View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi yang
semakin canggih, informasi bukan hanya sekedar kebutuhan melainkan juga
merupakan sumber kekuasaan, maka tidak salah jika ada pameo yang telah
menjadi pendapat umum, bahwa siapa yang menguasai informasi, dialah yang
menguasai masa depan. Masing-masing otoritas daerah berupaya berlomba
merebut stasiun televisi yang dapat menjadi wujud keterpihakan daerah, seperti
Agropolitan Televisi sebagai stasiun televisi milik Pemkot Batu yang berlokasi di
Jl. TVRI No. 1000 Oro – oro Ombo Batu.
Agropolitan Televisi (ATV) sebagai televisi yang memiliki jangkauan
siaran hanya terbatas di wilayah kota Batu dan sebagian wilayah Kotamadya
Malang, memiliki jargon Agropolitan Televisi sebagai stasiun televisi dari Batu
untuk masyarakat Batu, yang berupaya untuk dapat mengeksploitasi seluruh
sumber-sumber potensi daerah Batu melalui beragam program acara, salah
satunya yaitu Dialog Interaktif di ATV Kota Batu yang di tayangkan setiap hari
senin-jum’at : 10.00-12.00 WIB.. Melalui acara ini akan mengedepankan
pelaksanaan komunikasi yang terkait dengan dunia kepariwisataan dan selalu
mengundang nara sumber yang memiliki kepakaran atau keahlian dalam bidang
kedaerahan, misalnya: Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata, praktisi (pengusaha),
dan sebagainya. Sebagai program acara yang menjadi unggulan stasiun televisi
Agropolitan Televisi Kota Batu, keberhasilan tayangan program acara Dialog
2
Interaktif Seputar Kedaeraan akan sangat tergantung dari kapabilitas pengelolaan
program acara dalam menghidupkan suasana dialog interaktif antara nara sumber
dengan pemirsa. Hal ini dikarenakan akan berhubungan langsung dengan
audience. Wawasan dan skill yang memadahi dalam mengelolah program acara
akan menjadi faktor yang sangat penting, selain itu juga keterampilan dalam
pengelolaan materi yang dibawakannya, serta mampu berimprovisasi dan
mempunyai kemampuan dalam hal penguasaan bahasa.
Melihat pengetahuan pemirsa yang terus berkembang dari waktu ke waktu,
membuat mereka semakin kritis dalam menilai dan mengevaluasi setiap
penampilan penyiar yang tampil di televisi. Celakanya lagi, teknologi komunikasi
yang kini berkembang kian pesat telah menjadi katalisator yang sangat ampuh.
Hanya cukup dengan menekan tombol, pemirsa bisa dengan mudah berpindah-
pindah dari satu chanel ke chanel yang lain. Program acara tidak boleh monoton
dan statis karena karena akan menimbulkan rasa bosan menimbulkan antipati
pemirsa, karena pemirsa dalam menerima pesan dari media masa tidak dapat
dipaksakan. Salah satu cara untuk “memaksa” pemirsa agar mau memperhatikan
isi pesan dari pasan dari media masa adalah penyajian informasi yang penting dan
menarik bagi pemirsa. Dengan demikian setiap mata acara siaran televisi,
direncanakan, diproduksi, dan disajikan kepada khalayak dengan isi pesan yang
bersifat informatif, edukatif, persuasif, stimulatif, dan komunikatif.
Pengelolahan stasiun televisi, khususnya dibidang perencanaan bekerja
atas kesadaran bahwa “Siaran televisi memiliki kekuatan yang sangat besar, baik
untuk menciptakan kejahatan maupun kebaikan”. Di atas kesadaran itu para
3
pengelola stasiun televisi bekerja merencanakan, memperoduksi, dan menyajikan
siaran mempunyai tanggungjawab moral dan etika terhadap masyarakat. Siaran
televisi mempunyai daya penetrasi yang sangat kuat terhadap individu atau
kelompok, akibatnya siaran televisi dapat menimbulkan dampak yang sangat luas
pada masyarakat, dengan kata lain dampak yang ingin ditimbulkan baik ke arah
positif atau sebaliknya tergantung siapa dibalik stasiun televisi tersebut. Beberapa
penelitian terdahulu telah dilakukan, antara lain:
Muhammad Mahsun, 2006. Manajemen acara berita televisi (Suatu studi
pada SCTV Biro Surabaya Khusus Liputan Jawa Timur). Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa pelaksanaan manajemen acara berita SCTV biro Surabaya sesuai
dengan konsep manajemen yang diungkapkan oleh Henry Fayol yaitu planning
organizing, acting, controlling. Manajemen acara berita jawa timur yang
dilakukan oleh SCTV sesuai dengan standart operasional prosedur dengan
melihat proses siaran berita liputan jawa timur.1
Adhitya Yulinar Hamdan, 2012. Manajemen Program Talkshow J-Star
pada Stasiun JTV Malang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa manajemen
program talkshow presenter atau host sebagai pemandu jalannya acara
mereka terlebih dahulu membaca naskah acara. Perggunaan naskah
menggunakan script breakdown. Bahasa naskah dalam program talkshow
JTV Malang menggunakan bahasa yang lugas, mudah dicerna. Program talkhow
yang dilakukan di JTV Malang dilakukan secara live. Sedangkan untuk
manajemen interactive pada program talkshow tidak menggunakan penonton
1 Muhammad Mahsun, 2006. Manajemen acara berita televisi (Suatu studi pada SCTV Biro Surabaya Khusus Liputan Jawa Timur). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang
4
atau audience sebagai pendukung acara didalam studio. Jika pun dalam acara
talkshow ada sesi tanya jawab, biasanya pihak JTV Malang lebih memilih
menggunakan via telephone.2
Dari beberapa penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan yaitu
membahas mengenai menejemen program acara televise. Sedangkan perbedaan
dengan penelitian sekarang adalah pada tema Acara Dialog Interaktif di ATV
Kota Batu. Dalam hal ini stasiun televisi memiliki fungsi yang sama dengan
media massa lain, yaitu fungsi mendidik, menginformasikan, meneruskan nilai-
nilai budaya bangsa, menjadi agen pembaruan.3 Oleh karena itu, Dialog Interaktif
di stasiun ATV dalam usaha menarik perhatian pemirsa, tidak cukup hanya
dengan pengemasan paket materi yang menarik, tetapi juga harus mampu
mengelolah siaran ataupun konsep penyiaran dan mempunyai kekhasan untuk
menarik pemirsa. Bukanya hanya mengandalkan isi acara dan jangkauan acara
saja tetapi juga mengandalkan unsur-unsur acara dengan menyesuaikan kultur
masyarakat Jawa Timur, khususnya masyarakat Kota Batu dan wilayah Malang.
Alasan peneliti memilih program acara Dialog Interaktif di ATV, karena
selain sebagai stasiun baru, juga pertimbangan terhadap topik yang diangkat oleh
stasiun tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi geografis wilayah Batu. Topik
ini sangatlah jarang disajikan secara khusus dan rutin dikupas menjadi program
acara unggulan oleh stasiun televisi lain. Terlebih-lebih dalam hal manajemen
divisi produksinya. Berangkat dari berbagai pernyataan itu penulis ingin lebih
jauh meneliti ” Manajemen Divisi Produksi Program Acara Dialog Interaktif di 2 Adhitya Yulinar Hamdan, 2012. Manajemen Program Talkshow J-Star pada Stasiun JTV Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang 3 Darwanto, SS. 1994 Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wahana
5
Televisi Lokal (Studi pada Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di ATV Kota
Batu)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka muncul permasalahan yang
berkaitan dengan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah, sebagai
berikut:
1. Bagaimana manajemen divisi produksi program acara Dialog Interaktif di
Agropolitan Televisi (ATV) Kota Batu yang mencakup pra produksi,
produksi dan pasca produksi?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat manajemen divisi
produksi program acara Dialog Interaktif di Agropolitan Televisi (ATV)
Kota Batu?
C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan manajemen divisi produksi program acara Dialog
Interaktif di Agropolitan Televisi (ATV) Kota Batu yang mencakup pra
produksi, produksi dan pasca produksi.
2. Mendeskripsikan faktor yang mendukung dan menghambat manajemen
divisi produksi program acara Dialog Interaktif di ATV Kota Batu.
D. Kegunaan Penelitian
1 Secara akademis nantinya hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
membuka wacana baru dalam hal komunikasi dan untuk mahasiswa yang
melakukan studi terhadap media komunikasi massa. Sekaligus kegunaan
6
melakukan studi terhadap media komunikasi massa. Sekaligus kegunaan
penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan spesifikasi Ilmu Komunikasi.
2 Secara praktis nantinya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data
atau informasi berkenaan dengan manajemen program acara di Stasiun
Televisi oleh kalangan mahasiswa secara umum dan mahasiswa jurusan
komunikasi secara khusus.
E. Tinjauan Pustaka
1. Manajemen Produksi Program Televisi
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber
daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai tujuan tertentu.4 Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-
aktivitas perencanaan, pengorgaisasian, pengendalian, penempatan, pengerahan,
pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap
organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan produk atau jasa secara efisien.
Teori manajemen terbagi menjadi tiga yaitu teori manajemen klasik, neo-
klasik, dan modern. Teori klasik lebih menekankan untuk mendapatkan
kemakmuran anggota sehingga memperhatikan studi waktu dan hasil yang harus
dicapai. Sedangkan teori neo-klasik lebih menekankan proses, yakni kerjasama
antar anggota dalam organisasi, menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan
4 Malayu SP Hasibuan, 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian. Dan Masalah, Cet. 1. Jakarta: Bumi Aksara,
7
aktualisasi diri. Teori modern menggabungkan antara dua teori tersebut, sehingga
sifatnya situasional, menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi.
Seluruh teori di atas memiliki proses aplikasi yang sama yang pada intinya
terangkum dalam tiga proses, yaitu planning, organizing,dan controlling. Jika
dikaitkan dengan manajemen di stasiun televisi meliputi kegiatan utama, yaitu
kegiatan administrasi, teknik, dan produksi-siaran. Manusia pengelola kegiatan
tersebut harus bekerja sama atas dasar saling pengertian, dan menghargai serta
mengingatkan (asah-asih-asuh), ini diperlukan agar output siaran yang dihasilkan
menjadi berkualitas. Siaran merupakan output satu-satunya stasiun televisi dalam
hal ini berupa informasi audio visual gerak dan singkron. Siaran televisi mampu
mendatangi khalayak tanpa membedakan status dan usia selama 24 jam sehari. Ini
berarti makna berkala dalam stasiun televisi tidak dibatasi waktu hari, minggu,
dan bulan. Melainkan hanya dibatasi waktu detik, menit dan jam. Hal ini perlu
dipahami makna berkala dalam media massa dapat berbeda.5
Setiap mata acara siaran televisi, direncanakan, diproduksi, dan disajikan
kepada khalayak dengan isi pesan yang bersifat informatif, edukatif, persuasif,
stimulatif, dan komunikatif. Di Indonesia, cara-cara co-ersive (menakut-nakuti)
tidak boleh diterapkan karena Indonesia menganut paham demokrasi Pancasila.
Cara co-ersive biasa digunakan oleh negara-negara yang berbentuk komunis atau
otoriter. Manejemen televisi, khususnya dibidang perencanaan bekerja atas
kesadaran bahwa “Siaran televisi memiliki kekuatan yang sangat besar, baik
untuk menciptakan kejahatan maupun kebaikan. Di atas kesadaran itu para
5 Wahyudi, J.B. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
8
pengelola stasiun televisi bekerja merencanakan, memperoduksi, dan menyajikan
siaran mempunyai tanggungjawab moral dan etika terhadap masyarakat. Dari
urutan tersebut terlihat bahwa kegiatan manajemen televisi meliputi:
a. Merencanakan dan memproduksi program (mata acara)
b. Mengadakan atau menyiapkan program.
c. Menyiarkan acara harian, mingguan, bulanan, triwulan dan seterusnya.
d. Menyelenggarakan penyiaran baik artistic maupun jurnalistik.
e. Mengadakan kerjasama dengan lembaga penyiaran lain.
f. Mengadakan kerjasama dengan production house.
g. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.
h. Mengadakan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia.
i. Menyelenggarakan pertukaran berita dan program dengan lembaga
penyiaran lain baik dari dalam maupun luar negeri.
j. Mengadakan promosi dan menjual program .
Fungsi manajemen di atas merupakan proses yang memerlukan penerapan
berbagai metode dan teknik untuk mendorong para pelaksana dalam rangka
mencapai tujuan. Apabila proses manajemen dilaksanakan dengan baik, sekaligus
kita dapat melihat dan memberikan supervisi yang kontinyu atas pelaksanaan
kerja. Faktor-faktor yang harus dimasukkan dalam fungsi control adalah:
a. Mengusahakan suatu struktur yang terorganisir dengan baik dan
sederhana untuk menghilangkan salah pengertian.
9
b. Mengusahakan supervisi yang kuat untuk menghilangkan “gap” (jurang
pemisah) yang terjadi dalam keseluruhan program.
c. Mengusahakan informasi yang akurat dalam rangka pembuatan
keputusan dan penilaian terhadap pelaksanaan kerja.6
Dalam hal ini, tehnik manajemen konvensional banyak menekankan pada
aspek mekanisasi dan dekat sekali pada rasa dan hubungan kemanusiaan. Unsur
pengakuan rasional kurang banyak diperhatikan. Teknik manajemen konvensional
meliputi:
a. Management by personality, teknik ini dilaksanakan dengan banyak
diwarnai oleh pengakuan akan kewibawaan seseorang yang
mengendalikan organisasi.
b. Management by custom, taeknik ini banyak memperhatikan kebiasaan
yang pernah berjalan, yang sekarang dipakai lagi dalam
pengadministrasian organisasi.
c. Management by reward, teknik ini memunculkan dorongan kerja
dengan motivasi ekstrinsik. Orang dianggap mau bekerja apabila diberi
hadiah atau pujian untukmemotivasi kemauan dari dalam.
d. Management by legitimaion, teknik ini dijalankan dengan memberikan
pembatasan-pembatasan berupa aturan-aturan. Peraturan-peraturan
tersebut biasanya dipaksakan kepada para anggota. Suasana kejiwaaan
para anggota menjadi ketakutan.
6 Soetopo, hendyat, Soemanto, Wasty, 1982, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan,
Surabaya: Usaha nasional, 265-266.
10
Sedangkan, teknik manajemen modern yang digunakan dewasa ini adalah
sebagai berikut:
a. Management by delegation, teknik ini dilaksanakan dengan
memberikan kepercayaan dan pengakuan atas prestasi dan kemampuan
anggota.
b. Management by system, teknik ini dilaksanakan dengan melihat
komponen-komponen yang ada dalam organisasi sebagai kesatuan yang
utuh. Sehingga satu komponen hilang akan berpengaruh terhadap
keseluruhan proses manajemen.
c. Management by result dijalankan dengan mengorientasikan diri dengan
hasil yang akan dicapai. Setiap aktivitas dilihat dari nilai guna aktivitas
yang bersangkutan.
d. Management by objective juga berorientasi pada tujuan. Kerja dan
proses manajemen yang berhasil adalah yang dapat mencapai tujuan.7
Berdasarkan tehnik manajemen di atas, dapat diidentifikasikan melalui
ciri-ciri:
a. Berorientasi pada kepuasan pelanggan internal dan eksternal
b. Memeliki obsesi terhadap kualitas tinggi
c. Pengembangan dilakukan secara terus-menerus
d. Memperhatikan produk dan proses
e. Tanggung jawab pada semua pegawai/karyawan
f. Pengerjaan dilakukan melalui tim kerja.8
7 Soetopo, hendyat, Soemanto, Wasty, 1982, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan,
Surabaya: Usaha nasional, hal 267-269.
11
2. Manajemen Pada Penyiaran
Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam
organisasi penyiaran, yaitu organiasi yang mengelola siaran. Ini berarti
manajemen penyiaran sebagai penggerak organisasi penyiaran dalam usaha
mencapai tujuan bersama melalui penyelenggara siaran. Tujuan yang hendak
dicapai oleh organisasi penyiaran, ada yang bersifat idiil, materiil dan keduanya.
Dalam usaha mencapai tujuan, mengingat siaran memiliki dampak sangat luas
pada khalayak, serta mampu mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku individu/
kelompok dalam waktu relatif singkat, maka pengelolah siaran mempunyai
tanggung jawab moral terhadap khalayak. Organisasi penyiaran, mengelola
stasiun penyiaran yang di dalamya terdapat perangkat keras yang dikelola orang-
orang teknik, dan perangkat lunak yang dikelola oleh orang-orang untuk program
dan keadministrasian / ketatalaksanaan. Orang-orang siaran, teknik dan
administrasi bekerjasama di atas landasan saling menghargai, pengertian dan
mengingatkan untuk menghasilkan output yang baik dan menarik khalayak.
Dalam porses kerjasama ini diperlukan tindakan manajemen yang tepat khususnya
bagi dunia penyiaran.
Manajemen penyiaran dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi/memanfaatkan kepandaian/keterampilan orang lain, untuk
merencanakan, memproduksi, dan menyiarkan siaran, dalam usaha tujuan
bersama. Sebagai salah satu produk teknologi informasi, medium televisi beserta
peralatan pendukung memerlukan dana realtif besar. Sarana dan prasarana siaran
8 Prawirosentono, Suyadi. 2004, Manajemen Mutu Terpadu Abad 21, Jakarta: PT Bumi Aksara
12
harganya relatif mahal dengan demikian manusia pengelola juga memerlukan
imbalan yang memadai. Pengelola medium televisi lebih tinggi dibanding medium
radio karena masalah yang ditangani jauh lebih komplek, dengan peralatan yang
lebih mahal.
Dengan maraknya pembentukan biro televisi di daerah dengan siaran yang
bermuatan lokalitas ini merupakan suatu hal yang baru serta menarik dalam
industri pertelevisian di tanah air, maklum selama ini kita hanya tahu penyiaran
televisi hanya dilakukan di Jakarta saja. Ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam pembuatan program acara televisi:9
1) Target Penonton
Ada tiga faktor klasifikasi target penonton yaitu:
a. Usia.
b. Jenis kelamin.
c. Status.
Dengan memahami dan mengenal karakter penonton maka acara yang
akan dibuat 75% akan sukses dan mendapat penonton yang banyak.
Bahasa naskah harus dikaji sesuai dengan target penonton.
2) Format Acara
Format acara adalah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi
yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan
terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan
target pemirsa tersebut.
9 Ibid
13
Ada tiga bagian dari format acara televisi, yaitu:
a. Drama adalah sebuah format adacara televisi yang diperoduksi dan
diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau
fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan
merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu
runtutan cerita dalam sebuah adegan. Contoh, drama percintaan,
tragedi, horor, legenda, aksi.
b. Non Drama adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan
diciptakan melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas
sehari-hari tanpa harus menginterpreasi ulang dan tanpa harus menjadi
dunia khayalan.
c. Non Drama bukanlah urutan secara fiksi dari setiap pelakunya untuk itu
format-format program acara non drama merupakan sebuah runtutan
pertunjukan yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi aksi,
gaya, dan musik. Contoh, talkshow, konser, music, variety show, berita
(news) adalah sebuah format program acara televisi yang diproduksi
berdasarkan informasi, fakta, kejadian yang berlangsung pada
kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai faktual
dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu
dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen.
3) Punching Line
Adalah kejutan-kejutan dalam dialog naskah yang dimainkan oleh pemain
yang sengaja dituliskan untuk menghentak perhatian penonton yang mulai
14
jenuh dan bosan. Macam-macam punching line yaitu, komedi, celetukan-
celetukan, pertanyaan, tangisan, dan ungkapan peribahasa.
4) Gimmick dan Funfare
Gimmick adalah trik yang digunakan untuk mendapatkan perhatian
penonton dalam bentuk back sound effect, musik ilustrasi, adegan
suspense, mimik, ekspresi dan akting pemain, joke (kelucuan), teknik
editing dan penggerak kamera. Gimmick bisa berdiri sendiri tanpa harus
berkaitan dengan kesinambungan adegan.
Funfare adalah puncak acara yang dimeriahkan dengan kegembiraan,
kemewahan, keindahan dan kebersamaan.
5) Clip Hanger
Adalah sebuah scene atau shot yang diambangkan karena adegan terpaksa
dihentikan karena komersial break (iklan komersial). Clip hanger
ditempatkan dalam run down yang tepat.
6) Opening Tune dan Bumper
Opening tune adalah identitas pembuka acara dengan durasi 30 detik
sedangkan bumper adalah sebagai identitas perantara acara dengan durasi
5 detik. Opening tune dan bumper harus dibuat semenarik mungkin agar
tidak membuat kejenuhan penonton. Hal ini disebabkan tune dan bumper
akan diputar ulang setiap pemuaran dan penonton akan hafal setiap bentuk
desain keduanya.
7) Penataan Artistik
15
Dalam hal ini sutradara harus mengupdate informasi tentang gaya tren
warna mode arsitektur seni kontemporer, seni rupa dan potographi baik
dalam maupun luar negeri. Set tata panggung baik, tata cahaya, bahan
yang dipakai, kombinasi warna dan bentuk, komposisi, bloking hingga
penggunaan font tulisan. Dengan mengupdate informasi maka akan
memperkaya referensi cakrawala pencarian ide menjadi lebih luas dan
acara yang dibuat akan menarik sesuai dengan perkembangan zaman.
8) Ritme dan Birama Acara
Dalam hal ini ritme dan birama acara digunakan ketika membaca naskah.
Setiap ketuk dan ritme acara mulai hingga akhir harus dihitung, hal ini
untuk mengantisipasi reaksi dan sikap penonton.
9) Logo dan musik track untuk ID tune
Membuat logo acara yang mudah diingat, jangan terlalu sulit jangan
biarkan pemirsa meraba-raba arti lagi. Dan menciptaan musik track (musik
untuk identitas acara) yang mudah dinikmati.
10) General Rehershal (persiapan)
Hal ini harus dilakukan sedetail mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang
harus diperhatikan seperti tata lampu, tata suara dan kamera angle, serta
pemeran.
16
11) Interactive Program
Mengembangkan ide-ide yang akan melibatkan partisipasi penonton di
rumah. Bila prograam acaraya adalah siaran langsung maka dapat
mengemas dengan kuis interactive.
3. Teori Pembagian Kerja
Induk kajian pembagian kerja adalah analisis jabatan yang merupakan suatu
aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang harus
melakukan tugas tersebut. Aktivitas ini adalah sebuah upaya untuk menciptakan
kualitas dari pekerjaan dan kualitas dari kinerja total suatu organisasi. Organisasi
akan baik jika sumber daya manusia didalamnya telah mampu melaksanakan
pekerjaan masing–masing dengan jelas, spesifik, serta tidak memiliki peran ganda
yang dapat menghambat proses pencapaian kinerja. Pembagian kerja merupakan
dokumen formal organisasi yang berisi ringkasan informasi penting mengenai
suatu jabatan untuk memudahkan dalam membedakan jabatan yang satu dengan
yang lain dalam suatu organisasi. Pembagian kerja tersebut disusun dalam suatu
format yang terstruktur sehingga informasi mudah dipahami oleh setiap pihak
yang berkaitan di dalam suatu organisasi.
Pada hakikatnya, pembagian kerja merupakan bahan baku dasar dalam
pengelolaan sumberdaya manusia di organisasi, dimana suatu jabatan dijelaskan
dan diberikan batasan. Menurut Hariandja (2002:59) Pembagian pekerjaan
merupakan pernyataan tertulis yang menggambarkan tugas–tugas, wewenang,
tanggung jawab, dan kondisi kerja serta aspek–aspek lain dari sebuah pekerjaan
yang biasanya ditulis dalam bentuk cerita.
17
Pembagian kerja akan memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus
dicapai oleh seorang pejabat yang memegang jabatan tersebut. Pembagian
pekerjaan ini menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi
pekerjaan bagi pejabat yang memegang jabatan itu. Pembagian kerja yang kurang
jelas akan mengakibatkan seorang pejabat kurang mengetahui tugas dan tanggung
jawabnya. Hal ini mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak beres. Di sinilah letak
pentingnya peranan pembagian kerja dalam setiap organisasi (Hasibuan, 2007:33).
Rivai (2004:125) menyatakan bahwa manfaat pembagian kerja untuk
menentukan:
1. Ringkasan pekerjaan dan tugas-tugas (job summary andduties)
2. situasi dan kondisi kerja (working condition)
3. Persetujuan (Approvals)
Karl Marx dan Friedrich Engels memandang bahwa spesialisasi pekerjaan
itu paling umum, sekalipun merupakan sumber keterasingan dan pembelengguan
individu (Herujito, 2001:129). Emile Durkheim, sosiolog menuliskan bahwa
spesialisasi pekerjaan membuat suatu pekerjaan menjemukan, pekerjaan tersebut
merusak moral pekerja (Herujito 2001:130)
Dengan demikian dibutuhkan analisis pekerjaan akan memberikan informasi
tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan
personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang akan digunakan. Analisis
pekerjaan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pekerjaan dan
proses menentukan persyaratan yang harus disiapkan, termasuk didalamnya
sistematika rekrutmen, evaluasi atau pengendalian, dan organisasinya.
18
4. Definisi Konseptual
Manajemen program acara ditelevisi, umumnya melibatkan tujuh divisi: 10
a. Divisi Program
Berperan dalam pengelolaan seluruh program, dari pengadaan materi
hingga pengaturan jam tayang. Divisi ini membawahi departemen
akuisisi, quality control, penjadwalan, research and development, dan
traffic.
b. Divisi Produksi
Berperan dalam pengelolaan produksi program-program hiburan
secara in-house, dari musik, talkshow, reality show, hingga sinetron.
Divisi ini membawahi departemen kreatif, produksi, dan pendukung
teknik, dengan berbagai tenaga fungsional dari produser eksekutif,
produser, sutradara, penulis naskah, dan sebagainya.
c. Divisi Pemberitaan
Berperan dalam pengelolaan produksi program-program berita, dari
program berita regular, program berita mingguan, talkshow, hingga
siaran-siaran olahraga. Divisi ini membawahi departemen peliputan,
produksi, program mingguan, penelitian dan pengembangan, dan
pendukung teknis, serta sejumlah tenaga-tenaga fungsional dari
produser, asisten produser, presenter, reporter, kamerawan,
penyunting gambar, penata grafis, penata musik, dan pengarah acara.
d. Divisi Teknik
10 http://m-trainingcentre.blogspot.com/2009/12/manajemen-stasiun-televisi.html
19
Berperan dalam pengelolaan fasilitas teknik penyiaran, dari
perencanaan hingga perawatan seluruh alat teknik. Divisi ini
membawahi departemen yang bertanggungjawab atas master control,
maintenance, IT, transmisi, dan pendukung teknik.
e. Divisi Pemasaran
Berperan dalam pengelolaan pemasaran slot-slot komersial, dari
perencanaan hingga pemasangan iklan. Divisi ini membawahi
departemen penjualan, penagihan, dan administrasi pemasaran.
f. Divisi Keuangan
Berperan dalam pengelolaan dan pemeriksaan keuangan perusahaan.
Divisi ini membawahi departemen finance, accounting, dan auditing.
g. Divisi HRD dan Legal
Berperan dalam pengelolaan seluruh sumber daya dari seluruh divisi,
penyediaan sarana dan tenaga operasional bagi divisi lain, serta
penanganan aspek hukum atau legal.
Masing-masing Divisi dipimpin oleh seorang direktur. Setiap departemen
dipimpin oleh manajer. Hirarki berikutnya akan memasukkan jabatan koordinator,
supervisor, dan chief, hingga staf. Di luar jabatan-jabatan struktural itu, juga
dikenal jabatan fungsional yang biasanya terjadi di Divisi Produksi dan Divisi
Pemberitaan.
20
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,
aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antar fenomena
yang diselidiki”.11 Dalam penelitian ini metode kualitatif dilakukan untuk
mendapatkan data-data tentang manajemen divisi produksi program acara dialog
interaktif di Televisi Lokal pada Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di ATV
Kota Batu dengan alasan bahwa topik ini sangat jarang disajikan secara khusus
dan rutin dikupas menjadi program acara unggulan oleh stasiun televisi lain.
Dengan demikian pendekatan yang digunakan adalah studi kasus yang berusaha
mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan
data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini
dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dengan semakin
berkembangnya industri pertelevisian menuntut pemirsa untuk bisa memilih dan
memilah program acara yang disukai, persaingan antar stasiun televisi semakin
ketat sehingga menuntut stasiun televisi untuk membuat program acara yang bisa
menarik pemirsa, karena pemirsa dalam konsep media sangat penting. Selain itu,
juga adanya referensi atau buku-buku yang relevan sehingga dapat membantu dan
memudahkan peneliti dalam mempertajam hasil dan analisis pembahasan
11 Moleong. Lexy J. 2007 . Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset
21
penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka
peneliti menetapkan stasiun Agropolitan Televisi sebagai stasiun televisi milik
Pemkot Batu yang berlokasi di Jl. TVRI No 1000 Oro-Oro Ombo Batu.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan untuk mengumpulkan data
dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi terhadap tindakan individu maupun kelompok baik
dalam bentuk verbal maupun non verbal alam melakukan
aktifitasnya, misalnya pada saat mereka melakukan proses
manajemen program acara Dialog Interaktif, mempersiapkan baik
materi maupun peralatan. Data dari teknik observasi ini akan
dijadikan data primer. Dan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan jenis pengamatan, dengan alasan, bahwa teknik
pengumpulan data ini, peneliti dapat terjun langsung kelapangan
untuk melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan dan dikatakan
atau diperbincangkan informan mengenai manajemen divisi produksi
program acara dialog interaktif di Televisi Lokal pada Acara Talk
Show “I Love Malang Raya” di ATV Kota Batu
b. Wawancara
Wawancara dilakukan sebagai teknik pengumpulan data yang
bertujuan untuk menggali informasi atau data untuk mengemukakan
22
pengetahuan informan terutama yang berkaitan dengan manajemen
divisi produksi program acara dialog interaktif di Televisi Lokal
pada Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di ATV Kota Batu.
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian secara mendalam
kepada pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi ATV secara tatap
muka. Dengan alasan dapat memperoleh informasi yang lebih
bersifat “open ended” dan mengarah pada kedalaman informasi.
c. Dokumentasi
Teknik terakhir yang digunakan adalah dokumentasi dengan alasan,
bahwa peneliti dapat mencari serta mengumpulkan data-data yang
pernah dilakukan Agropolitan Televisi (ATV) dalam bentuk tertulis,
misalnya job descriptions para informan yang diberikan oleh stasiun
Agropolitan Televisi (ATV) dan struktur organiasi, buku panduan
yang diterbitkan oleh pihak Agropolitan Televisi (ATV) dan lain-
lain. Teknik dokumentasi yang berupa informasi berasal dari catatan
penting baik dari lembaga atau organisasi mapun dari perorangan.12
4. Subyek Penelitian
Untuk menentukan subjek, peneliti menggunakan teknik purposive
sampel, yakni sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan
berdasarkan strata, random, atau daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan
tertentu dengan membuat kriteria subjek. Adapun kriteria subjek dalam penelitian
ini, yaitu pihak-pihak yang terlibat aktif dalam kegiatan siaran sekaligus
12 Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan teori Komunikasi, Pendekatan Praktis Penulisa Proposal dan Laporan Penelitian. UMM Press Malang
23
memahami manajemen divisi produksi program acara dialog interaktif di Televisi
Lokal pada Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di Agropolitan Televisi
(ATV) Kota Batu.
Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka informan dalam penelitian ini
berjumlah 6 orang, sebagai berikut:
a. Pimpinan program acara dialog interaktif
b. Presenter
c. Editor dan reporter
d. Personel teknik/sarana penyiaran
e. PD dan FD
5. Teknik Analisis Data
Dalam sebuah penelitian, teknik penelitian ini digunakan sesuai dengan
kebutuhan penelitian. Analisa data adalah proses pengaturan urutan data,
mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar dengan
prosedur penelitian yang telah disiapkan:13
a. Reduksi Data
Dimaksudkan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul
dari catatan tertulis di lapangan.
b. Penyajian Data
Dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan baik
13 Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.
24
pengujian data dalam bentuk tabel maupun narative yang menggabungkan
informasi yang tersusun ke dalam bentuk yang padu. Hal ini dimaksudkan
agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan
atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.
c. Menarik Kesimpulan
Merupakan proses mencatat keteraturan, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi
yang mungkin alur sebab akibat dari proposisi peneliti menurut data yang
diperoleh di lapangan.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat digambarkan mengenai alur model
penelitian menurut Matthew dan Habberman yang lebih dikenal dengan model
interaktif seperti dibawah ini:14
GAMBAR 1 Model Interaktif Analisis Data
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa proses penelitian ini diawali
dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi hasil penelitian,
catatan hasil observasi dan ingatan. Dari data tersebut, peneliti menganalisa 14 Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press
Pengumpulan Data
Penyajian / Data Display
Reduksi Data
Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi
25
dengan memisah-misahkan atau mengklasifikasikan data yang termasuk dalam
manajemen divisi produksi program acara dialog interaktif di Televisi Lokal pada
Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di ATV Kota Batu (sesuai dengan
rumusan masalah). Kemudian dilanjutkan dengan interpretasi data hasil temuan di
lapangan.
6. Keabsahan Data
Dalam upaya mendapatkan data yang valid atau sahih peneliti melakukan
metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan, pengecekan atau
sebagai pembanding data itu.15
Hal ini merupakan cara paling popular dalam penelitian kualitatif. Dengan
triangulasi ini peneliti mampu menarik kesimpulan yang tidak hanya dari satu cara
pandang sehingga kebenaran data lebih diterima. Dalam prakteknya peneliti
menggunakan tiga macam triangulasi, pertama triangulasi sumber. Di sini peneliti
membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Kedua,
triangulasi metode. Caranya dengan menggunakan metode wawancara,
pengamatan dan dokumentasi untuk mengecek topik atau data yang sama. Ketiga,
triangulasi teori. Menguraikan pola, hubungan dan mengetahui penjelasan yang
muncul dari analisis.
15 Moleong Lexey J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakaria. Hlm: 330
Recommended