EUTHANASIA.pptx

Preview:

Citation preview

EUTHANASIA

Di Susun Oleh :Johann S. Naa (14483

)Victor T. Ora (14504 )Robert A. Bela (14510 )Putra Sidabutar (14523 )Daniel Alpen Silitonga (14526

) Ericson D.M. Napitupulu

(14559)

Latar BelakangDengan pesatnya penemuan-penemuan teknologi modern, mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat di dalam kehidupan sosial budaya manusia. Di antara sekian banyak penemuan-penemuan teknologi tersebut, tidak kalah pesatnya perkembangan teknologi di bidang medis. Dengan berkembangnya teknologi di bidang kedokteran ini, bukan tidak mustahil muncul masalah yang pekik dan rumit. Melalui pengetahuan dan teknologi kedokteran yang sangat maju, diagnose mengenai suatu penyakit dan pengobatannya dapat dilakukan secara sempurna dan lebih efektif.

Hidup seseorang pun dapat diperpanjang untuk jangka waktu tertentu. Bahkan perhitungan saat kematian seseorang dapat dilakukan secara lebih cepat. Dengan demikian masalah cepat atau lambatnya proses kematian seseorang penderita sesuatu penyakit, seolah-olah dapat diatur oleh teknologi yang modern tersebut.

PENGERTIANEuthanasia dalam Oxford English Dictionary dirumuskan sebagai ―kematian yang lembut dan nyaman, dilakukan terutama dalam kasus penyakit yang penuh penderitaan dan tak tersembuhkan. Istilah yang sangat populer untuk menyebut jenis pembunuhan ini adalah mercy killing (Tongat, 2003 :44)

Euthanasia sering disebut : mercy killing (mati dengan tenang). Euthanasia bisa muncul dari keinginan pasien sendiri, permintaan dari keluarga dengan persetujuan pasien (bila pasien masih sadar) atau tanpa persetujuan pasien (bila pasien sudah tidak sadar) .

Sejarah Singkat Euthanasia ( Dalam Dunia Modern )Sejak abad ke-19, eutanasia telah memicu

timbulnya perdebatan dan pergerakan di wilayah Amerika Utara dan di Eropa Pada tahun 1828 undang-undang anti eutanasia mulai diberlakukan di negara bagian New York, yang pada beberapa tahun kemudian diberlakukan pula oleh beberapa negara bagian.

Kelompok-kelompok pendukung eutanasia mulanya terbentuk di Inggris pada tahun 1935 dan di Amerika pada tahun 1938 yang memberikan dukungannya pada pelaksanaan eutanasia agresif, walaupun demikian perjuangan untuk melegalkan eutanasia tidak berhasil digolkan di Amerika maupun Inggris.

Pada tahun 1939, pasukan Nazi Jerman melakukan suatu tindakan kontroversial dalam suatu "program" eutanasia terhadap anak-anak di bawah umur 3 tahun yang menderita keterbelakangan mental, cacat tubuh, ataupun gangguan lainnya yang menjadikan hidup mereka tak berguna. Program ini dikenal dengan nama Aksi T4 ("Action T4") yang kelak diberlakukan juga terhadap anak-anak usia di atas 3 tahun dan para jompo / lansia.

Ditinjau Berdasarkan Pelaksanaannya Euthanasia di bagi menjadi :

Euthanasia AgresifEuthanasia Non AgresifEuthanasia Pasif

Euthanasia Menurut Hukum Di IndonesiaBerdasarkan hukum di Indonesia maka eutanasia

adalah sesuatu perbuatan yang melawan hukum, hal ini dapat dilihat pada peraturan perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa "Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sungguh-sungguh, dihukum penjara selama-lamanya 12 tahun". Juga demikian halnya nampak pada peraturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP yang juga dapat dikatakan memenuhi unsur-unsur delik dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun.

Euthanasia Menurut Agama Katolik Mengenai masalah ini, prinsip-prinsip berikut mengikat secara

moral: Pertama, Gereja Katolik berpegang teguh bahwa baik martabat setiap individu maupun anugerah hidup adalah kudus. Kita menghormati kekudusan kelangsungan hidup manusia sejak dari saat pembuahan hingga kematian yang wajar.

Kedua, setiap orang terikat untuk melewatkan hidupnya sesuai rencana Allah dan dengan keterbukaan terhadap kehendak-Nya, dengan menaruh pengharapan akan kepenuhan hidup di surga. Sebab itu, pemeliharaan hidup bukan hanya sekedar masalah “jasmani” di mana kita banyak mencurahkan perhatian pada tubuh dan kehidupan jasmani, hingga kita kehilangan pandangan akan jiwa, kehidupan rohani individu dan tujuan kehidupan kekalnya. Karenanya, kita wajib menimbang apakah suatu perawatan hanya sekedar menjaga fungsi tubuh dan menunda kematian, ataukah suatu perawatan membantu individu dalam memperkuat hidup dan memulihkan kesehatan. Akan tiba waktunya di mana seseorang meninggalkan kehidupan di dunia ini dan kembali kepada Tuhan dalam suatu kehidupan yang baru.

Ketiga, dengan sengaja mengakhiri hidup sendiri adalah bunuh diri dan merupakan penolakan terhadap rencana Allah. Pula, melakukan percobaan atas kehidupan atau membunuh seorang yang tak bersalah merupakan suatu tindak kejahatan. Oleh karena alasan-alasan di atas, Konsili Vatikan II mengutuk, “apa saja yang berlawanan dengan kehidupan sendiri, misalnya bentuk pembunuhan yang mana pun juga, penumpasan suku, pengguguran, eutanasia atau bunuh diri yang disengaja….” (Gaudium et Spes, No. 27).

Berdasarkan pemahaman seperti yang dijelaskan, kita percaya bahwa setiap orang wajib mempergunakan sarana-sarana perawatan kesehatan yang biasa. Di sini, orang akan berpikir mengenai nutrisi yang dibutuhkan - makanan dan minuman - dan perawatan kesehatan biasa. Biasa berarti menawarkan pengharapan yang masuk akal akan manfaatnya dan tidak terlalu membebani baik pasien maupun keluarga.

Kasus EuthanasiaKasus "Doctor Death“

Dr. Jack Kevorkian dijuluki "Doctor Death", seperti dilaporkan Lori A. Roscoe . Pada awal April 1998, di Pusat Medis Adven Glendale , California diduga puluhan pasien telah "ditolong" oleh Kevorkian untuk mengakhiri hidup. Kevorkian berargumen apa yang dilakukannya semata demi "menolong" pasien-pasiennya. Namun, para penentangnya menyebut apa yang dilakukannya adalah pembunuhan.

Penutup

Kesimpulan :Euthanasia berarti tindakan untuk meringankan kesakitan atau penderitaan yang dialami oleh seseorang yang akan meninggal, juga berarti mempercepat kematian seseorang yang berada dalam kesakitan dan penderitaan yang hebat menjelang kematiannya.

Di setiap negara di dunia mempunyai hukum dan pandangan yang berbeda-beda tentang Euthanasia. Ada negara yang memperbolehkan Euthanasia secara gampang, dan ada negara yang membuat syarat-syarat tertentu untuk melakukan Euthanasia. Di Indonesia sendiri Euthanasia masih menimbulkan pro dan kontra. Dalam pandangan berbagai agama pun, menghilangkan nyawa seseorang secara sengaja adalah perbuatan dosa, perbuatan yang melanggar.

Saran

Sebaiknya jika kita berperan sebagai seorang perawat jangan sampai melakukan tindakan Euthanasia. Kita harus berusaha maksimal untuk kesembuhan pasien. Selama masih ada kemungkinan untuk sembuh dan masih ada jalan untuk sembuh diharapkan untuk tidak melakukan tindakan Euthanasia.

Terima Kasih