View
230
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang
obyeknya adalah manusia dan kehidupannya menggunakan bahasa sebagai
mediumnya (Semi, 1993: 8). Sastra merupakan gambaran nyata sebuah kehidupan
tentang perjalanan manusia dengan berbagai problematika yang menyelimutinya.
Sastra bermanfaat karena di dalamnya terkandung gagasan-gagasan yang berupa
ajaran, petuah-petuah, dan pengetahuan. Karya sastra penuh dengan serangkaian
makna dan fungsi (Endraswara, 2011:7).
Penciptaan karya sastra bagi seorang pengarang tentu mengedepankan estetik,
keaslian, keutuhan, dan ungkapan. Hal ini penting karena karya sastra tidak hanya
dinikmati pengarangnya tetapi juga untuk dipahami, dihayati, dan dimanfaatkan oleh
masyarakat pembancanya (Damono, 1984:1). Sastra merupakan hasil ekspresi
manusia yang indah, sama kedudukannya dengan seni, dan diciptakan untuk
dinikmati penikmatnya. Pengertian sastra dalam kasus istilah sastra disebutkan bahwa
karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorsinilan,
keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya (Sudjiman, 1990:68).
Karya sastra mempunyai tiga komponen yang saling berhubungan erat yaitu
pengarang, pembaca, dan masyarakat penikmatnya. Pengarang merupakan bagian
1
2
dari masyarakat yang menciptakan karya sastra dan inspirasi dari kehidupan
masyarakat, sehingga karya sastra terlahir terinpirasi dari masyarakat (Sayuti,
2000:126). Arti dari sebuah karya sastra ditentukan oleh maksud si pengarang
(Sugihastuti, 2011:13).
Karya sastra di Indonesia khususnya sastra Jawa telah banyak mengalami
perkembangan pesat, mulai dari sastra Jawa Kuna sampai karya sastra Jawa Baru
yang ditulis oleh pujangga. Karya sastra masa kini dinamakan karya sastra modern.
Munculnya karya sastra tersebut, terutama karya sastra modern tidak lepas dari
pengarang. Bahasa sastra adalah ciptaan pengarang, digali melalui aspek emosional
terdalam, sehingga gaya bahasa karya sastra tersebut tidak bisa dipisahkan oleh
pengarangnya.
Karya sastra Jawa tidak hanya terdiri dari karya tulis tetapi ada pula karya
lisan. Sastra lisan merupakan bentuk sastra yang penyebarannya melalui lisan atau
mulut ke mulut secara turun temurun. Sastra lisan contohnya foklor yang terdiri dari
dongeng lisan, legenda, dan mitos. Sastra tulis merupakan bentuk sastra yang
menggunakan tulisan sehingga berbentuk teks yang dikemas dalam lembaran-
lembaran, episode, bab maupun buku. Karya sastra tulis dapat berupa cerpen, novel,
puisi, cerbung dan lain sebagainya yang merupakan suatu karya fiksi. Fungsi karya
sastra dibuat adalah untuk merefleksikan ide, gagasan dan pesan-pesan sosial yang
ingin di sampaikan pengarang melalui karya sastra tersebut.
3
Cerita sambung atau disingkat cerbung merupakan bagian dari karya sastra
berbentuk prosa. Cerbung sesuai dengan namanya, merupakan cerita atau karangan
yang dimuat dalam sebuah majalah atau media lain secara bersambung atau
berkelanjutan, yang biasanya disebut seri. Cerbung dengan bahasa Jawa merupakan
hasil karya pengarang Jawa Modern dan menjadi genre sastra dalam khasanah
kesusastraan Jawa baru (Hutomo, 1975:5). Cerbung merupakan salah satu bentuk
cerita rekaan yang menggambarkan kehidupan nyata yang diceritakan secara jelas
dan penuh dengan lika-liku konflik ceritanya.
Cerbung umumnya mengangkat permasalahan dalam kehidupan pengarang itu
sendiri, individu satu dengan yang lain, dan individu dengan masyarakat. Secara garis
besar persoalan hidup dan kehidupan manusia dapat dibedakan ke dalam persoalan
manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain dalam lingkungan
sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan Tuhan (Nurgiyantoro,
2012:323-324). Pengertian kehidupan mencakup hubungan antar masyarakat, antar
masyarakat dengan orang-orang, antar manusia dan antar peristiwa yang terjadi dalam
batin seseorang merupakan pantulan hubungan seseorang dengan orang lain atau
masyarakat (Damono, 1984:1).
Salah satu cerbung berbahasa Jawa adalah Mulih Ndesa. Cerbung dengan
judul Mulih Ndesa ini merupakan refleksi pengarang terhadap kehidupan dan
lingkungan masyarakat saat ini. Cerbung ini karya salah satu sastrawan jawa yang
terkenal yaitu Suryadi WS. Cerbung ini terdiri dari 26 episode yang dimuat
bersambung di majalah Panjebar Semangat edisi 27 yaitu 4 Juli 2015 sampai edisi 52
4
pada 26 Desember 2015. Rubrik dalam cerbung ini dimuat sebanyak tiga halaman.
Setiap episode dilengkapi dengan gambar ilustrasi yang menunjukkan sebuah adegan
tertentu, sehingga pembaca lebih mudah memahami jalannya cerita.
Cerbung Mulih Ndesa ini akan digunakan peneliti sebagai obyek kajian
penelitian atas alasan sebagai berikut: Berdasarkan tinjauan dari segi pengarang,
Suryadi WS yang memiliki nama lengkap Drs. H. Suryadi Warnasukardja ini
merupakan salah satu sastrawan jawa senior yang sangat produktif. Terbukti dari
keaktifan beliau menulis pada tahun 1971 hingga sekarang. Banyak sekali hasil dari
karya sastra beliau yang dimuat di Majalah Panjebar Semangat dan Jaya Baya.
Karya-karya yang beliau ciptakan beragam bentuknya, seperti novel, cerkak,
cerbung, naskah drama, dan dalam bentuk artikel. Novel karya beliau berjudul
Penganten tahun 1980, Pusaka tahun1988, sintru Oh Sintru tahun 1993, Karya beliau
dalam bentuk cerkak hingga saat ini sudah sekitar 300-an diantaranya berjudul Anak
Lanang pada tahun 1982, Laire Jabang Bayi tahun 1982. Karya beliau berupa cerita
bersambung antara lain berjudul Pusaka diterbitkan Jaya Baya tahun 1988, Kinosek
ing Lindhu, diterbitkan Jaya Baya tahun 2009, Sing Kendhang lan sing Ngandhang
diterbitkan Panjebar Semangat tahun 2008 dan masih banyak lagi karya-karya beliau
baik berupa naskah drama dan dalam bentuk artikel.
Karya-karya yang telah diciptakan beliau menempatkan beliau menjadi salah
satu bagian dalam jajaran pengarang sastra Jawa yang masih aktif dan produktif.
Hasil karya beliau mampu memberikan inspirasi bagi para pembacanya, sehingga
5
karya-karya sastranya tidak hanya sebagai hiburan semata tetapi juga dapat
memberikan manfaat dalam kehidupan.
Berdasarkan isinya, cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS ini menceritakan
tentang perjuangan hidup tokoh Sekarwangi sebagai tokoh utama. Perjuanganya demi
meraih cita-cita dan impiannya untuk meningkatkan taraf hidup. Problem sosial selalu
muncul dalam kehidupan masyarakat. Begitu juga problem sosial yang muncul dalam
cerbung Mulih Ndesa.
Tokoh Sekarwangi sebagai tokoh utama menjadi satu-satunya tulang
punggung bagi keluarga. Seorang gadis yang hidup di desa dengan kehidupan yang
sangat sederhana. Cita-citanya untuk memiliki rumah makan membawanya pergi ke
kota besar untuk mencari modal. Bersama temannya Marsanti, ia bertekad merantau
ke Jakarta untuk bekerja dan berharap uang hasil upahnya ia kumpulkan untuk modal.
Setibanya di Jakarta kedua nasib wanita ini berbeda. Sekarwangi bekerja sebagai
pembantu dan temannya Marsanti, ia lebih memilih mencari uang dengan cara yang
haram yaitu memilih menjadi simpanan seorang laki-laki tua yang kaya. Mereka
berdua pun hidup dengan jalan hidup masing-masing.
Perjuangan dapat diartikan sebagai proses naik dan turunnya suatu usaha
seseorang dalam meraih keberhasilam atau kesusksesan dalam hidupnya. Bentuk
perjuangan beraneka ragam, ada perjuagan hidup, perjuangan cinta, perjuangan
meraih cita-cita, perjuangan meraih kemerdekaan, tetapi perjuangan juga dapat
dilakukam dengan menyelesaikan berbagai persoalan yang timbul. Seperti halnya
6
tokoh Sekarwangi dalam cerbung Mulih Ndesa. Setiap orang akan melakukan usaha
yang keras agar mampu mewujudkan apa yang menjadi keinginan dan cita-citanya.
Seperti halnya yang dilakukan Sekarwangi, ia membulatkan tekad untuk bekerja
sebagai pembantu rumah tangga yang upahnya ingin ia gunakan untuk modal
usahanya di kampung.
Perjuangan Sekarwangi sebagai tokoh utama sangatlah tidak mudah. Ia
mengalami banyak sekali masalah dalam hidupnya. Ia difitnah oleh majikannya
karena ia mengetahui bahwa majikannya melakukan tindak korupsi yang merugikan
negara. Karena majikannya tak ingin ketahuan, Sekarwangi diusir dengan cara
difitnah. Segala hinaanpun ia terima sampai akhirnya ia merasa bahwa Jakarta adalah
tempat yang tidak cocok baginya.
Waktu tiga tahun dirasanya sudah cukup untuk mencari modal dan diapun
memutuskan untuk Mulih Ndesa yaitu mulih yang artinya kembali atau pulang dan
ndesa yang berarti desa. Mulih Ndesa yang dimaksud dalam cerbung ini adalah
kembalinya Sekarwangi ke kampung halaman setelah ia berkerja keras dan
mendapatkan modal. kembali ke desa untuk membuka usaha warung makannya.
Berkat doa dan perjuangan usaha yang keras, impiannya pun terwujud. Ia berhasil
mendirikan warung makan yang besar di desanya.
Cerbung Mulih Ndesa menyajikan permasalahan tentang problematika
kehidupan manusia. Perjuangan yang dihadapi oleh Sekarwangi sebagai tokoh utama
mengalami perkembangan dan pengaruh terhadap aspek sosialnya. Konflik yang
7
terjadi dalam cerbung relevan dengan kehidupan sosial masyarakat sekarang. Dari
uraian di atas cerbung Mulih Ndesa dapat dilihat dari segi sosiologi, karena karya
sastra tersebut menampilkan kejadian-kejadian yang terjadi di masyarakat.
Pendekatan sosiologi sastra itu sendiri merupakan pendekatan yang menangkap karya
sastra sebagai bentuk pencerminan kehidupan masyarakat (Endraswara, 2011:77).
Maksudnya kehidupan sosial masyarakat menjadi pemicu lahirnya karya sastra.
Pengarang melalui karya sastra berharap agar pembaca dapat memahami gagasan
pengarang melalui tema maupun amanat dalam karya sastra tersebut.
Penelitian cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS akan diteliti menggunakan
pendekatan sosiologi sastra. Sosiologi sastra diklasifikasikan menjadi 3 komponen,
yaitu sosiologi pengarang sebagai penghasil karya sastra yang menyangkut
pendidikan, ideologi, status sosial dan sebagainya yang berkaitan dengan pengarang.
Kedua, yaitu sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri,
dan yang ketiga adalah sosilogi yang berkaitan dengan pembaca atau masyarakat
pengaruh sosial karya sastra. Sosiologi sastra adalah sebuah pendekatan yang
mengandung gejala-gejala sosial yang ada didalam masyarakat dari suatu karya
sastra.
Penelitian yang terkait dengan obyek penelitian ini yaitu skripsi yang berjudul
Masalah – Masalah Sosial dalam Cerbung Dalane isih Peteng Karya Sartono
Kusumaningrat (Tinjauan Sosiologi Sastra) oleh Setiyo Choirudin, Problem sosial
dalam cerbung Rajapati Ing Pereng Wilis karya Kukuh S. Wibowo(Tinjauan
Sosiologi Sastra) oleh Suryono, Ajaran Moral dalam Cerita Bersambung Enting-
8
Enting Karya Soetarno (Tinjauan Sosiologi Sastra) oleh Alfian Shidiq Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 2014.
Penelitian cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS penting diteliti atas dasar:
pertama, dari segi pengarang, Suryadi WS merupakan pengarang yang aktif dan
produktif hingga sekarang terbukti dengan banyaknya karya sastra yang beliau
ciptakan. Kedua, cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS ini belum pernah dijadikan
obyek penelitian sebelumnya, baik dari segi isi maupun bentuk. Cerbung ini menarik
untuk dijadikan obyek penelitian ditinjau dari aspek sosiologi sastra, karena banyak
menggambarkan tentang permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Beranjak dari pemaparan diatas maka dalam penelitian ini mengambil judul
“Potret Perjuangan Hidup Tokoh Sekarwangi dalam cerbung Mulih Ndesa
Karya Suryadi WS. (Sebuah Tinjauan Sosiologi Sastra)”.
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni
manfaat praktis dan teoritis, sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat memberi kontribusi memperkaya ilmu
pengetahuan dan wawasan segi struktural dan memperkaya khasanah pengetahuan
sastra khususnya sosiologi sastra terkait aspek sosiologi yang terdapat dalam cerbung
Mulih Ndesa karya Suryadi WS.
9
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan memberi manfaat kepada
masyarakat pembaca sebagai pengetahuan dalam memahami struktur cerbung
Mulih Ndesa yang berupa fakta cerita (alur, karakter, latar) tema, serta sarana
sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi). Serta
dapat memberi kontribusi kepada pembaca terkait dengan permasalahan sosial
dan memahami perjuangan hidup seorang wanita.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini berasal dari cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.
Masalah masalah yang ada dirumuskan sebagai masalah yang akan dibahas secara
detail. Perumusan masalah ini bertujuan agar penelitian yang dilakukan terfokus pada
masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah unsur struktural dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi
WS. menurut teori Robert Stanton yang berupa fakta cerita ( alur,
karakter, latar) tema, serta sarana sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya
dan tone, simbolisme, dan ironi)?
2. Bagaimanakah potret perjuangan hidup tokoh Sekarwangi dalam cerbung
Mulih Ndesa karya Suryadi WS.?
3. Bagaimanakah kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam cerbung
Mulih Ndesa karya Suryadi WS.?
10
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian terhadap cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS dapat
diperoleh dari rumusan masalah yang sudah ditulis diatas. Maka tujuan penelitiannya
adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan unsur struktural dalam cerbung Mulih Ndesa karya
Suryadi WS. menurut teori Robert Stanton yang berupa fakta cerita ( alur,
karakter, latar) tema, serta sarana sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya
dan tone, simbolisme, dan ironi).
2. Mendeskripsikan potret perjuangan tokoh Sekarwangi dalam cerbung
Mulih Ndesa karya Suryadi WS.
3. Mendeskripsikan kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam cerbung
Mulih Ndesa karya Suryadi WS.
D. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah bertujuan mengarahkan pada pokok persoalan agar tidak
meluas dari apa yang yang seharusnya dibicarakan, sehingga penelitian ini menjadi
jelas dan terarah. Penelitian terhadap cerbung yang berjudul Mulih Ndesa karya
Suryadi WS. dianalisis menggunakan pendekatan struktural menurut teori Robert
Stanton yang meliputi fakta-fakta cerita ( alur, karakter, latar) tema, serta sarana
sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi). Langkah
selanjutnya menganalisis sosiologi sastra, dalam penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan potret perjuangan tokoh Sekarwangi dalam cerbung Mulih Ndesa
11
karya Suryadi WS. dan menganalisis kondisi sosial masyarakat yang terdapat dalam
cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS .
E. Landasan Teori
Karya sastra adalah fenomena yang komplek dan dalam (Endraswara,
2011:8). Karya sastra semakin digali semakin banyak makna dan problem yang
terkandung didalamnya. Maka dari itu sebagai parameternya sebuah karya sastra
membutuhkan suatu teori. Teori yang mampu menganalisis dan mengungkapkan
masalah yang terdapat dalam sebuah karya sastra. Penelitian cerbung Mulih Ndesa
karya Suryadi WS ini membutuhkan teori yang digunakan terkait dengan masalah
yang akan dibahas. Teori yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengertian Cerita Bersambung
Cerbung merupakan awal perkembangan novel Jawa modern yang dimuat
dalam beberapa majalah dan surat kabar. Hakikat cerbung ialah adalah
mengungkapkan jiwa pengarang melalui proses imajinasi yang tepat berpangkal pada
kenyataan dan pengalaman (Hutomo, 1975: 5). Cerbung adalah cerita rekaan yang
memuat sebagian demi sebagian, cerita yang dikisahkan secara berturut-turut di
dalam surat kabar atau majalah. Cerbung merupakan cerita rekaan atau fiksi yang
dimuat tidak hanya sekali di dalam majalah ataau media lainnya akan tetapi yang
dimuat dalam beberapa episode (Nurlaela, 2006: 61).
Cerbung merupakan cerita atau karangan yang dimuat tidak hanya sekali saja
pada suatu majalah atau media masa, selain itu cerbung merupakan genre yang
berbentuk prosa. Cerbung memiliki struktur yang sama dengan novel, cerita pendek,
12
maupun roman yaitu memiliki tema, alur, penokohan, amanat dan sudut pandang.
Fungsi sosial cerita bersambung juga sama yaitu sebagai cermin dan respon
pengarang terhadap fenomena-fenomena sosial dalam masyarakat. Perbedaan novel
dan cerbung terletak pada penyajiannya, jika novel disajikan secara langsung utuh
satu kesatuan, sedangkan cerbung disajikan secara periodik sebagian demi sebagian
cerita. Pengungkapannya sebagian demi sebagian cerita, hal tersebut bertujuan agar
penikmat cerbung merasa penasaran dengan episode selanjutnya. Cerita bersambung
merupakan awal perkembangan novel Jawa Modern yang dimuat dalam beberapa
majalah dan surat kabar (Hutomo, 1985:5).
2. Teori Pendekatan Struktural
Teori struktural termasuk dalam pendekatan objektif, yaitu pendekatan yang
menganggap karya sastra sebagai makhluk yang berdiri sendiri, menganggap bahwa
karya sastra bersifat otonom, terlepas dari alam sekitarnya, baik pembaca, bahkan
pengarangnya sendiri (Wahyuningtyas, 2011:1). Sebuah karya sastra, fiksi atau puisi ,
menurut kaum strukturalisme adalah sebuah totalitas yang dibangun secara koherensi
oleh berbagai unsur pembangunnya. Disatu pihak, struktur karya sastra dapat
diartikan sebagai susunan, penegasan, dan gambaran semua bahan dan bagian yang
menjadi komponennya yang secara bersama membentuk kebulatan yang indah
(Nurgiyantoro, 2010: 36).
Dipihak lain, struktur karya sastra juga menyaran pada pengertian hubungan
antar unsur (intrinsik) yang bersifat timbal balik, saling menentukan, saling
mempengaruhi, yang secara bersama membentuk satu kesatuan yang utuh. Secara
13
sendiri, terisolasi dari keseluruhannya, bahan, unsur, atau bagian-bagian tersebut
tidak penting, bahkan tidak ada artinya. Tiap bagian akan menjadi penting dan bereti
setelah ada hubungan antar unsur serta sumbangannya terhadap keseluruhan wacana
(Nurgiyantoro, 2010: 36).
Analisis struktural karya sastra fiksi dapat dilakukan dengan mengidentifikasi,
mengkaji dan mendeskripsikan fungsi dan hubungan antar unsur intrisnsik.
Pendekatan struktural tidak cukup dilakukan hanya sekedar memahami unsur- unsur
tertentu karya sastra, namun lebih penting adalah menunjukkan bagaimana hubungan
antarunsur dan sumbangan apa yang diberikan terhadap sastra yaitu tema, amanat,
penokohan, setting dan alur memberikan sebuah gambaran bagi para pembaca
(Nurgiyantoro, 2010: 37). Kesimpulan dari pendapat – pendapat diatas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa pendekatan struktural merupakan pendekatan yang membongkar
unsur – unsur intrinsik sebuah karya sastra yang berupa tema, alur, penokohan, latar,
amanat, dan mencari hubungan antarunsur tersebut.
Teori yang digunakan dalam menganalisi struktur cerbung Mulih Ndesa karya
Suryadi WS dengan menggunakan teori fiksi dari Robert Stanton. Analisis
strukturnya yaitu fakta-fakta cerita yang meliputi karakter, alur, latar, tema, serta
sarana – sarana sastra yang meliputi judul, sudut pandang, gaya, dan tone,
simbolisme, dan ironi (Stanton, 2007: 20).
a. Fakta-fakta cerita
Karakter, alur dan latar merupakan fakta-fakta cerita. Elemen-elemen ini
berfungsi sebagai catatan kejadian imajinatif dari sebuah cerita. Jika dirangkum
14
semua elemen ini dinamakan struktur faktual atau tingkatan faktual. Struktur
faktual merupakan aspek cerita (Stanton, 2007: 22).
1) Alur
Secara umum, alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam
sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang
terhubung secara kasual saja. Peristiwa kasual merupakan peristiwa yang
menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat
diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya (Stanton, 2007: 26).
Menurut Stanton (2007: 28), alur merupakan tulang punggung cerita.
Berbeda dengan elemen-elemen lain, alur dapat membuktikan dirinya sendiri
meskipun jarang diulas panjang lebar dalam sebuah analisis. Sebuah cerita tidak
akan pernah seutuhnya dimengerti tanpa adanya pemahaman terhadap peristiwa-
peristiwa yang mempertautkan alur, hubungan kausalitas, dan
keberpengaruhannya. Sama halnya dengan elemen-elemen lain, alur memiliki
hukum-hukum sendiri, alur hendaknya memiliki bagian awal, tengah, dan akhir
yang nyata, menyakinkan dan logis, dapat menciptakan bermacam kejutan, dan
memunculkan sekaligus mengakhiri ketegangan-ketegangan.
Dua elemen dasar yang membangun alur adalah konflik dan klimaks.
Setiap karya fiksi setidak tidaknya memiliki konflik internal (yang tampak jelas)
yang hadir melalui hasrat dua orang karakter atau hasrat seorang karakter dengan
lingkungannya. Klimaks adalah saat konflik terasa sangat intens sehingga ending
tidak dapat dihindari lagi. Klimaks merupakan titik yang mempertemukan
15
kekuatan-kekuatan konflik dan menentukan bagaimana oposisi tersebut dapat
diselesaikan. Klimkas utama sering berwujud satu peristiwa yang tidak terlalu
spektakuler (Stanton, 2007: 31-32).
2) Karakter
Menurut Stanton (2007: 33), tema karakter biasanya dipakai dalam dua
konteks. Konteks pertama, karakter merujuk pada individu-individu yang muncul
dalam cerita. Karakter yang kedua, karakter yang merujuk pada percampuran dari
berbagai kepentingan, keinginan, emosi, dan prinsip moral dari individu-individu.
Sebagian besar cerita dapat ditemukan satu karakter utama yaitu karakter
yang terkait dengan semua peristiwa yang berlangsung dalam cerita. Karakter
seseorang mempunyai alasan untuk brrtindak sebagaimana yang ia lakukan
dinamakan motivasi. Motivasi spesifik seorang karakter adalah alasan spontan,
yang mungkin juga tidak disadari, yang ditunjukkan oleh adegan atau dialog
tetentu. Motivasi dasar adalah aspek umum dari satu karakter atau dengan kata
lain hasrat dan maksud yang memandu sang karakter dalam melewati keseluruhan
cerita. Karakter seseorang juga bisa diketahui dari nama, deskripsi eksplisit, dan
komentar pengarang tentang karakter yang bersangkutan (Stanton, 2007: 33)
Setiap tokoh mempunyai wataknya sendiri-sendiri. Tokoh berkaitan
dengan orang atau seseorang sehingga perlu menggambarkan yang jelas tentang
tokoh tersebut. Jenis-jenis tokoh dapat dibagi menjadi berikut:
a. Berdasarkan segi peranan dalam cerita, dapat dibedakan menjadi tokoh utama
dan tokoh tambahan. Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan dalam
16
cerita(yang paling banyak diceritakan), sedangkan tokoh tambahan
merupakan tokoh yang munculnya lebih sedikit.
b. Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh
protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis merupakan tokoh hero yang
menampilkan sesuatu sesuai dengan pandangan/harapan kita(pembaca),
sedangkan tokoh antagonis adalah tokoh penyebab terjadinya konflik.
c. Berdasarkan perkembangan karakter, dapat dibedakan menjadi tokoh bulat
dan pipih/sederhana. Tokoh bulat/tokoh kompleks yang memiliki dan
diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadian dan jati
dirinya. Tingkah lakunya sering tak terduga dan memberikan efek kejutan
bagi pembaca, sedangkan tokoh pipih/sederhana merupakan tokoh yang hanya
memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu warak-watak yang tertentu saja.
Tidak memiliki sifat dan tingkah laku yang memberikan efek kejutan bagi
pembaca. Sifatnya datar, monoton, hanaya mencerminkan satu watak tertentu
( Nurgiyantoro, 2005:175-182).
3) Latar
Latar adalah lingkungan yang melingkupi sebuah peristiwa dalam cerita,
semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-pwristiwa yang sedang berlangsung.
Latar dapat berwujud waktu-waktu tertentu(hari, bulan, dan tahun), cuaca, atau
satu periode sajarah. Meski tidak langsung merangkum sang karakter utama, latar
dapat merangkum orang-orang yang menjadi dekor dalam cerita (Stanton, 2007:
35).
17
b. Tema
Tema merupakan aspek cerita yang sejajar dengan makna dalam
pengalaman manusia. Menjadikan sesuatu pengalaman menjadi diingat. Ada
banyak cerita yang menggambarkan dan menelaah kejadian atau emosi yang
dialami oleh manusia seperti cinta, derita, rasa takut, kedewasaan. Keyakinan,
penghiyanatan manusia terhadap diri sendiri, disilusi, dan bahkan usia tua
(Stanton, 2007: 36-37).
Menurut Stanton (2007: 37) tema merupakan pernyataan generalisasi,
akan sangat tidak tepat diterapkan untuk cerita-cerita yang mengolah emosi
karakter-karakternya. Istilah yang digunakan ada tiga, yaitu tema, gagasan utama,
dan maksud utama secara fleksibel, tergantung pada konteks yang ada. Tema
menyorot dan mengacu pada aspek-aspek kehidupan sehingga nantinya ada nilai-
nilai yang melengkapi cerita. Tema membuat cerita lebih terfokus, menyatu,
mengerucut, dan berdampak. Bagian awal dan akhir cerita akan menjadi pas,
sesuai, dan memuaskan berkat keberadaan tema.
c. Sarana-sarana Sastra
Sarana-sarana sastra dapat diartikan sebagai metode pengarang memilih
dan menyusun detail cerita agar tercapai pola pola yang bermakna. Metode
semacam ini perlu karena denganya pembaca dapat melihat berbagai fakta
melalui kacamata pengarang, memahami apa maksud fakta-fakta tersebut
sehingga pengalaman pun dapat dibagi. Sarana-sarana paling signifikan diantara
berbagai sarana-saranan yang kita kenal adalah karakter utama, konflik utama,
18
dan tema utama. Tiga sarana ini merupakan kesatuan organis cerita. Ketiga
tiganya terhubung demikian erat. Ketiga tiganya menjadi fokus cerita itu sendiri
(Stanton, 2007: 46-50).
1) Judul
Judul selalu relevan terhadap karya yang diampunya sehingga keduanya
membentuk satu kesatuan. Pendapat ini dapat diterima ketika judul mengacu
pada sang karakter utama atau satu latar tertentu. Sebuah judul kerap memiliki
tingkatan makna (Stanton, 2007: 52).
2) Sudut Pandang
Sudut pandat adalah pusat kesadaran tempat kita dapat memahami setiap
peristiwa dalam cerita. Posisi ini memiliki hubungan yang berbeda dengan tiap
peristiwa dalam tiap cerita: di dalam atau di luar satu karakter, menyatu atau
terpisah secara emosional.
Menurut Stanton (2007: 53) dari sisi tujuan, sudut pandang dibagi menjadi
empat tipe utama. Meski demikian, perlu diingat bahwa kombinasi dan variasi
dari keempat tipe tersebut bisa sangat tidak terbatas. Pada orang pertama-utama,
sang karakter utama bercerita dengan kata-katanya sendiri. Pada orang pertama-
sampingan, cerita dituturkan oleh satu karakter bukan utama sampingan). Pada
orang ketiga terbatas, pengarang mengacu pada semua karakter dan
memosisikannya sebagai orang ketiga tetapi hanya menggambarkan apa yang
dilihat, didengar, dan dipikirkan oleh satu orang karakter. Pada orang ketiga-
tidak terbatas, pengarang mengacu pada setiap karakter dan memposisikannya
19
sebagai orang ketiga. Pengarang juga dapat membuat beberapa karakter melihat,
mendengar, atau berpikir atau saat ketika tidak ada satu karakter pun hadir.
3) Gaya dan Tone
Gaya adalah cara pengarang menggunakan bahasa. Campuran dari
berbagai aspek seperti kerumitan, ritme, panjang pendek, kalimat, detail, humor,
kekonkretan, dan banyaknya imaji dan metafora(dengan kadar tetentu). Gaya
juga bisa terkait dengan maksud dan tujuan sebuah cerita. Seorang pengarang
mugkin tidak memilih gaya yang sesuai dengan dirinya akan tetapi gaya tersebut
justru pas dengan tema cerita.
Tone adalah sikap emosional pengarang yang ditampilkan dalam cerita.
Tone bisa menampak dalam berbagai wujud, baik yang ringan, romantik, ironis,
misterius, senyap, bagai mimpi, atau penuh perasaan. Ketika seorang pengarang
mampu berbagi perasaan dengan sang karakter dan ketika perasaan itu tercermin
pada lingkungan, tone menjadi identik dengan atmosfer. Pada porsi tertentu tone
dimunculkan oleh fakta (Stanton, 2007: 61-63).
4) Simbolisme
Salah satu cara untuk menampilkan gagasan dan emosi agar tampak nyata
adalah dengan menggunakan simbol. Simbol berwujud detail-detail konkret dan
faktual dan memiliki kemampuan untuk memunculkan gagasan dan emosi dalam
pikiran pembaca. Simbol dapat berwujud apa saja, dari sebutir telur hingga latar
cerita seperti satu obyek bertipe sama, subtansi fisis, bentuk, gerakan, warna,
suara, atau keharuman. Semua hal tersebut dapat menghadirkan satu fakta terkait
20
kepribadian seseorang manusia, ambisi yang semu, kewajiban manusia, atau
romantisme masa muda (Stanton, 2007: 46).
Menurut Stanton (2007: 64-65) simbolisme dapat memunculkan tiga efek
yang masing masing bergantung pada bagaimana simbol brrsangkutan
digunakan. Pertama, semua simbol yang muncul pada satu kejadian penting
dalam cerita menunjukkan makna peristiwa tersebut. Dua, satu simbol yang
ditampilkan berulang-ulang mengingatkan kita akan beberapa elemen konstan
dalam cerita. Tiga, simbol yang muncul pada konteks yang berbeda-beda akan
membantu menemukan tema.
5) Ironi
Secara umum ironi dimaksudkan sebagai cara untuk menunjukkan bahwa
sesuatu berlawanan dengan apa yang telah diduga sebelumnya. Ironi dapat
ditemukan dalam hampir semua cerita (terutama yang dikategorikan bagus). Bila
dimanfaatkan dengan benar ironi dapat memperkaya cerita seperti
menjadikannya menarik. Menghadirkan efek-efek tertentu, humor atau pathos,
memperdalam karakter, merekatkan struktur alur, menggambarkan sikap
pengarang dan menguatkan tema (Stanton, 2007: 71).
Menurut Stanton (2007: 71-72) ada dua jenis ironi yang dikenal luas.
Yaitu ironi dramatis dan tone ironis. Ironi dramatis atau ironi alur dan situasi
biasanya muncul melalui kontas diametik antara penampilan dan realitas, antara
maksud dan tujuan seorang karakter dengan aslinya, atau antara harapan dengan
apa yang sebenarnya terjadi. Pasangan elemen-elemen diatas terhubung satu
21
sama lain secara logis (biasanya melalui hubungan kausal atau sebab-akibat) tone
ironis atau ironi verba digunakan untuk menyebut cara berekspresi yang
mengungkapkan makna dengan cara berkebalikan.
3. Teori Pendekatan Sosiologi Sastra
Pendekatan sosiologi sastra merupakan pendekatan yang menganggap
karya sastra sebagai bentuk pencerminan kehidupan masyarakat. Karya sastra bisa
mengungkapkan berbagai hal. Pengarang bisa masuk dalam karyanya sendiri,
menceritakan hal-hal yang diketahui dan yang ingin disampaikan, dalam
penulisan suatu karya pengarang sering menerima pengaruh dari masyarakat
terutama masyarakat pembacanya dan sekaligus menanamkan pengaruh kepada
masyarakat. Masyarakat menentukan nilai karya sastra yang hidup disuatu jaman,
sementara sastrawan sendiri yang merupakan anggota masyarakat tidak dapat
mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang
membesarkannya dan sekaligus membentuknya (Semi, 1993:73).
Pendekatan sosiologi sastra merupakan cabang penelitian sastra yang
reflektif. Penelitian ini melihat sastra sebagai cermin kehidupan masyarakat
(Endraswara, 2011:77). Sosiologi sastra adalah ilmu yang mengkaji segala aspek
kehidupan manusia. Pendekatan sosiologi sastra adalah pendekatan yang bergerak
dari faktor-faktor sosial yang terdapat di dalam karya sastra dan selanjutnya
digunakan untuk memahami fenomena sosial yang ada di luar teks sastra.
Pendekatan ini melihat dunia sastra sebagai mayorya dan fenomena sosial sebagai
minornya (Sangidu, 2004:27).
22
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat secara
keseluruhan, hubungan antar manusia, manusia dengan kelompok, dan hubungan
antar kelompok. Sosiologi merupakan disiplin ilmu tentang masyarakat yang
melandaskan pada tiga paradigma, paradigma fakta sosial yang berupa lembaga-
lembaga dan struktur sosial yang dianggap sebagai suatu yang nyata, yang berada
di luar individu, paradigma defisi sosial yang memusatkan perhatian pada cara-
cara individu dalam mendefinisikan situasi sosial dan efek-efek dari definisi itu
terhadap tindakan yang mengikutinya, dalam paradigm ini, yang dianggap sebagai
pokok persoalan sosiologi bukanlah fakta-fakta sosial yang obyektif, melainkan
cara pandang subyektif individu dalam menghayati fakta-fakta sosial tersebut,
paradigma perilaku manusia sebagai subyek yang nyata (Kurniawan, 2012:4).
Dasar filosofi pendekatan sosiologi adalah adanya hubungan antara karya
sastra dengan masyarakat. Hubungan-hubungan yang dimaksud disebabkan oleh:
a) karya sastra dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota
masyarakat, c) hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat
(Ratna, 2004: 60). Pengarang dengan masyarakat selalu berhubungan, karena
pengarang juga merupakan anggota masyarakat. Sehingga wajar saja bila
pengarang sebagai pencipta karya sastra menampilkan bentuk budaya pada
jamannya, bahkan pengarang juga merekam gejolak sosial yang terjadi di dalam
masyarakat. Masyarakat sebagai masalah sosiologi sastra dapat digolongan ke
dalam tiga macam antara lain: masyarakat yang merupakan latar belakang
23
produksi karya sastra, masyarakat yang terkandung dalam karya sastra,
masyarakat yang merupakan latar belakang pembaca (Ratna, 2004: 283-284).
Sosiologi sastra dibagi menjadi tiga macam yaitu: sosiologi pengarang,
pendekatan yang mempermasalahkan status sosial pengarang, ideology
pengarang, profesionalisme kepengarangan, dan lain sebagainya yang
menyangkut sebagai penghasil karya sastra. Sosiologi karya sastra, pendekatan
yang mempermasalahkan isi sastra itu sendiri. Sosiologi pembaca, pendekatan
yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh sosial karya sastra (wellek dan
Werren, 1990: 111). Hubungan anatara ketiga komponen diatas sangatlah erat,
karena pengarang merupakan anggota masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sosiologi sastra
adalah pendekatan yang mengandung gejala-gejala sosial dari suatu karya sastra
yang meliputi sosiologi pengarang, sosiologi karya sastra, dan sosiologi pembaca.
Penerapan pendekatan sosiologi sastra dalam penelitian ini lebih menekankan
pada permasalahan dalam karya sastra itu sendiri dan pengarang.
4. Teori Problem Sosial
Problem soaial atau masalah sosial adalah suatu kondisi yang terlahir dari
sebuah keadaan masyarakat yang tidak ideal, atau definisi masalah sosial yaitu
ketidak sesuaian unsur-unsur masyarakat yang dapat membahayakan kehidupan
kelompok sosial. Masalah sosial merupakan suatu kondisi yang dapat muncul dari
keadaan masyarakat yang kurang atau tidak ideal, maksudnya selama terdapat
kebutuhan dalam masyarakat yang tidak terpenuhi secara merata maka masalah
24
sosial akan tetap selalu ada didalam kehidupan. Problem sosial adalah perbedaan
antara harapan dan kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada
dengan situasi yang seharusnya. Masalah sosial dipandang oleh sejumlah orang
dalam masyarakat sebagai sesuatu kondisi yang tidak diharapkan.
Problem sosial merupakan gejala abnormal, yaitu gejala yang tidak wajar
dalam masyarakat dan tidak dikendaki masyarakat yang bersangkutan. Hal itu
disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat berfungsi sebagai mana
yang diharapkan masyarakat, sehingga menyebabkan kekecewakan-kekecewakan
dan penderitaan bagi masyarakat tersebut (Soekanto, 1982:395).
Problem-problem sosial timbul dari kekurangan-kekurangan dari dalam
diri manusia atau kelompok manusia yang bersumber pada faktor-faktor
ekonomis, biologis, psikologis, dan kultural (Soekanto, 1982:401).
Klasifikasi sumber dari problem sosial secara umum ada 4 golongan:
1. Faktor Ekonomi
Masalah dalam ekonomi biasanya berupa masalah pengangguran,
kemiskinan dan lain-lain. Masalah ini biasanya yang harus bertanggung jawab
adalah pemerintah, karena pemerintah kurang menyediakan lapangan kerjan bagi
masyarakat. Jika masyarakat mengalami permasalahan ini akan mengakibatkan
sangat rentannya anggota masyarakat untuk melakukan tindakan krriminalitas dan
kekurangan ekonomi dapat dijadikan suatu alasan atau pembenaran dalam
melakukan tindakan tersebut. Faktor ekonomi juga dapat dijadikan sebagai acuan
25
maju atau tidaknya suatu negara serta faktor ekonomi dapat mempengaruhi
masalah sosial pada aspek prikologis dan biologis masyarakat.
2. Faktor Budaya
Faktor ini maksudnya kebudayaan yang semakin berkembang pada
masyarakat akan mempunyai peran yang dapat memicu timbulnya masalah sosial.
Misalnya seperti pernikahan pada usia dini, kawin-cerai, kenakalan pada remaja
dan lain-lain atau seperti saat ini negara kita sedang terus menerus dimasuki
budaya asing. Faktor ini harus mendapat perhatian secara serius karena kebudaya
pada suatu negara dapat mencerminkan kebiasaan masyarakatnya. Dengan
mempelajari atau mendalami pendidikan agama mungkin dapat mencegah,
menyadarkan ataupun menyaring budaya asing yang masuk.
3. Faktor Biologis
Faktor biologis dapat menyebabkan timbulnya masalah sosial misalnya
seperti kurang gizi, penyakit menular dan lain-lain. Hal ini terjadi karena
kurangnya fasilitas-fasilitas kesehatan yang layak dan dapat terjadi juga karena
kondisi ekonomi maupun pendidikan masyarakat yang tidak mencukupi.
Sebagian besar kondisi dari biologis masyarakat mudah terjangkit penyakit, untuk
solusinya mungkin pada saat ini dengan cara meningkatkan fasilitas-fasilitas
kesehatan dan memberikan pengetahuan pada setiap anggota masyarakat tentang
pencegahan serta memberi pengetahuan tentang pentingnya pola hidup sehat
maupun pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
26
4. Faktor Psikologis
Faktor psikologis merupakan masalah seperti ini dapat muncul jika
psikologis suatu masyarakat sangat lemah. Faktor psikologis juga dapat juga
muncul jika beban hidup yang berat yang dirasakan oleh masyarakat khususnya
yang ada di daerah perkotaan, pekerjaaan yang menumpuk sehingga
menimbulkan stress lalu dapat menimbulkan luapan emosi yang nantinya dapat
memicu konflik antar anggota masyarakat.
Problem sosial yang dibahas dalam penelitian ini adalah masalah yang
bersumber dari faktor ekonomis, yang meliputi masalah pengangguran,
kemiskinan, serta perbuatan yang menyimpang seperti korupsi dan pelacuran
yang marak terjadi di masyarakat sekarang ini.
5. Konsep Perjuangan Hidup
Perjuangan merupakan suatu proses usaha seseorang dalam meraih
sesuatu yang diharapkan, dilandasi semangat dan tekad yang kuat untuk
mendapatkan hasil terbaik. Perjuangan atau pengorbanan dalam hidup seseorang
sangatlah di perlukan dalam kehidupan seorang manusia yang hidup di alam nyata
ini. Usaha dan perjuangan dilakukan untuk mencapai keinginan atau cita-cita
yang ingin dicapai baik materi maupun imateri. Hidu manusia sehari-hari
adakalanya sangat sulit, namun pada dasarnya tidak ada hal yang sulit untuk
dikerjakan. Bila seseorang telah mencapai kesadaran yang nyata akan pentingnya
perjuangan dalam kehidupan, maka seseorang akan sungguh-sungguh berjuang.
27
Hidup ini harus ada sebuah usaha dari kita untuk bisa maju. Ketika
seseorang sudah tidak memiliki semangat untuk maju maka bisa dipastikan orang
itu akan menjadi pecundang seumur hidupnya. Orang tersebut hanya bisa
menyalahkan keadaan, diri sendiri dan orang lain. Perjuangan hidup ikhtiar untuk
mencapai kesuksesan di masa depan. Hal itu seperti yang dilakukan oleh
Sekarwangi selaku tokoh utama perempuan.
F. Metode dan Teknik
1. Bentuk Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif menekankan pada makna,
lebih memfokuskan pada data kualitas dengan analisis kualitatifnya (Sutopo, 2006
: 48). Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati (Moleong, 2007: 3).
Bentuk deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian sastra diharapkan
dapat memperoleh gambaran atau deskripsi mengenai kualitatif dari obyek yang
akan dijadikan penelitian yaitu cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.
2. Sumber Data dan Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan, selebihnya merupakan data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
(Moleong, 2010: 157). Sumber data dan data dalam penelitian ini sebagai berikut:
28
a. Sumber Data dalam penelitian ini adalah:
Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerbung
Mulih Ndesa karya Suryadi WS yang dimuat oleh majalah Panjebar Semangat
edisi 27 yaitu 4 Juli 2015 sampai edisi 52 pada 26 Desember 2015. Sumber data
sekunder dari informan yaitu Suryadi WS selaku pengarang cerbung Mulih
Ndesa.
b. Data
Data primer dalam penelitian ini adalah isi teks cerbung Mulih Ndesa
berupa unsur-unsur intrinsik meliputi fakta-fakta cerita (alur, karakter, latar),
tema dan sarana-sarana cerita (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme,
ironi), informasi perjuangan hidup tokoh Sekarwangi dan kondisi sosial
masyarakat dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS. Data sekunder atau
data pendukung dalam penelitian ini berupa hasil wawancara dengan pengarang
cerbung Mulih Ndesa yaitu Suryadi WS yang bertempat tinggal di Desa Mireng
RT 09 RW 03 Kecamatan Trucuk Kabupaten Klaten.
c. Teknik Pengumpulan Data
a. Teknik Content Analysis atau analisis isi
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik content
analysis atau analisis isi, yaitu menganalisis isi yang terdapat dalam karya sastra.
Analisis isi merupakan metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat
prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen
29
(Moleong, 2007: 163). Teknik ini kerjanya berupa analisis isi yang terdapat
dalam karya sastra.
Kumpulan-kumpulan data berupa teks isi yang didapatkan dengan cara
membaca, menyimak, mencatat, kemudian mengelompokkan ke dalam dua
kategori. Kategori pertama didapatkan dengan cara mengungkapkan unsur-unsur
struktur cerita dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS. dengan
mengunakan teori struktural Robert Stanton sehingga mendapatkan data
katagoris yang berupa: fakta-fakta cerita(alur, karakter, latar), tema dan sarana-
sarana sastra(judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi). Kategori
kedua adalah sosiologi sastra dengan mengungkapkan isi karya sastra terutama
potret perjuangan tokoh utama dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.
b. Teknik Wawancara
Teknik wawancara merupakan teknik yang dipakai untuk memperoleh
informasi melalui kegiatan interaksi sosial antara peneliti dengan narasumber.
Wawancara juga merupakan cara memperoleh data dengan percakapan. Yaitu
antara pewawancara dengan yang diwawancarai (Moleong, 2010:186).
Wawancara dilakukan kepada Bapak Suryadi WS. selaku pengarang cerbung
Mulih Ndesa. yang bertempat tinggal di Desa Mireng RT 09 RW 03 Kecamatan
Trucuk Kabupaten Klaten.
Wawancara dilakukan secara terstruktur, artinya penulis menyiapkan
pertanyaan berupa daftar pertanyaan sehingga nantinya akan bisa meluas dan
berkembang dengan sendirinya namun tetap terarah. Wawancara akan dilakukan
30
dengan menggunakan alat yaitu berupa telepon genggam yang digunakan sebagai
alat perekam dan kamera yang akan digunakan utuk mendokumentasikan gambar
atau foto.
d. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya
ke dalam suatu pola, kategori, dan suatu uraian dasar (Moleong, 2007: 103).
Teknik analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk
yang lebih mudah dibaca dan interpretasikan. Analisis dalam penelitian kualitatif
terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan
kesimpulan (Sutopo, 2002 : 94).
a. Reduksi data
Reduksi data dilakukan setelah data terkumpul dengan memilah-milah
data yang terpakai dan data yang tidak terpakai sebagai upaya penyaringan data
sesuai dengan tujuan penelitian (Moleong, 2007:247). Proses reduksi data
sebaiknya dikerjakan sedikit demi sedikit sejak awal dilakukan penelitian.
Reduksi data dalam penelitian ini dimulai setelah mengumpulkan data teks
cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS. yang meliputi unsur-unsur intrinsik
terdiri dari fakta-fakta cerita(alur, karakter, latar,) tema, dan sarana-sarana cerita
(judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, ironi). Selain itu data yang
lainnya diperoleh dari teknik wawancara dengan pengarang dan mencari
referensi dari buku, artikel-artikel yang terkait dengan masalah yang diangkat.
Hasil dari wawancara dan pencarian referensi tersebut dijadikan sebagai data
31
sosiologi sastra. Setelah semua data diperoleh, selanjutnya dilakukan reduksi
data. Reduksi data dilakukan dengan memilih data yang dipandang penting dan
mempunyai potensi dalam rangka analisis data. Selanjutnya membuang atau
menyingkirkan data yang kurang penting dalam rangka analisis data.
b. Penyajian Data
Sajian data adalah menyajikan data secara analitis dalam bentuk uraian
dari data-data yang terangkat disertai dengan bukti-bukti tekstual yang ada.
Analitis artinya menguraikan satu persatu unsur-unsur yang lainnya sehingga
dapat dibuat kesimpulan. Data-data yang terkumpul berupa catatan lapangan,
komentar peneliti, dokumen, biografi, artikel, hasil wawancara akan diatur,
diurutkan, dikelompokkan (Moleong, 2007 : 103).Tahap ini semua data yang
terkumpul dideskripsikan, diidentifikasikan dan diklasifikasikan. Tahapan ini
dimulai dengan membaca dan mengelompokkan data berdasarkan tahap reduksi
data.
Sajian data dalam penelitian ini mengenai unsur-unsur instrinsik cerbung
Mulih Ndesa karya Suryadi WS. menurut teori Robert Stanton yang berupa fakta
cerita (alur, karakter, latar) tema, serta sarana sarana sastra (judul, sudut pandang,
gaya dan tone, simbolisme, dan ironi), dan aspek sosiologi dalam sajian datanya
disertai dengan kutipan langsung yang sesuai dengan unsur struktural dan aspek
sosiologi, agar maksud dari data yang disajikan lebih jelas.
c. Penarikan Kesimpulan dan verifikasi
32
Pengumpulan data selesai, peneliti mulai melakukan usaha untuk menarik
kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat pada reduksi
maupun sajian datanya. Menurut Sutopo, proses ini disebut model analisis
interaktif (2002 : 95). Penarikan kesimpulan merumuskan apa yang sudah
didapatkan dari reduksi ataupun kegiatan pengumpulan data. Verifikasi dan
kesimpulan adalah mengecek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah
dibuat oleh peneliti dan selanjutnya membuat kesimpulan sementara (Sangidu,
2004 : 178). Proses penarikan kesimpulan tidak bisa sekali jadi, maka besar
kemungkinan terjadi pengulangan proses.
Proses penarikan kesimpulan dalam penelitian ini dimulai dari melihat
keterkaitan antar unsur strukturalnya. Penarikan kesimpulan dapat dilihat dari
data-data struktural berupa berupa fakta cerita (alur, karakter, latar) tema, serta
sarana sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme, dan ironi).
Setelah data stukturalnya sudah lengkap maka dapat ditarik kesimpulan tentang
keterkaitan antar unsur pembangun cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.
Selanjutnya penyimpulkan hasil analisis perjuangan hidup tokoh Sekarwangi
dalam cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS. Apabila proses ini dirasa kurang
memuaskan maka bisa dilakukan pengecekan ulang agar lebih tepat
kesimpulannya.
e. Validitas Data
Empat macam teknik triangulasi menurut Patton yang diungkapkan Sutopo
(2003,78) yaitu (1) triangulasi data, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi metode,
33
dan (4) trianggulasi teori. Penelitian terhadap karya sastra yang dilakukan dalam
penelitian ini menggunakan triangulasi data. Teknik trianggulasi merupakan
teknik yang didasari oleh pola pikir femonologi yang bersifat multiperspektif,
artinya untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak hanya satu cara
pandang (Sutopo, 2003:78). Berhubungan hal tersebut berkaitan dengan hasil
yang diperoleh, maka diperlukan beberapa sudut pandang untuk menguji
keabsahan data agar data yang diperoleh benar-benar teruji kebenarannya.
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik trianggulasi
sumber data. Teknik trianggulasi sumber data digunakan dengan cara menggali
sumber yang berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang
berkaitan dengan data yang dimaksud dan dapat berupa sumber di informan atau
narasumber.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam sebuah penelitian berfungsi untuk
memberikan gambaran mengenai langkah-langkah suatu penelitian. Adapun
sistematika penulisan dalam penulisan ini sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN :
Meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan
masalah, teori, sumber data dan data, metode dan teknik, sistematika penulisan.
34
BAB II. PEMBAHASAN :
Pembahasan meliputi analisis unsur struktural yang membangun cerbung Mulih
Ndesa karya Suryadi WS yang terdiri dari fakta-fakta cerita (karakter, alur, latar),
tema, sarana-sarana sastra (judul, sudut pandang, gaya dan tone, simbolisme dan
ironi), mendeskripsikan potret perjuangan hidup tokoh Sekarwangi serta
mengungkap kondisi sosial masyarakat dalam cerbung Mulih Ndesa karya
Suryadi WS.
BAB III. PENUTUP :
Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
Daftar pustaka memuat buku-buku referensi sebagai acuan dalam penelitian
LAMPIRAN
Lampiran terdiri atas sinopsis, riwayat hidup pengarang, bukti wawancara
dengan pengarang disertai foto, serta cerbung Mulih Ndesa karya Suryadi WS.
Recommended