View
113
Download
3
Category
Preview:
DESCRIPTION
presus
Citation preview
PRESENTASI KASUS PSIKIATRI
DEPRESI SEDANG TANPA GEJALA PSIKOTIK
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa
RS Kota Jogja
Diajukan Kepada Yth :
dr. Ronny Tri Wirasto, Sp. KJ
Disusun Oleh :
Siti Hardiyati Adam (20070310056)
Ade Mayasitha (20070310057)
Yunita Puji Lestari (20070310157)
Asbone (20070310172)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA
2012
1
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. T
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Pandesan, Wonokromo, Pleret
Periksa ke RS Kota Jogja pertama kali tanggal 8 Februari 2012
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesa diperoleh secara autoanamnesa yang dilakukan pada tanggal 30 Oktober 2012
A. KELUHAN UTAMA
Pasien datang sendiri ke Poli Jiwa RS Jogja untuk kontrol rutin gangguan jiwanya
yang diderita sejak 1 tahun yang lalu.
B. RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
(Riwayat perjalanan penyakit diperoleh dari autoanamnesis dan catatan medis)
Pasien datang ke poliklinik jiwa RSJ Kota Jogja untuk kontrol rutin dengan keluhan
kadang masih sulit untuk tidur. Pasien merupakan pasien poli jiwa yang rutin kontrol
setiap bulannya. Keluhan dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Pasien mengeluh sulit
memulai tidur, terbangun pada malam hari dan tidak bisa tidur kembali sehingga tidur
tidak nyenyak dan bangun badan lemas dan malas beraktivitas sejak satu tahun terakhir.
Pasien juga pernah dirawat di RS karena pusing, sesak dan sakit perut yang didiagnosis
maag. Selain itu pasien juga merasa tidak nafsu makan.
Gejala-gejala tersebut pasien rasakan setelah pasien merasa kecewa karena anak
kedua yang diharapkan akan menemaninya di hari tua pindah rumah karena adanya
ketidak harmonisan antara pasien dengan istrinya (menantu pasien).
2
Pasien awalnya merasa kecapekan karena harus mengasuh kedua cucunya sementara
anaknya yang pertama bekerja dan anak yang kedua masih meneruskan kuliahnya.
Disamping itu, pasien merasa menantunya yang kedua sifatnya terlalu keras dan semua
permintaannya harus dituruti karena kalau tidak dituruti akan marah. Pasien juga sedih
karena menantunya yang kedua melarang anaknya untuk bermain-main dengan sepupunya
(cucu dari anak yang pertama) yang terpaut 1,5 tahun.
Pasien sebenarnya sudah berusaha memendam kekecewaan dan kesedihannya
terhadap menantunya, tetapi lama kelamaan anak keduanya mengetahuinya. Ketika kuliah
anak keduanya telah selesei dan ketidakcocokan antara pasien dan menantunya tidak
berkurang, anak keduanya merasa tidak enak terhadap pasien dan memutuskan membeli
rumah dengan cara mencicil dan membawa anak istrinya kerumah yang baru.
Pasien merasa kecewa karena anak keduanya yang sudah dibiayai sedemikian banyak
hingga menjadi Polisi dan lulus kuliah akhirnya pindah bersama keluarganya. Padahal,
pasien sangat berharap anak keduanya ini yang akan menemani hari tuanya. Pasien juga
merasa sedih karena dipisahkan dari cucu keduanya yang selama ini diasuhnya.
Pasien merasa kecewa dan sedih jika mengingat peristiwa itu. Kesedihan yang
dirasakan membuat pasien sulit untuk tidur, kadang tiba-tiba menangis, kehilangan
semangat untuk beraktivitas (seperti membersihkan rumah, memasak, bekerja) karena
mudah capek , dan sulit merasakan senang apalagi tenang.
Pasien tidak ada bayangan ataupun suara yang mengganggu pasien. Pasien merasa
kecewa dengan menantunya yang mengakibatkan anak dan cucunya pindah dari
rumahnya. Suami dan anak-anak pasien sebenarnya sedah berusaha agar pasien tidak
banyak pikiran, karena anaknya pindah tidak terlalu jauh dari rumah (tetangga kecamatan),
dan masih ada keluarga yang lain yang kesemuanya menyayangi pasien.
Akan tetapi pasien masih merasa sedih dan kecewa. Semakin pasien berfikir semakin
keluah yang dirasakan pasien memberat. Pasien ingin sekali sembuh dari sakitnya.
Keluhan berkurang setelah minum obat.
Pasien sudah mulai berobat sejak kurang lebih 8 bulan yang lalu (februari, 2012) di
RS Kota Jogja. Saat ini keluhan pasien sudah berkurang, tetapi terkadang pasien tetap
tidak bisa tidur bila tidak minum obat. Pasien mengatakan rasa kecewanya sudah agak
sedikit berkurang dan mencoba untuk tidak terlalu berfikir berat tentang hal itu. Pasien
didiagnosis depresi sedang tanpa gejala psikotik dan mendapat terapi Amytriptylline 25
mg 2x1 dan racikan Alprazolam 0,5mg ; CepeZet 2mg; Resperidol 1mg; Trihexypenidil
2mg yang diminum 1 x1.
3
C. HAL-HAL YANG MENDAHULUI SAKIT
1. Faktor Organis
a) Riwayat gangguan psikiatri sebelumnya
Penderita tidak pernah mengalami gangguan psikiatri.
b) Riwayat gangguan medis
Pasien belum pernah mengalami trauma kepala, kecelakaan, serta kejang.
Pasien juga menyangkal adanya riwayat sering sakit kepala maupun sering
demam tinggi.
c) Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol, obat-obatan terlarang, dan rokok.
2. Faktor Psikososial
a. Faktor Predisposisi
1. Kepribadian
Pasien menginginkan segala sesuatu berjalan seperti yang dia inginkan.
Pasien sering merasa dirinya tidak dihormati menantunya dan merasa
dibebani mengasuh cucu-cucunya sementara anak dan menantunya
bekerja.
Pasien lebih suka memendam perasaannya ketika ia memiliki masalah.
2. Perkawinan
Pasien sudah menikah dan memiliki dua anak laki-laki.
3. Kasih Sayang
Pasien hidup dalam keluarga yang kurang harmonis karena sifat
menantunya yang keras dan masih dibebani merawat cucu-cucunya.
3. Sosial Ekonomi
Pasien hidup dalam kondisi sosial ekonomi yang agak kurang.
b. Faktor Pencetus
1. Faktor kepribadian pasien yang cenderung berciri depresif
2. Stressor yang terus-menerus dan bertubi-tubi. Stressor tersebut antara
lain: menantunya yang keras, merawat kedua cucunya, ditinggal pindah
oleh anak keduanya.
D. RIWAYAT KELUARGA
4
a. Pola Asuh Keluarga
Pasien mendapat kasih sayang dan perhatian yang cukup dari suami dan
anaknya.
b. Silsilah Keluarga
Pasien adalah seorang ibu dari dua anak laki-laki, dan mempunyai 2 orang
cucu
E. GENOGRAM
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Penderita :
F. KESIMPULAN AUTOANAMNESA
Dihadapkan seorang pasien perempuan 56 tahun, beragama Islam, suku Jawa,
sudah menikah, tinggal bersama suami, anak pertama, menantu pertama dan cucu
pertama. Datang ke poliklinik RS Kota Jogja pada tanggal 30 Oktober 2012 untuk
kontrol rutin gangguan jiwa yang dideritanya sejak 1 tahun yang lalu dengan
keluhan sulit tidur, terbangun pada malam hari dan tidak bisa tidur kembali sehingga
tidur tidak nyenyak dan bangun badan lemas dan malas beraktivitas. Saat ini keluhan
telah banyak berkurang, tetapi terkadang pasien masih belum bisa tidur tanpa
meminum obat terlebih dahulu. Ciri kepribadian pasien serta masalah yang menjadi
beban pikiran pasien diduga menjadi penyebab keluhan-keluhan yang dirasakan
pasien.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 20 Oktober 2012.
5
A. Status Internus
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Kepala : Mesocephal, tidak bekas luka (jahitan)
Mata : Konjungtiva Anemis (- ), Sklera Ikterik (- ), Pupil
kanan dan kiri Isokor
Lidah : Tidak kotor
Leher : Deviasi Trachea ( -), Struma (- )
Paru : D a d a : Simetris, Vesikular, Ronkhi ( -), Wheezing
(-)
Jantung : Ictus Cordis tak tampak, Irama Reguler
Abdomen : Supel, Hepar dan Lien tidak teraba, bising usus
(+)normal
Ekstremitas : Tonus dan pergerakan normal
B. Status Neurologik
Nervus Cranial : Dalam batas normal
Reflek – reflek :
a. Reflek Fisiologis
* Reflek Patella : (+) DBN
* Reflek Bisep : (+) DBN
* Reflek Trisep : (+) DBN
* Reflek Brakhioradialis : (+) DBN
* Reflek Tendo Archiles : (+) DBN
b. Reflek Patologis (Balbinski) : (-)
C. Status Psikiatrik (tanggal 21 April 2010)
Deskripsi Umum
1) Penampilan
Tampak wanita berusia sekitar 55 tahun, penampilan cukup, perawatan diri cukup,
kesan gizi kurang, tampak sedih.
2) Perilaku dan aktivitas psikomotor
Selama wawancara pasien tidak menghindari tatapan. Pasien menjawab semua
pertanyaan yang diajukan.
3) Pembicaraan
Pembicaraan baik, menjawab spontan dengan volume suara yang cukup.
6
4) Sikap terhadap pemeriksa
Kooperatif.
Keadaan afektif (mood), perasaan, ekspresi afektif (hidup emosi) serta empati
1. Mood
Eutimik
2. Ekspresi afektif
Appropriate
3. Roman muka
Tampak sedih
4. Perhatian
Mudah ditarik, mudah dicantum
Fungsi intelektual (cognitive)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kecerdasan
Tingkat kecerdasan sesuai dengan intelegensi.
2. Daya konsentrasi : Baik
3. Orientasi
- Waktu : baik
- Tempat : baik
- Orang : baik
- Situasi : baik
4. Daya ingat
- Jangka pendek : Baik
- Jangka sedang : Baik
- Jangka panjang : Baik
5. Pikiran abstrak : Baik
Gangguan persepsi
1. Halusinasi dan ilusi tidak ditemukan
2. Depersonalisasi dan derealisasi tidak ditemukan
Proses pikir
1. Bentuk pikir : realistis
2. Arus pikiran
- Produktivitas : cukup ide
- Kontinuitas : spontan, relevan
- Hendaya berbahasa : tidak ada
7
3. Isi pikiran
- Preokupasi : ingin sembuh
- Obsesi : ingin bisa tidur dan merasa senang kembali
- Gangguan pikiran :
o Waham Bizare : tidak ada
o Waham Non Bizare : tidak ada
Pengendalian Impuls
Pasien dapat mengendalikan diri saat pemeriksaan
Daya Nilai
- Norma sosial : saat ini pasien cukup bersosialisasi
- Uji daya nilai : tidak terganggu
- Penilaian realitas : derealistik (-), depersonalisasi (-)
Persepsi (tanggapan) pasien tentang diri dan kehidupannya
Pasien ingin segera sembuh dari sakitnya
Tilikan (insight)
Baik
Taraf dapat dipercaya
Dapat dipercaya.
IV. GEJALA YANG DIDAPAT
Pasien menunjukkan sikap yang baik, tenang dan kooperetive. Tidak terdapat
gangguan pada orientasi, roman muka, afek, bentuk pikir, isi dan arus pikir, perhatian,
persepsi, hubungan jiwa serta tilikan dirinya. Saat ini kejiwaan pasien stabil.
V. SINDROM YANG DIDAPAT
Sindroma Anxietas
Mudah lelah
Gangguan tidur
Perut tidak enak
Sindrom Obsesif
Gagasan pikiran yang berulang yang menyebabkan gangguan
Sindrom Disfungsi Otonomik Somatoform
Sakit perut
Kepala sakit
Sesak nafas
8
Sindrom insomnia
Kesulitan memulai tidur
Terbangun di malam hari
Khawatir tidak bisa tidur
Badan terasa lemas di pagi dan siang hari
Sindrom depresif
Wajah tampak murung
Kehilangan minat dan kegembiraan
Kurang tenaga, mudah lelah, aktifitas menurun
Pesimis
Nafsu makan berkurang
Gangguan tidur
Penurunan kemampuan kerja
Diagnosis Banding
1. Episode depresif sedang tanpa gejala psikotik (F.32.1.10)
2. Gangguan campuran anxietas dan depresif (F.41.2)
3. Disfungsi Otonomik Somatoform (F 45.3)
4. Insomnia non-organik (F 51.0)
Formula Diagnostik
Pada pasien ini ditemukan keluhan tentang gangguan tidur dan gejala fisik yang
dialami. Gangguan tidur mulai dari sulit memulai tidur, terbangun di malam hari, dan sulit
tidur kembali dan merasa lemas saat bangun tidur sehingga malas beraktivitas dan pasien
sulit merasakan senang. Gejala fisik yang dialami antara lain nyeri dada dan nyeri perut, dan
nyeri kepala. Gejala tersebut muncul terutama jika pasien mencemaskan hal-hal yang
memberatkan dirinya, terutama masalah menantu dan anak keduanya.
Ditemukan gejala depresi pada pasien karena harapan hidupnya berubah. Apa yang
dialami pasien mengarah pada sindroma depresi yang terdiri atas:
Episode Depresif Sedang tanpa Gejala Psikotik (F32.10)
No. Kriteria Diagnosis Pada Pasien
9
1.
2.
3.
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi harus ada (afek depresif, kehilangan minat dan
kegembiraan, berkurangnya energy yang menuju
meningkatnya keadaan mudah lelah (hipoaktif)
Ditambah sekurang – kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari
gejala lainnya.
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekirar 2
minggu.
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Keluhan tersebut sedikit mengganggu fungsi peran dan kualitas hidupnya. Gejala
primer berupa depresi berlangsung selama satu tahun terakhir. Sehingga diagnosis axis I
menjadi episode depresi sedang tanpa gejala psikotik (F 32.10). Sebagai diagnosis banding
adalah gangguan campuran anxietas dan depersif karena terdapat pula gejala kecemasan yang
cukup terlihat seperti terlihat pada tabel, namun gejala depresif lebih dominan.
Gangguan campuran anxietas dan depresif (F.41.2)
No. Kriteria Diagnosis Pada pasien
1.
2.
3.
4.
Terdapat gejala – gejala anxietas maupun depresi, dimana
masing – masing tidak menunjukkan rangkaian gejala
yang cukup berat untuk menegakkan diagnosa tersendiri.
Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus
ditemukan walaupun tidak terus menerus, disamping rasa
cemas atau kekhawatiran berlebihan
Bila ditemukan anxietas berat disertai depresi yang lebih
ringan, maka harus dipertimbangkan kategori gangguan
anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup
berat untuk menegakkan masing – masing diagnosis,
maka kedua diagnosis tersebut harus dikemukakan, dan
diagnosis ganggguan campuran tidak dapat digunakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress
kehidupan yang jelas, maka harus digunakan kategori
Terpenuhi
Tak terpenuhi
Tak terpenuhi
Terpenuhi
10
F43.2 gangguan penyesuaian
Diagnosis banding lainnya adalah disfungsi otonomik somatoform (F 45.3) karena
terdapat beberapa gangguan somatisasi yang bermacam-macam dan berulang. Tetapi
gangguan somatisasi membutuhkan sekurangnya 2 tahun sedangkan pada pasien baru 1
tahun.
Disfungsi Otonomik Somatoform (F45.3)
No. Kriteria Diagnosis Pada pasien
1. Diagnosis pasti memerlukan semua hal berikut :
a. Adanya gejala – gejala bangkitan otonomik, seperti
palpitasi, berkeringat, tremor, muka panas, yang
menetap dan mengganggu
b. Gejala subjektif tambahan mengacu pada sistem atau
organ tertentu (gejala tak khas)
c. Preokupasi dengan dan penderitaan (distress)
mengenai kemungkinan adanya gangguan yang serius
(sering tak begitu khas) dari sistem atau organ
tertentu, yang tak berpengaruh oleh hasil pemeriksaan
– pemeriksaan berulang, maupun penjelasan –
penjelasan dari para dokter.
d. Tidak terbukti adanya gangguan yang cukup berarti
pada struktur/fungsi dari sistem atau organ yang
dimaksud
Tak terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Terpenuhi
Selanjutnya bisa dipertimbangkan pula gangguan insomnia non organik (F 51.0)
dengan kriteria seperti dalam tabel di bawah. Namun karena insomnia bisa merupakan gejala
penyakit fisik atau mental yang lain, diagnosis ini dapat tidak digunakan.
Insomnia Non-organik (F 51.0)
No Kriteria Diagnosis Pada Pasien
1. Gejala-gejala yang diperlukan untuk membuat diagnosis
pasti:
a. Keluhan adanya kesulitan masuk tidur atau
mempertahankan tidur atau kualitas tidur yang
buruk;
Terpenuhi
11
2.
3.
b. Gangguan terjadi minimal 3 kali dalam seminggu
selama minimal satu bulan;
c. Adanya preokupasi dengan tidak bisa tidur
(sleeplessness) dan peduli yang berlebihan
terhadap akibatnya pada malam hari dan
sepanjang hari
d. Ketidakpuasan terhadap kuantitas dan atau
kualitas tidur menyebabkan penderitaan yang
cukup berat dan mempengaruhi fungsi dalam
sosial dan pekerjaan
Adanya gejala gangguan jiwa lain seperti depresi,
anxietas, atau obsesi tidak menyebabkan diagnosis
insomnia diabaikan.
Semua ko-morbiditas harus dicantumkan karena
membutuhkan terapi tersendiri
Kriteria “lama tidur” (kuantitas) tidak digunakan untuk
menentukan adanya gangguan, oleh karena luasnya
variasi individual. Lama gangguan yang tidak memenuhi
kriteria diatas (seperti pada “transient insomnia”) tidak
didiagnosis disini, dapat dimasukkan dalam Reaksi Stres
Akut (F43.0) atau gangguan Penyesuaian (F43.2)
Terpenuhi
Dari riwayat kehidupan pribadi didapatkan gambaran pasien sudah mengalami
distimia sejak usia 12 tahun karena kematian ibunya, cenderung dimanjakan oleh ayahnya
karena merupakan anak terakhir dari 2 bersaudara pada pernikahan terakhir. Pasien memiliki
ciri kepribadian cemas menghindar untuk axis II karena terdapatnya sifat merasa dirinya tak
mampu, tidak menarik, atau lebih rendah dari orang lain, keengganan untuk terlibat dengan
orang lain kecuali merasa yakin akan disukai, dan menghindari aktivitas sosial atau pekerjaan
yang banyak melibatkan kontak interpersonal karena takut ditolak.
Axis III digunakan untuk menuliskan tiap gangguan fisik atau kondisi medik umum di
samping gangguan mental. Tidak ada diagnosis untuk axis ini.
Axis IV digunakan untuk memberi kode pada masalah psikologis dan lingkungan
yang secara bermakna berperan pada perkembangan atau eksaserbasi gangguan sekarang.
Pada pasien ini masalah anak keduanya yang pindah rumah dan menantu keduanya yang
bersifat keras dimasukkan dalam axis IV.
12
Untuk axis V, GAF saat pemeriksaan adalah 60-51 yaitu terdapat gejala sedang
(moderate), disabilitas sedang.
Diagnosis Multiaksial
Aksis I : episode depresi sedang tanpa gejala psikotik (F 32.10)
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : anak kedua pindah rumah dan menantunya keduanya yang bersifat keras
Aksis V : 60-51 yaitu terdapat gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
Penatalaksanaan
1.Non Farmakoterapi
Psikoterapi: suportif (ketentraman dan kenyamanan) dan berorientasi tilikan (mengenali
kekuatan ego dan untuk mengungkapkan konflik bawah sadar), relaksasi, dan cognitive
behavior therapy.
2.Farmakoterapi
Amytripsillin 25mg 2x1
Racikan Resperidol 1 mg
Cepe Zet 2,5 mg 1 x 1
Alprazolam 0,5 mg
Trihexypenidil 2 mg
PROGNOSIS
Kesimpulan prognosis : dubia at bonam
13
PEMBAHASAN
DEPRESI
Depresi merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya
serta gagasan bunuh diri.10 Rathus (dikutip dari Lubis1) menyatakan orang yang mengalami
depresi umumnya mengalami gangguan yang meliputi keadaan emosi, motivasi, fungsional
dan gerakan tingkah laku secara kognisi.
A. Diagnosis Depresi (berdasarkan PPDGJ III)
F32 EPISODE DEPRESI
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat):
Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa
lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang;
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
c. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
f. Tidur terganggu;
g. Nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode
lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung
cepat.
Kategori diagnosis episode depresif ringan (F32.0), sedang (F32.1) dan berat
(F32.2) hanya digunakan untuk episode depresi tunggal (yang pertama). Episode
depresif berikutnya harus diklasifikasikan di bawah salah satu diagnosis gangguan
depresif berulang (F33.-)
14
F32.0 Episode Depresif Ringan
Pedoman Diagnostik
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti tersebut di
atas;
Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya: (a) sampai dengan (g)
Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu
Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasanya
dilakukan.
Karakter kelima: F32.00 = Tanpa gejala somatik
F32.01 = Dengan gejala somatik
F32.1 Episode Depresif Sedang
Pedoman Diagnostik
Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada episode
depresi ringan (F30.0)
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu
Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
Karakter kelima: F32.10 = Tanpa gejala somatik
F32.11 = Dengan gejala somatik
F32.2 Episode Depresif Berat tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Semua gejala utama depresi harus ada
Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa diantaranya
harus berintensitas berat
Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu untuk melaporkan
banyak gejalanya secara rinci.
Dalam hal demikian, penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat
masih dapat dibenarkan.
15
Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu, akan
tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat, maka masih dibenarkan
untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.
Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tangga kecuali pada taraf yang sangat terbatas.
F32.3 Episode Depresif Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut di atas;
Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide
tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam, dan pasien merasa
bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditori atau olfaktori biasanya berupa
suara yang menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.
Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor.
Jika diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi atau tidak
serasi dengan afek (mood-congruent).
F32.8 Episode Depresif Lainnya
F32.9 Episode Depresif YTT
F33 GANGGUAN DEPRESIF BERULANG
Pedoman Diagnostik
Gangguan ini tersirat dengan episode berulang dari:
Episode depresi ringan (F32.0)
Episode depresi sedang (F32.1)
Episode depresi berat (F32.2 dan F32.3)
Episode masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, akan tetapi
frekuensinya lebih jarang dibandingkan dengan gangguan bipolar.
Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian afek dan hiperaktivitas
yang memenuhi kriteria mania (F30.1 dan F30.2).
Namun kategori ini tetap harus jika ternyata ada episode singkat dari peninggian
afek dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania (F30.0) segera
sesudah episode depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh tindakan
pengobatan depresi).
16
Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara episode, namun sebagian kecil
pasien mungkin mendapat depresi yang akhirnya menetap, terutama pada usia
lanjut (untuk keadaan ini, kategori ini harus tetap digunakan).
Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat keparahan, seringkali dicetuskan
oleh peristiwa kehidupan yang penuh stres atau trauma mental lain (adanya stres
atau tidak esensial untuk penegakkan diagnosis).
Diagnosis Banding: Episode depresif singkat berulang (F38.1)
F33.0 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Ringan
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti:
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan (F32.0); dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
Karakter kelima : F33.00 = Tanpa gejala somatik
F33.01 = Dengan gejala somatik
F33.1 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Sedang
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti:
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif sedang (F32.1); dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
Karakter kelima : F33.10 = Tanpa gejala somatik
F33.11 = Dengan gejala somatik
F33.2 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat tanpa Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti:
17
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik (F32.2); dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.3 Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini Berat dengan Gejala Psikotik
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti:
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus dipenuhi, dan episode
sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.2); dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.
F33.4 Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam Remisi
Pedoman Diagnostik
Untuk diagnosis pasti:
a) Kriteria untuk gangguan depresif berulang (F33.-) harus pernah dipenuhi di masa
lampau, tetapi keadaan sekarang seharusnya tidak memenuhi kriteria untuk
episode depresif dengan derajat keparahan apa pun atau gangguan lain apa pun
dalam F30-F39; dan
b) Sekurang-kurangnya dua episode telah berlangsung masing-masing selama
minimal 2 minggu dengan sela waktu beberapa bulan tanpa gangguan afektif yang
bermakna.17
F33.8 Gangguan Depresif Berulang Lainnya
F33.9 Gangguan Depresif Berulang YTT
B. Penatalaksanaan
18
Pada kasus depresi berat diperlukan terapi dan pengobatan yang efektif untuk
mengurangi depresi, namun pada kasus depresi ringan dan sedang dapat melakukan
terapi terhadap diri sendiri untuk mengurangi gejala-gejala depresi.1
1. Obat Antidepresan
Ada beberapa obat antidepresan yaitu:
MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors)
Obat ini menghalangi aktivitas monoamine oxidase, enzim yang
menghancurkan monoamine neurotransmitters norephinefrin, serotonin, dan
dopamin.
Tricyclics
Obat ini meningkatkan aktivitas neurotransmitters monoamine norephinefrin
dan serotonin dengan menghambat reuptake ke dalam neuron.
SSRIs
Obat ini hanya menghambat reuptake serotonin namun tidak menghalangi
neurotransmiter lain.
2. CBT (Cognitive Behavior Therapy)
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang
berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. CBT adalah terapi
yang dikembangkan oleh Beck tahun 1976, dan paling sesuai untuk gangguan harga
diri dan depresi. Sejumlah penelitian telah menunjukkan keefektifan pendekatan
terapi kognitif untuk mengobati penderita depresi. Salah satu penelitian mengenai
pasien yang mengalami depresi tahap sedang hingga berat, hasilnya menunjukkan
bahwa pasien yang dirawat dengan terapi kognitif mempunyai angka pemulihan
yang lebih besar, angka kegagalan lebih kecil dan angka perbaikan lebih cepat
dibanding pasien yang diobati dengan terapi obat antidepresi saja.
3. Terapi Interpersonal
Terapi interpersonal adalah bantuan psikoterapi jangka pendek yang berfokus
kepada orang-orang dengan perkembangan simtom penyakit kejiwaan. Jika terapi
kognitif berfokus pada persepsi dan reaksi terhadap persepsi tersebut, terapi
interpersonal menekankan kepada terapi komunikasi.
19
4. Konseling Kelompok dan Dukungan Sosial
Konseling secara kelompok adalah pelaksanaan wawancara konseling yang
dilakukan antara seorang konselor profesional dengan beberapa pasien sekaligus
dalam kelompok kecil. Kegunaan dukungan sosial kelompok diantaranya adalah
agar pasien merasa ada orang lain yang juga menderita sehingga dapat mengurangi
rasa isolasi.
5. Berolahraga
Keadaan mood yang negatif seperti depresi, kecemasan, dan kebingungan
disebabkan oleh pikiran dan persaan yang negatif pula. Salah satu cara yang dapat
dilakukan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi
munculnya mood negatif adalah dengan berolahraga. Bryan, psikolog olahraga di
ACE ( American Counsil of Excercise) mengatakan bahwa olahraga dapat
membantu individu mengatasi stres, depresi ringan dan memperbaiki mood.
6. Diet (Mengatur Pola Makan)
Simtom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam
tubuh. Ketidakseimbangan nutrisi yang dapat menyebabkan depresi semakin parah
yaitu:
Konsumsi kafein secara berkala
Konsumsi sukrosa (gula)
Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, vitamin C, kalsium, tembaga,
magnesium atau potasium.
Ketidakseimbangan asam amino
Alergi makanan.
7. Terapi Humor
Sudah lama profesional medis mengakui bahwa pasien yang mempertahankan
sikap mental yanng positif dan berbagi tawa merespon lebih baik terhadap
pengobatan. Respon fisiologis dari tertawa termasuk meningkatnya pernafasan,
sirkulasi, sekresi hormon, enzim pencernaan dan peningkatan tekanan darah.
8. Berdoa
20
Berdoa merupakan salah satu untuk mengatasi depresi. Doa dapat
mendatangkan ketenangan lahir dan batin serta melepaskan kita dari ketegangan
fisik dan mental kita.
9. Hidroterapi dan Hidrotermal
Hidroterapi adalah penggunaan air untuk pengobatan penyakit. Terapi
hidrotermal adalah penggunaan efek temperatur air misalnya mandi air panas,
sauna, dll. Tubuh bereaksi terhadap stimulus panas dan dingin. Saraf mengantarkan
rangsangan yang dirasakan kulit ke dalam tubuh, dimana merangsang sistem imun,
mempengaruhi hormon stress, meningkatkan aliran tubuh dan mengurangi rasa
sakit.
21
Recommended