View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1 Bank
2.1.1 Lembaga Perbankan
a. Pengertian Perbankan
Pengertian bank menurut Undang-Undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan
sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 10 tahun 1998 (Simorangkir,
2004) adalah sebagai berikut:
1) Bank adalah badan usaha, yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
2) Bank Umum, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha yang secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
3) Bank-bank perkreditan rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan
usaha secara konvensional atau berdasrkan prinsip syariah yang dalam
kegiatanya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Jika mengacu pada definisi bank seperti di atas, maka usaha utama bank adalah
menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Begitu
juga dari sisi penyaluran dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana
bank. Begitu juga dari sisi penyaluran dana, hendaknya bank tidak semata-mata
memperoleh keuntungan saja, tetapi juga kegiatan bank tersebut harus pula diarahkan
pada peningkatan taraf hidup mesyarakat dan Bank Umum merupakan salah satu jenis
bank yang diatur dalam UU RI No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.
Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, sebuah bank membutuhkan dana, oleh
karena itu, setiap bank selalu berusaha untuk memperoleh dana yang optimal tetapi
dengan cost of money yang wajar. Menurut Hasibuan (2003), dana bank ini
digolongkan atas:
1) Loanable Funds, yaitu dana-dana yang selain digunakan untuk kredit juga
digunakan sebagaisecondary reserves dan surat-surat berharga.
2) Unloanable Funds, yaitu dana-dana yang semata-mata yang hanya dapat
digunakan sebagai primary reserves
3) Equity Funds, yaitu dana-dana yang dapat dialokasikan terhadap aktiva tetap
inventaris dan penyertaan.
Dana bank ini hanya bersumber dari dua sumber saja, yaitu dana sendiri dan dana
asing.
1) Dana sendiri (danaintern), yaitu dana yang bersumber dari dalam bank seperti
setoran modal atau penjialan saham, pemupukan cadanngan, laba yang
ditahan, dan lain-lain, dana ini sifatnya tetap.
2) Dana asing (danaekstern), yaitu dana yang bersumber dari luar bank, seperti
deposito, giro, call money, dan lain-lain. Dana ini sifatnya sementara atau harus
dikembalikan.
Semakin banyak dana yang dimiliki suatu bank, semakin besar peluang bagi bank
tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatannya dalam mencapai tujuanya. Peranan
bank sebagai lembaga keuangan tidak pernah dapat luput dari masalah kredit.Manurut
UU No. 7 Tahun 1992 sebgaimana telah diubah dengan UU.No.10 tahun 1998 tentang
perbankan, dimana memberikan kredit merupakan salah satu kegiatan usaha bank
umum. Penyaluran kredit merupakan kegiatan utama bank. Besarnya kredit yang
disalurkan akan menentukan keuntungan bank (Kasmir, 2012). Kredit yang disalurkan
kepada masyarakat memiliki arti penting baik bagi masyarakat maupun bagi bank itu
sendiri, masyarakat yang membutuhkan dana segar memperoleh pendapatan bunga,
dan bagi perekonomian secara keseluruhan, akan menggerakkan roda perekonomian.
Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan
terdapat dua jenis bank, yaitu:
1) Bank Umum
Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional
dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan
jasa dalam lalu lintas pmbayaran.
2) Bank Perkreditan Rakyat
Merupakan bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan
berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatanya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Menurut Kasmir (2012) berdasarkat kepemilikannya bank dibedakan menjadi empat
yaitu:
1) Bank Milik Negara
Dimana semua akte pendiriannya maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah,
sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.
2) Bank Milik Swasta Nasional
Merupakan bank yang sebagian besar atau seluruh modalnya dimilki oleh
swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta nasional,
demikan pula pembagian keuntungannya di miliki swasta pula.
3) Bank Milik Asing
Bank asing merupakan cabang dari bank yang ada diluar negeri baik milik
swasta maupun pemerintah asing sutau Negara.
4) Bank Milik Campuran
Bank milik campuran merupajan bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh
pihak asing dan pihak swasta nasional, diaman kepemilian sahamnya secara
mayoritas dipegang oeh Warga Negara Indonesia.
1.1.2 Fungsi pokok bank umum
Menurut Siamat (2001) bank umum memiliki fungsi pokok yang berhubungan
dengan kemajuan peekonomian suatu negara. Fungsi pokok tersebut adalah sebagai
berikut
1) Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang efisien dalam kegiatan
ekonomi
2) Menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi
3) Menghimoun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat
4) Menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana dan trustatau perwalian amanat
kepada individu dan perusahaan.
5) Menyediakan fasilitas untuk perdagangan international.
6) Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga
7) Menawarkan jasa-jasa keungan lain misalnya, credit car, transfer dana, kliring,
dan sebagainya.
1.1.3 Usaha Bank
Kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum menurut UU. No.7 tahun
1992 tentang perbankan adalah sebagai berikut:
1) Menghimpun dana dari masyarakat
2) Memberikan kredit
3) Menerbitkan surat pengakuan hutang
4) Membeli, menjual atau memberikan jaminan atas risiko sendiri maupun untuk
kepentingan dan atas perintah nasabahnya.
5) Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan
nasabah.
6) Menempatkan dana pada, meminjam dari, atau meminjamkan dana kepada
bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun
dengan wesel unjuk, cek atau sarana lain.
7) Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan atau antar pihak ketiga.
8) Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga dan lain
sebagainya.
1.1.4 Risiko Usaha bank
Menurut Siamat (2005) risiko usaha atau business risk bank merupakan tingkat
ketidakpastian mengenai sesuatu hasil yang diperkirakan atau diharapkan akan
diterima. Risiko usaha yang dapat dihadapi bank antara lain sebagai berikut:
1) Risiko kredit
Merupakan suatu risisko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah
mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya
sesuai dengan jangka waktu yang telah dijadwalkan.
2) Risiko investasi
Terjadinya kerugian akibat suatu penurunan nilai pokok dari portofolio surat-
surat berjarga.
3) Risiko likuiditas
Risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi kebutuhan
likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua penarikan
dana penabung pada suatu waktu.
4) Risiko operasional
Ketidakpastian mengenai kegiatan usaha bank merupakan risiko operasional
bank yang bersangkutan.
5) Risiko Penyelewengan
Berkaitan dengan kerugian-kerugian yang dapat terjadi akibat hal-hal seperti
ketidakjujuran dan penipuan atau moral dan perilaku yang kurang baik dari
pejabat, karyawan, dan nasabah bank.
6) Risiko fidusia
Risiko ini akan timbul apabila bank dalam usahanya memberikan jasa dengan
bertindak sebagai wali amanat baik untuk individu maupun badan usaha.
1.1.5 Sumber Dana Bank
Menurut Dendawijaya (2001) bank menghimpun sebagian besar dana untuk
membiayai kredit dan jasa keuangan lain berasal dari penjualan produk simpanan
kepada dunia usaha, perorangan dan pemerintah dan dari pinjaman dipasar uang dan
pasar modal. Sedangkan menurut Siamat (2005) sumber-sumber dana bank dalam
usahanya menghimpun dana dari simpanan dalam bentuk giro (demand deposit).
Deposito berjangka (time deposit) dan tabungan (saving deposit). Ketiga ketiga jenis
dana ini sering disebut sebagai sumber dana traditional bank. Sumber-sumber dana
dalam bentuk simpanan tersebut dapat berasal dari masyrakat maupun dari nasabah
institusi. Disamping itu sumber dana bank dapat pula berasal dari modal sendirinya dan
modal sendirinya yang tidak termaksud dari kedua sumber diatas. Sumber lainnya itu
antara lain:
1) Rekening giro
Rekening giro atau demand deposit adalah simpanan yang dapat digunakan
sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat
dengan menggunakan cek, sarana perintah pembayaran lainnya atau dengan
cara pemindahbukuan.
2) Jasa giro
Jasa giro pada prinsipnya merupakan bunga yang diberikan oleh bank kepada
giran atas sejumlah saldo gironya yang mengendap di bank.
3) Deposito berjangka
Deposito berjangka atau time deposit adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara
penyimpan dengan bank yang bersangkutan.
4) Tabungan
Tabungan atau saving deposit adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat
dengan cek atau alat yang dipersamakan dengan itu.
5) Deposit On Call
Deposit On Call sering pula disebut dengan deposito harian yaitu simpanan
pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan
pemberitahuan lebih dahulu sesuai kesepakatan pihak bank dengan nasabah.
6) Sertifikat deposito
Serifikat deposito adalah deposito berjangka yang terbukti yang bukti
simpanannya dapat diperjualbelikan.
7) Pasar uang antar bank
Sumber dana melalui pasar uang atau interbank call money market, sering pula
disingkat dengan call money, merupakan sumber yang paling cepat untuk
memperoleh dana bagi bank.
8) Pinjaman antara bank
Untuk memenuhi kebutuhan dananya, bank dapat pula melakukan pinjaman
dari bank lainnya baik untuk jangka waktu pendek maupun menengah.Pinjaman
tersebut dapat digunakan untuk menutupikebutuhan modal kerjanya atau
melakukan kerjasama antar bank dalam bidang pembiayaan bersama.
9) Repuchase agreement
Repuchase agreement atau sering disingkat sebagai repos adalah suatu
transaksi jual beli surat-surat berharga dengan perjanjian bahwa penjual akan
membeli kembali surat-surat berharga yang dijualnya tersebut sesuai dengan
jangka waktu yang ditetapkan.
10) Setoran jaminan
Setoran jaminan adalah dana yang diterima bank dari nasabah dalam rangka
pemberian jasa-jasa perbankan.
11) Dana transfer
Dana transfer oleh nasabah melalui bank merupakan sumber dana sepanjang
dana tersebut masih mengendap dan belum diambil atau belum ada perintah
pemindah bukuan dari penerima
12) Obligasi dan saham
Bank-bank dapat melakukan mobilisasi dana melalui pasar modal dana dengan
cara emisi baik da;am bentuk obligasi maupun saham. Obligasi pada dasarnya
merupakan bukti hutang dari emiten yang dijamin dengan agunan berupa harta
kekayaan milik emiten dan atau pihak ketiga dari emiten dan atau oleh
penanggung yang menanggung janji pembayaran bunga atau janji lainnya serta
pelunasan pokok pinjaman yang dilakukan pada tanggal jatuh tempo,
sekurang-kurangnya tiga tahun sejak emisi. Sedangkan saham adalah bukti
penyertaan modal dalam pemilikan suatu perseroan terbatas.
13) Kredit Likuiditas Bank Indonesia
Kredit likuditas adalah kredit yang diberikan oleh BI kepada bank yang
membutuhkan dana guna memenuhi penarikan-penarikan yang dilakukan oleh
nasabah.
14) Fasilitas diskonto
Fasilitas diskonto adalah penyediaan dana jangka pendek oleh BI dengan cara
pembelian Promes yang diterbitkan oleh bank-bank atas dasar diskonto.
15) Dana Sendiri
Dana sendiri adalah dana yang berasal dari pemegang saham maupun dari
hasil keuntungan yang diperoleh bank dari operasinya.
1.1.6 Kinerja keuangan bank
Menurut Menteri Keuangan RI berdasarkan keputusan No, 740/KMK.00/1989
tanggal 8 Juni 1989, yang dimaksud dengan kinerja adalah “prestasi yang dicapai oleh
perusahaan dalam periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan dari
perusahaan tersebut”. Untuk mengetahui prestasi yang telah dicapai oleh perusahaan
perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu.
Penilaian kinerja adalah pandangan yang diperoleh bersifat relatif karena kondisi
dan operasi perusahaan sangat bervariasi antara satu perusahaan dengan perusahaan
lainnya. Untuk itulah maka angka-angka rasio yang dihasilkan akan dapat memberikan
penilaian yang lebih berarti. Dan dalam melakukan suatu perbandingan haruslah dari
perusahaan sejenis dan pada saat dan periode yang sama (Kasmir, 2012).
Penilaian terhadap kinerja suatu bank tertentu dapat dilakukan dengan melakukan
analisis terhadap laporan keuangan sehingga akan diperoleh rasio keuangan yang
akan memperlihatkan posisi dan keuangan suatu bank pada periode tertentu.
1.1.7 Laporan keuangan bank
2.1.7.1 Pengertian laporan keungan bank
Pada dasarnya analisis laporan keuangan perbankan dipergunakan untuk
mengetahui informasi keuangan pada bank yang bersangkutan dan juga untuk
mengetahuin kesehatan bank itu sendiri.
Laporan keungan juga memberikan informasi tentang hasil-hasil usaha yang
diperoleh bank dalam sutau periode tertentu dan biaya-biaya atau beban yang
dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Informasi ini akan termuat dalam laporan
laba rugi. Laporan keuangan bank juga memberikan gambaran tentang arus kas suatu
bank yang tergambar dalam laporan arus kas (Kamsir, 2012)
Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan bank adalah daftar yang disusun pada akhir periode atas kegiatan yang telah
dilakukan atau dilaksanakan bank yang biasanya termuat dalam neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas, maupun laporan perubahan modal yang nantinya digunakan
untuk mengevaluasi kinerja suatu bank maupun untuk peramalan masa depan.
2.1.7.2 Pihak-pihak pemakai laporan keuangan bank
Menurut Kasmir (2004), adapun pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap
laporan keuangan bank adalah:
1) Pemegang saham
Bagi pemegang saham sebagai pemilik, memiliki kepentingan terhadap laporan
keuangan yaitu untuk melihat kemajuan perusahaan dalam menciptkan laba
dan pengembangan usaha bank tersebut.
2) Pemerintah
Bagi pemerintah, baik bank-bank pemerintah maupun bank swasta adalah
untuk mengetahui kemajuan dan kepatuhan bank dalam melaksanakan
kebijakan moneter dan pengembangan sector-sektor industry tertentu.
3) Manajemen
Untuk menilai kinerja manajemen bank dalam mencapai target-target yang
telah ditetapkan.Kemudian juga untuk menilai kinerja manajemen dalam
mengelola sumber daya yang dimilikinya.
4) Karyawan
Untuk mengetahui kondisi keuangan bank, sehingga pegawai atau karyawan
juga merasa perlu mengharapkan peningkatan kesejahteraan apabila bank
mengalami keuntungan dan sebaliknya.
5) Masyarakat
Bagi masyarakat luas merupakan suatu jaminan atas dananya yang disimpan di
bank.Jaminan ini diperoleh dari laporan keuangan yang ada dengan melihat
angka-angka yang ada di laporan keuangan. Dengan adanya lapiran keuangan
pemilik dana dapat mengetahui kondisi bank yang bersangkutan.
2.1.7.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan adalah menguraikan pos-pos laporan menjadi unit
informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang
mempunyai makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif
maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih
dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat (Habib,
2010)
Menurut Prastowo & Juliati (2005) merupakan suatu proses analisis terhadap
laporan keuangan dengan tujuan untuk memberikan tambahan informasi kepada para
pemakai laporan keuangan untuk mengambil keputusan ekonomi, sehingga kualitas
keputusan yang diambil menjadi lebih baik.
Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan digunakan
sebagai alat untuk membantu masyarakat dalam pengambilan keputusan
ekonomi.Dalam analisis ini, laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi
disamping itu juga dapat membantu untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik
tentang keadaan keuangan perusahaan.
2.1.7.4 Jenis-jenis laporan keuangan
Seperti lembaga lainnya, bank juga memiliki beberapa jenis laporan keuangan yang
disajikan sesuai dengan SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Menurut Kasmir (2012),
jenis-jenis laporan keuangan bank adalah
1) Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada
tanggal tertentu.Posisi keuangan dimaksudkan adalah posisi aktiva (harta),
Pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank.Penyusunan komponen di dalam
neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh tempo.
2) Laporan komitmen dan kontinjensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa janji tidak
dapat dibatalkan secara sepihak dan harus dilaksanakan apabila persyaratan
yang disepakati bersama dipenuhi. Contoh laporan komitmen adalah komitmen
kredit, komitmen penjualan, atau pembelian aktiva bank dengan syarat
Repurchase Agreement (Repo), sedangkan Laopran Kontijensi merupakan
tagihan atau kewajiban bank yang kemungkinan timbulnya tergantung pada
terjadi atau tidaknya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang.
Penyajian laporan komitmen dan kontijensi disajikan sendiri tanpa pos lama.
3) Laporan laba rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan
hasil usaha bank dalam satu periode tertentu.
4) Laporan arus kas
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek
berkaitan dengan kegiatan baik berpengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap kas.Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama
periode laporan.
5) Catatan atas laporan keuangan
Merupakan laporan yang berisi catatan tersendiri mengenai posisi devisa neto
menurut jenis mata uang dan aktivitas lainnya.
6) Laporan keuangan gabungan dan konsolidasi
Laporan keuangan gabungan merupakan laporan dari seluruh cabang-cabang
bank yang bersangkutan baik yang ada di dalam negeri maupun luar negeri
sedangkan laporan konsolidasi adalah laporan bank yang bersangkutan
dengan anak perusahaanyanya.
Laporan keuangan diatas dapat menjelaskan kinerja keuangan perusahaan adalah
melalui neraca dan laporan laba/rugi.
2.2 Profitabilitas
Laporan keuangan memperlihatkan kinerja sutau perusahaan selama periode
tertentu dinyatakan dalam ukuran kualitatif.Melalui analisis laporan keuangan tingkat
profitabilitas dapat diukur selama periode tertentu.
Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.profitabilitas menunjukkan perbandingan antara laba dengan
aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut (Kasmir, 2012).
Menurut Taswan (2006), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk
memperoleh laba dalam hubunganya dalam penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri.
Profitabilitas dari bank tidak hanya penting bagi pemiliknya, tetapi juga bagi
golongan-golongan lain didalam masyarakat. Bila bank berhasil mengumpulkan
cadangan dengan memperbesar modal, akan memperoleh kesempatan meminjamkan
dengan lebih luas/besar karena tingkat kepercayaan atau kredibilitas meningkat
(Simorangkir, 2004).
Meski ada beragam indikator penilaian profitabilitas yang lazim digunakan oleh
bank, namun dalam penelitian ini menggunakan ROA (Return On Assets), dengan
beberapa alasan:
1. Rasio Return On Assets (ROA) memperhitungkan bagaimana kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh profitabilitasnya dan manajerial efisiensi
secara menyeluruh.
Menurut Dendawijaya (2006), rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan,
semakin besar ROA suau bank semakin besar pula posisi bank tersebut dari segi
penggunaan aktiva.
2. Penilaian kesehatan bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia dilihat dari aspek
profitabilitas dilakukan dengan menggunakan indicator ROA (Return On Asset).
Maksud dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efesiensi usaha
dan kemampuan perolehan laba yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Dalam
analisis ini akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada dalam laporan
laba rugi dengan pos-pos yang ada pada neraca bank. Dengan demikian melalui analisi
profitabilitas dapat diketahui efisiensi dan efektifitas bank selama periode tertentu.
Perhitungan profitabilitas bank dapat dilakukan dengan menggunakan rasio Return
On Assets (ROA) atau tingkat pengembalian aktiva. Rumusnya:
Return On Asset = EBIT /Total Assets x 100%
EBIT adalah laba rugi bank yang diperoleh dalam periode berjalan sebelum
dikurangi pajak. Total assets merupakan komponen yang terdiri dari kas, giro pada BI,
penempatan pada bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan, pendapatan
yang masih akan diterima, biaya dibayar dimuka, dan lain sebagainya
Menurut Muljono dalam Enderayanti (2005), perubahan rasio ini dapat disebabkan
anatar lain: (1) lebih banyak assets yang digunakan, sehingga menambah operating
income dalam skala yang lebih besar, (2) adanya kemampuan manajemen untuk
mengalihkan portofolio/surat berharga kejenis yang menghasilkan income yang lebih
tinggi, (3) adanya kenaikan tingkat bunga secara umum, dan (4) adanya pemanfataan
asset-asset yang semula tidak produktif menjadi assets produktif.
Berikut ini ketentuan tingkat ROA dari Bank Indonesia dalam table 2.1
Tabel 2.1: Tingkat Return On Assets
Tingkat Peringkat
Diatas 1,22% Sehat
0,99% - 1,22% Cukup sehat
0,77% - 0,99% Kurang sehat
Dibawah 0,77% Tidak sehat
( Sumber : www.bi.go.id )
2.3 Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian
badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping
untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter (Taswan, 2006).
Pengertian kecukupan modal tersebut tidak hanya dihitung dari jumlah nominalnya,
tetapi juga dari rasio kecukupan modal, atau yang sering disebut sebagai Capital
Adequacy Ratio (CAR). Rasio tersebut merupakan perbandingan antara jumlah modal
dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Pada saat ini sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, CAR suatu bank sekurang-kurangnya sebesar 8% (Suseno,
2003)
Dendawijaya (2000) mengatakan Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang
memperlibatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal
sendiri bank, seperti dana masyarakat dan pinjaman.
Kecukupan modal adalah merupakan faktor yang penting bagi bank dalam rangka
pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian. Bank Indonesia menetapkan
CAR yaitu kewajiban penyediaan modal minimum yang harus selalu diperdebatkan oleh
setiap bank sebagai suatu proporsi tertentu dari Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). ATMR adalah nilai total masing-masing aktiva bank setelah dikalikan dengan
masing-masing bobot risiko aktiva tersebut.
Hasibuan (2005) menjelaskan bahwa Capital Adequacy Ratio yang didasarkan
pada Bank for International Settlement (BIS) adalah 8%. Hal ini merupakan salah satu
cara untuk menghitung apakah modal yang ada pada suatu bank telah memadai atau
belum. Jika modal rata-rata sutau bank lebih dari bank lainnya maka bank yang
bersangkutan akan lebih baik solvabilitasnya.
Ketetapan CAR sebesar 8% bertujuan untuk (Hasibuan, 2005):
a. Menjaga kepercayaan masyarakat kepada perbankan
b. Melindungi dana pihak ketiga pada bank yang bersangkutan
c. Untuk memenuhi ketetapan standar BIS perbankan international.
Menurut Widjanorto (2003) bahwa posisi CAR suatu bank sangat tergantung pada :
(1) jenis aktiva serta besarnya risiko yang melekat padanya, (2) kualitas aktiva atau
tingkat kolektibilitasnya, (3) total aktiva sutau bank, semakin besar aktiva semakin
bertambah pula risikonya, (4) kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dari
laba.
Selain itu menurut Widjanorto (2003), posisi CAR dapat ditingkatkan atau diperbaiki
dengan:
1. Memperkecil komitmen pinjaman yang digunakan
2. Jumlah atau posisi pinjaman yang diberikan dikurangi atau diperkecil sehingga
risiko semakin berkurang.
3. Fasilitas bank garansi yang hanya memperoleh hasil pendapatan berupa posisi
yang relatif kecil namun dengan risiko yang sama besanya dengan pinjaman ada
baiknya dibatasi.
4. Komitmen L/C bagi bank-bank devisa yang belum benar-benar memperoleh
kepastian dalam penggunaan atau tidak dapat dimanfaatkan secara efisien
sebaiknya juga dibatasi.
5. Penyertaan yang memiliki risiko 100% perlu ditinjau kembali apakah bermanfaat
optimal atau tidak.
6. Posisi aktiva dan inventaris diusahakan agar ridak berlebihan dan sekedar
memenuhi kelayakan.
7. Menambah atau memperbaiki posisi modal dengan cara setoran tunai, go public,
dan pinjam subordinasi jangka panjang dari pemegang saham
Menurut SE BI No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, secara matematis Capital
Adequacy Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut
CAR = MODAL/ATMR x 100%
Agar mencapai CAR yang tinggi maka komponen modal harus besar dan
komponen ATMR harus kecil.Dalam hal ini artinya efesiensi dalam pengelolaan jenis-
jenis aktiva yang menjadi milik bank perlu diatur agar mengandung bobot risiko tinggi
dan tidak produktif tidak dipelihara terlalu banyak oleh bank.
Disamping itu, semakin besar CAR maka keuntunngan bank juga akan semakin
besar. Dengan kata lain, semakin kecil risiko suatu bank maka semakin besar
keuntungan yang diperoleh bank. Seperti diketahui bahwa CAR juga bisa disebut rasio
kecukupan modal, yang berarti jumlah modal sendiri yang diperlukan untuk menutupi
risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman aktiva-aktiva yang mengandung
risiko serta membiayai seluruh benda tetap dan inventaris bank.
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang pengertian modal, modal bank
terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
1. Modal inti, berupa:
a. Modal disetor, yaitu modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya
b. Agio saham, yautu selisih setoran modal yang diterima oleh bank akibat harga
saham yang melebihi nilai nominal.
c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh dari sumbangan saham,
termasuk selisih antara nila yang tercatat dengan harga jual apabila saham
tersebut dijual.
d. Cadangan umum, yaitu cadangan dari penyisihan laba yang ditahan atau dari
laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan Rapat Umum
Pemegang Saham (RUPS) atau Rapat Anggota.
e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba yang ditahan dikurangi pajak yang disisihkan
untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) atan Rapat Anggota.
f. Laba yang ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh
RUPS atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.
g. Laba tahun lalu, yaitu selisih laba bersih tahun lalu setelah diperhitungkan pajak
belum ditetapkan penggunaanya oleh RUPS atau Rapat Anggota. Apabila bank
mempunyai saldo laba rugi tahun lalu, maka kerugian tersebut merupakan faktor
pengurang dari modal inti.
h. Laba tahun berjalan yaitu 50% dari laba tahun buku berjalan setelah dikurangi
pajak. Apabila pada tahun berjalan bank mengalami kerugian maka selisih
kerugian tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.
2. Modal pelengkap, berupa:
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap, yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih
penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Dirjen pajak
b. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), yaitu cadangan yang dibentuk
dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Cadangan ini dibuat untuk
menampung kerugian akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau selisih
aktiva produktif.
c. Modal pinjaman, yaitu hutang yang didukung oleh instrument atau warkat yang
memiliki sifat seperti modal dan mempunyai ciri-ciri :
1) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan
2) Tidak dapat dikuasai atau ditarik atas inisiatif pemilik tanpa persetujuan Bank
Indonesia
3) Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian
bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan0cadangan yang tremasuk
modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.
4) Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau
labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
d. Pinajaman sub-ordinasi, yaitu pinjaman dengan ciri-ciri:
1) Ada perjajian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman
2) Mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia
3) Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetujui penuh.
4) Minimal berjangka waktu 5 tahun.
5) Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank
Indonesia
Tabel 2.2: Tingkat Capital Adequacy Ratio
Tingkat Peringkat
8% keatas Sehat
6,4 - 8% Kurang sehar
Di bawah 6,4 % Tidak sehat
Sumber:www.bi.go.id
Perhitungan kecukupan modal untuk bank umum didasarkan pada Aktiva
Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).Pengertian aktiva disini adalah menyangkut aktiva
yang tercantum dalam neraca bank maupun aktiva yang bersifat administratif
sebagaimana pada kewajiban yang masih bersifat kontijen dan komitmen yang
disediakan oleh bank untuk pihak ketiga. Dalam menghitung ATMR, terhadap masing-
masing pos aktiva yang diberikan bobot risiko yang besarnya didasarkan pada kadar
risiko yang terkandung pada aktiva itu sendiri atau risiko bobot yang didasarkan pada
golongan nasabah, penjamin serta agunan.
2.4 Loan to Deposit Ratio (LDR)
Likuiditas adalah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-kewajiban keuangan
yang segera dapat dicairkan atau sudah jatuh tempo.Secara lebih spesifik likuiditas
adalah kesanggupan bank menyediakan alat-alat lancer guna membayar kembali titipan
yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman (loan) kepada masyarakat yang
memerlukan (Simorangkir, 2004).
Menurut Taswan (2006), likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi
kemungkinan ditariknya deposito/simpanan oleh deposan/penitip dana ataupun
memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit. Likuiditas bank dipandang dari dua sisi
pada neraca bank. Sebagai lembaga kepercayaan, bank harus sanggup menjalankan
fungsinya sebagai penghimpun dana dan sebagai penyalur dana untuk memperoleh
profit wajar. Pada sisi pasiva, bank harus mampu memenuhi kewajiban kepada
nasabah setiap simpanan mereka yang ada di bank ditarik.
Menurut Sinkey (1989) dalam Tawan (2006), likuiditas berfungsi sebagai berikut:
1. Menunjukkan dirinya/bank sebagai tempat yang aman untuk menyimpan uang.
2. Memungkinkan bank untuk memenuhi komitmen kreditnya
3. Menghindari penjualan aktiva yang tidak menguntungkan
4. Menghindari diri dari penyelahgunaan kemudahan atau kesan negatif dari
penguasa moneter karena meminjam dana likuiditas dari Bank Sentral
5. Memperkecil penilaian resiko ketidakmampuan membayar kewajiban penarikan
dananya.
Tingkat likuditas sutau bank dapat diukur dengan menggunakan Loan to Deposit
Ratio (LDR).Loan to Deposit Ratio adalah rasio keuangan perusahaan perbankan yang
berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR adalah suatu pengukuran tradisional yang
menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam
memenuhi permohonan pinjaman (loan request) nasabahnya.Rasio ini digunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas.Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank
meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau relative tidak likuid. Sebaliknya rasio
yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap
untuk dipinjamkan.
Jika bank mempunyai LDR yang terlalu kecil maka bank akan kesulitan untuk
menutupi simpanan nasabahnya dengan jumlah kredit yang ada, sehingga bank akan
dibebani dengan bunga simpanan yang besar, sementara bunga dari pinjaman yang
telah diterima oleh bank akan mempunyai resiko tidak ditagihnya pinjaman yang tinggi
sehingga pada titik tertentu bank akan mengalami kerugian (Susilo, 2000).
Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan perbandingan antara kredit yang diberikan
dan dana pihak ketiga, termasuk pinjaman yang diterima,tidak termasuk pinjaman sub-
ordinasi. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Simorangkir, 2004):
LDR= Total Kredit yang diberikan/total dana pihak ketiga x 100%
Batas aman LDR Sutau bank secara umum adalah sekitar 90-100 sedangkan
menurut ketentuan Bank Sentral batas aman LDR sutau bank adalah 110%.LDR dapat
pula digunakan untuk menilai strategi manajemen suatu bank.Manajemen bank yang
konservatif biasanya cenderung memiliki LDR yang relative rendah, sebaliknya
manajemen bank yang agresif memiliki LDR yang tinggi melebihi batas toleransi
(Simorangkir, 2004:147). Tolak ukur untuk tingkat Loan to Deposit Ratio yang baik
menurut BI tampak pada table 2.3
Tabel 2.3: Tingkat Loan to Deposit Ratio
Tingkat Peringkat
Dibawah 93,75% Sehat
93,75% - 97,5% Cukup sehat
97,5%- 101,25% Kurang sehat
Diatas 101,25% Tidak sehat
(sumber:www.bi.go.id)
2.5 Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio terhadap
Profitabilitas
2.5.1 Pengaruh Capital Adequacy Ratio terhadap Profitabilitas
Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio keuangan untuk mengukur
permodalan (Kasmir, 2014). Dalam dunia perbankan rasio solvabilitas sama dengan
rasio permodalan, permasalah modal adalah berapa modal yang harus disediakan oleh
pemilik sehingga keamanan pihak ketiga dapat terjaga, dengan CAR tinggi berarti bank
tersebut semakin solvable bank memiliki modal yang cukup guna menjalankan
usahanya sehingga akan meningkatnkan keuntungan yang diperoleh sehingga akan
terjadi kenaikan pada harga saham.
Suatu perusahaan akan dapat berjalan dengan baik apabila memiliki modal yang
cukup kuat. Dengan modal yang cukup kuat, maka perusahaan akan bisa menjalankan
usahanya sehingga akan memperoleh keuntungan yang kemudian dapat digunakan
kembali oleh perusahaan untuk mengembangkan usahanya. Pada dasarnya semakin
tinggi CAR maka semakin tinggi pula perolehan laba, karena bank yang mempunyai
CAR yang tinggi berarti bank tersebut mempunyai modal yang cukup untuk
melaksanakan kegiatan usahanya, dan cukup pula menanggung risiko apabila bank
tersebut dilikuidasi. Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio (CAR) juga dapat
menggambarkan bahwa bank tersebut semakin solvable karena dengan modal yang
cukup maka suatu bank akan dapat membiayai produk jasannya dan dengan nilai CAR
dan modal yang besar maka aktiva berisiko akan semakin kecil (Tadi, 2005)
Dengan permodalan yang kuat maka suatu bank akan mampu menjaga
kepercayaan masyarakat terhadap bank yang bersangkutan, sehingga masyarakat
percaya untuk menghimpun dana pada bank tersebut, dana yang terhimpun tersebut
kemudian disalurkan kembali oleh bank kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Dalam
bentuk kredit ini dapat mendorong pendapatan sehingga menghasilkan bunga yang
pada akhirnya bermuara pada laba (profitabilitas).Dengan tingkat profitabilitas inilah
bank dapat meningkatkan struktur permodalan yang kuat sehingga dapat membentuk
kondisi keuangan yang sehat.
2.5.2 Pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas
Likuditas adalah kemampuan perusahaan untuk memiliki kewajiban-kewajiban
sewaktu-waktu.Karena itu, perusahaan harus menjaga jangan sampai keuangan
perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut.Bila kewajiban tersebut tidak
dapat dipenuhi, perusahaan tersebut dianggap tidak liquid yang dapat menimbulkan
hilangnya kepercayaan masyarakat.
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan
yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai
sumber likuiditas. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin rendah kemampuan likuiditas
bank (Dendawijaya, 2000). Semakin tinggi rasio LDR maka akan semakin tidak likuid
sehingga risiko dalam berinvestasi menjadi tinggi karena perusahaan perbankan tidak
memiliki kemampuan untuk membayar kembali kewajiban atas dana nasabah (pihak
ketiga)
Loan to Deposit Ratio merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit
yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang
digunakan. Besarnya jumlah kredit yang diberikan kepada masyarakat
akanmempengaruhi besarnya laba yang nantinya akan diterima oleh bank karena salah
satu sumber pendapatan bank adalah bunga kredit yang disalurkan (Hasibuan, 2004).
Kalau bank menghendaki untuk memelihara likuiditas yang tinggi maka profit akan
turun/rendah, sebaliknya kalau likuiditas rendah maka profit menjadi tinggi. Bank yang
memiliki likuiditas yang tinggi secara umum porsi aktivanya relatif lebih besar pada
aktiva jangka pendek, sedangkan bank yang likuiditasnya rendah umumnya porsi dana
yang tertanam lebih besar pada aktiva jangka panjang (Taswan, 2006:95).
Dengan demikian tinggi rendahnya Loan to Deposit Ratio juga dapat
mempengaruhi perolehan laba, Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi berarti jumlah
kredit yang disalurkan semakin tinggi, sehingga akan menyebabkan laba meningkat.
2.6 Hasil Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian yang telah membahas tentang profitabilitas yang berpengaruh
pada berbagai aspek yang diteliti ada yang sama, ada pula yang berbeda. Berikut ini
uraian secara ringkas hasil penelitian terdahulu yang memiliki hubungan dengan
variabel-variabel yang mempengaruhi profitabilitas yang nantinya akan digunakan
sebagai acuan dan perbandingan untuk membantu memperjelas pembahasan.
Ketut (2007), dalam penelitiannya tentang “Evaluasi Pengaruh CAMEL terhadap
kinerja perusahaan (studi kasus pada perusahaan perbankan periode 1997-2001)”.
Dengan hasil penelitian tersebut adalah CAMEL (CAR, RORA, NPM, OEOI, CML, dam
LDR) berpengaruh signifikan terhadap ROA.
Haroen (2007) meneliti analisis variabel-variabel internal (keuangan) dan eksternal
(makro) yangmempengaruhi profitabilitas bank Tbk di Indonesia. Variabel bebas yang
diteliti yaitu : (1) deposit, (2) CAR diukur dengan model ATMR, (3) LDR diukur dengan
total kredit yang diberikan terhadap total dana yang dietrima, (4) Financial Investment,
(5) Gross Domestic Bruto (6) Inflasi dengan menggunakan alat analisis regresi linier
bergadna diketahui bahwa deposit, CAR, LDR, dan inflasi memiliki sifat yang dapat
mempengaruhi efesiensi ROA bank-bank yang Tbk di Indonesia dalam pencapaiannya
memperoleh profit. Adapun GDP dan financial Investment tidak memiliki pengaruh
terhadap ROA. Dalam penelitian ini peneliti berusaha mengetahui apakah variabel-
variabel yang digunakan oleh para peneliti terdahulu, terutama yang berpengaruh
dominan juga memiliki pengaruh yang sama terhadap perusahaan di industri
perbankan.
Ghozali (2007) melakukan penelitian tentang pengaruh CAR, FDR (Financing to
Deposit Ratio), BOPO terhadap profitabilitas Bank Syariah Mandiri periode Januari
2004- Desember 2006. Variabel ini menggunakan variabel bebas CAR, FDR, BOPO,
dan NPL sedangkan variable terikatnya dalah ROA.Penelitian ini menerangkan bahwa
CAR dan NPL mempunyai pengaruh positif dan sginifikan terhadap profitabilitas (ROA)
sedangkan FDR dan BOPO mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap
ROA dan secara simultan semua variable berpenngaruh terhadap ROA.
Prastiyaningtyas (2010) melakukan penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi
profitabilitas perbankan studi pada Bank Umum go public yang listing di Bursa Efek
Indonesia Tahun 2005-2008.Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
CAR, NPL, BOPO, LDR, NIM (Net Interest Margin), dan pangsa kredit.Sedangkan
variabel terikatnya adalah ROA.Penelitian ini menghasilkan CAR, NPL, BOPO, LDR,
NIM, dan pangsa kredit baik secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang di
BEJ tahun 2004-2006 pada 15 bank yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Variabel
signifikan terhadap ROA.
Ginanjar (2007) meneliti CAR sebagi variabel yang mempengaruhi profitabilitas
bank yang go public yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR sebagai variabel
babas (x) dan Profitabilitas ebagai variabel terikat (Y). Dengan metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan survey. Metode ini adalah metode penelitian yang
memperoleh fakta-fakta dan gejala-gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-
keteangan secara faktual baik tentang intitusi social, ekonomi, atau politik dari suatu
kelompok ataupun daerah, didukung dengan studi literature atau studi kepustakaan
untuk menguji hipotesis yang ada dengan menggunakan statistic uji t. berdasarkan
statistic uji t dapat disimpulkan bahwa CAR tidak mempunyai pengaruh yang positif
terhadap profitabilitas bank.
Obsorne Mathews meneliti tentangCapital and Profitability in Banks: Evidance from
US banks. Dalam penelitian ini dikatakan bahwa Banks with a surplus of capital relative
to target exhibit a strongly negative relationship between capital and profitability
relationship between capital and profitability.
Untuk lebih jelasnya, uraian di atas dapat dilihat dalam tabel 2.4
Tabel 2.4 : Penelitian Terdahulu
No. Peneliti, Tahun, dan Judul Persamaan Perbedaan
1 Sofyan Harun (2007), Analisis variabel variabel internal (keungan) dan eksternal (makro) yang mempenngaruhi profitabilitas bank.
Teknik Analisis Data menggunakan regresi linier berganda
Variabel bebas : CAR
Variabel terikat : Profitabilitas
Obyek Penelitian : 22 Bank umum nasional yang tbk di Indonesia
Tahun penelitian
Variabel bebas : deposit, inflasi, GDP, dan Financial investment.
2 Imam Ghozali (2007). Pengaruh CAR, FDR, BOPO, dan NPL terhadap Profitabilitas Bank Syariah Mandiri.
Teknik Analisis Data menggunakan regresi linier berganda
Variabel bebas : CAR dan LDR
Variabel terikat : Profitabilitas
Obyek Penelitian : Bank Syariah
Tahun Penelitian
Variabel bebas : FDR dan NPL
3. Prastiyaningtyas (2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas perbankan studi pada Bank Umum go public yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2008
Variabel Bebas : CAR dan LDR
Variabel Terikat : Profitabilitas
Obyek Penelitian : Bank Umum go Publik di BEI
Tahun Penelitian
Variabel bebas : NPL, LDR, NIM, dan pangsa kredit
4 R. Arif Ginanjar (2007). Pengaruh tingkat kecukupan modal (CAR) terhadap profitabilitas bank (penelitian pada bank-bank go public yang terdaftar di BEJ)
Variabel bebas : CAR dan LDR
Variabel terikat : Profitabilitas
Obyek Penelitian : Bank yang go public di BEJ
Tahun penelitian
Teknik analisis data,
5. Obsorne Mathews (2013). Capital and Profitability in Banks: Evidance from US banks
Variable bebas : CAR
Variabel Terikat : ROA
Tahun Penelitian
Obyek Penelitian : US banks .
2.7 Kerangka Berpikir
Sektor perbankan merupakan salah satu sector yang sangat penting dalam
menopang jalannya laju roda perekonomian suatu daerah, negara, bahkan dunia,
karena bank berfungsi sebagai suatu perantara dalam mobilitas dan atau arus lalu
lintas keuangan. Fungsi bank senagai financial intermediaries merupakan aktivitas
penting dalam suatu perekonomian yang menimbulkan aliran dana dari pihak yang tidak
produktif kepadqa pihak yang produktif dalam mengelolah dana. Dimana dana yang
disalurkan tersebut digunakan oleh penerima dana untuk kegiatan produktif yang akan
memberikan nilai tambah terhadap faktor produksi.
Peranan bank sebagai lembaga perantara tidak bisa lepas dari masalah kredit.
Karena usaha bank pada dasarnya ada dua yaitu penghimpunan dan dan menyalurkan
dana kembali ke masyarakat. Sebagai lembaga perbankan, bank tidak hanya dibuthkan
atau bermanfaat bagi individu dan masyarakat secara keseluruhan tetapi juga sangat
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi sutau negara. Dalam
intermediasi, dana yang dikerahkan atau dimobililasi oleh sutau bank selanjutnya akan
disalurkan atau diinvestasikan ke sektor-sektor ekonomi yang produktif yang dapat
meningkatkan kegiatan ekonomi suatu Negara. Melihat peranan perbankan yang
sangat strategis tersebut, maka kesehatan dan stabilitas perbankan menjadi sesuatu
hal yang sangatlah penting dan vital karena kesehatan dan stabilitas sector perbankan
akan sangat berpengaruh terhadap pasang surut suatu perekonomian.
Tingkat profitabilitas besarnya fluktuatif tergantung faktor-faktor yang
mempengaruhinya sehingga bank melakukan berbagai upaya untuk memperbesar hal-
hal atau faktor yang berhubungan positif dengan profitabilitas diantaranya adalah
Capital Adequacy Ratio dan Loan to Deposit Ratio. Tingkat profitabilitas ini diukur
dengan menggunakan rasio keuangan Return On Assets (ROA) karena ROA lebih
memfokuskan pada kemampuan perusahaan untuk memperoleh earning dalam operasi
perusahaan secara keseluruhan. Selain itu juga Bank Indonesia (BI) lebih
mengutamakan ROA daripada Return On Equity (ROE) karena BI lebih mengutamakan
nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan asset yang dananya sebagian besar
berasal dari dana simpanan masyarakat sehinga ROA lebih mewakili dalam mengukur
tingkat profitabilitas. Capital Adequacy Ratio adalah rasio yang memperlibatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, seperti
dana masyarakat dan pinjaman. Sedangkan Loan to Deposit Ratio(LDR) adalah rasio
keuangan perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR
adalah suatu pengukuran yang menunjukkan deposito berjangka, giro, tabungan, dan
lain-lain yang digunakan dalam memenuhi permohonan pinjaman (loan request)
nasabahnya.
Kedua rasio tersebut umumnya digunakan untuk menilai tingkat kesehatan
perbankan.Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio mengindikasikan bahwa bank telah
mempunyai modalyang baik dalam menunjang kebutuhannya. Sehingga kenaikan rasio
CAR akan diikuti oleh pemenuhan laba yang lebih baik pula karena dengan naiknya
CAR membuat bank leluasa dalam pengembangan usahanya dan lebih baik dalam
menampung kemungkinan adanya risiko kerugian dan Loan To Deposit Ratio (LDR) jika
bank mempunyai LDR terlalu rendah atau terlalu tinggi maka akan sulit meningkatkan
labanya. Jadi dengan demikian LDR sifatnya harus stabil. Dengan ini maka disimpulkan
bahwa LDR yang stabil akan berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Uraian
kerangka berpikir dapat disimpulkan dengan gambar 2.1
Gambar 2.1: Kerangka Berpikir
2.8 Hipotesis Penelitian
1. Terdapat pengaruh CAR terhadap profitabilitas bank BUMN yang listingdi BEI
Periode 2002-2012
2. Terdapat pengaruh LDR terhadap profitabilitas bank BUMN yang listingdi BEI
Periode 2002-2012
3. Terdapat pengaruh CAR dan LDR terhadap profitabilitas bank BUMN yang
listingdi BEI Periode 2002-2012
2.9 Ruang lingkup dan keterbatasan penelitian
2.9.1 Ruang Lingkup
Variabel-variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel bebas
(independen) yaitu CAR (X1) dan LDR (X2).Sedangkan untuk variabel terikat
Perbandingan Modal dan ATMR
Capital Adequacy Ratio
Loan To Deposit Ratio
Perbandingan Total Kredit yang diberikan dan DPK
Profitabilitas
EBIT dan
Total Aset
Laporan Keuangan
(dependen) yaitu profitabilitas (Y). Subyek penelitian dala penelitian ini adalah
perusahaan perbankan BUMN yang listing di BEI.
Jabaran variabel dalam penelitian ini adalah bertitik tolak dari variabel yang telah
ditentukan kemudian dijabarkan menjadi indikator-indikator dan ditentukan item-item
yang akan diukur. Adapun jabaran variabelnya adalah dapat dilihat pada tabel 2.5
berikut :
Tabel 2.5: Ruang Lingkup
Variabel Indikator Teknik Pengumpulan
Data
Bebas CAR
LDR
Modal dibagi aktivs tertimbang menurut resiko (ATMR) dikali
100% Total kredit yang
diberikan dibagi total Dana Pihak Ketiga
dikali 100%
Dokumentasi
Dokumentasi
Terikat ROA
EBIT dibagi total asset
dikali 100%
Dokumentasi
2.9.2 Keterbatasan penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan sebagai berikut :
a. Pengaruh kinerja keuangan perbankan meliputi CAR dan LDR sedangkan rasio-
rasio lainnya tidak ikut di analisis dan di anggap konstan
b. Data dan laporan keuangan yang digunakan adalah data dan laporan keuangan
yang dipublikasikan oleh bank Indoneisa pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
c. Periode observasi yang digunakan adalah periode tahunan yaitu 2002-2012
Recommended