View
11
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN
BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT
DI RUMAH SAKIT
OLEH :
INTAN WIDYASARI PARAMITHA
NIM. P07220117054
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
i
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN
BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT
DI RUMAH SAKIT
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Pada
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
OLEH :
INTAN WIDYASARI PARAMITHA
NIM. P07220117054
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III KEPERAWATAN
SAMARINDA
2020
ii
SURAT PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini adalah hasil karya sendiri
dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari KTI orang lain untuk memperoleh
gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun, baik sebagian
maupun keseluruhan. Jika terbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
Balikpapan, Mei 2020
Yang menyatakan
Intan Widyasari Paramitha
NIM. P07220117054
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI
UNTUK DIUJIKAN
TANGGAL 11 Mei 2020
Oleh
Pembimbing
Ns. Siti Nuryanti, S.Kep.,M.Pd
NIDN : 4023126901
Pembimbing Pendamping
Rus Andraini, A.Kp,MPH
NIDN : 4006027101
Mengetahui,
Ketua Program Studi D-III Keperawatan Samarinda
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Ns. Andi Lis Arming Gandini, S.Kep., M.Kep.
NIP. 196803291994022001
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan
Bronkopneumonia Yang Dirawat di Rumah Sakit
Telah diuji
Pada tanggal 11 Mei 2020
PANITIA PENGUJI
Ketua Penguji :
Rahmawati Shoufiah, S.ST.,M.Pd (………………………………)
NIDN. 4020027901
Penguji Anggota :
1. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.Pd (………………………..………) NIDN. 4023126901
2. Rus Andraini, A.Kp., MPH (………………………..………) NIDN. 4006027101
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Ketua Program Studi D-III Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur,
Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes Ns. Andi Lis Arming Gandini, M.Kep
NIP. 196508251985503200 NIP. 196803291994022001
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Diri
1. Nama : Intan Widyasari Paramitha
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 01 Juni 1999
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Mahasiswa
6. Alamat : Jl. Al-Falah no.55 rt.37, Balikpapan Barat
B. Riwayat Pendidikan
1. TK Srigunting Cilacap Tahun 2005 - 2006
2. SD Patra Mandiri Cilacap Tahun 2006 - 2011
3. SMPN 5 Cilacap Tahun 2011 - 2014
4. SM AN 2 Balikpapan Tahun 2014 - 2017
5. Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim Tahun 2017 hingga sekarang.
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulilah puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang telah memberikanku kekuatan, membekaliku dengan ilmu serta
memperkenalkanku dengan cinta. Atas karunia serta kemudahan yang engkau berikan
akhirnya karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dan tidak lupa juga shalawat dan
salam saya limpahkan kepada nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam.
Persembahan tugas akhir ini dan rasa terima kasih aku ucapkan untuk :
Kedua Orang Tuaku Tercinta Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima
kasih yang tiada terhingga karya tulis ini kupersembahkan teruntuk kedua orang tua
ku tercinta Ibu Prastiwi, Bapak Subarmono Rahimahullah dan Keluarga ku yang telah
memberikan ku dukungan, doa serta motivasi baik secara moril maupun materi.
Teruntuk kakaku Iqbal, sahabat ku Ummi Arnis, Candra, Ai, Zanuba, Dhea,
Lida yang selalu mendoakan, memberiku semangat dan inspirasi dalam
menyelesaikan tugas akhir ini. Semoga doa dan semua hal yang terbaik menjadikan
ku orang yang baik pula amin.
Teruntuk dosen pembimbing tugas akhir saya Ns. Siti Nuryanti,S.Kep.,M.Pd
dan ibu Rus Andraini, A.Kp.,MPH, Terima kasih saya ucapkan kerena telah
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membantu membimbing saya dan
memberikan bimbingan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Teruntuk semua dosen Poltekkes, terima kasih ibu dan bapak telah
membimbing saya dengan sabar dalam 3 tahun ini memberikan ilmu dan pengalaman
yang sangat berharga dan berguna dikemudian hari.
Teruntuk Squad Anak Cantik (Ami, Ani, Bella, Febriana, Nokar, Tiara,
Najah, Lely dan Riska Alhamdulilah akhirnya kita semua sudah mencapai apa yang
kita usahakan selama ini terima kasih ya fren sudah selalu ada dan selalu semangatin
satu sama lain dalam menyelesaikan tugas akhir ini sukses buat kita semua ya guys.
Dan Teruntuk Angkatan 6 Keperawatan Kelas Balikpapan, terima kasih
semua atas semangat dan kebersamaan selama tiga tahun menuntut ilmu di poltekkes
ini semoga allah senantiasa memberikan kemudahan dan kesuksesan kepada kita
semua. Aamiin.
إِنَّ َمَع اْلعُْسِر يُْسًرا
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. al-Insyirah: 6)
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan Kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi Wassalam,
atas berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan
Bronkopneumonia Yang Dirawat di Rumah Sakit”. Tujuan dari penulisan KTI ini
adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan dari
jurusan keperawatan, Prodi DIII-Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kaltim. Pada
pembuatan KTI ini penulis tentu mengalami kesulitan. Namun berkat bimbingan,
dukungan dan semangat dari orang terdekat sehingga penulis mampu
menyelesaikannya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih sedalam-dalamnya untuk :
1. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur.
2. Hj. Umi Kalsum, S.Pd., M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
3. Ns. Andi Lis Arming G, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.
4. Ns. Grace Carol Sipasulta, M.Kep., Sp.Kep.Mat, selaku Penanggung Jawab Prodi
D-III Keperawatan Kelas Balikpapan Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Kalimantan Timur.
viii
5. Ns. Siti Nuryanti, S.Kep., M.pd, selaku pembimbing I dalam menyelesaikan KTI
ini.
6. Rus Andraini, A.Kp.,MPH, selaku Pembimbing II dalam menyelesaikan KTI ini.
7. Para Dosen dan seluruh staf Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan
Kalimantan Timur yang telah membimbing dan mendidik penulis dalam masa
pendidikan.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan KTI ini baik secara langsung
maupun tidak langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penulisan KTI ini masih terdapat banyak kesalahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kiranya kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak dan nantinya akan digunakan untuk perbaikan dimasa
mendatang.
Balikpapan, Mei 2020
Penulis
ix
ABSTRAK
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ANAK DENGAN
BRONKOPNEUMONIA YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT”
Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting morbiditas
dan mortalitas pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. ISPA dapat berlanjut menjadi
pneumonia. Terjadinya pneumonia pada anak sering kali bersamaan dengan terjadinya
proses infeksi akut pada bronkus yang disebut dengan bronkopneumonia.
Bronkopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan
jaringan paru di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan memahami
secara mendalam mengenai asuhan keperawatan pada klien anak dengan
Bronkopneumonia.
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan Asuhan
Keperawatan dengan mengambil dua kasus sebagai unit analisis. Unit analisis adalah
klien anak dengan bronkopneumonia. Metode pengambilan data melalui identifikasi, menginterpretasi dan menganalisi dari 2 sumber pustaka. Teknik pengumpulan data
menggunakan studi literatur.
Berdasarkan analisa data didapatkan kesamaan dan kesenjangan antara 2
sumber kasus, diagnosa keperawatan yang berbeda dengan diagnosa yang ditemukan
pada klien 1 adalah diagnosa resiko infeksi dan ansietas sedangkan pada klien 2
ditemukan perbedaan diagnosa resiko infeksi, resiko jatuh, dan resiko defisit nutrisi,
perencanaan dan pelaksanaan ditunjang dengan fasilitas dan sarana yang mendukung,
evaluasi pada klien 1 belum teratasi, sedangkan pada klien 2 semua masalah teratasi.
Penyakit Bronkopneumonia merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan
kematian tertinggi. Pada anak dengan Bronkopneumonia harus diperhatikan kondisi
lingkungan, pemenuhan nutrisi dan oksigen yang diberikan. Diharapkan untuk lebih
diperhatikan lagi bagi tenaga kesehatan dalam melakukan asuhan keperawatan yang
tepat dan dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat untuk
meningkatkan dan memperhatikan perilaku kesehatan atau kebiasaan sehari-hari.
Kata Kunci : Bronkopneumonia, Asuhan Keperawatan, Literature Review
x
ABSTRACT
"NURSING CARE FOR CLIENTS OF CHILDREN WITH
BRONCHOPNEUMONIA WHO ARE HOSPITALIZED"
Acute airway infection (ARI) is the most important cause of morbidity and
mortality in children, especially under 5 years of age. ARI can progress to
pneumonia. The occurrence of pneumonia in children often coincides with the
process of acute infection of the bronchi called bronchopneumonia.
Bronchopneumonia is inflammation that occurs in the bronchial wall and
surrounding lung tissue. This research aims to study and understand deeply about
nursing care in clients of children with bronchopneumonia.
This research uses a case study method with Nursing Care approach by
taking two cases as the unit of analysis. The unit of analysis is a child client with
bronchopneumonia. The method of collecting data through identification,
interpreting and analyzing from 2 sources of literature. Data collection techniques
using the study of literature.
Based on data analysis, there are similarities and gaps between the two
sources of cases, different nursing diagnoses with diagnoses found in client 1 are
diagnoses of infection risk and anxiety while in client 2 found differences in
diagnosis of infection risk, fall risk, and risk of nutritional deficits, planning and
implementation supported by supporting facilities and facilities, evaluation on
client 1 has not been resolved, whereas on client 2 all problems have been resolved.
Bronchopneumonia disease is one of the diseases that causes the highest
death. In children with bronchopneumonia, environmental conditions, nutritional
and oxygen fulfillment must be considered. It is hoped that more health workers
will be given more attention in conducting appropriate nursing care and can provide
health education to the community to improve and pay attention to health behaviors
or daily habits.
Keywords: Bronchopneumonia, Nursing Care, Literature Review
xi
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul Depan
Halaman Sampul Dalam dan Persyaratan ......................................................... i
Halaman Pernyataan ....................................................................................... ii
Halaman Persetujuan ..................................................................................... iii
Halaman Pengesahan ......................................................................................iv
Daftar Riwayat Hidup ...................................................................................... v
Lembar Persembahan ......................................................................................vi
Kata Pengantar .............................................................................................. vii
Abstrak ...........................................................................................................ix
Daftar Isi .........................................................................................................xi
Daftar Gambar ............................................................................................... xv
Daftar Bagan ................................................................................................. xvi
Daftar Tabel .................................................................................................xvii
Daftar Lampiran......................................................................................... xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 7
1. Tujuan Umum ............................................................................ 7
xii
2. Tujuan Khusus ........................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1. Bagi Peneliti .............................................................................. 7
2. Bagi Tempat Penelitian .............................................................. 8
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan ...................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Bronkopneumonia ..................................................... 9
1. Pengertian ................................................................................... 9
2. Anatomi Fisiologi ....................................................................... 9
3. Etiologi ...................................................................................... 12
4. Patofisiologi ................................................................................ 14
5. Klasifikasi ................................................................................... 16
6. Manifestasi Klinis ....................................................................... 17
7. Komplikasi .................................................................................. 18
8. Pemeriksaan Penunjang………………………………………… . 20
9. Penatalaksanaan .......................................................................... 21
B. Konsep Masalah Keperawatan ......................................................... 22
1. Pengertian Masalah Keperawatan ............................................... 22
2. Komponen Masalah Keperawatan .............................................. 22
3. Faktor yang Berhubungan……………………………………… .. 23
4. Pathway Penyakit Bronkopneumonia .......................................... 24
5. Masalah Keperawatan pada Bronkopneumonia ........................... 25
xiii
C. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia ............................. 32
1. Pengkajian ................................................................................. 32
2. Diagnosa Keperawatan ................................................................ 36
3. Perencanaan Keperawatan ........................................................... 38
4. Pelaksanaan Keperawatan ........................................................... 50
5. Evaluasi Keperawatan ................................................................ 50
D. Konsep Keperawatan Anak………………………………………… 51
1. Pertumbuhan dan Perkembangan ................................................. 51
2. Batasan Usia Anak ...................................................................... 54
3. Paradigma Keperawatan Anak..................................................... 54
4. Prinsip Keperawatan Anak…………………………………….. .. 56
5. Peran Perawat Anak .................................................................... 58
6. Konsep Hospitalisasi ................................................................... 60
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan (Desain Penelitian) ........................................................ 64
B. Subyek Penelitian ............................................................................ 64
C. Batasan Istilah (Definisi Operasional) .............................................. 64
D. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 65
E. Prosedur Penelitian ......................................................................... 65
F. Teknik dan Instrumen Pengmpulan Data .......................................... 66
G. Uji Keabsahan Data ........................................................................ 67
H. Analisis Data ................................................................................... 67
xiv
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ............................................................................ 68
1. Gambaran Lokasi Penelitian ................................................. 68
2. Data Asuhan Keperawatan .................................................... 69
B. Pembahasan ............................................................................... 104
1. Pengkajian .......................................................................... 105
2. Diagnosa Keperawatan ....................................................... 108
3. Intervensi Keperawatan ....................................................... 122
4. Implementasi Keperawatan ................................................. 132
5. Evaluasi Keperawatan ......................................................... 135
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 138
B. Saran ......................................................................................... 140
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Anatomi Sistem Pernapasan ........................................................ 10
Gambar 2.2 Anatomi Fisiologi Pernapasan Atas.............................................. 10
xvi
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Pathway Penyakit Bronkopneumonia ............................................. 24
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Anamnesis .................................................................................. 69
Tabel 4.2 Pemeriksaan Fisik ............................................................................... 72
Tabel 4.3 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................... 75
Tabel 4.4 Skala Resiko Jatuh Humpty Dumpty .................................................. 76
Tabel 4.5 Penatalaksanaan Terapi ....................................................................... 77
Tabel 4.6 Diagnosa Keperawatan ........................................................................ 78
Tabel 4.7 Perencanaan Pada Klien Anak 1 ......................................................... 82
Tabel 4.8 Perencanaan Pada Klien Anak 2 ......................................................... 83
Tabel 4.9 Implementasi Pada Klien Anak 1 ......................................................... 87
Tabel 4.10 Implementasi Pada Klien Anak 2 ........................................................ 88
Tabel 4.11 Evaluasi Pada Klien Anak 1 ............................................................... 94
Tabel 4.12 Evaluasi Pada Klien Anak 2 ............................................................... 95
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Asuhan Keperawatan pada klien 1 dengan judul Penerapan
Teknik Nafas Dalam Pada Anak Balita Dengan Bronkopneumonia
Di RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul
Lampiran 2 Asuhan Keperawatan pada klien 2 dengan judul Karya Tulis
Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak Dengan Bronkopneumonia di
Rumah Sakit Umum Samarinda Medika Citra
Lampiran 3 Lembar Konsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial
serta tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan yang memiliki ciri
diantaranya memiliki kemampuan merefleksikan perhatian individu sebagai
manusia, memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan baik
secara internal maupun eksternal dan memiliki hidup yang kreatif dan produktif
(Yuliastati & Arnis, 2016).
Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang perubahan dan
perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun), usia bermain atau toddler (1-
3 tahun), pra sekolah (3-5 tahun), usia sekolah (5-11 tahun), hingga remaja (11-
18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu dengan yang lain mengingat
latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat tentang perubahan
pertumbuhan dan perkembangan yaitu rentang cepat dan lambat. Dalam proses
berkembang anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola koping dan
perilaku sosial (Yuniarti, 2015).
Menurut Jayani (2018) penyakit penyebab kematian terbanyak yang terjadi
pada anak usia di bawah lima tahun (balita) adalah kombinasi gangguan
neonatal (bayi baru lahir kurang dari 28 hari), asfiksia dan trauma neonatal,
cacat lahir bawaan, diare, malaria, meningtis, kekurangan gizi, hingga infeksi
pernapasan.
1
2
Infeksi saluran napas akut (ISPA) merupakan penyebab terpenting
morbiditas dan mortalitas pada anak terutama usia dibawah 5 tahun. Beberapa
faktor dianggap berhubungan dengan ISPA antara lain, jenis kelamin, usia
balita, status gizi, imunisasi, berat lahir balita, suplementasi vitamin A, durasi
pemberian ASI, pendidikan ibu, pendapatan keluarga, pajanan rokok, serta
pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu terhadap ISPA. ISPA dapat berlanjut
menjadi pneumonia. Pnemonia adalah proses infeksi akut yang mengenai
jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak sering kali
bersamaan dengan terjadinya proses infeksi akut pada bronkus yang disebut
dengan bronkopneumonia (Kholisah et al, 2015).
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk menyatakan
peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan paru di
sekitarnya. Brokopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia lobularis karena
peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat terlokalisir pada
bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin, 2017). Insiden penyakit
bronkopneumonia pada negara berkembang termasuk Indonesia hampir 30%
terjadi pada anak-anak di bawah umur 5 tahun dengan resiko kematian yang
tinggi (Kemenkes RI, 2015).
Menurut laporan World Health Organization (WHO), sekitar 800.000
hingga 2 juta anak meninggal dunia tiap tahun akibat bronkopneumonia.
Bahkan United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan WHO menyebutkan
bronkopneumonia sebagai kematian tertinggi anak balita, melebihi penyakit-
penyakit lain seperti campak, malaria serta Acquired Immunodeficiency
3
Syndrome (AIDS). Pada tahun 2017 bronkopneumonia setidaknya membunuh
808.694 anak di bawah usia 5 tahun (WHO, 2019).
Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018, lima provinsi yang
mempunyai insiden bronkopneumonia balita tertinggi adalah DKI Jakarta
(95,53%), Sulawesi Tengah (71,82%), Kalimantan Utara (70,91%), Banten
(67,60%) dan Nusa Tenggara Barat (63,64%) Sedangkan prevalensi di
Kalimantan Timur (29,02%) (Kemenkes RI, 2018).
Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2018 jumlah
kasus bronkopneumonia balita tertinggi yang ditemukan dan di tangani terdapat
pada Kota Bontang (138,9%), Kota Balikpapan sebesar (92,15%), dan Penajam
Paser Utara (63,64%) (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2018)
Penemuan kasus bronkopneumonia pada balita tertinggi di Balikpapan
tahun 2017 terdapat pada wilayah Kecamatan Balikpapan Utara, pada
Puskesmas Batu Ampar dengan 544 kasus. Pada tahun ini, temuan kasus
Bronkopneumonia (140,90%) mengalami penurunan dibanding tahun
sebelumnya. Namun walaupun mengalami penurunan, cakupan penemuan
Bronkopneumonia balita di Kota Balikpapan masih cukup tinggi melebihi target
nasional (70%). Hal ini dikarenakan semakin baiknya pelayanan kesehatan di
Puskesmas khususnya dalam hal diagnosis dan tatalaksana Bronkopneumonia
balita di wilayah kerjanya mengikuti pedoman yang telah digariskan oleh
Kementerian Kesehatan RI (Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, 2017).
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada anak yang mengalami
Bronkopneumonia yaitu gangguan pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak
4
efektif, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, intoleransi
aktivitas, dan resiko ketidakseimbangan elektrolit. Apabila tidak segera
ditangani maka akan mengakibatkan komplikasi seperti empiema, otitis media
akut, atelektasis, emfisema, dan meningitis (Nurarif & Kusuma, 2015).
Proses peradangan dari proses penyakit bronkopneumonia menimbulkan
manifestasi klinis yang ada sehingga muncul beberapa masalah dan salah
satunya adalah bersihan jalan napas tidak efektif. Bersihan jalan napas tidak
efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. Masalah bersihan jalan nafas
ini jika tidak ditangani secara cepat maka bisa menimbulkan masalah yang lebih
berat seperti pasien akan mengalami sesak yang hebat bahkan bisa
menimbulkan kematian (PPNI, 2017).
Menurut Ridha (2014) menyatakan bahwa upaya yang perlu dilakukan
dalam penanganan bronkopneumonia dengan bersihan jalan napas tidak efektif
meliputi terapi farmakologis dan non farmakologis. Terapi farmakologis antara
lain pemberian obat antibiotik, pemberian terapi nebulisasi yang bertujuan
untuk mengurangi sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme
akibat hipersekresi mucus, sedangkan terapi non farmakologis yaitu fisioterapi
dada seperti clapping dan batuk efektif. Anak yang sudah mendapatkan terapi
inhalasi akan mendapatkan tindakan fisioterapi dada. Fisioterapi dada dilakukan
dengan teknik Tapping dan Clapping. Teknik ini adalah suatu bentuk terapi
dengan menggunakan tangan, dalam posisi telungkup serta dengan gerakan
fleksi dan ekstensi wrist secara ritmis. Teknik ini sering digunakan dengan dua
5
tangan. Pada anak-anak tapping dan clapping dapat dilakukan dengan dua atau
tiga jari. Teknik dengan satu tangan dapat digunakan sebagai pilihan pada
tapping dan clapping yang dapat dilakukan sendiri (Soemarno et al, 2015).
Intervensi lain yang dilakukan untuk mempercepat perbaikan jalan napas
klien adalah mengatur posisi kepala klien lebih tinggi dari badan. Posisi elevasi
kepala dapat meningkatkan ventilasi klien. Diafragma yang lebih rendah akan
membantu dalam meningkatkan ekspansi dada, pengisian udara, mobilisasi, dan
ekspektorasi dan sekresi. Intervensi lainnya adalah anjuran minum air hangat
yang dapat juga dilakukan modifikasi dengan tetap pemberian ASI dikarenakan
pemberian ASI pada memiliki keefektifan yang sama dengan minum air hangat
(Soemarno, 2015).
Peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
bronkopneumonia meliputi usaha promotif yaitu dengan selalu menjaga
kebersihan baik fisik maupun lingkungan seperti tempat sampah, ventilasi, dan
kebersihan lain-lain. Preventif dilakukan dengan cara menjaga pola hidup
bersih dan sehat, upaya kuratif dilakukan dengan cara memberikan obat yang
sesuai indikasi yang dianjurkan oleh dokter dan perawat memiliki peran dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan bronkopneumonia secara
optimal, professional dan komprehensif, sedangkan pada aspek rehabilitatif,
perawat berperan dalam memulihkan kondisi klien dan menganjurkan pada
orang tua klien untuk kontrol ke rumah sakit.
Banyaknya permasalahan anak dengan bronkopneumonia membuat
perawatan lanjutan di rumah harus dilakukan. Salah satu cara yang dapat
6
dilakukan untuk menanganinya adalah dengan memberdayakan keluarga
terutama ibu dalam merawat anak ketika kembali ke rumah. Perawatan anak
tidak terlepas dari keterlibatan keluarga terutama orang tua. Oleh karena itu,
perawatan berfokus keluarga menjadi konsep utama perawatan anak selama
hospitalisasi. Keluarga, khususnya ibu, merupakan orang yang paling dekat
dengan anak dan diharapkan mampu merawat anak selama di rumah, memenuhi
kebutuhan, menyelesaikan masalah dan menggunakan sumber-sumber yang
tepat dalam memenuhi kebutuhan kesehatan keluarga (Yuliani et al, 2016).
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD dr.
Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan di ruang Flamboyan C, berdasar laporan
logbook pasien diperoleh data 5 bulan terakhir dari bulan Agustus 2019 hingga
bulan Desember 2019. Pada 5 bulan terakhir didapatkan total penderita anak
dengan penyakit bronkopneumonia sekitar 8 kasus dan rentang umur anak yang
dirawat di RSUD dr. Kanudjoso Djatiwibowo Balikpapan di ruang Flamboyan
C adalah dari usia 1 hingga 14 tahun.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Literature Review Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak
Dengan Bronkopneumonia”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimanakah Literature Review Asuhan Keperawatan Pada Klien
Anak Dengan Bronkopneumonia”?
7
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
Asuhan Keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji klien anak dengan bronkopneumonia.
b. Menegakkan diagnosis keperawatan klien anak dengan
bronkopneumonia.
c. Menyusun perencanaan keperawatan klien anak dengan
bronkopneumonia.
d. Melaksanakan intervensi keperawatan klien anak dengan
bronkopneumonia.
e. Mengevaluasi klien anak dengan bronkopneumonia.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian karya tulis Ilmiah ini adalah :
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi
peneliti dalam mengaplikasikan hasil asuhan keperawatan pada anak
dengan bronkopneumonia.
8
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
rumah sakit selaku pemberi pelayanan kesehatan mengenai penyakit
bronkopneumonia pada anak.
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya disiplin ilmu keperawatan
mengenai asuhan keperawatan pada klien anak dengan bronkopneumonia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis Bronkopneumonia
1. Pengertian Bronkopneumonia
Bronkopneumonia adalah istilah medis yang digunakan untuk
menyatakan peradangan yang terjadi pada dinding bronkiolus dan jaringan
paru di sekitarnya. Bronkopeumonia dapat disebut sebagai pneumonia
lobularis karena peradangan yang terjadi pada parenkim paru bersifat
terlokalisir pada bronkiolus berserta alveolus di sekitarnya (Muhlisin,
2017).
Bronkopneumonia adalah peradangan umum dari paru-paru, juga
disebut sebagai pneumonia bronkial, atau pneumonia lobular. Peradangan
dimulai dalam tabung bronkial kecil bronkiolus, dan tidak teratur menyebar
ke alveoli peribronchiolar dan saluran alveolar (PDPI Lampung &
Bengkulu, 2017).
2. Anatomi Fisiologi
Menurut Syaifuddin (2016) secara umum sistem respirasi dibagi
menjadi saluran nafas bagian atas, saluran nafas bagian bawah, dan paru-
paru.
a. Saluran pernapasan bagian atas
Saluran pernapasan bagian atas berfungsi menyaring,
menghangatkan, dan melembapkan udara yang terhirup.
9
10
Saluran pernapasan ini terdiri atas sebagai berikut :
Gambar 2.1
Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Sumber : (Syaifuddin, 2016)
Gambar 2.2
Anatomi Fisiologi Pernapasan Atas
Sumber : (Syaifuddin, 2016)
1) Hidung
Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat
pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan
struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya
pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars horizontal osis
palatum.
11
2) Faring
Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya
tegak lurus antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.
3) Laring (Tenggorokan)
Laring merupakan saluran pernapasan setelah faring yang terdiri
atas bagian dari tulang rawan yang diikat bersama ligamen dan
membran, terdiri atas dua lamina yang bersambung di garis tengah.
4) Epiglotis
Epiglotis merupakan katup tulang rawan yang bertugas membantu
menutup laring pada saat proses menelan.
b. Saluran pernapasan bagian bawah
Saluran pernapasan bagian bawah berfungsi mengalirkan udara
dan memproduksi surfaktan, saluran ini terdiri atas sebagai berikut:
1) Trakea
Trakea atau disebut sebagai batang tenggorok, memiliki panjang
kurang lebih sembilan sentimeter yang dimulai dari laring sampai
kira-kira ketinggian vertebra torakalis kelima. Trakea tersusun atas
enam belas sampai dua puluh lingkaran tidak lengkap berupa
cincin, dilapisi selaput lendir yang terdiri atas epitelium bersilia
yang dapat mengeluarkan debu atau benda asing.
2) Bronkus
Bronkus merupakan bentuk percabangan atau kelanjutan dari
trakea yang terdiri atas dua percabangan kanan dan kiri. Bagian
12
kanan lebih pendek dan lebar yang daripada bagian kiri yang
memiliki tiga lobus atas, tengah, dan bawah, sedangkan bronkus
kiri lebih panjang dari bagian kanan yang berjalan dari lobus atas
dan bawah.
3) Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan setelah bronkus.
c. Paru-paru
Paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan. Paru
terletak dalam rongga toraks setinggi tulang selangka sampai dengan
diafragma. Paru terdiri atas beberapa lobus yang diselaputi oleh pleura
parietalis dan pleura viseralis, serta dilindungi oleh cairan pleura yang
berisi cairan surfaktan. Paru kanan terdiri dari tiga lobus dan paru kiri
dua lobus.
Paru sebagai alat pernapasan terdiri atas dua bagian, yaitu
paru kanan dan kiri. Pada bagian tengah organ ini terdapat organ
jantung beserta pembuluh darah yang berbentuk yang bagian puncak
disebut apeks. Paru memiliki jaringan yang bersifat elastis berpori,
serta berfungsi sebagi tempat pertukaran gas oksigen dan karbon
dioksida yang dinamakan alveolus.
3. Etiologi
Menurut Nurarif & Kusuma (2015) secara umum bronkopneumonia
diakibatkan penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
organisme patogen. Orang normal dan sehat memiliki mekanisme
13
pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas reflek glotis
dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman
keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri virus dan
jamur, antara lain :
a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella
b. Virus : Legionella Pneumoniae
c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans
d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung kedalam paru
e. Terjadi karena kongesti paru yang lama
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya
disebabkan oleh virus penyebab Bronkopneumonia yang masuk ke saluran
pernafasan sehingga terjadi peradangan bronkus dan alveolus. Inflamasi
bronkus ini ditandai dengan adanya penumpukan sekret, sehingga terjadi
demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman
sudah mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps
alveoli, fibrosis, emfisema dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak
napas, dan napas ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru
dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang berpungsi untuk
melembabkan rongga fleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau pus
dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan. Atelektasis
mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis
14
respiratori, pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan
mengakibatkan terjadinya gagal napas (PDPI Lampung & Bengkulu, 2017)
4. Patofisiologi
Sebagian besar penyebab dari bronkopneumonia ialah
mikroorganisme (jamur, bakteri, virus) awalnya mikroorganisme masuk
melalui percikan ludah (droplet) invasi ini dapat masuk kesaluran
pernafasan atas dan menimbulkan reaksi imonologis dari tubuh. reaksi ini
menyebabkan peradangan, dimana ketika terjadi peradangan ini tubuh
menyesuaikan diri maka timbulah gejala demam pada penderita.
Reaksi peradangan ini dapat menimbulkan sekret, semakin lama
sekret semakin menumpuk di bronkus maka aliran bronkus menjadi
semakin sempit dan pasien dapat merasa sesak. Tidak hanya terkumpul
dibronkus lama-kelamaan sekret dapat sampai ke alveolus paru dan
mengganggu sistem pertukaran gas di paru.
Tidak hanya menginfeksi saluran nafas, bakteri ini juga dapat
menginfeksi saluran cerna ketika ia terbawa oleh darah. Bakteri ini dapat
membuat flora normal dalam usus menjadi agen patogen sehingga timbul
masalah pencernaan.
Dalam keadaan sehat, pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme, keadaan ini disebabkan adanya mekanisme pertahanan
paru. Terdapatnya bakteri didalam paru menunjukkan adanya gangguan
daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan
mengakibatkan timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke
15
dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain
inhalasi langsung dari udara, aspirasi dari bahan-bahan yang ada di
nasofaring dan orofaring serta perluasan langsung dari tempat-tempat lain,
penyebaran secara hematogen (Nurarif & Kusuma, 2015).
Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat
melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan radang pada
dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba
di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat
stadium, yaitu (Bradley, 2011):
a. Stadium I/Hiperemia (4-12 jam pertama atau stadium kongesti).
Pada stadium I, disebut hiperemia karena mengacu pada respon
peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang
terinfeksi. Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan
permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat
pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah
pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator
tersebut mencakup histamin dan prostaglandin.
b. Stadium II/Hepatisasi Merah (48 jam berikutnya)
Pada stadium II, disebut hepatitis merah karena terjadi sewaktu
alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya
penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan sehingga warna paru
16
menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini
udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga orang dewasa
akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu
selama 48 jam.
c. Stadium III/ Hepatisasi Kelabu (3-8 hari berikutnya)
Pada stadium III/hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel- sel
darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini
endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan
terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli
mulai di reabsorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan
leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak
lagi mengalami kongesti.
d. Stadium IV/Resolusi (7-11 hari berikutnya)
Pada stadium IV/resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorpsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya
semula.
5. Klasifikasi
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang
memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan
etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia
berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang
17
lebih relevan (Bradley, 2011). Berikut ini klasifikasi pneumonia sebagai
berikut :
a. Berdasarkan lokasi lesi di paru yaitu pneumonia lobaris, pneumonia
interstitialis, bronkopneumonia
b. Berdasarkan asal infeksi yaitu pneumonia yang didapat dari
masyarakat (community acquired pneumonia = CAP). Pneumonia yang
didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia).
c. Berdasarkan mikroorganisme penyebab yaitu pneumonia bakteri,
pneumonia virus, pneumonia mikoplasma, dan pneumonia jamur
d. Berdasarkan karakteristik penyakit yaitu pneumonia tipikal dan
pneumonia atipikal
e. Berdasarkan lama penyakit yaitu Pneumonia akut dan Pneumonia
persisten
6. Manifestasi Klinis
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran napas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik secara mendadak
sampai 37,6-40°C dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.
Selain itu, anak bisa menjadi sangat gelisah, pernapasan cepat dan dangkal
disertai pernapasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut.
Sedangkan, batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, seorang
anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya
berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
18
a. Inspeksi: Pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan
mulut, retraksi sela iga.
b. Palpasi: Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit.
c. Perkusi: Sonor memendek sampai beda.
d. Auskultasi: Suara pernapasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai
ronki basah gelembung halus sampai sedang..
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada
luasnya daerah yang terkena. Pada perkusi thoraks sering tidak dijumpai
adanya kelainan. Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah
gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi
satu (konfluens) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan
suara pernapasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium
resolusi ronki dapat terdengar lagi. Tanpa pengobatan biasanya proses
penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu (PDPI Lampung &
Bengkulu, 2017)
7. Komplikasi
Komplikasi bronkopneumonia umumnya lebih sering terjadi pada
anak-anak, orang dewasa yang lebih tua (usia 65 tahun atau lebih), dan
orang-orang dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes (Akbar
Asfihan, 2019). Beberapa komplikasi bronkopneumonia yang mungkin
terjadi, termasuk :
19
a. Infeksi Darah
Kondisi ini terjadi karena bakteri memasuki aliran darah dan
menginfeksi organ lain. Infeksi darah atau sepsis dapat menyebabkan
kegagalan organ.
b. Abses Paru-paru
Abses paru-paru dapat terjadi ketika nanah terbentuk di rongga paru-
paru. Kondisi ini biasanya dapat diobati dengan antibiotik. Tetapi
kadang-kadang diperlukan pembedahan untuk menyingkirkannya.
c. Efusi Pleura
Efusi pleura adalah suatu kondisi di mana cairan mengisi ruang di
sekitar paru-paru dan rongga dada. Cairan yang terinfeksi biasanya
dikeringkan dengan jarum atau tabung tipis. Dalam beberapa kasus,
efusi pleura yang parah memerlukan intervensi bedah untuk membantu
mengeluarkan cairan.
d. Gagal Napas
Kondisi yang disebabkan oleh kerusakan parah pada paru-paru,
sehingga tubuh tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen karena
gangguan fungsi pernapasan. Jika tidak segera diobati, gagal napas
dapat menyebabkan organ tubuh berhenti berfungsi dan berhenti
bernapas sama sekali. Dalam hal ini, orang yang terkena harus
menerima bantuan pernapasan melalui mesin (respirator).
20
8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) untuk dapat menegakkan
diagnosa keperawatan dapat digunakan cara :
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam digunakan untuk kultur serta tes sensitifitas
untuk mendeteksi agen infeksius.
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa.
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia.
5) Sampel darah, sputum dan urine untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba
b. Pemeriksaan radiologi
1) Ronthenogram thoraks
Menunujukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus
2) Laringoskopi/bronskopi
Untuk menentukan apakah jalan nafas tesumbat oleh benda padat
21
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat diberikan pada anak dengan
bronkopneumonia yaitu:
a. Pemberian obat antibiotik penisilin ditambah dengan kloramfenikol 50-
70 mg/kg BB/hari atau diberikan antibiotic yang memiliki spectrum
luas seperti ampisilin, pengobatan ini diberikan sampai bebas demam
4-5 hari. Antibiotik yang direkomendasikan adalah antibiotik spectrum
luas seperti kombinasi beta laktam/klavulanat dengan aminoglikosid
atau sefalosporin generasi ketiga (Ridha, 2014)
b. Pemberian terapi yang diberikan pada pasien adalah terapi O2, terapi
cairan dan, antipiretik. Agen antipiretik yang diberikan kepada pasien
adalah paracetamol. Paracetamol dapat diberikan dengan cara di tetesi
(3x0,5 cc sehari) atau dengan peroral/ sirup. Indikasi pemberian
paracetamol adalah adanya peningkatan suhu mencapai 38ºC serta
untuk menjaga kenyamanan pasien dan mengontrol batuk.
c. Terapi nebulisasi menggunakan salbutamol diberikan pada pasien ini
dengan dosis 1 respul/8 jam. Hal ini sudah sesuai dosis yang dianjurkan
yaitu 0,5 mg/kgBB. Terapi nebulisasi bertujuan untuk mengurangi
sesak akibat penyempitan jalan nafas atau bronkospasme akibat
hipersekresi mukus. Salbutamol merupakan suatu obat agonis beta- 2
adrenegik yang selektif terutama pada otot bronkus. Salbutamol
menghambat pelepas mediator dari pulmonary mast cell 9,11 Namun
terapi nebulisasi bukan menjadi gold standar pengobatan dari
22
bronkopneumonia. Gold standar pengobatan bronkopneumonia adalah
penggunaan 2 antibiotik (Alexander & Anggraeni, 2017)
B. Konsep Masalah Keperawatan
1. Pengertian Masalah Keperawatan
Masalah keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons individu, keluarga,
dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI,
2017).
2. Komponen Masalah Keperawatan
Dalam konsep masalah keperawatan terdapat dua komponen utama
yaitu masalah (problem) atau label diagnosis dan indikator diagnostik.
Masing-masing komponen diagnosis diuraikan sebagai berikut :
a. Masalah (Problem)
Masalah merupakan label diagnosis keperawatan yang menggambarkan
inti dari respons klien terhadap kondisi kesehatan atau proses
kehidupannya. Label diagnosis terdiri atas Deskriptor atau penjelas dan
fokus diagnostik.
b. Indikator Diagnostik
c. Indikator diagnostik terdiri atas penyebab, tanda/gejala, dan faktor
risiko dengan uraian sebagai berikut :
23
1) Penyebab (Etiology) merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status perubahan status kesehatan.
Etiologi dapat mencakup empat kategori yaitu : 1) fisiologis,
biologis atau psikologis; 2) efek samping terapi/tindakan; 3)
situasional (lingkungan antar personal) dan 4) maturasional.
2) Tanda (sign) dan Gejala (Symptom). Tanda merupakan data
objektif yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium dan prosedur diagnostic, sedangkan gejala
merupakan data subjektif yang diperoleh dari hasil anamnesis.
Tanda/ gejala dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu :
a) Mayor : tanda/gejala ditemukan sekitar 80% - 100% untuk
validasi diagnosis.
b) Minor : tanda/gejala tidak harus ditemukan, namun jika
ditemukan dapat mendukung penegakkan diagnosis (PPNI,
2017)
3. Faktor yang berhubungan
Faktor yang berhubungan atau kondisi klinis yang terkait atau
penyebab pada masalah keperawatan merupakan faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan status kesehatan yang mencakup empat kategori
yaitu : a. fisiologis, biologis, psikologis; b. efek terapi atau tindakan; c.
situasional (lingkungan atau personal); d. maturasional (PPNI, 2017).
24
4. Pathway penyakit bronkopneumonia Bagan 2.1
Pathway penyakit Bronkopneumonia
Sumber : Doenges (2000); Nurarif & Kusuma (2015); PPNI (2017)
-Penderita yang dirawat di RS
-Penderita yang mengalami supresi
system pertahanan tubuh
-Kontaminasi peralatan RS
Saluran pernapasan atas
Kuman terbawa disaluran cerna Kuman belebih dibronkus Proses peradangan
Jamur, virus, bakteri, protozoa
Akumulasi secret dibronkus Bersihan jalan nafas
tidak efektif (D.0001) Infeksi saluran pencernaan
Mucus bronkus meningkat Peningkatan peristaltic usus malabsorbsi
Peningkatan flora normal dalam usus
Bau mulut tidak sedap Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)
Anoreksia
Intake kurang Defisit nutrisi
(D.0019)
Eksplorasi meningkat
Peningkatan metabolisme
Dilatasi pembuluh darah Peningkatan suhu Septikimia
Eksudat plasma masuk alveoli Gangguan difusi
dalam plasma Bersihan jalan nafas
tidak efektif (D.0001)
Edema antara kapiler dan alveoli Iritan PMN eritrosit pecah Edema paru
Pergeseran dinding paru
Penurunan capliance paru
Hiperventilasi Dispneu
Metabolic anaerob meningkat Akumulasi asam laktat
Retraksi dada/nafas cuping hidung
Intoleransi aktivitas
(D.0056)
Gangguan pertukaran
gas (D.0003)
Diare
Hipoksia
fatique
Orang tua bertanya tentang penyakit anaknya
Defisit pengetahuan (D.0111)
Pola nafas tidak
efektif (D.0005)
Suplai oksigen menurun
Infeksi saluran pernapasan bawah
Koping keluarga tidak efektif Proses sakit pada anak
Ansietas (D.0080)
Hipertermia
(D.0130)
Gangguan Tumbuh
Kembang (D.0106)
25
5. Masalah keperawatan pada Bronkopneumonia
Konsep masalah keperawatan meliputi definisi, kriteria masalah,
dan faktor yang berhubungan, berikut ini merupakan penjelasan dari
masalah - masalah keperawatan pada penyakit bronkopneumonia :
a. Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
1) Definisi :
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten.
2) Penyebab :
Fisiologis :
a) Spasme jalan napas
b) Hipersekresi jalan napas
c) Benda asing dalam jalan nafas
d) Sekresi yang tertahan
e) Proses infeksi
Situasional :
a) Merokok aktif
b) Merokok pasif
c) Terpajan polutan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : -
26
b) Objektif : batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum
berlebih/obstruksi dijalan napas/mekonium dijalan napas
(pada neonatus), mengi,wheezing dan /atau ronkhi kering.
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : Dyspnea, Sulit bicara
b) Objektif : Gelisah, Sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi
napas berubah, pola napas berubah
b. Pola nafas tidak efektif (D.0005)
1) Definisi
Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
2) Penyebab
a) Depresi pusat pernafasan
b) Hambatan upaya nafas
c) Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
d) Kecemasan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : Dispnea
b) Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspansi
memanjang, pola nafas abnormal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : Ortopnea
27
b) Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,
diameter thoraks anterior-posterior meningkat, ventilasi
semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi
menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dada berubah
c. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
1) Definisi
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi atau eliminasi
karbondioksida pada membrane alveolus-kapiler.
2) Penyebab
a) Perubahan membran alveolus-kapiler
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : dispneu
b) Objektif : Po2 menurun, Takikardia, Bunyi napas tambahan
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : pusing,penglihatan kabur
b) Objektif : Sianosis, gelisah, napas cuping hidung, pola napas
abnormal
d. Hipertermia (D.0130)
1) Definisi
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh.
2) Penyebab
Proses penyakit (mis. infeksi)
3) Gejala dan Tanda Mayor
28
a) Subyektif : -
b) Obyektif : Suhu tubuh diatas nilai normal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif : -
b) Obyektif : Kulit merah, Kejang, Takikardi, Takipnea, Kulit
terasa hangat
e. Defisit nutrisi (D.0019)
1) Definisi
Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme
2) Penyebab
a) Kurangnya asupan makanan
b) Ketidakmampuan mengabsorbsi nutrien
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : -
b) Objektif : Berat badan menurun minimal 10% dibawah
rentang ideal
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : Cepat kenyang setelah makan, Kram /nyeri
abdomen, Nafsu makan menurun
b) Objektif : Bising usus hiperaktif, Otak pengunyah lemah, Otot
menelan lemah, Membran mukosa pucat, Sariawan, Serum
albumin turun, Rambut rontok berlebihan, Diare
29
f. Intoleransi aktifitas (D.0056)
1) Definisi
Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari
2) Penyebab
a) Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
b) Kelemahan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : Mengubah lelah
b) Objektif : Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi
istirahat
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : Dyspnea saat/setelah aktivitas, Merasa tidak
nyaman setelah beraktivitas, Merasa lemah
b) Objektif : Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat,
Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas,
Gambaran EKG menunjukkan iskemia, Sianosis
g. Ansietas (D.0080)
1) Definisi
Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman
30
2) Penyebab
a) Krisis situasional
b) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subyektif : Merasa bingung, merasa khawatir dengan akibat
dan kondisi yang dihadapi, sulit berkonsentrasi
b) Obyektif : Tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subyektif : Mengeluh pusing, merasa tidak berdaya
b) Obyektif : Frekuensi napas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, diaforesis, muka tampak
pucat
h. Defisit pengetahuan (D.0111)
1) Definisi
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif yang berkaitan
dengan topic tertentu
2) Penyebab
a) Keterbatasan kognitif
b) Kekeliruan mengikuti anjuran
c) Kurang terpapar informasi
d) Kurang minat dalam belajar
e) Kurang mampu mengingat
f) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi
31
3) Gejala dan Tanda Mayor
a) Subjektif : Menanyakan masalah yang dihadapi
b) Objektif : Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,
menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
4) Gejala dan Tanda Minor
a) Subjektif : -
b) Objektif : Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat,
menunjukkan perilaku berlebihan
i. Resiko ketidakseimbangan elektrolit (D.0037)
1) Definisi
Berisiko mengalami perubahan kadar serum elektrolit
2) Faktor resiko
a) Ketidakseimbangan cairan
b) Kelebihan volume cairan
c) Diare
d) Muntah
j. Resiko Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)
1) Definisi : Kondisi individu mengalami gangguan kemampuan
bertumbuh danberkembang sesuai dengan kelompok usia.
2) Gejala dan tanda Mayor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
32
b) Objektif : Tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku
khas sesuai usia (fisik, bahasa, motorik, psikososial),
Pertumbuhan fisik terganggu
3) Gejala dan tanda Minor
a) Subjektif : (tidak tersedia)
b) Objektif : Tidak mampu melakukan perawatan diri sesuai usia,
Afek datar, Respon sosial lambat, Kontak mata terbatas, Nafsu
makan menurun, Lesu, Mudah marah, Regresi, Pola tidur
terganggu (pada bayi) (PPNI, 2017)
C. Konsep Asuhan Keperawatan Bronkopneumonia
Konsep asuhan keperawatan meliputi pengkajian, diagnosis, perencanaan,
implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan catatan tentang hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang klien, dan membuat catatan tentang respons kesehatan klien.
Dengan demikian hasil pengkajian dapat mendukung untuk
mengidentifikasi masalah kesehatan klien dengan baik dan tepat. Tujuan
dari dokumentasi pada intinya untuk mendapatkan data yang cukup untuk
menentukan strategi perawatan. Dikenal dua jenis data pada pengkajian
yaitu data objektif dan subjektif. Perawat perlu memahami metode
memperoleh data. Dalam memperoleh data tidak jarang terdapat masalah
33
yang perlu diantisipasi oleh perawat. Data hasil pengkajiian perlu
didokumentasikan dengan baik (Yustiana & Ghofur, 2016)
a. Usia :
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak. Kasus terbanyak
terjadi pada anak berusia di bawah 3 tahun.
b. Keluhan utama :
Saat dikaji biasanya penderita bronkopneumonia mengeluh sesak
nafas.
c. Riwayat penyakit sekarang :
Pada penderita bronkopneumonia biasanya merasakan sulit untuk
bernafas, dan disertai dengan batuk berdahak, terlihat otot bantu
pernafasan, adanya suara nafas tambahan, penderita biasanya juga
lemah dan tidak nafsu makan, kadang disertai diare.
d. Riwayat penyakit dahulu :
Anak sering menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas,
memiliki riwayat penyakit campak atau pertussis serta memiliki faktor
pemicu bronkopneumonia misalnya riwayat terpapar asap rokok, debu
atau polusi dalam jangka panjang.
e. Pemeriksaan fisik :
1) Inspeksi
Perlu diperhatikannya adanya sianosis, dispneu, pernafasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula non produktif
menjadi produktif, serta nyeri dada pada saat menarik nafas.
34
Batasan takipnea pada anak 2 bulan-12 bulan adalah 50 kali/menit
atau lebih, sementara untuk anak berusia 12 bulan-5 tahun adalah
40 kali/menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding
dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan
dinding dada ke dalam akan tampak jelas.
2) Palpasi
Fremitus biasanya terdengar lemah pada bagian yang terdapat
cairan atau secret, getaran hanya teraba pada sisi yang tidak
terdapat secret.
3) Perkusi
Normalnya perkusi pada paru adalah sonor, namun untuk kasus
bronkopneumonia biasanya saat diperkusi terdengar bunyi redup.
4) Auskultasi
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan
telinga ke hidung atau mulut bayi. Pada anak pneumonia akan
terdengar stridor, ronkhi atau wheezing. Sementara dengan
stetoskop, akan terdengar suara nafas akan berkurang, ronkhi
halus pada posisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa
resolusi. Pernafasan bronkial, egotomi, bronkoponi, kadang-
kadang terdengar bising gesek pleura.
f. Penegakan diagnosis
Pemeriksaan laboratorium : Leukosit meningkat dan LED
meningkat, X-foto dada : Terdapat bercak-bercak infiltrate yang
35
tersebar (bronkopneumonia) atau yang meliputi satu atau sebagian
besar lobus.
g. Riwayat kehamilan dan persalinan:
1) Riwayat kehamilan: penyakit injeksi yang pernah diderita ibu
selama hamil, perawatan ANC, imunisasi TT.
2) Riwayat persalinan: apakah usia kehamilan cukup, lahir prematur,
bayi kembar, penyakit persalinan, apgar score.
h. Riwayat sosial
Siapa pengasuh klien, interaksi social, kawan bermain, peran ibu,
keyakinan agama/budaya.
i. Kebutuhan dasar
1) Makan dan minum
Penurunan intake, nutrisi dan cairan, diare, penurunan BB,
mual dan muntah
2) Aktifitas dan istirahat
Kelemahan, lesu, penurunan aktifitas, banyak berbaring
3) BAK
Tidak begitu terganggu
4) Kenyamanan
Malgia, sakit kepala
5) Higiene
Penampilan kusut, kurang tenaga
j. Pemeriksaan tingkat perkembangan
36
1) Motorik kasar: setiap anak berbeda, bersifat familiar, dan dapat
dilihat dari kemampuan anak menggerakkan anggota tubuh.
2) Motorik halus: gerakkan tangan dan jari untuk mengambil benda,
menggengggam, mengambil dengan jari, menggambar, menulis
dihubungkan dengan usia.
k. Data psikologis
1) Anak
Krisis hospitalisasi, mekanisme koping yang terbatas
dipengaruhi oleh: usia, pengalaman sakit, perpisahan, adanya
support, keseriusan penyakit.
2) Orang tua
Reaksi orang tua terhadap penyakit anaknya dipengaruhi oleh :
a) Keseriusan ancaman terhadap anaknya
b) Pengalaman sebelumnya
c) Prosedur medis yang akan dilakukan pada anaknya
d) Adanya suportif dukungan
e) Agama, kepercayaan dan adat
f) Pola komunikasi dalam keluarga
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respons manusia (status kesehatan atau risiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok, dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga
37
status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai seseorang,
keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah kesehatan atau
proses kehidupan yang aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan
merupakan dasar dalam penyusunan rencana tindakan asuhan
keperawatan, sangat perlu untuk didokumentasikan dengan baik (Yustiana
& Ghofur, 2016)
a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan
nafas
b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya nafas
c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane
alveolus-kapiler
d. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
e. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan
metabolism
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dan kebutuhan oksigen
g. Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
h. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
i. Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan diare
j. Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan
ketidakmampuan fisik (PPNI, 2017)
38
3. Perencanaan Keperawatan
Menurut PPNI (2018) Intervensi keperawatan adalah segala
treatment yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan
dan penilaian klinis untuk mencapai luaran (outcome) yang diharapkan
(PPNI, 2019). Adapun intervensi yang sesuai dengan penyakit
bronkopneumonia adalah sebagai berikut :
a. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan bersihan
jalan napas (L.01001) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Batuk efektif
b) Produksi sputum menurun
c) Mengi menurun
d) Wheezing menurun
e) Dispnea menurun
f) Ortopnea menurun
g) Gelisah menurun
h) Frekuensi napas membaik
i) Pola napas membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi kemampuan batuk
b) Monitor adanya retensi sputum
39
c) Monitor tanda dan gejala infeksi saluran napas
d) Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
e) Auskultasi bunyi napas
Terapeutik
a) Atur posisi semi fowler atau fowler
b) Berikan minum hangat
c) Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
d) Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
a) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
b) Ajarkan teknik batuk efektif
c) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik atau
ekspektoran, jika perlu
b. Diagnosa : Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hambatan
upaya napas
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pola napas
(L.01004) membaik. Dengan kriteria hasil :
a) Tekanan ekspirasi meningkat
b) Tekanan inspirasi meningkat
c) Dispnea menurun
40
d) Penggunaan otot bantu napas menurun
e) Frekuensi napas membaik
f) Kedalaman napas membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor bunyi napas
b) Monitor sputum
c) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
d) Monitor kemampuan batuk efektif
e) Monitor adanya sumbatan jalan napas
f) Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
g) Monitor saturasi oksigen
Edukasi
a) Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
b) Ajarkan teknik batuk efektif
c. Diagnosa : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan
membrane alveolus-kapiler
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan pertukaran
gas (L.01003) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Dispnea menurun
b) Bunyi napas tambahan menurun
c) Napas cuping hidung menurun
d) PCO2 membaik
41
e) PO2 membaik
f) Takikardi membaik
g) Ph arteri membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
b) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, cheyne-stokes, biot, ataksik)
c) Monitor adanya sumbatan jalan napas
d) Auskultasi bunyi napas
e) Monitor saturasi oksigen
f) Monitor nilai AGD
g) Monitor hasil x-ray thoraks
h) Monitor kecepatan aliran oksigen
i) Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan oksigen
Terapeutik
a) Tetap berikan oksigen saat pasien ditransportasi
Kolaborasi
a) Kolaborasi penentuan dosis oksigen
b) Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau tidur
d. Diagnosa : Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan, maka
termoregulasi (L.14134) membaik dengan kriteria hasil :
42
a) Menggigil menurun
b) Kulit merah menurun
c) Kejang menurun
d) Pucat menurun
e) Takikardi menurun
f) Takipnea menurun
g) Bradikardi menurun
h) Hipoksia menurun
i) Suhu tubuh membaik
j) Suhu kulit membaik
k) Tekanan darah membaik
2) Intervensi keperawatan :
Observasi :
a) Identifikasi penyebab hipertermia
b) Monitor tanda-tanda vital
c) Monitor suhu tubuh anak tiap dua jam, jika perlu
d) Monitor intake dan output cairan
e) Monitor warna dan suhu kulit
f) Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik :
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
43
d) Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
e) Berikan cairan oral
f) Ganti linen setiap hari jika mengalami keringat berlebih
g) Lakukan pendinginan eksternal (mis. kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen, aksila
Edukasi :
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan memperbanyak minum
Kolaborasi :
a) Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
b) Kolaborasi pemberisn antibiotik, jika perlu
e. Diagnosa : Defisit nutrisi berhubungan peningkatan kebutuhan
metabolism
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan status
nutrisi (L.03030)membaik. Dengan kriteria hasil:
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Diare menurun
c) Berat badan membaik
d) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
e) Nafsu makan membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
44
b) Monitor asupan makanan
c) Monitor berat badan
Terapeutik
a) Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
b) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
c) Berikan suplemen makanan, jika perlu
d) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
e) Berikan makanan sesuai keinginan, jika memungkinkan
Edukasi
a) Anjurkan orang tua atau keluarga membantu memberi makan
kepada pasien
Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori
dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
b) Kolaborasi pemberian antiemetil sebelum makan, jika perlu
f. Diagnosa : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan toleransi
aktivitas (L.05047) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Keluhan lelah menurun
c) Dispnea saat aktivitas menurun
45
d) Dispnea setelah aktivitas menurun
e) Perasaan lemah menurun
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas
b) Monitor saturasi oksigen
c) Monitor tekanan darah, nadi dan pernapasan setelah
melakukan aktivitas
Terapeutik
a) Libatkan keluarga dalam aktivitas
b) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
c) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah
atau berjalan
Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi, jika
sesuai
g. Diagnosa : Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat
ansietas (L.09093) menurun. Dengan kriteria hasil :
a) Perilaku gelisah menurun
46
b) Perilaku tegang menurun
c) Diaforesis menurun
d) Konsentrasi membaik
e) Pola tidur membaik
f) Frekuensi pernapasan dan nadi membaik
g) Tekanan darah membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Monitor tanda-tanda ansietas
b) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi
c) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Teraupetik
a) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
kepercayaan
b) Pahami situasi yang membuat ansietas
c) Dengarkan dengan penuh perhatian
d) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
e) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan
f) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan berirama
Edukasi
a) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
b) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
47
h. Diagnosa : Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar
informasi
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan tingkat
pengetahuan (L.12111) meningkat. Dengan kriteria hasil :
a) Perilaku sesuai anjuran meningkat
b) Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
c) Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik
meningkat
d) Kemampuan menggambarkan pengalaman sebelumnya yang
sesuai dengan topik meningkat
e) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
f) Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun
g) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
b) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
Teraupetik
a) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
b) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
c) Berikan kesempatan untuk bertanya
48
Edukasi
a) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
i. Diagnosa : Resiko ketidakseimbangan elektrolit dibuktikan dengan
diare
1) Tujuan : Setelah dilakukan intervensi, maka diharapkan
keseimbangan elektrolit (L.03021) meningkat. Dengan kriteria
hasil :
a) Serum natrium membaik
b) Serum kalium membaik
c) Serum klorida membaik
2) Intervensi Keperawatan :
Observasi
a) Identifikasi penyebab diare (mis. inflamasi gastrointestinal)
b) Monitor mual, muntah, dan diare
c) Monitor status hidrasi
Terapeutik
a) Catat intake-output dan hitung balance cairan 24 jam
b) Berikan asupan cairan oral (mis. larutan garam gula, oralit)
c) Berikan cairan intravena, jika perlu
Edukasi
a) Anjurkan makanan porsi kecil dan sering secara bertahap
49
Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis. loperamide,
difenoksilat)
j. Diagnosa : Resiko gangguan tumbuh kembang dibuktikan dengan
ketidakmampuan fisik (L.10101)
1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
perkembangan membaik
Kriteria hasil :
a) Keterampilan/ prilaku sesuai dengan usia
b) Respon social meningkat
c) Kontak mata meningkat
d) Afek Membaik
2) Intervensi :
Observasi
a) Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
Terapeutik
a) Minimalkan kebisingan ruangan
b) Pertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
optimal
c) Motivasi anak berinteraksi dengan anak lain
d) Dukung anak mengekspresikan diri melalui penghargaan
positif atau umpan balik atas usahanya
e) Mempertahankan kenyamanan anak
50
f) Bernyanyi bersama anak lagu-lagu yang disukai
Edukasi
a) Jelaskan orang tua/pengasuh tentang milestone perkembangan
anak dan perilaku anak
b) Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anak
(PPNI, 2018, PPNI, 2019)
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang
menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Ukuran implementasi
keperawatan yang diberikan kepada klien terkait dengan dukungan,
pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi, pendidikan untuk klien-
keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan yang muncul
dikemudian hari (Yustiana & Ghofur, 2016).
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan
mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Penilaian
adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu
berkaitan dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif,
51
psikomotor, perubahan fungsi dan tanda gejala yang spesifik (Yustiana &
Ghofur, 2016)
D. Konsep Keperawatan Anak
1. Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Pengertian
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu
yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, kilogram) ukuran
panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik
(retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Dalam pengertian lain dikatakan
bahwa pertumbuhan merupakan bertambahnya ukuran fisik (anatomi)
dan struktur tubuh baik sebagian maupun seluruhnya karena adanya
multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel tubuh dan juga karena
bertambah besarnya sel.
Sedangkan perkembangan (development) adalah
bertambahnya kemampuan serta struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan
sebagai hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ
dan sistem organ yang terorganisasi dan berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Dalam hal ini
perkembangan juga termasuk perkembangan emosi, intelektual dan
perilaku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
52
pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik (kuantitas),
sedangkan perkembangan berkaitan dengan pematangan fungsi
organ/individu yang merupakan hasil interaksi kematangan susunan
saraf pusat dengan organ yang dipengaruhinya, misalnya
perkembangan sistem neuromuskuler, kemampuan bicara, emosi dan
sosialisasi (kualitas). Kesemua fungsi tersebut berperan penting
dalam kehidupan manusia secara utuh (Yuliastati & Arnis, 2016)
b. Ciri-ciri pertumbuhan
1) Perubahan proporsi tubuh yang dapat diamati pada masa bayi
dan dewasa.
2) Hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan
ini ditandai dengan tanggalnya gigi susu dan timbulnya gigi
permanen, hilangnya refleks primitif pada masa bayi, timbulnya
tanda seks sekunder dan perubahan lainnya.
3) Kecepatan pertumbuhan tidak teratur. Hal ini ditandai dengan
adanya masa-masa tertentu dimana pertumbuhan berlangsung
cepat yang terjadi pada masa prenatal, bayi dan remaja
(adolesen). Pertumbuhan berlangsung lambat pada masa pra
sekolah dan masa sekolah.
c. Ciri-ciri perkembangan
Menurut Yuliastati & Arnis (2016) proses pertumbuhan dan
perkembangan anak bersifat individual. Namun demikian pola
perkembangan setiap anak mempunyai ciri-ciri yang sama, yaitu :
53
1) Perkembangan menimbulkan perubahan. Perkembangan terjadi
bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai
dengan perubahan fungsi. Misalnya perkembangan intelegensia
pada seorang anak akan menyertai pertumbuhan otak dan
serabut saraf.
2) Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awal menentukan
perkembangan selanjutnya. Seorang anak tidak bisa melewati
satu tahap perkembangan sebelum ia melewati tahapan
sebelumnya.
3) Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai kecepatan yang
berbeda. Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan juga
mempunyai kecepatan yang berbeda- beda baik dalam
pertumbuhan fisik maupun perkembangan fungsi organ.
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan setiap anak juga
berbeda-beda.
4) Pertumbuhan berkorelasi dengan perkembangan. Pada saat
pertumbuhan berlangsung, maka perkembanganpun mengikuti.
Terjadi peningkatan kemampuan mental, memori, daya nalar,
asosiasi dan lain-lain pada anak, sehingga pada anak sehat
seiring bertambahnya umur maka bertambah pula tinggi dan
berat badannya begitupun kepandaiannya.
5) Perkembangan mempunyai pola yang tetap.
Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut hukum yang
54
tetap, yaitu:
a) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala,
kemudian menuju ke arah kaudal/anggota tubuh.
b) Perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal
(gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti
jari-jari yang mempunyai kemampuan gerak halus (pola
proksimodistal).
6) Perkembangan memiliki tahap yang berurutan.
Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur
dan berurutan. Tahap- tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik,
misalnya anak mampu berjalan dahulu sebelum bisa berdiri
2. Batasan Usia Anak
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, pasal 1 Ayat 1, Anak adalah seseorang
yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan. Sedangkan menurut definisi WHO, batasan usia anak
adalah sejak anak di dalam kandungan sampai usia 19 tahun (Soediono,
2014).
3. Paradigma Keperawatan Anak
Paradigma keperawatan anak merupakan suatu landasan berpikir
dalam penerapan ilmu keperawatan anak. Landasan berpikir tersebut
terdiri dari empat komponen, di antaranya manusia dalam hal ini anak,
keperawatan, sehat-sakit dan lingkungan yang dapat digambarkan berikut
55
ini:
a. Manusia (Anak)
Dalam keperawatan anak yang menjadi individu (klien)
adalah anak yang diartikan sebagai seseorang yang usianya kurang
dari 18 (delapan belas) tahun dalam masa tumbuh kembang, dengan
kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis, sosial dan
spiritual.
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang
perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja.
Dalam proses berkembang
Recommended