93
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: Dian Rawar Prasetyo 106101003313 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010 SKRIPSI Oleh: Dian Rawar Prasetyo 106101003313 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

  • Upload
    vandat

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 2: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 3: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, 30 November 2010

Dian Rawar Prasetyo, NIM : 106101003313

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las

Di Pisangan, Ciputat Tahun 2010

xii+ 79 halaman, 9 tabel, 2 gambar, 1 lampiran

Abstrak

Penurunan kapasitas vital paru dapat diakibatkan oleh pencemaran partikel debu, hal ini

dapat dialami oleh para pekerja bengkel las dengan pola restriksi, terutama pada bengkel las di

sektor informal yang masih belum memiliki pengendalian bahaya untuk menurunkan resiko

penurunan KVP. Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja

bengkel las di Pisangan Ciputat, diketahui bahwa pekerja las yang mengalami restriksi sebanyak

6 orang.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2010 pada bengkel las yang ada di

Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan. Sampel Penelitian sebanyak 37 orang dari total populasi

50 orang pekerja las. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan KVP adalah (Umur, masa

kerja, penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),

dan riwayat penyakit). Pengumpulan data menggunakan instrument penelitian berupa

Spirometer, timbangan injak, microtoise dan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan

uji statistik dengan rumus chi square dan t independent.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja yang mengalami restriksi KVP sebanyak 14

pekerja (37,8 %). Berdasarkan hasil analisis uji statistik diketahui bahwa penggunaan APD

memiliki Pvalue sebesar (0,001), kebiasaan merokok memiliki Pvalue sebesar (0.001), umur

memiliki Pvalue sebesar 0,001 dan masa kerja memiliki Pvalue sebesar (0,000) KVP.

Untuk menurunkan resiko restriksi KVP pada pekerja las, karena itu disarankan agar

penggunaan dan perawatan APD dengan benar. Bagi para pekerja yang memiliki kebiasaan

merokok, sebaiknya berhenti merokok.

Daftar bacaan : 41 (1985 – 2007)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 4: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

vii

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH

MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH

Undergraduated Thesis, December 16 2010

Dian Rawar Prasetyo, NIM: 106101003313

Factors Associated With Force Vital Capacity of welder’s At Weld Workshop In Pisangan,

Ciputat Year 2010

xxi 79 pages, 9 tables, 2 images, 1 attachment

Abstract

.

Decrease in force vital capacity(FVC) can be caused by dust particles pollution, this can

be experienced by welder with the pattern of restriction, especially in the welding workshop in

the informal sector, which no hazards control implemented to reduce the risk of decreasing FVC.

Based on the results of preliminary studies conducted on 10 welder’s at Pisangan Ciputat, it is

known that 60% welder’s who experience restriction.

This research is quantitative, with cross sectional approach. That was conducted in July-

November 2010 on informal welding workshop in Pisangan, Ciputat, South Tangerang. There

the amount of sample in this research are 37 welder’s from total population 50 welder’s. Factors

associated with KVP is suspected (age, periode of work, using of PPE (mask), smoking habits,

exercise habits, nutritional status (BMI), and disease history). The instrument to Collect data

using a spirometer, the pair of scale, microtoise and questionare. The data obtained was then

performed statistical tests using the formula chi square and t independent.

The results show that 37,8% welder’s who experienced FVC restriction. Based on the

results of statistical analysis known that the using of PPE, smoking habits, and age has a pvalue

of (0.001) and periode of work has a pvalue of (0.000) KVP.

To reduce the risk of KVP restrictions on welder’s, suggested to use and maintenance of

PPE correctly. For welder’s who have the habit of smoking, you should to stop smoking.

Reference: 41 (1985 - 2007)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 5: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

iii

KATA PENGANTAR

بسن ا هلل ا لرحمن ا لر حين

ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته

Segala puji bagi Allah SWT yang maha segalanya, syukur penulis ucapkan padamu ya

Rabb, karena akhirnya penyusunan laporan magang ini selesai. Tak lupa penulis haturkan

Shalawat dan salam kepada baginda Rasulallah SAW yang membawa umatnya dari zaman

kegelapan ke zaman yang terang benderang. Dengan penuh kesadaran penyusun yakin bahwa

masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi Tentang “Faktor- Faktor Yang Berhubungan

Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las Di Pisangan Ciputat, Tahun 2010”

Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penyusun, melainkan banyak

pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil, sekiranya patutlah bagi penyusun

untuk berterima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang kasih sayangnya tak pernah habis-habis dalam

memberikan nikmatnya kepada manusia.

2. Nabi tercinta, Muhammad SAW yang selalu berjuang tak pernah henti membela

kebenaran islam walaupun banyak rintangan dan halangan yang selalu menghalangi.

3. Kepada Bapak, Mama dan Adikku Tercinta yang memberikan doa dan ketulusan serta

rasa sayang yang tak terbatas terhadap diriku .

4. Om Nurul Huda, Tante Fitri, Tante Endar, Tante Nina, Om Gunung, Om Bodi, Om

Siswo dan semua keluarga besar yang juga turut mendukung dan memotivasi serta

memberikan nasehat kepada penulis.

5. Kepala Jurusan Kesmas dr. Yuli Satar Prapanca, MARS yang selalu berusaha dengan

keikhlasannya memajukan jurusan kesmas agar bisa berdiri diatas dari jurusan-

jurusan lain

6. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK dan Ibu Yuli Amran,

SKM, MKM yang selalu memberikan motivasi karena pada hakikatnya motivasi

adalah awal dari pembentukan sebuah mimpi yang pasti.

7. Dosen Penguji dr. Rachmania Diandini, M.K.K yang telah menguji skripsi saya

dengan penuh kebijaksanaan.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 6: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

iv

8. Bapak Gozali yang selalu membuatkan surat izin pada saya semoga atas

keikhlasannya mendapat balasan dari Allah SWT.

9. Kawan-kawan di Istana Kertamukti; Kang Surma Adnan, Mas Fajar Iqbal, Mas

Ahmad Dharif, Mas Purwanto, Aa Iwang, Bang Masda Hilmi, Kakak Rizwan dan

Kakak Bagol.

10. Segenap Insan Pergerakan dan Sahabat-sahabat PMII Komisariat Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, terima kasih atas semangatmu dan selalu „Yakin

Usaha Sampai‟.

11. Sahabat-sahabat tercinta di Kesehatan Masyarakat 3G FKIK UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita.

12. Khushushon ilaa Jam’iyyat el quusn, Blows Band Marawis and The Crazy Wheels of

zero sixs (Aditya Pratama & Prayudi, Ahmad Fauzi, Defriyan, Dian Rawar, Dauly,

Halsariki, Lutfi Fauji, Nouval, Ali Imron, Zaenal Arifin, Yunus, Musthafa Iban, Said

Muchsin, Trimunggara, My junior brother Ersa).

Selalu bergerak dalam kreatifias..!

Dengan memanjatkan do‟a kepada Allah SWT, penyusun berharap semua kebaikan yang

telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Amin.

Terakhir kiranya penyusun berharap semoga laporan Magang bermanfaat bagi penyusun

dan pembaca umumnya.

و ا لسال م عليكن ورحمة ا هلل و بر كا ته

Jakarta, Maret 2011

Penulis

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 7: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGUJI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... iii

ABSTRAK ...................................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6

C. Pertanyaan Penelitian ............................................................................... 7

D. Tujuan ...................................................................................................... 8

1. Tujuan Umum ................................................................................. 8

2. Tujuan Khusus ................................................................................ 9

E. ManfaatPenelitian ...................................................................................... 10

1. Manfaat Bagi Pengelola bengkel las .................................................. 10

2. Manfaat Bagi Peneliti ......................................................................... 11

F. Ruang Lingkup........................................................................................... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kapasitas Vital Paru ..................................................................................... 12

B. Sistem Pernapasan Manusia…. .................................................................... 14

1. Anatomi ............................................................................................. 14

2. Fisiologi… ......................................................................................... 18

3. Penyakit Paru ..................................................................................... 18

4. Cara Ukur Kapasitas Vital Paru ......................................................... 20

C. Kapasitas Paru .............................................................................................. 20

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 8: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

viii

1. Kapasitas Inspirasi ............................................................................. 20

2. Kapasitas Residu Fungsi .................................................................... 21

3. Kapasitas Paru Total .......................................................................... 21

D. Debu .............................................................................................................. 21

1. Padat (solid)........................................................................................ 21

2. Cair (liquid) ........................................................................................ 22

3. Ukuran Partikel Debu ......................................................................... 23

E. Faktor yang mempengruhi kapasitas paru .................................................... 24

1. Umur .................................................................................................. 24

2. Jenis Kelamin .................................................................................... 25

3. Riwayat Penyakit ............................................................................... 25

4. Riwayat pekerjaan ............................................................................. 26

5. Kebiasaan Merokok ........................................................................... 26

6. Kebiasaan Olahraga ........................................................................... 27

7. Status Gizi .......................................................................................... 28

8. APD (Masker) .................................................................................... 30

9. Masa Kerja ......................................................................................... 33

10. Pengelasan ........................................................................................ 34

F. Kerangka Teori ............................................................................................. 42

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 43

B. Definisi Operasional ................................................................................ 44

C. Hipotesis .................................................................................................. 46

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

A. DesainPenelitian ...................................................................................... 47

B. Tempat Dan WaktuPenelitian .................................................................. 47

C. Populasi Dan SampelPenelitian ............................................................... 47

D. InstrumenPenelitian ................................................................................. 48

1. Pengumpulan Data ............................................................................. 49

a. Pengukuran Kapasitas Vital Paru ............................................... 49

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 9: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

ix

b. Perhitungan IMT ........................................................................ 50

c. Data Berat Badan ......................................................................... 51

d, Data Tinggi Badan ...................................................................... 51

e. Kuesioner Pnelitian ...................................................................... 51

2. Pengolahan Data ................................................................................ 51

3. Teknik Analisis data .......................................................................... 53

a. Analisis Univariat ....................................................................... 53

b. Analisis Bivariat ......................................................................... 53

BAB V HASIL

A. Analisis Univariat ......................................................................................... 55

1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan ............... 55

2. Gambaran Karakteristik Pekerja Las di Pisangan ........................... 55

a. Gambaran Penggunaan APD Pekerja Las di Pisangan ................ 56

b. Gambaran Status Gizi (IMT) Pekerja Las di Pisangan ............... 57

c. Gambaran Riwayat Penyakit Pekerja Las di Pisangan ................ 57

3. Gambaran Umur Pekerja Las di Pisangan ...................................... 57

4. Gambaran Masa Kerja pekerja Las di Pisangan ............................. 58

5. Gambaran Gaya Hidup Pekerja Las di Pisangan ............................ 59

a. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja Las di Pisangan ............ 59

b. Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja Las di Pisangan ............ 60

B. Analisis Bivariat ................................................................................................. 61

1. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja dengan Kapasitas Vital

Paru Pekerja Las di Pisangan .......................................................... 61

a. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan ...................................................................................... 61

b. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan ...................................................................................... 62

c. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan ...................................................................................... 62

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 10: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

x

2. Hubungan Antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Las

di Pisangan....................................................................................... 63

3. Hubungan Antara Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja

Las di Pisangan ................................................................................ 63

4. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kapasitas Vital Paru

Pekerja Las di Pisangan ................................................................... 64

a. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP Pekerja Las

di Pisangan .................................................................................. 64

b. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP Pekerja Las

di Pisangan .................................................................................. 65

BAB VI PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 66

B. Kapasitas Vital Paru ................................................................................. 67

C. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan KVP...................................... 68

1. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP ............................ 68

2. Hubungan Antara Umur dengan KVP ................................................ 70

3. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP ......................... 71

4. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP ......................... 73

5. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP ............................ 74

6. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP ............................. 75

7. Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP....................................... 76

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan ............................................................................................. 77

B.Saran ....................................................................................................... 78

Daftar Pustaka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 11: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang

berpindah pada satu tarikan nafas (Corwin, 2001). Menurut Guyton (1997) kapasitas

vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan

volume cadangan ekspirasi. Sedangkan menurut Tambayong (2001) kapasitas vital paru

adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi

secara maksimal. Menurut ATS (American Thoracis Society) ada beberapa kategori

gangguan fungsi paru; dikatakan berat bila KVP (Kapasitas Vital Paru) ≤ 50%,

dikatakan sedang jika KVP antara 51 – 59%, dan dikatakan ringan jika KVP antara 60 –

79 %. Gangguan fungsi paru akibat paparan pencemaran partikel debu dapat berupa

restriksi dan obstruksi atau keduanya, restriksi dan obstruksi berarti penyempitan jalur

pernafasan sehingga mengurangi KVP seseorang. Gejala-gejala antara lain batuk kering,

sesak nafas, kelelahan umum, banyak dahak dan lain-lain. Pemaparan debu mineral di

ketahui dapat menimbulkan perubahan khas dalam mekanik pernafasan dan volume paru

dengan pola restriksik. (Warpaji, 1994).

Pearce (1991) mengatakan bahwa Kapasitas paru berkurang pada penyakit paru-

paru, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru) dan pada kelemahan otot

pernapasan. Gill (2005) menyatakan fungsi paru berubah-ubah akibat sejumlah faktor

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 12: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

2

non-pekerjaan diantaranya adalah oleh usia, jenis kelamin, ukuran paru, etnik, tinggi

badan, kebiasaan merokok, toleransi latihan, kekeliruan pengamat, kekeliruan alat.

Perhatian atas dampak pajanan bahan-bahan berbahaya di tempat kerja dan

lingkungan terhadap kesehatan sejak beberapa dekade terakhir tampak makin meningkat

karena peranannya terhadap gangguan fungsi paru. Penyakit paru kerja penting dikenali

karena dapat dicegah dan diobati. Pajanan bahan berbahaya di tempat kerja dapat

menyebabkan atau memperburuk penyakit seperti asma, kanker, dermatitis atau

tuberculosis (Cullen, 1990). Diperkirakan jumlah kasus baru penyakit akibat kerja di

Amerika Serikat 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun dan terjadi 5,3 juta kecelakaan

kerja pertahun. Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 trilyun dolar pertahun (Rosenstock,

1991). Penyakit akibat kerja dapat dijumpai di tempat industri dan pertanian (Yeung,

1995). Kejadian penyakit yang disebabkan oleh debu mineral menurun di negara-negara

pasca industri dan asma muncul sebagai penyakit paru kerja yang utama (Becket, 2000).

Asma kerja merupakan penyakit paru kerja yang sering dijumpai di Negara berkembang,

prevalensinya bervariasi antara 2-20 % (McDonald, 2000).

Industri las yang kini banyak ada termasuk industri sektor informal. Industri

sektor informal adalah sektor kegiatan ekonomi marginal atau kecil-kecilan. Ciri-ciri

kegiatan ekonomi marginal yang dikategorikan ke dalam sektor informal antara lain

sebagai berikut: 1) Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan,

maupun penerimaan. 2) Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan

yang ditetapkan oleh pemerintah. 3) Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun

omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian. 4) Pada umumnya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 13: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

3

tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggal. 5)

Tidak mempunyai keterikatan dengan usaha lain yang besar. 6) Pada umumnya

dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. 7)

Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga secara luwes dapat

menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam tingkat pendidikan. 8) Umumnya

tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dari lingkungan keluarga, kenalan,

atau berasal dari daerah yang sama (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990).

Menurut Rahma Iryanti (2010), Direktur Tenaga Kerja dan Penciptaan Kesempatan

Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa timbulnya sektor

informal ini adalah akibat dari rendahnya peluang kerja di sektor formal sehingga

pertumbuhan angkatan kerja tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja.

Akibatnya, banyak pencari kerja yang mengadu nasib di sektor informal, saat ini ada

sekitar 70 % pekerja Indonesia yang bekerja di sektor informal. Akan tetapi, kelompok

masyarakat pekerja sektor informal masih belum memperoleh perhatian dalam hal

kesehatan kerjanya. Selama ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara

umum, namun belum dikaitkan dengan pekerjaannya. Seperti tindakan pencegahan dan

pengendalian yang ada belum di sesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat

kerja. Pada umumnya fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak

dinikmati oleh tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah pekerja

lebih dari 500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan

keselamatan dan kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak ada sama

sekali (Nur, 2005).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 14: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

4

Pada industri las, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan

dampak terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat, asap pembakaran dan

paparan panas, debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis apabila terinhalasi

selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas

dalam menampung volume udara sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun

(Depkes RI, 2003). Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia

telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur,

1996).

Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu

pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini

sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu kapasitas vital

paru (Suma’mur, 1996). Dalam kondisi tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat

menyebabkan pengurangan kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi

faal paru bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes RI, 2003).

Menurut Mila (2006), kapasitas vital paru dipengaruhi oleh beberapa hal. Yaitu:

umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat penyakit dan pekerjaan, kebiasaan

merokok dan olahraga, serta status gizi dapat mempengaruhi kapasitas vital paru.

Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya ada beberapa faktor yang

berhubungan dengan kapasitas vital paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mila

(2006), menunjukkan ada hubungan antara masa kerja, pemakaian APD dengan KVP

pada tenaga kerja pengamplasan PT. Ascent House Pecangaan Jepara. Hasil penelitian

yang dilakukan oleh Adi (2007) didapatkan bahwa ada hubungan antara penggunaan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 15: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

5

masker dan kebiasaan olah raga dengan kapasitas vital paru karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati

(2007) diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok, dan

riwayat penyakit paru dengan kapasitas vital paru.

Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja

bengkel las di Pisangan Ciputat, diketahui bahwa pekerja las yang mengalami restriksi

kapasitas vital paru ringan sebanyak 5 orang atau sebesar 50% dan restriksi kapasitas

vital paru sedang sebanyak 1 orang atau sebesar 10 % dan sebanyak 4 orang atau 40%

memiliki kapasitas vital paru normal. Artinya dari 10 pekerja las diketahui ada beberapa

pekerja las yang mengalami restriksi kapasitas vital paru. Penurunan kapasitas vital paru

merupakan salah satu gejala terjadinya gangguan fungsi paru bila dibiarkan terus

menerus tanpa adanya tindakan preventif yang dilakukan, hal tersebut bisa menjadi

potensi penyakit akibat kerja seperti pneumoconiosis akibat penumpukan debu pada

paru.

Berdasarkan hal di atas perlu dibuktikan apa saja faktor-faktor yang

berhubungan terhadap kapasitas vital paru di dalam suatu penelitian. Untuk itu penulis

bermaksud melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan terhadap

kapasitas vital paru pekerja bengkel las. Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian

ini dapat dilakukan tindakan preventif seperti pelatihan atau penyuluhan pada pekerja

las untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja pada

pekerja di bengkel las.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 16: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

6

B. Rumusan Masalah

Pada bengkel las, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan

dampak kesehatan terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat, asap

pembakaran dan paparan panas. Menurut (Depkes RI, 2003) debu dapat menyebabkan

kerusakan paru dan fibrosis bila terinhalasi selama bekerja terus menerus. Bila alveoli

mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga

kemampuan mengikat oksigen menurun.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja bengkel las

di Pisangan, diketahui pekerja las yang mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan

sebanyak 5 orang atau sebesar 50% dan restriksi kapasitas vital paru sedang sebanyak 1

orang atau sebesar 10 % dan sebanyak 4 orang atau 40% memiliki kapasitas vital paru

normal. Artinya dari 10 pekerja las diketahui ada beberapa pekerja las yang mengalami

restriksi kapasitas vital paru.

Berdasarkan latar belakang dan penelitian di atas disinyalir ada faktor-faktor

yang berhubungan dengan kapasitas vital paru. Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kapasitas vital paru antara lain adalah : umur, jenis kelamin, penggunaan APD, riwayat

penyakit dan pekerjaan, kebiasaan merokok dan olahraga, serta status gizi. Dengan

demikian diperlukan adanya suatu penelitian yang membuktikan adanya faktor-faktor

yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 17: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

7

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun

2010?

2. Bagaimana gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di Pisangan

Tahun 2010?

3. Bagaimana gambaran umur pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?

4. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok pekerja bengkel las di Pisangan Tahun

2010?

5. Bagaimana gambaran kebiasaan olahraga pekerja bengkel las di Pisangan Tahun

2010?

6. Bagaimana gambaran IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja bengkel las di Pisangan

Tahun 2010?

7. Bagaimana gambaran riwayat penyakit pekerja bengkel las di Pisangan Tahun

2010?

8. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010 ?

9. Apakah ada hubungan antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru pekerja

bengkel las di Pisangan Tahun 2010?

10. Apakah ada hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas vital

paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?

11. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru

pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010?

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 18: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

8

12. Apakah ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru

pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?

13. Apakah ada hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas vital paru

pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?

14. Apakah ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja

bengkel las di Pisangan Tahun 2010?

15. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pekerja

bengkel las di Pisangan Tahun 2010?

D. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru

pada pekerja bengkel las di Pisangan tahun 2010

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Pisangan

Tahun 2010

b. Diketahuinya gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di

Pisangan Tahun 2010

c. Diketahuinya gambaran umur pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010

d. Diketahuinya gambaran kebiasaan merorok pekerja bengkel las di Pisangan

Tahun 2010

e. Diketahuinya gambaran kebiasaan olahraga pekerja bengkel las di Pisangan

Tahun 2010

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 19: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

9

f. Diketahuinya gambaran IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja bengkel las di

Pisangan Tahun 2010

g. Diketahuinya gambaran riwayat penyakit pekerja bengkel las di Pisangan

Tahun 2010

h. Diketahuinya gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun

2010

i. Diketahuinya hubungan antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru

pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010

j. Diketahuinya hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas

vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010

k. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital

paru pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010

l. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital

paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010

m. Diketahuinya hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas

vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010

n. Diketahuinya hubungan riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja

bengkel las di Pisangan Tahun 2010

o. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru

pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 20: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

10

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Pengelola bengkel las

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman

pengelola bengkel las mengenai penurunan kapasitas vital paru yang disebabkan

oleh kondisi lingkungan kerja yang tidak nyaman. Sehingga pekerja secara

mandiri dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap kesehatan kerja

dan terhindar dari penyakit akibat kerja.

2. Manfaat Bagi Peneliti

Melatih pola pikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah khusunya

dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dan menjadi referensi bagi

penelitian yang selanjutnya.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2010. Adapun

lokasinya bengkel las yang ada di sekitar kelurahan Pisangan. Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital

paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010. Penelitian ini bersifat kuantitaif

dengan desain cross sectional (potong lintang). Sasaran penelitian adalah pekerja

bengkel las yang ada di sekitar Pisangan dengan jumlah sampel 37 orang.

Hal tersebut dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan pada 10 pekerja bengkel las di sekitar Pisangan, diketahui ada 4 pekerja

mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan. Data-data yang diperoleh berasal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 21: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

11

dari data primer. Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian

ataupun responden selama penelitian. Data tersebut disajikan dalam tabel distribusi

frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chisquare untuk melihat

hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 22: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kapasitas vital paru

Kapasitas vital paru (KVP) sama dengan volume cadangan inspirasi

ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah

udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih

dahulu mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya

(kira-kira 4600 mL) (Guyton, 1997).

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang

berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan

inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan

menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan

sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Corwin, 2001).

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang dapat

dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal (Tambayong,

2001).

Tabel 2.1

(Sumber: ATS American Thoracis Society)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 23: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

13

Tabel 2.2

(Sumber: Koesyanto & Eram TP, 2005)

Menurut Saptari dalam Simaela (2000) mengatakan bahwa KVP dapat

diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:

1. Normal: KVP > 75%

2. Restriksi : KVP< 75%

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 24: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

14

Berdasarkan hasil penelitian Rini (1998) di mojokerto menunjukan bahwa

penurunan kapasitas vital paru pada pekerja pemecah batu, dengan gangguan

restriksi sebesar 67%, ia menyimpulakn bahwa penurunan kapasitas vital paru terjadi

karena penurunan elastisitas paru yang di sebabkan oleh fibrosis akibat pajanan debu

yang diduga mengandung silica. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Adi (2007)

pada pabrik pembuatan genteng, diketahui 35 (85%) pekerja mengalami restriksi dari

41 orang pekerja.

B. Sistem pernapasan manusia

1. Anatomi

Menurut Syaifudin (1997) anatomi pernapasan terdiri dari :

a. Rongga hidung

Hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama,

mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum

nasi). Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya

akanpembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua

selaput lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam

rongga hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring

udara pernapasan oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan

oleh mukosa (Syaifudin,1997).

b. Faring/tekak

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 25: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

15

tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang

leher (Syaifudin, 1997). Dalam faring terdapat tuba eustachii yang

bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan

udara pada kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan. Pada

daerah laringo farings bertemu sistem pernapasan dan pencernaan.Udara

melalui bagian anterior ke dalam laring, dan makanan lewat posterior ke

dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel (Tambayong, 2001).

Faring mempunyai fungsi sebagai saluran bersama bagi sistem

pernapasan maupun pencernaan.

c. Laring

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan

suara yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra

servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan

itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu

kitamenelan makanan menutupi laring (Syaifudin, 1997). Dalam laring

terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara.Suara

dibentuk dari getaran pita suara.Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang

dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan oleh perubahan

posisi bibir, lidah dan platum mole (Tambayong, 2001).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 26: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

16

d. Batang tenggorok

Batang tenggorok atau trakea merupakan lapisan dari laring yang

dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang

berbentuk seperti kaki kuda (huruf C). Trakea dilapisi epitel bertingkat

dengan silia dan sel goblet.Sel goblet menghasilkan mukus dan silia

berfungsi menyapu pertikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung,

ke arah faring untuk kemudian ditelan / diludahkan / dibatukkan. Panjang

trakea 9-10 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh

otot polos (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001). Batang tenggorok dapat

berfungsi dalam mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama

udara pernapasan yang dilakukan oleh sel-sel bersilia.

e. Cabang tenggorok

Cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah

yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke 4 dan ke 5. Bronkus

mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang

sama (Syaifudin, 1997). Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dan

terdiri dari 6-8 cincin, punya 3 cabang.Bronkus kiri lebih panjang dan

ramping, dan terdiri dari 9-12 cincin punya 2 cabang.Bronkus bercabang-

cabang yang lebih kecil disebut bronchiolus dan terdapat gelembung paru

atau gelembung hawa / alveoli (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 27: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

17

f. Paru

Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung (gelembung hawa / alveoli). Gelembung ini terdiri dari sel-sel

epitel dan endotel. Pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, oksigen

masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah.

Pembagian paru ada 2, yaitu : paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah paru),

lobus pulma dekstra superior, lobus media dan lobus superior. Tiap lobus

tersusun oleh labulus. Tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih

kecil bernama segmen (Syaifudin,1997). Paru terletak pada rongga dada

datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum.

Pada bagian tengah itu terdapat tumpuk paru / hilus. Pada media stinum

depan terletak jantung. Paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.

Pleura dibagi menjadi 2, yaitu :

1) Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang

langsung membungkus paru.

2) Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah

luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum pleura).

(Syaifudin,1997) Dalam paru terdapat alveoli yang berfungsi

dalam pertukaran gas O2 dengan CO2 dalam darah (Tambayong,

2001).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 28: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

18

2. Fisiologi

Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang

terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan

karbondioksida pada pernapasan melalui paru / pernapasan eksterna.Oksigen

dipungut melalui hidung dan mulut. Saat bernafas, oksigen masuk melalui

trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat berhubungan dengan

darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin, 1997).

Proses pernapasan dibagi empat peristiwa, yaitu :

a. Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke

bagian alveoli dari paru.

b. Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah

disekitar alveoli.

c. Transpor oksigen dan karbondioksida di darah ke sel

d. Pengaturan ventilasi (Guyton, 1997).

3. Penyakit Paru

Menurut Guyton, (1997) menyatakan bahwa penyakit yang dapat

mempengaruhi kapasitas paru meliputi :

a. Emfisema paru kronik

Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa infeksi

kronik, kelebihan mukus dan edema pada epitel bronkiolus yang

mengakibatkan terjadinya obstruktif dan dekstruktif paru yang kompleks

sebagai akibat mengkonsumsi rokok.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 29: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

19

b. Pneumonia

Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, yaitu: 1)

penurunan luas permukaan membran napas, 2) menurunnya rasio

ventilasi perfusi Kedua efek ini mengakibatkan menurunnya kapasitas

paru.

c. Atelektasi

Atelaktasi berarti avleoli paru mengempis atau kolaps. Akibatnya

terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga aliran darah meningkat dan

terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh darah sehingga volume paru

berkurang.

d. Asma

Pada penderita asma akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi

dan volume inspirasi.

e. Tuberkulosis

Pada penderita tuberkulosis stadium lanjut banyak timbul daerah

fibrosis di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru fungsional sehingga

mengurangi kapasitas paru.

f. Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari

penghirupan debu organik (Ikhsan, 2001).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 30: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

20

Beberapa penyakit pada jalan pernapasan antara lain adalah: asma,

bronkitis akut, bronkitis kronik, karsinoma bronkogenik dan bisinosis

(Ikhsan, 2001)

4. Cara Ukur Kapasitas Vital Paru

Cara pengukuran kapasitas vital paru pekerja las adalah menggunakan alat

spirometer Autospiro Minato AS 505.

Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :

a. Tekan tombol power ON pada spirometer

b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran

c. Pilih tombol FVC pada spirometer

d. Lakukan inspirasi maksimal

e. Kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam spirometer

f. Hasil pengukuran dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak

(Minato Medical Science., Ltd).

C. Kapasitas paru

Menurut Guyton (1997), kapasitas paru dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Kapasitas inspirasi

Adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai

pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah

maksimum (kira-kira 3500 mL)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 31: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

21

2. Kapasitas residu fungsional

Adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal

(kira-kira 2300 mL).

3. Kapasitas paru total

Adalah volume maksimum dimana paru dapat dikembangkan sebesar

mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL).

D. Debu

Paparan debu dalam bengkel las ada beberapa macam, antara lain asap

pembakaran, uap logam, paparan panas. Uap itu sendiri berasal dari sisa pengelasan,

grinding, dan cutting. Menurut Fardiaz (1999), debu adalah partikel yang dihasilkan

oleh proses mekanisme seperti penghancuran batu, pengeboran, peledakan pada tambang

timah putih, batu bara dan lain sebagainya.

1. Padat (solid)

a. Dust

Terdiri ukuran submikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya

adalah ukuran yang bisa terhisap ke dalam sistem pernafasan (< 100 mikron )

dapat terhisap ke dalam tubuh (Fardiaz, 1999).

b. Smoke

Adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak

sempurna dan berukuran 0,5 mikron (Fardiaz, 1999).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 32: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

22

c. Fumes

Adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau

kondensasi. Pemanasan berbagai logam menghasilkan uap logam yang

kemudian berkondensasi menjadi partikel-partikel metal fumes (Fardiaz,

1999).

2. Cair (liquid)

Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan

melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray dan atau obat

nyamuk semprot (Fardiaz, 1999). Debu industri yang ada di udara:

a. Particulatte matter

Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan

segera mengendap karena daya tarik bumi.

b. Suspended particulatte matter

Adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah

mengendap (Fardiaz, 1999).

3. Ukuran partikel debu

Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada

saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target

organ sebagai berikut :

a. 5 – 10 mikro, akan tertahan olah cilia pada saluran pernapasan bagian

atas

b. 3 – 5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 33: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

23

c. 1 – 3 mikron, sampai di permukaan alveoli

d. 0,5 – 1 mikron, hinggap di permukaan alveoli, selaput lendir sehingga

menyebabkan fibrosis paru

e. 0,1 – 0,5 mikron, melayang di permukaan alveoli

Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme

laring (penghentian pernapasan). Kalau zat-zat ini menembus ke dalam paru-paru

dapat terjadi bronkhitis toksik, edema paru atau pneumonitis (WHO, 1993).

Menurut WHO 1996, ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran

0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang

membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron (Pudjiastuti, 2003). Berdasarkan

Kepmenkes RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002, tanggal 19 November 2002

tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran yaitu meliputi

semua ruangan, halaman, dan area sekelilingnya yang merupakanbagian atau

yang berhubungan dengan tempat kerja untuk perkantoran. Kandungan debu

maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah

sebesar 0,15 mg/m3untuk debu total dengan suhu 18-28oC. Sedangkan untuk

persyaratan kesehatan lingkungan di industri yang meliputi semua ruangan dan

area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan

tempat kerja untuk memproduksi barang hasil industri adalah sebesar 10 mg/m3

untuk debu total dengan suhu 18-300 0C (Depkes RI, 2002).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 34: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

24

E. Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru Pekerja Bengkel Las

Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis

sehingga frekuensi lama seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan

faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang antara lain :

1. Umur

Dikatakan bahwa fungsi pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat

pada masa anak anak dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian

akan menurun lagi sesuai dengan pertambahan umur. Kapasitas difusi paru,

ventilasi paru, ambilan oksigen kapasitas vital dan semua parameter faal paru

yang lain akan menurun sesuai dengan pertambahan umur, setelah mencapai titik

maksimal pada usia dewasa muda (Pollock ML, 1971)

Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.

Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan

fungsi paru (Suyono, 2001). Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan

akan berkurang sebanyak 20 % setelah usia 40 tahun (Pusparini, 2003).

Kebutuhan zat tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40

tahun berkurangnya kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya

kekuatan fisik.

Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan

dan kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali

per menit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar

30 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensi pernapasan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 35: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

25

lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan tetapi KVP pada

orang dewasa lebih besar dibanding anak-anak dan bayi. Dalam kondisi tertentu

hal tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa

bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifudin, 1997). Dalam penelitian Siti M

(2006), semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital

paru seseorang. Begitupun hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada

pabrik genteng menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur

seseorang dengan kapasitas vital paru.

2. Jenis kelamin

Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita

kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada

atletis dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh kecil dan

astenis. Menurut Tambayong (2001) disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria

lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.

3. Riwayat penyakit

Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang.

Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit (Ganong, 2002).

Seperti asma, pasca Tb, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), penyakit

sistemik. Terdapat riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan

mengakibatkan pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan

dengan menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja

(Suma’mur, 1996). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 36: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

26

pabrik genteng, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit

pernafasan dengan kapasitas vital paru.

4. Riwayat pekerjaan

Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat

kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan

gangguan paru (Suma’mur, 1996) seperti debu hasil penggerindaan, pemotongan,

dan pengampelasan pada proses pengelasan. Hubungan antara penyakit dengan

pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir

minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali bekerja,

setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat

kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar

dengan pekerjaan berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan pada musim-

musim tertentu, dan lain-lain (Ikhsan, 2002).

5. Kebiasaan merokok

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran

pernapasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan

faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun adalah 28,7 mL untuk non

perokok, 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL untuk perokok aktif.

Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar

sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003).

Inhalasi asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat

menyebabkan penyakit saluran pernapasan pada orang dewasa. Asap rokok

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 37: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

27

mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih

merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan

akibat kerja (Suyono, 2001). Seseorang dapat dikatakan perokok ringan apabila

merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan perokok sedang apabila

merokok 10-20 batang perhari dan dikatakan perokok berat apabila merokok

lebih dari 20 batang perhari. Dr. M.N. Bustan (2000)

6. Kebiasaan Olah raga

Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik,

gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya,

latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru. Seseorang

yang aktif dalam latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan

kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas paru yang meningkat (Sahab, 1997).

Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang

melakukan olahraga. Olah raga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-

paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru

dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Menurut penelitian

(Adriskanda, dkk 1997), nilai kapasitas vital paru orang Indonesia yang tidak

olahraga adalah ± 3,6 liter, sedangkan orang Indonesia yang olahraga adalah

± 4,2 liter. Pengaruh olahraga adalah melatih otot pernapasan, meningkatkan

kekuatan dan efisiensi otot (Cooper, 1977). Kapasitas vital pada seorang atlet

akan lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga (Guyton, 1997).

Menurut Guyton (1997), kebiasaan olah raga akan meningkatkan kapasitas vital

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 38: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

28

paru 30 – 40 %. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007)

terdapat hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru.

7. Status gizi

Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi

seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh,

perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga

untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan

(Suma’mur P.K, 1996). Tanpa makan dan minum yang cukup kebutuhan energi

untuk bekerja akan diambil dari cadangan sel tubuh. Kekurangan makanan yang

terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu (Depkes RI,

1990).

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18

tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko

penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Akibat

kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh akan digunakan untuk

memenuhi kebutuhan. Bila hal ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi

akan habis dan terjadi kemerosotan jaringan, dengan meningkatnya defisiensi zat

gizi maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zat–zat gizi dalam darah,

berupa rendahnya tingkat Hb, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi

peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat pada

kekurangan tiamin. Bila keadaan ini berlangsung lama, akan mengakibatkan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 39: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

29

terjadinya perubahan fungsi tubuh yang tanda-tandanya, yaitu kelemahan,

pusing, kelelahan, nafas pendek dan lain-lain (Nyoman, 2001).

Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang

kurus tinggi biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek

(Nyoman, 2001), status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak

dapat menurunkan compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru

akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru akan menurun (Nyoman, 2001).

Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel 2.3

Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia

Kategori IMT IMT

Kurus Kekurangan BB tk Berat

Kekurangan BB tk Ringan

< 17

17,0 – 18,5

Normal > 18,5 – 25,00

Gemuk Kelebihan BB tk Ringan

Kelebihan BB tk Berat

25,00 – 27,0

> 27,0

Sumber: (Nyoman, 2001)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 40: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

30

8. Alat Pelindung Diri (Masker)

Harry dalam Amin (1985) menyatakan pemakaian APD sangat penting

sebagai garis pertahanan untkuk melindungi pemakai sebagai akibat dari

kelalaian atau kondisi yang tidak diperkirakan. Alat pelindung diri adalah

seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau

seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan. Alat ini digunakan

seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi

dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun

dari lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat

melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang

mungkin terjadi (Budiono, 2003).

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengamanan

tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun,

kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya,

sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung diri haruslah enak

dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif

(Suma’mur, 1996).

Pilihan peralatan di bidang ini amat luas, mulai dari masker debu sekali

pakai biasa sampai ke alat pernapasan isi sendiri dan banyak kebingungan kapan

alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika pilihan keliru, dapat membahayakan

pemakai dan dapat menyebabkan apiksia. Pelatihan pemakian juga diperlukan,

tak tergantung pada alat apa yang dipakai, demikian juga harus tersedia fasilitas

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 41: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

31

pemeliharaan dan pembersihan (Gill, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Adi (2007) menunjukan ada hubungan antara penggunaan APD

(masker) dengan kapasitas vital paru.

a. Jenis Alat Pelindung Diri (Masker)

1) Masker

Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-

partikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat

dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.

a) Masker penyaring debu

Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap

pembakaran, dan debu.

b) Masker berhidung

Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai

ukuran 0,5 mikron.

c) Masker bertabung

Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker

barhidung. Masker ini tepat digunakan untuk melindungi

pernafasan dari gas tertentu.

2) Respirator

a) Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu

pernapasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru

menjadi penggeraknya.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 42: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

32

b) Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik

dan dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki

cartridge yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta

uap.Bagian muka bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.

c) Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan

dirancanguntuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium

filter dipasang didalam kanister yang langsung disambung

dengan sambungan lentur.Dengan kanister yang sesuai, alat ini

cocok untuk debu, gas dan uap.Bagian muka mempunyai

tekanan negatif, karena paru menghisap disana.

d) Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka,

dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan

positif dengan jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan

bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa

dipasang disabuk pinggang, dengan pipa lentuk yang

disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka.

e) Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter

yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah

bawah, diatas muka pekerja di dalam topeng yang

menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tameng-tameng

pinggir, yang dapat diukur untuk mencocokkan dengan muka

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 43: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

33

pekerja.Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Sedangkan filter

dan adsorbent tersedia dan jenis untuk pengelas juga tersedia

(Gill, 2005).

9. Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor,

badan dan sebagainya (KBBI, 2001). Menurut Mila (2006), masa kerja adalah

lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan

perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung. Dalam

peneiltian Setiyani (2005), dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja

dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan.

Menurut Fahmi (1990) yang dikutip oleh Solech (2001), menyebutkan bahwa

masa kerja dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:

1. Masa kerja baru (< 5 tahun )

2. Masa kerja lama (≥ 5 tahun )

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah

terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur,

1996). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Ulinta (1998) di bandung,

mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang mengandung banyak

debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 44: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

34

10. Pengelasan

Las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan

mencairkannya melalui pemanasan. Untuk berhasilnya penyambungan

diperlukan bebebrapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni (Sriwidharto,

1987):

a. Bahwa benda padat tersebut dapat cair/lebur oleh panas

b. Bahwa antar benda-benda padat yang disambung tersebut terdapat

kesuaian sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan

sambungan tersebut

c. Bahwa cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan

tujuan penyambungan

1. Klasifikasi proses pengelasan

Dewasa ini teknologi pengelasan telah berkembang begitu pesat, lebih

dari 40 jenis pengelasan telah dikenal orang dan digunakan dalam praktek

penyambungan logam. Karena begitu banyaknya jenis-jenis pengelasan maka

dibuatlah klasifikasi. Menurut cara pelaksanaan sambungannya, proses

pengelasan diklasifikasikan menjadi las cair (las gas), las listrik, dan solder

atau brazing (sriwidharto, 1987)

a. Las Gas

Las gas adalah cara pengelasan dimana panas yang digunakan untuk

pengelasan diperoleh dari nyala api pembakaran bahan bakar gas dengan

oksigen (zat asam). Bahan bakar gas yang biasa digunakan pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 45: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

35

pengelasan gas adalah gas asetilen (gas karbit). Untuk pekerjaan yang

tidak memerlukan suhu terlalu tinggi digunakan jenis gas lain, misalnya

propan, gas alam (methan) dan LPG (liquid petroleum gas). Gas-gas

tersebut mempunyai nilai panas yang rendah dari gas asetilen. Bahan

bakar gas yang paling banyak digunakan dalam proses pengelasan adalah

gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las

oksiasetilen.

b. Las Listrik

Las listrik atau las busur adalh cara pengelasan dengan menggunakan

tenaga listrik sebagai sumber panasnya . beberapa macam proses las yang

termasuk pada kelompok las listrik adalah las listrik terak, las listrik gas,

las resisitansi listrik, las resistansi titik.

c. Solder atau Brazing

Penyolderan adalah cara penyambungan logam dibawah pengaruh

penyaluran panas dengan bantuan logam menyambung (solder) yang

mempunyai titik lebur rendah dari pada logam yang akan disambungkan.

Pada proses solder atau brazing, hanya bahan penyambungannya saja

yang dicairkan , sedangkan bahan dasrnya dipanaskan sampai suhu cair

bhan penyambung tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 46: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

36

d. Spot Welding

Las titik atau spot welding biasanya banyak digunakan dalam

pembuatan mobil. Kurang lebih 4000 las titik terdapat dalam pengelasan

satu kendaraan utuh. Spot welding merupakan salah satu jenis dari las

tahanan listrik. Las tahanan listrik adalah suatu cara pengelasan dimana

permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada sat

yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi

panas dan mencair karena adanya resistansi listrik

2. Potensi Bahaya Pengelasan

Potensi bahaya pengelasan yang dapat ditimbulkan dari proses

pengelasan antara lain meliputi (National Safety Council, 2002) :

a. Bahaya cahaya dan sinar berbahaya

Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat

membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan.

Cahaya tersebut meliputi cahaya yang dapat dilihat atau cahaya tampak,

sinar ultraviolet dan sinar infra merah. Karena hal ini maka pencegahan

terhadap bahaya dari cahaya harus dipersyaratkan.

1) Sinar ultra violet

Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah

terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap

reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 47: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

37

terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka

pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing didalamnya.

Dalam waktu antar 6 sampai 12 jam kemudian mata menjadi sakit

selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa sakit ini akan hilang

setelah 48 jam.

2) Cahaya tampak

Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan

oleh lensa dan kornea ke retina. Bila cahaya ini terlalu kuat maka

mata akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan

menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga sementara.

3) Sinar infra merah

Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh mata,

karena itu sinar ini lebih berbahaya sebab tidak diketahui, tidak

terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata

sama dengan pengaruh panas, yaiutu menyebabkan pembengkakan

mata pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang

terlalu dini dan terjadinya kerabunan. Jelas disini bahwa akibat dari

pada sinar inframerah jauh lebih berbahaya dari pada kedua cahaya

yang lainnya.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 48: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

38

b. Bahaya Arus Listrik

Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya

arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya

dengan besar arus adalah sebagai berikut :

1) Arus 1mA hanya menimbulakn kejutan yang kecil saja dan tidak

membahayakan.

2) Arus 5 mA akan memberikan simulasi yang cukup tinggi pada

otot dan menimbulkan rasa sakit.

3) Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit hebat.

4) Arus 20 mA akan menyebakan terjadi pengerutan otot sehingga

orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan

orang lain.

5) Arus 50 mA sudah sangat berbahaya.

6) Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian.

c. Bahaya gas dalam asap las

Gas-gas berbahya yang terjadii pada waktu pengelasan adalh gas

karbon monoksida (CO), Karbon dioksida (CO2), Ozon (O3) dan gas

nitrogen dioksida (NO2). Disamping itu mungkin ada gas-gas beracun

yang terbentuk karena penguraian dari bahan-bahan pembersih dan

pelindung terhadap karat.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 49: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

39

1) Gas Karbon monoksida

Gas CO mempunyai afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin

yang dengan sendirinya akan menurunkan daya penyerapannya

terhadap oksigen. Harga TLV untuk gas ini adalah 50 ppm.

2) Gas karbon dioksida (CO2)

Sebenarnya gas CO2 sendir tidak berbahaya terhadap tubuh,

tetapi bila konsentrasinya terlalu tinggi konsentrasi oksigen di udara

akan menurun dan dapat membahayakan, terutama dalam ruang

tertutup. Harga TLV untuk gas ini adalah 5.000 ppm.

3) Gas ozon (O3)

Bila seseorang bernapad dengan udara yang mengandung 0,5

ppm O3 selama 3 jam maka akan merasakan sesak napas. Bila

konsentrasinya mencapai 1 atau 2 ppm dalam waktu 2 jam akan

merasa pusing, sakit dada dan kekeringan pada pipa pernapasan.

Harga TLV untuk gas ini adalah 0,1 ppm.

4) Gas Nitrogen monoksida ( NO)

Gas NO yang masuk kedalam pernapasn tidak merangsang,

tetapi akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb). NO akan mengikat

oksigen yang dibawa oleh hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan

kekurangan oksigen system syaraf. Harga TLV untuk NO adalah 25

ppm.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 50: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

40

5) Gas Nitrogen dioksida ( NO2)

Gas NO2 dapat memberikan rangsangan yang kuat terhadap

mata dan lapisan pernapasan yang dapat menyakitkan mata dan

menyebabkan batuk-batuk dan sakit dada. Disamping itu NO2 dapat

menimbulkan luka-luka pada pipa pernapasan dan paru-paru. Harga

TLV untuk gas ini adalah 5 ppm.

d. Bahaya Percikan dan Terak Las

Selama dalam proses pengelasan menghasilkan percikan dan terak

las. Percikan dan terka las apabila mengenai kulit dapat menyebakan luka

bakar. Karena itu juru las harus dilindungi terhindar hal ini terutama

apabila harus melakukan pengelasan tegak dan atas kepala.

e. Bahaya Ledakan

Dalam mengelas tangki, sebelum dilakukan pengelasan, tangki

harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar dan cat yang dapat

terbakar. Apabila dalam hal ini pemberiannya kurang sempurnaakan

terjadi ledakan yag sangat membahayakan. Untuk mencegah hal ini

sebelum pengelasan harus dilakukan pemeriksaaan terlebih dahulu untuk

memastikan bahwa tidak terjadi ledakan . karena itu pemeriksaan tidak

boleh hanya berdasarkan perkiraan saja tetapi harus dengan deteksi untuk

gas yang mudah terbakar.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 51: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

41

f. Bahaya Kebakaran

Untuk mencegah terjadinya kebakaran, bhan-bahan yang mudah

terbakar seperti bensin, solar, minyak, cat, kayu, kertas dan bahan lainnya

harus ditempatkan ditempat khususyang tidak akan terkena percikan las.

Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas

yang disebabkan oleh hubungan yang kurang baik , kabel yang tidak

sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.

g. Bahaya Sinar X dan Sinar Y

Sinar X dan sinar Y tidak mempunyai hubungan langsung dengan

proses mengelas, tetapi kebanyakan dari pemeriksaan hasil lasan

menggunakan kedua sinar tersebtu. Karena itu bahya akibat dari sinar ini

harus dihindari. Kedua sinar ini bila terserap oleh tubuh dapat merusakan

darah dan dapat menimbulkan penyakit yang membahayakan. Karena itu

dalam pelaksnaan pemeriksaan yang menggunakan sinar x dan sinar y,

tempat pengujiannya harus betul-betul terlindung. Sehingga tidak ada

sinar yang terpencar keluar.

h. Bahaya Jatuh

Didalam pekerjaan pengelasan dimana ada pengelasan ditempat

yang tinggi akan selalu ada bahya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini

dapat menimbulkan luka berat atau kematian, karena itu usaha

pencegahannya harus betul-betul diperhatikan.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 52: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

42

F. Kerangka Teori

Teori yang mendukung dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Sumber : Depkes RI, 2003; Guyton,1997; Corwin, 2001; Dewa, 2001; Suyono, 2002;

Budiono, 2002; Suma’mur, 1996; Gill, 2005; Syaifudin, 1997; Fardiaz, 1992;

Sriwidharto, 1987; Tambayong, 2001.

Gambar 2.1.

Kerangka Teori

Kapasitas Vital

ParuPekerja

Las

Umur

Status Gizi (IMT)

Masa Kerja

Penggunaan

Masker

Kebiasaan Merokok

Kebiasaan Olah raga

Jenis Kelamin

Paparan Debu

Riwayat Pekerjaan

Riwayat Penyakit

Jenis Las

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 53: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

43

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah (Umur, masa kerja,

penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),

riwayat penyakit). Sedangkan variabel terikatnya adalah kapasitas vital paru Pekerja Las

di Pisangan Tahun 2010. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah Jenis kelamin

(karena variasinya homogen), Riwayat pekerjaan (karena sudah terwakili oleh variabel

masa kerja meski tidak secara spesifik) dan paparan debu terkait dengan jenis las

(Penggunaan las yang tidak pasti, karena setiap pekerja terkadang menggunakan las

karbit atau las listrik padahal kedua jenis las tersebut memiliki paparan yang berbeda)

seperti terlihat pada bagan di bawah.

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1

Kerangka Konsep

Kapasitas Vital

Paru Pekerja

Las

Umur

Status Gizi (IMT)

Masa Kerja

Penggunaan Masker

Kebiasaan Merokok

Kebiasaan Olah raga

Riwayar Penyakit

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 54: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

44

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur Kriteria Skala

1.

Kapasitas

vital paru

Volume cadangan inspirasi +

volume alun napas + volume

cadangan ekspirasi. Atau jumlah

udara maksimum yang dapat

dikeluarkan seorang dari paru,

setelah terlebih dahulu mengisi

paru secara maksimum dan

dikeluarkan sebanyak-

banyaknya. (Guyton, 1997)

Spirometer Membaca hasil pada

Spirogram

0. Restriksi

1. Tidak Restrkisi

Ordinal

2. Penggunan

APD (Masker)

APD yang dipakai

sebagai penutup hidung

guna melindungi paparan

debu saat bekerja.

(Suma’mur, 1996)

Pengamatan

langsung

Observasi 0. Tidak pakai

1. Pakai

Ordinal

3. Umur Lama Waktu hidup pekerja

(dalam tahun)dari sejak lahir

sampai penelitian berlangsung

(Pusparini, 2003)

Kuesioner

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

Ratio

4. Kebiasaan

Olahraga

Kegiatan yang dilakukan

berulang-ulang dalam

berolahraga oleh Pekerja las

minimal 3 hari dalam seminggu

untuk berolahraga.

(Adi, 2007)

Kuesioner

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. Tidak Rutin

1. Rutin

Ordinal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 55: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

45

5. Kebiasaan

Merokok

Kegiatan yang dilakukan

berulang-ulang dalam

menghisap rokok mulai dari

satu batang ataupun lebih dalam

satu hari.

(Bustan, 2000)

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. Berat (> 20

batang/hari)

1. Sedang (10-20)

batang/hari)

2. Ringan (< 10 batang

/hari)

3. Tidak merokok (0

batang/hari)

Ordinal

6. Status Gizi

(IMT)

Suatu kondisi yang

menggambarkan keadaan gizi

pada orang dewasa dengan

memperhitungkan indeks masa

tubuh (IMT)

(Nyoman, 2001)

Kuisioner

Timbangan

injak

Microtoise

Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

Melihat jarum ukur

pada timbangan

Melihat jarum ukur

pada microtoise

0. Gemuk

1. Normal

2. Kurus

Ordinal

7. Riwayat

Penyakit

Keadaan dimana

karyawan pernah / tidak

mengalami penyakit

saluran pernapasan akut,

kronis

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

0. Pernah

1. Tidak pernah

Ordinal

8. Masa kerja

Lama pekerja las bekerja

(tahun) sejak mulai

bekerja sampai penelitian

ini berlangsung.

(Mila, 2006)

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner kepada

pekerja

Ratio

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 56: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

46

C. Hipotesis

1. Ada hubungan antara penggunaan masker dengan KVP Pekerja las

2. Ada hubungan antara umur dengan KVP Pekerja las

3. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan KVP Pekerja las

4. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan KVP Pekerja las

5. Ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP Pekerja las

6. Ada hubungan antara riwayat penyakit dengan KVP Pekerja las

7. Ada hubungan antara masa kerja dengan KVP Pekerja las

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 57: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

47

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional

(potong lintang) karena pada penelitian ini variabel independen dan dependen akan

diamati pada waktu (periode) yang sama.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – November 2010 pada bengkel las yang

ada di Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini adalah pekerja bengkel las yang ada di sekitar

kelurahan Pisangan , Ciputat, Tangerang Selatan yang berjumlah 50 orang.

Sedangkan sampel yang diambil adalah pekerja las yang mewakili populasi.

Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus sebagai

berikut:.

n =

{z1-α 2P̅ (1- P̅ ) + z1-ß α P1 (1- P1)+ P2(1- P2)

}2

(P1- P2)2

Keterangan :

n : Besar sampel

P : Rata-rata proporsi pada populasi (Afriani, 2002)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 58: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

48

P1 : Proporsi Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang

merokok

P2 : Proporsi yang Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang

tidak merokok

z1-α : Derajat kemaknaan α pada uji 1sisi α = 5%

Z

1-β : Kekuatan uji 80 %

n =

{1,96 2x0,26 (1- 0,26)+ 0,73 0,73(1- 0,73)+ 0,26(1- 0,26)}2

(0,26- 0,73)2

= 17 x 2 = 34 (orang)

Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban dari responden maka

peneliti menambahkan jumlah sampel tersebut sesuai dengan kebutuhan, sehingga

jumlah sampel keseluruhan sebesar 37 orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer

Autospiro Minato AS 505, timbangan injak, microtoise dan kuesioner.

1. Spirometer digunakan untuk mengukur kapasitas vital paru Pekerja las.

2. Timbangan injak digunakan untuk mengukur berat badan Pekerja las.

3. Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan Pekerja las.

4. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data pribadi Pekerja las berupa

nama, umur, dan jenis kelamin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 59: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

49

1. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer, yang diambil oleh peneliti

sendiri dan dibantu oleh beberapa rekan.

Data primer diperoleh langsung dari responden, melalui

a. Pengukuran kapasitas vital paru

Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pekerja las menggunakan

alat spirometer Autospiro Minato AS 505 secara langsung terhadap responden.

Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :

a. Tekan tombol power ON pada spirometer

b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran

c. Pilih tombol FVC pada spirometer

d. Lakukan inspirasi maksimal

e. Kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam spirometer

f. Hasil pengukuran dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak

(Minato Medical Science., Ltd).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 60: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

50

b. Perhitungan IMT

Status gizi ini bisa dihitung salah satunya adalah dengan

menghitung IMT dengan rumus:

Kategori berat badan menurut IMT :

1. Kekurangan berat badan tingkat berat : <17,0

2. Kekurangan berat badan tingkat ringan : 17,0-18,5

3. Normal : >18,5-25,0

4. Kelebihan berat badan tingkat ringan : >25,0-27,0

5. Kelebihan berat badan tingkat berat : >27,0

Langkah pengukurannya sebagai berikut :

a. Mengukur berat badan dengan menggunakan kuesioner,

sedangkan timbangan berat badan digunakan apabila

responden tidak mengetahui berat badannya.

b. Mengukur tinggi badan dengan menggunakan kuesioner,

sedangkan microtoise digunakan apabila responden tidak

mengetahui tinggi badannya.

Berat badan (kg)

IMT =

Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 61: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

51

c. Data Berat Badan

Data mengenai berat badan diperolehnya dengan cara melakukan

penimbangan berat badan langsung menggunakan timbangan badan pada

saat sebelum beraktifitas. Langkah-langkah pengukuran tersebut adalah:

1. Pastikan jarum pada displai ada pada posisi nol

2. Lepaskan sepatu atau alas kaki lainnya

3. Berdiri di atas timbangan

4. Baca hasil pada display yang ditunjukkan oleh jarum metal

d. Data Tinggi Badan

Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan

langsung menggunakan meteran/alat pengukur tubuh. Kemudian

Catat hasil pengukuran yang ada.

e. Kuesioner Penelitian

Bagi para pekerja sebagai sampel, disusun daftar pertanyaan

untuk memperoleh data pendukung oleh peneliti.

2. Pengolahan Data

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder

akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Mengkode data (data coding)

Proses pengklasifikasian data dan pemberian kode jawaban responden,

dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 62: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

52

selanjutnya. Dimana coding dilakukan pada kuesioner, jika restriksi KVP

pengkodean = 0, jika tidak restriksi KVP = 1. Semua variabel independen

pun dikodekan. Yaitu :

1) Penggunaan APD (Masker) ; Tidak pakai Masker = 0, Memakai

Masker = 1

2) Kebiasaan Olahraga ; Tidak rutin = 0, Rutin = 1

3) Kebiasaan Merokok ; Merokok = 0, Tidak Merokok = 1

4) Status Gizi ; Gemuk = 0, Tidak Gemuk =1

b. Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti

kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap

jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.

c. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dari hasil kuesioner yang sudah di berikan kode pada

masing-masing variabel, kemudian dilakukan analisis data dengan

memasukan data-data tersebut dengan software statistik untuk dilakukan

analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum), dan bivariat

(mengetahui variabel yang berhubungan).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 63: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

53

d. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data

tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah

siap diolah dan dianalisis.

3. Teknik Analisis Data

a. Analisa Univariat

Yaitu analisa yang digunakan terhadap tiap variable dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel

bebas dan variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala

data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square atau kai

kuadrat. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai obsserved-

nya bernilai 0, dan sel yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal

20% dari jumlah sel, dan menggunakan tabel 2x2 (Dahlan, 2001).

Uji Chi Square untuk menghubungkan variabel kategorik dan

kategorik. Variabel yang termasuk pada uji Chi Square yaitu faktor,

penggunaan APD (Masker), riwayat penyakit, kebiasaan olahraga,

kebiasaan merokok, dan status gizi (IMT) yang akan dihubungkan

dengan variabel KVP. Dan untuk variabel umur dan masa kerja dilakukan

uji normalitas terlebih dahulu karena data yang didapatkan berupa data

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 64: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

54

numerik. Bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi normal, maka

akan dilanjutkan dengan uji t-independent untuk menghubungkan antara

variabel numerik dan kategorik, namun jika data tidak berdistribusi

normal akan dilanjutkan dengan uji mann withney.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 65: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

55

BAB V

HASIL

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan

Hasil penelitian mengenai gambaran Kapasitas Vital Paru (KVP) pada

pekerja bengkel las di Pisangan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan,

Ciputat Tahun 2010

Data di atas memperlihatkan gambaran KVP pekerja las yang bervariasi,

sebanyak 14 pekerja (37,8 %) yang mengalami restriksi, dan 23 pekerja (62,2%)

tidak mengalami restriksi atau memiliki KVP normal.

2. Gambaran Karakteristik Pekerja Las di Pisangan

Karakteristik pekerja dalam penelitian ini meliputi penggunaan APD, status gizi

(IMT), dan riwayat penyakit. Distribusi pekerja las di Pisangan menurut

karakteristik dapat terlihat pada tabel 5.2

NO KVP N Persentase (%)

1 Restriksi 14 37,8%

2 Tidak Restriksi 23 62,2%

Jumlah 37 100

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 66: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

56

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Pekerja Las di Pisangan

Berdasarkan Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2010

a. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pekerja Las di

Pisangan

Data penggunaan APD didapatkan dengan cara menyebarkan kuesioner

kepada pekerja bengkel las yang ada di Pisangan. Hasil penelitian ini

menggambarkan penggunaan APD. Berdasarkan tabel 5.2 diletahui bahwa

gambaran penggunaan APD pekerja las di Pisangan, diketahui bahwa 13 pekerja

(35,1%) tidak menggunakan APD saat bekerja dan 24 pekerja (64,9%)

menggunakan APD saat bekerja.

Variabel N %

1. Penggunaan APD

Tidak Pakai 13 35,1%

Pakai 24 64,9%

2. Status Gizi (IMT)

Kurus 2 5,4%

Normal 31 83,8%

Gemuk 4 10,8%

3. Riwayat Penyakit

Punya 0 0%

Tidak Punya 37 100%

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 67: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

57

b. Gambaran Status Gizi (IMT) Pekerja Las di Pisangan

Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung indeks masa tubuh.

Kemudian hasilnya dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu kurus, normal dan

gemuk. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan status gizi.

Dari data pada tabel 5.2 memperlihatkan bahwasanya pekerja status gizi dengan

kategori kurus sebanyak 2 orang (5,4%), dan pekerja yang berkategori normal

sebanyak 31 orang (83,8%) sedangkan pekerja yang memiliki status gizi dengan

kategori gemuk sebanyak 4 orang (10,8%).

c. Gambaran Riwayat Penyakit Pekerja Las di Pisangan

Data riwayat penyakit diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada

sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan riwayat

penyakit. Dari data yang terdapat pada tabel 5.2 diketahui bahwa 37 pekerja las

(100%) tidak ada yang memiliki riwayat penyakit.

3. Gambaran Umur Pekerja Las di Pisangan

Data umur diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel.

Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan umur individu

masing-masing. Pada penelitian ini umur dikategorikan berdasarkan teori. Untuk

mudahnya dapat dilihat pada tabel 5.3.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 68: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

58

Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umut pekerja las adalah

30 tahun, umur pekerja termuda adalah 20 tahun, sedangkan usia pekerja tertua

adalah 47 tahun dan jumlah usia yang paling banyak pada pekerja las adalah 31

tahun.

4. Gambaran Masa Kerja Pekerja Las di Pisangan

Data masa kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel.

Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan masa kerja. Untuk

mudahnya dapat dilihat pada tabel 5.4

Tabel 5.4

Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa masa kerja terendah ada pada pekerja

adalah selama 1 tahun, sedangkan untuk masa kerja terlama adalah 16 tahun dan

masa kerja yang paling banyak telah dijalani oleh pekerja las adalah sebanyak 6

Mean Median SD Min-Max

Umur 30,76 30,00 5,57 20-47

Mean Median SD Min-Max

Masa

Kerja

6,03 5,00 3,304 1-16

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 69: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

59

tahun. Sedangkan rata-rata masa kerja yang telah dijalani para pekerja adalah

selama 6 tahun.

5. Gambaran Gaya Hidup Pekerja las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010

Gaya hidup pekerja dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, dan

kebiasaan olahraga. Distribusi pekerja las di Pisangan menurut gaya hidup dapat

terliht pada tabel 5.5.

Tabel 5.5

Distribusi Frekuensi Pekerja Las di Pisangan

Berdasarkan Gaya Hidup , Ciputat Tahun 2010

a. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja Las di Pisangan

Data kebiasaan merokok diperoleh dengan cara menyebarkan

kuesioner pada sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja

berdasarkan kebiasaan merokok. Dari data di atas memperlihatkan

bahwasanya pekerja yang kebiasaan merokoknya kategori sedang sebanyak

Variabel N %

1. Kebiasaan Merokok

Sedang 8 21,6 %

Ringan 18 48,6%

Tidak Merokok 11 29,7%

2. Kebiasaan Olahraga

Tidak Rutin 32 86,5%

Rutin 5 13,5%

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 70: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

60

8 orang (21,6%) sedangkan pekerja yang merokok dengan kategori ringan

sebanyak 18 orang (48,6%) dan pekerja yang tidak merokok sebanyak 11

orang (29,7%).

b. Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja Las di Pisangan

Data kebiasaan olahraga diperoleh dengan cara menyebarkan

kuesioner pada sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja

berdasarkan kebiasaan olahraga. Data diatas menggambarkan kebiasaan

olahraga pekerja las di Pisangan, diketahui bahwa 32 pekerja (86,5%) tidak

rutin melakukan aktifitas olahraga dan 5 pekerja (13,5%) rutin melakukan

aktifitas olahraga.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 71: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

61

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dengan Kapasitas Vital Paru

(KVP) Pekerja Las Di Pisangan, Ciputat 2010

Tabel 5.6

Tabulasi Silang Antara Karakteristik Pekerja Dengan Kapasitas Vital

Paru Pekerja Las Di Pisangan, Ciputat 2010

Variabel

KVP Total P

value OR (95% CI)

Restriksi

Tidak

Restriksi

N % N % N %

Penggunaan APD

0,011 0,071 (0,008 -

0,632) Tidak pakai 1 7,7 12 92,3 13 100

Pakai 13 54,2 11 45,8 24 100

Status Gizi (IMT)

0,340 - Kurus 0 0 2 100 2 100

Normal 12 38,7 19 61,3 31 100

Gemuk 2 50 2 50 4 100

Riwayat Penyakit *tidak dilakukan analisis

lebih lanjut karena homogen Pernah 0 0 0 0 0 0

Tidak Pernah 14 37,8 23 62,2 37 100

a. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan Tahun 2010

Hasil penelitian yang ada pada tabel 5.6 menunujukan bahwa dari 13

orang pekerja yang tidak memakai APD hanya 1 orang (7,7%) pekerja yang

mengalami restriksi KVP. Sedangkan dari 24 orang pekerja yang

menggunakan APD saat bekerja ada 13 orang (4,2%) pekerja mengalami

restriksi KVP. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,001,

artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara penggunaan APD terhadap KVP. Analisis keeratan

hubungan dua variabel didapatkan OR = 0,071 (95% CI ; 0,008 - 0,632).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 72: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

62

Artinya pekerja yang tidak menggunakan APD memiliki peluang 0,071 kali

mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan yang menggunakan APD.

b. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 4 pekerja yang memiliki

IMT gemuk ada 2 orang (50%) pekerja yang mengalami restriksi KVP.

Sedangkan dari 31 orang pekerja yang memiliki IMT normal ada 12 orang

(38,7%) yang mengalami restriksi KVP. Sedangkan dari 2 orang pekerja

(100%) yang kurus tidak ada yang mengalami restriksi KVP. Dari hasil

tersebut secara presentase pekerja yang normal lebih banyak yang

mengalami restriksi jika dibandingkan dengan pekerja yang kurus dan

gemuk. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,340. Artinya

pada α 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi (IMT)

terhadap KVP.

c. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa seluruh pekerja tidak pernah

memiliki riwayat penyakit. Dari 37 pekerja, 1 orang (2,7%) pekerja

mengalami restriksi sedang, dan 13 orang (35,1%) pekerja mengalami

restriksi ringan.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 73: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

63

2. Hubungan Antara Umur dengan KVP Pekerja Las di Pisangan Tahun

2010

Tabel 5.7

Analisis Hubungan Antara Umur dengan KVP Pekerja Las di Pisangan

Tahun 2010

KVP N Mean (tahun) SD P value

Restriksi 14 34,50 5,502

0,001 Tidak Restriksi 23 28,48 4,305

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pekerja yang mengalami restriksi sebesar

14 orang (37,8%) dengan rata-rata usia 34,50 tahun dengan SD sebesar 5,502

sedangkan pekerja yang tidak restriksi ada sebesar 23 orang (62,1%) dengan rata-

rata usia sebesar 28,48 tahun dengan SD sebesar 4,305. Dari hasil uji statistik

didapatkan P value sebesar 0,001. Artinya pada α 5 % terdapat hubungan yang

signifikan antara variabel umur dengan kapasitas vital paru (KVP).

3. Hubungan Antara Masa kerja dengan KVP Pekerja Las di Pisangan

Tahun 2010

Tabel 5.8

Analisis Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan Tahun 2010

Masa Kerja N Mean (tahun) SD P value

Restriksi 14 9,14 2,742

0,000 Tidak Restriksi 23 4,13 1,866

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 74: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

64

Berdasarkan tabel 5.8 pekerja yang mengalami restriksi ada sebanyak 14

orang (37,8%) pekerja dengan rata-rata masa kerja selama 9,14 tahun dengan

SD 2,742, sedangkan pekerja yang tidak restriksi ada 23 orang (62,1%) dengan

rata-rata masa kerja selama 4,13 tahun dengan SD 1,866. Dari hasil uji statistik

didapatkan P value sebesar 0,000. Artinya pada α 5 % ada hubungan yang

bermakna antara masa kerja dengan KVP.

4. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kapasitas Vital paru (KVP)

Pekerja las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010

Tabel 5.9

Tabulasi Silang Antara Gaya Hidup dengan KVP Pekerja las di Pisangan,

Ciputat Tahun 2010

Variabel

KVP Total P

value OR (95% CI)

Restriksi

Tidak

Restriksi

N % N % N %

Kebiasaan Merokok

0,001 -

Berat 0 0 0 0 0 0

Sedang 7 87,5 1 12,5 8 100

Ringan 7 38,9 11 61,1 18 100

Tidak Merokok 0 0 11 100 11 100

Kebiasaan Olahraga

0,630 2,737 (0,274-

27,354) Tidak Rutin 13 40,6 19 59.4 32 100

Rutin 1 20 4 80 5 100

a. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan Tahun 2010

Berdasarkan tabel 5.9 pekerja dengan kebiasaan merokok tingkat sedang

yang mengalami restriksi sedang sebesar 12,5%. Pekerja dengan kebiasaan

merokok tingkat sedang yang mengalami restriksi ringan sebesar 75%, dan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 75: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

65

pekerja dengan kebiasaan merokok tingkat ringan yang mengalami restriksi

ringan sebesar 38,9%. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0.001.

Artinya pada α 5 % ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok

dengan KVP.

b. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP Pekerja Las di

Pisangan Tahun 2010

Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru (KVP)

dapat dilihat pada tabel 5.9 Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 32

pekerja yang tidak rutin olahraga terdapat 13 orang (40,6%) pekerja yang

mengalami restriksi. Sedangkan dari 5 orang pekerja yang rutin olahraga, hanya

ada 1 orang yang mengalami restriksi. Dari hasil tersebut secara presentase

pekerja yang tidak rutin olahraga lebih banyak yang mengalami restriksi jika

dibandingkan dengan pekerja yang rutin olahraga.

Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,630, artinya pada α =

5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara

restriksi KVP antar pekerja yang tidak rutin olahraga dengan yang rutin

olahraga. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR = 2,737 (95%

CI: 0,274 -27.354) artinya pekerja yang tidak rutin olahraga mempunyai peluang

2,737 kali untuk mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan pekerja yang

rutin olahraga.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 76: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

66

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan menggunakan desain

penelitian cross sectional terkadang ditemukan bias berupa tidak dapat menentukan

hubungan sebab akibat.

2. Saat pengukuran variabel penggunaan APD (masker), peneliti hanya melakukan

wawancara dan observasi tanpa adanya mengecek kesesuaian jenis APD (masker)

yang digunakan dengan jenis bahaya yang ditimbulkan.

3. Sebenarnya variabel paparan debu harus diteliti menggunakan Personal Dust

Sampler, untuk mengetahui paparan debu yang benar-benar diterima pekerja las yang

mungkin dipengaruhi lingkungan kerja.

4. Pada penelitian ini, untuk mengukur riwayat penyakit hanya berdasarkan ingatan

para pekerja tentang diagnosis dokter, tanpa ada pemeriksan kesehatan dan hasil

yang didapatkan adalah homogen.

5. Saat melakukan penimbangan badan dengan timbangan injak tidak dilakukan

kalibrasi timbangan setelah digunakan oleh sampel, sehingga pada penimbangan

selanjutnya dimungkinkan terjadi pergeseran angka tidak kembali pada angka nol,

dan mengakibatkan berat badan yang dihasilkan mempengaruhi kevalidan variabel

status gizi yang didapatkan.

6. Saat menanyakan kebiasaan olahraga, peneliti berasumsi bahwa presepsi pekerja

dalam menjawab bisa menyebabkan bias pada jawaban yang didapatkan dan pilihan

jawaban seharusnya di tambahkan dengan kategori yang tidak olahraga.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 77: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

67

B. Kapasitas Vital Paru

Paru adalah satu - satunya organ tubuh yang berhubungan dengan lingkungan di

luar tubuh, yaitu melalui sistem pernapasan. Fungsi utama paru untuk respirasi, yaitu

pengambilan O2 dari luar masuk ke dalam saluran napas dan diteruskan ke dalam darah.

Oksigen digunakan untuk proses metabolisme CO2 yang terbentuk pada proses tersebut

dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar. Proses respirasi dibagi atas tiga tahap utama,

yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. (Guyton, 1997).

Kapasitas vital paru (KVP) adalah salah satu cara untuk mengukur kemapuan

paru menampung udara sesesorang dengan cara meniupkan napas secara paksa ke dalam

spirometri sehingga dapat diketahui apakah orang tersebut memiliki gangguan fungsi

paru atau tidak. Kapasitas vital paru yang baik adalah yang memiliki (KVP) minimal

80% menurut American Thoracis Society. (Ikhsan, 2002)

Dari hasil penelitian mengenai gambaran KVP diketahui bahwa pekerja yang

mengalami restriksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang tidak restriksi, meskipun

lebih sedikit jumlah pekerja yang mengalami restriksi, dampak yang bisa terjadi terhadap

kesehatan pekerja tersebut perlu diatasi secara cepat dan tepat. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mila (2006) dan Trisnawati (2007) bahwa pekerja yang

memiliki KVP normal lebih banyak jika dibandingkan dengan KVP yang mengalami

restriksi. Mila (2006) mengungkapkan bahwa 59,3% pekerja mebel memiliki KVP

normal. Selain itu Trisnawati (2007) dalam penelitiannya pada tukang ojek di kabupaten

Semarang menunjukan bahwa 63,75% tukang ojek memiliki KVP yang normal.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 78: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

68

Hasil penelitian untuk varibel penggunaan APD sebagian besar pekerja yang

menggunakan APD mengalami restriksi, untuk variabel status gizi didapatkan hasil

sebagian besar pekerja yang memiliki status gizi (IMT) tidak gemuk mengalami restriksi,

sedangkan untuk variabel riwayat penyakit seluruh sampel tidak pernah memiliki riwayat

penyakit, untuk variabel umur sebagian kecil pekerja mengalami restriksi, untuk variabel

masa kerja sebagian kecil pekerja mengalami restriksi, untuk variabel kebiasaan merokok

pekerja yang merokok dengan kategori sedang lebih banyak mengalami restriksi,dan

untuk variabel kebiasaan olahraga sebagian besar pekerja yang tidak rutin olahraga

mengalami restriksi.

C. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru

1. Hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan Kapasitas Vital Paru

(KVP)

Harry dalam Amin (1985) menyatakan pemakaian APD sangat penting

sebagai garis pertahanan untkuk melindungi pemakai sebagai akibat dari kelalaian

atau kondisi yang tidak diperkirakan. Sedangkan menurut Budiono (2003) Alat

pelindung diri ini tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat

mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.

Bila kita lihat pada tabel 5.6 secara presentase antara pekerja yang tidak

menggunakan APD dengan pekerja yang menggunakan APD, lebih banyak pekerja

yang menggunakan APD, namun kejadian restriksi KVP lebih banyak dialami oleh

kelompok pekerja yang menggunakan APD. Peneliti menduga bahwa hal tersebut

terjadi karena ada pengaruh dari faktor lain seperti umur dan kebiasaan merokok,

karena semakin tua umur seseorang akan mempengaruhi KVP orang tersebut seperti

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 79: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

69

yang dinyatakan oleh Suyono (2001) bahwa dengan terjadinya proses penuaan atau

bertambahnya umur, semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan

terjadi penurunan fungsi paru.

Kebiasaan merokok para pekerja las dapat mempengaruhi KVP, meskipun

pekerja menggunakan APD tapi karena memiliki kebiasaan merokok akan

mempercepat penurunan faal paru (Depkes RI, 2003). Hal ini sejalan dengan

pernyataan Suyono (2001) bahwa merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru

dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Hal ini didukung pula oleh

analisis lebih lanjut terhadap pekerja yang mengalami restriksi KVP dan

menggunakan APD ternyata semuaya adalah perokok, berarti kebiasaan merokok

memberi kontribusi terhadap penurunan KVP. Bisa juga adanya faktor dari pekerja

sendiri dalam menggunakan APD mungkin cara pemakaian APD yang kurang benar

atau pekerja merasa kurang nyaman dengan APD yang digunakan, menurut

Suma’mur (1996) alat pelindung diri haruslah enak dipakai, tidak mengganggu kerja

dan memberikan perlindungan yang efektif. Selain itu, bisa juga karena perawatan

terhadap APD itu kurang baik sehingga tidak dapat berfungsi baik sebagaimana

mestinya.

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.6 menunjukan adanya hubungan yang

bermakna antara variabel penggunaan APD dengan KVP. Analisis keeratan hubungan

dua variabel diketahui bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD mempunyai

peluang 0,071 kali untuk mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan pekerja

yang menggunakan APD (masker). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 80: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

70

dilakukan pada 27 pekerja mebel di Jepara tahun 2006, menyatakan bahwa ada

hubungan yang bermakna antara penggunaan APD dengan KVP. Selain itu, penelitian

yang dilakukan Adi (2007) pada 41 pekerja pada pabrik pembuatan genteng di

Kebumen, juga menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan

masker dengan KVP.

Untuk meminimalisir terjadinya restriksi KVP dapat dilakukan pelatihan

penggunaan APD, dan penentuan jenis masker yang tepat sesuai dengan

kebutuhannya.

2. Hubungan antara umur dengan Kapasitas Vital Paru(KVP)

Umur merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan KVP

yang berasal dari individu yang bersangkutan. Berdasarkan tabel 5.7 rata-rata umur

pekerja yang mengalami restriksi adalah 34 tahun sebanyak 14 orang pekerja. Dari

hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara umur pekerja

dengan KVP. Hal ini didukung oleh hasil analisis lebih lanjut antara pekerja yang

berumur tua dan kebiasaan merokok terhadap KVP didapatkan bahwa semua pekerja

yang berumur tua dan tidak merokok tetap mengalami restriksi, hal ini mungkin

karena memang faktor usia memiliki kontribusi terhadap KVP.

Hal tersebut sesuai dengan pernyatan Pollock (1971) bahwa fungsi

pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat pada masa anak-anak dan mencapai

maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian akan menurun lagi sesuai dengan

pertambahan umur. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Suyono (2001) yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 81: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

71

menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan

terjadi penurunan fungsi paru.

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mila (2006),

bahwa semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital paru

seseorang. Namun sebagian besar pekerja yang berumur muda dan merokok juga

mengalami restriksi KVP, hal ini sesuai dengan pernyataan Suyono (2001) bahwa

asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih

merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat

kerja. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar

dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Untuk

meminimalisir resiko restriksi sebaiknya para pekerja baik yang berumur muda

ataupun tua tetap menggunakan APD dengan disiplin.

3. Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan Kapasitas Vital paru (KVP)

Pada penelitian ini kebiasaan olahraga dicurigai sebagai salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi KVP pekerja las. Berdasarkan tabel 5.9 secara presentase

jumlah pekerja yang tidak rutin olahraga lebih banyak jika dibandingkan dengan

pekerja yang rutin olahraga. Peneliti berasumsi bahwa lebih banyaknya pekerja las

yang tidak rutin olahraga mungkin disebakan oleh kesibukan yang dijalani atau

mungkin juga disebabkan rasa malas yang timbul karena sudah merasa lelah dengan

pekerjaan yang dilakukan. Padahal menurut Sahab (1997) Faal paru dan olahraga

mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi

kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 82: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

72

meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai

kapasitas aerobik yang lebih besar dan kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas

paru yang meningkat

Dari hasil analisis bivariat pada tabel 5.9 didapatkan bahwa tidak ada

hubungan antara kebiasaan olahraga dengan KVP. Hal tersebut terjadi mungkin di

pengaruhi oleh masa kerja pekerja tersebut, meskipun pekerja rutin melakukan

olahraga namun masa kerja yang telah dilalui sudah lama tentu akan mempengaruhi

KVP pekerja tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Suma’mur (1996) bahwa

semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar

bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.

Hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis lebih lanjut terhadap pekerja yang

tidak rutin olahraga namun memiliki masa kerja baru didapatkan bahwa sebagian

besar dari pekerja yang tidak rutin olahraga namun memiliki masa kerja baru tidak

mengalami restriksi. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada, menurut Cooper

(1997) Pengaruh olahraga adalah melatih otot pernapasan, meningkatkan kekuatan

dan efisiensi otot, begitu pula pernyataan Guyton (1997) kebiasaan olah raga akan

meningkatkan kapasitas vital paru 30 – 40 %. Kemudian penelitian yang dilakukan

oleh Adi (2007) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga

dengan KVP. Dari hasil analisis keeratan antara variabel kebiasaan olahraga dengan

KVP didapatkan OR = 2,737, yang artinya pada α = 5% pekerja yang tidak rutin

olahraga mempunyai peluang 2,737 kali untuk mengalami restriksi KVP

dibandingkan dengan pekerja yang rutin olahraga.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 83: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

73

Hal tersebut mungkin terjadi karena rata- rata umur pekerja yang tidak

mengalami restriksi adalah 28 tahun sehingga kebiasaan olahraga tidak berhubungan

dengan KVP. Menurut Guyton (1997) penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi

setelah usia 30 tahun, tetapi penurunan kapasitas vital paru akan cepat setelah umur

40 tahun. Faal paru sejak masa kanak-kanak bertambah volumenya dan akan

mencapai nilai maksimum pada usia 19 sampai 21 tahun. Setelah usia tersebut nilai

faal paru akan terus menurun sesuai dengan pertambahan usia. Berdasarkan tabel 5.9

didapatkan bahwa sebagian besar pekerja yang tidak rutin melakukan aktifitas

olahraga, tidak mengalami restriksi KVP.

4. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)

Pada penelitian ini kebiasaan merokok diduga sebagai salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi KVP. Berdasarkan data pada tabel 5.5 distribusi pekerja

berdasarkan kebiasaan merokok hampir merata, pekerja yang memiliki kebiasaan

merokok lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki kebiasaan

merokok. Berdasarkan keterangan dari pekerja, diketahui bahwa kebiasaan merokok

yang mereka alami bermula dari faktor lingkungan dimana sebagian besar pekerja di

bengkel las adalah perokok.

Berdasarkan analisis bivariat pada tabel 5.9 didapatkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan KVP. Menurut Suyono (2001) asap

rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih

merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat

kerja. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar

dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 84: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

74

Hal tersebut terdapat pada tabel 5.9 dimana ada sebagian besar pekerja yang

tidak merokok tetapi mengalami restriksi, disini terbukti bahwa asap rokok dapat

membahyakan kesehatan, meskipun ada beberapa faktor lain yang dapat

menyebabkan restriksi. Menurut Harrington (2003) fungsi paru dapat berubah akibat

sejumlah faktor non pekerjaan misalnya usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat

badan, dan kebiasaan merokok dll. Untuk menghindari restriksi KVP sebaiknya para

pekerja yang merokok, agar tidak merokok karena asap rokoknya juga memberikan

efek negatif untuk dirinya dan bagi pekerja yang tidak merokok.

5. Hubungan antara status gizi (IMT) dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)

Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan dapat

menimbulkan kerugian. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa

(usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko

penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Berdasarkan hasil

pada tabel 5.2 didapatkan bahwa jumlah pekerja yang tidak gemuk lebih banyak jika

dibandingkan dengan pekerja yang gemuk.

Dari hasil analisis bivariat pada tabel 5.6 didapatkan bahwa tidak ada

hubungan yang bermakna antara status gizi (IMT) dengan KVP. Peneliti berasumsi

bahwa hal ini terjadi karena pengaruh faktor lain yaitu kebiasaan merokok. Menurut

Suyono (2001) merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan

beberapa bahaya kesehatan akibat kerja, pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi

silang antara pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan merokok dengan KVP

didapatkan hasil sebagian besar pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan

merokok mengalami restriksi KVP.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 85: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

75

Hal in tidak sejalan dengan pendapat Nyoman (2001) yang menyatakan bahwa

status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang kurus tinggi

biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek dan status gizi yang

berlebihan dengan adanya timbunan lemak dapat menurunkan compliance dinding

dada dan paru sehingga ventilasi paru akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru

akan menurun. Jika dilihat dari hasil uji statistik, diketahui nilai OR=1,75 artinya

pekerja gemuk memiliki peluang 1,75 kali lebih besar untuk mengalami restriksi

dibanding dengan pekerja yang tidak gemuk. Untuk penelitian selanjutnya

diharapakan kalibrasi pada timbangan injak setiap kali melakukan pengukuran berat

badan, sehingga tidak terjadi bias pada hasil pengukuran.

6. Hubungan antara riwayat penyakit dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)

Dari hasil uji statistik yang ada pada tabel 5.6 diketahui bahwa seluruh pekerja

tidak memiliki riwayat penyakit, atau data yang ada bersifat homogen sehingga tidak

dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat yang di

utarakan oleh Ganong (2002) bahwa kondisi kesehatan dapat mempengaruhi

kapasitas vital paru seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat

sakit. Hal tersebut terjadi karena pekerja belum ada yang pernah melakukan check up

ke dokter sehingga tidak pernah ada diagnosis dokter apakah para pekerja memiliki

riwayat penyakit khususnya penyakit pernapasan. Sebaiknya untuk penelitian

selanjutnya, agar melakukan pemeriksaan kesehatan dengan diagnosis petugas

kesehatan untuk mengetahui riwayat penyakit atau dapat menanyakan gejala-gejala

penyakit yang dapat mempengaruhi KVP.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 86: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

76

7. Hubungan antara masa kerja dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)

Masa kerja adalah salah satu variabel yang disinyalir memiliki hubungan

terhadap KVP. Menurut Mila (2006), masa kerja adalah lamanya seorang tenaga kerja

bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat bekerja

sampai penelitian berlangsung. Berdasarkan data pada tabel 5.4 diketahui bahwa

distribusi pekerja menurut masa kerja cukup bervariasi, ada yang baru menggeluti

profesi sebagai pekerja las selama 1 tahun ada pula yang sudah lebih dari 10 tahun.

Berdasarkan data pada tabel 5.8 diketahui bahwa pekerja yang mengalami restriksi

adalah pekerja yang memiliki rata-rata masa kerja selama 9 tahun sebanyak 14 orang

(37,8%) pekerja.

Dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan

antara masa kerja dengan KVP. Hal ini sejalan dengan penelitian Ulinta (1998) di

bandung, mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang mengandung

banyak debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis, hal ini

sejalan pula dengan penelitian Setiyani (2005), dalam lingkungan kerja yang berdebu,

masa kerja dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada

karyawan serta pendapat Suma’mur (1996) yang menyatakan bahwa semakin lama

seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang

ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 87: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

77

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Gambaran KVP pekerja yang mengalami resriksi adalah sebesar 14 orang

(37,8%) dan pekerja yang tidak mengalami restriksi adalah sebesar 23 orang

pekerja (62,2%)

2. Terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan KVP dengan P value

sebesar 0,011. Terdapat hubungan antara umur dengan KVP dengan P value

sebesar 0,001. Terdapat hubungan antara kebiasaan merokok dengan KVP

dengan P value sebesar 0,001. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan

KVP dengan P value sebesar 0,000.

3. Tidak ada hubungan antara kebiasaan Olahraga dengan KVP dengan P value

sebesar 0,63. Tidak ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP

dengan P value sebesar 0,625

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 88: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

78

B. Saran

1. Saran Bagi Pekerja

a. Sebaiknya pekerja selalu menggunakan APD ketika bekerja, agar

mengurangi resiko terjadinya KVP.

b. Sebaiknya semua pekerja baik yang tua maupun yang muda dapat

menggunakan APD secara disiplin, mengurangi/menghilangkan

kebiasaan merokok dan meningkatkan olahraga.

c. Sebaiknya para pekerja yang merokok agar berhenti merokok, sehingga

dapat mengurangi resiko terjadinya restriksi KVP.

d. Sebaiknya para pekerja yang memiliki masa kerja baik baru atau lama

dapat menggunakan APD secara disiplin.

2. Saran Bagi Pemilik Bengkel Las

a. Sebaiknya pemilik bengkel las memberikan pendidikan dan pelatihan

penggunaan APD yang benar, serta penyediaan jenis masker yang sesuai

dengan potensi bahaya yang ada

3. Saran Untuk Penelitian Selanjutnya

a. Untuk Penelitian selanjutnya sebaiknya dapat melanjutkan analisis

sampai multivariat, sehingga diketahui faktor yang paling berhubungan

dengan KVP.

b. Dalam penelitian selanjutnya, sebaiknya melakukan kalibrasi alat disetiap

akan melakukan pengukuran, sehingga tidak menimbulkan bias pada

hasil pengukuran.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 89: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

79

c. Perlu diadakan penelitian lanjutan terhadap variabel yang belum diteliti

pada penelitian ini, seperti paparan debu.

d. Sebaiknya untuk variabel riwayat menggunakan bahasa yang mudah

dimengerti atau dapat menanyakan gejala-gejala penyakit.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 90: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

DAFTAR PUSTAKA

Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. 1997. Perbandingan nilai kapasitas Difusi paru

antara orang yang terlatih dan tidak terlatih. Jurnal Respirologi Indonesia, 17, 76 – 83.

American thoracic society. 1987. Standardization Of Spirometry Up Date, am rev respire dis, 36:

1285-1297

Amin Muhammad. 1985 Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru. Bagian Pulmonologi

Fakultas Kedokteran Unair, RS Dr sutomo, Surabaya, paru 14: 6-14

Barbara . A. Plog. 2002. Fundamental of industrial Hygiene. National of safety council

Becket WS. 2000. Occupational Respiratory Diseases. N Engl J Med; 342:406-12. Cermin

Dunia Kedokteran No. 138

Bhismamurti. 2002. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Budiono. AM Sugeng dkk.2002. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan. Semarang: Badan

Penerbit UNDIP

Chang-Yeung M, Malo JL. 1995. Occupational asthma. N Engl J Med; 97:93-104. Cermin

Dunia Kedokteran No. 138

Corwin J, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisologi. Jakarta: EGC

Cullen MR, Cherniack MG. 1990. Rosenstock L. Occupational Medicine. N Engl J Med;

322:594-601,675-83. Cermin Dunia Kedokteran No. 138

Dahlan. M. Sopiyudin. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans

Depkes RI. 1990. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta:

Depkes.

Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Dirjen PPM&PLP tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta: Depkes RI

Dr. M.N. Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA

Guyton. Arthur C et all. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati Setiawan. Jakarta: EGC

Harrington. Gill . 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC

Ikhsan. Mukhtar. 2002. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI Press

Koesyanto. Herry et all .2005. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan

Kerja. Semarang: UPT UNNES Press

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 91: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

McDonald JC, Keynes HL, Meredith SK. 2000. Reported incidence of occupational asthma in

The United Kingdom, 1989-97. Occup Environ Med; 57:823-9. Cermin Dunia Kedokteran

No. 138

Mila. Siti Muslikatul. 2006. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian APD Pernafasan

(Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi Paru PT Ascent

House Pecangaan Jepara. Skripsi. UNNES

Nur. Kartika Wijayanti. 2005. Pengaruh Pemakaian Kacamata Las Terhadap Ketajaman

Penglihatan Pada Pekerja Las Karbit Di Wilayah Pinggir D.I. Panjaitan Kota Semarang.

Skripsi. Semarang. UNNES

Pearce, Evelyn C. 1991 . Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pusat

Utama

Pollock, M.L Wimroe jh. 1987. Exercise In Health Disease. Wb Saunder.Co, Philadelpia: 131-

152

Pudjiastuti. Wiwiek. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : Pusat

Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

Rini Ae. 1998. Hubungan Pemaparan Debu Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pekerja

Pemecah Batu Mojokerto. Tesis , PSIKM UNAIR, Surabaya.

Rosenstock L, et all. 1991. Occupational and environmental Medicine: meeting the growing

need for clinical services. N Engl J Med; 326:924-7. Cermin Dunia Kedokteran No. 138

Simaela. Steven L. 2000. Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Maksimal Paru

Pekerja Perushaan Pemecah Batu Pada PT. P BOGOR JAWA BARAT . Tesis. Depok: UI

Solech. Muhammad. 2001. Hubungan Lama Pemaparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas

Vital Fungsi Paru (FVC & FEV1) Guru SLTPN 1Grobogan Juni 2001. Skripsi. Semarang:

UNDIP

Sonawan. Herry et all. 2004. Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan Logam. Bandung:

ALFA BETA

Srikandi Fardiaz. 1999. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius

Sriwidharto. 1987. Petunjuk Kerja Las, Cetakan Ketiga. PT PRADNYA PARAMITA, Jakarta.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 92: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

Suma’mur PK. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung

Agung

Supariasa. I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penentuan Status Gizi. Jakarta: EGC

Suyono. Joko. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta : EGC

Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC

Tambayong. Jan. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta

Trisnawati, Hanida. 2007. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru

Tukang Ojek di Alun-Alun ungaran. Skripsi. UNNES

Ulinta B. 1998. Analisis Epidemiologi Pneumoconiosis Pada Pekerja Tambang Batu Di

Bandung Berdasarkan X Ray Paru Klasifikasi Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan.

Tesis, PSIKM UI , Jakarta.

Warpaji. Suparman. 1994. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :FK UI

Widodo Adi, Tri. 2007. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada

Pekerja Pembuatan Genteng. Skripsi. UNNES

Zaenal. Yuli Setiyani. 2004. Hubungan antara Amsa Kerja dengan Kapasitas Fungsi Paru pada

Pengemudi Bus DAMRI Unit Kota Semarang Jalur Terboyo-Mangkang 2004. Skripsi.

UNNES

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M

Page 93: FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1021/1/DIAN... · using a spirometer, ... karena akhirnya penyusunan laporan magang ini

iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dian Rawar Prasetyo

TTL : Jakarta, 09 mei 1989

Alamat : Jl. Batang Blok. G1 No.34 02/08 Kel. Gembor, Kec. Periuk Tangerang 15133

Agama : Islam

Gol.darah : O

No. Telp. : (021)5921109 /085693398270

RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Riwayat Pendidikan

1994 --2000

2000 – 2003

2003 – 2006

2006 – sekarang

SD Negeri Periuk 5

SMP Negeri 15 Tangerang.

SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah Sukabumi

S1 – Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

PENGALAMAN ORGANISASI

Tahun

2008 – sekarang

2008 – 2009

Pengalaman Organisasi

Staff Departemen Seni dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ketua dewan pimpinan wilayah PPM Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2006 – 2007

Staff Departemen Riset dan Data BEM Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1431 H/2010 M