View
87
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
BAB XIII dan XVKEPATUHAN DAN HUKUM PERBANKAN
Dosen Pengampu : Rudy, S.E., M.M., Akt
Emilia Kristiani120.111.484
1
ARTI PENTING FUNGSI KEPATUHAN
• Kepatuhan terhadap hukum, aturan-aturan, dan norma- norma
membantu memelihara reputasi bank dimata masyarakat secara
keseluruhan. Bank yang lalai menjalankan peran dan fungsi kepatuhan
akan berhadapan dengan compliance risk. Bassel Commite on Banking
Supervision mendefinisikanya sebagai resiko hokum atau sanksi-sanksi
hukum, kerugian keuangan atau materi, dan tercemarnya reputasi
bank akibat dari pelanggaran dari hukum. Sedangkan Bank Indonesia
(BI) mendefinisikan resiko kepatuhan sebagai resiko yang timbul
akibat bank tidak mematuhi dan tidak melaksanakan peraturan
perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku, termasuk prinsip
syariah bagi bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah.
2
KONSEP DASAR DAN PRINSIP KEPATUHAN
• Pengertian Risiko Kepatuhan
Bank Indonesia (BI) memberikan pengertian resiko kepatuhan
sebagai resiko akibat bank tidak mematuhi dan tidak
melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan
yang berlaku.
Tujuan utama penerapan manajemen risiko kepatuhan adalah
untuk memastikan bahwa proses manajemen risiko dapat
meminimalkan kemungkinan dampak negative dari perilaku bank
yang menyimpang atau melanggar standar yang berlaku secara
umum, ketentuan atau perundang-undangan yang berlaku.3
Penerapan Manajemen Resiko Kepatuhan Perbankan Nasional
Fungsi kepatuhan bank meliputi beberapa tindakan yakni :
• Mewujudkan terlaksananya budaya kepatuhan pada semua tingkatan
organisasi dan kegiatan usaha bank.
• Mengelola resiko kepatuhan yang dihadapi oleh bank
• Memastikan agak kebijakan, ketentuan, system, dan prosedur serta
kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank telah sesuai dengan
ketentuan BI dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
• Mamastikan kepatuhan bank terhadap komitmen yang dibuat oleh
bank kepada BI dan/atau otoritas pengawas lain yang berwenang.
4
Organisasi Manajemen Resiko Kepatuhan
Bank harus memiliki satuan kerja kepatuhan yang
independen
dengan tugas, kewenangan, dan tanggung jawab
setidaknya
sebagai berikut :
• Membuat kangkah-langkah dalam rangka mendukung
tercptanya budaya kepatuhan pada bank.
• Memiliki program kerja tertulis dan melakukan
identifikasi, pengukuran, monitoring dan pengendalian
terkait dengan manajemen resiko kepatuhan.5
•Menilai dan mengevaluasi efektifitas dan
kesesuaian kebijakan yang dimiliki bank dengan
peraturan yang berlaku.
•Melakukan review atau menyempurnakan
kebijakan, ketentuan, system maupun prosedur
yang dimiliki oleg bank agar sesuai dengan
ketentuan BI dan peraturan perundang-
undangan.
6
Kebijakan, Prosedur dan Penetapan Limit
Dalam melaksanakan kebijakan, prosedur, dan penetapan limit risiko
kepatuhan maka bank perlu menerapkan berbagai hal dalam tiap
aspek,
Sebagai berikut :
• Penyusunan strategi untuk resiko kepatuhan harus selaras dengan
strategi manajemen resiko bank secara keseluruhan.
• Dalam hal tingkat resiko yang akan diambil (risk appatite) dan
toleransi resiko (risk tolerance), bank seharusnya tidak memiliki
toleransi sama sekali atas resiko kepatuhan dan mengambil
langkah-langkah secara cepat dan tepat dalam menangani resiko
ini.7
PROSES MANAJEMEN RISIKO KEPATUHAN
•Organitasation for Economic Co-Operation Development (OECD) merupakan sebuah model yang menggambarkan proses manajemen resiko kepatuhan. Model tersebut menjelaskan suatu proses manajemen resiko kepatuhan yang dapat diterapkan oleh suatu unit kerja di sebuah perusahaan.
Lihat Gambar 13.1. the Complience Risk Manajemen ProcessHalaman 9
8
Pengukuran Risiko Kepatuhan
• Dalam mengukur resiko kepatuhan, suatu bank
dapat menggunakan indicator/ parameter berupa
jenis, signifikansi, dan frekuensi pelanggaran
terhadap ketentuan yang berlaku atau rekam jejak
kepatuhan bank, perilaku yang mendasari
pelanggaran, seperti pada gambar dibawah ini :
• Gambar 13.1. Contoh Parameter Resiko Inheren atas
Resiko Kepatuhan
• Halaman 109
Pemantauan Risiko Kepatuhan
• Untuk memastikan pelaksanaan fungsi kepatuhn maka
pengukuran resiko kepatuhan harus ditindaklanjuti
dengan melakukan aktivitas pemantauan . oleh karena itu
unit kerja yang melaksanakan Fungsi Manajemen Resiko
Kepatuhan wajib memantau dan melaporkan resiko
kepatuhan yang terjadi pada direksi bank, baik sewaktu-
waktu maupun berkala. Contoh format pelaporan internal
bank sebgai hasil pemantauan resiko kepatuhan (lihat
table dibawah) halaman 11
10
• Sementara untuk plaporan eksternal kususnya
penyimpanagn internal (internal fraud) yang
mempengaruhi kondisi keuangan bank secara
signifikan dan/atau dampak penyimpanganya
lebih dari Rp. 100.000.000,00, Bank Indonesia
telah memberikan format sbb:
• Lihat Tabel halaman 1211
Pengendalian Risiko Kepatuhan
Bank harus memastikan bahwa ia memiliki tingkat kepatuhan yang memadai terhadap peraturan peundang-undangan yang berlaku.
• Sistem Informasi Manajemen Resiko Kepatuhan
Ini merupakan bagian dari system informasi manajemen yang harus dimiliki bank dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan bank untuk menerapkam manajemen resiko yang efektif.
• System Pengendalian Intern
Dalam melakukan penerapan manajemen resiko kepatuhan bank perlu memiliki system pengendalian intern untuk pengendalian resiko kepatuhan, antara lain untuk memastikan tingkat responsive terhadap penyimpangan akan standar yang berlaku secara umum/ peraturan perundang-undangan. 12
HUKUM PERBANKANDalam melakukan kegiatan perbankan di Indonesia, masyarakat perbankan di Indonesia
berkorelasi langsung dengan dengan prinsip-prinsip hukum publik dan hokum privat (hukum
perdata).
A. HUKUM PUBLIK
• Saat ini operasional perbankan diatur dalam Undang-Undang Perbankan (Undang-Undang
No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 10 Tahun
1998). Terkait pula dengan kegiatan usaha bank di Indonesia adalah UU No.21 Tahun 2011
tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Demikian pula UU No.7 Tahun 2009 tentang
penetapan peraturan pemerintah pengganti UU No.3 Tahun 2008 tentang Perubahan Atas
UU No.24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjadi UU, dan
ketentuan pelaksanannya.
• Perhatikan contoh diagram (halaman 14) berikut untuk memahami pemberlakuan hukum
bagi kegiatan perbankan di Indonesia bagi suatu lembaga perbankan di Indonesia. Contoh
lembaga perbankan berbentuk badan hokum perseroan terbatas yang terbuka, Badan
Usaha Milik Negara, yakni PT Bank xxx (Persero) Tbk. 13
Hal-hal yang perlu dipahami dari hukum perbankan di Indonesia.Rahasia BankRahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpananya. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabahnya, kecuali dalam hal:• Ada perintah tertulis dan izin dari pimpinan Bank Indonesia dalam
rangka perpajakan.• Adanya izin dari pimpinan Bank Indonesia kepada polisi, jaksa,
atau hakim sehubungan kepentingan peradilan• Terjadinya perkara perdata antara bank dengan nasabah yang
bersangkutan• Adanya permintaan,persetujuan, atau kuasa dari nasabah
penyimpan.
Ketentuan untuk menjaga rahasia bank juga berlaku bagi pihak yang terafiliasi antara lain :• Anggota dewan komisaris,pengawas, direksi, pejabat atau
karyawan bank.• Anggota pengurus, pengawas, atau pengelola.• Pihak yang memberikan jasanya pada Bank.• Pihak yang menurut bank turut serta mempengaruhi pengelolaan
bank.
14
Bank IndonesiaDasar HukumUU No.23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah dengan UU No.3 Tahun 2004.• Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia.• Bank Indonesia adalah Lembaga Negara yang independen
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.• Bank Indonesia merupakan Badan Hukum yang
berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, dapat mempunyai kantor-kantor didalam dan luar wilayah Negara Republik Indonesia.
• Bank Indonesia bertujuan untuk mencapai dan memelihara kesetabilan nilai rupiah.
• Bank Indonesia bertugas untuk: (1) menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, (2) mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran, (3) mengatur dan mengawasi bank.
15
Ketentuan Lain
•Selain pemahaman terhadap UU
Perbankan yang menjadi perhatian adalah
ketentuan-ketentuan lain yang terkait
sebagaimana diatur dalam UU tentang
OJK, UU tentang LPS, UU tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang.16
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan
pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan. Tujuan di bentuk OJK
adalah agar keseluruhan kegiatan didalam sector jasa keuangan :
• Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel
• Mampu mewujudkan system keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil.
• Mampu melindungi kepentingan konsumen dan stabil
• Mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat.
17
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)
• LPS berfungsi untuk (a) menjamin simpanan nasabah
penyimpan, (b) memelihara stabilitas system perbankan.
Selain fungsi utama tersebut LPS juga bertugas untuk
merumuskan dan menetapkan kebijakan pelaksanaan
penjaminan simpanan dan melaksanakan penjaminan
simpanan.
• LPS mempunyai wewenang, antara lain menetapkan dan
memungut premi penjaminan. Hal tersebut terkait karena
setiap bank yang melakukan kegiatan di wilayah NKRI wajib
menjadi peserta penjaminan. Jumlah atau besarnya simpanan
yang dijamin diatur dalam ketentuan hukum. 18
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak
Pidana Pencucian Uang.
• Tindak Pidana Pencucian Uang adalah setiap orang yang
menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa keluar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang asing atau surat berharga
atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang patut diduga
hasil tindak pidana dengan tujuan untuk menyembunyikan
asal-usul harta kekayaan dengan pidana penjara paling
lama 20 tahun dan denda paling banyak Rp. 10 miliar.19
B. HUKUM PRIVAT (PERDATA)
Hukum Perjanjian
Suatu perjanjian dianggap sah jika memenuhi syarat
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHP. Bentuk perjanjian
tersebut dapat berupa perjanjian notarill, perjanjian dibawah
tangan, dan perjanjian yang dilagalisi oleh notaries untuk
menjamin kebenaran tanda tangan. Perjanjian tersebut dapat
diberlakukan terhadap setiap hubungan hokum antara nasabah
dan bank yang mengatur tentang transaksi perbankan
sehingga perjanjian antara bank dan nasabahnya baik yang
menyangkut anatara bidang funding dan bidang kredit.20
Surat Kuasa
• Dalam dunia perbankan selain perjanjian ada pila yang
disebut surat kuasa (perwakilan). Surat kuasa dapat
dibuat dibawah tangan atau notarill, kuasa tersebut
berakhir apabila ditentukan oleh UU, penarikan kembali
kuasa sipenerima kuasa, adanya pemberitahuan
penghentian kuasanya, meninggalnya, terjadi
pengampuan dan adanya pailit, baik sipemberi maupun
penerima kuasa, dan adanya kuasa baru untuk urusan
yang sama. 21
HUKUM AGUNANDalam pemberian kredit atau pemiayaan berdasarkan prinsip syariah ada dua agunan yaitu agunan utama dan agunan
tambahan. Dalam UU perbankan diatur bahwa bank dalam memberikan keredit
berdasarkan prinsip syariah Bnak Umum wajib mempunyai keyakinan
berdasarkan analisis yang mendalam atas iktikad dan kemampuan serta
kesanggupan nasabah untuk melunasi utangnya atau mengembalikan
pinjaman sesuai dengan perjanjian.
HUKUM PENANGGUNGAN UTANG
Penanggungan utang memiliki posisi sebagai agunan/jaminan.
Penanggungan baru ada apabila ada tansaksi pokok (underlying
transaction). Ada dua macam penanggungan yaitu Corporate Guarante
dan Personal Guarante. 22
HUKUM SURAT BERHARGA
•Surat berharga dalah surat yang memiliki
nilai negotiable, dan mudah untuk
dialihkan. Melihat fungsi dari surat
berharga itu sendiri adalah sebagai
alat/instrument pembayaran (Cek,bilyet
giro, dan wesel bayar), surat bukti adanya
investasi baik itu yang bersifat utang
(promes dan obligasi) dan yang bersifat
ekuitas (surat saham).
23
TERIMAKASIH …
Recommended