View
217
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
1/37
Harga Rumah Subsidi Berpeluang Naik
Brigita Maria Lukita | Robert Adhi Ksp | Selasa, 21 Februari 2012 | 06:46 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com Harga rumah bersubsidi yang dipatok pemerintah
berpeluang naik, baik rumah sejahtera tapak maupun rumah sejahtera susun. Saat ini, harga
rumah tapak subsidi dipatok maksimum Rp 70 juta per unit, sedangkan rumah susun
maksimum Rp 144 juta per unit.
Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, di Jakarta, Senin (20/2/2012), mengemukakan,pihaknya sedang melakukan pengkajian terkait harga rumah subsidi. Apalagi, sejak tahun
2010, sebagian pengembang menghentikan pembangunan rumah susun subsidi di
Jabodetabek.
"Tidak tertutup kemungkinan harga rumah bersubsidi naik, terutama rumah susun," ujarnya.
Ia menilai, persyaratan rumah sejahtera susundulu bernama rumah susun sederhana
milikterlampau berat. Pengembang tidak bisa membangun kawasan komersial di rumah
susun yang berguna sebagai subsidi silang pembiayaan. Selain itu, harga bahan bangunan
sudah naik dan koefisien luas bangunan (KLB) 3,5 dinilai tidak menguntungkan sehingga
pengembang tidak tertarik.
Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia Setyo Maharso mengaku
telah mengajukan usulan kepada pemerintah terkait kenaikan harga untuk rumah sejahtera
tapak menjadi Rp 88 juta per unit dan rumah sejahtera susun Rp 205 juta per unit.
Secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Property Wacth Ali Tranghanda menilai,
kenaikan harga rumah harus dipertimbangkan secara matang agar tidak menjadi kebijakan
tambal sulam pemerintah. Konsumen rumah subsidi memperoleh kemudahan kredit, berupa
suku bunga tetap sebesar 7,25 persen dalam tenor pinjaman 15 tahun.
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/21/06463984/Harga.Rumah.Subsidi.Berpeluang.
Naik
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
2/37
KPR Subsidi Bergulir Pekan Ini
Selasa, 21 Februari 2012 | 03:04 WIB
Jakarta, Kompas - Kredit pemilikan rumah bersubsidi dengan suku bunga tetap 7,25 persendalam tenor pinjaman 15 tahun akan digulirkan mulai pekan ini. Pemerintah menargetkan
rumah subsidi untuk masyarakat menengah bawah itu disalurkan sebanyak 219.000 unittahun ini atau meningkat dibandingkan dengan realisasi tahun lalu, 109.614 unit.
Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, di Jakarta, Senin (20/2), mengemukakan, kredit
rumah subsidi yang digulirkan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)
itu disalurkan oleh empat bank, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia
(BRI), Bank Mandiri, dan Bank Tabungan Negara (BTN).
Perjanjian kerja sama operasional tentang FLPP sudah ditandatangani dengan BNI, BRI, dan
Bank Mandiri sejak dua pekan lalu, sedangkan dengan BTN baru akhir pekan lalu. Besaranpenyaluran kredit disesuaikan dengan kemampuan bank.
Dengan selesainya perjanjian kerja sama operasi FLPP, diharapkan KPR (kredit pemilikan
rumah) subsidi mulai jalan pekan ini, kata Djan.
FLPP yang digulirkan tahun 2010 sempat dihentikan pada Januari 2012. Penghentian itu
karena Kementerian Perumahan Rakyat menghendaki penurunan suku bunga FLPP dari yang
semula 8,15-9,95 persen menjadi kisaran 7 persen, dengan komposisi dana penyertaan
pemerintah dan perbankan yang semula berbanding 60:40 dikoreksi menjadi 50:50.
Total anggaran FLPP dari pemerintah Rp 6,7 triliun sehingga dibutuhkan dana perbankan
dalam jumlah yang sama. Namun, dana penyertaan dari empat bank itu diperkirakan hanyaberkisar Rp 4 triliun.
Dana bank itu hanya merupakan initial (tahap awal). Kalau dana sudah habis terserap, pasti
akan ditambah lagi, ujar Djan.
Menurut Djan, suku bunga FLPP sebesar 7,25 persen itu sudah termasuk asuransi jiwa dan
kebakaran.
Hal ini berbeda dari FLPP lalu, yakni konsumen rumah subsidi dikenai biaya asuransi sebesar
Rp 2 juta.
Persyaratan konsumen FLPP juga diubah, yakni tidak wajib menyerahkan suratpemberitahuan (SPT) pajak, melainkan diganti dengan surat pernyataan penghasilan dariperusahaan tempat bekerja.
Dengan pola baru FLPP, konsumen juga tidak harus mengeluarkan biaya awal sebesar Rp 11
juta untuk membayar uang muka, tabungan, biaya notaris, dan cicilan awal rumah.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
3/37
Konsumen rumah subsidi hanya dikenai biaya uang muka sebesar Rp 7 juta dan notaris Rp600.000.
Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengingatkan, pemerintah
perlu mengawasi kesiapan infrastruktur bank dalam menyalurkan FLPP. Apalagi, beberapabank baru pertama kali terjun dalam program FLPP.
Jangan sampai penurunan suku bunga malah tidak menjamin penyerapan FLPP lebih
tinggi, ujarnya. (LKT)
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/21/03044681/KPR.Subsidi.Bergulir.Pekan.Ini
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
4/37
H Djan Faridz
Buktikan Rumah Harga MurahOleh: Dahlia Krisnamurti
Senin, 20 Februari 2012 | 00:31 WIB
INILAH.COM, Jakarta - Penyediaan rumah murah dan layak sudah menjadi tekad Menteri Perumahan
Rakyat Djan Faridz.Ia pun bersikukuh pengembang bisa membangun rumah tipe 36 dengan harga
Rp70 juta.
Akan saya buktikan bahwa Kemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yang terjangkau,
yakni dengan harga tanah Rp200.000 per meter. Jadi, tidak benar kalau ada pengembang bilang
tidak bisa membangun tipe 36," kata Djan Faridz dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, kemarin.
Menpera menyampaikan pernyataan tersebut terkait adanya gugatan uji materi dari Asosiasi
Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) terhadap UU No 1/2011
khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahtera tapak tipe 36 m2.
Djan Faridz bersikukuh pengembang perumahan sebenarnya dapat membangun rumah tipe 36
dengan harga terjangkau dan murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.Hal itu sesuai dengan
UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.Masyarakat miskin yang saat
ini belum memiliki rumah dapat terbantu memiliki rumah layak huni, imbuhnya.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
5/37
Kengototan Menpera ini tentunya juga dilandasi pengalamannya sebagai pengusaha sukses di
bidang properti dan energi. Awalnya, ia membuka bengkel las ketok, kemudian beranjak menjadi
pedagang alat-alat bangunan, lalu menjadi pemborong perumahan untuk pegawai negeri sipil dan
Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Ia makin ternama setelah sukses menyulap Pasar Tanah Abang yang dulu kumuh menjadi pusat
grosir terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan Pasar Tanah Abang Blok A dimulai setelah pasar itu
terbakar pada 2002.Pasar rakyat ini dibangun kembali oleh PT Priamanaya, milik Djan Faridz dan
diresmikan penggunaannya pada Juli 2005.Dua tahun kemudian dimulailah pembangunan Pasar
Tanah Abang Blok B hingga dapat dioperasikan pada 2010.
Selain pengusaha sukses, Djan Faridz juga memiliki pengalaman di dunia politik. Pada Pemilu 2009, ia
dipilih warga Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah. Sejak
2006 ia aktif sebagai Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) DKI Jakarta. Kemudian ia dipilih
sebagai Ketua Tanfidziyah PW NU DKI Jakarta periode 2011-2016.
Putra pasangan H. Muhammad Djan dan Hj Aisah Gani itu sejak ditunjuk menjadi Menpera sudah
bertekad untuk meningkatkan mutu rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), fokus padaprogram rumah swadaya dengan menargetkan pembangunan 1,25 juta rumah hingga 2014.
Menurut pria kelahiran Pasar Senen, Jakarta ini, hunian yang layak dan kesehatan yang baik bisa
mengurangi kesulitan ekonomi masyarakat dan kehidupan masyarakat makmur dapat segera
tercipta. Tahun ini target pembangunan rumah swadaya mencapai 250 ribu, walaupun anggarannya
baru cukup untuk 65 ribu rumah. Namun, hingga 2014 nanti targetnya akan ada 1.250.000 rumah
yang dibedah.
"Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersama,
khususnya para pemangku kepentingan bidang perumahan.Kami mendukung para pengembang
yang telah membangun perumahan bagi masyarakat miskin, baik di pusat maupun di daerah," kataMenpera.
http://web.inilah.com/read/detail/1831684/read/detail//
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
6/37
Senin, 20/02/2012 17:10 WIB
Djan Faridz Bangun Rumah Tipe 36 Cuma Rp 18
JutaSuhendra detikFinance
Jakarta - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz berambisi mewujudkan pengembangan rumah
sangat murah bertipe 36.Ia akan membangun rumah-rumah percontohan dengan harga hanya Rp 18
juta di seluruh Indonesia.
Djan Faridz mengatakan pembangunan rumah contoh pada tahap awal baru bisa dibangun di Nusa
Tenggara Timur (NTT). Nantinya, jika pembangunan rumah contoh ini bisa sukses diterapkan di NTT
maka di seluruh Indonesia juga akan sukses.
"Ini nantinya bisa menolong para pengembang dan asosiasi real estat untuk membangun rumahdengan harga yang lebih murah," katanya seperti dikutip dari situs Kemenpera, Senin (20/2/2012)
Deputi Bidang Pengembangan Kawasan Hazaddin Tende Sitepu mengatakan rumah contoh yang saat
ini bisa dibangun pemerintah adalah rumah contoh tipe 36."Rumahnya sendiri tipe 36 dan biaya
pembangunannya sebesar Rp 18 juta," kata Hazaddin.
Hazaddin menambahkan pembangunan rumah murah dengan tipe 36 ini ini masih terus
berlanjut.Pembangunannya masih bersisa sebanyak 7.672 unit rumah dan tersebar di sembilan
Kabupaten/Kota di NTT.
Kesembilan Kabupaten/Kota tersebut adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor
Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, Kabupaten
Ngada, Kabupaten Flores Timur, dan Kabupaten Sumba Tengah.
Spesifikasi material rumah contoh ini terdiri dari pondasi ompak cor, rangka bangunan L30/pabrikasi,
jaring dinding besi, cor dinding, permukaan dinding aci, atap asbes/seng, pintu panel dan jendela
kaca, cat dinding, lantai plester/keramik, sanitasi bak dan kloset jongkok, septik tank batako, dan
teras plester.Pembangunan rumah contoh ini dilakukan oleh pengembang dari PT Grand Wijaya.
(hen/dnl)
http://finance.detik.com/read/2012/02/20/171028/1847142/1016/djan-faridz-bangun-rumah-tipe-
36-cuma-rp-18-juta?991101mainnews
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
7/37
Ini Dia Spesifikasi Rumah MBR Buatan Kemenpera
Feb 20, 2012 - Rumah.com
RumahCom - Terkait dengan instruksi Presiden mengenai penyediaan rumah untuk MBR di NTT,
Kemenpera mengadakan acara Menyaksikan Pembangunan Rumah Contoh, di halaman Kantor
Kemenpera, Jakarta, Senin (20/2). Pembangunan rumah contoh ini dilakukan oleh PT Grand Wijaya.
Dalam sambutannya, Mempera Djan Faridz mengharapkan pembangunan rumah contoh ini bisa
diterapkan di NTT. Kalau pembangunan rumah contoh ini bisa sukses diterapkan di NTT, maka di
seluruh Indonesia juga akan sukses, dan ini nantinya bisa menolong para pengembang dan asosiasi
real estat untuk membangun rumah dengan harga yang lebih murah, kata Djan Faridz seperti
dikutip dari situs resmi Kemenpera.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengembangan Kawasan, Hazaddin Tende Sitepu
mengatakan, rumah contoh yang dibangun adalah rumah contoh tipe 36 dengan biaya
pembangunan sebesar Rp18 juta. Pembangunan rumah contoh masih terus berlanjut dan masih
bersisa sebanyak 7.672 unit rumah yang tersebar di sembilan Kabupaten/Kota di NTT, jelas
Hazaddin. Kesembilan Kabupaten/Kota tersebut adalah Kota dan Kabupaten Kupang, Kabupaten
Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Belu, Alor, Ngada, Flores Timur, dan Sumba Tengah.
Untuk spesifikasi material, pondasi terbuat dari ompak cor, rangka bangunan L30/pabrikasi, jaring
dinding besi, cor dinding, permukaan dinding aci, atap asbes/seng, pintu panel dan jendela kaca, cat
dinding, lantai plester/keramik, sanitasi bak dan kloset jongkok, septik tank batako, dan teras
plester.
Dukungan penyediaan rumah untuk MBR di Provinsi NTT ini juga datang dari Ketua DPD REI Provinsi
NTT, Bobby Lianto.DPD REI Provinsi NTT tetap mendukung penyediaan rumah untuk MBR di NTT,
tentunya disesuaikan dengan kondisi yang ada di NTT, kata Bobby.
Anto Erawan
(antoerawan@rumah.com)
http://www.rumah.com/berita-properti/2012/2/362/ini-dia-spesifikasi-rumah-mbr-buatan-
kemenpera
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
8/37
Menpera Resmikan Rumah Murah tapi Kokoh
Senin, 20 Februari 2012 16:39:47 WIB
Reporter : Renni Susilawati
Jakarta (beritajatim.com)--Harapan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) untuk memiliki rumah tinggal yang layak, semakin mendekati kenyataan. Pasalnya,
Menteri Perumahan Rakyat, H Djan Faridz, telah membuktikan bahwa rumah type 36 sebagai
standar hunian yang layak, dapat diraih dengan harga murah dan kredit terjangkau PNS golongan
rendah atau MBR.
Pers rilis Kemenpera yang diterima beritajatim.com, Senin (20/2/2012) petang, menyebutkan,
pernyataan Menpera H. Djan Faridz ini bukan sekadar buaian atau impian belaka.Hari ini
(20/2/2012), Djan telah membuktikan bahwa membangun rumah type 36 tidak harus mahal.
Pengembang juga tidak perlu lagi menjual rumah di bawah type 36.
"Buat apa membangun type 27, 29 atau 30 lagi. Untuk membangun rumah type 36 saja, cukup
dengan modal 25 juta rupiah saja, papar Djan saat meresmikan rumah contoh type 45 di halaman
kantor Kementerian Perumahan Rakyat, Jl Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Dengan pembuktian ini, Djan juga berusaha mematahkan gugatan Asosiasi Pengembang Perumahan
dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) yang mengajukan judicial review atau peninjauan
kembali Undangundang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.
Khususnya pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahtera tipe 36 m2.Gugatan
tersebut telah diajukan ke Mahkamah Konstitusi pada akhir Januari 2012 lalu.
"Siapa bilang tipe 36 tidak mungkin dibangun dengan harga Rp 70 juta.Saya sudah memberikan
jawaban dengan rumah contoh. Ini type 45. Modalnya saja tidak sampai 30 juta rupiah. Apalagi type
36, modalnya bisa di bawah harga itu. Cukup dengan dua tukang dan empat kenek, tidak sampai dua
minggu, rumah cetak model minimalis ini sudah jadi, papar Djan.
Bagaimana dengan cara pembelian kredit? Djan menjelaskan, karena ini rumah murah, sudah pasti
ada subsidi dari pemerintah."Kita taruh harga standar type 36 ini paling mahal Rp 70 juta.
Sebelumnya, untuk DP plus asuransi, perijinan dan pengurusan legalitas, dengan harga segitu, DP-
nya bias 11,5 juta. Karena beban asuransi ditanggung bank dan perijinan digratiskan, ditambah lagi
Subsidi Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU), DP cukup 7 juta rupiah.Ya, cicilannya berkisar 550ribuan, terang Djan.
Djan tidak menampik, masih banyak pengembang yang mendukung penuh kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah."Masalah perumahan ini merupakan tantangan yang harus dihadapi
bersama, khususnya para pemangku kepentingan bidang perumahan.Kami mendukung para
pengembang yang telah membangun perumahan bagi masyarakat miskin, baik di pusat maupun di
daerah, katanya.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
9/37
Untuk proyeksi pertama, rumah minimalis tapak type 36 ini akan dibangun di Provinsi Nusa Tenggara
Timur. Diperkirakan akan rampung dalam kurun waktu kurang lebih 6 bulan. "Dalam satu hari,
proyek tersebut dapat mendirikan bangunan sebanyak tiga rumah dengan luas bangunan 36 meter
persegi.Pembangunan rumah type 36 ini sangatlah efektif dan efisien.Harganya pun terjangkau bagi
masyarakat kalangan menengah ke bawah, ujar Djan.
Djan menegaskan, rumah murah ini bukan sekadar rumah murahan.Djan memberikan jaminan mutu
kalau rumah ini baik."Bahan-bahannya berkualitas.Bentuk dan konstruksi bangunannya dikemas
dengan apik.Lumayan kokoh karena menggunakan bahan-bahan seperti baja untuk menopang setiap
siku serta atap dan gordyn. Bahan temboknya menggunakan cor-coran semen dan kerikil, tambah
Djan.
Menurut Djan, rumah tapak atau rumah cetakan ini sudah teruji kekuatannya. Sama seperti rumah
standar lainnya.Ruangannya terbagi dari kamar, ruang tamu dan kamar mandi.Rumah seperti ini
sudah ada sejak tahun 1993 silam.Hingga saat ini masih bagus bangunannya.Sudah teruji juga tahan
gempa.Bahkan, kekokohannya lebih dari rumah dengan dinding berbahan bata merah, terang Djan
bersemangat.
Menpera Djan cukup bangga dengan perjuangannya mewujudkan rumah murah.Ternyata,
programnya pun bersambut.Beberapa pemerintahan daerah, sudah melakukan MoU dalam program
membangun rumah cetak dengan harga murah.
"47 kabupaten sudah siap membantu mencanangkan program pembangunan rumah murah dan
layak huni. Kemenpera juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara dan
Kementerian Perhubungan guna memfaatkan tanah-tanah yang tidak dipakai untuk pembangunan
rumah rakyat, ujara Djan.[air]
http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2012-02-
20/127404/Menpera_Resmikan_Rumah_Murah_tapi_Kokoh
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
10/37
Rumah Murah Khusus PNS & MBR Bermodalkan
Rp18-20 Juta
Nur Januarita Benu - Okezone
Senin, 20 Februari 2012 11:11 wib
JAKARTA - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) membangun rumah layak huni bagi
masyarakat Indonesia melalui progam pembangunan rumah murah tipe 36.
Rumah tipe 36 yang khusus diperuntukkan bagi PNS dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
ini menggunakan sistem rumah cetak dengan modal pembangunan hanya Rp18-20 juta rupiah.
"Rumah cetak yang dibangun tahun ini, sudah diperbaiki strukturnya lebih baik dari tahun lalu.
Betonnya lebih kuat, konstruksinya disesuaikan dengan konstruksi yang disarankan Dinas PU
(Pekerjaan Umum)," kata Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz saat melihat hasil pembangunan
rumah tipe 36 di halaman kantor Kemenpera, Jakarta, Senin (20/2/2012).
Dalam pembangunan rumah cetak murah tersebut Kemepera bekerja sama dengan pengembang PT
Grand Wijaya yang berbasis di Palembang, Sumatera Selatan, yang telah berpengalaman lebih dari
30 tahun dalam memnbangun proyek rumah murah tipe 36 dengan sistem cetak.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
11/37
"Kami sudah membangun rumah cetak ini sejak tahun 73 dan saat ini total sudah 4.000 unit rumah
yang kami bangun mulai dari Palembang, Aceh, hingga Tangerang, dan daerah lainnya," kata
Direktur PT Grand Wijaya Umar Suhadi.
Melalui rumah cetak murah ini, diharapkan program pembangunan rumah layak huni bagi seluruh
lapisan masyarakat, utamanya masyarakat kurang mampu dan berpenghasilan rendah yang
dicanangkan pemerintah dapat segera terwujud. (rhs).
http://property.okezone.com/read/2012/02/20/471/578764/rumah-murah-khusus-pns-mbr-
bermodalkan-rp18-20-juta
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
12/37
Perumnas Akan Bangun Apartemen Seharga Rp 200
Juta di Tanjung Barat
Senin, 20 Februari 2012 17.59 WIB
(Vibiznews-Property), Perum Perumnas hingga kini masih mengurus perizinan dan kesiapan lainnyaterkait rencana membangun apartemen seharga Rp 200 juta di dekat Stasiun Tanjung Barat, Jakarta
Selatan.Rencananya, pembangunan awal bisa direalisasikan di akhir 2012.
Direktur Utama Perumnas Himawan Arief Sugoto mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan
proses finalisasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk memanfaatkan lahan di sekitar stasiun
kereta api Tanjung Barat milik PT KAI.
"Saya kira 6 bulan lagi semuanya beres.Tinggal dibangun ya paling lama di akhir 2012," kata
Himawan saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.
Ia mengatakan apartemen yang dibanderol sekitar Rp 200 jutaan ini memang mengambil pangsa
pasar kelas menengah. Sehingga konsepnya tidak terlalu mewah namun menarik."Kita tengah
mempersiapkan konsep sarana kesehatan juga. Apartemen ini menarik karena ditopang oleh
transportasi kereta api Jakarta-Bogor," jelas Himawan.
Himawan sebelumnya mengatakan nilai investasinya apartemen ini sekitar katakan Rp 60-70
miliar.Selain di Tanjung Barat, Perumnas juga menyiapkan apartemen dikawasan Sentra Timur.
"Untuk Sentra Timur segera dibangun dalam waktu dekat," tuturnya.
Sentra Timur, lanjut Himawan, apartemen itu dibanderol Rp 5-8 juta per meternya. Rencananya,
apartemen ini memang menyasar masyarakat kelas menengah.
http://property.vibiznews.com/news/akhir-tahun-2012-akan-di-bangun-apartemen-200-jutaan-di-
tanjung-barat/4977
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
13/37
BNI Incar 40.000 Rumah Subsidi FLPP
Senin, 20 Februari 2012 20:05 WIB
(Vibiznews-Property), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membidik penyerapan KPR rumah
subsidi atau FLPP sebanyak 40.000 unit sepanjang 2012. Puluhan ribu rumah itu akan dibiayai
melalui pembiayaan perumahan subsidi skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).
"Target penyerapan 40.000 unit di tahun 2012," kata Executive Vice President KPR BNI Diah Sulianto,
Senin (20/2/2012).
Diah menambahkan, 40.000 unit didasarkan atas perhitungan yang matang. Penetapan suku bunga
efektif FLPP sebesar 7,25%, dengan memperhitungkan komponen biaya seperti biaya operasional
dan beberapa komponen lain.
"Suku bunga tersebut merupakan suku bunga khusus yang diberikan untuk MBR (masyarakatberpenghasilan rendah).Yang pasti suku bunga tersebut sudah memperhitungkan komponen biaya,"
terangnya.
Ia mengatakan BNI sudah sepakat dengan kementerian perumahan rakyat terkait bunga FLPP
sebesar 7,25%. "Partisipasi ini merupakan salah satu komitmen BNI untuk mendukung masyarakat
berpenghasilan rendah dalam memiliki rumah dengan angsuran yang terjangkau," paparnya.
Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo sebelumnya menerangkan, bunga 7,25% telah
memperhitungan skema pendanaan perbankan bersama perbankan 50:50. Seluruh bank-bank
BUMN seperti BNI, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri setuju bunga FLPP 7,25% meski
syarat porsi penyertaan 50:50. Bank Tabungan Negara (BTN) yang masih menginginkan porsi
penyertaan 60:40 dengan bunga lebih rendah dari 8%.
Bagi konsumen yang mendapat fasilitas kredit rumah melalui FLPP, selain mendapat bunga lebih
rendah, konsumen pun akan mendapat buka yang tetap hingga 15 tahun. Sehingga dengan demikian
besaran cicilan yang harus dibayarkan konsumen tetap hingga lunas. Hal ini karena pemerintah
menempatkan dana murah kepada bank peserta FLPP.
http://property.vibiznews.com/news/bni-bidik-40000-rumah-subsidi-flpp/4979
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
14/37
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
15/37
Kemenpera Buat Perjanjian Penyediaan Rumah Bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
Posted on20 February 2012.
Fb-Button
Jakarta, TANGGAP News.com-Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengadakan Perjanjian
Kerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Sabu Raijua dalam hal penyediaan rumah bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di ruang rapat, kantor
Kemenpera, Jakarta, Senin (20/2/2012). Dalam pidato sambutan Menteri Perumahan Rakyat yangdibacakan oleh Deputi Bidang Pengembangan Kawasan, Hazaddin Tende Sitepu, disampaikan bahwa
semoga dengan ditandatanganinya kerjasama ini dapat meningkatkan peran aktif pemerintah
daerah dalam penyediaan rumah.Diharapkan dengan adanya kerjasama ini dapat mendorong peran
aktif pemerintah daerah Kabupaten Sabu Raijua dalam hal penyediaan rumah bagi MBR dan juga
PNS sehingga pembangunan perumahan dapat tecapai, ujar Hazaddin.
Penandatanganan kerjasama ini merupakan bentuk dari pelaksanaan amanah sebagaimana
ditegaskan dalam pasal 2 ayat 4 Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian
urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah
kabupaten/kota bahwa permasalahan perumahan adalah urusan pemerintah daerah berkaitan
dengan pelayanan dasar. Sementara maksud perjanjian kerjasama ini adalah untuk mempercepatpemenuhan kebutuhan tempat tinggal atau hunian bagi MBR dan PNS dalam bentuk penyediaan
rumah umum termasuk PSU didukung fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan dan perumahan
swadaya, serta memberikan kemampuan kepada PNS dalam pemilikan rumah yang layak melalui
pembiayaan dari dana tabungan perumahan PNS.
Adapun tujuan perjanjian kerjasama ini adalah terpenuhinya kebutuhan perumahan bagi MBR dan
PNS di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
16/37
Hadir dalam acara yang dimaksud Bupati Sabu Raijua, Marthen Luther Dira Tome.Di dalam pidato
sambutannya Marthen berterima kasih karena Kemenpera menyambut baik kerjasama yang
ditawarkan pihaknya. Kami berterima kasih kepada Kementerian Perumahan Rakyat yang telah
menyambut dan mengundang pemerintah daerah Kabupaten Sabu Raijua untuk datang, hal ini
sebagai bukti pelayanan maksimal yang dilakukan Kemenpera dalam memberikan pelayanan
terhadap masyarakat kecil, ujar Marthen.
Lebih jauh lagi Marthen memaparkan bahwa Kabupaten Sabu Raijua merupakan daerah yang
dimekarkan dari Kabupaten Kupang pada tahun 2008 dan menghadapai beberapa kendala dalam hal
penyediaan rumah. kendala-kendala yang dihadapi terlihat dari segi ekonomi, jumlah penduduk
miskin yang banyak ada 15.000 atau sekitar 80% dari jumlah KK 18.000, ujar Marthen. Kendala lain
yang dihadapi berupa sistem transportasi, karena Kabupaten Sabu Raijua merupakan kepulauan, jadi
menggunakan sarana transportasi laut, masalah kesehatan dan pendidikan. kendala-kendala ini
yang merupakan beban moral yang harus kami carikan solusinya, ujar Marthen.
Dengan adanya kerjasama ini Marthen berjanji akan memberikan perhatian penuh terhadappembangunan yang ada khususnya untuk beban komponen yang diperlukan guna mendukung
lancarnya pembangunan rumah. Kami siap untuk menyediakan tanah untuk pembangunan rumah
layak huni dan kami juga siap apabila diminta bantuannya oleh Kemenpera, ujar Marthen.
Penandatanganan kerjasama ini dilakukan antara Kementerian Perumahan Rakyat, Pemerintah
Daerah Kabupaten Sabu Raijua dan BAPERTARUM-PNS.
Hadir dalam acara yang dimaksud para eselon satu beserta jajaran di lingkungan Kementerian
Perumahan Rakyat, Bupati Sabu Raijua dan Pelaksana Sekretariat Tetap BAPERTARUM-PNS.
http://tanggapnews.com/2012/02/20/kemenpera-buat-perjanjian-penyediaan-rumah-bagi-
masyarakat-berpenghasilan-
rendah/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=kemenpera-buat-perjanjian-
penyediaan-rumah-bagi-masyarakat-berpenghasilan-rendah
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
17/37
Djan Faridz Bangun Rumah Tipe 36 Cuma
Rp 18 JutaSenin, 20 Februari 2012 17:32
Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz berambisi mewujudkan pengembangan rumah sangat murah bertipe 36.
Ia akan membangun rumah-rumah percontohan dengan harga hanya Rp 18 juta di seluruh Indonesia.
Djan Faridz mengatakan pembangunan rumah contoh pada tahap awal baru bisa dibangun di Nusa
Tenggara Timur (NTT). Nantinya, jika pembangunan rumah contoh ini bisa sukses diterapkan di NTT
maka di seluruh Indonesia juga akan sukses.
"Ini nantinya bisa menolong para pengembang dan asosiasi real estat untuk membangun rumah
dengan harga yang lebih murah," katanya seperti dikutip dari situs Kemenpera, Senin (20/2/2012)
Deputi Bidang Pengembangan Kawasan Hazaddin Tende Sitepu mengatakan rumah contoh yang saat
ini bisa dibangun pemerintah adalah rumah contoh tipe 36. "Rumahnya sendiri tipe 36 dan biaya
pembangunannya sebesar Rp 18 juta," kata Hazaddin.
Hazaddin menambahkan pembangunan rumah murah dengan tipe 36 ini ini masih terus berlanjut.
Pembangunannya masih bersisa sebanyak 7.672 unit rumah dan tersebar di sembilan Kabupaten/Kota
di NTT.
Kesembilan Kabupaten/Kota tersebut adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor
Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, Kabupaten Ngada,
Kabupaten Flores Timur, dan Kabupaten Sumba Tengah.
Spesifikasi material rumah contoh ini terdiri dari pondasi ompak cor, rangka bangunan L30/pabrikasi,
jaring dinding besi, cor dinding, permukaan dinding aci, atap asbes/seng, pintu panel dan jendela kaca,
cat dinding, lantai plester/keramik, sanitasi bak dan kloset jongkok, septik tank batako, dan teras
plester. Pembangunan rumah contoh ini dilakukan oleh pengembang dari PT Grand Wijaya.
http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=46800:djan-faridz-bangun-
rumah-tipe-36-cuma-rp-18-juta-&catid=73:ekonomi-bisnis-dan-keuangan&Itemid=195
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
18/37
Ekonomi - Hari ini Pkl. 00:09 WIBMenteri: Bangun Rumah Tipe 36 Cuma Rp18 Juta
Jakarta, (Analisa). Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz berambisi mewujudkan
pengembangan rumah sangat murah bertipe 36. Ia akan membangun rumah-rumah
percontohan dengan harga hanya Rp 18 juta di seluruh Indonesia.Djan Faridz mengatakan pembangunan rumah contoh pada tahap awal baru bisa dibangun di
Nusa Tenggara Timur (NTT). Nantinya, jika pembangunan rumah contoh ini bisa sukses
diterapkan di NTT maka di seluruh Indonesia juga akan sukses.
"Ini nantinya bisa menolong para pengembang dan asosiasi real estat untuk membangun
rumah dengan harga yang lebih murah," katanya seperti dikutip dari situs Kemenpera, Senin
(20/2/2012)
Deputi Bidang Pengembangan Kawasan Hazaddin Tende Sitepu mengatakan rumah contoh
yang saat ini bisa dibangun pemerintah adalah rumah contoh tipe 36. "Rumahnya sendiri tipe
36 dan biaya pembangunannya sebesar Rp 18 juta," kata Hazaddin.
Hazaddin menambahkan pembangunan rumah murah dengan tipe 36 ini ini masih terusberlanjut. Pembangunannya masih bersisa sebanyak 7.672 unit rumah dan tersebar di
sembilan Kabupaten/Kota di NTT.
Spesifikasi material rumah contoh ini terdiri dari pondasi ompak cor, rangka bangunanL30/pabrikasi, jaring dinding besi, cor dinding, permukaan dinding aci, atap asbes/seng, pintu
panel dan jendela kaca, cat dinding, lantai plester/keramik, sanitasi bak dan kloset jongkok,
septik tank batako, dan teras plester. Pembangunan rumah contoh ini dilakukan oleh
pengembang dari PT Grand Wijaya. (dtc)
http://www.analisadaily.com/news/read/2012/02/21/36571/menteri_bangun_rumah_tipe_36_cuma_rp18_juta/#.T0LfxtnKvGI
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
19/37
RUMAH MURAH: Djan Faridz lanjutkan program 1.000
tower rusunami
Oleh Siti Nuraisyah Dewi
Jum'at, 17 Februari 2012 | 15:28 WIB
JAKARTA:Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) tetap optimis program pembangunan
1.000 tower rumah susun sederhana milik (rusunami) tetap berjalan.
Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan tetapi Kemenpera berharap pemerintah
daerah memberikan kemudahan dalam hal perijinan sehingga pembangunan hunian vertikal
tersebut dapat terlaksana dengan baik.
Menurutnya, rusunami merupakan salah satu pembangunan hunian yang cukup tepat untuk
dibangun di daerah kota-kota besar di Indonesia.
Program 1.000 tower rusunami tetap berjalan, kata Faridz seperti dikutip dalam siaran pers yang
diterima Bisnis, hari ini 17 Februari 2012.
Dia menuturkan program 1.000 tower tersebut harus dilaksanakan dengan baik sehingga
pemerintah dapat membantu masyarakat menengah ke bawah untuk dapat memiliki rumah yang
layak huni di daerah perkotaan.
Selain itu, lanjutnya, rusunami dapat menjadi solusi untuk mengurangi mobilitas penduduk yang
berpergian dari tempat tinggal menuju tempat kerjanya.
Saat ini, Faridz menuturkan mobilitas penduduk di kota-kota besar seperti di DKI Jakarta memang
cukup tinggi. Apabila di siang hari jumlah penduduk di DKI Jakarta bisa mencapai angka 9 juta lebih,
sedangkan malam hari saat orang-orang kembali dari tempat kerjanya di Jakarta menuju rumahnya
di daerah-daerah pinggiran maka jumlahnya akan berkurang menjadi sekitar 6 juta.
Kalau masyarakat bisa tinggal di rusunami tentunya mobilitas dari rumah ke tempat kerja akan
berkurang, imbuhnya.
Faridz mengungkapkan pembangunan rusunami di kawasan perkotaan biasanya memang terkendala
masalah lahan yang harganya mahal sehingga Kemenpera saat ini berupaya menggandeng
Kementerian BUMN untuk dapat menggunakan tanah-tanah
milik kementerian tersebut yang berada di daerah perkotaan untuk dibangun Rusunami.
Terkait target rusunami yang salah sasaran, Faridz mengaku hal tersebut tidak benar karena
masyarakat yang ingin memiliki rusunami dengan cara kredit akan diverifikasi terlebih dahulu oleh
pihak bank.
Dia menambahkan Kemenpera saat ini sedang mengkaji kenaikan harga rusunami. Disamping itu,
ujarnya, Kemenpera juga akan melakukan sejumlah perubahan peraturan terkait jual beli hunian
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
20/37
vertikal tersebut.
Masyarakat yang membeli rusunami dengan memanfaatkan subsidi pemerintah ke depan tidak
boleh memperjualbelikan atau memindah tangankan. Jadi yang tinggal di rusunami tersebut benar-
benar mereka yang membutuhkan rumah, paparnya. (faa)
http://www.bisnis.com/articles/rumah-murah-djan-faridz-lanjutkan-program-1-dot-000-
tower-rusunami
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
21/37
Menpera Apresiasi Rumah Murah| Sabtu, 18 Feb 2012
Rusdy Setiawan Putra
Menteri Perumahan Rakyat bersikeras pengembang bisa membangun rumah sederhana tipe
36 dengan harga Rp 70 juta.
MENTERI Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan, para pengembang perumahan
sebenarnya dapat membangun rumah tipe 36 dengan harga terjangkau dan murah bagi
masyarakat berpenghasilan rendah. Djan Faridz tetap bersikeras bahwa pengembang bisa
membangun rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta. "Jadi, tidak benar kalau ada
pengembang bilang tidak bisa membangun tipe 36," kata Menteri Perumahan Rakyat Djan
Faridz di Jakarta, Kamis (16/2).
Menurut dia, bila para pengembang perumahan dapat membangun rumah tipe 36 sesuai
tuntutan UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, masyarakat
miskin yang saat ini belum memiliki rumah dapat terbantu memiliki rumah layak huni.
Menpera menyampaikan pernyataan tersebut terkait adanya gugatan uji materi dari Asosiasi
Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) terhadap UU No1/2011 khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahtera
tapak tipe 36 meter persegi.
"Saya punya jawaban atas gugatan tersebut. Daripada berdebat, akan saya buktikan bahwa
Kemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yang terjangkau, yakni dengan harga
tanah Rp 200.000 per meter," katanya.
Djan mengatakan, dirinya telah melihat sendiri adanya pembangunan rumah tipe 36 sebanyak
3.039 unit dibangun oleh pengembang yang merupakan anggota dari DPD Apersi ProvinsiRiau. Untuk itu, lanjutnya, Apersi perlu melakukan koordinasi lebih intensif agar kebijakan
di pusat dapat dilaksanakan di daerah. Namun, Kemenpera juga mendukung pembangunan
perumahan di daerah yang dilaksanakan para pengembang.
"Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersama,
khususnya para pemangku kepentingan bidang perumahan. Kami mendukung para
pengembang yang telah membangun perumahan bagi masyarakat miskin, baik di pusat
maupun di daerah," kata Menpera.
Djan Faridz mengatakan, bahwa rumah tipe 36 merupakan amanah undang-undang. Karena
itu, ihaknya sudah menyiapkan prototipe rumah sederhana tipe 36 tersebut di lingkungan
kantor Kemenpera. "Dindingnya dari beton. Jika dihitung sampai jadi, modalnya cuma Rp 25
juta," katanya.
Kementerian Perumahan Rakyat berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan rumah
sejahtera, murah dan layak huni untuk masyarakat. "Saya mencoba mengurangi biaya-biaya
rumah hingga harga rumahnya hanya Rp 70 juta. Dari harga segitu, bila dibeli secara kredit,
seharusnya DP yang dikeluarkan adalah Rp 11,5 juta rupiah. Setelah komponen-komponen
biaya dikurangi, DP turun jadi Rp 7 juta. Cicilan juga ikut turun, dari Rp 650 menjadi Rp 550
ribu," kata Djan Faridz.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
22/37
Djan menambahkan, komponen asuransi sudah jadi tanggung jawab bank. Komponen-komponen biaya lainnya yang bisa dikurangi adalah biaya sertifikasi di Badan Pertranahan
Nasional, pembebasan biaya perijinan Izin Mendirikan Bangunan, dan gratis pemasanganlistrik.
Djan menambahkan bahwa para pengembang bisa menjual rumah dengan harga murah
karena tiap rumah diberi subsidi. Dibantu prasarana dan sarananya oleh pemerintah. "Tiaprumah dibantu Rp 6 juta untuk prasarana jalan. Saya tidak mau mendengar, saat serah terima
rumah dengan konsumen, prasarana dan sarana adi rusak," kata Menpera.
Apersi Tolak FLPP
Sementara itu, Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia
(Apersi) secara terbuka menolak ketentuan bahwa penyaluran kredit Fasilitas LikuiditasPembangunan Perumahan (FLPP) hanya diperuntukan bagi pengembang perumahan yang
membangun rumah dengan tipe 36.
"Kami menolak ketentuan itu karena tidak realistis. Peminat rumah di daerah itu didominasi
untuk mencicil rumah di bawah tipe tersebut seperti tipe 30, 21, dan sebagainya," kata Ketua
Umum Edi Ganefo dalam diskusi tentang Tinjauan Kebijakan Perumahan 2012 dengan tema
Menggugat Pembatasan Luas Lantai Rumah, di Jakarta, Rabu (15/2).
Edi memperkirakan, jika kebijakan itu diteruskan, hampir bisa dipastikan akan banyak
anggota Apersi yang umumnya membangun rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR) akan gulung tikar karena umumnya mereka berkemampuan membangun rumah tipe
kecil di bawah tipe 36. Seperti tipe 21, 28 dan 30 dengan fokus pasar kalangan MBR. n
Rusdy Setiawan Putra/Ant
http://nasional.jurnas.com/halaman/7/2012-02-18/199421
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
23/37
Minggu, 19 Februari 2012 | 15:22 WIB
Menteri Perumahan Ngawur, Orang Miskin Yang Babak
Belur
Sejak Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) dijabat oleh Cosmas Batubara, Akbar Tandjung,
Siswono Yudhohusodo, sampai Suharso Monoarfa, semuanya melahirkan program yang
sukses membantu rakyat bisa lebih mudah memiliki rumah. Berbeda dengan pendahulunya,
Menpera saat ini Djan Faridz, malah lebih sukses menutup akses rakyat untuk memiliki
rumah. Kebijakannya menutup keran subsidi untuk perumahan, berhasil membuat ratusan
ribu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) gagal memiliki rumah sejak Januari 2012.
Menteri ngawur ini memang hebat untuk membuat program perumahan dan orang miskin
babak belur.
Tatkala Djan Faridz, pengembang Blok B Pasar Tanah Abang diangkat menjadi Menteri
Perumahan Rakyat, banyak kalangan seperti pengembang merasa optimis sektor perumahan
bakal lebih berkembang. Lantaran, Djan Faridz punya latar belakang yang dekat denganindustri properti. Harapannya, Djan Faridz memahami dinamika di sektor properti, berbagai
hambatan dan masalahnya, hingga Djan Faridz bisa lebih cepat mengatasi semua masalah
yang ada.
Sayang, harapan tinggal harapan. Alih-alih mendorong industri properti, terutama di sektor
perumahan bisa lebih cepat tumbuh, Djan Faridz malah menjadi biang kerok dan sumber
masalah di sektor perumahan, terutama perumahan untuk masyarakat bawah.
Salah satu kebijakannya yang langsung membunuh harapan kalangan MBR memiliki
rumah layak dan terjangkau adalah langkahnya menutup keran subsidi perumahan. Subsidi
yang disebut Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), adalah bantuan dariPemerintah yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk
membantu meningkatkan daya beli masyarakat membeli rumah, yang harganya dibatasimaksimal Rp 70 juta.
Dana FLPP tersebut digabungkan dengan dana komersial dari perbankan dengan komposisi
60% FLPP dan 40% dana bank. Hasilnya, perbankan bisa mengucurkan Kredit Pemilikan
Rumah (KPR) dengan suku bunga yang cukup rendah, hanya 8,15%. Dengan suku bunga ini,
masyarakat berpenghasilan rendah bisa menikmati cicilan KPR cukup ringan, sekitar Rp 500
Rp 600 ribu tiap bulan sepanjang 120-180 bulan.
Sejak diluncurkan pada Oktober tahun 2010, subsidi perumahan ini mampu membantu
ratusan ribu orang memiliki rumah yang sehat dan layak huni. Data dari KementerianPerumahan Rakyat mencatat, lewat format FLPP pemerintah bisa membantu merumahkan
sekitar 120.000 orang. Sekitar 99,98% diantaranya, memperoleh KPR FLPP dengan
memanfaatkan jasa Bank Tabungan Negara (BTN), baik yang konvensional maupun syariah.
Lumrahnya sebuah program baru, penyaluran FLPP memang belum berlangsung mulus. Saat
FLPP mulai dikucurkan, penyalurannya terganggu oleh vakumnya aturan main tentang Bea
Perolahan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) akibat adanya perpindahan penanganan
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
24/37
penarikan BPHTB dari pemerintah pusat ke daerah. Sayangnya, banyak daerah belum siaphingga belum memiliki peraturan daerah (Perda) sebagai payung hukum.
Kendala lain yang mengganggu penyaluran subsidi perumahah adalah adanya persyaratan
yang mewajibkan calon konsumen memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan SuratPemberitahuan Pajak (SPT). Adanya persyaratan tersebut, membuat ciutnya para calon
debitur. Pasalnya, banyak calon konsumen yang ternyata tidak memiliki NPWP dan SPT.Selain itu, transaksi perumahan banyak tertunda karena tidak tersedianya blanko Akta Jual
Beli (AJB). Imbasnya, notaris sulit membantu dalam transaksi antara perbankan dan
konsumen. Tak pelak, kondisi tersebut membuat penyaluran KPR bersubsidi terhambat.
Namun belakangan, semua kendala itu bisa diatasi. Hasilnya, penyaluran KPR bersubsidi
masih mampu melejit di atas 100 ribu unit.
Berbeda dengan kondisi di tahun 2011, masalah yang menghantam penyaluran KPR FLPP di
tahun 2012 justru lebih berat. Sayangnya, biang kerok penghambatnya justru berasal dari
pemerintah sendiri. Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, secara mendadak menghentikan
kucuran subsidi perumahan terhitung mulai 1 Januari 2012. Alasannya, Perjanjian Kerjasama
Operasional (PKO) penyaluran FLPP hanya sampai 31 Desember 2011. Djan Faridz juga
beralasan bakal menurunkan tingkat bunga KPRnya.
Boleh jadi alasan yang diutarakan benar. Namun langkah Menpera 100% salah. Lantaran
sejak jauh-jauh hari, semua stafnya di Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) sudah
memberikan informasi bahwa PKO FLPP habis masanya berlakunya. Namun Menpera tidak
menggubrisnya. Alhasil, ketika waktu PKO habis, Menpera malah menutup semua keran
pengucurnya. Dampaknya, ribuan orang langsung gagal melakukan akad kredit untuk
pembelian rumahnya. Akibatnya banyak orang terkatung-katung nasibnya tanpa kejelasan.
Padahal seharusnya, Djan Faridz melakukan sosialisasi atau pengkajian sebelum mengambil
keputusan. Akibatnya, banyak orang dirugikan oleh sewenang-wenang Menteri ini.
Menurut Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) Eddy
Ganefo, seharusnya ada masa transisi sebelum ada PKO baru. Tujuannya, agar masyarakattetap bisa melakukan transaksi pembelian rumah dengan KPR bersubsidi. Cara yang bisa
dilakukan adalah, membuat adendum terhadap PKO lama, yang isinya memperpanjangjangka waktu perjanjian. Dengan begitu penyaluran KPR bersubsidi tidak langsung terhenti
di semua pelosok Indonesia.
Ketua Umum DPP REI, Setyo Maharso menyatakan, tertundanya FLPP telah merugikan para
pengembang.
Dari data yang ada, ditutupnya keran FLPP memicu kegagalan transaksi rumah di lebih dari
30 ribu unit rumah sederhana tapak (RST). Sekitar 20 ribu lebih di berbagai perumahan yangdikembangkan anggota REI, dan sekitar 10 ribu lebih adalah hasil produksi developer
anggota Apersi. Des, ada puluhan ribu calon konsumen yang harus gigit jari dan gagal
memiliki rumah layak dan terjangkau.
Penghentian kucuran FLPP makin menyusahkan orang tatkala Menpera ngotot memaksa
perbankan menurunkan bunga KPR bersubsidi ke level 5-6%. Perbankan mengaku susah
meluluskan permintaan Menpera lantaran dana APBN yang dikucurkan Pemerintah juga
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
25/37
menyusut 10%. Artinya, komposisi dana patungan pemerintah dan perbankan di KPRbersubsidi menjadi masing-masing 50%.
Ketua Perhimpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) Gatot Suwondo malah menegaskan,
usulan Menpera tidak realistis dan tidak masuk akal. Sementara Direktur Bank Bukopin GlenGlenardi malah menyebut, bank yang dipimpinnya tidak sanggup jika harus menyalurkan
FLPP jika dengan bunga rendah dan komposisi 50% berbanding 50%.
Saat menyadari usulannya tidak masuk akal, Menpera mulai mencari dukungan dari banyak
pihak terutama kalangan politikus seperti ketua DPR. Sayangnya, pihak-pihak yang
mengeluarkan komentar sesuai pesanan Menpera, ternyata tergolong orang awam dalam
urusan subsidi perumahan. Akibatnya, pernyataan yang muncul malah menyiratkan
kebodohan dari seorang komentator. Alhasil, perdebatan soal bunga KPR dan komposisi dana
FLPP makin simpang-siur dan memanas di berbagai media massa.
Belakangan, muncul kabar bahwa bank-bank BUMN seperti BNI, BRI dan BTN siapmenyalurkan KPR bersubsidi dengan besaran bunga sesuai kemauan Menpera. Namun,
Corporate Secretary Bank BNI Tribuanatungga Dewi, langsung mengeluarkan pernyataan
bahwa BNI hanya menyiapkan dana sebesar Rp 1 triliun untuk digabung dengan dana FLPPdari APBN. Padahal, dari dana yang tersedia, belum tentu semuanya mampu disalurkan ke
konsumen. Lihat saja fakta yang ada tahun lalu, dari 16 bank yang meneken PKO dengan
Kemenpera, hanya 4 bank saja yang menjaga komitmennya untuk menyalurkan KPR
bersubsidi. Itupun, mayoritasnya dilakukan BTN, sisanya hanya melaksanakan komitmen
sekadarnya saja.
Dalam tahun ini, alokasi dana untuk FLPP dari APBN sekitar Rp 6,9 triliun. Dengan
mandegnya penyaluran pada dua bulan pertama 2012, maka waktu yang tersisa hanya 10
bulan saja. Masalahnya, selain BTN, perbankan lain belum memiliki SDM dan sistem
memadai untuk menyalurkan KPR bersubsidi. Paling tidak, bank-bank lain butuh waktu
sekitar 1-2 bulan untuk menyiapkan sistem dan SDM. Kondisi itu memaksa efektifitas
penyaluran KPR bersubsidi hanya sekitar 8 bulan saja. Nah masalahnya, sanggupkah semua
perbankan menggenjot kucuran KPRnya agar target penyaluran KPR bersubsidi untuktransaksi sebanyak 200 ribu unit rumah dalam tahun ini tercapai. Melihat mepetnya waktu
yang ada, rasanya target tersebut bakal gagal tercapai. Artinya, jumlah orang yang kehilangankesempatan memiliki rumah bakal bertambah besar lagi.
Masyarakat yang berpenghasilan rendah yang telah kehilangan momentum memiliki rumah,
bakal kian sulit merealisasikan mimpinya karena harga rumah terus bergerak naik. Apalagi,saat ini pemerintah telah mengundangkan UU baru yang melarang adanya rumah dibawah
tipe 36. Dengan tipe rumah tersebut, harga roket bisa dipastikan bergerak ke level di atas Rp70 juta per unit.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
26/37
Kalau saja, kemarin-kemarin Menpera mau berdiskusi dan menerima masukan dari kalanganstakeholder sektor perumahan, sangat mungkin saat ini sudah ribuan orang berhasil memiliki
rumah. Tapi karena Menteri Perumahannya ngawur, maka puluhan ribu rakyat miskin yangbabak belur mengejar rumah idamannya. Rasanya, sangat pantas menteri yang menyusahkan
rakyat seperti Djan Faridz dicopot saja. Tapi, itu kalau SBY berani. Sayangnya, kita tahukualitas keberanian presiden kita saat ini
(kamsari)
http://www.neraca.co.id/2012/02/19/menteri-perumahan-ngawur-orang-miskin-yang-babak-belur/
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
27/37
Finansial Sabtu, 18 Feb 2012 07:49 WIB
Kilas Keuangan & Perbankan
BTN Turunkan Bunga Kredit Jadi 7,5%MedanBisnisJakarta. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menurunkan suku bunga
dasar kredit (SBDK). Bahkan, ada bunga kredit yang hanya 7,49%.Menurut Direktur Utama BTN Iqbal Latanro, pinjaman yang mendapat bunga khusus tersebutharus di atas Rp 250 juta. Bunga tersebut berlaku untuk dua tahun pertama. Selanjutnya, akan
berlaku bunga sesuai pasar plus 100 basis poin.
Iqbal mengatakan, bank plat merah itu juga sedang mengkaji penetapan bunga FasilitasLikuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Meski belum ditentukan, namun kisarannya tidak
akan jauh-jauh dari 8%.
"FLPP belum final, tapi sedikit di bawah 8 (persen), Angkanya belum fix mungkin sekitar
Senin nanti," kata Iqbal di Jakarta, Jumat (17/2). Sebelumnya, bunga kredit untuk kredit
pinjaman sebesar itu dipatok 10,25%. Perseroan juga berniat menurunkan bungan kredit
untuk pinjaman kurang dari Rp 75 juta. "Suku bunga kredit itu mulai berlaku hari ini, dalamrangka ulang tahun BTN," katanya.
Selain itu, BTN juga menurunkan SBDK dengan rata-rata 33 basis poin (bps). Untuk kredit
korporasi, penurunannya 31 bps menjadi 10,25%, sedangkan kredit retail 21 bps menjadi
10,37%.
Sementara untuk bunga kredit konsumsi terbagi dua, menjadi kredit KPR yang sudah turun
33 bps menjadi 10,75% dan non KPR turun 14 bps ke 11,25%. (dtf)
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/18/82013/btn_turunkan_bunga_kredit_
jadi_75persen/#.T0H1jNnKvGI
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
28/37
Mungkinkah Rumah Rp25 Juta Akan Terwujud?
Minggu, 19 Februari 2012 04:03 WIB
| Foto : xadamdx.com
Di saat angka backlog perumahan menunjukkan jumlah yang memprihatinkan, Menteri
Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz menyatakan sanggup membangun rumah murah
tipe 36 seharga Rp 25 juta. Untuk menjawab keraguan berbagai pihak, Menpera bahkan
membangun tiga model rumah murah di halaman parkir Kementerian Perumahan Rakyat
(Kemenpera) di Jalan Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
"Kami sanggup bikin rumah murah Rp 25 juta permanen. Saya ingin buktikan kepada
pengembang, dengan uang Rp 25 juta kita bisa bangun rumah murah tipe 36 yang layakhuni," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Kemenpera di Jakarta, Jumat (10/2/2012).
Djan Faridz mengatakan, selama ini kalangan pengembang menilai rumah murah tipe 36 sulitdiwujudkan. Padahal, lanjut dia, dengan menggunakan bahan-bahan serta teknologi memadai,
bangunan tersebut dapat dibangun dengan waktu relatif singkat. Rumah murah yang
dijanjikan Menpera ini nantinya memiliki tembok beton dengan beberapa ruangan, yakniruang keluarga, dua kamar tidur, kamar mandi, dan dapur.
Menanggapi hal ini, pengembang akan mendukung dan mengikuti langkah Menpera selama
pemerintah menjamin tanahnya telah ada.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
29/37
"Kami akan mengikuti Menpera, kalau tanah untuk rumah murah ini disediakan karena Rp 25juta itu hanya konstruksi rumahnya saja, belum termasuk tanah," kata Ketua Umum DPP
Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso di Jakarta, Jumat.
Setyo mengatakan, kalau hanya untuk konstruksi rumah, hitungan REI bisa kurang dari Rp
25 juta. Namun, tanah untuk pembangunannya harus disediakan.
"Kalau tanah di daerah itu milik pemerintah daerah (pemda), ini yang bermasalah. Mungkin
lewat DPRD agar melepas izin, baru bisa dibangun," katanya.
Senada dengan Setyo, Direktur Indonesia Property Watch (Direktur IPW) Ali Tranghanda
mengatakan, selama pemerintah menyediakan tanah, tidak akan ada masalah dan menjadi
masalah. Karena itu, kata Ali, pemerintah perlu menyediakan land bank (bank tanah) agar
permasalahan rumah murah untuk MBR ini bisa teratasi. (kompas)
http://www.atjehpost.com/read/2012/02/19/2583/0/42/Mungkinkah-Rumah-Rp25-Juta-Akan-
Terwujud
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
30/37
Mungkinkah Rumah Rp 25 Juta Akan Terwujud?Natalia Ririh | Latief | Jumat, 17 Februari 2012 | 15:01 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com Di saat angka backlogperumahan menunjukkan jumlah
yang memprihatinkan, Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz menyatakan
sanggup membangun rumah murah tipe 36 seharga Rp 25 juta. Untuk menjawab keraguanberbagai pihak, Menpera bahkan membangun tiga model rumah murah di halaman parkir
Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) di Jalan Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan.
Kami sanggup bikin rumah murah Rp 25 juta permanen. Saya ingin buktikan kepada
pengembang, dengan uang Rp 25 juta kita bisa bangun rumah murah tipe 36 yang layak huni.
-- Djan Faridz
"Kami sanggup bikin rumah murah Rp 25 juta permanen. Saya ingin buktikan kepada
pengembang, dengan uang Rp 25 juta kita bisa bangun rumah murah tipe 36 yang layak
huni," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Kemenpera di Jakarta, Jumat (10/2/2012).
Djan Faridz mengatakan, selama ini kalangan pengembang menilai rumah murah tipe 36 sulit
diwujudkan. Padahal, lanjut dia, dengan menggunakan bahan-bahan serta teknologi memadai,
bangunan tersebut dapat dibangun dengan waktu relatif singkat. Rumah murah yangdijanjikan Menpera ini nantinya memiliki tembok beton dengan beberapa ruangan, yakni
ruang keluarga, dua kamar tidur, kamar mandi, dan dapur.
Menanggapi hal ini, pengembang akan mendukung dan mengikuti langkah Menpera selama
pemerintah menjamin tanahnya telah ada.
"Kami akan mengikuti Menpera, kalau tanah untuk rumah murah ini disediakan karena Rp 25
juta itu hanya konstruksi rumahnya saja, belum termasuk tanah," kata Ketua Umum DPP
Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso di Jakarta, Jumat.
Setyo mengatakan, kalau hanya untuk konstruksi rumah, hitungan REI bisa kurang dari Rp
25 juta. Namun, tanah untuk pembangunannya harus disediakan.
"Kalau tanah di daerah itu milik pemerintah daerah (pemda), ini yang bermasalah. Mungkin
lewat DPRD agar melepas izin, baru bisa dibangun," katanya.
Senada dengan Setyo, Direktur Indonesia Property Watch (Direktur IPW) Ali Tranghanda
mengatakan, selama pemerintah menyediakan tanah, tidak akan ada masalah dan menjadi
masalah. Karena itu, kata Ali, pemerintah perlu menyediakan landbank(bank tanah) agar
permasalahan rumah murah untuk MBR ini bisa teratasi.
http://properti.kompas.com/read/2012/02/17/15010072/Mungkinkah.Rumah.Rp.25.Juta.Akan
.Terwujud.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
31/37
Menpera Selalu "Membelokkan" Tuntutan PengembangNatalia Ririh | Latief | Jumat, 17 Februari 2012 | 13:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com Pengembang yang tergabung dalam Asosiasi PengembangPerumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) mengeluhkan tuntutan mereka yang
selalu "dibelokkan" oleh Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz. Pengembangmengaku permasalahan yang sebenarnya terjadi malah ditanggapi lain oleh Menpera.
Betul, selalu dibelokkan dari permasalahan sebenarnya yang dihadapi pengembang.
-- Eddy Ganefo
"Betul, selalu dibelokkan dari permasalahan sebenarnya yang dihadapi pengembang," kataKetua Apersi, Eddy Ganefo, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Jumat (17/2/2012).
Permasalahan moratorium Fasilitas Likuidasi Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk rumah
bersubsidi yang telah terhenti mendadak sejak 6 Januari 2012 lalu, misalnya. Menurut Eddy,
persoalan pokok FLPP adalah penghentian tiba-tiba yang mengakibatkan usaha properti
untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) berhenti total. Penghentian ini memiliki
efek domino berupa tertundanya puluhan ribu unit akad rumah.
"Tapi, masalahnya dibelokkan pada ketidaksepakatan suku bunga kredit antara Menpera dan
perbankan penyalur. Padahal, kami tidak ada masalah dengan suku bunga. Kami meminta
jalankan FLPP dengan skema lama, sembari menunggu PKO dengan perbankan tercapai,"
ujarnya.
Masalah lainnya, lanjut Eddy, adalah gugatan Apersi ke Mahkamah Konstitusi tentang UU
Nomor 1 Tahun 2011 Pasal 22 Ayat 3, yang menyebutkan tentang pembatasan pembangunan
rumah tipe 36.
"Ini juga dibelokkan isunya menjadi pengembang tidak mau membangun rumah tipe 36
dengan harga Rp 70 juta," katanya.
Padahal, kata Eddy, masalah yang dikeluhkan dari aturan kebijakan ini adalah pelarangan
pembangunan tipe rumah di bawah tipe 36, baik oleh pengembang maupun masyarakat
perorangan.
"Ini masalah kesempatan masyarakat mendapat kesempatan untuk tinggal. Kalau masyarakat
mau membangun sendiri rumahnya, misalnya, ia mempunyai bangunan tipe 22 di tanahnya
sendiri, ia tidak akan dapat IMB. Jadi, jelas bukan harga jual rumahnya, juga bukan dari
pengembang," ungkapnya.
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
32/37
Kemudian, kata Eddy, mengenai dukungan Apersi Riau yang sebelumnya mengatakansanggup membangun rumah bertipe 36, sementara Apersi Pusat tengah menggugat aturan
tersebut.
"Berita Apersi Riau itu dibelokkan karena lokasi tiga ribuan rumah yang dibangun dandiresmikan Menpera itu berada di kabupaten, di mana harga rumahnya murah," katanya.
Namun, tanah di wilayah Kotamadya Pekanbaru, Riau, kata Eddy, tidak ada rumah bertipe 36
dengan harga di bawah Rp 120 juta.
"Jadi, disebutkan seolah-olah Apersi Riau dan DPP Apersi tidak sejalan, padahal kami
kompak sekali," ujarnya.
http://properti.kompas.com/read/2012/02/17/13542649/Menpera.Selalu.Membelokkan.Tuntutan.Pengembang
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
33/37
Rusunawa di Kali Ciliwung Segera DibangunSenin, 20 Februari 2012 | 10:13:35 WIB
dok
JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) tengahmerencanakan pembangunan 29 twin blok rumah susun sewa (Rusunawa) bagi Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR). Lokasi Rusunawa ini di Bantaran Kali Ciliwung dengananggaran yang dipersiapkan sebesar 9 triliun rupiah.
Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz mengatakan pelaksanaan pembangunan
Rusunawa di Kali Ciliwung tersebut diperlukan koordinasi antar kementerian terkait sertamelibatkan pemerintah daerah (Pemda) DKI Jakarta.
Terkait dengan lokasi pembangunan Rusunawa, Menpera mengatakan pihaknya akan
berkonsentrasi di tanah milik TNI di daerah Berlan yang berada tidak jauh dari Stasiun
Manggarai. Di sana terdapat Kompleks Zeni yang dihuni sekitar 15 anggota TNI aktif dan 20
keluarga purnawirawan.
"Rusunawa tersebut nantinya akan diprioritaskan untuk warga setempat yang saat ini
menghuni kawasan tersebut. Ke depan, warga akan menempati rumah tersebut dengan sistem
sewa. Sedangkan pengelolaan Rusunawa Kali Ciliwung akan dilaksanakan oleh Perumnas,"
kata Menpera di Jakarta, belum lama ini.
Menurut Menpera, kompleks Zeni nantinya akan dipindah. Sedangkan sejumlah
purnawirawan dan warga yang tinggal di sana akan dipioritaskan untuk tinggal di Rusunawatersebut.
Lebih jauh Menpera mengemukakan dalam waktu dekan Kemenpera akan melakukan rapatkoordinasi antara Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, KementerianPekerjaan Umum serta Pemda DKI.
Hingga saat ini pemerintah terus berupaya mengatasi kekurangan pasokan perumahan
(backlog) untuk kalangan masyarakat menengah bawah. had/E-6
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/83948
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
34/37
Senin, 20 Februari 2012 | 10:21:00 WIB
KPR Komersial Lebih Dominan Dibanding FLPP
dok
JAKARTA - Skema pembiayaan perumahan yang dicanangkan pemerintah melalui program
Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) terhadap pangsa pasar kredit pemilikanrumah (KPR) masih terbilang sedikit.
Berdasar hasil riset Bank Indonesia (BI) akhir 2011 lalu, tercatat bahwa realisasi FLPP yang
dimanfaatkan hanya sebanyak 1,66 persen, sementara selebihnya melalui program KPR biasa
(komersil) atau non-FLPP.
Dari hasil survei tersebut dinyatakan bahwa sebagian besar masyarakat atau sekitar 77,23
persen masih memilih fasilitas KPR sebagai pilihan utama dalam membeli produk propertiresidensial.
"Sebanyak 1,66 persen memanfaatkan program FLPP dari pemerintah dan selebihnya melaluiKPR biasa atau non-FLPP," tulis BI dalam laporan hasil survei yang rilis di Jakarta, pekan
lalu.
Dalam laporan tersebut juga mencatat bahwa fasilitas KPR yang digunakan oleh konsumen
pada kuartal IV-2011 meningkat sekitar 74,56 persen jika dibanding dengan kuartal
sebelumnya.
Peningkatan tersebut lebih dikarenakan kemudahan mengakses fasilitas KPR dan turunnya
tingkat suku bunga KPR hingga berkisar 9-12 persen. Sedangkan selama 2011 lalu,penyaluran KPR FLPP mencapai 120.814 unit dengan dana yang disalurkan sebesar 4,050
triliun rupiah. Jumlah tersebut disalurkan sejakOktober 2010 sampai akhir 2011.
Sebelumnya, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) berupaya meningkatkan porsi
FLPP hingga mencapai 1,350 juta unit KPR hingga 2014 mendatang.
Untuk mendorong penyaluran lebih besar, pemerintah meminta perbankan menurunkanbunga FLPP menjadi di kisaran 7 persen. Karena itu, kesepakatan penyaluran FLPP antara
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
35/37
pemerintah dan perbankan hingga kini belum disepakati, sehingga jumlah KPR FLPP masihrendah. had/E-6
http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/83949
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
36/37
8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012
37/37
Recommended