View
80
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SATKOWIL UNTUK MEMBANTU PEMERINTAH DAERAH
DALAM MENGATASI BENCANA ALAM DI DAERAH
BAB I
PENDAHULUAN
1. Umum.
a. Letak geografis Indonesia yang berada diantara dua benua dan dua samudra yang
terbentang di garis katulistiwa, serta terletak pada pertemuan tiga lempengan tektonik
utama dunia, merupakan wilayah Teritorial yang sangat rawan terhadap bencana.
Semua jenis bencana alam seperti gempa bumi, tanah longsor, letusan gunung
berapi, banjir, kebakaran, kekeringan, epidemi hama dan penyakit selalu mengancam
dan berada ditengah kehidupan bangsa Indonesia. Diakhir tahun 2006 ini telah terjadi
bencana alam gempa bumi di Kota Jogyakarta Jawa Tengah gempa hebat yang telah
memporak porandakan bumi Jogyakarta tersebut telah memakan banyak korban baik
korban jiwa dan harta benda rakyat sekitarnya. Belum sampai selesai di Jogyakarta di
kota lainpun juga dilanda gempa yang tidak kalah hebatnya, hal ini menunjukkan bahwa
Indonesia sangat rawan terhadap bencana alam.
b. Bencana baik karena alam maupun karena ulah manusia selalu mengakibatkan
kerugian baik korban harta benda, rusaknya sarana prasarana ,maupun korban jiwa,
oleh sebab itu upaya penaggulangan bencana alam perlu dilakukan pada saat sebelum
terjadi bencana pada saat terjadi bencana dan pada saat setelah terjadi bencana.
Penanggulangan bencana alam dan penanganan dampak yang ditimbulkan harus
dilakukan secara terkoordinir dan terpadu dengan melibatkan pemerintah, TNI, Polri dan
seluruh elemen masyarakat.
c. Untuk itu Komando Kewilayahan sebagai bagian dari bangsa Indonesia
berkewajiban untuk membantu mengatasi kesulitan pemerintah daerah dalam
mengatasi bencana alam di daerahnya melalui program Binter, karena kowil sebagai
pembina potensi yang meliputi aspek geografi, aspek demografi dan kondisi sosial.
Optimalisasi peran Kowil untuk membantu pemerintah daerah dalam penanggulangan
bencana alam di daerah perlu dilaksanakan sebagai wujud kepedulian TNI terhadap
kesulitan masyarakat luas
2. Maksud dan tujuan
a. Maksud. Tulisan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran optimalisasi
peran Kowil untuk membantu pemda dalam membantu penanggulangan bencana alam
di daerah.
2
b. Tujuan. Sebagai bahan masukan bagi Komando Atas didalam me-
nentukan kebijaksanaan dalam rangka membantu penaggulangan bencana alam di
daerah.
3. Ruang Lingkup dan tata urut. Ruang lingkup. Tulisan ini dibatasi pada uraian
optimalisasi peran Kowil didalam membantu penanggulangan bencana alam di daerah
dengan tata urut sebagai berikut :
a. Pendahuluan.
b. Peran Kowil dalam penanggulangan bencana alam saat ini.
c. Faktor yang mempengaruhi.
d. Optimalisasi peran Kowil didalam membantu penanggulangan bencana alam di
daerah.
e. Kesimpulan dan saran.
f. Penutup.
BAB II
PERAN KOWIL DALAM PENANGGULANGAN
BENCANA ALAM SAAT INI
4. Tindakan Preventif.
a. Belum operasinalnya pedoman penanggulangan bencana. Pedoman umum
penanggulangan bencana alam yang dikeluarkan oleh Sekretaris Bakornas PBP No 2
tahun 2001 telah ada, namun untuk tingkat Kabupaten sebagai SATLAK perlu
penjabaran yang lebih terperinci dan jelas karena penanggulangan bencana alam di
daerah melibatkan berbagai unsure termasuk TNI sebagai Kowil sehingga memerlukan
prosedur tetap yang baru sesuai kondisi saat ini.
b. Lemahnya antisipasi terjadinya bencana alam di daerah. Kebiasaan
pemerintah daerah termasuk aparat Kowil akan merasa sibuk apabila didaerahnya
terjadi bencana alam. Karena masih lemahnya antisipasi jauh hari dan tindakan yang
mengarah kepada pencegahan terjadinya bencana alam. Masyarakat tidak menyadari
bahwa perusakan lingkungan merupakan factor penyebab utama
3
terjadinya bencana alam. Hutan lindung sangat diperlukan sebagai peresapan air
hujan sehingga tidak akan terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Antisipasi
pemerintah daerah dengan menyiapkan ring-ring penanggulangan bencana alam
masih sangat kurang.
5. Tindakan pada saat terjadi bencana. Kurangnya koordinasi dan kesatuan Komando
antara elemen masyarakat aparat Kowil dan pemerintah dalam penang- gulangan bencana
alam di daerah disebabkan oleh berbagai hal. Permasalahan-permasalahan seringkali timbul
saat penanganan bencana alam di daerah masing-masing elemen yang berkewajiban untuk
melaksanakan bantuan sering kali terlambat bertindak dan terkesan saling menunggu
khususnya yang menyangkut bantuan berupa materi bahkan sering pula bantuan yang tidak
tepat sasaran.
6. Tindakan setelah terjadi atau pasca bencana. Terjadinya bencana alam pasti
banyak menimbulkan kerugian baik materi harta benda rusaknya sarana prasarana bahkan
nyawa. Tahap pemulihan sering kali perlu waktu yang lama untuk mengembalikan pada
keadaan semula. Pasca bencana yang lambat penangannya akan menimbulkan persoalan
baru seperti terjangkitnya wabah penyakit tindakan kriminal dan lain-lainnya.
BAB III
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
7. Terbatasnya sarana prasarana penanggulangan bencana. Upaya penanggula
ngan bencana alam di daerah sering kali menemui kendala dan keterlambatan dalam
memberikan bantuan yang dapat enyebabkan bertambah banyaknya korban jiwa maupun
harta benda. Dalam hal ini sebagai misal adanya kebakaran hutan, sarana dan alat untuk
memadamkan kebakaran hutan di daerah masih sangat terbatas dan kurang memadai,
sehingga sering terjadi kebakaran hutan yang sangat luas yang mengakibatkab banyak
kerugian. Demikian juga bencana banjir tidak semua daerah dan Komando Kewilayahan
yang mempunyai sarana penolong seperti perahu karet, juga sarana-sarana penanggulangan
bencana lainnya tidak semua Komando Kewilayahan memilikinya.
8. Lokasi bencana yang sulit dijangkau. Keadaan geografi Indonesia yang wajahnya
terdiri dari pegunungan dan sungai-sungai yang membentang diwilayahnya kadang-kadang
menjadi kendala apabila terjadi benacana alam karena sulit dijangkau oleh petugas sehingga
menyebabkan keterlambatan dalam memberi bantuan atau mengevakuasi pada saat darurat.
4
9. Lemahnya koordinasi di lapangan. Upaya penanggulangan bencana alam di
daerah tidak hanya dilakukan oleh pemerintah daerah dan Komando Kewilayahan saja namun
juga harus dilakukan oleh jajaran aparat dan Instansi yang ada di daerah tersebut.
Namun dalam pelaksanaan dilapangan sering terjadi saling menunggu, tumpang tindih
maupun tidak jelasnya pembagian tugas dilapangan sehingga dalam pelaksanaannya belum
bisa maksimal dan tidak sesuai dengan skala prioritas yang harus dibantu.
BAB IV
OPTIMALISASI PERAN KOMANDO KEWILAYAHAN
DALAM MEMBANTU PEMERINTAH DAERAH UNTUK
PENANGGULANGAN BENCANA ALAM DI DAERAH
10. Umum. Dalam rangka mengoptimalkan peran Komando Kewilayahan yang
merupakan wakil Departemen Pertahanan sebagai pembina potensi wilayah yang meliputi
aspek geografi, demografi dan kondisi sosial guna membentuk Rak Juang yang tangguh.
Untuk itu Komando Kewilayahan diharuskan ikut serta secara maksimal dalam
membantu penanggulangan bencana alam yang terjadi diwilayahnya. Dalam upaya
mengoptimalkan perannya dalam membantu penanggulangan bencana alam di daerah maka
Komando Kewilayahan melalui tiga tahap penanganan yaitu pada tahap pencegahan
terjadinya bencana, tahap penanganan pada saat terjadi dan tahap penanganan setelah atau
pasca bencana. Adapun penanganan setiap tahap harus dilaksanakan secara terencana
terpadu dan komperhensip serta tepat waktu dan tepat sasaran.
11. Pada Tahap Pencegahan Bencana. Terjadinya bencana alam biasanya tidak
terlepas dari kejadian sebelumnya. Untuk itu Komando Kewilayahan membantu
Pemerintah Daerah mengantisipasi terjadinya bencana alam yang akan melanda daerahnya
dengan mengadakan upaya sebagai berikut :
a. Membuat Protap Penanggulangan Bencana. Prosedur tetap penanggulangan
bencana alam ditiap Komando Kewilayahan pada umumnya sudah ada, namun
dengan dikeluarkannya buku pedoman umum penanggulangan bencana alam yang
dikeluarkan Bakornas PBP No. 2 tahun 2001 dan juga mempertimbangkan adanya
otonomi daerah, maka protap yang sudah ada perlu untuk diperbarui. Dengan
mengacu pada pedoman umum dimana Bupati bertindak sebagai kepala SATLAK
bencana alam di daerahnya maka Dandim dan Kapolres sebagai wakilnya. Protap ini
diajukan ke Pemerintah Daerah sebagai bahan pertimbangan pembuatan protap
penanggulangan bencana alam di daerah.
5
b. Adanya Perda yang mengatur penanggulangan bencana alam. Setiap daerah
hendaknya mempunyai Perda yang mengatur penanggulangan bencana alam di
daerah sebagai dasar hukum pengorganisasian pelaksanaan tugas dan tanggung
jawab SATLAK bencana alam di Daerah.
c. Membuat peta rawan bencana meliputi rawan bencana kebakaran, bencana
banjir, bencana tanah longsor, bencana gempa bumi dan lain-lainnya dengan skala
prioritas perhatian terhadap kemungkinan terjadinya bencana diwilayah tersebut.
d. Aktif dalam Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Komando
Kewilayahan harus menjadi pelopor dalam gerakan pelestarian alam dengan gerakan
yang telah dicanangkan dari Mabes TNI dengan adanya GNRHL. Hal ini
menunjukkan tekad Komando Kewilayahan dalam perannya peduli bahwa hutan dapat
dijadikan daerah pangkal perlawanan diwilayah dan dapat diambil manfaatnya berupa
hasil hutan oleh masyarakat disekitarnya.
e. Memonitor daerah rawan bencana. Dengan adanya jajaran Komando Ke
wilayahan diwilayah maka Komando Kewilayahan dapat senantiasa memantau daerah-
daerah rawan bencana. Dengan mengandalkan Lima Kemampuan Terito rial
diharapkan setiap perubahan yang terjadi didaerah dapat senantiasa diketahui sejak
dini sehingga hal ini merupakan upaya cegah dini dalam mengantisipasi terjadinya
bencana di daerah.
f. Meningkatkan Sumber Daya Manusia. Peningkatan kemampuan personil
Komando Kewilayahan dalam penanggulangan bencana perlu selalu dilakukan melalui
latihan-latihan, Diklat dan penataran-penataran tentang penanggulangan bencana alam
sehingga setiap Komando Kewilayahan diharapkan mempunyai sutu Tim SAR
berkualitas yang selalu siap digunakan apabila diperlukan.
12. Tahap Penanggulangan Saat Terjadi Bencana. Pada tahap ini Komando
Kewilayahan harus segera mengambil langkah-langkah penanggulangan bencana dengan
mengoptimalkan seluruh kemampuannya agar terjadi bencana dapat segera diatasi dengan
sebaik-baiknya.
a. Budaya lapor cepat.Apabila terjadi bencana I daerah maka Komando
Kewilayahan harus segera memantau dan mendata terjadinya bencana dan segera
melaporkan ke Komando Atas, hal ini akan berguna sebagai acuan pimpinan TNI dan
Pemerintah untuk menentukan langkah-langkah yang tepat dalam penanggulangan
bencana didaerah.
6
b. Mengerahkan seluruh kemampuan. Pengerahan seluruh kemampuan yang
dimiliki Komando Kewilayahan beserta perkuatannya untuk membantu Pemerintah
daerah dalam operasi penyelematan korban, evakuasi dan tindakan-tindakan yang
dianggap perlu penanganan secepatnya. Dalam penanggulangan bencana
Komando Kewilayahan dan seluruh elemen lainnya secara terpadu segera
mengadakan langkah-langkah penanggulangan bencana dengan cepat dan tepat
sasaran.
c. Mendirikan Posko Terpadu. Dalam penanggulangan bencana Komando
Kewilayahan bersama Instansi lainnya segera mendirikan posko terpadu dalam
penanggulangan bencana agar memudahkan koordinasi dalam penanggulangan yang
akan dilakukan, disamping itu masyarakat dapat dengan mudah melaporkan setiap
terjadinya masalah dilapangan dan dapat dengan mudah pula penanganannya. Posko
terpadu juga dapat memberikan tindakan keamanan kepada masyarakat dan harta
benda serta sarana prasarana umum lainnya, memberikan distribusi bantuan serta
menangani pengungsi juka hal ini terjadi.
d. Membuat Perkiraan Keadaan. Perkiraan keadaan disekitar daerah bencana
berguna untuk mengatisipasi adanya bencana susulan. Dengan memanfaatkan
potensi yang ada diwilayahnya maka Komando Kewilayahan dapat membuat analisa
perkiraan keadaan yang mungkin terjadi dengan memperhatikan factor-faktor yang
berpengaruh didaerah tersebut.
e. Melaksanakan pengobatan umum. Setiap terjadi bencana pasti banyak
timbul kerugian baik materi maupun jiwa, Komando Kewilayahan dengan program
kemanusiaan dapat mendirikan pengobatan umum untuk membantu mengatasi
kesehatan keluarga korban bencana terutama anak-anak, ibu-ibu dan orang-orang
lanjut usia.
f. Memberdayakan organisasi sosial. Komando Kewilayahan dalam melak-
sanakan bantuan penanggulangan bencana alam akan lebih optimal apabila dapat
memberdayakan organisasi-organisasi sosial yang ada di daerah untuk mendukung
tugas dilapangan. Komando Kewilayahan dapat membina organisasi-organisasi
Pramuka, organisasi pencinta alam, Orari dan organisasi sosial kemanusiaan yang ada
didaerah.
13. Tahap setelah terjadi atau Pasca Bencana. Terjadinya bencana alam yang telah
menyebabkan banyak kerusakan pasti juga menimbulkan permasalahan tersendiri setelah
terjadi. Guna membantu mengatasi pada tahap pasca bencana maka Komando Kewilayahan
membantu pemerintah dengan upaya antara lain sebagai berikut :
7
a. Mengadakan Karya Bhakti. Dengan mengerahkan kemampuan Komando
Kewilayahan beserta jajarannya dapat bersama-sama dengan masyarakat dan
pemerintah daerah untuk segera memperbaiki berbagai kerusakan akibat bencana
dengan karya Bhakti bersama secara intensid. Sarana dan prasarana umum menjadi
prioritas perbaikan dengan maksud agar segera memulihkan kondisi setelah terjadinya
bencana alam didaerah.
b. Mengatasi permasalahan sosial. Terjadinya bencana alam yang mengancam
keselamatan jiwa akan menyebabkan terjadinya pengungsian ketempat yang lebih
aman lainnya. Keberadaan pengungsi di tempat-tempat penampungan darurat
biasanya menyebabkan permasalahan sosial, kondisi jiwa yang labil dan keterbatasan
kebutuhan hidup bagi korban bencanamenyebabkan adanya permasalahan sosial.
Untuk itu Komando Kewilayahan harus segera mengatasi dan menjaga agar tidak
timbul permasalahan sosial pasca terjadinya bencana di daerah dengan cara bekerja
sama dengan tokoh masyarakat dan tokoh agama di daerah tersebut. Peran Komando
Kewila-yahan bersama tokoh masyarakat dan tokoh agama akan lebih efektif
dikarenakan secara emosional lebih dekat dengan korban bencana didaerah tersebut.
c. Meningkatkan pengamanan lingkungan. Tindakan pengamanan didaerah
bencana perlu dilaksanakan baik pengamanan personil maupun harta benda korban
bencana alam. Karena kepanikan dan kelengahan masyarakat di daerah bencana
sering dimanfaatkan sebagian orang yang tidak bertanggung jawab untuk bertindak
kriminal maupun kerusuhan sosial. Untuk mencegah hal tersebut perlu peningkatan
pengamanan lingkungan yang dilakukan oleh aparat Komando Kewilayahan, Polri dan
masyarakat didaerah bencana alam.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
14. Kesimpulan.Upaya optimalisasi peran Komando Kewilayahan dalam mem bantu
penanggulangan bencana alam di daerah dapat dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap
penanggulangan sebelum terjadi bencana, tahap pada saat terjadi bencana dan tahap setelah
terjadi bencana alam.
a. Pada tahap sebelum terjadi bencana atau tahap pencegahan langkah yang
ditempuh adalah mengutamakan upaya preventif agar tidak terjadi bencana dan
mencegah agar kerusakan dan korban jiwa dapat dieliminir jika terjadi bencana.
b. Pada tahap saat terjadi bencana, dilakukan upaya-upaya penyelamatan dan
evakuasi korban serta pemberian bantuan penampungan darurat, bantuan pangan dan
pelayanan medis bagi korban bencana alam.
9
c. Pada tahap pasca terjadi bencana dilakukan upaya pemulihan atau perbaikan
fisik dan non fisik serta pemberdayaan dan pengembalian harkat hidup terhadap
korban bencana alam.
15. Saran. Dalam rangka optimalisasi peran Komando Kewilayahan dalam
membantu penanggulangan bencana alam didaerah maka perlu dukungan dari berbagai
pihak terutama untuk menyiapkan pelatihan personil dan sarana prasarana penanggulangan
bencana alam diwilayah.
BAB VI
PENUTUP
16. Penutup. Pada dasarnya penanggulangan bencana alam merupakan kegiatan
lintas sektoral yang harus dikerjakan secara bersama-sama oleh semua pihak namun tidak
ada salahnya Komando Kewilayahan mengoptimalkan perannya dalam membantu
penanggulangan bencana alam didaerah sebagai wujud kemanunggalan TNI dengan Rakyat.
Demikian tulisan ini dibuat dengan harapan dapat digunakan sebagai bahan pemikiran
dalam pelaksanaan penanggulangan bencana alam di daerah.
Ponorogo, Mei 2007
PENULIS
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SATKOWIL UNTUK MEMBANTU PEMERINTAH DAERAH
DALAM MENGATASI BENCANA ALAM DI DAERAH
Ponorogo, Nopember 2009
Recommended