View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Kemampuan Awal Hasil Belajar
a. Deskripsi Data Kemampuan Awal
Data nilai pretest digunakan untuk melihat hasil belajar matematika
siswa sebelum dilakukan penelitian dan diberikan perlakuan. Nilai pretest
diambil dari hasil Tes Tengah Semester 2 untuk kelas eksperimen 1 dan
kelas eksperimen 2. Pengujian descriptive statistic menggunakan bantuan
SPSS for Windows dan hasilnya dapat dilihat pada Table 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Deskripsi Statistik Nilai Pretest
N Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation
eksperimen1 27 35 80 1577 58.41 11.738
eksperimen2 20 45 73 1140 57.00 8.867
Valid N (listwise) 20
Hasil dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretest dari
kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2 yaitu 58,41 untuk
eksperimen 1 dan 57 untuk eksperimen 2. Nilai minimum dari kedua kelas
juga berbeda yang secara berturut-turut untuk kelas eksperimen 1 dan 2
adalah 35 dan 45, dengan nilai maksimum 80 dan 73. Standar deviasi kelas
ekperimen 1 lebih tinggi daripada kelas eksperimen 2 yatu 11.738 > 8.867,
hal ini menunjukan bahwa kelas eksperimen 1 lebih beragam.
b. Uji kemampuan awal
1) Uji Normalitas
Uji prasyarat perlu dilakukan sebelum dilakukan uji independent
sample t-tes. Uji prasyarat yang perlu adalah uji normalitas data pretest.
Uji normalitas untuk mengetahui apakah data nilai pretest berdistribusi
normal. Pengujian normalitas dilakukan terhadap kelas eksperimen 1 dan
kelas eksperimen 2. Uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk dengan
bantuan SPSS. Hasilnya dapat dilihat dari Tabel 4.2
38
Tabel 4.2 Uji Normalitas Nilai Pretest Kelas Eksperimen 1 dan Eksperimen 2
KELAS
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Nilai
awal
1 .135 27 .200* .956 27 .306
2 .124 20 .200* .941 20 .253
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat dilihat nilai signifikan untuk uji
normalitas nilai pretest kelas eksperimen 1 adalah 0,305. Nilai signifikan
untuk kelas eksperimen 2 adalah 0,253. Kedua nilai signifikan dari kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen lebih dari 0,05 (5%) yang berarti H0
diterima dengan kata lain kedua kelas berdistribusi normal. Kurva uji
normalitas dari kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dapat dilihat
pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Kurva Uji Normalitas Nilai Pretest kelas eksperimen 1 dan
eksperimen 2
Gambar 4.1 menunjukan bahwa kurva berbentuk normal pada
masing-masing kelas. Walaupun gambar kurvanya tidak sama persis, tapi
kedua kurva normal.
39
2) Uji Homogenitas dan Beda Rerata
Homogenitas data akan dilihat dari nilai signifikan pada kolom
levene’s test for equality of variances dengan bantuan SPSS. Hasil dari
perhitungan akan menunjukan nilai signifikan untuk homogenitas yang
kemudian akan digunakan dalam menentukan nilai t, menggunakan
equal variances assumen atau equal variances not assumen. Hasil
perhitungan uji independent sample t-test dapat dilihat dalam Tabel
4.3.
Tabel 4.3 Hasil Uji Independent Sample T-Test Nilai Pretest
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
nilaia
wal
Equal
variances
assumed
1.428 .238 .449 45 .655 1.407 3.133 -4.904 7.719
Equal
variances not
assumed
.468
44.96
9 .642 1.407 3.006 -4.647 7.462
Nilai signifikan pada kolom levene’s test for equality of variances
adalah sebesar 0,238 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa variansi kedua
populasi adalah sama (homogen). Analisis signifikansi (2-talled )dibagian
equal variance dengan probabilitas sebesar 0,665 > 0,05, maka dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata siswa pada pretest hampir sama. Sehingga
dapat diberikan perlakuan sesuai yang direncanakan.
2. Kemampuan Akhir Hasil Belajar
a. Deskripsi Pembelajaran
1) Kelas Eksperimen 1
Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen 1 yang mana dikenai
model pembelajaran TGT dilakukan dalam 3 kali pertemuan untuk
pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Materi yang dibahas
tentang bilangan Romawi. Proses pembelajaran mengacu pada tahapan
pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam beberapa tahapan
40
kegiatan. Lembar observasi kegiatan dan keterlaksanaannya dapat dilihat
pada Lampiran 11.
Proses pembelajaran pada kelas eksperimen 1 yaitu dengan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat membuat siswa cukup aktif dalam
pembelajaran. Siswa belajar dalam kelompok dan berdiskusi serta bekerja
sama dalam meyelesaikan serta memahami tugas yang diberikan guru.
Tanggapan siswa saat mengetahui mereka akan bekerja kelompok, siswa
kurang antusias karena anggota kelompoknya sudah ditentukan dan
mereka tidak satu kelompok dengan teman yang biasa akrab dengan
mereka. Dengan pengarahan guru, akhirnya siswa mengikuti arahan guru
untuk bergabung dengan kelompok yang sudah ditentukan.
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen 1 yang diberikan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT membahas tentang materi membaca
bilangan romawi yang sejenis dan membaca bilangan romawi tidak sejenis
dalam bilangan cacah menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan
gabungan. Selama diskusi dalam kelompok, siswa terlihat bekerja sama dan
berdiskusi dengan teman kelompok. Guru berkeliling memberi bimbingan
kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Kebanyakan siswa kesulitan
membaca bilangan Romawi yang lebih dari 1000, oleh sebab itu banyak
pertanyaan yang dilontarkan siswa dan guru membimbing. Ketika game
diadakah siswa begitu antusias mengikutinya, hal ini dilihat pada saat guru
membagikan kartu masalah pada kelompok terlihat keseriusan mereka saat
berdiskusi mengerjakan soal-soal. Selain itu, siswa yang pandai berusaha
sebisa mungkin unuk menjelaskan kepada anggota kelompoknya tentang
hasil jawaban mereka. Jadi saat game dimulai setiap anggota kelompok
memahami jawaban mereka. Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini
juga mempunyai kekurangan salah satunya suasana kelas menjadi gaduh,
untuk mengatasi hal tersebut guru memberikan sebuah peraturan.
Peraturan tersebut yaitu “jawab diam” , artinya dalam menjawab
pertanyaan siswa cukup memulai dengan angkat tangan dan tidak boleh
bersuara. Sesudah guru menetapkan siswa yang akan menyampaikan hasil
jawaban mereka, kemudian siswa yang terpilih itu diberi kesempatan untuk
menyampaikan hasil jawaban. Barang siapa yang melanggar peraturan
tersebut akan dikenakan “Kartu Merah”. Pada bagian ini penskoran masih
dilakukan oleh guru kemudian dikumpulkan untuk ditotal saat pokok
bahasan ini selesai.
41
Pertemuan kedua membahas tentang menulis bilangan romawi yang
sejenis dan bilangan romawi tidak sejenis dalam bilangan cacah
menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan. Tahapan
pertemuan ini masih sama dengan tahapan pada pertemuan pertama.
Keaktifan siswa juga masih terlihat pada pertemuan ini. Selesai
pembelajaran pada pertemuan kedua guru mengumumkan pada siswa
untuk pertemuan selanjutnya akan diadakan turnamen, siswa diminta
untuk menyiapkan diri semaksimal mungkin.
Pertemuan ketiga pada kelas ini sama halnya pada pertemuan
sebelumnya hanya saja pada pertemuan ketiga tahapan game diganti
dengan turnamen. Siswa sangat antusias untuk mengikuti turnamen
tersebut, guru juga memotivasi siswa untuk bertanggung jawab atas
kelompoknya dengan cara menjawab pertanyaan dengan baik dan benar
agar kelompok mereka dapat menjadi kelompok yang memenangkan
turnamen. Guru menginformasikan kepada siswa tentang tata cara
pelaksanaan turnamen. Siswa diminta untuk menjawab soal-soal yang
tersedia di meja turnamen secara bergantian, dimana setiap orang
mendapatkan giliran sebagai pembaca soal dan kunci jawaban. Siswa yang
dapat menjawab pertanyaan dengan benar mendapatkan poin. Guru
mengawasi jalannya turnamen, Setelah turnamen selesai, guru
mengumpulkan lembar penilaian kelompok dan siswa kembali ke tempat
duduk masing-masing. Guru dan siswa mentotal jumlah skor masing-masing
kelompok dari pertemuan pertama sampai ketiga, kelompok yang
memperoleh skor tertinggi diberi penghargaan. Guru juga mengumumkan
siapa yang menjadi kelompok super, kelompok sangat baik dan kelompok
baik, siswa tampak senang.
Berdasarkan pernyataan pada pertemuan pertama sampai
pertemuan ketiga, siswa lebih banyak berdiskusi dan mengerjakan soal
yang kemudian disampaikan di depan teman-teman mereka. Hal tersebut
membuat siswa lebih aktif dan memberi kesempatan kepada mereka untuk
berbagi ide-ide. Selain itu karena adanya game dan tournament membuat
siswa terpacu untuk menjadi yang terbaik , hal ini menambah suasana kelas
menjadi lebih menyenangkan dan terhindar dari rasa jenuh.
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dapat dikatakan proses
pembelajaran dengan TGT berlangsung dengan baik, hal ini dilihat dari
kesesuain guru dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan-
tahapan pada TGT baik dari aspek persiapan maupun kegiatan inti,
42
2) Kelas eksperimen 2
Pelaksanaan pembelajaran kelas eksperimen 2 yang mana dikenai
model pembelajaran TGT dilakukan dalam 3 kali pertemuan untuk
pembelajaran dan 1 kali pertemuan untuk posttest. Materi yang dibahas
tentang bilangan Romawi. Proses pembelajaran mengacu pada tahapan
pembelajaran yang sudah dikembangkan dalam beberapa tahapan kegiatan.
Lembar observasi kegiatan dan keterlaksanaannya dapat dilihat pada
Lampiran 11.
Pembelajaran pada kelas eksperimen 2 yaitu dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Siswa dibentuk dalam kelompok,
tanggapan siswa saat mengetahui mereka akan bekerja kelompok sama
seperti pada kelas eksperimen 1, siswa kurang antusias karena anggota
kelompoknya sudah ditentukan dan mereka tidak satu kelompok dengan
teman yang biasa akrab dengan mereka. Dengan pengarahan guru, akhirnya
siswa mengikuti arahan guru untuk bergabung dengan kelompok yang sudah
ditentukan.
Pertemuan pertama pada kelas eksperimen 2 yang diberikan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT membahas tentang materi membaca
bilangan romawi yang sejenis dan membaca bilangan romawi tidak sejenis
dalam bilangan cacah menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan
gabungan. Siswa dibentuk dalam kelompok, setiap kelompok diberikan
nomor kepala oleh guru dari no 1-5. Selama diskusi dalam kelompok, siswa
terlihat bekerja sama dan berdiskusi dengan teman kelompok, meskipun
masih ada yang sibuk sendiri. Guru membagikan kartu masalah kepada
setiap kelompok untuk dipikirkan bersama, meskipun didapati siswa yang
tidak begitu antusias berdiskusi memecahkan masalah karena mereka
beranggapan tidak semua siswa dipanggil untuk mempresentasikan hasil
jawaban. Setelah waktu berpikir bersama habis guru memanggil salah satu
nomor untuk mempresentasikan hasil jawaban mereka. Sebbagai usaha
untuk mengatasi keramaian di kelas, guru memberikan sebuah peraturan.
Peraturan tersebut yaitu “jawab diam” , artinya dalam menjawab
pertanyaan siswa yang dipanggil namanya cukup memulai dengan angkat
tangan dan tidak boleh bersuara. Sesudah guru menetapkan siswa yang akan
menyampaikan hasil jawaban mereka, kemudian siswa yang terpilih itu
diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil jawaban. Barang siapa yang
melanggar peraturan tersebut akan dikenakan “Kartu Merah”.Setiap
43
kelompok berusaha mengumpulkan skor sebanyak-banyaknya yang akan di
total pada saat pokok bahasan selesai.
Pertemuan kedua membahas tentang menulis bilangan romawi yang
sejenis dan bilangan romawi tidak sejenis dalam bilangan cacah
menggunakan aturan penjumlahan, pengurangan dan gabungan. Tahapan
pertemuan ini masih sama dengan tahapan pada pertemuan pertama hanya
saja kartu masalah yang diberikan berbeda. Keaktifan siswa juga masih
terlihat pada pertemuan ini.
Pertemuan ketiga diisi dengan guru memberikan permasalahan
kepada siswa mengenai materi pada pertemuan pertama dan kedua. Siswa
mempresentasikan temuan mereka menurut nomor yang dipanggil oleh
guru. Kelompok yang paling banyak mengumpulkan skor dari pertemuan
pertama sampai ketiga mendapatkan penghargaan dari guru. Guru juga
mengumumkan siapa yang menjadi kelompok super, kelompok sangat baik
dan kelompok baik, siswa tampak senang.
Berdasarkan pernyataan pada pertemuan pertama sampai
pertemuan ketiga, siswa lebih banyak berdiskusi dan mengerjakan soal yang
kemudian disampaikan di depan teman-teman mereka. Hal tersebut
membuat siswa lebih aktif dan memberi kesempatan kepada mereka untuk
berbagi ide-ide. Tetapi didapati juga siswa yang tidak antusias dalam
berdiskusi menyelesaikan permasalahan, hal ini dikarenakan anggapan siswa
yang berpikiran bahwa tidak semua siswa terpanggil mempresentasikan hasil
mereka jadi ada siswa yang memilih bermalas-malasan sementara
permasalahan yang diberikan guru dilimpahkan kepada siswa yang dianggap
mampu menguasai materi.
Berdasarkan hasil observasi yang diperoleh dapat dikatakan proses
pembelajaran dengan NHT berlangsung dengan baik, hal ini dilihat dari
kesesuain guru dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan tahapan-
tahapan padaNHT baik dari aspek persiapan maupun kegiatan inti.
b. Deskripsi Data Kemampuan Akhir
Hasil belajar melalui posttest didata seperti halnya pada pretest
yaitu dihitung mean dan standar deviasi setiap variabel dalam penelitian,
serta dilihat nilai maximum dan mimimumnya untuk masing-masing kelas.
Data hasil belajar menurut pedoman penskoran yaitu skor tertinggi 100 dan
skor terendah 0. Data diolah melalui SPSS versi 16. Hasil pengolahan melalui
SPSS 16 terlihat dalam Tabel 4.6
44
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa Melalui Posttest
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
eksperimen1 27 46.10 100.00 78.6111 15.15120
eksperimen2 20 46.10 100.00 68.4300 17.82329
Valid N (listwise) 20
Hasil dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai posttes dari
kelas eksperimen 1 lebih tinggi dari kelas eksperimen 2 yaitu 78.61 >
68.43.. Nilai minimum dari kedua kelas sama yaitu 46,10, begitu juga
dengan nilai maksimumnya adalah sama yaitu 100. Dengan Standar
deviasi kelas ekperimen 1 adalah 15.151 dan kelas eksperimen 2 yaitu
17.823
c. Uji Hipotesis
1) Uji Normalitas
Uji prasyarat perlu dilakukan sebelum dilakukan uji independent
sample t-tes. Uji prasyarat yang perlu adalah uji normalitas data posttest.
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data nilai posttest
berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan terhadap kelas
eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 yang menggunakan Shapiro-Wilk
dengan bantuan SPSS. Hasil uji normalitas untuk Posttest dari kedua
kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Uji Normalitas nilai Posttest
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
eksperimen1
eksperimen2
.196
.201
27
20
.009
.033
.928
.914
27
20
.061
.076
a. Lilliefors Significance Correction
Hasil normalitas Dari Tabel 4.7 menunjukan nilai signifikan dari
kedua lebih besar dari 0,05 yang dapat dilihat dalam tabel Shapiro-
Wilk. Kelas eksperimen 1 nilai signifikanya 0,061 > 0,05 untuk kelas
45
eksperimen 2 adalah 0,076 > 0,05. Berdasarkan uji normalitas maka H0
diterima dengan kata lain sebaran data dari kedua kelas berdistribusi
normal. Selain dapat dilihat dari tabel dapat dilihat dari kurva bahwa
data berdistribusi normal. Kurvanya adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2 Kurva Uji Normalitas Nilai Posttest
Gambar 4.2 kurvanya menunjukan data berdistribusi normal.
Kurva berdistribusi normal sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
posttest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 berdistribusi normal
dan dapat dilakukan uji lanjutan.
2) Uji Homogenitas dan Independent Sampel T-Test untuk Nilai
Posttest
Homogenitas data akan dilihat dari nilai signifikan pada kolom
levene’s test for equality of variances dengan bantuan SPSS. Hasil dari
perhitungan akan menunjukan nilai signifikan untuk homogenitas yang
kemudian akan digunakan dalam menentukan nilai t, menggunakan
equal variances assumen atau equal variances not assumen. Hasil
perhitungan uji independent sample t-test dapat dilihat dalam Tabel
4.8.
46
Tabel 4.8 Uji Independent Sampel T-Test Posttest Kelas Eksperimen
1 dan Eksperimen 2
Nilai signifikan pada kolom levene’s test for equality of variances
adalah sebesar 0.169> 0,05 maka Ho diterima dan dapat disimpulkan
bahwa variansi kedua populasi adalah sama (homogen). Probabilitas
signifikansi (2-talled) sebesar 0,040, karena P < 0,05 maka diketahui H0
ditolak dan H1 diterima yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan
hasil belajar metematika kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 setelah
diberikan perlakuan.
Rata –rata hasil belajar matematika menggunakan model NHT adalah
68.43lebih rendah daripada yang menggunakan model TGT yang rata-rata
hasil belajarnya adalah 78.61. Rata-rata hasil belajar matematika siswa
pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menggunakan model
pembelajaran kooperatiif tipe NHT.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua kelompok kelas yang sudah diuji
kemampuan awalnya. Uji kemampuan awal dilihat dari hasil uji beda rerata
pada rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang dapat
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Po
ste
st
Equal
variances
assumed
1.95
2 .169 2.113 45 .040 10.18111 4.81852 .47612
19.886
10
Equal
variances not
assumed
2.062 37.0
31 .046 10.18111 4.93818 .17568
20.186
54
47
dilihat dari hasil uji t, dan diperoleh nilai sig (2-tailed) sebesar 0,665 > 0,05
maka H0 diterima yang artinya rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 1 sama
dengan rata-rata nilai pretest kelas eksperimen 2 sehingga dapat dikatakan
bahwa kedua kelas memliki kemampuan yang setara atau homogen.
Materi yang diajarkan pada kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2
adalah bilangan Romawi, yang membedakan antara kedua kelas tersebut
adalah perlakuan pembelajaran yang diberikan pada masing-masing kelas.
Pembelajaran pada kelas eksperimen 1 menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe TGT, sedangkan pada kelas eksperimen 2 menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
Data uji hipotesis dilihat dari uji beda rerata pada rata-rata nilai
posttest kelas eksperimen 1 dan eksperimen 2 yang dapat dilihat dari hasil uji
t. Data hasil uji t menunjukan sig ( 2-tailed) yaitu 0,040 < 0,05. Berdasarkan
hasil tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa H0 ditolak artinya
terdapat perbedaan perbedaan hasil belajar matematika yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT pada siswa kelas IV SD Negeri
Gugus Abiyasa Kabupaten Semarang.
Hasil posttest siswa kelas eksperimen 1 yang menggunakan tipe TGT
menunjukkan bahwa rata-rata belajar siswa adalah 78.61, sedangkan hasil
posttest siswa kelas eksperimen 2 yang menggunakan tipe NHT menunjukkan
bahwa rata-rata belajar siswa adalah 68.43 Jadi dapat disimpulkan hasil
belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
TGT lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar menggunakan tipe
NHT. Berdasarkan hasil tersebut, maka H0 ditolak artinya terdapat perbedaan
hasil belajar matematika yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
TGT dan NHT pada kelas IV SD Negeri dalam Gugus Abiyasa Kabupaten
Semarang diterima.
Dari hasil pengamatan pada kelas ejsperimen 1 yang dikenakan model
pembelajaran kooperatif tipe TGT menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih
aktif saat pembelajaran berlangsung. Siswa tidak hanya mendengarkan
penjelasan guru, tetapi lebih aktif berdiskusi dalam kelompoknya karena
setiap siswa merasa mempunyai tanggungjawab terhadap kelompoknya
masing-masing. Hal ini sependapat dengan Slavin yang menyatakan bahwa
dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat lebih menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit melalui diskusi. Pembagian kelompok
secara heterogen memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling
membantu dalam memahami konsep pelajaran. Siswa yang mempunyai
48
tingkat penguasaan materi yang lebih baik dapat memberikan pemahaman
bagi siswa lain dalam kelompoknya sehingga semua anggota kelompoknya
dapat menguasai materi dengan baik. Pembelajaran disini akan lebih
menyenangkan karena adanya game dan Tournament. Adanya sebuah
kompetisi dalam proses pembelajaran yang semua siswa sudah pasti akan
mengikuti kompetisi tersebut, maka akan memacu siswa untuk lebih
bertanggung jawab dan memahami materi lebih dalam.
Sedangkan di dalam kelas eksperimen 2 dikenakan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model pembelajaran ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model
pembelajaran ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat
kerjasama mereka. Karena guru akan memanggil salah satu nomor dari setiap
kelompok, maka setiap kelompok dalam NHT harus memahami dan
mengetahui materi yang diberikan. Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran,
meskipun dijumapi juga siswa yang tidak mau berdiskusi di dalam
kelompoknya. Dikarenakan Rasa tanggung jawab siswa untuk memahami
materi dalam pembelajaran NHT lebih sedikit, karena tidak pasti setiap siswa
berpeluang untuk menjawab pertanyaan. Rasa terpacu mereka untuk
menyelesaikan masalah juga sedikit.
Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT dan tipe NHT
membutuhkan waktu yang cukup lama pada tahap penyesuaian model
pembelajaran. Hal ini disebabkan siswa pada umumnya sudah terbiasa
dengan pembelajaran model ceramah, drill, dan mencatat yang cenderung
lebih banyak menerima materi, sedangkan dalam model pembelajaran
kooperatif ini guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing. Pada
dasarnya kedua tipe model pembelajaran kooperatif tersebut melatih siswa
untuk saling bekerja sama, mendengarkan dan menerima pendapat dari
orang lain sehingga siswa dapat mengkonstruksi sendiri pemahaman siswa
secara bersama-sama dalam kelompok.
Sehingga penelitian ini sejalan dengan Rahmawati (2011) dengan judul
Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Game
Tournamen (TGT) dan Numbered Head Together (NHT) Pada Materi Pokok
Sistem Persamaan Linier dua Variabel Ditinjau dari Aktivitas Belajar Siswa
SMP Negeri Se-Kabupaten Grobogan yang menyimpulkan bahwa terdapat
perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang dikenakan TGT dan
NHT, dimana kelas yang diberi perlakuan TGT lebih baik dari NHT.
Recommended