25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi yang semakin canggih, informasi bukan hanya sekedar kebutuhan melainkan juga merupakan sumber kekuasaan, maka tidak salah jika ada pameo yang telah menjadi pendapat umum, bahwa siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai masa depan. Masing-masing otoritas daerah berupaya berlomba merebut stasiun televisi yang dapat menjadi wujud keterpihakan daerah, seperti Agropolitan Televisi sebagai stasiun televisi milik Pemkot Batu yang berlokasi di Jl. TVRI No. 1000 Oro – oro Ombo Batu. Agropolitan Televisi (ATV) sebagai televisi yang memiliki jangkauan siaran hanya terbatas di wilayah kota Batu dan sebagian wilayah Kotamadya Malang, memiliki jargon Agropolitan Televisi sebagai stasiun televisi dari Batu untuk masyarakat Batu, yang berupaya untuk dapat mengeksploitasi seluruh sumber-sumber potensi daerah Batu melalui beragam program acara, salah satunya yaitu Dialog Interaktif di ATV Kota Batu yang di tayangkan setiap hari senin-jum’at : 10.00-12.00 WIB.. Melalui acara ini akan mengedepankan pelaksanaan komunikasi yang terkait dengan dunia kepariwisataan dan selalu mengundang nara sumber yang memiliki kepakaran atau keahlian dalam bidang kedaerahan, misalnya: Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata, praktisi (pengusaha), dan sebagainya. Sebagai program acara yang menjadi unggulan stasiun televisi Agropolitan Televisi Kota Batu, keberhasilan tayangan program acara Dialog

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/27044/2/jiptummpp-gdl-mochmahmud-31862... · 2016-04-16 · merupakan sumber kekuasaan, maka tidak salah jika ada pameo yang telah

Embed Size (px)

Citation preview

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi yang

semakin canggih, informasi bukan hanya sekedar kebutuhan melainkan juga

merupakan sumber kekuasaan, maka tidak salah jika ada pameo yang telah

menjadi pendapat umum, bahwa siapa yang menguasai informasi, dialah yang

menguasai masa depan. Masing-masing otoritas daerah berupaya berlomba

merebut stasiun televisi yang dapat menjadi wujud keterpihakan daerah, seperti

Agropolitan Televisi sebagai stasiun televisi milik Pemkot Batu yang berlokasi di

Jl. TVRI No. 1000 Oro – oro Ombo Batu.

Agropolitan Televisi (ATV) sebagai televisi yang memiliki jangkauan

siaran hanya terbatas di wilayah kota Batu dan sebagian wilayah Kotamadya

Malang, memiliki jargon Agropolitan Televisi sebagai stasiun televisi dari Batu

untuk masyarakat Batu, yang berupaya untuk dapat mengeksploitasi seluruh

sumber-sumber potensi daerah Batu melalui beragam program acara, salah

satunya yaitu Dialog Interaktif di ATV Kota Batu yang di tayangkan setiap hari

senin-jum’at : 10.00-12.00 WIB.. Melalui acara ini akan mengedepankan

pelaksanaan komunikasi yang terkait dengan dunia kepariwisataan dan selalu

mengundang nara sumber yang memiliki kepakaran atau keahlian dalam bidang

kedaerahan, misalnya: Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata, praktisi (pengusaha),

dan sebagainya. Sebagai program acara yang menjadi unggulan stasiun televisi

Agropolitan Televisi Kota Batu, keberhasilan tayangan program acara Dialog

2

Interaktif Seputar Kedaeraan akan sangat tergantung dari kapabilitas pengelolaan

program acara dalam menghidupkan suasana dialog interaktif antara nara sumber

dengan pemirsa. Hal ini dikarenakan akan berhubungan langsung dengan

audience. Wawasan dan skill yang memadahi dalam mengelolah program acara

akan menjadi faktor yang sangat penting, selain itu juga keterampilan dalam

pengelolaan materi yang dibawakannya, serta mampu berimprovisasi dan

mempunyai kemampuan dalam hal penguasaan bahasa.

Melihat pengetahuan pemirsa yang terus berkembang dari waktu ke waktu,

membuat mereka semakin kritis dalam menilai dan mengevaluasi setiap

penampilan penyiar yang tampil di televisi. Celakanya lagi, teknologi komunikasi

yang kini berkembang kian pesat telah menjadi katalisator yang sangat ampuh.

Hanya cukup dengan menekan tombol, pemirsa bisa dengan mudah berpindah-

pindah dari satu chanel ke chanel yang lain. Program acara tidak boleh monoton

dan statis karena karena akan menimbulkan rasa bosan menimbulkan antipati

pemirsa, karena pemirsa dalam menerima pesan dari media masa tidak dapat

dipaksakan. Salah satu cara untuk “memaksa” pemirsa agar mau memperhatikan

isi pesan dari pasan dari media masa adalah penyajian informasi yang penting dan

menarik bagi pemirsa. Dengan demikian setiap mata acara siaran televisi,

direncanakan, diproduksi, dan disajikan kepada khalayak dengan isi pesan yang

bersifat informatif, edukatif, persuasif, stimulatif, dan komunikatif.

Pengelolahan stasiun televisi, khususnya dibidang perencanaan bekerja

atas kesadaran bahwa “Siaran televisi memiliki kekuatan yang sangat besar, baik

untuk menciptakan kejahatan maupun kebaikan”. Di atas kesadaran itu para

3

pengelola stasiun televisi bekerja merencanakan, memperoduksi, dan menyajikan

siaran mempunyai tanggungjawab moral dan etika terhadap masyarakat. Siaran

televisi mempunyai daya penetrasi yang sangat kuat terhadap individu atau

kelompok, akibatnya siaran televisi dapat menimbulkan dampak yang sangat luas

pada masyarakat, dengan kata lain dampak yang ingin ditimbulkan baik ke arah

positif atau sebaliknya tergantung siapa dibalik stasiun televisi tersebut. Beberapa

penelitian terdahulu telah dilakukan, antara lain:

Muhammad Mahsun, 2006. Manajemen acara berita televisi (Suatu studi

pada SCTV Biro Surabaya Khusus Liputan Jawa Timur). Dari hasil penelitian

diperoleh bahwa pelaksanaan manajemen acara berita SCTV biro Surabaya sesuai

dengan konsep manajemen yang diungkapkan oleh Henry Fayol yaitu planning

organizing, acting, controlling. Manajemen acara berita jawa timur yang

dilakukan oleh SCTV sesuai dengan standart operasional prosedur dengan

melihat proses siaran berita liputan jawa timur.1

Adhitya Yulinar Hamdan, 2012. Manajemen Program Talkshow J-Star

pada Stasiun JTV Malang. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa manajemen

program talkshow presenter atau host sebagai pemandu jalannya acara

mereka terlebih dahulu membaca naskah acara. Perggunaan naskah

menggunakan script breakdown. Bahasa naskah dalam program talkshow

JTV Malang menggunakan bahasa yang lugas, mudah dicerna. Program talkhow

yang dilakukan di JTV Malang dilakukan secara live. Sedangkan untuk

manajemen interactive pada program talkshow tidak menggunakan penonton

1 Muhammad Mahsun, 2006. Manajemen acara berita televisi (Suatu studi pada SCTV Biro Surabaya Khusus Liputan Jawa Timur). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Islam Malang

4

atau audience sebagai pendukung acara didalam studio. Jika pun dalam acara

talkshow ada sesi tanya jawab, biasanya pihak JTV Malang lebih memilih

menggunakan via telephone.2

Dari beberapa penelitian terdahulu di atas memiliki persamaan yaitu

membahas mengenai menejemen program acara televise. Sedangkan perbedaan

dengan penelitian sekarang adalah pada tema Acara Dialog Interaktif di ATV

Kota Batu. Dalam hal ini stasiun televisi memiliki fungsi yang sama dengan

media massa lain, yaitu fungsi mendidik, menginformasikan, meneruskan nilai-

nilai budaya bangsa, menjadi agen pembaruan.3 Oleh karena itu, Dialog Interaktif

di stasiun ATV dalam usaha menarik perhatian pemirsa, tidak cukup hanya

dengan pengemasan paket materi yang menarik, tetapi juga harus mampu

mengelolah siaran ataupun konsep penyiaran dan mempunyai kekhasan untuk

menarik pemirsa. Bukanya hanya mengandalkan isi acara dan jangkauan acara

saja tetapi juga mengandalkan unsur-unsur acara dengan menyesuaikan kultur

masyarakat Jawa Timur, khususnya masyarakat Kota Batu dan wilayah Malang.

Alasan peneliti memilih program acara Dialog Interaktif di ATV, karena

selain sebagai stasiun baru, juga pertimbangan terhadap topik yang diangkat oleh

stasiun tersebut, yang disesuaikan dengan kondisi geografis wilayah Batu. Topik

ini sangatlah jarang disajikan secara khusus dan rutin dikupas menjadi program

acara unggulan oleh stasiun televisi lain. Terlebih-lebih dalam hal manajemen

divisi produksinya. Berangkat dari berbagai pernyataan itu penulis ingin lebih

jauh meneliti ” Manajemen Divisi Produksi Program Acara Dialog Interaktif di 2 Adhitya Yulinar Hamdan, 2012. Manajemen Program Talkshow J-Star pada Stasiun JTV Malang. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang 3 Darwanto, SS. 1994 Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wahana

5

Televisi Lokal (Studi pada Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di ATV Kota

Batu)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka muncul permasalahan yang

berkaitan dengan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah, sebagai

berikut:

1. Bagaimana manajemen divisi produksi program acara Dialog Interaktif di

Agropolitan Televisi (ATV) Kota Batu yang mencakup pra produksi,

produksi dan pasca produksi?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat manajemen divisi

produksi program acara Dialog Interaktif di Agropolitan Televisi (ATV)

Kota Batu?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan manajemen divisi produksi program acara Dialog

Interaktif di Agropolitan Televisi (ATV) Kota Batu yang mencakup pra

produksi, produksi dan pasca produksi.

2. Mendeskripsikan faktor yang mendukung dan menghambat manajemen

divisi produksi program acara Dialog Interaktif di ATV Kota Batu.

D. Kegunaan Penelitian

1 Secara akademis nantinya hasil penelitian ini dapat digunakan untuk

membuka wacana baru dalam hal komunikasi dan untuk mahasiswa yang

melakukan studi terhadap media komunikasi massa. Sekaligus kegunaan

6

melakukan studi terhadap media komunikasi massa. Sekaligus kegunaan

penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat meraih gelar Sarjana

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan spesifikasi Ilmu Komunikasi.

2 Secara praktis nantinya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data

atau informasi berkenaan dengan manajemen program acara di Stasiun

Televisi oleh kalangan mahasiswa secara umum dan mahasiswa jurusan

komunikasi secara khusus.

E. Tinjauan Pustaka

1. Manajemen Produksi Program Televisi

Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber

daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan tertentu.4 Manajemen pada umumnya dikaitkan dengan aktivitas-

aktivitas perencanaan, pengorgaisasian, pengendalian, penempatan, pengerahan,

pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap

organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang

dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan produk atau jasa secara efisien.

Teori manajemen terbagi menjadi tiga yaitu teori manajemen klasik, neo-

klasik, dan modern. Teori klasik lebih menekankan untuk mendapatkan

kemakmuran anggota sehingga memperhatikan studi waktu dan hasil yang harus

dicapai. Sedangkan teori neo-klasik lebih menekankan proses, yakni kerjasama

antar anggota dalam organisasi, menaruh perhatian pada kebutuhan sosial dan

4 Malayu SP Hasibuan, 2001. Manajemen: Dasar, Pengertian. Dan Masalah, Cet. 1. Jakarta: Bumi Aksara,

7

aktualisasi diri. Teori modern menggabungkan antara dua teori tersebut, sehingga

sifatnya situasional, menyesuaikan dengan situasi yang dihadapi.

Seluruh teori di atas memiliki proses aplikasi yang sama yang pada intinya

terangkum dalam tiga proses, yaitu planning, organizing,dan controlling. Jika

dikaitkan dengan manajemen di stasiun televisi meliputi kegiatan utama, yaitu

kegiatan administrasi, teknik, dan produksi-siaran. Manusia pengelola kegiatan

tersebut harus bekerja sama atas dasar saling pengertian, dan menghargai serta

mengingatkan (asah-asih-asuh), ini diperlukan agar output siaran yang dihasilkan

menjadi berkualitas. Siaran merupakan output satu-satunya stasiun televisi dalam

hal ini berupa informasi audio visual gerak dan singkron. Siaran televisi mampu

mendatangi khalayak tanpa membedakan status dan usia selama 24 jam sehari. Ini

berarti makna berkala dalam stasiun televisi tidak dibatasi waktu hari, minggu,

dan bulan. Melainkan hanya dibatasi waktu detik, menit dan jam. Hal ini perlu

dipahami makna berkala dalam media massa dapat berbeda.5

Setiap mata acara siaran televisi, direncanakan, diproduksi, dan disajikan

kepada khalayak dengan isi pesan yang bersifat informatif, edukatif, persuasif,

stimulatif, dan komunikatif. Di Indonesia, cara-cara co-ersive (menakut-nakuti)

tidak boleh diterapkan karena Indonesia menganut paham demokrasi Pancasila.

Cara co-ersive biasa digunakan oleh negara-negara yang berbentuk komunis atau

otoriter. Manejemen televisi, khususnya dibidang perencanaan bekerja atas

kesadaran bahwa “Siaran televisi memiliki kekuatan yang sangat besar, baik

untuk menciptakan kejahatan maupun kebaikan. Di atas kesadaran itu para

5 Wahyudi, J.B. 1994. Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

8

pengelola stasiun televisi bekerja merencanakan, memperoduksi, dan menyajikan

siaran mempunyai tanggungjawab moral dan etika terhadap masyarakat. Dari

urutan tersebut terlihat bahwa kegiatan manajemen televisi meliputi:

a. Merencanakan dan memproduksi program (mata acara)

b. Mengadakan atau menyiapkan program.

c. Menyiarkan acara harian, mingguan, bulanan, triwulan dan seterusnya.

d. Menyelenggarakan penyiaran baik artistic maupun jurnalistik.

e. Mengadakan kerjasama dengan lembaga penyiaran lain.

f. Mengadakan kerjasama dengan production house.

g. Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan.

h. Mengadakan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia.

i. Menyelenggarakan pertukaran berita dan program dengan lembaga

penyiaran lain baik dari dalam maupun luar negeri.

j. Mengadakan promosi dan menjual program .

Fungsi manajemen di atas merupakan proses yang memerlukan penerapan

berbagai metode dan teknik untuk mendorong para pelaksana dalam rangka

mencapai tujuan. Apabila proses manajemen dilaksanakan dengan baik, sekaligus

kita dapat melihat dan memberikan supervisi yang kontinyu atas pelaksanaan

kerja. Faktor-faktor yang harus dimasukkan dalam fungsi control adalah:

a. Mengusahakan suatu struktur yang terorganisir dengan baik dan

sederhana untuk menghilangkan salah pengertian.

9

b. Mengusahakan supervisi yang kuat untuk menghilangkan “gap” (jurang

pemisah) yang terjadi dalam keseluruhan program.

c. Mengusahakan informasi yang akurat dalam rangka pembuatan

keputusan dan penilaian terhadap pelaksanaan kerja.6

Dalam hal ini, tehnik manajemen konvensional banyak menekankan pada

aspek mekanisasi dan dekat sekali pada rasa dan hubungan kemanusiaan. Unsur

pengakuan rasional kurang banyak diperhatikan. Teknik manajemen konvensional

meliputi:

a. Management by personality, teknik ini dilaksanakan dengan banyak

diwarnai oleh pengakuan akan kewibawaan seseorang yang

mengendalikan organisasi.

b. Management by custom, taeknik ini banyak memperhatikan kebiasaan

yang pernah berjalan, yang sekarang dipakai lagi dalam

pengadministrasian organisasi.

c. Management by reward, teknik ini memunculkan dorongan kerja

dengan motivasi ekstrinsik. Orang dianggap mau bekerja apabila diberi

hadiah atau pujian untukmemotivasi kemauan dari dalam.

d. Management by legitimaion, teknik ini dijalankan dengan memberikan

pembatasan-pembatasan berupa aturan-aturan. Peraturan-peraturan

tersebut biasanya dipaksakan kepada para anggota. Suasana kejiwaaan

para anggota menjadi ketakutan.

6 Soetopo, hendyat, Soemanto, Wasty, 1982, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan,

Surabaya: Usaha nasional, 265-266.

10

Sedangkan, teknik manajemen modern yang digunakan dewasa ini adalah

sebagai berikut:

a. Management by delegation, teknik ini dilaksanakan dengan

memberikan kepercayaan dan pengakuan atas prestasi dan kemampuan

anggota.

b. Management by system, teknik ini dilaksanakan dengan melihat

komponen-komponen yang ada dalam organisasi sebagai kesatuan yang

utuh. Sehingga satu komponen hilang akan berpengaruh terhadap

keseluruhan proses manajemen.

c. Management by result dijalankan dengan mengorientasikan diri dengan

hasil yang akan dicapai. Setiap aktivitas dilihat dari nilai guna aktivitas

yang bersangkutan.

d. Management by objective juga berorientasi pada tujuan. Kerja dan

proses manajemen yang berhasil adalah yang dapat mencapai tujuan.7

Berdasarkan tehnik manajemen di atas, dapat diidentifikasikan melalui

ciri-ciri:

a. Berorientasi pada kepuasan pelanggan internal dan eksternal

b. Memeliki obsesi terhadap kualitas tinggi

c. Pengembangan dilakukan secara terus-menerus

d. Memperhatikan produk dan proses

e. Tanggung jawab pada semua pegawai/karyawan

f. Pengerjaan dilakukan melalui tim kerja.8

7 Soetopo, hendyat, Soemanto, Wasty, 1982, Pengantar Operasional Administrasi Pendidikan,

Surabaya: Usaha nasional, hal 267-269.

11

2. Manajemen Pada Penyiaran

Manajemen penyiaran adalah manajemen yang diterapkan dalam

organisasi penyiaran, yaitu organiasi yang mengelola siaran. Ini berarti

manajemen penyiaran sebagai penggerak organisasi penyiaran dalam usaha

mencapai tujuan bersama melalui penyelenggara siaran. Tujuan yang hendak

dicapai oleh organisasi penyiaran, ada yang bersifat idiil, materiil dan keduanya.

Dalam usaha mencapai tujuan, mengingat siaran memiliki dampak sangat luas

pada khalayak, serta mampu mengubah sikap, pendapat dan tingkah laku individu/

kelompok dalam waktu relatif singkat, maka pengelolah siaran mempunyai

tanggung jawab moral terhadap khalayak. Organisasi penyiaran, mengelola

stasiun penyiaran yang di dalamya terdapat perangkat keras yang dikelola orang-

orang teknik, dan perangkat lunak yang dikelola oleh orang-orang untuk program

dan keadministrasian / ketatalaksanaan. Orang-orang siaran, teknik dan

administrasi bekerjasama di atas landasan saling menghargai, pengertian dan

mengingatkan untuk menghasilkan output yang baik dan menarik khalayak.

Dalam porses kerjasama ini diperlukan tindakan manajemen yang tepat khususnya

bagi dunia penyiaran.

Manajemen penyiaran dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang

untuk mempengaruhi/memanfaatkan kepandaian/keterampilan orang lain, untuk

merencanakan, memproduksi, dan menyiarkan siaran, dalam usaha tujuan

bersama. Sebagai salah satu produk teknologi informasi, medium televisi beserta

peralatan pendukung memerlukan dana realtif besar. Sarana dan prasarana siaran

8 Prawirosentono, Suyadi. 2004, Manajemen Mutu Terpadu Abad 21, Jakarta: PT Bumi Aksara

12

harganya relatif mahal dengan demikian manusia pengelola juga memerlukan

imbalan yang memadai. Pengelola medium televisi lebih tinggi dibanding medium

radio karena masalah yang ditangani jauh lebih komplek, dengan peralatan yang

lebih mahal.

Dengan maraknya pembentukan biro televisi di daerah dengan siaran yang

bermuatan lokalitas ini merupakan suatu hal yang baru serta menarik dalam

industri pertelevisian di tanah air, maklum selama ini kita hanya tahu penyiaran

televisi hanya dilakukan di Jakarta saja. Ada beberapa hal yang perlu

dipertimbangkan dalam pembuatan program acara televisi:9

1) Target Penonton

Ada tiga faktor klasifikasi target penonton yaitu:

a. Usia.

b. Jenis kelamin.

c. Status.

Dengan memahami dan mengenal karakter penonton maka acara yang

akan dibuat 75% akan sukses dan mendapat penonton yang banyak.

Bahasa naskah harus dikaji sesuai dengan target penonton.

2) Format Acara

Format acara adalah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televisi

yang akan menjadi landasan kreatifitas dan desain produksi yang akan

terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujuan

target pemirsa tersebut.

9 Ibid

13

Ada tiga bagian dari format acara televisi, yaitu:

a. Drama adalah sebuah format adacara televisi yang diperoduksi dan

diciptakan melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah drama atau

fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang digunakan

merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan dalam suatu

runtutan cerita dalam sebuah adegan. Contoh, drama percintaan,

tragedi, horor, legenda, aksi.

b. Non Drama adalah sebuah format acara televisi yang diproduksi dan

diciptakan melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari realitas

sehari-hari tanpa harus menginterpreasi ulang dan tanpa harus menjadi

dunia khayalan.

c. Non Drama bukanlah urutan secara fiksi dari setiap pelakunya untuk itu

format-format program acara non drama merupakan sebuah runtutan

pertunjukan yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi aksi,

gaya, dan musik. Contoh, talkshow, konser, music, variety show, berita

(news) adalah sebuah format program acara televisi yang diproduksi

berdasarkan informasi, fakta, kejadian yang berlangsung pada

kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini memerlukan nilai faktual

dan aktual yang disajikan dengan ketepatan dan kecepatan waktu

dimana dibutuhkan sifat liputan yang independen.

3) Punching Line

Adalah kejutan-kejutan dalam dialog naskah yang dimainkan oleh pemain

yang sengaja dituliskan untuk menghentak perhatian penonton yang mulai

14

jenuh dan bosan. Macam-macam punching line yaitu, komedi, celetukan-

celetukan, pertanyaan, tangisan, dan ungkapan peribahasa.

4) Gimmick dan Funfare

Gimmick adalah trik yang digunakan untuk mendapatkan perhatian

penonton dalam bentuk back sound effect, musik ilustrasi, adegan

suspense, mimik, ekspresi dan akting pemain, joke (kelucuan), teknik

editing dan penggerak kamera. Gimmick bisa berdiri sendiri tanpa harus

berkaitan dengan kesinambungan adegan.

Funfare adalah puncak acara yang dimeriahkan dengan kegembiraan,

kemewahan, keindahan dan kebersamaan.

5) Clip Hanger

Adalah sebuah scene atau shot yang diambangkan karena adegan terpaksa

dihentikan karena komersial break (iklan komersial). Clip hanger

ditempatkan dalam run down yang tepat.

6) Opening Tune dan Bumper

Opening tune adalah identitas pembuka acara dengan durasi 30 detik

sedangkan bumper adalah sebagai identitas perantara acara dengan durasi

5 detik. Opening tune dan bumper harus dibuat semenarik mungkin agar

tidak membuat kejenuhan penonton. Hal ini disebabkan tune dan bumper

akan diputar ulang setiap pemuaran dan penonton akan hafal setiap bentuk

desain keduanya.

7) Penataan Artistik

15

Dalam hal ini sutradara harus mengupdate informasi tentang gaya tren

warna mode arsitektur seni kontemporer, seni rupa dan potographi baik

dalam maupun luar negeri. Set tata panggung baik, tata cahaya, bahan

yang dipakai, kombinasi warna dan bentuk, komposisi, bloking hingga

penggunaan font tulisan. Dengan mengupdate informasi maka akan

memperkaya referensi cakrawala pencarian ide menjadi lebih luas dan

acara yang dibuat akan menarik sesuai dengan perkembangan zaman.

8) Ritme dan Birama Acara

Dalam hal ini ritme dan birama acara digunakan ketika membaca naskah.

Setiap ketuk dan ritme acara mulai hingga akhir harus dihitung, hal ini

untuk mengantisipasi reaksi dan sikap penonton.

9) Logo dan musik track untuk ID tune

Membuat logo acara yang mudah diingat, jangan terlalu sulit jangan

biarkan pemirsa meraba-raba arti lagi. Dan menciptaan musik track (musik

untuk identitas acara) yang mudah dinikmati.

10) General Rehershal (persiapan)

Hal ini harus dilakukan sedetail mungkin agar tidak terjadi kesalahan yang

harus diperhatikan seperti tata lampu, tata suara dan kamera angle, serta

pemeran.

16

11) Interactive Program

Mengembangkan ide-ide yang akan melibatkan partisipasi penonton di

rumah. Bila prograam acaraya adalah siaran langsung maka dapat

mengemas dengan kuis interactive.

3. Teori Pembagian Kerja

Induk kajian pembagian kerja adalah analisis jabatan yang merupakan suatu

aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang harus

melakukan tugas tersebut. Aktivitas ini adalah sebuah upaya untuk menciptakan

kualitas dari pekerjaan dan kualitas dari kinerja total suatu organisasi. Organisasi

akan baik jika sumber daya manusia didalamnya telah mampu melaksanakan

pekerjaan masing–masing dengan jelas, spesifik, serta tidak memiliki peran ganda

yang dapat menghambat proses pencapaian kinerja. Pembagian kerja merupakan

dokumen formal organisasi yang berisi ringkasan informasi penting mengenai

suatu jabatan untuk memudahkan dalam membedakan jabatan yang satu dengan

yang lain dalam suatu organisasi. Pembagian kerja tersebut disusun dalam suatu

format yang terstruktur sehingga informasi mudah dipahami oleh setiap pihak

yang berkaitan di dalam suatu organisasi.

Pada hakikatnya, pembagian kerja merupakan bahan baku dasar dalam

pengelolaan sumberdaya manusia di organisasi, dimana suatu jabatan dijelaskan

dan diberikan batasan. Menurut Hariandja (2002:59) Pembagian pekerjaan

merupakan pernyataan tertulis yang menggambarkan tugas–tugas, wewenang,

tanggung jawab, dan kondisi kerja serta aspek–aspek lain dari sebuah pekerjaan

yang biasanya ditulis dalam bentuk cerita.

17

Pembagian kerja akan memberikan ketegasan dan standar tugas yang harus

dicapai oleh seorang pejabat yang memegang jabatan tersebut. Pembagian

pekerjaan ini menjadi dasar untuk menetapkan spesifikasi pekerjaan dan evaluasi

pekerjaan bagi pejabat yang memegang jabatan itu. Pembagian kerja yang kurang

jelas akan mengakibatkan seorang pejabat kurang mengetahui tugas dan tanggung

jawabnya. Hal ini mengakibatkan pekerjaan menjadi tidak beres. Di sinilah letak

pentingnya peranan pembagian kerja dalam setiap organisasi (Hasibuan, 2007:33).

Rivai (2004:125) menyatakan bahwa manfaat pembagian kerja untuk

menentukan:

1. Ringkasan pekerjaan dan tugas-tugas (job summary andduties)

2. situasi dan kondisi kerja (working condition)

3. Persetujuan (Approvals)

Karl Marx dan Friedrich Engels memandang bahwa spesialisasi pekerjaan

itu paling umum, sekalipun merupakan sumber keterasingan dan pembelengguan

individu (Herujito, 2001:129). Emile Durkheim, sosiolog menuliskan bahwa

spesialisasi pekerjaan membuat suatu pekerjaan menjemukan, pekerjaan tersebut

merusak moral pekerja (Herujito 2001:130)

Dengan demikian dibutuhkan analisis pekerjaan akan memberikan informasi

tentang aktivitas pekerjaan, standar pekerjaan, konteks pekerjaan, persyaratan

personalia, perilaku manusia dan alat-alat yang akan digunakan. Analisis

pekerjaan adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pekerjaan dan

proses menentukan persyaratan yang harus disiapkan, termasuk didalamnya

sistematika rekrutmen, evaluasi atau pengendalian, dan organisasinya.

18

4. Definisi Konseptual

Manajemen program acara ditelevisi, umumnya melibatkan tujuh divisi: 10

a. Divisi Program

Berperan dalam pengelolaan seluruh program, dari pengadaan materi

hingga pengaturan jam tayang. Divisi ini membawahi departemen

akuisisi, quality control, penjadwalan, research and development, dan

traffic.

b. Divisi Produksi

Berperan dalam pengelolaan produksi program-program hiburan

secara in-house, dari musik, talkshow, reality show, hingga sinetron.

Divisi ini membawahi departemen kreatif, produksi, dan pendukung

teknik, dengan berbagai tenaga fungsional dari produser eksekutif,

produser, sutradara, penulis naskah, dan sebagainya.

c. Divisi Pemberitaan

Berperan dalam pengelolaan produksi program-program berita, dari

program berita regular, program berita mingguan, talkshow, hingga

siaran-siaran olahraga. Divisi ini membawahi departemen peliputan,

produksi, program mingguan, penelitian dan pengembangan, dan

pendukung teknis, serta sejumlah tenaga-tenaga fungsional dari

produser, asisten produser, presenter, reporter, kamerawan,

penyunting gambar, penata grafis, penata musik, dan pengarah acara.

d. Divisi Teknik

10 http://m-trainingcentre.blogspot.com/2009/12/manajemen-stasiun-televisi.html

19

Berperan dalam pengelolaan fasilitas teknik penyiaran, dari

perencanaan hingga perawatan seluruh alat teknik. Divisi ini

membawahi departemen yang bertanggungjawab atas master control,

maintenance, IT, transmisi, dan pendukung teknik.

e. Divisi Pemasaran

Berperan dalam pengelolaan pemasaran slot-slot komersial, dari

perencanaan hingga pemasangan iklan. Divisi ini membawahi

departemen penjualan, penagihan, dan administrasi pemasaran.

f. Divisi Keuangan

Berperan dalam pengelolaan dan pemeriksaan keuangan perusahaan.

Divisi ini membawahi departemen finance, accounting, dan auditing.

g. Divisi HRD dan Legal

Berperan dalam pengelolaan seluruh sumber daya dari seluruh divisi,

penyediaan sarana dan tenaga operasional bagi divisi lain, serta

penanganan aspek hukum atau legal.

Masing-masing Divisi dipimpin oleh seorang direktur. Setiap departemen

dipimpin oleh manajer. Hirarki berikutnya akan memasukkan jabatan koordinator,

supervisor, dan chief, hingga staf. Di luar jabatan-jabatan struktural itu, juga

dikenal jabatan fungsional yang biasanya terjadi di Divisi Produksi dan Divisi

Pemberitaan.

20

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis,

aktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat serta hubungan antar fenomena

yang diselidiki”.11 Dalam penelitian ini metode kualitatif dilakukan untuk

mendapatkan data-data tentang manajemen divisi produksi program acara dialog

interaktif di Televisi Lokal pada Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di ATV

Kota Batu dengan alasan bahwa topik ini sangat jarang disajikan secara khusus

dan rutin dikupas menjadi program acara unggulan oleh stasiun televisi lain.

Dengan demikian pendekatan yang digunakan adalah studi kasus yang berusaha

mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan

data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini

dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari.

2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dengan semakin

berkembangnya industri pertelevisian menuntut pemirsa untuk bisa memilih dan

memilah program acara yang disukai, persaingan antar stasiun televisi semakin

ketat sehingga menuntut stasiun televisi untuk membuat program acara yang bisa

menarik pemirsa, karena pemirsa dalam konsep media sangat penting. Selain itu,

juga adanya referensi atau buku-buku yang relevan sehingga dapat membantu dan

memudahkan peneliti dalam mempertajam hasil dan analisis pembahasan

11 Moleong. Lexy J. 2007 . Metodologi Penelitian Kualitatif, edisi revisi. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Offset

21

penelitian yang telah dilakukan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka

peneliti menetapkan stasiun Agropolitan Televisi sebagai stasiun televisi milik

Pemkot Batu yang berlokasi di Jl. TVRI No 1000 Oro-Oro Ombo Batu.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah observasi terhadap tindakan individu maupun kelompok baik

dalam bentuk verbal maupun non verbal alam melakukan

aktifitasnya, misalnya pada saat mereka melakukan proses

manajemen program acara Dialog Interaktif, mempersiapkan baik

materi maupun peralatan. Data dari teknik observasi ini akan

dijadikan data primer. Dan dalam penelitian ini peneliti

menggunakan jenis pengamatan, dengan alasan, bahwa teknik

pengumpulan data ini, peneliti dapat terjun langsung kelapangan

untuk melihat dan mendengarkan apa yang dilakukan dan dikatakan

atau diperbincangkan informan mengenai manajemen divisi produksi

program acara dialog interaktif di Televisi Lokal pada Acara Talk

Show “I Love Malang Raya” di ATV Kota Batu

b. Wawancara

Wawancara dilakukan sebagai teknik pengumpulan data yang

bertujuan untuk menggali informasi atau data untuk mengemukakan

22

pengetahuan informan terutama yang berkaitan dengan manajemen

divisi produksi program acara dialog interaktif di Televisi Lokal

pada Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di ATV Kota Batu.

Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian secara mendalam

kepada pihak-pihak yang terlibat dalam organisasi ATV secara tatap

muka. Dengan alasan dapat memperoleh informasi yang lebih

bersifat “open ended” dan mengarah pada kedalaman informasi.

c. Dokumentasi

Teknik terakhir yang digunakan adalah dokumentasi dengan alasan,

bahwa peneliti dapat mencari serta mengumpulkan data-data yang

pernah dilakukan Agropolitan Televisi (ATV) dalam bentuk tertulis,

misalnya job descriptions para informan yang diberikan oleh stasiun

Agropolitan Televisi (ATV) dan struktur organiasi, buku panduan

yang diterbitkan oleh pihak Agropolitan Televisi (ATV) dan lain-

lain. Teknik dokumentasi yang berupa informasi berasal dari catatan

penting baik dari lembaga atau organisasi mapun dari perorangan.12

4. Subyek Penelitian

Untuk menentukan subjek, peneliti menggunakan teknik purposive

sampel, yakni sampel dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan

berdasarkan strata, random, atau daerah tetapi berdasarkan atas adanya tujuan

tertentu dengan membuat kriteria subjek. Adapun kriteria subjek dalam penelitian

ini, yaitu pihak-pihak yang terlibat aktif dalam kegiatan siaran sekaligus

12 Hamidi, 2007. Metode Penelitian dan teori Komunikasi, Pendekatan Praktis Penulisa Proposal dan Laporan Penelitian. UMM Press Malang

23

memahami manajemen divisi produksi program acara dialog interaktif di Televisi

Lokal pada Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di Agropolitan Televisi

(ATV) Kota Batu.

Berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka informan dalam penelitian ini

berjumlah 6 orang, sebagai berikut:

a. Pimpinan program acara dialog interaktif

b. Presenter

c. Editor dan reporter

d. Personel teknik/sarana penyiaran

e. PD dan FD

5. Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian, teknik penelitian ini digunakan sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Analisa data adalah proses pengaturan urutan data,

mengorganisasikan dalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar dengan

prosedur penelitian yang telah disiapkan:13

a. Reduksi Data

Dimaksudkan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul

dari catatan tertulis di lapangan.

b. Penyajian Data

Dimaksudkan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan

kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan baik

13 Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press.

24

pengujian data dalam bentuk tabel maupun narative yang menggabungkan

informasi yang tersusun ke dalam bentuk yang padu. Hal ini dimaksudkan

agar memudahkan bagi peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan

atau bagian-bagian tertentu dari penelitian.

c. Menarik Kesimpulan

Merupakan proses mencatat keteraturan, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi

yang mungkin alur sebab akibat dari proposisi peneliti menurut data yang

diperoleh di lapangan.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat digambarkan mengenai alur model

penelitian menurut Matthew dan Habberman yang lebih dikenal dengan model

interaktif seperti dibawah ini:14

GAMBAR 1 Model Interaktif Analisis Data

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa proses penelitian ini diawali

dengan mengadakan observasi, wawancara dan dokumentasi hasil penelitian,

catatan hasil observasi dan ingatan. Dari data tersebut, peneliti menganalisa 14 Miles, Matthew B dan Huberman, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI-Press

Pengumpulan Data

Penyajian / Data Display

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi

25

dengan memisah-misahkan atau mengklasifikasikan data yang termasuk dalam

manajemen divisi produksi program acara dialog interaktif di Televisi Lokal pada

Acara Talk Show “I Love Malang Raya” di ATV Kota Batu (sesuai dengan

rumusan masalah). Kemudian dilanjutkan dengan interpretasi data hasil temuan di

lapangan.

6. Keabsahan Data

Dalam upaya mendapatkan data yang valid atau sahih peneliti melakukan

metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan, pengecekan atau

sebagai pembanding data itu.15

Hal ini merupakan cara paling popular dalam penelitian kualitatif. Dengan

triangulasi ini peneliti mampu menarik kesimpulan yang tidak hanya dari satu cara

pandang sehingga kebenaran data lebih diterima. Dalam prakteknya peneliti

menggunakan tiga macam triangulasi, pertama triangulasi sumber. Di sini peneliti

membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara. Kedua,

triangulasi metode. Caranya dengan menggunakan metode wawancara,

pengamatan dan dokumentasi untuk mengecek topik atau data yang sama. Ketiga,

triangulasi teori. Menguraikan pola, hubungan dan mengetahui penjelasan yang

muncul dari analisis.

15 Moleong Lexey J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja Rosdakaria. Hlm: 330