View
247
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
dan berkat inayah dan taufiq-Nya, penyusun buku
“Zakat: Ketentuan dan Pengelolaannya” telah selesai.
Zakat yang secara bahasa berarti bersih, suci,
berkembang dan berakal berfungsi signifikan
membersihkan jiwa pelakunya dari sifat kikir, bakhil dan
egoisme.
Zakat merupakan salah satu rukun islam yang kelima dan
ia adalah ibadah “mahdhah” dalam bidang materi.
Karena Zakat termasuk ibadah mahdhah, maka dasar
pensyari‟atannya dikukuhkan al-Qur‟an dan al-Sunnah
dengan banyak keterangan tambahan tentang himbauan,
ajakan dan pahala balasan bagi yang melaksanakannya.
Sebaliknya, ancaman ringan berupa celaan bahkan
ancaman-ancaman keras pun turut serta dimunculkan
dalam deretan beberapa ayat dan diperuntukkan kepada
viii
mereka yang mengabaikan, apalagi melalaikannya
dengan sengaja.
Selain keterangan al-Qur‟an dan al-Sunnah sebagai dasar
legalitas hukum zakat, di dalam buku ini dimuat pula
hikmah atau rahasia pensyari‟atannya di samping tentu
tujuan zakat itu sendiri. Dan untuk melengkapi
keterangan yang ada, ditambahkan juga uraian tentang
jenis-jenis harta yang wajib dizakati dengan modifikasi
penyebutan beberapa jenis harta yang diperoleh atau
dihasilkan selain jenis harta yang diterangkan oleh nash
al-Qur‟an dan al-Sunnah pada masa sekarang dan atau
masa yang akan datang.
Oleh karenanya, jenis pekerjaan yang menghasilkan dan
atau jenis harta produktif yaitu yang dapat
diperkembangkan berdasar qiyas, juga diwajibkan
atasnya zakat. Bahkan bentuk-bentuk harta simpanan
berarti seperti uang deposito, saham, obligasi, dan
semacamnya yang sengaja diamankan dari kehancuran,
kebakaran, perampokan, dan lain-lain di bank, wajib pula
ix
dikenakan zakat walau secara riil terjadi perbedaan
pemahaman tentang status bunga (kelebihan) darinya.
Analisis syarat yang penulis pahami mengenai uang
deposito dan berbagai-bagai jenisnya adalah : berperan
sebagai pemodal yang mendapat perlindungan hukum
penuh dari undang-undang Negara guna andil
menyemarakkan aktifitas ekonomi bagi para pengusaha.
Dan dari sisi yang lain, para peminjam uang di bank
adalah mereka yang punya keahlian usaha dengan modal
terbatas, kemudian keduanya mengadakan hubungan
kerjasama dan membagi keuntungan sesuai aturan pasar
yang berlaku.
Pihak bank pun melakukan pembagian keuntungan
dengan para nasabah. Jadi, keuntungan yang ada
sesungguhnya diproyeksikan bagi biaya operasional itu,
sehingga pihak nasabah yang memperoleh kelebihan itu
wajib dikenakan zakat.
Untuk lebih mendukung terciptanya suasana kondusif
dengan administrasi yang rapih, tertib dan amanah, maka
x
pemerintah pun mengatur pengelolaannya melalui
undang-undang RI No. 38 Tahun 1999 dan keputusan
Menteri Agama tentang pelaksanaan undang-undang
tersebut.
Karya ini adalah sumbangan pemikiran kepada umat
islam. Dan uraian di dalamnya merupakan bahagian
terkecil dari banyak hal yang belum terungkap oleh suatu
sebab dan lainnya. Penulis berharap akan ada kelanjutan
pembahasan dari para ahli di bidangnya dengan saling
mengisi informasi dan melengkapi beberapa data aktual
demi hajat umat terhadap pemahaman tentang zakat.
Terakhir, semoga karya ini menjadi bahan “ilmu
yuntafa‟u bihi” bagi diri penulis dan dipersembahkan
untuk kedua orang tua tercinta H. Abbas Hasan dan Hj.
Raudah Ramli sebagai “walad shalih yad‟u lahumaa”,
amin. Wallahu a‟lam bi al-Shawab.
Jakarta, 15 Dzulqa‟idah 1427 H / 7 Desember 2006 M
Penulis
DR. Ahmad Sudirman Abbas, M.A.
xi
Bagian 1
PENGERTIAN, DASAR HUKUM
DAN SYARAT ZAKAT
A. PENDAHULUAN, 2
B. PENGERTIAN ZAKAT, 4
C. DASAR HUKUM ZAKAT, 11
D. LANDASAN HISTORI, 18
E. SYARAT-SYARAT WAJIB ZAKAT, 22
Bagian 2
TUJUAN DAN HIKMAH ZAKAT
A. TUJUAN ZAKAT, 35
B. HIKMAH DISYARIATKAN ZAKAT, 54
C. HIKMAH ZAKAT, 57
D. KEUTAMAAN & MANFAAT ZAKAT, 67
xii
Bagian 3
JENIS-JENIS HARTA
YANG WAJIB DIZAKATI
A. PENDAPAT FUQAHA TENTANG JENIS
HARTA YANG WAJIB DIZAKATI, 78
B. JENIS-JENIS HARTA YANG WAJIB
DIZAKATI, 83
Bagian 4
ZAKAT DEPOSITO PERSPEKTIF FIKIH
A. PENGERTIAN, 108
B. TINJAUAN FIKIH TENTANG BUNGA
UANG DEPOSITO DI BANK, 110
C. KEBUTUHAN MANUSIA DAN
PROBLEMATIKANYA DALAM EKONOMI,
116
D. TINJAUAN FIKIH TENTANG DEPOSITO
(BUNGA UANG), 124
xiii
Bagian 5
Lampiran
UNDANG-UNDANG RI NO. 38 TAHUN 1999
DAN
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA TENTANG
PELAKSANAAN UU NO. 38 TAHUN 1999
A. UU NO. 38 TAHUN 1999, 150
B. KEPUTUSAN MENTERI AGAMA RI NO.
581 TAHUN 1999, 162
1
2
A. PENDAHULUAN
Zakat yang berarti pertumbuhan dan pertambahan
serta kesucian merupakan bagian tertentu dari harta
tertentu pada waktu tertentu dan didistribusikan
kepada para pihak tertentu juga. Dikatakan tumbuh
dan bertambah karena berzakat berarti mengurangi
timbangan kejahatan dan memperberat timbangan
kebajikan.
3
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang
kelima dan kedudukannya ditempatkan pada bagian
kewajiban agama dengan keutamaan dan manfaat
sosial.
Terhadap pelaksanaan kewajiban agama berupa
zakat ditentukan syarat-syarat “muzakki” (orang
yang berzakat) dan juga syarat-syarat harta yang
dizakati. Pada pembahasan di bab zakat, dikupas
juga penjelasan tentang “asnaf” atau mereka yang
berkewajiban mengeluarkan zakat.
Untuk lebih mengetahui dan mengenal zakat
dengan berbagai seluk-beluknya, akan dikupas
beberapa persoalan antara lain: pengertian zakat,
syarat-syarat berzakat, hukum zakat dan
semacamnya.
4
B. PENGERTIAN ZAKAT
Zakat secara bahasa ( زكاة ) adalah bentuk masdar
dari kata dasar زكي (bersih). Zakat diterjemahkan
“barakah” tumbuh, suci/bersih dan maslahah.
Sesuatu itu, „zaka‟ berarti tumbuh dan berkembang,
sedang seseorang yang dikatakan „zaka‟ berarti
orang ini baik.
Dalam kitab-kitab fikih, perkataan zakat diartikan
suci, tumbuh dan berkembang serta berkah. Jika
pengertian ini dihubungkan dengan harta, secara
menurut islam harta tersebut (yang sudah dizakati)
akan tumbuh dan berkembang, suci serta berkah.
Apabila dikupas pengertian menurut bahasa
sebagaimana telah dikemukakan, maka akan timbul
beberapa makna, antara lain:
a. Menumbuh-kembangkan tanaman amal di
akhirat, dan secara otomatis di dunia dapat
langsung dirasakan oleh para penerima zakat.
5
b. Bertambahnya kebaikan antara muzakki (orang
yang berzakat) dan orang yang menerima zakat
adalah dalam hal „silaturahmi‟.
c. Membersihkan sikap egois dalam jiwa, seperti
isyarat al-Qur‟an dalam surat At-Taubah, 9:60;
ڻ ڻ ڻ ڻ ۀ ۀ ہ
ہ ہ ہ ھ ھ ھ ھ ے
﮸ ﮷ ﮶ ﮵ ﮳ ﮴ ﮲ ے ۓۓ
﮹
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan. Sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana”.
6
d. Memberikan identitas kebaikan seseorang yang
telah berzakat. Allah SWT telah berfirman
dalam surat Al-Anbiyaa, 21:73;
ٱ ٻ ٻ ٻ ٻ پ پ
پ پ ڀ ڀ ڀڀ ٺ ٺ
ٺ ٺ
Artinya : “Dan kami telah menjadikan
mereka pemimpin-pemimpin yang
memimpin manusia dengan perintah kami
wahyukan kepada mereka agar
mengerjakan kebajikan, mendirikan shalat,
membayar zakat, dan hanya kepada
kamilah mereka selalu menyembah”.
Pengertian zakat menurut istilah diungkap dengan
ungkapan:
يف وقت , من مال حمصوص, حصةمقدرة حمصوص يصرف يف جهات خمصوصة
7
Artinya : “Ukuran yang telah ditetapkan
terhadap kepemilikan harta tertentu dalam
hitungan waktu khusus yang didistribusikan
kepada pihak tertentu”.
الزكاةاسم للخذشيء خمصوص من مال خمصوصة ,خمصوص علي اوصاف
.لطائفةخمصوصة Artinya : “Zakat adalah sebutan bagi
bentuk pengambilan sesuatu dari harta
tertentu berdasar sifat-sifat yang telah
ditentukan dan diperuntukkan golongan
tertentu pula”.
Ukuran tertentu yang ditetapkan atas harta disebut
“zakat” dan penyebutan itu disebabkan adanya
pengekangan terhadap gejolak jiwa yang selalu
berorientasi negatif sebagai penyakit masyarakat.
Melalui zakat, jiwa orang yang melakukannya
bersih secara batin, karena ia tidak lagi
menganggap harta adalah segalanya dan harta tidak
menjamin seseorang bahagia, akan tetapi, dengan
8
berzakat, seseorang yang telah melaksanakannya
menyadari sepenuh hati bahwa harta yang didapat
hanya sekedar pendukung kearah terlaksananya
tugas pokok manusia yaitu “beribadah” kepada
Allah SWT., semata.
Fungsi zakat sebagai pembersih jiwa sesuai dengan
firman Allah SWT dalam surat At-Taubah, 9:103;
ڱ ڱ ڱ ڱ ں ں ڻ ڻ ڻڻ ۀ
ۀ ہ ہہ ہ ھ ھ ھ
Artinya : “Ambillah zakat dari sebahagian
harta mereka, dengan zakat itu engkau
membersihkan dan mensucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
engkau itu menjadi ketentraman bagi jiwa
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.
9
Dalam surat Ar-Ruum, 30:39;
﮹ ﮸ ﮶ ﮷ ﮵ ﮴ ﮳ ﮲ ھ ھ ے ے ۓ ۓ
﯁ ﯀ ﮿ ﮾ ﮽ ﮼ ﮻ ﮺
Artinya : “Dan sesuatu riba (tambahan)
yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).”
Dalam surat Ash-Shams, 91:9-10;
ڦ ڦ ڄ ڄ ڄ ڄ ڃ ڃ ڃ ڃ
Artinya : “sesungguhnya beruntunglah
orang yang mensucikan jiwa itu dan
sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.”
10
Zakat dari istilah (fiqih) berarti sejumlah harta
tertentu yang diwajibkan Allah SWT dan
diserahkan atau disalurkan kepada mereka yang
berhak (al-mustahiq)bdi samping berarti
mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.
Penyebutan zakat dengan makna bertambah karena
membuat lebih berarti terutama bagi orang-orang
yang menghajatkan.
Dengan demikian, zakat merupakan sarana atau
pengikat yang kuat dalam membina hubungan
manusia dengan Allah dan hubungan antar sesama
manusia (kaya dan miskin).
Islam telah memberikan tuntunan bagi kehidupan
manusia dan zakat adalah salah satu bentuk cara
hidup sosial yang peduli sesama manusia, dimana
zakat berfungsi sebagai jembatan untuk
mempererat hubungan kasih sayang antar umat
manusia. Selain itu, zakat adalah bukti kongkrit
11
ajaran islam tentang persaudaraan dan ajang
tolong-menolong. Oleh karenanya, zakat
mempunyai arti dan fungsi dalam kehidupan,
sehingga dalam pelaksanaannya menuntut adanya
suatu lembaga khusus yang menangani
pemungutan dan penyaluran.
C. DASAR HUKUM ZAKAT
Zakat sebagai salah satu rukun islam yang lima
memiliki rujukan atau landasan kuat berdasar
al-Qur‟an dan al-Sunnah. Berikut ini adalah dalil -
dalil yang memperkuat kedudukannya.
1. Dalil al-Qur’an.
انماالصدقات للفقراءوالمساكين والعاملين
عليهاوالمؤلفةقلوبهم وفي الرقاب والغارمين وفي سبيل
واهلل عليهم حكيم, فريضة من اهلل, اهلل وابن السبيل
12
Artinya : “Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-
orang miskin, pengurus-pengurus zakat,
para mu‟allaf yang dibujuk hatinya, untuk
(memerdekakan) hamba sahaya, orang-
orang yang berhutang, untuk jalan Allah
dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan. Sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Mengetahui
lagi Maha Bijaksana”
يأمرون , والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بعضبالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصالة ويؤتون
ان , أولئك سيرحمهم اهلل, الزكاة ويطيعون اهلل ورسولو(71 :9/ التوبة)اهلل عزيز حكيم
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian
yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan)
yang ma‟ruf, mencegah dari mungkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan
mereka taat pada Allah dan rasul-Nya.
Mereka itu akan dibuka rahmat oleh Allah;
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
13
خذمن اموالهم صدقةتطهرىم وتزكيهم بهاوصل عليهم ان صالتك سكن لهم واهلل سميع عليم
Artinya : “Ambillah zakat dari sebahagian
harta mereka, dengan zakat itu engkau
membersihkan dan mensucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
engkau itu menjadi ketentraman bagi jiwa
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”
, وماءاتيتم مم وبا ليربوافي اموال الناس فال يربوا عنداهللوما ءاتيتم من زكاةتريدون وجو اهلل فأولئك ىم
المضعفون
Artinya :“Dan sesuatu riba (tambahan)
yang kamu berikan agar dia bertambah
pada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah
orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).”
14
واقيمواالصالة واتواالزكاة واركعوا مع الراكعين
Artinya : “Dan dirikanlah shalat
tunaikanlah zakat dan ruku‟lah beserta
orang-orang yang ruku”
واقيمواالصلوة وءاتواالزكوة واقرضوااهلل قرضا حسنا
Artinya : “… Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman
kepada Allah pinjaman yang baik.”
ولقداخذاهلل ميثق بني اسراءيل وبعثنا منهم اثني عشر نقيبا وقال اهلل اني مغكم لثن اقمتم الصلوة وءاتيتم الزكوة وءامنتم برسلي وعزرتموىم واقرضتم اهلل قرضا حسناألكفرن عنكم سيأتكم وألدخلنكم جنت تجري من تحتها األنهار فمن كفر بعدذلك منكم فقد ضل
سواء السبيل
Artinya : “Dan sesungguhnya Allah telah
mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan
telah Kami angkat di antara mereka 12
orang pemimpin dan Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku beserta kamu,
15
sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat serta beriman
kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu
mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah
pinjaman yang baik. Sesungguhnya aku
akan menutupi dosa-dosamu. Dan
sesungguhnya kamu akan kumasukkan ke
dalam surga yang mengalir air di dalamnya
sungai-sungai. Maka barang siapa yang
kafir di antaramu sesudah itu,
sesungguhnya dia telah bersesat dari jalan
yang lurus.”
2. Dalil al-Sunnah.
حدثنا عبداهلل بن موسي قال اخبرنا حنظلة بن ابي سفيان عن عكرمة بن خالد عن ابن عمر رضي اهلل
عنهما قال رسول اهلل صلي اهلل عليو وسلم بني اإلسالم علي خمس شهادة ان اللو اال اهلل وان
محمدارسول اهلل واقام الصالةوايتاء الزكاة والحج وصوم رمضان
Artinya : “Dari Abdullah bin Musa ia
berkata, Khazalah bin Abi Sofyan
menceritakan kepada kami dari Ikrimah bin
16
Khalid dari Ibnu Umar r.a, ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: Islam didirikan
atas lima dasar, yaitu; Persaksian bahwa
tiada tuhan selain Allah, Menegakkan
shalat, Membayar zakat, Menjalankan
puasa, dan Melaksanakan ibadah haji bagi
yang berkemampuan.
: عن انس ابن مالك عن النبي صلي اهلل عليو وسلم قال اي الصدقاة افضال؟ قال صدقة رمضان
Artinya : Dari Anas r.a, ia berkata:
“Rasulullah SAW ditanya tentang shadaqah
manakah yang utama, beliau mengatakan
shadaqah bulan ramadhan (zakat).”
حدثنا امية ابن بسطام حدثنا يزيد بن زريع حدثنا روح بن القاسم عن اسماعيل بن اسية عن يحيى بن عبداهلل بن صفى عن ابن معبد عن ابن عباس رضى اهلل عنهما
ان رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم لما بعث سعاذا رضى اهلل عنو على اليمن قال انك تقدم على قوم اىل
كتاب فليكن اول ما تدعوىم اليو عباداهلل فإذا عرفواهلل فأخيرىم ان اهلل قد فرض عليهم زكاة من اموالهم وترد
17
على فقر اتهم فإذا أطاعوابها فخذ منهم وتوق كرانم اموال الناس
Artinya : Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa
Rasulullah SAW ketika mengutus Muaz ke
Yaman beliau berpesan: “Hai Muaz,
engkau hendak mendatangi sekelompok
kaum dari kalangan Ahli Kitab (di Yaman),
maka mula-mula yang engkau harusnya
lakukan adalah: Ajak mereka untuk
bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah
dan aku Muhammad adalah utusan-Nya.
Apabila mereka menaati dan mengikuti
engkau, maka beritahu kepada mereka
bahwa Allah SWT telah mewajibkan atas
mereka lima kali sehari semalam. Setelah
itu jika mereka mengikuti perintahmu
mendirikan shalat, beritahukan kepada
mereka bahwa Allah telah mewajibkan atas
mereka untuk membayar zakat yang diambil
dan dihimpun dari orang-orang kaya di
antara mereka lalu diserahkan atau
didistribusikan kepada orang-orang miskin
mereka. Apabila mereka telah menaati
engkau, maka hendaklah engkau
melindungi harta mereka. Hendaklah
engkau takut dan berhati-hati terhadap
orang yang teraniaya, karena antara do‟a
18
orang yang teraniaya dengan Allah tidak
ada penghalang
3. Ijma’
Sepeninggal Nabi SAW dan tampuk
pemerintahan dipegang Abu Bakar,
timbul kemelut seputar keengganan
membayar zakat sehingga terjadi
peristiwa “pre riddah”. Kebulatan tekad
Abu Bakar sebagai kha terhadap
penetapan kewajiban zakat didukung
oleh para sahabat yang kemudian
menjadi ijma‟.
D. LANDASAN HISTORI
Syari‟at zakat bukan hal baru saat Nabi SAW
mengerti risalah ilahiah, tetapi berdasar petunjuk
al-Qur‟an zakat telah pula diturunkan kepada para
rasul Nabi Muhammad SAW. Isyarat al-Qur‟an itu
ialah:
19
a. Umat Nabi Ibrahim AS.
وجعلناىم ائمة يهدون بامرنا واوحينا اليهم فعل الخيرت واقام الصلوة وايتاء الزكوة وكانوالنا عابدين
Artinya : “Kami telah menjadikan mereka
itu sebagai para pemimpin yang memberi
petunjuk dengan perintah yang telah kami
wahyukan kepada mereka untuk
mengamalkan kebajikan, mendirikan
sembahyang, menunaikannya hanya kepada
kamilah mereka selalu menyembah.”
b. Umat Nabi Ismail AS.
وكان يأمر اىلة بالصالة والزكاة وكان عندربو مرضيا
Artinya : “Dan ia menyuruh umatnya untuk
bersembahyang dan menunaikan zakat, dan
ia adalah seorang yang diridhai di sisi
Tuhannya.”
20
c. Bani Israil
واذاخدنا ميثق بني اسراءيل تعبدوا اال اهلل وبالوالدين احسانا وذي القربي واليسامي والمساكين وقولوا للناس حسنا واقيمواالصالة واتواالزكاة ثمتوليتم اال قليال منكم
(83: 2/البقرة)وانتم معرضون
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika kami
mengambi janji dari bani Israil (yaitu):
janganlah kamu menyembah selain Allah,
dan berbuat kebaikanlah kepada ibu bapa,
kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-
orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata
yang baik kepada manusia. Dirikanlah
shalat dan tunaikanlah zakat, kemudian
kemu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu
selalu berpaling.”
d. Umat Nabi Isa AS.
وجعلني مباركا اين ما كنت واوصاني بالصالة والزكاة (31: 19/مريم)مادمت حيا
21
Artinya : Dan dia menjadikan aku seorang
yang diberkati di mana saja aku berada,
dan dia memerintahkan kepadaku
(mendirikan) shalat dan (menunaikan)
zakat selama aku hidup.”
e. Para Ahli Kitab,
وماامروااال ليعبداهلل مخلصين لو الدين حنفاء ويقيمواالصلوة ويؤتواالزكوة وذالك الدين القيمة
Artinya : “Padahal mereka tidak disuruh
kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan
supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian
itulah agama yang lurus.”
22
E. SYARAT-SYARAT WAJIB ZAKAT
Syarat wajib zakat di sini dibagi ke dalam dua
kategori yaitu:
Pertama ; orang-orang yang diwajibkan atasnya
berzakat (muzakki).
Kedua ; benda atau harta kekayaan yang wajib
dizakati.
1. Syarat-Syarat Muzakki (Orang yang
Diwajibkan Berzakat);
a. Merdeka. Umar bin al-Khattab r.a
menegaskan:
ليس في مال العبدزكاة حتى يعتق
Artinya : “harta seorang hamba sahaya
tidak dikenakan zakat, sehingga ia
merdeka.”
b. Islam. Seorang muzakki disyaratkan muslim
dan tidak dikenakan kewajiban zakat bagi
orang kafir. Ketentuan ini telah menjadi
ijma‟ dikalangan kaum muslimin, karena
23
ibadah zakat tergolong upaya pembersihan
bagi orang islam. Adapun orang kafir
dianggap tidak bersih jiwanya selama dia
tetap berada di dalam kekafirannya,
sehingga tidak diwajibkan atasnya
menzakati harta kekayaan yang ia miliki.
Allah berfirman:
انما يستأذنك الذين اليؤمنون با اهلل واليوم األخروارتابت قلوبهم فهم ريبهم يترددون
Artinya : “Sesungguhnya yang akan
meminta izin kepadamu, hanyalah orang-
orang yang tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian, dan hati mereka ragu-ragu,
karena itu mereka selalu bimbang dalam
keraguannya.”
2. Syarat-Syarat Harta yang Wajib di Zakati;
Zakat ada dua macam;
Pertama; Zakat yang berhubungan dengan harta
disebut zakat mal (zakat harta). Misalnya zakat
emas, perak, hewan ternak, dan harta perniagaan.
24
Kedua; Zakat yang berhubungan dengan badan
disebut zakat nafs atau zakat fitrah.
Adapun syarat benda yang wajib dizakati sebagai
berikut:
a. Milik penuh, maksudnya harta itu berada di
dalam kekuasaan dan dapat diapasajakan
olehnya tanpa tersangkut dengan orang lain.
Harta kekayaan itu pada dasarnya
kepunyaan Allah, karena Dialah yang
menciptakan dan mengkaruniakan kepada
manusia. Karena Allah yang
mengkaruniakan, maka dia yang
memerintahkan agar karunia itu sebagian
dinafkahkan di jalan-Nya. Allah berfirman:
وءاتوىم من مال اهلل الذى ءاتىكم
Artinya : “… dan berikanlah kepada
mereka sebahagian dari harta Allah yang
dikaruniakan-Nya kepadamu.”
25
ءامنوا با اهلل ورسولو وانفقوا مما جعلكم مستخلفين فيو فاالذين ءامنوا منكم وانفقوا لهم
اجر كبير
Artinya : “Berimanlah kamu kepada Allah
dan rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian
dari hartamu yang Allah telah menjadikan
kamu menguasainya, maka orang-orang
yang beriman di antara kamu dan
menafkahkan (sebagian) dari hartanya
memperoleh pahala yang besar.”
„Kepemilikan penuh‟ atau sempurna yang
menurut makna bahasa adalah infinitive
berarti: menguasai sesuatu artinya
menguasai dan dapat mempergunakannya,
sebagaimana keterangan kamus (al-mu‟jam
al-wasit) yaitu memiliki sesuatu,
menguasainya dan mempergunakannya atau
mengapa sajakan.
Menurut istilah kepemilikan sempurna
didefinisikan al-Qarafi sebagai suatu
26
ketentuan hukum yang terdapat di dalam
benda atau manfaat yang memberikan hak
kepada pemiliknya untuk menggunakan,
mengambil manfaat atau meminta
penggantinya selama tidak terdapat yang
tidak membolehkan maksudnya
kepemilikan yang tidak terdapat hak orang
lain, tetapi kenikmatannya terdapat hak atau
bahagian orang lain. Allah berfirman:
للسائل (24)والذين فى اموالهم حق معلوم (25)والمحروم
Artinya : “dan orang-orang yang dalam
hartanya tersedia bagian tertentu, bagi
orang (miskin) yang meminta dan orang
yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak
mau meminta)”
خذمن اموالهم صدقةتطهرىم وتزكيهم بهاوصل عليهم ان صالتك سكن لهم واهلل سميع عليم
27
Artinya : “ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan, dan mensucikan mereka,
dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa
bagi mereka, dan Allah maha mendengar
lagi maha mengetahui.”
b. Harta itu berkembang, maksudnya
berkembang secara alamiah sebab
sunnatullah atau berkembang sebab usaha
manusia. Dengan ungkapan lain bahwa
ketentuan tentang kekayaan yang wajib
dizakatkan adalah kekayaan dikembangkan
dengan sengaja atau kekayaan itu sendiri
memiliki potensi berkembang. Artinya,
kekayaan itu menghasilkan keuntungan,
bunga, atau pendapatan, keuntungan
investasi dan semacamnya.
Berkembang menurut term istilah dapat
diterjemahkan sebagai „konkrit‟ dan „tidak
konkrit‟. Berkembang secara konkrit berarti
28
adanya pembiakan; sedang berkembang
tidak konkrit maksudnya kekayaan itu
berpotensi berkembang sendiri seperti
kebun dengan tamannya atau rumah
kontrakan dengan bulanannya begitu
seterusnya.
c. Harta itu telah cukup nishab, maksudnya
jumlah harta yang dimiliki selain kebutuhan
pokok (rumah, pakaian, kendaraan, dan
perhiasan yang dikenakan) setelah melebihi
batas minimal wajib zakat yaitu 85 gram
emas 24 karat. Rumah disini adalah rumah
tempat tinggal dan kendaraan disini adalah
kendaraan yang digunakan bagi dirinya.
Sedang pakaian yang disewakan termasuk
jenis harta yang wajib dizakati sebagaimana
kebun yang menghasilkan. Dua jenis harta
ini memiliki peran ganda dengan kondisi
berbeda yaitu manakala kebun, kontrakan,
29
kendaraan, dan peralatan kecantikan (rias
pengantin) menghasilkan (produktif), maka
harus dikeluarkan zakat darinya.
Perhitungannyapun dapat menempuh salah
satu alternative dari dua cara termudah
menurut syara‟ dan bukan menurut akal
manusia.
Dua alternatif itu adalah: Pertama;
perhitungan berdasar zakat perdagangan,
yaitu sampai haul (satu tahun penuh;
menurut hitungan qamariah) yang
hitungannya berdasarkan perhitungan
peredaran bulan. Kedua; perhitungan panen
tumbuh-tumbuhan yaitu setiap kali panen.
Nisab dengan dua alternatif perhitungan
insya Allah akan dibahas khusus pada
pembahasan sendiri.
30
3. Macam-Macam Harta yang Dizakati
Penentuan macam atau jenis harta yang wajib
dizakati berdasar isyarat nash adalah binatang
ternak, emas, perak, tanaman dan buah-buahan
serta harta perdagangan. Ibnu Hazm
berpendapat jenis harta yang wajib dizakati
hanya delapan saja, yaitu:
a. Unta
b. Lembu
c. Kambing
d. Gandum
e. Biji Gandum
f. Kurma
g. Emas
h. Perak
Terlepas dari perbedaan tentang penentuan
jenis harta yang wajib dizakati, secara umum
syarat menentukan sebagai berikut;
31
1) Pertama; Zakat Nuqud (barang-barang
berharga seperti emas, perak, mata uang,
uang kertas, chek, giro, saham, dll).
2) Kedua; Zakat al-Hawasyia; An‟am (Unta,
Kerbau, Sapi, Domba, dan sejenisnya).
3) Ketiga; Zakat al-Tajirah yaitu segala
macam harta dagangan.
4) Keempat; Zakat al-Ziraa‟ah (pertanian)
seperti Gandum, Beras, dan sejenis itu
semua.
Yusuf al-Qardhawi mengungkapkan sebagai
berikut:
األموال تجب فيها الزكاة من الشروه الحيوانية ...... والنقديو والتجارية والزراعية والبحرية والمنتجات
وفى العمانر اإلستغاللية . الحيوانية كالعسل ونحوهمن المصانع وايداد رؤوس األموال غير التجارة
وإيراد ذوى المهت الحرة
32
Artinya : “Harta yang dikenakan wajib
zakat ialah jenis hewan, emas, dan perak,
perdagangan, pertanian, barang yang
diambil dari dasar laut, yang dihasilkan
oleh binatang seperti madu dan sebagainya.
Dan juga harta berupa bangunan yang
menghasilkan produksi berupa pabrik dan
saham yang produktif selain usaha. Serta
gaji atau honor, simpanan-simpanan dari
segala usaha bekas.”
Ungkapan al-Qardhawi ini mengetengahkan realita
zaman bahwa sumber-sumber kekayaan tidak
hanya terpaku pada teks masa lalu sedang
kenyataan masa kini telah memiliki banyak
perubahan menurut kontek masanya.
Pada masa dahulu saya mendatangkan hasil
berkisar pada jenis tertentu saja, tetapi masa
sekarang secara substantis beragam bentuk usaha
yang memang menghasilkan nilai berlebih dan
beragam itu tidak menutup untuk diberlakukan
kewajiban zakat.
33
CATATAN KAKI
1 Al-Mu-jam al-Wasit, juz 1 hal. 389
2 Abdul Malik Kamal bin al-Sayyid Salim, Shahih Fiqh al-
Sunnah wa Adillatuhu wa Taudih Mazahib al-Arba‟ah, Kairo:
al-Maktabah al-Taufiqiyyah, t.th, juz II, hal. 5
3 Al-Majmu‟ Li al-Nawawi, juz V, hal. 324
4 Abdu Abdillah Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Istanbul:
Dar akl Fikr, t.th, juz I, hal. 9
5 Muhamad bin Ali bin Muhammad al-Syaukani, Nailul
Authar, Dar al Fikr, t.th, jilid III, hal. 70
6 Al-Baihaqi, juz IV, hal. 108
7 Yusuf al-Qardhawi, Fiqih al-zakah, Beirut: Muassasah al-
Risalah: 1991, hal. 18
34
35
A. TUJUAN ZAKAT
Zakat adalah bentuk ibadah dalam bidang harta.
Zakat yang bermakna barokah, tumbuh dan
berkembang baik, memiliki arti penting dalam
kehidupan manusia baik sebagai individu maupun
masyarakat. Tujuan zakat dikemukakan beberapa
pakar antara lain:
a) Abdel Razek Novel : „Zakat bertujuan
menyempurnakan kesehatan jiwa seseorang
karena dengan berzakat harta yang dizakati
36
menjadi bersih dan sebagai akibatnya
“muzakki” tidak terbelenggu oleh kecintaan
atas harta benda itu‟.
b) Wahab Al-Zuhaili : “Berzakat berarti
mengikatkan perasaan kebersamaan dan
menghapus kesenjangan sosial ekonomi
dalam masyarakat”.
c) Yusuf al-Qardhawi dalam kitab “Fiqih al-
Zakat” mengemukakan tujuan zakat sebagai
berikut;
Tujuan Zakat dan Dampaknya bagi Muzakki;
a. Zakat Dapat Menghilangkan Sifat Kikir
Dari Jiwa Muzakki.
Zakat yang dikeluarkan oleh orang muslim
dengan ikhlas karena mentaati perintah
Allah dan mengharapkan ridha-Nya, akan
mensucikan dari segala kotoran dosa
terutama penyakit kikir. Allah SWT
berfirman :
37
والذين تبوءواالدارواإليمان من قبلهم يحبون من ىاجر اليهم واليجدون فى صدورىم حاجة ممآ
أوتواويؤثرون على انفسهم ولو كان بهم خصاصة ومن يوق شح نفسو، فأولئك ىم المفلحون
Artinya : “Dan orang-orang yang telah
mentaati kota madinah dan telah beriman
(anshor) sebelum (kedatangan) mereka
(muhajirin). Mereka (anshor) „mencintai
orang berhijrah kepada mereka
(muhajirin). Dan mereka (anshor) tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka
terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (muhajirin) : atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan.
Dan siapa yang dipelihara dan kekikiran
darinya, mereka itulah orang-orang yang
beruntung”
فاتقوااهلل مااستطعتم واسمعوا واطيعوا وانفقوا خيرا ألنفسكم ومن يوق شح نفسو، فأولئك ىم
(16)المفلحون
Artinya : ”Maka bertakwalah kamu kepada
Allah menurut kesanggupanmu dan
38
dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah
nafkah yang baik untuk dirimu, dan barang
siapa yang dipelihara dari kekikiran orang-
orang yang beruntung”
b. Zakat Dapat Mendidik Untuk Gemar
Berinfak dan Memberi.
Kegemaran infak dan budaya saling
berbagi digambarkan al-Qur‟an berbunyi :
الذين ينفقون اموالهم باليل والنهار سرا وعالنية
فلهم اجرىم عندربهم والخوف عليهم والىم
(274)يحزنون
Artinya : “orang-orang yang menafkahkan
hartanya di malam dan di siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka
mereka mendapat pahala di sisi tuhannya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka
dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
39
c. Berzakat Berarti Berakhlak dengan Akhlak
Allah SWT.
Manusia dalam hal ini muzakki yang telah
memasukkan kegiatan dalam aktivitas kikir
telah lenyap dari dirinya. Hal yang patut
dimaklumi adalah bahwa di antara sifat-sifat
Allah adalah memberi, bersikap kasih sayang
dan berbuat kewajiban tanpa pamrih dan
seterusnya. Apabila seorang manusia
berusaha meneladani sifat-sifat itu artinya dia
telah pula termasuk ke dalamnya dan patut
dikatakan bahwa “muzakki” berakhlak
dengan akhlak Allah SWT.
d. Zakat Merupakan Bentuk Manifestasi Syukur
Nikmat Kepada Allah SWT.
Syukur nikmat dapat dikelompokkan kepada
nikmat sehat dan nikmat harta, sehingga
zakat yang terkait dengan harta dikatakan
sebagai syukur nikmat harta, seorang hamba
40
yang menjalankan ibadah badaniah dapat
dimaknai sebagai bentuk syukur nikmat sehat
dan seorang hamba yang mengeluarkan zakat
berarti ia telah melakukan syukur nikmat
harta. Allah berfirman :
واذتأذنربكم لئن شكرتم ألزيدنكم ملئن كفرتم ان (7)عذابى لشديد
Artinya : “Dan ingatlah juga, tatkala
tuhanmu mema‟lumkan ; “sesungguhnya
jika engkau bersyukur, pasti aku akan
menambah nikmat kepadamu, dan jika
engkau ingkari, maka sesungguhnya azab-
Ku sangat pedih.”
e. Zakat Berfungsi Sebagai Pengobat Hati dari
Cinta Dunia.
Manusia digambarkan al-Qur‟an cenderung
kepada materi berlebih, untuk itu
kecenderungan itu diberi prediktif negatif
kecuali bila harta diserahlan (dibersihkan)
melalui zakat di jalan Allah. Allah berfirman:
41
(15)انمااموالكمواولدكم فتنة واهلل عنده اجرعظيم
Artinya : “sesungguhnya hartamu dan
anak-anakmu hanya cobaan (bagimu), dan
di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
f. Zakat Menumbuhkan Jiwa Kepribadian
Kaya.
Zakat yang diartikan tumbuh dimaksudkan
untuk batin yang optimis bahwa jiwanya
telah memahami arti sebenarnya fungsi zakat.
Dikatakan kaya secara batin, karena hakikat
tertinggi dalam kehidupan adalah batin. Batin
yang mengukur dan merasakan senang, sedih
dan atau bahagia, sehingga materi apapun
bentuknya tidak menjadi ukuran.
g. Zakat Menciptakan Ikatan Tali Kasih Antara
Si Kaya dan Si Miskin Serta Dapat Menarik
Rasa Simpati Mereka.
Antara si kaya dan si miskin ibarat dua belah
tangan, dua belah kaki dan atau anggota
42
tubuh lainnya, sedang zakat ibarat urat-urat
yang menghubung fungsi kerjasama antara
anggota sehingga mampu melakukan
aktivitas apa saja yang dikehendaki. Memang
dengan satu buah tangan manusi dapat
beraktivitas, tetapi dengan kedua belah
tangan kemampuan bertambah dua kali lipat,
demikan juga anggota tubuh lainnya. Allah
berfirman :
وتعاونوا على البروالتقوى وال تعاونوا على اإلثم والعدوان
Artinya :“Dan hendaklah kalian saling
bahu-membahu bertolong-tolongan dalam
kebajikan dan takwa ; tetapi jangan sekali-
kali kalian bersekongkol dalam berbuat
dosa serta menciptakan permusuhan.”
h. Zakat Mensucikan Harta.
Zakat yang berfungsi mensucikan jiwa
(fitrah), zakat juga dapat mensucikan harta
orang kaya. Ia mensucikan harta karena
43
bersangkutan hak orang lain yang berstatus
kotoran. Apabila harta telah dizakati, berarti
kotoran telah dibersihkan, sehingga tidak lagi
bernoda. Rasulullah SAW :
اذااديت زكاة : قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم(رواه ابن حزيمة)مالك فقد اذىبت عنك شره
Artinya : “Apabila engkau telah
menunaikan dan mengeluarkan zakat harta,
maka sebenarnya engkau telah
melenyapkan kotorannya.”
i. Zakat Tidak Mensucikan Harta Yang Haram.
Zakat dikatakan “mensucikan” harta, maka
yang dimaksud di sini adlah harta halal di
tangan pemiliknya melalui cara yang
dibenarkan agama. Adapun harta kotor di
tangan pemiliknya melalui rampasan,
pencopetan, sogokan, riba, penjudian atau
melalui bentuk-bentuk lain yang batil, maka
sesungguhnya zakat itu tidak memberikan
44
dampak apa-apa, tidak mensucikan dan tidak
pula memberkahkan.
j. Zakat Mengembangkan Harta.
Zakat setelah hal-hal yang disebutkan di atas,
juga mengembangkan dan memberkahkan
harta. Akan tetapi, terkadang menurut
sebagian orang dianggap aneh, karena zakat
secara lahiriah mengurangi jumlah harta
dengan mengeluarkan sebagiannya.
Kenyataan ini mengantarkan kepada
pertanyaan „bagaimana mungkin harta yang
dikurangi (zakat) akan berkembang dan
bertambah banyak?
Memang dilihat dari sisi lahirlah harta yang
dizakati atau dikeluarkan nominal aspek
batiniah. Sebab kenyataan materi adalah
fatamorgana yang sering mendatangkan
penyakit cinta harta berlebihan dan selalu
menumpuknya dengan cara menghancurkan
45
orang lain bahkan mungkin membunuhnya,
dan dengan berzakat, maka seseorang tidak
diperbudak penyakit hati, sehingga hubungan
antara sesama terjalin mesra serta tercapai
kelonggaran hati.
Apabila orang dihinggapi penyakit cinta harta
dan mengabaikan ikatan hubungan
pertemanan, maka kesengsaraan dan atau
kesulitan dikemudian hari yang hanya
dilakukan oleh manusia tidak akan pernah
dapat diberi oleh harta berlimpah. Misalnya
orang berharta yang pelit dan tidak berzakat
sedang kesulitan mendorong mobil dan atau
terjatuh di kubangan, lalu masyarakat tahu
mengenai jati dirinya, kira-kira apa yang akan
terjadi? Ya tentu, hanya kemurahan hati
Allah SWT yang menghakiminya antara
dibiarkan sengsara berat atau mungkin mati
di tempat, atau ada yang menolong sesudah
46
menderita. Sedang nafkah (zakat) yang
dikatakan berkembang dan bertambah, Allah
SWT, berfirman :
وماانفقتم من شيء فهو يخلفو ، وىو خير الرازقين
Artinya : “dan barang apa saja yang
engkau nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah pemberi rizki
yang sebaik-baiknya.”
Tujuan Zakat dan Dampaknya bagi Penerima;
a. Zakat dapat membebaskan penerimanya dari
hajat yang dibutuhkan.
Sesungguhnya islam menghendaki agar
manusia hidup dalam keadaan yang baik,
bersenang-senang dalam keadaan yang baik,
bersenang-senang dalam kehidupan leluasa
dan bebas dengan mendapat keberhasilan dari
langit dan bumi. Mereka menahan rizki baik
yang datang dari atas (langit) maupun yang
datang dari bawah (bumi) serta merasakan
47
kebahagiaan karena terpenuhnya kebutuhan
hidup, dengan perasaan aman dengan nikmat
Allah SWT
b. Zakat mensucikan diri dari sifat dengki dan
benci.
Zakat bagi penerimanya sifat benci dan
dengki manusia, jika kefakiran, kemiskinan
dan segala kekurangan materi yang
menimpahnya serta menyiksanya, sementara
dia menyaksikan dengan mata kepala sendiri
di sekeliling tempat tinggal dia, orang-orang
kaya dapat bersenang-senang dengan
kemewahan berlimpah tanpa melirik
sedikitpun ke arahnya, bahkan seakan terlihat
meledek dan menertawakan, maka dapat
dipastikan kemarahan, kebencian, sumpah
serapah dan atau mungkin dendam kesumat
menggelitik nafsu ghadabnya. Nafsu ghadab
itu mula-mula berupa kebencian, kesal,
48
guncingan dan selanjutnya akan berkembang
menjadi niat jahat mencuri, merampok dan
atau berbuat makar. Apabila proses nafsu
ghadab mengikuti alur ilustrasi di atas, maka
secara pasti kenyamanan dan keamanan
hidup tentram, sehingga antar manusia
terhadap lainnya ibarat serigala yang saling
memangsa.
Tujuan Zakat dan Dampaknya bagi Kehidupan
Masyarakat;
a. Zakat dan tanggung jawab sosial
Zakat merupakan bagian dari aturan jaminan
sosial dalam islam, jaminan di mana aturan
sosial ini tidak dikenal oleh barat kecuali
dalam ruang lingkup sempit. Yang dimaksud
ruang lingkup sempit adalah jaminan
pekerjaan dengan menolong kelompok orang
lemah dan fakir. Sedangkan islam,
memperkenalkan aturan ini dalam ruang
49
lingkupnya yang lebih dalam dan lebih luas
serta mencakup segi kehidupan materil
spiritual seperti jaminan akhlak, pendidikan,
politik, pertahanan, moral, ekonomi,
kemanusiaan dan sosial.
Zakat yang dilaksanakan dengan benar, selain
mengikis habis sifat egoism orang berharta
untuk mengapasajakan kelebihan harta
dengan berfoya-foya, pun pula berfungsi
menghubungkan dua hati yang bersebrangan
antara si kaya dan si miskin, berzakat yang
diperintahkan islam tidak berarti memberi
peluang orang miskin terus berada pada
posisi menerima apa lagi meminta-minta.
Dengan berzakat bagi si kaya diharapkan
dapat membantu orang-orang miskin
mempunyai modal, dan pada gilirannya
mereka pun menjadi “muzakki” sehingga
kemajuan ekonomi berdampak positif bagi
50
Negara. di sini zakat berfungsi lebih sosial
dibanding program lain semisal upaya
pengentasan kemiskinan bersifat kondisional
mengikuti kebijakan bahasa keadaan tempat
dan waktu.
b. Zakat dan Tantangan Ekonomi
Zakat ditinjau dari segi ekonomi adalah
merangsang pemilik harta kepada amal
perbuatan untuk mengembalikan apa yang
telah diambil dari mereka (kesempatan) dan
ini jelas sekali pada zakat mata uang, di maan
islam melarang menumpuknya, menahannya
demi peredaran dan pengembangan. Allah
SWT berfirman :
والذين يكنزون الذىب والفضة والينفقونهم فى سبيل
(34)اهلل فبشرىم بعذاب اليم
51
Artinya : “Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak (uang tunai)
dan tidak menafkahkan pada jalan Allah,
maka kabarkanlah kepada mereka tentang
akan datangnya siksa dahsyat yang pedih.”
Sebagaiman disinggung sebelumnya bahwa
zakat berpeluang memberdayakan ekonomi
umat kepada sekop luas. Maka krisis
ekonomi sangat mungkin diminimalisir
bahkan ada kemungkinan dapat ditanggulangi
serta melalui pembinaan zakat professional
dengan manajemen modern. Keberadaan
ekonomi dan berbagai tingkatannya baik
kesejahteraannya atau sebaliknya
keterputusan akan dipengaruhi oleh peran
zakat yang potensional, zakat berperan
potensional dan substansial oleh pengelolaan
manajemen profesional amanah.
Untuk itu, dengan diterbitkannya Undang-
undang Republik Indonesia nomor 39 tahun
52
1999, tentang pengelolaan zakat diharapkan
langkah progresif kearah kesejahteraan umat
tetap tercapai.
c. Zakat dan Tegaknya Kepribadian Umat
Ada sebuah analisa berdasarkan penelitian
lapangan bahwa suatu umat ditentukan oleh
tegaknya nilai-nilai kerohanian bukan hanya
oleh nilai-nilai materi saja. Bahkan nilai-nilai
jasmaniah tidak bernilai bilamana segi-segi
rohani tidak turut andil di dalamnya.
Materi ibarat jasad atau raga kasar manusia,
sedang kesadaran berzakat merupakan
substitansi yang menjiwainya (roh) tidak ada.
Karena jasad atau raga kasar ini berstatus
mayat yanXg segera ditinggalkan orang dan
dikubur cepat-cepat. Apabila jasad (mayat)
itu tidak segera dikubur dibiarkan beberapa
saat, amak kekuatan bertahan untuk tidak
membusuk hanya butuh waktu minimal 18
53
jam. Keadaan demikian berbeda dari
keberadaan jasad yang berisi substansi yang
menjiwa (bernyawa) dengan bentuk
sederhana bahkan buruk sekalipun. Walau
berbentuk seperti itu, keberadaannya di
tengah-tengah manusia lainnya tetap
diperhitungkan dan dihargai, sehingga
nilainya tetap eksis. Sebenarnya anggapan
“nilainya tetap eksis” bukan merupakan
ungkapan sesungguhnya, sebab yang eksis itu
sendiri ialah “substansi yang menjiwai jasad”
atau nyawa.
Dengan demikian, zakat berdasarkan ilustrasi di
atas memberikan kekuatan rohani yang besar dan
berfungsi sebagai penguat bagi kepribadia umat.
Hal yang patut dipahami secara seksama adalah
kekuatan negara apapun bentuk pemerintahannya
tergantung kekuatan rakyat sebagai penyanggah
utama. Kekuatan rakyat terdiri dari rohani dan
54
jasmani dengan penopang materi sebagai motor
penggeraknya. Manakala penopang materi terfokus
pada kisaran golongan tertentu, itu artinya
keseimbangan dua sisi terabaikan dan dapat berarti
kehancuran, bahkan materi ansikh walau umumnya
ia adalah pemegang kunci kekuasaan dalam sebuah
perencanaan, tetapi tanpa semangat spiritual maka
kebenarannya serupa dengan jasad tidak berjiwa.
B. HIKMAH DISYARIATKAN ZAKAT
Syariat Islam yang diperuntukkan umatnya
terutama dalam melakukan ibadah mengandung
hikmah dan rahasia yang sangat berguna bagi para
pelaku ibadaha terutama ibadah zakat. Zakat telah
disyariatkan kepada para Nabi dan Rasul sebelum
Nabi Muhammad saw. Hal ini secara umum
bertujuan untuk mengatur tata kehidupan umat
manusia, sebagaimana firman Allah SWT :
55
وجعلنى مباركال اين ما كنت واوصنى بالصلوة والزكوة مادمت حيا
Artinya : “Dan dia (Allah) menjadikan kau
seorang yang diberkahi di mana saja kau
berada, dan memrintahkan kepadaku
mendirikan shalat dan membayar zakat
selama aku hidup.”
Syariat zakat yang merupakan salah satu rukun
islam yang diperintahkan kepada tahun kedua
hijriah adalah bentuk ibadah “mahdah” dalam hal
materi selain berfungsi sebagai ibadah, zakat yang
membantu kaum fuqaha dan kaum miskin
memenuhi hajatnya agar mereka pun dapat khusu‟
menjalankan kewajiban agama. Keajaiban agama
akan dapat dijalankan dengan mantap bila urusan
hajat perut terjamin baik dan tidak terjadi
kesenjangan mencolok antara si kaya dan si miskin.
Kekayaan yang dimiliki kelompok tertentu tidak
berarti mutlak diperuntukkan khusus dirinya tanpa
56
lainnya, tetapi justru di dalamnya terhadap hak
orang lain. Allah berfirman :
وءاتذالقربى حقو، والمسكين وابن السبيل (26)والتبذرتبذيرا
Artinya : “Dan berikanlah kepada
keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan seorang yang
sedang dalam perjalanan, dan janganlah
engkau menghamburkan hartamu secara
boros.”
Ayat di atas menegaskan bahwa Allah SWT
memerintahkan orang-orang mukmin agar mereka
menolong saudara yang kekurangan melalui
pemenuhan bahagian infak, shadaqah, zakat, wakaf
dan semacamnya. Bahkan secara implisit
terkandung perintah mandahulukan kepentingan
umum atau masyarakat daripada kepentingan
pribadi.
57
Dengan memenuhi kepentingan umum di atas
kebutuhan pribadi berarti yang pelaku telah
melaksanakan amanah yang berhak. Allah
berfirman :
ان اهلل يأمركم ان تؤدوااألمنت الى اىلها
Artinya : ”Sesungguhnya Allah telah
memerintahkan engkau untuk
menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya.”
C. HIKMAH ZAKAT
Secara umum, hikmah zakat digambarkan oleh
al-Qur‟an dengan istilah infak seperti firman Allah
berikut ini :
ومثل الذين ينفقون اموالهم ابتغآء مرضات اهلل وتثبيتا من
انفسهم كمثل جنةبربوة اصابها وابل فئاتت اكلهاضعفين
(265)فإن لم يصبها وابل فطل واهلل بما تعملون بصير
58
Artinya : “Dan perumpamaan orang-orang
yang membelanjakan hartanya karena
mencari keridhaan Allah dan untuk
keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah
kebun yang terletak di dataran tinggi yang
disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika
hujan lebat tidak menyiram, maka hujn
gerimis pun memadai. Dan Allah Maha
Melihat apa yang engkau perbuat.”
Ayat di atas menggambarkan sebuah kenyataan
logis bahwa seseorang yang telah berinfak (sedekah
dan atau zakat) dengan tujuan memperolah derajat
“ridha Allah”, seakan ia adalah petani yang
berkebun di dataran tinggi dengan curah hujan
lebat, sehingga perkebunan dapat memanen dua
kali dalam setahun, dan manakala kebun tersebut
tidak mendapatkan hujan, maka dataran tinggi
tempat kebun itu berada selalu dibayangi embun
serta hujan rintik-rintik. Oleh karenanya, sepanjang
musim perkebunan itu tetap menghasilkan walau
59
hujan tidak ada. Sebab, keberadaan awan dengan
gerimisnya berfungsi aktif sebagai hujan.
Di antara hikmah zakat seperti pandangan
al-Jurjawi‟ ialah :
Pertama : terwujudnya jalinan kasih sikap
menolong terhadap kaum lemah ekonomi dan
upaya penguatan ibadah dengan cara memenuhi
kebutuhan materi yang dengannya tubuh menjadi
mampu melakukan perintah Allah.
Kedua : zakat dapat membersihkan jiwa muzakki
dari kotoran yang menempel bersama harta. Sebab,
harta atau rizki yang didapatkan dengan cara halal,
masih bercampur di dalamnya hak orang lain.
Apabila hak itu tidak diberikan, maka
keberadaannya seperti noda hitam yang basah yang
mampu mengeruhkan kebeningan air. Selain itu,
zakat juga dapat mewarnai muzakki denga akhlak
dermawan, kasih dan pemurah. Tanpa zakat, jiwa
60
seseorang selalu berkecenderungan itu ditahan dan
llau diarahkan kepada kelonggaran sikap, sehingga
berubah menjadi jiwa toleran yang pemurah.
Karena perubahan itu bersifat mendasar, maka
kesadaran berikutnya adalah penunaian amanat
kepada yang berhak. Allah berfirman :
خذمن اموالهم صدقةتطهرىم وتزكيهم بها
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian
harta mereka, dengan zakat itu engkau
membersihkan dan mensucikan mereka.”
Ketiga : sesungguhnya Allah SWT telah
memberikan nikmat kekayaan kepada para orang
kaya dan mengkaruniakan berbagai kelebihan
materi yang dapat memenuhi segala hajat mereka,
sehingga orang-orang kaya itu menikmatinya. Oleh
karenanya, karunia tersebut patut disyukuri baik
dari sudut pandang akal maupun syariat, dan
61
sebagai ungkapa rasa syukur atas karunia itu,
diwajibkanlah atas mereka zakat.
Keempat : zakat berfungsi sebagai penahan dan
penghancur sifat kikir. Hal yang patut dimaklumi
adalah bahwa jiwa manusia berkecenderungan
sangat pada harta, sampai-sampai seorang anak
kecil yang masih menyusu melihat sang ibu
menyusui anaknya anak lain sebayanya, maka ia
pun merasa kesakitan dengan cara menangis atau
lain-lainnya, dan ia berusaha menjauhkan anak lain
itu agar tidka menyusu. Kenyataan seperti ini
bukan hanya terjadi pada manusia saja, bahkan di
dunia binatang pun dapat kita saksikan, misalnya
anak-anak Sapi yang sedang menyusu dan ada anak
Sapi lainnya yang ikut serta menyusu, maka akan
terjadi desak mendesak antara satu dan lainnya.
Masing-masing berusaha agar jauh dari puting sang
induk.
62
Dari kejadian seperti itu, sesungguhnya jiwa
manusia membutuhkan sarana pembersihan untuk
menjauhkan kecenderungan negatif tersebut. Dan
zakat merupakan salah satu alat pembersih sifat
kikir secara pelan dan pasti. Zakat juga bagian dari
pelatihan ampuh melawan kecenderungan negatif
itu, dan menyadarkan manusia menjadi dermawan,
penyantun dan berjiwa lapang dalam hal materi.
Manusia berdasar fitrah keduniaan menjadikan
harta sebagai perhatian utama dibanding hal-hal
yang juga bahagian perhatiannya. Allah berfirman :
المال والبنون زينةالحيوة الدنيا والبقيت الصالحت (46)خيرعند ربك ثوابا وخيرامال
Artinya : “Harta dan anak-anak adalah
perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan-
amalan adalah perhiasan dunai tetapi
amalan-amalan yang kekal lagi shaleh
adalah sebaik-baik pahalanya di sisi Rabb
engkau serta lebih baik untuk menjadi
harapan.”
63
Apabila kewajiban zakat itu telah ditunaikan, maka
pelatihan jiwa telah pula dilakukan dan itu berarti
pencucian noda yang melekat pada harta juga
sudah dihilangkan. Walau demikian, kadar
pencucian itupun tetap berlaku atas harta yang
diperoleh secara tidak sah, seperti mencuri,
merampok, menipu, korupsi dan sebagai bentuk
lain yang setara. Lebih tegas lagi Al-Zurjawi
mengatakan bahwa “sifat kikir” untuk
mengeluarkan zakat atau harta yang telah diperoleh
menurut indikasi nyata bahwa seseorang yang
demikian adalah bentuk “tidak percaya kepada
Allah”. Allah SWT pencipta segala maujudat dan
pemberi nikmat serta rizki kepada manusia,
sehingga wajib diimani akan karunianya yang
begitu agung. Manakala Sang Khaliq pemberi rizki
telah mengkaruniakan harta kepada seorang hamba,
maka sang hambapun wajib berterima kasih dengan
cara mengeluarkan 2.5 % dari harta yang
diperolehnya. Apabila sang hamba telah
64
memperoleh karunia harta dan tidak mau
mengeluarkan zakat itu artinya dia tidak mengakui
Allah sebagai khaliq pemberi rizki tersebut.
Karena hal demikian, cukup dimaklumi dengan
benar bahwa seorang hamba siapapun dirinya jika
mengetahui hakikat asal muasal harta, secara pasti
akan sadar sesadar-sadarnya dan dengan lapang
dada, ikhlas serta rela menyalurkan sebahagian
tertentu kepada kaum fakir dan miskin. Dengan
begitu, penunaian zakat berarti kedermawanan
sebagai pencerahan jiwa dari pancaran keimanan
sempurna.
Tentang inisiatif negatif para pelanggar zakat
diancam Allah SWT melalui ayat berikut:
والذين يكنزون الذىب والفضة والينفقونهم فى سبيل يوم يحمى عليها فى (34)اهلل فبشرىم بعذاب اليم
نار جهنم فتكوى بها جباىهم وجنوبهم وظهورىم (35)ىذاما كنزتم ألنفسكم فذوقواما كنتم تكنزون
65
Artinya : “… Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, bahwa
mereka akan mendapatkan siksa yang
pedih, pada hari dipanaskan emas dan
perak itu di dalam neraka jahannam, lalu
dibakar dengannya dahi mereka, lambung
dan punggung mereka, lalu dikatakan
kepada mereka: “inilah harta bendamu
yang engkau simpan untuk dirimu sendiri,
maka rasakanlah sekarang akibat dari apa
yang engkau simpan itu”.
قالوالم نك من المصلين (42)ماسلككم فى سقر (44)ولم نك نطعم المسكين (43)
Artinya : “Apa yang menyebabkan engkau
dimasukkan ke dalam saqar (neraka)?”
mereka menjawab: “kami dahuku tidak
termasuk orang-orang yang mengerjakan
shalat, dan kami tidak pula memberi makan
orang miskin…”
فذالك الذى يدع (1)ارءيت الذى يكذب بالدين (3)واليحض على طعام المسكين (2)اليتيم
66
Artinya : “Tahukah engkau yang
mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim, dan tidak
menganjurkan memberi makan orang
miskin”.
وامامن اوتى كتبو بشمالو، فيقول يليتنى لم أوت يليتها كانت (26)ولم ادرماحسابيو (25)كتبيو
ىلك عنى (28)مآاغنى عنى ماليو (27)القاضية ثم الجحيم (30)خذوه فغلوه (29)سلطانيو
ثم فى سلسلة ذرعها سبعون (31)صلوه انو كان اليؤمن بااهلل العظيم (32)ذراعافاسلكوه
(34)وال يحض على طعام المسكين (33)
Artinya : “Adapun orang yang diberikan
kepadanya kitabnya dari sebelah kirinya,
maka dia berkata: “wahai alangkah
baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku
kitabku ini; dan aku tidak mengetahui hisab
terhadap diriku, wahai kiranya kematian
itulah yang menyelesaikan segala sesuatu.
Hartaku sekali-kali tidak memberi manfaat
kepadaku. Telah bilang kekuasaanku
dariku: (Allah berfirman): “peganglah dia
67
lalu belenggulah tangannya ke lehernya”
kemudian masukkanlah dia dengan rantai
yang panjangnya tujuh puluh basta.
Sesungguhnya dia dahulu tidak beriman
kepada Allah yang Maha Besar. Dan juga
dia tidak mendorong orang lain untuk
memberi makan orang miskin.
D. KEUTAMAAN & MANFAAT ZAKAT
Diantara keutamaan dan manfaat zakat
sebagaimana dikemukakan al-Sayyid Salim adalah
sebagai berikut:
1. Bahwa zakat yang telah ditunaikan merupakan
salah satu sifat yang dimiliki oleh orang-orang
yang baik penghuni surga. Allah SWT,
berfirman:
ءاخذين مآءاتهم (15)ان المتقين فى جنت وعيون كانوا قليال (16)ربهم انهم كانوا قبل ذلك محسنين
وباألسحار ىم يستغفرون (17)من اليل ما يهجعون (19)وفى اموالهم حق للسآئل والمحروم (18)
68
Artinya : “Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa berada di dalam taman-taman
(surga) dan di mata air; sambil mengambil
apa yang diberikan kepada mereka.
Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia
adalah orang-orang yang berbuat baik,
mereka sedikit sekali tidur di waktu malam,
dan di akhir-akhir malam mereka memohon
ampun kepada Allah, dan pada harta-harta
mereka ada hak untuk orang-orang miskin
yang tidak mendapat bahagian.”
2. Pelaku zakat termasuk salah satu sifat yang
dimiliki orang-orang mukmin yaitu mereka yang
berhak memperoleh rahmat Allah. Allah
berfirman:
يأمرون , والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بعضبالمعروف وينهون عن المنكر ويقيمون الصالة ويؤتون
ان , أولئك سيرحمهم اهلل, الزكاة ويطيعون اهلل ورسولو(71 :9/ التوبة)اهلل عزيز حكيم
Artinya : “Dan orang-orang yang beriman,
lelaki dan perempuan, sebahagian mereka
adalah menjadi penolong bagi sebahagian
69
yang lain. Mencegah dari yang mungkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
mereka taat kepada Allah dan rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah,
sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”
3. Dengan berzakat Allah SWT akan menumbuh
kembangkan dan memberikan keuntungan bagi
muzakki. Allah SWT berfirman:
يمحق اهلل الربوا ويربى الصدقت
Artinya : “Allah meniadakan dan
menghapus riba, sedang terhadap shadaqah
(zakat) Allah menumbuh kembangkan serta
memberi keuntungan.”
4. Para muzakki diberi jaminan perlindungan oleh
Allah dari sengatan terik panas pada hari kiamat.
Nabi SAW bersabda:
ورجل ... سبعة يظلمهم اهلل فى ظلو يوم الظل إظلو تصدق بصدقة فا خفاىا حتى التعلم شمالو ماأنفقت
يمينو
70
Artinya : “Ada tujuh golongan yang
mendapatkan pengayoman dan pertolongan
kecuali pertolongan Allah antara lain:
seseorang yang bersedekah (zakat) dengan
cara menghasilkannya, sehingga
seandainya tangan kanan melakukan
sedekah, tangan kiri tidak mengetahuinya.”
5. Zakat dapat membersihkan harta yang belum
dibersihkan, dan yang dimaksud
“membersihkan” disini aalah membersihkan
harta halal dan bukan harta yang diperoleh
dengan jalan tidak halal. Selain berfungsi
sebagai pembersih dan atau pencuci harta, zakat
juga dapat menumbuh kembangkannya,
sehingga pelaku zakat (muzakki) akan terbuka
bagi pintu-pintu rezeki. Nabi SAW bersabda:
ما تقصد صدقة من مال
Artinya : “Sedekah (zakat) tidak akan
mengurangi nominal harta yang dimiliki.”
71
6. Zakat merupakan wasilah datangnya berbagai
kebaikan dan sebaliknya tidak berzakat
menyebabkan terputusnya aliran kebaikan. Di
dalam hadits disebutkan:
وما منع قوم زكاة أموالهم إالمنعوا المطر من ... السماء، ولوال البهائم لم يمطروا
Artinya : “… dan tidaklah suatu kaum
menahan kewajiban zakat atas harta
mereka, kecuali mereka pun akan tertahan
untuk memperoleh tetesan air dari langit,
dan seandainya bukan karena keberadaan
binatang-binatang tentu mereka juga tidak
akan diberi hujan.”
Hadits ini, secara literal menegaskan bahwa
suatu kaum yang tidak mau mengeluarkan zakat
atas harta yang diperoleh akan ditutup pintu
kehidupannya melalui tertahannya air hujan dari
langit. Air hujan merupakan sumber kehidupan
utama bagi segala kehidupan di dunia. Segala
kehidupan di sini mencakup semua makhluk
yang ada (hewan, tumbuhan dan manusia). Kata
72
“seandainya bukan karena binatang tentu
manusia tidak akan dikaruniai hujan”, berarti
hujan tetap turun tetapi bukan karena ancaman
terhadap pelanggar zakat tertentu, melainkan
diperuntukkan bagi ternak dan yang lainnya
termasuk para hamab yang tetap setia
menjalankan perintah zakat.
Perhitungan akan ancaman zakat ini diletakkan
pada strata proporsional, yang berarti
keberlangsungan kehidupan harus tetap terjaga,
sehingga hujan akan tetap ada seiring
keberadaan makhluk lain yang disebut sebagai
“bahaaim”.
7. Zakat menurut term agama berfungsi sebagai
penghapus berbagai kekhilafan dan penebus
dosa. Dalam hadits riwayat Muaz bin Jabal,
Nabi SAW bersabda:
والصدقة تطفى الخطية كما يطفى الماء النار ...
73
Artinya : “… dan sedekah (zakat) dapat
menghapus kesalahan sebagaimana air
yang dapat memadamkan api.”
Pandangan “air dapat memadamkan api” adalah
logis dan dimaklumi bersama. tetapi zakat
berfungsi menghapus dosa karena adanya penyakit
memakan hak orang lain, maka pelajarannya akan
segera tersebar memenuhi tubuh, seakan ia adalah
api yang sedang berkobar. Dengan kesadaran
bahwa di dalam harta yang telah diperoleh terdapat
hak orang lain dan sebagai tanda terima kasih
kepada Allah maka zakat berfungsi aktif meredam
golakan api “egois” manusia.
8. Dengan berzakat berarti pertanda nyata akan
kebenaran iman sang muzakki. Hal yang patut
diketahui adalah bahwa sesungguhnya “harta” atau
bentuk materi merupakan sesuatu yang paling
berharga dan paling dicintai oleh manusia.
Keberadaan “materi” (harta) tidak dapat digantikan
oleh hal-hal lain sehingga naluri berzakat yang
74
mampu mengalahkan kecenderungan berat manusia
demi ridha Allah disebut shadaqah yaitu
“kebenaran” akan hati sang pelaku untuk
memperoleh ridha itu.
9. Zakat dapat membersihkan keberadaan akhlak yang
merupakan kepribadian manusia yang bersifat
mendasar. Selain dapat membersihkan dan
menjernihkan jiwa, zakat juga dapat melapangkan
perasaan, sehingga sang muzakki terlihat tenang.
10. Zakat dapat menjaga harta tetap bersih dan
memeliharanya dari incaran orang-orang jahat
untuk mencuri dan atau merampoknya.
11. Zakat dapat berfungsi sebagai penolong bagi kaum
fakir dan mereka yang menghajatkan. Dikatakan
penolong, karena zakat dialokasikan bagi
terbentuknya suatu kegiatan positif dan lahan
pekerjaan serta memenuhi kebutuhan kaum lemah
karena sulitnya cari kerja. Dengan adanya zakat,
masyarakat terayomi ekonominya dan negara
75
menjadi kuat akibat menguatnya ekonomi
rakyatnya serta menjadi terbebas dari ancaman
belenggu krisis ekonomi.
12. Keberadaan zakat merupakan “andil” saham
seorang muslim atas masyarkat atau umat sebagai
kewajiban sosial bagi negara Islam untuk
kepentingan tentara, menjaga ancaman, tantangan
dan gangguan yang dilancarkan musuh serta
sebagai upaya meminimalisir kemiskinan
semaksimal mungkin.
13. Zakat merupakan bentuk syukur nikmat atas harta
yang telah diperoleh.
76
CATATAN KAKI
1 Ali Ahmad Al-Jurjawi, Hikmah al-Tasyri‟ wa Falsafaturu,
Beirut: dar al-fikr, 1994, juz I, h. 111-112
2 Maksudnya, zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran
dan cinta yang berlebih-lebihan terhadap harta benda.
3 Maksudnya, zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan
dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda
mereka.
4 Abu Malik Kamal bin al-Sayyid Salim, Shahih Fiqh al-
Sunnah wa Adillatuhu wa Taudiih Mazaahib al-Aimmah,
Kairo: al-maktabah altaufiqiyyah, t.th, juz II, hal. 6-8
5 Maksudnya orang miskin yang tidak meminta
6 Ditakhrij oleh al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari dengan
nomor hadits 660 dan Shahih Muslim dengan nomor hadits
1031
7 Ditakhrij oleh Muslim dalam Shahih Muslim dengan nomor
hadits 2588
8 Sunan Ibnu Majah nomor hadits 40198
9 Sunan al-Turmuzi dengan nomor hadits 609, sunan al-nasai
nomor hadits 11394;Iibnu Majah nomor hadits 3973 dan
ahmad juz hal 531
10 Al-syarb al-Mumti, juz VI hal. 12
11 Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zaad al-Ma‟ad, juz II hal. 25
12 Al-Dakhiir, al-Qaraafiy, juz III hal. 7
77
78
A. PENDAPAT FUQAHA TENTANG
JENIS HARTA YANG WAJIB
DIZAKATI
Para ahli dalam hal ini fuqaha berbeda pandangan
tentang jenis-jenis harta yang dikenakan wajib
zakat. Diantara mereka ada yang berpendapat
dengan menentukan jenia-jenis yang telah
disebutkan berdasarkan nash dan yang lain tidak
membatasi jenis tertentu.
Berikut ini adalah dua pandangan fuqaha seputar
penentuan jenis-jenis harta yang dikenakan
79
kewajiban zakat. Pertama; Kelompok yang
mengatakan bahwa jenis-jenisharta yang wajib
dizakati adalah jenis-jenis yang berdasarkan nash
saja (literalis). Pendapat ini dikemukakan oleh Ibnu
Hazm dan para pengikutnya.
Dasar yang dijadikan argumentasi adalah :
1. Ketentuan nash yang menjamin terpilihnya harta
seorang muslim, ketentuan itu mengatakan
bahwa harta seorang muslim tidak dapat
diganggu gugat kecuali berdasarkan ketentuan
syara‟ (nash).
2. Kewajiban zakat merupakan taklif syari‟ah dan
hal yang tidak ditaklif berdasarkan syara‟
sesuatu yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Dalam agama, tidak diperkenankan
membuat aturan diluar aturan Allah SWT.
Kedua;: Kelompok yang berpendapat bahwa
kewajiban zakat tidak terbatas pada jenis-jenis
harta sebagaimana disebut din ash. Akan tetapi
80
jenis-jenis lain diluar ketentuan yang disebut oleh
nash juga wajib dizakati, sepanjang harta itu
berkembang, bahkan Abu Hanifah (w. 150 H)
mengatakan “tidak haru melewati batas nishab”.
Kelompok ini mendasarkan pendapatnya dengan
argumentasi sebagai berikut:
1. Mengambil dalil dari keumuman nash-nash al-
qur‟an dan al-sunnah tentang ketentuan setiap
harta yang terdapat didalamnya bagian yang
wajib disedekahi atau dizakati.
2. Bahwasannya setiap orang kaya dan setiap harta
menghajatkan pembersihan dan penyucian akan
keberadaannya.
3. Adanya aspek pertumbuh-kembangan dan
keuntungan, melihat sudut pengembangan yang
mendapatkan keuntungan dapat dianalogikan
kesetaraan wujudnya dengan jenis-jenis harta
yang wajib dizakati seperti isyarat al-nash.
81
Misalnya : Asset gedung yang disewakan,
pabrik memproduksi barang dan lain-lain.
Gedung yang disewakan apalagi bertingkat,
demikian pabrik akan memberikan keuntungan
besar sebanding tanah pertanian atau
perkebunan. Oleh karenanya pemilik atas aset
jenis-jenis semacam ini justru lebih utama
dikenakan atasnya kewajiban zakat.
4. Keberadaan jenis-jenis harta produktif yang
dikenakan zakat diluar ketentuan nash akan
menjadi penopang ekonomi kaum lemah (fakir
miskin) dan menjadi tumpangan bagi ekonomi
umat Islam umumnya.
Atas dasar empat pertimbangan sebagaimana
dikemukakan di atas, maka pendukung kelompok
ini tidak membatasi kewajiban zakat hanya pada
jenis harta tertentu, tetapi yang penting jenis ini
produktif. Karena perkembangan masa memaksa
generasi yang ada beraksi aktif dalam “kasab”
82
(usaha). Untuk itu model usaha pun bervariasi dan
hanya satu kuncinya yaitu usaha produktif yang
secara substantif serupa dengan jenis yang
diperoleh berdasarkan ketentuan nash, walau
berbeda istilah.
Pada pembahasan berikutnya, akan diketengahkan
beberapa model usaha yang dikenakan wajib zakat,
seperti usaha madu, deposito dan lain-lain. Selain
itu sesuai dengan ketentuan undang-undang No. 38
tahun 1999 tentang pengolahan zakat akan dibahas
pula model pengelolaan distribusi zakat yang
dialokasikan bisnis. Distribusi zakat untuk bisnis
disini ialah salah satu upaya memproduktifkan
zakat sehingga zakat mampu dijadikan penguat
ekonomi umat bahkan negara.
83
B. JENIS-JENIS HARTA YANG WAJIB
DIZAKATI
Ulama sepakat bahwa jenis-jenis harta yang
dikenakan adanya kewajiban zakat. Ibnu Hazm
mengurangi jenis kismis (zaiib) dan tidak
memassukkan sebagian jenis yang wajib
dikeluarkan zakat atasnya, sehingga jenis harta itu
berjumlah delapan saja.
Berikut ini adalah jenis-jenis harta yang terkena
kewajiban zakat;
a) Jenis Nuqud yaitu Emas dan Perak.
b) Jenis al-Naassyiah atau binatang yaitu Unta,
Sapi (Lembu), Kambing.
c) Jenis al-Zuruui wa as-Simaar atau tanaman
dan buah-buahan, yaitu al-Binto (tepung
dari Gandum), Gandum, Kurma atau
Kismis.
84
Zakat Emas dan Perak
Apabila belum terpenuhi unsur-unsur yang
dimiliki seseorang terhadap harta
simpanan berupa emas dan perak, yaitu
nishab dan haul. Dasar hukum tentang
nishab dan haul untuk emas dan perak
adalah sebagai berikut:
جاء فى حديث على بن ابى طالب رضى اهلل عنو إذا كانت : عن النبى صلى اهلل عليو وسلم قال
لك متادرىم وحال عليها الحول ففيها خمسة يعنى يكون لك _ دراىم وليس عليك شيء
عشرون دين رافاذا كانت لك عشرون دينارا وحال عليها الحول ففيها نصف دينار
Artinya : Hadist Ali bin Ab Thalib R.A dan
Nabi SAW bahwa beliau bersabda:
“apabila engkau memiliki 2000 dirham dan
telah mempunyai “haul” (satu tahun) maka
zakatnya 5 dirham dan engkau tidak
memiliki harta lain (emas) kecuali engkau
memiliki uang sejumlah 20 dirham yang
85
tidak memiliki masa haul maka dikenakan
atasnya zakat setengah dirham”.
ليس فيو : قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم دون خمس أواق من الورق صدقو
Artinya : “Rasulullah SAW bersabda :
“tidak dikenakan atas harta (uang)
kewajiban zakat dengan jumlah mnimal
kurang dari 5 awaaq”.
Hadist ini dan hadist sebelumnya memberikan
beberapa pengertian antara lain:
a. Bahwa nishab emas adalah 5 awaaq.
Awaaq bentuk plural dari singular
(mufrad) “auqiyah” yang setara dengan
40 dirham. Jadi 5 awaaq = 200 dirham
emas murni = 595 perak.
Nisab emas 20 dirham = 20 misqal
= 85 gram 24 karat
= 97 gram 21 karat dan
86
= 133 gram 21 karat
b. Kewajiban zakat harus ditunaikan
apabila telah sampai masanya (haul)
dalam perhitungan tahun hijriah, dan
dengan jumlah yang telah mencapai
nishab.
c. Ketentuan kadar zakat untuk emas dan
perak adalah 2,5% = 1/40
Contoh : seseorang memiliki 1/2 kilo
gram emas murni 24 karat dan telah
memasuki masa haul maka kewajiban
zakat yang harus ditunaikan adalah 0,5
kg = 500 gram x 1/4 = 12,5 gram.
Bagaimana hukum kepemilikan emas dan
perak yang belum mencapai nishab?
Pertanyaan ini dapat di ilustrasikan sebagai
berikut: “Seseorang yang memiliki emas dan
telah memasuki masa haul, tetapi belum
87
mencapai nishab, orang tersebut juga memiliki
perak yang apabila dijumlahkan kepada emas
akan terhitung mencapai nishab”.
Menggapai persoalan ini ulama berbeda
pendapat yaitu:
Pertama : untuk mencukupi nishab emas, perak
yang dimiliki ditambahkan atau dihitung
dengan dijumlahkan kepada emas lalu
dikeluarkan zakatnya. Kelompok ini dipelopori
oleh jumhur (Hanafiyah, Malikiyah yang
merupakan riwayad dari Ahmad, Al-sauri dan
Al-auzaa‟i3 alasan yang dijadikan dasar adalah
bahwa antara emas dan perak merupakan dua
benda berharga yang dapat menjadi tolak ukur
perdagangan.
Kedua : kelompok Syafi‟iyah dan selalu
riwayat Ahmad, Abu Ubaid, Ibnu Abi Hailaa,
Abu Saur, Ibnu Hazm, Al-banaani4, dan Ibnu
Usaimin5. Mereka berpendapat bahwa
88
kepemilikan seseorang atas emas dan perak
yang masing-masing belum sampai nishab
tidak boleh dijumlahkan antara satu dengan
yang lainnya dengan tujuan mencapai nishab
agar dapat dikeluarkan zakat. Pandangan
seperti ini didasarkan kepada alasan sebagai
berikut :
1) Keumuman hadis Nabi SAW :
ليس : ليس فيو دون خمس أواق صدقو وقولحتى يكون لك _ يعنى الذىب _ عليك شيء
عشرون ذينارا
Artinya : “Tidak dikenakan kewajiban zakat
bagi harta yang kurang secara minimal
dari lima “awaaq”. Dan sabda rasul :
“engkau tidak dikenakan atasmu kewajiban
zakat atas emas yang kau miliki sebelum
jumlahnya mencapai harga dua puluh
dinar”.
Dua hadis diatas menunjukan bahwa
jumlah kepemilikan emas dan perak
89
diwajibkan mengeluarkan zakat dari
keduanya walaupun belum mencapai
nishabnya.
2) Alasan qiyas yaitu qiyas Sapi dan
Kambing kepemilikan atas Sapi yang
belum mencapai nishab dan juga Kambing
yang dijumlahkan antara satu dengan yang
lainnya, demikian pula hal ini berlaku juga
pada emas dan perak yang masing-masing
memiliki batasan nishab.
Apabila kepemilikan emas dan perak
belum mencapai nishab, maka tidak dapat
dijumlahkan emas kepada perak untuk
mencapai nishab dan dikeluarkan zakat.
Akan tetapi, kepemilikan atas dua jenis
harta tersebut telah dikenakan kewajiban
zakat tanpa menunggu pencapaian
nishabnya. Ketentuan ini tidak berlaku
atas emas dan perak yang dijadikan objek
90
perniagaan. Untuk harga perniagaan,
berlaku ketentuan zakat perniagaan
dengan syarat dan hukum yang ada.6
Zakat Uang Tunai
Diantara ulama kontemporer ada yang
berpendapat zakat uang yang dimiliki
(disimpan) diserupakan dengan emas dan
perak. Pendapat ini memandang
kedudukan uang tunai dalam kehidupan
manusia lebih sangat berarti bagi kamu
yang menghajatkan (fakir dan miskin), hal
yang patut difahami secara seksama
adalah, ketentuan wajib zakat atas
kepemilikan emas dengan nishabnya
mendekati nishab atas harta-harta lainnya
seperti 5 ekor Unta dan 40 ekor Kambing.
Secara akal, kepemilikan 4 ekor Unta dan
39 Kambing yang dianggap fakir tidak
beralasan walau ketentuan nash
91
menyebutkan 5 ekor dan 40 ekor. Karena
dengan 4 ekor Unta dan 39 ekor Kambing
apabila dihitung harganya justru akan
melebihi harga 85 gram emas atau 595
gram perak, dengan penjelasan sebagai
berikut :
Harga 1 gram emas 24 karat = Rp
200.000,-
85 gram x Rp 200.000,- = Rp 17.000.000,-
Harga seekor Kambing RP 450.000,- x 40
ekor = RP 18.000.000,- apabila emas
dikenakan zakat 2,5% maka
perhitungannya adalah ; RP 17.000.000,- x
2,5/100 (x1/4) = Rp 450.000,-
Ternyata skor perhitungannya sama
kemudian tentang harta yang diperoleh
berupa uang tunai senilai jumlah diatas
pun juga berkewajiban mengeluarkan
92
zakat setara dengan ketentuan diatas.
Apabila rezeki beberapa uang tunai belum
mencapai nishab, maka ketentuannya pun
„wajib‟ disesuaikan dengan yang telah
mencapai nishab. Hal itu berdasarkan
perhitungan riil penghasilan, misalnya: A
memperoleh uang tunai Rp 1.000.000,-
dan B memperoleh Rp 18.000.000,- A
wajib mengeluarkan zakat Rp 1.000.000,-
x 2,5% = 25.000,- sedang B Rp
18.000.000,- terkena Rp 25.000,- maka Rp
18.000.000,- Rp 25.000 x 18 = 450.000,-
jadi ukuran dan kadarnya sama.
Kenyataan ini mengantarkan kepada
penamaan bahwa kata zakat tidak
selamanya tertumpu pada nishab.
Seandainya haru “nishab” maka jarang
orang yang terkena khitab wajib zakat dan
mungkin umat islam akan menunggu
nishab untuk berzakat, padahal ayat-ayat
93
al-qur‟an telah tegas mengungkapkan
kata-kata zakat dengan kata infaq, sadaqah
dan lainnya, ketentuan nishab
diungkapkan jelas melalui zakat dan
lainnya dengan infaq, sadaqah atau
padanannya.
Dengan demikian kewajiban zakat atas
uang tunai alah 2,5%, sebagaimana emas
dan perak. Selain itu, ketentuan ini tidak
harus dibatasi dengan nishab.
WAllahu‟alam.
Zakat Harta Dagangan
Yang dimaksud harta dagangan adalah
harta yang dimiliki dengan akad tukar
dengan tujuan memperoleh laba, dan harta
yang dimilikinya harus merupakan hasil
usahanya sendiri. Nisab harta dagangan
sama dengan nilai harga emas, zakat
tersebut dikeluarkan setiap tutup buku,
94
setelah perdagangan berjalan selama satu
tahun lamanya, seluruh uang dan barang
yang ada dari bahan dagangan tersebut
dihitung harganya, dan dari keseluruhan
jumlah tersebut dikeluarkan zakatnya
sebesar 2,5%.
Zakat Hasil Bumi (Makanan Pokok dan
Buah-buahan).
Zakat hasil bumi wajib dikeluarkan setiap
panen dan tidak harus menungggu sampai
“haul” atau satu tahun dimiliki. Kadar
yang wajib dikeluarkan dalam zakat hasil
bumi adalah sepersepuluh atau 10%,
manakala tanaman dan buah-buahan itu
disiram oleh air hujan atau aliran sungai.
Tetapi, apabila pengairan menggunakan
air irigasi (dengan membayar) dan
sejenisnya, maka cukup mengeluarkan
zakat 5% saja.
95
Zakat Barang Tambang dan Barang
Temuan.
Para ulama berbeda pendapat mengenai
barang tambang yang wajib dizakati.
Diantara mereka ada yang berpendapat
bahwa barang itu adalah segala macam
jenis hasil bumi yang berharga, tidak
terbatas pada emas dan perak saja
melainkan juga seperti besi, tembaga,
timah, permata, intan, berlian, minyak
bumi dan lain-lain. Sebagai syaratnya
sudah mencapai nishab. Akan tetapi, untuk
tindakan hati-hati terhadap persoalan yang
terkait erat dengan kewajiban agama,
maka mengeluarkan zakat 20% atas harta
temuan adalah lebih utama pada setiap
memperolehnya. Demikian juga terhadap
barang tambang yang sengaja ditemukan
dengan menggunakan berbagai alat, maka
96
perongkosan untuk itu juga diperhitungkan
terlebih dahulu sebelum hasil ,urmi
diperoleh dan dikeluarkan zakatnya.
Zakat Madu dan Produksi Hewan.
Madu yang terbentuk intisari tanaman dan
bunga-bungaan yang terus-menerus
ditimbun wajib dikeluarkan zakatnya
seperti halnya biji-bijian dan kurma,
karena beban tanggung jawab didalamnya
tidak berbeda daripada beban tanggung
jawab yang terdapat pada tanaman dan
buah-buahan. nishab zakat madu besarnya
sama dengan harga 5 waqas (653kg)
makanan pokok seperti Gandum, Beras,
jagung, sagu dan sejenisnya. Syari‟at telah
menetapkan demikian dan besarnya 10%
atau sepersepuluh.
97
Zakat Investasi
Kekayaan yang mengalami pertumbuhan
oleh islam diwajibkan zakat ada dua
macam, pertama: kekayaan yang dipungut
zakatnya dari pangkal dan
pertumbuhannya, yaitu dari modal dan
keuntungan investasi dagang. Oleh
karenanya, hubungan antar modal dengan
keuntungan dan hasil investasi itu sangat
jelas, besar zakatnya 2,5%. Kedua: adalah
kekayaan yang dipungut dari investasi dan
keuntungannya saja pada saat keuntungan
itu diperoleh.
Pada zakat investasi ditentukan 2,5% ysng
dipungut dari modal dan keuntungan
setiap tahun. Tetapi, jika investasi ini
dipungut dari investasi dan keuntungannya
saja pada saat keuntungan itu diperoleh
tanpa menunggu masa setahun, maka
besar zakatnya 10% atau 15%.
98
Zakat Pencaharian dan Profesi.
Pekerjaan dan pencaharian yang
menghasilkan uang ada dua macam, yaitu;
Pertama; Pekerjaan yang dikerjakan
sendiri tanpa bergantung pada orang lain
karena kecekatan tangan (keterampilan)
atau karena otak. Penghasilan dengan cara
ini merupakan penghasilan profesional,
seperti penghasilan seorang dokter,
insinyur, advokat dan lain-lain.
Kedua; Pekerjaan seseorang yang
dikerjakan untuk orang lain, baik
pemerintah, perusahaan, maupun
perseorangan dengan memperoleh upah
yang diberikan dengan tangan, otak
ataupun keduanya. Penghasilan dari jenis
pekerjaan semacam ini berupa gaji, upah
maupun honorarium.
99
Penentuan nishab zakat pencaharian dan
profesi sama dengan emas yaitu 85 gram
emas murni da nada yang berpendapat 96
gram. Akan tetapi sebagai langkah hati-
hati dalam memaknai sebuah ibadah
sebaiknya diukur yang terendah yaitu 85
gram emas murni 24 karat, 97 gram 21
karat dan 113 gram 18 karat dengan zakat
2,55 atau 1/40.
Zakat Binatang Ternak.
a. Kambing
Jumlah Kambing yang wajib dizakati
sebagai berikut;
1) Setiap 40 ekor Kambing wajib
dikeluarkan 1 ekor
2) Setiap 121 ekor Kambing wajib
dikeluarkan 2 ekor Kambing
100
3) Setiap 201 ekor Kambing wajib
dikeluarkan 3 ekor Kambing
4) Dan setiap pertambangan 100 ekor
Kambing dikeluarkan 1 ekor
Kambing.
b. Nisab Sapi
Jumlah Sapi yang diwajibkan zakat
adalah;
1) 30 ekor Sapi, wajib dizakati 1 ekor
tabi‟i atau tabi‟ah
2) 40 ekor wajib dikeluarkan zakat 1
musinnah
3) 60 ekor Sapi wajib dikeluarkan
zakatnya 2 ekor tabi‟i atau tabi‟ah
101
4) 70 ekor Sapi wajib dikeluarkan
zakatnya 1 ekor musinnah dan 1
ekor tabi‟i atau tabi‟ah
5) 90 ekor Sapi wajib dizakati 3 ekor
tabi‟i atau tabi‟ah
6) 100 ekor Sapi wajib mengeluarkan
zakat 2 ekor tabi‟i atau tabi‟ah dan
1 ekor musinnah
7) 120 ekor Sapi wajib dizakati 3 ekor
musinnah dan 4 ekor tabi‟i atau
tabi‟ah.
102
ILUSTRASI ZAKAT HEWAN
Jumlah Kambing
Ketentuan Zakatnya Dari Sampai
1
40
121
201
400
500
39
120
200
339
499
599
Tidak ada zakat
1 ekor Kambing
2 ekor Kambing
3 ekor Kambing
4 ekor Kambing
5 ekor Kambing
Keterangan; Setiap pertambahan 100 ekor Kambing
dikenakan 1 ekor Kambing zakatnya.
103
Jumlah Kambing
Ketentuan Zakatnya Dari Sampai
1
30
40
60
70
80
90
100
29
39
59
69
79
89
99
109
Tidak ada zakat
1 ekor tabi‟i atau tabi‟ah (anak
Sapi yang berumur satu tahun)
1 ekor musinnah (Sapi yang
berumur 2 tahun)
2 ekor tabi‟i atau tabi‟ah
1 ekor tabi‟i dan 1 musinnah
2 ekor musinnah
3 ekor tabi‟i
2 ekor tabi‟i dan 1 ekor
musinnah
Keterangan; Setiap 30 ekor, zakatnya seekor Tabi‟i atau
Tabi‟ah dan setiap 40 ekor, zakatnya 1 ekor Musinnah.
104
Jumlah Kambing
Ketentuan Zakatnya
Dari Sampai
1
5
10
15
20
25
36
46
4
9
14
19
24
35
45
60
Tidak ada zakat
1 ekor Kambing
2 ekor Kambing
3 ekor Kambing
4 ekor Kambing
Bintu makhaad, seekor Unta berumur
satu tahun dan masuk tahun ke dua. Disebut demikian karena induknya
sedang bunting.
Bintu labuun, yaitu seekor Unta betina berumur 2 tahun dan masuk tahun ketiga.
Disebut demikian karena induknya sudah
melahirkan dan pada masa menyusui.
Haqqah, yaitu seekor Unta betina
berumur tiga tahun dan masuk tahun keempat. Disebut demikian karena Unta
tersebut sudah siap kawin.
105
61
76
91
121
130
140
150
160
170
180
190
200
75
90
120
129
139
149
159
169
179
189
199
209
Jada‟ah seekor Unta berumur 4 tahun dan masuk tahun kelima.
2 ekor Bintu labuun
2 ekor Haqqah
3 ekor Bintu labuun
1 ekor haqqah + 2 ekor bintu labuun
2 ekor haqqah + 1 ekor bintu labuun
3 ekor haqqah
4 ekor bintu labuun
3 ekor bintu labuun + 1 ekor haqqah
2 ekor bintu labuun + 2 ekor haqqah
3 ekor haqqah + 1 ekor bintu labuun
4 ekor haqqah + 5 ekor bintu labuun
Keterangan; Setiap 50 ekor zakatnya seekor haqqah, dan
setiap 40 ekor zakatnya 1 ekor bintu labuun.
106
CATATAN KAKI
1 Al-Sayyid Salim, Op. cit., hal.16
2 Ditakhrij Abu Daud dengan nomor hadis 1558, at-turmuzi
(616), an-Nasai (juz 5 hal, 37) Ibnu Majah (1790), ahmad juz
1, hal 121.
3 Al-mausuu‟ah al-Fiqhiyyah, juz 23, hal 267.
4 Tamam al-Munnah, hal 360.
5 Al-Syarh al-Mumta‟ juz 6 hal 107
6 Op, cit., hal 109, lihat juga al-Mugniy, juz III, hal 2-3
107
108
A. PENGERTIAN
Deposito adalah : penyimpanan uang dalam bank
dengan mendapatkan bunga (biasanya pengambilan
uang ditentukan lamanya). Mendepositokan uang
berarti menyimpan uang dalam bank dengan cara
deposito, seperti uangnya didepositokan kepada
bank rakyat dengan bunga 6% setahun.1
Pengertian lain dari deposito adalah : nama yang
diberikan pada simpanan deposan di bank yang
lazim diletakan pada persyaratan dengan jangka
waktu peminjaman. Deposan adalah orang atau
badan yang ada didalam masyarakat dan
mempunyai kelebihan uang yang tidak dikonsumsi
109
atau tidak dipergunakan. Yang kemudian
menyimpannya di bank.
Penyimpanan di bank, dibatasi oleh jangka waktu
yang diinginkan, yaitu dapat dilakukan untuk
periode setengah tahun, setahun atau dua tahun
lamanya. Oleh karena itu, pada prinsipnya deposito
diberi bunga oleh bank yang paling tinggi, jika
dibandingkan dengan simpanan lainnya di bank.
Makin lama jangka waktu yang diinginkan, makin
tinggi bunganya, mengingat bahwa manfaat dari
modal yang terkumpul ini bagi bank adalah sangat
menguntungkan.2
Menurut undang-undang no. 10 tahun 1998 yang
dimaksud dengan deposito adalah simpanan yang
penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpanan uang dibank. Dengan demikian, jika
nasabah deposan menyimpan uangnya untuk
jangka waktu tiga bulan, maka uang tersebut baru
110
dapat diberikan setelah jangka waktu tersebut
berakhir dan sering disebut tanggal jatuh tempo,
dan sarana atau alat untuk menarik uang yang
didepositokan sangat tergantung dari jenis
depositonya.
B. TINJAUAN FIKIH TENTANG BUNGA
UANG DEPOSITO DI BANK
Yang dimaksud dengan bunga uang deposito
adalah kelebihan uang yang diperoleh deposan atas
dasar simpanan pokok (deposito) di bank, sesuai
dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana
penerapan bunga deposito di bank.
Pada dasarnya, menyimpan uang (mendepositokan)
di bank telah menjadi kebiasaan lumrah dikalangan
masyarakat dunia termasuk Indonesia. kebiasaan
yang membudaya ini tentu dengan berbagai macam
tujuan, antara lain untuk keamanan uang mereka
dari pencurian, perampokan, kebakaran dan lain-
111
lain dan berharap memperoleh keuntungan atau
pertambahan dari nominal asalnya dengan cara
memproduksikan dan kontinu.
Dalam pelaksanaannya, deposito tersebut ada yang
menjadi deposan tetap da nada yang tidak tetap.
Kata “bunga” menurut istilah perbankan Berasal
dari bahasa latin “rendetan” : yaitu hasil tanaman
antara lain misalnya disawah, kebun dan ladang
yang bersifat bertambah dan berkembang.3
Kasmir berpendapat bahwa “bunga‟ adalah harga
yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki
simpanan) dengan yang harus dibayar kepada
bank.4
Pandangan fuqaha tentang bunga uang;
1. Fuqaha yang memperbolehkan bunga uang di
bank.
a. Mahmud Syaltut beranggapan bahwa
“bunga” merupakan simpanan halal
dengan alasan bahwa uang yang disimpan
112
bukan merupakan hutang bagi sipemilik
secara sukarela menyimpannya yang
kemudian oleh pihak pos (bank)
dikembangkan atau diputar dalam
lapangan perniagaan yang jarang bahkan
tidak akan mengalami kerugian.
b. A. Hasan (tokoh persis Bandung yang
pindah ke Bangil) mengatakan bahwa
bunga bank itu bukanlah riba yang
diharamkan, karena tidak bersifat berlipat
ganda sebagaimana disebutkan di dalam
al-Qur‟an surat Ali Imran : 130
يآيهاالذين ءامنوا التأكلواالربوا اضعافا مضاعفة
(130)واتقوااهلل لعلكم تفلحون
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah engkau memakan riba dengan
berlipat ganda5 dan bertawakAllah engkau
113
kepada Allah supaya engkau memperoleh
keberuntungan.”
c. Syafrudin Prawiranegara (tokoh masyumi)
berpendapat bahwa bunga bank itu tidak
termasuk riba, karena pada dasarnya
bunga bank adalah jasa yang dikeluarkan
atau dipungut dari dan untuk pembiayaan
administrasi bank itu.
2. Ulama (fuqaha) yang mengharamkan bunga
bank;
a. Adiwarman A.Karim : “bunga bank
termasuk dalam riba nasi‟ah yang
diharamkan dalam islam. Sebab, teori
pembungaan uang hanya merupakan
bagian dari teori riba yang jauh lebih
komprehensif.”6
b. Dr. Kaharuddin Yunus : “bunga bank
termasuk riba yang dilarang. Perbankan
yang ada sekarang ini mula-mula lahir
114
dari sistem ekonomi kaptalis.apabila
sistem ekonomi islam dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya, maka dengan
sendirinya akan menghilangkan sistem
bunga bank yang dianut dalam lembaga
perbankan sekarang ini.”7
c. Abdul Halim Hasan (Medan) : “bahwa
bunga bank berapapun kecilnya termasuk
riba yang dilarang.”8
3. Ulama yang mengatakan : “ bunga bank
adalah perkara yang syubhat (antara halal dan
haram)”.
Ulama muhamadiyah dalam majlis tarjih
muhamadiyah sidoarjo membuat kepputusan
bahwa bunga yang diberikan oleh bank-bank
milik Negara kepada para nasabahnya atau
sebaliknya, termasuk perkara syubhat. Majlis
tajrih muhamadiyah Yogyakarta dalam
115
muktamar tajrih muhamadiyah tahun 1989
dalam masalah bunga bank masih membuat
keputusan yang sama, yakni bunga bank
adalah “syuhbat”.
Uraian diatas, mendeskripsikan pandangan
para ahli tentang bunga uang di bank menjadi
tiga :
Pertama : bunga uang di bank (deposito)
tidak haram, karena bunga itu
tidak sama dengan riba.
Walaupun secara riil keduanya
sama-sama berupa tambahan atas
modal.
Kedua : bunga uang di bank (apapun
bentuknya) haram, karena adanya
kesamaan antara bunga dengan
riba berdasarkan Q.S / 3 : 130.
116
Ketiga : bunga uang di bank termasuk
syubhat, yaitu antara halal dan
haram.
C. KEBUTUHAN MANUSIA DAN
PROBLEMATIKANYA DALAM
EKONOMI
Kenyataan kehidupan, terutama dalam dunia
perekonomian, pinjam meminjam merupakan
keadaan yang lumrah yang dimaklumi bersama.
hampir semua sektor perdagangan mulai dari
tingkat bawah, menengah maupun atas
mendasarkan modal pada uang pinjaman. Para
pengusaha termasuk pedagang menggunakan akses
pinjaman untuk modal usahanya kepada siapa saja
yang memungkinkan termasuk bank, dengan
harapan memperoleh keuntungan melalui
pengembangan perputaran uang modal pinjaman
itu. kegiatan pinjam meminjam oleh masyarakat
117
terutama umat islam medapat legalitas al-Qur‟an
yang berbunyi :
يآيهاالذين ءامنوا إذاتداينتم بدين الى اجل مسمى
فاكتبوه
Artinya : “Wahai orang-orang yang
beriman, apabila engkau mengadakan
hutang piutang yang akan dipenuhi pada
suatu masa yang ditentukan,1 maka
hendaklah engkau tuliskan”.
Ayat ini menjelaskan fakta kehidupan bahwa
hutang piutang dalam perekonomian untuk setiap
masa akan selalu ada dan diakui oleh islam.
Pengakuan itu tentu saja pada tataran yang patut
dibenarkan berdasarkan aturan global sinyal al-
Qur‟an dan as-Sunnah. Aturan islam secara umum
ditegakkan atas dasar kekeluargaan, gotong royong,
dan saling menolong. Allah SWT berfirman :
118
وتعاونوا على البر والتقوى والتعاونوا على اإلثم
والعدوان
Artinya : “… Dan bertolong menolonglah
kalian dalam kebajikan serta bertakwa, dan
jangan kalian bertolong menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran…”
Dibeberapa ayat al-Qur‟an memberikan sinyal
implisit bahwa Allah SWT menetapkan atas
hamba-hambanya agar mereka mengembangkan
harta yang dimiliki melalui berbagai sarana dan
upaya yang tidak mengakibatkan gangguan kepada
orang lain. Allah SWT juga mengisyaratkan kepada
hamba-hambanya agar mengelola harta dengan niat
suci, serta kebersihan sarana pengembangan dan
keluhuran tujuan.
Untuk itu Allah melarang memakan harta sesama
tanpa dasar kebenaran, dan jika hal itu dilakukan,
maka Allah menganggapnya sebagai pelanggaran.
119
Allah tidak meridhoi perbuaatan tersebut karena
Allah memperingatkan :
يآيهاالذين ءامنوا التأكلوا اموالكم بينكم بالباطل
Artinya : “Hai orang-orang beriman,
janganlah kalian saling memakan harta
seseorang secara batil.”
Dalam hal ini, Rasulullah SAW menambahkan
bahwa harta yang dimiliki oleh seorang muslim
memilikikehormatan besar bahkan disejajarkan
dengan kehormatan “baitulloh” dibulan zulhijjah
pada hari nahar. Maksudnya, bagi siapapun yang
menggrogoti harta muslimin secara tidak benar,
maka sama dengan melanggar kehormatan
baitullah al-haram., sekaligus melanggar bulan al-
Haram pada hari nahhar itu.
Bila kita amati sistem ekonomi perbankan sekarang
ini, menerapkan sistem pembungaan seperti di
bank-bank konvensional, tentu kita dapat
mengatakan secara spontan bahwa sistem tersebut
120
bertentangan dengan sistem ekonomi yang
dikehendaki oleh Allah. Benarkah demikian? Hal
ini terbukti ketika seorang kreditur meminjam uang
kepada debitur (bank) untuk tambahan modalnya
usahanya, lalu bank memberikan pinjaman modal
kepadanya dengan syarat kreditur harus membayar
bunga setiap bulannya kepada debitur. Dengan
begitu kreditur dituntut untuk selalu, tidak boleh,
harus, mutlak dan pasti untung dalam setiap
penggunaan kesempatan yang ada. Sejak dimulai
masa pembayaran, ia mulai merasa dikejar-kejar
dan harus lari marathon untuk dapat melunasi
kredit berikut dengan bunganya. Kini ia dihadapi
dengan tiga pilihanyang semuanya terasa pahit
yaitu melunasi kreditnya tepat pada waktunya, atau
menunda pelunasan kreditnya dengan resiko
peningkatan bunga atau masuk penjara.
Terpaksalah ia menunda pelunasannya dan
bertambah9 pula hutangnya begitulah seterusnya
121
dengan semakin bertambah bunganya. Disini jelas
terdapat unsur kezaliman didalamnya.
Selain itu, penggunaan uang menimbulkan dampak
negative bagi manusia dan perekonomian seperti
timbulnya egonism moral spiritual, bahkan
sebagaimana yang dikemukakan al-Maududi bahwa
institusi bunga dapat menyengsarakan dan
menghancurkan masyarakat melalui pengaruhnya
terhadap karakter manusia diantaranya, bunga
menimblkan pesaan cinta kepada uang dan hastar
untuk mengumpulkan harta bagi kepentingan
sendiri, tanpa mengindahkan perintah dan
peringantan Allah. Bunga juga dapat menimbulkan
sikap egois bakhil, berwawasan sempit dan berhati
batu.
Secara sosial, bunga uang merusak semangat
berkhidmat kepada masyarakat. Orang akan enggan
berbuat apapun kecuali yang memberi keuntungan
bagi diri sendiri. Keperluan seseorang dianggap
peluang bagi orang lain untuk meraup untung.
122
Masyarakat yang demikian, tidak akan mencapai
solidaritas dan kepentingan bersama untuk
mencapai keberhasilan dan kesejahteraan. Depat
atau lambat, masyarakat demikian akan mengalami
perpecahan.10
Mengutip al-Razi, Adiwarman mengetengahkan
alasan pelanggaran bunga bank yaitu :
1. Karena mengambil harta sipeminjam secara
tidak adil.
2. Karena merusak moralitas manusia.
3. Karena merendahkan martabat manusia.
4. Karena akan membuat yang kaya akan
semakin kaya dan yang miskin akan semakin
miskin.
5. Karena jelas-jelas dilarang oleh al-Qur‟an
dan as-Sunnah.11
123
Seorang pakar ekonomi barat, Sir Thomas Calbiber
berkata : “Sesungguhnya melonjaknya tingkat
bunga bank membuat orang menjadi malas”. Lebih
lanjut ia mengatakan : “Ketentuan penurunan
tingkat bunga itu memberikan kesempatan untuk
meningkatkan pertanian dan mendorong semangat
perindustrian kita yang mati”.12
itu berarti
meningkatnya suku bunga akan mengakibatkan
makin sedikitnya proyek-proyek yang berdaya
guna dan meningkatnya industry-industri yang
gulung tikar setiap tahun, maka dengan sendirinya
produksi akan menurun dan harga-harga akan
meningkat tajam dan pengangguran akan
meningkat pula. Seperti krisis ekonomi yang
merambah kepada krisis multidimensi yang
melanda bangsa Indonesia pada tahun 1998, juga
belahan dunia lainnya, yang dipicu oleh dua sebab
utama, dan salah satunya adalah bunga bank,
seperti yang ditugaskan oleh Dr. Thamrin Abdul
Muhsin Sulaiman yang mengatakan bahwa bunga
124
bank merupakan salah satu sumber labilitas
perekonomian dunia.13
Dengan demikian, satu sisi bunga bank dapat
menjadi penyebab timbulnya krisis dan di sisi lain
keberadaan uang bank sangat menentukan gairah
ekonomi. Dan manusia secara keseluruhan tidak
akan pernah lari dari kenyataan bahwa dirinya
dalam beraktivitas ekonomi erat kaitannya dengan
keberadaan bank itu sendiri.
D. TINJAUAN FIKIH TENTANG
DEPOSITO (BUNGA BANK)
1. Deposito dalam Dunia Perbankan.
Deposito merupakan salah satu kegiatan bank yang
mempunyai peranan penting dalam pengumpulan
modal guna operasi suatu bank tersebut. Dunia
perbankan merupakan lembaga yang di zaman
Rasulullah saw belum dikenal. Karena itu, bila
ditinjau dari hukum islam, lembaga ini termasuk
125
persoalan yang ijtibadiah yang mengundang
pendapat pro dan kontra.
Perbedaan penting yang bersifat prinsip antara
sistem ekonomi islam dengan sistem ekonomi
konvensional adalah terletak pada cara penentuan
keuntungan. Pada sistem ekonomi konvensional
(bank) jasa atau bunga pinjaman ditentukan lebih
dahulu dan perhitungan menurut besar bunga yang
ditentukan dari jumlah pinjaman atau simpanan
(deposito) uang di bank, seorang atau badan hukum
yang meminjam uang di bank, sejak hari mulai
pinjaman atau sejak saat yang ditentukan dalam
perjanjian, ia sudah menanggung beban membayar
bunga, tanpa dipergitungkan uang pinjamannya itu
mendatangkan hasil atau tidak pada prinsipnya,
perbankan konvensional diatur oleh pemerintah.
Pemerintah menentukan patokan-patokan antara
lain besar kecilnya bunga, dan mengendalikan serta
mengawasi jalannya perbankan, baik milik negara
maupun swasta. Hasil dari perbankan, untuk
126
membiayai pengeluaran seperti gaji pegawai, untuk
kepentingan bank itu sendiri, dan juga untuk negara
dan lain-lain. Menurut M.N. Siddiqi, seorang pakar
ekonomi islam terkemuka mengatakan, lembaga
perbankan dalam perekonomian modern
mempunyai peranan yang sangat penting. Dengan
sarana yang diciptakan dan kemudahan-kemudahan
yang diberikannya, bank telah berhasil menjadi
perantara dalam keuangan, memudahkan
pertukaran, membantu pembentukan modal dan
kemungkinan berproduksi dalam skala massal.
Dengan demikian, dalam sistem perekonomian
sekarang ini bank memainkan peranan yang
menentukan dalam pengalokasian sumber-sumber
keuangan yang tersedia dalam masyarakat. Di
samping itu, bank juga melaksanakan peranan lain
seperti menerima simpanan dalam bentuk deposito,
rekening giro, tempat penyimpanan yang aman
bagi barang-barang berharga dan berbagai bentuk
127
pelayanan lainnya, seperti pembayaran dan
penerimaan.14
Dengan demikian, lembaga perbankan itu bukanlah
suatu masalah, karena bank adalah lembaga
perekonomian yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia, seperti tempat menyimpan uang secara
aman, mengirim wesel dan lain-lain. Karena itu
melihat fungsi dan peranannya15
yang bermanfaat
bagi manusia dalam perekonomian modern itu,
maka lembaga perbankan itu dapat dihalalkan
menurut pandangan Islam.
2. Prinsip Dasar Zakat Bunga Deposito.
Definisi zakat memang sangat luas, karena zakat
dapat berarti kewajiban yang diberikan Allah
kepada umat islam di dunia dan yang berharta
(kaya) dengan tujuan bias memberikan manfaat
materi bagi saudaranya sesama muslim. Hal ini
dimaksudkan agar kemanfaatan materi itu dapat
memenuhi hajat kaum dhuafa atau dapat juga
128
berguna untuk kepentingan umum. Definisi zakat
yang terdapat dalam al-Quran bukan hanya
merupakan suatu pemberian secara sukarela,
sedekah, pajak, pemberian berdasarkan kebaikan,
pungutan resmi pemerintah, amal jariah dan lain
sebagainya. Namun, ia merupakan komunikasi dari
seluruh pengertian itu, sebagaimana yang
dikehendaki Allah dengan tujuan-tujuan dan moral
yang tinggi. Karena definisi yang sanagt mendalam
dan orisinil dari al-Quran sesuai dengan
ketinggiannya sebagai kitab suci dan petunjuk dari
Allah untuk semua manusia terutama umat islam.
Definisi zakat secara sederhana adalah kesucian
secara teknis definisi itu adalah pengeluaran
sebagian harta benda yang dimiliki oleh orang
muslim yang kaya, baik itu berupa uang atau nilai
barang-barang dagangannya, ternak dan hasil panen
sawah ladangnya, menurut ukuran yang telah
ditetapkan. Dan hukumnya wajib bagi setiap
muslim yang kaya. Dengan ibadah ini, islam telah
129
berdiri siap menghadapi kemusykilan persoalan
harta benda untuk kaum muslimin yang dapat
memelihara mereka dari kesewenang-wenangan
harta benda yang merusak, sehingga menyebabkan
harta itu tertumpuk pada segelintir manusia saja
dan pada suatu bangsa, sedangkan sebahagian besar
dari bangsa itu tidak mempunyai apa-apa. Allah
SWT berfirman :
كى اليكون دولةبين األغنيآء منكم
Artinya : “Supaya harta itu jangan hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kalian”
Zakat sebagai ibadah dapat memelihara kaum
muslimin dari kejahatan anarkis, licik yang
membawa keruntuhan masyarakat sehingga bias
menghapuskan kegiatan-kegiatan pribadi dan
menghalangi tertimbunnya harta kekayaan di
130
tangan yang memerintah (berwenang) atas nama
masyarakat.
Mengingat zakat sebagai rukun ketiga dari rukun
islam yang lima, memiliki dampak sosial ekonomi
yang baik dan penting, sehingga khalifah Abu
Bakar berani mengambil resiko untuk memerangi
orang yang membangkang membayar pajak
(perang riddah). Tentang harta benda yang
dikenakan atasnya zakat, Allah berfirman :
خذمن اموالهم صدقة تطهرىم وتزكيهم بهاوصل
عليهم ان صلوتك سكن لهم واهلل سميع عليم
(103)
Artinya : “Ambillah zakat dari sebahagian
harta mereka, dengan zakat itu engkau
membersihkan dan mensucikan mereka dan
berdo‟alah untuk mereka. Sesungguhnya
doa mereka itu menjadi ketentraman jiwa
131
bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.”
للسآئل (24)والذين فى اموالهم حق معلوم
(25)والمحروم
Artinya : “Dan pada harta-harta mereka
ada hak untuk orang miskin yang meminta
dan orang miskin yang tidak mendapat
bahagian.”
(19)وفى اموالهم حق للسآئل والمحروم
Artinya : “Dan orang-orang yang dalam
bertanya terdapat bahagian tertentu, bagi
orang miskin yang meminta dan orang yang
tidak mempunyai apa-apa yang tidak mau
meminta.
Kata (اموالهم) dalam surat-surat di atas,
mengandung pengertian semua jenis harta benda
yang dimiliki, baik berupa ternak, tanam-tanaman
132
ataupun uang yang dijadikan manusia sebagai
sarana hidupnya.
Pada masa Nabi SAW jenis harta yang dikenakan
atasnya kewajiban zakat terbatas pada emas, perak,
barang, perdagangan, biji-bijian, buah-buahan,
rikaz (barang temuan) dan binatang ternak. Oleh
karenanya, perlu pemahan yang baik dan jelas
dalam menghadapi persoalan tersebut dengan
memperhatikan dua pokok :
a. Ilat-ilat yang menyebabkan harta menjadi
sumber zakat di masa Nabi dan faktor yang
diperhatikan oleh Nabi SAW di saat
memfardhukan zakat atas harta benda.
b. Kemungkinan dapat diqiyaskannya benda-
benda selain yang ternashkan karena terdapat
padanya kesamaan illat :
133
ان علة وجوب الزكاة فى المال معقولة وىي النماء
كما نص الفقهاء الذين يعللون األحكام ويعلمون
األحكام ويعلمون بالقياس وإذا كان النماء ىوالعلة
فى وجوب الزكاة فإن الحكم يدورمعو وجودا
وعدما مجيثيحقق النماء فى مال وجبت فيو الزكاة
وإالفال
Artinya : “Sesungguhnya illah diwajibkan
zakat atas harta adalah logis yaitu adanya
pengembangan sebagaimana yang telah
dinashkan oleh para fuqaha terdapat
peletakan illat hukumnya berdasar qiyas.
Untuk itu apabila “pengembangan
merupakan illat diwajibkannya zakat, maka
keberadaan hukumnya akan mengikuti
harta benda itu baik adanya maupun tidak
adanya sesuai dengan sifat berkembangnya
yang ada pada benda tersebut. Apabila sifat
berkembang tidak ada padanya, maka
134
kewajiban itupun gugur dengan
sendirinya.”
Lebih tegas lagi menyebut illat harta benda yang
diwajibkan zakat ialah sifat perkembangan atau
sifat penerimaan untuk diperkembangkan pada
harta tersebut17
. Hasbi al-Shiddieqi mengatakan
“illat memfardhukan zakat pada harta
perkembangannya, zakat pada tumbuh-tumbuhan
misalnya ialah tumbuh-tumbuhan itu hasil bumi.
Maka sumber zakat ialah harta-harta yang
berkembang, bertambah besar atau menjadi lebih
besar dan yang menghasilkan penghasilan.
Walaupun pertambahan atau kesuburan pada
barang perdagangan itu bukan tabi‟i.18
Para ahli fiqih menetapkan syarat-syarat tertentu,
syarat tertentu hendaknya termasuk yang dapat
diharapkan perkembangannya, bukan untuk
menutupi kebutuhan. Di samping itu juga
135
ditetapkan bahwa harta itu menggolongkan
pemiliknya ke dalam golongan orang-orang kaya
menurut pengertian zakat.19
pada zaman insiden
saat ini banyak sekali jenis kekayaan manusia
berkat meningkatnya kemajuan ekonomi, teknologi
dan industry. Bahkan Yusuf al-Qurdlawi
memerinci sebagai berikut : zakat hewan, zakat
kekayaan (emas dan perak), zakat perniagaan, zakat
pertanian, zakat penghasilan dari barang-barang
tambang, penghasilan laut, zakat penghasilan hasil
usaha baik bangunan, pabrik, industry, dan lain
sebagainya, zakat dari segala usaha dan pekerjaan
bebas, dan juga zakat saham dan obligasi. Alasan
mereka yang mewajibkan zakat pada jenis-jenis
harta tersebut adalah :
1) Dasar yang digunakan Umar bin al-
Khattab dalam mewajibkan zakat pada
barang-barang yang dikeluarkan dari laut
yaitu : “bahwa barang-barang itu
136
pemberian dan karunia Allah, sama
dengan logam dan simpana-simpanan
jahiliyah yang didapat di dalam bumi”.20
2) Yusuf al-Qardlawi di samping
menyebutkan objek-objek zakat yang
umum, ia menyebutkan juga beberapa
jenis objek zakat lainnya yang timbul
karena perkembangan sekarang ini. Dalam
hal ini qardlawi berpikir menggunakan
objek “qiyas” (analogi) dengan jenis
kekayaan lain yang dikenakan zakat pada
masa nabi. Begitu juga kekayaan yang
dihasilkan dari hasil usaha, baik bangunan,
pabrik, industri, dan pada saat sekarang ini
banyak usaha keahlian yang
mendatangkan penghasilan kepada para
pengusaha dari karyawannya.
Demikian penjelasan tentang jenis sumber-sumber
penghasilan dan kekayaan yang harus dikeluarkan
137
zakatnya menurut dua pandangan di atas. Dengan
begitu orang-orang yang kaya raya karena memiliki
penghasilan berlebihan dari jenis usaha yang tidak
terdapat ketentuan nashnya mengelak dari
kewajiban mengeluarkan zakat. Oleh karenanya di
zaman modern ini banyak rumah-rumah,
apartemen, hotel, toko, kebun, tanah kosong
disewakan untuk memperoleh keuntungan. Hal ini
terjadi pula di lapangan perbankan bahwa banyak
orang yang mendepositokan uangnya di bank
dengan tujuan menjaga barangnya dari kebakaran,
perampokan, inflasi dan lainnya di samping
mencari keuntungan melalui bunga yang
diperolehnya. Artinya, harta deposito itu telah
diperkembangkan bahkan dijadikan kegiatan
perusahaan.
Zakat Berasal dari kata „zakat‟ yang berarti
menumbuh-kembangkan (annumuw, juga berarti
tambahan (ziyadah), memberkahkan (al-barakah)
138
dan mensucikan (al-tuhru), maka zakat itu sendiri
adalah ibadah dan kewajiban bidang harta benda
dalam rangka mencapai kesejahteraan ekonomi dan
mewujudkan keadilan sosial. Untuk itu dapat
dipahami bahwa zakat adalah sarana atau tali
pengikat yang kuat bagi hubungan vertical antara
manusia dengan sang khaliq dan hubungan
horizontal antara sesama manusia, khususnya
antara si kaya dan si miskin. Hubungan itu saling
memberi keuntungan moril maupun materil, baik
dari pihak penerima maupun pemberi.
Zakat juga diwajibkan untuk menutupi kebutuhan
fakir miskin, orang yang berhutang, para musafir,
serta untuk menyelenggarakan kepentingan umum
kaum muslimin seperti untuk kepentingan jihad fi
sabilillah, mengambil hati orang yang baru masuk
islam dan lainnya untuk kepentingan islam dan
Negara. itu berarti bahwa menutupi keperluan dan
mewujudkan kepentingan umum itu haruslah
139
merupakan kewajiban setiap orang yang
mempunyai kekayaan terutama kaum muslimin.
Sedangkan prinsip islam mengenai kekayaan
adalah bahwa kekayaan itu merupakan kekayaan
Allah, manusia hanya menerima amanat dari
pemiliknya yang asli dan saudara-saudara fakir
miskin dan orang-orang yang kekurangan lainnya
mempunyai hak dalam kekayaan itu dan dipandang
bahwa sesungguhnya mereka adalah anggota
keluarga.
Demikian juga di dalam kekayaan itu terdapat hak
umum (FI SABILILLAH) yang mutlak
disampaikan dan diberikan kepada umum itu.
Dengan pemberian zakat, pemaknaannya seakan-
akan harta itu diterima kembali oleh sang pemilik
asal (Allah SWT), walau secara zahir yang
menerima harta (zakat) adalah fakir miskin dan
golongan yang telah ditentukan al-Quran. Tentang
sirkulasi harta zakat al-Ghazali (450-550 H/ 1058-
140
1111 M) mengatakan : “Sesungguhnya sedekah itu
akan diterima Allah terlebih dahulu sebelum
kemudian diterima oleh fakir miskin (orang yang
berkebutuhan).”
Uang simpanan dan yang lainnya dalam pandangan
Zakiyah Daradjat termasuk harta benda yang harus
dikeluarkan zakatnya. Pada masa sekarang, banyak
ditemui bahwa mayoritas masyarakat umumnya
menaruh atau menyimpan uang di bank atau
membeli saham dan lain-lainnya. Bila ia
menyimpan uang di bank atau mendepositokannya,
maka tiap bulan ia akan mendapat bunga. Bila ia
membeli saham, maka tiap tahun ia menerima
keuntungan dari perusahaan yang dibeli sahamnya,
yang disebut dengan deviden. Bunga dari deviden
secara tersendiri dikenakan zakat penghasilan.22
sekalipun bunga bank itu dianggap sebagian orang
termasuk haram, akan tetapi haramnya bunga bank
itu bisa dijadikan alasan untuk membebaskan
141
pemiliknya dari kewajiban membayar zakat, oleh
karena melakukan atau menerima keuntungan dari
perbuatan terlarang tidak bisa memberikan
keistimewaan kepada mereka karenanya, para
fuqaha sepakat mewajibkan zakat atas perhiasan.23
Karena zakat merupakan sarana sebagai kewajiban
bidang harta yang tidak terdapat dari kemungkinan
cacat dan cela pada saat memperolehnya, maka
zakat berfungsi sebagai alat pensuci harta kekayaan
tersebut, sehingga harta itu menjadi bersih, suci
dan berkah seperti isyarat Q.S 9: 103 dan sabda
Nabi SAW berbunyi :
من أدى زكاة مالو ذىب عنو شره
Artinya : “Bagi yang menzakati hartanya,
maka zakat itu akan mengeluarkan kotoran
harta tersebut.”
Persoalan deposito, tabungan, saham, dan
semacamnya dipandang haram oleh sebagian ulama
142
karena kemiripannya dengan bentuk riba. Akan
tetapi, bagi lainnya uang yang diperkembangkan di
bank dikelola professional dan menunjang para
pelaku usaha di segala tingkatan untuk menambah
modal yang berarti berdaya guna efektif dalam
pengembangan. Dengan demikian, sesungguhnya
uang tersebut diorientasikan sepenuhnya kepada
aspek usaha produktif dan bukan konsumtif. Untuk
itu, perlu diberlakukan kewajiban zakat atas segala
bentuk usaha walau secara riil hanya menyimpan
dan tidak melakukan”action” apapun. Kewajiban
itu dipandang sebagai tindakan logis, setara dengan
pemilik modal dan bank adalah rekanan yang
mengoperasikan modal tersebut melalui kerjasama
dengan para peminjam yang menjadi uang
pinjaman itu untuk pengembangan usahanya.
143
Perbedaan zakat dan riba dijelaskan oleh al-Quran
sebagai berikut :
ومآءاتيتم من ربا ليربوا فى اموال الناس فال يربوا
عنداهلل ومآءاتيتم من زكوة تريدون وجو اهلل
فأولئك ىم المضعفون
Artinya : “Dan sesuatu riba (tambahan)
yang engkau berikan agar dia bertambah
ada harta manusia, maka riba itu tidak
menambah pada sisi Allah. Dan apa yang
engkau berikan berupa zakat yang engkau
maksudkan untuk mencapai keridhaan
Allah, maka bagi yang berbuat demikian
itulah orang-orang yang melipat gandakan
pahalanya.”
Menurut Quraish Shihab, ayat tersebut memberi
gambaran kepada kita bahwa dengan
mengefektifkan pelaksanaan zakat, infak, dan
sadaqah secara optimal, baik dalam cara
pengambilan maupun pendistribusiannya dengan
144
tepat akan dapat menghilangkan praktek-praktek
riba yang menjerat masyarakat lapisan bawah.25
Sebagai titik simpul, apapun jenis harta yang
dimiliki dan dapat diperkembangkan dikenakan
atas kewajiban zakat. Deposito merupakan bentuk
harta yang di dalam tataran perbankan lazim
berkembang dengan jaminan harta ini (deposito)
lebih lazim lagi ditetapkan padanya kewajiban
zakat. Bahkan agar menempati zakat atas deposito
ditentukan setiap memperoleh bunga darinya dan
tidak harus menunggu “haul” serta nishab. Sebab,
bisa saja seseorang menunggu haul tetapi dengan
alasan belum mencapai nishab tidak dikeluarkan
zakatnya. Wallahu a‟lam
145
CATATAN KAKI
1 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, Cet. Ke-VIII, 1984, hal 243
2 Ahmad Anwari, Praktek Perbankan di Indonesia Rekening
Koran dan Giro, I ; Jakarta, Balai Aksara, 1978, hal 12
3 KI. Moel Machfoed, Mimbar Ulama Islam, No. 27, th III,
1979, hal 57
4 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta ; Raja Grafindo Persada, 1999, Cet. Ke-3. Hal 21
5 Yang dimaksud riba di sini adalah riba nasi‟ah. Menurut
sebagian besar ulama bahwa riba nasi‟ah itu selamanya haram, walaupun tidak berlipat ganda. Riba itu ada dua macam :
nasi‟ah dan fadl. Riba nasi‟ah adalah pembayaran lebih yang
disyaratkan oleh orang-orang yang meminjamkannya. Riba
fadl adalah penukaran suatu barang dengan barang yang sejenis tetapi lebih banyak jumlahnya karena orang yang
menukarkan mensyaratkan demikian, seperti penukaran emas
dengan emas, padi dengan padi dan sebagainya. Riba yang dimaksud ayat ini adalah riba nasi‟ah yaitu yang berlipat
ganda dan umumnya terjadi dalam masyarakat arab zaman
jahiliyah.
6 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Islam Suatu Kejadian
Kontemporer, Jakarta, Gema Insani, 2001, Cet. Ke-1, hal 73
146
7 Ahmad Azhar Basyir, Hukum Islam tentang Riba, Hutang Piutang dan Gadai, Bandung ; Al. Ma‟arif, 1997, hal 31
8 Ibid
9 Ahmad bin Abdul Aziz Al-Hamdani, Kepada Nasabah dan
Pegawai Bank, Jakarta ; Gema Insani, 1992, Cet. Ke-1, hal 12
10 M. Syafi‟I Antonio, Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktek,
Jakarta ; Gema Insani, 2001, Cet. Ke-1, hal 77
11 Adiwarman A. Karim, op, cit, hal 71
12 Ahmad bin Abdul Aziz Al-Hamdani, op, cit, hal 17
13 Ismail Yusanto, dkk, Dinas Emas : Solusi Krisis Moneter,
PIRAC, SEM Institut, Infid, Jakarta, 2001, Cet. Ke-1, hal 11
14 M. N Siddiqi, Bank Islam, Bandung ; Pustaka, 1984, hal 58-61
15 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam : Zakat dan Wakaf,
Jakarta: Universitas Indonesia, 1988, Cet. Ke-1, hal 21
16 Yusuf al-Qardlawi, Fiqih Zakah, 1, Beirut : Muassasah al-
Risalah, 1977, Cet. Ke-1, hal 461
17 Syechul Hadi Permono, Sumber-sumber Penggalian Zakat, Jakarta ; Pustaka Firdaus, 1992, hal 55
18 Hasbi Ash-Shiddiqi, Pedoman Zakat, Jakarta : Bulan
Bintang, 1984, Cet. Ke-5 hal 237-238
147
19 Abu Ahmadi Anshari Umar Sitanggal, Sistem Ekonomi Islam Prinsip-prinsip dan Tujuan-tujuannya, Surabaya, Bina
Ilmu, 1990, hal 113
20 Hasbi Ash-Shiddiq, Op, cit, hal 236
21 Badawi Thabanah, Asrar Al-Shaum al-Zakah, Mesir : Lajnah Nasyr Saqafah Al-Islamiyyah, 1356 H, hal 217
22 Zakiah Daradjat, Zakat:Pembersih Harta dan Jiwa, Jakarta;
Ruhama, 1994
23 Yusuf al-Qardlawi, hal 527
24 Al-Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, Jilid 1, Kuwait: Darul
Bayan, t.th, Cet. Ke 10, hal 330
25 Quraish Shihab, Dialog Jum‟at, Tabloid Republika, Jum‟at 4 April 2003, hal 8
148
149
UNDANG-UNDANG RI NO. 38 TAHUN 1999
DAN
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA
TENTANG PELAKSANAAN UU NO. 38
TAHUN 1999
DAN
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA
TENTANG PELAKSANAAN UU NO. 38
TAHUN 1999
150
A. UU NO. 38 TAHUN 1999
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam undang-undang ini yang dimaksud dengan;
1. Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengasan serta
pendayagunaan zakat.
2. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh
orang muslim sesuai dengan ketentuan agama
untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya.
3. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki
orang muslim yang berkewajiban menunaikan
zakat.
4. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak
menerima zakat.
5. Agama adalah agama islam.
Menteri adalah menteri yang ruang lingkup tugas dan
tanggung jawabnya meliputi bidang agama.
151
Pasal 2
“Setiap warga Negara Indonesia yang beragama islam
dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang muslim
berkewajiban menunaikan zakat”.
Pasal 3
“Pemerintah berkewajiban memberikan perlindungan,
pembinaan dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq dan
amil zakat”.
BAB II
ASAS DAN TUJUAN
Pasal 4
“Pengelolaan zakat Berasaskan iman dan takwa,
keterbukaan dan kepastian hukum sesuai dengan
pancasila dan undang-undang dasar 1945”.
152
Pasal 5
“Pengelolaan zakat bertujuan:
1. Meningkatnya pelayanan bagi masyarakat dalam
menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan agama;
2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata
keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial;
3. Meningkatnya hasil guna dan daya guna zakat.
BAB III
ORGANISASI DALAM PENGELOLAAN ZAKAT
Pasal 6
1. Pengelolaan zakat dilakukan oleh badan amil zakat
yang dibentuk pemerintah.
2. Pembentukan amil zakat:
a. Nasional oleh menteri atas usul menteri;
b. Daerah propinsi oleh gubernur atas usul kepala
kantor wilayah departemen agama propinsi;
153
c. Daerah kabupaten atau daerah kota oleh bupati
atau walikota atas usul kepala kantor
departemen kabupaten atau kota;
d. Kecamatan atau camat atas usul kepala kantor
urusan agama kecamatan.
3. Badan amil zakat disemua tingkatan memiliki
hubungan kerja yang bersifat koordinatif,
konsulatif, dan informatif.
4. Pengurus badan amil zakat terdiri atas usul
masyarakat dan pemerintah yang memenuhi
persyaratan tertentu.
5. Organisasi badan amil zakat terdiri atas unsur
pertimbangan, unsur pengawasan dan unsur
pelaksanaan.
Pasal 7
1. Lembaga amil zakat dikukuhkan, dibina dan
dilindungi pemerintah.
2. Lembaga amil zakat sebagaimana dimaksud pada
aya 1 harus memenuhi persyaratan yang diatur
lebih oleh menteri.
154
Pasal 8
“Badan amil zakat sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 6 dan lembaga amil zakat sebagaimana yang
dimaksud dalam pasal 7 mempunyai tugas pokok
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan
zakat sesuai denga ketentuan agama.”
Pasal 9
“Dalam melaksanakan tugasnya, badan amil zakat dan
lembaga amil zakat bertanggungjawab kepada
pemerintah sesuai dengan tingkatannya”.
Pasal 10
“Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi dan
tatakerja badan amil zakat ditetapkan dengan ketentuan
menteri”.
155
BAB IV
PENGUMPULAN ZAKAT
Pasal 11
1. Zakat terdiri atas zakat mal dan zakat fitrah.
2. Harta yang dikenakan zakat adalah;
a. Emas, perak dan uang.
b. Perdagangan dan perusahaan.
c. Hasil pertanian, hasil perkebunan, dan hasil
perikanan.
d. Hasil pertambangan.
e. Hasil peternakan.
f. Hasil pendapatan dan jasa.
g. Rikaz.
3. Perhitungan zakat mal dan nishab, kadar dan
waktunya ditetapkan berdasarkan hukum agama.
Pasal 12
1. Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil
zakat dengan cara menerima atau mengambil dari
muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki.
156
2. Badan amil zakat dapat bekerjasama dengan bank
dalam pengumpulan zakat harta muzakki yang
berada di bank atas permintaan muzakki.
Pasal 13
Badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat,
seperti: infaq, hibah, wasiat, waris dan kafarat.
1. Muzakki melakukan perhitungan sendiri hartanya
dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum
agama.
2. Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri hartanya
dan kewajiban zakatnya sebagaimana dimaksud
pada ayat 1, muzakki dapat meminta bantuan
kepada badan amil zakat untuk menghitungnya.
3. Zakat yang tidak dapat dibayarkan kepada badan
amil zakat atau lembaga amil zakat dikurangkan
dari laba/pendapatan sisa kena pajak dari wajib
pajak yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
perundang-undang yang berlaku.
157
Pasal 15
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan
amil zakat ditetapkan dengan keputusan menteri.
BAB V
PENDAYA GUNAAN ZAKAT
Pasal 16
1. Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq
sesuai dengan ketentuan agama.
2. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan
skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha yang produktif.
3. Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil
pengumpulan zakat sebagimana dimaksud dalam ayat 2
diatur dengan keputusan menteri.
Pasal 17
Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris
dan kafarat sebagimana dimaksud dalam pasal 13
didayagunakan terutama untuk usaha yang produktif.
158
BAB VI
PENGAWASAN
Pasal 18
1. Pengawasan terhadap pelaksanaan tugas badan
amil zakat dilakukan oleh unsur pengawasan
sebagimana dimaksud dalam pasal 6 ayat 5.
2. Pimpinan unsur pengawasan dipilih langsung oleh
anggota.
3. Unsur pengawasan berkedudukan disemua
tingkatan badan amil zakat.
4. Dalam melakukan pemerikasaan keuangan badan
amil zakat, unsur pengawasan dapat meminta
bantuan publik.
Pasal 19
Badan amil zakat memberikan laporan tahunan
pelaksanaan tugasnya kepada dewan perwakilan rakyat
Republik Indonesia atau kepada dewan perwakilan rakyat
daerah sesuai dengan tingkatannya.
159
Pasal 20
Masyarakat dapat berperan serta dalam pengawasan
badan amil zakat.
BAB VII
SANKSI
Pasal 21
1. Setaip pengelolaan zakat yang karena kelalaiannya
tidak mencatat atau mencatata dengan tidak benar
harta zakat, infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris
dan kafarat sebagiamana yang dimaksud dalam
pasal 8, pasal 12 dan pasal 13 dalam undang-
undang ini diancam dengan hukuman kurungan
selama-lamanya tiga bulan atau denda sebanyak-
banyaknya Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta
rupiah).
2. Tindak pidana yang dimaksud pada ayat 1 di atas
merupakan pelanggaran.
3. Setiap petugas badan amil zakat dan petugas
lembaga amil zakat yang melakukan tindak pidana
160
kejahatan sesuai dengan peratutan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB VIII
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Pasal 22
Dalam hal muzakki berada atau menetap di luar negeri,
pengumpulan zakatnya dilakukan oleh unit pengumpulan
zakat pada perwakilan republic Indonesia yang
selanjutnya diteruskan kepada badan amil zakat nasional.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 24
1. Semua peraturan perundang-undangan yang
mengatur pengelolaan zakat asih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan dan atau belum
diganti dengan peraturan yang baru berdasarkan
undang-undang ini.
161
2. Selambat-lambatnya dua tahun sejak
diundangkannya undang-undang ini, setiap
organisasi pengelolaan zakat yang telah ada wajib
menyesuaikan menurut ketentuan undang-undang
ini.
BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Undang-undang ini berlaku pada tanggal diundangkan.
agar setiapp orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.
162
B. KEPUTUSAN MENTERI AGAMA RI NO. 581
TAHUN 1999
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan ini, yang dimaksud dengan:
1. Badan amil zakat adalah organisasi pengelola
zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari
unsur masyarakat dan pemerintah dengan tugas
mengumpulkan, mendistribusikan dan
menadayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan
agama.
2. Lembaga amil zakat adalah institusi pengolahan
zakat yang sepenuhnya dibentuk atas prakara
masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak
dibidang dakwah, pendidikan, sosial, dan
kemaslahatan umat islam.
3. Unit pengumpulan zakat adalah satuan organisasi
yang dibentuk oleh badan amil zakat disemua
tingkatan dengan tugas mengumpulkan zakat
163
untuk melayani muzakki, yang berada pada
desa/kelurahan, instansi-instansi pemerintah dan
swasta, baik dalam negeri maupun luar negeri.
BAB II
SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA
BADAN AMIL ZAKAT
BAGIAN KESATU
SUSUNAN ORGANISASI
Pasal 2
1. Badan amil zakat meliputi badan amil zakat
nasional, badan amil zakat provinsi, badan
amil zakat daerah kabupaten/kota dan badan
amil zakat kecamatan.
2. Badan amil zakat terdiri atas unsur ulama,
kaum cendekia, tokoh masyarakat, tenaga
professional dan wakil pemerintah.
3. Badan amil zakat nasional berkedudukan di
ibukota negara, badan amil zakat daerah
provinsi berkedudukan di ibukota provinsi,
badan amil zakat kabupaten/kota, dan badan
164
amil zakat kecamatan berkedudukan di
ibukota Kecamatan.
PARAGRAF 1
Badan Amil Zakat Nasional
Pasal 3
1. Badan amil zakat nasional terdiri atas dewan
pertimbangan, komisi, pengawas dan badan
pelaksana.
2. Badan pelaksana sebagaimana dimaksud ayat 1
terdiri atas seorang ketua umum, beberapa orang
ketua, seorang sekretaris umum, beberapa orang
sekretaris, seorang bendahara, divisi
pengumpulan, divisi pendistribusian, divisi
pendayagunaan dan divisi pengembangan.
3. Dewan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 terdiri atas seorang ketua, seorang
wakil ketua, seorang sekretaris, seorang wakil
sekretaris, dan sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh)
orang anggota.
4. Komisi pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 terdiri atas seorang ketua, seorang wakil
165
ketua, seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris
dan sebanyak-banyaknya 10 (sepuluh) orang
anggota.
PARAGRAF 2
Badan Amil Zakat Daerah
Pasal 4
1. Badan amil zakat daerah propinsi terdiri atas
dewan pertimbangan, komisi pengawas, dan
badan pelaksana.
2. Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 terdiri atas seorang ketua, beberapa orang
wakil ketua, seorang sekretaris, beberapa orang
wakil sekretaris, seorang bendahara, bidang
pengumpulan, badan pendistribusian, bidang
pendayagunaan dan bidang pengembangan.
3. Dewan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada ayat 1 terdiri dari seorang ketua, seorang
wakil ketua, seorang sekretaris, seorang wakil
sekretaris, dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh)
orang anggota.
166
4. Komisi pengawas sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 terdiri atas seorang ketua dan wakil ketua,
seorang sekretaris dan wakil sekretaris dan
sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang anggota.
Pasal 5
1. Badan amil zakat daerah kabupaten/kota terdiri atas
dewan pertimbangan, komisi pengawas dan badan
pelaksana.
2. Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat
1 terdiri atas seorang ketua, beberapa orang wakil
ketua, seorang sekretaris, beberapa orang wakil
sekretaris, seorang bendahara, seksi pengumpulan,
seksi pendistribusian, seksi pendayagunaan, dan
seksi pengembangan.
3. Dewan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 terdiri atas seorang ketua, seorang wakil
ketua, seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris,
dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang anggota.
167
Pasal 6
1. Badan amil zakat kecamatan terdiri atas dewan
pertimbangan, komisi pengawas dan badan
pelaksana.
2. Badan pelaksana sebagaimana dimaksud pada ayat
1 terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua,
seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris, seoang
bendahara, urusan pengumpulan, urusan
pendistribusian, urusan pendayagunaan dan urusan
penyuluhan.
3. Dewan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
ayat 1 terdiri atas seorang ketua, seorang wakil
ketua, seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris
dan sebanyak-banyaknya 5 (lima) anggota.
4. Komisi pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat
1 terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua,
seorang sekretaris, seorang wakil sekretaris dan
sebanyak-banyaknya 5 (lima) anggota.
Pasal 7
Pejabat urusan Agama Islam Departemen Agama RI
semua tingkatan karena jabatannya adalah sekretaris
168
badan amil zakat. Untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat badan amil zakat disemua tingkatan
membentuk unit pengumpulan zakat.
BAGIAN KEDUA
TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 9
1. Badan pelaksana badan amil zakat nasional
bertugas:
a. Menyelenggarakan tugas adminitrativ dan teknis
pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
b. Mengumpulkan dan mengolah data yang
diperlukan, untuk menyusun rencana
pengolahan zakat.
c. Menyelenggarakan bimbingan di bidang
pengolahan, pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
2. Dewan pertimbangan badan amil zakat nasional
bertugas memberikan pertimbangan kepada badan
pelaksana baik diminta maupun tidak dalam
pelaksanaan tugas organisasi.
169
3. Komisi pengawas badan amil zakat nasional
bertugas melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas adminitrativ dan teknis
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
zakat, serta penelitian dan pengembangan
pengelolaan zakat.
Pasal 10
1. Badan pelaksana badan amil zakat daerah
propinsi bertugas:
a. Menyelenggarakan tugas administrative dan
teknis pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
b. Mengumpulkan dan mengelola data yang
diperlukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan zakat.
c. Menyelenggarakan bimbingan di bidang
pengelolaan, pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
d. Menyelenggarakan tugas penelitian dan
pengembangan, komunikasi, informasi dan
edukasi pengelolaan zakat.
170
2. Dewan pertimbangan badan amil zakat daerah
propinsi bertugas memberikan pertimbangan
kepada badan pelaksana baik diminta maupun
tidak dalam pelaksanaan tugas organisasi.
3. Komisi pengawas badan amil zakat daerah
propinsi bertugas melaksanakan pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas adminitrativ dan
teknis pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat, serta penelitian dan
pengembangan pengelolaan zakat.
Pasal 11
1. Badan pelaksana badan amil zakat daerah
kabupaten/ kota bertugas:
a. Menyelenggarakan tugas administrative dan
teknis pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
b. Mengumpulkan dan mengelola data yang
diperlukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan, pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
c. Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
171
d. Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian,
pendayagunaan zakat serta penelitian dan
pengembangan pengelolaan zakat.
2. Dewan pertimbangan badan amil zakat daerah
kabupaten/ kota bertugas memberikan
pertimbangan kepada badan pelaksana baik
diminta maupun tidak dalam pelaksanaan tugas
organisasi.
3. Komisi pengurus badan amil zakat daerah
kabupaten/kota bertugas melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
adminitrativ dan teknis pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat, serta
penelitian dan pengembangan pengelolaan zakat.
Pasal 12
1. Badan pelaksana badan amil zakat kecamatan
bertugas:
a. Menyelenggarakan tugas adminitrativ dan
teknis pengumpulan, pendistribusian dan
pendayagunaan zakat.
172
b. Mengumpulkan dan mengolah data yang
diperlukan untuk penyusunan rencana
pengelolaan zakat.
c. Menyelenggarakan bimbingan di bidang
pengelolaan, pengumpulan pendistribusian
dan pendayagunaan zakat.
d. Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan zakat, menyusun rencana
dan program pelaksanaan pengumpulan,
pendistribusian, pendayagunaan dan
pengembangan pengelolaan zakat.
2. Dewan pertimbangan badan amil zakat kecamatan
bertugas memberikan pertimbangan kepada bada
pelaksana baik diminta maupun tidak dalam
pelaksanaan tugas organisasi.
3. Komisi pengawas badan amil zakat kecamatan
bertugas melaksanakan pengawasan terhadap
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian,
pendayagunaan dan pengembangan pengelolaan
zakat.
173
Pasal 13
Masa tugas kepengurusan badan amil zakat adalah
selama 3 (tiga) tahun.
Pasal 14
Ketua badan pelaksana badan amil zakat di semua
tingkatan bertindak bertanggung jawab untuk dan atas
nama badan amil zakat baik ke dalam maupun keluar.
BAGIAN KETIGA
TATA KERJA
Pasal 15
Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing badan
amil zakat di semua tingkatan menerapkan prinsip
koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkungan
masing-masing serta melakukan konsultasi dan
memberikan informasi antar badan amil zakat di semua
tingkatan.
174
Pasal 16
Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan badan
amil zakat bertanggung jawab dan mengordinasikan
bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan
serta petunjuk bagi pelaksanaan bawahan.
Pasal 17
Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan badan
amil zakat wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan serta
tanggung jawab kepada atasan masing-masing dan
menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.
Pasal 18
Setiap kepala divisi/ bidang/ seksi/ urusan badan amil
zakat menyampaikan laporan kepada ketua badan amil
zakat melalui sekretaris, dan sekretaris menampung
laporan-laporan tersebut serta menyusun laporan berkala
badan amil zakat.
Pasal 19
175
Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan amil zakat
wajib diolah dan digunakan sebagai bahan untuk
menyusun laporan lebih lanjut dan untuk memberikan
arahan kepada bawahan.
Pasal 20
Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan
organisasi badan amil zakat dibantu oleh kepala satuan
organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian
bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib
mengadakan rapat berkala.
BAB III
PENGUKUHAN LEMBAGA AMIL ZAKAT
Pasal 21
1. Pengukuhan lembaga amil zakat dilakukan oleh
pemerintah
2. Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah;
a. Di pusat oleh Menteri Agama
176
b. Di daerah propinsi oleh gubernur atas usul
kepala kantor wilayah departemen agama
propinsi
c. Di daerah kabupaten/ kota oleh bupati/
walikota atas usul kepala kantor departemen
agama kabupaten/ kota\di kecamatan oleh
camat atas usul kepala kantor urusan agama.
Pasal 22
Pengukuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21
dilakukan atas permohonan lembaga amil zakat setelah
memenuhi persyaratan sebgai berikut;
a. Berbadan hukum
b. Memiliki dapat muzakki dan mustahiq
c. Memiliki program kerja
d. Memiliki pembukuan
e. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit.
Pasal 23
Pengukuhan sebagaimana dimaksud dalam pasal 22
dilaksanakan setelah terlebih dahulu dilakukan penelitian
persyaratan.
177
Pasal 24
Pengukuhan bisa dibatalkan apabila tidak lagi memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada pasal 22 dan
pasal 23
BAB IV
LINGKUP KEWENANGAN PENGUMPULAN
ZAKAT
Pasal 25
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan
amil zakat sebagai berikut:
a. Badan amil zakat nasional mengumpulkan zakat
dari muzakki pada instansi/ lembaga pemerintah
tingkat pusat, swasta nasional dan luar negeri.
b. Badan amil zakat daerah propinsi mengumpulkan
zakat dari muzakki pada instansi/ lembaga
pemerintah dan swasta, perusahaan-perusahaan
dan dinas daerah propinsi.
c. Badan amil zakat daerah kebupaten/ kota
mengumpulkan zakat dari muzakki pada instansi/
178
lembaga pemerintah dan swasta, perusahaan-
perusahaan dan dinas daerah kebupaten/ kota.
d. Badan amil zakat kecamatan mengumpulkan
zakat dari muzakki pada instansi/ lembaga
pemerintah dan swasta, perusahaan-perusahaan
kecil dan pedagang serta pengusaha di pasar.
e. Unit pengumpulan zakat di desa/ kelurahan
mengumpulkan zakat termasuk zakat fitrah dari
muzakki.
Pasal 26
Pembayaran zakat dapat dilakukan kepada unit
pengumpulan zakat pada badan amil zakat nasional,
propinsi, kabupaten/ kota dan kecamatan secara langsung
atau melalui rekening bank.
Pasal 27
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat sebagaimana
dimaksud pada pasal 25 termasuk harta selain zakat
seperti, infaq, shadaqoh, hibah, wasiat, waris dan kafarat.
179
BAB V
PERSYARATAN DAN PROSEDUR
PENDAYAGUNAAN HASIL PENGUMPULAN
ZAKAT
Pasal 28
1. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk
mustahiq dilakukan berdasarkan persyaratan
sebagai berikut:
a. Hasil pendataan dan penelitian kebenaran
mustahiq delapan asnaf yaitu, fakir, miskin,
amil, mualaf, riqab, gharim, sabilillah dan
ibnussabil.
b. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak
berdaya memenuhi kebutuhan dasar secara
ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.
c. Mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya
masing-masing.
2. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat usaha
yang produktif dilakukan berdasarkan persyaratan
sebagai berikut:
a. Apabila pendayagunaan zakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sudah terpenuhi ternyata
masih terdapat kelebihan
180
b. Terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang
menguntungkan
c. Mendapat persetujuan tertulis dari dewan
pertimbangan.
Pasal 29
Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk
usaha produktif ditetapkan sebagai berikut;
a. Melakukan studi kelayakan
b. Menetapkan jenis usaha yang produktif
c. Melakukan bimbingan dan penyuluhan
d. Melakukan pemantauan, pengendalian dan
pengawasan
e. Mengadakan evaluasi dan
f. Membuat pelaporan
Pasal 30
Hasil penerimaan infaq, shadqoh, hibah, wasiat, waris
dan kafarat didayagunakan terutama untuk usaha
produktif setelah memenuhi syarat sebagaimana tersebut
dalam pasal 29
181
BAB VI
PELAPORAN
Pasal 31
Badan amil zakat dan lembaga amil zakat memberikan
laopran tahunan pelaksanaan tugasnya kepada
pemerintah sesuai dengan tingkatannya
BAB VII
PENUTUP
Pasal 32
Hal-hal yang belum diatur dalam keputusan ini, diatur
lebih lanjut dengan keputusan Direktur Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji
Departemen Agama RI.
182
Pasal 33
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 13 Oktober 1999
MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA
H.A. MALIK PADJAR
Tembusan Yth
1. Presiden RI;
2. Badan Pemeriksa Keuangan;
3. Para Menteri Kabinet Reformasi Pembangunan;
4. Sekjen DPR RI;
5. Sekjen/ Irjen/ Direktur Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Urusan Haji/ Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam/ Kepala
Balitbang Agama/ Staf Ahli Menteri Agama;
6. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I seluruh
Indonesia;
183
7. Rektor Institut Agama Islam Negeri/ Ketua
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, seluruh
Indonesia;
8. Para Karo/ Sekretaris/ Direktur/ Inspektur/ Kepala
Puslitbang Agama/ Kepala Pusdiklat Pegawai/
Departemen Agama;
9. Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama
Propinsi seluruh Indonesia;
10. Bupati/ Walikota Kepala Daerah Tingkat II
seluruh Indonesia;
11. Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/
Kota seluruh Indonesia.
******
184
DAFTAR PUSTAKA
Abu Abadi Anshari Umar Sitanggal, Sistem Ekonomi Islam
Prinsip-prinsip dan Tujuannya. Surabaya. Bina Ilmu.1980.
Abu Daud, Sulaiman bin al-Asy‟as bin Ishaq bin Basyir al-
Azdiy al-Sijistaniy; Sunan Abi Daud. Kairo : Dar Ihya‟ al-Sunnah al-Nabawiyyah, tt.
Adiwarman A. Karim. Ekonomi Islam Kajian Kontemporer.
Jakarta. Gema Insani. 2011. Cet. ke-1.
Ahmad Anwari. Praktek Perbankan di Indonesia Rekening
Koran dan Giro, I. Jakarta. Balai Aksara. 1978.
Ahmad Azhar Basyir. Hukum Islam tentang Riba, Hutang-Piutang dan Gadai. Bandung. Al-Ma‟arif. 1997.
Ahmad bin Abdul Aziz al-Hamdani, Kepada Nasabah dan
Pegawai Bank, Jakarta, Gema Insani, 1992, Cet. 1.
Al-majmu‟ Li al-Nawawi. Juz V.
Al-Dakhiir. Al-Qaraafiy. Juz III.
Al-Mu‟jam al-Wasith. Juz I.
Al-Syarh al-Mumta‟. Juz VI.
Al-Syarh al-Mumti‟. Juz VI.
Al-Mausuu‟ah al-Fiqhiyyah. Juz 23.
Antonio, M. Syafi‟i. Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek. Jakarta. Gema Insani. 2001. Cet. ke-1.
185
Badawi Thabanah, Asrar al-Shaum al-Zakah. Mesir. Lajnah Nasyr Saqafah al-Islamiyyah. 1356 H.
Baihaqi, Ahmad bin al-Husain bin Ali; Sunan al-Baihaqi, al-
Hindi: cet. ke-1, 1354 H. Juz IV.
Bukhari, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail. (Istanbul: Dar al-Fikr, t.th). Juz I.
Hasbi ash-Shiddiqi. Pedoman Zakat. Jakarta: Bulan Bintang.
1984. Cet. ke-5.
Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah. Kairo: Dar Ihya‟ al-Turas al-
„Arabi. 1395 H.
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Zaad al-Ma‟ad. Juz II.
Ibnu Qadamah, Abu Muhammad Abdullah; al-Mughniy. Kairo; Dar al-Manar. cet III. 1367 H.
Ismail Yusanto, dkk. Dinar Emas: Solusi Krisis Moneter.
PIRAC, SEM Institute, Infid. Jakarta. 2001. Cet. ke-1.
Jurjawi, Ali Ahmad, Hikmah al-Tasyri‟ wa Falsafatuhu.
Beirut: Dar al-Fikr. 1994. Juz I.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1999. Cet. ke-3.
M. Daud Ali. Sistem Ekonomi Islam: Zakat dan Wakaf.
Jakarta; Universitas Indonesia. 1988. Cet. 1.
M. N Siddiqi. Bank Islam. Bandung; Pustaka.1984.
Machfoed. KI. Moel. Mimbar Ulama Islam. No. 27, th III.
1979.
186
Muslim bin al-Hujjah Abu al-Hasan al-Qusyairiy al-Naisaburiy, Shahih Muslim, Bab Wakaf. Beirut : Dar Ihya‟I
al-Turas, t.th. Tahqiq Muhammad Fuad Abdul Baqiy.
Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum bahasa Indonesia.
Balai Pustaka. Jakarta. cet. ke-VIII. 1984.
Qardhawi, Yusuf. Fiqih al-Zakah. Beirut: Muassasah al-
Risalah: 1991.
Quraish Shihab. Dialog Jum‟at. Tabloid Republika. Jum‟at 04 April 2003.
Sabiq, al-Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Jilid I. Kuwait: Darul
Bayan, t.th. cet. ke-10
Sayyid Salim, Abdul Malik Kamal bin. Shahih Fiqh al-Sunnah wa adillatuhu wa Tauhidi Mazalub al-Arba‟ah. Kairo: al-
Maktabah al-Taufiqhiyyah, t.th. juz II.
Syaukani, Muhammad bin Ali bin Muhammad. Nailul Authar. Dar al-Fikr, t.th. Jilid III.
Syechul Hadi Permono. Sumber-sumber Penggalian Zakat.
Jakarta: Pustaka Firdaus. 1992.
Tamam al-Munnah.
Turmudzi, Muhammad bin Isa bin Saurah bin Musa al-
Salamiy: Sunan al-Turmudziy. Beirut ; Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, tt.
Zakiah Daradjat. Zakat: Pembersihan Harta dan Jiwa. Jakarta:
Ruhama. 1994.
187
188
189
.
Recommended