View
245
Download
2
Category
Preview:
DESCRIPTION
bj
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kerapatan merupakan massa persatuan volume yang bisa dinyatakan
dalam kg/m3. Sedangkan bobot jenis adalah perbandingan massa zat terhadap
massa sejumLah volume air yang sama pada volume yang sama dan pada suhu
yang sama yaitu 25o/25o, 25o/4o, dan 4o/4o. Didalam dunia kerja farmasi kedua
materi diatas sangat diperlukan.
Setiap zat yang ada di muka bumi ini memiliki karakteristik tersendiri.
Karakter-karakter tersebut berbeda dari segi fisik maupun segi kimia. Sifat fisik
adalah sifat zat yang dapat diamati secara langsung tanpa mengubah wujud
aslinya misalnya cair, padat atau gas, serta sifat yang dapat diukur seperti massa,
dan volume, serta warna dan sebagiannya. Sifat kimia meliputi sifat zat yang tidak
dapat diamati secara langsung, melainkan dengan reaksi kimia misalnya kelarutan
zat, kerapatan dan lain-lain.
Keadaan bahan secara keseluruhan dapat dibagi menjadi zat gas, fluida
dan padat. Zat padat cenderung mempertahankan bentuknya sementara fluida
tidak mempertahankan bentuknya dan gas mengembang menempati semua
ruangan tanpa memperdulikan bentuknya. Fluida termasuk materi yang mengalir
yang digunakan dalam hubungan antara cairan dengan gas. Teori fluida sangat
kompleks, sehingga penelusurannya dimulai dari yang paling dasar yakni dalam
penentuan kerapatan dan bobot jenis. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
bahwa karakteristik suatu zat berbeda dengan yang lain.
Demikian pula dengan kerapatan, yang juga merupakan suatu sifat zat,
berbeda untuk setiap zat. Sebagai contoh minyak dan air ketika dicampur tercipta
dua fasa, hal itu disebabkan karena kerapatannya berbeda. Selain itu peristiwa
mengapung, melayang dan tenggelam, merupakan kejadian lazim yang
dipengaruhi oleh perbandingan bobot jenis zat-zat tersebut.
Di bidang farmasi, selain bobot jenis digunakan untuk mengetahui
kekentalan suatu zat cair juga digunakan untuk mengetahui kemurnian suatu zat
dengan menghitung berat jenisnya kemudian dibandingkan dengan teori yang ada,
jika perbandingan berat jenisnya kecil maka dapat dikatakan zat tersebut memiliki
kemurnian yang tinggi. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan untuk
mengatahui hal tersebut dengan menggunakan piknometer, maka dilakukanlah
percobaan penentuan kerapatan dan bobot jenis.
B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Menentukan bobot jenis dari minyak kelapa, parafin cair, sirup ABC leci®,
sirup DHT®, dan membandingkan dengan bobot air.
2. Menentukan kerapatan dari asam borat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI UMUM
Ahli farmasi seringkali menggunakan besaran pengukuran kerapatan dan
bobot jenis apabila mengadakan perubahan massa dan volume. Kerapatan
merupakan besara turunan karena menyangkut satuan massa dan volume pada
temperatur da tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per
sentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis merupakan
bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi kerpatan dengan
menggunakan rumus yang sesuai. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih
sering didefenisikan sebagai perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa
sejumLah volume air pada suhu 4℃ atau temperatur lain yang tertentu (Martin,
1990).
Bobot jenis adalah konstanta/ketetapan bahan yang bergantung pada
suhu padat, ciar, dan bentuk gas yang homogen. Didefenisikan sebagai ubungan
dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu
karakteristik bahan penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat
bersifat seperti malam (Voigt, 1994).
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya
adalah kilogram per meter kubik, atau ungkapan yang umum, gram per sentimeter
kubik, atau gram per millimeter. Pernyataan awal mengenai kerapatan adalah
bobot jenis. Satuannya sudah kuno dan sebaiknya tidak dipakai lagi. Penjelasan
berikut diberikan sebagai petunjuk (Brescia, 1975).
Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur (dalam banyak kasus,
kerapatan menurun dengan kenaikan temperatur, karena hampir semua substansi
mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya, temperatur harus dicatat
dengan nilai kerapatannya. Sebagai tambahan, tekanan gas yang harus spesifik.
(Roth, 1988)
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan zat
pada, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel, 1989).
Menurut defenisi, kerapatan adalah perbandingan yang dinyatakan dalam
desimal, dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama
kedua zat mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui.
Air digunakan untuk standar zat cair dan padat, hidrogen atau udara untuk gas
(Lachman, 1994).
Kerapatan partikel, karena partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal
dan kasar sera berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan
dengan hati-hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per
satuan volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan
volume dan partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori
dalam ruang kapiler (Martin, 1993).
Untuk mudahnya, bisa didefinisikan tiga tipe kerapatan, yaitu (Martin,
1993):
a. Kerapatan sebenarnya dari bahan itu sendiri, tidak termasuk rongga-rongga dan
pori-pori di dalam partikel yang lebih besar dari dimensi molekuler atau
dimensi atomis dalam kisi-kisi kristal.
b. Kerapatan granul, seperti ditentukan oleh perpindahan tempat dari air raksa,
yang tidak mempenetrasi pada tekanan biasa ke dalam pori-pori yang lebih
kecil sekitar 10 milli micron.
c. Kerapatan bulk, seperti ditentukan dari volume bulk dan berat suatu serbuk
kering dalam sebuah gelas ukur.
Kerapatan sebenarnya adalah kerapatan dari bahan padat yang nyata
(sebenarnya). Metode untuk menentukan kerapatan padatan tidak berpori dengan
pemindahan cairan di mana padatan tersebut tidak larut ditemukan dalam buku-
buku farmasi umum. Jika bahan berpori seperti halnya kebanyakan serbuk-serbuk,
kerapatan sebenarnya dapat ditentukan dengan menggunakan densitometer helium
(Ansel, 2004).
Kerapatan granul bisa ditentukan dengan suatu metode yang serup
dengan metode pemindahan cairan. Digunakan air raksa, karena air raksa
mengisisi ruang-ruang yang kosong tetapi tidak berpenetrasi ke dalam pori-pori
dalam dari partikel. Kerapatan bulk didefinisikan sebagai massa dari suatu serbuk
dibagi dengan volume bulk (Martin, 1993).
Berbeda dengan kerapatan, bobot jenis adalah bilangan murni atau tanpa
dimensi, yang dapat diubah menjadi kerpatan dengan menggunakan rumus yang
cocok. Bobot jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumLah volume air pada
suhu 4℃ atau temperatur lain yang telah ditentukan (Ansel, 1989).
Bobot jenis adalah konstanta/ketetapan bahan yang bergantung pada
suhu padat, ciar, dan bentuk gas yang homogen. Didefenisikan sebagai ubungan
dari massa (m) suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu
karakteristik bahan penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan
kemurnian dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat
bersifat seperti malam (Voigt, 1994).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis
yaitu (Lachman, 1994):
1. Bobot jenis sejati, dimana massa partikeldibagi dengan volume partikel tidak
termasuk rongga yang terbuka dan tertutup.
2. Bobot jenis nyata, dimana massa partikel dibagi dengan volume partikel tidak
termasuk pori/lubang terbuka, tetapi termasuk pori yang tertutup.
3. Bobot jenis efektif, dimana massa partikel dibagi dengan volume partikel
termasuk pori yang terbuka dan tertutup.
Adapun metode penentuan untuk cairan yaitu (Roth, 1988):
1. Metode piknometer, prinsipmetode ini didasarkan atas penentuan massa cairan
dan penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk itu dibutuhan wadah
untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu degan
bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi
ruang 30 mL.
2. Metode Neraca Hidrostatik, metode ini berdasarkan hokum Archimedes yaitu
suatu bendayang dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar
berat volume cairan yang terdesak.
3. Metode Neraca Mohr-Westphal, benda dari kaca dibenamkan tergantung pada
balok timbangan yang ditoreh menjadi 10 bagian yang sama dan
disetimbangkan dengan bobot lawan. Keuntungan penentuan kerapatan
dengan neraca Mohr-Westphal adalaha penggunaan waktu yang singkat dan
mudah dilaksanakan.
4. Metode Areometer, peentuan kerapatan dengan aerometer berskala (timbangan
benam, sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamya tabung gelas
tercelup yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan
pelelehan.
B. URAIAN BAHAN
1. Alkohol (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : AETHANOLUM
Nama lain : Alkohol/Etanol
Rumus molekul : C2 H 5 OH
BM/BJ : 46,07/0,8119
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jenuh, mudah menguap dan mudah
bergerak, bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan
memberikan nyala biru yang tidak berasap.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan
dalam eter P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, yang terlindung dari cahaya,
ditempat sejuk yang jauh dari nyala api.
Kegunaan : Larutan untuk membersihkan alat.
2. Asam Borat (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : ACIDUM BORICUM
Nama lain : Asam borat
Rumus molekul : H 3 B O3
Berat molekul : 61,83
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak
berwarna, kasar, tidak berbau rasa agak asam dan pahit,
kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih,
dalam 16 bagian etanol (95%)P, dan dalam beberapa
bagian gliserol P.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai antiseptikum ekstern
3. Parafin cair (Ditjen POM, 1979)
Nama resmi : PARAFFINUM LIQUIDUM
Nama lain : Parafin cair
Bobot jenis : 0,870 gr sampai 0,890 gr
Pemerian : cairan kental transparan tidak berfluoresensi, tidak
berwarna, tidak berbau dan hamper tidak mempunyai
rasa.
Kelarutan : tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%)P, larut dalam
kloroform P dan eter P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Kegunaan : penggunaan Laksativum.
C. URAIAN SAMPEL
1. Sirup ABC Leci®
Nama produk : ABC syrup Leci®
Komposisi : Gula, air, perasa leci, pengawet natrium benzoat, pengatur
keasaman, sari kelapa, sari pandan, zat pewarna.
Produksi : PT. Hein ABC Indonesia.
2. Sirup DHT®
Nama produk : Sirup DHT Pisang Ambon®
Komposisi : Gula pasir, air, pewarna ponceau, perasa pisang ambon.
Produksi : CV. DHT
BAB III
METODE KERJA
A. ALAT
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu, corong, gelas ukur
50mL, piknometer 25mL, pipet tetes, tap density, timbangan analitik dan sendok
tanduk.
B. BAHAN
Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu, Alkohol 70%,
Aluminium foil, Asam borat 10 gram, Parafin cair, sirup ABC leci®, sirup DHT®,
air suling dan tissue.
C. CARA KERJA
a. Menentukan Kerapatan Bulk
Ditimbang Asam Borat 10 gram, dimasukkan ke dalam gelas ukur
50mL, kemudian diukur volume zat padat dan dihitung kerapatan bulk dengan
menggunakan persamaan berikut: Kerapatan Bulk= Bobot zat padat (g)Volume bulk (mL)
b. Menentukan Kerapatan Mampat
Ditimbang zat padat sebanyak 10 gram, dimasukkan zat padat tersebut
kedalam gelas ukur, kemudian diberikan perlakuan yaitu sebanyak 100 kali
ketukan dengan menggunakan alat tap density, kemudian diukur volume yang
terbentuk dan dihitung Kerapatan Mampat dengan menggunakan persamaan
berikut :
Kerapatan Mampat=Bobot Zat PadatVolume mampat
c. Menentukan Kerapatan Sejati
Ditimbang Piknometer yang bersih dan kering bersamaan dengan
tutupnya (A), diisi piknometer dengan zat padat kira-kira mengisi 2/3 bagian
volumenya, ditimbang piknometer berisi zat beserta tutupnya (W3), diisi
parafin cair perlahan-lahan kedalam piknometer yang berisi zat padat,
kemudian di kocok-kocok, dan diisi sampai penuh sehingga tidak ada
gelembung udara didalamnya, kemudian ditimbang lagi piknometer berisi zat
padat dan paraffin cair tersebut beserta tutupnya (W4), setelah itu dibersihkan
piknometer dan diisi penuh dengan parafin cair sehingga tidak ada gelembung
didalamnya, kemudian menimbang piknometer berisi penuh parafin cair dan
tutupnya (W2), dan dihitung Kerapatan zat dengan menggunakan persamaan
berikut :
ρ padatan=(W 3−W 1)
(W 2−W 1 )−(W 4−W 3)
d. Menentukan Bobot Jenis Cairan
Disiapkan piknometer yang bersih dan kering, ditimbang piknometer
kosog bereta tutupnya (W1), lalu diisi dengan air suling, bagian luar
piknometer dilap sampai kering lalu ditimbang (W2), setelah itu dibuang air
suling tersebut, dikeringkan piknometer lalu diisi dengan cairan yang akan
diukur bobot jenisnya pada suhu yang sama pada saat pengukuran air suing,
dan ditimbang (W3), kemudian dihitung Bobot Jenis Cairan dengan persamaan
berikut :
Dt=W 3−W 1
W 2−W 1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DATA PENGAMATAN
Klp.Kerapatan
Bulk (g/mL)
Kerapatan
Mampat(g/mL)
Kerapatan
Sejati (g/mL)
Bobot
Jenis
I 0,8016 g/mL 0,9109 g/mL 1,7436 g/mL
II 0,8005 g/mL 0,8338 g/mL 1,7934 g/mL 1,0329 g/mL
III 0,769 g/mL 0,909 g/mL 1,73 g/mL 1,3207 g/mL
IV 0,7694 g/mL 0,893 g/mL 1,7889 g/mL 1,1475 g/mL
B. PEMBAHASAN
Kerapatan merupakan besaran turunan karena menyangkut satuan
massa dan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam
sistem cgs dalam gram persentimeter kubik (g/cm3). Berbeda dengan kerapatan,
bobot jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi yang dapat diubah menjadi
kerapatan dengan menggunakan rumus yang sesuai. Bobot jenis untuk
penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai perbandingan massa dari
suatu zat terhadap massa sejumLah volume air pada suhu 4℃ atau temperatur
lain yang tertentu. Berat jenis merupakan bilangan murni tanpa dimensi (berat
jenis tidak memiliki satuan), dapat diubah menjadi kerapatan dengan
mengguanakan rumus yang sesuai.
Adapun tujuan dalam mempelajari bobot jenis dan kerapatan suatu zat
yaitu untuk mengetahui dan menentukan bobot enis beberapa cairan dan
menentukan kerapatan dari beberapa padatan.
Dalam dunia farmasi bobot jenis dan kerapatan suatu zat atau cairan
dgunakan sebagai salah satu metode analisis yang berperan dalam menentukan
senyawa cair, digunakan pula untuk uji identitas dan kemurnian dari senyawa obat
terutama dalam bentuk cairan, serta dapat pula diketahui tingkat kelarutan/daya
larut suatu zat.
Adapun keuntungan dari penentuan bobot jenis dengan menggunakan
piknometer adalah mudah dalam pengerjaan. Sedangkan kerugiannya yaitu
berkaitan dengan ketelitian dalam penimbangan. Jika proses penimbangan tidak
teliti maka hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan hasil pada teorinya.
Disamping itu penentuan bobot jenis dengan menggunakan piknometer juga
memerlukan waktu yang lama.
Dalam menentukan kerapatan bulk zat yaitu asam borat ditimbang
sebanyak 10,0067 gram. Asam borat lalu dimasukkan kedalam gelas ukur,
kemudian dilihat volume bulk-nya tanpa diberikan perlakuan yaitu dilihat volume
yang diperoleh sebesar 12,5 mL. Untuk memperoleh kerapatan bulk ditimbang
dengan membagi bobot asam borat dengan volume bulk sehingga diperoleh nilai
kerapatan bulk sebesar 0,8005 g/mL.
Pada penentuan kerapatan mampat masih digunakan asam borat yang
sama, gelas ukur yang berisi asam borat diberikan perlakuan sebanyak 100 kali
ketukan dengan menggunakan alat tap density. Pengetukan dilakukan agar
kerapatan lebih mampat yaitu dengan tidak adanya pori terbuka dan pori antar-
partikel yang mana diperoleh volumenya sebesar 12mL. Dengan perhitungan yang
sama, diperoleh kerapatan mampat sebesar 0,8338 g/mL.
Pada penentuan kerapatan sejati, digunakan piknometer kosong yang
ditimbang beserta dengan penutupnya. Diperoleh sebesar 27,8911 gram. Asam
borat dimasukkan 2/3 volume piknometer dan ditimbang. Ditambahkan parafin
cair hingga tidak terdapat gelembung udara didalamnya. Penambahan parafin cair
karena parafin cair dapat menutup pori pada asam borat, dan parafin cair tidak
dapat melarutkan asam borat. Ditimbang dan diganti dengan parafin cair, lalu
kembali ditimbang. Dilakukan perhitungan dan diperoleh hasil kerapatan sejati
1,7934 g/mL.
Penentuan bobot jenis zat piknometer yang bersih ditimbang dan diisi
dengan air suling hingga penuh. Piknometer berisi air suling diganti dengan sirup
ABC leci®. Kemudian dari hasil penimbangan keduanya dilakukan perhitungan
dan diperoleh hasil sebesar 1,03287 g/mL. Pada percobaan ini digunakan air
sebagai pembanding, hal ini dikarenakan air adalah suatu larutan yang memiliki
bobot jenis sebesar 1 dan telah distandarkan. Yang mana air biasa digunakan
sebagai standar untuk zat cair, padat dan gas. Perhitungan berat jenis terutama
menyangkut cairan, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk
digunakan sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan. Dan
juga dalam farmasi, air sebagai zat yang telah diketahui bobot jenisnya akan
mempermudah dalam memformulasi obat. Karena dengan mengetahui bobot
jenisnya maka kita dapat menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak
dengan zat lainnya.
Dari pengamatan percobaan dapat dibandingkan antara kerapatan bulk
dan kerapatan mampat bahwa diperoleh hasil kerapatan bulk lebih besar dari pada
kerapatan mampat hal tersebut dikarenakan pada kerapatan bulk terdapat tiga
komponen yang menambah volume dari sampel yang digunakan yaitu pori
terbuka, pori tertutup, dan pori antarpartikel. Sedangkan pada pecobaan kerapan
mampat diberikan perlakuan yaitu ketukan sebanyak 100 kali yang
mengakibatkan sampel pada percobaan mampat menjadi lebih padat atau hanya
terdapat pori tertutup dan volume sampel yang sebenarnya sehingga hasilnya lebih
sedikit dibandingkan kerapatan bulk.
Pada percobaan kerapatan sejati volume yang diperoleh merupakan
volume sampel yang sesungguhnya, karena tidak lagi terdapat pori pada sampel
dikarenakan porinya diisi dengan pelarut sehingga tidak ada ruang kosong dalam
pengukurannya yaitu menggunakan piknometer. Sehingga dibandingkan dengan
kerapatan bulk dan kerapatan mampat kerapatan sejatilah yang paling kecil
ukuran dari volumenya.
Pada penggunaan alat piknometer baik itu perngukuran kerapatan sejati
ataupun bobot jenis, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu, praktikan
tidak boleh memegang langsung/menyentuh piknometer sebab apabila disentuh
akan mempengaruhi berat dari piknometer itu tersendiri yang disebabkan oleh
adanya partikel minyak dari tangan. Yang kedua yaitu tidak boleh terdapat
gelembung udara dalam piknometer yang telah berisi sampel dan pelarutnya sebab
hal tersebut akan mengurangi volume dari sampel dan pelarutnya atau volumnya
menjadi tidak sesuai dengan volume piknometer yang digunakan.
Adapun beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil dari titap-
tiap kelompok yaitu:
Kesalahan-kesalahan praktikan seperti tidak sengaja memegang piknometer.
Kesalahan pembacaan skala pada alat.
Pengeringan pada piknometer yang tidak sempura, terdapat gelembung atau
titik air dalam piknometer setelah dikeringkan.
Cairan yang digunakan sudah tidak murni lagi sehingga mempengaruhi bobot
jenisnya.
Pengaruh suhu dari pemegang alat, juga berpengaruh pada alat.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa hasil pengamatan yang diperoleh dari masing-masing kelompok tidak
konstan, yaitu:
Kelompok 1
1. Kerapatan Bulk asam borat : 0,8016 g/mL
2. Kerapatan Mampat asam borat : 0,9109 g/mL
3. Kerapatan Sejati asam borat : 1,7436 g/mL
4. Bobot jenis zat cair : 1,03287 g/mL
Kelompok 2
1. Kerapatan Bulk asam borat : 0,8005 g/mL
2. Kerapatan Mampat asam borat : 0,8338 g/mL
3. Kerapatan Sejati asam borat : 1,7934 g/mL
4. Bobot jenis zat cair : 1,03287 g/mL
Kelompok 3
1. Kerapatan Bulk asam borat : 0,769 g/mL
2. Kerapatan Mampat asam borat : 0,909 g/mL
3. Kerapatan Sejati asam borat : 1,73 g/mL
4. Bobot jenis zat cair : 1,3207 g/mL
Kelompok 4
1. Kerapatan Bulk asam borat : 0,7694 g/mL
2. Kerapatan Mampat asam borat : 0,893 g/mL
3. Kerapatan Sejati asam borat : 1,7889 g/mL
4. Bobot jenis zat cair : 1,1475 g/mL
B. SARAN
Diharapkan kepada setiap praktikan agar lebih teliti dalam melakukan
percobaan, terutama dalam kesterilan piknometer agar hasil yang diperoleh benar-
benar merupakan bobot zat yang murni. Dan juga praktikan harus lebih teliti
dalam melakukan pengukuran dan penimbangan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel H.C.,(1989),”Pengenatar Bentuk Sediaan Farmasi”, Terjemahan Faridah Ibrahim,
Universitas Indonesia Press:Jakarta.
Ansel H.C.,(2004),”Kalkulasi Farmasetik”.EGC:Jakarta
Brescia, Arents dan Meislich, 1975, “Fundamental Chemistry”.New York.
Ditjen, POM. (1979), ”Farmakope Indonesia Edisi III”. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia:Jakarta
Gibson, M., 2004.”Pharmaceutical Preformulation and Formulation”. HIS Health
Group:Tailor dan Prancis.
Lachman, L., dkk., (1994), “Teori dan Praktek Farmasi Industri II Edisi III”. UI-
Press:Jakarta.
Martin, A. 1993. “Farmasi Fisika”. Universitas Indonesia Press:Jakarta.
Roth, Herman J dan Gottfried Blaschke., (1988), “Analisis Farmasi”. UGM-
Press:Yogyakarta.
Voigt, Rudolt., (1994). “Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi 5”. UGM-
Press:Yogyakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan
a. Kerapatan Bulk
Bobot Zat Padat (g) 10,0067 g
Volume Bulk (mL) 12,5 g
Kerapatan Bulk (g/mL) 0,8005 g/mL
Kerapatan Bulk ¿Bobot Zat Padat (g )Volume Bulk (mL)
¿ 10,0067 g12,5 ML ¿0,8005 g/mL
b. Kerapatan Mampat
Bobot Zat Padat (g) 10,0067 g
Volume Mampat (mL) 12 mL
Kerapatan Mampat (g/mL) 0,8338 g/mL
Kerapatan Mampat= Bobot Zat Padat ( g )Volume Mampat (mL )
¿ 10,0067 g12 mL
=¿ 0,8338 g/mL
c. Kerapatan Sejati
Bobot Piknometer Kosong (g) 27,8911 g
Bobot Piknometer + Zat Cair 48,4269 g
Bobot Piknometer + Zat Padat 43,7697 g
Bobot Jenis Zat Padat + Cair 55,4519 g/ML
ρ padatan=(W 3−W 1 )
(W 2−W 1 )−(W 4−W 3 )
¿( 43,7697−27,8911 )
(48,4269−27,8911)−(55,4519−43,7697 )
¿ 15,8786(20,5358−11,6822 )
¿ 15,87868,8536
¿1,7934 g/mL
d. Bobot Jenis Zat Cair (Sirup DHT®)
Bobot Piknometer Kosong (g) 27,2522 g
Bobot Piknometer + Air (g) 76,9965 g
Bobot pikno + Zat cair (g) 78,6319 g
Bobot Jenis Zat Cair (g/mL) 1,03287 g/mL
Dt ¿W 3−W 1
W 2−W 1
¿ 78,63199 g−27,2522 g76,9965 g−27,2522 g
=51,379749,7443
= 1,03287 g/mL
Recommended