View
1.605
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
Kasus PT. Great River Internasional.Tbk
1.Auditor ( dalam hal ini KAP Johan Malonda & Rekan ) dapat mengetahui adanya
overstatement dari Sales, Account Receivable, dan Asset , seperti :
a. Penggunaan Metode Makloon dalam pengakuan Sales
Jasa maklon menurut UU Nomor 17 Tahun 2000 ( UU PPh) Jasa maklon ( contract
manufacturing/toll manufacturing adalah “ semua jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu
barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa
( disubkontrakkan ), sedangkan spesifikasi, bahan baku dan atau barang setengah jadi dan atau
bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebahagian atau seluruhnya disediakan oleh
penggunaan jasa, dan kepemilikan ats barang jadi pada pengguna jasa.”
ATAU
Jasa maklonadalah semua pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang
tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan),
sedangkan spesifikasi, bahan baku, barang setengah jadi, bahan penolong/ pembantu yang akan
diproses sebahagian atau seluruhnya disediakan oleh pengguna jasa, dan kepemilikan atas barang
jadi berada pada pengguna jasa.
Transaksi maklon dilakukan oleh dua pihak, yaitu Pengguna Jasa (pemilik barang) dan Pihak
Pemberi Jasa (subkontraktor).
Dengan kata lain, suatu pemberian jasa dapat dikatakan jasa maklon apabila memenuhi
persyaratan :
- Spesifikasi barang ditentukan oleh pemilik barang/pengguna jasa.
- Sebagian atau seluruh barang disediakan dan dimiliki pengguna jasa.
Sumber : (http://www.pajakindonesia.com/desc_ensiklopedia.php?&idb=998 )
Dengan metode ini, perusahaan menyertakan dana bahan baku yang dikeluarkan oleh pemesan
sebagai bagian dari pendapatan. Perusahaan menerima order pembuatan pakaian dari luar negeri
dengan bahan baku dari pihak pemesan. Jadi Great River hanya mengeluarkan ongkos operasi
pembuatan pakaian. Tapi saat pesanan dikirimkan ke luar negeri, nilai ekspornya dicantumkan
dengan menjumlahkan harga bahan baku, aksesori, ongkos kerja, dan laba perusahaan.
(http://www.tempointeractive.com/hg/ekbis/2007/05/21/brk,20070521-100366,id.html )
Catatan :
selama mengaudit buku Great River, pihaknya tidak menemukan adanya penggelembungan
account penjualan atau penyimpangan dana obligasi. Namun dia mengakui metode pencatatan
akuntansi yang diterapkan Great River berbeda dengan ketentuan yang ada. "Kami mengaudit
berdasarkan data yang diberikan klien," (http://kap-muhaemin.com/index.php?
view=article&catid=1%3Alatest-news&id=6%3Amenteri-keuangan-membekukan-akuntan-
publik-justinus-aditya-sidharta-kasus-great-
river&format=pdf&option=com_content&Itemid=50&lang=in )
perlakuan akuntansi atas jasa maklon, yang diakui sebagai biaya bila klien membeli bahan
baku atau barang setengah jadi sendiri ( bukan bahan yang disediakan customer ). Dan
karena disubkontrakkan maka seharusnya pendapatannya meliputi ongkos kerja, biaya-
biaya, dan mark-up.
untuk lebih jelas tentang perlakuan akuntansi tentang jasa maklon, bisa buka
di :http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?
page=5&submit.x=20&submit.y=10&submit=next&qual=high&submitval=next&fname=
%2Fjiunkpe%2Fs1%2Feakt%2F2006%2Fjiunkpe-ns-s1-2006-32402201-3418-maklon-
chapter2.pdf
2. Menurut KAP kami, auditor yang telah memenuhi syarat SPAP tidak selalu dapat disalahkan,
karena dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit
yang dilakukan dapat dikelompokkan menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan fraud.
Ordinary negligence merupakan kesalahan yang dilakukan akuntan publik, apabila ketika
menjalankan tugas audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan kata lain
auditor telah mematuhi standar yang berlaku, namun ada kalanya auditor menghadapi situasi
yang belum diatur standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan “common sense” dan
mengambil keputusan yang sama seperti seorang (typical) akuntan publik bertindak. Sedangkan
gross negligence merupakan kegagalan akuntan publik dalam mematuhi standar profesional dan
standar etika.
Apabila akuntan publik gagal mematuhi standar minimal (gross negligence) dan pikiran sehat
dalam situasi tertentu (ordinary negligence), yang dilakukan dengan sengaja demi motif tertentu
maka akuntan publik dianggap telah melakukan fraud yang mengakibatkan akuntan publik dapat
dituntut baik secara perdata maupun pidana. Akan tetapi, apabila auditor telah melaksanakan
standarnya, namun bukti-bukti yang diperiksa oleh auditor ternyata telah dimanipulasi oleh
perusahaan dan akhirnya terkait dengan pemberian opini auditor yang tidak sesuai, maka auditor
tidak dapat sepenuhnya disalahkan.
Terlepas dari apakah auditor dapat disalahkan atau tidak apabila telah mentaati syarat SPAP, kita
harus tahu bahwa akuntan publik memiliki suatu kewajiban hukum, yaitu bertanggung jawab
atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh
kelalaian pihak auditor, maka akuntan publik dapat dimintai pertanggung jawaban secara hukum
sebagai bentuk kewajiban hukum auditor.
Sumber :
http://bambangbima.blogspot.com/2009/12/kewajiban-hukum-auditor.html
http://groups.yahoo.com/group/AKHI/message/667
Recommended