View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Media cetak di Indonesia dari masa ke masa terlihat berkembang
dengan cukup pesat. Di tengah gempuran kehadiran media baru (internet),
media cetak masih bisa menancapkan eksitensinya. Hal ini terbukti dari
masih banyaknya masyarakat Indonesia yang lebih memilih mendapatkan
berita lewat media cetak. Menurut penelitian SPS di 9 kota besar di
Indonesia, pembaca Koran (media cetak) pada tahun 2005 mencapai 25%,
tetapi mengalami penurunan menjadi sekitar 15% pada tahun 2013.1 Ini
dikarenakan masyarakat Indonesia belum banyak yang bisa mengakses
internet secara personal. Selain itu, yang membuat media cetak masih bisa
bertahan adalah tidak semua masyarakat Indonesia memiliki keahlian dan
pengetahuan yang cukup untuk mengakses media online. Tentu mereka harus
memiliki kemampuan dalam pengoprasian komputer dan kemampuan dalam
mengakses internet. Hal inilah yang menjadi penyebab mengapa hingga saat
ini media cetak masih memiliki pelanggan setia dan bisa menancapkan
eksitensinya di tengah gempuran kehadiran media baru.
Media cetak sendiri ada beragam jenisnya, salah satunya adalah
Tabloid. Jika dilihat secara umum, Tabloid dan Majalah memang hampir
sama. Namun, jika dilihat lebih mendalam lagi, terdapat perbedaan yang
cukup signifikan. Tabloid merupakan istilah sebuah format surat kabar yang
lebih kecil, yaitu 597mm x 375mm dari ukuran standar koran harian. Tabloid
biasanya dihubungkan dengan penerbitan surat kabar reguler, non harian,
mingguan, atau dwi mingguan. Konten dari Tabloid sendiri berfokus pada
hiburan yang tersegmentasi (Rohman, 2007).
Diantara banyaknya Tabloid-tabloid yang kini ada dan beredar dalam
masyarakat, terdapat satu Tabloid yang cukup populer, yaitu Tabloid Bola.
1 http://www.eastspring.co.id/dms/files/spring-of-life---april-2013_20130423184912.pdf.
2
Tabloid Bola merupakan pelopor utama dalam penerbitan media massa
bertema olahraga di Indonesia pada tahun 1984. Semua berawal dari
tingginya minat masyarakat untuk membaca rubrik olahraga pada harian
Kompas kala itu (1970-1980). Sayangnya, rubrik olahraga dalam harian
Kompas hanya diberikan porsi satu halaman saja. Karena dirasa tidak cukup
untuk menampung berbagai kejadian olahraga di dunia, maka tercetuslah
gagasan untuk membentuk media baru yang khusus membahas olahraga.
Ignatius Sunito dan Sumohardi Marsis yang pada saat itu merupakan
wartawan olahraga Kompas akhimya ditunjuk sebagai pelaksana pembuatan
tabloid Bola dengan gagasan pemimpin umum Kompas kala itu, Jakob
Oetama.2
Akhimya, setelah melalui berbagai macam proses pertimbangan dari
redaksi, Bola diterbitkan sebagai sisipan dalam harian Kompas. Bola pada
kala itu berbentuk tabloid yang lebih kecil dengan tujuan selain supaya
mudah disisipkan, juga sebagai pembeda dengan sang induk (Kompas). Hari
yang dinanti pun tiba. Untuk pertama kalinya pada Sabtu, 3 Maret 1984,
terbitlah edisi perdana Bola. Berbentuk Tabloid setebal 16 halaman dan
memulai cetakan sebanyak 412.000 eksemplar (mengikuti jumlaah tiras
Kompas pada saat itu), Bola memulai langkahnya menjadi media cetak
olahraga terbesar di Indonesia.3
Perubahan terus dilakukan oleh pengasuh Bola kala itu. Hingga
akhimya tepat pada edisi 2 April 1988, Bola secara resmi terbit mandiri.
Perubahan yang cukup signifikan ini dilakukan atas dasar untuk menjawab
tantangan Pemimpin Umum Kompas, Jakob Oetama supaya Bola dapat
berdiri sendiri dan terbit secara mandiri tanpa bayang-bayang Kompas.
Bertepatan dengan HUT ke-4 Bola di Hotel Hilton, Jakarta, Jakob Oetama
secara simbolik mengestafetkan sebuah bola kepada Pemimpin Umum Bola
yang baru, Yussack Sutanto, sebagai tanda telah lahirnya Tabloid Bola secara
mandiri.
2 http://galeryspot-kompas.blogspot.com/ 3 http://www.kompasgramedia.com/aboutkg/history
3
Perubahan masih terus terjadi dalam badan Bola. Jumlah halaman
Bola yang dulu ketika masih menjadi sisipan Kompas berubah dari 16
menjadi 24 ketika pertama kali terbit mandiri, lalu berubah lagi menjadi 32,
dan bahkan Bola juga pernah berjumlah 64 halaman. Hingga akhimya kini
jumlah halaman Bola ditetapkan pada 32 halaman. Kondisi ini dipicu oleh
semakin banyaknya stasiun televisi yang menayangkan siaran-siaran olahraga
intemasional dan nasional seperti sepakbola, tinju, bulutangkis, dan lain
sebagainya. Kecintaan masyarakat terhadap olahraga pun semakin tinggi.
Demi memenuhi kepuasan masyarakat akan informasi-informasi olahraga,
pada Maret 1997 akhirnya Bola menetapkan untuk terbit dua kali dalam
seminggu, yakni Selasa dan Jumat. Perubahan mengenai terbitnya Bola masih
terus berubah hingga akhirnya pada 2010 hingga saat ini Bola terbit 3 kali
dalam seminggu, yakni pada hari Senin, Kamis, dan Sabtu. Perubahan jadwal
terbit ini dilakukan guna menjaga keaktualitasan berita dan informasi yang
diberikan. Dalam memberikan informasi yang berkualitas kepada pembaca,
Tabloid Bola sejak terbit mandiri hingga saat ini telah memiliki agen-agen
khusus Bola yang berdomisili di Eropa seperti Inggris, Italia, Spanyol, dan
negara-negara lainnya yang olahraganya (terutama sepakbola) cukup maju
guna memberikan informasi dan berita kepada redaksi Bola. Melalui agen-
agen tersebut juga, pembaca dapat membeli Tabloid Bola. Selain itu ketika
sedang berlangsung event olahraga tertentu (Piala Dunia, Piala Eropa, tinju
dunia, dan lain sebagainya) Bola mengirimkan para jurnalisnya ke negara-
negara dimana event tersebut berlangsung.
Walaupun sebagian besar isi tabloid Bola adalah mengenai berita
sepakbola, namun Bola juga menghadirkan berita-berita olahraga lainnya,
seperti otomotif, bulutangkis, tinju, dan lain sebagainya. Hanya sedikit
tabloid olahraga yang memiliki kelengkapan konten seperti Bola. Selain itu
tabloid Bola juga menjadi satu-satunya tabloid yang terbit tiap 3 kali dalam
seminggu (Senin, Kamis, dan Sabtu). Dalam tiap penerbitannya pun Bola
juga memiliki variasi konten berita. Misal, pada edisi hari Senin Bola fokus
membahas mengenai review olahraga-olaharga yang telah berlangsung 1-2
4
hari sebelumnya (terutama sepakbola). Sedangkan pada edisi Kamis, Bola
fokus membahas pada preview awal pertandingan-pertandingan sepakbola
dan hasil-hasil pertandingan Liga Champion. Untuk prediksi dan analisis-
analisis sebelum pertandingan, Bola menghadirkannya pada edisi Sabtu.
Namun, pada saat ini Bola terbit hanya seminggu sekali. Ini dikarenakan
kemunculan dari Harian Bola yang terbit setiap hari. Tentu menarik untuk
diteliti bagaimana manajemen redaksional Bola yang terjadi saat ini, dari 3
kali terbit menjadi sekali dalam seminggu.
Tabloid Bola akhirnya menjelma menjadi salah satu tabloid olahraga
terpopuler di masyarakat. Tabloid yang memiliki slogan "Membawa Anda ke
Arena" ini merapakan pelopor media cetak olahraga pertama di Indonesia.
Tak hanya berfokus pada tabloidnya saja, kini Bola juga memiliki lini lain.
Bola memiliki majalah sendiri yang lebih berfokus pada feature news, Bola
Vaganza. Bola juga berhasil menjalin kerjasama dengan 3 media cetak di
Inggris guna menerbitkan kedua majalah tersebut dalam bahasa Indonesia,
yaitu FourFourTwo, Inside United, dan Fl Racing. Kini, Bola juga memiliki
Harian Bola yang hadir setiap hari. Selain itu, guna mengantisipasi
perkembangan dunia internet yang pesat dalam bidang informasi dan berita,
Bola juga menerbitkan situs berita olahraga yaitu Bolanews.com. Situs berita
olahraga yang memiliki tagline "Sports News Portal" ini memiliki perbedaan
konten dengan tabloid Bola. Bolanews.com memang dikhususkan kepada
pembaca yang ingin memperoleh informasi olahraga secara cepat. Langkah
manajemen tidak berhenti disitu saja, mereka juga menciptakan Bolanews TV
dan Bola-Radio. Bolanews TV sendiri berfokus pada tayangan tidak langsung
mengenai kejadian-kejadian dalam bidang olahraga. Sedangkan Bola-Radio
menghadirkan konten musik seperti radio kebanyakan dengan tambahan porsi
konten olahraga yang lebih banyak dari biasanya.
Dengan adanya media-media cetak dan sports portal tersebut,
manajemen redaksional yang dilakukan oleh Bola seperti dalam proses
peliputan dan penulisan konten berita juga berbeda dengan media cetak
lainnya yang sejenis. Menurut Arief Kurniawan selaku Pemimpin Redaksi
5
dari Bola, staf yang ada dalam susunan redaksi Bola dapat melakukan
pekerjaan multitasking dan multi platform. Misal, ketika ada salah satu staf
yang memiliki tugas untuk meliput berita olahraga di suatu tempat. Hasil
liputan tersebut nantinya bukan hanya untuk tabloid saja, tapi bisa juga masuk
baik ke harian maupun majalah. Padahal seperti yang diketahui, praktik
tersebut tidak diperbolehkan oleh perusahaan dimana satu pekerja yang sudah
memiliki jabatan dan job desk tetap dan diberi upah berdasarkan tugas mereka
tapi masih dapat melakukan pekerjaan lainnya di luar lingkup kewajiban
mereka.
Berawal dari gagasan dari jurnalis-jurnalis Kompas untuk membentuk
media baru yang khusus membahas mengenai olahraga, hingga kemudian
hanya menjadi sisipan Kompas, Bola berhasil muncul sebagai pelopor media
cetak olahraga pertama di Indonesia. Media cetak olahraga tertua di Indonesia
ini, dengan inovasi-inovasi dan langkah-langkah jitunya, juga masih mampu
menancapkan eksistensinya dalam masyarakat ketika serangan-serangan
media cetak olahraga lain muncul. Terbukti dengan munculnya media cetak
olahraga lainnya (Bola Vaganza, FourFourTwo, Inside United, Harian Bola,
dan F1 Racing), sebuah portal berita olahraga online (Bolanews.com), serta
Bola-Radio dan Bolanews TV. Jika dilihat lebih dalam, menarik untuk
diketahui apakah pengelolaan media-media tersebut masih bernaung dalam
satu payung redaksi atau tidak. Bola juga mengalami perubahan jadwal terbit
seiring berjalannya waktu, mulai dari seminggu sekali sampai 3 kali dalam
seminggu dan hingga kini kembali lagi menjadi seminggu sekali. Selain itu,
Bola merupakan pelopor dari tabloid yang menyajikan khusus ulasan/berita
tentang dunia olahraga yang tidak hanya berita bola tetapi sudah mencakup
olahraga lainnya seperti basket, bulutangkis sehingga berita yang disajikan
lebih variatif. Dalam tiap edisi terbit tersebut, Bola menyajikan konten yang
berbeda-beda. Tentu terdapat perbedaan manajemen yang dilakukan dalam
tiap edisi terbitnya. Maka dari itulah, menarik untuk diteliti lebih dalam
manajemen redaksional yang diterapkan oleh redaksi tabloid Bola pada tahun
2014.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan paparan yang telah diuraikan di atas,
maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut: "Bagaimana
manajemen redaksional yang diterapkan dalam Tabloid Bola pada tahun
2014?"
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai media-media cetak yang diterbitkan oleh
Bola, apakah masih dikelola dalam satu redaksi yang sama atau tidak.
2. Mendeskripsikan langkah-langkah manajemen redaksional yang dilakukan
oleh tabloid Bola dalam membuat kontennya, mulai dari proses
perencanaan hingga ke tahap evaluasi.
3. Menambah pemahaman dan memberikan sumbangsih bagi ilmu
pengetahuan, khususnya manajemen redaksional mengenai peran dan
fungsi manajemen redaksional dalam redaksi serta mengidentifikasi
elemen-elemen yang berpengaruh pada manajemen tabloid Bola.
D. Manfaaat Penelitian
1. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan khususnya dalam bidang kajian manajemen redaksional
2. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi manajemen Tabloid Bola
untuk meningkatkan manajemen redaksionalnya
3. Diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi tim redaksi dari Tabloid Bola
seperti wartawan, editor untuk melaksanakan tahapan manajemen
redaksional yang sesuai dengan kepentingan redaksi.
E. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini membahas mengenai bagaimana manajemen media yang
diterapkan Tabloid Bola dalam mengelola konten-kontennya. Untuk
7
memperjelas kerangka pemikiran yang diletakkan sebagai dasar dalam
penelitian ini, maka penulis akan menggunakan beberapa subtopik sebagai
berikut.
1. Media Cetak dan Olahraga
Perkembangan media elektronik dan media interaktif semakin pesat
pada saat ini. Dengan semakin berkembangnya teknologi, maka arus
informasi yang tersebar tidak lagi terhalang oleh jarak dan waktu. Internet
adalah salah satu contohnya. Dengan teknologi world wide webnya, internet
dapat memudahkan arus penyebaran informasi hingga ke seluruh pelosok
dunia tanpa terkendala oleh jarak dan waktu. New media juga muncul berkat
kehadiran internet tersebut.
Tentu kemajuan teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi ini
meresahkan bagi media massa lainnya, yaitu media cetak. Kehadiran dan
kemajuan teknologi komunikasi membuat segalanya jauh lebih praktis dan
mudah. Meskipun demikian, media cetak masih memiliki keunggulan
dibandingkan dengan media elektronik maupun media interaktif. Sejarah dari
media cetak itu sendiri merupakan salah satu keunggulan karena hal ini sudah
sangat mengakar di masyarakat. Media cetak juga dapat dibawa dan dibaca
dimana saja. Walaupun kini sudah banyak Tablet PC dan perangkat lainnya
yang mendukung informasi dan komunikasi, tetap saja membaca di media
cetak memiliki kenyamanan tersendiri. Biaya media cetak juga relatif murah
dan tidak memerlukan perangkat khusus saat konsumen ingin menikmatinya.
Media cetak memiliki peran penting dalam masyarakat. Sebelum media
massa seperti media elektronik dan media interaktif berkembang pesat seperti
saat ini, media cetak merupakan tonggak utama di masyarakat dalam
memperoleh informasi. Konten berita dan informasi dalam media interaktif
pun, sebagian besar bersumber dari media cetak. Media cetak hingga kini
juga masih menjadi wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan
pendapatnya, bagi untuk pelayanan umum maupun pemerintah.
Selain melayani kebutuhan informasi, konten yang dimiliki oleh surat
kabar tidak melulu mengenai berita dan informasi penting yang beredar di
8
masyarakat, namun juga terdapat informasi-informasi yang bersifat
menghibur. Sedangkan jika dilihat dari karakteristiknya, media cetak
memiliki beberapa sifat yaitu: publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik,
khalayak, atau orang banyak; universal, yaitu pesannya bersifat umum,
mengenai segala aspek kehidupan, dan menyangkut kepentingan umum
karena sasaran dan pendengarnya merupakan orang banyak; periodesitas,
yaitu mengenai jadwal terbit,misalnya harian atau mingguan, kontinuitas,
berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan periode mengudara atau
jadwal terbit; dan aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan
peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya (Baschwitzz, 1946: 154).
Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.
Di tengah derasnya arus media baru, media cetak berbasis olahraga
masih mampu menancapkan eksistensinya. Media olahraga memang
dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan. Globalisasi di berbagai bidang
terutama ekonomi membawa perubahan yang besar dalam dunia olahraga.
Setiap orang dari berbagai elemen dalam masyarakat bisa saja memaknai
olahraga secara berbeda. Seperti pendapat yang dikemukakan Webster yang
menganalogikan olahraga dengan hiburan atau sarana relaksasi.
Sport as 'a source of diversion or aphysical activity engaged in for
pleasure'. Sports take us away from our daily routine and gives us
pleasure. Entertainment is also defined as something diverting or
engaging. (Shank, 2003: 3)
Pendapat lain yang serupa dengan tambahan nilai ekonomi dipaparkan
oleh Kaser dan Oelkers (2003: 15) sebagai berikut:
Entertainment is whatever people are willing to spend their money and
spare time viewing, rather than participating in. Entertainment can
include sports or the arts, and can be viewed in person or in broadcast or
recorded form. A distinction is often made between sports and
entertainment.
Definisi olahraga sendiri dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai
aktivitas menggerakan anggota tubuh untuk menyehatkan badan. Tetapi,
9
realitas yang ada di masyarakat menimbulkan berbagai pengertian mengenai
olahraga secara luas. Olahraga terus mengalami perkembangan seiring
berjalannya waktu, mengingat bahwa olahraga juga bersifat universal, baik
laki-laki, perempuan, anak-anak, dan orang dewasa dapat melakukannya.
Dengan melihat apa yang ada di masyarakat umum, olahraga mempunyai
beberapa makna atau nilai-nilai. Seperti yang diungkapkan oleh Shank (2002:
204), yaitu:
a. Community solidarity
Kegiatan olahraga dapat meningkatkan solidaritas kelompok dan menjalin
kebersamaan serta menciptakan rasa memiliki dan bangga atas
kelompoknya. Disamping itu, Nasionalisme dan patriotisme seringkali
muncul melalui kegiatan olahraga.
b. Public behavior
Olahraga menjunjung tinggi sikap sportifitas, dimana kita harus
menghormati keputusan atau hasil yang dicapai dalam permainan. Dengan
sportifitas berarti masyarakat belajar mentaati peraturan serta memelihara
dan mengembangkan sifat positif.
c. Pastime ecstasy
Tontonan olahraga maupun kegiatan olahraga yang diikuti mampu menjadi
hiburan dan bisa menciptakan suasana yang heboh (excitement).
d. Excellence pursuit
Melalui kegiatan olahraga seseorang dapat meraih prestasi dan kesuksesan.
Selain itu, olahraga menjadi tantangan karena adanya beberapa olahraga
yang memang mengandung resiko tinggi.
e. Social Equity
Olahraga bisa mendorong persamaan ras, kelas dan persamaan gender
karena olahraga bersifat universal.
f. Health Awareness
Nilai utama dari olahraga adalah menyehatkan tubuh dan meningkatkan
kebugaran. Berolahraga agar tubuh sehat juga telah menjadi gaya hidup.
g. Individual Quality
10
Bagi banyak individu bentuk tubuh menjadi sangat penting. Oleh karena
itu untuk membentuk atau menjaga bentuk ideal tubuh, orang secara rutin
melakukan kegiatan berolahraga. Selain itu, olahraga juga
mengembangkan jiwa kompetisi.
h. Business Opportunity
Di zaman modern ini kegiatan olahraga telah dikelola dengan manajemen
yang baik dan banyak memunculkan beragam profesi mulai dari atlit,
pemain, manajer atlit, dan lain sebagainya. Event olahraga juga telah
dibuat seprofesional mungkin sehingga menghasilkan keuntungan melalui
tiket penonton dan penjualan alat-alat olahraga, merchandise, dan barang
atau jasa lainnya.
Antara nilai satu dengan yang lainnya tidak mungkin berdiri sendiri. Suatu
nilai akan membawa implikasi terhadap nilai yang lainnya. Misalnya, nilai
hiburan suatu olahraga bisa melibatkan nilai solidaritas kelompok dan
sekaligus nilai bisnis atau ekonomi. Di tengah padatnya aktivitas kehidupan
manusia, hiburan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Bagi orang yang
sempat meluangkan waktunya, dapat terhibur dengan adanya tontonan
olahraga, baik menonton langsung di stadion ataupun di televisi. Jika tidak
sempat meluangkan waktu, masyarakat masih bisa mendapatkan hiburan
melalui media lain. Media cetak salah satunya. Tentunya dibutuhkan
pengeluaran untuk mendapatkan hiburan tersebut.
Tanpa disadari olahraga telah menjadi aktivitas yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Selain aktivitas fisik, olahraga juga merupakan sesuatu
yang memiliki kemampuan untuk menghimpun massa dalam jumlah besar,
menciptakan antusiasme, dan membentuk histeria massa dalam sebuah
fanatisme. Faktor-faktor inilah yang mendukung olahraga sebagai lahan
bisnis yang sangat menjanjikan serta menguntungkan secara finansial bagi
dunia industri global, tidak terkecuali dengan industri media cetak.
11
2. Manajemen Redaksional Tabloid
a. Pengertian Manajemen Redaksional
Manajemen dilihat dari bahasanya berasal dari Bahasa Inggris
management, yang semula dari bahasa Italia manaj (iare), bersumber dari
Bahasa Latin mamis, yang artinya tangan. Management atau manaj (iare)
berarti memimpin, membimbing, dan mengatur (Totok Djuroto, 2000:95).
George R. Terry (dalam Malayu Hasibuan, 1996: 3) mendefinisikan
manajemen sebagai berikut:
Manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya.
Berdasarkan definisi di atas, manajemen diartikan sebagai proses.
Dengan dmeikian manajemen merupakan cara sistematis untuk melakukan
suatu pekerjaan di sebuah organisasi atau perusahaan yang pada umumnya
berkaitan dengan kerja tim (team work) untuk mencapai tujuan tertentu
yang telah ditetapkan (Hani Handoko, 2003: 8). Pengertian redaksional
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah sifat atau cara menyususn
kata-kata dalam suatu kalimat yang dibuat sedemikian rupa sehingga
menarik para pembaca (Badudu dan Muhammmad Zain, 1994: 1145).
Dalam teori manajemen pers, bidang redaksional merupakan jantung
sebuah media massa (Asep Syamsul, 2005: 105). Adapun definisi
manajemen redaksional adalah proses pengelolaan materi pemberitaan
melalui tahap-tahap perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan, yang mencakup proses peliputan, penulisan, sampai pada
penyuntingan (editing) (Achmad Munif, 2005: 4). Menurut Sam Abede
Pareno (2003: 46), definisi manajemen redaksional adalah penerapan
fungsi-fungsi manajemen melalui tindakan-tindakan planning, organizing,
actuating, dan controlling dalam pengelolaan materi pemberitaan.
Bidang redaksional memiliki keunikan pola kerja, namun bukan berarti
tanpa kepastian. Berbagai waktu kerja redaksional disesuaikan dengan
12
karakteristik dan potensi media massa yang menjadi saluran
pemberitaannya. Pola kerja bidang redaksional memuat penataan pekerja
berita yang merencanakan, melaksanakan, dan menghasilkan "peristiwa"
yang diberitakan, sehingga jajaran ini disibukkan oleh proses rapat redaksi
yang memutuskan peristiwa apa yang diangkat atau peristiwa mana yang
ditangguhkan (Septiawan Santana, 2005: 188).
Dengan demikian, dalam manajemen redaksional yang paling penting
menurut penulis adalah meliputi perencanaan, pengorganisasian,
penggerakan, dan pengawasan yang mencakup proses peliputan, penulisan,
dan penyuntingan (editing), yang kemudian disebut dengan tahapan
manajemen redaksional.
b. Tahapan Manajemen Redaksional
Dalam memproduksi materi pemberitaan yang berkualitas, menurut
Conrand C. Fink (1998: 136), kekuatan dan daya tarik sebuah media cetak
dimata pembaca adalah terletak pada berita dan informasi yang
disajikan.Sebelum disajikan, terlebih dahulu melalui proses yang terdiri dari
tahapan yang telah dipersiapkan, dan menjadi tanggungjawab bidang
redaksional beserta unsur-unsur yang terkait di dalamnya dalam mengelola
penerbitan tersebut. Adapun tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Perencanaan
Tahap perencanaan dalam manajemen redaksional untuk surat kabar
harian adalah penentuan kebijaksanaan isian pemberitaan untuk esok pagi,
dan membahas berita-berita yang perlu ditindaklanjuti.
Berita yang baik adalah hasil perencanaan yang baik. Prinsip ini
berlaku bagi berita yang sifatnya diduga. Proses pencarian dan penciptaan
berita dimulai di ruang redaksi melalui forum rapat proyeksi atau rapat
perencanaan berita. Rapat biasanya diselenggarakan sore atau malam hari,
yang dihadiri beberapa redaktur dan pemimpin redaksi. Rapat proyeksi
diusahakan singkat, tidak lebih dari 60 menit dan diselenggarakan secara
rutin. Dalam rapat proyeksi, setiap reporter atau wartawan mengajukan
usulan liputan (Haris Sumadiria, 2006: 94).
13
Pada tahapan perencanaan ini yang menjadi poin penting adalah
rapat dan diskusi. Untuk mengadakan rapat, biasanya dilakukan aktifitas
diskusi terlebih dahulu. Hal-hal yang dibahas pada rapat redaksi
diantaranya:
a) Menentukan rencana tema
Untuk bias merencanakan tema majalah dengan baik perlu adanya
informasi awal. Misalnya untu rencana tema perlu ada informasi awal
sebagai referensi. Pengumpulan informasi awal bias dilakukan melalui
riset (internet, kliping media, pustaka), wawancara awal, maupun
observasi (Anton Muhajir, 2009)
b) Rencana desain
Persiapan lain yang harus didiskusikan selama persiapan adalah
tentnag desain majalah. Misalnya konsep besar desain majalah,
proporsi teks dan ilustrasi, standar foto, grafis, dan lain-lain. Salah
satunya dengan mengacu pada referensi desain-desain yang sudah
pernah diterbitkan sendiri ataupun media lain sebagai referensi.
c) Pembagian kerja
Pembagian kerja atau pembagian tanggung jawab yang ebrkaitan
dengan penentuan tema. Misalnya tema apa untuk laporan utama,
siapa narasumbernya, siapa penulisnya, kapan pengerjaannya, dan
seterusnya, begitu juga untuk rubrik-rubrik yang lain.
2) Pengorganisasian
Tahap pengorganisasian dalam manajemen redaksional adalah
penyusunan struktur organisasi dan pembagian tugas pekerjaan serta
penempatan orang berikut jabatannyadi dalam struktur organisasi
(Manullah Effendy, 1996: 39). Pada proses redaksional terdapat staffing
yang berfungsi untuk melaksanakan aktifitas redaksional. Fungsi staffing
adalah menempatkan orang-orang yang terliba tlangsung ke dalam unit
kerja bidang redaksional, yang merupakan fungsi vital karena menyangkut
14
‘sang pelaksana’ (Sam Abede Pareno, 2005: 96). Berikut staffing dari surat
kabar.
Sumber: Djuroto (2000: 25)
Penjelasan:
a) Pemimpin redaksi adalah orang pertama yang bertanggung jawab
terhadap bidang redaksional (semua isi penerbitan pers). Intinya, baik
dan buruk isi pemberitaan pada penerbitannya tergantung pada
ketajaman pemimpin redaksi dalam mencari dan memilih materi
pemberitaannya.
b) Sekretaris redaksi adalah pembantu pemimpin redaksi dalam hal
administrasi keredaksian.
c) Redaktur pelaksana (managing editor) adalah jabatan yang dibentuk
untuk membantu pemimpin redaksi dalam tugas keredaksian sehari-
hari.
d) Redaktur (editor) adalah petugas yang bertanggung jawab terhadap isi
halaman surat kabar. Ada redaktur bidang (hukum, politik, ekonomi,
budaya, olahraga, dan lain-lain). Ada redaktur halaman, misalnya
halaman 1 (umum), 2 (kabupaten), 3 (daerah), 4 (nasional), 5 (opini),
dan sebagainya.
15
e) Wartawan (reporter) adalah seseorang yang bertugas mencari,
mengumpulkan, dan mengolah informasi menjadi berita, untuk
dipublikasikan melalui media massa.
f) Koresponden (stringer) adalah seseorang yang berdomisili di suatu
daerah yang diangkat atau ditunjuk oleh suatu penerbitan pers di luar
daerah atau di luar negeri, untuk menjalankan tugas
kewartawanannya. Biasanya lebih dikenal dengan sebutan wartawan
pembantu.
3) Penggerakan
Tahap penggerakan dalam manajemen redaksional adalah aktivitas
yang menggerakkan orang-orang beserta fasilitas penunjangnya untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Kustadi Suhanding, 2004: 45),
yaitu menghasilkan produk jurnalistik. Aktifitas tersebut meliputi
peliputan, penulisan, dan penyunting berita.
a) Peliputan
Proses peliputan dalam manajemen redaksional adalah mencari
berita (news hunting), atau meliput bahan berita. Aktivitas meliput
berita dilakukan setelah melewati proses perencanaan dalam rapat
proyeksi redaksi. Dalam meliput berita terdapat tiga teknik, yaitu
reportase, wawancara, dan riset kepustakaan (studi literatur).
(1) Reportase, adalah kegiatan jurnalistik berupa meliput langsung ke
lapangan. Wartawan mendatangi langsung tempat kejadian
peristiwa, mengumpulkan fakta dan data seputar peristiwa tersebut
(Asep Samsul, 2005: 7).
(2) Wawancara (interview), adalah kegiatan tanya-jawab yang
dilakukan wartawan (reporter) dengan narasumber untuk
memperoleh informasi menarik dan penting, serta menggali
informasi sebanyak dan sedalam mungkin (Haris Sumadiria, 2006:
103).
(3) Riset kepustakaan (studi literature), adalah tehnik peliputan atau
pengumpulan data dengan mencari kliping Koran, membaca buku
16
atau menggunakan fasilitas search engine di internet (Asep
Samsul, 2005: 10).
b) Penulisan
Penulisan berita biasanya menggunakan tehnik melaporkan (to
report), yang merujuk pada pola piramida terbalik (inverted pyramid),
dan mengacu pada rumusan 5W+1H. Dengan piramida terbalik berarti
pesan disusun secara deduktif. Kesimpulan dinyatakan terlbeih dahulu
pada paragraph pertama, kemudian disusul dengan penjelasan dan
uraian yang lebih rinci pada paragraph-paragraf berikutnya.
Rumusannya semakin ke bawah semakin tidak penting. Berikut
gambaran penulisan berita dengan menggunakan pola piramida
terbalik.
Sumber: Haris Sumadiria (2006: 118).
Gambar 1. Piramida Terbalik
Berita ditulis dengan menggunakan rumus 5W+1H, agar berita
menjadi lengkap, akurat, dan sekaligus memenuhi standar teknis
jurnalistik. Setiap peristiwa yang dilaporkan, harus terdapat enam
unsure dasar, yaitu what (perisitiwa apa yang akan dilaporkan kepada
khalayak), who (siapa yang menjadi pelaku dalam peristiwa berita
17
itu), when (kapan peristiwa itu terjadi), where (dimana peristiwa itu
terjadi), why (mengapa peristiwa itu sampai terjadi), dan how
(bagaimana jalannya peristiwa atau bagaimana cara menanggulangi
peristiwa itu).
c) Penyuntingan
Penyuntingan naskah atau editing adalah sebuah proses
memperbaiki atau menyempurnakan tulisan secara redaksional dan
substansial. Pelakunya disebut editor atau redaktur. Secara
redaksional, editor memperbaiki kata dan kalimat supaya lebih logis,
mudah dipahami, dan tidak rancu. Selain kata dan kalimat harus benar
ejaan atau cara penulisannya, juga harus benar-benar mempunyai arti
dan enak dibaca.
Sedangkan secara substansial, editor harus memperhatikan fakta
dan data agar tetap terjaga keakuratan dan kebenarannya. Selain itu
harus memperhatikan sistematika penulisan dan memperhatikan
apakah isi tulisan dapat dipahami pembaca atau malah
membingungkan. Wajah atau gaya pemberitaan sebuah penerbitan
pers umumnya bergantung pada keahlian dan kreativitas para
redakturnya dalam proses menyunting.
Dengan demikian, menyunting tidak semata-mata memotong
(cutting) naskah agar cukup "pas" masuk dalam kolom (space) yang
tersedia, tetapi juga membuat tulisan yang enak dibaca, menarik, dan
tidak mengandung kesalahan faktual. Dalam manajemen redaksional,
proses penyuntingan (editing) dapat digambarkan sebagai berikut:
18
Sumber: Septiawan Santana (2005: 133)
Gambar 2. Proses Editing
4) Pengawasan
Tahap pengawasan dalam manajemen redaksional adalah kegiatan
untuk mengetahui apakah pelaksanaan kerja bidang redaksional telah
sesuai dengan rencana semula atau tidak (Kustadi Suhanding, 2004: 39).
Tahap pengawasan dalam bidang redaksional merupakan kegiatan penting
karena adanya evaluasi dan penyuntingan hasil aktivitas sebuah berita
yang akan diterbitkan.
Pada tahap pengawasan hasil kerja bidang redaksional akan
disesuaikan dengan konsep berita dan kriteria umum nilai berita yang
berlaku universal. Artinya tidak hanya berlaku untuk surat kabar, tabloid
dan majalah saja tetapi juga berlaku untuk radio, televisi, film, dan bahkan
19
media on line internet. Pengawasan ini sangat penting dilakukan untuk
menjaga isi rubrik agar tidak keluar dari koridor atau kaidah jurnalistik.
F. Kerangka Konsep
Dalam perusahaan baik besar maupun kecil tentu memerlukan sebuah
manajemen yang baik untuk mencapai target dan tujuan dari perusahaan
tersebut. Manajemen berfokus pada proses mengkoordinasikan dan
mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan secara
efektif dan efisien, dengan dan melalui orang lain (Robbins & Coulter, 1999).
Dalam perusahaan, lingkungan organisasi sangat menentukan bagaimana
jenis, bentuk, dan sistem kerja yang ada. Pengorganisasian kerja media
massa, dalam hal ini institusi surat kabar/tabloid, tidak hanya memproduksi
konten media, melainkan juga mencakup pekerjaan administrasi perusahaan,
teknis pencetakan, serta penjualan atau pemasaran dan pencarian pemasukan
uang dari iklan. Oleh karena itu manajemen media sedikit berbeda dengan
manajemen pada perusahaan pada umumnya.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi maka diperlukan
tahapan-tahapan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pelaksanaan,
dan pengawasan. Menurut McQuail (1996:278), institusi/organisasi media
memiliki beberapa tujuan utama, yaitu: profit; social influence and prestige;
maximizing an audience; sectional goals (political, religious, cultural, etc);
and serving the public interest.
Manajemen merupakan proses memperoleh, memanfaatkan, dan
menggunakan sumber daya yang ada untuk memproduksi barang atau jasa
guna memenuhi kebutuhan masyarakat. Sumber daya dalam institusi media
sendiri terbagi empat, yaitu, sumber daya manusia, teknologi/alat,
konten/informasi, dan dana/finansial. Fokus dalam penelitian ini adalah
manajemen redaksional. Oleh karena itu, penelitian ini meliputi segala aspek
dan ruang lingkup manajemen redaksional yang diterapkan dalam seluruh
tahapan pekerjaan oleh bidang redaksi. Manajemen redaksional adalah
penerapan fungsi-fungsi manajemen melalui tindakan-tindakan planning,
20
organizing, actuating, dan controlling dalam pengelolaan materi pemberitaan
(Pareno, 2003: 46). Mengenai pentingnya manajemen redaksi dapat dikaitkan
dengan fungsi dari pada manajemen itu sendiri, yaitu : Planning, Organizing,
Actuating, Controlling, dimana dalam kerja-kerja redaksi yang demikian
rumit ini tentunya sangat memerlukan sebuah pengaturan atau manajemen
yang baik dalam proses kerja redaksi tersebut (Djuroto, 2000: 20).
Bidang redaksional memiliki keunikan pola kerja, namun bukan
berarti tanpa kepastian. Berbagai waktu kerja redaksional disesuaikan dengan
karakteristik dan potensi media massa yang menjadi saluran pemberitaannya.
Pola kerja bidang redaksional memuat penataan pekerja berita yang
merencanakan, melaksanakan dan menghasilkan peristiwa yang diberitakan,
sehingga jajaran ini disibukkan oleh proses rapat redaksi yang memutuskan
peristiwa apa yang diangkat atau peristiwa mana yang ditangguhkan
(Santana, 2005: 18). Dalam penelitian ini konsep kunci manajemen adalah
sebagai proses pengelolaan sumber daya (manusia, teknologi, informasi, dan
dana) yang dimiliki sebuah institusi media untuk mencapai tujuan melalui
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan/ pelaksanaan,
dan pengawasan, merupakan indikator yang akan dilihat dalam proses
manajemen redaksional yang diterapkan dalam redaksi Tabloid Bola.
G. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah mananajemen redaksional dari pada Tabloid
Bola yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan.
21
H. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Secara umum, studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok
pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how dan why, bila peneliti
hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang
akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya tertelak pada fenomena
kontemporer (masa kini) di dalam konteks kehidupan nyata (Yin, 2012:1).
Menurut definisi Robert K. Yin (2005:18), studi kasus merupakan suatu
inkuiri empiris yang menyelidiki fenomenda di dalam konteks kehidupan
nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak
dengan tegas dan dimana multi sumber dimanfaatkan. Dalam penelitian
ini, kasus yang terkait adalah manajemen redaksional Tabloid Bola dalam
mengelola konten-konten medianya.
Penelitian ini akan melihat bagaimana proses manajemen yang
dilakukan dalam mengelola sumber-sumber intern, serta bagaimana
penerapannya terhadap produksi yang dihasilkan. Selain itu juga melihat
bagaimana interaksi yang terjadi antara individu yang terlibat, pembagian
job desk yang ada dan struktur organisasi dalam manajemennya. Penelitian
ini memusatkan perhatian pada satu kasus dan satu institusi.
Penelitian berbasis "bagaimana" ini membutuhkan jawaban
eksplanasi yang dianalisis secara deskriptif sehingga dapat memberikan
gambaran. Dengan metode studi kasus, maka penelitian dapat dilakukan
dengan lebih rinci dan mendalam dengan menganalisis data-data yang
diperoleh di lapangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang
penelaahannya pada satu kasus yang ditentukan, dilakukan seara
mendalam, dan mendetail.
Penulis dalam penelitian ini melakukan analisis terhadap satu kasus
yang terjadi pada proses manajemen redaksional di Tabloid Bola. Dalam
penelitian ini penulis menganalisis secara mendalam dari proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang
dilakukan dalam produksi berita di Tabloid Bola hingga terbit dan siap
22
untuk diedarkan kepada pembaca. Seperti diketahui bahwa Tabloid Bola
merupakan tabloid olahraga terbesar di Indonesia sehingga sangat menarik
untuk diteliti bagaimana proses manajemen redaksionalnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan, penelitian ini akan
menggunakan teknik:
a. Observasi
Observasi adalah “studi yang disengaja dan dilakukan secara
sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan dengan mengamati dan
mencatat fenomena atau perilaku satu atau sekelompok orang dalam
konsteks sehari-hari dengan memperhatikan syarat penelitian ilmiah,
dengan demikian hasil pengamatan dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya” (Basuki, 2006: 35). Dalam penelitian ini observasi
dilakukan di kantor redaksi Tabloid Bola untuk memperoleh data
tentang kegiatan manajemen redaksional, serta proses interaksi yang
terjadi antara setiap individu dalam proses manajemennya.
b. Wawancara
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si
penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau informan (Salim,
2006: 89). Wawancara dilakukan terhadap pihak manajemen Tabloid
Bola meliputi pimpinan perusahaan, pimpinan redaksi, dan para
wartawan untuk memberikan informasi yang menunjang data
penelitian. Sebelum melakukan wawancara penulis menyiapkan
pedoman wawancara yang telah dipersiapkan.
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, notulen rapat, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2006: 231). Dokumen yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah berita yang dimuat dalam Tabloid Bola.
23
3. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan
deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif adalah penelitian yang
menggunakan kata-kata tertulis atau kalimat dari subjek yang diamati
(Kasiran, 2010: 15). Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan hasil
penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat dari hasil studi observasi,
wawancara, dan dokumen sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti.
4. Teknik Keabsahan Data
Supaya data atau informasi yang diperoleh dapat menjadi valid, maka
data atau informasi dari satu pihak dicek kebenarannya dengan cara
memperoleh data dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga dan
seterusnya. Tujuannya ialah membandingkan informasi tentang hal yang
sama yang diperoleh dari berbagai pihak, agar ada jaminan tentang tingkat
kepercayaan data untuk mencegah adanya subjektivitas. Metode ini
disebut triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Selain untuk
mengecek kebenaran data triangulasi juga dilakukan untuk memperkaya
data. Denzin membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik
pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori (Moleong, 2007: 178). Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber yakni membandingkan data hasil
observasi, wawancara dan dokumentasi yang berkaitan.
Recommended