View
132
Download
8
Category
Preview:
DESCRIPTION
GBE analisis
Citation preview
BAB IV
ANALISIS LINGKUNGAN
PTP NUSANTARA XIII (PERSERO)
Lingkungan makro merupakan lingkungan tempat semua organisasi
beroperasi, yang terdiri atas: lingkungan Budaya, lingkungan Demografi, lingkungan
politik dalam negari, pembangunan Ekonomi, lingkungan Pemerintah, industri dan
kebijakan sektoral, lingkungan teknologi informasi, lingkungan politik internasional,
keuangan dan kebijakan fiskal, lingkungan alam, lingkungan teknologi proses,
ekonomi regional, dan lingkungan sosial.
4.1. Analisis Lingkungan Demografi
Demografi merupakan sebuah disiplin ilmu yang mempelajari tentang
populasi penduduk baik itu dalam sebuah wilayah maupun dalam suatu ruang lingkup
perusahaan. Beberapa variabel demografi adalah usia, jenis kelamin, erhnicity,
pendidikan, pendapatan, pekerjaan, dan agama dan lain sebagainya, termasuk
kepadatan penduduk dalam sebuah wilayah, yang akan mempengaruhi tenaga kerja,
tempat bekerja, supply dan demand terhadap barang dan jasa, dan struktur biaya
perusahaan. Semua akibat yang telah disebutkan diatas akan mempengaruhi peluang
perusahaan dan tantangan perusahaan dalam menganalisa lingkungan eksternal
mereka.
Pada kesempatan ini akan dijelaskan analisis demografi PTP Nusantara XIII
(Persero) dilihat dari sisi jumlah karyawan (komparatif 2 tahun) dan deskripsi
pengembangan kompetensinya. Pembagian tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Karyawan Berdasarkan Golongan/Jabatan dan Honorer
Realisasi tenaga kerja sampai dengan 31 Desember 2006 di bawah realisasi
tahun 2005 sebanyak 164 orang atau 1,22%. Hal ini disebabkab adanya karyawan
yang pensiun normal.
29
Tabel 4-1: komposisi karyawan berdasarkan Golongan/Jabatan dan Honorer
Sumber: Laporan tahunan 2006, PTPN XIII
2. Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
PTP Nusantara XIII (Persero) mempunyai karyawan dengan tingkat
pendidikan terdiri dari 0,02% tingkat Doktor, 0,14% Master, 2,45% tingkat Sarjana,
1,3% Diploma, 35,69% SMA, 18,50% SMP dan 41,83% SD. Kebanyakan dari
karyawan (SD, SMP, dan SMA) bekerja di lapangan (tenaga panen dan pemeliharaan
kebun, kerani, tukang ketik, dsb) dan di pabrik (operator, kerani, tukang ketik, dsb).
Tabel 4-2: Komposisi Karyawan Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Sumber: Laporan tahunan 2006, PTPN XIII
30
3. Pembinaan dan Pemgembangan Kompetensi Karyawan
Dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), pada tahun
2006 telah direalisasi pembinaan dan pengembangan karyawan berupa pelatihan,
kursus dan seminar untuk 2.021 orang, berarti menurun 531 orang dibandingkan
tahun 2005 sebanyak 2.552 orang seperti tabel berikut ini. Penurunan ini disebabkan
adanya Program pengurangan biaya sehingga diklat dilakukan lebih selektif
berdasarka skala prioritas.
Tabel 4-3: Pembinaan dan Pengembangan Kompetensi Karyawan
Sumber: Laporan tahunan 2006, PTPN XIII
4.1.1. Peluang
Adapun peluang-peluang adalah sebagai berikut:
1. Jumlah karyawan yang memiliki pendidikan tinggi jauh lebih sedikit daripada
karyawan yang berpendidikan rendah seperti SD, SMP, SMA dan diploma,
sehingga masih banyak peluang untuk lulusan Sarjana, Magister, dan Doktor.
2. Karena rata-rata karyawan berpendidikan SD, SMP, dan SMA maka modal tetap
tiap bulan yang dikeluarkan oleh PTP Nusantara XIII (Persero) untuk menggaji
karyawan lebih sedikit bila dibandingkan dengan perusahaan lain yang
mempekerjakan karyawan dengan pendidikan rata-rata Diploma ke atas, sehingga
perusahaan akan memperoleh laba yang besar.
31
3. PTP Nusantara XIII (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
agrobisnis dengan arah pengembangan perusahaan secara horizontal (perluasan
lahan), sehingga membuka peluang kerja kepada masyarakat yang barada di
lingkungan PTP Nusantara XIII (Persero).
4.1.2. Ancaman
Adapun ancaman yang dihadapi oleh PTP Nusantara XIII (Persero) adalah
sebagai berikut:
1. PTP Nusantara XIII (Persero) menjadi terancam apabila karyawan merasa kecewa
terhadap perusahaan sehingga melakukan mogok kerja dan demonstrasi, sehingga
berdampak negatif pada proses produksi dan pendapatan perusahaan.
2. Banyak karyawan yang enggan bekerja bahkan berhenti bekerja karena gaji yang
mereka terima tidak sesuai dengan pekerjaan yang mereka lakukan sehingga.
3. Terjadinya cemburu sosial diakibatkan oleh perbedaan tingkat pendidikan antara
atasan dan bawahan dalam suatu perusahaan.
4.1.3. Implikasi Bisnis
Status sosial dan tingkat pendidikan sering kali menyebabkan konflik yang
berkepanjangan baik dalam masyarakat maupun dalam lingkungan perusahaan. Oleh
sebab itu bagi masyarakat yang memiliki status sosial lebih tinggi tentunya
mempunyai rasa sosial tinggi terhadap orang yang memiliki status sosial rendah. Hal
ini harus dimiliki oleh PTP Nusantara XIII (Persero) supaya tidak terjadi konflik dan
kecemburuan sosial antara atasan dengan bawahan.
4.2. Analisis Lingkungan Sosial dan Budaya
Budaya adalah satu set nilai, penuntun, kepercayaan, pengertian, norma,
falsafah, etika, dan cara berpikir. Budaya yang ada di suatu lingkungan, sangat besar
pengaruhnya terhadap pembentukan pribadi yang berada di dalam lingkungan
tersebut.
32
Setiap lingkungan tempat tinggal memiliki budaya yang dibuat oleh nenek
moyang dan diturunkan secara turun temurun dari generasi ke generasi untuk dianut
dan dilestarikan bersama.
Perusahaan adalah sebuah lembaga yang terdiri dari banyak karyawan yang
merupakan individu yang berasal dari latar belakang yang berbeda, yaitu lingkungan,
agama, pendidikan, dll. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan terdiri
dari individu dengan kultur bawaan yang berbeda-beda.
Pertanyaannya sekarang adalah, mampukah mereka yang beragam tadi
bersama mencapai satu tujuan perusahaan dengan cara saling memahami, membantu,
dan mengerti satu sama lain? Dengan cara yang tepat, jawabannya pasti bisa.
Perusahaan seperti juga halnya lingkungan tempat tinggal pasti memiliki
budaya yang dirumuskan oleh para pendiri dan manajemen tingkat atas perusahaan
dan dianut oleh setiap komponen perusahaan.
Keahlian, kreativitas, kecerdasan maupun motivasi yang tinggi dari karyawan
memang merupakan unsur kredibilitas yang harus dimiliki oleh karyawan agar
perusahaan dapat mencapai sukses. Namun unsur-unsur tadi menjadi belum maksimal
manfaatnya bila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama. Satu
budaya yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka
memiliki persepsi yang sama tentang nilai, dan kepercayaan yang dapat membantu
mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya berperilaku kerja pada
perusahaan dimana mereka bekerja sekarang.
Budaya perusahaan dapat membantu perusahaan mencapai sukses. Untuk
dapat memanfaatkan budaya perusahaan dengan maksimal, maka perusahaan perlu
menanamkan nilai-nilai yang sama pada setiap karyawannya. Kebersamaan dalam
menganut budaya atau nilai-nilai yang sama menciptakan rasa kesatuan dan percaya
dari masing-masing karyawan. Bila hal ini telah terjadi, maka akan tercipta
lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan seperti ini dapat membangun
kreativitas dan komitmen yang tinggi dari para karyawan sehingga pada akhirnya
mereka mampu mengakomodasi perubahan dalam perusahaan ke arah yang positif.
33
Pada umumnya perusahaan-perusahaan dunia yang sukses adalah perusahaan
yang memiliki budaya kerja yang kuat. Terlepas dari nilai-nilai positif dan luhur yang
terkandung dalam budaya yang berlaku, maksud budaya kerja yang kuat adalah
seluruh komponen perusahaan mengamalkan nilai atau norma yang telah ditetapkan
bersama sebagai sebuah budaya dengan komitmen yang tinggi, tanpa terkecuali.
Namun ketiadaan kata atau kalimat yang menegaskan mengenai budaya yang
dianut perusahaan, menyulitkan para karyawan memahami budaya perusahaan. Untuk
itu perlu adanya sebuah pernyataan yang merupakan manifestasi dari budaya
perusahaan yang mengungkapkan secara garis besar dalam pengertian spesifik
mengenai tujuan perusahaan, dan cara-cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut.
Pengungkapan budaya perusahaan ke dalam sebuah pernyataan dapat
dilakukan melalui perumusan pernyataan visi dan misi. Hanya dengan kalimat
singkat, pernyataan visi dan misi dapat menyiratkan nilai, etika, prinsip, tujuan, dan
strategi perusahaan. Menuliskan pernyataan visi dan misi perusahaan adalah cara
yang paling efektif untuk memastikan bahwa semua karyawan dapat memahami
budaya perusahaan dan mengimplementasikannya ke dalam usaha-usaha pencapaian
tujuan perusahaan.
Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh pakar Harvard Business School,
yaitu Prof. DR. John Kottler dan Prof. DR. Janes Heskett, ternyata terdapat korelasi
positif di antara penerapan budaya perusahaan dengan prestasi bisnis yang dicapai
oleh perusahaan dalam jangka waktu yang cukup panjang.
Hal ini menunjukkan bahwa budaya perusahaan memiliki peranan penting
dalam membangun prestasi dan produktivitas kerja para karyawan sehingga
mengarahkan perusahaan kepada keberhasilan.
Menyadari adanya tuntuan dalam era globalisasi yang tergambar dalam
perkembangan teknologi yang semakin mutakhir, perubahan–perubahan perilaku
individu sebagai pelaku bisnis, batas-batas ekonomi antar negara yang semakin
samar, telah mendorong kita untuk membangun aspek-aspek unggulan di perusahaan.
34
Mau tidak mau transformasi bisnis harus dilakukan jika perusahaan ingin tetap
bertahan dan berkembang, dengan mengedepankan Etika Bisnis dan Etika Kerja
sebagai landasan nilai dalam menyukseskan transformasi tersebut.
Sejalan dengan semangat Penguasaan Perusahaan yang Baik (Good Corporate
Governance), perusahaan juga harus mewujudkan nilai tambah bagi pemegang saham
dalam jangka panjang dengan memperhatikan dan menyeimbangkan kepentingan
stakeholders serta berlandaskan pada peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai
etika yang berlaku.
Etika Bisnis dan Etika Kerja merupakan salah satu nilai-nilai baru yang
ditetapkan dalam upaya untuk mencapai peningkatan kinerja yang signifikan
(Quantum Leap). Quantum Leap tidak mungkin bisa dicapai manakala tidak
dilakukan “Perubahan Perilaku” untuk mengembangkan budaya yang berkembang di
perusahaan yang mencerminkan Budaya Profesional, Budaya Kewirausahaan,
Budaya Inovasi dan Budaya Global. Untuk mendukung perubahan perilaku perlu
dikembangkan nilai-nilai baru yang telah ditetapkan (Filosofi Perusahaan, Paradigma
Bisnis Baru, Nilai-nilai Perusahaan, Etika Bisnis dan Etika Kerja) dalam Perusahaan
dengan menetapkan Strategi Inisiatif & Perubahan Sistem Kerja.
Proses pewujudan Quantum Leap yang diawali dengan Penetapan Nilai-Nilai
Baru disebut Proses Perubahan Nilai-Nilai yang pada dasarnya terdiri dari dua
tahapan yaitu Hidup dengan Paradigma Baru (Live by New Paradigm) disertai Hidup
dengan Tatanan Nilai (Live by Values). Sedangkan Quantum Leap merupakan hasil
dari suatu Proses Perubahan Nilai-Nilai yaitu Hidup dengan Paradigma Baru (Live by
New Paradigm) dan Hidup dengan Tatanan Nilai (Live by Value). Dengan terbitnya
Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja di PTP Nusantara XIII, diharapkan lahir sosok
pelaku bisnis yang memiliki kompetensi dan mampu mengekspresikan
profesionalisme kerja dan kreativitas disertai integritas moral yang tinggi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan.
PTP Nusantara XIII (Persero) telah menyusun dan memberlakukan Etika
Bisnis dan Etika Kerja guna membantu semua individu (Pelaku Bisnis) di
35
perusahaan dalam memahami prinsip-prinsip dan tata tertib yang berkaitan dengan
kepatuhan terhadap perundang-undangan serta peraturan yang harus ditaati ketika
melaksanakan pekerjaan.
Dengan memahami dan melaksanakan prinsip-prinsip Etika Bisnis dan Etika
Kerja yang berlaku di PTP Nusantara XIII, diharapkan perusahaan dapat
mewujudkan lingkungan kerja yang kondusif untuk mencapai kinerja perusahaan
kelas dunia.
Menyadari sistem nilai yang berkembang dalam perusahaan kita dewasa ini,
seperti mengutamakan senioritas dan tidak berdasarkan kompetensi personil, berpikir
secara kelompok dan tidak terintegrasi, berlandaskan kepada kebiasaan masa lalu,
tidak menyadari tuntutan perubahan dan lain-lain, telah menyebabkan rusaknya
budaya kerja.
Dalam mewujudkan budaya kerja profesional, kewirausahaan, inovasi, dan
global, maka perlu adanya “sistem nilai” yang dikembangkan dalam organisasi
perusahaan untuk dapat merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk
mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa
depan. Manfaat lain yang akan muncul seperti kepuasan kerja meningkat, pergaulan
yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan fungsional berkurang, pemborosan
berkurang, tingkat absensi turun, tumbuhnya kemauan untuk terus belajar, serta rasa
ingin selalu memberikan yang terbaik bagi perusahaan.
Analisa ini menitikberatkan pada Etika bisnis dan Etika kerja yang akan
dijelaskan lebih lanjut.
4.2.1. Etika Bisnis
Etika Bisnis merupakan sistem nilai yang dijabarkan dari Filosofi Perusahaan,
Paradigma Bisnis, dan Nilai-nilai Bisnis yang dianut oleh PTP Nusantara XIII
sebagai acuan untuk berhubungan dengan lingkungan internal maupun eksternal.
Etika Bisnis mengatur hubungan antara perusahaan (di dalam pengertian ini adalah
perusahaan sebagai suatu entitas) dengan pelanggan, pemegang saham, individu
36
dalam perusahaan, petani plasma, pemasok, kreditur, komunitas (publik), pemerintah,
auditor, media massa, dan pesaing.
Ruang lingkup Etika Bisnis menjelaskan bagaimana perusahaan (sebagai
suatu entitas) beretika, bersikap dan bertindak dalam upaya menyeimbangkan
kepentingan perusahaan dengan seluruh Pemegang Saham (Stakeholder).
Untuk itu perusahaan harus mampu memelihara hubungan dengan seluruh
Pemegang Saham (stakeholder) guna tercapainya tujuan perusahaan dengan
menerapkan prinsip-prinsip Penguasaan Perusahaam yang baik (Good Corporate
Governance) (Kep.Meneg. BUMN No. 117/M-MBU/2002, tanggal 31 Juli 2002 )
yaitu:
1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan
keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan
mengenai perusahaan.
2. Kemandirian, yaitu suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara pro-
fesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak mana- pun
yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip
korporasi yang sehat.
3. Akuntabilitas, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ
(RUPS, Komisaris dan Direksi) sehingga pengelolaan perusahaan ter- laksana
secara efektif.
4. Pertanggungjawaban, yaitu kese-suaian di dalam pengelolaan perusa-haan
terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip korporasi yang
sehat.
5. Kewajaran (Fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak
pemegang saham (stakeholder) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
4.2.2. Etika Bisnis bertujuan mengatur hal-hal:
1. Hubungan–Hubungan Pelanggan, Pemasok, Pesaing dan pemegang saham
(Stakeholder) lainnya.
37
2. Konflik Kepentingan (Conflict of Interest)
3. Penyampaian Informasi Perusahaan
4. Informasi Rahasia
5. Pengelolaan Arsip (Records Management)
6. Perdagangan informasi oleh Orang Dalam (Insider Trading)
7. Kebijakan Lingkungan
8. Aktivitas Politik dan Pemberian Kontribusi
9. Pencatatan Transaksi
4.2.3. Etika Kerja
Etika Kerja merupakan sistem nilai yang mengatur hubungan antar individu
(Dewan Komisaris, Direksi, dan karyawan) dalam perusahaan, hubungan individu
dengan perusahaan, dan hubungan individu dengan pemegang saham (stakeholder)
lainnya.
Etika Kerja mengatur individu dalam perusahaan bersikap, berperilaku,
berinteraksi dan melakukan proses kerja dengan pihak-pihak di dalam dan di luar
perusahaan dalam membangun budaya kerja dan budaya perusahaan.
4.2.4. Peluang
Budaya merupakan hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Apabila
PTP Nusantara XIII (Persero) ingin maju maka unsur budaya benar-benar menjadi
perhatian khusus. Peluang yang bisa diperoleh dengan adanya penerapan budaya oleh
PTP Nusantara XIII (Persero) adalah:
1. Terwujudnya lingkungan kerja yang kondusif untuk mencapai kinerja perusahaan
kelas dunia.
2. Dengan penerapan budaya kerja yang baik, akan terwujud kompetensi personil,
berpikir secara kelompok.
3. Budaya kerja juga dapat menciptakan Sumber Daya Manusia untuk mencapai
produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan.
4. Dengan adanya Budaya Kerja yang baik maka terciptanya Manfaat lain yang akan
muncul seperti kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin
38
meningkat, pengawasan fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat
absensi turun, tumbuhnya kemauan untuk terus belajar, serta rasa ingin selalu
memberikan yang terbaik bagi perusahaan.
4.2.5. Ancaman
Penerapan Budaya Kerja yang tidak baik akan menyebabkan kurangnya
disiplin kerja, sehingga berdampak pada penurunan produktivitas, dan menyebabkan
turun efisiensi perusahaan. Budaya Kerja yang tidak baik juga akan menyebabkan
konflik di dalam perusahaan, akan merugikan perusahaan, baik dari sisi pertumbuhan
perusahaan maupun profit yang dihasilkan.
4.2.6. Implikasi Bisnis
Disarankan agar perusahaan mengevaluasi kembali rumusan budaya
perusahaannya serta lebih meningkatkan sosialisasi budaya, konsistensi penerapan
budaya dan penyediaan sarana yang memperlancar pelaksanaan budaya perusahaan
untuk mengikatkan kekuatan budaya perusahaannya. Untuk selanjutnya sebaiknya
dirancang instrumen yang lebih general yang dapat diterapkan pada banyak
perusahaan dengan mempertimbangkan budaya yang adaptif.
Penerapan Etika Bisnis dan Etika Kerja di lingkungan PTP Nusantara XIII
(Persero) merupakan hal yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Pedoman Etika
Bisnis dan Etika Kerja ini bukan indoktrinasi. Dalam rangka penerapannya perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Membangun komitmen bagi seluruh pelaku bisnis PTP Nusantara XIII (Persero).
2. Mensosialisasikan Etika Bisnis dan Etika Kerja ini dalam program orientasi
individu dalam perusahaan baru dan penyegaran secara berkala bagi seluruh
individu dalam perusahaan.
3. Mengkaitkan penerapan etika sebagai bagian tidak terlepaskan dari praktek bisnis
dan penilaian karya seluruh individu dalam perusahaan.
4. Mengembangkan Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja yang sudah ada dan
menjabarkannya menjadi berbagai kebijakan dan peraturan perusahaan.
39
5. Melengkapi peraturan perusahaan dengan sanksi atas pelanggaran dan mem-
bangun sistem untuk memantau penerapan Etika Bisnis dan Etika Kerja ini.
Komitmen dari Direksi dalam penerapan etika memegang peran yang sangat
penting. Komitmen disini dalam tiga bentuk yaitu Komitmen untuk mensosialisasikan
Etika Bisnis ke seluruh karyawan di dalam perusahaan, Komitmen ini memberi
contoh kepada karyawan bagaimana bersikap sesuai dengan etika tersebut, dan
Komitmen untuk memberikan pinalti terhadap pelanggaran etika.
4.3. Analisis Lingkungan Pembangunan Ekonomi
Dalam menjalankan usahanya, PTP Nusantara XIII (Persero) harus
mengantisipasi risiko usaha. Dalam upaya menjaga keseimbangan komunitas dan
lingkungan, PTP Nusantara XIII (Persero) perlu melakukan pembangunan Kebun
Plasma di sekitar wilayah Unit Kerja dengan Pola KKPA (Kredit Koperasi Primer
Untuk Anggotanya). Dana untuk pembangunan Kebun Plasma Pola KKPA yang
semula direncanakan dari pemerintah tidak tersedia karena terjadinya krisis ekonomi
dan penghapusan Kredit Lunak Bank Indonesia (KLBI). Sedangkan perbankkan tidak
bersedia memberikan kredit langsung kepada petani tanpa jaminan. Dalam hal ini
PTP Nusantara XIII (Persero) harus menyediakan dana talangan. Jumlah dana
talangan yang terakumulasi sampai dengan tahun 2003 sebesar Rp205,55 miliar dan
yang telah cair dari Bank sebesar Rp137,81 miliar serta sisa dana talangan sebasar
Rp67,74 miliar dengan rincian terlihat pada tabel 4-4 sebagai berikut:
Sumber: Laporan tahunan PTPN XIII
40
Dalam proses pencarian dana dari Bank Agro, PTP Nusantara XIII (Persero)
sebagai avalis sedangkan dalam proses pencairan dana dari Bank Mandiri, PTP
Nusantara XIII (Persero) sebagai debitur yang merupakan risiko usaha bagi PTP
Nusantara XIII (Persero). Apabila manajemen PTP Nusantara XIII (Persero) dapat
membangun dan memelihara kebun tersebut dengan kualitas prima sampai kreditnya
lunas maka risiko usaha ini dapat menjadi peluang yang besar bagi PTP Nusantara
XIII (Persero) untuk meningkatkan kinerjanya. Sebaliknya apabila pembangunan
kebun plasma pola KKPA yang dananya bersumber dari Bank Agro mengalami
kegagalan dan cicilan kredit petani macet, maka Bank Agro akan menyita agunan
pinjaman PTP Nusantara XIII (Persero). Selain itu, apabila Kebun Plasma Pola
KKPA yang pendanaannya bersumber dari pinjaman Bank Mandiri mengalami
kegagalan dan cicilan kredit petani macet, maka Bank Mandiri akan memotong
langsung uang PTP Nusantara XIII (Persero) yang ada di Bank Mandiri.
PTPN 13 ikut aktif secara nyata membangun ekonomi kerakyatan untuk
menjaga keseimbangan sosial dan komunitas di sekitar kebun yang tersebar dalam
remote area pada 4 (empat) provinsi (Kalimantan Barat, Kalimantan Timur,
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah). Pembangunan Ekonomi Kerakyatan
antara lain melalui pembangunan kebun kelapa sawit plasma. Pola pembangunan
ekonomi kerakyatan yang dilakukan PTPN 13 di sekitar wilayah kebun adalah
pembangunan Kebun Plasma pola PIRBUN (PIR Swadana, PIR Berbantuan dan
PIRTRANS), KKPA (Kredit Koperasi Primer untuk Anggotanya), Program
Kemitraan dan Bina Lingkungan. Dana pembangunan ekonomi kerakyatan ini
disediakan dalam bentuk kredit bersumber dari perbankan dalam dan luar negeri,
perusahaan dan hibah.
PTP Nusantara XIII (Persero) ikut aktif berpartisipafi dalam pembangunan
kebun plasma dengan pola PIRBUN (PIR Swadana, PIR Berbantuan dan
PIRTRANS) sejak tahun 1981 sumber dana kredit Bank Dunia dengan komoditi
kelapa sawit dan karet. Total areal kebun plasma yang telah dibangun sebesar
86.143,26 Ha (65,17% dari total areal) termasuk kebun inti dengan jumlah petani
41
sebanyak 43.071 kepala kelurga (KK). Pada saat ini kebun plasma tersebut sedang
berproduksi dan PTP Nusantara XIII (Persero) membeli produksi TBS dari petani
plasma tersebut dengan harga sesuai dengan harga yang dikeluarkan oleh Tim
Penetapan Harga yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi setempat. Pada saat
pembangunan Kebun Plasma pola PIRBUN, peran PTP Nusantara XIII (Persero)
adalah sebagai agen pengembangan (alih teknologi dan pembinaan dalam bidang
kualitas dan kuantitas produksi), membeli produksi sesuai dengan harga yang
ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi setempat melalui Tim Penetapan Harga,
mengolah dan memasarkan produk petani plasma. Setelah konversi yang bertanggung
jawab penuh terhadap produksi adalah petani sendiri. PTP Nusantara XIII (Persero)
membantu instansi terkait melakukan pembinaan petani plasma terutama agar kualitas
produksi bahan baku yang disetor ke pabrik sesuai dengan standart mutu TBS yang
ditetakan Dirjenbun. Untuk persiapan replanting, Pemerintah (Dirjenbun) telah
membentuk program IDAPERTABUN (Iuran Dana Asuransi Perkebunan) dengan
menyisihkan sebagian dari hasil penjualan produksi untuk dana peremajaan dan
ternyata sebagian petani mengikuti program ini.
Dalam melaksanakan pembangunan ekonomi kerakyatan pola KKPA, PTP
Nusantara XIII (Persero) telah merealisasikan pembangunan Kebun Plasma Pola
KKPA seluas 21.209 Ha dengan melibatkan 10.605 KK disekitar wilayah Unit Usaha
seperti terlihat dari data tabel 4-5 di bawah ini:
Sumber: Laporan tahunan PTPN XIII
Pembangunan dan pemeliharaan kebun sampai kreditnya lunas kepada Bank
tetap dilakukan oleh PTP Nusantara XIII (Persero). Dalam pekerjaan pembangunan
dan pemeliharaan kebun petani diikut sertakan.
42
Selain itu PTP Nusantara XIII (Persero) juga aktif dalam pemberdayaan
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dahulu dikenal dengan PUKK (Pembinaan
Usaha Kecil dan Koperasi) di sekitar wilayah kebun (unit kerja) dengan system dana
bergulir dan hibah yang langsung mendukung kegiatan kemitraan. Dana untuk
program kemitraan ini berasal dari pembagian laba (1%) yang disahkan oleh RUPS.
Perkembangan jumlah mitra binaan meningkat dari 179 mitra tahun 2001 menjadi
237 mitra tahun 2002 dan meningkat lagi menjadi 307 mitra tahun 2003. total dana
kemitraan yang telah disalurkan PTP Nusantara XIII (persero) dari tahun 1997
sampai dengan tahun 2003 sebesar Rp3.491.852.000 dalam bentuk pinjaman sebasar
Rp3.375.091.000 dan dalam bentuk hibah sebesar Rp116.761.000. Rincian dana
kemitraan yang dilaksanakan PTP Nusantara XIII (Persero) dapat dilihat dalam tabel
4-6 berikut:
Sumber: Laporan tahunan PTPN XIII
jenis usaha yang didanai oleh Program Kemitraan antara lain; warung sembako,
pandai besi, kerajinan tangan, bengkel motor, vulkanisir, keramba ikan, kios BBM,
rumah makam sederhana, dan lain-lain. Untuk memperoleh informasi tentang
perusahaan, PTP Nusantara XIII (Persero) mengirimkan media PTPN XIII kepada
KUD-KUD yang terbit setiap bulannya.
PTP Nusantara XIII (Persero) ikut aktif dalam Bina Lingkungan yang dahulu
dikenal sebagai pengembangan Lingkungan yang merupakan upaya pembinaan dan
penyaluran bantuan dana hibah kepada masyarakat wilayah sekitar kebun/unit usaha.
Manfaat dari bantuan tersebut langsung dirasakan masyarakat. Sumber dana bina
lingkungan dari pembagian laba (2%) yang disahkan oleh RUPS. Total dana yang
43
telah dikeluarkan oleh PTP Nusantara XIII (persero) untuk kegiatan bina lingkungan
dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2003 sebesar Rp2.603.000.401. prioritas
program bina lingkungan yang dijalankan PTP Nusantara XIII (Persero) adalah:
1. membantu meningkatkan/membangun infrastruktur bagi masyarakat disekitar unit
usaha (jalan desa, jembatan, Balai Pertemuan, dan lain-lain)
2. peningkatan kualitas sarana sosial seperti perbaikan gedung sekolah, bantuan
penerangan, sarana air bersih dan rumah ibadah sebagai wujud kepedulian
terhadap masyarakat di sekitar unit usaha.
Realisasi dana bina lingkungan yang telah disalurkan oleh PTP Nusantara XIII
(Persero) terlihat pada tabel 4-7 sebagai berikut:
Sumber: Laporan tahunan PTPN XIII
4.3.1. Kesehatan dan Keamanan
PTP Nusantara XIII (Persero) menyediakan sarana kesehatan seperti:
1. Rumah sakit 2 (Dua) unit yang berada di kebun parindu dan kebun danau
salak.
2. Rumah sakit Pembantu 2 (Dua) unit berada di kebun Gunung Meliau dan
kebun Sungai Dekan.
3. Poliklinik 8 (delapan) unit yang berada di kebun Rimba Belian, kebun
Kembayan, kebun Sintang, kebun Ngabang, kebun Tajati, kebun Tabara dan
kebun Kumai.
44
Sarana ini, selain melayani karyawan PTP Nusantara XIII (Persero) juga
melayani masyarakat sekitar dengan tarif yang wajar. Selain itu, PTP Nusantara XIII
(Persero) juga telah melaksanakan Siatem Manajemen Kesehatan dan keselamatan
kerja (SMK3). PTP Nusantara XIII (Persero) juga turut aktif membantu masyarakat
yang ditimpa musibah antara lain: pembagian masket kepada masyarakat pada musim
kabut asap, pembagian Bubuk Abate untuk membasmi jentik nyamuk demam
berdarah dan pembagian bantuan kepada korban banjir.
PTP Nusantara XIII(Persero) juga aktif untuk meningkatkan keamanan di
wilayah maupun di sekitar unit kerja dengan cara:
1. Meningkatkan kesejahteraan penduduk sekitar melalui program KKPA,
PUKK dan CD
2. Melakukan komunikasi dan sosialisasi dengan tokoh-tokoh masyarakat sekitar
unit kerja.
3. Melakukan koordinasi dengan aparat keamanan.
4. Membentuk Pam Swakarsa.
5. Mengadakan even bersama dengan masyarakat sekitar dan instansi terkait
Hal ini merupakan wujud dan bentuk kepedulian PTP Nusantara XIII
(Persero), sehingga dengan adanya kegiatan atau tindakan yang dilakukan akan
berdampak positif terhadap lingkungan dan perekonomian masyarakat.
4.3.2. Peluang
1. Dengan membentuk program IDAPERTABUN (Iuran Dana Asuransi
Perkebunan), masyarakat mendapatkan kesempatan untuk melakukan
peremajaan kembali tanaman kelapa sawit dengan dana yang telah mereka
sisihkan dari sebagian dari hasil penjualan produksi.
2. Dalam adanya program pembangunan ekonomi kerakyatan pola KKPA,
masyarakat mendapatkan banyak kesempatan karena pola ini merupakan pola
pembangunan dan pemelihara kebun sehingga masa produktif kelapa sawit
menjadi lebih lama.
45
3. Dengan adanya program kemitraan, masyarakat mendapat peluang untuk bisa
mengembangkan Usaha Kecil dan Menengah sehingga ekonomi masyarakat
meningkat.
4. Dengan adanya pembangunan rumah sakit, rumah sakit pembantu, dan
poliklinik yang dilakukan oleh PTP Nusantara XIII (Persero), masyarakat juga
mendapatkan keringanan biaya dalam melakukan perawatan kesehatan dengan
pemotongan biaya produksi, sehingga pemotongan ini tidak terasa dan tidak
memberatkan pasien.
5. Dengan adanya pembangunan ekonomi kerakyatan oleh PTP Nusantara XIII
(Persero), keseimbangan sosial dan komunitas di sekitar kebun tetap terjaga
dan pada akhirnya tercipta kondisi masyarakat dengan perekonomian yang
baik.
6. Apabila manajemen PTP Nusantara XIII (Persero) dapat membangun dan
memelihara kebun tersebut dengan kualitas prima sampai kreditnya lunas
maka risiko usaha ini dapat menjadi peluang yang besar bagi PTP Nusantara
XIII (Persero) untuk meningkatkan kinerjanya.
4.3.3. Ancaman
1. Banyak masyarakat yang menentang Program Bina Lingkungan karena
mereka belum sadar apa arti pentingnya Program Bina Lingkungan ini,
sehingga terjadi pertentangan yang dapat mengarah pada terjadinya konflik.
2. Kurangnya penyuluhan terhadap Program Bina Lingkungan, sehingga
masyarakat tidak mendukung adanya Program bina lingkungan ini.
3. Terjadinya pelanggaran etika dan terjadinya KKN disebabkan oleh tindakan
manusia yang tidak bertanggung jawab dalam pengelolaan program ini
sehingga merugikan semua pihak yang terkait.
4.3.4. Implikasi Bisnis
1. PTP Nusantara XIII (Persero) harus tetap mengembangkan Program Bina
Lingkungan dan pengembangan ekonomi kerakyatan.
46
2. PTP Nusantara XIII harus bisa menjaga hubungan baik dengan masyarakat
sekitar lingkungan perusahaan supaya tidak terjadi kesalahfahaman dan
cemburu sosial.
PTP Nusantara XIII (Persero) perlu melakukan pembangunan Kebun Plasma di
sekitar wilayah Unit Kerja dengan Pola KKPA (Kredit Koperasi Primer Untuk
Anggotanya) dengan sebaik mungkin demi kelangsungan hidup perusahaan.
4.4. Analisis Lingkungan Teknologi (Teknologi Informasi & Teknologi Proses)
4.4.1. Lingkungan Teknologi Informasi
Teknologi merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Tanpa teknologi manusia tidak bisa menunjukkan kehebatannya sebagai manusia
yang maju, berubah dan intelektual. Jadi salah satu kekuatan dalam membentuk
kehidupan manusia adalah teknologi. Tingkat pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh berapa banyak teknologi baru yang ditemukan. Dapat kita amati dari
perkembangan yang terjadi dalam dunis bisnis sekarang ini. Bahkan salah satu
kriteria suatu perusahaan dikatakan maju atau tidak adalah perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologinya.
Perkembangan teknologi dapat membuat hidup kita lebih mudah dari waktu
ke waktu. Pada industri CPO juga teknologi sangat berperan penting, yang dapat
digunakan untuk optimalisasi, peningkatan kapasitas pabrik, peminimalan losses oleh
memalaui peningkatan pemeliharaan yang efisien, dan pengolahan limbah yang
ramah lingkungan demi pencapaian pelestarian alam.
Informasi manajemen juga dirancang oleh PTP Nusantara XIII (Persero)
menggunakan teknologi informasi Broadband. Yang diaplikasikan dalam bentuk
internet maupun website internet, Local Area Network (LAN) di kantor pusat dan
unit-unit usahaserta mitra bisnis perusahaan.
Investasi PTP Nusantara XIII (Persero) untuk teknologi informasi ini sangat
besar, tetapi manfaat yang diperolah PTP Nusantara XIII (Persero) juga besar,
sebanding dengan investasi yang dikeluarkan. Teknologi informasi yang ada
47
digunakan untuk memudahkan komunikasi antar kantor dan karyawan PTP Nusantara
XIII (Persero), dan juga digunakan untuk memudahkan komunikasi antara PTP
Nusantara XIII (Persero) dengan konsumennya.
Selain meggunakan teknologi Broadband yang diaplikasikan dalam bentuk
internet maupun website internet, PTP Nusantara XIII (Persero) juga memiliki dan
menggunakan alat-alat berteknologi canggih untuk melakukan produksi/pengolahan
kelapa sawit menjadi minyak sawit dan inti sawit. Adanya teknologi ini juga tidak
cukup apabila tidak didukung dengan Sumber Daya Manusia yang handal dan
terpercaya. PTP Nusantara XIII (Persero) juga mengadakan pelatihan bagi karyawan,
oleh sebab itu secara tidak lansung sudah menerapkan teknologi pada saat pelatihan
karyawan baru maupun karyawan yang sudah lama bekerja di PTP Nusantara XIII
(Persero). Di bawah ini dapat dilihat luas areal kebun PTP Nusantara XIII (Persero)
dan alat pendukung terbentuknya teknologi di PTP Nusantara XIII (Persero). Dengan
hal tersebut dibawah maka sempurnalah teknologi yang ada di PTP Nusantara XIII
(Persero), sehingga PTP Nusantara XIII (Persero) dapat menjadi salah satu
perusahaan BUMN yang terkemuka dan diperhitungkan baik di tingkat nasional
maupun global.
Luas areal kebun PTP Nusantara XIII (Persero) sebesar 56.037,54 Ha terdiri
dari kelapa sawit (45.121,90 Ha) dan karet (10.915,64 Ha), sedangkan areal luas
kebun plasma 86.143,26 Ha terdiri dari kelapa sawit (52.955,07 Ha) dan karet
(33.188,19 Ha). Luas areal pembibitan Kelapa Sawit sebesar 243,23 Ha.
Jumlah Pabrik Minyak Sawit (PMS) sebanyak 6 (enam) unit dengan kapasitas
280 To/Jam. Jumlah pabrik karet sebanyak 3 (tiga) unit dengan kapasitas 60 Ton SIR
20/Hari dan 10 Ton RSS/Hari.
Jumlah Instalasi Pengolahan Limbah 9 (sembilan) unit terdiri dari 6 (enam)
unit Instalasi Pengolahan Limbah Pabrik Minyak Sawit dan 3 (tiga) unit Instalasi
Pengolahan Limbah Pabrik Karet.
48
Jumlah Laboratorium PTP Nusantara XIII (Persero) ada 10 (sepuluh) unit
terdiri dari; Laboratorium Kandir 1 (satu) unit, Laboratorium Pabrik Minyak Sawit 6
(enam) unit dan Laboratorium Pabrik Karet 3 (tiga) unit.
Instalasi tangki timbun di Pabrik:
1. Pabrik Minyak Sawit Gunung Meliau 3 unit dengan kapasitas 5.250 ton CPO.
2. Pabrik Minyak Kelapa Sawit Parindu 2 unit dengan kapasitas 4.000 ton CPO.
3. Pabrik Minyak Kelapa Sawit Ngabang 2 unit dengan kapasitas 3.500 ton CPO.
4. Pabrik Minyak Kelapa Sawit Semuntai 2 unit dengan kapasitas 4.000 ton CPO.
5. Pabrik Minyak Kelapa Sawit Long Pinang 3 unit dengan kapasitas 4.750 ton
CPO.
6. Pabrik Minyak Kelapa Sawit Longkali 2 unit dengan kapasitas 4.000 ton CPO.
Tempat pengiriman CPO (Jetty) ada 3 unit:
1. 1 unit di IT3M (Kaltim) dilengkapi dengan 2 unit tangki timbun dengan kapasitas
4.000 ton CPO dan 1 unit Gudang Kernel dengan kapasitas 500 ton Kernel.
2. 1 unit di IPPT (Kalbar) dilengkapi dengan 2 unit Tangki Timbun kapasitas 4.000
ton CPO dan 1 unit Gudang Kernel dengan kapasitas 200 ton kernel.
3. 1 unit di PMS Gunung Meliau.
Pemasangan Hub Broadband Satellite yang dapat menghubungkan kantor
Direksi dengan Unit-unit usaha secara online.
4.4.1.1. Peluang
1. Dengan adanya perkembangan teknologi yang digunakan oleh PT Perkebunan
Nusantara XIII (Persero) dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas, serta dapat
menurunkan biaya produksi
2. Dengan menerapkan teknologi Broadband dan Website Internet dapat
memberikan kemudahan dalam berkomunikasi sesama karyawan maupun pihak
perusahaan dengan pelanggannya, sehingga efisiensi waktu dan biaya.
3. Walaupun dengan adanya penerapan teknologi ini menghabiskan banyak biaya,
hal ini merupakan sarana pendukung dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
49
4. Dengan menerapkan teknologi ini, komunikasi menjadi lancar/tidak ada
hambatan, serta menguntungkan bagi pengguna dengan mengenal teknologi baru.
5. Dengan adanya teknologi ini, akan menjadi pancingan munculnya teknologi baru
yang akan masuk ke PTP Nusantara XIII (Persero) dalam mendukung proses
produksi dan perkembangan perusahaan.
4.4.1.2. Ancaman
1. Sebagian besar karyawan memiliki pengetahuan dan pendidikan yang rendah
sehingga tidak dapat memanfaatkan teknologi Broadband dan Web Internet ini.
2. Untuk memperkenalkan dan mengetahui teknologi ini, PTP Nusantara XIII
(Persero) harus mengadakan pelatihan yang akan menghabiskan biaya yang tidak
sedikit.
3. Dengan adanya teknologi ini, akan berdampak negatif terhadap kinerja
perusahaan dan disalahgunakan untuk keperluan individu, bukan keperluan
perusahaan.
4. Kebanyakan karyawan maupun sebagian masyarakat cenderung menjadi pemalas
menggunakan teknologi ini, karena selain belum bisa menggunakannya, fasilitas
yang tersedia tidak mendukung.
4.4.1.3. Implikasi Bisnis
Dengan adanya teknologi Broadband dan Web Internet ini tentunya dapat
mendukung kinerja karyawan untuk mengembangkan perusahaan secara optimal.
Kontrol dari atasan sangat diperlukan terhadap pengguna teknologi ini sehingga tidak
disalahgunakan serta adanya dukungan dan pemeliharaan perangkat lunak agar
teknologi ini dapat bertahan dan dapat dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat.
Sebaiknya teknologi ini selalu dilakukan perubahan ke arah yang lebih baik supaya
selalu update setiap saat apabila diperlukan oleh karyawan maupun oleh pengguna
lainnya.
4.4.2. Lingkungan Teknologi Proses
Kelapa sawit merupakan komoditi utama dan menyumbangkan pendapatan
terbesar bagi negara dan PTP Nusantara XIII (Persero). Di PTP Nusantara XIII
50
(Persero) pengolahan kelapa sawit telah diatur secara terencana dan terjadwal dengan
baik.
Ada dua produk komersial yang bisa diperoleh dari buah kelapa sawit, yaitu
minyak sawit (CPO), dan inti sawit (kernel). Kedua produk tersebut berasal dari
tandan buat kelapa sawit. Minyak kelapa sawit berada dalan sel-sel pada serat-serat
dalam daging buah atau sabut (mesocrap), sedangkan inti sawit terbungkus dalam
batok dari biji buah sawit. Pada umumnya pabrik kelapa sawit hanya mengolah buah
kalapa sawit sehingga menghasilkan minyak (CPO) sedangkan minyak inti sawit
diekstraksi dari intinya dilakukan di pabrik lain. Pabrik kelapa sawit di PTP
Nusantara XIII (Persero) hanya mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak (CPO)
dan intinya (kernel) dijual kepada pembeli lain yang hendak diolah lebih lanjut.
Sementara itu serabut dan cangkang biji sawit dapat dipergunakan sebagai bahan
bakar ketel uap.
Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui
proses penyulingan, penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined,
Bleached, Deodorized Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi
minyak sawit padat (RBD Olein). RBD Olein terutama dipergunakan untuk
pembuatan minyak goreng. Sedang RBD Stearin terutama dipergunakan untuk
margarine dan shortening, disamping untuk bahan baku industri sabun dan deterjen.
Pemisahan CPO dan Kernel dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari
asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan, proses penyulingan minyak sawit
tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5% PFAD (Palm Fatty Acid
Distillate) dan 0,5% buangan.
4.4.2.1. Arus Proses pengolahan
Pengolahan buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian, yaitu:
1. Memeras minyak dari sabut dan kemudian memisahkan atau
membersihkannya dari air kotor.
2. Memecah biji sawit setelah dipisah dari serabut dan memisahkan inti sawit
dari pecahan cangkang dan kotoran lainnya dan kemudian dikeringkan.
51
Arus proses dari suatu pabrik sawit secara umum adalah sebagai berikut;
Proses pertama adalah melepaskan dan memisahkan buah sawit dari tandannya.
Tandan buah terlebih dahulu direbus buahnya dalam uap supaya buah mudah
dilepaskan dalam mesin penebah. Buah yang sudah lunak karena direbus kemudian
diremas sampai lumat di dalam ketel remas/digester, hasil peremasan dilepasa dalam
kempa-kempa, hasil pemerasan adalah bagian cairan berupa campuran minyak
dengan air, dan bagian ampas terdiri dari serabut-serabut dan biji sawit. Mulai dari
sini pengolahan dipecah ke dua arah.
Yang pertama adalah memisahkan minyak sawit dari air dan kotoran-kotoran
yang terikut, dimulai dengan saringan (ayakan) getar, dilanjutkan dengan pemisahan
dalam tangki klarifikasi. Minyak sawit yang terkutip (terpisah) kemudian dibersihkan
lagi dengan sentrifus dan terakhir dikeringkan. Hasil minyak jadi terlebih dahulu
ditimbang. Setelah didinginkan, bagian air (drab) yang masih ada sedikit
mengandung minyak setelah melalui pemisahan kotoran dan pasir halus, dilewatkan
lagi pada sentrifus untuk mengutif sebanyak mungkin minyak yang masih tersisa.
Minyak yang terkumpul pada pengurasan dan pencucian tangki-tangki klarifikasi juga
dicoba dikutip. Minyak sawit (CPO) siap dijual.
Yang kedua adalah memecahkan biji serta membersihkan inti dari pecahan
batok dan kotoran lainnya dan kemudian mengeringkannya. Biji dipecahkan dari
serabut secara pneumatik. Ampas serabut kemudian dikirim ke ketel uap untuk bahan
bakar. Biji yang sudah bersih dikeringkan lebih lanjut supaya inti lekang dari
batoknya kemudian biji dipecahkan. Biji kemudian disortir dalam beberapa fraksi
yang homogen (perbedaan ukuran biji terkecil dengan biji terbesar dalam suatu fraksi
dipersempit) untuk mendapatkan efek pemecahan yang baik. Inti sawit yang
diperoleh dari biji yang sudah pecah kemudian dipisahkan dari pecahan cangkang
dalam hidrosiklon. Setelah mengalami proses sterilisasi, untuk mempertahankan mutu
yang baik, inti sawit dikeringkan. Dan dibersihkan dari sisa kotoran sehingga siap
untuk dijual.
52
Tandan kosong yang terbuang dari mesin penebah dimanfaatkan sebagai
pupuk kalium setelah terlebih dahulu dibakar menjadi abu untuk mempermudah
penyimpanan dan pengangkutan ke lapangan. Cangkang juga dimanfaatkan sebagai
bahan bakar ketel.
Untuk mempermudah pengawasan dan perawatan, secara umum proses
pengolahan di pabrik minyak sawit (PMS) dibagi ke dalam beberapa stasiun. Setiap
stasiun mempunyai fungsi yang berbeda tetapi berkaitan satu sama lain dengan satu
kesatuan proses. Stasium-stasium tersebut meliputi:
1. Stasium penerimaan buah (Fruit Reception And Storage Station).
2. Stasiun Rebusan (Sterilizing Station)
3. Stasiun Penebah (Threzhing Station)
4. Stasiun Peremasan Buah (Pressing Station)
5. Stasiun Klarifikasi (Oil Clarification Station)
6. Stasiun Pabrik Biji (Kernel Recopery Station)
7. Stasiun Ketel Uap
8. Stasiun Kamar Mesin
9. Stasiun Pengolahan Limbah
Bahan baku utama PTP Nusantara XIII adalah Tandan Buah Segar (TBS)
kelapa sawit. TBS yang dipanen harus dikirim ke Pabrik pada hari itu juga dan tidak
boleh menginap.
4.4.2.2. Proses Pengolahan
semua tandan buah segar (TBS) yang masuk ke pabrik harus ditimbang
dengan teliti. Penimbangan ini untuk mendapatkan angka pengawasan pengolahan
yang meyakinkan, rendemen hasil, dan kapasitas. TBS hasil panen diangkut ke pabrik
dengan menggunakan truk atau alat pengangkutan sejenis lainnya, sebelum diolah
terlebih dahulu ditempatkan di penimbunan.
Pengangkutan dan penimbunan buah tidak boleh dibiarkan terlalu lama, harus
diolah secepatnya dalam waktu tidak lebih dari 24 jam untuk menghindari
berkurangnya mutu minyak. Perlakuan terhadap tandan juga harus hati-hati. Buah
53
tidak boleh terlalu banyak terluka, karena dalam keadaan terluka (rusak) penguraian
minyak dalam buah tersebut menadi asam lemak bebas (ALB) akan berlangsung
secara cepat.
Selain dilakukan penimbangan, sebelum diolah juga dilakukan sortasi
(penyeleksian) panen untuk menilai kematangan buah yang masuk. Tandan yang
mentah akan menghasilkan rendemen minyak yang lebih rendah. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara menyisihkan beberapa lari atau truk contoh panen yang
representatif.
Pada dasarnya proses pengolahan dapat dibagi dalam beberapa tahap yang
meliputi:
1. Pengolahan tandan
2. Pengolahan buah
3. Pengolahan minyak
4. Pengolahan biji dan inti (kernel)
Pengolahan tandan
Pengolahan tandan meliputi proses perebusan buah (sterilisation), penebahan
(threshing), dan proese penggabungan tandan kosong (incenerator). Proses perebusan
dilakukan di stasiu rebusan (Sterilizing Station), proses penebahan terjadi di stasiun
penebah (Threshing Station), dan proses penggabungan tandan kosong (tankos)
dilakukan di incenerator dengan cara dibakar.
Perebusan dicapai dengan memasukkan uap ke dalam tandan buah dalam
rebusan. Tujuan perebusan adalah:
1. Mematikan enzim lipase yang menguraikan minyak menjadi Asam Lemak
Bebas (ALB) dan menghentikan kegiatan lipolisa yang sudah terjadi.
2. Memudahkan pelepasan buah dari tandan pada waktu penebahan.
3. Melunakkan buah sehingga daging buah mudah dilepas dari biji sewaktu
diremas dalam ketel pemanas (digester) dan memudahkan pelepasan minyak
dari sel-selnya pada waktu peremasan tersebut.
54
4. Menghidrolisa zat-zat karbohidrat yang berada dalam protoplasma sebagai
koloid menjadi glukosa yang dapat larut dan menghasilkan tekanan otomatis
yang membantu memecahkan dinding-dinding sel sehingga minyaknya
keluar.
5. Mengkoagulasi zat-zat albumin supaya tidak ikut cairan hasil pressan
(kempa), karena albumin dapat membuat campuran minyak dan air menjadi
emulsi sehingga menyulitkan pemisahan minyak pada klarifikasi.
6. Memanaskan dan mulai mengeringkan biji agar inti mulai lekang dari batok
biji.
7. Mengurangi kadar air dalam buah agar perbandingannya terhadap minyak
lebih baik. Jika cairannya terlalu banyak, kempanya mungkin tidak sanggup
memeras untuk mengeluarkan minyak sebanyak mungkin dari ampas kempa.
Setelah selesai perebusan, buah diangkat ke bagian penebahan. Di bagian
penebahan ini diadakan pemisahan buah dari janjangannya. Buah yang terlepas
diangkut ke Stasiun Peremasan Buah (Pressing Station). Sedangkan janjangan
kosong (tankos) diangkut ke incenerator untuk kemudian dibakar menjadi abu dan
abu ini dijadikan pupuk.
Pengolahan Buah
Buah hasil penebahan diangkut dan ditransfer ke dalam digester dan
diaduk/dilumatkan agar gading buah terlepas dari biji. Buah yang masuk ke dalam
digester disebut massa. Tujuan pelumatan ini adalah:
1. Melepaskan minyak dari serabut (Pericarp) dengan melumatkannya.
2. Menaikkan suhu massa untuk mempermudah proses pengempaan (±90oC)
3. Meniriskan minyak bebas sehingga mengurangi volume yang akan dikempa.
Hasil dari pelumatan ini kemudian jatuh ke kempa (Screw Press) dan diperas
(Pressing) sehingga memperoleh pemisahan melalui saringan getar. Minyak mentah
mengalir ke Tangki Minyak Sawit untuk selanjutnya dipompakan ke Stasiun
Klarifikasi dan Press Cake jatuh ke Cake Breaker Conveyor untuk selanjutnya
diproses pada Stasiun Pabrik Biji.
55
Pengolahan Minyak
Minyak mentah berupa cairan yang ditiriskan melalui digester dan screw
press terdiri dari campuran minyak, air dan sisa-sisa sel (sludge) serta partikel-
partikel serat dan cangkang halus. Kotoran-kotoran tersebut dipisahkan dengan
ayakan getar. Zat padat yang tersaring dikembalikan ke digester. Minyak hasil
penyaringan dialirkan ke tangki klarifikasi. Sebelum atau pada saat penyaringan
biasanya ditambahkan air panas dengan maksud untuk mengurangi viskositas minyak
mentah sehingga memudahkan pemisahan minyak dari sludge yang berikutnya.
Pada waktu pengempaan, penyaringan dan pemompaan ke Stasiun Klarifikasi,
minyak mentah terjadi kehilangan panas, sehingga perlu/harus dipanaskan lagi
dengan uap langsung pada ruang pertama dari tangki Klarifikasi. Pemisahan secara
statik dalam tangki klarifikasi berlangsung secara kontinyu. Di dalam tangki
klarifikasi terjadi pemisahan secara gravitasi. Minyak mentah yang memiliki massa
jenis yang lebih ringan dari air akan mengapung di atas. Waktu pemisahan dalam
tangki klarifikasi berlangsung selama 1-1 jam, karena dalam jangka waktu
tersebut pemisahan secara gravitasi praktis sudah terjadi.
Bagian minyak yang mengapung dikutip dari sebelah atas melalui sistem
pompa, sedangkan bagian air drab dikeluarkan dari bagian bawah dengan pengaturan
kran. Air drab yang keluar yang masih mengandung minyak dikutip dengan sentrifus
yang berdaya tinggi dan dikembalikan ke tangki klarifikasi. Untuk mendapatkan
minyak dengan kadar air yang seminimal mungkin (0,1%), minyak dikeringkan
dengan pengering vakum. Selanjutnya didinginkan dan dialirkan ke tangki timbun
Pengolahan Biji dan Inti (Kernel)
Ampas kempa yang terdiri dari biji, serabut dan bahan organik lainnya
dibersihkan. Biji dan serabut dipisahkan dengan alat depericarper. Biji dan serabut
dimasukkan ke dalam aliran angin dalam kolam pemisah. Serabut yang ringan
terhisap dan serabut yang masih melekat pada biji dibersihkan dalam drum pemoles
56
yang berputar pada bagian bawah kolom pemisah. Biji yang bersih dimasukkan ke
dalam pengering, setelah itu dimasukkan ke dalam mesin pemecah biji. Campuran
yang terdiri dari pecahan cangkang dan biji yang tidak pecah dipisahkan lagi untuk
memperoleh inti yang benar-benar bersih. Inti utuh terangut ke bak pengering. Inti
yang sudah kering diangkut ke kernel siklon untuk pemisahan kotoran dan cangkang
yang masih tertinggal. Selanjutnya inti yang bersih da kering diangkat ke kernel
Storage.
Tujuan dari pengolahan kelapa sawit adalah untuk menghasilkan minyak dan
inti sawit yang bermutu tinggi dengan hasil produksi dalam jumlah yang maksimum.
Untuk mencapai hal tersebut dilakukan suatu langkah pengawasan mutu (quality
control) yang bagus.
Ada lima hal penting yang terdapat pada bahan baku utama, yaitu:
1. Fraksi Buah
Fraksi buah adalah klasifikasi TBS yang didasarkan pada presentase
berondolan luar yang lepas. Penentuan mutu TBS berdasarkan atas sortasi buah yang
dibagi menurut kriteria fraksi:
a. Fraksi 00 (sangat mentah): 0% buah luar memberondol
b. Fraksi 0 (mentah): 0-12.5% buah luar memberondol
c. Fraksi I (kurang matang): 12.5-25% buah luar memberondol
d. Fraksi II (matang 1): 25-50% buah luar memberondol
e. Fraksi III (matang 2): 50-75% buah luar memberondol
f. Fraksi IV (lewat matang): 75-100% buah luar memberondol
g. Fraksi V (sangat matang): buah dalam ikut memberondol
h. Fraksi VI (tandan kosong): 100% buah luar memberondol
2. Lama Menginap
Lama buah menginap adalah buah yang diserahkan pada pabrik setelah lewat
hari panen buah tersebut. Seharusnya TBS yang dipanen harus diangkut ke Pabrik
hari itu juga dan tidak diperkenankan menginap.
3. Ukuran Panjang Gagang TBS (Tandan Buah Segar)
57
Panjang gaggang TBS maksimal 2.5 cm dari pangkal tandannya.
4. Jumlah Mutu dan Berondolan
Matang panen untuk buah yang boleh dipotong adalah jika ada berondolan di
piringan sebanyak 2 (dua) buah lepas/kg TBS. Berondolan yang lepas harus dipungut
dimasukkan ke dalam karung dan diangkat ke Pabrik. Berondolan yang diangkat
harus bersih, tidak bercampur pasir, tanah, dan sampah lainnya.
5. Sortasi Buah
Sortasi buah adalah kegiatan memeriksa (menyortir) tandan buah segar yang
berasal dari lapangan (kebun) yang masuk ke dalam pabrik dan disortir di loading
ramp. Sortir ini bertujuan untuk mengetahui kualitas TBS yang baik. Sortasi mutu
panen TBS di Pabrik dilakukan oleh karyawan pabrik bersama petani.
Pengawasan mutu TBS diperlakukan bagi seluruh TBS baik yang berasal dari
perusahaan (inti), petani (plasma) maupun dari kebun lain. Sortasi silakukan secara
acak (100 tandan / truk)
TBS yang diterima di Pabrik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Jumlah berondolan sekurang-kurangnya 12.5% dari beray TBS keseluruhan.
a. Tandan terdiri dari fraksi 2 dan 3dengan jumlah minimal 60%, fraksi 5
aksimal 5% dan fraksi 00 tidak ada.
b. Tandan tidak boleh bergaggang panjang
c. Tidak terdapat tandan kosong
d. Berondolan dalam karung harus bebas dari sampah, tanah, pasir atau benda
lainnya.
Cara Mengambil Sampel adalah TBS dari kebun disortasi, tiap truk pada pagi
hari diambil 100 tandan danTBS untuk disortasi merupakan TBS yang tidak
menginap.
4.4.2.3. Cara Pelaksanaan Sortasi
a. Truk berisi TBS yang telah ditimbang di jembatan timbang (Weight Bridge)
kemudian dibongkar di loading ramp.
b. Tandan sortasi dikumpulkan oleh petugas sortasi
58
c. Berondolan lepas dan yang khusus dikirim dari kebun yang ada dalam sampel,
diambil lalu ditimbang.
d. Hasil sortasi dinilai, dihitung dan dicatat dalam daftar sorasi.
4.4.2.4. Alat-alat Sortasi antara lain:
1. Gancu
2. Timbangan
3. Plastik
4. Sekop, dan
5. ember.
4.4.2.5. Bahan Baku Tambahan
Dalam proses penyediaan air untuk kebutuhan pabrik baik untuk proses
maupun keperluan domestik dilakukan pengolahan terhadap bahan baku air
diinstalasi water treatment, di tempat ini air diolah dengan cara pemberian bahan
kimia yang dilakukan terhadap air baku sebelum dipompakan ke pabrik untuk
kebutuhan domestik dan pemrosesan.
Pada saat pengaliran ini juga disertakan bahan kimia, yaitu: soda abu yang
berfungsi untuk mengatur PH air dan Alum yang berfungsi membersihkan lumpur,
serta Plokulan (P812) untuk mengikat lumpur sehingga terjadi proses Koagulasi
untuk menetralisir muatan, terjadinya pengendapan suspended solid dalam air dengan
cara gravitasi atau yang biasa disebut sedimentasi, kemudaian terjadi proses
pengikatan antar Koagulan sehingga membentuk partikel yang lebih besar dan dapat
mengendap.
Kemudian dilakukan proses Aerasi, dalam proses ini juga dilakukan proses
sedimentasi untuk mengendapkan lumpur. Proses Aerasinyan sendiri dilakukan
dengan sistem pengaliran ke tangki Aerasi untuk mengikat O .
Setelah proses aerasi selesai, dilakukan proses penyaringan (filtarsi),
fungsinya untuk menyaring sisa-sisa kotoran yang masih terdapat dalam air sehingga
air benar-benar bersih.
59
Pada penyaringannya menggunakan media berupa pasir, antracite, garvel, dan
karbon aktif. Air yang sudah benar-benar bersih dipompa ke menara tangki dan siap
di distribusikan. Khusus untuk kebutuhan air Boiler dan kebutuhan domestik.
Selain Air, uap juga merupakan salah satu bahan baku yang tidak kalah
pentingnya, mengingat hampir setiap proses memerlukan uap untuk mencapai
temperatur tertentu. Kegunaan Uap adalah terutama untuk yaitu Menggerak Turbin,
Proses dan Memanaskan Minyak (CPO)
Uap ini dihasilkan oleh Boiler, proses pendistribusian uap yang dimulai dari
stasiun boiler yang menghasilkan dan mengirimkan steam rata-rata ke stasiun mesin
di Ruang mesin, Uap digunakan untuk memutar Turbin, kemudian uap tersebut
terexhaust ke back pressure vessel, kemudian didistribusikan ke setiap stasiun yang
memerlukannya. Pendistribusian uap di arahkan ke sterilizer, Stasiun kernel, stasiun
tekan (press dan digesther), stasiun klarifikasi, boiler water, crude oil tank, dan
sisanya terexhaust ke udara bebas.
Stasiun sterilizer merupakan salah satu stasiun yang memiliki kebutuhan uap
yang paling besar dibandingkan dengan stasiun-stasiun lain.
Proses pengolahan kelapa sawit merupakan suatu proses yang berlangsung
secara teratur mengikuti tahap demi tahap (step by step process). Secara umum
tahapan pengolahan tandan buah kelapa sawit dapat dibagi menjadi 3 (tiga) tahapan,
yaitu:
a. Tahapan pendahuluan (perebusan TBS dan penebahan).
b. Tahapan pengubahan bentuk dan ciri-ciri (peremasan, pengempaan dan
penyaringan).
c. Tahapan penyelesaian (pemurnian dan penyimpanan minyak).
Dan secara khusus tahapan-tahapan tersebut dapat dibagi dalam beberapa
stasiun yang berbeda dan pada proses pengolahannya berlangsung secara berurutan.
Urutan stasiun-stasiun tersebut meliputi: Penerimaan buah, Pengolahan tandan,
Pengolahan buah, Pengolahan minyak, Pengolahan biji dan Pengolahan inti.
60
Tanaman Kelapa Sawit secara umum waktu tumbuh rata-rata 20–25 tahun.
Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda, hal ini dikarenakan
kelapa sawit tersebut belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada
usia empat samapi enam tahun. Dan pada usia tujuh sampai sepuluh tahun disebut
sebagi periode matang (the mature periode), dimana pada periode tersebut mulai
menghasilkan buah tandan segar ( Fresh Fruit Bunch). Tanaman kelapa sawit pada
usia sebelas sampai dua puluh tahun mulai mengalami penurunan produksi buah
tandan segar. Dan terkadang pada usia 20-25 tahun tanaman kelapa sawit mati.
Semua komponen buah sawit dapat dimanfaatkan secara maksimal. Buah
sawit memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah
menjadi CPO (crude palm oil) sedangkan buah sawit diolah menjadi PK (kernel
palm). Ekstraksi CPO rata-rata 20% sedangkan PK 2.5%. Sementara itu serta dan
cangkang biji sawit dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap. Minyak sawit
dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan,
penjernihan dan penghilangan bau atau RBDPO (Refined, Bleached and Deodorized
Palm Oil). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat
(RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). RBD Olein
terutama dipergunakan untuk pembuatan minyak goreng. Sedangkan RBD Stearin
terutama dipergunakan untuk margarin dan shortening, disamping untuk bahan baku
industri sabun dan deterjen. Pemisahan CPO dan PK dapat menghasilkan oleokimia
dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol. Secara keseluruhan proses
penyulingan minyak sawit tersebut dapat menghasilkan 73% olein, 21% stearin, 5%
PFAD (Palm Fatty Acid Distillate) dan 0.5% buangan. Berikut ini bagan proses
61
penyulingan minyak kelapa sawit dan pengolahan kelapa sawit.
Sumber: www.bbj-jfx.com/products.asp?pmo
62
4.4.2.6. Peluang
Dengan melihat lingkungan teknologi proses dalam industri baik itu teknologi
proses secara umum maupun teknologi proses di PTP Nusantara XIII (Persero)
diperoleh oeluang adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya proses pengolahan kelapa sawit secara teratur dan dan teliti, akan
menghasilkan Minyak Kelapa Sawit dan inti Kernel dengan kualitas mutu yang
baik, sehingga harga ekspornya akan naik dan dapat bersaing dengan industri
minyak lainnya seperti malaysia.
2. Jika dilihat dari sistem pengolahan air untuk keperluan Pabrik, maka sistemnya
yang digunakan sudah baik. Dengan menggunakan air melalui proses perlakuan
yang baik akan berdampak positif terhadap panjangnya umur alat produksi
sehingga biaya perawatan dan penggantian alat dapat ditekan.
3. Dengan memperhatikan kualitas bahan baku utama maka kerugian proses dapat
ditekan dan efisiensi dapat ditingkatkan sehingga target produksi meningkat.
4. Dengan memperhatikan pengendalian mutu maka didapatkan hasil proses
pengolahan dengan jumlah produksi yang maksimum.
4.4.2.7. Ancaman
Selain peluang yang didapatkan dalam teknologi proses produksi, PTP
Nusantara XIII (Persero) juga akan menemukan ancaman yang dapat merugikan PTP
Nusantara XIII (Persero) terutama terhadap pabrik pengolahan kelapa sawit.
Ancaman tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hasil Produksi menurun dan Efisiensi rendah apabila air yang digunakan oleh
Pabrik tidak sesuai dengan ketentuan industri sehingga berdampak negatif
terhadap umur alat produksi dan akan menyebabkan karatan karena air
mengandung PH asam.
2. Minyak Kelapa Sawit yang dihasilkan akan bermutu rendah, bersifat asam, dan
bahkan tidak laku dipasar ekspor apabila proses produksinya tidak sesuai dengan
standard pengendalian mutu, hal ini diakibatkan karena buah yang dijual oleh
64
petani belum benar-benar matang dan busuk serta buah terlalu lama menginap di
tempat penampungan sementara buah.
4.4.2.8. Implikasi Bisnis
Dalam suatu industri atau perusahaan, proses produksi merupakan hal yang
sangat krusial dan penting sekali, proses produksi menghasilkan output yang akan
dijual di pasar sehingga menghasilkan pendapatan oleh sebab itu perusahaan akan
mendapatkan keuntungan. Output yang dihasilkan memiliki mutu yang tinggi apabila
didukung dengan input yang baik dan memadai. Jadi dalam suatu proses produksi
peusahaan harus benar-benar memperhatikan standard mutu produksi.
4.5. Analisis Lingkungan Persaingan Yang Alami
Lingkungan persaingan yang alami merupakan hal yang sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan perusahaan. PTP Nusantara XIII (Persero) berkewajiban
menyediakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi semua individu dalam
perusahaan, serta bagi stakeholder lainnya yang melakukan aktivitas di PTP
Nusantara XIII (Persero). Perusahaan bersamasama pelanggan, pemasok, dan
stakeholder lainnya menjalankan praktek bisnis yang berwawasan lingkungan.
Perusahaan mengintegrasikan aspirasi tentang lingkungan hidup dalam praktek-
praktek bisnis dan bertanggung jawab untuk melindungi lingkunan kerja dan tunduk
pada hukum serta peraturan yang berlaku. Tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan alam adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan bertanggung jawab dan berpartisipasi aktif dalam program pe-
lestarian lingkungan hidup. Perusahaan mengoperasikan fasilitas-fasilitasnya se-
suai prosedur yang tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan
lingkungan hidup.
2. Bagian Sekretaris Korporat bertanggung jawab atas pengembangan dan koordi-
nasi seluruh kebijakan lingkungan hidup. Komite Lingkungan Hidup dalam peru-
sahaan, beranggotakan perwakilan dari seluruh bagian dan unit kerja bertugas
65
menjamin bahwa aspek lingkungan hidup berada pada tingkat kelayakan yang
tinggi di masing-masing bagian dan unit kerja.
3. Penemuan kejadian yang meragukan atau mungkin melanggar kebijakan ini harus
segera dilaporkan ke CCO.
4. Setiap Manajer Distrik, Manajer Unit Kerja, dan Kepala Bagian, bertanggung
jawab atas pelaksanaan kebijakan ini sesuai pedoman yang berlaku, dan
menginformasikan kebijakan ini kepada individu dalam perusahaan.
Hubungan–Hubungan Dengan Pelanggan, Pemasok dan Pesaing dan
Stakeholder lainnya. Perusahaan percaya bahwa dunia usaha dan publik memperoleh
manfaat jika bisnis berlangsung dalam persaingan yang sehat dan akan
memperlakukan pelanggan, rekanan bisnis dan pemasok secara wajar dan tidak akan
terlibat dalam praktek-praktek anti persaingan kepada mereka atau para pesaing
dengan membatasi ekonomi pasar bebas secara hukum.
Perusahaan berkomitmen untuk sepe-nuhnya menjunjung tinggi seluruh pene-
rapan “antitrust” (Perbaikan efisiensi pasar dan membatasi praktek perda-gangan
yang tidak wajar), pengaturan perdagangan dan hukum–hukum persaingan lainnya di
seluruh dunia. Perilaku yang menentang antitrust merupakan suatu pelanggaran bagi
setiap individu dalam perusahaan dan diberikan sanksi sesuai ketentuan perusahaan
dan hukum yang berlaku. Setiap individu dalam perusahaan yang terlibat dalam
transaksi dimana persaingan dibatasi atau adanya bentuk diskriminasi ekonomi,
diharuskan mencari penasehat hukum. Kelalaian dalam mematuhi hukum-hukum
tersebut memberikan konsekuensi serius terhadap perusahaan dan individu dalam
perusahaan, termasuk dampak sosial, denda, hukum penjara dan hilangnya reputasi.
Perusahaan memiliki berbagai macam hubungan bisnis dengan perusahaan lain
sebagai Pemasok, Pelanggan dan bahkan pesaing. Dalam berbagai situasi, perusahaan
mungkin bersepakat menjadi mitra kerja dalam beraliansi, tetapi bersaing dengan
mitra kerja tersebut dalam situasi yang lain. Oleh karena bervariasinya hubungan
bisnis, penting untuk dimengerti hubungan suatu perusahaan dalam sebuah tatanan
tertentu. Jika perusahaan membeli dari atau menjual produk perusahaan lain,
66
mungkin diperlukan negosiasi harga–harga dan syarat-syarat lainnya. Namun tidak
boleh mendiskusikan harga-harga tersebut apabila perusahaan bersaing dengannya.
CCO (Corporate Compliance Officer) bertanggung jawab atas pengembangan,
pencatatan dan koordinasi atas pelaksanaan kebijakan hubungan dengan pelanggan,
pemasok dan pesaing. Jika ditemukan kejadian yang berindikasi pelanggaran atas
kebijakan ini, harus segera dilaporkan ke CCO.
Pelanggan adalah Pembeli produk atau jasa yang diproduksi dan atau
dipasarkan perusahaan. Dalam interaksi dengan pelanggan:
1. Perusahaan menghormati hak-hak pelanggan sesuai dengan peraturan per-
undangan yang berlaku.
2. Perusahaan memenuhi komitmennya dari segi harga, kualitas, waktu pengiriman,
jaminan produk maupun layanan purna jual sesuai dengan ketentuan perusahaan,
peraturan dan perundangan yang berlaku.
3. Perusahaan memberikan layanan yang sama kepada semua pelanggan.
4. Manajemen perusahaan tidak diperkenankan memberi atau menerima segala
bentuk imbalan baik langsung maupun tidak langsung.
5. Perusahaan menjaga kerahasiaan informasi mengenai pelanggan.
Pemegang saham (Shareholders) adalah Lembaga atau individu yang tercatat
dalam pemegang saham perusahaan. Dalam segala bentuk interaksi dengan pemegang
saham:
1. Perusahaan memperlakukan pemegang saham sesuai dengan anggaran dasar
perusahaan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Perusahaan memberikan kinerja yang optimal dan menjaga citra yang baik untuk
meningkatkan nilai bagi pemegang saham.
3. Perusahaan memegang teguh perundang-undangan mengenai informasi orang
dalam (insider information) terhadap permintaan akses atas informasi tertentu
yang sensitif dan atau rahasia.
Individu dalam perusahaan adalah Dewan Komisaris, Direksi, dan seluruh
Karyawan. Dalam berinteraksi, perusahaan menerapkan hal-hal sebagai berikut:
67
1. Menghargai setiap individu dalam perusahaan, menunjukkan sikap sopan santun
serta membangun penghargaan pribadi.
2. Membangun komitmen dan menunjukkan perlakuan yang sama kepada semua
individu dalam perusahaan tanpa melihat ras, warna kulit, agama, asal-usul,
hambatan fisik atau mental, gender dan usia.
3. Meyakinkan para individu dalam perusahaan untuk menyampaikan opininya
tentang kebijakan dan praktek-praktek perusahaan dengan berkomunikasi secara
terbuka.
4. Menyediakan dan memelihara lingkungan dan tempat kerja yang kondusif, sehat
dan teratur.
5. Membuat para individu dalam perusahaan mendapatkan informasi tentang
kebijakan, rencana dan kemajuan perusahaan lewat komunikasi yang teratur.
6. Memberi peluang yang rasional kepada individu dalam perusahaan, konsisten
dengan Misi dan Visi perusahaan untuk mengikuti pelatihan agar menjadi
individu yang kompeten pada pekerjaannya.
7. Mengusahakan promosi yang konsisten dengan kebutuhan perusahaan setiap saat,
sehingga tersedia SDM dengan kualifikasi kompetensi sesuai kebutuhan.
8. Memberikan kompensasi dan manfaat yang jelas dan menarik serta memberi
imbalan dan mempertahankan individu yang berkualitas.
9. Tidak boleh memaksa, mempengaruhi dan atau melarang keterlibatan individu
memberikan kontribusi dalam proses politik selama dilakukan secara wajar serta
tidak bertentangan dengan peraturan perusahaan yang berlaku.
Petani Plasma adalah masyarakat yang memiliki lahan atau areal tanaman
perkebunan tertentu, berada di wilayah kerja perusahaan, memiliki keabsahan dan
ikatan kerja yang tertuang dalam perjanjian kerjasama. Dalam berinteraksi dengan
petani plasma:
1. Perusahaan memperlakukan petani plasma sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dengan perkembangan bisnis perusahaan.
68
2. Perusahaan menuangkan kesepakatan dalam suatu dokumen tertulis dan disusun
berdasarkan itikad baik dan saling menguntungkan.
Pemasok adalah penyedia barang dan jasa termasuk dalam arti yang sama
dipakai istilah suplier, kontraktor, konsultan dan leveransir. Dalam pengadaan barang
dan jasa:
1. Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dilakukan secara transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan dengan melibatkan calon pemasok yang mempunyai
reputasi dan catatan kerja/prestasi (track record) yang baik sesuai dengan
ketentuan perusahaan.
2. Perusahaan menghindari pemasok yang mempunyai hubungan keluarga dengan
pengambil keputusan dan atau dengan yang memiliki benturan kepentingan.
3. Manajemen perusahaan tidak diperkenankan memberi atau menerima imbalan
dalam bentuk apapun baik langsung maupun tidak langsung.
4. Perusahaan menuangkan kesepakatan dalam suatu dokumen tertulis yang disusun
berdasarkan itikad baik dan saling menguntungkan.
Kreditur adalah badan usaha atau perorangan yang telah memberikan kredit,
dan pemilik uang. Dalam menjalin kerjasama dengan kreditur:
1. Perusahaan mendasarkan pada persamaan, kesetaraan dan saling percaya.
2. Perusahaan berpedoman pada perundang-undangan yang berlaku.
3. Perusahaan tidak mempunyai benturan kepentingan.
4. Kesepakatan dituangkan dalam suatu dokumen tertulis yang disusun berdasarkan
itikad baik dan saling menguntungkan.
5. Pemilihannya berdasarkan pada profe-sionalisme, prinsip keselarasan nilai-nilai
antara internal dengan eksternal.
Publik adalah individu atau kelompok di luar perusahaan yang mempunyai
hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan perusahaan seperti
penerima bantuan Community Development, Mitra binaan PUKK, Petani Plasma,
dan lain-lain. Dalam berinteraksi dengan masyarakat:
69
1. Perusahaan turut memelihara lingkungan hidup yang bersih dan sehat di sekitar
perusahaan.
2. Perusahaan beserta unit-unit kerjanya membangun dan membina hubungan yang
serasi dan harmonis serta berupaya memberi manfaat melalui program pem-
berdayaan.
3. Perusahaan menghormati hak asasi manusia, serta aspek sosial, budaya, adat
istiadat dan agama.
Pesaing adalah perusahaan lain dan pihak luar perusahaan, yang memproduksi
dan atau memasarkan barang dan jasa yang sama. Dalam menghadapi pesaing:
1. Perusahaan menjaga terciptanya persaingan yang adil, sehat dan transparan sesuai
dengan ketentuan perusahaan dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Perusahaan tidak dibenarkan untuk mengembangkan kerjasama dengan pesaing
yang dapat merugikan pelanggan.
3. Perusahaan tidak dibenarkan mendiskreditkan pesaing.
4. Perusahaan dapat mencari informasi mengenai pesaing sejauh tidak melanggar
perundangan yang berlaku.
5. Seluruh individu dalam perusahaan tidak diperkenankan untuk ikut serta baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam kepemilikan dan kepengurusan
perusahaan pesaing.
Pemerintah sebagai Regulator adalah Institusi beserta aparaturnya pelaksana
kenegaraan yang meliputi legislatif, eksekutif, yudikatif dan lembaga lainnya, baik
tingkat pusat maupun daerah. Dalam berinteraksi dengan pemerintah:
1. Perusahaan menjalin hubungan yang baik dan konstruktif atas dasar kejujuran dan
saling menghormati.
2. Perusahaan berupaya mendukung program nasional maupun regional khususnya
di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan budaya.
Auditor dalam hal ini adalah Auditor Independen yang menyediakan jasanya
kepada masyarakat umum terutama dalam bidang audit (laporan keuangan, kepatuhan
dan operasional). Dalam berinteraksi dengan auditor:
70
1. Perusahaan tidak boleh menyembunyikan informasi yang diperlukan untuk proses
audit.
2. Perusahaan dilarang memberi aneka hadiah, uang, pelayanan atau kesenangan lain
untuk mempengaruhi hasil audit.
3. Perusahaan dilarang membuat kesepakatan untuk melakukan kebohongan publik.
4. Perusahaan harus menghargai kode etik Auditor.
Media Massa adalah institusi media komunikasi massa yang meliput media
cetak dan elektronik yang berfungsi memberikan informasi, pendidikan (edukasi),
promosi, kontrol sosial dan hiburan. Dalam berinteraksi dengan media massa:
1. Perusahaan berpegang pada kebenaran dan keterbukaan informasi sesuai kode
etik jurnalistik dan perundang-undangan yang berlaku.
2. Perusahaan menempatkan media massa sebagai mitra kerja yang sejajar, karena
itu perlu dibangun kerja sama yang positif, saling menghargai dan saling
menguntungkan.
3. Manajemen perusahaan tidak diperkenankan memberi atau menerima imbalan
dalam bentuk apapun baik langsung ataupun tidak langsung.
Perusahaan akan berjalan dengan baik apabila seluruh stakeholders
mendapatkan manfaat yang seimbang dan setiap individu di dalamnya setia pada misi
dan kepentingan perusahaan dan oleh karena itu perusahaan tidak membenarkan
setiap individu dalam perusahaan terlibat dalam konflik kepentingan dengan
perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh sebab itu:
1. Kebijakan ini berlaku bagi individu dalam perusahaan, batihnya, atau
keluarganya.
2. Setiap individu yang menjumpai keraguan atas kewajaran dari setiap kepentingan
atau kegiatannya di luar Perusahaan bisa memperoleh kejelasan setiap saat
dengan mengajukan permohonan tertulis melalui atasannya. Semua kepentingan
atau kegiatan di luar yang telah diberitahukan kepada Perusahaan secara lengkap
dan mendapat persetujuan, baik pada saat awal bergabung dengan perusahaan
maupun sesudahnya, boleh dilanjutkan dengan cara sebagaimana disetujui kecuali
71
di-nyatakan sebaliknya. Setiap aktivitas pribadi atau kepentingan individu yang
dapat berpengaruh negatif terhadap penilaian, keputusan dan tindakan individu
dalam perusahaan harus disampaikan ke atasannya, Bagian PSDM dan CCO yang
akan menentukan apakah terdapat konflik dan bagaimana mengatasinya tanpa
bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Pengungkapan yang sebenarnya
tanpa disembunyikan adalah langkah pertama menuju identifikasi dan pemecahan
atas masalah-masalah potensial.
3. Manajer Distrik, Manajer Unit Kerja, dan Kepala Bagian bertanggung jawab pada
operasi di bagian/unit kerja di bawahnya dalam hubungannya dengan kebijakan
ini dan meyakinkan diri bahwa individu dalam perusahaan telah mengetahui serta
mempedomaninya ke dalam maupun ke luar perusahaan.
4.5.1. Peluang
1. Kerjasama yang baik tentunya akan menguntungkan baik bagi perusahaan,
pemasok, Stakeholder, maupun berbagai pihak yang menjalin kerjasama,
sehingga terciptanya lingkungan bisnis yang kondusif. Hal ini akan menjadi
peluang besar untuk perkembangan dan kemajuan secara bersama-sama.
2. Persaingan yang sehat akan menghasilkan struktur kerja sesuai dengan yang
diinginkan, sehingga diperoleh output yang optimal.
3. Kepatuhan terhadap hukum merupakan hal yang positif supaya tindakan bisnis
yang dilakukan tidak keluar dari jalur bisnis yang sebenarnya agar pelanggaran
etik bias lebih ditekankan.
4.5.2. Ancaman
Apabila terjadi ketidakharmonisan antara perusahaan dengan pihak yang lain
dalam melakukan kerjasama, akan berdampak buruk terhadap kelangsungan hidup
perusahaan secara keseluruhan.
4.5.3. Implikasi Bisnis
Setiap perusahaan menginginkan lingkungan persaingan yang alami. Dengan
adanya Lingkungan Persaingan yang Alami dalam suatu perusahaan, maka aktivitas
72
bisnis dapat berjalan lancar sehingga kelangsungan bisnis dapat secara terus-menerus
ditingkatkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan hubungan yang baik antar
karyawan dalam satu perusahaan maupun antar perusahaan dengan pelanggan.
4.6. Analisis Lingkungan Ekonomi Regional
Kemajuan sebuah perusahaan tidak saja dinilai dari pertumbuhan di laporan
keuangannya saja. Lebih penting lagi adalah bagaimana kehadiran perusahaan dalam
mendorong kemajuan ekonomi regional. PTP Nusantara XIII sebagai BUMN yang
bergerak di bidang Agroindustri menyikapinya dengan mendorang ekonomi rakyat
sekitar. Di samping juga menggalakkan upaya-upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat.
Keberadaan perusahaan-perusahaan di daerah harus mampu memberikan nilai
tambah terhadap daerah. Setidaknya mampu menjadi katalis pertumbuhan ekonomi
daerah, mampu menciptakan lapangan kerja, dan mendorong kemajuan ekonomi
kerakyatan. Dari sini nanti akan timbul respek dari rakyat lokal yang ujung-ujungnya
akan berimbas pada suasana kondusif yang dapat memacu kinerja. Meski tidak semua
perusahaan memahami kredo tersebut, sebab masih banyak perusahaan yang
memandang tanggung jawab sosial perusahaan dianggap sebagai aktifitas sia-sia yang
hanya membuang-buang biaya.
Anggapan ini yang kemudian kerap menjadikan adanya ketidaksamaan
persepsi antara masyarakat dengan perusahaan dalam memandang eksistensi sebuah
unit usaha.
Akibatnya, tidak semua proyek bisa diterima masyarakat dengan mulus.
Padahal, perusahaan seharusnya memposisikan kegiatan community development
(comdev) sebagai sarana yang efektif untuk melakukan pendekatan terhadap
masyarakat agar dapat menerima eksistensi perusahaan. Kiat-kiat yang efektif untuk
menegosiasikan persoalan tersebut. Pada intinya, bagaimana mengelola sebuah
program Coorporate Social Responsibilities (CSR) agar bisa efektif adalah kuncinya.
PTP Nusantara XIII adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada
73
bidang usaha agroindustri. Komoditas utama yang dikelola PTP Nusantara XIII
adalah Kelapa Sawit dan Karet.
Arah pengembangan Kelapa Sawit dilakukan melalui usaha horisontal dan
vertikal. Pengembangan horisontal melalui perluasan areal terutama Kebun Plasma.
Sedang pengembangan yang bersifat vertikal merupakan strategi membangun Down
Stream Industry dimana di dalamnya terdapat Industri Fraksinasi, Refinery, Oleo
Kimia, Biodiesel dan Industri Pemanfaatan Sisa Olahan. Bagi PTP Nusantara XIII
dengan kegiatan operasi yang lebih banyak di kawasan remote area, kegiatan comdev
harus memiliki azas manfaat.
Dengan kata lain kontribusi yang diberikan pada masyarakat setempat tidak
semata memberikan sumbangan dalam bentuk kepedulian belaka, melainkan harus
diberikan manfaat yang kongkrit terhadap masyarakat. Dalam kaitan hal itu PTP
Nusantara XIII ikut aktif secara nyata membangun ekonomi kerakyatan untuk
menjaga keseimbangan sosial dan komunitas di sekitar kebun yang tersebar dalam
remote area pada empat provinsi (Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Selatan dan Kalteng). Pola pembangunan ekonomi kerakyatan yang dilakukan
PTPN13 di sekitar wilayah kebun adalah pembangunan Kebun Plasma pola PIRBUN
(PIR Swadana, PIR Berbantuan dan PIRTRANS), KKPA (Kredit Koperasi Primer
untuk Anggotanya). Program Kemitraan dan Bina Lingkungan.
Dana pembangunan ekonomi kerakyatan ini disediakan dalam bentuk kredit
bersumber dari perbankan dalam dan luar negeri, perusahaan dan hibah. Pada
dasarnya PTP Nusantara XIII mengelola dua areal tanaman, yaitu kebun sendiri dan
kebun plasma pola PIRBUN dan Pola KKPA. Kebun sendiri merupakan areal yang
seluruhnya dimiliki oleh PTP Nusantara XIII, sedangkan kebun plasma merupakan
areal milik petani. Produk dari Plasma dibeli, diolah dan dipasarkan oleh PTP
Nusantara XIII sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada masa mendatang luas
areal kebun sendiri diprogramkan tetap, sedangkan areal kebun plasma semakin luas
sehingga pembangunan ekonomi kerakyatan semakin nyata.
74
Petani Plasma sebagai pemilik kebun sangat berperan dalam meningkatkan
produktivitas sekaligus pendapatannya sendiri. PTP Nusantara XIII aktif membangun
Kebun Plasma dengan Pola PIRBUN (PIR Swadana. PIR Berbantuan dan
PIRTRANS) sejak tahun 1981 dengan sumber dana Kredit Bank Dunia dengan
komoditi Kelapa Sawit dan Karet. Total areal Kebun Plasma yang telah dibangun
sebesar 86.494 Ha (58.92 % dari total areal) termasuk Kebun Inti dengan jumlah
petani sebanyak 43.247 Kepala Keluarga (KK). Pada saat ini Kebun Plasma tersebut
sedang berproduksi dan PTP Nusantara XIII membeli produksi TBS (tandan buah
segar) dari petani Plasma tersebut dengan harga sesuai dengan Harga yang
dikeluarkan oleh Tim Penetapan Harga yang diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi
setempat. Pada saat pembangunan Kebun Plasma Pola PIRBUN, peranan PTP
Nusantara XIII adalah sebagai agen pengembangan pembinaan dalam bidang kualitas
dan kuantitas produksi, dan membeli produksi sesuai dengan harga yang ditetapkan
oleh Pemerintah Propinsi setempat melalui Tim Penetapan Harga, mengolah dan
memasarkan produk Petani Plasma. Setelah konversi yang bertanggung jawab penuh
terhadap produksi adalah Petani sendiri sebagai pemilik kebun. PTP Nusantara XIII
membantu instansi terkait melakukan pembinaan Petani Plasma terutama agar
kualitas produksi bahan baku yang disetor ke pabrik sesuai dengan standar mutu TBS
yang ditetapkan Dirjenbun, untuk persiapan replanting.
Pemerintah (Dirjenbun) telah membentuk program IDAPERTABUN (luran
Dana Asuransi Perkebunan) dengan menyisihkan sebagian dari hasil penjualan
produksi untuk dana peremajaan. Kenyataannya, kebanyakan petani mengambil
kembali uangnya untuk keperluan lain yang mendesak seperti bayar uang sekolah
anak dan sebagainya. Di samping dengan pola PIRBUN, PTP Nusantara XIII juga
mengaplikasikan pembangunan kerakyatan dengna pola KKPA (Kredit Koperasi
Primer untuk Anggotanya).
Melalui pola pembangunan ekonomi kerakyatan pola KKPA, PTP Nusantara
XIII telah merealisasikan pembangunan Kebun Plasma Pola KKPA seluas 24.220,88
Ha dengan melibatkan 12.110 KK di sekitar wilayah Unit Usaha. Pembangunan dan
75
pemeliharaan kebun sampai kreditnya lunas kepada Bank tetap dilakukan oleh PTP
Nusantara XIII.
Dalam pekerjaan pembangunan dan pemeliharaan kebun, petani
diikutsertakan. Dengan mengadaptasi pola ini PTP Nusantara XIII telah
mengeluarkan dana talangan sebesar Rp97,77 Milyar per 31 Desember 2006, dengan
alokasi dana talangan pembangunan Rp25,88 Milyar; dana talangan dibayar Rp60.90
Milyar; dana talangan Tanaman & ndash; Rp10,99 Milyar sehingga total menjadi
Rp97,77 Milyar. Segmen usaha yang dikelola PTP Nusantara XIII yaitu Kelapa Sawit
dan Karet.
Dalam hubungan ini PTP Nusantara XIII memiliki kompetensi dalam bidang
pengolahan kelapa sawit menjadi Minyak Sawit (MS) dan Inti Sawit (IS) serta
pengolahan karet menjadi Ribbed Smoked Sheet (RSS) dan Standard Indonesian
Rubber (SIR-20). Produk MS atau yang lebih dikenal dengan CPO (Crude Palm Oil)
dan IS disebut juga kernel yang dihasilkan PTP Nusantara XIII sepenuhnya
dipasarkan untuk memenuhi konsumsi industri minyak nabati di Indonesia. Sekitar
30% produk olahan karet berupa RSS dan SIR-20 dialokasikan untuk pasar domestik
dan 70% dialokasikan untuk pasar global seperti India, Pakistan, Turki, Cina, Jerman
dan Argentina. Upaya Mendorong Kesejahteraan di samping mengedepankan
pembangunan ekonomi kerakyatan yang pada akhirnya mendorong eknomi daerah,
PTP Nusantara XIII juga tidak menutup mata dengan kondisi riil warga di sekitar
kebun.
Tingkat kesejahteraan warga yang ada di kebun-kebun terutama di kawasan
remote area, membuat warga tidak semata mata membutuhkan kail saja. Karena
dalam kondisi tertentu mereka juga memerlukan kepedulian untuk mengangkat
kesejahterannya. disamping itu, PTP Nusantara XIII pun tidak menafikkan
pelaksanaan program bina lingkungan yang bersifat filantropis yang diharapkan
mampu mendorong kesejahteraan warga sekitar. Setidaknya bisa memberikan
motifasi. Bentuk kepeduliannya adalah memberikan fasilitas belajar mengajar,
76
menyediakan infrastruktur sekolah, pelatihan organisasi, pelatihan keterampilan dan
kewirausahaan, bantuan bea siswa dan lainnya.
Dalam hal pembinaan kewirausahaan, PTP Nusantara XIII aktif dalam
pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang dahulu dikenal dengan
PUKK (Pembinaan Usaha Kecil dan Koperasi) disekitar wilayah kebun (unit kerja)
dengan sistem dana bergulir dan hibah yang langsung mendukung kegiatan
kemitraan. Dana untuk program kemitraan ini berasal dari pembagian laba yang
disahkan oleh RUPS. Jumlah mitra binaan sampai dengan tahun 2006 sebanyak 616
mitra.
Total dana kemitraan yang telah disalurkan PTP Nusantara XIII sampai
dengan tahun 2006 sebesar Rp7.934.091.000 dan dalam bentuk hibah sebesar
Rp197.061.837. Jenis Usaha yang didanai oleh Program Kemitraan antara lain:
warung sembako, pandai besi, kerajinan tangan, bengkel motor, vulkanisir, keramba
ikan, kios BBM, rumah makan sederhana, dan lain-lain. Kemudian kepedulian dalam
bentuk infrastruktur; Seperti pengembangan sarana dan prasarana umum, meliputi
perbaikan jalan dan sebaginya. Upaya-upaya nyata yang telah dilakukan diantaranya,
membantu meningkatkan/membangun infrastruktur bagi masyarakat di sekitar unit
usaha (Jalan desa, Jembatan, Balai Pertemuan dan lain-lain), peningkatan kualitas
sarana sosial seperti perbaikan gedung sekolah, bantuan penerangan, sarana air bersih
dan rumah ibadah sebagai wujud kepedulian terhadap masyarakat di sekitar unit
usaha. PTP Nusantara XIII juga memiliki kepedulian yang berimbang untuk menjaga
kelestarian lingkungan, kesehatan dan keamanan.
Dalam hal ini perusahaan menyediakan sarana kesehatan seperti Rumah Sakit
dua unit yang berada di Kebun Parindu dan Kebun Danau Salak, Rumah Sakit
Pembantu dua unit berada di Kebun Gunung Meliau dan Kebun Sungai Dekan, serta
poliklinik delapan unit yang berada di Kebun Rimba Belian, Kebun Kembayan,
Kebun Sintang, Kebun Ngabang, Kebun Tajati, Kebun Tabara dan Kebun Kumai.
Dalam rangka menunjang aktivitas sosial kemasyarakatan warga sekitar unit usaha,
PTP Nusantara XIII ikut aktif dalam Program Bina Lingkungan.
77
Program ini merupakan upaya pembinaan dan penyaluran bantuan dana hibah
kepada masyarakat wilayah sekitar kebun/unit usaha. Sumber dana Bina Lingkungan
dari pembagian laba yang disahkan oleh RUPS. Pada tahun 2006 PTP Nusantara XIII
merealisasikan permohonan bantuan sebanyak 159 Proposal. Total dana yang telah
dikeluarkan PTP Nusantara XIII untuk program Bina Lingkungan sampai dengan
tahun 2006 sebesar Rp7.824.306.499. Upaya-upaya yang dilakukan oleh PTP
Nusantara XIII ini direspons positif oleh masyarakat. Warga di sekitar unit-unit usaha
PTP Nusantara XIII merasakan perubahan yang signifikan berkat keberadaan
perusahaan. Perekonomian pun menjadi tergenerasi dengan baik.
Apresiasi nyata yang diterima oleh PTP Nusantara XIII adalah mendapat
Piagam Penghargaan atas peran serta PTP Nusantara XIII dalam pembangunan
Kalimantan Barat melalui Sumbangan/Partisipasi Pihak Ketiga. Setidaknya dari
gambaran yang dilakukan menunjukkan bahwa comdev atau CSR secara umum
bukanlah sebuah kegiatan cost center yang tidak bermanfaat bagi perusahaan.
Sebaliknya, jika CSR ini dilaksanakan dengan efektif dan efisien serta didukung
dengan perencanaan yang matang, maka biaya yang dikeluarkan bisa direduksi.
Sementara manfaat yang diperoleh perusahaan pun menjadi signifikan.
4.6.1. Peluang
1. Tindakan Pengembangan Komoditas dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
yang dilakukan PTP Nusantara XIII merupakan wujud dari investasi masa depan,
sehingga kelangsungan hidup perusahaan akan menjadi baik, hubungan dengan
masyarakat akan tenteram.
2. Selain mewujudkan Tanggung Jawab Perusahaan dengan membangun Rumah
Sakit besar, Rumah Sakit cabang dan poliklinik, PTP Nusantara XIII (Persero)
juga akan mendapatkan penghasilan tambahan dari Rumah sakit tersebut.
3. Dengan terciptanya peluang kerja, maka mengurangi angka pengangguran
masyarakat Indonesia pada umumnya, masyarakat disekitar perusahaan pada
khususnya.
78
4. Adanya penghargaan karena ikut membangun Kalimantan Barat dengan program
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, PTP Nusantara XIII (Persero) akan
mendapat image baik sehingga dapat menarik investor dari luar.
4.6.2. Ancaman
1. Resiko terjadinya perselisihan sangat besar yang diakibatkan oleh kecemburuan
sosial dan kesalahfahaman antara masyarakat dengan pihak perusahaan.
2. Apabila keberadaan perusahaan tidak mampu memberikan nilai tambah terhadap
ekonomi masyarakat setempat, dalam waktu singkat perusahaan akan teramcam
keberadaannya.
4.6.3. Implikasi Bisnis
Kemajuan sebuah perusahaan tidak saja dinilai dari pertumbuhan di laporan
keuangannya saja. Oleh sebab itu hal penting yang harus dilakukan oleh PTP
Nusantara XIII (Persero) adalah bagaimana kehadirannya dalam mendorong
kemajuan ekonomi regional. PTP Nusantara XIII (Persero) sebagai BUMN yang
bergerak di bidang Agroindustri wajib menyikapinya dengan mendorang ekonomi
rakyat sekitar. Di samping juga menggalakkan upaya-upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat, keberadaan PTP Nusantara XIII (Persero) di daerah harus
mampu memberikan nilai tambah terhadap daerah. Setidaknya mampu menjadi
katalis pertumbuhan ekonomi daerah, mampu menciptakan lapangan kerja, dan
mendorong kemajuan ekonomi kerakyatan.
4.7. Analisis Lingkungan Kebijakan Industri & Kebijakan Sektoral
Pada dasarnya PTP Nusantara XIII (Persero) mengelola dua areal tanaman,
yaitu kebun sendiri dan kebun plasma pola PIRBUN dan pola KKPA. Kebun sendiri
merupakan areal yang seluruhnya dimiliki oleh PTP Nusantara XIII (Persero),
sedangkan kebun plasma merupakan areal milik petani. Produk dari Plasma dibeli,
diolah dan dipasarkan oleh PTP Nusantara XIII (Persero) sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pada masa mendatang laus areal kebun sendiri diprogramkan tetap,
sedangkan areal kebun plasma semakin luas sehingga membangun ekonomi
79
kerakyatan semakin nyata. Petani plasma sebagai pemilik kebun sangant berperan
dalam meningkatkan produktivitas sekaligus pendapatan sendiri. Sedangkan PTP
Nusantara XIII (Persero) berperan sebagai pembina, pengolah serta menjadi penjual
dari produk yang dihasilkan.
Segmen usaha yang dikelola oleh PTP Nusantara XIII (Persero) yaitu Kelapa
Sawit dan Karet. Dalam hubungan ini PTP Nusantara XIII (Persero) memiliki
kompetensi dalam bidang pengolahan kelapa sawit menjadi minyak sawit (MS) dan
Inti Sawit (IS) serta pengolahan karet menjadi Rubbed Smoked Sheet (RSS) dan
Standard Indonesian Rubber (SIR-20). Produk MS atau yang lebih dikenal dengan
CPO (Crude Palm Oil) dan IS disebut juga kernel yang dihasilkan PTP Nusantara
XIII (Persero) sepenuhnya dipasarkan untuk memenuhi konsumsi industri minyak
nabati di Indonesia. Sekitar 30% produk olahan karet berupa RSS dan SIR-20
dialokasikan untuk pasar domestik dan 70% dialokasikan untuk pasar global seperti
India, Pakistan, Turki, Cina, Jerman, dan Argentia.
Sampai dengan akhir tahun 2003, kontribusi PTP Nusantara XIII (Persero)
terhadap produksi CPO dunia sebasar 0,78% (207 ribu ton dari 26.417 ribu ton)
sedangkan terhadap produksi CPO di indonesia sebesar 2,14% (207 ribu ton dari
9.653 ribu ton), dengan pertumbuhan produksi rata-rata pertahun sebesar 3,13% sejak
tahun 1999. untuk produksi karet, kontribusi PTP Nusantara XIII (Persero) terhadap
produksi karet Dunia sebesar 0,38% (28 ribu ton dari 7.450 ribu ton) sedangkan
terhadap produksi karet di Indonesia sebesar 1,75% (28 ribu ton dari 1.598 ribu ton).
Jika mencermati informasi di atas, tingkat pertumbuhan rata-rata pertahun untuk
produksi di Indonesia dan Dunia lebih besar jika dibandingkan dengan tingkat
pertumbuhan konsumsi rata-rata pertahun di Indonesia dan Dunia. Untuk waktu-
waktu yang akan datang atmosfir persaingan akan semakin ketat, sebagaimana
tergambar pada tabel 4-8 di bawah ini:
80
Sumber: Laporan tahunan 2006, PTP Nusantara XIII
Kondisi lingkungan persaingan lainnya muncul karena CPO, Kernel, RSS dan SIR-20
bukan merupakan produk yang spesifik, dan produsen untuk keempat produk tersebut
yang merupakan pesaing bagi PTP Nusantara XIII (Persero) jumlahnya cukup
banyak.
Disamping itu, khusus untuk produk CPO dan Kernel, volume permintaan dan
harga yang berlaku di pasar juga dipengaruhi oleh ketersediaan produk-produk
substitusi seperti minyak kedelai, minyak bumi matahari dan minyak lobak yang
banyak dihasilkan oleh negara-negara Amerika Latin. Dalam menghadapi kondisi
persaingan tersebut.
faktor-faktor keunggulan penting yang dimiliki oleh PTP Nusantara XIII
(persero) adalah:
1. Luas areal tamanan memadai.
2. Areal cadangan masih cukup luas.
3. Varietas tanaman memiliki potensi produksi yang tinggi.
4. Umur tanaman sebahagian besar masih dalam tarap produktif.
5. Program peremajaan sudah menggunakan varietas baru dengan potensi produksi
yang lebih tinggi.
6. Fasilitas pengolahan cukup memadai.
7. Hubungan dengan pelanggan sangat baik.
8. Kondisi keuangan perusahaan cukup kondusif.
9. Teknologi informasi sudah memadai.
10. Dan lain-lain
4.7.1. Areal Kebun Sendiri
81
Selama 5 tahun terakhir (2002-2006), rata-rata peningkatan areal kebun
sendiri 0,76%. Pada tahun 2006 luas areal tanaman kebun kelapa sawit kebun sendiri
sebesar 48.565 Ha dan jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2005 sebesar
48.007 Ha, terjadi peningkatan luas areal sebesar 557 Ha atau 1,16% karena adanya
penanaman tanaman baru.
Tabel 4-9: Komposisi luas areal tanaman kebun sendiri tahun 2006 sebagai berikut:
Sumber: Laporan Tahunan 2006 PTPN XIII (Persero)
Grafik areal kebun sendiri (2002-2006):
Komposisi tanaman Kelapa Sawit menunjukkan luas areal tanaman tua mancapai
34,14%. PTP Nusantara XIII (Persero) telah melakukan peremajaan sejak tahun 2005
dengan sistem suntik mempergunakan bahan kimia glyphosate.
4.7.2. Areal Kebun Plasma
Selama lima tahun terakhir (2002-2006), rata-rata peningkatan luas areal
kebun plasma 4,16%. Pada tahun 2006 luas areal tanaman kebun plasma sebesar
82
55.469 Ha. Jika dibandingkan dengan luas areal pada tahun 2005 sebesar 54.963 Ha
maka terjadi penambahan luas areal sebesar 506 Ha atau sebesar 0,92%.
Tabel 4-10 Komposisi luas areal tanaman kebun plasma pada 2006 sebagai berikut:
Sumber: Laporan tahunan 2006, PTP Nusantara XIII (Persero)
Grafik areal kebun plasma (2002-2006):
Komposisi tanaman Kelapa Sawit menunjukkan bahwa luas areal tanaman tua
mencapai 17,67% diprogramkan untuk diremajakan melalui dana program revitalisasi
perkebunan. Perbandingan luas areal Kelapa Sawit Kebun Sendiri dengan Kebun
Plasma 2006 seperti dalam grafik PIE (%) di bawah ini:
83
(Sumber: Laporan tahunan 2006, PTPN XIII (Persero)
4.7.3. Peluang
PTP Nusantara XIII (Persero) memiliki kompetensi dalam bidang pengolahan
kelapa sawit menjadi minyak sawit (MS) dan Inti Sawit (IS) serta pengolahan karet
menjadi Rubbed Smoked Sheet (RSS) dan Standard Indonesian Rubber (SIR-20).
Sekitar 30% produk olahan karet berupa RSS dan SIR-20 dialokasikan untuk
pasar domestik dan 70% dialokasikan untuk pasar global seperti India, Pakistan,
Turki, Cina, Jerman, dan Argentia, serta PTP Nusantara XIII (Persero) memiliki
beberapa keungulan antara lain luas areal cukup luas, fasilitas pengolahan memadai,
dan lain-lain sehingga memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan perusahaan
perkebunan lainnya.
4.7.4. Ancaman
Luas areal tanah yang diserahkan oleh masyarakat kepada perusahaan cukup
luas, sehingga masyarakat menjadi kehilangan tanah. Tanah akan menjadi tandus
apabila masa tanaman kelapa sawit telah habis, sehingga tanah tidak dapat
dimanfaatkan lagi apabila tidak diberi pupuk/penyubur.
4.7.5. Implikasi Bisnis
Dengan melihat besarnya kontribusi PTP Nusantara XIII (Persero) terhadap
supplai minyak kelapa sawit dan karet, maka diharapkan kepada PTP Nusantara XIII
(Persero) tidak hanya mempertahankan, malainkan secara terus-menerus untuk
84
meningkatkan kinerjanya sehingga dengan kinerja yang baik didapatkan mutu minyak
yang baik pula.
4.8. Analisis Lingkungan Politik
4.8.1. Lingkungan Politik Dalam Negeri
Politik dalam negeri merupakan hal yang sangat krusial terhadap
perkembangan kemajuan suatu perusahaan. Sebagaimana kita ketahui, upaya untuk
memulihkan krisis ekonomi yang melanda Indonesia telah dilakukan walaupun
hasilnya tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Hal ini tidak terlepas dari terjadinya
bebagai permasalahan secara beruntun dan berkesinambungan.
Krisis multidimensi serta segala dampak yang belum sepenuhnya dapat
diatasi. Belum pulihnya peran sektor perbankkan untuk mendukung sektor riil, masih
terjadi konflik sosial dan gangguan keamana di beberapa daerah, rendahnya
kepercayaan dunia usaha luar negeri terhadap Indonesia, membengkaknya hutang
pemerintah dan dunia usaha, adalah contoh-contoh masih dari terjadinya krisis. Selain
itu, dampak dari krisis tersebut telah menyebabkan turunnya daya saing global
Indonesia.
Sementara dampak krisis yang belum dapat dipulihkan maka upaya untuk
menata ulang kehidupan berbangsa dan bernegara melalui reformasi, meskipun sudah
berjalan namun hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Reformasi hukum dan
kelembagaan, meskipin prosesnya sudah berjalan cukup jauh namun hasilnya masih
jauh dari sempurna.
Dari berbagai permasalahan yang terjadi serta dampak negatifnya merupakan
tantangan yang luar biasa bagi bangsa Indonesia dalam mempertahankan
perekonomian, meningkatkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan perolehan
devisa yang sekaligus menghemat dalam penggunaannya.
Pembangunan industri dan perdagangan dihadapkan pada tantangan yang
berasal dari dalam negeri, yaitu antara lain masih perlunya penyempurnaan dan
pembaharuan beberapa perangkat hukum. Dengan dikeluarkannya UU Nomor 5
85
Tahun 1999 tentang Larangan Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat diharapkan akan
tercipta demokrasi dalam bidang ekonomi yang menghendaki adanya kesempatan
yang sama bagi setiap warga Negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi
dan pemasaran barang dan atau jasa dalam iklim usaha yang kondusif, sehingga
mendorong pertumbuhan ekonomi dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.
Sementara itu, penetapan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen dimaksudkan untuk medukung tumbuhnya dunia usaha agar mampu
menghasilkan beraneka barang dan atau jasa yang memiliki kandungan teknologi
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan sekaligus
mendapatkan kepastian atas barang dan atau jasa yang diperoleh dari perdagangan
tanpa mengakibatkan kerugian untuk konsumen. Namun demikian masih ada
perangkat hukum dan peraturan yang masih harus disempurnakan atau dibuat, antara
lain, sampai dengan saat ini kita belum mempunyai aturan tentang “safeguard”.
Dengan demikian kita tidak bisa memanfaatkan salah satu “trade remedy” tersebut
untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan impor, yang seringkali
dilakukan secara tidak “fair”. Permasalahan lainnya di sektor industri adalah belum
meratanya persebaran industri yang ada di Inodnesia, hal ini terutama disebabkan
kurangnya dukungan infrastruktur di luar Jawa, termasuk di Kalimantan dimana
berdirinya PTP Nusantara XIII (Persero).
Tantangan tersebut harus dihadapi dengan kebijakan, strategi, dan program
yang tepat. Pada saat ini telah disusun Kebijakan Revitalisasi dan Pengembangan
Industri dan Perdagangan. Melalui kebijakan ini diharapkan pembangunan Industri,
perdagangan dalam negeri, dan perdagangan luar negeri diupayakan untuk dipulihkan
kinerjanya dan sekaligus diupayakan untuk dikembangkan sehingga mempunyai
kerangka landasan yang lebih baik.
Revitalisasi dan Pengembangan Industri meliputi revitalisasi industri dan
pengembangan industri. Revitalisasi indurti difokuskan pada cabang-cabang industri
yang banyak menyerap tenaga kerja dan menghasilkan devisa, seperti Tekstil dan
Produk Tekstil, Elektronika, Alas Kaki, Pengolahan Kayu, Serta Pulp dan Kertas,
86
agar kinerjanya cepat pulih kembali. Sedangkan penganbangan industri difokuskan
pada beberapa cabang industri yang diharapkan akan mengembangkan kemampuan
lebih lanjut dalam menyerap tenaga kerja dan menghasilkan devisa serta sekaligus
akan memperkuat struktur industri nasional. Cabang-cabang industri tersebut adalah:
Kulit dan Produk kulit, Pengolahan Ikan, Pengolahan CPO, Pupuk dan Alat
Pertanian, Makanan, Software, serta Perhiasan dan Kerajinan. Selanjutnya, kokohnya
struktur industri nasional juga memerlukan pengembangan industri-industri
pendukung, yang meliputi: Industri Barang Modal, dan Industri Penghasil
Komponen, terutama komponen permesinan, Elektronika, dan Otomotif, serta
industri pendukung lainnya seperti penyamakan kulit dan penghasil asesoris. Di
samping merevitalisasi industri yang telah ada, suksesnya revitalisasi dan
pengembangan industri ini akan sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam
meningkatkan kinerja investasi, baik penanaman modal asing maupun penenaman
modal dalam negeri.
Berkurangnya peran impor untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri,
merupakan sumber pertumbuhan ekonomi yang tidak dapat diabaikan. Penguasaan
pasar dala Negeri diharapkan memberikan kesempatan yang lebih baik kepada
produk dalam negeri untuk lebih berkembang, sehingga daya saingnya di pasar
Internasional dalam hal harga, mutu, dan penyerahan dapat ditingkatkan. Kebijakan
dan strategi tersebut di atas, dalam operasionalnya memerlukan programp-program
yang jelas serta terukur keberhasilannya. Oleh karena itu, di samping terus
melanjutkan program-program lainnya, yang telah dijabarkan dalam rangka
revitalisasi dan pengembangan industri dan perdagangan maka Depperindag akan
lebih memfokuskan pada Program Pemberdayaan Produk Dalam Negeri yang antara
lain, terdiri dari:
1. mengoptimalkan kemampuan industri dalam negeri. Hal ini dilakukan melalui:
optimalisasi kemampuan industri dalam negeri dalam rangka pengadaan
pemerintah/BUMN, termasuk pada PTP Nusantara XIII (Persero) sehingga
tercipta kesempatan yang lebih besar bagi industri dalam negeri untuk tumbuh
87
dan berkembang. Revisi terhadap Keppres No. 18 Tahun 2000 perlu dilakukan,
termasuk untuk mengharuskan pembelian omport oleh pemerintah/BUMN
dikaitkan dengan imbal dagang. Demikian pula terbentuknya Tim Optimalisasi
Pemberdayaan Kemampuan Industri Dalam Negeri perlu difasilitasi.
2. Memberantas Uncer-invoicing dan mewujutkan transparansi dalam importasi. Hal
ini dilakukan melalui penerapan Pre Shipment nspection (PSI) yang secara
bertahap mengarah pada MRTI (manajemen Resiko Transaksi Impor), dengan
tidak membebani anggaran pemerintah serta tidak mengurangi kewenangan
Direktirat Jenderal Bea dan Cukai; agar tercipta mekanisme kontrol antara ”pre –
audit” dan post-audit” di mana sistem ini akan menunjukkan komitmen
pemerintah untuk mewujudkan transparansi dan pemberantasan KKN.
3. Memberantas penyelundupan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan koordinasi
antar instansi untuk menjamin efektivitas upaya nasional dalam menanggulangi
penyelundupan sehingga terwujut perdagangan dalam Negeri yang adil sekaligus
mencegah pencurian sumber daya nasional.
4. Mengupayakan stabilitasi harga komoditas pertanian. Hal ini dilakukan melalui
penyediaan skema pembiayaan untuk menyangga harga yang turun dalam masa
panen serta membangun dan mengembangkan sistem resi guddang Warehouse
Receipt System (WRS) sehinga posisi tawar petani dapat ditingkatkan.
5. Mengembangkan skema pembiayaan dalam negeri. Hal ini dilakukan melalui
dukungan pembiayaan oleh perbankkan dan lembaga keuangan non-bank yang
lebih memadai bagi sektor riil, sehingga dicapai peningkatan penguasaan pasar
dengan barang modal dan konpinen hasil produksi dalam negeri.
6. Meningkatkan peran perpajakkan untuk meningkatkan daya saing. Hal ini
dilakukan melalui: penangguhan PPN komoditas strategis serta mempermudah
dan mempercepat restitusi PPN ekspor, agar beban modal kerja dapat dikurangi
sehingga daya saing dapat ditingkatkan.
7. Membangun nasionalisme dalam dalam memberdayakan produk dalam negeri.
Hal ini dilakukan memalui pencanangan tahun 2003 sebagai tahun Pemberdayaan
88
Produk Dalam Negeri (P2DN) oleh Ibu Presiden R.I, yang diikuti dengan
penyelenggaraan Pameran Produksi Indonesia tahun 2003 (PPI-2003) di Jakarta
serta kampanye P2DN melalui jalur pendidikan.
Aspek lainnya dalam kebijakan revitalisasi perdagangan dalam negeri adalah
pertama, pengembangna sistem distribusi nasional dalam kesatuan pasar nasional
untuk meningkatkan efisiensi dan kelancaran distribusi yang dilakukan melalui
peningkatan koordinasi dan penataan pola distribusi secara efektif, pengembangan
jalur distribusi alternatif apabila terjadi gangguan distribusi dan kelangkaan barang,
peningkatan akses pasar dan informasi, peningkatan fasilitas distribusi dengan
membangun terminal dan sub-sub terminal, serta pengurangan hambatan perdagangan
regional akibat diterbitkannya berbagai aturan yang berkaitan dengan tata niaga.
Kedua, penguatan usaha dan kelembagaan perdagangan yang dilakukan melalui
pemberian legalitas usaha, pelayanan informasi dan upaya pengembangan SDM,
peningkatan penyelanggaraan pendaftaran perusahaan, pengembangan jaringan dan
kelembagaan informasi yang sinergis, peningkatan pelayanan pasar dalam negeri
yang meliputi pembangunan dan penerapan sistem pengawasan barang beredar dan
jasa, serta peningkatan tertib ukur. Ketiga, koordinasi penyelanggaraan perlindungan
konsumen. Hal ini dilakukan melalui penguatan lembaga independen dan dukungan
kepada LSM perlindungan konsumensebagai mitra dalam pengawasan perlindungan
konsumen. Keempat, adalah revitalisasi dan pengembangan perdagangan Berjangka
Komoditi yang dilakukan antara lain melalui: peningkatan kemampuan keuangan
penyelenggaraan dengan meningatkan efisiensi operasional, menambah anggota
bursa/kliring, menambah pemegang saham/tambahan modal, serta meningkatkan
likuiditas pasar dengan memperbaiki dan menambah kontrak, serta menambah market
maker.
4.8.i.1. Peluang
Dengan dikeluarkannya UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan
Monopoli dan Persaingan Tidak Sehat diharapkan akan tercipta demokrasi dalam
bidang ekonomi yang menghendaki adanya kesempatan yang sama bagi setiap warga
89
Negara untuk berpartisipasi di dalam proses produksi dan pemasaran barang dan atau
jasa dalam iklim usaha yang kondusif, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi
dan bekerjanya ekonomi pasar yang wajar.
4.8.i.2. Ancaman
1. Dampak dari krisis Indonesia yang berkepanjangan telah menyebabkan turunnya
daya saing global Indonesia, sehingga menyebabkab PTP Nusantara XIII
(Persero) tidak dapat bertindak secara lebih jauh dalam keterlibatannya demi
kemajuan ekonomi rakyat Indonesia.
2. PTP Nusantara XIII (Persero) dihadapkan pada tantangan yang berasal dari dalam
negeri, yaitu antara lain masih perlunya penyempurnaan dan pembaharuan
beberapa perangkat hukum.
3. Permasalahan lainnya di sektor industri adalah belum meratanya persebaran
industri yang ada di Indonesia, hal ini terutama disebabkan kurangnya dukungan
infrastruktur di luar Jawa, termasuk di Kalimantan dimana berdirinya PTP
Nusantara XIII (Persero).
4.8.i.3. Implikasi Bisnis
PTP Nusantara harus mendukung penetapan UU Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen dimaksudkan untuk medukung tumbuhnya dunia
usaha agar mampu menghasilkan beraneka barang dan atau jasa yang memiliki
kandungan teknologi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak dan
sekaligus mendapatkan kepastian atas barang dan atau jasa yang diperoleh dari
perdagangan tanpa mengakibatkan kerugian untuk konsumen
4.8.2. Lingkungan Politik Luar Negeri
Dalam era globalisasi, setiap pelaku ekonomi diharuskan meningkatkan
kemampuannya untuk bersaing, baik dalam memproduksikan dan memasarkan suatu
produk maupun menerobos pasar yang batas-batasnya tidak jelas, atau dengan
perkataan lain harus mampu bersaing dalam perekonomian kompetitif. Hal ini
disebabkan dalam era globalisasi kemampuan produksi dan pemasaran dilandaskan
90
pada kemampuan menciptakan barang/jasa yang laku di selurun dunia dalam arti
mampu bersaing dalam secara global dan mampu memanfaatkan perkembangan
teknologi.
Perkembangan dunia akhir-akhir ini dalam memerangi terorisme, terutama
pasca tragedi 11 September 2001, nampaknya semakin menyudutkan Indonesia
sehingga menambh kompleknya permasalahan. Tudingan adanya terorisme
Internasional di Indonesia seakan-akan terbukti dengan terjadinya peledakan bom di
Legian Kuta Bali dan Manado pada hari Sabtu tanggal 12 Oktober 2002 yang baru
lalu. Hal ini dikhawatirkan akan memicu berbagai kesulitan baru dalam hubungan di
bidang ekonomi. Apabila hal ini terjadi, kinerja pembangunan ekonomi yang belum
sepenuhnya pulih akan kembali melemah. Belum pulihnya kinerja ekonomi nasional
tercermin dari masih rendahnya pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan semakin ketatnya tingkat persaingan di pasar luar negeri telah
menyebabkan kembalinya kecenderungan ”liberalism” negara maju untuk
menyelesaikan masalah sengkata dagang melalui forum liberal dan regional yang
dapat merugikan kepentingan negara berkembang termasuk Indonesia yang pada
umumnya berada dalam posisi yang lemah. Dalam era globalisasi ini, tidak dapat
dihindarkan kecenderungan makin terdorongnya pasar domestik menjadi bagian
integral dari pasar dunia. Oleh karena itu dalam rangka revitalisasidan pengembangan
perdagangan luar negeri diperlukan persamaan persepsi dalam menghadapi
perdagangan dunia yang semakin bebas. Sebagai anggota masyarakat dunia, bangsa
indonesia dituntut untuk tetap berpegang pada komitmennya sebagai anggota WTO
dan tetap konsisten dalam melaksanakan berbagai perjanjian dan keepakatan
internasional yang telah disetujui. Namun, dalam implementasinya kita harus lebih
mengutamakan kepentingan nasional. Keharmonisan antara kominten untuk
berkiprah dalam perdagangan bebas dengan komitmen untuk mengamankan
kepentingan nasional senantiasa perlu diupayakan secara bijaksana dan berdasarkan
visi jauh ke depan. Dalam kaitan ini, keseimbangan antara kepentingan produsen
dengan kepantingan konsumen perlu dijaga, demikian pula keseimbangan antara
91
kepentingan produsen dan konsumen antar generasi serta kelestarian alam dan
terwujudnya pembangunan berkelanjutan perlu diamankan. Oleh karena itu aspek
pertama dalam Revitalisasi dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri adalah
perlunya harmonisasi kebijakan perdagangan di seluruh wilayah tanah air dengan
berbagai kmitmen Internasional. Hal ini dilakukan terutama melalui optimalisasi
pemanfaatan ketentuan WTO serta ketentuan-ketentuan perdagangan Internasional
lainnya.
Dengan adanya organisasi perdagangan dunia (WTO), liberalisasi
perdagangan dan investasi dalam APEC, serta skema CEPT dalam rangka AFTA-
ASEAN pada tahun 2002, maka gerak perdagangan dunia akan semakin dinamis dan
cepat. Ini berarti setiap negara harus dapat menciptakan tingkat efisiensi yang paling
optimum, sehingga mempunyai daya saing yang tinggi di pasar global. Sejak
berdirinya WTO, cukup banyak kasus sengketa perdagangan yang diadukan karena
tidak sesuai dengan ketentuan GATT/WTO. Kasus yang banyak dipersengkatekan
adalah masalah pembatasan impor, pelanggaran HAKI, sunsidi, diskriminasi pasar
domestik, dan diskriminasi standard barang. Selain masalah dalam ketentuan dan
eraturan GATT/WTO tersebut, terdapat kecenderungan pada negara-negara tertentu,
terutama negara maju menggunakan kebijaksanaan unilateral dan praktek-praktek
perdagangan yang bersifat anti persaingan dalam menghambat impor dan melakukan
proteksi domestik secara tidak wajar. Hal ini dilakukan dengan mengkaitkan antara
perdagangan dengan masalah lain, seperti: keharusan pemenuhan standard (ISO
9000), ketentuan karantina (holding orders), dumpung, subsidi, safeguard atau kaitan
dengan isu-isu kesehatan, lingkungan (ISO 14000), dan bahkan Hak Azasi Manusia.
Dikhawatirkan bahwa masalah tersebut dapat menjadi penghambat bagi
ekspor Indonesia. Beberapa permasalahan yang dihadapi produk ekspor Indonesia di
pasar luar negeri antara lain adalah sistem penerapan quoto oleh Cina dan India pada
produk CPO.
Volume ekspor CPO (Crude Palm Oil) Indonesia akan mengalami gangguan
penurunan pada tahun ini. Hal ini merupakan akibat Cina melakukan kebijakan
92
penurunan impor atas komoditas itu sekitar 50% dari rata-rata impornya sebesar
200.000 ton per bulan. Importir Cina mengatakan bahwa terjadi pengetatan likuiditas
di negaranya merencanakan bahkan mulai melakukan pengurangan pembelian CPO
di pasar Internasional termasuk produksi asal Indonesia. Tidak hanya itu, tetapi juga
akan mengurangi impor sekitar 50% atau menjadi 100.000 ton per bulan dari rata-rata
impornya sebanyak 200.000 ton per bulan, importir Cina itu disebut-sebut sudah
mengajukan permintaan penundaan ekspor pesanan mereka kepada eksportir
mitranya di negara-negara produsen termasuk Indonesia.
Dalam hal ekspor menurun tidak wajar, hal ini dilakukan dalam mewujudkan
kebersamaan antar negara tetangga atau antar negara penghasil barang sejenis dalam
merumuskan kiat untuk meningkatkan harga, seperti yang telah dilakukan untuk
komoditas CPO antara Indonesia dan Malaysia. Dalam hal harga impor yang
menurun sehingga menekan harga komoditas yang sejenis di dalam negeri, di
samping perlunya dikaji terjadinya Injury dalam kaitan dengan kemungkinan
terjadinya harga dumping, juga perlu diantisipasi dengan memberlakukan tata-niaga
impor apabila diyakini bahwa petani atau produsen dalam negeri dalam hal ini PTP
Nusantara XIII (Persero) dirugikan secara tidak wajar.
Dengan adanya lembaga-lembaga di atas yang memberikan kontrol terhadap
perdagangan di seluruh dunia, PTP Nusantara XIII (Persero) sebagai eksportir CPO
dapat memperoleh keuntungan dari pihak-pihak tersebut. Tetapi juga PTP Nusantara
XIII (Persero) harus lebih memahami tentang organisasi-orgabisasi yang ada karena
ada juga organisasi yang dapat merugikan perusahaan itu sendiri.
4.8.2.1. Peluang
4. Dengan adanya organisasi perdagangan dunia (WTO), liberalisasi perdagangan
dan investasi dalam APEC, serta skema CEPT dalam rangka AFTA-ASEAN pada
tahun 2002, maka gerak perdagangan dunia akan semakin dinamis dan cepat. Ini
berarti setiap negara harus dapat menciptakan tingkat efisiensi yang paling
optimum, sehingga mempunyai daya saing yang tinggi di pasar global.
93
5. Dengan adanya Revitalisasi dan Pengembangan Perdagangan Luar Negeri maka
perlunya harmonisasi kebijakan perdagangan di seluruh wilayah tanah air dengan
berbagai kmitmen Internasional
4.8.2.2. Ancaman
1. Dengan adanya Kebijakan penurunan impor atas komoditas sekitar 50% yang
dilakukan oleh Cina dari rata-rata impornya sebesar 200.000 ton per bulan
manjadi 100.000, maka ekspor Indonesia akan mengalami penurunan, hal ini akan
mengancam pangsa pasar Indonesia di pasar luar negeri
2. Indonesia akan kehilangan pendapatan dari Cina terutama dibidang ekspor CPO
karena Importir Cina mengatakan bahwa terjadi pengetatan likuiditas di
negaranya.
3. importir Cina itu mengajukan permintaan penundaan ekspor pesanan mereka
kepada eksportir mitranya di negara-negara produsen termasuk Indonesia.
4.8.2.3. Implikasi Bisnis
Dalam hal harga impor yang menurun sehingga menekan harga komoditas
yang sejenis di dalam negeri, di samping perlunya dikaji terjadinya Injury dalam
kaitan dengan kemungkinan terjadinya harga dumping, juga perlu diantisipasi dengan
memberlakukan tata-niaga impor apabila diyakini bahwa petani atau produsen dalam
negeri dalam hal ini PTP Nusantara XIII (Persero) dirugikan secara tidak wajar.
Dengan adanya lembaga-lembaga yang memberi kontrol terhadap
perdagangan di seluruh dunia, PTP Nusantara XIII (Persero) sebagai eksportir CPO
dapat memperoleh keuntungan dari pihak-pihak tersebut. Tetapi juga PTP Nusantara
XIII (Persero) harus lebih memahami tentang organisasi-orgabisasi yang ada karena
ada juga organisasi yang dapat merugikan perusahaan itu sendiri.
4.9. Analisis Lingkungan Atononi Regional
Dengan adanya otonomi daerah diharapkan pembangunan dapat berjalan
dengan baik dan merata di seluruh pelosok tanah air. Otonomi daerah merupakan hal
94
penting dalam kaitannya dengan pembangunan infrastruktur. Ekonomi di suatu
daerah dikatakan baik apabila infrastruktur daerah tersebut maju.
Pelaksanaan otonomi daerah yang sementara ini masih banyak menimbulkan
tambahan beban bagi dunia usaha, masih belum berhasilnya pemberantasan KKN,
terjadinya euphoria reformasi di banyak bidang, adalah contoh-contoh yang
menunjukkan belum berhasilnya gerakan reformasi.
Sejalan dengan implementasi otonomi daerah, perlu kita sadari bersama
bahwa iklim untuk meningkatkan investasi akan lebih banyak ditentukan oleh
pemerintah dan masyarakat di daerah, meskipun dukugan pemerintah pusat tetap
diperlukan. Dalam era otonomi daerah sekarang ini, tidak dapat dihindarkan akan
terjadinya persaingan antar daerah dalam menarik investasi.
Meskipun dalam jangka pendek implementasi otonomi daerah cenderung
diwarnai oleh persaingan dalam menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) secara
”instant” namum diyakini bahwa dalam jangka menengah dan panjang akan tumbuh
dan berkembang kesadaran daerah untuk meningkatkan PAD secara lebih struktural,
yaitu melalui berkembangnya ekonomi yang diawali dari kegiatan investasi. Apabila
kondisi ini dapat terwujud dalam waktu yang tidak lama, maka diharapkan struktur
industri nasional akan makin kokoh karena benar-benar berakar dari potensi daerah
yang didukung oleh iklim investasi yang kondusif. Untuk mendukung kebijakan
tersebut di atas, maka perlu dikembangkan kawasan-kawasan industri yang
diharapkan dapat menjadi salah satu pendorong pertumbuhan sektor industri yang
lebih terarah, terpadu dan memberikan hasil guna yang lebih optimal bagi daerah
dimana kawasan industri tersebut berada. Beberapa aspek penting yang manjadi dasar
konsep pengembangan kawasan industri antara lain adalah efisiensi, tata ruang dan
lingkungan hidup. Melalui pembangunan kawasan industri, maka diharapkan investor
pengguna kapling industri akan mendapat lokasi kegiatan industri yang strategis
dengan mendapatkan beberapa fasilitas seperti bantuan proses perijinan, ketersediaan
infrastruktur yang lengkap, keamanan dan kepastian tempat usaha yang sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Daerah. Sedangkan dari sisi pemerintah daerah, dengan konsep
95
pemgembangan industri, berbagai jaringan infrastruktur yang disediakan ke kawasan
industri akan manjadi lebih efisien karena dalam perencanaan infrastruktur
kepastiannya sudah disesuaikan dengan kegiatan industri yang berada di kawasan
industri.
Dengan adanya kawasan industri diharapkan akan mempermudah pengaturan
tata ruang daerah yang lebih baik sehingga dapat menghindari konflik penggunaan
lahan. Dengan demikian kegiatan industri dapat diarahkan sesuai dengan lokasi
peruntukkannya. Selain itu, dengan adanya kawasan industri dapat mendukung
peningkatan kualitas lingkungan daerah secara menyeluruh.
Diharapkan kondisi iklim investasi yang baik akan terwujud dalam waktu
yang tidak terlalu lama sehingga pembangunan industri, khususnya agro-industri
yang berakar pada sumber daya alam nasional dapat diwujudkan sebagai tulang
punggung dalam menggerakkan perekonomian nasional, terutama perekonomian
rakyat banyak. Pulihnya kinerja, terutama dalam menyerap tenaga kerja dan
menghasilkan devisa, serta makin kokonya struktur industri, diharapkan dibarengi
dengan kemampuan untuk mendorong usaha kecil dan menengah agar lebih berperan,
mendorong pembangunan dan hasil-hasilnya agar lebih merata, mendorong
kemampuan bersaing dipasar dimestik, dan ekspor agar lebih bertumpu pada
keunggulan kompetitif berdasarkan keunggulan komparatif, mendorong penguasaan
dan pemgembangan teknologi agar pembangunan dapat dilakukan dengan lebih
mandiri, serta mendorng penciptaan nilai tambah agar makin panjang mata rantai
prosesnya di dalam negeri.
4.9.1. Peluang
1. Dengan program otonomi daerah cenderung adanya persaingan dalam
menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) secara ”instant” namum
diyakini bahwa dalam jangka menengah dan panjang akan tumbuh dan
berkembang kesadaran daerah untuk meningkatkan PAD secara lebih
struktural, yaitu melalui berkembangnya ekonomi yang diawali dari kegiatan
investasi.
96
2. Apabila program otonomi daerah dapat terwujud dalam waktu yang tidak
lama, maka diharapkan struktur industri nasional akan makin kokoh karena
benar-benar berakar dari potensi daerah yang didukung oleh iklim investasi
yang kondusif.
4.9.2. Ancaman
Dalam jangka pendek implementasi otonomi daerah cenderung diwarnai oleh
persaingan dalam menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah) secara ”instant”.
Yang ditakutkan adanya persaingan yang tidak sehat sehingga menyebabkan konflik,
oleh sebab itu tujuan otonomi yang sebenarnya menjadi gagal untuk diwujudkan.
4.9.3. Implikasi Bisnis
Lingkungan otonomi regional merupakan lingkungan dimana daerah secara
regional dituntut untuk berkembang secara sendiri, membiayai pembangunannya
sendiri, mendapatkan Pendapatan Hasil Daerah (PHD) secara ”instant”, dan untuk
kemajuan daerah masing-masing. Untuk mendukung kebijakan tersebut di atas, maka
perlu dikembangkan kawasan-kawasan industri yang diharapkan dapat menjadi salah
satu pendorong pertumbuhan sektor industri yang lebih terarah, terpadu dan
memberikan hasil guna yang lebih optimal bagi daerah dimana kawasan industri
tersebut berada. Beberapa aspek penting yang manjadi dasar konsep pengembangan
kawasan industri antara lain adalah efisiensi, tata ruang dan lingkungan hidup. PTP
Nusantara XIII (Persero) harus melakukan hal tersebut di atas supaya investor
mendapatkan tempat yang layak untuk mengembangkan modalnya. Dengan
banyaknya investor yang datang maka secara otomatis ekonomi daerah tersebut akan
menjadi maju.
4.10. Analisis Lingkungan Alam
Dampak negatif dari pembangunan pabrik adalah adanya limbah cair dari
pengolahan yang dapat menimbulkan persepsi negatif pada masyarakat. Karena, bila
limbah cair tersebut tidak dikelola secara baik, sungai yang banyak dimanfaatkan
penduduk untuk MCK (Mandi, cuci dan kakus) akan tercemari. Oleh karena itu,
97
dampak lingkungan yang ditimbulkan akan diupayakan seminimal mungkin. Karena,
pengelolaan limbah cair yang kurang sempurna akibat kegagalan sistem atau
pemeliharaan akan mencemari lingkungan secara fisik. Sehingga, hal itu akan
menimbulkan dampak sekunder berupa gangguan di bagian hilir dan gangguan bagi
keberadaan biota air. Dampak turnan lain seperti terganggunya ekosistem perairan
akibat tergganggunya keberadaan biota air dan terganggunya kesehatan masyarakat
juga akan mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kegiatan PKS.
Kelapa Sawit merupakan salah satu komoditi andalan Indonesia, termasuk juga
produk andalan dari PTP Nusantara XIII (Persero), yang perkembangannya demikian
pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau limbah
pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri
dari tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit
berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan pembuangan
dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit mengandung
bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air.
Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokkan menjadi dua yaitu
limbah yang berasal dari proses pengolahan dan berasal dari basis pengolahan limbah
cair. Limbah padat yang berasal daro proses pengolahan berupa Tandan Kosong
Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau
lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau
busuk, tempat bersarangnya serangga, lalat, dan potensial menghasilkan air lindi
(leachate). Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur
aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah.
Tandan kosong sawit dan pelepah sawit sampai saat ini menjadi masalah yang
cukup serius dalam pengolahan CPO, tetapi sebagian pabrik minyak kelapa sawit
membangun incenerator sebagai media pembakar tandan buah kosong (tankos),
limbah tersebut dapat digunakan sebagai bahan kertas koran, kardus atau medium
density fiberboard. Limbah olahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit sanggat
bermanfaat, karena limbah tersebut bisa diolah menjadi pupuk alternatif dan
98
memberikan keuntungan ganda. Pengendali limbah cair pengolahan kelapa sawit
bertujuan untuk mengurangi kandungan limbah yang membahayakan bagi kesehatan
agar tidak menimbulkan kerugian lingkungan di tempat pembuangan. Secara
ekonomis gangguan pupuk organik sebagai penyubur tanaman lebih efisien karena
mempunyai fungsi ganda.
Limbah cair CPO yang lazim disebut sebagai CPO parit, juga dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bakar seperti solar. Selama ini limbah cair CPO tersebut
sangat terbatas pemanfaatannya, bahkan sering dijual murah kenegara tetangga. CPO
parit merupakan turunan produksi dari pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa
sawit. TBS yang diolah di Pabrik Minyak Sawit menghasilkan CPO, Kernel, CPO
Parit dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (PKKS).
Sementara seorang peneliti limbah sawit, PI Tobing mengatakan, data tahun
2002 jumlah pabrik kelapa sawit yang mengolah TBS menjadi minyak mentah atau
CPO di Indonesia tercatat 221 unit dengan kapasitas 9.166 TBS/jam. Kapasitas setiap
unnit PKS berkisar 15-60 ton TBS/jam.
Pengendalian limbah cair pengolahan kelapa sawit bertujuan untuk mengurangi
kandungan limbah yang membahayakan bagi kesehatan agar tidak menimbulkan
kerugian lingkungan tempat pembuangan.
4.10.1. Peluang
1. Dapat dikembangkan usaha dari limbah yang dihasilkan menjadi produk yang
dapat mendapatkan profit.
2. Limbah padat seperti cangkatng dan serat dapat digunakan untuk bahan bakar
generator uap sehingga kesulitan dalam mencari bahan bakar, dan limbah ini
dapat juga digunakan untuk penimbunan jalan lumpur.
4.10.2. Ancaman
1. Untuk pengolahan limbah yang memerlukan mesin, harga mesin tersebut mahal.
2. Limbah sisa hasil produksi dialirkan ke sungai dan mencemari lingkungan sungai,
sehingga mengancam nyawa manusia.
99
3. Dalam jangka panjang jika tidak diolah maka limbah cair akan meluap dan
mencemari lingkungan sekitar dengan polusi bau.
4.10.3. Implikasi Bisnis
Implikasi yang dapat diberikan untuk penanganan limbah adalah sebagai
berikut:
1. Perlu adanya penanganan limbah secara baik supaya tidak mencemari lingkungan
sekitar dan membahayakan nyawa manusia.
2. pembuat tempat penampungan yang jauh dari pabrik dan lingkungan masyarakat
sehingga tidak menyebabkan polusi bau bagi pekerja.
3. Dan tentunya limbah yang dihasilkan oleh pabrik minyak kelapa sawit harus
diolah menjadi sesuatu yang dapat mendatangkan keuntungan sehingga menjadi
nilai plus bagi pabrik minyak kelapa sawit.
4.11. Analisis Kebijakan Keuangan & Kebijakan Fiskal
Kebijakan Keuangan dan Kebijakan Fiskal tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap kelangsungan hidup PTP Nusantara XIII (Persero). Oleh sebab itu
pembahasan mengenai Kebijakan Keuangan dan Kebijakan Fiskal tidak dimasukkan
dalam pembahasan ini. Oleh karena PTP Nusantara XIII (Persero) merupakan Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), untuk mendapatkan dana bantuan, PTP Nusantara XIII
(Persero) melakukan kerjasama dengan PT Bank mandiri dan Bank Dunia.
100
Recommended