96
KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI GORONTALO TRIWULAN IV 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Suryono : Kepala Perwakilan / Deputi Direktur Akhmad Kosasih : Deputi Kepala Perwakilan / Asisten Direktur Fauzan : Analis Ekonomi / Manajer Hermanto : Analis / Manajer Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya / Manajer Andi Anjum : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Panji Putra Sitorus : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Yoga Munajat : Analis Ekonomi / Asisten Manajer Telly Joko Triyono : Analis / Asisten Manajer Ayar Fauzan Romzie : Pelaksana / Asisten Manajer Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

  • Upload
    hamien

  • View
    232

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN

REGIONAL PROVINSI GORONTALO

TRIWULAN IV 2013

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

Suryono : Kepala Perwakilan / Deputi Direktur

Akhmad Kosasih : Deputi Kepala Perwakilan / Asisten Direktur

Fauzan : Analis Ekonomi / Manajer

Hermanto : Analis / Manajer

Nanang Surachmat : Kepala Unit Sumber Daya / Manajer

Andi Anjum : Analis Ekonomi / Asisten Manajer

Panji Putra Sitorus : Analis Ekonomi / Asisten Manajer

Yoga Munajat : Analis Ekonomi / Asisten Manajer

Telly Joko Triyono : Analis / Asisten Manajer

Ayar Fauzan Romzie : Pelaksana / Asisten Manajer

Softcopy buku ini dapat di-download dari DIBI (Data dan Informasi Bisnis Indonesia) di website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA

Page 2: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

Visi Bank Indonesia :

“Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-

nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil”

Misi Bank Indonesia :

1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.

2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu

bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber

pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas

perekonomian nasional.

3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi

terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan

memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.

4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung

tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola

(governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan

UU.

Nilai-nilai Strategis :

Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen, dan pegawai untuk bertindak atau

berperilaku yaitu Trust and Intergrity, Professionalism, Excellence, Public Interest, dan

Coordination and Teamwork.

Kritik, saran dan komentar dapat disampaikan kepada

Redaksi :

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

Jl. H. Nani Wartabone No 35 Gorontalo – 96115

Telp : +62 435 824444

Fax : +62 435 827993

Web : www.bi.go.id

Page 3: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah-Nya sehingga

penyusunan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Gorontalo dapat

diselesaikan dengan baik.

Kajian periode triwulan IV-2013 ini merupakan pengejawantahan dari peranan Kantor

Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Gorontalo sebagai ‘economic intelligent and

research unit’ yang diharapkan mampu memberikan informasi ekonomi dan keuangan daerah

yang akurat, menyeluruh, dan terkini sebagai bahan masukan pemangku kepentingan di

daerah dan di pusat.

Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan informasi yang

amat bermanfaat bagi penyusunan kajian ini. Di sisi lain, kami juga menyadari bahwa KPwBI

Provinsi Gorontalo dari sisi produk dan peran masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami

mengharapkan saran, masukan dan kerjasama dari berbagai pihak untuk meningkatkan kualitas

produk dan peranan kami di masa yang akan datang.

Akhir kata, kiranya kajian ini dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pengembangan

perekonomian Provinsi Gorontalo.

Gorontalo, 17 Februari 2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI GORONTALO

Suryono

Deputi Direktur

Page 4: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 5: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

RINGKASAN EKSEKUTIF 1

BAB 1 PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

1.1 Sisi Permintaan 8

1.1.1 Konsumsi 9

1.1.2 Investasi 11

1.1.3 Ekspor – Impor 14

1.2 Sisi Penawaran 16

1.2.1 Sektor Pertanian 17

1.2.2 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 20

1.2.3 Sektor Perdagangan – Hotel – Restoran 21

1.2.4 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 23

1.2.5 Sektor Industri Pengolahan 23

1.2.6 Sektor Lainnya 24

Boks KEKR 26

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

2.1 Inflasi Secara Umum 31

2.2 Disagregasi Inflasi 32

2.2.1 Core Inflation 32

2.2.2 Non-Core Inflation 33

2.3 Inflasi di Kawasan Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua) 35

2.4 Ekspektasi Inflasi 37

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

3.1 Fungsi Intermediasi 39

3.1.1 Perkembangan Kantor Bank 39

3.1.2 Penyerapan Dana Masyarakat 40

3.1.3 Penyaluran Kredit 42

3.2 Stabilitas Sistem Perbankan 46

3.2.1 Risiko Kredit 46

3.2.2 Risiko Likuiditas 48

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

4.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 51

4.2 Realisasi Pendapatan Daerah 52

4.3 Realisasi Belanja Daerah 54

4.4 Kontribusi Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo 55

Terhadap Sektor Riil dan Uang Beredar

Page 6: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

5.1 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai 57

5.1.1 Aliran Uang Kartal (Inflow/Outflow) 57

5.1.2 Perkembangan Uang Palsu yang Ditemukan 58

5.2 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai 58

5.2.1 Kliring Non BI di Gorontalo 58

5.2.2 Real Time Gross Settlement (RTGS) 60

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

6.1 Ketenagakerjaan 61

6.2 Kemiskinan 64

6.3 Rasio Gini 65

6.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 66

6.5 Kesejahteraan Petani 67

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

7.1 Outlook Makroekonomi Regional 69

7.2 Outlook Inflasi 70

7.3 Prospek Perbankan 72

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN 73

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN 83

Page 7: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo 8

Grafik 1.2 Perkembangan Belanja Barang dan Jasa 9

Grafik 1.3 Perkembangan Belanja Pegawai 9

Grafik 1.4 Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia 10

Grafik 1.5 Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013 10

Grafik 1.6 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga 10

Grafik 1.7 Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga 10

Grafik 1.8 Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan 11

Grafik 1.9 Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan 11

Grafik 1.10 Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah 13

Grafik 1.11 Perkembangan Kredit Investasi Perbankan 13

Grafik 1.12 Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan 13

Grafik 1.13 Perkembangan Volume Penjualan Semen 13

Grafik 1.14 Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN 13

Grafik 1.15 Perkembangan Jumlah Realisasi Proyek PMA dan PMDN 13

Grafik 1.16 Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo 14

Grafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14

Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15

Grafik 1.19 Perkembangan Harga Jagung Internasional 15

Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Impor Gorontalo 15

Grafik 1.21 Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo 15

Grafik 1.22 Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo 16

Grafik 1.23 Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya 18

Grafik 1.24 Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya 18

Grafik 1.25 Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya 18

Grafik 1.26 Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya 18

Grafik 1.27 Perkembangan Luas Tanam Jagung Jagung dan Padi 18

Grafik 1.28 Perkembangan Luas Panen Jagung dan Padi 18

Grafik 1.29 Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat 20

Grafik 1.30 Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat 20

Grafik 1.31 Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry 21

Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar 21

Grafik 1.33 Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan 22

Grafik 1.34 Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan 22

Grafik 1.35 Perkembangan Kredit Perdagangan 22

Grafik 1.36 Perkembangan Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis 22

Grafik 1.37 Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel (TPH) 22

Grafik 1.38 Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan 23

Grafik 1.39 Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan 23

Grafik 1.40 Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang 24

Grafik 1.41 Perkembangan Sub Sektor Industri Mikro-Kecil 24

Grafik 1.42 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri 24

Grafik 1.43 Perkembangan Konsumsi BBM Industri 24

Grafik 1.44 Perkembangan Daya Listrik Tersambung 25

Grafik 1.45 Perkembangan Konsumsi Listrik 25

Page 8: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

Grafik 1.46 Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa 25

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Gorontalo 31

Grafik 2.2 Inflasi Tahunan Menurut Penyebab 32

Grafik 2.3 Perkembangan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual 33

Grafik 2.4 Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Terhadap Beberapa Komoditas 34

Grafik 2.5 Perkembangan IKK, IEK, Ekspektasi Harga, Kurs USD-Rp dan BI Rate 38

Grafik 3.1 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 41

Grafik 3.2 Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK) 41

Grafik 3.3 Pertumbuhan Kredit Penggunaan 42

Grafik 3.4 Komposisi Kredit Penggunaan 42

Grafik 3.5 Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum 44

Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit UMKM 45

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) 46

Grafik 3.8 Perkembangan NPL Bank Umum 47

Grafik 3.9 NPL Bank Umum Per Sektor 47

Grafik 3.10 NPL Kredit Sektoral BPR 47

Grafik 3.11 Perkembangan Portofolio DPK 48

Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %) 49

Grafik 4.1 Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo 51

Grafik 4.2 Pangsa APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2013 52

Grafik 5.1 Net Inflow/Outflow Kas Titipan Gorontalo 57

Grafik 5.2 Perkembangan Netflow Bulanan 57

Grafik 5.3 Perputaran Kliring di Gorontalo 59

Grafik 5.4 Rata-Rata Perputaran Kliring Per Hari 59

Grafik 5.5 Rata-rata Penolakan Kliring Per Hari 60

Grafik 6.1 Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo 62

Grafik 6.2 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo 62

Grafik 6.3 Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo 63

Grafik 6.4 Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha 63

Grafik 6.5 Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Yang Bekerja Menurut 63

Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan

Grafik 6.6 Perkembangan Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo 65

Grafik 6.7 Perkembangan Gini Ratio Nasional dan Wilayah Sulawesi 66

Grafik 6.8 Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi 66

Grafik 6.9 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo 66

Grafik 6.10 Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo 67

Grafik 6.11 Perkembangan Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Provinsi Gorontalo 68

Grafik 7.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I-2014 69

Grafik 7.2 Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) 70

Grafik 7.3 Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) 70

Page 9: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

Grafik 7.4 Realisasi dan Proyeksi Luas Panen Jagung dan Padi 70

Grafik 7.5 Perkembangan Survei Konsumen (SK) 70

Grafik 7.6 Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo 71

Page 10: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan 8

Tabel 1.2 Perkembangan Realisasi Beberapa Proyek Pemerintah tahun 2013 12

Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran 17

Tabel 1.4 ARAM II Produksi Jagung Provinsi Gorontalo 19

Tabel 1.5 ARAM II Produksi Padi Provinsi Gorontalo 19

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo 32

Tabel 2.2 Survei Pemantauan Harga (SPH) 35

Tabel 2.3 Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua 36

Tabel 2.4 Inflasi Kota-kota di Sulampua 36

Tabel 3.1 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum 41

Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR 41

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum 43

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit BPR 43

Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 53

Tabel 4.2 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 53

Tabel 4.3 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 55

Tabel 4.4 Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 55

Tabel 4.5 Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil 56

Tabel 5.1 Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo 58

Tabel 5.2 Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo 60

Tabel 6.1 Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo Tahun 2013 65 Tabel 7.1 Tendensi Arah Inflasi Triwulan I-2014 72

Page 11: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

RINGKASAN EKSEKUTIF

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 1

RINGKASAN EKSEKUTIF

PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI

Perekonomian Gorontalo

tumbuh lebih baik

dibandingkan triwulan

sebelumnya

Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2013

mengalami pertumbuhan yang semakin membaik. Pada triwulan

IV-2013, perekonomian Gorontalo tumbuh 8,43% (y.o.y), sesuai

dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 8,16

8,66% (y.o.y). Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan

III-2013 dan triwulan IV-2012 yang masing-masing tercatat 7,90%

(y.o.y) dan 7,57% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi

Gorontalo selama tahun 2013 tercatat sebesar 7,77%, lebih baik

dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 7,71%. Angka

pertumbuhan dimaksud masih sesuai dengan proyeksi Bank

Indonesia yang berada pada kisaran 7,66 8,16%.

Di sisi permintaan,

pertumbuhan ekonomi

didorong oleh masih

tingginya pengeluaran

konsumsi dan investasi

daerah

Di sisi penawaran,

pertumbuhan ekonomi

ditopangoleh peningkatan

pada pertanian, industri

pengolahan, dan sektor

konstruksi

Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh

tingginya tingkat konsumsi dan membaiknya investasi daerah.

Peringatan Hari Raya Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan

akhir tahun memberikan efek positif bagi peningkatan konsumsi

rumah tangga. Sementara itu, meningkatnya realisasi penyerapan

fiskal pemerintah pada triwulan IV-2013 memberikan dorongan

positif bagi perkembangan konsumsi pemerintah di triwulan

laporan. Kinerja fiskal yang membaik tidak hanya terdapat pada

Belanja Barang dan Jasa, tetapi juga Belanja Modal yang ikut

mendorong peningkatan kinerja investasi daerah.

Di sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian Gorontalo

pada triwulan laporan dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor

pertanian, industri pengolahan, dan sektor konstruksi.

Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari cuaca yang relatif

kondusif selama triwulan laporan, terutama bagi tanaman bahan

makanan. Perkembangan sektor industri pengolahan didukung

oleh meningkatnya produksi industri pengolahan gula di Gorontalo.

Sementara itu pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh

penyelesaian beberapa proyek pemerintah yang ditargetkan selesai

pada akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor perdagangan, hotel, dan

restoran mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan

sebelumnya. Kinerja sub sektor perdagangan yang semakin

Page 12: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

RINGKASAN EKSEKUTIF

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

membaik seiring dengan peningkatan konsumsi rumah tangga

tidak diikuti dengan kinerja sub sektor perhotelan yang mengalami

penurunan di triwulan laporan.

Perkembangan Inflasi

Pada triwulan IV-2013,

inflasi tercatat sebesar

5,84% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar

3,40% (yoy)

Kelompok volatile food

mengalami inflasi sebesar

6,64% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat

sebesar 0,41% (y.o.y),

sama halnya dengan core

inflation yang tercatat

meningkat dari 3,47%

(y.o.y) menjadi 4,44%

(y.o.y) Di sisi lain,

administered price

mengalami penurunan

dari 7,74% (y.o.y) menajdi

7,72% (y.o.y) pada

triwulan laporan

.

Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di

Provinsi Gorontalo pada triwulan IV-2013 relatif terkendali. Secara

tahunan, inflasi IHK sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy). Meningkatnya

inflasi pada triwulan IV-2013 terutama disumbang oleh tingginya

inflasi bulanan di bulan November dan Desember yang sebesar

1,35% (mtm) dan 1,54% (mtm).

Inflasi Volatile Foods mengalami peningkatan. Disagregasi inflasi

kota Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya

peningkatan yang cukup besar pada kelompok Inflasi volatile food

yang tercatat sebesar 6,64% (yoy)dari sebelumnya 0,41% (yoy) di

triwulan III-2013. Peningkatan inflasi volatile food tersebut

dikarenakan pasokan beberapa komoditas khususunya hortikultura

dan perikanan tangkap mengalami kenaikan harga akibat faktor

seasonal seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan cuaca buruk

karena pada triwulan IV-2013 telah memasuki musim penghujan.

Core inflation pada triwulan laporan tercatat sedikit mengalami

peningkatan, yaitu sebesar 4,44% (yoy) lebih tinggi dibandingkan

triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,47% (yoy). Inflasi

administered price mengalami penurunan dari 7,74% (y.o,y) pada

triwulan III-2013 menjadi 7,72% (yoy) pada triwulan IV-2013

Tekanan inflasi kelompok administered price berasal dari kelompok

komoditas transport seperti harga bensin, harga solar, angkutan

dalam kota, angkutan luar kota, angkutan udara, harga mobil,

serta tarif listrik.

Page 13: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

RINGKASAN EKSEKUTIF

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 3

Perkembangan Perbankan Daerah

Aktivitas perbankan

Gorontalo (Bank Umum

dan BPR) pada triwulan IV-

2013 masih ekspansif

yang tercermin dari angka

LDR dan penyaluran

kredit, sedangkan

penghimpunan dana

relatif melambat.

Pada triwulan IV-2013 aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum

dan BPR) masih ekspansif, antara lain tercermin dari angka Loan to

Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo pada triwulan IV-2013

yang tercatat sebesar 212,00% (BU) dan 148,08% (BPR).

Penyaluran kredit perbankan tumbuh masing-masing sebesar

22,43% (BU) dan 8,33% (BPR). Sementara penghimpunan dana

(DPK) relatif melambat yaitu tercatat hanya tumbuh (y.o.y) sebesar

5,07% (BU) dan -6,10% (BPR) lebih rendah dari triwulan III-2013

yang tercatat tumbuh (y.o.y) sebesar 12,13% (BU) dan -6,69%

(BPR). Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans

(NPLs) bank umum masih relatif terjaga pada angka yang wajar

yaitu sebesar 2,82% (BU). Namun NPLs BPR masih perlu upaya

optimal karena hingga triwulan IV-2013 masih tercatat cukup

tinggi yaitu sebesar 11,78%.

Stabilitas sistem

perbankan menunjukkan

rasion NPLs yang masih

terjaga sebesar 2,82%

sedangkan rasio LDR

mengalami peningkatan

menjadi 212,00%

Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang

menggambarkan risiko kredit antara lain rasio kredit bermasalah

atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan risiko

likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga

(DPK) perbankan dan angka rasio kredit/pembiayaan terhadap

dana pihak ketiga (LDR). Rasio NPLs bank umum pada triwulan IV-

2013 tercatat sebesar 2,82%, sementara LDR tercatat sebesar

212,00%.

Perkembangan Keuangan Daerah

Penyerapan belanja APBD

pada triwulan IV-2013

lebih tinggi dibandingkan

periode yang sama tahun

sebelumnya.

Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Gorontalo

yang tercermin dari besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan

dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan di tahun 2013. Di

sisi penerimaan, anggaran pendapatan daerah setelah perubahan

pada tahun 2013 adalah sebesar Rp1,04 triiun, lebih tinggi

dibandingkan tahun sebelumnya yang dianggarkan sebesar

Rp919,65 miliar. Realisasi pendapatan daerah tercatat relatif baik

yaitu senilai Rp1,05 triliun atau mencapai 101,01% dari anggaran.

Hal ini didorong oleh meningkatnya penerimaan Pajak Daerah dan

Dana Alokasi Umum. Sementara itu di sisi pengeluaran, anggaran

Page 14: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

RINGKASAN EKSEKUTIF

4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

belanja daerah setelah perubahan Provinsi Gorontalo pada tahun

2013 dialokasikan sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran tersebut lebih

besar 16,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya

dialokasikan sebesar Rp972,91 miliar. Realisasi anggaran belanja

tahun 2013 sendiri tercatat senilai Rp1,05 tirliun atau mencapai

92,87% dari anggaran.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perkembangan sistem

pembayaran pada triwulan

IV-2013 mengalami

perkembangan yang

dinamis

Aliran uang kartal dari kas titipan Bank Indonesia di Bank Mandiri

Gorontalo pada triwulan IV-2013 menunjukkan net outflow

sebesar Rp.25,45 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan rata-rata nilai

kliring per hari mengalami penurunan pada triwulan IV-2013

sebesar 29,99% (qtq) sedangkan nilai RTGS mengalami

peningkatan pada triwulan IV-2013 yaitu rata-rata sebesar 4,05%

(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada

triwulan IV-2013 ditemukan sebanyak 5 lembar uang palsu di

wilayah Provinsi Gorontalo.

Kesejahteraan Masyarakat

Tingkat pengangguran

terbuka Provinsi

Gorontalo mengalami

penurunan, sedangkan

jumlah penduduk

miskin menunjukkan

peningkatan

Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami

penurunan dari 4,36% di bulan Agustus 2012 menjadi 4,12%

pada Agustus 2013 dengan 36,66% dari total penduduk yang

bekerja diserap oleh sektor pertanian. Akan tetapi, jumlah

penduduk miskin di Provinsi Gorontalo menunjukkan peningkatan

dari 17,22% pada September 2012 menjadi 18,01% pada

September 2013. Walaupun Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil

dibandingkan tahun sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun

masih lebih tinggi dibandingkan nilai nasional yang sebesar 0,41%.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 tercatat

sebesar 71,28 membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang

sebesar 70,82. Nilai Tukar Petani pada tahun 2013 tumbuh

moderat sebesar 101,07 dibandingkan tahun sebelumnya yang

sebesar 101,34.

Page 15: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

RINGKASAN EKSEKUTIF

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 5

Prospek Perekonomian

Perekonomian Gorontalo

triwulan I-2014

diperkirakan tumbuh

7,77– 8,77% (y.o.y)

Pada triwulan I-2014,

inflasi Gorontalo

diproyeksikan berada pada

kisaran 5,95% ± 1%

dengan inflasi volatile

foods, administered price,

dan core inflation yang

relatif stabil.

Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan

tumbuh 7,77 8,77 % (y.o.y) lebih rendah dibandingkan

pertumbuhan triwulan IV-2013 yang sebesar 8,43% y.o.y). Di sisi

penawaran, perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi hampir

di seluruh sektor, kecuali sektor pertanian, sektor perdagangan-

hotel-restoran, dan sektor pengangkutan-komunikasi. Perlambatan

kinerja sektoral tercermin dari Survei hasil Kegiatan Dunia Usaha

(SKDU) yang menunjukkan penurunan tingkat ekspektasi

masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan I-2014. Di sisi

permintaan, kinerja konsumsi diprediksi tumbuh melambat.

Perlambatan tersebut terjadi pada konsumsi rumah tangga dan

konsumsi pemeirntah. Sementara itu, konsumsi lembaga swasta

nirlaba diperkirakan akan meningkat karena didorong oleh

konsumsi lembaga partai. Perlambatan konsumsi terkonfirmasi

melalui perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) triwulan I-2014.

Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, maka

tingkat inflasi kota Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan

meningkat moderat pada kisaran 5,95% ± 1%. Realisasi inflasi

tahun kalender (y.t.d) sampai dengan bulan Desember 2013

sebesar 5,84%. Inflasi volatile foods akan meningkat moderat.

Memasuki awal tahun, ekspektasi inflasi pada komoditas volatile

foods diperkirakan akan stabil di kisaran yang rendah. Hal ini

disebabkan antara lain karena tingkat konsumsi masyarakat di kota

Gorontalo yang kembali normal pasca adanya perayaan natal dan

tahun baru. Harga kelompok administred price dan inflasi inti

diperkirakan akan stabil. Hal ini dikarenakan telah berakhirnya

dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang

terjadi di tahun 2013. Ke depan, beberapa faktor risiko yang

berpotensi mendorong kenaikan inflasi tetap perlu diwaspadai.

Harga komoditas pangan dunia yang masih berada pada level

tinggi, serta peningkatan ekspektasi inflasi akibat kenaikan BI Rate

dan masih melemahnya mata uang Rupiah terhadap Dollar Amerika

berpotensi untuk mendorong tekanan inflasi.

Page 16: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

RINGKASAN EKSEKUTIF

6 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Penyaluran kredit oleh

perbankan di Provinsi

Gorontalo diproyeksikan

akan meningkat pada

triwulan I-2014,

sedangkan penghimpunan

DPK akan melambat

Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Provinsi Gorontalo

diproyeksikan akan meningkat pada triwulan I-2014, didasarkan

pada asumsi bahwa pada awal tahun 2014 terdapat

kecenderungan meningkatnya permintaan kredit khususnya

konsumsi antara lain untuk kebutuhan persiapan pemilu dan biaya

pendidikan (tahun akademik baru). Sementara penghimpunan

Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan

melambat pada triwulan I-2014 terutama bersumber dari jenis

tabungan. Hal tersebut didasarkan pada asumsi adanya potensi

meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan biaya pendidikan

(tahun akademik baru) dan perhelatan Pemilu yang akan

dilaksanakan pada bulan April.

Page 17: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 7

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Perekonomian Gorontalo sampai dengan akhir tahun 2013 mengalami pertumbuhan

yang semakin membaik. Pada triwulan IV-2013, perekonomian Gorontalo tumbuh 8,43%

(y.o.y), sesuai dengan proyeksi Bank Indonesia yang berada pada kisaran 8,16 8,66% (y.o.y).

Realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 dan triwulan IV-2012 yang

masing-masing tercatat 7,90% (y.o.y) dan 7,57% (y.o.y). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi

Gorontalo selama tahun 2013 tercatat sebesar 7,77%, lebih baik dibandingkan tahun

sebelumnya yang sebesar 7,71%. Angka pertumbuhan dimaksud masih sesuai dengan proyeksi

Bank Indonesia yang berada pada kisaran 7,66 8,16%.

Di sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh tingginya tingkat

konsumsi dan membaiknya investasi daerah. Peringatan Hari Raya Idul Adha, Natal, Tahun Baru,

dan liburan akhir tahun memberikan efek positif bagi peningkatan konsumsi rumah tangga.

Sementara itu, meningkatnya realisasi penyerapan fiskal pemerintah pada triwulan IV-2013

memberikan dorongan positif bagi perkembangan konsumsi pemerintah di triwulan laporan.

Kinerja fiskal yang membaik tidak hanya terdapat pada Belanja Barang dan Jasa, tetapi juga

Belanja Modal yang ikut mendorong peningkatan kinerja investasi daerah.

Di sisi penawaran, membaiknya kondisi perekonomian Gorontalo pada triwulan laporan

dipengaruhi oleh peningkatan kinerja sektor pertanian, industri pengolahan dan sektor

konstruksi. Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari cuaca yang relatif kondusif selama

triwulan laporan, terutama bagi tanaman bahan makanan. Perkembangan sektor industri

pengolahan didukung oleh meningkatnya produksi industri pengolahan gula di Gorontalo.

Sementara itu pertumbuhan sektor konstruksi didorong oleh penyelesaian beberapa proyek

pemerintah yang ditargetkan selesai pada akhir tahun 2013. Di sisi lain, sektor perdagangan,

hotel, dan restoran mengalami sedikit penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja

sub sektor perdagangan yang semakin membaik seiring dengan peningkatan konsumsi rumah

tangga tidak diikuti dengan kinerja sub sektor perhotelan yang mengalami penurunan di

triwulan laporan.

Page 18: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

1.1 SISI PERMINTAAN

Kontribusi konsumsi rumah tangga dan pemerintah cukup dominan dalam memberikan

dorongan bagi perekonoman regional. Pada triwulan laporan, konsumsi rumah tangga tercatat

meningkat seiring dengan perayaan Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun.

Konsumsi pemerintah juga meningkat pesat terkait dengan instruksi percepatan anggaran

tahun 2013, termasuk konsumsi belanja modal sehingga investasi daerah turut meningkat.

Peningkatan konsumsi juga tercermin dari kinerja impor yang tumbuh lebih tinggi bila

dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode yang sama di tahun 2012. Di sisi lain,

kinerja ekspor masih mengalami kontraksi karena beberapa produk unggulan mengalami

penurunan produksi seperti pada komoditas kopra dan barang-barang dari kayu.

Tabel 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Permintaan

KOMPONEN 2012 (% y.o.y)

2012 2013 (% y.o.y)

2013 I II III IV I II III IV

Konsumsi 8.93 8.95 7.47 6.55 7.94 3.78 7.47 5.35 8.20 6.23

Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.86 5.91 6.24 6.29 6.45 6.23

Konsumsi Swasta Nirlaba 10.13 3.15 3.48 6.77 5.82 4.99 8.88 8.51 7.95 7.58

Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 11.43 0.34 9.33 3.77 10.86 6.21

PMTB 5.83 10.14 8.35 3.37 6.85 0.89 2.32 4.10 10.84 4.65

Perubahan Stok 19.79 32.61 27.83 1.23 18.11 (72.26) (31.87) (48.14) (16.50) (39.24)

Ekspor Barang dan Jasa 11.27 14.98 8.97 8.72 10.92 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91) (28.33)

Impor Barang dan Jasa 5.47 5.27 4.51 4.80 5.01 6.80 8.46 9.59 10.61 8.89

PERTUMBUHAN EKONOMI 8.39 8.29 6.64 7.57 7.71 7.06 7.67 7.90 8.43 7.77

Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

8.75

6.81

6.33

8.91

8.39 8.29

6.64

7.57

7.06

7.67 7.90

8.43

5.00

5.50

6.00

6.50

7.00

7.50

8.00

8.50

9.00

9.50

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4

2011 2012 2013

Y.O

.Y (

%)

Page 19: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 9

1.1.1 KONSUMSI

Pada triwulan IV-2013 kinerja konsumsi secara keseluruhan tumbuh 8,20% (y.o.y)

meningkat signifikan dibandingkan triwulan III-2013 yang tumbuh 5,35% (y.o.y). Pesatnya

pertumbuhan konsumsi didorong oleh kinerja konsumsi rumah tangga dan konsumsi

pemerintah. Konsumsi rumah tangga tumbuh 6,45% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya yang sebesar 6,29% (y.o.y). Hal yang sama juga diikuti oleh konsumsi pemerintah

yang tumbuh 10,86% (y.o.y) meningkat signifikan bila dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya yang sebesar 3,77% (y.o.y).

Upaya pemerintah dalam melakukan penyerapan anggaran tercatat cukup baik.

Penyerapan fiskal yang sebesar 65,59% pada triwulan III-2013 dapat diakselerasi hingga

mencapai 92,87% pada triwulan IV-2013. Dorongan terhadap konsumsi pemerintah antara lain

dipengaruhi oleh realisasi Belanja Barang dan Jasa, serta Belanja Pegawai yang cukup baik yaitu

masing-masing meningkat 24,17% (y.o.y) dan 9,83% (y.o.y).

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : Badan Keuangan Provinsi

Masih tingginya pertumbuhan konsumsi rumah tangga ditunjukkan oleh hasil Survei

Konsumen Bank Indonesia yang mencatat bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masih

berada pada level optimis yaitu 169,03 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang

sebesar 161,81. Sejalan dengan itu, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) juga turut meningkat

meningkat dari 170,86 pada triwulan III-2013 menjadi 174,47 pada triwulan IV-2013. Hal

tersebut menunjukkan bahwa masyarakat beranggapan kondisi ekonomi pada triwulan laporan

masih cukup kondusif untuk melakukan kegiatan konsumsi.

Perkembangan konsumsi yang cukup baik juga terlihat dari Indeks Tendensi Konsumen

(ITK) yang dihasilkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo dimana pada triwulan

IV-2013 tercatat sebesar 110,47. Membaiknya kinerja konsumsi di Provinsi Gorontalo terutama

didorong oleh optimisme pendapatan rumah tangga saat ini yaitu sebesar 110,99. Konsumsi

makanan dan non makanan juga masih tinggi yang tercatat 109,41.

Grafik 1.4

Survei Konsumen

Grafik 1.2. Perkembangan Belanja Barang dan Jasa

Grafik 1.3. Perkembangan Belanja Pegawai

Page 20: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Sumber : Badan Keuangan Provinsi Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga meningkat seiring dengan masuknya peringatan

Idul Adha, Natal, Tahun Baru, dan liburan akhir tahun. Beberapa prompt indicator

mengkonfirmasi pertumbuhan konsumsi rumah tangga seperti konsumsi listrik rumah tangga

dan konsumsi BBM rumah tangga. Konsumsi listrik rumah tangga pada triwulan IV-2013

tumbuh 14,29% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,85%

(y.o.y). Konsumsi BBM rumah tangga juga mengalami peningkatan dari 29,53% (y.o.y) pada

triwulan sebelumnya menjadi 33,58% (y.o.y).

Sumber : PT. PLN Area Gorontalo Sumber : PT. Pertamina UP Gorontalo

Sementara itu di sisi perbankan, kinerja konsumsi ditengarai dari perkembangan Dana

Pihak Ketiga (DPK) yang melambat, terutama deposito dan tabungan. Deposito masyarakat di

perbankan pada triwulan laporan tumbuh melambat dari 12,83% (y.o.y) menjadi 3,88% (y.o.y).

Hal yang serupa juga terjadi pada perkembangan tabungan yang turut mengalami perlambatan

dari 11,64% (y.o.y) menjadi 6,77% (y.o.y). Penurunan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan

pola konsumsi masyarakat melalui penarikan simpanan di perbankan. Di sisi lain, kredit

konsumsi pada triwulan IV-2013 tumbuh melambat menjadi 31,86% (y.o.y) dari 39,47% (y.o.y)

pada triwulan sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan terjadi karena pembiayaan konsumsi pada

triwulan laporan lebih mengandalkan self financing dari masyarakat sendiri.

Grafik 1.4. Perkembangan Survei Konsumen Bank Indonesia

Grafik 1.5. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Triwulan IV-2013

Grafik 1.6. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga

Grafik 1.7. Perkembangan Konsumsi BBM Rumah Tangga

Page 21: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 11

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

1.1.2 INVESTASI

Kinerja investasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 tumbuh 10,84% (y.o.y) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,10% (y.o.y). Peningkatan investasi pada

triwulan laporan tidak hanya didorong oleh investasi pemerintah, tetapi juga investasi swasta.

Investasi fisik diperkirakan lebih memberikan kontribusi yang besar terkait dengan

pembangunan infrastruktur yang dilakukan pada triwulan laporan.

Di sisi pemerintah, realisasi pembiayaan investasi fisik yang bersumber dari APBD

meningkat. Pemerintah daerah terus memacu penyelesaian infrastrukturnya hingga menjelang

akhir tahun 2013. Tercatat pada triwulan IV-2013, APBD Belanja Modal Pemerintah Provinsi

yang telah terealisasikan mencapai Rp118,68 miliar meningkat signifikan bila dibandingkan

dengan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar Rp66,28 miliar. Akan tetapi, bila

dibandingkan dengan yang telah dianggarkan dalam APBD 2013 yaitu Rp206,86 miliar, realisasi

Belanja Modal pemerintah hanya sebesar Rp184,96 miliar atau 89,41% dari target anggaran.

Walaupun kondisi ini lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang hanya terserap 86,55% dari

target anggaran, tetapi hal tersebut belum optimal karena seharusnya dapat diantisipasi lebih

awal oleh Pemerintah Daerah mengingat pola yang sama relatif berulang setiap tahunnya.

Bila dilihat dari sisi perbankan, peningkatan investasi terkonfirmasi dari membaiknya

perkembangan kredit investasi. Pada triwulan laporan, pertumbuhan kredit investasi masih

terkontraksi 3,14% (y.o.y), tetapi lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang

terkontraksi hingga 14,95% (y.o.y). Di sisi sektoral, kredit konstruksi masih terkontraksi sebesar

4,57% (y.o.y), tumbuh moderat bila dibandingkan dengan triwulan III-2013 yang terkontraksi

4,31% (y.o.y).

Grafik 1.8. Perkembangan Tabungan dan Deposito Perbankan

Grafik 1.9. Perkembangan Kredit Konsumsi Perbankan

Page 22: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Tabel 1.2. Perkembangan Realisasi Beberapa Proyek Pemerintah tahun 2013

Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo

Perkembangan kontribusi investasi fisik yang relatif besar pada triwulan IV-2013

tercermin dari penjualan semen di Provinsi Gorontalo yang sebanyak 46.545 ton, lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebanyak 42.370 ton. Pembangunan infrastruktur

lebih dominan dilakukan dibandingkan aktivitas impor barang modal pada triwulan laporan.

FISIK KEUANGAN

1 Pek. Rehab Berkala Jln Molombulahe -Bubaa 100.00% 95.00%

2 Pek. Normalisasi Sungai Koluwoka 100.00% 95.00%

3 Pek. Pemb. Saluran Drainase Kel. Dembe I Kota Barat Lokasi Kota Gorontalo 100.00% 95.00%

4 Pek. Peningk. Jln. Poros Lonuo Kec. Kabila Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00%

5 Pek. Lanjutan Pemb. Jembatan Taula'a (Biluhu Barat-Bilato) 100.00% 95.00%

6 Pek. Pemb. Saluran Drainase Desa Tenggela Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00%

7 Pek. Peningk Jalan Thayeb M Gobel (Ex Bengawan Solo) Kota Gorontalo 100.00% 95.00%

8 Pek. Pemb. Jln. Agropolitan Desa Telaga Biru Kec. Popayato Lokasi Kab. Pohuwato 100.00% 95.00%

9 Pek. Pemb. Jln. Akses Pertanian Desa Daenaa Kec. Limboto Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00%

10 Pek. Pemb. Saluran Irigasi Desa Mongolato Lokasi Kab. Gorontalo 100.00% 95.00%

11 Pek. Pemb. Jln Akses Tapadaa (Pos Daya) Kec. Suwawa Lokasi Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00%

12 100.00% 95.00%

13 Pek. Pemb. Jln. Akses Pel Anggrek Lama (Ds Ibarat) 100.00% 95.00%

14 Pek. Pemb. Infrastruktur Kawasan Blok Plan Perkantoran Provinsi Lokasi Kab. Bonbol 100.00% 95.00%

15 Pek. Pembuatan Bak Reservoir Kel. Leato Lokasi kota Gorontalo 100.00% 95.00%

16 Pek. Pembuatan Saluran Drainase Desa Botumoito Lokasi Kab. Boalemo 100.00% 95.00%

17 Pek. Pemb. Jembatan Sigaso 100.00% 95.00%

18 Pek. Pemb Saluran Drainase Ds. Paengo Kec. Popayato Lok. Kab. Pohuwato 100.00% 95.00%

19 Pek. Pembangunan Jalan Akses Pariwisata Monano 100.00% 95.00%

20 Pek,Lanjt. Gedung Kantor Tamb. Dinas PU Lok. Kota Gtlo 100.00% 95.00%

21 100.00% 95.00%

22 Pek. Pemb. Saluran Drainase Jln. Durian 100.00% 95.00%

23 100.00% 95.00%

24 Pek. Pengembangan Gedung Kantor Laboratorium 100.00% 95.00%

25 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 100.00% 95.00%

26 Pek. Pemb. Kantor Pemprov. (Pengawasan Kantor Prov. Gtlo) Lokasi Kab. Bone Bolango 100.00% 95.00%

27 Pek. Pemb. Jembatan Potanga Kec. Boliohuto 100.00% 95.00%

28 93.04% 88.04%

29 Pek. Pemb Jalan Akses Permukiman Ds Cempaka putih Kec. Tolinggula Lok Kab. Gorut 91.00% 86.00%

30 Pek. Pemb. Jln. Akses Pariwisata Monano 85.68% 80.68%

31 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 85.00% 80.00%

32 Pek. Pengembangan Gedung kantor Lab. 85.00% 80.00%

33 pek. Pembangunan Kantor Pemprov lok. Kab. Bonbol 75.00% 70.00%

34 Pek. Pemb Jalan Akses Permukiman Ds Cempaka putih Kec. Tolinggula Lok Kab. Gorut 75.00% 70.00%

35 Pek. Pembangunan Gapura Gerbang perbatasan Lok. Kab . Gorut 75.00% 70.00%

36 Pek. Rekonstruksi Ruas Jln. Batudaa-Isimu 63.34% 58.34%

37 Pek. Pengaspalan Jln. Brimob 62.56% 57.56%

38 59.06% 54.06%

39 Pek. Lanjutan Pemb. Tanggul Pengaman Pantai Desa Tabulo Selatan Kec. Mananggu 55.00% 50.00%

40 Pek. Pemb. Jln. Akses Pemukiman Desa Cempaka Putih Kec. Tolinggula Lokasi Kab. Gorut 55.00% 50.00%

41 Pek. Peningk Jln. Akses Desa Wapalo Lokasi Kab. Gorut 55.00% 50.00%

42 Pek. Pemb. Kantor Pemprov. (Pengawasan Kantor Prov. Gtlo) Lokasi Kab. Bone Bolango 50.00% 45.00%

43 Pembangunan Kantor Pemprov Lokasi Kab. Bone Bolango 45.00% 40.00%

REALISASI (%)NO NAMA PROYEK

Page 23: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 13

Sumber : Badan Keuangan Daeah Provinsi Sumber : Bank Indonesia

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Di samping itu, berdasarkan data yang dirilis oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal

(BKPM), diperoleh informasi bahwa kinerja penanaman modal pada periode laporan mengalami

peningkatan terutama pada jenis Penanaman Modal Asing (PMA). Realisasi investasi jenis PMA

mengalami peningkatan 26,04% (y.o.y) dari US$0,02 juta (2 proyek) di triwulan III-2013

menjadi US$21,90 juta (9 proyek) di triwulan IV-2013. Di sisi lain, jenis Penanaman Modal

Dalam Negeri (PMDN) belum menunjukkan aktivitas sejak triwulan III-2013.

Sumber : BKPM Sumber : BKPM

Grafik 1.10. Perkembangan Belanja Modal Pemerintah Daerah

Grafik 1.11. Perkembangan Kredit Investasi Perbankan

Grafik 1.14. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN

Grafik 1.13. Perkembangan Volume Penjualan Semen

Grafik 1.12. Perkembangan Kredit Konstruksi Perbankan

Grafik 1.15. Perkembangan Jumlah Realisasi Proyek PMA dan PMDN

Page 24: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

1.1.3 EKSPOR – IMPOR

Kinerja ekspor pada triwulan IV-2013 secara keseluruhan mengalami penurunan. Nilai

ekspor Gorontalo pada triwulan laporan mengalami penurunan 72,09% (y.o.y) lebih besar

dibandingkan triwulan III-2013 yang masih mengalami penurunan sebesar 12,03% (y.o.y).

Sementara itu, nilai impor juga mengalami penurunan. Setelah pada triwulan sebelumnya nilai

impor tumbuh hingga 2.952,92% (y.o.y) maka pada triwulan laporan pertumbuhan nilai impor

hanya sebesar 50,21% (y.o.y). Lebih besarnya nilai impor Gorontalo menyebabkan neraca

perdagangan luar negeri Gorontalo mengalami defisit hingga US$35,00 juta.

Perkembangan ekspor luar negeri menurun cukup signifikan pada triwulan IV-2013.

Nilai ekspor pada triwulan laporan tercatat sebesar US$0,96 juta, lebih rendah dibandingkan

triwulan sebelumnya yang mencapai US$2,43 juta. Penurunan produksi terjadi pada seluruh

komoditas yaitu kayu dan barang dari kayu, kopra, serta gula dan kembang gula. Nilai ekspor

komoditas kayu dan barang dari kayu tercatat sebesar US$39,88 ribu dengan negara tujuan

Korea Selatan. Sementara itu untuk komoditas kopra tercatat sebesar US$ 920 ribu ke negara

China. Kinerja ekspor antar provinsi juga mengalami perlambatan yang ditunjukkan dengan

menurunnya volume muat barang. Total volume muat dari seluruh pelabuhan Gorontalo

tercatat hanya 26.235 ton lebih rendah daripada triwulan III-2013 yang mencapai 46.078 ton

atau terkontraksi 71,79% (y.o.y).

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Penurunan produksi kopra di triwulan IV-2013 ditengarai karena adanya tekanan pada

harga kopra internasional yang turun 11,48% dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan juga

dialami oleh harga jagung internasional sebesar 5,32% dibanding triwulan sebelumnya. Harga

jagung internasional yang relatif tidak menguntungkan dibandingkan harga produksinya

sehingga para petani lebih memilih untuk melakukan ekspor jagung ke provinsi lain (domestik)

dibandingkan ekspor ke luar negeri. Harga jagung di tingkat petani sendiri pada triwulan IV-

2013 mengalami peningkatan 11,11% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Grafik 1.16. Perkembangan Nilai Ekspor Gorontalo

Grafik 1.17. Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo

Page 25: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 15

Sumber : Bappebti RI Sumber : Bloomberg

Di sisi lain, nilai impor Gorontalo pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar US$35,96 juta

atau tumbuh 50,21% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh

melonjak hingga 2.952,92% (y.o.y). Impor tersebut didominasi oleh komoditas raw sugar yang

berasal dari Thailand senilai US$33,95 juta (94,40% dari total impor) sebagai bahan baku

pengolahan industri gula PT. Perusahaan Gula Gorontalo. Impor raw sugar pada triwulan

laporan tumbuh 41,77% dibandingkan triwulan sebelumnya, sekaligus tercatat sebagai impor

tertinggi di sepanjang tahun 2013. PT. Perusahaan Gula Gorontalo mengkonfirmasi bahwa raw

sugar tersebut digunakan sebagai bahan baku pembuatan gula kristal putih. Impor yang

dilakukan selama ini disebabkan raw sugar bersifat idle capacity yaitu merupakan bahan

mentah yang tidak mempunyai waktu kadaluarsa, tetapi agar tidak rusak maka

penyimpanannya harus dijaga. Hasil produksi gula umumnya digunakan untuk kebutuhan

domestik antara lain Gorontalo, Palu, Manado, Kendari, Kalimantan, Nusa Tenggara Timur,

Maluku, dan Papua.

Selain itu, impor aspal yang senilai US$2,02 juta juga turut mendorong tingginya kinerja

impor. Kebutuhan akan aspal diperoleh dari China dan Malaysia guna pembangunan dan

rehabilitasi berkala terhadap akses transportasi.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Grafik 1.18. Perkembangan Harga Minyak Kelapa

Grafik 1.19. Perkembangan Harga Jagung Internasional

Grafik 1.20. Perkembangan Nilai Impor Gorontalo

Grafik 1.21. Perkembangan Bongkar Barang Pelabuhan Gorontalo

Page 26: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

16 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Sementara itu, perkembangan impor luar negeri Gorontalo pada triwulan laporan

sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Hal tersebut terlihat dari volume

bongkar barang di seluruh pelabuhan Gorontalo yang masih terkontraksi 24,26% (y.o.y) lebih

rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya terkontraksi 5,85% (y.o.y). Impor

domestik pada triwulan IV-2013 turut didorong oleh barang konstruksi seiring dengan

meningkatnya investasi yang terjadi di Gorontalo.

Dilihat dari kumulatif ekspor impor, pada triwulan IV-2013 Gorontalo mengalami defisit

neraca perdagangan luar negeri sebesar US$35,00 juta. Sementara itu, bila dihitung secara

total, maka neraca perdagangan luar negeri Gorontalo pada tahun 2013 mengalami defisit

hingga US$78,21 juta. Hal ini dipengaruhi oleh nilai impor Gorontalo yang melonjak 116,65%

(y.o.y) dibandingkan tahun 2012 sekaligus tercatat sebagai nilai impor Gorontalo terbesar

dalam lima tahun terakhir.

Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

1.2 SISI PENAWARAN

Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan IV-2013 menunjukkan peningkatan

dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi dalam

mendorong pertumbuhan perekonomian antara lain sektor pertanian, sektor pertambangan

dan penggalian, sektor industri pengolahan, dan sektor konstruksi. Di sisi lain, sektor listrik-gas-

air bersih, sektor perdagangan-hotel-restoran, sektor pengangkutan-komunikasi, dan sektor

jasa-jasa mengalami perlambatan. Sementara itu, sektor keuangan-real estate-jasa perusahaan

relatif tumbuh moderat.

Tumbuhnya kinerja sektor pertanian memberikan stimulan positif bagi pertumbuhan

ekonomi Gorontalo pada triwulan IV-2013, mengingat sektor tersebut memberikan kontribusi

hingga 26,80% terhadap total PDRB Gorontalo. Dorongan terhadap pertumbuhan ekonomi

juga dipengaruhi oleh sektor konstruksi terkait dengan penyelesaian proyek pemerintah di akhir

tahun. Peningkatan kinerja sektor konstruksi diikuti oleh sektor pertambangan dan penggalian.

Neraca Perdagangan Luar Negeri periode bulan Januari-Desember 2013

DEFISIT US$78,21 Juta Ekspor ke LN

US$5.280.815 Impor dari LN

US$83.493.576

Grafik 1.22. Perkembangan Neraca Perdagangan Luar Negeri Gorontalo

Page 27: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 17

Perlu diketahui bahwa kedua sektor dimaksud terkait erat mengingat sektor pertambangan dan

penggalian didominasi pertambangan galian C yang dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi.

Di sisi lain, kinerja sektor perdagangan-hotel-restoran mengalami perlambatan

pertumbuhan pada triwulan laporan. Kinerja sub sektor perdagangan yang relatif baik tidak

diimbangi oleh sub sektor hotel yang tumbuh melambat. Sementara itu, menurunnya jumlah

penumpang sub sektor angkutan laut berpengaruh pada kinerja sektor pengangkutan-

komunikasi yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya.

Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran

SEKTOR 2012 (% y.o.y)

2012 2013 (% y.o.y)

2013 I II III IV I II III IV

Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 5.71 6.70 5.16 5.50 6.25 5.90

Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 6.62 3.58 4.74 5.21 5.61 4.80

Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 9.55 6.51 9.35 9.70 12.80 9.62

Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.13 8.51 8.05 8.21 7.64 8.10

Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 9.38 7.51 8.86 8.90 11.51 9.24

Perdagangan, Hotel, Restoran 12.56 11.71 10.11 10.29 11.13 10.97 11.34 11.42 10.74 11.12

Pengangkutan & Komunikasi 7.02 8.15 9.44 10.01 8.69 9.00 9.09 8.56 8.24 8.71

Keuangan, Real Estate, & Jasa Perusahaan

7.40 10.43 9.46 9.86 9.30 9.38 9.06 9.19 9.11 9.18

Jasa-jasa 7.00 6.41 2.17 5.44 5.22 2.46 5.79 6.46 6.14 5.23

PERTUMBUHAN EKONOMI 8.39 8.29 6.64 7.57 7.71 7.06 7.67 7.90 8.43 7.77

Sumber : BPS. Prov. Gorontalo

1.2.1 SEKTOR PERTANIAN

Kinerja sektor pertanian mengalami peningkatan pada triwulan laporan yaitu tercatat

sebesar 6,25% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang sebesar 5,50% (y.o.y).

Walaupun intensitas hujan sedikit meningkat di akhir triwulan laporan, tetapi cuaca yang masih

kondusif secara umum mendukung pertumbuhan kinerja pertanian Gorontalo.

Apabila memperhatikan produksinya, tanaman bahan makanan masih memberikan

kontribusi yang sangat besar terhadap sektor pertanian Gorontalo, terutama tanaman jagung

dan padi. Musim tanam yang dialami Gorontalo pada triwulan IV-2013 mempengaruhi produksi

pertanian yang lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Dinas Pertanian dan

Ketahanan Pangan Provinsi Gorontalo menyebutkan bahwa luas lahan tanam untuk jagung di

triwulan laporan tercatat mencapai 66.149 ha meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang 9.150 ha. Hal serupa juga dialami oleh tanaman padi yang mengalami peningkatan luas

tanam dari seluas 2.742 ha menjadi 26.294 ha.

Kinerja produksi yang turun dibandingkan triwulan sebelumnya tercermin dari luas

lahan panen yang lebih kecil. Pada triwulan laporan, tercatat luas lahan panen jagung sebesar

Page 28: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

18 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

9.999 ha lebih rendah dibandingkan saat musim panen pada triwulan III-2013 yang seluas

47.092 ha. Sementara itu, luas lahan panen padi sedikit menurun dibandingkan triwulan

sebelumnya dari seluas 3.167 ha menjadi 3.049 ha. Produksi pertanian Gorontalo masih

didominasi oleh sentra produksi jagung di Kabupaten Pohuwato dan sentra produksi padi di

Kabupaten Gorontalo.

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Pada tahun 2013, secara kumulatif tahunan perkembangan pertanian jagung dan padi

diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2012. Hasil Angka Ramalan (ARAM) II yang

dirilis oleh BPS Provinsi Gorontalo memperkirakan produksi jagung di tahun 2013 mencapai

Grafik 1.23. Perkembangan Luas Tanam Jagung Berdasarkan Daerahnya

Grafik 1.24. Perkembangan Luas Tanam Padi Berdasarkan Daerahnya

Grafik 1.25. Perkembangan Luas Panen Jagung Berdasarkan Daerahnya

Grafik 1.26. Perkembangan Luas Panen Padi Berdasarkan Daerahnya

Grafik 1.27. Perkembangan Luas Tanam Jagung dan Padi

Grafik 1.28. Perkembangan Luas Panen Jagung dan Padi

Page 29: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 19

Tabel 1.4. ARAM II Produksi Jagung Provinsi Gorontalo

Tabel 1.5. ARAM II Produksi Padi Provinsi Gorontalo

677.242 ton meningkat 5,04% (y.o.y) daripada tahun sebelumnya yang sebesar 644.754 ton.

Peningkatan produksi tersebut dipengaruhi oleh bertambahnya luas panen sebesar 3,63%

(y.o.y). Tingkat produktivitas jagung juga diperkirakan lebih baik yaitu 48,22 kwintal/ha atau

meningkat 1,36% (y.o.y) dibandingkan produktivitas tahun 2012 yang sebesar 47,57

kwintal/ha.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Sementara itu, produksi tanaman padi juga diperkirakan meningkat 18,50% (y.o.y)

dibandingkan tahun sebelumnya. Gabah kering giling hasil pertanian di tahun 2013 diproyeksi

meningkat dari 245.786 ton menjadi 291.247 ton. Peningkatan produksi utamanya disebabkan

oleh peningkatan luas panen sebesar 10,03% (y.o.y) dan tingkat produktivitas yang cukup baik

yaitu 51,70 kwintal/ha atau meningkat 7,69% (y.o.y).

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Page 30: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

20 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

1.2.2 SEKTOR PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI

Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan IV-2013 sedikit melambat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, sektor ini tercatat tumbuh 8,24%

(y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,56% (y.o.y).

Perlambatan pertumbuhan sektor angkutan secara keseluruhan dipengaruhi oleh kinerja sub

sektor pengangkutan laut dan pengangkutan darat yang menurun, sedangkan sub sektor

pengangkutan udara mengalami peningkatan.

Tumbuhnya sub sektor pengangkutan udara tercermin dari meningkatnya jumlah

penumpang pesawat pada triwulan IV-2013. Faktor liburan sekolah, natal, dan tahun baru

berpengaruh besar terhadap peningkatan kinerja sub sektor ini. Tercatat jumlah penumpang

pesawat yang terlayani tumbuh 20,92% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tumbuh 17,38% (y.o.y). Akan tetapi, jumlah penerbangan pada triwulan laporan, baik

yang datang maupun berangkat dari Gorontalo mengalami penurunan dari 1.058 penerbangan

menjadi 1.009 penerbangan. Hal ini terkait dengan berkurangnya frekuensi penerbangan salah

satu maskapai udara sejak akhir triwulan IV-2013, dari sebelumnya melayani 2 kali

penerbangan menjadi sekali penerbangan dalam sehari.

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Sementara itu, kinerja sub sektor pengangkutan laut tercatat menunjukkan penurunan.

Pada triwulan IV-2013, jumlah penumpang kapal laut tercatat sebanyak 1.077 orang atau

mengalami kontraksi 58,47% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

mencatat jumlah penumpang hingga 5.110 orang. Curah hujan dan gelombang laut yang

cenderung tinggi selama triwulan laporan relatif berpengaruh pada jumlah penumpang dan

kapal yang berlayar. Jumlah penumpang kapal ferry juga terkontraksi 18,43% (y.o.y) setelah

pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 18,27% (y.o.y).

Di sisi lain, kinerja sub sektor pengangkutan darat dikonfirmasi dari melambatnya

jumlah konsumsi BBM transportasi. Tingkat konsumsi bahan bakar premium pada triwulan

laporan tercatat tumbuh 14,46% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang

Grafik 1.29. Perkembangan Jumlah Penumpang Pesawat

Grafik 1.30. Perkembangan Frekuensi Penerbangan Pesawat

Page 31: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 21

tumbuh 20,42% (y.o.y). Hal yang sama juga dialami bahan bakar solar yang hanya tumbuh

4,96% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 16,96% (y.o.y).

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : PT. Pertamina UP Gorontalo

1.2.3 SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

Perkembangan sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) di Gorontalo

menunjukkan perlambatan pertumbuhan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor

PHR pada triwulan IV-2013 tumbuh 10,74% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan

triwulan III-2013 yang sebesar 11,42% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh perlambatan

pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor perhotelan.

Sub sektor perdagangan mengalami pertumbuhan pada triwulan laporan. Hal ini

dikonfirmasi meningkatnya pertumbuhan kredit perdagangan, dimana pada triwulan IV-2013

kredit perdagangan tercatat mencapai Rp1,85 triliun atau tumbuh 16,90% (y.o.y) lebih baik

daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,58% (y.o.y). Selain itu, aktivitas volume

bongkar barang pelabuhan juga tercatat mengalami peningkatan. Walaupun pertumbuhannya

masih terkontraksi 24,26% (y.o.y), tetapi volume bongkar pada triwulan laporan meningkat

dari 172.173 ton di triwulan sebelumnya menjadi 175.189 ton. Aktivitas perdagangan masih

terpusat di Kota Gorontalo dimana 58,74% total aktivitas bongkar barang pelabuhan dilakukan

di Pelabuhan Gorontalo. Tingkat konsumsi listrik kelompok bisnis pada triwulan laporan ikut

mengalami peningkatan dari 6,10% (y.o.y) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,74% (y.o.y).

Kinerja sub sektor perdagangan yang membaik juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia

Usaha (SKDU) Bank Indonesia, dimana realisasi kegiatan usaha pada triwulan laporan

mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelunya. Masuknya perayaan Idul Adha,

Natal, dan Tahun Baru ditengarai memberikan dorongan pada pertumbuhan tingkat konsumsi

masyarakat dan kinerja sub sektor ini.

Grafik 1.31. Perkembangan Jumlah Penumpang Kapal Laut dan Ferry

Grafik 1.32. Perkembangan Konsumsi Premium dan Solar

Page 32: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

22 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia Sumber : PT. PLN Ara Gorontalo

Di sisi lain, kinerja sub sektor

perhotelan mengalami perlambatan

pertumbuhan pada triwulan laporan.

Tingkat Penghunian Hotel (TPH) pada

bulan Desember 2013 tercatat sebesar

34,91 atau menurun dibandingkan kondisi

bulan September 2013 yang sebesar

46,66. Bila dibandingkan per daerah, TPH

tertinggi masih dialami oleh Kota

Gorontalo yaitu sebesar 37,54. Dari hasil

liasion ke beberapa perhotelan Gorontalo, diperoleh informasi bahwa momen liburan akhir

tahun berpengaruh pada menurunnya tingkat okupansi hotel disebabkan masyarakat umumnya

memilih berlibur ke luar Gorontalo. Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL), Upah Minimum Provinsi

(UMP), bunga perbankan, dan tarif air turut berpengaruh pada perlambatan kinerja perhotelan.

Pihak hotel disebutkan harus menaikkan 10-15% tarif hotel serta melakukan efisiensi untuk

mengurangi biaya operasional yang diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 4%.

Grafik 1.33. Perkembangan Kredit Perdagangan Perbankan

Grafik 1.34. Perkembangan Volume Bongkar Barang Per Pelabuhan

Grafik 1.35. Perkembangan Kredit Perdagangan

Perbankan

Grafik 1.36. Perkembangan Konsumsi Listrik Kelompok Bisnis

Grafik 1.37. Perkembangan Tingkat Penghunian Hotel (TPH)

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Page 33: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 23

1.2.4 SEKTOR KEUANGAN, REAL ESTAT, DAN JASA PERUSAHAAN

Kinerja sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan pada triwulan IV-2013 tercatat

sebesar 9,11% (y.o.y), relatif tumbuh moderat dibandingkan pertumbuhan triwulan

sebelumnya yang sebesar 9,19% (y.o.y). Perkembangan sub sektor keuangan yang relatif stabil

memberikan pengaruh yang cukup besar bagi kinerja sektor ini.

Sub sektor keuangan yang didominasi oleh perbankan tumbuh dengan baik pada

triwulan laporan. Kenaikan beban bunga perbankan juga diikuti oleh kenaikan pendapatan

bunga. Pendapatan bunga pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp1,00 triliun atau tumbuh

26,96% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 24,02% (y.o.y).

Beban bunga juga mengalami peningkatan dari Rp157,41 miliar menjadi 217,60 miliar, tumbuh

21,47% (y.o.y). Walaupun begitu, perkembangan Net Interest Margin (NIM) perbankan

Gorontalo di triwulan laporan tetap terjaga, yaitu tercatat sebesar Rp783,34 miliar atau tumbuh

28,58% (y.o.y) relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,81% (y.o.y).

Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia

1.2.5 SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN

Kinerja sektor industri Gorontalo tumbuh lebih baik dibandingkan sebelumnya. Sektor

industri pada triwulan IV-2013 tumbuh 12,80% (y.o.y) lebih tinggi daripada triwulan

sebelumnya yang tumbuh 9,20% (y.o.y). Beberapa sub sektor industri mikro dan kecil

mengalami peningkatan seiring dengan perayaan Idul Adha,natal, dan tahun baru.

Berdasarkan hasil survei BPS Provinsi Gorontalo, meningkatnya kinerja sektor industri

terjadi pada industri makanan dan minuman, industri pakaian jadi, dan industri furniture.

Meningkatnya permintaan masyarakat akan komoditas pakaian dan perabot rumah tangga

diperkirakan mendorong produksi pakaian jadi dan furniture di Gorontalo. Di samping itu,

perayaan hari besar keagamaan seperti Idul Adha dan Natal juga mempengaruhi peningkatan

produksi industri makanan dan minuman. Secara total, industri mikro dan kecil pada triwulan

Grafik 1.38. Perkembangan Pendapatan dan Beban Bunga Perbankan

Grafik 1.39. Perkembangan Net Interest Margin (NIM) Perbankan

Page 34: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

24 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

IV-2013 tumbuh 11,27% (y.o.y) sedangkan industri manufaktur besar dan sedang tumbuh

9,61% (y.o.y).

Pertumbuhan sektor industri juga terkonfirmasi dari perkembangan konsumsi listrik dan

BBM industri. Konsumsi listrik industri tercatat meningkat 5,51% (y.o.y) dari 4,35 juta KWh di

triwulan sebelumnya menjadi 4,73 juta Kwh pada triwulan laporan. Sementara itu, walaupun

masih terkontraksi 17,29% (y.o.y), tetapi pertumbuhan konsumsi BBM pada triwulan laporan

lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 53,86% (y.o.y).

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

1.2.6 SEKTOR LAINNYA

Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih pada triwulan IV-2013 tumbuh 7,64% (y.o.y)

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,21% (y.o.y). Walaupun daya

tersambung mengalami pertumbuhan 21,70% (y.o.y) tetapi penjualan listrik tumbuh 11,57%

(y.o.y) relatif stabil dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan 10,63% (y.o.y).

Hasil konfirmasi dengan PT. PLN Area Gorontalo menyebutkan bahwa jumlah pelanggan listrik

mengalami peningkatan dengan jumlah mencapai 178 ribu pelanggan. Dari jumlah tersebut,

sekitar 0,3% merupakan pelanggan sektor bisnis dan perkantoran sedangkan sisanya adalah

rumah tangga. Biaya listrik rumah tangga sendiri mendapat subsidi sekitar 75% dari

pemerintah. Seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan, penyelesaian PLTU Molotabu

Grafik 1.40. Perkembangan Industri Mikro-Kecil dan Industri Besar-Sedang

Grafik 1.41. Perkembangan Sub Sektor Industri Mikro-Kecil

Grafik 1.42. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri

Grafik 1.43. Perkembangan Konsumsi BBM Industri

Page 35: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 25

tahap II diharapkan dapat segera selesai sehingga membantu penyediaan jumlah pasokan listrik

Provinsi Gorontalo yang saat ini masih dibantu oleh pasokan dari PLTU Amurang di Provinsi

Sulawesi Utara.

.

Sumber : PT. PLN Area Gorontalo Sumber : PT. PLN Area Gorontalo

Kinerja sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan IV-2013 meningkat

dibandingkan triwulan III-2013. Sektor ini tumbuh 5,61% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (y.o.y). Peningkatan sektor ini tidak lepas dari

meningkatnya kinerja sektor konstruksi yang tumbuh 11,51% (y.o.y) lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan III-2013 sebesar 8,90% (y.o.y). Sumbangan sektor pertambangan dan

penggalian terhadap PDRB Provinsi Gorontalo masih relatif kecil yaitu 1,14% dan didominasi

oleh pertambangan galian C seperti batu dan pasir. Sementara itu, aktivitas pertambangan

emas di Gorontalo umumnya masih dilakukan oleh penambang rakyat. Dari hasil liaison dengan

Dinas Kehutanan dan Pertambangan Provinsi Gorontalo, diperoleh informasi bahwa terdapat

terdapat 37 Izin Usaha Pertambangan (IUP) dan 2 Kontrak Karya (KK) di Provinsi Gorontalo dan

keseluruhannya belum menunjukkan kegiatan produksi.

Pada triwulan IV-2013, sektor jasa-jasa

menunjukkan pertumbuhan 6,14% (y.o.y) atau

melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang

tumbuh 6,46% (y.o.y). Melambatnya pertumbuhan

realisasi APBD belanja pegawai pada triwulan laporan

diperkirakan memberi pengaruh yang signifkan

walaupun lapangan usaha jasa-jasa mengalami

peningkatan. Kredit sektor jasa-jasa tercatat

mengalami pertumbuhan 17,00% (y.o.y) lebih baik

daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,76%

(y.o.y).

Grafik 1.44. Perkembangan Daya Listrik Tersambung

Grafik 1.45. Perkembangan Konsumsi Listrik

Grafik 1.46. Perkembangan Kredit Sektor Jasa-jasa

Sumber : Bank Indonesia

Page 36: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

26 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

BOKS : KAWASAN MINAPOLITAN POHUWATO : MENGECAP

(MANISNYA) BISNIS PERIKANAN

Rupanya SBY kepincut oleh Profesor

Michael E. Porter. Mahaguru strategi

manajemen ini memberikan pencerahan

kepada Presiden RI ke-6. Harvard Business

School Amerika Serikat yang menjadi

lokasinya. Topiknya menarik, yaitu

bagaimana meningkatkan daya saing

Indonesia di dunia internasional. Menurut

pria kelahiran 1947 ini, salah satu

permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia

adalah masih rendahnya tingkat

pembangunan berbasis klaster. Peristiwa ini

terjadi empat tahun lalu, 28 September

2009.

Sebulan kemudian, muncullah istilah

minapolitan. Peluncurannya dilakukan

berselang setelah pelantikan Menteri

Kabinet Indonesia Bersatu II di Istana

Negara Jakarta. Program yang sejatinya

merupakan implementasi konsep klaster

ala Porter tersebut, diusung oleh Fadel

Muhammad sebagai Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia waktu itu.

Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan

daya saing sektor kelautan dan perikanan di

Indonesia.

Minapolitan

Apa sih minapolitan? Minapolitan itu

hampir sama dengan agropolitan. Bedanya,

yang satu mina sedangkan yang satunya

lagi agro. Mina itu berasal dari bahasa jawa

mino

sederhana minapolitan dapat diartikan

sebagai kota bisnis yang berbasis perikanan.

Sebagaimana kawasan bisnis,

selayaknya ada daerah yang menjadi pusat

pertumbuhan (growth pole) dan hinterland

(daerah pinggiran). Growth pole adalah

pusat transaksinya sedangkan hinterland

adalah daerah penunjangnya. Harapan

dibangunnya kawasan minapolitan adalah

jika kegiatan sudah terintegrasi diharapkan

kegiatan bisnis di growth pole dapat

memberikan efek menetes ke bawah (trickle

down effect) atau ke daerah hinterland.

Page 37: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 27

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Ace

h

Sulu

t

Sum

bar

Ria

u

Ke

pri

Jam

bi

Ben

gku

lu

Sum

sel

Bab

el

Lam

pu

ng

Ban

ten

DK

I

Jab

ar

Jate

ng

DIY

Jati

m

Kal

bar

Kal

ten

g

Kal

sel

Kal

tim

Sulu

t

Go

ron

talo

Sult

eng

Suls

el

Sulb

ar

Sult

eng

Bal

i

NTB

NTT

Mal

uku

Mal

uku

Uta

ra

Pap

ua

Pap

ua

Bar

at

Jum

lah

Kaw

asan

Min

apo

litan

Pro

vin

si

Contoh sederhana kawasan

minapolitan dapat diilustrasikan begini,

misalnya pasar tempat transaksi, di situ ada

pabrik ikan sarden. Nah di kampung-

kampung sekitar pabrik ada yang jadi

kampung nener, ada yang jadi kampung

ikan sarden, ada yang jadi kampung pakan

ikan, dan seterusnya yang dibutuhkan

untuk menunjang pabrik ikan sarden. Itu

baru satu contoh pabrik yang dibangun di

kawasan minapolitan. Bisa juga industri

pengalengan ikan tuna yang sangat cocok

dibangun di sekitar samudera karena tuna

adalah ikan laut dalam. Bisa dibangun

kampung tambak nener bandeng,

kampung tambak bandeng, kampung

pakan bandeng dan sebagainya. Kenapa

bandeng? Karena tuna biasanya butuh

umpan hidup dan bandeng hidup adalah

umpan favorit tuna. Dari contoh di atas,

maka pasar dan pabriknya adalah pusat

pertumbuhannya sedangkan kampung-

kampung penunjang adalah hinterland-nya.

Walhasil, kawasan minapolitan

harus ditunjang oleh infrastruktur,

perbankan, dan lainnya. Dan tak kalah

penting adalah melibatkan masyarakat agar

mau jadi nelayan yang tidak hanya

mengandalkan ikan tangkap tapi mulai

membudayakan budidaya karena kawasan

yang baik adalah kawasan yang terjamin

sustainabilitas-nya.

Mengapa minapolitan begitu

penting? Tentu saja penting. Lihat saja

sebaran kawasan minapolitan. Saat ini

sudah 33 provinsi, 179 kabupaten/kota di

seluruh Indonesia yang ditetapkan menjadi

kawasan minapolitan. Sebaran ini diambil

dari Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor

35/KEPMEN-KP/2013 tanggal 2 Juli 2013

yang ditandatangani oleh Sharif C.

Soetardjo. Berbekal 145 kawasan

minapolitan perikanan budidaya dan 57

kawasan minapolitan perikanan tangkap

telah membawa hasil. Setidaknya beberapa

target terlampaui, mulai dari produksi 15,3

juta ton, ekspor produk hasil perikanan

senilai US$ 5 miliar sampai pencapaian

neraca perdagangan produk perikanan

surplus 76,47 persen di tahun 2013.

Grafik 1.47. Perkembangan Kawasan Minapolitan di Indonesia

Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

Page 38: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

28 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Sebagai provinsi yang pernah

dipimpin oleh Fadel Muhammad, dimana

luas perairan Gorontalo mencapai 50.500

kilometer persegi cukup menjanjikan dalam

pengembangan kawasan minapolitan. Salah

satu wilayahnya adalah wilayah laut Teluk

Tomini yang terbentang seluas 7.400

kilometer persegi ditambah dengan panjang

garis pantai 655,8 kilometer setara dengan

perjalanan darat Bandung-Surabaya melalui

pantura.

Khusus Gorontalo, setidaknya ada 3

kabupaten yang menjadi kawasan

minapolitan. Dua minapolitan perikanan

budidaya di Kabupaten Gorontalo Utara

dan Kabupaten Pohuwato. Satu lagi

kawasan minapolitan perikanan tangkap di

Kabupaten Bone Bolango. Di sana terdapat

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Bone

Bolango yang lokasinya dengan dekat

daerah operasional perairan pedalaman dan

perairan kepulauan sekitar.Namun, hanya 2

lokasi yang dijadikan salah satu sentra

produksi perikanan budidaya sebagai

Kawasan Minapolitan Percontohan yaitu

Kabupaten Pohuwato dan Kabupaten

Gorontalo Utara.

Keunggulan Alam Pohuwato

Kabupaten Pahuwato merupakan

salah satu lokasi minapolitan sesuai dengan

Keputusan Direktur Jenderal Perikanan

Budidaya Nomor KEP.70/DJ-PB/2010

tentang Penetapan 24 Lokasi Sentra

Produksi Perikanan Budidaya sebagai

Percontohan Tahun 2011.

Luas wilayah Kabupaten Pohuwato

adalah 4.455,60 kilometer persegi atau

35,83 persen dari luas wilayah Provinsi

Gorontalo. Panjang garis pantai yang

mencapai 164 kilometer yang menjadikan

garis pantainya terpanjang kedua di Provinsi

Gorontalo yang berhadapan dengan Teluk

Tomini. Di sepanjang pantai inilah, minimal

3.923 jiwa yang tersebar 31 desa nelayan di

mencari nafkah sebagai nelayan.

JIka dibanding-bandingkan, kira-kira

hanya 2,9 persen dari penduduk Pohuwato

yang jadi nelayan atau hampir 40 persen

desa nelayan dari 131 desa nelayan yang

ada di Gorontalo. Pohuwato pun berhak

menyandang desa nelayan kedua terbanyak

setelah desa nelayan kabupaten tetangga,

Kabupaten Bone Bolango.

Profesi nelayan pun beragam. Untuk

budidaya air laut saja, 1.000 orang memiliki

tambak, 500 orang memilih sebagai

pembudidaya rumput dan 25 orang

mempunyai keramba jaring apung. Ada

pula 1.000 orang pembudidaya kolam air

tawar dan lebih dari 200 orang memiliki

keramba air tawar.

Selain itu, ada juga yang

berkecimpung di usaha pengolahan hasil

perikanan. Jumlahnya sekitar 60 orang.

Page 39: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 29

-

20,000

40,000

60,000

80,000

2008 2009 2010 2011 2012 2013*

Ton

Tah

un

Pedagang hasil perikanan ada 158 orang,

30 orang menjadi pengumpul hasil

perikanan. Jangan dilupakan, ada sekitar 77

orang petambak garam.

Mereka semua tidak berdiri sendiri-

sendiri. Semuanya tergabung dalam sebuah

kelompok sesuai profesinya. ada kelompok

masyarakat pengawas sebanyak 5

kelompok, kelompok pembudidaya

sebanyak 85 kelompok, kelompok nelayan

sebanyak 75 kelompok dan ada pula

kelompok pengolah ikan sebanyak 11

kelompok.

Produktivitas

Secara umum, berdasarkan data

Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten

Pohuwato, produksi 9 komoditas pilihan

yaitu bandeng, udang, rumpur laut, kerapu,

kuwe, mutiara, ikan nila, ikan mas dan ikan

lele mengalami peningkatan. Puncaknya

pada tahun 2011 dengan total 68,2 ribu

ton yang kemudian menurun di tahun 2012

menjadi 48 ribu ton dan di tahun 2013

mengalami kenaikan kembali hingga

mencapai 60,4 ribu ton.

Adapun komoditas unggulan

Pohuwato di kawasan minapolitan,

capaiannya baru 58,01 persen yaitu rumput

laut dan udang (windu dan vaname)

dengan total produksi 40.475,8 ton tahun

2012. Angka ini diungkap oleh Dwika

Herdikiawan, Direktur Prasarana dan Sarana

Budidaya Direktorat Jenderal Perikanan

Budidaya Kementerian Kelautan dan

Perikanan RI di Pohuwato pada acara Rapat

Kelompok Kerja (Pokja) Minapolitan

Kabupaten Pohuwato tahun 2013 lalu.

Sebagai informasi, kawasan

minapolitan Pohuwato mencakup 11

kecamatan. Mulai dari Kecamatan Paguat,

Dengilo, Marisa, Duhiadaa, Patilanggio,

Taluditi, Randangan, Wanggarasi, Lemito,

Popayato dan Popayato Barat sampai

dengan Kecamatan Lemito sebagai

minapolis. Pohuwato pun menyabet

prestasi menjadi kabupaten terbanyak yang

menjadikan kecamatannya sebagai kawasan

minapolitan.

Menurut Dari Dinas Kelautan dan

Perikanan Kabupaten Pohuwato, capaian

produksi perikanan baik produksi perikanan

tangkap maupun perikanan budidaya pada

2013 memberikan kontribusi pendapatan

rata-rata bagi nelayan sekitar Rp 4,3 juta

per bulan atau meningkat 5,4 persen

dibandingkan tahun 2012. Angka ini jauh

melebihi pendapatan rata-rata

pembudidaya dan nelayan Provinsi

Gorontalo yang hanya Rp 1,9 juta per

bulannya.

Grafik 1.48. Perkembangan Produksi Sembilan Komoditas Pilihan Kab. Pohuwato

*perkiraan sementara Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Pohuwato

Page 40: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 1 MAKROEKONOMI REGIONAL

30 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Dukungan anggaran pun cukup

besar. Total dukungan anggaran penunjang

minapolitan budidaya selama 2 tahun

terakhir mencapai lebih dari Rp 6,4 miliar

dikucurkan oleh pemerintah pusat dan

pemerintah daerah.

Pihak perbankan sendiri sudah

menyalurkan kredit di sektor perikanan di

Kabupaten Pohuwato tahun 2013

mencapai Rp 4,7 miliar atau sekitar 27,46

persen dari total kredit perikanan di

Gorontalo sebesar Rp 17,47 miliar. Dilihat

dari jenisnya, kredit perikanan budidaya

menyedot dana sebesar 49,2 persen atau

sebesar Rp 2,4 miliar dan kreditnya tumbuh

pesat sekitar 420,5 persen dibandingkan

tahun 2012. Untuk kredit perikanan

penangkapan telah disalurkan sebesar Rp

1,8 miliar dan kredit jasa perikanan sebesar

Rp 0,6 miliar. Kedua jenis kredit perikanan

budidaya dan kredit jasa perikanan ini

mengalami pertumbuhan minus

dibandingkan tahun 2012.

Perbaikan

Ada beberapa pekerjaan rumah yang

harus segera diselesaikan. Sebut saja

dualisme antara kepentingan ekonomi

dengan pelestarian lingkungan. Saat ini

pengembangan budidaya udang masih

banyak menggunakan lahan yang termasuk

dalam kawasan cagar alam dan hutan

lindung. Selain itu, perlu adanya regulasi

yang mengatur tentang pemanfaatan

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang

merupakan implementasi UU No. 27 Tahun

2007. Tidak ketinggalan juga makin

maraknya kegiatan Illegal fishing dan

destructive fishing yang sangat merugikan.

Solusinya tentu saja ada pada kita

semua. Mulai dari penataan kawasan,

penerbitan regulasi sampai pengetatan

pengawasan yang disertai dengan edukasi

kepada masyarakat.

Pewaris

Jika sempat berkunjung ke Pohuwato,

sempatkan berada di Desa Bununyo,

Kecamatan Paguat untuk melihat kelompok

pembudidaya udang. Kelompok

pembudidaya udang di lokasi tersebut telah

menerapkan sistem polikultur dengan

komoditas udang dan bandeng.

Mereka tebar udang 100.000 bibit

dan bandeng 10.000 bibit per hektar.

Harga jual panen untuk bandeng Rp 7.500,-

/kg, sedangkan udang Rp 30.000,-/kg (size

90). Permasalahan yang dihadapi

pembudidaya adalah mahalnya harga bibit

(PL 4 = Rp 35,-) dan sarana produksi yang

kurang memadai.

Namun, semua itu tentu ada peran

penyuluh perikanan yang saat ini berjumlah

68 orang yang siap sedia

menumbuhkembangkan kawasan

minapolitan dan menyokong sektor

perikanan lebih baik.

Seperti pidato Bung Karno pada

lebih suka lukisan samudra yang

gelombangnya memukul, menggebu-gebu,

daripada lukisan sawah yang adem ayem

Page 41: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 31

BAB 2 : PERKEMBANGAN INFLASI

Perkembangan harga barang dan jasa secara umum (inflasi) di Provinsi Gorontalo pada

triwulan IV-2013 relatif terkendali. Secara tahunan, inflasi IHK sebesar 5,84% (yoy) lebih tinggi

dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,40% (yoy). Meningkatnya inflasi pada

triwulan IV-2013 terutama disumbang oleh tingginya inflasi bulanan di bulan November dan

Desember yang sebesar 1,35% (mtm) dan 1,54% (mtm).

2.1 INFLASI SECARA UMUM

Inflasi Kota Gorontalo meningkat. Inflasi kota Gorontalo pada akhir triwulan IV-2013

sebesar 5,84% (yoy), meningkat dibandingkan inflasi di triwulan sebelumnya yang sebesar

3,40% (yoy).Inflasi periode triwulan IV-2013 tersebut lebih tinggi dari proyeksi pada laporan

sebelumnya yang diperkirakan sebesar 4,61% ± 1%. Tekanan inflasi pada periode ini relatif

masih terkendali dari sisi permintaan (demand-pull), sedangkan tekanan inflasi dari sisi

penawaran (cost-push) mengalami peningkatan di akhir triwulan IV-2013 akibat faktor seasonal

seperti adanya Hari Raya Natal dan Tahun Baru dimana beberapa komoditas seperti bawang

merah dan cabe merah banyak yang keluar daerah akibat tingginya permintaan di Sulawesi

Utara, serta diakibatkan oleh meningkatnya curah hujan serta cuaca buruk di akhir tahun 2013

yang mengakibatkan naiknya harga ikan laut.

Realisasi inflasi lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional. Pencapaian

inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 sebesar 5,84% (yoy) lebih rendah dibandingkan inflasi

nasional yang mencapai 8,38% (yoy). Bahkan sepanjang tahun 2013, inflasi tahunan (yoy) kota

Gorontalo selalu berada di bawah rata-rata inflasi nasional.

Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Gorontalo

Page 42: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

32 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

2.2 DISAGREGASI INFLASI

Tekanan inflasi yang

meningkat dari 3,39% (yoy)

menjadi 5,84% (yoy) di triwulan IV-

2013 masih banyak bersumber dari

kelompok volatile foods, sementara

itu tekanan inflasi pada kelompok

core inflation dan administred

pricejuga masih terpantau di level

yang cukup tinggi. Inflasi volatile

foods naik dari 0,41%(y.o,y) di triwulan

III-2013 menjadi 6,64% (yoy), sementara core inflation juga meningkat dari 3,47% (yoy)

menjadi 4,44% (yoy). Inflasi pada kelompok administred price masih dalam level yang cukup

tinggi meski mengalami sedikit penurunan dari semula 7,74% (yoy) menjadi 7,72% (yoy).

Tabel 2.1 Disagregasi Inflasi Provinsi Gorontalo

Sumber : BPS & Bank Indonesia Gorontalo (Data Diolah)

2.2.1 CORE INFLATION

Core inflation pada triwulan laporan tercatat sedikit mengalami peningkatan,

yaitu sebesar 4,44% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar

3,47% (yoy). Tekanan inflasi kelompok core inflation berasal dari kelompok komoditas.

Tekanan inflasi kelompok inti berasal dari komoditas makanan jadi seperti kue kering

berminyak, mie dan ayam goreng, kelompok komoditas minumam non-alkohol seperti air

kemasan, kelompok komoditas biaya tempat tinggal seperti cat tembok, cat kayu dan keramik,

sabun detergen, upah pembantu rumah tangga dan perlengkapan rumah tangga serta

Sumber : BPS Gorontalo (diolah)

Grafik 2.2. Inflasi Tahunan Menurut Penyebab

Page 43: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 33

kelompok barang pribadi dan sandang lainnya seperti emas perhiasan. Dari hasil pantauan

Survey Pemnatauan Harga (SPH) yang dilakukan oleh Bank Indonesia, harga emas di kota

Gorontalo tercatat mengalami beberapa kali fluktuasi harga dari sebelumnya di kisaran Rp.

450.000,- per gram di bulan Juli 2013 menjadi Rp. 550.000,- per gram di bulan September

2013 dan kembali ke kisaran Rp.440.000,- di akhir bulan Desember 2013.

Di sisi lain, faktor fundamental lainnya seperti ekspektasi inflasi dunia usaha yang

dilakukan melalui Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) tercatat lebih rendah dari kondisi inflasi

pada triwulan IV-2013, sebagaimana ditunjukkan dalam grafik 2.3 di bawah ini.

Grafik 2.3 Perbandingan Indeks Rata-rata Tertimbang Inflasi SKDU dan Inflasi Aktual

Sumber : SKDU, Bank Indonesia

2.2.2 NON-CORE INFLATION

Inflasi Volatile Foods mengalami peningkatan. Disagregasi inflasi kota Gorontalo

pada triwulan IV-2013 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar pada kelompok

Inflasi volatile food yang tercatat sebesar 6,64% (yoy)dari sebelumnya 0,41% (yoy) di triwulan

III-2013. Peningkatan inflasi volatile food tersebut dikarenakan pasokan beberapa komoditas

khususunya hortikultura dan perikanan tangkap mengalami kenaikan harga akibat faktor

seasonal seperti Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan cuaca buruk karena pada triwulan IV-2013

telah memasuki musim penghujan.

Komoditas yang mengalami koreksi harga cukup besar pada akhir triwulan IV-2013

antara lain adalah ikan segar, sayur-sayuran, bawang merah, cabe rawit, dan buah-buahan.

Page 44: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Gejolak harga pada komoditas ikan segar tersebut disebabkan karena cuaca di Gorontalo yang

telah memasuki musim penghujan sehingga hasil tangkapan dan aktivitas melaut nelayan

terganggu oleh adanya ombak besar. Sejalan dengan hal tersebut, hasil Survei Pemantauan

Harga (SPH) yang dilakukan oleh Kantor PerwakilanBank Indonesia (KPW BI) Provinsi Gorontalo

di pasar sentral Gorontalo juga menunjukkan adanya peningkatan beberapa komoditas di

Gorontalo.

Grafik 2.4 Hasil Survey Pemantauan Harga (SPH) terhadap beberapa komoditas

Meski terjadi sedikit penurunan pada infasi administered price namun tekanan

inflasi pada kelompok administred price masih cukup tinggi. Inflasi harga yang diatur oleh

pemerintah (administered price inflation) mengalami sedikit penurunan dari 7,74% (y.o,y) pada

triwulan III-2013 menjadi 7,72% (yoy) pada triwulan IV-2013. Tekanan inflasi kelompok

administered price berasal dari kelompok komoditas transport seperti harga bensin, harga solar,

angkutan dalam kota, angkutan luar kota, angkutan udara, harga mobil, serta tarif listrik. Inflasi

untuk harga bensin dan solar tersebut disebabkan oleh penyesuaian harga bahan bakar minyak

(BBM) bersubsidi yang diumumkan pemerintah pada tanggal 21 Juni 2013 yang lalu, kebijakan

ini mengoreksi harga bensin premium dari semula Rp 4.500,- menjadi Rp 6.500,- dan bensin

solar yang semula Rp 4.500,- menjadi Rp 5.500,-. Walaupun penerapan harga baru untuk BBM

Page 45: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 35

bersubsidi tersebut diterapkan pada akhir triwulan II-2013, namun dampak langsung penerapan

kebijakan ini baru terasa pada awal triwulan III-2013. Efek yang timbul akibat dari penerapan

harga baru tersebut adalah meningkatnya tarif angkutan dalam kota sepert ibecak motor dan

angkutan luar kota.

Tabel 2.2. Survei Pemantauan Harga (SPH)

2.3 INFLASI DI KAWASAN SULAWESI, MALUKU DAN PAPUA (SULAMPUA)

Gorontalo menjadi Provinsi yang memiliki tingkat inflasi paling rendah

dibandingkan dengan provinsi lain di kawasan Sulampua. Pada akhir triwulan IV-2013,

secara umum inflasi bulanan provinsi-provinsi di Sulampua mengalami inflasi yang cukup tinggi.

Gorontalo sendiri tercatat mengalami inflasi bulanan sebesar 1,54% (mtm) sehingga tingkat

inflasi tahunannya menjadi sebesar 5,84% (yoy). Sedangkan provinsi yang memiliki tingkat

inflasi tertinggi di wilayah Sulampua adalah Provinsi Maluku Utara, dimana inflasi tahunan

provinsi tersebut adalah sebesar 9,78% (yoy).

Page 46: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

36 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Tabel 2.3. Inflasi Provinsi Kawasan Sulampua

Tabel 2.4. Inflasi Kota-kota di Sulampua Gambar 2.1. Peta Inflasi Sulawesi

Sumber : BPS Gorontalo

(diolah)

Sumber : BPS Gorontalo

(diolah)

Page 47: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 37

Gambar 2.2. Peta Inflasi Bulan Desember 2013 di Indonesia

Secara bulanan, tekanan inflasi Gorontalo dan Nasional mengalami peningkatan pada

Triwulan I-2013 yang diakibatkan oleh meningkatnya harga bumbu-bumbuan seperti bawang

merah dan bawang putih sebagai dampak penerapan kebijakan pembatasan impor komoditas

hortikultura di tingkat nasional. Meski peningkatan inflasi ini mulai mereda di triwulan II-2013,

namun terjadi peningkatan tekanan inflasi kembali di awal triwulan III-2013 sebagai akibat

diberlakukannya penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi oleh Pemerintah

pada akhir Juni 2013 dan adanya hari raya Idul Fitri di bulan Agustus 2013. Peningkatan

ekspektasi inflasi ini dirasakan pada bulan Juli dan Agustus 2013 dan mulai mereda di bulan

September-Oktober 2013. Namun, menjelang akhir tahun tingkat inflasi secara umum kembali

mengalami peningkatan akibat faktor seasonal effect seperti perayaan Hari Raya Natal dan

Tahun Baru.

Capaian inflasi IHK nasional tahun 2013 sebesar 8,38% (yoy) berada di atas targetnya

(4,5%±1%), namun tetap terkendali di single digit. Di awal tahun 2014, tekanan inflasi

nasional diperkirakan akan mereda, walau resiko masih cukup besar.

2.4 EKSPEKTASI INFLASI

Konsumen Gorontalo masih optimis. Berdasarkan Survey Konsumen (SK) yang

dilakukan oleh Bank Indonesia dapat diketahui bahwa Indeks Keyakinan konsumen (IKK)

Gorontalo masih berada pada level optimis (nilai indeks diatas 100). Secara umum, tingginya

optimisme terutama didorong oleh masih tingginya optimisme konsumen atas prospek

perekonomian ke depan.

Page 48: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI

38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Grafik 2.5 Grafik IKK, IEK, Ekspektasi Harga, Kurs USD-Rp dan BI Rate

Sektor eksternal turut berkontribusi dalam mendorong tekanan inflasi. Kondisi

nilai tukar Rupiah terhadap dollar Amerika pada akhir triwulan IV-2013 berada pada kisaran

Rp.12.189,- atau mengalami pelemahan sebesar 26,04% dibandingkan periode yang sama

pada tahun 2012 dimana nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika berada di kisaran

Rp.9.670,-. Sedangkan BI Rate juga tercatat mengalami kenaikan 175 basis poin (bps) dari

sebelumnya 5,75% di akhir triwulan IV 2012 menjadi 7,50% di akhir Triwulan IV-2013.

Kenaikan suku bunga tersebut merupakan salah satu langkah lanjutan dari penguatan bauran

kebijakan Bank Indonesia yang difokuskan untuk pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar

Rupiah.

Page 49: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 39

BAB 3 : PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

Pada triwulan IV-2013 aktivitas perbankan Gorontalo (Bank Umum dan BPR) masih

ekspansif, antara lain tercermin dari angka Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan Gorontalo

pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 212,00% (BU) dan 148,08% (BPR). Penyaluran

kredit perbankan tumbuh masing-masing sebesar 22,43% (BU) dan 8,33% (BPR). Sementara

penghimpunan dana (DPK) relatif melambat yaitu tercatat hanya tumbuh (y.o.y) sebesar 5,07%

(BU) dan -6,10% (BPR) lebih rendah dari triwulan III-2013 yang tercatat tumbuh (y.o.y) sebesar

12,13% (BU) dan -6,69% (BPR).

Adapun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) bank umum masih

relatif terjaga pada angka yang wajar yaitu sebesar 2,82% (BU). Namun NPLs BPR masih perlu

upaya optimal karena hingga triwulan IV-2013 masih tercatat cukup tinggi yaitu sebesar

11,78%.

3.1 FUNGSI INTERMEDIASI

Fungsi intermediasi yang dilakukan oleh industri perbankan di Provinsi Gorontalo

berjalan dengan baik seperti tercermin dari indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan

Gorontalo yang ekspansif dimana pada triwulan IV-2013 tercatat total sebesar 211,63%

dengan rincian bank umum sebesar 212,00% dan BPR sebesar 148,08%. Angka LDR tersebut

meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 191,28%. Untuk perbankan

syariah, pada triwulan laporan tercatat LDR sebesar 119,92% mengalami peningkatan

dibanding triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 107,40%.

Penyumbang tingginya angka LDR tersebut adalah meningkatnya permintaan kredit

yang tercatat tumbuh sebesar 22,43% (bank umum) dan 7,36% (BPR), dengan penyumbang

utama kredit konsumsi yang tercatat tumbuh sebesar 31,86% (bank umum) dan 2,74% (BPR).

Sementara dana yang dihimpun pada triwulan laporan hanya tercatat tumbuh sebesar 5,07%

(bank umum) dan 1,93% (BPR).

Angka LDR yang tinggi tersebut mencerminkan bahwa kecenderungan masyarakat

untuk menyimpan dananya di bank masih relatif rendah, dan untuk itu perlu berbagai upaya

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau menyimpan dananya pada perbankan

yang ada di Gorontalo, salah satunya adalah menggalakkan kembali program gerakan

TabunganKu.

3.1.1 PERKEMBANGAN KANTOR BANK

Jumlah bank di Provinsi Gorontalo hingga triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 20 bank,

dengan rincian sebagai berikut : bank umum konvensional sebanyak 13 bank, bank umum

Page 50: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

40 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

syariah sebanyak 3 bank dan BPR sebanyak 4 bank. Sementara itu, jaringan kantor bank umum

di Provinsi Gorontalo hingga triwulan laporan terdiri dari 19 kantor cabang, 39 kantor cabang

pembantu, 2 kantor fungsional, 9 kantor kas serta 27 kantor unit. Sedangkan jaringan kantor

BPR terdiri dari 4 kantor pusat, 3 kantor cabang dan 1 kantor kas. Untuk perbankan syariah,

saat ini jaringan kantor terdiri dari 2 kantor cabang, 9 kantor cabang pembantu, dan 1 kantor

kas.

3.1.2 PENYERAPAN DANA MASYARAKAT

Jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berhasil diserap oleh perbankan Gorontalo pada

triwulan IV-2013 tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan. Pada bank umum, jumlah

DPK yang dihimpun mencapai Rp.3,19 triliun atau tumbuh sebesar 5,07% (y.o.y) lebih rendah

dibanding triwulan III-2013 yang tercatat Rp.3,44 triliun atau tumbuh 12,13%. Perlambatan

pertumbuhan DPK tersebut antara lain bersumber dari giro dimana pada triwulan laporan

tercatat sebesar Rp.322,81 miliar atau mengalami penurunan dibanding triwulan III-2013 yang

tercatat Rp516,65 miliar. Penurunan DPK tersebut disebabkan oleh penurunan saldo rekening,

sementara jumlah rekening triwulan IV-2013 mengalami peningkatan 39,19% menjadi

sebanyak 588.966 rekening.

Untuk perbankan syariah, DPK yang berhasil dihimpun hingga triwulan IV-2013 tumbuh

sebesar 27,79%, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar

35,62%. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh giro pada triwulan laporan yang mengalami

pertumbuhan negatif yaitu sebesar -38,86% (y.o.y).

Jika dilihat dari komponen DPK, pangsa terbesar DPK masih didominasi oleh tabungan

yaitu sebesar Rp2,12 triliun atau 66,31% dari total DPK, meningkat dibanding triwulan III-2013

yang tercatat Rp1,91 triliun atau 55,65% dari total DPK. Hal yang sama terlihat pada bank

syariah, dimana share tabungan memiliki pangsa terbesar yaitu 56,97%, sementara giro dan

deposito masing-masing hanya mengambil pangsa sebesar 3,72% dan 39,31% dari total DPK.

Share dan pertumbuhan masing-masing komponen DPK pada bank umum dapat dilihat pada

Grafik 3.1 dan Grafik 3.2 berikut ini.

Page 51: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 41

Grafik 3.1 Grafik 3.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Tabel 3.1

Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum

Penghimpunan DPK pada BPR pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 18,55 miliar atau

tumbuh negatif sebesar -6,10% (yoy) dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat sebesar

Rp.19,75 miliar. Hal tersebut disebabkan oleh penurunan yang cukup signifikan pada jumlah

tabungan pada BPR dimana pada triwulan laporan tercatat Rp.7,26 miliar atau turun sebesar -

16,42% dibanding triwulan IV-2012 yang tercatat Rp8,69 miliar. Secara rinci dapat dilihat pada

tabel 3.2. berikut ini.

Tabel 3.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga BPR

-20.00%

-10.00%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

2011 2012 2013

Giro Deposito Tabungan

Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013

(Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y)

Dana Pihak Ketiga 3,040.78 3,436.54 3,194.92 5.07%

Giro 331.22 577.64 322.81 -2.54%

Deposito 725.33 946.46 753.46 3.88%

Tabungan 1,984.23 1,912.44 2,118.65 6.77%

Indikator

Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013

(Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y)

Dana Pihak Ketiga 19.75 18.49 18.55 -6.10%

Deposito 11.07 11.37 11.29 2.00%

Tabungan 8.69 7.12 7.26 -16.42%

Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, diolah

Indikator

10.10%

23.58%

66.31%

Giro

Deposito

Tabungan

Page 52: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

42 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

3.1.3 PENYALURAN KREDIT

Pada triwulan IV-2013 perbankan Gorontalo telah menyalurkan kredit/pembiayaan

kepada 94.642 debitur dengan baki debit mencapai Rp.6,77 triliun atau tumbuh sebesar

22,43% (y.o.y). Namun demikian pertumbuhannya relatif lebih rendah dibandingkan triwulan

III-2013 yang tumbuh 25,45%. Hal itu antara lain dipengaruhi oleh kredit investasi yang

tercatat sebesar Rp546,95 miliar atau tumbuh negatif sebesar -3,14% dibanding triwulan IV-

2012. Adapun kredit modal kerja dan kredit konsumsi pada bank umum hingga triwulan IV-

2013 tercatat masing-masing sebesar Rp.1,94 triliun dan Rp.4,28 triliun.

Untuk perbankan syariah, penyaluran pembiayaan pada triwulan IV-2013 tercatat

tumbuh sebesar 21,75% lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar

20,83%. Hal tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan pembiayaan konsumsi yang

tercatat tumbuh sebesar 19,84%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar -17,56%.

Sementara pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja pada triwulan IV-2013 masing-

masing tumbuh sebesar 37,25% dan 1,19%.

Berdasarkan jenis penggunaan, komposisi kredit pada bank umum didominasi oleh

kredit konsumsi dengan pangsa 63,25% dari total kredit. Sedangkan kredit modal kerja dan

kredit investasi masing-masing mengambil pangsa 28,68% dan 8,08%. Sementara untuk

perbankan syariah, pangsa terbesar pembiayaan adalah untuk investasi dan modal kerja yaitu

50,07% dan 25,94%, sedangkan pembiayaan konsumsi sebesar 23,99% dari total pembiayaan

yang disalurkan oleh perbankan syariah di Gorontalo.

Secara rinci pangsa dan pertumbuhan masing-masing jenis kredit terhadap total kredit

bank umum di Gorontalo, dapat dilihat pada Grafik 3.3 dan Grafik 3.4 berikut ini.

Grafik 3.3 Grafik 3.4 Pertumbuhan Kredit Penggunaan Komposisi Kredit Penggunaan

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

-50.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

250.00%

JAN

MAR MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MAR MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MAR MEI

JULI

SEP

NO

V

2011 2012 2013

Investasi Modal Kerja Konsumsi 8.08%

28.68%

63.25%

Investasi

Modal Kerja

Konsumsi

Page 53: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 43

Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum

Penyaluran kredit BPR hingga triwulan IV-2013 telah mencapai Rp.27,47 miliar atau

menurun dibanding posisi triwulan III-2013 yang tercatat sebesar Rp28,15 miliar. Penurunan

penyaluran kredit BPR terutama disebabkan oleh penurunan kredit konsumsi dari Rp13,20

miliar pada triwulan III-2013 menjadi Rp12,33 miliar pada triwulan IV-2013. Hal yang sama juga

terjadi pada jenis kredit modal kerja yang mengalami penurunan dari Rp13,24 miliar menjadi

Rp13,18 miliar. Penyaluran kredit BPR yang mengalami peningkatan hanya terjadi pada kredit

investasi yaitu dari Rp1,71 miliar menjadi Rp1,96 miliar, namun pangsanya relatif kecil yaitu

7,14% dari total kredit BPR.

Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat

Secara sektoral, penyaluran kredit produktif bank umum masih didominasi oleh sektor

perdagangan besar dan eceran dengan baki kredit sebesar Rp.1,80 triliun atau memiliki pangsa

26,63% dari total kredit. Kredit pada sektor tersebut tumbuh sebesar 17,13% (y.o.y) yang

dipengaruhi oleh meningkatnya kebutuhan modal usaha untuk memenuhi permintaan pada

saat lebaran dan akhir tahun (natal dan tahun baru). Adapun kredit sektor pertanian tercatat

sebesar Rp81,24 miliar (share 1,20%) mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi sebesar

33,28% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor musiman dimana pada triwulan IV

(Oktober-Desember) merupakan musim tanam sehingga para petani khususnya petani padi

memerlukan tambahan modal usaha untuk membiayai pengolahan lahan, bibit, dan obat-

obatan yang diperlukan di masa tanam dan pemeliharaan.

Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013

(Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y)

Kredit Penggunaan 5,532.35 6,580.69 6,773.12 22.43%

Investasi 564.68 526.66 546.95 -3.14%

Modal Kerja 1,718.86 1,922.77 1,942.31 13.00%

Konsumsi 3,248.81 4,131.26 4,283.85 31.86%

Indikator

Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Tw. IV-2012 Tw. III-2013 Tw. IV-2013 Growth Tw. IV-2013

(Rp. miliar) (Rp. miliar) (Rp. miliar) (y.o.y)

Kredit Penggunaan 25.36 28.15 27.47 8.33%

Investasi 0.37 1.71 1.96 435.47%

Modal Kerja 12.95 13.24 13.18 1.73%

Konsumsi 12.04 13.20 12.33 2.43%

Sumber Data : Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat, diolah

Indikator

Page 54: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

44 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Grafik 3.5

Pertumbuhan Kredit Sektoral Bank Umum

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Seperti halnya bank umum, sektor utama penyaluran kredit pada BPR adalah sektor

perdagangan besar dan eceran dimana pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp.10,09 miliar

atau 36,73% dari total kredit BPR. Kredit sektor perdagangan tersebut tumbuh sebesar 8,42%

(y.o.y) lebih tinggi dibanding triwulan III-2013 yang tercatat 5,49%. Hal tersebut dipengaruhi

oleh naiknya kebutuhan debitur untuk membiayai kegiatan usaha karena meningkatnya

permintaan barang pada akhir tahun.

Berdasarkan kategori debitur, jumlah rekening/nasabah kredit Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM) pada bank umum hingga triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 40.911

rekening dengan baki debit sebesar Rp.2,17 triliun atau tumbuh sebesar 8,58% (y.o.y), lebih

tinggi dibanding triwulan III-2013 yang tumbuh 7,10% dengan jumlah kredit Rp2,13 triliun.

Kredit UMKM terbesar adalah untuk kategori debitur usaha kecil dengan kredit sebesar

Rp954,08 miliar (44,05%), sedangkan kredit usaha mikro dan usaha menengah masing-masing

sebesar Rp486,89 miliar dan Rp724,91 miliar. Untuk perbankan syariah, seluruh kredit UMKM

disalurkan untuk kategori debitur usaha kecil.

Pangsa kredit UMKM terhadap total kredit pada bank umum di Gorontalo pada triwulan

IV-2013 adalah sebesar 31,98%, mengalami penurunan dibanding triwulan III-2013 yang

tercatat sebesar 32,44% dari total kredit. Penurunan pangsa kredit UMKM tersebut karena

adanya peningkatan cukup signifikan pada porsi kredit non UMKM, khususnya kredit konsumsi,

dimana pada triwulan laporan tercatat 63,25%. Untuk perbankan syariah, share pembiayaan

bagi UMKM yang disalurkan hingga triwulan IV-2013 adalah sebesar 56,33%. Grafik 3.6

menunjukkan pertumbuhan kredit UMKM di Gorontalo.

-150.00%

-100.00%

-50.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

2011 2012 2013

PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN

INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI

PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

Page 55: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 45

Grafik 3.6

Pertumbuhan Kredit UMKM

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Data Kredit Usaha Rakyat (KUR) dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Republik Indonesia menunjukkan bahwa outstanding KUR di Provinsi Gorontalo hingga posisi

triwulan IV-2013 tercatat sebesar Rp.199,06 miliar atau tumbuh sebesar 28,99% (y.o.y),

meningkat dibandingkan outstanding KUR triwulan III-2013 sebesar Rp.179,37 Miliar.

Sementara itu, jumlah debitur yang memperoleh KUR sejak awal penyalurannya di Gorontalo

telah mencapai 62.501 debitur dengan nilai nominal (kumulatif) penyaluran mencapai

Rp.698,56 miliar. Adapun bank penyalur KUR di Provinsi Gorontalo pada saat ini adalah Bank

Rakyat Indonesia, Bank Mandiri, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia, Bank Sulut

dan Bank Syariah Mandiri. Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Gorontalo ditunjukkan

dalam Grafik 3.7.

-100.00%

-50.00%

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

250.00%

300.00%

350.00%

400.00%

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

2011 2012 2013

Mikro Kecil Menengah

Page 56: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

46 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR)

Sumber : Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia

3.2 STABILITAS SISTEM PERBANKAN

Stabilitas sistem perbankan tercermin dari indikator yang menggambarkan risiko kredit

antara lain rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loans (NPLs) pada bank umum dan

risiko likuiditas yang dicerminkan oleh jangka waktu Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan dan

angka rasio kredit/pembiayaan terhadap dana pihak ketiga (LDR). Rasio NPLs bank umum pada

triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,82%, sementara LDR tercatat sebesar 212,00%.

3.2.1 RISIKO KREDIT

Risiko kredit perbankan sebagaimana tercermin dari rasio kredit bermasalah atau Non

Performing Loans (NPLs) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,82% atau membaik

dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 3,36%. Hal tersebut seiring dengan

membaiknya kualitas kredit modal kerja pada triwulan IV-2013 sebesar 6,27% dari 7,50%

pada triwulan sebelumnya. Adapun untuk perbankan syariah, rasio pembiayaan bermasalah

atau Non Performing Financings (NPFs) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 2,44%,

meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,30%. Peningkatan NPFs bank syariah

terutama bersumber dari meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah pada jenis pembiayaan

modal kerja dari 1,57% pada triwulan III-2013 menjadi 4,17% pada triwulan IV-2013.

Secara sektoral, secara umum rasio kredit bermasalah mengalami penurunan atau

membaik. Pada triwulan IV-2013 rasio kredit bermasalah terbesar masih berada pada sektor

konstruksi yaitu sebesar 18,86%, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar

21,33%. Sementara kredit bermasalah pada sektor pertanian yang pada triwulan sebelumnya

-100.00%

0.00%

100.00%

200.00%

300.00%

400.00%

500.00%

600.00%

700.00%

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

2011 2012 2013

Page 57: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 47

0.00% 5.00% 10.00% 15.00% 20.00%

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

2. PERIKANAN

3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

4. INDUSTRI PENGOLAHAN

5. LISTRIK, GAS DAN AIR

6. KONSTRUKSI

7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

10. PERANTARA KEUANGAN

11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN

12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

13. JASA PENDIDIKAN

14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA

17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA

18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA

19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

8.04%

2.49%

0.30%

2.17%

2.10%

18.86%

6.56%

2.95%

2.88%

0.00%

8.12%

0.00%

0.00%

2.51%

1.65%

1.57%

-

0.00%

0.69%

tinggi yaitu sebesar 26,59%, pada triwulan IV-2013 mengalami penurunan signifikan menjadi

sebesar 8,04%. Perbaikan NPLs tersebut menunjukkan membaiknya kinerja perbankan di

Gorontalo. Grafik 3.8 dan Grafik 3.9 menunjukkan perkembangan NPLs bank umum dan NPLs

bank umum secara sektoral.

Grafik 3.8 Grafik 3.9

Perkembangan NPLs Bank Umum NPLs Bank Umum Per Sektor

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Sementara itu, rasio kredit bermasalah (NPLs) untuk BPR pada triwulan IV-2013 tercatat

masih tinggi yaitu sebesar 11,78% atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat sebesar 11,04%. Penyumbang terbesar kredit bermasalah pada BPR adalah kredit

modal kerja yaitu sebesar 15,09% dari total kredit modal kerja yang disalurkan oleh BPR di

Gorontalo.

Grafik 3.10

NPL Kredit Sektoral BPR

Sumber : Laporan Bulanan BPR, diolah

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

4.00%

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

JAN

MA

R

MEI

JULI

SEP

NO

V

2011 2012 2013

0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00%

1. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN

2. PERIKANAN

3. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN

4. INDUSTRI PENGOLAHAN

5. LISTRIK, GAS DAN AIR

6. KONSTRUKSI

7. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN

8. PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM

9. TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI

10. PERANTARA KEUANGAN

11. REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN

12. ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB

13. JASA PENDIDIKAN

14. JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL

15. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA

16. JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA

17. BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA

18. KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA

19. PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA

4.29%

11.16%

0.00%

13.18%

0.00%

0.00%

16.12%

0.56%

2.59%

8.10%

100.00%

0.95%

0.00%

0.00%

23.96%

6.03%

32.44%

0.76%

8.88%

Page 58: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

48 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

3.2.2 RISIKO LIKUIDITAS

Risiko likuiditas yang diindikasikan dari jangka waktu komposisi Dana Pihak Ketiga (DPK)

dan Loan to Deposit Ratio (LDR) menunjukkan tendensi peningkatan sebagaimana tercermin

dari meningkatnya pangsa komposisi dana jangka pendek perbankan (tabungan) dan

meningkatnya indikator Loan to Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan data komposisi DPK, terlihat

bahwa komposisi dana jangka pendek (tabungan) mengambil pangsa terbesar dibandingkan

dana jangka menengah-panjang (giro-deposito). Pada triwulan IV-2013, pangsa tabungan

terhadap DPK tercatat sebesar 66,31%, meningkat dibandingkan triwulan III-2013 yang

tercatat sebesar 55,65%. Sementara itu, dana jangka menengah-panjang (giro dan deposito)

tercatat hanya memiliki pangsa masing-masing sebesar 10,10% dan 23,58%, mengalami

penurunan dibanding triwulan sebelumnya yaitu masing-masing 16,81% dan 27,54%.

Peningkatan proporsi dana jangka pendek serta penurunan share dana jangka menengah

panjang, di satu pihak memberikan dampak pada menurun/rendahnya biaya dana bank, namun

di lain pihak dapat mempengaruhi kemampuan bank dalam membiayai kredit berjangka waktu

lebih panjang khususnya investasi. Grafik 3.11 menunjukkan perkembangan portofolio DPK

bank umum.

Grafik 3.11

Perkembangan Portofolio DPK

Sumber : Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

Rasio kredit/pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan atau lebih

dikenal dengan LDR merupakan indikator risiko likuiditas yang masih perlu mendapat perhatian

oleh perbankan di Gorontalo, karena data menunjukkan bahwa perbankan di Gorontalo sangat

ekspansif. Pada triwulan IV-2013, LDR bank umum tercatat sebesar 212,00% atau meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 191,49%. Adapun perbankan syariah, rasio

pembiayaan terhadap dana (FDR) pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 119,92% atau

mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 107,40%. Sedangkan untuk

- 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000

JAN

APR

JULI

OKT

JAN

APR

JULI

OKT

JAN

APR

JULI

OKT

20

11

20

12

20

13

Tabungan Deposito Giro

Sumber: Bank Indonesia

Page 59: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 49

BPR, LDR pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 148,08% atau mengalami penurunan

dibanding triwulan sebelumnya sebesar 152,26%, yang disebabkan oleh penurunan jumlah

kredit terutama jenis kredit konsumsi dari Rp13,19 miliar menjadi Rp12,33 miliar.

Tingginya rasio LDR perbankan di Provinsi Gorontalo tentu meningkatkan potensi risiko

likuiditas yang dihadapi perbankan, khususnya untuk membiayai kredit berjangka waktu cukup

panjang seperti kredit investasi. Untuk mengimbangi ekspansi kreditnya yang begitu progresif,

perbankan tentu harus mendapatkan dana dari luar wilayah Gorontalo baik itu antar kantor

maupun antar bank. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian lebih, sebab untuk menjaga

keseimbangan operasional, perbankan tidak hanya dituntut untuk menyalurkan pembiayaan,

namun juga harus mempertimbangkan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) agar rasio LDR

tetap terjaga pada level yang aman bagi operasional perbankan. Kegiatan-kegiatan untuk

mendorong peningkatan penghimpunan dana dari masyarakat, salah satunya menggalakkan

kembali program Gerakan Indonesia Menabung yang telah dicanangkan pada tahun lalu.

Grafik 3.12 berikut menunjukkan perkembangan LDR perbankan Gorontalo.

Grafik 3.12 Perkembangan LDR Perbankan Gorontalo (dalam %)

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum, diolah

0.00%

50.00%

100.00%

150.00%

200.00%

250.00%

JAN

AP

R

JULI

OK

T

JAN

AP

R

JULI

OK

T

JAN

AP

R

JULI

OK

T

2011 2012 2013

LDR Linear (LDR)

Page 60: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

50 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 61: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 51

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

Secara umum, kinerja pengelolaan keuangan Provinsi Gorontalo yang tercermin dari

besarnya anggaran dan realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah menunjukkan peningkatan di

tahun 2013. Di sisi penerimaan, anggaran pendapatan daerah setelah perubahan pada tahun

2013 adalah sebesar Rp1,04 triiun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang

dianggarkan sebesar Rp919,65 miliar. Realisasi pendapatan daerah tercatat relatif baik yaitu

senilai Rp1,05 triliun atau mencapai 101,01% dari anggaran. Hal ini didorong oleh

meningkatnya penerimaan Pajak Daerah dan Dana Alokasi Umum.

Sementara itu di sisi pengeluaran, anggaran belanja daerah setelah perubahan Provinsi

Gorontalo pada tahun 2013 dialokasikan sebesar Rp1,13 triliun. Anggaran tersebut lebih besar

16,34% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya dialokasikan sebesar Rp972,91 miliar.

Realisasi anggaran belanja tahun 2013 sendiri tercatat senilai Rp1,05 tirliun atau mencapai

92,87% dari anggaran.

4.1 ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Provinsi Gorontalo tidak terlepas dari adanya

alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang terus mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun 2013 tercatat sebesar

Rp1,04 triliun atau meningkat 13,17% dibandingkan anggaran pendapatan daerah setelah

perubahan tahun 2012 yang sebesar Rp919,65 miliar. Jumlah anggaran belanja setelah

perubahan juga meningkat sebesar 16,34% dari Rp972,91 miliar pada tahun 2012 menjadi

Rp1,13 triliun pada tahun 2013.

Grafik 4.1. Perkembangan APBD Provinsi Gorontalo

0.00

200,000.00

400,000.00

600,000.00

800,000.00

1,000,000.00

1,200,000.00

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Pendapatan Daerah

Belanja Daerah

Sumber : Badan Keuangan Daerah Provinsi Gorontalo

Page 62: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

52 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Peningkatan tertinggi pada anggaran pendapatan daerah setelah perubahan tahun

2013 dialami oleh penerimaan Retribusi Daerah sebesar 12,05% (y.o.y) dan Dana Alokasi

Khusus sebesar 79,16% (y.o.y). Sementara itu, Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak

dianggarkan lebih kecil dengan presentase penurunan sebesar 4,21% (y.o.y). Struktur anggaran

pendapatan daerah Provinsi Gorontalo selalu didominasi oleh Dana Alokasi Umum yang

dianggarkan hingga 62,67% dari total anggaran pendapatan.

Di sisi lain, peningkatan pada anggaran belanja daerah setelah perubahan secara

signifikan dialami oleh Belanja Bantuan Sosial sebesar 66,67% (y.o.y). Hal tersebut dipengaruhi

oleh perhatian Pemerintah Provinsi Gorontalo terhadap kesejahteraan masyarakat terkait

dampak kenaikan BBM dan TDL pada tahun 2013. Jika dilihat dari strukturnya, alokasi terhadap

Belanja Barang dan Jasa mendapat proporsi terbesar yaitu 30,84% diikuti oleh Belanja Pegawai

yaitu 20,80%. Hal tersebut mengindikasikan kegiatan tingkat konsumsi pemerintah yang masih

tinggi dalam penyerapan belanja daerah.

Grafik 4.2. Pangsa APBD Perubahan Provinsi Gorontalo 2013

4.2 REALISASI PENDAPATAN DAERAH

Realisasi pendapatan secara triwulanan menunjukkan pola yang serupa dengan tahun

sebelumnya. Pola realisasi pendapatan, baik dalam bentuk Dana Perimbangan maupun

Pendapatan Asli Daerah (PAD) menunjukkan pola yang sama dengan tahun sebelumnya.

Realisasi pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Gorontalo hingga akhir triwulan IV-2013

mencapai Rp1,05 triliun atau 101,01% dari pendapatan yang ditargetkan pada APBD

Perubahan 2013. Realisasi ini relatif stabil dibandingkan dengan pencapaian tahun 2012 yaitu

101,36% dari rencana anggaran sebesar Rp932,18 milyar.

Tingkat kemandirian fiskal daerah secara umum masih belum cukup baik, tercermin dari

realisasi Pendapatan Asli Daerah yang relatif kecil yaitu 20,29% dari total pendapatan daerah.

Pajak daerah, 17.66%

PAD Lainnya, 1.13%

Dana Perimbangan Lainnya,

6.92% Dana

Alokasi Umum, 62.67%

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 11.63%

Belanja Pegawai, 20.80%

Belanja Tidak Langsung Lainnya, 10.45%

Belanja Hibah, 16.23%

Belanja Langsung Lainnya, 3.40%

Belanja Barang dan

Jasa, 30.84%

Belanja Modal, 18.27%

Page 63: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 53

Hal ini menunjukkan bahwa sumber pendapatan daerah sangat tergantung dengan bantuan

dana dari pemerintah pusat yang terkumpul dalam komponen Dana Perimbangan mencapai

68,69% dari total realisasi pendapatan.

Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) didominasi oleh komponen Pajak Daerah yang

tercatat sebesar Rp200,58 miliar atau 109,14% dari target 2013. Sementara itu, realisasi Dana

Perimbangan masih ditopang oleh komponen Dana Alokasi Umum dengan nominal mencapai

Rp652,28 miliar atau 100% dari anggaran pendapatan perubahan. Pangsa dari Dana Alokasi

Umum juga merupakan yang terbesar yaitu mencapai 62,05% dari total realisasi pendapatan

daerah tahun 2013.

Tabel 4.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013

Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo

Tabel 4.2 Pangsa Pendapatan Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 (persen)

Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo

Nominal % Nominal %

Pendapatan Asli Daerah 161,639,396,184 179,100,125,263 110.80 195,534,471,014 213,321,705,226 109.10

Pajak daerah 150,012,733,985 168,068,663,005 112.04 183,779,995,351 200,576,715,357 109.14

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - - - -

Retribusi Daerah 100,000,000 88,420,000 88.42 225,000,000 227,671,007 101.19

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 11,526,662,199 10,943,042,258 94.94 11,529,475,663 12,517,318,862 108.57

Dana Perimbangan 636,378,685,314 636,955,516,188 100.09 724,255,635,359 722,098,488,898 99.70

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 30,230,153,314 30,806,884,188 101.91 28,957,844,359 26,800,697,898 92.55

Dana Alokasi Umum 582,140,302,000 582,140,302,000 100.00 652,284,261,000 652,284,261,000 100.00

Dana Alokasi Khusus 24,008,230,000 24,008,330,000 100.00 43,013,530,000 43,013,530,000 100.00

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 121,630,890,000 116,123,470,000 95.47 121,007,990,000 115,842,912,317 95.73

Jumlah Pendapatan 919,648,971,498 932,179,111,451 101.36 1,040,798,096,373 1,051,263,106,441 101.01

APBDP 2013 APBDP 2012 Realisasi

2012

Pendapatan Daerah

2013

Realisasi

Pendapatan Asli Daerah 19.21 20.29

Pajak daerah 18.03 19.08

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - -

Retribusi Daerah 0.01 0.02

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 1.17 1.19

Dana Perimbangan 68.33 68.69

Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 3.30 2.55

Dana Alokasi Umum 62.45 62.05

Dana Alokasi Khusus 2.58 4.09

Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah 12.46 11.02

Jumlah Pendapatan 100.00 100.00

2012 2013Pendapatan Daerah

Page 64: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

54 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

4.3 REALISASI BELANJA DAERAH

Pada tahun 2013, alokasi anggaran belanja daerah Provinsi Gorontalo adalah sebesar

Rp1,05 triliun, meningkat 18,91% (y.o.y) bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang

sebesar Rp883,97 miliar. Realisasi belanja daerah tahun 2013 juga lebih baik dibandingkan

tahun 2012, yaitu dari 90,86% menjadi 92,87% dari target belanja. Kondisi ini

mengindikasikan kinerja Pemerintah Provinsi Gorontalo yang lebih baik dalam pelaksanaan

program kerja anggaran di tahun 2013.

Belanja Langsung mengalami peningkatan tertinggi yaitu 30,13%, (y.o.y) dari Rp418,87

miliar di tahun 2012 menjadi Rp545,09 miliar di tahun 2013. Hal ini terkait dengan pembiayaan

berbagai proyek pemerintah dan menunjukkan perkembangan yang positif tercermin dari

tingkat penyerapannya yang mencapai 91,70%, meningkat dibandingkan dengan realisasi

tahun 2012 sebesar 88,80% dari target belanja. Bila dilihat lebih dalam, komponen Belanja

Modal mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 33,65% (y.o.y) dari Rp138,39 miliar

menjadi Rp184,96 miliar. Komponen Belanja Barang dan Jasa yang memiliki pangsa terbesar

yaitu 30,79% dari total realisasi belanja, juga mencatat pertumbuhan yang signifikan mencapai

30,70% (y.o.y) dari Rp247,66 miliar menjadi Rp323,68 miliar di tahun 2013.

Sementara itu, Belanja Tidak Langsung tercatat sebesar Rp506,07 miliar, meningkat

8,81% (y.o.y) bila dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar Rp465,10 miliar. Alokasi

tersebut mencapai 94,16% dari target belanja, lebih baik dibandingkan tahun 2012 yang

sebesar 92,79%. Komponen Belanja Bantuan Sosial mengalami pertumbuhan tertinggi hingga

1.316,56% (y.o.y) didorong oleh pemberian bantuan kepada masyarakat terkait kenaikan harga

BBM di pertengahan tahun 2013. Sementara itu, realisasi komponen Belanja Pegawai mencapai

Rp224,35 miliar atau 21,34% dari total realisasi belanja daerah, terjadi penurunan pangsa

dibanding tahun 2012 yaitu 23,65% dari total belanja.

Berdasarkan kondisi realisasi pendapatan yang lebih besar dibandingkan belanja

tersebut, maka Provinsi Gorontalo berada dalam kondisi surplus di tahun 2013 sebesar

Rp102,70 juta, lebih kecil dibandingkan tahun 2012 yang mencapai surplus hingga Rp48,21

miliar. Ruang fiskal (fiscal space) yang lebih kecil tersebut menunjukkan kemampuan

pemerintah daerah dalam mengalokasikan pendapatannya dengan lebih optimal seperti dalam

penyediaan infrastruktur dasar, sehingga dapat memberikan multipplier effect yang besar

terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Gorontalo.

Page 65: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 55

Tabel 4.3. Realisasi Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

Tabel 4.4. Pangsa Belanja Daerah Provinsi Gorontalo Tahun 2012 dan 2013 (persen)

Sumber : Badan Keuangan Prov. Gorontalo

4.4 KONTRIBUSI REALISASI APBD PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO TERHADAP

SEKTOR RIIL DAN UANG BEREDAR

Kinerja fiskal pada triwulan IV-2013 belum menunjukkan perubahan yang signifikan

dalam memberikan stimulan terhadap perkembangan sektor riil. Realisasi anggaran konsumsi

pemerintah memberikan pangsa 28,25%, sementara itu belanja modal memberikan pangsa

6,03%. Pangsa konsumsi pemerintah terhadap sektor riil mengalami peningkatan karena

didorong oleh pertumbuhan Belanja Barang dan Jasa.

Nominal % Nominal %

Belanja Tidak Langsung 501,216,517,206 465,099,947,678 92.79 537,473,997,962 506,068,260,680 94.16

Belanja Pegawai 226,769,991,136 209,099,424,239 92.21 235,393,466,242 224,349,199,908 95.31

Belanja Subsidi 3,500,000,000 1,506,660,000 43.05 - - -

Belanja Hibah 195,175,312,000 182,988,988,187 93.76 183,745,600,000 171,430,384,750 93.30

Belanja Bantuan Sosial 600,000,000 39,250,000 6.54 1,000,000,000 556,000,000 55.60

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 56,676,214,070 55,182,732,653 97.36 82,205,181,720 78,238,394,300 95.17

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 16,295,000,000 16,088,905,599 98.74 32,629,750,000 31,158,408,722 95.49

Belanja Tidak Terduga 2,200,000,000 193,987,000 8.82 2,500,000,000 335,873,000 13.43

Belanja Langsung 471,690,889,513 418,870,553,572 88.80 594,441,651,728 545,092,141,606 91.70

Belanja Pegawai 35,787,169,212 32,819,283,363 91.71 38,534,953,900 36,455,920,312 94.60

Belanja Barang dan Jasa 276,001,571,940 247,657,426,558 89.73 349,049,273,945 323,677,951,691 92.73

Belanja Modal 159,902,148,361 138,393,843,651 86.55 206,857,423,883 184,958,269,603 89.41

Jumlah Belanja 972,907,406,719 883,970,501,250 90.86 1,131,915,649,690 1,051,160,402,286 92.87

APBDP 2012 Realisasi

APBDP 2013

2013

Realisasi

2012

Belanja Daerah

Belanja Tidak Langsung 52.61 48.14

Belanja Pegawai 23.65 21.34

Belanja Subsidi 0.17 -

Belanja Hibah 20.70 16.31

Belanja Bantuan Sosial 0.00 0.05

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 6.24 7.44

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 1.82 2.96

Belanja Tidak Terduga 0.02 0.03

Belanja Langsung 47.39 51.86

Belanja Pegawai 3.71 3.47

Belanja Barang dan Jasa 28.02 30.79

Belanja Modal 15.66 17.60

Jumlah Belanja 100.00 100.00

2012 2013Belanja Daerah

Page 66: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 4 KEUANGAN DAERAH

56 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Sementara itu, pangsa Belanja Modal terhadap sektor riil mengalami peningkatan

dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari 5,18% menjadi 6,03% di tahun 2013. Kondisi ini

berimplikasi positif pada meningkatnya pertumbuhan komponen investasi PDRB Provinsi

Gorontalo.

Tabel 4.5. Stimulus Fiskal APBD terhadap Sektor Riil

Sumber : Badan Keuangan Daerah (BKD) Provinsi Gorontalo

Nominal %PDRB Nominal %PDRB

Konsumsi Pemerintah 813,005,258,358 745,576,657,599 27.90 925,058,225,807 866,202,132,683 28.25

Belanja Pegawai 262,557,160,348 241,918,707,602 9.05 273,928,420,142 260,805,120,220 8.51

Belanja Subsidi 3,500,000,000 1,506,660,000 0.06 - - -

Belanja Hibah 195,175,312,000 182,988,988,187 6.85 183,745,600,000 171,430,384,750 5.59

Belanja Bantuan Sosial 600,000,000 39,250,000 0.00 1,000,000,000 556,000,000 0.02

Belanja Bagi Hasil Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 56,676,214,070 55,182,732,653 2.07 82,205,181,720 78,238,394,300 2.55

Belanja Bantuan Keuangan Kpd Prov/Kab/Kota dan Pem. Desa 16,295,000,000 16,088,905,599 0.60 32,629,750,000 31,158,408,722 1.02

Belanja Tidak Terduga 2,200,000,000 193,987,000 0.01 2,500,000,000 335,873,000 0.01

Belanja Barang dan Jasa 276,001,571,940 247,657,426,558 9.27 349,049,273,945 323,677,951,691 10.56

Pembentukan Modal Tetap Bruto 159,902,148,361 138,393,843,651 5.18 206,857,423,883 184,958,269,603 6.03

APBDP 2013 Triwulan IV-2013

Belanja Daerah APBDP 2012 Triwulan IV-2012

Page 67: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 57

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Aliran uang kartal dari kas titipan Bank Indonesia di Bank Mandiri Gorontalo pada

triwulan IV-2013 menunjukkan net outflow sebesar Rp.25,45 miliar. Di sisi lain, pertumbuhan

rata-rata nilai kliring per hari mengalami penurunan pada triwulan IV-2013 sebesar 29,99%

(qtq) sedangkan nilai RTGS mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 yaitu rata-rata

sebesar 4,05% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu pada triwulan IV-2013

ditemukan sebanyak 5 lembar uang palsu di wilayah Provinsi Gorontalo.

5.1 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN TUNAI

5.1.1 ALIRAN UANG KARTAL (INFLOW/OUTFLOW)

Perkembangan transaksi pembayaran tunai dilihat dari aliran uang kartal pada posisi

triwulan IV-2013 mengalami net outflow sebesar Rp.25,45 miliar yang berarti jumlah uang yang

keluar dari khasanah kas titipan Bank Indonesia (Rp.813,56 miliar) lebih besar dibandingkan

uang yang masuk dalam khasanah kas titipan (Rp.788,11 miliar).

Grafik 5.1. Net Inflow-Outflow Kas Titipan di Gorontalo

Grafik 5.2. Perkembangan Net Flow Secara Bulanan

Sumber: Bank Indonesia

Page 68: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

58 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

5.1.2 PERKEMBANGAN UANG PALSU YANG DITEMUKAN

Pada triwulan IV-2013 ditemukan adanya temuan uang palsu sebanyak 4 lembar

pecahan Rp100.000,- dan 1 lembar pecahan Rp.50.000,-.Dengan demikian, sepanjang tahun

2013 telah diperoleh adanya laporan temuan uang palsu dari masyarakat Gorontalo sebanyak

152 lembar uang palsu. Rincian temuan uang palsu dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Perkembangan Uang Palsu di Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

5.2 PERKEMBANGAN TRANSAKSI PEMBAYARAN NON TUNAI

5.2.1 KLIRING NON BI DI GORONTALO

Jika dilihat dari jumlah warkat, perputaran warkat kliring non BI di Gorontalo pada

triwulan IV-2013 tercatat sebanyak 15.576 lembar atau turun sebesar 20,16% dibandingkan

triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 19.509 lembar. Sementara jumlah nominal kliring

juga menurun dimana tercatat sebesar Rp.393,04 miliar atau turun sebesar 29,99%

dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat Rp.561,42 miliar. Grafik 5.3 dan Grafik 5.4

menunjukkan perputaran kliring di Gorontalo dan rata-rata perputaran kliring per hari.

Page 69: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 59

Grafik 5.3. Perputaran Kliring di Gorontalo

Grafik 5.4. Rata-rata Perputaran Kliring per hari

Sumber: Bank Indonesia

Sementara itu, persentase rata-rata penolakan cek & bilyet giro kosong per hari pada

triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,70% meningkat dibanding triwulan III-2013 yang

tercatat sebesar 1,18%. Adapun dari sisi nominal, jumlah nominal warkat yang ditolak

selama triwulan IV-2013 tercatat sebesar 1,09% atau mengalami peningkatan dibanding

triwulan III-2013 yang tercatat sebesar 1,34%. Grafik 5.5 menunjukkan persentase rata-rata

penolakan cek & bilyet giro kosong per hari dari sisi jumlah lembaran dan nominalnya.

Page 70: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN

60 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Grafik 5.5. Rata-rata Penolakan Kliring per Hari

5.2.2 REAL TIME GROSS SETTLEMENT (RTGS)

Transaksi yang dilakukan melalui RTGS pada triwulan IV-2013 memiliki nilai rata-rata

sebesar Rp.1.010,61 miliar atau meningkat sebesar 4,05% dibandingkan triwulan sebelumnya

yang tercatat Rp.971,30 miliar. Sementara itu, bila dilihat dari volumenya, rata-rata transaksi

RTGS pada triwulan IV-2013 adalah sebanyak 1.911 transaksi, atau tumbuh 10,93%

dibandingkan triwulan III-2013 yang tercatat sebanyak 1.722 kali transaksi.

Tabel 5.2. Perkembangan Transaksi RTGS di Gorontalo

Sumber : Bank Indonesia

Page 71: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 61

BAB 6 : KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

Tingkat pengangguran terbuka Provinsi Gorontalo mengalami penurunan dari 4,36% di

bulan Agustus 2012 menjadi 4,12% pada Agustus 2013 dengan 36,66% dari total penduduk

yang bekerja diserap oleh sektor pertanian. Akan tetapi, jumlah penduduk miskin di Provinsi

Gorontalo menunjukkan peningkatan dari 17,22% pada September 2012 menjadi 18,01%

pada September 2013. Walaupun Rasio Gini di tahun 2013 relatif stabil dibandingkan tahun

sebelumnya yaitu sebesar 0,44%, namun masih lebih tinggi dibandingkan nilai nasional yang

sebesar 0,41%. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28

membaik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,82. Nilai Tukar Petani pada tahun

2013 tumbuh moderat sebesar 101,07 dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 101,34.

6.1. KETENAGAKERJAAN

Jumlah penduduk usia kerja (berusia 15 tahun ke atas) di Provinsi Gorontalo pada

bulan Agustus 2013 tercatat sebanyak 755.495 jiwa, lebih tinggi dibandingkan bulan

Agustus 2012 yang sebanyak 738.885 jiwa. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh

bertambahnya jumlah angkatan kerja dari 466.073 jiwa pada Agustus 2012 menjadi

468.380 jiwa pada Agustus 2013, serta naiknya jumlah bukan angkatan kerja dari 272.812

jiwa menjadi 287.115 jiwa. Perbaikan kondisi angkatan kerja terlihat dari bertambahnya

jumlah penduduk yang bekerja dari 445.729 jiwa menjadi 449.104 jiwa atau meningkat

0,76% (y.o.y). Sementara itu, jumlah penduduk yang tidak bekerja mengalami penurunan

dari 20.344 jiwa di bulan Agustus 2012 menjadi 19.276 jiwa di bulan Agustus 2013.

Pertumbuhan ekonomi yang terjadi di sepanjang tahun 2013 telah berpengaruh

positif terhadap penyerapan tenaga kerja di Provinsi Gorontalo. Hal ini dapat dilihat pada

menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka dari sebesar 4,36% pada bulan Agustus 2012

menjadi sebesar 4,12% pada bulan Agustus 2013. Hal ini mengindikasikan bahwa

pertumbuhan ekonomi yang terjadi cukup berkualitas.

Page 72: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

62 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Jika dilihat berdasarkan lapangan usaha penduduk yang bekerja, sektor pertanian

terlihat masih mendominasi sebagian besar penduduk Provinsi Gorontalo yaitu menyerap

164.637 tenaga kerja pada bulan Agustus 2013 atau sebesar 36,66% dari total penduduk yang

bekerja. Jumlah tersebut menurun 2,29% jika dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 yang

mampu menyerap 168.496 tenaga kerja. Sektor industri juga tercatat mengalami penurunan

dibandingkan tahun sebelumnya, dimana pada bulan Agustus 2013 tercatat menyerap 34.173

tenaga kerja turun 10,04% (y.o.y) dibandingkan Agustus 2012 yang menyerap 37.986 tenaga

kerja. Di sisi lain, sektor perdagangan mengalami pertumbuhan di tahun 2013 yaitu tercatat

menyerap 76.416 tenaga kerja atau tumbuh 13,81% (y.o.y) dibandingkan bulan Agustus 2012

yang menyerap 67.142 tenaga kerja.

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

Grafik 6.1. Perkembangan Ketenagakerjaan dan Angkatan Kerja Provinsi Gorontalo

Grafik 6.2. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sisi Sektoral Provinsi Gorontalo

Page 73: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 63

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

Dalam hal jenjang pendidikan, pada bulan Agustus 2013 jumlah tenaga kerja masih

didominasi oleh jenjang SD ke bawah terutama pada sektor pertanian yaitu sebanyak 274.202

jiwa atau 61,06% dari total penduduk yang bekerja. Jumlah tersebut lebih rendah

dibandingkan bulan Agustus 2012 yang menyerap 280.369 tenaga kerja berpendidikan SD ke

bawah atau turun 2,20% (y.o.y). Spesifikasi tenaga kerja untuk jenjang universitas masih relatif

rendah dimana hingga bulan Agustus 2013 hanya memiliki 43.228 tenaga kerja atau memiliki

pangsa 9,63% dari total penduduk bekerja. Jumlah tersebut meningkat 19,14% (y.o.y)

dibandingkan dengan bulan Agustus 2012 yang hanya menyerap 36.283 tenaga kerja

berjenjang universitas.

Sumber: Berita Resmi Statistik, BPS Provinsi Gorontalo

Grafik 6.4. Pangsa Tenaga Kerja di Provinsi Gorontalo Berdasarkan Lapangan Usaha

Grafik 6.3. Pangsa Ketenagakerjaan Provinsi Gorontalo

Grafik 6.5. Perkembangan Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Page 74: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

64 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

6.2. KEMISKINAN

Jumlah penduduk miskin di Provinsi Gorontalo hingga September 2013 tercatat

200.970 jiwa (18,01% dari jumlah penduduk), mengalami kenaikan dibandingkan posisi

September 2012 yang tercatat sebanyak 187.732 jiwa (17,22% dari jumlah penduduk). Pada

periode ini, jumlah penduduk miskin baik di kota maupun di desa mengalami kenaikan dimana

kenaikan jumlah penduduk miskin di perkotaan mencapai 5.002 jiwa (28,05%) sedangkan di

pedesaan mencapai 8.236 jiwa (4,85%). Penduduk miskin di Gorontalo sebagian besar masih

tinggal di pedesaan yaitu sebesar 88,64% sementara sisanya 11,36% dari total penduduk

miskin tinggal di wilayah perkotaan.

Sementara itu garis kemiskinan di Provinsi Gorontalo pada bulan September 2013

sebesar Rp233.492 per kapita per bulan atau mengalami kenaikan sebesar Rp21.466 perkapita

per bulan dibandingkan dengan bulan September 2012 yang tercatat sebesar Rp212.476

perkapita per bulan. Garis kemiskinan daerah perkotaan di bulan September 2013 tercatat

sebesar Rp237.600 per kapita per bulan lebih tinggi dibandingkan masyarakat pedesaan yang

sebesar Rp232.048 per kapita per bulan.

Pada bulan September 2013, garis kemiskinan makanan untuk wilayah perkotaan

tercatat lebih rendah dibandingkan pedesaan disebabkan karena pola konsumsi makanan di

pedesaan relatif lebih besar dibandingkan di perkotaan. Sedangkan untuk garis kemiskinan non

makanan, wilayah perkotaan cenderung lebih tinggi karena penduduk kota memiliki pola

konsumsi non makanan yang lebih besar dibandingkan penduduk pedesaan. Hal tersebut

dipengaruhi oleh kebutuhan non makanan di perkotaan seperti perumahan, kesehatan,

pakaian, perlengkapan, dan jasa yang lebih banyak dan lebih mahal harganya dibandingkan di

wilayah pedesaan.

Salah satu faktor pendorong meningkatnya persentase penduduk miskin di Provinsi

Gorontalo disebabkan oleh peningkatan tekanan inflasi pada pertengahan tahun 2013 pasca

penerapan kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi oleh pemerintah. Oleh karena itu, peran

pemerintah, perbankan, dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) menjadi sangat penting

dengan melakukan berbagai upaya dalam menjaga stabilitas harga dan pertumbuhan ekonomi.

Page 75: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 65

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Tabel 6.1. Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

6.3. RASIO GINI

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS pada bulan

Maret 2013 mencatat Rasio Gini Provinsi Gorontalo sebesar 0,44%, relatif sama dibandingkan

dengan tahun sebelumnya. Akan tetapi, kesenjangan pendapatan antar lapisan penduduk

Provinsi Gorontalo merupakan yang tertinggi di wilayah Sulawesi. Hal yang sama juga terjadi

bila dibandingkan dengan Rasio Gini nasional yang tercatat sebesar 0,41%. Kondisi tersebut

mengindikasikan bahwa walaupun pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi Provinsi Gorontalo

lebih baik dibandingkan nasional, tetapi manfaatnya relatif belum sepenuhnya dirasakan oleh

semakin masih lebar.

Makanan Bukan Makanan

Perkotaan Rp176,185 Rp61,415 Rp237,600

Pedesaan Rp184,469 Rp47,579 Rp232,048

Kota + Desa Rp181,643 Rp52,299 Rp233,942

TotalGaris Kemiskinan

Garis Kemiskinan

Grafik 6.6. Perkembangan Penduduk Miskin dan Garis Kemiskinan Provinsi Gorontalo

Page 76: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

66 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Sumber : BPS Nasional, Berdasarkan Susena Maret 2013

6.4. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)

Seiring dengan terus bertumbuhnya perekonomian Provinsi Gorontalo, Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi Gorontalo, yang terdiri dari indeks daya beli, indeks

pendidikan dan indeks kesehatan, juga menunjukan tren peningkatan. IPM Provinsi Gorontalo

pada tahun 2012 tercatat sebesar 71,28 meningkat dibandingkan tahun 2011 yang sebesar

70,82. Meskipun demikian IPM Provinsi Gorontalo masih relatif lebih rendah dibandingkan

provinsi lainnya di wilayah Sulawesi kecuali terhadap Provinsi Sulawesi Tenggara dan Provinsi

Sulawesi Barat.

Sementara itu, dilihat berdasarkan kabupaten dan kota di Provinsi Gorontalo, IPM

tertinggi berada di Kota Gorontalo. Hal ini tidak terlepas dari posisi kota Gorontalo yang

merupakan ibukota provinsi dan pusat pemerintahan sehingga masyarakatnya lebih banyak

tersentuh kegiatan pembangunan.

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Grafik 6.7. Perkembangan GINI Ratio Nasional dan Wilayah Sulawesi

Grafik 6.9. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Gorontalo

Grafik 6.8. Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Sulawesi

Page 77: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 67

6.5. KESEJAHTERAAN PETANI

Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima

petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), merupakan salah satu indikator untuk

melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya

tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun

untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan

atau daya beli petani.

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Mulai bulan Desember 2013, perubahan tahun dasar dilakukan dalam penghitungan

NTP dari tahun dasar 2007=100 menjadi tahun dasar 2012=100. Perubahan tahun dasar ini

dilakukan untuk menyesuaikan perubahan/pergeseran pola produksi pertanian dan pola

konsumsi rumah tangga pertanian di pedesaan, serta perluasan cakupan subsektor pertanian.

NTP pada triwulan IV-2013 tercatat sebesar 101,07, lebih baik dibandingkan triwulan

sebelumnya yaitu 99,75. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan petani relatif meningkat

dibandingkan triwulan III-2013. Bahkan di bulan Desember 2013, indeks harga yang diterima

petani naik sebesar 0,81% (mtm) dari 100,50 menjadi 101,07, namun juga disertai kenaikan

indeks harga yang dibayar sebesar 0,24% (mtm) dari 109,00 menjadi 109,27.

Peningkatan NTP secara keseluruhan utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya NTP

pada sub sektor utama yaitu sub sektor tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan yang

secara berturut-turut tercatat sebesar 98,24, 113,45, dan 102,41. Sementara itu, NTP pada

subsektor perkebunan rakyat dan perikanan mengalami penurunan di triwulan IV-2013 dan

berada di bawah angka 100, yang berarti petani pada sub sektor tersebut belum memiliki

kesejahteraan yang baik. NTP sub sektor perkebunan rakyat tercatat sebesar 94,21 disebabkan

penurunan hasil panen pada komoditi cengkeh, aren, dan kemiri. Hal yang sama juga terjadi

Grafik 6.10. Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Gorontalo

Page 78: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 6 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN

68 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

pada sub sektor perikanan dengan NTP sebesar 99,97 dimana hasil ikan tangkap mengalami

penurunan sebagai akibat dari curah hujan yang cukup tinggi selama triwulan IV-2013.

Sumber: BPS Provinsi Gorontalo

Grafik 6.11. Perkembangan Nilai Tukar Petani Per Sub Sektor Provinsi Gorontalo

Page 79: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 69

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

Perekonomian Gorontalo pada triwulan IV-2013 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan

pertumbuhan triwulan III-2013. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh perkiraan meningkatnya

sektor perdagangan, hotel, dan restoran, sektor bangunan, dan sektor pengangkutan dan

komunikasi. Inflasi Gorontalo pada triwulan IV-2013 diproyeksikan pada kisaran 6,61% ± 1%

(y.o.y). Tendensi inflasi pada rentang tersebut diperkirakan akan dipengaruhi oleh perayaan Hari

Besar Keagamaan yaitu Natal dan Tahun Baru pada bulan Desember 2013. Aktivitas usaha

perbankan diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan IV-2013 seiring dengan

strategi ekspansif dan pertumbuhan ekonomi yang diproyeksikan semakin membaik.

7.1 OUTLOOK MAKROEKONOMI REGIONAL

Grafik 7.1. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Gorontalo Triwulan I-2014

Perekonomian Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan tumbuh 7,77– 8,77

% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2013 yang sebesar

8,43% y.o.y). Di sisi penawaran, perlambatan pertumbuhan diperkirakan terjadi hampir di

seluruh sektor, kecuali sektor pertanian, sektor perdagangan-hotel-restoran, dan sektor

pengangkutan-komunikasi. Provinsi Gorontalo akan memasuki musim panen pada triwulan I-

2014, terutama pada tanaman bahan pangan sehingga produksi pertanian dapat lebih besar

dibandingkan triwulan sebelumnya. Pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif pada bulan April

2014 dan Pemilihan Umum Presiden bulan Juli 2014 diperkirakan berpengaruh pada

pertumbuhan sektor perdagangan-hotel-restoran dan sektor pengangkutan-komunikasi.

Perlambatan kinerja sektoral tercermin dari Survei hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang

menunjukkan penurunan tingkat ekspektasi masyarakat terhadap kegiatan usaha di triwulan I-

2014.

8.39 8.29

6.64

7.57

7.06

7.67 7.90 8.27

7.77

8.43 8.77

5.00

6.00

7.00

8.00

9.00

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1*

2012 2013 2014

Per

tum

bu

han

(y.

o.y

)

Baseline Pesimis Optimis

Page 80: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

70 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Di sisi permintaan, kinerja konsumsi diprediksi tumbuh melambat. Perlambatan tersebut

terjadi pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sementara itu, konsumsi

lembaga swasta nirlaba diperkirakan akan meningkat karena didorong oleh konsumsi lembaga

partai. Perlambatan konsumsi terkonfirmasi melalui perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

triwulan I-2014, dimana perkiraan tingkat optimisme konsumen tercatat sebesar 108,08 lebih

rendah dibandingkan ITK triwulan IV-2013 yang sebesar 110,47.

Sumber : Bank Indonesia Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

Sumber : Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Sumber : BPS Provinsi Gorontalo

7.2 OUTLOOK INFLASI

Memperhatikan perkembangan inflasi pada triwulan IV-2013, maka tingkat inflasi kota

Gorontalo pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat moderat pada kisaran 5,95% ± 1%.

Realisasi inflasi tahun kalender (y.t.d) sampai dengan bulan Desember 2013 sebesar 5,84%.

Grafik 7.2. Perkembangan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU)

Grafik 7.3. Perkembangan Indeks Tendensi Konsumen (ITK)

Grafik 7.4. Realisasi dan Proyeksi Luas Panen Jagung dan Padi

Grafik 7.5. Perkembangan Survei Konsumen (SK)

Page 81: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 71

Grafik 7.6. Proyeksi Inflasi Tahunan Provinsi Gorontalo

Sumber: Proyeksi Bank Indonesia Gorontalo

Inflasi volatile foods akan meningkat moderate. Memasuki awal tahun, ekspektasi

inflasi pada komoditas volatile foods diperkirakan akan stabil di kisaran yang rendah. Hal ini

disebabkan antara lain karena tingkat konsumsi masyarakat di kota Gorontalo yang kembali

normal pasca adanya perayaan natal dan tahun baru. Tekanan inflasi masih akan terjadi pada

sub kelompok bumbu-bumbuan seperti bawang merah dan cabe merah, namun dengan

tekanan inflasi yang tidak terlalu tinggi.

Harga kelompok administred price dan inflasi inti diperkirakan akan stabil. Hal

ini dikarenakan telah berakhirnya dampak kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang

terjadi di tahun 2013. Sedangkan harga-harga pada kelompok inflasi inti di akhir triwulan IV-

2013 lalu tercatat mulai mengalami tren penurunan, sehingga proyeksi inflasi inti di triwulan I-

2014 diperkirakan tidak akan terlalu meningkat secara signifikan.

Ke depan, beberapa faktor risiko yang berpotensi mendorong kenaikan inflasi

tetap perlu diwaspadai. Harga komoditas pangan dunia yang masih berada pada level tinggi,

serta peningkatan ekspektasi inflasi akibat kenaikan BI Rate dan masih melemahnya mata uang

Rupiah terhadap Dollar Amerika berpotensi untuk mendorong tekanan inflasi.

Page 82: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

BAB 7 OUTLOOK EKONOMI

72 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Tabel 7.1 Tendensi Arah inflasi Triwulan I-2014

Menurun Meningkat Stabil

7.3 PROSPEK PERBANKAN

Penyaluran kredit/pembiayaan oleh perbankan di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan

meningkat pada triwulan I-2014, didasarkan pada asumsi bahwa pada awal tahun 2014

terdapat kecenderungan meningkatnya permintaan kredit khususnya konsumsi antara lain

untuk kebutuhan persiapan pemilu dan biaya pendidikan (tahun akademik baru). Sementara

penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) di Provinsi Gorontalo diproyeksikan akan melambat

pada triwulan I-2014 terutama bersumber dari jenis tabungan. Hal tersebut didasarkan pada

asumsi adanya potensi meningkatnya kebutuhan dana untuk keperluan biaya pendidikan

(tahun akademik baru) dan perhelatan Pemilu yang akan dilaksanakan pada bulan April.

Page 83: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 73

LAMPIRAN Makroekonomi Regional-Inflasi-Perbankan

Page 84: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

74 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 85: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

75 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

1. MAKROEKONOMI REGIONAL

Tabel 1.A PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN

TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah)

Sisi Permintaan

Sisi Penawaran

Tabel 1.B

PERTUMBUHAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN 2000 UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen)

Sisi Permintaan

Sisi Penawaran

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

I II III IV I II III IV

Konsumsi 931,154 956,972 970,220 997,601 966,369 1,028,434 1,022,147 1,079,397

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 568,365 576,142 591,459 595,727 601,948 612,100 628,686 634,146

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 8,858 8,621 9,012 9,130 9,299 9,387 9,778 9,855

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 353,931 372,208 369,749 392,744 355,122 406,947 383,683 435,395

Pembentukan Modal Tetap Bruto 274,486 294,183 300,172 304,361 276,941 301,005 312,493 337,362

Perubahan Stok (113,913) (150,269) (133,837) (169,045) (31,600) (102,373) (69,402) (141,153)

Ekspor Barang dan Jasa 103,586 107,238 105,929 109,667 66,995 76,639 81,801 80,161

Impor Barang dan Jasa 368,581 369,962 380,808 385,537 393,626 401,253 417,331 426,455

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 826,734 838,162 861,676 857,047 885,078 902,453 929,709 929,312

20132012KOMPONEN

I II III IV I II III IV

1. PERTANIAN 237,866.28 230,559.95 241,395.50 225,856.50 253,804.67 242,455.90 254,680.95 239,963.00

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 9,212.82 9,340.39 9,560.64 9,615.89 9,542.22 9,783.05 10,059.07 10,155.34

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 65,464.67 66,523.58 67,869.37 68,119.96 69,725.38 72,745.92 74,452.82 76,838.14

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 4,676.63 4,821.66 4,934.57 5,044.81 5,074.77 5,209.85 5,339.66 5,430.49

5. KONSTRUKSI 74,388.82 76,954.74 79,311.52 80,856.52 79,975.95 83,771.10 86,373.15 90,164.17

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 122,522.55 126,486.03 130,913.07 133,492.22 135,960.95 140,834.20 145,857.26 147,834.32

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 86,867.51 90,391.57 94,508.33 96,136.07 94,689.31 98,609.53 102,599.18 104,054.75

8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 72,508.35 75,445.05 77,080.46 78,898.51 79,310.04 82,276.75 84,167.01 86,085.23

9. JASA-JASA 153,226.44 157,639.45 156,102.96 159,026.44 156,994.64 166,766.34 166,179.44 168,786.07

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 826,734.07 838,162.42 861,676.41 857,046.92 885,077.94 902,452.64 929,708.53 929,311.50

20132012SEKTOR

I II III IV I II III IV

Konsumsi 8.93 8.95 7.47 6.55 3.78 7.47 5.35 8.20

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.91 6.24 6.29 6.45

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 10.13 3.15 3.48 6.77 4.99 8.88 8.51 7.95

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 0.34 9.33 3.77 10.86

Pembentukan Modal Tetap Bruto 5.83 10.14 8.35 3.37 0.89 2.32 4.10 10.84

Perubahan Stok 19.79 32.61 27.83 1.23 (72.26) (31.87) (48.14) (16.50)

Ekspor Barang dan Jasa 11.27 14.98 8.97 8.72 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91)

Impor Barang dan Jasa 5.47 5.27 4.51 4.80 6.80 8.46 9.59 10.61

PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8.39 8.29 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.43

2013 (% y.o.y)2012 (% y.o.y)KOMPONEN

I II III IV I II III IV

1. PERTANIAN 5.76 5.67 5.72 5.70 6.70 5.16 5.50 6.25

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 11.57 7.55 2.71 5.23 3.58 4.74 5.21 5.61

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 13.31 12.20 8.15 5.13 6.51 9.35 9.70 12.80

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6.66 8.86 8.27 8.69 8.51 8.05 8.21 7.64

5. KONSTRUKSI 11.56 9.75 6.33 10.13 7.51 8.86 8.90 11.51

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 12.56 11.71 10.11 10.29 10.97 11.34 11.42 10.74

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 7.02 8.15 9.44 10.01 9.00 9.09 8.56 8.24

8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 7.40 10.43 9.46 9.86 9.38 9.06 9.19 9.11

9. JASA-JASA 7.00 6.41 2.17 5.44 2.46 5.79 6.46 6.14

PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 8.39 8.29 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.43

2013 (% y.o.y)2012 (% y.o.y)SEKTOR

Page 86: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

76 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Tabel 1.C PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA BERLAKU

UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam jutaan rupiah)

Sisi Permintaan

Sisi Penawaran

Tabel 1.D

PERTUMBUHAN ATAS DASAR HARGA BERLAKU UNTUK PROVINSI GORONTALO (dalam persen)

Sisi Permintaan

Sisi Penawaran

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

I II III IV I II III IV

Konsumsi 2,165,141 2,271,833 2,338,332 2,436,913 2,403,820 2,602,398 2,661,723 2,706,960

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 1,449,482 1,498,384 1,566,078 1,587,756 1,621,672 1,677,400 1,755,399 1,786,522

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 30,009 29,690 31,945 32,454 33,757 34,396 35,936 36,348

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 685,650 743,759 740,309 816,704 748,392 890,603 870,388 994,287

Pembentukan Modal Tetap Bruto 504,007 547,269 570,097 587,200 537,256 588,088 622,744 687,636

Perubahan Stok 691,785 610,906 689,660 617,388 952,483 830,334 937,588 813,329

Ekspor Barang dan Jasa 211,347 224,757 224,055 235,059 146,248 170,736 185,185 184,939

Impor Barang dan Jasa 1,077,423 1,106,446 1,169,232 1,204,560 1,255,379 1,309,592 1,387,136 1,437,361

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2,494,858 2,548,319 2,652,912 2,672,000 2,784,429 2,881,964 3,020,104 3,065,701

20132012KOMPONEN

I II III IV I II III IV

1. PERTANIAN 759,207 735,626 781,146 725,393 823,769 791,716 853,746 821,699

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 28,839 29,309 30,179 30,918 31,248 32,608 34,100 34,797

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 119,969 124,072 129,770 133,355 139,139 147,355 152,792 161,555

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 13,195 13,709 14,221 14,708 14,878 15,336 16,025 16,546

5. KONSTRUKSI 170,170 178,760 187,675 194,809 191,149 202,952 213,119 226,321

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 268,222 278,358 292,987 304,404 315,277 333,184 352,403 362,459

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 218,713 228,492 241,603 248,224 248,294 261,050 277,579 285,586

8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 262,460 279,765 294,086 308,994 312,696 330,748 344,432 358,471

9. JASA-JASA 654,083 680,228 681,246 711,194 707,980 767,014 775,907 798,268

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 2,494,858 2,548,319 2,652,912 2,672,000 2,784,429 2,881,964 3,020,104 3,065,701

20132012SEKTOR

I II III IV I II III IV

Konsumsi 1.99 2.71 1.41 2.38 11.02 14.55 13.83 11.08

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (3.56) (3.53) (3.26) (4.34) 11.88 11.95 12.09 12.52

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 20.38 12.51 11.24 15.15 12.49 15.85 12.49 12.00

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 15.24 17.63 12.45 17.99 9.15 19.74 17.57 21.74

Pembentukan Modal Tetap Bruto 7.07 12.80 15.36 11.79 6.60 7.46 9.23 17.10

Perubahan Stok 27.30 11.66 1.96 (5.72) 37.68 35.92 35.95 31.74

Ekspor Barang dan Jasa 21.64 25.23 17.11 16.22 (30.80) (24.04) (17.35) (21.32)

Impor Barang dan Jasa (5.58) (5.83) (10.04) (13.68) 16.52 18.36 18.64 19.33

PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 14.98 13.32 12.03 12.87 11.61 13.09 13.84 14.73

2013 (% y.o.y)2012 (% y.o.y)KOMPONEN

I II III IV I II III IV

1. PERTANIAN 15.46 10.84 11.82 7.61 8.50 7.62 9.29 13.28

2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 19.28 14.04 7.92 10.23 8.35 11.26 12.99 12.54

3. INDUSTRI PENGOLAHAN 17.81 15.99 13.69 12.73 15.98 18.77 17.74 21.15

4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 11.87 12.42 12.36 13.07 12.75 11.87 12.69 12.50

5. KONSTRUKSI 17.14 15.54 13.50 17.86 12.33 13.53 13.56 16.18

6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 17.77 16.06 15.06 16.73 17.54 19.70 20.28 19.07

7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 11.23 12.02 13.42 13.94 13.53 14.25 14.89 15.05

8. KEUANGAN, REAL ESTAT, & JS. PRSH. 15.41 20.87 21.98 22.32 19.14 18.22 17.12 16.01

9. JASA-JASA 13.29 11.48 6.36 11.61 8.24 12.76 13.90 12.24

PERTUMBUHAN EKONOMI KESELURUHAN 14.98 13.32 12.03 12.87 11.61 13.09 13.84 14.73

2013 (% y.o.y)2012 (% y.o.y)SEKTOR

Page 87: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 77

2. INFLASI

Tabel 2.A INFLASI IHK GORONTALO

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des

UMUM 134.65 136.07 137.85 139.32 141.62 140.95 142.53 147.46

BAHAN MAKANAN 148.73 152.88 156.12 158.94 163.03 157.95 156.77 169.45

Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya 138.26 138.81 142.79 142.76 143.70 144.19 144.88 144.53

Daging dan Hasil-hasilnya 119.28 122.95 128.10 128.09 125.54 128.10 129.74 130.11

Ikan Segar 178.74 185.23 193.02 172.94 183.59 175.11 175.13 198.89

Ikan Diawetkan 150.43 148.04 155.94 154.28 153.58 154.30 157.77 160.79

Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 133.80 132.96 134.79 134.50 131.55 134.37 139.15 139.21

Sayur-sayuran 160.16 146.80 156.16 237.31 209.38 207.78 165.78 246.26

Kacang - kacangan 191.54 186.86 214.60 223.44 222.19 221.50 226.65 251.73

Buah - buahan 205.32 200.58 211.58 209.53 224.28 211.63 229.53 239.77

Bumbu - bumbuan 134.87 167.63 147.74 180.34 208.16 180.61 179.24 181.60

Lemak dan Minyak 104.72 105.94 105.15 100.71 101.91 99.47 102.51 106.24

Bahan Makanan Lainnya 114.18 114.18 114.62 114.62 118.97 118.55 120.27 120.27

MAKANAN JADI,MINUMAN,ROKOK & TEMBAKAU 145.96 148.47 151.09 152.43 157.50 157.93 160.43 164.88

Makanan Jadi 117.79 118.73 119.82 120.04 127.55 127.56 130.92 138.63

Minuman yang Tidak Beralkohol 126.98 135.17 140.87 139.57 142.88 140.79 145.81 143.71

Tembakau dan Minuman Beralkohol 193.28 194.75 197.68 201.92 204.76 207.13 207.13 210.90

PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR 139.00 137.97 139.21 140.01 141.37 141.86 143.35 145.18

Biaya Tempat Tinggal 159.71 157.41 158.86 160.08 162.19 162.36 163.88 165.34

Bahan Bakar, Penerangan dan Air 112.30 112.41 112.69 112.97 113.82 114.75 115.83 116.82

Perlengkapan Rumahtangga 111.27 111.71 114.60 114.35 113.21 113.79 116.69 120.63

Penyelenggaraan Rumahtangga 117.08 118.44 119.43 120.07 120.83 121.79 122.98 126.49

SANDANG 121.97 122.10 123.57 124.36 124.31 123.20 125.36 125.72

Sandang Laki-laki 114.35 115.11 116.05 116.98 117.45 117.67 118.15 118.44

Sandang Wanita 107.58 106.93 107.27 107.10 107.73 108.13 108.92 109.67

Sandang Anak-anak 107.07 108.44 109.57 108.31 108.32 109.33 109.50 110.42

Barang Pribadi dan Sandang Lain 193.57 192.44 198.22 203.81 200.99 190.39 202.30 201.09

KESEHATAN 122.90 123.19 124.02 128.10 129.16 131.06 133.39 135.72

Jasa Kesehatan 134.09 134.09 134.09 144.38 144.38 144.38 144.38 144.38

Obat-obatan 123.45 123.55 124.02 126.13 126.43 126.43 127.00 128.13

Jasa Perawatan Jasmani 140.87 140.87 140.87 145.28 145.28 145.28 162.75 162.75

Perawatan Jasmani dan Kosmetika 117.22 117.71 119.04 121.84 123.64 127.08 129.24 133.02

PENDIDIKAN, REKREASI, DAN OLAHRAGA 114.54 114.70 114.88 114.79 114.38 114.75 114.88 115.11

Jasa Pendidikan 122.19 122.19 122.19 122.19 122.19 122.19 122.22 122.22

Kursus-kursus/Pelatihan 147.68 147.68 147.68 147.68 147.68 148.57 151.62 151.62

Perlengkapan/Peralatan Pendidikan 107.80 108.82 109.46 108.83 108.90 110.82 110.82 111.42

Rekreasi 104.72 104.72 104.72 104.74 103.31 103.33 103.61 104.01

Olahraga 112.30 112.30 116.02 116.02 117.47 119.69 118.65 118.65

TRANSPOR, KOMUNIKASI & JASA KEUANGAN 107.03 107.58 107.73 108.15 108.32 111.80 117.62 118.04

Transpor 114.20 115.05 115.18 115.80 116.01 121.25 130.03 130.65

Komunikasi dan Pengiriman 86.86 86.86 86.86 86.86 86.86 86.95 86.95 86.95

Sarana dan Penunjang Transpor 115.65 115.65 115.65 116.01 116.08 116.13 116.95 117.15

Jasa Keuangan 103.09 103.09 104.19 104.19 104.84 104.84 104.84 104.84

Kelompok / Sub kelompok2012 2013

Page 88: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

78 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Tabel 2.B

Sumber : BPS Prov. Gorontalo

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des

Total Inflasi 5.90% 5.94% 5.39% 5.30% 5.17% 3.58% 3.39% 5.84%

Core Inflation 9.71% 8.44% 5.64% 5.47% 3.18% 3.14% 3.47% 4.44%

Volatile Food 1.71% 3.50% 6.07% 6.61% 9.70% 3.31% 0.41% 6.64%

Administred Price 4.12% 4.31% 3.89% 3.03% 3.06% 4.99% 7.74% 7.72%

Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des

Total Inflasi -0.57% 0.31% -1.18% 0.54% 1.06% 0.10% -3.34% 1.54%

Core Inflation 0.53% 0.16% 0.03% 0.23% 1.04% -0.01% 0.70% 0.57%

Volatile Food -2.81% 0.67% -3.48% 1.12% 1.67% -0.84% -11.09% 4.03%

Administred Price 0.33% 0.15% -0.28% 0.35% 0.22% 1.80% -0.10% 0.02%

2012

2012Disagregasi

Disagregasi

DISAGREGASI INFLASI GORONTALO

2013

Tahunan (y.o.y)

2013

Bulanan (m.t.m)

I II III IV I II III IV

Umum 5.90 5.95 5.40 5.30 5.18 3.59 3.40 5.84

Bahan Makanan 1.90 3.58 6.02 6.66 9.62 3.32 0.42 6.61

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan tembakau 6.00 7.04 7.11 5.48 7.91 6.37 6.18 8.17

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 12.67 10.47 7.59 7.05 1.70 2.82 2.97 3.69

Sandang 9.44 7.12 0.44 1.83 1.92 0.90 1.45 1.10

Kesehatan 3.81 2.91 2.83 5.02 5.10 6.39 7.55 5.95

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 3.72 4.26 0.88 0.61 -0.14 0.04 0.00 0.28

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 3.18 3.00 2.18 1.74 1.21 3.92 9.18 9.15

I II III IV I II III IV

Umum -0.58 0.32 -1.18 0.54 1.07 0.11 -3.43 1.54

Bahan Makanan -2.77 0.67 -3.48 1.14 1.63 -0.83 -10.97 4.02

Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan tembakau 0.62 0.39 -0.16 0.37 1.83 -0.04 0.98 0.74

Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 0.69 -0.07 0.07 0.26 0.65 -0.03 0.25 0.38

Sandang 0.09 0.33 0.38 0.40 0.11 -0.23 1.42 0.22

Kesehatan 0.00 0.17 0.36 0.66 0.56 0.50 0.52 0.63

Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga 0.00 0.02 0.00 0.00 0.02 0.02 0.04 -0.01

Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 0.27 0.25 -0.48 0.04 0.40 3.07 -0.17 0.04

2012Kelompok / Sub Kelompok

2013

Tahunan (y.o.y)

INFLASI GORONTALO TAHUN 2012-2013DIRINCI MENURUT KELOMPOK DAN SUB KELOMPOK Pengeluaran (%)

Kelompok / Sub Kelompok2012 2013

Bulanan (m.t.m)

Page 89: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 79

3. PERBANKAN

Tabel 3.A PERKEMBANGAN BANK UMUM PROVINSI GORONTALO

2013

Desember Desember Desember

KANTOR BANK

- Jumlah Bank 16 16 16

- Jumlah Kantor 86 92 96

ASSET (Rp.) 4,676,341,786,475 5,745,295,626,522 7,076,496,747,691

DANA PIHAK KETIGA (Rp.) 2,724,980,705,964 3,040,781,100,406 3,194,917,267,883

- Giro 312,994,768,816 331,220,911,100 322,812,804,500

- Deposito 729,377,502,946 725,327,855,864 753,455,323,059

- Tabungan 1,682,608,434,202 1,984,232,333,442 2,118,649,140,324

KREDIT PENGGUNAAN (Rp.) 4,441,272,179,452 5,532,347,948,701 6,773,115,339,034

- Investasi 752,899,323,445 564,676,474,490 546,950,393,609

- Modal Kerja 1,411,090,767,215 1,718,862,113,393 1,942,312,697,477

- Konsumsi 2,277,282,088,792 3,248,809,360,818 4,283,852,247,948

KREDIT SEKTORAL (Rp.) 4,441,272,179,452 5,532,347,948,701 6,773,115,339,034

- Pertanian, Perburuan & Kehutanan 62,824,175,258 60,955,152,867 81,240,667,971

- Perikanan 13,216,996,924 14,021,779,463 17,471,724,868

- Pertambangan & Penggalian 1,639,636,216 5,137,074,108 4,509,265,633

- Industri Pengolahan 26,401,079,614 51,363,232,583 67,422,852,670

- Listrik, Gas, & Air 299,638,414 39,370,642 884,349,455

- Konstruksi 115,649,558,866 128,410,417,243 122,548,086,517

- Perdagangan Besar & Eceran 1,297,013,741,763 1,540,046,979,136 1,803,893,294,180

- Akomodasi & Penyediaan Makan Minum 36,606,572,777 40,895,059,510 44,173,440,019

- Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi 66,367,388,510 47,151,756,696 26,571,008,170

- Perantara Keuangan 56,103,196 56,928,798,346 810,796,024

- Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan 25,351,321,710 35,737,056,200 59,596,509,694

- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib 70,879,857 46,534,328 38,334,067

- Jasa Pendidikan 1,007,000,000 1,841,602,281 691,278,774

- Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 37,282,168,245 39,683,280,253 35,545,252,174

- Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, & Perorangan Lainnya 123,188,300,990 137,671,159,394 217,070,599,492

-Jasa Perorangan yg Melayani Rumah Tangga 2,310,002,962 2,220,759,081 6,781,742,494

- Badan Internas. & Badan Ekstra Internas. Lainnya - - -

- Kegiatan yg Belum Jelas Batasannya 354,705,525,358 121,388,575,752 13,888,884

- Bukan Lapangan Usaha 2,277,282,088,792 3,248,809,360,818 4,283,852,247,948

- Lainnya *) - -

LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) 162.98% 181.94% 212.00%

NPLs Gross

- Nominal (Rp.) 122,109,622,541 110,146,244,899 191,229,338,108

- Rasio NPLs 2.75% 1.99% 2.82%

KREDIT UMKM (Rp.) 1,921,230,520,125 1,994,673,274,088 2,165,873,584,216

- Mikro 403,626,994,004 448,500,170,631 486,892,427,219

- Kecil 1,042,374,182,616 933,125,691,677 954,075,228,736

- Menengah 475,229,343,505 613,047,411,780 724,905,928,261

SHARE KREDIT UMKM THD. TOTAL KREDIT 43.26% 36.05% 31.98%

NOMINAL NPL KREDIT UMKM (Rp.) 74,361,721,674 83,943,351,180 176,005,702,915

- Mikro 13,406,731,638 12,246,161,078 15,118,223,401

- Kecil 31,060,852,284 39,008,587,136 85,753,331,328

- Menengah 29,894,137,752 32,688,602,966 75,134,148,186

RASIO NPL UMKM 3.87% 4.21% 8.13%

INDIKATOR2011 2012

Sumber: Laporan Bulanan Bank Umum - Bank Indonesia

Page 90: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

80 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Tabel 3.B PERKEMBANGAN BPR PROVINSI GORONTALO

2013

Nov Dec Nov

KANTOR BANK

- Jumlah Bank 4 4 4

- Jumlah Kantor 8 8 8

ASSET (Rp.000) 33,466,518 34,860,821 33,728,869

DANA PIHAK KETIGA (Rp.000) 18,199,176 19,754,646 18,549,933

- Deposito 11,077,825 11,068,825 11,290,325

- Tabungan 7,121,351 8,685,821 7,259,608

B.44 KREDIT PENGGUNAAN (Rp.000) 25,586,927 25,357,330 27,469,405

- Investasi 424,447 366,478 1,962,373

- Modal Kerja 13,161,265 12,953,003 13,176,755

- Konsumsi 12,001,215 12,037,849 12,330,277

KREDIT SEKTORAL (Rp. 000) 25,586,927 25,357,330 27,469,405

- Pertanian, Perburuan & Kehutanan 645,014 752,489 825,532

- Perikanan 121,075 122,515 79,717

- Pertambangan & Penggalian 72,311 68,861 3,000

- Industri Pengolahan 312,577 291,745 346,335

- Listrik, Gas, & Air 0 0 -

- Konstruksi 0 0 4,850

- Perdagangan Besar & Eceran 9,306,324 8,856,018 10,089,709

- Akomodasi & Penyediaan Makan Minum 203,866 202,663 85,480

- Transportasi, Pergudangan, & Komunikasi 960,302 1,030,322 910,563

- Perantara Keuangan 32,500 28,000 253,236

- Real Estate, Usaha Persewaan, & Jasa Perusahaan 17,653 33,653 33,653

- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, & Jaminan Sosial Wajib 33,033 48,679 419,555

- Jasa Pendidikan 17,880 15,868 34,664

- Jasa Kesehatan & Keg. Sosial 0 0 3,600

- Jasa Kemasyarakatan, Sosial Budaya, Hiburan, & Perorangan Lainnya 1,003,473 983,473 757,481

- Jasa Perorangan yg Melayani Rumah Tangga 195,182 229,239 723,493

- Kegiatan yg Belum Jelas Batasannya 664,522 655,956 568,260

- Rumah Tangga 7,556,873 7,511,533 826,230

- Bukan Lapangan Usaha Lainnya 4,444,342 4,526,316 11,504,047

LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) 140.59% 128.36% 148.08%

NPLs Gross

- Nominal (Rp.000) 2,575,173 2,759,829 3,235,362

- Rasio NPLs 10.06% 10.88% 11.78%

INDIKATOR2012

Sumber: Laporan BPR - Bank Indonesia

Page 91: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

LAMPIRAN MAKROEKONOMI REGIONAL-INFLASI-PERBANKAN

BANK INDONESIA | KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013 81

4. TABEL INDIKATOR EKONOMI PROVINSI GORONTALO

1 2 3 4 1 2 3 4Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 8.39 8.29 6.64 7.57 7.06 7.67 7.90 8.43

Berdasarkan sektor

- Pertanian 5.76 5.67 5.72 5.70 6.70 5.16 5.50 6.25

- Pertambangan & Penggalian 11.57 7.55 2.71 5.23 3.58 4.74 5.21 5.61

- Industri Pengolahan 13.31 12.20 8.15 5.13 6.51 9.35 9.70 12.80

- Listrik, Gas dan Air Bersih 6.66 8.86 8.27 8.69 8.51 8.05 8.21 7.64

- Konstruksi 11.56 9.75 6.33 10.13 7.51 8.86 8.90 11.51

- Perdagangan, Hotel dan Restoran 12.56 11.71 10.11 10.29 10.97 11.34 11.42 10.74

- Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha 7.02 8.15 9.44 10.01 9.00 9.09 8.56 8.24

- Jasa-jasa 7.40 10.43 9.46 9.86 9.38 9.06 9.19 9.11

Berdasarkan Permintaan

- Konsumsi Rumah Tangga 6.13 5.84 6.12 5.35 5.91 6.24 6.29 6.45

- Konsumsi Pemerintah 13.70 14.30 9.79 8.41 0.34 9.33 3.77 10.86

- PMTB 5.83 10.14 8.35 3.37 0.89 2.32 4.10 10.84

- Ekspor 11.27 14.98 8.97 8.72 (35.32) (28.53) (22.78) (26.91)

- Impor 5.47 5.27 4.51 4.80 6.80 8.46 9.59 10.61

Ekspor

- Nilai Ekspor Non Migas (US$ Juta) 2.92 4.64 2.79 3.44 - 1.89 2.43 0.96

Impor

- Nilai Impor Non Migas (US$ Juta) 5.97 6.13 - 24.69 15.20 1.28 27.86 33.95

Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) 5.91 5.95 5.40 5.31 5.18 3.59 3.39 5.84

Perbankan

Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) 2.88 3.01 3.06 3.04 3.22 1.91 3.44 3.19

- Giro 0.45 0.46 0.51 0.33 0.56 0.48 0.58 0.32

- Tabungan 0.88 0.82 0.84 0.73 1.76 0.48 1.91 2.12

- Deposito 1.56 1.73 1.71 1.98 0.90 0.94 0.95 0.75

Kredit (Rp Triliun) - Berdasarkan lokasi Proyek 4.74 5.03 5.25 5.53 5.79 6.32 6.58 6.77

- Modal Kerja 1.66 1.99 1.66 1.72 1.75 1.88 1.92 1.94

- Konsumsi 2.36 2.39 2.96 3.25 3.49 3.86 4.13 4.28

- Investasi 0.73 0.64 0.62 0.56 0.56 0.58 0.53 0.55

Kredit UMKM (Rp Triliun)

- Modal Kerja 1.29 1.78 1.40 1.48 1.51 1.69 1.66 1.68

- Investasi 0.68 0.59 0.57 0.50 0.49 0.52 0.47 0.48

Loan to Deposit Ratio (%) 164.4 166.8 171.2 181.9 179.9 195.1 191.5 212.0

NPL Gross (%) 2.56 2.44 2.49 1.99 3.17 3.10 3.36 2.82

Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS (Rp Triliun)

- Rata-Rata Harian Nominal Transaksi 0.47 0.69 0.65 0.85 0.72 0.82 0.97 1.01

- Rata-Rata Harian Volume Transaksi 1,208 1,573 1,584 1,730 1,366 1,728 1,722 1,911

Transaksi Kliring (Rp Triliun)

- Rata-Rata Harian Nominal Transaksi 0.13 0.14 0.14 0.16 0.15 0.17 0.19 0.13

- Rata-Rata Harian Volume Transaksi 5,891 5,762 5,936 6,064 5,707 6,260 6,503 5,192

2012Indikator

2013

Page 92: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

82 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Halaman ini sengaja dikosongkan

Page 93: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

Inflasi Kecenderungan kenaikan harga barang dan jasa secara umum

dan bersifat persisten. Perubahan (laju) inflasi umumnya

diukur dengan melihat perubahan harga pada sejumlah

barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat, seperti

tercermin pada perkembangan indeks harga konsumen (IHK).

Berdasarkan faktor penyebabnya, inflasi dapat dipengaruhi

baik dari penawaran maupun dari permintaan.

Food Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga dari jenis

barang-barang makanan.

Administered Inflation Inflasi yang disebabkan oleh perubahan harga sekelompok

barang yang harganya diatur/ dikendalikan oleh pemerintah,

seperti: BBM, Tarif listrik, telpon, dll.

Traded Inflation Inflasi yang diukur berdasarkan perubahan harga kategori

barang yang dapat diperdagangkan secara international.

Inflation Month to Month Perbandingan atau nisbah indeks harga konsumen pada bulan

yang diukur dengan IHK pada bulan sebelumnya (inflasi

bulanan), dan sering disingkat (m-t-m)

Inflasi Year to Date Inflasi kumulatif merupakan inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisba) perubahan harga indeks

konsumen bulan bersangkutan dibandingkan akhir bulan

pada tahun sebelumnya, sehingga merupakan angka total

dan disingkat (y-t-d)

Inflasi Year on Year Atau inflasi tahunan adalah Inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisbah) perubahan harga indeks

konsumen bulan bersangkutan dibandingkan IHK pada bulan

yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat (Y-o-Y)

Page 94: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

84 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

Inflasi Quarter to Quarter Atau inflasi triwulan adalah inflasi yang mengukur

perbandingan harga (nisbah)/perubahan indeks harga

konsumen pada akhir triwulan yang bersangkutan

dibandingkan IHK akhir triwulan sebelumnya, atau sering

disebut (q-t-q)

PDB dan PDRB Atau produk domestik bruto, sedangkan untuk skala daerah

(kota/kebupaten) disebut PDRB (produk domestik regional

bruto)

Pertumbuhan Year on

Year

Atau pertumbuhan tahunan adalah pertumbuhan yang

mengukur perbandingan PDRB atas dasar harga konstan

triwulan laporan dibandingkan PDRB atas dasar harga konstan

triwulan yang sama tahun sebelumnya, atau sering disingkat

(Y-o-Y)

Pertumbuhan Melambat Pertumbuhan tahunan masih menunjukkan nilai positif

namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya

M1 Disebut sebagai narrow money (uang beredar dalam arti

sempit), terdiri dari uang kartal dan uang giral

M2 Disebut broad money atau uang beredar dalam arti luas,

merupakan indicator tingkat likuiditas perekonomian, terdiri

dari uang kartal, uang giral dan uang kuasi (tabungan dan

deposito baik dalam mata uang rupiah maupun asing).

Mo Disebut uang primer (base money) merupakan kewajiban

otoritas moneter (di dalam neraca bank sentral), terdiri dari

uang kartal pada bank umum dan masyarakat ditambah

dengan saldo giro bank umum dan masyarakat dibank

sentral.

Uang Kartal Uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk

uang kas pada kas negara (KPKN) dan bank umum.

Page 95: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

Uang Giral Terdiri dari rekening giro masyarakat masyarakat dibank,

kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah

jatuh tempo yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk

dalam rupiah pada sistem moneter.

NIM Singkatan dari Net Interest Margin adalah selisih antara

pendapatan bunga yang diperoleh oleh bank dengan biaya

bunga yang harus dibayar.

NPLs Singkatan dari non performing loan disebut juga kredit

bermasalah, dengan kolektibiltas kurang lancar (3),

diragukan(4) dan macet (5) menurut ketentuan BI.

Restrukturisasi kredit Upaya yang dilakukan bank dalam kegiatan usaha perkreditan

agar debitur dapat memenuhi kewajibannya yang dilakukan

antara lain dengan melalui : restrukturisasi, re-scheduling atau

konversi kepemilikan.

UMKM Singkatan dari Sektor Usaha Mikri, Kecil Menengah yang

mempunyai skala pinjaman antara Rp50 Juta s/d Rp 5 Milyar.

UYD

Singkatan dari uang yang diedarkan, adalah uang kartalyang

berada dimasyarakat ditambah dengan uang yang berada di

kas bank.

Inflow Uang kartal yang masuk ke BI, melalui kegiatan setoran yang

dilakukan oleh bank umum.

Outflow Uang kartal yang keluar dari BI melaui proses penarikan uang

tunai bank umum dari giro di BI atau pembayaran tunai

melalui BI.

Netflow Selisih antara outflow and inflow.

PTTB Pemberian tanda tidak berharga, adalah bagian dari kegiatan

untuk menarik uang yang sudah tidak layak edar, sehingga

uang yang disediakan oleh BI tersebut dapat berada dalam

kondisi layak dan segar (fit for circulation) untuk bertransaksi.

Page 96: KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI  · PDF fileGrafik 1.17 Perkembangan Muat Barang Pelabuhan Gorontalo 14 Grafik 1.18 Perkembangan Harga Minyak Kelapa 15 Grafik 1.19

86 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. GORONTALO TRIWULAN IV-2013| BANK INDONESIA

APBD Singkatan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,

adalah wujud dari pengelolaan keuangan daerah yang

berdasarkan UU No. 17 Tahun 2003 merupakan rencana

keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Penyusunan APBD

memperhatikan adanya keterkaitan antara kebijakan

perencanaan dengan penganggaran oleh Pemerintah Daerah

serta sinkronisasi dengan berbagai kebijakan Pemerintah

Pusat dalam perencanaan dan penganggaran negara.