View
379
Download
10
Category
Preview:
DESCRIPTION
Effusi Pleura Dengan Wsd
Citation preview
1
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang sangat penting bagi manusia yang dilakukan agar
tubuh terpenuhi suplai oksigen dengan cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan
pada salah satu saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan,
maka pertukaran gas akan terganggu, seperti halnya terjadi pada kasus effusi pleura. Oleh karena
itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan
tersebut, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Menurut WHO (2008), Efusi Pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat
mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat diseluruh dunia, bahkan
menjadi problema utama di negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Di
negara-negara industri, diperkirakan terdapat 320 kasus Efusi Pleura per 100.000 orang. Amerika
serikat melaporkan 1,3 juta orang setiap tahunnya menderita Efusi Pleura terutama disebabkan
oleh gagal jantung kongestif dan pneumonia bakteri.
Menurut Depkes RI ( 2006 ), kasus Efusi Pleura mencapai 2,7 % dari penyakit infeksi
saluran napas lainnya. Tingginya angka kejadian Efusi Pleura disebabkan keterlambatan penderita
untuk memeriksakan kesehatan sejak dini dan angka kematian akibat Efusi Pleura masih sering
ditemukan faktor resiko terjadinya Efusi Pleura karena lingkungan yang tidak bersih, sanitasi yang
kurang, lingkungan yang padat penduduk, kondisi sosial ekonomi yang menurun, serta sarana dan
prasarana kesehatan yang kurang dan kurangnya masyarakat tentang pengetahuan kesehatan.
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di
dada) yang disebabkan oleh benda tajam dan tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus
rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan
mendadak yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga
akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan
iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Merupakan sebuah kesatuan antara effusi pleura dan tindakan pemasangan WSD yang
merupakan tindakan kolaboratif untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dari diagnosa effusi pleura
tersebut. Maka berdasarkan uraian dan beberapa asumsi literatur serta latar belakang di atas, maka
2
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
penulis tertarik untuk berusaha memberikan sebuah rangkuman dan beberapa catatan riset yang
disajikan dalam bentuk makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Effusi Pleura dengan
Water Sealed Drainage”, dengan harapan dapat memberikan manfaat yang lebih baik untuk
pembaca, khususnya pada mahasiswa kesehatan yang menjadi bibit terwujudnya cita-cita yang
lebih baik sebagaimana tertulis di atas.
1.2. Tujuan Penulisan Makalah
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan secara umum dari ditulisnya makalah ini adalah untuk mengetahui dan
mempelajari gambaran umum dari effusi pleura sebagai salah satu dari penyakit
pernafasan.
1.2.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penulisan makalah ini adalah memberikan informasi tentang
effusi pleura yang meliputi:
a. Konsep dasar perjalanan penyakit effusi pleura yang dimulai dari pengertian, penyebab,
tanda dan gejala, cara pencegahan, dan beberapa hal lain yang dapat memberikan
gambaran pengetahuan tentang penyakit tersebut.
b. Konsep dasar Water Sealed Drainage yang meliputi pengertian, indikasi pemasangan,
kontra indikasi, jenis-jenis WSD, dan beberapa hal lain yang terkait dengan pemasangan
WSD.
c. Konsep dasar asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, cara pengambilan
diagnosa, serta intervensi dan implementasi yang dapat diterapkan terhadap pasien
dengan effusi pleura dengan WSD.
1.3. Relevansi Terhadap Keperawatan
1.3.1. Bagi Penulis
Melalui penulisan makalah ini, diharapkan penulis dapat menambah pengetahuan
dalam melakukan pencarian literatur penelitian serta mendapatkan informasi tentang effusi
pleura secara khusus. Selain itu juga diharapkan penelitian ini dapat berguna sebagai
literatur pendukung dalam pengembangan penelitian yang lebih lanjut.
1.3.2. Bagi Institusi Pendidikan
Melalui makalah ini diharapkan dapat menjadikan suatu masukan bagi Institusi
Pendidikan untuk memberikan pengetahuan lebih tentang konsep perjalanan penyakit dan
asuhan keperawatan pada pasien dengan effusi pleura sebagai salah satu topik dalam
3
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
menyelenggarakan suatu seminar ilmiah keperawatan atau sebagai suatu bahan
perkuliahan.
1.3.3. Bagi Riset Keperawatan
Sebuah harapan kecil pada penulis dengan adanya makalah ini semoga dapat
menjadikan rangkuman dan informasi umum tentang literatur effusi pleura serta
mempermudah dalam pencarian literatur ilmu berdasar daftar pustaka yang penulis
gunakan dalam makalah ini.
4
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Pustaka Effusi Pleura
2.1.1. Pengertian
Efusi pleura adalah pengumpulan cairan dalam rongga pleura yang terletak diantara
permukaan visceral dan parietal. Efusi Pleura merupakan proses penyakit primer yang jarang
terjadi tetapi biasanya merupakan penyakit sekunder terhadap penyakit lain. Secara normal,
ruang pleura mengandung sejumlah kecil cairan (5-15 ml) berfungsi sebagai pelumas yang
memungkinkan permukaan pleural bergerak tanpa adanya friksi. (Suzanne C Smeltezer dan
Brenda G. Bare, 2002).
Efusi pleura merupakan keadaan terdapat cairan dalam jumlah berlebihan didalam
rongga pleura. Pada kondisi normal, rongga ini hanya berisi sedikit cairan (5 sampai 15 ml)
ekstrasel yang melumasi permukaan pleura. Peningkatan produksi atau penurunan
pengeluaran cairan akan mengakibatkan efusi pleura (Kowalk, 2011).
Untuk mempermudah pengertian dan letak terjadinya effusi pleura, dapat kita
perhatikan gambar fisiologi paru sebagai mana berikut ini:
Dalam keadaa normal, rongga pleura berisi sedikit cairan (sekitar 10 – 20 ml) untuk
sekedar melicinkan permukaan pleura parietalis dan visceralis yang saling bergerak karena
adanya kegiatan bernafas. Cairan masuk ke dalam rongga melalui pleura parietalis yang
bertekanan tinggi dan diserap oleh sirkulasi di pleura visceralis yang bertekanan rendah. Dan
diserap juga oleh kelenjar limfe dalam pleura parietalis dan pleura visceralis.
Gambaran Effusi Pleura secara fisiologis.
Maka dengan kata lain sebagaimana pengertian di atas, Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam jumlah yang berlebihan didalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi (penyerapan ) cairan pleura.
5
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.1.2. Penyebab dan Jenis Effusi Pleura
Beberapa penyebab umum terjadinya effusi pleura adalah sebagaimana disebutkan
di bawah ini:
a) Hambatan drainase limfatik dari rongga pleura.
b) Gagal jantung yang menyebabkan tekanan perifer dan tekanan kapiler paru menjadi
sangat tinggi, sehingga menimbulkan transudasi cairan yang berlebihan kedalam rongga
paru.
c) Tekanan osmotik koloid plasma yang sangat menurun sehingga mengakibatkan
transudasi cairan yang berlebihan.
d) Infeksi atau setiap penyebab peradangan lainnya pada permukaan rongga pleura, yang
merusak membran kapiler dan memungkinkan kebocoran protein plasma dan cairan ke
dalam rongga secara cepat seperti Tuberkulosis, pneumonitis, dan abses paru.
(Guyton, 1997).
Sedangkan berdasarkan penyebab di atas, effusi pleura dapat dibagi menjadi
beberapa jenis, diantaranya adalah:
a) Menurut Penyebabnya:
1) Bila effusi pleura berasal atau disebabkan karena implantasi sel-sel limfoma pada
permukaan pleura, cairannya adalah eksudat yang berisi sel limfosit yang banyak
dan sering hemoragik (mengandung darah)
2) Bila effusi terjadi akibat obstruksi aliran getah bening, cairan dapat berupa
transudat atau eksudat dan bercampur dengan limfosit.
3) Bila effusi pleura terjadi akibat obstruksi duktus torasikus, cairannya akan
berbentuk cairan kelenjar limfa (chylothorak).
4) Bila efusi pleura terjadi karena infeksi, biasanya terjadi pada pasien dengan limfoma
maligna karena menurunnya resistensi terhadap infeksi, effusi ini dapat berupa
empiema akut atau kronik
(www.medicastore.com)
b) Menurut Cairan Yang Terbentuk:
1) Transudat
Transudat merupakan filtrat plasma yang mengalir menembus dinding kapiler yang
utuh, terjadi jika faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan reabsorbsi
cairan pleura terganggu yaitu karena ketidakseimbangan tekanan hidrostatik atau
6
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
ankotik. Transudasi menandakan kondisi seperti asites, perikarditis, penyakit gagal
jantung kongestik atau gagal ginjal sehingga terjadi penumpukan cairan.
Effusi pleura transudatif biasanya disebabkan karena:
- Gagal jantung kongestif
- Sirosis (hepatik hidrothorax)
- Atelektasis
- Hipoalbuminemia
- Sindroma nefrotik
- Peritoneal dialisis
- Mixedema
- Perikarditis konstriktif
2) Eksudat
Eksudat merupakan ekstravasasi cairan ke dalam jaringan atau kavitas. Sebagai
akibat inflamasi oleh produk bakteri atau humor yang mengenai pleura contohnya
TBC, trauma dada, infeksi virus. Efusi pleura mungkin merupakan komplikasi gagal
jantung kongestif, TBC, pneumonia, infeksi paru, sindroma nefrotik, karsinoma
bronkogenik, serosis hepatis, embolisme paru, dan infeksi parasitik.
Effusi pleura eksudatif biasanya disebabkan karena:
- Malignansi (karsinoma, limfoma)
- Emboli pulmoner
- Kondisi kolagen – vaskuler (arthritis reumatoid, lupus)
- Tuberkulosis
- Pankreatitis
- Trauma
- Postcardiac injury syndrome
- Perforasi esofagus
- Pleuritis akibat radiasi
- Penggunaan obat (nitrofurantoin, dantrolene, methysergide, bromocriptine,
procarbazine, amiodarone)
- Chylothorax
- Meig’s syndrome
- Sarcoidosis
7
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
- Yellow nail syndrome
(Suzanne C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002).
2.1.3. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala dari effusi pleura secara umum, diantaranya
adalah:
a. Nyeri pleuritik dada yang membuat penderita membatasi pergerakan rongga dada
dengan bernafas dangkal atau tidur miring ke sisi yang sakit.
b. Sesak nafas/ dispnea dapat ringan atau berat, tergantung pada proses pembentukan
efusi, jumlah cairan efusi pleura, dan kelainan yang mendasari timbulnya efusi.
c. Akral teraba dingin
d. Batuk
e. Trakhea bergeser menjauhi sisi yang mengalami efusi
f. Interkosta menonjol pada efusi yang berat
g. Pergerakan dada berkurang pada bagian yang terkena efusi pleura
h. Perkusi meredup di atas efusi pleura
i. Suara nafas berkurang di atas efusi pleura
j. Vokal fremitus meredup
(Price, 2008)
2.1.4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dalam menegakkan diagnosis, penyebab, serta therapy
medis perlu dilakukan sebagai penunjang dalam pelaksanaanya. Adapun pemeriksaan
penunjang yang yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Foto rontgen dada (sinar tembus dada)
b. USG pleura, berfungsi untk menentukan adanya cairan dalam rongga pleura.
c. CT Scan dada.
d. Torakosentesis (untuk mengambil cairan dan mengetahui warna cairan)
- Kekuning-kuningan: warna normal cairan pleura
- Agak Kemerahan atau kemerahan: terjadi pada kasus dengan trauma, infark paru,
keganasan, dan adanya kebocoran aneurisma aorta.
- Kehijauan dan agak purulen: menunjukkan adanya empiema.
- Merah Coklat: menunjukkan adanya abses karena amuba.
8
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
Beberapa hasil dari pemeriksaan Torakosentris dapat diperoleh keterangan sebagai
berikut:
- Biokimia: basil tahan asam (untuk tuberkulosis), hitung sel darah merah dan putih,
kadar pH, glukosa, amilase. Tabel berikut ini menunjukkan perbedaan biokimia pada
effusi pleura.
- Sitologi: sel neutrofil, sel limfosit, sel mesotel, sel mesotel maligna, sel-sel besar
dengan banyak inti, sel lupus eritematosus sistemik.
- Bakteriologi: menentukan jenis bakteri yang menginfeksi.
- Biopsi pleura.
2.1.5. Penatalaksanaan
2.1.5.1. Penatalaksanaan Diet Effusi Pleura
Jenis diet yang diberikan pada kasus effusi pleura adalah TKTP (Tinggi
Kalori Tinggi Protein. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan kalori dan
protein untuk mencegah dan mengurangi adanya kerusakan jaringan tubuh,
khususnya paru-paru. Selain itu diet TKTP juga memberikan manfaat sebagai
berikut:
a. Pembentukan ikatan-ikatan esensial tubuh
Hemoglobin sebagai pigmen sel darah merah yang berfungsi sebagai zat
pengangkut oksigen dan karbondioksida akan berikatan dengan protein, begitu
pula dalam proses penggumpalan darah, protein juga dibutuhkan.
b. Mengatur keseimbangan cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam intraseluler, intravaskuler, dan interstisial diatur
oleh protein dan elektrolit, sehingga apabila terjadi kekurangan protein akan
dapat mengakibatkan penurunan dan perpindahan cairan.
(Prinsip Dasar Ilmu Gizi, 2009)
9
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.1.5.2. Penatalaksanaan Medis Effusi Pleura
a. Therapy oksigen
Dapat diberikan jika terjadi pernafasan yang tidak adekuat.
b. Pemberian obat-obatan
Obat-obatan yang biasa diberikan pada effusi pleura diantaranya adalah
antibiotik, analgetik, antiemetik, dan vitamin. Tujuan pemberian obat-obat
tersebut adalah untuk menghambat terjadinya infeksi, mencegah penumpukan
cairan kembali, menghilangkan ketidak nyamanan serta dispneu. Pengobatan
spesifik ditujukan pada penyebab dasar dari timbulnya effusi pleura (misalnya
gagal jantung kongestif, pneumonia, sirosis, TBC, trauma, dll)
c. Pemasangan WSD (water selaed drainage)
WSD (Water Selade Drainage) / CTT (Chest Thorax Tube) adalah suatu unit yang
bekerja sebagai drain untuk mengeluarkan udara atau cairan (darah atau pus)
dari rongga toraks dan mediastinum dengan menggunakan pipa penghubung
selang/drain yang dimasukan ke dalam rongga pleura (DepKes RI, 2008).
d. Pleurodesis
Pada prosedur ini zat kimia dimasukkan pada kavum pleura untuk melekatkan
dua lapis pleura. Hal ini dapat mencegah terkumpulnya cairan pleura kembali.
Zat-zat yang dipakai adalah tetrasiklin (terbanyak dipakai), bleomisin,
korinebakterium parvum, Tio-tepa, 5-Fluorourasil.
e. Thoracosintesis
Aspirasi cairan pleura (thorakosintesis) berguna sebagai sarana diagnostik
maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada pasien dengan
posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela iga garis aksilaris
posterior dengan memakai jarum kateter nomor 14-16.
f. Pengobatan lainnya
Bertujuan untuk penanganan pada effusi pleura malignan termasuk radiasi
dinding dada, bedah plerektomi, dan terapi deuretik. (Kowalk dkk, 2011)
g. Latihan Meniup Balon
Untuk mengembangkan alveolus yang kolaps, diperlukan tekanan udara yang
lebih besar dengan cara meniup balon lebih keras pada waktu mulai
mengembangkan balon. Hal ini dimaksudkan untuk melatih pernafasan dan
10
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
pengembangan alveolus yang sempat terendam cairan pleura agar fungsinya
dapat kembali seperti semula. (Suzanne C Smeltezer dan Brenda G. Bare, 2002)
2.1.6. Komplikasi Effusi Pleura
Pada keadaan lebih lanjut, bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat, maka
effusi pleura dapat berdampak atas beberapa komplikasi berikut ini:
- Pneumonia
- Penumothorax
- Hipertensi paru
- Hemothorax (karena trauma pada pembuluh darah interkostalis)
- Emoli udara (karena adanya laserasi yang cukup dalam menyebabkan udara dari
alveoli masuk ke vena pulmonalis)
- Laserasi pleura viserali
Sedangkan secara khusus, effusi pleura bila dibiarkan akan memiliki dampak
terhadap sistem tubuh, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Sistem pernafasan
Terakumulasinya cairan di rongga pleura menyebabkan penekanan paru-paru yang
mengakibatkan daya pengembangan paru terganggu sehingga mengakibatkan sesak
nafas.
- Sistem kardiovaskuler
Adanya peningkatan denyut nadi dan manifestasi dari sesak nafas karena terjadi
kompensasi tubuh terhadap kekurangan oksigen.
- Sistem gastrointestinal
Kegagalan nafas mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang, diteruskan ke
hipotalamus, merangsang nervus vagus dan mengakibatkan peningkatan asam
lambung, maka terjadi mual dan tidak ada nafsu makan.
- Sistem/pola aktivitas dan istirahat
Sesak nafas pada saat istirahat dapat mengganggu atau merubah respon terhadap
aktivitas atau latihan.
11
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.2. Konsep Pustaka Water Selaed Drainage
2.2.1. Pengertian
WSD (Water Sealed Drainage) merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk
mengeluarkan udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax, dan mediastinum
dengan menggunakan pipa penghubung.
2.2.2. Indikasi Pemasangan
a. Pneumothorax
- Spontan lebih dari 20% karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothorax
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thorax
c. Thorakotomy
- Lobektomy
- Pneumoktomy
d. Effusi Pleura
- Post operasi jantung
e. Emfiema
- Penyakit paru serius
- Kondisi inflamasi
2.2.3. Tujuan Water Sailed Drainage
Adapun tujuan dilakukannya tindakan pemasangan water sailed drainage adalah
sebagai berikut:
- Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thoraks.
- Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
- Mengembangkan kembali thoraks yang kolaps
- Mencegah refluks drainage kembali ke rongga dada
2.2.4. Tempat Pemasangan WSD
a. Bagian apex paru (apical)
12
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
- Anterolateral interkosta ke 1-2
Fungsi: untuk mengeluarkan udara dari rongga pleura
b. Bagian basal
- Postero lateral interkosta ke 5-6 atau 8-9
Fungsi: untuk mengeluarkan cairan (darah, pus) dari rongga pleura
2.2.5. Jenis-jenis Water Sealed Drainage
a. Sistem satu botol
- Merupakan sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple
pneumothoraks.
- Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai dua lubang selang yaitu
satu untuk ventilasi dan satu lagi masuk ke dalam botol.
- Air steril dimasukkan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2 cm untuk
mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan
kolaps paru
- Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk
memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar.
- Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi.
- Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan.
Inspirasi akan meningkat
13
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
Ekspirasi menurun
b. Sistem dua botol
- Digunakan 2 botol: 1 botol untuk mengumpulkan cairan drainage dan botol ke 2
sebagai botol water seal.
- Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa
udara, selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi
water seal.
- Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura
masuk ke water seal botol 2.
- Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga
pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD.
- Bisasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
peural.
c. Sistem tiga botol
- Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan
yang digunakan.
- Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
- Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah
hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol
WSD.
- Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan.
- Botol ke-3 mempunyai 3 selang:
Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer
14
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.2.6. Komplikasi Pemasangan Water Selade Drainage
a. Komplikasi Primer: perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia.
b. Komplikasi Sekunder: infeksi, emfiema.
2.2.7. Prosedur Pemasangan WSD
a. Pengkajian
- Memeriksa kembali instruksi dokter
- Mencek dan melakukan inform consent
- Mengkaji status pasien: TTV, status pernafasan
b. Persiapan Pasien
- Siapkan pasien
- Memberi penjelasan kepada pasien mencakup :
o Tujuan tindakan
o Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD
Posisi klien dapat duduk atau berbaring
o Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti nafas dalam, distraksi
o Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu sisi yang terkena
c. Persiapan Alat
- Sistem drainage tertutup
- Motor suction
- Slang penghubung steril
- Botol berwarna putih/bening dengan kapasitas 2 liter, gas, pisau jaringan/silet,
trokart, cairan antiseptic, benang catgut dan jarumnya, duk bolong, sarung tangan ,
spuit 10cc dan 50cc, kassa, NACl 0,9%, konektor, set balutan, obat anestesi (lidokain,
xylokain), masker
d. Pelaksanaan
15
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik , dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.
e. Tindakan Setelah Prosedur
- Perhatikan undulasi pada selang WSD
Bila undulasi tidak ada, maka berbagai kondisi dapat terjadi, diantaranya adalah:
Motor suction tidak berjalan
Selang tersumbat
Selang terlipat
Paru-paru telah mengembang
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi sistem
drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.
- Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.
- Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.
- Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui jumlah
cairan yg keluar.
- Observasi pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.
- Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan
- Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan sampai
slang terlipat
- Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.
- Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.
- Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang
dibuang.
- Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.
- Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema
subkutan.
- Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan bimbing cara batuk efektif.
- Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.
- Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.
- Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan gerak
pada persendian bahu daerah pemasangan WSD
16
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.2.8. Perawatan Pada Klien Yang Menggunakan WSD
a. Kaji adanya distress pernafasan & nyeri dada, bunyi nafas di daerah paru yg terkena &
TTV stabil.
b. Observasi adanya distress pernafasan.
c. Observasi:
- Pembalut selang dada.
- Observasi selang untuk melihat adanya lekukan, lekukan yang menggantung, bekuan
darah.
- Sistem drainage dada.
- Segel air untuk melihat fluktuasi inspirasi dan ekspirasi klien.
- Gelembung udara di botol air bersegel atau ruang.
- Tipe & jumlah drainase cairan. Catat warna & jumlah drainase, TTV & warna kulit.
- Gelembung udara dalam ruang pengontrol penghisapan ketika penghisap digunakan
d. Posisikan klien:
- Semi fowler sampai fowler tinggi untuk mengeluarkan udara (pneumothorak).
- Posisi fowler untuk mengeluarkan cairan (hemothorak)
e. Pertahankan hubungan selang antara dada dan selang drainase utuh dan menyatu.
f. Gulung selang yang berlebih pada matras di sebelah klien. Rekatkan dengan plester.
g. Sesuaikan selang supaya menggantung pada garis lurus dari puncak matras sampai ruang
drainase. Jika selang dada mengeluarkan cairan, tetapkan waktu bahwa drainase dimulai
pada plester perekat botol drainase pada saat persiaan botol atau permukaan tertulis
sistem komersial yang sekali pakai.
h. Urut selang jika ada obstruksi.
i. Cuci tangan.
j. Catat kepatenan selang, drainase, fluktuasi, TTV klien, kenyamanan klien.
2.2.9. Cara Mengganti Botol WSD
a. Siapkan set yang baru
Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan
b. Selang WSD di klem dulu
c. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
d. Amati undulasi dalam slang WSD
17
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.2.10. Pencabutan Selang WSD
Indikasi pencabutan WSD adalah sebagai berikut:
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan:
- Tidak ada undulasi.
- Cairan yang keluar tidak ada.
- Tidak ada gelembung udara yang keluar.
- Kesulitan bernafas tidak ada.
- Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara.
- Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara.
b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada
slang.
file:///H:/romsons-romo-seal%20WSD.htm
2.3. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.3.1. Pengertian
Asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan
kerjasama dengan klien, keluarga atau masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal (Carpenito, 2000).
Peran perawat dalam menangani pasien dengan Efusi Pleura Post CTT (Chest Thorax
Tube) adalah ditekankan pada perawatan luka post CTT setiap hari, yang bertujuan
mencegah terjadinya infeksi dengan tetap memperhatikan kepatenan CTT yang terpasang
untuk mencegah terlepasnya selang CTT yang akan mengakibatkan udara masuk kedalam
paru-paru melalui luka pemasangan CTT yang berdampak pada kolapsnya paru-paru sehingga
terjadi henti nafas dan berujung kematian pada pasien. Serta mengobservasi jumlah dan
warna cairan yang tertampung dalam botol dan dokumentasikan.
Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat dalam melakukan
praktek asuhan keperawatan secara sistematis dalam mengatasi masalah keperawatan yang
ada, dimana kelima komponennya saling mempengaruhi satu sama lain yaitu pengkajian,
menentukan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang membentuk suatu
suatu mata rantai (Budianna Keliat, 1994).
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan (Nursalam, 2001).
18
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
2.3.2. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Pasien
Terdiri dari: nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.
2) Keluhan Utama
- Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien.
- Biasanya, dada pasien dengan effusi pleura didaptkan keluhan berupa: sesak
nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuretik akibat iritasi pleura yang bersifat
tajam dan terlokalisir terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non
produktif.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
Menceritakan perjalanan penyakit pasien saat ini sehingga di bawa ke rumah sakit.
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Membahas tentang riwayat penyakit dahulu yang pernah diderita klien berhubungan
dengan yang diderita pasien saat ini.
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Membahasa tentang riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga
pasien yang disinyalir sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: kanker
paru, TBC, dll
6) Riwayat Psikososial
Bahasan ini meliputi perasaan pasien terhadap sakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang
dilakukan terhadap dirinya.
b. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda-tanda Vital
Meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, saturasi oksigen (jika dibutuhkan)
2) Tingkat Kesadaran
Disini perlu dikaji bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien
selama dilakukan anamnese, mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan
ketegangan pasien, sebagai bahan memperkuat memperoleh data apakah
composmentis, apatis, somnolen, sopor atau koma.
3) ROS (review Of System)
19
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
- B1 (Breath)
Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak
Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi
interkostal
Fremitus fokal
Perkusi dada : hipersonor
Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru,
tumor, biopsi paruB2 (Blood)
- B2 (Blood)
Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )
Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
Hipertensi / hipotensi
CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah
- B3 (Brain)
Tentukan GCS pasien
Tentukan adanya keluhan pusing,
Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar
6-7 jam.
ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.
Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri
dada sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba),
nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan perut
dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan pasien
- B4 (Bladder)
Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi,
inkontinensia
20
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah
sekitar 500cc/hari dan berwarna kuning bening
Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake
cairan yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter
- B5 (Bowel)
Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau
Keadaan mukosa: lembab, kerig, stomatitis
Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
Peristaltic usus tiap menitnya
Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari
- B6 (Bone)
Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)
Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
Keadaan turgor kulit
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
2) Darah lengkap dan kimia darah
3) Bakteriologis
4) Analisis cairan pleura
5) Pemeriksaan radiologis
6) Biopsi
2.3.3. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
21
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
b. Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-
faktor fisik (pemasangan selang dada)
c. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi.
2.3.4. Intervensi, Tujuan, Kriteria Hasil dan Rasional
a. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan
nyeri.
1) Data penunjang:
Dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernafasan, penggunaan otot aksesori,
gangguan pengembangan dada, sianosis.
2) Tujuan:
Tujuan dari tindakan keperawatan pada diagnosa ini adalah pola nafas kembali
efektif.
3) Kriteria hasil:
- Pola nafas efektif atau normal (frekuensi dan keteraturan)
- Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya peninggian kepala tempat tidur (head up)
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dipasang: - Periksa pengontrol penghisapan,
batas cairan. - Observasi gelembung udara
botol penampung
- Mempertahankan tekanan negative
intrapleural sesuai dengan yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi pasru optimum dan atau drainase cairan.
- Gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan lubang angin dari pneumothoraks. Naik turunnya gelembung udara menunjukkan ekspansi paru
Klem selang pada bagian bawah unit drainase bila terjadi kebocoran
Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat system
Awasi pasang surutnya air penampung dan water seal
Flutuasi (pasang surut) menunjukkan perbedaan tekanan inspirasi dan ekspirasi
Catat karakter dan jumlah drainase Berguna dalam mengevaluasi perbaikan
22
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
selang dada kondisi atau terjadinya komplikasi atau perdarahan yang memerlukan upaya intervensi.
Berikan oksigen melalui kanul/masker, latih nafas dalam dan batuk efektif
Alat dalam menurunkan kerja naas, meningkatkan penghilangan distress respirasi dan sianosis berhubungan dengan hipoksia
Perawatan: Observasi pola nafas dan komplikasi
Agar psien tercukupi oksigenasinya dan pola nafasnya efektif, serta untuk mencegah terjadinya komplikasi yang bisa memperparah kondisi klien.
b. Nyeri dada berhubungan dengan factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-
faktor fisik (pemasangan selang dada)
1) Data penunjang:
Respirasi dan nadi meningkat, raut wajah pasien nampak kesakitan, pasien merasa
tidak nyaman.
2) Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah kenyamanan pasien
dapat terpenuhi.
3) Kriteria hasil:
- Nyeri berkurang bahkan hilang
- Respirasi dan nadi kembali normal yaitu antara 16 – 20 x/menit dan 60 – 100
x/menit
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Berikan dan ajari teknik distraksi (menonton TV, mengobrol dengan keluarga, posisi yang nyaman) dan relaksasi (nafas dalam)
Mengalihkan perhatian pasien terhadap rasa nyeri dan memberikan kenyamanan sehingga nyeri pasien dapat berkurang.
Jika nyeri tidak berkurang, kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat analgesik.
Mengurangi tingkat nyeri yang dirasakan oleh pasien
Observasi skala nyeri setelah intervensi yang telah dilakukan
Sebagai evaluasi terhadap intervensi yang telah dilakukan dan untuk merencenakan intervensi selanjutnya.
c. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
1) Data penunjang:
23
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
Adanya inflamasi di daerah yang telah terpasang WSD, suhu tubuh meningkat, nyeri
pada daerah yang terpasang WSD.
2) Tujuan:
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah mencegah dan
menangani agar tidak terjadi infeksi pada pasien.
3) Kriteria hasil:
- Tidak terjadi inflamasi pada daerah yang terpasang WSD
- Tidak timbul rasa nyeri
- Suhu tubuh normal (36,5oC – 75,5oC)
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD secara teratur
Untuk menjaga kebersihan daerah yang terpasang WSD sehingga dapat meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat daerah WSD dan instruksikan untuk merawatnya secara teratur
Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang benar
Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap pasien yang dapat memicu terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruang pasien
Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap pasien yang dapat memicu terjadinya infeksi
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan
Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin sehingga dapa segera dilakukan tindakan agar infeksi tidak semakin parah
Kolaborasikan untuk member antibiotik jika diperlukan
Mengendalikan factor pemicu infeksi
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan
Meminimalkan pemicu infeksi
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan
kurang terpajan informasi.
1) Data penunjang:
Pasien sering bertanya, ketidak akuratan mengikuti instruksi, pasien tampak
gelisah.
2) Tujuan:
24
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
Tujuan dari dilakukannya tindakan pada diagnosa ini adalah kebutuhan akan
pengetahuan pasien dapat terpenuhi.
3) Kriteria hasil:
- Pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau proses penyakit dan
rencana pengobatan.
- Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan.
4) Intervensi dan rasional:
Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat dalam proses belajar, misalnya: diskusi, partisipasi kelompok
Belajar ditingkatkan bila individu secara aktif berperan
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai indikasi. Masukkan daftar artikel dan buku yang berhubungan dengan kebutuhan pasien/ keluarga dan dorong membaca dan memdiskusikan apa yang mereka pelajari
Membantu pasien dan orang terdekat membuat pilihan berdasarkan informasi tentang masa depan.
Informasikan kepada pasien tentang efek-efek pemasangan WSD
Mengurangi ras cemas pasien akibat terpasangnya alat di tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan penyakit dan proses pengobatannya
Mengetahui keefektifan intervensi yang telah dilakukan
25
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Efusi pleura merupakan suatu keadaan dimana terdapat cairan dalam jumlah yang berlebihan
didalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan dan reabsorbsi
(penyerapan ) cairan pleura.
Water Sealed Drainage merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan
udara, cairan (darah, pus) dari rongga pleura, rongga thorax, dan mediastinum dengan
menggunakan pipa penghubung.
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan WSD terdiri dari pengkajian, penegakan
diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi keperawatan sebagaimana standart ilmu
keperawatan.
3.2. Saran
3.2.1. Pembaca
Diharapkan dengan adanya makalah ini, pembaca dari makalah ini tidak
menganggap bahwa makalah ini dapat digunakan sebagai literatur baru untuk penyelesaian
tugas-tugas perkuliahan maupun literatur penelitian, makalahini hanya berisi tentang
rangkuman dan sebaiknya jika akan menggunakan literatur, pembaca dapat mengambil dari
beberapa literatur yang tertulis dalam daftar pustaka.
3.2.2. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan merupakan sarana utama untuk memperoleh pendidikan
sebagai mana mestinya, karenanya apabila dalam makalah ini adalah kekurangan,
diharapkan institusi pendidikan dapat memberikan masukan dan saran untuk penulis
dengan memberikan revisi gambaran umum dalam makalah ini.
3.2.3. Bidang Keperawatan
Dalam bidang keperawatan, beberapa tindakan invasive dan kolaborative
merupakan sebuah standart yang harus menjadi tolak ukur untuk mencegah sebuah
kesalah dalam tindakan, maka dengan makalah ini harapan penulis adalah perawat tau
bahwa tindakan WSD hanya boleh dilakukan oleh seorang dokter, perawat hanya
membantu asistensi dalam tindakan tersebut.
26
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Effusi Pleura dengan Water Sealed Drainage
DAFTAR PUSTAKA
Alsagaf, H. 2010. Patofisiologi dan Konsep Penyakit. Jakarta: Salemba Medika.
Bagian Gizi RS. Dr. Cipto Mangunkusumo dan Ahli Gizi Indonesia. 2002. Penuntun Diet. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Carpenito, L. J. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan dan Dokumentasi Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC.
Doengoes, M, E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawat Pasien. Jakarta: EGC.
file:///H:/romsons-romo-seal%20WSD.htm
Guyton, Arthur C & Hall, John E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Keliat, Budiana. 1994. Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Khaerudin. 2012. Anatomi Paru-paru. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Kowalk, dkk. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika.
Price. A, Sylvia, M. Wilson Lorraine. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sjamsuhidayat. 2005. Ilmu Penyakit Dalam Untuk Perawat. FKUI: Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC
Suryono, S. Dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Recommended