View
215
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
vi
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, 30 November 2010
Dian Rawar Prasetyo, NIM : 106101003313
Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las
Di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
xii+ 79 halaman, 9 tabel, 2 gambar, 1 lampiran
Abstrak
Penurunan kapasitas vital paru dapat diakibatkan oleh pencemaran partikel debu, hal ini
dapat dialami oleh para pekerja bengkel las dengan pola restriksi, terutama pada bengkel las di
sektor informal yang masih belum memiliki pengendalian bahaya untuk menurunkan resiko
penurunan KVP. Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja
bengkel las di Pisangan Ciputat, diketahui bahwa pekerja las yang mengalami restriksi sebanyak
6 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2010 pada bengkel las yang ada di
Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan. Sampel Penelitian sebanyak 37 orang dari total populasi
50 orang pekerja las. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan KVP adalah (Umur, masa
kerja, penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),
dan riwayat penyakit). Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa
Spirometer, timbangan injak, microtoise dan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan
uji statistik dengan rumus chi square dan t independent.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja yang mengalami restriksi KVP sebanyak 14
pekerja (37,8 %). Berdasarkan hasil analisis uji statistik diketahui bahwa penggunaan APD
memiliki Pvalue sebesar (0,001), kebiasaan merokok memiliki Pvalue sebesar (0.001), umur
memiliki Pvalue sebesar 0,001 dan masa kerja memiliki Pvalue sebesar (0,000) KVP.
Untuk menurunkan resiko restriksi KVP pada pekerja las, karena itu disarankan agar
penggunaan dan perawatan APD dengan benar. Bagi para pekerja yang memiliki kebiasaan
merokok, sebaiknya berhenti merokok.
Daftar bacaan : 41 (1985 – 2007)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
vii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
Undergraduated Thesis, December 16 2010
Dian Rawar Prasetyo, NIM: 106101003313
Factors Associated With Force Vital Capacity of welder’s At Weld Workshop In Pisangan,
Ciputat Year 2010
xxi 79 pages, 9 tables, 2 images, 1 attachment
Abstract
.
Decrease in force vital capacity(FVC) can be caused by dust particles pollution, this can
be experienced by welder with the pattern of restriction, especially in the welding workshop in
the informal sector, which no hazards control implemented to reduce the risk of decreasing FVC.
Based on the results of preliminary studies conducted on 10 welder’s at Pisangan Ciputat, it is
known that 60% welder’s who experience restriction.
This research is quantitative, with cross sectional approach. That was conducted in July-
November 2010 on informal welding workshop in Pisangan, Ciputat, South Tangerang. There
the amount of sample in this research are 37 welder’s from total population 50 welder’s. Factors
associated with KVP is suspected (age, periode of work, using of PPE (mask), smoking habits,
exercise habits, nutritional status (BMI), and disease history). The instrument to Collect data
using a spirometer, the pair of scale, microtoise and questionare. The data obtained was then
performed statistical tests using the formula chi square and t independent.
The results show that 37,8% welder’s who experienced FVC restriction. Based on the
results of statistical analysis known that the using of PPE, smoking habits, and age has a pvalue
of (0.001) and periode of work has a pvalue of (0.000) KVP.
To reduce the risk of KVP restrictions on welder’s, suggested to use and maintenance of
PPE correctly. For welder’s who have the habit of smoking, you should to stop smoking.
Reference: 41 (1985 - 2007)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
iii
KATA PENGANTAR
بسن ا هلل ا لرحمن ا لر حين
ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Segala puji bagi Allah SWT yang maha segalanya, syukur penulis ucapkan padamu ya
Rabb, karena akhirnya penyusunan laporan magang ini selesai. Tak lupa penulis haturkan
Shalawat dan salam kepada baginda Rasulallah SAW yang membawa umatnya dari zaman
kegelapan ke zaman yang terang benderang. Dengan penuh kesadaran penyusun yakin bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi Tentang “Faktor- Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las Di Pisangan Ciputat, Tahun 2010”
Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penyusun, melainkan banyak
pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil, sekiranya patutlah bagi penyusun
untuk berterima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang kasih sayangnya tak pernah habis-habis dalam
memberikan nikmatnya kepada manusia.
2. Nabi tercinta, Muhammad SAW yang selalu berjuang tak pernah henti membela
kebenaran islam walaupun banyak rintangan dan halangan yang selalu menghalangi.
3. Kepada Bapak, Mama dan Adikku Tercinta yang memberikan doa dan ketulusan serta
rasa sayang yang tak terbatas terhadap diriku .
4. Om Nurul Huda, Tante Fitri, Tante Endar, Tante Nina, Om Gunung, Om Bodi, Om
Siswo dan semua keluarga besar yang juga turut mendukung dan memotivasi serta
memberikan nasehat kepada penulis.
5. Kepala Jurusan Kesmas dr. Yuli Satar Prapanca, MARS yang selalu berusaha dengan
keikhlasannya memajukan jurusan kesmas agar bisa berdiri diatas dari jurusan-
jurusan lain
6. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK dan Ibu Yuli Amran,
SKM, MKM yang selalu memberikan motivasi karena pada hakikatnya motivasi
adalah awal dari pembentukan sebuah mimpi yang pasti.
7. Dosen Penguji dr. Rachmania Diandini, M.K.K yang telah menguji skripsi saya
dengan penuh kebijaksanaan.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
iv
8. Bapak Gozali yang selalu membuatkan surat izin pada saya semoga atas
keikhlasannya mendapat balasan dari Allah SWT.
9. Kawan-kawan di Istana Kertamukti; Kang Surma Adnan, Mas Fajar Iqbal, Mas
Ahmad Dharif, Mas Purwanto, Aa Iwang, Bang Masda Hilmi, Kakak Rizwan dan
Kakak Bagol.
10. Segenap Insan Pergerakan dan Sahabat-sahabat PMII Komisariat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, terima kasih atas semangatmu dan selalu „Yakin
Usaha Sampai‟.
11. Sahabat-sahabat tercinta di Kesehatan Masyarakat 3G FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita.
12. Khushushon ilaa Jam’iyyat el quusn, Blows Band Marawis and The Crazy Wheels of
zero sixs (Aditya Pratama & Prayudi, Ahmad Fauzi, Defriyan, Dian Rawar, Dauly,
Halsariki, Lutfi Fauji, Nouval, Ali Imron, Zaenal Arifin, Yunus, Musthafa Iban, Said
Muchsin, Trimunggara, My junior brother Ersa).
Selalu bergerak dalam kreatifias..!
Dengan memanjatkan do‟a kepada Allah SWT, penyusun berharap semua kebaikan yang
telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.
Terakhir kiranya penyusun berharap semoga laporan Magang bermanfaat bagi penyusun
dan pembaca umumnya.
و ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته
Jakarta, Maret 2011
Penulis
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
vii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGUJI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... iii
ABSTRAK ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 7
D. Tujuan ...................................................................................................... 8
1. Tujuan Umum ................................................................................. 8
2. Tujuan Khusus ................................................................................ 9
E. ManfaatPenelitian ...................................................................................... 10
1. Manfaat Bagi Pengelola bengkel las .................................................. 10
2. Manfaat Bagi Peneliti ......................................................................... 11
F. Ruang Lingkup........................................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kapasitas Vital Paru ..................................................................................... 12
B. Sistem Pernapasan Manusia…. .................................................................... 14
1. Anatomi ............................................................................................. 14
2. Fisiologi… ......................................................................................... 18
3. Penyakit Paru ..................................................................................... 18
4. Cara Ukur Kapasitas Vital Paru ......................................................... 20
C. Kapasitas Paru .............................................................................................. 20
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
viii
1. Kapasitas Inspirasi ............................................................................. 20
2. Kapasitas Residu Fungsi .................................................................... 21
3. Kapasitas Paru Total .......................................................................... 21
D. Debu .............................................................................................................. 21
1. Padat (solid)........................................................................................ 21
2. Cair (liquid) ........................................................................................ 22
3. Ukuran Partikel Debu ......................................................................... 23
E. Faktor yang mempengruhi kapasitas paru .................................................... 24
1. Umur .................................................................................................. 24
2. Jenis Kelamin .................................................................................... 25
3. Riwayat Penyakit ............................................................................... 25
4. Riwayat pekerjaan ............................................................................. 26
5. Kebiasaan Merokok ........................................................................... 26
6. Kebiasaan Olahraga ........................................................................... 27
7. Status Gizi .......................................................................................... 28
8. APD (Masker) .................................................................................... 30
9. Masa Kerja ......................................................................................... 33
10. Pengelasan ........................................................................................ 34
F. Kerangka Teori ............................................................................................. 42
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 43
B. Definisi Operasional ................................................................................ 44
C. Hipotesis .................................................................................................. 46
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
A. DesainPenelitian ...................................................................................... 47
B. Tempat Dan WaktuPenelitian .................................................................. 47
C. Populasi Dan SampelPenelitian ............................................................... 47
D. InstrumenPenelitian ................................................................................. 48
1. Pengumpulan Data ............................................................................. 49
a. Pengukuran Kapasitas Vital Paru ............................................... 49
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
ix
b. Perhitungan IMT ........................................................................ 50
c. Data Berat Badan ......................................................................... 51
d, Data Tinggi Badan ...................................................................... 51
e. Kuesioner Pnelitian ...................................................................... 51
2. Pengolahan Data ................................................................................ 51
3. Teknik Analisis data .......................................................................... 53
a. Analisis Univariat ....................................................................... 53
b. Analisis Bivariat ......................................................................... 53
BAB V HASIL
A. Analisis Univariat ......................................................................................... 55
1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan ............... 55
2. Gambaran Karakteristik Pekerja Las di Pisangan ........................... 55
a. Gambaran Penggunaan APD Pekerja Las di Pisangan ................ 56
b. Gambaran Status Gizi (IMT) Pekerja Las di Pisangan ............... 57
c. Gambaran Riwayat Penyakit Pekerja Las di Pisangan ................ 57
3. Gambaran Umur Pekerja Las di Pisangan ...................................... 57
4. Gambaran Masa Kerja pekerja Las di Pisangan ............................. 58
5. Gambaran Gaya Hidup Pekerja Las di Pisangan ............................ 59
a. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja Las di Pisangan ............ 59
b. Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja Las di Pisangan ............ 60
B. Analisis Bivariat ................................................................................................. 61
1. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja dengan Kapasitas Vital
Paru Pekerja Las di Pisangan .......................................................... 61
a. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 61
b. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 62
c. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 62
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
x
2. Hubungan Antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Las
di Pisangan....................................................................................... 63
3. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja
Las di Pisangan ................................................................................ 63
4. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kapasitas Vital Paru
Pekerja Las di Pisangan ................................................................... 64
a. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP Pekerja Las
di Pisangan .................................................................................. 64
b. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP Pekerja Las
di Pisangan .................................................................................. 65
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 66
B. Kapasitas Vital Paru ................................................................................. 67
C. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan KVP...................................... 68
1. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP ............................ 68
2. Hubungan Antara Umur dengan KVP ................................................ 70
3. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP ......................... 71
4. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP ......................... 73
5. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP ............................ 74
6. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP ............................. 75
7. Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP....................................... 76
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan ............................................................................................. 77
B.Saran ....................................................................................................... 78
Daftar Pustaka
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang
berpindah pada satu tarikan nafas (Corwin, 2001). Menurut Guyton (1997) kapasitas
vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan
volume cadangan ekspirasi. Sedangkan menurut Tambayong (2001) kapasitas vital paru
adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi
secara maksimal. Menurut ATS (American Thoracis Society) ada beberapa kategori
gangguan fungsi paru; dikatakan berat bila KVP (Kapasitas Vital Paru) ≤ 50%,
dikatakan sedang jika KVP antara 51 – 59%, dan dikatakan ringan jika KVP antara 60 –
79 %. Gangguan fungsi paru akibat paparan pencemaran partikel debu dapat berupa
restriksi dan obstruksi atau keduanya, restriksi dan obstruksi berarti penyempitan jalur
pernafasan sehingga mengurangi KVP seseorang. Gejala-gejala antara lain batuk kering,
sesak nafas, kelelahan umum, banyak dahak dan lain-lain. Pemaparan debu mineral di
ketahui dapat menimbulkan perubahan khas dalam mekanik pernafasan dan volume paru
dengan pola restriksik. (Warpaji, 1994).
Pearce (1991) mengatakan bahwa Kapasitas paru berkurang pada penyakit paru-
paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru) dan pada kelemahan otot
pernapasan. Gill (2005) menyatakan fungsi paru berubah-ubah akibat sejumlah faktor
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
2
non-pekerjaan diantaranya adalah oleh usia, jenis kelamin, ukuran paru, etnik, tinggi
badan, kebiasaan merokok, toleransi latihan, kekeliruan pengamat, kekeliruan alat.
Perhatian atas dampak pajanan bahan-bahan berbahaya di tempat kerja dan
lingkungan terhadap kesehatan sejak beberapa dekade terakhir tampak makin meningkat
karena peranannya terhadap gangguan fungsi paru. Penyakit paru kerja penting dikenali
karena dapat dicegah dan diobati. Pajanan bahan berbahaya di tempat kerja dapat
menyebabkan atau memperburuk penyakit seperti asma, kanker, dermatitis atau
tuberculosis (Cullen, 1990). Diperkirakan jumlah kasus baru penyakit akibat kerja di
Amerika Serikat 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun dan terjadi 5,3 juta kecelakaan
kerja pertahun. Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 trilyun dolar pertahun (Rosenstock,
1991). Penyakit akibat kerja dapat dijumpai di tempat industri dan pertanian (Yeung,
1995). Kejadian penyakit yang disebabkan oleh debu mineral menurun di negara-negara
pasca industri dan asma muncul sebagai penyakit paru kerja yang utama (Becket, 2000).
Asma kerja merupakan penyakit paru kerja yang sering dijumpai di Negara berkembang,
prevalensinya bervariasi antara 2-20 % (McDonald, 2000).
Industri las yang kini banyak ada termasuk industri sektor informal. Industri
sektor informal adalah sektor kegiatan ekonomi marginal atau kecil-kecilan. Ciri-ciri
kegiatan ekonomi marginal yang dikategorikan ke dalam sektor informal antara lain
sebagai berikut: 1) Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan,
maupun penerimaan. 2) Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah. 3) Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun
omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian. 4) Pada umumnya
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
3
tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggal. 5)
Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar. 6) Pada umumnya
dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. 7)
Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga secara luwes dapat
menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan. 8) Umumnya
tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dari lingkungan keluarga, kenalan,
atau berasal dari daerah yang sama (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990).
Menurut Rahma Iryanti (2010), Direktur Tenaga Kerja dan Penciptaan Kesempatan
Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa timbulnya sektor
informal ini adalah akibat dari rendahnya peluang kerja di sektor formal sehingga
pertumbuhan angkatan kerja tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja.
Akibatnya, banyak pencari kerja yang mengadu nasib di sektor informal, saat ini ada
sekitar 70 % pekerja Indonesia yang bekerja di sektor informal. Akan tetapi, kelompok
masyarakat pekerja sektor informal masih belum memperoleh perhatian dalam hal
kesehatan kerjanya. Selama ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara
umum, namun belum dikaitkan dengan pekerjaannya. Seperti tindakan pencegahan dan
pengendalian yang ada belum di sesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat
kerja. Pada umumnya fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak
dinikmati oleh tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah pekerja
lebih dari 500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan
keselamatan dan kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak ada sama
sekali (Nur, 2005).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
4
Pada industri las, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan
dampak terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat, asap pembakaran dan
paparan panas, debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis apabila terinhalasi
selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas
dalam menampung volume udara sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun
(Depkes RI, 2003). Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia
telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur,
1996).
Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu
pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini
sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu kapasitas vital
paru (Suma’mur, 1996). Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat
menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi
faal paru bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes RI, 2003).
Menurut Mila (2006), kapasitas vital paru dipengaruhi oleh beberapa hal. Yaitu:
umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat penyakit dan pekerjaan, kebiasaan
merokok dan olahraga, serta status gizi dapat mempengaruhi kapasitas vital paru.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kapasitas vital paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mila
(2006), menunjukkan ada hubungan antara masa kerja, pemakaian APD dengan KVP
pada tenaga kerja pengamplasan PT. Ascent House Pecangaan Jepara. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Adi (2007) didapatkan bahwa ada hubungan antara penggunaan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
5
masker dan kebiasaan olah raga dengan kapasitas vital paru karyawan perusahaan
genteng Malindo Sokka Kebumen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati
(2007) diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok, dan
riwayat penyakit paru dengan kapasitas vital paru.
Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja
bengkel las di Pisangan Ciputat, diketahui bahwa pekerja las yang mengalami restriksi
kapasitas vital paru ringan sebanyak 5 orang atau sebesar 50% dan restriksi kapasitas
vital paru sedang sebanyak 1 orang atau sebesar 10 % dan sebanyak 4 orang atau 40%
memiliki kapasitas vital paru normal. Artinya dari 10 pekerja las diketahui ada beberapa
pekerja las yang mengalami restriksi kapasitas vital paru. Penurunan kapasitas vital paru
merupakan salah satu gejala terjadinya gangguan fungsi paru bila dibiarkan terus
menerus tanpa adanya tindakan preventif yang dilakukan, hal tersebut bisa menjadi
potensi penyakit akibat kerja seperti pneumoconiosis akibat penumpukan debu pada
paru.
Berdasarkan hal di atas perlu dibuktikan apa saja faktor-faktor yang
berhubungan terhadap kapasitas vital paru di dalam suatu penelitian. Untuk itu penulis
bermaksud melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan terhadap
kapasitas vital paru pekerja bengkel las. Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian
ini dapat dilakukan tindakan preventif seperti pelatihan atau penyuluhan pada pekerja
las untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja pada
pekerja di bengkel las.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
6
B. Rumusan Masalah
Pada bengkel las, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan
dampak kesehatan terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat, asap
pembakaran dan paparan panas. Menurut (Depkes RI, 2003) debu dapat menyebabkan
kerusakan paru dan fibrosis bila terinhalasi selama bekerja terus menerus. Bila alveoli
mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga
kemampuan mengikat oksigen menurun.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja bengkel las
di Pisangan, diketahui pekerja las yang mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan
sebanyak 5 orang atau sebesar 50% dan restriksi kapasitas vital paru sedang sebanyak 1
orang atau sebesar 10 % dan sebanyak 4 orang atau 40% memiliki kapasitas vital paru
normal. Artinya dari 10 pekerja las diketahui ada beberapa pekerja las yang mengalami
restriksi kapasitas vital paru.
Berdasarkan latar belakang dan penelitian di atas disinyalir ada faktor-faktor
yang berhubungan dengan kapasitas vital paru. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
kapasitas vital paru antara lain adalah : umur, jenis kelamin, penggunaan APD, riwayat
penyakit dan pekerjaan, kebiasaan merokok dan olahraga, serta status gizi. Dengan
demikian diperlukan adanya suatu penelitian yang membuktikan adanya faktor-faktor
yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
7
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
2. Bagaimana gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010?
3. Bagaimana gambaran umur pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
4. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
5. Bagaimana gambaran kebiasaan olahraga pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
6. Bagaimana gambaran IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010?
7. Bagaimana gambaran riwayat penyakit pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
8. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010 ?
9. Apakah ada hubungan antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
10. Apakah ada hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
11. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010?
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
8
12. Apakah ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
13. Apakah ada hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
14. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
15. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru
pada pekerja bengkel las di Pisangan tahun 2010
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
b. Diketahuinya gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di
Pisangan Tahun 2010
c. Diketahuinya gambaran umur pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
d. Diketahuinya gambaran kebiasaan merorok pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
e. Diketahuinya gambaran kebiasaan olahraga pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
9
f. Diketahuinya gambaran IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja bengkel las di
Pisangan Tahun 2010
g. Diketahuinya gambaran riwayat penyakit pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
h. Diketahuinya gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010
i. Diketahuinya hubungan antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
j. Diketahuinya hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas
vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
k. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010
l. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
m. Diketahuinya hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas
vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
n. Diketahuinya hubungan riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010
o. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
10
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Pengelola bengkel las
Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman
pengelola bengkel las mengenai penurunan kapasitas vital paru yang disebabkan
oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman. Sehingga pekerja secara
mandiri dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap kesehatan kerja
dan terhindar dari penyakit akibat kerja.
2. Manfaat Bagi Peneliti
Melatih pola pikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah khusunya
dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dan menjadi referensi bagi
penelitian yang selanjutnya.
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2010. Adapun
lokasinya bengkel las yang ada di sekitar kelurahan Pisangan. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010. Penelitian ini bersifat kuantitaif
dengan desain cross sectional (potong lintang). Sasaran penelitian adalah pekerja
bengkel las yang ada di sekitar Pisangan dengan jumlah sampel 37 orang.
Hal tersebut dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 pekerja bengkel las di sekitar Pisangan, diketahui ada 4 pekerja
mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan. Data-data yang diperoleh berasal
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
11
dari data primer. Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian
ataupun responden selama penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel distribusi
frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chisquare untuk melihat
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kapasitas vital paru
Kapasitas vital paru (KVP) sama dengan volume cadangan inspirasi
ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya
(kira-kira 4600 mL) (Guyton, 1997).
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang
berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan
inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan
menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan
sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Corwin, 2001).
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang dapat
dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal (Tambayong,
2001).
Tabel 2.1
(Sumber: ATS American Thoracis Society)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
13
Tabel 2.2
(Sumber: Koesyanto & Eram TP, 2005)
Menurut Saptari dalam Simaela (2000) mengatakan bahwa KVP dapat
diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:
1. Normal: KVP > 75%
2. Restriksi : KVP< 75%
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
14
Berdasarkan hasil penelitian Rini (1998) di mojokerto menunjukan bahwa
penurunan kapasitas vital paru pada pekerja pemecah batu, dengan gangguan
restriksi sebesar 67%, ia menyimpulakn bahwa penurunan kapasitas vital paru terjadi
karena penurunan elastisitas paru yang di sebabkan oleh fibrosis akibat pajanan debu
yang diduga mengandung silica. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Adi (2007)
pada pabrik pembuatan genteng, diketahui 35 (85%) pekerja mengalami restriksi dari
41 orang pekerja.
B. Sistem pernapasan manusia
1. Anatomi
Menurut Syaifudin (1997) anatomi pernapasan terdiri dari :
a. Rongga hidung
Hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama,
mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
nasi). Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya
akanpembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua
selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
rongga hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring
udara pernapasan oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan
oleh mukosa (Syaifudin,1997).
b. Faring/tekak
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
15
tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang
leher (Syaifudin, 1997). Dalam faring terdapat tuba eustachii yang
bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan
udara pada kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan. Pada
daerah laringo farings bertemu sistem pernapasan dan pencernaan.Udara
melalui bagian anterior ke dalam laring, dan makanan lewat posterior ke
dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel (Tambayong, 2001).
Faring mempunyai fungsi sebagai saluran bersama bagi sistem
pernapasan maupun pencernaan.
c. Laring
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan
itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu
kitamenelan makanan menutupi laring (Syaifudin, 1997). Dalam laring
terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara.Suara
dibentuk dari getaran pita suara.Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang
dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan oleh perubahan
posisi bibir, lidah dan platum mole (Tambayong, 2001).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
16
d. Batang tenggorok
Batang tenggorok atau trakea merupakan lapisan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang
berbentuk seperti kaki kuda (huruf C). Trakea dilapisi epitel bertingkat
dengan silia dan sel goblet.Sel goblet menghasilkan mukus dan silia
berfungsi menyapu pertikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung,
ke arah faring untuk kemudian ditelan / diludahkan / dibatukkan. Panjang
trakea 9-10 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001). Batang tenggorok dapat
berfungsi dalam mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama
udara pernapasan yang dilakukan oleh sel-sel bersilia.
e. Cabang tenggorok
Cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke 4 dan ke 5. Bronkus
mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang
sama (Syaifudin, 1997). Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dan
terdiri dari 6-8 cincin, punya 3 cabang.Bronkus kiri lebih panjang dan
ramping, dan terdiri dari 9-12 cincin punya 2 cabang.Bronkus bercabang-
cabang yang lebih kecil disebut bronchiolus dan terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa / alveoli (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
17
f. Paru
Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung (gelembung hawa / alveoli). Gelembung ini terdiri dari sel-sel
epitel dan endotel. Pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, oksigen
masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah.
Pembagian paru ada 2, yaitu : paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah paru),
lobus pulma dekstra superior, lobus media dan lobus superior. Tiap lobus
tersusun oleh labulus. Tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih
kecil bernama segmen (Syaifudin,1997). Paru terletak pada rongga dada
datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum.
Pada bagian tengah itu terdapat tumpuk paru / hilus. Pada media stinum
depan terletak jantung. Paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang
langsung membungkus paru.
2) Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah
luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum pleura).
(Syaifudin,1997) Dalam paru terdapat alveoli yang berfungsi
dalam pertukaran gas O2 dengan CO2 dalam darah (Tambayong,
2001).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
18
2. Fisiologi
Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida pada pernapasan melalui paru / pernapasan eksterna.Oksigen
dipungut melalui hidung dan mulut. Saat bernafas, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat berhubungan dengan
darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin, 1997).
Proses pernapasan dibagi empat peristiwa, yaitu :
a. Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke
bagian alveoli dari paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah
disekitar alveoli.
c. Transpor oksigen dan karbondioksida di darah ke sel
d. Pengaturan ventilasi (Guyton, 1997).
3. Penyakit Paru
Menurut Guyton, (1997) menyatakan bahwa penyakit yang dapat
mempengaruhi kapasitas paru meliputi :
a. Emfisema paru kronik
Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa infeksi
kronik, kelebihan mukus dan edema pada epitel bronkiolus yang
mengakibatkan terjadinya obstruktif dan dekstruktif paru yang kompleks
sebagai akibat mengkonsumsi rokok.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
19
b. Pneumonia
Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, yaitu: 1)
penurunan luas permukaan membran napas, 2) menurunnya rasio
ventilasi perfusi Kedua efek ini mengakibatkan menurunnya kapasitas
paru.
c. Atelektasi
Atelaktasi berarti avleoli paru mengempis atau kolaps. Akibatnya
terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga aliran darah meningkat dan
terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh darah sehingga volume paru
berkurang.
d. Asma
Pada penderita asma akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi
dan volume inspirasi.
e. Tuberkulosis
Pada penderita tuberkulosis stadium lanjut banyak timbul daerah
fibrosis di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru fungsional sehingga
mengurangi kapasitas paru.
f. Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organik (Ikhsan, 2001).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
20
Beberapa penyakit pada jalan pernapasan antara lain adalah: asma,
bronkitis akut, bronkitis kronik, karsinoma bronkogenik dan bisinosis
(Ikhsan, 2001)
4. Cara Ukur Kapasitas Vital Paru
Cara pengukuran kapasitas vital paru pekerja las adalah menggunakan alat
spirometer Autospiro Minato AS 505.
Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :
a. Tekan tombol power ON pada spirometer
b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran
c. Pilih tombol FVC pada spirometer
d. Lakukan inspirasi maksimal
e. Kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam spirometer
f. Hasil pengukuran dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak
(Minato Medical Science., Ltd).
C. Kapasitas paru
Menurut Guyton (1997), kapasitas paru dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Kapasitas inspirasi
Adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai
pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimum (kira-kira 3500 mL)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
21
2. Kapasitas residu fungsional
Adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal
(kira-kira 2300 mL).
3. Kapasitas paru total
Adalah volume maksimum dimana paru dapat dikembangkan sebesar
mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL).
D. Debu
Paparan debu dalam bengkel las ada beberapa macam, antara lain asap
pembakaran, uap logam, paparan panas. Uap itu sendiri berasal dari sisa pengelasan,
grinding, dan cutting. Menurut Fardiaz (1999), debu adalah partikel yang dihasilkan
oleh proses mekanisme seperti penghancuran batu, pengeboran, peledakan pada tambang
timah putih, batu bara dan lain sebagainya.
1. Padat (solid)
a. Dust
Terdiri ukuran submikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya
adalah ukuran yang bisa terhisap ke dalam sistem pernafasan (< 100 mikron )
dapat terhisap ke dalam tubuh (Fardiaz, 1999).
b. Smoke
Adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak
sempurna dan berukuran 0,5 mikron (Fardiaz, 1999).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
22
c. Fumes
Adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau
kondensasi. Pemanasan berbagai logam menghasilkan uap logam yang
kemudian berkondensasi menjadi partikel-partikel metal fumes (Fardiaz,
1999).
2. Cair (liquid)
Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan
melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray dan atau obat
nyamuk semprot (Fardiaz, 1999). Debu industri yang ada di udara:
a. Particulatte matter
Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan
segera mengendap karena daya tarik bumi.
b. Suspended particulatte matter
Adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah
mengendap (Fardiaz, 1999).
3. Ukuran partikel debu
Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada
saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target
organ sebagai berikut :
a. 5 – 10 mikro, akan tertahan olah cilia pada saluran pernapasan bagian
atas
b. 3 – 5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
23
c. 1 – 3 mikron, sampai di permukaan alveoli
d. 0,5 – 1 mikron, hinggap di permukaan alveoli, selaput lendir sehingga
menyebabkan fibrosis paru
e. 0,1 – 0,5 mikron, melayang di permukaan alveoli
Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme
laring (penghentian pernapasan). Kalau zat-zat ini menembus ke dalam paru-paru
dapat terjadi bronkhitis toksik, edema paru atau pneumonitis (WHO, 1993).
Menurut WHO 1996, ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran
0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang
membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron (Pudjiastuti, 2003). Berdasarkan
Kepmenkes RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002, tanggal 19 November 2002
tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran yaitu meliputi
semua ruangan, halaman, dan area sekelilingnya yang merupakanbagian atau
yang berhubungan dengan tempat kerja untuk perkantoran. Kandungan debu
maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah
sebesar 0,15 mg/m3untuk debu total dengan suhu 18-28oC. Sedangkan untuk
persyaratan kesehatan lingkungan di industri yang meliputi semua ruangan dan
area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja untuk memproduksi barang hasil industri adalah sebesar 10 mg/m3
untuk debu total dengan suhu 18-300 0C (Depkes RI, 2002).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
24
E. Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru Pekerja Bengkel Las
Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis
sehingga frekuensi lama seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan
faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang antara lain :
1. Umur
Dikatakan bahwa fungsi pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat
pada masa anak anak dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian
akan menurun lagi sesuai dengan pertambahan umur. Kapasitas difusi paru,
ventilasi paru, ambilan oksigen kapasitas vital dan semua parameter faal paru
yang lain akan menurun sesuai dengan pertambahan umur, setelah mencapai titik
maksimal pada usia dewasa muda (Pollock ML, 1971)
Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.
Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan
fungsi paru (Suyono, 2001). Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan
akan berkurang sebanyak 20 % setelah usia 40 tahun (Pusparini, 2003).
Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40
tahun berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya
kekuatan fisik.
Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan
dan kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali
per menit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar
30 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensi pernapasan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
25
lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan tetapi KVP pada
orang dewasa lebih besar dibanding anak-anak dan bayi. Dalam kondisi tertentu
hal tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa
bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifudin, 1997). Dalam penelitian Siti M
(2006), semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital
paru seseorang. Begitupun hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada
pabrik genteng menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur
seseorang dengan kapasitas vital paru.
2. Jenis kelamin
Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita
kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada
atletis dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan
astenis. Menurut Tambayong (2001) disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria
lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.
3. Riwayat penyakit
Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang.
Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit (Ganong, 2002).
Seperti asma, pasca Tb, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), penyakit
sistemik. Terdapat riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan
mengakibatkan pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan
dengan menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja
(Suma’mur, 1996). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
26
pabrik genteng, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit
pernafasan dengan kapasitas vital paru.
4. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat
kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan
gangguan paru (Suma’mur, 1996) seperti debu hasil penggerindaan, pemotongan,
dan pengampelasan pada proses pengelasan. Hubungan antara penyakit dengan
pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir
minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali bekerja,
setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat
kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar
dengan pekerjaan berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan pada musim-
musim tertentu, dan lain-lain (Ikhsan, 2002).
5. Kebiasaan merokok
Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran
pernapasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan
faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun adalah 28,7 mL untuk non
perokok, 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL untuk perokok aktif.
Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar
sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003).
Inhalasi asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat
menyebabkan penyakit saluran pernapasan pada orang dewasa. Asap rokok
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
27
mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih
merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan
akibat kerja (Suyono, 2001). Seseorang dapat dikatakan perokok ringan apabila
merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan perokok sedang apabila
merokok 10-20 batang perhari dan dikatakan perokok berat apabila merokok
lebih dari 20 batang perhari. Dr. M.N. Bustan (2000)
6. Kebiasaan Olah raga
Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik,
gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya,
latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru. Seseorang
yang aktif dalam latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan
kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas paru yang meningkat (Sahab, 1997).
Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang
melakukan olahraga. Olah raga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-
paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru
dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Menurut penelitian
(Adriskanda, dkk 1997), nilai kapasitas vital paru orang Indonesia yang tidak
olahraga adalah ± 3,6 liter, sedangkan orang Indonesia yang olahraga adalah
± 4,2 liter. Pengaruh olahraga adalah melatih otot pernapasan, meningkatkan
kekuatan dan efisiensi otot (Cooper, 1977). Kapasitas vital pada seorang atlet
akan lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga (Guyton, 1997).
Menurut Guyton (1997), kebiasaan olah raga akan meningkatkan kapasitas vital
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
28
paru 30 – 40 %. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007)
terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru.
7. Status gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi
seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh,
perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga
untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan
(Suma’mur P.K, 1996). Tanpa makan dan minum yang cukup kebutuhan energi
untuk bekerja akan diambil dari cadangan sel tubuh. Kekurangan makanan yang
terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu (Depkes RI,
1990).
Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18
tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Akibat
kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh akan digunakan untuk
memenuhi kebutuhan. Bila hal ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi
akan habis dan terjadi kemerosotan jaringan, dengan meningkatnya defisiensi zat
gizi maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat–zat gizi dalam darah,
berupa rendahnya tingkat Hb, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi
peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat pada
kekurangan tiamin. Bila keadaan ini berlangsung lama, akan mengakibatkan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
29
terjadinya perubahan fungsi tubuh yang tanda-tandanya, yaitu kelemahan,
pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lain (Nyoman, 2001).
Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang
kurus tinggi biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek
(Nyoman, 2001), status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak
dapat menurunkan compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru
akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru akan menurun (Nyoman, 2001).
Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel 2.3
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT IMT
Kurus Kekurangan BB tk Berat
Kekurangan BB tk Ringan
< 17
17,0 – 18,5
Normal > 18,5 – 25,00
Gemuk Kelebihan BB tk Ringan
Kelebihan BB tk Berat
25,00 – 27,0
> 27,0
Sumber: (Nyoman, 2001)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
30
8. Alat Pelindung Diri (Masker)
Harry dalam Amin (1985) menyatakan pemakaian APD sangat penting
sebagai garis pertahanan untkuk melindungi pemakai sebagai akibat dari
kelalaian atau kondisi yang tidak diperkirakan. Alat pelindung diri adalah
seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau
seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan. Alat ini digunakan
seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi
dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun
dari lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat
melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang
mungkin terjadi (Budiono, 2003).
Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan
tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun,
kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya,
sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung diri haruslah enak
dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif
(Suma’mur, 1996).
Pilihan peralatan di bidang ini amat luas, mulai dari masker debu sekali
pakai biasa sampai ke alat pernapasan isi sendiri dan banyak kebingungan kapan
alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika pilihan keliru, dapat membahayakan
pemakai dan dapat menyebabkan apiksia. Pelatihan pemakian juga diperlukan,
tak tergantung pada alat apa yang dipakai, demikian juga harus tersedia fasilitas
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
31
pemeliharaan dan pembersihan (Gill, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Adi (2007) menunjukan ada hubungan antara penggunaan APD
(masker) dengan kapasitas vital paru.
a. Jenis Alat Pelindung Diri (Masker)
1) Masker
Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-
partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat
dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
a) Masker penyaring debu
Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap
pembakaran, dan debu.
b) Masker berhidung
Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai
ukuran 0,5 mikron.
c) Masker bertabung
Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker
barhidung. Masker ini tepat digunakan untuk melindungi
pernafasan dari gas tertentu.
2) Respirator
a) Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu
pernapasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru
menjadi penggeraknya.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
32
b) Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik
dan dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki
cartridge yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta
uap.Bagian muka bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.
c) Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan
dirancanguntuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium
filter dipasang didalam kanister yang langsung disambung
dengan sambungan lentur.Dengan kanister yang sesuai, alat ini
cocok untuk debu, gas dan uap.Bagian muka mempunyai
tekanan negatif, karena paru menghisap disana.
d) Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka,
dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan
positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan
bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa
dipasang disabuk pinggang, dengan pipa lentuk yang
disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka.
e) Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter
yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah
bawah, diatas muka pekerja di dalam topeng yang
menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tameng-tameng
pinggir, yang dapat diukur untuk mencocokkan dengan muka
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
33
pekerja.Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Sedangkan filter
dan adsorbent tersedia dan jenis untuk pengelas juga tersedia
(Gill, 2005).
9. Masa Kerja
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor,
badan dan sebagainya (KBBI, 2001). Menurut Mila (2006), masa kerja adalah
lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan
perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung. Dalam
peneiltian Setiyani (2005), dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja
dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan.
Menurut Fahmi (1990) yang dikutip oleh Solech (2001), menyebutkan bahwa
masa kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Masa kerja baru (< 5 tahun )
2. Masa kerja lama (≥ 5 tahun )
Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur,
1996). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Ulinta (1998) di bandung,
mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang mengandung banyak
debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
34
10. Pengelasan
Las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan
mencairkannya melalui pemanasan. Untuk berhasilnya penyambungan
diperlukan bebebrapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni (Sriwidharto,
1987):
a. Bahwa benda padat tersebut dapat cair/lebur oleh panas
b. Bahwa antar benda-benda padat yang disambung tersebut terdapat
kesuaian sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan
sambungan tersebut
c. Bahwa cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan
tujuan penyambungan
1. Klasifikasi proses pengelasan
Dewasa ini teknologi pengelasan telah berkembang begitu pesat, lebih
dari 40 jenis pengelasan telah dikenal orang dan digunakan dalam praktek
penyambungan logam. Karena begitu banyaknya jenis-jenis pengelasan maka
dibuatlah klasifikasi. Menurut cara pelaksanaan sambungannya, proses
pengelasan diklasifikasikan menjadi las cair (las gas), las listrik, dan solder
atau brazing (sriwidharto, 1987)
a. Las Gas
Las gas adalah cara pengelasan dimana panas yang digunakan untuk
pengelasan diperoleh dari nyala api pembakaran bahan bakar gas dengan
oksigen (zat asam). Bahan bakar gas yang biasa digunakan pada
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
35
pengelasan gas adalah gas asetilen (gas karbit). Untuk pekerjaan yang
tidak memerlukan suhu terlalu tinggi digunakan jenis gas lain, misalnya
propan, gas alam (methan) dan LPG (liquid petroleum gas). Gas-gas
tersebut mempunyai nilai panas yang rendah dari gas asetilen. Bahan
bakar gas yang paling banyak digunakan dalam proses pengelasan adalah
gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las
oksiasetilen.
b. Las Listrik
Las listrik atau las busur adalh cara pengelasan dengan menggunakan
tenaga listrik sebagai sumber panasnya . beberapa macam proses las yang
termasuk pada kelompok las listrik adalah las listrik terak, las listrik gas,
las resisitansi listrik, las resistansi titik.
c. Solder atau Brazing
Penyolderan adalah cara penyambungan logam dibawah pengaruh
penyaluran panas dengan bantuan logam menyambung (solder) yang
mempunyai titik lebur rendah dari pada logam yang akan disambungkan.
Pada proses solder atau brazing, hanya bahan penyambungannya saja
yang dicairkan , sedangkan bahan dasrnya dipanaskan sampai suhu cair
bhan penyambung tersebut.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
36
d. Spot Welding
Las titik atau spot welding biasanya banyak digunakan dalam
pembuatan mobil. Kurang lebih 4000 las titik terdapat dalam pengelasan
satu kendaraan utuh. Spot welding merupakan salah satu jenis dari las
tahanan listrik. Las tahanan listrik adalah suatu cara pengelasan dimana
permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada sat
yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi
panas dan mencair karena adanya resistansi listrik
2. Potensi Bahaya Pengelasan
Potensi bahaya pengelasan yang dapat ditimbulkan dari proses
pengelasan antara lain meliputi (National Safety Council, 2002) :
a. Bahaya cahaya dan sinar berbahaya
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan.
Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak,
sinar ultraviolet dan sinar infra merah. Karena hal ini maka pencegahan
terhadap bahaya dari cahaya harus dipersyaratkan.
1) Sinar ultra violet
Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah
terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
37
terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka
pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing didalamnya.
Dalam waktu antar 6 sampai 12 jam kemudian mata menjadi sakit
selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa sakit ini akan hilang
setelah 48 jam.
2) Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan
oleh lensa dan kornea ke retina. Bila cahaya ini terlalu kuat maka
mata akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan
menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga sementara.
3) Sinar infra merah
Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh mata,
karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak
terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata
sama dengan pengaruh panas, yaiutu menyebabkan pembengkakan
mata pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang
terlalu dini dan terjadinya kerabunan. Jelas disini bahwa akibat dari
pada sinar inframerah jauh lebih berbahaya dari pada kedua cahaya
yang lainnya.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
38
b. Bahaya Arus Listrik
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya
arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya
dengan besar arus adalah sebagai berikut :
1) Arus 1mA hanya menimbulakn kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
2) Arus 5 mA akan memberikan simulasi yang cukup tinggi pada
otot dan menimbulkan rasa sakit.
3) Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit hebat.
4) Arus 20 mA akan menyebakan terjadi pengerutan otot sehingga
orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan
orang lain.
5) Arus 50 mA sudah sangat berbahaya.
6) Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian.
c. Bahaya gas dalam asap las
Gas-gas berbahya yang terjadii pada waktu pengelasan adalh gas
karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Ozon (O3) dan gas
nitrogen dioksida (NO2). Disamping itu mungkin ada gas-gas beracun
yang terbentuk karena penguraian dari bahan-bahan pembersih dan
pelindung terhadap karat.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
39
1) Gas Karbon monoksida
Gas CO mempunyai afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin
yang dengan sendirinya akan menurunkan daya penyerapannya
terhadap oksigen. Harga TLV untuk gas ini adalah 50 ppm.
2) Gas karbon dioksida (CO2)
Sebenarnya gas CO2 sendir tidak berbahaya terhadap tubuh,
tetapi bila konsentrasinya terlalu tinggi konsentrasi oksigen di udara
akan menurun dan dapat membahayakan, terutama dalam ruang
tertutup. Harga TLV untuk gas ini adalah 5.000 ppm.
3) Gas ozon (O3)
Bila seseorang bernapad dengan udara yang mengandung 0,5
ppm O3 selama 3 jam maka akan merasakan sesak napas. Bila
konsentrasinya mencapai 1 atau 2 ppm dalam waktu 2 jam akan
merasa pusing, sakit dada dan kekeringan pada pipa pernapasan.
Harga TLV untuk gas ini adalah 0,1 ppm.
4) Gas Nitrogen monoksida ( NO)
Gas NO yang masuk kedalam pernapasn tidak merangsang,
tetapi akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb). NO akan mengikat
oksigen yang dibawa oleh hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan
kekurangan oksigen system syaraf. Harga TLV untuk NO adalah 25
ppm.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
40
5) Gas Nitrogen dioksida ( NO2)
Gas NO2 dapat memberikan rangsangan yang kuat terhadap
mata dan lapisan pernapasan yang dapat menyakitkan mata dan
menyebabkan batuk-batuk dan sakit dada. Disamping itu NO2 dapat
menimbulkan luka-luka pada pipa pernapasan dan paru-paru. Harga
TLV untuk gas ini adalah 5 ppm.
d. Bahaya Percikan dan Terak Las
Selama dalam proses pengelasan menghasilkan percikan dan terak
las. Percikan dan terka las apabila mengenai kulit dapat menyebakan luka
bakar. Karena itu juru las harus dilindungi terhindar hal ini terutama
apabila harus melakukan pengelasan tegak dan atas kepala.
e. Bahaya Ledakan
Dalam mengelas tangki, sebelum dilakukan pengelasan, tangki
harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar dan cat yang dapat
terbakar. Apabila dalam hal ini pemberiannya kurang sempurnaakan
terjadi ledakan yag sangat membahayakan. Untuk mencegah hal ini
sebelum pengelasan harus dilakukan pemeriksaaan terlebih dahulu untuk
memastikan bahwa tidak terjadi ledakan . karena itu pemeriksaan tidak
boleh hanya berdasarkan perkiraan saja tetapi harus dengan deteksi untuk
gas yang mudah terbakar.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
41
f. Bahaya Kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kebakaran, bhan-bahan yang mudah
terbakar seperti bensin, solar, minyak, cat, kayu, kertas dan bahan lainnya
harus ditempatkan ditempat khususyang tidak akan terkena percikan las.
Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas
yang disebabkan oleh hubungan yang kurang baik , kabel yang tidak
sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.
g. Bahaya Sinar X dan Sinar Y
Sinar X dan sinar Y tidak mempunyai hubungan langsung dengan
proses mengelas, tetapi kebanyakan dari pemeriksaan hasil lasan
menggunakan kedua sinar tersebtu. Karena itu bahya akibat dari sinar ini
harus dihindari. Kedua sinar ini bila terserap oleh tubuh dapat merusakan
darah dan dapat menimbulkan penyakit yang membahayakan. Karena itu
dalam pelaksnaan pemeriksaan yang menggunakan sinar x dan sinar y,
tempat pengujiannya harus betul-betul terlindung. Sehingga tidak ada
sinar yang terpencar keluar.
h. Bahaya Jatuh
Didalam pekerjaan pengelasan dimana ada pengelasan ditempat
yang tinggi akan selalu ada bahya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini
dapat menimbulkan luka berat atau kematian, karena itu usaha
pencegahannya harus betul-betul diperhatikan.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
42
F. Kerangka Teori
Teori yang mendukung dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
Sumber : Depkes RI, 2003; Guyton,1997; Corwin, 2001; Dewa, 2001; Suyono, 2002;
Budiono, 2002; Suma’mur, 1996; Gill, 2005; Syaifudin, 1997; Fardiaz, 1992;
Sriwidharto, 1987; Tambayong, 2001.
Gambar 2.1.
Kerangka Teori
Kapasitas Vital
ParuPekerja
Las
Umur
Status Gizi (IMT)
Masa Kerja
Penggunaan
Masker
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Olah raga
Jenis Kelamin
Paparan Debu
Riwayat Pekerjaan
Riwayat Penyakit
Jenis Las
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
43
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah (Umur, masa kerja,
penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),
riwayat penyakit). Sedangkan variabel terikatnya adalah kapasitas vital paru Pekerja Las
di Pisangan Tahun 2010. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah Jenis kelamin
(karena variasinya homogen), Riwayat pekerjaan (karena sudah terwakili oleh variabel
masa kerja meski tidak secara spesifik) dan paparan debu terkait dengan jenis las
(Penggunaan las yang tidak pasti, karena setiap pekerja terkadang menggunakan las
karbit atau las listrik padahal kedua jenis las tersebut memiliki paparan yang berbeda)
seperti terlihat pada bagan di bawah.
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
Kapasitas Vital
Paru Pekerja
Las
Umur
Status Gizi (IMT)
Masa Kerja
Penggunaan Masker
Kebiasaan Merokok
Kebiasaan Olah raga
Riwayar Penyakit
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
44
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Kriteria Skala
1.
Kapasitas
vital paru
Volume cadangan inspirasi +
volume alun napas + volume
cadangan ekspirasi. Atau jumlah
udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seorang dari paru,
setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimum dan
dikeluarkan sebanyak-
banyaknya. (Guyton, 1997)
Spirometer Membaca hasil pada
Spirogram
0. Restriksi
1. Tidak Restrkisi
Ordinal
2. Penggunan
APD (Masker)
APD yang dipakai
sebagai penutup hidung
guna melindungi paparan
debu saat bekerja.
(Suma’mur, 1996)
Pengamatan
langsung
Observasi 0. Tidak pakai
1. Pakai
Ordinal
3. Umur Lama Waktu hidup pekerja
(dalam tahun)dari sejak lahir
sampai penelitian berlangsung
(Pusparini, 2003)
Kuesioner
Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
Ratio
4. Kebiasaan
Olahraga
Kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam
berolahraga oleh Pekerja las
minimal 3 hari dalam seminggu
untuk berolahraga.
(Adi, 2007)
Kuesioner
Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
0. Tidak Rutin
1. Rutin
Ordinal
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
45
5. Kebiasaan
Merokok
Kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam
menghisap rokok mulai dari
satu batang ataupun lebih dalam
satu hari.
(Bustan, 2000)
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
0. Berat (> 20
batang/hari)
1. Sedang (10-20)
batang/hari)
2. Ringan (< 10 batang
/hari)
3. Tidak merokok (0
batang/hari)
Ordinal
6. Status Gizi
(IMT)
Suatu kondisi yang
menggambarkan keadaan gizi
pada orang dewasa dengan
memperhitungkan indeks masa
tubuh (IMT)
(Nyoman, 2001)
Kuisioner
Timbangan
injak
Microtoise
Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
Melihat jarum ukur
pada timbangan
Melihat jarum ukur
pada microtoise
0. Gemuk
1. Normal
2. Kurus
Ordinal
7. Riwayat
Penyakit
Keadaan dimana
karyawan pernah / tidak
mengalami penyakit
saluran pernapasan akut,
kronis
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
0. Pernah
1. Tidak pernah
Ordinal
8. Masa kerja
Lama pekerja las bekerja
(tahun) sejak mulai
bekerja sampai penelitian
ini berlangsung.
(Mila, 2006)
Kuesioner Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
Ratio
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
46
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara penggunaan masker dengan KVP Pekerja las
2. Ada hubungan antara umur dengan KVP Pekerja las
3. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan KVP Pekerja las
4. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan KVP Pekerja las
5. Ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP Pekerja las
6. Ada hubungan antara riwayat penyakit dengan KVP Pekerja las
7. Ada hubungan antara masa kerja dengan KVP Pekerja las
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
47
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional
(potong lintang) karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan
diamati pada waktu (periode) yang sama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – November 2010 pada bengkel las yang
ada di Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pekerja bengkel las yang ada di sekitar
kelurahan Pisangan , Ciputat, Tangerang Selatan yang berjumlah 50 orang.
Sedangkan sampel yang diambil adalah pekerja las yang mewakili populasi.
Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus sebagai
berikut:.
n =
{z1-α 2P̅ (1- P̅ ) + z1-ß α P1 (1- P1)+ P2(1- P2)
}2
(P1- P2)2
Keterangan :
n : Besar sampel
P : Rata-rata proporsi pada populasi (Afriani, 2002)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
48
P1 : Proporsi Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang
merokok
P2 : Proporsi yang Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang
tidak merokok
z1-α : Derajat kemaknaan α pada uji 1sisi α = 5%
Z
1-β : Kekuatan uji 80 %
n =
{1,96 2x0,26 (1- 0,26)+ 0,73 0,73(1- 0,73)+ 0,26(1- 0,26)}2
(0,26- 0,73)2
= 17 x 2 = 34 (orang)
Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban dari responden maka
peneliti menambahkan jumlah sampel tersebut sesuai dengan kebutuhan, sehingga
jumlah sampel keseluruhan sebesar 37 orang.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer
Autospiro Minato AS 505, timbangan injak, microtoise dan kuesioner.
1. Spirometer digunakan untuk mengukur kapasitas vital paru Pekerja las.
2. Timbangan injak digunakan untuk mengukur berat badan Pekerja las.
3. Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan Pekerja las.
4. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data pribadi Pekerja las berupa
nama, umur, dan jenis kelamin
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
49
1. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer, yang diambil oleh peneliti
sendiri dan dibantu oleh beberapa rekan.
Data primer diperoleh langsung dari responden, melalui
a. Pengukuran kapasitas vital paru
Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pekerja las menggunakan
alat spirometer Autospiro Minato AS 505 secara langsung terhadap responden.
Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :
a. Tekan tombol power ON pada spirometer
b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran
c. Pilih tombol FVC pada spirometer
d. Lakukan inspirasi maksimal
e. Kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam spirometer
f. Hasil pengukuran dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak
(Minato Medical Science., Ltd).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
50
b. Perhitungan IMT
Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan
menghitung IMT dengan rumus:
Kategori berat badan menurut IMT :
1. Kekurangan berat badan tingkat berat : <17,0
2. Kekurangan berat badan tingkat ringan : 17,0-18,5
3. Normal : >18,5-25,0
4. Kelebihan berat badan tingkat ringan : >25,0-27,0
5. Kelebihan berat badan tingkat berat : >27,0
Langkah pengukurannya sebagai berikut :
a. Mengukur berat badan dengan menggunakan kuesioner,
sedangkan timbangan berat badan digunakan apabila
responden tidak mengetahui berat badannya.
b. Mengukur tinggi badan dengan menggunakan kuesioner,
sedangkan microtoise digunakan apabila responden tidak
mengetahui tinggi badannya.
Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
51
c. Data Berat Badan
Data mengenai berat badan diperolehnya dengan cara melakukan
penimbangan berat badan langsung menggunakan timbangan badan pada
saat sebelum beraktifitas. Langkah-langkah pengukuran tersebut adalah:
1. Pastikan jarum pada displai ada pada posisi nol
2. Lepaskan sepatu atau alas kaki lainnya
3. Berdiri di atas timbangan
4. Baca hasil pada display yang ditunjukkan oleh jarum metal
d. Data Tinggi Badan
Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan
langsung menggunakan meteran/alat pengukur tubuh. Kemudian
Catat hasil pengukuran yang ada.
e. Kuesioner Penelitian
Bagi para pekerja sebagai sampel, disusun daftar pertanyaan
untuk memperoleh data pendukung oleh peneliti.
2. Pengolahan Data
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder
akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Mengkode data (data coding)
Proses pengklasifikasian data dan pemberian kode jawaban responden,
dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
52
selanjutnya. Dimana coding dilakukan pada kuesioner, jika restriksi KVP
pengkodean = 0, jika tidak restriksi KVP = 1. Semua variabel independen
pun dikodekan. Yaitu :
1) Penggunaan APD (Masker) ; Tidak pakai Masker = 0, Memakai
Masker = 1
2) Kebiasaan Olahraga ; Tidak rutin = 0, Rutin = 1
3) Kebiasaan Merokok ; Merokok = 0, Tidak Merokok = 1
4) Status Gizi ; Gemuk = 0, Tidak Gemuk =1
b. Menyunting data (data editing)
Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti
kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap
jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.
c. Memasukkan data (data entry)
Memasukkan data dari hasil kuesioner yang sudah di berikan kode pada
masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis data dengan
memasukan data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan
analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum), dan bivariat
(mengetahui variabel yang berhubungan).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
53
d. Membersihkan data (data cleaning)
Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah
siap diolah dan dianalisis.
3. Teknik Analisis Data
a. Analisa Univariat
Yaitu analisa yang digunakan terhadap tiap variable dari hasil
penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan
distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel
bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala
data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square atau kai
kuadrat. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai obsserved-
nya bernilai 0, dan sel yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal
20% dari jumlah sel, dan menggunakan tabel 2x2 (Dahlan, 2001).
Uji Chi Square untuk menghubungkan variabel kategorik dan
kategorik. Variabel yang termasuk pada uji Chi Square yaitu faktor,
penggunaan APD (Masker), riwayat penyakit, kebiasaan olahraga,
kebiasaan merokok, dan status gizi (IMT) yang akan dihubungkan
dengan variabel KVP. Dan untuk variabel umur dan masa kerja dilakukan
uji normalitas terlebih dahulu karena data yang didapatkan berupa data
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
54
numerik. Bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi normal, maka
akan dilanjutkan dengan uji t-independent untuk menghubungkan antara
variabel numerik dan kategorik, namun jika data tidak berdistribusi
normal akan dilanjutkan dengan uji mann withney.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
55
BAB V
HASIL
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan
Hasil penelitian mengenai gambaran Kapasitas Vital Paru (KVP) pada
pekerja bengkel las di Pisangan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan,
Ciputat Tahun 2010
Data di atas memperlihatkan gambaran KVP pekerja las yang bervariasi,
sebanyak 14 pekerja (37,8 %) yang mengalami restriksi, dan 23 pekerja (62,2%)
tidak mengalami restriksi atau memiliki KVP normal.
2. Gambaran Karakteristik Pekerja Las di Pisangan
Karakteristik pekerja dalam penelitian ini meliputi penggunaan APD, status gizi
(IMT), dan riwayat penyakit. Distribusi pekerja las di Pisangan menurut
karakteristik dapat terlihat pada tabel 5.2
NO KVP N Persentase (%)
1 Restriksi 14 37,8%
2 Tidak Restriksi 23 62,2%
Jumlah 37 100
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
56
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pekerja Las di Pisangan
Berdasarkan Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2010
a. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pekerja Las di
Pisangan
Data penggunaan APD didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner
kepada pekerja bengkel las yang ada di Pisangan. Hasil penelitian ini
menggambarkan penggunaan APD. Berdasarkan tabel 5.2 diletahui bahwa
gambaran penggunaan APD pekerja las di Pisangan, diketahui bahwa 13 pekerja
(35,1%) tidak menggunakan APD saat bekerja dan 24 pekerja (64,9%)
menggunakan APD saat bekerja.
Variabel N %
1. Penggunaan APD
Tidak Pakai 13 35,1%
Pakai 24 64,9%
2. Status Gizi (IMT)
Kurus 2 5,4%
Normal 31 83,8%
Gemuk 4 10,8%
3. Riwayat Penyakit
Punya 0 0%
Tidak Punya 37 100%
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
57
b. Gambaran Status Gizi (IMT) Pekerja Las di Pisangan
Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung indeks masa tubuh.
Kemudian hasilnya dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu kurus, normal dan
gemuk. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan status gizi.
Dari data pada tabel 5.2 memperlihatkan bahwasanya pekerja status gizi dengan
kategori kurus sebanyak 2 orang (5,4%), dan pekerja yang berkategori normal
sebanyak 31 orang (83,8%) sedangkan pekerja yang memiliki status gizi dengan
kategori gemuk sebanyak 4 orang (10,8%).
c. Gambaran Riwayat Penyakit Pekerja Las di Pisangan
Data riwayat penyakit diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada
sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan riwayat
penyakit. Dari data yang terdapat pada tabel 5.2 diketahui bahwa 37 pekerja las
(100%) tidak ada yang memiliki riwayat penyakit.
3. Gambaran Umur Pekerja Las di Pisangan
Data umur diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel.
Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan umur individu
masing-masing. Pada penelitian ini umur dikategorikan berdasarkan teori. Untuk
mudahnya dapat dilihat pada tabel 5.3.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
58
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umut pekerja las adalah
30 tahun, umur pekerja termuda adalah 20 tahun, sedangkan usia pekerja tertua
adalah 47 tahun dan jumlah usia yang paling banyak pada pekerja las adalah 31
tahun.
4. Gambaran Masa Kerja Pekerja Las di Pisangan
Data masa kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel.
Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan masa kerja. Untuk
mudahnya dapat dilihat pada tabel 5.4
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa masa kerja terendah ada pada pekerja
adalah selama 1 tahun, sedangkan untuk masa kerja terlama adalah 16 tahun dan
masa kerja yang paling banyak telah dijalani oleh pekerja las adalah sebanyak 6
Mean Median SD Min-Max
Umur 30,76 30,00 5,57 20-47
Mean Median SD Min-Max
Masa
Kerja
6,03 5,00 3,304 1-16
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
59
tahun. Sedangkan rata-rata masa kerja yang telah dijalani para pekerja adalah
selama 6 tahun.
5. Gambaran Gaya Hidup Pekerja las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
Gaya hidup pekerja dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, dan
kebiasaan olahraga. Distribusi pekerja las di Pisangan menurut gaya hidup dapat
terliht pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pekerja Las di Pisangan
Berdasarkan Gaya Hidup , Ciputat Tahun 2010
a. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja Las di Pisangan
Data kebiasaan merokok diperoleh dengan cara menyebarkan
kuesioner pada sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja
berdasarkan kebiasaan merokok. Dari data di atas memperlihatkan
bahwasanya pekerja yang kebiasaan merokoknya kategori sedang sebanyak
Variabel N %
1. Kebiasaan Merokok
Sedang 8 21,6 %
Ringan 18 48,6%
Tidak Merokok 11 29,7%
2. Kebiasaan Olahraga
Tidak Rutin 32 86,5%
Rutin 5 13,5%
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
60
8 orang (21,6%) sedangkan pekerja yang merokok dengan kategori ringan
sebanyak 18 orang (48,6%) dan pekerja yang tidak merokok sebanyak 11
orang (29,7%).
b. Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja Las di Pisangan
Data kebiasaan olahraga diperoleh dengan cara menyebarkan
kuesioner pada sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja
berdasarkan kebiasaan olahraga. Data diatas menggambarkan kebiasaan
olahraga pekerja las di Pisangan, diketahui bahwa 32 pekerja (86,5%) tidak
rutin melakukan aktifitas olahraga dan 5 pekerja (13,5%) rutin melakukan
aktifitas olahraga.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
61
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dengan Kapasitas Vital Paru
(KVP) Pekerja Las Di Pisangan, Ciputat 2010
Tabel 5.6
Tabulasi Silang Antara Karakteristik Pekerja Dengan Kapasitas Vital
Paru Pekerja Las Di Pisangan, Ciputat 2010
Variabel
KVP Total P
value OR (95% CI)
Restriksi
Tidak
Restriksi
N % N % N %
Penggunaan APD
0,011 0,071 (0,008 -
0,632) Tidak pakai 1 7,7 12 92,3 13 100
Pakai 13 54,2 11 45,8 24 100
Status Gizi (IMT)
0,340 - Kurus 0 0 2 100 2 100
Normal 12 38,7 19 61,3 31 100
Gemuk 2 50 2 50 4 100
Riwayat Penyakit *tidak dilakukan analisis
lebih lanjut karena homogen Pernah 0 0 0 0 0 0
Tidak Pernah 14 37,8 23 62,2 37 100
a. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan Tahun 2010
Hasil penelitian yang ada pada tabel 5.6 menunujukan bahwa dari 13
orang pekerja yang tidak memakai APD hanya 1 orang (7,7%) pekerja yang
mengalami restriksi KVP. Sedangkan dari 24 orang pekerja yang
menggunakan APD saat bekerja ada 13 orang (4,2%) pekerja mengalami
restriksi KVP. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,001,
artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara penggunaan APD terhadap KVP. Analisis keeratan
hubungan dua variabel didapatkan OR = 0,071 (95% CI ; 0,008 - 0,632).
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
62
Artinya pekerja yang tidak menggunakan APD memiliki peluang 0,071 kali
mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan yang menggunakan APD.
b. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan Tahun 2010
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 4 pekerja yang memiliki
IMT gemuk ada 2 orang (50%) pekerja yang mengalami restriksi KVP.
Sedangkan dari 31 orang pekerja yang memiliki IMT normal ada 12 orang
(38,7%) yang mengalami restriksi KVP. Sedangkan dari 2 orang pekerja
(100%) yang kurus tidak ada yang mengalami restriksi KVP. Dari hasil
tersebut secara presentase pekerja yang normal lebih banyak yang
mengalami restriksi jika dibandingkan dengan pekerja yang kurus dan
gemuk. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,340. Artinya
pada α 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi (IMT)
terhadap KVP.
c. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan Tahun 2010
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa seluruh pekerja tidak pernah
memiliki riwayat penyakit. Dari 37 pekerja, 1 orang (2,7%) pekerja
mengalami restriksi sedang, dan 13 orang (35,1%) pekerja mengalami
restriksi ringan.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
63
2. Hubungan Antara Umur dengan KVP Pekerja Las di Pisangan Tahun
2010
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Antara Umur dengan KVP Pekerja Las di Pisangan
Tahun 2010
KVP N Mean (tahun) SD P value
Restriksi 14 34,50 5,502
0,001 Tidak Restriksi 23 28,48 4,305
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pekerja yang mengalami restriksi sebesar
14 orang (37,8%) dengan rata-rata usia 34,50 tahun dengan SD sebesar 5,502
sedangkan pekerja yang tidak restriksi ada sebesar 23 orang (62,1%) dengan rata-
rata usia sebesar 28,48 tahun dengan SD sebesar 4,305. Dari hasil uji statistik
didapatkan P value sebesar 0,001. Artinya pada α 5 % terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel umur dengan kapasitas vital paru (KVP).
3. Hubungan Antara Masa kerja dengan KVP Pekerja Las di Pisangan
Tahun 2010
Tabel 5.8
Analisis Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan Tahun 2010
Masa Kerja N Mean (tahun) SD P value
Restriksi 14 9,14 2,742
0,000 Tidak Restriksi 23 4,13 1,866
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
64
Berdasarkan tabel 5.8 pekerja yang mengalami restriksi ada sebanyak 14
orang (37,8%) pekerja dengan rata-rata masa kerja selama 9,14 tahun dengan
SD 2,742, sedangkan pekerja yang tidak restriksi ada 23 orang (62,1%) dengan
rata-rata masa kerja selama 4,13 tahun dengan SD 1,866. Dari hasil uji statistik
didapatkan P value sebesar 0,000. Artinya pada α 5 % ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan KVP.
4. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kapasitas Vital paru (KVP)
Pekerja las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
Tabel 5.9
Tabulasi Silang Antara Gaya Hidup dengan KVP Pekerja las di Pisangan,
Ciputat Tahun 2010
Variabel
KVP Total P
value OR (95% CI)
Restriksi
Tidak
Restriksi
N % N % N %
Kebiasaan Merokok
0,001 -
Berat 0 0 0 0 0 0
Sedang 7 87,5 1 12,5 8 100
Ringan 7 38,9 11 61,1 18 100
Tidak Merokok 0 0 11 100 11 100
Kebiasaan Olahraga
0,630 2,737 (0,274-
27,354) Tidak Rutin 13 40,6 19 59.4 32 100
Rutin 1 20 4 80 5 100
a. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan Tahun 2010
Berdasarkan tabel 5.9 pekerja dengan kebiasaan merokok tingkat sedang
yang mengalami restriksi sedang sebesar 12,5%. Pekerja dengan kebiasaan
merokok tingkat sedang yang mengalami restriksi ringan sebesar 75%, dan
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
65
pekerja dengan kebiasaan merokok tingkat ringan yang mengalami restriksi
ringan sebesar 38,9%. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0.001.
Artinya pada α 5 % ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
dengan KVP.
b. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan Tahun 2010
Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru (KVP)
dapat dilihat pada tabel 5.9 Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 32
pekerja yang tidak rutin olahraga terdapat 13 orang (40,6%) pekerja yang
mengalami restriksi. Sedangkan dari 5 orang pekerja yang rutin olahraga, hanya
ada 1 orang yang mengalami restriksi. Dari hasil tersebut secara presentase
pekerja yang tidak rutin olahraga lebih banyak yang mengalami restriksi jika
dibandingkan dengan pekerja yang rutin olahraga.
Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,630, artinya pada α =
5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara
restriksi KVP antar pekerja yang tidak rutin olahraga dengan yang rutin
olahraga. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR = 2,737 (95%
CI: 0,274 -27.354) artinya pekerja yang tidak rutin olahraga mempunyai peluang
2,737 kali untuk mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan pekerja yang
rutin olahraga.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
66
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan menggunakan desain
penelitian cross sectional terkadang ditemukan bias berupa tidak dapat menentukan
hubungan sebab akibat.
2. Saat pengukuran variabel penggunaan APD (masker), peneliti hanya melakukan
wawancara dan observasi tanpa adanya mengecek kesesuaian jenis APD (masker)
yang digunakan dengan jenis bahaya yang ditimbulkan.
3. Sebenarnya variabel paparan debu harus diteliti menggunakan Personal Dust
Sampler, untuk mengetahui paparan debu yang benar-benar diterima pekerja las yang
mungkin dipengaruhi lingkungan kerja.
4. Pada penelitian ini, untuk mengukur riwayat penyakit hanya berdasarkan ingatan
para pekerja tentang diagnosis dokter, tanpa ada pemeriksan kesehatan dan hasil
yang didapatkan adalah homogen.
5. Saat melakukan penimbangan badan dengan timbangan injak tidak dilakukan
kalibrasi timbangan setelah digunakan oleh sampel, sehingga pada penimbangan
selanjutnya dimungkinkan terjadi pergeseran angka tidak kembali pada angka nol,
dan mengakibatkan berat badan yang dihasilkan mempengaruhi kevalidan variabel
status gizi yang didapatkan.
6. Saat menanyakan kebiasaan olahraga, peneliti berasumsi bahwa presepsi pekerja
dalam menjawab bisa menyebabkan bias pada jawaban yang didapatkan dan pilihan
jawaban seharusnya di tambahkan dengan kategori yang tidak olahraga.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
67
B. Kapasitas Vital Paru
Paru adalah satu - satunya organ tubuh yang berhubungan dengan lingkungan di
luar tubuh, yaitu melalui sistem pernapasan. Fungsi utama paru untuk respirasi, yaitu
pengambilan O2 dari luar masuk ke dalam saluran napas dan diteruskan ke dalam darah.
Oksigen digunakan untuk proses metabolisme CO2 yang terbentuk pada proses tersebut
dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar. Proses respirasi dibagi atas tiga tahap utama,
yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. (Guyton, 1997).
Kapasitas vital paru (KVP) adalah salah satu cara untuk mengukur kemapuan
paru menampung udara sesesorang dengan cara meniupkan napas secara paksa ke dalam
spirometri sehingga dapat diketahui apakah orang tersebut memiliki gangguan fungsi
paru atau tidak. Kapasitas vital paru yang baik adalah yang memiliki (KVP) minimal
80% menurut American Thoracis Society. (Ikhsan, 2002)
Dari hasil penelitian mengenai gambaran KVP diketahui bahwa pekerja yang
mengalami restriksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang tidak restriksi, meskipun
lebih sedikit jumlah pekerja yang mengalami restriksi, dampak yang bisa terjadi terhadap
kesehatan pekerja tersebut perlu diatasi secara cepat dan tepat. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mila (2006) dan Trisnawati (2007) bahwa pekerja yang
memiliki KVP normal lebih banyak jika dibandingkan dengan KVP yang mengalami
restriksi. Mila (2006) mengungkapkan bahwa 59,3% pekerja mebel memiliki KVP
normal. Selain itu Trisnawati (2007) dalam penelitiannya pada tukang ojek di kabupaten
Semarang menunjukan bahwa 63,75% tukang ojek memiliki KVP yang normal.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
68
Hasil penelitian untuk varibel penggunaan APD sebagian besar pekerja yang
menggunakan APD mengalami restriksi, untuk variabel status gizi didapatkan hasil
sebagian besar pekerja yang memiliki status gizi (IMT) tidak gemuk mengalami restriksi,
sedangkan untuk variabel riwayat penyakit seluruh sampel tidak pernah memiliki riwayat
penyakit, untuk variabel umur sebagian kecil pekerja mengalami restriksi, untuk variabel
masa kerja sebagian kecil pekerja mengalami restriksi, untuk variabel kebiasaan merokok
pekerja yang merokok dengan kategori sedang lebih banyak mengalami restriksi,dan
untuk variabel kebiasaan olahraga sebagian besar pekerja yang tidak rutin olahraga
mengalami restriksi.
C. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru
1. Hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan Kapasitas Vital Paru
(KVP)
Harry dalam Amin (1985) menyatakan pemakaian APD sangat penting
sebagai garis pertahanan untkuk melindungi pemakai sebagai akibat dari kelalaian
atau kondisi yang tidak diperkirakan. Sedangkan menurut Budiono (2003) Alat
pelindung diri ini tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.
Bila kita lihat pada tabel 5.6 secara presentase antara pekerja yang tidak
menggunakan APD dengan pekerja yang menggunakan APD, lebih banyak pekerja
yang menggunakan APD, namun kejadian restriksi KVP lebih banyak dialami oleh
kelompok pekerja yang menggunakan APD. Peneliti menduga bahwa hal tersebut
terjadi karena ada pengaruh dari faktor lain seperti umur dan kebiasaan merokok,
karena semakin tua umur seseorang akan mempengaruhi KVP orang tersebut seperti
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
69
yang dinyatakan oleh Suyono (2001) bahwa dengan terjadinya proses penuaan atau
bertambahnya umur, semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan
terjadi penurunan fungsi paru.
Kebiasaan merokok para pekerja las dapat mempengaruhi KVP, meskipun
pekerja menggunakan APD tapi karena memiliki kebiasaan merokok akan
mempercepat penurunan faal paru (Depkes RI, 2003). Hal ini sejalan dengan
pernyataan Suyono (2001) bahwa merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru
dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Hal ini didukung pula oleh
analisis lebih lanjut terhadap pekerja yang mengalami restriksi KVP dan
menggunakan APD ternyata semuaya adalah perokok, berarti kebiasaan merokok
memberi kontribusi terhadap penurunan KVP. Bisa juga adanya faktor dari pekerja
sendiri dalam menggunakan APD mungkin cara pemakaian APD yang kurang benar
atau pekerja merasa kurang nyaman dengan APD yang digunakan, menurut
Suma’mur (1996) alat pelindung diri haruslah enak dipakai, tidak mengganggu kerja
dan memberikan perlindungan yang efektif. Selain itu, bisa juga karena perawatan
terhadap APD itu kurang baik sehingga tidak dapat berfungsi baik sebagaimana
mestinya.
Hasil analisis bivariat pada tabel 5.6 menunjukan adanya hubungan yang
bermakna antara variabel penggunaan APD dengan KVP. Analisis keeratan hubungan
dua variabel diketahui bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD mempunyai
peluang 0,071 kali untuk mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan pekerja
yang menggunakan APD (masker). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
70
dilakukan pada 27 pekerja mebel di Jepara tahun 2006, menyatakan bahwa ada
hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan KVP. Selain itu, penelitian
yang dilakukan Adi (2007) pada 41 pekerja pada pabrik pembuatan genteng di
Kebumen, juga menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan
masker dengan KVP.
Untuk meminimalisir terjadinya restriksi KVP dapat dilakukan pelatihan
penggunaan APD, dan penentuan jenis masker yang tepat sesuai dengan
kebutuhannya.
2. Hubungan antara umur dengan Kapasitas Vital Paru(KVP)
Umur merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan KVP
yang berasal dari individu yang bersangkutan. Berdasarkan tabel 5.7 rata-rata umur
pekerja yang mengalami restriksi adalah 34 tahun sebanyak 14 orang pekerja. Dari
hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara umur pekerja
dengan KVP. Hal ini didukung oleh hasil analisis lebih lanjut antara pekerja yang
berumur tua dan kebiasaan merokok terhadap KVP didapatkan bahwa semua pekerja
yang berumur tua dan tidak merokok tetap mengalami restriksi, hal ini mungkin
karena memang faktor usia memiliki kontribusi terhadap KVP.
Hal tersebut sesuai dengan pernyatan Pollock (1971) bahwa fungsi
pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat pada masa anak-anak dan mencapai
maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian akan menurun lagi sesuai dengan
pertambahan umur. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Suyono (2001) yang
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
71
menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan
terjadi penurunan fungsi paru.
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mila (2006),
bahwa semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital paru
seseorang. Namun sebagian besar pekerja yang berumur muda dan merokok juga
mengalami restriksi KVP, hal ini sesuai dengan pernyataan Suyono (2001) bahwa
asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih
merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat
kerja. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar
dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Untuk
meminimalisir resiko restriksi sebaiknya para pekerja baik yang berumur muda
ataupun tua tetap menggunakan APD dengan disiplin.
3. Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan Kapasitas Vital paru (KVP)
Pada penelitian ini kebiasaan olahraga dicurigai sebagai salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi KVP pekerja las. Berdasarkan tabel 5.9 secara presentase
jumlah pekerja yang tidak rutin olahraga lebih banyak jika dibandingkan dengan
pekerja yang rutin olahraga. Peneliti berasumsi bahwa lebih banyaknya pekerja las
yang tidak rutin olahraga mungkin disebakan oleh kesibukan yang dijalani atau
mungkin juga disebabkan rasa malas yang timbul karena sudah merasa lelah dengan
pekerjaan yang dilakukan. Padahal menurut Sahab (1997) Faal paru dan olahraga
mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi
kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
72
meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai
kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas
paru yang meningkat
Dari hasil analisis bivariat pada tabel 5.9 didapatkan bahwa tidak ada
hubungan antara kebiasaan olahraga dengan KVP. Hal tersebut terjadi mungkin di
pengaruhi oleh masa kerja pekerja tersebut, meskipun pekerja rutin melakukan
olahraga namun masa kerja yang telah dilalui sudah lama tentu akan mempengaruhi
KVP pekerja tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Suma’mur (1996) bahwa
semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar
bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis lebih lanjut terhadap pekerja yang
tidak rutin olahraga namun memiliki masa kerja baru didapatkan bahwa sebagian
besar dari pekerja yang tidak rutin olahraga namun memiliki masa kerja baru tidak
mengalami restriksi. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada, menurut Cooper
(1997) Pengaruh olahraga adalah melatih otot pernapasan, meningkatkan kekuatan
dan efisiensi otot, begitu pula pernyataan Guyton (1997) kebiasaan olah raga akan
meningkatkan kapasitas vital paru 30 – 40 %. Kemudian penelitian yang dilakukan
oleh Adi (2007) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga
dengan KVP. Dari hasil analisis keeratan antara variabel kebiasaan olahraga dengan
KVP didapatkan OR = 2,737, yang artinya pada α = 5% pekerja yang tidak rutin
olahraga mempunyai peluang 2,737 kali untuk mengalami restriksi KVP
dibandingkan dengan pekerja yang rutin olahraga.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
73
Hal tersebut mungkin terjadi karena rata- rata umur pekerja yang tidak
mengalami restriksi adalah 28 tahun sehingga kebiasaan olahraga tidak berhubungan
dengan KVP. Menurut Guyton (1997) penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi
setelah usia 30 tahun, tetapi penurunan kapasitas vital paru akan cepat setelah umur
40 tahun. Faal paru sejak masa kanak-kanak bertambah volumenya dan akan
mencapai nilai maksimum pada usia 19 sampai 21 tahun. Setelah usia tersebut nilai
faal paru akan terus menurun sesuai dengan pertambahan usia. Berdasarkan tabel 5.9
didapatkan bahwa sebagian besar pekerja yang tidak rutin melakukan aktifitas
olahraga, tidak mengalami restriksi KVP.
4. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Pada penelitian ini kebiasaan merokok diduga sebagai salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi KVP. Berdasarkan data pada tabel 5.5 distribusi pekerja
berdasarkan kebiasaan merokok hampir merata, pekerja yang memiliki kebiasaan
merokok lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki kebiasaan
merokok. Berdasarkan keterangan dari pekerja, diketahui bahwa kebiasaan merokok
yang mereka alami bermula dari faktor lingkungan dimana sebagian besar pekerja di
bengkel las adalah perokok.
Berdasarkan analisis bivariat pada tabel 5.9 didapatkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan KVP. Menurut Suyono (2001) asap
rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih
merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat
kerja. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar
dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
74
Hal tersebut terdapat pada tabel 5.9 dimana ada sebagian besar pekerja yang
tidak merokok tetapi mengalami restriksi, disini terbukti bahwa asap rokok dapat
membahyakan kesehatan, meskipun ada beberapa faktor lain yang dapat
menyebabkan restriksi. Menurut Harrington (2003) fungsi paru dapat berubah akibat
sejumlah faktor non pekerjaan misalnya usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat
badan, dan kebiasaan merokok dll. Untuk menghindari restriksi KVP sebaiknya para
pekerja yang merokok, agar tidak merokok karena asap rokoknya juga memberikan
efek negatif untuk dirinya dan bagi pekerja yang tidak merokok.
5. Hubungan antara status gizi (IMT) dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan dapat
menimbulkan kerugian. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa
(usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Berdasarkan hasil
pada tabel 5.2 didapatkan bahwa jumlah pekerja yang tidak gemuk lebih banyak jika
dibandingkan dengan pekerja yang gemuk.
Dari hasil analisis bivariat pada tabel 5.6 didapatkan bahwa tidak ada
hubungan yang bermakna antara status gizi (IMT) dengan KVP. Peneliti berasumsi
bahwa hal ini terjadi karena pengaruh faktor lain yaitu kebiasaan merokok. Menurut
Suyono (2001) merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan
beberapa bahaya kesehatan akibat kerja, pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi
silang antara pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan merokok dengan KVP
didapatkan hasil sebagian besar pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan
merokok mengalami restriksi KVP.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
75
Hal in tidak sejalan dengan pendapat Nyoman (2001) yang menyatakan bahwa
status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang kurus tinggi
biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek dan status gizi yang
berlebihan dengan adanya timbunan lemak dapat menurunkan compliance dinding
dada dan paru sehingga ventilasi paru akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru
akan menurun. Jika dilihat dari hasil uji statistik, diketahui nilai OR=1,75 artinya
pekerja gemuk memiliki peluang 1,75 kali lebih besar untuk mengalami restriksi
dibanding dengan pekerja yang tidak gemuk. Untuk penelitian selanjutnya
diharapakan kalibrasi pada timbangan injak setiap kali melakukan pengukuran berat
badan, sehingga tidak terjadi bias pada hasil pengukuran.
6. Hubungan antara riwayat penyakit dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Dari hasil uji statistik yang ada pada tabel 5.6 diketahui bahwa seluruh pekerja
tidak memiliki riwayat penyakit, atau data yang ada bersifat homogen sehingga tidak
dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat yang di
utarakan oleh Ganong (2002) bahwa kondisi kesehatan dapat mempengaruhi
kapasitas vital paru seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat
sakit. Hal tersebut terjadi karena pekerja belum ada yang pernah melakukan check up
ke dokter sehingga tidak pernah ada diagnosis dokter apakah para pekerja memiliki
riwayat penyakit khususnya penyakit pernapasan. Sebaiknya untuk penelitian
selanjutnya, agar melakukan pemeriksaan kesehatan dengan diagnosis petugas
kesehatan untuk mengetahui riwayat penyakit atau dapat menanyakan gejala-gejala
penyakit yang dapat mempengaruhi KVP.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
76
7. Hubungan antara masa kerja dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Masa kerja adalah salah satu variabel yang disinyalir memiliki hubungan
terhadap KVP. Menurut Mila (2006), masa kerja adalah lamanya seorang tenaga kerja
bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat bekerja
sampai penelitian berlangsung. Berdasarkan data pada tabel 5.4 diketahui bahwa
distribusi pekerja menurut masa kerja cukup bervariasi, ada yang baru menggeluti
profesi sebagai pekerja las selama 1 tahun ada pula yang sudah lebih dari 10 tahun.
Berdasarkan data pada tabel 5.8 diketahui bahwa pekerja yang mengalami restriksi
adalah pekerja yang memiliki rata-rata masa kerja selama 9 tahun sebanyak 14 orang
(37,8%) pekerja.
Dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara masa kerja dengan KVP. Hal ini sejalan dengan penelitian Ulinta (1998) di
bandung, mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang mengandung
banyak debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis, hal ini
sejalan pula dengan penelitian Setiyani (2005), dalam lingkungan kerja yang berdebu,
masa kerja dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada
karyawan serta pendapat Suma’mur (1996) yang menyatakan bahwa semakin lama
seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
77
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran KVP pekerja yang mengalami resriksi adalah sebesar 14 orang
(37,8%) dan pekerja yang tidak mengalami restriksi adalah sebesar 23 orang
pekerja (62,2%)
2. Terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan KVP dengan P value
sebesar 0,011. Terdapat hubungan antara umur dengan KVP dengan P value
sebesar 0,001. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan KVP
dengan P value sebesar 0,001. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan
KVP dengan P value sebesar 0,000.
3. Tidak ada hubungan antara kebiasaan Olahraga dengan KVP dengan P value
sebesar 0,63. Tidak ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP
dengan P value sebesar 0,625
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
78
B. Saran
1. Saran Bagi Pekerja
a. Sebaiknya pekerja selalu menggunakan APD ketika bekerja, agar
mengurangi resiko terjadinya KVP.
b. Sebaiknya semua pekerja baik yang tua maupun yang muda dapat
menggunakan APD secara disiplin, mengurangi/menghilangkan
kebiasaan merokok dan meningkatkan olahraga.
c. Sebaiknya para pekerja yang merokok agar berhenti merokok, sehingga
dapat mengurangi resiko terjadinya restriksi KVP.
d. Sebaiknya para pekerja yang memiliki masa kerja baik baru atau lama
dapat menggunakan APD secara disiplin.
2. Saran Bagi Pemilik Bengkel Las
a. Sebaiknya pemilik bengkel las memberikan pendidikan dan pelatihan
penggunaan APD yang benar, serta penyediaan jenis masker yang sesuai
dengan potensi bahaya yang ada
3. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya
a. Untuk Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat melanjutkan analisis
sampai multivariat, sehingga diketahui faktor yang paling berhubungan
dengan KVP.
b. Dalam penelitian selanjutnya, sebaiknya melakukan kalibrasi alat disetiap
akan melakukan pengukuran, sehingga tidak menimbulkan bias pada
hasil pengukuran.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
79
c. Perlu diadakan penelitian lanjutan terhadap variabel yang belum diteliti
pada penelitian ini, seperti paparan debu.
d. Sebaiknya untuk variabel riwayat menggunakan bahasa yang mudah
dimengerti atau dapat menanyakan gejala-gejala penyakit.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
DAFTAR PUSTAKA
Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. 1997. Perbandingan nilai kapasitas Difusi paru
antara orang yang terlatih dan tidak terlatih. Jurnal Respirologi Indonesia, 17, 76 – 83.
American thoracic society. 1987. Standardization Of Spirometry Up Date, am rev respire dis, 36:
1285-1297
Amin Muhammad. 1985 Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru. Bagian Pulmonologi
Fakultas Kedokteran Unair, RS Dr sutomo, Surabaya, paru 14: 6-14
Barbara . A. Plog. 2002. Fundamental of industrial Hygiene. National of safety council
Becket WS. 2000. Occupational Respiratory Diseases. N Engl J Med; 342:406-12. Cermin
Dunia Kedokteran No. 138
Bhismamurti. 2002. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Budiono. AM Sugeng dkk.2002. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP
Chang-Yeung M, Malo JL. 1995. Occupational asthma. N Engl J Med; 97:93-104. Cermin
Dunia Kedokteran No. 138
Corwin J, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisologi. Jakarta: EGC
Cullen MR, Cherniack MG. 1990. Rosenstock L. Occupational Medicine. N Engl J Med;
322:594-601,675-83. Cermin Dunia Kedokteran No. 138
Dahlan. M. Sopiyudin. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans
Depkes RI. 1990. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta:
Depkes.
Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Dirjen PPM&PLP tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta: Depkes RI
Dr. M.N. Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA
Guyton. Arthur C et all. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati Setiawan. Jakarta: EGC
Harrington. Gill . 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC
Ikhsan. Mukhtar. 2002. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI Press
Koesyanto. Herry et all .2005. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Semarang: UPT UNNES Press
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
McDonald JC, Keynes HL, Meredith SK. 2000. Reported incidence of occupational asthma in
The United Kingdom, 1989-97. Occup Environ Med; 57:823-9. Cermin Dunia Kedokteran
No. 138
Mila. Siti Muslikatul. 2006. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan
(Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi Paru PT Ascent
House Pecangaan Jepara. Skripsi. UNNES
Nur. Kartika Wijayanti. 2005. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman
Penglihatan Pada Pekerja Las Karbit Di Wilayah Pinggir D.I. Panjaitan Kota Semarang.
Skripsi. Semarang. UNNES
Pearce, Evelyn C. 1991 . Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pusat
Utama
Pollock, M.L Wimroe jh. 1987. Exercise In Health Disease. Wb Saunder.Co, Philadelpia: 131-
152
Pudjiastuti. Wiwiek. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : Pusat
Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
Rini Ae. 1998. Hubungan Pemaparan Debu Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pekerja
Pemecah Batu Mojokerto. Tesis , PSIKM UNAIR, Surabaya.
Rosenstock L, et all. 1991. Occupational and environmental Medicine: meeting the growing
need for clinical services. N Engl J Med; 326:924-7. Cermin Dunia Kedokteran No. 138
Simaela. Steven L. 2000. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Maksimal Paru
Pekerja Perushaan Pemecah Batu Pada PT. P BOGOR JAWA BARAT . Tesis. Depok: UI
Solech. Muhammad. 2001. Hubungan Lama Pemaparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas
Vital Fungsi Paru (FVC & FEV1) Guru SLTPN 1Grobogan Juni 2001. Skripsi. Semarang:
UNDIP
Sonawan. Herry et all. 2004. Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan Logam. Bandung:
ALFA BETA
Srikandi Fardiaz. 1999. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius
Sriwidharto. 1987. Petunjuk Kerja Las, Cetakan Ketiga. PT PRADNYA PARAMITA, Jakarta.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
Suma’mur PK. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung
Agung
Supariasa. I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penentuan Status Gizi. Jakarta: EGC
Suyono. Joko. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC
Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC
Tambayong. Jan. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta
Trisnawati, Hanida. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru
Tukang Ojek di Alun-Alun ungaran. Skripsi. UNNES
Ulinta B. 1998. Analisis Epidemiologi Pneumoconiosis Pada Pekerja Tambang Batu Di
Bandung Berdasarkan X Ray Paru Klasifikasi Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan.
Tesis, PSIKM UI , Jakarta.
Warpaji. Suparman. 1994. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :FK UI
Widodo Adi, Tri. 2007. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada
Pekerja Pembuatan Genteng. Skripsi. UNNES
Zaenal. Yuli Setiyani. 2004. Hubungan antara Amsa Kerja dengan Kapasitas Fungsi Paru pada
Pengemudi Bus DAMRI Unit Kota Semarang Jalur Terboyo-Mangkang 2004. Skripsi.
UNNES
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dian Rawar Prasetyo
TTL : Jakarta, 09 mei 1989
Alamat : Jl. Batang Blok. G1 No.34 02/08 Kel. Gembor, Kec. Periuk Tangerang 15133
Agama : Islam
Gol.darah : O
No. Telp. : (021)5921109 /085693398270
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun Riwayat Pendidikan
1994 --2000
2000 – 2003
2003 – 2006
2006 – sekarang
SD Negeri Periuk 5
SMP Negeri 15 Tangerang.
SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah Sukabumi
S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun
2008 – sekarang
2008 – 2009
Pengalaman Organisasi
Staff Departemen Seni dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ketua dewan pimpinan wilayah PPM Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2006 – 2007
Staff Departemen Riset dan Data BEM Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M
Recommended