View
232
Download
2
Category
Preview:
Citation preview
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN
REGIONAL PROVINSI GORONTALO
TRIWULAN IV 2013
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo
Suryono : Kepala Perwakilan / Deputi Direktur
Akhmad Kosasih : Deputi Kepala Perwakilan / Asisten Direktur
Fauzan : Analis Ekonomi / Manajer
Hermanto : Analis / Manajer
Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya / Manajer
Andi Anjum : Analis Ekonomi / Asisten Manajer
Panji Putra Sitorus : Analis Ekonomi / Asisten Manajer
Yoga Munajat : Analis Ekonomi / Asisten Manajer
Telly Joko Triyono : Analis / Asisten Manajer
Ayar Fauzan Romzie : Pelaksana / Asisten Manajer
Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id
BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA
Visi Bank Indonesia :
“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-
nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil”
Misi Bank Indonesia :
1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter
untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu
bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber
pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas
perekonomian nasional.
3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi
terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan
memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung
tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola
(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan
UU.
Nilai-nilai Strategis :
Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen, dan pegawai untuk bertindak atau
berperilaku yaitu Trust and Intergrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan
Coordination and Teamwork.
Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada
Redaksi :
Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo
Jl. H. Nani Wartabone No 35 Gorontalo – 96115
Telp : +62 435 824444
Fax : +62 435 827993
Web : www.bi.go.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga
penyusunan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Gorontalo dapat
diselesaikan dengan baik.
Kajian periode triwulan IV-2013 ini merupakan pengejawantahan dari peranan Kantor
Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Gorontalo sebagai ‘economic intelligent and
research unit’ yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah
yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di
daerah dan di pusat.
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang
amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa KPwBI
Provinsi Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami
mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas
produk dan peranan kami di masa yang akan datang.
Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan
perekonomian Provinsi Gorontalo.
Gorontalo, 17 Februari 2014
KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI GORONTALO
Suryono
Deputi Direktur
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF 1
BAB 1 PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
1.1 Sisi Permintaan 8
1.1.1 Konsumsi 9
1.1.2 Investasi 11
1.1.3 Ekspor – Impor 14
1.2 Sisi Penawaran 16
1.2.1 Sektor Pertanian 17
1.2.2 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 20
1.2.3 Sektor Perdagangan – Hotel – Restoran 21
1.2.4 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 23
1.2.5 Sektor Industri Pengolahan 23
1.2.6 Sektor Lainnya 24
Boks KEKR 26
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
2.1 Inflasi Secara Umum 31
2.2 Disagregasi Inflasi 32
2.2.1 Core Inflation 32
2.2.2 Non-Core Inflation 33
2.3 Inflasi di Kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) 35
2.4 Ekspektasi Inflasi 37
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
3.1 Fungsi Intermediasi 39
3.1.1 Perkembangan Kantor Bank 39
3.1.2 Penyerapan Dana Masyarakat 40
3.1.3 Penyaluran Kredit 42
3.2 Stabilitas Sistem Perbankan 46
3.2.1 Risiko Kredit 46
3.2.2 Risiko Likuiditas 48
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
4.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 51
4.2 Realisasi Pendapatan Daerah 52
4.3 Realisasi Belanja Daerah 54
4.4 Kontribusi Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo 55
Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 57
5.1.1 Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) 57
5.1.2 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan 58
5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 58
5.2.1 Kliring Non BI di Gorontalo 58
5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS) 60
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
6.1 Ketenagakerjaan 61
6.2 Kemiskinan 64
6.3 Rasio Gini 65
6.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 66
6.5 Kesejahteraan Petani 67
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
7.1 Outlook Makroekonomi Regional 69
7.2 Outlook Inflasi 70
7.3 Prospek Perbankan 72
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN 73
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 83
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo 8
Grafik 1.2 Perkembangan Belanja Barang dan Jasa 9
Grafik 1.3 Perkembangan Belanja Pegawai 9
Grafik 1.4 Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia 10
Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013 10
Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga 10
Grafik 1.7 Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga 10
Grafik 1.8 Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan 11
Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan 11
Grafik 1.10 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah 13
Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan 13
Grafik 1.12 Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan 13
Grafik 1.13 Perkembangan Volume Penjualan Semen 13
Grafik 1.14 Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN 13
Grafik 1.15 Perkembangan Jumlah Realisasi Proyek PMA dan PMDN 13
Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo 14
Grafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14
Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15
Grafik 1.19 Perkembangan Harga Jagung Internasional 15
Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor Gorontalo 15
Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo 15
Grafik 1.22 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo 16
Grafik 1.23 Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya 18
Grafik 1.24 Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya 18
Grafik 1.25 Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya 18
Grafik 1.26 Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya 18
Grafik 1.27 Perkembangan Luas Tanam Jagung Jagung dan Padi 18
Grafik 1.28 Perkembangan Luas Panen Jagung dan Padi 18
Grafik 1.29 Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat 20
Grafik 1.30 Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat 20
Grafik 1.31 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry 21
Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar 21
Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan 22
Grafik 1.34 Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan 22
Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Perdagangan 22
Grafik 1.36 Perkembangan Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis 22
Grafik 1.37 Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel (TPH) 22
Grafik 1.38 Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan 23
Grafik 1.39 Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan 23
Grafik 1.40 Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang 24
Grafik 1.41 Perkembangan Sub Sektor Industri Mikro-Kecil 24
Grafik 1.42 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri 24
Grafik 1.43 Perkembangan Konsumsi BBM Industri 24
Grafik 1.44 Perkembangan Daya Listrik Tersambung 25
Grafik 1.45 Perkembangan Konsumsi Listrik 25
Grafik 1.46 Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa 25
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Gorontalo 31
Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Menurut Penyebab 32
Grafik 2.3 Perkembangan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual 33
Grafik 2.4 Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Terhadap Beberapa Komoditas 34
Grafik 2.5 Perkembangan IKK, IEK, Ekspektasi Harga, Kurs USD-Rp dan BI Rate 38
Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 41
Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) 41
Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan 42
Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan 42
Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum 44
Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit UMKM 45
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 46
Grafik 3.8 Perkembangan NPL Bank Umum 47
Grafik 3.9 NPL Bank Umum Per Sektor 47
Grafik 3.10 NPL Kredit Sektoral BPR 47
Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK 48
Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %) 49
Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo 51
Grafik 4.2 Pangsa APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2013 52
Grafik 5.1 Net Inflow/Outflow Kas Titipan Gorontalo 57
Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan 57
Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 59
Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari 59
Grafik 5.5 Rata-rata Penolakan Kliring Per Hari 60
Grafik 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo 62
Grafik 6.2 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo 62
Grafik 6.3 Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo 63
Grafik 6.4 Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha 63
Grafik 6.5 Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut 63
Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan
Grafik 6.6 Perkembangan Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo 65
Grafik 6.7 Perkembangan Gini Ratio Nasional dan Wilayah Sulawesi 66
Grafik 6.8 Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi 66
Grafik 6.9 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo 66
Grafik 6.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo 67
Grafik 6.11 Perkembangan Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Provinsi Gorontalo 68
Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I-2014 69
Grafik 7.2 Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 70
Grafik 7.3 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 70
Grafik 7.4 Realisasi dan Proyeksi Luas Panen Jagung dan Padi 70
Grafik 7.5 Perkembangan Survei Konsumen (SK) 70
Grafik 7.6 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 71
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8
Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Beberapa Proyek Pemerintah tahun 2013 12
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 17
Tabel 1.4 ARAM II Produksi Jagung Provinsi Gorontalo 19
Tabel 1.5 ARAM II Produksi Padi Provinsi Gorontalo 19
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo 32
Tabel 2.2 Survei Pemantauan Harga (SPH) 35
Tabel 2.3 Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua 36
Tabel 2.4 Inflasi Kota-kota di Sulampua 36
Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum 41
Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR 41
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum 43
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit BPR 43
Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 53
Tabel 4.2 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 53
Tabel 4.3 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 55
Tabel 4.4 Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 55
Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil 56
Tabel 5.1 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo 58
Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo 60
Tabel 6.1 Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Tahun 2013 65 Tabel 7.1 Tendensi Arah Inflasi Triwulan I-2014 72
RINGKASAN EKSEKUTIF
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 1
RINGKASAN EKSEKUTIF
PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI
Perekonomian Gorontalo
tumbuh lebih baik
dibandingkan triwulan
sebelumnya
Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2013
mengalami pertumbuhan yang semakin membaik. Pada triwulan
IV-2013, perekonomian Gorontalo tumbuh 8,43% (y.o.y), sesuai
dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 8,16
8,66% (y.o.y). Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan
III-2013 dan triwulan IV-2012 yang masing-masing tercatat 7,90%
(y.o.y) dan 7,57% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi
Gorontalo selama tahun 2013 tercatat sebesar 7,77%, lebih baik
dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,71%. Angka
pertumbuhan dimaksud masih sesuai dengan proyeksi Bank
Indonesia yang berada pada kisaran 7,66 8,16%.
Di sisi permintaan,
pertumbuhan ekonomi
didorong oleh masih
tingginya pengeluaran
konsumsi dan investasi
daerah
Di sisi penawaran,
pertumbuhan ekonomi
ditopangoleh peningkatan
pada pertanian, industri
pengolahan, dan sektor
konstruksi
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh
tingginya tingkat konsumsi dan membaiknya investasi daerah.
Peringatan Hari Raya Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan
akhir tahun memberikan efek positif bagi peningkatan konsumsi
rumah tangga. Sementara itu, meningkatnya realisasi penyerapan
fiskal pemerintah pada triwulan IV-2013 memberikan dorongan
positif bagi perkembangan konsumsi pemerintah di triwulan
laporan. Kinerja fiskal yang membaik tidak hanya terdapat pada
Belanja Barang dan Jasa, tetapi juga Belanja Modal yang ikut
mendorong peningkatan kinerja investasi daerah.
Di sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian Gorontalo
pada triwulan laporan dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor
pertanian, industri pengolahan, dan sektor konstruksi.
Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari cuaca yang relatif
kondusif selama triwulan laporan, terutama bagi tanaman bahan
makanan. Perkembangan sektor industri pengolahan didukung
oleh meningkatnya produksi industri pengolahan gula di Gorontalo.
Sementara itu pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh
penyelesaian beberapa proyek pemerintah yang ditargetkan selesai
pada akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan
sebelumnya. Kinerja sub sektor perdagangan yang semakin
RINGKASAN EKSEKUTIF
2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
membaik seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga
tidak diikuti dengan kinerja sub sektor perhotelan yang mengalami
penurunan di triwulan laporan.
Perkembangan Inflasi
Pada triwulan IV-2013,
inflasi tercatat sebesar
5,84% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar
3,40% (yoy)
Kelompok volatile food
mengalami inflasi sebesar
6,64% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan
sebelumnya yang tercatat
sebesar 0,41% (y.o.y),
sama halnya dengan core
inflation yang tercatat
meningkat dari 3,47%
(y.o.y) menjadi 4,44%
(y.o.y) Di sisi lain,
administered price
mengalami penurunan
dari 7,74% (y.o.y) menajdi
7,72% (y.o.y) pada
triwulan laporan
.
Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di
Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2013 relatif terkendali. Secara
tahunan, inflasi IHK sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy). Meningkatnya
inflasi pada triwulan IV-2013 terutama disumbang oleh tingginya
inflasi bulanan di bulan November dan Desember yang sebesar
1,35% (mtm) dan 1,54% (mtm).
Inflasi Volatile Foods mengalami peningkatan. Disagregasi inflasi
kota Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya
peningkatan yang cukup besar pada kelompok Inflasi volatile food
yang tercatat sebesar 6,64% (yoy)dari sebelumnya 0,41% (yoy) di
triwulan III-2013. Peningkatan inflasi volatile food tersebut
dikarenakan pasokan beberapa komoditas khususunya hortikultura
dan perikanan tangkap mengalami kenaikan harga akibat faktor
seasonal seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan cuaca buruk
karena pada triwulan IV-2013 telah memasuki musim penghujan.
Core inflation pada triwulan laporan tercatat sedikit mengalami
peningkatan, yaitu sebesar 4,44% (yoy) lebih tinggi dibandingkan
triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,47% (yoy). Inflasi
administered price mengalami penurunan dari 7,74% (y.o,y) pada
triwulan III-2013 menjadi 7,72% (yoy) pada triwulan IV-2013
Tekanan inflasi kelompok administered price berasal dari kelompok
komoditas transport seperti harga bensin, harga solar, angkutan
dalam kota, angkutan luar kota, angkutan udara, harga mobil,
serta tarif listrik.
RINGKASAN EKSEKUTIF
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 3
Perkembangan Perbankan Daerah
Aktivitas perbankan
Gorontalo (Bank Umum
dan BPR) pada triwulan IV-
2013 masih ekspansif
yang tercermin dari angka
LDR dan penyaluran
kredit, sedangkan
penghimpunan dana
relatif melambat.
Pada triwulan IV-2013 aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum
dan BPR) masih ekspansif, antara lain tercermin dari angka Loan to
Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2013
yang tercatat sebesar 212,00% (BU) dan 148,08% (BPR).
Penyaluran kredit perbankan tumbuh masing-masing sebesar
22,43% (BU) dan 8,33% (BPR). Sementara penghimpunan dana
(DPK) relatif melambat yaitu tercatat hanya tumbuh (y.o.y) sebesar
5,07% (BU) dan -6,10% (BPR) lebih rendah dari triwulan III-2013
yang tercatat tumbuh (y.o.y) sebesar 12,13% (BU) dan -6,69%
(BPR). Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans
(NPLs) bank umum masih relatif terjaga pada angka yang wajar
yaitu sebesar 2,82% (BU). Namun NPLs BPR masih perlu upaya
optimal karena hingga triwulan IV-2013 masih tercatat cukup
tinggi yaitu sebesar 11,78%.
Stabilitas sistem
perbankan menunjukkan
rasion NPLs yang masih
terjaga sebesar 2,82%
sedangkan rasio LDR
mengalami peningkatan
menjadi 212,00%
Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang
menggambarkan risiko kredit antara lain rasio kredit bermasalah
atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan risiko
likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga
(DPK) perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap
dana pihak ketiga (LDR). Rasio NPLs bank umum pada triwulan IV-
2013 tercatat sebesar 2,82%, sementara LDR tercatat sebesar
212,00%.
Perkembangan Keuangan Daerah
Penyerapan belanja APBD
pada triwulan IV-2013
lebih tinggi dibandingkan
periode yang sama tahun
sebelumnya.
Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Gorontalo
yang tercermin dari besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan
dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan di tahun 2013. Di
sisi penerimaan, anggaran pendapatan daerah setelah perubahan
pada tahun 2013 adalah sebesar Rp1,04 triiun, lebih tinggi
dibandingkan tahun sebelumnya yang dianggarkan sebesar
Rp919,65 miliar. Realisasi pendapatan daerah tercatat relatif baik
yaitu senilai Rp1,05 triliun atau mencapai 101,01% dari anggaran.
Hal ini didorong oleh meningkatnya penerimaan Pajak Daerah dan
Dana Alokasi Umum. Sementara itu di sisi pengeluaran, anggaran
RINGKASAN EKSEKUTIF
4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
belanja daerah setelah perubahan Provinsi Gorontalo pada tahun
2013 dialokasikan sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran tersebut lebih
besar 16,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya
dialokasikan sebesar Rp972,91 miliar. Realisasi anggaran belanja
tahun 2013 sendiri tercatat senilai Rp1,05 tirliun atau mencapai
92,87% dari anggaran.
Perkembangan Sistem Pembayaran
Perkembangan sistem
pembayaran pada triwulan
IV-2013 mengalami
perkembangan yang
dinamis
Aliran uang kartal dari kas titipan Bank Indonesia di Bank Mandiri
Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan net outflow
sebesar Rp.25,45 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata nilai
kliring per hari mengalami penurunan pada triwulan IV-2013
sebesar 29,99% (qtq) sedangkan nilai RTGS mengalami
peningkatan pada triwulan IV-2013 yaitu rata-rata sebesar 4,05%
(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada
triwulan IV-2013 ditemukan sebanyak 5 lembar uang palsu di
wilayah Provinsi Gorontalo.
Kesejahteraan Masyarakat
Tingkat pengangguran
terbuka Provinsi
Gorontalo mengalami
penurunan, sedangkan
jumlah penduduk
miskin menunjukkan
peningkatan
Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami
penurunan dari 4,36% di bulan Agustus 2012 menjadi 4,12%
pada Agustus 2013 dengan 36,66% dari total penduduk yang
bekerja diserap oleh sektor pertanian. Akan tetapi, jumlah
penduduk miskin di Provinsi Gorontalo menunjukkan peningkatan
dari 17,22% pada September 2012 menjadi 18,01% pada
September 2013. Walaupun Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil
dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun
masih lebih tinggi dibandingkan nilai nasional yang sebesar 0,41%.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 tercatat
sebesar 71,28 membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang
sebesar 70,82. Nilai Tukar Petani pada tahun 2013 tumbuh
moderat sebesar 101,07 dibandingkan tahun sebelumnya yang
sebesar 101,34.
RINGKASAN EKSEKUTIF
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 5
Prospek Perekonomian
Perekonomian Gorontalo
triwulan I-2014
diperkirakan tumbuh
7,77– 8,77% (y.o.y)
Pada triwulan I-2014,
inflasi Gorontalo
diproyeksikan berada pada
kisaran 5,95% ± 1%
dengan inflasi volatile
foods, administered price,
dan core inflation yang
relatif stabil.
Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan
tumbuh 7,77 8,77 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan
pertumbuhan triwulan IV-2013 yang sebesar 8,43% y.o.y). Di sisi
penawaran, perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi hampir
di seluruh sektor, kecuali sektor pertanian, sektor perdagangan-
hotel-restoran, dan sektor pengangkutan-komunikasi. Perlambatan
kinerja sektoral tercermin dari Survei hasil Kegiatan Dunia Usaha
(SKDU) yang menunjukkan penurunan tingkat ekspektasi
masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan I-2014. Di sisi
permintaan, kinerja konsumsi diprediksi tumbuh melambat.
Perlambatan tersebut terjadi pada konsumsi rumah tangga dan
konsumsi pemeirntah. Sementara itu, konsumsi lembaga swasta
nirlaba diperkirakan akan meningkat karena didorong oleh
konsumsi lembaga partai. Perlambatan konsumsi terkonfirmasi
melalui perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2014.
Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, maka
tingkat inflasi kota Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan
meningkat moderat pada kisaran 5,95% ± 1%. Realisasi inflasi
tahun kalender (y.t.d) sampai dengan bulan Desember 2013
sebesar 5,84%. Inflasi volatile foods akan meningkat moderat.
Memasuki awal tahun, ekspektasi inflasi pada komoditas volatile
foods diperkirakan akan stabil di kisaran yang rendah. Hal ini
disebabkan antara lain karena tingkat konsumsi masyarakat di kota
Gorontalo yang kembali normal pasca adanya perayaan natal dan
tahun baru. Harga kelompok administred price dan inflasi inti
diperkirakan akan stabil. Hal ini dikarenakan telah berakhirnya
dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang
terjadi di tahun 2013. Ke depan, beberapa faktor risiko yang
berpotensi mendorong kenaikan inflasi tetap perlu diwaspadai.
Harga komoditas pangan dunia yang masih berada pada level
tinggi, serta peningkatan ekspektasi inflasi akibat kenaikan BI Rate
dan masih melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika
berpotensi untuk mendorong tekanan inflasi.
RINGKASAN EKSEKUTIF
6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Penyaluran kredit oleh
perbankan di Provinsi
Gorontalo diproyeksikan
akan meningkat pada
triwulan I-2014,
sedangkan penghimpunan
DPK akan melambat
Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Provinsi Gorontalo
diproyeksikan akan meningkat pada triwulan I-2014, didasarkan
pada asumsi bahwa pada awal tahun 2014 terdapat
kecenderungan meningkatnya permintaan kredit khususnya
konsumsi antara lain untuk kebutuhan persiapan pemilu dan biaya
pendidikan (tahun akademik baru). Sementara penghimpunan
Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan
melambat pada triwulan I-2014 terutama bersumber dari jenis
tabungan. Hal tersebut didasarkan pada asumsi adanya potensi
meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan biaya pendidikan
(tahun akademik baru) dan perhelatan Pemilu yang akan
dilaksanakan pada bulan April.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 7
BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL
Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2013 mengalami pertumbuhan
yang semakin membaik. Pada triwulan IV-2013, perekonomian Gorontalo tumbuh 8,43%
(y.o.y), sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 8,16 8,66% (y.o.y).
Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 dan triwulan IV-2012 yang
masing-masing tercatat 7,90% (y.o.y) dan 7,57% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi
Gorontalo selama tahun 2013 tercatat sebesar 7,77%, lebih baik dibandingkan tahun
sebelumnya yang sebesar 7,71%. Angka pertumbuhan dimaksud masih sesuai dengan proyeksi
Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,66 8,16%.
Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh tingginya tingkat
konsumsi dan membaiknya investasi daerah. Peringatan Hari Raya Idul Adha, Natal, Tahun Baru,
dan liburan akhir tahun memberikan efek positif bagi peningkatan konsumsi rumah tangga.
Sementara itu, meningkatnya realisasi penyerapan fiskal pemerintah pada triwulan IV-2013
memberikan dorongan positif bagi perkembangan konsumsi pemerintah di triwulan laporan.
Kinerja fiskal yang membaik tidak hanya terdapat pada Belanja Barang dan Jasa, tetapi juga
Belanja Modal yang ikut mendorong peningkatan kinerja investasi daerah.
Di sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan laporan
dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor
konstruksi. Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari cuaca yang relatif kondusif selama
triwulan laporan, terutama bagi tanaman bahan makanan. Perkembangan sektor industri
pengolahan didukung oleh meningkatnya produksi industri pengolahan gula di Gorontalo.
Sementara itu pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh penyelesaian beberapa proyek
pemerintah yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor perdagangan,
hotel, dan restoran mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja
sub sektor perdagangan yang semakin membaik seiring dengan peningkatan konsumsi rumah
tangga tidak diikuti dengan kinerja sub sektor perhotelan yang mengalami penurunan di
triwulan laporan.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.1 SISI PERMINTAAN
Kontribusi konsumsi rumah tangga dan pemerintah cukup dominan dalam memberikan
dorongan bagi perekonoman regional. Pada triwulan laporan, konsumsi rumah tangga tercatat
meningkat seiring dengan perayaan Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun.
Konsumsi pemerintah juga meningkat pesat terkait dengan instruksi percepatan anggaran
tahun 2013, termasuk konsumsi belanja modal sehingga investasi daerah turut meningkat.
Peningkatan konsumsi juga tercermin dari kinerja impor yang tumbuh lebih tinggi bila
dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama di tahun 2012. Di sisi lain,
kinerja ekspor masih mengalami kontraksi karena beberapa produk unggulan mengalami
penurunan produksi seperti pada komoditas kopra dan barang-barang dari kayu.
Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan
KOMPONEN 2012 (% y.o.y)
2012 2013 (% y.o.y)
2013 I II III IV I II III IV
Konsumsi 8.93 8.95 7.47 6.55 7.94 3.78 7.47 5.35 8.20 6.23
Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.86 5.91 6.24 6.29 6.45 6.23
Konsumsi Swasta Nirlaba 10.13 3.15 3.48 6.77 5.82 4.99 8.88 8.51 7.95 7.58
Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 11.43 0.34 9.33 3.77 10.86 6.21
PMTB 5.83 10.14 8.35 3.37 6.85 0.89 2.32 4.10 10.84 4.65
Perubahan Stok 19.79 32.61 27.83 1.23 18.11 (72.26) (31.87) (48.14) (16.50) (39.24)
Ekspor Barang dan Jasa 11.27 14.98 8.97 8.72 10.92 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91) (28.33)
Impor Barang dan Jasa 5.47 5.27 4.51 4.80 5.01 6.80 8.46 9.59 10.61 8.89
PERTUMBUHAN EKONOMI 8.39 8.29 6.64 7.57 7.71 7.06 7.67 7.90 8.43 7.77
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
8.75
6.81
6.33
8.91
8.39 8.29
6.64
7.57
7.06
7.67 7.90
8.43
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
7.50
8.00
8.50
9.00
9.50
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
2011 2012 2013
Y.O
.Y (
%)
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 9
1.1.1 KONSUMSI
Pada triwulan IV-2013 kinerja konsumsi secara keseluruhan tumbuh 8,20% (y.o.y)
meningkat signifikan dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh 5,35% (y.o.y). Pesatnya
pertumbuhan konsumsi didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi
pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,45% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya yang sebesar 6,29% (y.o.y). Hal yang sama juga diikuti oleh konsumsi pemerintah
yang tumbuh 10,86% (y.o.y) meningkat signifikan bila dibandingkan dengan triwulan
sebelumnya yang sebesar 3,77% (y.o.y).
Upaya pemerintah dalam melakukan penyerapan anggaran tercatat cukup baik.
Penyerapan fiskal yang sebesar 65,59% pada triwulan III-2013 dapat diakselerasi hingga
mencapai 92,87% pada triwulan IV-2013. Dorongan terhadap konsumsi pemerintah antara lain
dipengaruhi oleh realisasi Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Pegawai yang cukup baik yaitu
masing-masing meningkat 24,17% (y.o.y) dan 9,83% (y.o.y).
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Badan Keuangan Provinsi
Masih tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditunjukkan oleh hasil Survei
Konsumen Bank Indonesia yang mencatat bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih
berada pada level optimis yaitu 169,03 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang
sebesar 161,81. Sejalan dengan itu, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) juga turut meningkat
meningkat dari 170,86 pada triwulan III-2013 menjadi 174,47 pada triwulan IV-2013. Hal
tersebut menunjukkan bahwa masyarakat beranggapan kondisi ekonomi pada triwulan laporan
masih cukup kondusif untuk melakukan kegiatan konsumsi.
Perkembangan konsumsi yang cukup baik juga terlihat dari Indeks Tendensi Konsumen
(ITK) yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo dimana pada triwulan
IV-2013 tercatat sebesar 110,47. Membaiknya kinerja konsumsi di Provinsi Gorontalo terutama
didorong oleh optimisme pendapatan rumah tangga saat ini yaitu sebesar 110,99. Konsumsi
makanan dan non makanan juga masih tinggi yang tercatat 109,41.
Grafik 1.4
Survei Konsumen
Grafik 1.2. Perkembangan Belanja Barang dan Jasa
Grafik 1.3. Perkembangan Belanja Pegawai
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan masuknya peringatan
Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun. Beberapa prompt indicator
mengkonfirmasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga seperti konsumsi listrik rumah tangga
dan konsumsi BBM rumah tangga. Konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan IV-2013
tumbuh 14,29% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,85%
(y.o.y). Konsumsi BBM rumah tangga juga mengalami peningkatan dari 29,53% (y.o.y) pada
triwulan sebelumnya menjadi 33,58% (y.o.y).
Sumber : PT. PLN Area Gorontalo Sumber : PT. Pertamina UP Gorontalo
Sementara itu di sisi perbankan, kinerja konsumsi ditengarai dari perkembangan Dana
Pihak Ketiga (DPK) yang melambat, terutama deposito dan tabungan. Deposito masyarakat di
perbankan pada triwulan laporan tumbuh melambat dari 12,83% (y.o.y) menjadi 3,88% (y.o.y).
Hal yang serupa juga terjadi pada perkembangan tabungan yang turut mengalami perlambatan
dari 11,64% (y.o.y) menjadi 6,77% (y.o.y). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan
pola konsumsi masyarakat melalui penarikan simpanan di perbankan. Di sisi lain, kredit
konsumsi pada triwulan IV-2013 tumbuh melambat menjadi 31,86% (y.o.y) dari 39,47% (y.o.y)
pada triwulan sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena pembiayaan konsumsi pada
triwulan laporan lebih mengandalkan self financing dari masyarakat sendiri.
Grafik 1.4. Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia
Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013
Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga
Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 11
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
1.1.2 INVESTASI
Kinerja investasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 tumbuh 10,84% (y.o.y) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,10% (y.o.y). Peningkatan investasi pada
triwulan laporan tidak hanya didorong oleh investasi pemerintah, tetapi juga investasi swasta.
Investasi fisik diperkirakan lebih memberikan kontribusi yang besar terkait dengan
pembangunan infrastruktur yang dilakukan pada triwulan laporan.
Di sisi pemerintah, realisasi pembiayaan investasi fisik yang bersumber dari APBD
meningkat. Pemerintah daerah terus memacu penyelesaian infrastrukturnya hingga menjelang
akhir tahun 2013. Tercatat pada triwulan IV-2013, APBD Belanja Modal Pemerintah Provinsi
yang telah terealisasikan mencapai Rp118,68 miliar meningkat signifikan bila dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp66,28 miliar. Akan tetapi, bila
dibandingkan dengan yang telah dianggarkan dalam APBD 2013 yaitu Rp206,86 miliar, realisasi
Belanja Modal pemerintah hanya sebesar Rp184,96 miliar atau 89,41% dari target anggaran.
Walaupun kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang hanya terserap 86,55% dari
target anggaran, tetapi hal tersebut belum optimal karena seharusnya dapat diantisipasi lebih
awal oleh Pemerintah Daerah mengingat pola yang sama relatif berulang setiap tahunnya.
Bila dilihat dari sisi perbankan, peningkatan investasi terkonfirmasi dari membaiknya
perkembangan kredit investasi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan kredit investasi masih
terkontraksi 3,14% (y.o.y), tetapi lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
terkontraksi hingga 14,95% (y.o.y). Di sisi sektoral, kredit konstruksi masih terkontraksi sebesar
4,57% (y.o.y), tumbuh moderat bila dibandingkan dengan triwulan III-2013 yang terkontraksi
4,31% (y.o.y).
Grafik 1.8. Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan
Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Beberapa Proyek Pemerintah tahun 2013
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
Perkembangan kontribusi investasi fisik yang relatif besar pada triwulan IV-2013
tercermin dari penjualan semen di Provinsi Gorontalo yang sebanyak 46.545 ton, lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 42.370 ton. Pembangunan infrastruktur
lebih dominan dilakukan dibandingkan aktivitas impor barang modal pada triwulan laporan.
FISIK KEUANGAN
1 Pek. Rehab Berkala Jln Molombulahe -Bubaa 100.00% 95.00%
2 Pek. Normalisasi Sungai Koluwoka 100.00% 95.00%
3 Pek. Pemb. Saluran Drainase Kel. Dembe I Kota Barat Lokasi Kota Gorontalo 100.00% 95.00%
4 Pek. Peningk. Jln. Poros Lonuo Kec. Kabila Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00%
5 Pek. Lanjutan Pemb. Jembatan Taula'a (Biluhu Barat-Bilato) 100.00% 95.00%
6 Pek. Pemb. Saluran Drainase Desa Tenggela Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00%
7 Pek. Peningk Jalan Thayeb M Gobel (Ex Bengawan Solo) Kota Gorontalo 100.00% 95.00%
8 Pek. Pemb. Jln. Agropolitan Desa Telaga Biru Kec. Popayato Lokasi Kab. Pohuwato 100.00% 95.00%
9 Pek. Pemb. Jln. Akses Pertanian Desa Daenaa Kec. Limboto Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00%
10 Pek. Pemb. Saluran Irigasi Desa Mongolato Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00%
11 Pek. Pemb. Jln Akses Tapadaa (Pos Daya) Kec. Suwawa Lokasi Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00%
12 100.00% 95.00%
13 Pek. Pemb. Jln. Akses Pel Anggrek Lama (Ds Ibarat) 100.00% 95.00%
14 Pek. Pemb. Infrastruktur Kawasan Blok Plan Perkantoran Provinsi Lokasi Kab. Bonbol 100.00% 95.00%
15 Pek. Pembuatan Bak Reservoir Kel. Leato Lokasi kota Gorontalo 100.00% 95.00%
16 Pek. Pembuatan Saluran Drainase Desa Botumoito Lokasi Kab. Boalemo 100.00% 95.00%
17 Pek. Pemb. Jembatan Sigaso 100.00% 95.00%
18 Pek. Pemb Saluran Drainase Ds. Paengo Kec. Popayato Lok. Kab. Pohuwato 100.00% 95.00%
19 Pek. Pembangunan Jalan Akses Pariwisata Monano 100.00% 95.00%
20 Pek,Lanjt. Gedung Kantor Tamb. Dinas PU Lok. Kota Gtlo 100.00% 95.00%
21 100.00% 95.00%
22 Pek. Pemb. Saluran Drainase Jln. Durian 100.00% 95.00%
23 100.00% 95.00%
24 Pek. Pengembangan Gedung Kantor Laboratorium 100.00% 95.00%
25 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 100.00% 95.00%
26 Pek. Pemb. Kantor Pemprov. (Pengawasan Kantor Prov. Gtlo) Lokasi Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00%
27 Pek. Pemb. Jembatan Potanga Kec. Boliohuto 100.00% 95.00%
28 93.04% 88.04%
29 Pek. Pemb Jalan Akses Permukiman Ds Cempaka putih Kec. Tolinggula Lok Kab. Gorut 91.00% 86.00%
30 Pek. Pemb. Jln. Akses Pariwisata Monano 85.68% 80.68%
31 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 85.00% 80.00%
32 Pek. Pengembangan Gedung kantor Lab. 85.00% 80.00%
33 pek. Pembangunan Kantor Pemprov lok. Kab. Bonbol 75.00% 70.00%
34 Pek. Pemb Jalan Akses Permukiman Ds Cempaka putih Kec. Tolinggula Lok Kab. Gorut 75.00% 70.00%
35 Pek. Pembangunan Gapura Gerbang perbatasan Lok. Kab . Gorut 75.00% 70.00%
36 Pek. Rekonstruksi Ruas Jln. Batudaa-Isimu 63.34% 58.34%
37 Pek. Pengaspalan Jln. Brimob 62.56% 57.56%
38 59.06% 54.06%
39 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 55.00% 50.00%
40 Pek. Pemb. Jln. Akses Pemukiman Desa Cempaka Putih Kec. Tolinggula Lokasi Kab. Gorut 55.00% 50.00%
41 Pek. Peningk Jln. Akses Desa Wapalo Lokasi Kab. Gorut 55.00% 50.00%
42 Pek. Pemb. Kantor Pemprov. (Pengawasan Kantor Prov. Gtlo) Lokasi Kab. Bone Bolango 50.00% 45.00%
43 Pembangunan Kantor Pemprov Lokasi Kab. Bone Bolango 45.00% 40.00%
REALISASI (%)NO NAMA PROYEK
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 13
Sumber : Badan Keuangan Daeah Provinsi Sumber : Bank Indonesia
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia
Di samping itu, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM), diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengalami
peningkatan terutama pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA). Realisasi investasi jenis PMA
mengalami peningkatan 26,04% (y.o.y) dari US$0,02 juta (2 proyek) di triwulan III-2013
menjadi US$21,90 juta (9 proyek) di triwulan IV-2013. Di sisi lain, jenis Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN) belum menunjukkan aktivitas sejak triwulan III-2013.
Sumber : BKPM Sumber : BKPM
Grafik 1.10. Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah
Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan
Grafik 1.14. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN
Grafik 1.13. Perkembangan Volume Penjualan Semen
Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan
Grafik 1.15. Perkembangan Jumlah Realisasi Proyek PMA dan PMDN
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
1.1.3 EKSPOR – IMPOR
Kinerja ekspor pada triwulan IV-2013 secara keseluruhan mengalami penurunan. Nilai
ekspor Gorontalo pada triwulan laporan mengalami penurunan 72,09% (y.o.y) lebih besar
dibandingkan triwulan III-2013 yang masih mengalami penurunan sebesar 12,03% (y.o.y).
Sementara itu, nilai impor juga mengalami penurunan. Setelah pada triwulan sebelumnya nilai
impor tumbuh hingga 2.952,92% (y.o.y) maka pada triwulan laporan pertumbuhan nilai impor
hanya sebesar 50,21% (y.o.y). Lebih besarnya nilai impor Gorontalo menyebabkan neraca
perdagangan luar negeri Gorontalo mengalami defisit hingga US$35,00 juta.
Perkembangan ekspor luar negeri menurun cukup signifikan pada triwulan IV-2013.
Nilai ekspor pada triwulan laporan tercatat sebesar US$0,96 juta, lebih rendah dibandingkan
triwulan sebelumnya yang mencapai US$2,43 juta. Penurunan produksi terjadi pada seluruh
komoditas yaitu kayu dan barang dari kayu, kopra, serta gula dan kembang gula. Nilai ekspor
komoditas kayu dan barang dari kayu tercatat sebesar US$39,88 ribu dengan negara tujuan
Korea Selatan. Sementara itu untuk komoditas kopra tercatat sebesar US$ 920 ribu ke negara
China. Kinerja ekspor antar provinsi juga mengalami perlambatan yang ditunjukkan dengan
menurunnya volume muat barang. Total volume muat dari seluruh pelabuhan Gorontalo
tercatat hanya 26.235 ton lebih rendah daripada triwulan III-2013 yang mencapai 46.078 ton
atau terkontraksi 71,79% (y.o.y).
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Penurunan produksi kopra di triwulan IV-2013 ditengarai karena adanya tekanan pada
harga kopra internasional yang turun 11,48% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan juga
dialami oleh harga jagung internasional sebesar 5,32% dibanding triwulan sebelumnya. Harga
jagung internasional yang relatif tidak menguntungkan dibandingkan harga produksinya
sehingga para petani lebih memilih untuk melakukan ekspor jagung ke provinsi lain (domestik)
dibandingkan ekspor ke luar negeri. Harga jagung di tingkat petani sendiri pada triwulan IV-
2013 mengalami peningkatan 11,11% dibandingkan triwulan sebelumnya.
Grafik 1.16. Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo
Grafik 1.17. Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 15
Sumber : Bappebti RI Sumber : Bloomberg
Di sisi lain, nilai impor Gorontalo pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar US$35,96 juta
atau tumbuh 50,21% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
melonjak hingga 2.952,92% (y.o.y). Impor tersebut didominasi oleh komoditas raw sugar yang
berasal dari Thailand senilai US$33,95 juta (94,40% dari total impor) sebagai bahan baku
pengolahan industri gula PT. Perusahaan Gula Gorontalo. Impor raw sugar pada triwulan
laporan tumbuh 41,77% dibandingkan triwulan sebelumnya, sekaligus tercatat sebagai impor
tertinggi di sepanjang tahun 2013. PT. Perusahaan Gula Gorontalo mengkonfirmasi bahwa raw
sugar tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula kristal putih. Impor yang
dilakukan selama ini disebabkan raw sugar bersifat idle capacity yaitu merupakan bahan
mentah yang tidak mempunyai waktu kadaluarsa, tetapi agar tidak rusak maka
penyimpanannya harus dijaga. Hasil produksi gula umumnya digunakan untuk kebutuhan
domestik antara lain Gorontalo, Palu, Manado, Kendari, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur,
Maluku, dan Papua.
Selain itu, impor aspal yang senilai US$2,02 juta juga turut mendorong tingginya kinerja
impor. Kebutuhan akan aspal diperoleh dari China dan Malaysia guna pembangunan dan
rehabilitasi berkala terhadap akses transportasi.
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 1.18. Perkembangan Harga Minyak Kelapa
Grafik 1.19. Perkembangan Harga Jagung Internasional
Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Gorontalo
Grafik 1.21. Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Sementara itu, perkembangan impor luar negeri Gorontalo pada triwulan laporan
sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Hal tersebut terlihat dari volume
bongkar barang di seluruh pelabuhan Gorontalo yang masih terkontraksi 24,26% (y.o.y) lebih
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya terkontraksi 5,85% (y.o.y). Impor
domestik pada triwulan IV-2013 turut didorong oleh barang konstruksi seiring dengan
meningkatnya investasi yang terjadi di Gorontalo.
Dilihat dari kumulatif ekspor impor, pada triwulan IV-2013 Gorontalo mengalami defisit
neraca perdagangan luar negeri sebesar US$35,00 juta. Sementara itu, bila dihitung secara
total, maka neraca perdagangan luar negeri Gorontalo pada tahun 2013 mengalami defisit
hingga US$78,21 juta. Hal ini dipengaruhi oleh nilai impor Gorontalo yang melonjak 116,65%
(y.o.y) dibandingkan tahun 2012 sekaligus tercatat sebagai nilai impor Gorontalo terbesar
dalam lima tahun terakhir.
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.2 SISI PENAWARAN
Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan IV-2013 menunjukkan peningkatan
dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi dalam
mendorong pertumbuhan perekonomian antara lain sektor pertanian, sektor pertambangan
dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor konstruksi. Di sisi lain, sektor listrik-gas-
air bersih, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor pengangkutan-komunikasi, dan sektor
jasa-jasa mengalami perlambatan. Sementara itu, sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan
relatif tumbuh moderat.
Tumbuhnya kinerja sektor pertanian memberikan stimulan positif bagi pertumbuhan
ekonomi Gorontalo pada triwulan IV-2013, mengingat sektor tersebut memberikan kontribusi
hingga 26,80% terhadap total PDRB Gorontalo. Dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi
juga dipengaruhi oleh sektor konstruksi terkait dengan penyelesaian proyek pemerintah di akhir
tahun. Peningkatan kinerja sektor konstruksi diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian.
Neraca Perdagangan Luar Negeri periode bulan Januari-Desember 2013
DEFISIT US$78,21 Juta Ekspor ke LN
US$5.280.815 Impor dari LN
US$83.493.576
Grafik 1.22. Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 17
Perlu diketahui bahwa kedua sektor dimaksud terkait erat mengingat sektor pertambangan dan
penggalian didominasi pertambangan galian C yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi.
Di sisi lain, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran mengalami perlambatan
pertumbuhan pada triwulan laporan. Kinerja sub sektor perdagangan yang relatif baik tidak
diimbangi oleh sub sektor hotel yang tumbuh melambat. Sementara itu, menurunnya jumlah
penumpang sub sektor angkutan laut berpengaruh pada kinerja sektor pengangkutan-
komunikasi yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.
Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran
SEKTOR 2012 (% y.o.y)
2012 2013 (% y.o.y)
2013 I II III IV I II III IV
Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 5.71 6.70 5.16 5.50 6.25 5.90
Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 6.62 3.58 4.74 5.21 5.61 4.80
Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 9.55 6.51 9.35 9.70 12.80 9.62
Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.13 8.51 8.05 8.21 7.64 8.10
Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 9.38 7.51 8.86 8.90 11.51 9.24
Perdagangan, Hotel, Restoran 12.56 11.71 10.11 10.29 11.13 10.97 11.34 11.42 10.74 11.12
Pengangkutan & Komunikasi 7.02 8.15 9.44 10.01 8.69 9.00 9.09 8.56 8.24 8.71
Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan
7.40 10.43 9.46 9.86 9.30 9.38 9.06 9.19 9.11 9.18
Jasa-jasa 7.00 6.41 2.17 5.44 5.22 2.46 5.79 6.46 6.14 5.23
PERTUMBUHAN EKONOMI 8.39 8.29 6.64 7.57 7.71 7.06 7.67 7.90 8.43 7.77
Sumber : BPS. Prov. Gorontalo
1.2.1 SEKTOR PERTANIAN
Kinerja sektor pertanian mengalami peningkatan pada triwulan laporan yaitu tercatat
sebesar 6,25% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang sebesar 5,50% (y.o.y).
Walaupun intensitas hujan sedikit meningkat di akhir triwulan laporan, tetapi cuaca yang masih
kondusif secara umum mendukung pertumbuhan kinerja pertanian Gorontalo.
Apabila memperhatikan produksinya, tanaman bahan makanan masih memberikan
kontribusi yang sangat besar terhadap sektor pertanian Gorontalo, terutama tanaman jagung
dan padi. Musim tanam yang dialami Gorontalo pada triwulan IV-2013 mempengaruhi produksi
pertanian yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Dinas Pertanian dan
Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa luas lahan tanam untuk jagung di
triwulan laporan tercatat mencapai 66.149 ha meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang 9.150 ha. Hal serupa juga dialami oleh tanaman padi yang mengalami peningkatan luas
tanam dari seluas 2.742 ha menjadi 26.294 ha.
Kinerja produksi yang turun dibandingkan triwulan sebelumnya tercermin dari luas
lahan panen yang lebih kecil. Pada triwulan laporan, tercatat luas lahan panen jagung sebesar
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
9.999 ha lebih rendah dibandingkan saat musim panen pada triwulan III-2013 yang seluas
47.092 ha. Sementara itu, luas lahan panen padi sedikit menurun dibandingkan triwulan
sebelumnya dari seluas 3.167 ha menjadi 3.049 ha. Produksi pertanian Gorontalo masih
didominasi oleh sentra produksi jagung di Kabupaten Pohuwato dan sentra produksi padi di
Kabupaten Gorontalo.
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan
Pada tahun 2013, secara kumulatif tahunan perkembangan pertanian jagung dan padi
diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012. Hasil Angka Ramalan (ARAM) II yang
dirilis oleh BPS Provinsi Gorontalo memperkirakan produksi jagung di tahun 2013 mencapai
Grafik 1.23. Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya
Grafik 1.24. Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya
Grafik 1.25. Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya
Grafik 1.26. Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Daerahnya
Grafik 1.27. Perkembangan Luas Tanam Jagung dan Padi
Grafik 1.28. Perkembangan Luas Panen Jagung dan Padi
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 19
Tabel 1.4. ARAM II Produksi Jagung Provinsi Gorontalo
Tabel 1.5. ARAM II Produksi Padi Provinsi Gorontalo
677.242 ton meningkat 5,04% (y.o.y) daripada tahun sebelumnya yang sebesar 644.754 ton.
Peningkatan produksi tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya luas panen sebesar 3,63%
(y.o.y). Tingkat produktivitas jagung juga diperkirakan lebih baik yaitu 48,22 kwintal/ha atau
meningkat 1,36% (y.o.y) dibandingkan produktivitas tahun 2012 yang sebesar 47,57
kwintal/ha.
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu, produksi tanaman padi juga diperkirakan meningkat 18,50% (y.o.y)
dibandingkan tahun sebelumnya. Gabah kering giling hasil pertanian di tahun 2013 diproyeksi
meningkat dari 245.786 ton menjadi 291.247 ton. Peningkatan produksi utamanya disebabkan
oleh peningkatan luas panen sebesar 10,03% (y.o.y) dan tingkat produktivitas yang cukup baik
yaitu 51,70 kwintal/ha atau meningkat 7,69% (y.o.y).
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2013 sedikit melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh 8,24%
(y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,56% (y.o.y).
Perlambatan pertumbuhan sektor angkutan secara keseluruhan dipengaruhi oleh kinerja sub
sektor pengangkutan laut dan pengangkutan darat yang menurun, sedangkan sub sektor
pengangkutan udara mengalami peningkatan.
Tumbuhnya sub sektor pengangkutan udara tercermin dari meningkatnya jumlah
penumpang pesawat pada triwulan IV-2013. Faktor liburan sekolah, natal, dan tahun baru
berpengaruh besar terhadap peningkatan kinerja sub sektor ini. Tercatat jumlah penumpang
pesawat yang terlayani tumbuh 20,92% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 17,38% (y.o.y). Akan tetapi, jumlah penerbangan pada triwulan laporan, baik
yang datang maupun berangkat dari Gorontalo mengalami penurunan dari 1.058 penerbangan
menjadi 1.009 penerbangan. Hal ini terkait dengan berkurangnya frekuensi penerbangan salah
satu maskapai udara sejak akhir triwulan IV-2013, dari sebelumnya melayani 2 kali
penerbangan menjadi sekali penerbangan dalam sehari.
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sementara itu, kinerja sub sektor pengangkutan laut tercatat menunjukkan penurunan.
Pada triwulan IV-2013, jumlah penumpang kapal laut tercatat sebanyak 1.077 orang atau
mengalami kontraksi 58,47% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
mencatat jumlah penumpang hingga 5.110 orang. Curah hujan dan gelombang laut yang
cenderung tinggi selama triwulan laporan relatif berpengaruh pada jumlah penumpang dan
kapal yang berlayar. Jumlah penumpang kapal ferry juga terkontraksi 18,43% (y.o.y) setelah
pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 18,27% (y.o.y).
Di sisi lain, kinerja sub sektor pengangkutan darat dikonfirmasi dari melambatnya
jumlah konsumsi BBM transportasi. Tingkat konsumsi bahan bakar premium pada triwulan
laporan tercatat tumbuh 14,46% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang
Grafik 1.29. Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat
Grafik 1.30. Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 21
tumbuh 20,42% (y.o.y). Hal yang sama juga dialami bahan bakar solar yang hanya tumbuh
4,96% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 16,96% (y.o.y).
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : PT. Pertamina UP Gorontalo
1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN
Perkembangan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) di Gorontalo
menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor
PHR pada triwulan IV-2013 tumbuh 10,74% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
triwulan III-2013 yang sebesar 11,42% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh perlambatan
pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor perhotelan.
Sub sektor perdagangan mengalami pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini
dikonfirmasi meningkatnya pertumbuhan kredit perdagangan, dimana pada triwulan IV-2013
kredit perdagangan tercatat mencapai Rp1,85 triliun atau tumbuh 16,90% (y.o.y) lebih baik
daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,58% (y.o.y). Selain itu, aktivitas volume
bongkar barang pelabuhan juga tercatat mengalami peningkatan. Walaupun pertumbuhannya
masih terkontraksi 24,26% (y.o.y), tetapi volume bongkar pada triwulan laporan meningkat
dari 172.173 ton di triwulan sebelumnya menjadi 175.189 ton. Aktivitas perdagangan masih
terpusat di Kota Gorontalo dimana 58,74% total aktivitas bongkar barang pelabuhan dilakukan
di Pelabuhan Gorontalo. Tingkat konsumsi listrik kelompok bisnis pada triwulan laporan ikut
mengalami peningkatan dari 6,10% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,74% (y.o.y).
Kinerja sub sektor perdagangan yang membaik juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia
Usaha (SKDU) Bank Indonesia, dimana realisasi kegiatan usaha pada triwulan laporan
mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelunya. Masuknya perayaan Idul Adha,
Natal, dan Tahun Baru ditengarai memberikan dorongan pada pertumbuhan tingkat konsumsi
masyarakat dan kinerja sub sektor ini.
Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry
Grafik 1.32. Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia Sumber : PT. PLN Ara Gorontalo
Di sisi lain, kinerja sub sektor
perhotelan mengalami perlambatan
pertumbuhan pada triwulan laporan.
Tingkat Penghunian Hotel (TPH) pada
bulan Desember 2013 tercatat sebesar
34,91 atau menurun dibandingkan kondisi
bulan September 2013 yang sebesar
46,66. Bila dibandingkan per daerah, TPH
tertinggi masih dialami oleh Kota
Gorontalo yaitu sebesar 37,54. Dari hasil
liasion ke beberapa perhotelan Gorontalo, diperoleh informasi bahwa momen liburan akhir
tahun berpengaruh pada menurunnya tingkat okupansi hotel disebabkan masyarakat umumnya
memilih berlibur ke luar Gorontalo. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), Upah Minimum Provinsi
(UMP), bunga perbankan, dan tarif air turut berpengaruh pada perlambatan kinerja perhotelan.
Pihak hotel disebutkan harus menaikkan 10-15% tarif hotel serta melakukan efisiensi untuk
mengurangi biaya operasional yang diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 4%.
Grafik 1.33. Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan
Grafik 1.34. Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan
Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Perdagangan
Perbankan
Grafik 1.36. Perkembangan Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis
Grafik 1.37. Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel (TPH)
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 23
1.2.4 SEKTOR KEUANGAN, REAL ESTAT, DAN JASA PERUSAHAAN
Kinerja sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2013 tercatat
sebesar 9,11% (y.o.y), relatif tumbuh moderat dibandingkan pertumbuhan triwulan
sebelumnya yang sebesar 9,19% (y.o.y). Perkembangan sub sektor keuangan yang relatif stabil
memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kinerja sektor ini.
Sub sektor keuangan yang didominasi oleh perbankan tumbuh dengan baik pada
triwulan laporan. Kenaikan beban bunga perbankan juga diikuti oleh kenaikan pendapatan
bunga. Pendapatan bunga pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,00 triliun atau tumbuh
26,96% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,02% (y.o.y).
Beban bunga juga mengalami peningkatan dari Rp157,41 miliar menjadi 217,60 miliar, tumbuh
21,47% (y.o.y). Walaupun begitu, perkembangan Net Interest Margin (NIM) perbankan
Gorontalo di triwulan laporan tetap terjaga, yaitu tercatat sebesar Rp783,34 miliar atau tumbuh
28,58% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,81% (y.o.y).
Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia
1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN
Kinerja sektor industri Gorontalo tumbuh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Sektor
industri pada triwulan IV-2013 tumbuh 12,80% (y.o.y) lebih tinggi daripada triwulan
sebelumnya yang tumbuh 9,20% (y.o.y). Beberapa sub sektor industri mikro dan kecil
mengalami peningkatan seiring dengan perayaan Idul Adha,natal, dan tahun baru.
Berdasarkan hasil survei BPS Provinsi Gorontalo, meningkatnya kinerja sektor industri
terjadi pada industri makanan dan minuman, industri pakaian jadi, dan industri furniture.
Meningkatnya permintaan masyarakat akan komoditas pakaian dan perabot rumah tangga
diperkirakan mendorong produksi pakaian jadi dan furniture di Gorontalo. Di samping itu,
perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Adha dan Natal juga mempengaruhi peningkatan
produksi industri makanan dan minuman. Secara total, industri mikro dan kecil pada triwulan
Grafik 1.38. Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan
Grafik 1.39. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
IV-2013 tumbuh 11,27% (y.o.y) sedangkan industri manufaktur besar dan sedang tumbuh
9,61% (y.o.y).
Pertumbuhan sektor industri juga terkonfirmasi dari perkembangan konsumsi listrik dan
BBM industri. Konsumsi listrik industri tercatat meningkat 5,51% (y.o.y) dari 4,35 juta KWh di
triwulan sebelumnya menjadi 4,73 juta Kwh pada triwulan laporan. Sementara itu, walaupun
masih terkontraksi 17,29% (y.o.y), tetapi pertumbuhan konsumsi BBM pada triwulan laporan
lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 53,86% (y.o.y).
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
1.2.6 SEKTOR LAINNYA
Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2013 tumbuh 7,64% (y.o.y)
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,21% (y.o.y). Walaupun daya
tersambung mengalami pertumbuhan 21,70% (y.o.y) tetapi penjualan listrik tumbuh 11,57%
(y.o.y) relatif stabil dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 10,63% (y.o.y).
Hasil konfirmasi dengan PT. PLN Area Gorontalo menyebutkan bahwa jumlah pelanggan listrik
mengalami peningkatan dengan jumlah mencapai 178 ribu pelanggan. Dari jumlah tersebut,
sekitar 0,3% merupakan pelanggan sektor bisnis dan perkantoran sedangkan sisanya adalah
rumah tangga. Biaya listrik rumah tangga sendiri mendapat subsidi sekitar 75% dari
pemerintah. Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan, penyelesaian PLTU Molotabu
Grafik 1.40. Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang
Grafik 1.41. Perkembangan Sub Sektor Industri Mikro-Kecil
Grafik 1.42. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri
Grafik 1.43. Perkembangan Konsumsi BBM Industri
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 25
tahap II diharapkan dapat segera selesai sehingga membantu penyediaan jumlah pasokan listrik
Provinsi Gorontalo yang saat ini masih dibantu oleh pasokan dari PLTU Amurang di Provinsi
Sulawesi Utara.
.
Sumber : PT. PLN Area Gorontalo Sumber : PT. PLN Area Gorontalo
Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2013 meningkat
dibandingkan triwulan III-2013. Sektor ini tumbuh 5,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan
triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (y.o.y). Peningkatan sektor ini tidak lepas dari
meningkatnya kinerja sektor konstruksi yang tumbuh 11,51% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan III-2013 sebesar 8,90% (y.o.y). Sumbangan sektor pertambangan dan
penggalian terhadap PDRB Provinsi Gorontalo masih relatif kecil yaitu 1,14% dan didominasi
oleh pertambangan galian C seperti batu dan pasir. Sementara itu, aktivitas pertambangan
emas di Gorontalo umumnya masih dilakukan oleh penambang rakyat. Dari hasil liaison dengan
Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo, diperoleh informasi bahwa terdapat
terdapat 37 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 2 Kontrak Karya (KK) di Provinsi Gorontalo dan
keseluruhannya belum menunjukkan kegiatan produksi.
Pada triwulan IV-2013, sektor jasa-jasa
menunjukkan pertumbuhan 6,14% (y.o.y) atau
melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang
tumbuh 6,46% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan
realisasi APBD belanja pegawai pada triwulan laporan
diperkirakan memberi pengaruh yang signifkan
walaupun lapangan usaha jasa-jasa mengalami
peningkatan. Kredit sektor jasa-jasa tercatat
mengalami pertumbuhan 17,00% (y.o.y) lebih baik
daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,76%
(y.o.y).
Grafik 1.44. Perkembangan Daya Listrik Tersambung
Grafik 1.45. Perkembangan Konsumsi Listrik
Grafik 1.46. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa
Sumber : Bank Indonesia
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
BOKS : KAWASAN MINAPOLITAN POHUWATO : MENGECAP
(MANISNYA) BISNIS PERIKANAN
Rupanya SBY kepincut oleh Profesor
Michael E. Porter. Mahaguru strategi
manajemen ini memberikan pencerahan
kepada Presiden RI ke-6. Harvard Business
School Amerika Serikat yang menjadi
lokasinya. Topiknya menarik, yaitu
bagaimana meningkatkan daya saing
Indonesia di dunia internasional. Menurut
pria kelahiran 1947 ini, salah satu
permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia
adalah masih rendahnya tingkat
pembangunan berbasis klaster. Peristiwa ini
terjadi empat tahun lalu, 28 September
2009.
Sebulan kemudian, muncullah istilah
minapolitan. Peluncurannya dilakukan
berselang setelah pelantikan Menteri
Kabinet Indonesia Bersatu II di Istana
Negara Jakarta. Program yang sejatinya
merupakan implementasi konsep klaster
ala Porter tersebut, diusung oleh Fadel
Muhammad sebagai Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia waktu itu.
Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan
daya saing sektor kelautan dan perikanan di
Indonesia.
Minapolitan
Apa sih minapolitan? Minapolitan itu
hampir sama dengan agropolitan. Bedanya,
yang satu mina sedangkan yang satunya
lagi agro. Mina itu berasal dari bahasa jawa
mino
sederhana minapolitan dapat diartikan
sebagai kota bisnis yang berbasis perikanan.
Sebagaimana kawasan bisnis,
selayaknya ada daerah yang menjadi pusat
pertumbuhan (growth pole) dan hinterland
(daerah pinggiran). Growth pole adalah
pusat transaksinya sedangkan hinterland
adalah daerah penunjangnya. Harapan
dibangunnya kawasan minapolitan adalah
jika kegiatan sudah terintegrasi diharapkan
kegiatan bisnis di growth pole dapat
memberikan efek menetes ke bawah (trickle
down effect) atau ke daerah hinterland.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 27
0
2
4
6
8
10
12
14
16
Ace
h
Sulu
t
Sum
bar
Ria
u
Ke
pri
Jam
bi
Ben
gku
lu
Sum
sel
Bab
el
Lam
pu
ng
Ban
ten
DK
I
Jab
ar
Jate
ng
DIY
Jati
m
Kal
bar
Kal
ten
g
Kal
sel
Kal
tim
Sulu
t
Go
ron
talo
Sult
eng
Suls
el
Sulb
ar
Sult
eng
Bal
i
NTB
NTT
Mal
uku
Mal
uku
Uta
ra
Pap
ua
Pap
ua
Bar
at
Jum
lah
Kaw
asan
Min
apo
litan
Pro
vin
si
Contoh sederhana kawasan
minapolitan dapat diilustrasikan begini,
misalnya pasar tempat transaksi, di situ ada
pabrik ikan sarden. Nah di kampung-
kampung sekitar pabrik ada yang jadi
kampung nener, ada yang jadi kampung
ikan sarden, ada yang jadi kampung pakan
ikan, dan seterusnya yang dibutuhkan
untuk menunjang pabrik ikan sarden. Itu
baru satu contoh pabrik yang dibangun di
kawasan minapolitan. Bisa juga industri
pengalengan ikan tuna yang sangat cocok
dibangun di sekitar samudera karena tuna
adalah ikan laut dalam. Bisa dibangun
kampung tambak nener bandeng,
kampung tambak bandeng, kampung
pakan bandeng dan sebagainya. Kenapa
bandeng? Karena tuna biasanya butuh
umpan hidup dan bandeng hidup adalah
umpan favorit tuna. Dari contoh di atas,
maka pasar dan pabriknya adalah pusat
pertumbuhannya sedangkan kampung-
kampung penunjang adalah hinterland-nya.
Walhasil, kawasan minapolitan
harus ditunjang oleh infrastruktur,
perbankan, dan lainnya. Dan tak kalah
penting adalah melibatkan masyarakat agar
mau jadi nelayan yang tidak hanya
mengandalkan ikan tangkap tapi mulai
membudayakan budidaya karena kawasan
yang baik adalah kawasan yang terjamin
sustainabilitas-nya.
Mengapa minapolitan begitu
penting? Tentu saja penting. Lihat saja
sebaran kawasan minapolitan. Saat ini
sudah 33 provinsi, 179 kabupaten/kota di
seluruh Indonesia yang ditetapkan menjadi
kawasan minapolitan. Sebaran ini diambil
dari Keputusan Menteri Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia Nomor
35/KEPMEN-KP/2013 tanggal 2 Juli 2013
yang ditandatangani oleh Sharif C.
Soetardjo. Berbekal 145 kawasan
minapolitan perikanan budidaya dan 57
kawasan minapolitan perikanan tangkap
telah membawa hasil. Setidaknya beberapa
target terlampaui, mulai dari produksi 15,3
juta ton, ekspor produk hasil perikanan
senilai US$ 5 miliar sampai pencapaian
neraca perdagangan produk perikanan
surplus 76,47 persen di tahun 2013.
Grafik 1.47. Perkembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia
Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Sebagai provinsi yang pernah
dipimpin oleh Fadel Muhammad, dimana
luas perairan Gorontalo mencapai 50.500
kilometer persegi cukup menjanjikan dalam
pengembangan kawasan minapolitan. Salah
satu wilayahnya adalah wilayah laut Teluk
Tomini yang terbentang seluas 7.400
kilometer persegi ditambah dengan panjang
garis pantai 655,8 kilometer setara dengan
perjalanan darat Bandung-Surabaya melalui
pantura.
Khusus Gorontalo, setidaknya ada 3
kabupaten yang menjadi kawasan
minapolitan. Dua minapolitan perikanan
budidaya di Kabupaten Gorontalo Utara
dan Kabupaten Pohuwato. Satu lagi
kawasan minapolitan perikanan tangkap di
Kabupaten Bone Bolango. Di sana terdapat
Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bone
Bolango yang lokasinya dengan dekat
daerah operasional perairan pedalaman dan
perairan kepulauan sekitar.Namun, hanya 2
lokasi yang dijadikan salah satu sentra
produksi perikanan budidaya sebagai
Kawasan Minapolitan Percontohan yaitu
Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten
Gorontalo Utara.
Keunggulan Alam Pohuwato
Kabupaten Pahuwato merupakan
salah satu lokasi minapolitan sesuai dengan
Keputusan Direktur Jenderal Perikanan
Budidaya Nomor KEP.70/DJ-PB/2010
tentang Penetapan 24 Lokasi Sentra
Produksi Perikanan Budidaya sebagai
Percontohan Tahun 2011.
Luas wilayah Kabupaten Pohuwato
adalah 4.455,60 kilometer persegi atau
35,83 persen dari luas wilayah Provinsi
Gorontalo. Panjang garis pantai yang
mencapai 164 kilometer yang menjadikan
garis pantainya terpanjang kedua di Provinsi
Gorontalo yang berhadapan dengan Teluk
Tomini. Di sepanjang pantai inilah, minimal
3.923 jiwa yang tersebar 31 desa nelayan di
mencari nafkah sebagai nelayan.
JIka dibanding-bandingkan, kira-kira
hanya 2,9 persen dari penduduk Pohuwato
yang jadi nelayan atau hampir 40 persen
desa nelayan dari 131 desa nelayan yang
ada di Gorontalo. Pohuwato pun berhak
menyandang desa nelayan kedua terbanyak
setelah desa nelayan kabupaten tetangga,
Kabupaten Bone Bolango.
Profesi nelayan pun beragam. Untuk
budidaya air laut saja, 1.000 orang memiliki
tambak, 500 orang memilih sebagai
pembudidaya rumput dan 25 orang
mempunyai keramba jaring apung. Ada
pula 1.000 orang pembudidaya kolam air
tawar dan lebih dari 200 orang memiliki
keramba air tawar.
Selain itu, ada juga yang
berkecimpung di usaha pengolahan hasil
perikanan. Jumlahnya sekitar 60 orang.
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 29
-
20,000
40,000
60,000
80,000
2008 2009 2010 2011 2012 2013*
Ton
Tah
un
Pedagang hasil perikanan ada 158 orang,
30 orang menjadi pengumpul hasil
perikanan. Jangan dilupakan, ada sekitar 77
orang petambak garam.
Mereka semua tidak berdiri sendiri-
sendiri. Semuanya tergabung dalam sebuah
kelompok sesuai profesinya. ada kelompok
masyarakat pengawas sebanyak 5
kelompok, kelompok pembudidaya
sebanyak 85 kelompok, kelompok nelayan
sebanyak 75 kelompok dan ada pula
kelompok pengolah ikan sebanyak 11
kelompok.
Produktivitas
Secara umum, berdasarkan data
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Pohuwato, produksi 9 komoditas pilihan
yaitu bandeng, udang, rumpur laut, kerapu,
kuwe, mutiara, ikan nila, ikan mas dan ikan
lele mengalami peningkatan. Puncaknya
pada tahun 2011 dengan total 68,2 ribu
ton yang kemudian menurun di tahun 2012
menjadi 48 ribu ton dan di tahun 2013
mengalami kenaikan kembali hingga
mencapai 60,4 ribu ton.
Adapun komoditas unggulan
Pohuwato di kawasan minapolitan,
capaiannya baru 58,01 persen yaitu rumput
laut dan udang (windu dan vaname)
dengan total produksi 40.475,8 ton tahun
2012. Angka ini diungkap oleh Dwika
Herdikiawan, Direktur Prasarana dan Sarana
Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya Kementerian Kelautan dan
Perikanan RI di Pohuwato pada acara Rapat
Kelompok Kerja (Pokja) Minapolitan
Kabupaten Pohuwato tahun 2013 lalu.
Sebagai informasi, kawasan
minapolitan Pohuwato mencakup 11
kecamatan. Mulai dari Kecamatan Paguat,
Dengilo, Marisa, Duhiadaa, Patilanggio,
Taluditi, Randangan, Wanggarasi, Lemito,
Popayato dan Popayato Barat sampai
dengan Kecamatan Lemito sebagai
minapolis. Pohuwato pun menyabet
prestasi menjadi kabupaten terbanyak yang
menjadikan kecamatannya sebagai kawasan
minapolitan.
Menurut Dari Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Pohuwato, capaian
produksi perikanan baik produksi perikanan
tangkap maupun perikanan budidaya pada
2013 memberikan kontribusi pendapatan
rata-rata bagi nelayan sekitar Rp 4,3 juta
per bulan atau meningkat 5,4 persen
dibandingkan tahun 2012. Angka ini jauh
melebihi pendapatan rata-rata
pembudidaya dan nelayan Provinsi
Gorontalo yang hanya Rp 1,9 juta per
bulannya.
Grafik 1.48. Perkembangan Produksi Sembilan Komoditas Pilihan Kab. Pohuwato
*perkiraan sementara Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pohuwato
BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL
30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Dukungan anggaran pun cukup
besar. Total dukungan anggaran penunjang
minapolitan budidaya selama 2 tahun
terakhir mencapai lebih dari Rp 6,4 miliar
dikucurkan oleh pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Pihak perbankan sendiri sudah
menyalurkan kredit di sektor perikanan di
Kabupaten Pohuwato tahun 2013
mencapai Rp 4,7 miliar atau sekitar 27,46
persen dari total kredit perikanan di
Gorontalo sebesar Rp 17,47 miliar. Dilihat
dari jenisnya, kredit perikanan budidaya
menyedot dana sebesar 49,2 persen atau
sebesar Rp 2,4 miliar dan kreditnya tumbuh
pesat sekitar 420,5 persen dibandingkan
tahun 2012. Untuk kredit perikanan
penangkapan telah disalurkan sebesar Rp
1,8 miliar dan kredit jasa perikanan sebesar
Rp 0,6 miliar. Kedua jenis kredit perikanan
budidaya dan kredit jasa perikanan ini
mengalami pertumbuhan minus
dibandingkan tahun 2012.
Perbaikan
Ada beberapa pekerjaan rumah yang
harus segera diselesaikan. Sebut saja
dualisme antara kepentingan ekonomi
dengan pelestarian lingkungan. Saat ini
pengembangan budidaya udang masih
banyak menggunakan lahan yang termasuk
dalam kawasan cagar alam dan hutan
lindung. Selain itu, perlu adanya regulasi
yang mengatur tentang pemanfaatan
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang
merupakan implementasi UU No. 27 Tahun
2007. Tidak ketinggalan juga makin
maraknya kegiatan Illegal fishing dan
destructive fishing yang sangat merugikan.
Solusinya tentu saja ada pada kita
semua. Mulai dari penataan kawasan,
penerbitan regulasi sampai pengetatan
pengawasan yang disertai dengan edukasi
kepada masyarakat.
Pewaris
Jika sempat berkunjung ke Pohuwato,
sempatkan berada di Desa Bununyo,
Kecamatan Paguat untuk melihat kelompok
pembudidaya udang. Kelompok
pembudidaya udang di lokasi tersebut telah
menerapkan sistem polikultur dengan
komoditas udang dan bandeng.
Mereka tebar udang 100.000 bibit
dan bandeng 10.000 bibit per hektar.
Harga jual panen untuk bandeng Rp 7.500,-
/kg, sedangkan udang Rp 30.000,-/kg (size
90). Permasalahan yang dihadapi
pembudidaya adalah mahalnya harga bibit
(PL 4 = Rp 35,-) dan sarana produksi yang
kurang memadai.
Namun, semua itu tentu ada peran
penyuluh perikanan yang saat ini berjumlah
68 orang yang siap sedia
menumbuhkembangkan kawasan
minapolitan dan menyokong sektor
perikanan lebih baik.
Seperti pidato Bung Karno pada
lebih suka lukisan samudra yang
gelombangnya memukul, menggebu-gebu,
daripada lukisan sawah yang adem ayem
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 31
BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI
Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Provinsi Gorontalo pada
triwulan IV-2013 relatif terkendali. Secara tahunan, inflasi IHK sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy). Meningkatnya inflasi pada
triwulan IV-2013 terutama disumbang oleh tingginya inflasi bulanan di bulan November dan
Desember yang sebesar 1,35% (mtm) dan 1,54% (mtm).
2.1 INFLASI SECARA UMUM
Inflasi Kota Gorontalo meningkat. Inflasi kota Gorontalo pada akhir triwulan IV-2013
sebesar 5,84% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi di triwulan sebelumnya yang sebesar
3,40% (yoy).Inflasi periode triwulan IV-2013 tersebut lebih tinggi dari proyeksi pada laporan
sebelumnya yang diperkirakan sebesar 4,61% ± 1%. Tekanan inflasi pada periode ini relatif
masih terkendali dari sisi permintaan (demand-pull), sedangkan tekanan inflasi dari sisi
penawaran (cost-push) mengalami peningkatan di akhir triwulan IV-2013 akibat faktor seasonal
seperti adanya Hari Raya Natal dan Tahun Baru dimana beberapa komoditas seperti bawang
merah dan cabe merah banyak yang keluar daerah akibat tingginya permintaan di Sulawesi
Utara, serta diakibatkan oleh meningkatnya curah hujan serta cuaca buruk di akhir tahun 2013
yang mengakibatkan naiknya harga ikan laut.
Realisasi inflasi lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional. Pencapaian
inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 sebesar 5,84% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi
nasional yang mencapai 8,38% (yoy). Bahkan sepanjang tahun 2013, inflasi tahunan (yoy) kota
Gorontalo selalu berada di bawah rata-rata inflasi nasional.
Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Gorontalo
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
2.2 DISAGREGASI INFLASI
Tekanan inflasi yang
meningkat dari 3,39% (yoy)
menjadi 5,84% (yoy) di triwulan IV-
2013 masih banyak bersumber dari
kelompok volatile foods, sementara
itu tekanan inflasi pada kelompok
core inflation dan administred
pricejuga masih terpantau di level
yang cukup tinggi. Inflasi volatile
foods naik dari 0,41%(y.o,y) di triwulan
III-2013 menjadi 6,64% (yoy), sementara core inflation juga meningkat dari 3,47% (yoy)
menjadi 4,44% (yoy). Inflasi pada kelompok administred price masih dalam level yang cukup
tinggi meski mengalami sedikit penurunan dari semula 7,74% (yoy) menjadi 7,72% (yoy).
Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo
Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)
2.2.1 CORE INFLATION
Core inflation pada triwulan laporan tercatat sedikit mengalami peningkatan,
yaitu sebesar 4,44% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar
3,47% (yoy). Tekanan inflasi kelompok core inflation berasal dari kelompok komoditas.
Tekanan inflasi kelompok inti berasal dari komoditas makanan jadi seperti kue kering
berminyak, mie dan ayam goreng, kelompok komoditas minumam non-alkohol seperti air
kemasan, kelompok komoditas biaya tempat tinggal seperti cat tembok, cat kayu dan keramik,
sabun detergen, upah pembantu rumah tangga dan perlengkapan rumah tangga serta
Sumber : BPS Gorontalo (diolah)
Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Menurut Penyebab
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 33
kelompok barang pribadi dan sandang lainnya seperti emas perhiasan. Dari hasil pantauan
Survey Pemnatauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, harga emas di kota
Gorontalo tercatat mengalami beberapa kali fluktuasi harga dari sebelumnya di kisaran Rp.
450.000,- per gram di bulan Juli 2013 menjadi Rp. 550.000,- per gram di bulan September
2013 dan kembali ke kisaran Rp.440.000,- di akhir bulan Desember 2013.
Di sisi lain, faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi dunia usaha yang
dilakukan melalui Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) tercatat lebih rendah dari kondisi inflasi
pada triwulan IV-2013, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 2.3 di bawah ini.
Grafik 2.3 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual
Sumber : SKDU, Bank Indonesia
2.2.2 NON-CORE INFLATION
Inflasi Volatile Foods mengalami peningkatan. Disagregasi inflasi kota Gorontalo
pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar pada kelompok
Inflasi volatile food yang tercatat sebesar 6,64% (yoy)dari sebelumnya 0,41% (yoy) di triwulan
III-2013. Peningkatan inflasi volatile food tersebut dikarenakan pasokan beberapa komoditas
khususunya hortikultura dan perikanan tangkap mengalami kenaikan harga akibat faktor
seasonal seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan cuaca buruk karena pada triwulan IV-2013
telah memasuki musim penghujan.
Komoditas yang mengalami koreksi harga cukup besar pada akhir triwulan IV-2013
antara lain adalah ikan segar, sayur-sayuran, bawang merah, cabe rawit, dan buah-buahan.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Gejolak harga pada komoditas ikan segar tersebut disebabkan karena cuaca di Gorontalo yang
telah memasuki musim penghujan sehingga hasil tangkapan dan aktivitas melaut nelayan
terganggu oleh adanya ombak besar. Sejalan dengan hal tersebut, hasil Survei Pemantauan
Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor PerwakilanBank Indonesia (KPW BI) Provinsi Gorontalo
di pasar sentral Gorontalo juga menunjukkan adanya peningkatan beberapa komoditas di
Gorontalo.
Grafik 2.4 Hasil Survey Pemantauan Harga (SPH) terhadap beberapa komoditas
Meski terjadi sedikit penurunan pada infasi administered price namun tekanan
inflasi pada kelompok administred price masih cukup tinggi. Inflasi harga yang diatur oleh
pemerintah (administered price inflation) mengalami sedikit penurunan dari 7,74% (y.o,y) pada
triwulan III-2013 menjadi 7,72% (yoy) pada triwulan IV-2013. Tekanan inflasi kelompok
administered price berasal dari kelompok komoditas transport seperti harga bensin, harga solar,
angkutan dalam kota, angkutan luar kota, angkutan udara, harga mobil, serta tarif listrik. Inflasi
untuk harga bensin dan solar tersebut disebabkan oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak
(BBM) bersubsidi yang diumumkan pemerintah pada tanggal 21 Juni 2013 yang lalu, kebijakan
ini mengoreksi harga bensin premium dari semula Rp 4.500,- menjadi Rp 6.500,- dan bensin
solar yang semula Rp 4.500,- menjadi Rp 5.500,-. Walaupun penerapan harga baru untuk BBM
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 35
bersubsidi tersebut diterapkan pada akhir triwulan II-2013, namun dampak langsung penerapan
kebijakan ini baru terasa pada awal triwulan III-2013. Efek yang timbul akibat dari penerapan
harga baru tersebut adalah meningkatnya tarif angkutan dalam kota sepert ibecak motor dan
angkutan luar kota.
Tabel 2.2. Survei Pemantauan Harga (SPH)
2.3 INFLASI DI KAWASAN SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA (SULAMPUA)
Gorontalo menjadi Provinsi yang memiliki tingkat inflasi paling rendah
dibandingkan dengan provinsi lain di kawasan Sulampua. Pada akhir triwulan IV-2013,
secara umum inflasi bulanan provinsi-provinsi di Sulampua mengalami inflasi yang cukup tinggi.
Gorontalo sendiri tercatat mengalami inflasi bulanan sebesar 1,54% (mtm) sehingga tingkat
inflasi tahunannya menjadi sebesar 5,84% (yoy). Sedangkan provinsi yang memiliki tingkat
inflasi tertinggi di wilayah Sulampua adalah Provinsi Maluku Utara, dimana inflasi tahunan
provinsi tersebut adalah sebesar 9,78% (yoy).
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Tabel 2.3. Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua
Tabel 2.4. Inflasi Kota-kota di Sulampua Gambar 2.1. Peta Inflasi Sulawesi
Sumber : BPS Gorontalo
(diolah)
Sumber : BPS Gorontalo
(diolah)
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 37
Gambar 2.2. Peta Inflasi Bulan Desember 2013 di Indonesia
Secara bulanan, tekanan inflasi Gorontalo dan Nasional mengalami peningkatan pada
Triwulan I-2013 yang diakibatkan oleh meningkatnya harga bumbu-bumbuan seperti bawang
merah dan bawang putih sebagai dampak penerapan kebijakan pembatasan impor komoditas
hortikultura di tingkat nasional. Meski peningkatan inflasi ini mulai mereda di triwulan II-2013,
namun terjadi peningkatan tekanan inflasi kembali di awal triwulan III-2013 sebagai akibat
diberlakukannya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh Pemerintah
pada akhir Juni 2013 dan adanya hari raya Idul Fitri di bulan Agustus 2013. Peningkatan
ekspektasi inflasi ini dirasakan pada bulan Juli dan Agustus 2013 dan mulai mereda di bulan
September-Oktober 2013. Namun, menjelang akhir tahun tingkat inflasi secara umum kembali
mengalami peningkatan akibat faktor seasonal effect seperti perayaan Hari Raya Natal dan
Tahun Baru.
Capaian inflasi IHK nasional tahun 2013 sebesar 8,38% (yoy) berada di atas targetnya
(4,5%±1%), namun tetap terkendali di single digit. Di awal tahun 2014, tekanan inflasi
nasional diperkirakan akan mereda, walau resiko masih cukup besar.
2.4 EKSPEKTASI INFLASI
Konsumen Gorontalo masih optimis. Berdasarkan Survey Konsumen (SK) yang
dilakukan oleh Bank Indonesia dapat diketahui bahwa Indeks Keyakinan konsumen (IKK)
Gorontalo masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100). Secara umum, tingginya
optimisme terutama didorong oleh masih tingginya optimisme konsumen atas prospek
perekonomian ke depan.
BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI
38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Grafik 2.5 Grafik IKK, IEK, Ekspektasi Harga, Kurs USD-Rp dan BI Rate
Sektor eksternal turut berkontribusi dalam mendorong tekanan inflasi. Kondisi
nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika pada akhir triwulan IV-2013 berada pada kisaran
Rp.12.189,- atau mengalami pelemahan sebesar 26,04% dibandingkan periode yang sama
pada tahun 2012 dimana nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berada di kisaran
Rp.9.670,-. Sedangkan BI Rate juga tercatat mengalami kenaikan 175 basis poin (bps) dari
sebelumnya 5,75% di akhir triwulan IV 2012 menjadi 7,50% di akhir Triwulan IV-2013.
Kenaikan suku bunga tersebut merupakan salah satu langkah lanjutan dari penguatan bauran
kebijakan Bank Indonesia yang difokuskan untuk pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar
Rupiah.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 39
BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
Pada triwulan IV-2013 aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum dan BPR) masih
ekspansif, antara lain tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo
pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 212,00% (BU) dan 148,08% (BPR). Penyaluran
kredit perbankan tumbuh masing-masing sebesar 22,43% (BU) dan 8,33% (BPR). Sementara
penghimpunan dana (DPK) relatif melambat yaitu tercatat hanya tumbuh (y.o.y) sebesar 5,07%
(BU) dan -6,10% (BPR) lebih rendah dari triwulan III-2013 yang tercatat tumbuh (y.o.y) sebesar
12,13% (BU) dan -6,69% (BPR).
Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum masih
relatif terjaga pada angka yang wajar yaitu sebesar 2,82% (BU). Namun NPLs BPR masih perlu
upaya optimal karena hingga triwulan IV-2013 masih tercatat cukup tinggi yaitu sebesar
11,78%.
3.1 FUNGSI INTERMEDIASI
Fungsi intermediasi yang dilakukan oleh industri perbankan di Provinsi Gorontalo
berjalan dengan baik seperti tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan
Gorontalo yang ekspansif dimana pada triwulan IV-2013 tercatat total sebesar 211,63%
dengan rincian bank umum sebesar 212,00% dan BPR sebesar 148,08%. Angka LDR tersebut
meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 191,28%. Untuk perbankan
syariah, pada triwulan laporan tercatat LDR sebesar 119,92% mengalami peningkatan
dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 107,40%.
Penyumbang tingginya angka LDR tersebut adalah meningkatnya permintaan kredit
yang tercatat tumbuh sebesar 22,43% (bank umum) dan 7,36% (BPR), dengan penyumbang
utama kredit konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 31,86% (bank umum) dan 2,74% (BPR).
Sementara dana yang dihimpun pada triwulan laporan hanya tercatat tumbuh sebesar 5,07%
(bank umum) dan 1,93% (BPR).
Angka LDR yang tinggi tersebut mencerminkan bahwa kecenderungan masyarakat
untuk menyimpan dananya di bank masih relatif rendah, dan untuk itu perlu berbagai upaya
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau menyimpan dananya pada perbankan
yang ada di Gorontalo, salah satunya adalah menggalakkan kembali program gerakan
TabunganKu.
3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK
Jumlah bank di Provinsi Gorontalo hingga triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 20 bank,
dengan rincian sebagai berikut : bank umum konvensional sebanyak 13 bank, bank umum
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
syariah sebanyak 3 bank dan BPR sebanyak 4 bank. Sementara itu, jaringan kantor bank umum
di Provinsi Gorontalo hingga triwulan laporan terdiri dari 19 kantor cabang, 39 kantor cabang
pembantu, 2 kantor fungsional, 9 kantor kas serta 27 kantor unit. Sedangkan jaringan kantor
BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas. Untuk perbankan syariah,
saat ini jaringan kantor terdiri dari 2 kantor cabang, 9 kantor cabang pembantu, dan 1 kantor
kas.
3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT
Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil diserap oleh perbankan Gorontalo pada
triwulan IV-2013 tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada bank umum, jumlah
DPK yang dihimpun mencapai Rp.3,19 triliun atau tumbuh sebesar 5,07% (y.o.y) lebih rendah
dibanding triwulan III-2013 yang tercatat Rp.3,44 triliun atau tumbuh 12,13%. Perlambatan
pertumbuhan DPK tersebut antara lain bersumber dari giro dimana pada triwulan laporan
tercatat sebesar Rp.322,81 miliar atau mengalami penurunan dibanding triwulan III-2013 yang
tercatat Rp516,65 miliar. Penurunan DPK tersebut disebabkan oleh penurunan saldo rekening,
sementara jumlah rekening triwulan IV-2013 mengalami peningkatan 39,19% menjadi
sebanyak 588.966 rekening.
Untuk perbankan syariah, DPK yang berhasil dihimpun hingga triwulan IV-2013 tumbuh
sebesar 27,79%, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar
35,62%. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh giro pada triwulan laporan yang mengalami
pertumbuhan negatif yaitu sebesar -38,86% (y.o.y).
Jika dilihat dari komponen DPK, pangsa terbesar DPK masih didominasi oleh tabungan
yaitu sebesar Rp2,12 triliun atau 66,31% dari total DPK, meningkat dibanding triwulan III-2013
yang tercatat Rp1,91 triliun atau 55,65% dari total DPK. Hal yang sama terlihat pada bank
syariah, dimana share tabungan memiliki pangsa terbesar yaitu 56,97%, sementara giro dan
deposito masing-masing hanya mengambil pangsa sebesar 3,72% dan 39,31% dari total DPK.
Share dan pertumbuhan masing-masing komponen DPK pada bank umum dapat dilihat pada
Grafik 3.1 dan Grafik 3.2 berikut ini.
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 41
Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Tabel 3.1
Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum
Penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 18,55 miliar atau
tumbuh negatif sebesar -6,10% (yoy) dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar
Rp.19,75 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan yang cukup signifikan pada jumlah
tabungan pada BPR dimana pada triwulan laporan tercatat Rp.7,26 miliar atau turun sebesar -
16,42% dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat Rp8,69 miliar. Secara rinci dapat dilihat pada
tabel 3.2. berikut ini.
Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR
-20.00%
-10.00%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
2011 2012 2013
Giro Deposito Tabungan
Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013
(Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y)
Dana Pihak Ketiga 3,040.78 3,436.54 3,194.92 5.07%
Giro 331.22 577.64 322.81 -2.54%
Deposito 725.33 946.46 753.46 3.88%
Tabungan 1,984.23 1,912.44 2,118.65 6.77%
Indikator
Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013
(Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y)
Dana Pihak Ketiga 19.75 18.49 18.55 -6.10%
Deposito 11.07 11.37 11.29 2.00%
Tabungan 8.69 7.12 7.26 -16.42%
Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, diolah
Indikator
10.10%
23.58%
66.31%
Giro
Deposito
Tabungan
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
3.1.3 PENYALURAN KREDIT
Pada triwulan IV-2013 perbankan Gorontalo telah menyalurkan kredit/pembiayaan
kepada 94.642 debitur dengan baki debit mencapai Rp.6,77 triliun atau tumbuh sebesar
22,43% (y.o.y). Namun demikian pertumbuhannya relatif lebih rendah dibandingkan triwulan
III-2013 yang tumbuh 25,45%. Hal itu antara lain dipengaruhi oleh kredit investasi yang
tercatat sebesar Rp546,95 miliar atau tumbuh negatif sebesar -3,14% dibanding triwulan IV-
2012. Adapun kredit modal kerja dan kredit konsumsi pada bank umum hingga triwulan IV-
2013 tercatat masing-masing sebesar Rp.1,94 triliun dan Rp.4,28 triliun.
Untuk perbankan syariah, penyaluran pembiayaan pada triwulan IV-2013 tercatat
tumbuh sebesar 21,75% lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar
20,83%. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan pembiayaan konsumsi yang
tercatat tumbuh sebesar 19,84%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar -17,56%.
Sementara pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja pada triwulan IV-2013 masing-
masing tumbuh sebesar 37,25% dan 1,19%.
Berdasarkan jenis penggunaan, komposisi kredit pada bank umum didominasi oleh
kredit konsumsi dengan pangsa 63,25% dari total kredit. Sedangkan kredit modal kerja dan
kredit investasi masing-masing mengambil pangsa 28,68% dan 8,08%. Sementara untuk
perbankan syariah, pangsa terbesar pembiayaan adalah untuk investasi dan modal kerja yaitu
50,07% dan 25,94%, sedangkan pembiayaan konsumsi sebesar 23,99% dari total pembiayaan
yang disalurkan oleh perbankan syariah di Gorontalo.
Secara rinci pangsa dan pertumbuhan masing-masing jenis kredit terhadap total kredit
bank umum di Gorontalo, dapat dilihat pada Grafik 3.3 dan Grafik 3.4 berikut ini.
Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
JAN
MAR MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MAR MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MAR MEI
JULI
SEP
NO
V
2011 2012 2013
Investasi Modal Kerja Konsumsi 8.08%
28.68%
63.25%
Investasi
Modal Kerja
Konsumsi
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 43
Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum
Penyaluran kredit BPR hingga triwulan IV-2013 telah mencapai Rp.27,47 miliar atau
menurun dibanding posisi triwulan III-2013 yang tercatat sebesar Rp28,15 miliar. Penurunan
penyaluran kredit BPR terutama disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi dari Rp13,20
miliar pada triwulan III-2013 menjadi Rp12,33 miliar pada triwulan IV-2013. Hal yang sama juga
terjadi pada jenis kredit modal kerja yang mengalami penurunan dari Rp13,24 miliar menjadi
Rp13,18 miliar. Penyaluran kredit BPR yang mengalami peningkatan hanya terjadi pada kredit
investasi yaitu dari Rp1,71 miliar menjadi Rp1,96 miliar, namun pangsanya relatif kecil yaitu
7,14% dari total kredit BPR.
Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat
Secara sektoral, penyaluran kredit produktif bank umum masih didominasi oleh sektor
perdagangan besar dan eceran dengan baki kredit sebesar Rp.1,80 triliun atau memiliki pangsa
26,63% dari total kredit. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 17,13% (y.o.y) yang
dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan modal usaha untuk memenuhi permintaan pada
saat lebaran dan akhir tahun (natal dan tahun baru). Adapun kredit sektor pertanian tercatat
sebesar Rp81,24 miliar (share 1,20%) mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar
33,28% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor musiman dimana pada triwulan IV
(Oktober-Desember) merupakan musim tanam sehingga para petani khususnya petani padi
memerlukan tambahan modal usaha untuk membiayai pengolahan lahan, bibit, dan obat-
obatan yang diperlukan di masa tanam dan pemeliharaan.
Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013
(Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y)
Kredit Penggunaan 5,532.35 6,580.69 6,773.12 22.43%
Investasi 564.68 526.66 546.95 -3.14%
Modal Kerja 1,718.86 1,922.77 1,942.31 13.00%
Konsumsi 3,248.81 4,131.26 4,283.85 31.86%
Indikator
Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013
(Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y)
Kredit Penggunaan 25.36 28.15 27.47 8.33%
Investasi 0.37 1.71 1.96 435.47%
Modal Kerja 12.95 13.24 13.18 1.73%
Konsumsi 12.04 13.20 12.33 2.43%
Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, diolah
Indikator
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Grafik 3.5
Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Seperti halnya bank umum, sektor utama penyaluran kredit pada BPR adalah sektor
perdagangan besar dan eceran dimana pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp.10,09 miliar
atau 36,73% dari total kredit BPR. Kredit sektor perdagangan tersebut tumbuh sebesar 8,42%
(y.o.y) lebih tinggi dibanding triwulan III-2013 yang tercatat 5,49%. Hal tersebut dipengaruhi
oleh naiknya kebutuhan debitur untuk membiayai kegiatan usaha karena meningkatnya
permintaan barang pada akhir tahun.
Berdasarkan kategori debitur, jumlah rekening/nasabah kredit Usaha Mikro Kecil dan
Menengah (UMKM) pada bank umum hingga triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 40.911
rekening dengan baki debit sebesar Rp.2,17 triliun atau tumbuh sebesar 8,58% (y.o.y), lebih
tinggi dibanding triwulan III-2013 yang tumbuh 7,10% dengan jumlah kredit Rp2,13 triliun.
Kredit UMKM terbesar adalah untuk kategori debitur usaha kecil dengan kredit sebesar
Rp954,08 miliar (44,05%), sedangkan kredit usaha mikro dan usaha menengah masing-masing
sebesar Rp486,89 miliar dan Rp724,91 miliar. Untuk perbankan syariah, seluruh kredit UMKM
disalurkan untuk kategori debitur usaha kecil.
Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit pada bank umum di Gorontalo pada triwulan
IV-2013 adalah sebesar 31,98%, mengalami penurunan dibanding triwulan III-2013 yang
tercatat sebesar 32,44% dari total kredit. Penurunan pangsa kredit UMKM tersebut karena
adanya peningkatan cukup signifikan pada porsi kredit non UMKM, khususnya kredit konsumsi,
dimana pada triwulan laporan tercatat 63,25%. Untuk perbankan syariah, share pembiayaan
bagi UMKM yang disalurkan hingga triwulan IV-2013 adalah sebesar 56,33%. Grafik 3.6
menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM di Gorontalo.
-150.00%
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
2011 2012 2013
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN
INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 45
Grafik 3.6
Pertumbuhan Kredit UMKM
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Republik Indonesia menunjukkan bahwa outstanding KUR di Provinsi Gorontalo hingga posisi
triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp.199,06 miliar atau tumbuh sebesar 28,99% (y.o.y),
meningkat dibandingkan outstanding KUR triwulan III-2013 sebesar Rp.179,37 Miliar.
Sementara itu, jumlah debitur yang memperoleh KUR sejak awal penyalurannya di Gorontalo
telah mencapai 62.501 debitur dengan nilai nominal (kumulatif) penyaluran mencapai
Rp.698,56 miliar. Adapun bank penyalur KUR di Provinsi Gorontalo pada saat ini adalah Bank
Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Bank Sulut
dan Bank Syariah Mandiri. Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo ditunjukkan
dalam Grafik 3.7.
-100.00%
-50.00%
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
300.00%
350.00%
400.00%
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
2011 2012 2013
Mikro Kecil Menengah
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN
Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang menggambarkan risiko kredit
antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan
risiko likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan dan
angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (LDR). Rasio NPLs bank umum pada
triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,82%, sementara LDR tercatat sebesar 212,00%.
3.2.1 RISIKO KREDIT
Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non
Performing Loans (NPLs) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,82% atau membaik
dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,36%. Hal tersebut seiring dengan
membaiknya kualitas kredit modal kerja pada triwulan IV-2013 sebesar 6,27% dari 7,50%
pada triwulan sebelumnya. Adapun untuk perbankan syariah, rasio pembiayaan bermasalah
atau Non Performing Financings (NPFs) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,44%,
meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,30%. Peningkatan NPFs bank syariah
terutama bersumber dari meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah pada jenis pembiayaan
modal kerja dari 1,57% pada triwulan III-2013 menjadi 4,17% pada triwulan IV-2013.
Secara sektoral, secara umum rasio kredit bermasalah mengalami penurunan atau
membaik. Pada triwulan IV-2013 rasio kredit bermasalah terbesar masih berada pada sektor
konstruksi yaitu sebesar 18,86%, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar
21,33%. Sementara kredit bermasalah pada sektor pertanian yang pada triwulan sebelumnya
-100.00%
0.00%
100.00%
200.00%
300.00%
400.00%
500.00%
600.00%
700.00%
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
2011 2012 2013
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 47
0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
13. JASA PENDIDIKAN
14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
8.04%
2.49%
0.30%
2.17%
2.10%
18.86%
6.56%
2.95%
2.88%
0.00%
8.12%
0.00%
0.00%
2.51%
1.65%
1.57%
-
0.00%
0.69%
tinggi yaitu sebesar 26,59%, pada triwulan IV-2013 mengalami penurunan signifikan menjadi
sebesar 8,04%. Perbaikan NPLs tersebut menunjukkan membaiknya kinerja perbankan di
Gorontalo. Grafik 3.8 dan Grafik 3.9 menunjukkan perkembangan NPLs bank umum dan NPLs
bank umum secara sektoral.
Grafik 3.8 Grafik 3.9
Perkembangan NPLs Bank Umum NPLs Bank Umum Per Sektor
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPLs) untuk BPR pada triwulan IV-2013 tercatat
masih tinggi yaitu sebesar 11,78% atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat sebesar 11,04%. Penyumbang terbesar kredit bermasalah pada BPR adalah kredit
modal kerja yaitu sebesar 15,09% dari total kredit modal kerja yang disalurkan oleh BPR di
Gorontalo.
Grafik 3.10
NPL Kredit Sektoral BPR
Sumber : Laporan Bulanan BPR, diolah
0.00%
0.50%
1.00%
1.50%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
JAN
MA
R
MEI
JULI
SEP
NO
V
2011 2012 2013
0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%
1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
2. PERIKANAN
3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
4. INDUSTRI PENGOLAHAN
5. LISTRIK, GAS DAN AIR
6. KONSTRUKSI
7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
10. PERANTARA KEUANGAN
11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
13. JASA PENDIDIKAN
14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA
18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
4.29%
11.16%
0.00%
13.18%
0.00%
0.00%
16.12%
0.56%
2.59%
8.10%
100.00%
0.95%
0.00%
0.00%
23.96%
6.03%
32.44%
0.76%
8.88%
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS
Risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)
dan Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan tendensi peningkatan sebagaimana tercermin
dari meningkatnya pangsa komposisi dana jangka pendek perbankan (tabungan) dan
meningkatnya indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan data komposisi DPK, terlihat
bahwa komposisi dana jangka pendek (tabungan) mengambil pangsa terbesar dibandingkan
dana jangka menengah-panjang (giro-deposito). Pada triwulan IV-2013, pangsa tabungan
terhadap DPK tercatat sebesar 66,31%, meningkat dibandingkan triwulan III-2013 yang
tercatat sebesar 55,65%. Sementara itu, dana jangka menengah-panjang (giro dan deposito)
tercatat hanya memiliki pangsa masing-masing sebesar 10,10% dan 23,58%, mengalami
penurunan dibanding triwulan sebelumnya yaitu masing-masing 16,81% dan 27,54%.
Peningkatan proporsi dana jangka pendek serta penurunan share dana jangka menengah
panjang, di satu pihak memberikan dampak pada menurun/rendahnya biaya dana bank, namun
di lain pihak dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam membiayai kredit berjangka waktu
lebih panjang khususnya investasi. Grafik 3.11 menunjukkan perkembangan portofolio DPK
bank umum.
Grafik 3.11
Perkembangan Portofolio DPK
Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
Rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih
dikenal dengan LDR merupakan indikator risiko likuiditas yang masih perlu mendapat perhatian
oleh perbankan di Gorontalo, karena data menunjukkan bahwa perbankan di Gorontalo sangat
ekspansif. Pada triwulan IV-2013, LDR bank umum tercatat sebesar 212,00% atau meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 191,49%. Adapun perbankan syariah, rasio
pembiayaan terhadap dana (FDR) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 119,92% atau
mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 107,40%. Sedangkan untuk
- 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000
JAN
APR
JULI
OKT
JAN
APR
JULI
OKT
JAN
APR
JULI
OKT
20
11
20
12
20
13
Tabungan Deposito Giro
Sumber: Bank Indonesia
BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 49
BPR, LDR pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 148,08% atau mengalami penurunan
dibanding triwulan sebelumnya sebesar 152,26%, yang disebabkan oleh penurunan jumlah
kredit terutama jenis kredit konsumsi dari Rp13,19 miliar menjadi Rp12,33 miliar.
Tingginya rasio LDR perbankan di Provinsi Gorontalo tentu meningkatkan potensi risiko
likuiditas yang dihadapi perbankan, khususnya untuk membiayai kredit berjangka waktu cukup
panjang seperti kredit investasi. Untuk mengimbangi ekspansi kreditnya yang begitu progresif,
perbankan tentu harus mendapatkan dana dari luar wilayah Gorontalo baik itu antar kantor
maupun antar bank. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab untuk menjaga
keseimbangan operasional, perbankan tidak hanya dituntut untuk menyalurkan pembiayaan,
namun juga harus mempertimbangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) agar rasio LDR
tetap terjaga pada level yang aman bagi operasional perbankan. Kegiatan-kegiatan untuk
mendorong peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat, salah satunya menggalakkan
kembali program Gerakan Indonesia Menabung yang telah dicanangkan pada tahun lalu.
Grafik 3.12 berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan Gorontalo.
Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %)
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah
0.00%
50.00%
100.00%
150.00%
200.00%
250.00%
JAN
AP
R
JULI
OK
T
JAN
AP
R
JULI
OK
T
JAN
AP
R
JULI
OK
T
2011 2012 2013
LDR Linear (LDR)
50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 51
BAB 4 : KEUANGAN DAERAH
Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Gorontalo yang tercermin dari
besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan di
tahun 2013. Di sisi penerimaan, anggaran pendapatan daerah setelah perubahan pada tahun
2013 adalah sebesar Rp1,04 triiun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang
dianggarkan sebesar Rp919,65 miliar. Realisasi pendapatan daerah tercatat relatif baik yaitu
senilai Rp1,05 triliun atau mencapai 101,01% dari anggaran. Hal ini didorong oleh
meningkatnya penerimaan Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum.
Sementara itu di sisi pengeluaran, anggaran belanja daerah setelah perubahan Provinsi
Gorontalo pada tahun 2013 dialokasikan sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran tersebut lebih besar
16,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya dialokasikan sebesar Rp972,91 miliar.
Realisasi anggaran belanja tahun 2013 sendiri tercatat senilai Rp1,05 tirliun atau mencapai
92,87% dari anggaran.
4.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi Gorontalo tidak terlepas dari adanya
alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terus mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 tercatat sebesar
Rp1,04 triliun atau meningkat 13,17% dibandingkan anggaran pendapatan daerah setelah
perubahan tahun 2012 yang sebesar Rp919,65 miliar. Jumlah anggaran belanja setelah
perubahan juga meningkat sebesar 16,34% dari Rp972,91 miliar pada tahun 2012 menjadi
Rp1,13 triliun pada tahun 2013.
Grafik 4.1. Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo
0.00
200,000.00
400,000.00
600,000.00
800,000.00
1,000,000.00
1,200,000.00
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pendapatan Daerah
Belanja Daerah
Sumber : Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Peningkatan tertinggi pada anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun
2013 dialami oleh penerimaan Retribusi Daerah sebesar 12,05% (y.o.y) dan Dana Alokasi
Khusus sebesar 79,16% (y.o.y). Sementara itu, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
dianggarkan lebih kecil dengan presentase penurunan sebesar 4,21% (y.o.y). Struktur anggaran
pendapatan daerah Provinsi Gorontalo selalu didominasi oleh Dana Alokasi Umum yang
dianggarkan hingga 62,67% dari total anggaran pendapatan.
Di sisi lain, peningkatan pada anggaran belanja daerah setelah perubahan secara
signifikan dialami oleh Belanja Bantuan Sosial sebesar 66,67% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi
oleh perhatian Pemerintah Provinsi Gorontalo terhadap kesejahteraan masyarakat terkait
dampak kenaikan BBM dan TDL pada tahun 2013. Jika dilihat dari strukturnya, alokasi terhadap
Belanja Barang dan Jasa mendapat proporsi terbesar yaitu 30,84% diikuti oleh Belanja Pegawai
yaitu 20,80%. Hal tersebut mengindikasikan kegiatan tingkat konsumsi pemerintah yang masih
tinggi dalam penyerapan belanja daerah.
Grafik 4.2. Pangsa APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2013
4.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH
Realisasi pendapatan secara triwulanan menunjukkan pola yang serupa dengan tahun
sebelumnya. Pola realisasi pendapatan, baik dalam bentuk Dana Perimbangan maupun
Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan pola yang sama dengan tahun sebelumnya.
Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo hingga akhir triwulan IV-2013
mencapai Rp1,05 triliun atau 101,01% dari pendapatan yang ditargetkan pada APBD
Perubahan 2013. Realisasi ini relatif stabil dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 yaitu
101,36% dari rencana anggaran sebesar Rp932,18 milyar.
Tingkat kemandirian fiskal daerah secara umum masih belum cukup baik, tercermin dari
realisasi Pendapatan Asli Daerah yang relatif kecil yaitu 20,29% dari total pendapatan daerah.
Pajak daerah, 17.66%
PAD Lainnya, 1.13%
Dana Perimbangan Lainnya,
6.92% Dana
Alokasi Umum, 62.67%
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 11.63%
Belanja Pegawai, 20.80%
Belanja Tidak Langsung Lainnya, 10.45%
Belanja Hibah, 16.23%
Belanja Langsung Lainnya, 3.40%
Belanja Barang dan
Jasa, 30.84%
Belanja Modal, 18.27%
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 53
Hal ini menunjukkan bahwa sumber pendapatan daerah sangat tergantung dengan bantuan
dana dari pemerintah pusat yang terkumpul dalam komponen Dana Perimbangan mencapai
68,69% dari total realisasi pendapatan.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) didominasi oleh komponen Pajak Daerah yang
tercatat sebesar Rp200,58 miliar atau 109,14% dari target 2013. Sementara itu, realisasi Dana
Perimbangan masih ditopang oleh komponen Dana Alokasi Umum dengan nominal mencapai
Rp652,28 miliar atau 100% dari anggaran pendapatan perubahan. Pangsa dari Dana Alokasi
Umum juga merupakan yang terbesar yaitu mencapai 62,05% dari total realisasi pendapatan
daerah tahun 2013.
Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013
Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo
Tabel 4.2 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 (persen)
Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo
Nominal % Nominal %
Pendapatan Asli Daerah 161,639,396,184 179,100,125,263 110.80 195,534,471,014 213,321,705,226 109.10
Pajak daerah 150,012,733,985 168,068,663,005 112.04 183,779,995,351 200,576,715,357 109.14
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - -
Retribusi Daerah 100,000,000 88,420,000 88.42 225,000,000 227,671,007 101.19
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11,526,662,199 10,943,042,258 94.94 11,529,475,663 12,517,318,862 108.57
Dana Perimbangan 636,378,685,314 636,955,516,188 100.09 724,255,635,359 722,098,488,898 99.70
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 30,230,153,314 30,806,884,188 101.91 28,957,844,359 26,800,697,898 92.55
Dana Alokasi Umum 582,140,302,000 582,140,302,000 100.00 652,284,261,000 652,284,261,000 100.00
Dana Alokasi Khusus 24,008,230,000 24,008,330,000 100.00 43,013,530,000 43,013,530,000 100.00
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 121,630,890,000 116,123,470,000 95.47 121,007,990,000 115,842,912,317 95.73
Jumlah Pendapatan 919,648,971,498 932,179,111,451 101.36 1,040,798,096,373 1,051,263,106,441 101.01
APBDP 2013 APBDP 2012 Realisasi
2012
Pendapatan Daerah
2013
Realisasi
Pendapatan Asli Daerah 19.21 20.29
Pajak daerah 18.03 19.08
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - -
Retribusi Daerah 0.01 0.02
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.17 1.19
Dana Perimbangan 68.33 68.69
Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 3.30 2.55
Dana Alokasi Umum 62.45 62.05
Dana Alokasi Khusus 2.58 4.09
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 12.46 11.02
Jumlah Pendapatan 100.00 100.00
2012 2013Pendapatan Daerah
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
4.3 REALISASI BELANJA DAERAH
Pada tahun 2013, alokasi anggaran belanja daerah Provinsi Gorontalo adalah sebesar
Rp1,05 triliun, meningkat 18,91% (y.o.y) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang
sebesar Rp883,97 miliar. Realisasi belanja daerah tahun 2013 juga lebih baik dibandingkan
tahun 2012, yaitu dari 90,86% menjadi 92,87% dari target belanja. Kondisi ini
mengindikasikan kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo yang lebih baik dalam pelaksanaan
program kerja anggaran di tahun 2013.
Belanja Langsung mengalami peningkatan tertinggi yaitu 30,13%, (y.o.y) dari Rp418,87
miliar di tahun 2012 menjadi Rp545,09 miliar di tahun 2013. Hal ini terkait dengan pembiayaan
berbagai proyek pemerintah dan menunjukkan perkembangan yang positif tercermin dari
tingkat penyerapannya yang mencapai 91,70%, meningkat dibandingkan dengan realisasi
tahun 2012 sebesar 88,80% dari target belanja. Bila dilihat lebih dalam, komponen Belanja
Modal mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 33,65% (y.o.y) dari Rp138,39 miliar
menjadi Rp184,96 miliar. Komponen Belanja Barang dan Jasa yang memiliki pangsa terbesar
yaitu 30,79% dari total realisasi belanja, juga mencatat pertumbuhan yang signifikan mencapai
30,70% (y.o.y) dari Rp247,66 miliar menjadi Rp323,68 miliar di tahun 2013.
Sementara itu, Belanja Tidak Langsung tercatat sebesar Rp506,07 miliar, meningkat
8,81% (y.o.y) bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar Rp465,10 miliar. Alokasi
tersebut mencapai 94,16% dari target belanja, lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang
sebesar 92,79%. Komponen Belanja Bantuan Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi hingga
1.316,56% (y.o.y) didorong oleh pemberian bantuan kepada masyarakat terkait kenaikan harga
BBM di pertengahan tahun 2013. Sementara itu, realisasi komponen Belanja Pegawai mencapai
Rp224,35 miliar atau 21,34% dari total realisasi belanja daerah, terjadi penurunan pangsa
dibanding tahun 2012 yaitu 23,65% dari total belanja.
Berdasarkan kondisi realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan belanja
tersebut, maka Provinsi Gorontalo berada dalam kondisi surplus di tahun 2013 sebesar
Rp102,70 juta, lebih kecil dibandingkan tahun 2012 yang mencapai surplus hingga Rp48,21
miliar. Ruang fiskal (fiscal space) yang lebih kecil tersebut menunjukkan kemampuan
pemerintah daerah dalam mengalokasikan pendapatannya dengan lebih optimal seperti dalam
penyediaan infrastruktur dasar, sehingga dapat memberikan multipplier effect yang besar
terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo.
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 55
Tabel 4.3. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
Tabel 4.4. Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 (persen)
Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo
4.4 KONTRIBUSI REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TERHADAP
SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR
Kinerja fiskal pada triwulan IV-2013 belum menunjukkan perubahan yang signifikan
dalam memberikan stimulan terhadap perkembangan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi
pemerintah memberikan pangsa 28,25%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa
6,03%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami peningkatan karena
didorong oleh pertumbuhan Belanja Barang dan Jasa.
Nominal % Nominal %
Belanja Tidak Langsung 501,216,517,206 465,099,947,678 92.79 537,473,997,962 506,068,260,680 94.16
Belanja Pegawai 226,769,991,136 209,099,424,239 92.21 235,393,466,242 224,349,199,908 95.31
Belanja Subsidi 3,500,000,000 1,506,660,000 43.05 - - -
Belanja Hibah 195,175,312,000 182,988,988,187 93.76 183,745,600,000 171,430,384,750 93.30
Belanja Bantuan Sosial 600,000,000 39,250,000 6.54 1,000,000,000 556,000,000 55.60
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 56,676,214,070 55,182,732,653 97.36 82,205,181,720 78,238,394,300 95.17
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 16,295,000,000 16,088,905,599 98.74 32,629,750,000 31,158,408,722 95.49
Belanja Tidak Terduga 2,200,000,000 193,987,000 8.82 2,500,000,000 335,873,000 13.43
Belanja Langsung 471,690,889,513 418,870,553,572 88.80 594,441,651,728 545,092,141,606 91.70
Belanja Pegawai 35,787,169,212 32,819,283,363 91.71 38,534,953,900 36,455,920,312 94.60
Belanja Barang dan Jasa 276,001,571,940 247,657,426,558 89.73 349,049,273,945 323,677,951,691 92.73
Belanja Modal 159,902,148,361 138,393,843,651 86.55 206,857,423,883 184,958,269,603 89.41
Jumlah Belanja 972,907,406,719 883,970,501,250 90.86 1,131,915,649,690 1,051,160,402,286 92.87
APBDP 2012 Realisasi
APBDP 2013
2013
Realisasi
2012
Belanja Daerah
Belanja Tidak Langsung 52.61 48.14
Belanja Pegawai 23.65 21.34
Belanja Subsidi 0.17 -
Belanja Hibah 20.70 16.31
Belanja Bantuan Sosial 0.00 0.05
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.24 7.44
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1.82 2.96
Belanja Tidak Terduga 0.02 0.03
Belanja Langsung 47.39 51.86
Belanja Pegawai 3.71 3.47
Belanja Barang dan Jasa 28.02 30.79
Belanja Modal 15.66 17.60
Jumlah Belanja 100.00 100.00
2012 2013Belanja Daerah
BAB 4 KEUANGAN DAERAH
56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Sementara itu, pangsa Belanja Modal terhadap sektor riil mengalami peningkatan
dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 5,18% menjadi 6,03% di tahun 2013. Kondisi ini
berimplikasi positif pada meningkatnya pertumbuhan komponen investasi PDRB Provinsi
Gorontalo.
Tabel 4.5. Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil
Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo
Nominal %PDRB Nominal %PDRB
Konsumsi Pemerintah 813,005,258,358 745,576,657,599 27.90 925,058,225,807 866,202,132,683 28.25
Belanja Pegawai 262,557,160,348 241,918,707,602 9.05 273,928,420,142 260,805,120,220 8.51
Belanja Subsidi 3,500,000,000 1,506,660,000 0.06 - - -
Belanja Hibah 195,175,312,000 182,988,988,187 6.85 183,745,600,000 171,430,384,750 5.59
Belanja Bantuan Sosial 600,000,000 39,250,000 0.00 1,000,000,000 556,000,000 0.02
Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 56,676,214,070 55,182,732,653 2.07 82,205,181,720 78,238,394,300 2.55
Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 16,295,000,000 16,088,905,599 0.60 32,629,750,000 31,158,408,722 1.02
Belanja Tidak Terduga 2,200,000,000 193,987,000 0.01 2,500,000,000 335,873,000 0.01
Belanja Barang dan Jasa 276,001,571,940 247,657,426,558 9.27 349,049,273,945 323,677,951,691 10.56
Pembentukan Modal Tetap Bruto 159,902,148,361 138,393,843,651 5.18 206,857,423,883 184,958,269,603 6.03
APBDP 2013 Triwulan IV-2013
Belanja Daerah APBDP 2012 Triwulan IV-2012
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 57
BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
Aliran uang kartal dari kas titipan Bank Indonesia di Bank Mandiri Gorontalo pada
triwulan IV-2013 menunjukkan net outflow sebesar Rp.25,45 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan
rata-rata nilai kliring per hari mengalami penurunan pada triwulan IV-2013 sebesar 29,99%
(qtq) sedangkan nilai RTGS mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 yaitu rata-rata
sebesar 4,05% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada triwulan IV-2013
ditemukan sebanyak 5 lembar uang palsu di wilayah Provinsi Gorontalo.
5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI
5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)
Perkembangan transaksi pembayaran tunai dilihat dari aliran uang kartal pada posisi
triwulan IV-2013 mengalami net outflow sebesar Rp.25,45 miliar yang berarti jumlah uang yang
keluar dari khasanah kas titipan Bank Indonesia (Rp.813,56 miliar) lebih besar dibandingkan
uang yang masuk dalam khasanah kas titipan (Rp.788,11 miliar).
Grafik 5.1. Net Inflow-Outflow Kas Titipan di Gorontalo
Grafik 5.2. Perkembangan Net Flow Secara Bulanan
Sumber: Bank Indonesia
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
5.1.2 PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN
Pada triwulan IV-2013 ditemukan adanya temuan uang palsu sebanyak 4 lembar
pecahan Rp100.000,- dan 1 lembar pecahan Rp.50.000,-.Dengan demikian, sepanjang tahun
2013 telah diperoleh adanya laporan temuan uang palsu dari masyarakat Gorontalo sebanyak
152 lembar uang palsu. Rincian temuan uang palsu dapat dilihat pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1. Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI
5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO
Jika dilihat dari jumlah warkat, perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada
triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 15.576 lembar atau turun sebesar 20,16% dibandingkan
triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 19.509 lembar. Sementara jumlah nominal kliring
juga menurun dimana tercatat sebesar Rp.393,04 miliar atau turun sebesar 29,99%
dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp.561,42 miliar. Grafik 5.3 dan Grafik 5.4
menunjukkan perputaran kliring di Gorontalo dan rata-rata perputaran kliring per hari.
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 59
Grafik 5.3. Perputaran Kliring di Gorontalo
Grafik 5.4. Rata-rata Perputaran Kliring per hari
Sumber: Bank Indonesia
Sementara itu, persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari pada
triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,70% meningkat dibanding triwulan III-2013 yang
tercatat sebesar 1,18%. Adapun dari sisi nominal, jumlah nominal warkat yang ditolak
selama triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,09% atau mengalami peningkatan dibanding
triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 1,34%. Grafik 5.5 menunjukkan persentase rata-rata
penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dari sisi jumlah lembaran dan nominalnya.
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN
60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Grafik 5.5. Rata-rata Penolakan Kliring per Hari
5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)
Transaksi yang dilakukan melalui RTGS pada triwulan IV-2013 memiliki nilai rata-rata
sebesar Rp.1.010,61 miliar atau meningkat sebesar 4,05% dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tercatat Rp.971,30 miliar. Sementara itu, bila dilihat dari volumenya, rata-rata transaksi
RTGS pada triwulan IV-2013 adalah sebanyak 1.911 transaksi, atau tumbuh 10,93%
dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebanyak 1.722 kali transaksi.
Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo
Sumber : Bank Indonesia
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 61
BAB 6 : KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami penurunan dari 4,36% di
bulan Agustus 2012 menjadi 4,12% pada Agustus 2013 dengan 36,66% dari total penduduk
yang bekerja diserap oleh sektor pertanian. Akan tetapi, jumlah penduduk miskin di Provinsi
Gorontalo menunjukkan peningkatan dari 17,22% pada September 2012 menjadi 18,01%
pada September 2013. Walaupun Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun
sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan nilai nasional yang
sebesar 0,41%. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28
membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,82. Nilai Tukar Petani pada tahun
2013 tumbuh moderat sebesar 101,07 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 101,34.
6.1. KETENAGAKERJAAN
Jumlah penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo pada
bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 755.495 jiwa, lebih tinggi dibandingkan bulan
Agustus 2012 yang sebanyak 738.885 jiwa. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh
bertambahnya jumlah angkatan kerja dari 466.073 jiwa pada Agustus 2012 menjadi
468.380 jiwa pada Agustus 2013, serta naiknya jumlah bukan angkatan kerja dari 272.812
jiwa menjadi 287.115 jiwa. Perbaikan kondisi angkatan kerja terlihat dari bertambahnya
jumlah penduduk yang bekerja dari 445.729 jiwa menjadi 449.104 jiwa atau meningkat
0,76% (y.o.y). Sementara itu, jumlah penduduk yang tidak bekerja mengalami penurunan
dari 20.344 jiwa di bulan Agustus 2012 menjadi 19.276 jiwa di bulan Agustus 2013.
Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sepanjang tahun 2013 telah berpengaruh
positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Gorontalo. Hal ini dapat dilihat pada
menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka dari sebesar 4,36% pada bulan Agustus 2012
menjadi sebesar 4,12% pada bulan Agustus 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang terjadi cukup berkualitas.
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
62 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian
terlihat masih mendominasi sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu menyerap
164.637 tenaga kerja pada bulan Agustus 2013 atau sebesar 36,66% dari total penduduk yang
bekerja. Jumlah tersebut menurun 2,29% jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 yang
mampu menyerap 168.496 tenaga kerja. Sektor industri juga tercatat mengalami penurunan
dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada bulan Agustus 2013 tercatat menyerap 34.173
tenaga kerja turun 10,04% (y.o.y) dibandingkan Agustus 2012 yang menyerap 37.986 tenaga
kerja. Di sisi lain, sektor perdagangan mengalami pertumbuhan di tahun 2013 yaitu tercatat
menyerap 76.416 tenaga kerja atau tumbuh 13,81% (y.o.y) dibandingkan bulan Agustus 2012
yang menyerap 67.142 tenaga kerja.
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo
Grafik 6.2. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 63
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
Dalam hal jenjang pendidikan, pada bulan Agustus 2013 jumlah tenaga kerja masih
didominasi oleh jenjang SD ke bawah terutama pada sektor pertanian yaitu sebanyak 274.202
jiwa atau 61,06% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut lebih rendah
dibandingkan bulan Agustus 2012 yang menyerap 280.369 tenaga kerja berpendidikan SD ke
bawah atau turun 2,20% (y.o.y). Spesifikasi tenaga kerja untuk jenjang universitas masih relatif
rendah dimana hingga bulan Agustus 2013 hanya memiliki 43.228 tenaga kerja atau memiliki
pangsa 9,63% dari total penduduk bekerja. Jumlah tersebut meningkat 19,14% (y.o.y)
dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 yang hanya menyerap 36.283 tenaga kerja
berjenjang universitas.
Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 6.4. Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha
Grafik 6.3. Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo
Grafik 6.5. Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
64 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
6.2. KEMISKINAN
Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga September 2013 tercatat
200.970 jiwa (18,01% dari jumlah penduduk), mengalami kenaikan dibandingkan posisi
September 2012 yang tercatat sebanyak 187.732 jiwa (17,22% dari jumlah penduduk). Pada
periode ini, jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di desa mengalami kenaikan dimana
kenaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 5.002 jiwa (28,05%) sedangkan di
pedesaan mencapai 8.236 jiwa (4,85%). Penduduk miskin di Gorontalo sebagian besar masih
tinggal di pedesaan yaitu sebesar 88,64% sementara sisanya 11,36% dari total penduduk
miskin tinggal di wilayah perkotaan.
Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2013
sebesar Rp233.492 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp21.466 perkapita
per bulan dibandingkan dengan bulan September 2012 yang tercatat sebesar Rp212.476
perkapita per bulan. Garis kemiskinan daerah perkotaan di bulan September 2013 tercatat
sebesar Rp237.600 per kapita per bulan lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan yang
sebesar Rp232.048 per kapita per bulan.
Pada bulan September 2013, garis kemiskinan makanan untuk wilayah perkotaan
tercatat lebih rendah dibandingkan pedesaan disebabkan karena pola konsumsi makanan di
pedesaan relatif lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sedangkan untuk garis kemiskinan non
makanan, wilayah perkotaan cenderung lebih tinggi karena penduduk kota memiliki pola
konsumsi non makanan yang lebih besar dibandingkan penduduk pedesaan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh kebutuhan non makanan di perkotaan seperti perumahan, kesehatan,
pakaian, perlengkapan, dan jasa yang lebih banyak dan lebih mahal harganya dibandingkan di
wilayah pedesaan.
Salah satu faktor pendorong meningkatnya persentase penduduk miskin di Provinsi
Gorontalo disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada pertengahan tahun 2013 pasca
penerapan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, peran
pemerintah, perbankan, dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjadi sangat penting
dengan melakukan berbagai upaya dalam menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi.
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 65
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Tabel 6.1. Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo tahun 2013
Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
6.3. RASIO GINI
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS pada bulan
Maret 2013 mencatat Rasio Gini Provinsi Gorontalo sebesar 0,44%, relatif sama dibandingkan
dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi, kesenjangan pendapatan antar lapisan penduduk
Provinsi Gorontalo merupakan yang tertinggi di wilayah Sulawesi. Hal yang sama juga terjadi
bila dibandingkan dengan Rasio Gini nasional yang tercatat sebesar 0,41%. Kondisi tersebut
mengindikasikan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Provinsi Gorontalo
lebih baik dibandingkan nasional, tetapi manfaatnya relatif belum sepenuhnya dirasakan oleh
semakin masih lebar.
Makanan Bukan Makanan
Perkotaan Rp176,185 Rp61,415 Rp237,600
Pedesaan Rp184,469 Rp47,579 Rp232,048
Kota + Desa Rp181,643 Rp52,299 Rp233,942
TotalGaris Kemiskinan
Garis Kemiskinan
Grafik 6.6. Perkembangan Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
66 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Sumber : BPS Nasional, Berdasarkan Susena Maret 2013
6.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
Seiring dengan terus bertumbuhnya perekonomian Provinsi Gorontalo, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo, yang terdiri dari indeks daya beli, indeks
pendidikan dan indeks kesehatan, juga menunjukan tren peningkatan. IPM Provinsi Gorontalo
pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28 meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar
70,82. Meskipun demikian IPM Provinsi Gorontalo masih relatif lebih rendah dibandingkan
provinsi lainnya di wilayah Sulawesi kecuali terhadap Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi
Sulawesi Barat.
Sementara itu, dilihat berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo, IPM
tertinggi berada di Kota Gorontalo. Hal ini tidak terlepas dari posisi kota Gorontalo yang
merupakan ibukota provinsi dan pusat pemerintahan sehingga masyarakatnya lebih banyak
tersentuh kegiatan pembangunan.
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 6.7. Perkembangan GINI Ratio Nasional dan Wilayah Sulawesi
Grafik 6.9. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo
Grafik 6.8. Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 67
6.5. KESEJAHTERAAN PETANI
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima
petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk
melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya
tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun
untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan
atau daya beli petani.
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
Mulai bulan Desember 2013, perubahan tahun dasar dilakukan dalam penghitungan
NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini
dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola
konsumsi rumah tangga pertanian di pedesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian.
NTP pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 101,07, lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya yaitu 99,75. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan petani relatif meningkat
dibandingkan triwulan III-2013. Bahkan di bulan Desember 2013, indeks harga yang diterima
petani naik sebesar 0,81% (mtm) dari 100,50 menjadi 101,07, namun juga disertai kenaikan
indeks harga yang dibayar sebesar 0,24% (mtm) dari 109,00 menjadi 109,27.
Peningkatan NTP secara keseluruhan utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya NTP
pada sub sektor utama yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan yang
secara berturut-turut tercatat sebesar 98,24, 113,45, dan 102,41. Sementara itu, NTP pada
subsektor perkebunan rakyat dan perikanan mengalami penurunan di triwulan IV-2013 dan
berada di bawah angka 100, yang berarti petani pada sub sektor tersebut belum memiliki
kesejahteraan yang baik. NTP sub sektor perkebunan rakyat tercatat sebesar 94,21 disebabkan
penurunan hasil panen pada komoditi cengkeh, aren, dan kemiri. Hal yang sama juga terjadi
Grafik 6.10. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo
BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN
68 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
pada sub sektor perikanan dengan NTP sebesar 99,97 dimana hasil ikan tangkap mengalami
penurunan sebagai akibat dari curah hujan yang cukup tinggi selama triwulan IV-2013.
Sumber: BPS Provinsi Gorontalo
Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Provinsi Gorontalo
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 69
BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI
Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2013 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan
pertumbuhan triwulan III-2013. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh perkiraan meningkatnya
sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dan
komunikasi. Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 diproyeksikan pada kisaran 6,61% ± 1%
(y.o.y). Tendensi inflasi pada rentang tersebut diperkirakan akan dipengaruhi oleh perayaan Hari
Besar Keagamaan yaitu Natal dan Tahun Baru pada bulan Desember 2013. Aktivitas usaha
perbankan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 seiring dengan
strategi ekspansif dan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan semakin membaik.
7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL
Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I-2014
Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh 7,77– 8,77
% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2013 yang sebesar
8,43% y.o.y). Di sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi hampir di
seluruh sektor, kecuali sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor
pengangkutan-komunikasi. Provinsi Gorontalo akan memasuki musim panen pada triwulan I-
2014, terutama pada tanaman bahan pangan sehingga produksi pertanian dapat lebih besar
dibandingkan triwulan sebelumnya. Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif pada bulan April
2014 dan Pemilihan Umum Presiden bulan Juli 2014 diperkirakan berpengaruh pada
pertumbuhan sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor pengangkutan-komunikasi.
Perlambatan kinerja sektoral tercermin dari Survei hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang
menunjukkan penurunan tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan I-
2014.
8.39 8.29
6.64
7.57
7.06
7.67 7.90 8.27
7.77
8.43 8.77
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*
2012 2013 2014
Per
tum
bu
han
(y.
o.y
)
Baseline Pesimis Optimis
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
70 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diprediksi tumbuh melambat. Perlambatan tersebut
terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sementara itu, konsumsi
lembaga swasta nirlaba diperkirakan akan meningkat karena didorong oleh konsumsi lembaga
partai. Perlambatan konsumsi terkonfirmasi melalui perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
triwulan I-2014, dimana perkiraan tingkat optimisme konsumen tercatat sebesar 108,08 lebih
rendah dibandingkan ITK triwulan IV-2013 yang sebesar 110,47.
Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : BPS Provinsi Gorontalo
7.2 OUTLOOK INFLASI
Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, maka tingkat inflasi kota
Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat moderat pada kisaran 5,95% ± 1%.
Realisasi inflasi tahun kalender (y.t.d) sampai dengan bulan Desember 2013 sebesar 5,84%.
Grafik 7.2. Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)
Grafik 7.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)
Grafik 7.4. Realisasi dan Proyeksi Luas Panen Jagung dan Padi
Grafik 7.5. Perkembangan Survei Konsumen (SK)
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 71
Grafik 7.6. Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo
Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo
Inflasi volatile foods akan meningkat moderate. Memasuki awal tahun, ekspektasi
inflasi pada komoditas volatile foods diperkirakan akan stabil di kisaran yang rendah. Hal ini
disebabkan antara lain karena tingkat konsumsi masyarakat di kota Gorontalo yang kembali
normal pasca adanya perayaan natal dan tahun baru. Tekanan inflasi masih akan terjadi pada
sub kelompok bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan cabe merah, namun dengan
tekanan inflasi yang tidak terlalu tinggi.
Harga kelompok administred price dan inflasi inti diperkirakan akan stabil. Hal
ini dikarenakan telah berakhirnya dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang
terjadi di tahun 2013. Sedangkan harga-harga pada kelompok inflasi inti di akhir triwulan IV-
2013 lalu tercatat mulai mengalami tren penurunan, sehingga proyeksi inflasi inti di triwulan I-
2014 diperkirakan tidak akan terlalu meningkat secara signifikan.
Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi
tetap perlu diwaspadai. Harga komoditas pangan dunia yang masih berada pada level tinggi,
serta peningkatan ekspektasi inflasi akibat kenaikan BI Rate dan masih melemahnya mata uang
Rupiah terhadap Dollar Amerika berpotensi untuk mendorong tekanan inflasi.
BAB 7 OUTLOOK EKONOMI
72 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Tabel 7.1 Tendensi Arah inflasi Triwulan I-2014
Menurun Meningkat Stabil
7.3 PROSPEK PERBANKAN
Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan
meningkat pada triwulan I-2014, didasarkan pada asumsi bahwa pada awal tahun 2014
terdapat kecenderungan meningkatnya permintaan kredit khususnya konsumsi antara lain
untuk kebutuhan persiapan pemilu dan biaya pendidikan (tahun akademik baru). Sementara
penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan melambat
pada triwulan I-2014 terutama bersumber dari jenis tabungan. Hal tersebut didasarkan pada
asumsi adanya potensi meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan biaya pendidikan
(tahun akademik baru) dan perhelatan Pemilu yang akan dilaksanakan pada bulan April.
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 73
LAMPIRAN Makroekonomi Regional-Inflasi-Perbankan
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
74 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
75 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
1. MAKROEKONOMI REGIONAL
Tabel 1.A PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN
TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah)
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
Tabel 1.B
PERTUMBUHAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen)
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
I II III IV I II III IV
Konsumsi 931,154 956,972 970,220 997,601 966,369 1,028,434 1,022,147 1,079,397
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 568,365 576,142 591,459 595,727 601,948 612,100 628,686 634,146
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 8,858 8,621 9,012 9,130 9,299 9,387 9,778 9,855
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 353,931 372,208 369,749 392,744 355,122 406,947 383,683 435,395
Pembentukan Modal Tetap Bruto 274,486 294,183 300,172 304,361 276,941 301,005 312,493 337,362
Perubahan Stok (113,913) (150,269) (133,837) (169,045) (31,600) (102,373) (69,402) (141,153)
Ekspor Barang dan Jasa 103,586 107,238 105,929 109,667 66,995 76,639 81,801 80,161
Impor Barang dan Jasa 368,581 369,962 380,808 385,537 393,626 401,253 417,331 426,455
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 826,734 838,162 861,676 857,047 885,078 902,453 929,709 929,312
20132012KOMPONEN
I II III IV I II III IV
1. PERTANIAN 237,866.28 230,559.95 241,395.50 225,856.50 253,804.67 242,455.90 254,680.95 239,963.00
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,212.82 9,340.39 9,560.64 9,615.89 9,542.22 9,783.05 10,059.07 10,155.34
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 65,464.67 66,523.58 67,869.37 68,119.96 69,725.38 72,745.92 74,452.82 76,838.14
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4,676.63 4,821.66 4,934.57 5,044.81 5,074.77 5,209.85 5,339.66 5,430.49
5. KONSTRUKSI 74,388.82 76,954.74 79,311.52 80,856.52 79,975.95 83,771.10 86,373.15 90,164.17
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 122,522.55 126,486.03 130,913.07 133,492.22 135,960.95 140,834.20 145,857.26 147,834.32
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 86,867.51 90,391.57 94,508.33 96,136.07 94,689.31 98,609.53 102,599.18 104,054.75
8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 72,508.35 75,445.05 77,080.46 78,898.51 79,310.04 82,276.75 84,167.01 86,085.23
9. JASA-JASA 153,226.44 157,639.45 156,102.96 159,026.44 156,994.64 166,766.34 166,179.44 168,786.07
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 826,734.07 838,162.42 861,676.41 857,046.92 885,077.94 902,452.64 929,708.53 929,311.50
20132012SEKTOR
I II III IV I II III IV
Konsumsi 8.93 8.95 7.47 6.55 3.78 7.47 5.35 8.20
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.91 6.24 6.29 6.45
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 10.13 3.15 3.48 6.77 4.99 8.88 8.51 7.95
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 0.34 9.33 3.77 10.86
Pembentukan Modal Tetap Bruto 5.83 10.14 8.35 3.37 0.89 2.32 4.10 10.84
Perubahan Stok 19.79 32.61 27.83 1.23 (72.26) (31.87) (48.14) (16.50)
Ekspor Barang dan Jasa 11.27 14.98 8.97 8.72 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91)
Impor Barang dan Jasa 5.47 5.27 4.51 4.80 6.80 8.46 9.59 10.61
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8.39 8.29 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.43
2013 (% y.o.y)2012 (% y.o.y)KOMPONEN
I II III IV I II III IV
1. PERTANIAN 5.76 5.67 5.72 5.70 6.70 5.16 5.50 6.25
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 11.57 7.55 2.71 5.23 3.58 4.74 5.21 5.61
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 13.31 12.20 8.15 5.13 6.51 9.35 9.70 12.80
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6.66 8.86 8.27 8.69 8.51 8.05 8.21 7.64
5. KONSTRUKSI 11.56 9.75 6.33 10.13 7.51 8.86 8.90 11.51
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 12.56 11.71 10.11 10.29 10.97 11.34 11.42 10.74
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7.02 8.15 9.44 10.01 9.00 9.09 8.56 8.24
8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 7.40 10.43 9.46 9.86 9.38 9.06 9.19 9.11
9. JASA-JASA 7.00 6.41 2.17 5.44 2.46 5.79 6.46 6.14
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8.39 8.29 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.43
2013 (% y.o.y)2012 (% y.o.y)SEKTOR
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
76 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Tabel 1.C PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU
UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah)
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
Tabel 1.D
PERTUMBUHAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen)
Sisi Permintaan
Sisi Penawaran
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
I II III IV I II III IV
Konsumsi 2,165,141 2,271,833 2,338,332 2,436,913 2,403,820 2,602,398 2,661,723 2,706,960
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1,449,482 1,498,384 1,566,078 1,587,756 1,621,672 1,677,400 1,755,399 1,786,522
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 30,009 29,690 31,945 32,454 33,757 34,396 35,936 36,348
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 685,650 743,759 740,309 816,704 748,392 890,603 870,388 994,287
Pembentukan Modal Tetap Bruto 504,007 547,269 570,097 587,200 537,256 588,088 622,744 687,636
Perubahan Stok 691,785 610,906 689,660 617,388 952,483 830,334 937,588 813,329
Ekspor Barang dan Jasa 211,347 224,757 224,055 235,059 146,248 170,736 185,185 184,939
Impor Barang dan Jasa 1,077,423 1,106,446 1,169,232 1,204,560 1,255,379 1,309,592 1,387,136 1,437,361
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2,494,858 2,548,319 2,652,912 2,672,000 2,784,429 2,881,964 3,020,104 3,065,701
20132012KOMPONEN
I II III IV I II III IV
1. PERTANIAN 759,207 735,626 781,146 725,393 823,769 791,716 853,746 821,699
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 28,839 29,309 30,179 30,918 31,248 32,608 34,100 34,797
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 119,969 124,072 129,770 133,355 139,139 147,355 152,792 161,555
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 13,195 13,709 14,221 14,708 14,878 15,336 16,025 16,546
5. KONSTRUKSI 170,170 178,760 187,675 194,809 191,149 202,952 213,119 226,321
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 268,222 278,358 292,987 304,404 315,277 333,184 352,403 362,459
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 218,713 228,492 241,603 248,224 248,294 261,050 277,579 285,586
8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 262,460 279,765 294,086 308,994 312,696 330,748 344,432 358,471
9. JASA-JASA 654,083 680,228 681,246 711,194 707,980 767,014 775,907 798,268
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2,494,858 2,548,319 2,652,912 2,672,000 2,784,429 2,881,964 3,020,104 3,065,701
20132012SEKTOR
I II III IV I II III IV
Konsumsi 1.99 2.71 1.41 2.38 11.02 14.55 13.83 11.08
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (3.56) (3.53) (3.26) (4.34) 11.88 11.95 12.09 12.52
Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 20.38 12.51 11.24 15.15 12.49 15.85 12.49 12.00
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15.24 17.63 12.45 17.99 9.15 19.74 17.57 21.74
Pembentukan Modal Tetap Bruto 7.07 12.80 15.36 11.79 6.60 7.46 9.23 17.10
Perubahan Stok 27.30 11.66 1.96 (5.72) 37.68 35.92 35.95 31.74
Ekspor Barang dan Jasa 21.64 25.23 17.11 16.22 (30.80) (24.04) (17.35) (21.32)
Impor Barang dan Jasa (5.58) (5.83) (10.04) (13.68) 16.52 18.36 18.64 19.33
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 14.98 13.32 12.03 12.87 11.61 13.09 13.84 14.73
2013 (% y.o.y)2012 (% y.o.y)KOMPONEN
I II III IV I II III IV
1. PERTANIAN 15.46 10.84 11.82 7.61 8.50 7.62 9.29 13.28
2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 19.28 14.04 7.92 10.23 8.35 11.26 12.99 12.54
3. INDUSTRI PENGOLAHAN 17.81 15.99 13.69 12.73 15.98 18.77 17.74 21.15
4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 11.87 12.42 12.36 13.07 12.75 11.87 12.69 12.50
5. KONSTRUKSI 17.14 15.54 13.50 17.86 12.33 13.53 13.56 16.18
6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 17.77 16.06 15.06 16.73 17.54 19.70 20.28 19.07
7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11.23 12.02 13.42 13.94 13.53 14.25 14.89 15.05
8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 15.41 20.87 21.98 22.32 19.14 18.22 17.12 16.01
9. JASA-JASA 13.29 11.48 6.36 11.61 8.24 12.76 13.90 12.24
PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 14.98 13.32 12.03 12.87 11.61 13.09 13.84 14.73
2013 (% y.o.y)2012 (% y.o.y)SEKTOR
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 77
2. INFLASI
Tabel 2.A INFLASI IHK GORONTALO
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
UMUM 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46
BAHAN MAKANAN 148.73 152.88 156.12 158.94 163.03 157.95 156.77 169.45
Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 138.26 138.81 142.79 142.76 143.70 144.19 144.88 144.53
Daging dan Hasil-hasilnya 119.28 122.95 128.10 128.09 125.54 128.10 129.74 130.11
Ikan Segar 178.74 185.23 193.02 172.94 183.59 175.11 175.13 198.89
Ikan Diawetkan 150.43 148.04 155.94 154.28 153.58 154.30 157.77 160.79
Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 133.80 132.96 134.79 134.50 131.55 134.37 139.15 139.21
Sayur-sayuran 160.16 146.80 156.16 237.31 209.38 207.78 165.78 246.26
Kacang - kacangan 191.54 186.86 214.60 223.44 222.19 221.50 226.65 251.73
Buah - buahan 205.32 200.58 211.58 209.53 224.28 211.63 229.53 239.77
Bumbu - bumbuan 134.87 167.63 147.74 180.34 208.16 180.61 179.24 181.60
Lemak dan Minyak 104.72 105.94 105.15 100.71 101.91 99.47 102.51 106.24
Bahan Makanan Lainnya 114.18 114.18 114.62 114.62 118.97 118.55 120.27 120.27
MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 145.96 148.47 151.09 152.43 157.50 157.93 160.43 164.88
Makanan Jadi 117.79 118.73 119.82 120.04 127.55 127.56 130.92 138.63
Minuman yang Tidak Beralkohol 126.98 135.17 140.87 139.57 142.88 140.79 145.81 143.71
Tembakau dan Minuman Beralkohol 193.28 194.75 197.68 201.92 204.76 207.13 207.13 210.90
PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 139.00 137.97 139.21 140.01 141.37 141.86 143.35 145.18
Biaya Tempat Tinggal 159.71 157.41 158.86 160.08 162.19 162.36 163.88 165.34
Bahan Bakar, Penerangan dan Air 112.30 112.41 112.69 112.97 113.82 114.75 115.83 116.82
Perlengkapan Rumahtangga 111.27 111.71 114.60 114.35 113.21 113.79 116.69 120.63
Penyelenggaraan Rumahtangga 117.08 118.44 119.43 120.07 120.83 121.79 122.98 126.49
SANDANG 121.97 122.10 123.57 124.36 124.31 123.20 125.36 125.72
Sandang Laki-laki 114.35 115.11 116.05 116.98 117.45 117.67 118.15 118.44
Sandang Wanita 107.58 106.93 107.27 107.10 107.73 108.13 108.92 109.67
Sandang Anak-anak 107.07 108.44 109.57 108.31 108.32 109.33 109.50 110.42
Barang Pribadi dan Sandang Lain 193.57 192.44 198.22 203.81 200.99 190.39 202.30 201.09
KESEHATAN 122.90 123.19 124.02 128.10 129.16 131.06 133.39 135.72
Jasa Kesehatan 134.09 134.09 134.09 144.38 144.38 144.38 144.38 144.38
Obat-obatan 123.45 123.55 124.02 126.13 126.43 126.43 127.00 128.13
Jasa Perawatan Jasmani 140.87 140.87 140.87 145.28 145.28 145.28 162.75 162.75
Perawatan Jasmani dan Kosmetika 117.22 117.71 119.04 121.84 123.64 127.08 129.24 133.02
PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 114.54 114.70 114.88 114.79 114.38 114.75 114.88 115.11
Jasa Pendidikan 122.19 122.19 122.19 122.19 122.19 122.19 122.22 122.22
Kursus-kursus/Pelatihan 147.68 147.68 147.68 147.68 147.68 148.57 151.62 151.62
Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 107.80 108.82 109.46 108.83 108.90 110.82 110.82 111.42
Rekreasi 104.72 104.72 104.72 104.74 103.31 103.33 103.61 104.01
Olahraga 112.30 112.30 116.02 116.02 117.47 119.69 118.65 118.65
TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 107.03 107.58 107.73 108.15 108.32 111.80 117.62 118.04
Transpor 114.20 115.05 115.18 115.80 116.01 121.25 130.03 130.65
Komunikasi dan Pengiriman 86.86 86.86 86.86 86.86 86.86 86.95 86.95 86.95
Sarana dan Penunjang Transpor 115.65 115.65 115.65 116.01 116.08 116.13 116.95 117.15
Jasa Keuangan 103.09 103.09 104.19 104.19 104.84 104.84 104.84 104.84
Kelompok / Sub kelompok2012 2013
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
78 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Tabel 2.B
Sumber : BPS Prov. Gorontalo
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
Total Inflasi 5.90% 5.94% 5.39% 5.30% 5.17% 3.58% 3.39% 5.84%
Core Inflation 9.71% 8.44% 5.64% 5.47% 3.18% 3.14% 3.47% 4.44%
Volatile Food 1.71% 3.50% 6.07% 6.61% 9.70% 3.31% 0.41% 6.64%
Administred Price 4.12% 4.31% 3.89% 3.03% 3.06% 4.99% 7.74% 7.72%
Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des
Total Inflasi -0.57% 0.31% -1.18% 0.54% 1.06% 0.10% -3.34% 1.54%
Core Inflation 0.53% 0.16% 0.03% 0.23% 1.04% -0.01% 0.70% 0.57%
Volatile Food -2.81% 0.67% -3.48% 1.12% 1.67% -0.84% -11.09% 4.03%
Administred Price 0.33% 0.15% -0.28% 0.35% 0.22% 1.80% -0.10% 0.02%
2012
2012Disagregasi
Disagregasi
DISAGREGASI INFLASI GORONTALO
2013
Tahunan (y.o.y)
2013
Bulanan (m.t.m)
I II III IV I II III IV
Umum 5.90 5.95 5.40 5.30 5.18 3.59 3.40 5.84
Bahan Makanan 1.90 3.58 6.02 6.66 9.62 3.32 0.42 6.61
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan tembakau 6.00 7.04 7.11 5.48 7.91 6.37 6.18 8.17
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 12.67 10.47 7.59 7.05 1.70 2.82 2.97 3.69
Sandang 9.44 7.12 0.44 1.83 1.92 0.90 1.45 1.10
Kesehatan 3.81 2.91 2.83 5.02 5.10 6.39 7.55 5.95
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 3.72 4.26 0.88 0.61 -0.14 0.04 0.00 0.28
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 3.18 3.00 2.18 1.74 1.21 3.92 9.18 9.15
I II III IV I II III IV
Umum -0.58 0.32 -1.18 0.54 1.07 0.11 -3.43 1.54
Bahan Makanan -2.77 0.67 -3.48 1.14 1.63 -0.83 -10.97 4.02
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan tembakau 0.62 0.39 -0.16 0.37 1.83 -0.04 0.98 0.74
Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.69 -0.07 0.07 0.26 0.65 -0.03 0.25 0.38
Sandang 0.09 0.33 0.38 0.40 0.11 -0.23 1.42 0.22
Kesehatan 0.00 0.17 0.36 0.66 0.56 0.50 0.52 0.63
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0.00 0.02 0.00 0.00 0.02 0.02 0.04 -0.01
Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.27 0.25 -0.48 0.04 0.40 3.07 -0.17 0.04
2012Kelompok / Sub Kelompok
2013
Tahunan (y.o.y)
INFLASI GORONTALO TAHUN 2012-2013DIRINCI MENURUT KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Pengeluaran (%)
Kelompok / Sub Kelompok2012 2013
Bulanan (m.t.m)
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 79
3. PERBANKAN
Tabel 3.A PERKEMBANGAN BANK UMUM PROVINSI GORONTALO
2013
Desember Desember Desember
KANTOR BANK
- Jumlah Bank 16 16 16
- Jumlah Kantor 86 92 96
ASSET (Rp.) 4,676,341,786,475 5,745,295,626,522 7,076,496,747,691
DANA PIHAK KETIGA (Rp.) 2,724,980,705,964 3,040,781,100,406 3,194,917,267,883
- Giro 312,994,768,816 331,220,911,100 322,812,804,500
- Deposito 729,377,502,946 725,327,855,864 753,455,323,059
- Tabungan 1,682,608,434,202 1,984,232,333,442 2,118,649,140,324
KREDIT PENGGUNAAN (Rp.) 4,441,272,179,452 5,532,347,948,701 6,773,115,339,034
- Investasi 752,899,323,445 564,676,474,490 546,950,393,609
- Modal Kerja 1,411,090,767,215 1,718,862,113,393 1,942,312,697,477
- Konsumsi 2,277,282,088,792 3,248,809,360,818 4,283,852,247,948
KREDIT SEKTORAL (Rp.) 4,441,272,179,452 5,532,347,948,701 6,773,115,339,034
- Pertanian, Perburuan & Kehutanan 62,824,175,258 60,955,152,867 81,240,667,971
- Perikanan 13,216,996,924 14,021,779,463 17,471,724,868
- Pertambangan & Penggalian 1,639,636,216 5,137,074,108 4,509,265,633
- Industri Pengolahan 26,401,079,614 51,363,232,583 67,422,852,670
- Listrik, Gas, & Air 299,638,414 39,370,642 884,349,455
- Konstruksi 115,649,558,866 128,410,417,243 122,548,086,517
- Perdagangan Besar & Eceran 1,297,013,741,763 1,540,046,979,136 1,803,893,294,180
- Akomodasi & Penyediaan Makan Minum 36,606,572,777 40,895,059,510 44,173,440,019
- Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi 66,367,388,510 47,151,756,696 26,571,008,170
- Perantara Keuangan 56,103,196 56,928,798,346 810,796,024
- Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan 25,351,321,710 35,737,056,200 59,596,509,694
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib 70,879,857 46,534,328 38,334,067
- Jasa Pendidikan 1,007,000,000 1,841,602,281 691,278,774
- Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 37,282,168,245 39,683,280,253 35,545,252,174
- Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, & Perorangan Lainnya 123,188,300,990 137,671,159,394 217,070,599,492
-Jasa Perorangan yg Melayani Rumah Tangga 2,310,002,962 2,220,759,081 6,781,742,494
- Badan Internas. & Badan Ekstra Internas. Lainnya - - -
- Kegiatan yg Belum Jelas Batasannya 354,705,525,358 121,388,575,752 13,888,884
- Bukan Lapangan Usaha 2,277,282,088,792 3,248,809,360,818 4,283,852,247,948
- Lainnya *) - -
LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) 162.98% 181.94% 212.00%
NPLs Gross
- Nominal (Rp.) 122,109,622,541 110,146,244,899 191,229,338,108
- Rasio NPLs 2.75% 1.99% 2.82%
KREDIT UMKM (Rp.) 1,921,230,520,125 1,994,673,274,088 2,165,873,584,216
- Mikro 403,626,994,004 448,500,170,631 486,892,427,219
- Kecil 1,042,374,182,616 933,125,691,677 954,075,228,736
- Menengah 475,229,343,505 613,047,411,780 724,905,928,261
SHARE KREDIT UMKM THD. TOTAL KREDIT 43.26% 36.05% 31.98%
NOMINAL NPL KREDIT UMKM (Rp.) 74,361,721,674 83,943,351,180 176,005,702,915
- Mikro 13,406,731,638 12,246,161,078 15,118,223,401
- Kecil 31,060,852,284 39,008,587,136 85,753,331,328
- Menengah 29,894,137,752 32,688,602,966 75,134,148,186
RASIO NPL UMKM 3.87% 4.21% 8.13%
INDIKATOR2011 2012
Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum - Bank Indonesia
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
80 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Tabel 3.B PERKEMBANGAN BPR PROVINSI GORONTALO
2013
Nov Dec Nov
KANTOR BANK
- Jumlah Bank 4 4 4
- Jumlah Kantor 8 8 8
ASSET (Rp.000) 33,466,518 34,860,821 33,728,869
DANA PIHAK KETIGA (Rp.000) 18,199,176 19,754,646 18,549,933
- Deposito 11,077,825 11,068,825 11,290,325
- Tabungan 7,121,351 8,685,821 7,259,608
B.44 KREDIT PENGGUNAAN (Rp.000) 25,586,927 25,357,330 27,469,405
- Investasi 424,447 366,478 1,962,373
- Modal Kerja 13,161,265 12,953,003 13,176,755
- Konsumsi 12,001,215 12,037,849 12,330,277
KREDIT SEKTORAL (Rp. 000) 25,586,927 25,357,330 27,469,405
- Pertanian, Perburuan & Kehutanan 645,014 752,489 825,532
- Perikanan 121,075 122,515 79,717
- Pertambangan & Penggalian 72,311 68,861 3,000
- Industri Pengolahan 312,577 291,745 346,335
- Listrik, Gas, & Air 0 0 -
- Konstruksi 0 0 4,850
- Perdagangan Besar & Eceran 9,306,324 8,856,018 10,089,709
- Akomodasi & Penyediaan Makan Minum 203,866 202,663 85,480
- Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi 960,302 1,030,322 910,563
- Perantara Keuangan 32,500 28,000 253,236
- Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan 17,653 33,653 33,653
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib 33,033 48,679 419,555
- Jasa Pendidikan 17,880 15,868 34,664
- Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 0 0 3,600
- Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, & Perorangan Lainnya 1,003,473 983,473 757,481
- Jasa Perorangan yg Melayani Rumah Tangga 195,182 229,239 723,493
- Kegiatan yg Belum Jelas Batasannya 664,522 655,956 568,260
- Rumah Tangga 7,556,873 7,511,533 826,230
- Bukan Lapangan Usaha Lainnya 4,444,342 4,526,316 11,504,047
LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) 140.59% 128.36% 148.08%
NPLs Gross
- Nominal (Rp.000) 2,575,173 2,759,829 3,235,362
- Rasio NPLs 10.06% 10.88% 11.78%
INDIKATOR2012
Sumber: Laporan BPR - Bank Indonesia
LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN
BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 81
4. TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI GORONTALO
1 2 3 4 1 2 3 4Ekonomi Makro Regional
Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 8.39 8.29 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.43
Berdasarkan sektor
- Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 6.70 5.16 5.50 6.25
- Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 3.58 4.74 5.21 5.61
- Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 6.51 9.35 9.70 12.80
- Listrik, Gas dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.51 8.05 8.21 7.64
- Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 7.51 8.86 8.90 11.51
- Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.56 11.71 10.11 10.29 10.97 11.34 11.42 10.74
- Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha 7.02 8.15 9.44 10.01 9.00 9.09 8.56 8.24
- Jasa-jasa 7.40 10.43 9.46 9.86 9.38 9.06 9.19 9.11
Berdasarkan Permintaan
- Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.91 6.24 6.29 6.45
- Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 0.34 9.33 3.77 10.86
- PMTB 5.83 10.14 8.35 3.37 0.89 2.32 4.10 10.84
- Ekspor 11.27 14.98 8.97 8.72 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91)
- Impor 5.47 5.27 4.51 4.80 6.80 8.46 9.59 10.61
Ekspor
- Nilai Ekspor Non Migas (US$ Juta) 2.92 4.64 2.79 3.44 - 1.89 2.43 0.96
Impor
- Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) 5.97 6.13 - 24.69 15.20 1.28 27.86 33.95
Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84
Perbankan
Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 2.88 3.01 3.06 3.04 3.22 1.91 3.44 3.19
- Giro 0.45 0.46 0.51 0.33 0.56 0.48 0.58 0.32
- Tabungan 0.88 0.82 0.84 0.73 1.76 0.48 1.91 2.12
- Deposito 1.56 1.73 1.71 1.98 0.90 0.94 0.95 0.75
Kredit (Rp Triliun) - Berdasarkan lokasi Proyek 4.74 5.03 5.25 5.53 5.79 6.32 6.58 6.77
- Modal Kerja 1.66 1.99 1.66 1.72 1.75 1.88 1.92 1.94
- Konsumsi 2.36 2.39 2.96 3.25 3.49 3.86 4.13 4.28
- Investasi 0.73 0.64 0.62 0.56 0.56 0.58 0.53 0.55
Kredit UMKM (Rp Triliun)
- Modal Kerja 1.29 1.78 1.40 1.48 1.51 1.69 1.66 1.68
- Investasi 0.68 0.59 0.57 0.50 0.49 0.52 0.47 0.48
Loan to Deposit Ratio (%) 164.4 166.8 171.2 181.9 179.9 195.1 191.5 212.0
NPL Gross (%) 2.56 2.44 2.49 1.99 3.17 3.10 3.36 2.82
Sistem Pembayaran
Transaksi RTGS (Rp Triliun)
- Rata-Rata Harian Nominal Transaksi 0.47 0.69 0.65 0.85 0.72 0.82 0.97 1.01
- Rata-Rata Harian Volume Transaksi 1,208 1,573 1,584 1,730 1,366 1,728 1,722 1,911
Transaksi Kliring (Rp Triliun)
- Rata-Rata Harian Nominal Transaksi 0.13 0.14 0.14 0.16 0.15 0.17 0.19 0.13
- Rata-Rata Harian Volume Transaksi 5,891 5,762 5,936 6,064 5,707 6,260 6,503 5,192
2012Indikator
2013
82 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum
dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya
diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah
barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti
tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK).
Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi
baik dari penawaran maupun dari permintaan.
Food Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis
barang-barang makanan.
Administered Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok
barang yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah,
seperti: BBM, Tarif listrik, telpon, dll.
Traded Inflation Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori
barang yang dapat diperdagangkan secara international.
Inflation Month to Month Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada bulan
yang diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya (inflasi
bulanan), dan sering disingkat (m-t-m)
Inflasi Year to Date Inflasi kumulatif merupakan inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisba) perubahan harga indeks
konsumen bulan bersangkutan dibandingkan akhir bulan
pada tahun sebelumnya, sehingga merupakan angka total
dan disingkat (y-t-d)
Inflasi Year on Year Atau inflasi tahunan adalah Inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah) perubahan harga indeks
konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan
yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y)
84 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
Inflasi Quarter to Quarter Atau inflasi triwulan adalah inflasi yang mengukur
perbandingan harga (nisbah)/perubahan indeks harga
konsumen pada akhir triwulan yang bersangkutan
dibandingkan IHK akhir triwulan sebelumnya, atau sering
disebut (q-t-q)
PDB dan PDRB Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah
(kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional
bruto)
Pertumbuhan Year on
Year
Atau pertumbuhan tahunan adalah pertumbuhan yang
mengukur perbandingan PDRB atas dasar harga konstan
triwulan laporan dibandingkan PDRB atas dasar harga konstan
triwulan yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat
(Y-o-Y)
Pertumbuhan Melambat Pertumbuhan tahunan masih menunjukkan nilai positif
namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti
sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral
M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas,
merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri
dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan
deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).
Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban
otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari
uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah
dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank
sentral.
Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk
uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.
Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank,
kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah
jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk
dalam rupiah pada sistem moneter.
NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara
pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya
bunga yang harus dibayar.
NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit
bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3),
diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.
Restrukturisasi kredit Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan
agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan
antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau
konversi kepemilikan.
UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang
mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.
UYD
Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang
berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di
kas bank.
Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang
dilakukan oleh bank umum.
Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang
tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai
melalui BI.
Netflow Selisih antara outflow and inflow.
PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan
untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga
uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam
kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.
86 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA
APBD Singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
adalah wujud dari pengelolaan keuangan daerah yang
berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 merupakan rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD
memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan
perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah
serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah
Pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara.
Recommended