View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Definisi Kehamilan
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya
hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan) dihitung dari
konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai 6
bulan, teriwulan ke tiga dari bulan ke tujuh sampai 9 bulan (Manuaba,
IBG, 1999).
Kehamilan melibatkan perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta
perubahan social didalam keluarga. Pada umumnya kehamilan
berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat cukup
bulan melalui jalan lahir, namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sistem penilaian resiko tidak dapat memprediksi apakah ibu
hamil akan bermasalah selama kehamilan. Oleh karena itu pelayanan /
asuhan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan
mendukung kesehatan ibu hamil normal dan mendeteksi ibu dengan
kehamilan normal.
2. Pelayanan Antenatal
a. Pengertian
Menurut saifuddin (2002) pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga professional (dokter,bidan) untuk ibu selama
7
masa kehamilannya sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal
yang meliputi 7T (timbang, tensi, TFU, TT, Tablet FE, Tes PMS,
Temu wicara).
Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya
berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini dapat
diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam persalinan.
b. Tujuan
Tujuan utama asuhan antenatal adalah untuk mempersiapkan mental
ibu hamil untuk menghadapi persalinan dan memantau keadaan ibu
hamil dan janin.
c. Frekuensi Kunjungan
Menurut saifuddin (2002) seorang ibu hamil minimal harus
memeriksakan kehamilan sebanyak 4 kali selama kehamilan yaitu satu
kali pada TM I, satu kali pada TM II, dan dua kali pada TM III, namun
menurut wiknjosastro (2002) jadwal pemeriksaan ANC yang ideal
adalah sekali dalam sebulan saat mulai terlambat haid sampai
kehamilan 28 minggu, sekali dalam 2 minggu pada kehamilan 28-36
minggu. Sekali dalam seminggu pada kehamilan diatas 36 minggu.
d. Standar Pelayanan Antenatal
Standar waktu kelayakan ANC tersebut ditentukan untuk menjamin
mutu pelayanan, khususnya dalam memberikan kesempatan yang
cukup dalam menangani kasus resiko yang ditemukan (Dep Kes RI,
1995). Menurut Dep Kes RI (1995) pelayanan antenatal mempunyai
8
standar, meliputi..
1) Kunjungan I
a) Identitas, keluhan
b) Riwayat kehamilan
c) KB
d) Pemeriksaan fisik diagnostic dan Laboratorium
e) Pemeriksaan Obstetri
f) Pemberian imunisasi TT
g) Pemberian obat
h) Penyuluhan
2) Kunjungan Ulang
a) Anamnesa
b) Pemeriksaan
(1) Umum
(2) Khusus
(3) LAB, HB, Urine atas indikasi
(4) Pemberian TT bila perlu
(5) Pemberian obat / Vitamin
(6) Penyuluhan
3. Perilaku
a. Pengertian perilaku
Semua kegiata/ aktifitas manusia, baik dapat di amati secara langsung
maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri
9
dari persepsi ( perception ), respon terpimpin (guided respon),
mekanisme (mechanisme), adaptasi (adaptation). (Notoadmodjo, 2003)
Menurut skiner dalam Notoadmodjo ( 2003 ), merumuskan bahwa
perilaku merupakan respon / reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Adapun perilaku manusia antara lain :
1) Perilaku tertutup ( covert behavior )
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
masih belum dapat diamati orang lain ( dari luar ) secara jelas.
Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang
bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior
yang dapat diukur adalah pengetahuan dan sikap.
2) Perilaku terbuka ( overt behavior)
Perilaku terbuka ini terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut
sudah berupa tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang lain
atau observable behavior.
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor- faktor penentu atau determinan perilaku manusia sulit untuk
dibatasi karena perilaku merupakan hasil dari resultasi dari berbagai
faktor, baik internal maupun eksternal (lingkungan). Pada garis
besarnya perilaku manusia dapat terlihat dari 3 aspek yaitu aspek fisik,
psikis dan sosial. Akan tetapi dari aspek tersebut sulit untuk ditarik
garis yang tegas dalam mempengaruhi perilaku manusia. Secara lebih
10
terperinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari
berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehandak,
minat, motivasi, persepsi, sikap.
Perilaku seseorang / subyek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-
faktor baik dari dalam maupun luar subyek. Dalam perilaku kesehatan
menurut Lowrence Green Notoadmodjo ( 2003 ) terbagi 3 teori
penyebab masalah kesehatan yaitu
1) Faktor-faktor predisposisi ( Predisposing factors ) yaitu Faktor-
faktor yang mempermudah/mempredisposisi terjadiya perilaku
seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai, tradisi.
2) Faktor pemungkin ( Enabling factors ) yaitu Faktor- faktor yang
memungkinkan / memfasilitasi perilaku atau tindakan. Artinya
faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana/fasilitas untuk
terjadinya perilaku kesehatan.
3) Faktor- faktor penguat ( Reinforcing factors )
4. Kecemasan
I. Pengertian kecemasan
Kecemasan merupakan pengalaman manusia yang universal, suatu
respon emosional yang tidak baik dan penuh kekhawatiran. Suatu rasa
yang tidak terekspresikan dan tidak terarah karena suatu sumber
ancaman atau pikiran sesuatu yang akan datang tidak jelas dan tidak
teridentifikasi sehingga memungkinkan seseorang mengambil tindakan
11
untuk mengatasi ancaman ( Kaplan dan Sadock, 1999). Sedangkan
menurut Rasmun (2004), kecemasan adalah perasaan yang tidak
menyenangkan tidak menentu dari individu dimana penyebabnya tidak
pasti atau tidak ada objek yang nyata.
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang
menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam
berbagai situasi kehidupan maupun gangguan sakit. Selain itu
kecemasan dapat menimbulkan reaksi tubuh yang akan terjadi secara
berulang, seperti rasa kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar,
keringat banyak, sakit kepala, rasa mau buang air kecil dan buang air
besar. Perasaan ini disertai perasaan ingin bergerak untuk lari
menghindari hal yang dicemaskan ( Stuart and Sundeen, 1998).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan
adalah perasaan yang tidak mempunyai suatu objek yang nyata,
merupakan suatu sinyal yang menyadarkan akan bahaya yang
mengancam dan memungkinkan seseorang untuk mengatasi ancaman
tersebut. Dalam keadaan cemas seseorang mengalami perasaan gelisah,
khawatir, atau cemas yang bersifat subjektif dan adanya aktifitas sistem
saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak jelas dan
tidak spesifik yang dimanifestasikan oleh tingkah laku psikofisiologi
dan berbagai pola perilaku.
12
b. Fungsi adaptif dari kecemasan
Kaplan dan Sadock (1999), menyatakan bahwa kecemasan sebagai
suatu sinyal peringatan, kecemasan dapat dianggap sebagai emosi yang
sama seperti ketakutan.
c. Faktor predisposisi
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) teori yang dikembangkan untuk
menjelaskan terjadinya kecemasan adalah :
1) Teori psikoanalitik
Dalam pandangan psikoanalitik kecamasan adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif
seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
2) Teori interpersonal
Menurut pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan
takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan
trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah terutama
mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.
13
3) Teori perilaku
Menururt pandangan perilaku kecemasan merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku
menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan untuk belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
4) Teori keluarga
Intemsitas cemas yang dialami oleh individu kemungkinan
memiliki dasar genetik. Orang tua yang memiliki gangguan cemas
tampaknya memiliki resiko tinggi untuk memiliki anak dengan
gangguan cemas. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan
kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatau
keluarga.
5) Teori biologi
Kajian biologi menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin membantu
mengatur kecemasan. Penghambat asam aminobutirik-gamma
neroregulator (GABA) dan endorfin juga memainkan peran utama
dalam mekanisme biologis berhubungan dengan kecemasan.
Beberapa faktor pencetus yang dapat menyebabkan terjadinya
kecemasan menurut Stuart dan Sundeen (1998) antara lain :
(a) Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi
ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya
14
kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
(b) Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi.
d. Menurut Supratiknya (2000)
Menyebutkan bahwa penderita kecemasan secara umum menimbulkan
gejala-gajala sebagai berikut :
1) Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was dan keresahan yang
bersifat tidak menentu.
2) Sulit konsentrasi dan mengambil keputusan serta takut salah.
3) Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah
4) Sering mengalami gangguan pernafasan dan jantung berdebar-
debar tanpa sebab yang jelas
5) Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan dan sering
merasa tidak mampu, minder, depresi dan serba salah
6) Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap tegang,
lamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang
datang secara tiba-tiba atau tidak biasa dan selalu melakukan
gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti mematah-matahkan
kuku jari
7) Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan
sekitar atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering
buang air kecil dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan
mimpi buruk
15
8) Sering mengalami anxiety attack atau tiba tanpa ada pemicu yang
jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa jantung berdebar-debar, sulit
bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencing-
kencing atau sakit perut
e. Rentang respon kecemasan
RENTANG RESPON KECEMASAN
Respon adaptif Respon maladaptif
Antisipasi Ringan sedang Berat Panik
Gambar 2.1 Rentang Respon Kecemasan
(Stuart dan Sundeen, 1998)
f. Faktor yang mempengaruhi respon kecemasan
Menurut Rasmun (2004), kemampuan individu dalam merespon
kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
1) Sifat stresor
Sifat stresor dapat berubah secara tiba-tiba atau berangsur-angsur
dan dapat mempengaruhi seseorang dalam menghadapi kecemasan,
tergantung mekanisme koping seseorang.
2) Jumlah stressor yang bersamaan
Pada waktu yang sama terdapat sejumlah stresor yang harus
16
dihadapi bersama. Semakin banyak stresor yang dialami seseorang,
semakin besar dampaknya bagi fungsi tubuh sehingga jika terjadi
stresor yang kecil dapat mengakibatkan reaksi yang berlebihan.
3) Lama stressor
Memanjangnya stressor dapat menyebabkan menurunnya
kemampuan individu mengatasi stress, karena individu telah berada
pada fase kelelahan, individu sudah kehabisan tenaga untuk
menghadapiu stressor tersebut.
4) Pengalaman masa lalu
Pengalaman masa lalu individu dalam menghadapi kecemasan
dapat mempengaruhi individu ketika menghadapi stresor yang
sama karena individu memiliki kemampuan beradaptasi atau
mekanisme koping yang lebih baik, sehingga tingkat kecemasan
pun akan berbeda dan dapat menunjukkan tingkat kecemasan yang
lebih ringan.
5) Tingkat perkembangan
Tingkat perkembangan individu dapat membentuk kemampuan
adaptasi yang semakin baik terhadap stresor. Pada tiap tingkat
perkembangan terdapat sifat stresor yang berbeda sehingga resiko
terjadi stres dan kecemasan akan berbeda pula.
g. Tingkat kecemasan
Stuart dan Sundeen (1998) membagi kecemasan menjadi 4 tingkat,
yaitu :
17
1) Kecemasan ringan
Seseorang dengan kecenasan ringan, dapat dijumpai hal- hal
sebagai berikut :
(a) Persepsi dan perhatian meningkat, waspada
(b) Mampu mengatasi situasi masalah
(c) Dapat mengutarakan pengalaman masa lalu, saat ini, dan masa
yang akan datang, menggunakan belajar, dapat menvalidasi
secara konseptual, merumuskan makna.
(d) Ingin tahu, mengulang pertanyaan.
(e) Kecenderungan untuk tidur
2) Kecemasan sedang
Seseorang dengan kecemasan sedang biasanya menunjukkan
keadaan seperti :
(a) Persepsi agak menyempit, secara selektif tidak perhatian tetapi
dapat mengarahkan perhatian
(b) Sedikit lebih sulit untuk konsentrasi, belajar menurut upaya
lebih
(c) Memendang pengalaman saat ini dengan masa lalu
(d) Dapat gagal untuk mengenali apa yang sedang terjadi pada
situasi, akan mengalami kesulitandalam beradaptasi dan
menganalisa
(e) Perubahan suara atau ketinggian suara
18
(f) Peningkatan frekuensi pernafasan dan jantung
(g) Teremor, gemetar
3) Kecemasan berat
Seseorang dengan kecemasan berat dapat dijumpai dengan hal-hal
sebagai berikut :
a. Persepsi sangat berkurang atau berfokus pada hal-hal detail
tidak dapat berkonsentrasi lebih bahkan ketika diinstruksikan
untuk melakukannya.
b. Belajar sangat terganggu, sangat mudah mengalihkan
perhatian, tidak mampu berkonsentrasi.
c. Memandang pengalaman saat ini dengan arti masa lalu, hampir
tidak mampu untuk memahami situasi saat ini.
d. Berfungsi secara buruk, komunikasi sulit dipahami.
e. Hiperventilasi, takikardi, sakit kepala, pusing, mual.
4) Tingkat Panik
Seseorang dengan tingkat panik, dapat dijumpai hal-hal sebagai
berikut:
a. Persepsi yang menyimpang, fokus pada hal yng tidak jelas.
b. Belajar tidak dapat terjadi.
h. Pengukuran kecemasan
Menurut Hawari (2001), untuk mengetahui sejauh mana tingkat
kecemasan diperlukan alat ukur (instrumen) yang dikenal dengan
19
nama Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A). cara mengukurnya
menggunakan skala Likert, yaitu bila jawaban : sangat jarang diberi
skor 1, kadang- kadang di beri skor 2, sering diberi skor 3 dan selalu
diberi skor 4.
5. Trimester III Kehamilan
M.Cristin dan Narulita yusron (2006), menjelaskan Trimester ke-III
kehamilan adalah bulan ke tujuh sampai 9 bulan, dan TM III ini banyak
mengalami perubahan tekanan psikologis ibu yaitu
a. Kondisi financial
Masalah financial ini sering merupakan masalah besar dan
menimbulkan stress.
Perubahan pada ibu yang bisa membuat terjadinya gejolak perasaan
bisa disebabkan oleh factor ketidaknyamanan fisik dan mental,
sehingga membuat para ibunya stress. Perasaan untuk segera
melahirkan begitu kuat rasanya seperti cepat-cepat menyelesaikan
semuanya dan bertemu dengan bayi anda.
b. Dukungan pasangan
Kehamilan adalah akibat hubungan antara suami istri, tetapi banyak
suami yang masih enggan ikut serta menanggung resiko yang dihadapi
istrinya saat mengandung. Kondisi seperti ini akan membuat ibu
hamilnya stress menjelang hari-hari persalinannya.
c. Dukungan keluarga
Karena berbagai factor banyak pasangan suami istri yang memiliki
20
hubungan yang kurang baik dengan masing-masing keluarga kehadiran
orang-orang terdekat saat menjelang persalinan sangat berpengaruh
terhadap kondisi kejiwaan pasangan suami-istri
6. Persalinan
a. Pengertian
Persalinan adalah proses mendorong keluar (ekpulsi) hasil pembuahan
yaitu janin yang viable, janin dan ketuban dari dalam uterus melalui
vagina (Varney, 2002)
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan Uri)
yang dapat hidup di dunia dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain
(Muchtar, 1998).
b. Faktor-faktor essensial persalinan
Bobak tahun 2005 menjelaskan ada 5 faktor essensial yang
mempengaruhi persalinan yaitu:
1) Passanger (janin dan plasenta)
ukuran kepala janin, presentasi janin, letak janin, sikap janin, posisi
janin.
2) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, servik, vagina dan dasar
panggul.
3) Power (kekuatan ibu) yaitu
Kontraksi, Retraksi otot-otot rahim dan kerja otot-otot voolunter
dari ibu, yaitu kontraksi otot perut dan diafragma sewaktu ibu
21
mengejan.
4) Posisi ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan
5) Psychologic respon (respon psikologis)
c. Proses Terjadinya Persalinan
Manuaba (1999), menjelaskan tentang teori terjadinya persalinan yaitu:
1) Teori Kadar Progesteron
Progesterone yang memiliki tugas mempertahankan kehamilan
semakin menurun sehingga rahim mudah dirangsang oleh
oksitosin.
2) Teori oksitosin
Menjelang kelahiran kadar oksitosin semakin meningkat sehingga
cukup kuat merangsang persalinan.
3) Teori regangan otot rahim
Dengan meregangkan otot rahim dalam batas tertentu
menimbulkan kontraksi persalinan dengan sendirinya.
4) Teori prostaglandin
Prostaglandin dapat dihasilkan oleh lapisan dalam rahim diduga
dapat menyebabkan kontraksi rahim. Pemberian prostaglandin dari
luar dapat merangsang kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan
atau gugur kandungan
22
d. Tanda-tanda persalinan
Gejala-gejala yang terjadi sebelum persalinan dan gejala persalinan
(Hadi, 2006).
1) Gejala sebelum persalinan
Kontraksi menjadi lebih sering, cairan yang keluar dari vagina
bertambah kental dan banyak, terjadi bercak dan perdarahan
sumbat lendir mulai terlepas, menderita diare, janin mulai
menurun, BB mulai menurun dan tidak terjadi kenaikan BB,
tekanan pada lubang anus dan pinggul makin bertambah.
2) Gejala persalinan
Kontraksi menjadi lebih menjadi-jadi dan lebih sering, begitu pula
dengan rasa nyeri, semuanya berjalan lebih teratur, rasa nyeri
dimulai dari daerah punggung bagian bawah lalu kebawah perut,
kemudian ke daerah kaki, kontraksi yang terjadi biasanya disertai
diare dan mungkin bisa dirasakan seperti gangguan seperti pada
saluran pencernaan, vagina mengeluarkan darah berwarna merah
muda, ketuban pesah (baik semburan atau tetesan)
e. Tahap-tahap Persalinan
1) Kala I
Kala I dimulai dari tanda-tanda persalinan dan berakhir ketika
pembukaan mulut rahim sudah lemgkap biasanya berlangsung
antara 10-14 jam.( Manuaba, 1999)
Kala I (Kala pembukaan) dibagi 2 fase :
23
(1) Fase Laten
Fase dimana pembukaan servik berlangsung lambat sampai 3
cm yang berlangsung dalam 7-8 jam
(2) Fase aktif
Fase ini berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 substase
yaitu periode akselerasi berlangsung 2 jam menjadi 4 cm,
periode dilatasi maksimal berjalan selama 2 jam pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm. periode deselarasi,
berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi
10 cm.
2) Kala II
Kala ini di mulai dari saat mulut rahim penuh hingga janin lahir.
Dengan kekuatan dan bertambah kekuatan mengejan sehingga
dapat mendorong janin hingga lahir. Kala ini dapat berlangsung
selama 1-2 jam.
3) Kala III
Kala III dimulai dari lahirnya bayi sampai keluarnya plasenta
membutuhkan waktu 10-15 menit.
4) Kala IV
Kala IV merupakan kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi
lahir dan lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap
bahaya post partum. Kala IV di awali dengan keluarnya plasenta
dan berakhir ketika uterus tidak relaksasi lagi, yaitu saat bahaya
24
perdarahan post partum telah lewat (indriat, 2007; Mochtar, 1998)
f. Cara meneran
Cara meneran saat proses persalinan adalah dengan mengikuti
dorongan alamiah selama kontraksi, beristirahat dan berhenti meneran
diantara kontraksi, tidak mengangkat bokong saat meneran.(Affandi
dkk, 2003)
25
B. Kerangka Teori
Dari berbagai penjelasan tersebut diatas, maka dapat dilihat suatu kerangka
teori:
Gambar 2.1 Kerangka teori
Sumber : (Green dalam Notoadmodjo, 2005 dengan modifikasi)
Keterangan :
= Tidak diteliti
= Diteliti
Faktor Pendorong :1. Sarana2. Perilaku
kesehatan
Kecemasan ibu hamiltrimester III dalammenghadapi persalinan :1. Kecemasan ringan2. Kecemasan sedang3. Kecemasan berat4. Panik
Faktor Predisposisi :- Pengetahuan- Sikap- Keyakinan- Kepercayaan- Persepsi
Faktor Pendukung :- Pengetahuan Hamil- Kondisi financial- Dukungan suami- Dukungan keluarga
Frekuensi ANC :1. Sesuai dengan
rumusan kunjungan2. Tidak sesuai dengan
rumusan kunjungan
26
Kecemasan dalammenghadapi persalinan
Frekuensi Kunjungan
ANC Selama Hamil
C. Kerangka Konsep
Frame work suatu yang abstrak logical secara arti harfiah dan akan membantu
peneliti dalam menghubungkan penelitian dengan body dan knowledge
( Norsalam, 2001 ).
Variable independent Variabel dependent
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
D. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada Hubungan antara Frekuensi Antenatal Care Selama Kehamilan
Dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam Menghadapi
Persalinan.
Ho : Tidak Ada Hubungan antara Frekuensi Antenatal Care Selama
Kehamilan Dengan Kecemasan Ibu Hamil Trimester III Dalam
Menghadapi Persalinan.
Recommended