View
223
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Konsep Industri Pariwisata
Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan
pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan,
tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima
wisatawan. Menurut Badrudin (2000) mendefinisikan pariwisata sebagai kegiatan
melakukan perjalanan dengan tujuan mencari kepuasan, mencari sesuatu,
memperbaiki kesehatan, menikmati olahraga atau istirahat, menunaikan tugas,
berziarah dan lain-lain. Menurut Wahab (2003), pada dasarnya ruang lingkup
kepariwisataan terdiri atas 3 unsur yakni: manusia sebagai unsur insani pelaku
kegiatan pariwisata, tempat sebagai unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh
kegiatan itu sendiri dan waktu sebagai unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan
itu sendiri dan selama berdiam di tempat tujuan wisata.
Pariwisata berasal dari dua kata, yakni Pari dan Wisata. Pari dapat diartikan
sebagai banyak, berkali-kali, berputar-putar atau lengkap. Kata wisata dapat diartikan
sebagai perjalanan atau berpergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata travel
dalam Bahasa Inggris. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka kata pariwisata dapat
diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari
2
suatu tempat ke tempat lain, yang dalam bahasa Inggris disebut dengan tour (Yoeti,
1996).
Bila ditinjau dari segi ekonomi mikro, maka yang dimaksud dengan industri
pariwisata adalah setiap unit produksi yang dapat menghasilkan produk atau jasa
tertentu. Atas dasar pengertian ini, maka hotel atau transport secara sendiri-sendiri
dapat disebut sebagai industri pariwisata (Edy dan Devi, 2014). Dalam pengertian
ekonomi makro, yang dimaksudkan dengan industri pariwisata adalah keseluruhan
unit-unit produksi seperti: pemandu, hotel, restoran, atraksi turis dan took souvenir
baik yang tempat kedudukannya di daerah, dalam negeri, atau luar negeri yang ada
kaitannya dengan perjalanan wisatawan yang bersangkutan (Wisnu et al., 2011).
Salah satu indikator yang paling utama dalam mengukur maju tidaknya industri
pariwisata di suatu daerah atau wilayah adalah dengan mempertimbangkan banyak
tidaknya jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke wilayah tersebut, baik
wisatawan asing maupun wisatawan domestik.
Menurut Spillane (1989) dalam Badrudin (2000), terdapat beberapa jenis
pariwisata, yang antara lain meliputi:
1) Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism).
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang meninggalkan tempat
tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar yang baru, untuk
mengendorkan ketegangan syarafnya, untuk menikmati keindahan alam,
untuk menikmati hikayat rakyat suatu daerah, untuk menikmati hiburan,
dan sebagainya.
3
2) Pariwisata untuk rekreasi (recreation sites)
Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang yang menghendaki
pemanfaatan hari-hari libur untuk istirahat, untuk memulihkan kembali
kesegaran jasmani dan rohani, yang akan menyegarkan keletihan dan
kelelahannya.
3) Pariwisata untuk kebudayaan (cultural tourism)
Jenis pariwisata ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi seperti
keinginan untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, untuk
mempelajari adat istiadat, cara hidup masyarakat negara lain dan
sebagainya.
4) Pariwisata untuk olahraga (sports tourism)
Jenis pariwisata ini bertujuan untuk tujuan olahraga, baik hanya
untuk menarik penonton olahraga dan olahragawannya sendiri serta
ditujukan bagi mereka yang ingin mempraktikkannya sendiri.
5) Pariwisata untuk urusan dagang besar (business tourism)
Dalam jenis pariwisata ini, unsur yang ditekankan adalah kesempatan
yang digunakan oleh pelaku perjalanan ini yang menggunakan waktu-
waktu bebasnya untuk menikmati dirinya sebagai wisatawan yang
mengunjungi berbagai obyek wisata dan jenis pariwisata lain.
4
6) Pariwisata untuk konvensi (conventiontourism)
Banyak negara yang tertarik dan menggarap jenis pariwisata ini
dengan banyaknya hotel atau bangunan-bangunan yang khusus dilengkapi
untuk menunjang convention tourism (Leonardo, 2008).
2.1.2 Hubungan antara jumlah kunjungan wisatawan asing dengan angka
pengangguran
Edy dan Devi (2014), perkembangan industri pariwisata di suatu daerah dapat
mendukung terciptanya lapangan kerja yang lebih banyak, disamping dapat
mendatangkan devisa bagi negara serta meningkatkan pendapatan serta standar hidup
masyarakat. Penelitian yang dilakukan oleh Schubert di dalam jurnal yang berjudul
Tourism and unemployment: The effects of a boom in tourism demand on
unemploymentmenunjukkan hasil dimana sebuah industri pariwisata yang apabila
didukung dengan dengan konsep pemasaran yang matang dapat secara efektif
mengurangi angka pengangguran. Serupa dengan hal tersebut, menurut Sharma di
dalam penelitiannya di India, pengembangan kawasan potensial bagi industri
pariwisata dapat berimbas terhadap menurunnya angka pengangguran secara
signifikan, khususnya di sekitar daerah obyek wisata. Berdasarkan hal tersebut di atas
maka dapat dikatakan terdapat hubungan negatif antara jumlah kedatangan wisatawan
asing terhadap angka pengangguran di Provinsi Bali pada periode 1993-2013.
2.1.3 Konsep Kredit Usaha Kecil (KUK)
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia nomor 3/2/PBI/2001 tentang
pemberian Kredit Usaha Kecil, yang dimaksud dengan Kredit Usaha Kecil (KUK)
5
adalah kredit atau pembiayaan dari Bank untuk investasi dan atau modal kerja, yang
diberikan dalam Rupiah dan atau Valuta Asing kepada nasabah usaha kecil dengan
plafon kredit keseluruhan maksimum Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)
untuk membiayai usaha yang produktif. Osotimehin et al., (2012) menyatakan KUK
atau yang juga dikenal dengan Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan
kredit yang diberikan/disalurkan untuk usaha produktif dengan kategori usaha mikro,
usaha kecil dan usaha menengah yang disalurkan oleh pemerintah melalui bank-bank
umum kepada berbagai sektor usaha pada sembilan sektor ekonomi yang meliputi:
1) Pertanian,Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
2) Pertambangan dan Penggalian
3) Industri Pengolahan
4) Listrik, Gas, Air bersih
5) Konstruksi
6) Perdagangan, Hotel, & Restoran
7) Pengangkutan dan komunikasi
8) Keuangan
9) Jasa Perusahaan
Kredit Usaha Kecil dapat digolongkan kedalam beberapa jenis, antara lain:
1) KUK-Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah / panjang yang
diberikan kepada (calon) debitur untuk membiayai barang-barang modal
6
dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek
baru, dengan jangka waktu maksimal 10 tahun.
2) KUK-Kredit Modal Kerja adalah kredit yang diberikan untuk memenuhi
kebutuhan modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha.
3) KUK-Kredit Modal Kerja Kontraktor adalah kredit yang diberikan untuk
memenuhi kebutuhan modal kerja khusus bagi usaha jasa kontraktor yang
habis dalam satu siklus usaha.
4) KUK-Channeling adalah Kredit Modal Kerja atau Kredit Investasi yang
diberikan melalui kerjasama dengan Lembaga pembiayaan atau Bank Umum
lainnya.
2.1.4 Konsep Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah atau yang sering disingkat UMKM
merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah,
begitu juga dengan negara Indonesia (Supriyanto, 2006). UMKM ini sangat memiliki
peranan penting dalam lajunya perekonomian masyarakat. UMKM ini juga sangat
membantu negara atau pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan
lewat UMKM juga banyak tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-
tenaga baru yang dapat mendukung pendapatan rumah tangga (Soumya, 2013). Selain
dari itu UMKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika dibandingkan dengan
usaha yang berkapasitas lebih besar. UMKM ini perlu perhatian yang khusus dan di
dukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah antara pelaku
7
usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan pasar
(Dalitso and Peter, 2000).
2.1.4.1 Pengertian UMKM
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah disingkat UMKM adalah sebuah istilah
yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp
200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta usaha yang
berdiri sendiri. Beberapa pengertian UMKM antara lain:
1) Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 yang dimaksud dengan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yaitukegiatan ekonomi rakyat yang
berskala kecil dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan
kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan
usaha yang tidak sehat.
2) Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)Usaha kecil merupakan entitas usaha
yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha
menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99
orang.
3) Menurut UU No 20 Tahun 2008, yang dimaksud dengan:
(1)Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Kriteria Usaha Mikro
adalah sebagai berikut:
8
a) Memiliki kekayaan bersih paling banyakRp50.000.000,00 (lima puluh
juta rupiah) tidaktermasuk tanah dan bangunan tempat usaha;
b) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyakRp300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah).
(2)Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari
Usaha Menengah atau Usaha Besar. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai
berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyakRp500.000.000,00 (lima ratus
juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b) memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah) sampaidengan paling banyak Rp2.500.000.000,00
(dua milyar lima ratus juta rupiah).
(3)Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung
dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
9
atau hasil penjualan tahunan. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai
berikut:
a) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00(lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyakRp10.000.000.000,00 (sepuluh
milyar rupiah) tidaktermasuk tanah dan bangunan tempat usaha
b) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dariRp2.500.000.000,00 (dua
milyar lima ratus juta rupiah)sampai dengan paling banyak
Rp50.000.000.000,00(lima puluh milyar rupiah).
2.1.4.1.1 Definisi dan Kriteria UMKM menurut Lembaga dan beberapa Negara
Asing
Pada prinsipnya definisi dan kriteria UMKM di negara-negara asing
didasarkan pada aspek-aspek sebagai berikut: jumlah tenaga kerja, pendapatan, dan
jumlah aset (Rachmawati dan Hotniar, 2005). Berikut adalah kriteria-kriteria UMKM
di negara-negara dan lembaga asing.
1) World Bank, membagi UMKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
a) Medium Enterprise, dengan kriteria : Jumlah karyawan maksimal 300
orang, pendapatan setahun hingga sejumlah $ 15 juta, jumlah aset
hingga sejumlah $ 15 juta
b) Small Enterprise, dengan kriteria : Jumlah karyawan kurang dari 30
orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 3 juta, jumlah aset tidak
melebihi $ 3 juta.
10
c) Micro Enterprise, dengan kriteria : jumlah karyawan kurang dari 10
orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 100 ribu, jumlah aset tidak
melebihi $ 100 ribu.
2) Singapura mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang memiliki minimal
30%pemegang saham lokal serta aset produktif tetap (fixed productive
asset) dibawah SG $ 15 juta.
3) Malaysia mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang memiliki jumlah
karyawan yangbekerja penuh (full time worker) kurang dari 75 orang atau
yang modal pemegangsahamnya kurang dari M $ 2,5 juta. Definisi ini
dibagi menjadi dua, yaitu :
a) Small Industry (SI), dengan kriteria jumlah karyawan 5 – 50 orang
atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu.
b) Medium Industry (MI), dengan kriteria jumlah karyawan 50 – 75
orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah M $ 500 ribu – M $
2,5 juta.
4) Jepang membagi UMKM sebagai berikut :
a) Mining and manufacturing dengan kriteria jumah karyawan maksimal
300orang atau jumlah modal saham sampai sejumlah US$2,5 juta.
b) Wholesale dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau
jumlah modal saham sampai US$ 840 ribu.
c) Retail dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 54 orang atau
jumlah modal saham sampai US$ 820 ribu.
11
d) Service dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100 orang atau
jumlah modal saham sampai US$ 420 ribu.
5) Korea Selatan mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang jumlahnya di
bawah 300 orang dan jumlah assetnya kurang dari US$ 60 juta.
6) European Commision, membagi UKM ke dalam 3 jenis, yaitu :
a) Medium-sized Enterprise, dengan kriteria : jumlah karyawan kurang
dari 250 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 50 juta ,jumlah
aset tidak melebihi $ 50 juta.
b) Small-sized Enterprise, dengan kriteria : jumlah karyawan kurang dari
50 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 10 juta, jumlah aset
tidak melebihi $ 13 juta.
c) Micro-sized Enterprise, dengan kriteria : jumlah karyawan kurang dari
10 orang, pendapatan setahun tidak melebihi $ 2 juta, jumlah aset tidak
melebihi $ 2 juta.
2.1.4.1.2 Klasifikasi UKM
Dalam perspektif perkembangannya, UMKM dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) kelompok (Tjoekam, 1999:276):
1) Livelihood Activities: Merupakan UMKM yang digunakan sebagai
kesempatan kerjauntuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai
sektor informal.Contoh: pedagang kaki lima.
12
2) Micro Enterprise: Merupakan UMKM yang memiliki sifat pengrajin tetapi
belummemiliki sifat kewirausahaan.
3) Small Dynamic Enterprise: merupakan UMKM yang telah memiliki
jiwakewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan
ekspor.
4) Fast Moving Enterprise, merupakam UMKM yang telah memiliki
jiwakewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar
(UB).
Selama ini terdapat beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh UMKM
yang antara lain meliputi:
1) Faktor Internal:
a) Kurangnya permodalan-permodalan meruapakan factor utama yang
diperlukanuntuk mengembangkan suatu unit usaha. Kurangnya
permodalan UMKM, karenapada umumnya usaha kecil dan menengah
merupakan usaha perorangan atauperusahaan yang sifatnya tertutup.
b) Keterbatasan SDM usaha kecil baik dari segi pendidikan formal
maupunpengetahuan dan keterampilannya sangat berpengaruh pada
manajemenpengelolaan usahanya, sehingga usaha tersebut sulit untuk
berkembangsecara optimal.
c) Jaringan usaha yang sangat terbatas dan kemampuan penetrasi rendah
makaproduk yang dihasilkan jumlahnya sangat terbatas dan
mempunyai kualitas yangkurang kompetitif.
13
2) Faktor Eksternal:
a) Iklim usaha belum sepenuhnya kondusif dengan kebijaksanaan
Pemerintahuntuk menumbuhkembangkan Usaha Kecil dan Menengah
(UMKM) yang terlihat darimasih terjadinya persaingan yang kurang
sehat antara pengusaha-pengusahakecil dan pengusaha besar.
b) Kurangnya informasi yang berhubungan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dantekhnologi menyebabkan sarana dan prasarana yang
mereka miliki juga tidakcepat berkembang dan kurang mendukung
kemajuan usaha.
c) Akses pasar akan menyebabkan produk yang dihasilkan tidak dapat
dipasarkan. Secara kompetitif baik dipasar nasional maupun
internasional.
Beberapa cara yang dapat diupayakan untuk mengembangkan UMKM
antara lain melalui hal-hal berikut:
1) Penciptaan iklim usaha yang kondusif yaitu dengan mengusahakan
keamanan berusaha dan ketentraman serta penyederhanaanprosedur
perizinan usaha, keringanan pajak dsb.
2) Perlindungan usaha jenis jenis tertentu terutama jenis usaha tradisional
yang merupakan usaha golongan ekonomilemah, harus mendapatakan
perlindungan dari pemerintah baik melaluiundang-undang maupun
peraturan pemerintah.
14
3) Mengembangkan Promosi untuk lebih mempercepat kemitraan antara
UMKM dengan usaha-usaha besar.
2.1.4.1.3 Hubungan antara Kredit Usaha Kecil dengan angka pengangguran
Tjoekam (1999) menjelaskan bahwa tujuan perkreditan berbeda-beda dan
tergantung pada pihak-pihak tersebut. Penyaluran Kredit oleh lembaga keuangan
yang salah satunya diperuntukkan bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah terutama
bertujuan untuk mengurangi angka pengangguran, karena dapat membuka peluang
berusaha, bekerja dan pemerataan pendapatan. Supriyanto (2006) di dalam
penelitiannnya menyimpulkan bahwa KUK berperan sangat dominan di dalam usaha
pemerintah di dalam mengurangi angka pengangguran di Kabupaten Sidoarjo. Selain
itu, Reich di dalam jurnalnya yang berjudul The Employment Effects of Credit Market
Disruptions:Firm-level Evidence from the 2008-2009 Financial Crisis menyimpulkan
bahwa selama masa krisis global tahun 2008-2009 terdapat keterkaitan antara
runtuhnya beberapa lembaga penyalur dana kredit internasional dengan melonjaknya
angka pengangguran di Amerika Serikat dan sebagian negara Eropa. Berdasarkan hal
tersebut di atas maka dapat dikatakan terdapat hubungan negatif antara Kredit Usaha
Kecil (KUK) pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran terhadap angka
pengangguran di Provinsi Bali pada periode 1993-2013.
2.1.5 Konsep Pengangguran
2.1.5.1 Pengertian Pengangguran
Tiap negara dapat memberikan definisi yang berbeda mengenai definisi
pengangguran. Nanga ( 2005 : 249 ) mendefinisikan pengangguran adalah suatu
15
keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam kategori angkatan kerja tidak
memiliki pekerjaan dan secara aktif tidak sedang mencari pekerjaan. Dalam sensus
penduduk (2001) mendefinisikan pengangguran sebagai orang yang tidak bekerja
sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan
dan berusaha memperoleh pekerjaan ( BPS, 2001 : 8 ).
Menurut Sukirno (2004 : 28) pengangguran adalah jumlah tenaga kerja
dalam perekonomian yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi belum
memperolehnya. Selanjutnya International Labor Organization ( ILO ) memberikan
definisi pengangguran yaitu :
1) Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk
usia kerja yang selama periode tertentu tidak bekerja, dan bersedia menerima
pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan.
2) Setengah pengangguran terpaksa adalah seseorang yang bekerja sebagai
buruh karyawan dan pekerja mandiri ( berusaha sendiri ) yang selama
periode tertentu secara terpaksa bekerja kurang dari jam kerja normal, yang
masih mencari pekerjaan lain atau masih bersedia mencari pekerjaan lain /
tambahan ( BPS, 2001: 4 ).Sedangkan menurut Survei Angkatan Kerja
Nasional ( SAKERNAS) menyatakan bahwa :
a) Setengah pengangguran terpaksa adalah orang yang bekerja kurang
dari 35 jam per minggu yang masih mencari pekerjaan atau yang
masih bersedia menerima pekerjaan lain.
16
b) Setengah pengangguran sukarela adalah orang yang bekerja kurang
dari 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak
bersedia menerima pekerjaan lain ( BPS, 2000: 14 ).
2.1.5.2 Macam - Macam Pengangguran
2.1.5.2.1 Berdasarkan Jam Kerja
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam
(Edy dan Devi, 2014) :
1) Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,
biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja
yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang
sungguh - sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini
cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah
berusaha secara maksimal.
2.1.5.2.2 Berdasarkan Penyebab Terjadinya
Berdasarkan penyebab terjadinya, pengangguran dikelompokkan menjadi 7
macam :
17
1) Pengangguran friksional (frictional unemployment)
Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara
yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis
antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerna penganggur yang
mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang
ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian
suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia
yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya. Contohnya :
Perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, untuk
sementaramenganggur. Berhenti dari pekerjaan yang lama, mencari
pekerjaan yang baru yang lebih baik
2) Pengangguran konjungtural (cycle unemployment)
Pengangguran konjungtoral adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan gelombang ( naik – turunnya ) kehidupan perekonomian / siklus
ekonomi. Contohnya : Di suatu perusahaan ketika sedang maju butuh
tenaga kerja baru untuk perluasan usaha. Sebaliknya ketika usahanya
merugi terus maka akan terjadi PHK ( Pemutusan Hubungan Kerja ) atau
pemecatan.
3) Pengangguran struktural ( structural unemployment )
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh
perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
Contohnya : Suatu daerah yang tadinya agraris (pertanian) menjadi daerah
18
industri, maka tenaga bidang pertanian akan menganggur. Pengangguran
struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan, seperti :
1) Akibat permintaan berkurang
2) Akibat kemajuan dan pengguanaan teknologi
3) Akibat kebijakan pemerintah
4) Pengangguran musiman ( seasonal Unemployment )
Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya
fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang
harus nganggur. Contohnya : pada musim panen, para petani bekerja
dengan giat, sementara sebelumnya banyak menganggur.
5) Pengangguran teknologi
Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat
perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin - mesin.
Contoh, sebelum ada penggilingan padi, orang yang berprofesi
sebagai penumbuk padi bekerja, setelah ada mesin penggilingan padi maka
mereka tidak bekerja lagi.
6) Pengangguran Politis
Pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang secara
langsungatau tidak, mengakibatkan pengangguran. Misalnya penutupan
Bank - bank bermasalahsehingga menimbulkan PHK.
19
7) Pengangguran Deflatoir
Pengangguran deflatoir ini disebabkan tidak cukup tersedianya lapangan
pekerjaandalam perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah
tenaga kerja melebihikesempatan kerja, maka timbullah pengangguran.
2.1.5.1.3Dampak Pengangguran Terhadap Ekonomi Masyarakat
Tingginya tingkat pengangguran dalam sebuah perekonomian akan
mengakibatkan kelesuan ekonomi dan merosotnya tingkat kesejahteraan masyarakat
sebagai akibat penurunan pendapatan masyarakat (Therese and Wendell, 2010).
Dampak pengangguran terhadap ekonomi masyarakat meliputi hal-hal berikut ini :
1) Pendapatan Per Kapita
Orang yang menganggur berarti tidak memiliki penghasilan sehingga
hidupnya akan membebani orang lain yang bekerja. Dampaknya adalah
terjadinya penurunan pendapatan per-kapita. Dengan kata lain, bila tingkat
pengangguran tinggi maka pendapatan per kapita akan menurun dan
sebaliknya bila tingkat pengangguran rendah pendapatan per kapita akan
meningkat, dengan catatan pendapatan mereka yang masih bekerja tetap.
2) Pendapatan Negara
Orang yang bekerja mendapatkan balas jasa berupa upah/gaji, Upah/gaji
tersebut sebelum sampai di tangan penerima dipotong pajak penghasilan
terlebih dahulu. Pajak ini merupakan salah satu sumber pendapatan negara
sehingga bila tidak banyak orang yang bekerja maka pendapatan negara dari
pemasukan pajak penghasilan cenderung berkurang.
20
3) Beban Psikologis
Semakin lama seseorang menganggur semakin besar beban psikologis yang
ditanggungnya. Orang yang memiliki pekerjaan berarti ia memiliki status
sosial di tengah-tengah masyarakat. Seseorang yang tidak memiliki pekerjaan
dalam jangka waktu lama akan merasa rendah diri ( minder ) karena statusnya
yang tidak jelas.
4) Munculnya Biaya Sosial
Tingginya tingkat pengangguran akan menimbulkan pengeluaran berupa
biaya-biaya sosial seperti biaya pengadaan penyuluhan, biaya pelatihan, dan
biaya keamanan sebagai akibat kecenderungan meningkatnya tindak
kriminalitas.
2.1.5.4Kebijakan Pemerintah dalam Mengatasi Pengangguran
Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan sesuai dengan UUD 45 pasal 27 ayat 2. Sebagai solusi
pengangguran berbagai strategi dan kebijakan dapat ditempuh, untuk itu diperlukan
kebijakan yaitu :
1) Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan
jiwa kewirausahaan kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah ( UMKM )
berupa bimbingan teknis dan manajemen memberikan bantuan modal lunak
jangka panjang, perluasan pasar serta pemberian fasilitas khusus agar dapat
tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di bidangnya.
21
2) Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan
kawasan - kawasan, khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai
prioritas dengan membangun fasilitas transportasi dan komunikasi. Ini akan
membuka lapangan kerja bagi para penganggur di berbagai jenis maupun
tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia ( NKRI ) baik potensi sumber daya alam, sumber daya
manusia.
3) Membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur
seperti PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) sehingga setiap
penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian
khusus. Secara teknis dan rinci.
4) Menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu
banyak jenis perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan
Modal Asing maupun Penanaman Modal Dalam Negerisehingga
merangsang pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan
lapangan kerja.
5) Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia ( khususnya
daerah - daerah yang belum tergali potensinya ) dengan melakukan
promosi - promosi keberbagai negara untuk menarik para wisatawan asing,
mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan
dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan
banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
22
6) Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki
keterkaitan usaha atau hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan.
Dengan sinergi tersebut maka kegiatan proses produksi akan menjadi lebih
efisien dan murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan secara
bersama - sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT.
PAL Indonsia untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.
7) Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk ( meminimalisirkan
menikah pada usia dini ) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan
sisi angkatan kerja baru atau melancarkan sistem transmigrasi dengan
mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang jarang penduduk dengan
difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh pemerintah.
8) Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia ( TKI ) yang akan dikirim ke luar
negeri. Perlu seleksi secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar
negeri.Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga terampil.Hal itu dapat
dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
9) Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional
(Sisdiknas). Sistem pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas
pendidikan yang berorientasi kompetensi.Karena sebagian besar para
penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi yang tidak siap
menghadapi dunia kerja.
23
2.1.5.6 Hubungan antara nilai produksi UMKM dengan angka pengangguran
Matz (1990: 23) menyatakan apabila jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh
perusahaan jumlahnya besar maka akan menghasilkan output yang besar pula,
sehingga akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penambahan output
produksi atau tenaga kerja. Sementara itu Simanjuntak (1985: 87) menyatakan bahwa
pengusaha mempekerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barang/jasa
untuk dijual pada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha
terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang
yang diproduksi.
J. Mensah-Ansah (2014) di dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa besar
kecilnya nilai produksi industri berpengaruh positif serta signifikan terhadap
penyerapan tenaga kerja. Sementara itu Karib (2012) di dalam penelitiannya di
Sumatera Barat menyimpulkan bahwa variabel produksi merupakan faktor yang
cukup menentukan terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri
Sumatera Barat. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Caroline et al., 2007
menyimpulkan bahwa program microfinance atau UMKM dinilai efektif dalam
membatasi pengangguran serta mengurangi angka kemiskinan di negara tersebut.
Berdasarkan hal tersebut di atas maka dapat dikatakan terdapat hubungan negatif
antara Nilai produksi UMKM terhadap angka pengangguran di Provinsi Bali pada
periode 1993-2013.
24
2.2 Rumusan Hipotesis
Berdasarkan penjelasan kajian serta dasar teori diatas, maka hipotesis yang
dapat diambil di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jumlah kedatangan wisatawan asing, Kredit Usaha Kecil (KUK) pada
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan nilai produksi UMKM
secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Angka Pengangguran di
Provinsi Bali pada periode 1993-2013
2. Jumlah kedatangan wisatawan asing, Kredit Usaha Kecil (KUK) pada
sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan nilai produksi UMKM
secara parsial berpengaruh negative dan signifikan terhadap Angka
Pengangguran di Provinsi Bali pada periode 1993-2013
2.3 Model Konseptual Penelitian
Kunio and Toshiaki (2011) dalam penelitiannya menyatakan model
konseptual penelitian dinyatakan dalam bentuk skema sederhana tetapi utuh memuat
pokok-pokok unsur penelitian dan tata hubungan antara pokok-pokok unsur
penelitian, seperti pada gambar F.1
.
25
Gambar 2.1 Kerangka konseptual penelitian
Ket :
: berpengaruh secara parsial
: berpengaruh secara simultan
Berdasarkan pada gambar model konseptual penelitian, maka pada penelitian
ini akan dilakukan analisis untuk mengetahui pengaruh jumlah kedatangan wisatawan
asing, Kredit Usaha Kecil (KUK) pada sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan
nilai produksi UMKM terhadap angka pengangguran di Provinsi Bali pada periode
1993-2013.
Angka Pengangguran
(Y)
Nilai Produksi Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (X3)
Kredit Usaha Kecil (KUK)
(X2)
Jumlah kunjungan
wisatawan asing (X1)
Recommended