spesimen hewan dan tumbuhan dalam bentuk awetan kering,
awetan basah serta fosil yang berasal dari daerah di Indonesia dan beberapa dari
luar negeri. Koleksi museum tersebut digunakan sebagai sarana studi dosen,
mahasiswa, pelajar dan umum.
16
2.4.2 Struktur Organisasi
Penanggung jawab : Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc.
Pengarah : Dr. Niken Satuti Nur Handayani, M.Sc.
Kepala Museum Bilogi : Donan Satria Yudha, M.Sc.
Pengelola : Drs.Sutikno, S.U.
Teknisi : Ida Suryani, S.S.
Kepala Kantor Administrasi : Tunik Hariyanti, SIP.
2.4.3 Profil Instansi, Visi dan Misi
Museum Biologi UGM adalah museum khusus atau museum pendidikan
yang memiliki benda-benda hayati dan benda-benda lainnya yang berhubungan
dengan lingkungan hidup.
2.4.5 SDM Pengelola
Museum Biologi UGM dikelola oleh Fakultas Biologi UGM. Kepala
Museum Biologi UGM adalah Tenaga Pendidik (Dosen) Fakultas Biologi UGM
yang ditunjuk oleh Dekan Faktas Biologi UGM melalui Surat Keputusan Dekan.
Staf Museum terdiri dari: Tenaga Kependidikan (Pegawai) Fakultas Biologi,
Tenaga Kontrak Fakultas Biologi dan Tenaga Edukator dari Dinas Kebudayaan
Propinsi DIY.
2.4.6 Fasilitas Yang Dimiliki
Koleksi binatang tak bertulang belakang (invertebrate) dan binatang bertulang
belakang (vertebrata)
Koleksi tumbuh-tumbuhan yang diawetkan dalam bentuk Herbarium kering
dan basah, yaitu : Herbarium kering lebih kurang 1.672 species dari 180
familia, dan Herbarium basah lebih kurang 350 buah
Koleksi fosil, terdiri dari beberapa fosil hewan dan tumbuh-tumbuhan,
4. Aquaria, diantaranya beberapa jenis ikan dan tumbuh-tumbuhan air yang
masih hidup, dikoleksi dalam beberapa aquarium.
Beragam koleksi kerangka fauna juga akan memperkaya khasanah
pengetahuan pengunjung. Kerangka gajah Nyi Bodro yang berasal dari Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat, Badak Jawa, Dugong, Kuda dan Walabi merupakan
sebagian koleksi kerangka unggulan Museum Biologi UGM.
17
Koleksi flora ditampilkan dalam bentuk awetan kering dan basah. Koleksi biji
dan tanaman obat yang mewakili tradisi dan budaya juga dimiliki oleh Museum
Biologi UGM.
18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2016. Wisata Anak Museum Samudraraksa : Tempat Berlabuh Kapal di
Dekat Candi Borobudur. Online:
http://www.bocah.org/2016/05/wisata-anak-museum-
samudraraksa-tempat.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober
2017.
Anonim, 2016. Wisata Menarik Wildlife Rescue Center Jogja. Online:
https://eksotisjogja.com/wildlife-rescue-centre-jogja/. Diakses
pada tanggal 15 Oktober 2017.
Anonim, 2015. Desa Wisata Lingkungan Sukunan Yogyakarta. Online:
https://gudeg.net/direktori/1815/desa-wisata-lingkungan-
sukunan-yogyakarta.html. Diakses pada tanggal 15 Oktober
2017.
Anonim, 2008. Menyelesaikan Sampah Ala Dusun Sukunan. Online:
https://lisaontheblog.wordpress.com/2008/09/01/menyelesaika
n-sampah-ala-dusun-sukunan/. Diakses pada tanggal 15
Oktober 2017.
Anonim, 2013. Jogja Green School. Online : https://www.yogyagreenschool.com/.
Diakses pada tanggal 15 Oktober 2017.
Rahmatika, Merry. 2016. Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Animo Calon
Peserta Didik di Sekolah Dasar (SD) Jogja Green School.
Skripsi: Universitas Negeri Yogyakarta Jurusan Administrasi
Pendidikan.
Husamah. (2013). PEMBELAJARAN LUAR KELAS (OUTDOOR LEARNING).
Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/view/1214/1425
Istikomayanti, Y., Suwono, H. & Irawati, M. H. (2016. EXPERENTIAL LEARNING GROUP INVESTIGATION AS EFFORT TO DEVELOPT ENVIRONMENTAL LITERACY ABILITY AT 5th GRADE STUDENTS OF MADRASAH
IBTIDAIYAH. Jurnal Pendidikan Biologi Indonesia, 2(1): 57-71.
Setiawan, R. dan Arifendi, R. F. 2016. The Aplication of Chabi (Charming Dustbin) and Takakura Basket as Effort to Increase Environment Indefferent for
Elementary School Children. Jurnal Pendidikan Biologi
Indonesia. 2(3):215-221.
Siswandari, A. M., Hindun, I. & Sukarsono. 2016. Phytoremediation of Phosphate Content In Liquid Laundry Waste by Using Echinodorus paleafolius
and Equisetum hyemale Used as Biology Learning Resource. Jurnal
Pendidikan Biologi Indonesia. 2(3):222-230.
Recommended