Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    1/37

    Harga Rumah Subsidi Berpeluang Naik

    Brigita Maria Lukita | Robert Adhi Ksp | Selasa, 21 Februari 2012 | 06:46 WIB

    JAKARTA, KOMPAS.com Harga rumah bersubsidi yang dipatok pemerintah

    berpeluang naik, baik rumah sejahtera tapak maupun rumah sejahtera susun. Saat ini, harga

    rumah tapak subsidi dipatok maksimum Rp 70 juta per unit, sedangkan rumah susun

    maksimum Rp 144 juta per unit.

    Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, di Jakarta, Senin (20/2/2012), mengemukakan,pihaknya sedang melakukan pengkajian terkait harga rumah subsidi. Apalagi, sejak tahun

    2010, sebagian pengembang menghentikan pembangunan rumah susun subsidi di

    Jabodetabek.

    "Tidak tertutup kemungkinan harga rumah bersubsidi naik, terutama rumah susun," ujarnya.

    Ia menilai, persyaratan rumah sejahtera susundulu bernama rumah susun sederhana

    milikterlampau berat. Pengembang tidak bisa membangun kawasan komersial di rumah

    susun yang berguna sebagai subsidi silang pembiayaan. Selain itu, harga bahan bangunan

    sudah naik dan koefisien luas bangunan (KLB) 3,5 dinilai tidak menguntungkan sehingga

    pengembang tidak tertarik.

    Sebelumnya, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Real Estat Indonesia Setyo Maharso mengaku

    telah mengajukan usulan kepada pemerintah terkait kenaikan harga untuk rumah sejahtera

    tapak menjadi Rp 88 juta per unit dan rumah sejahtera susun Rp 205 juta per unit.

    Secara terpisah, Direktur Eksekutif Indonesia Property Wacth Ali Tranghanda menilai,

    kenaikan harga rumah harus dipertimbangkan secara matang agar tidak menjadi kebijakan

    tambal sulam pemerintah. Konsumen rumah subsidi memperoleh kemudahan kredit, berupa

    suku bunga tetap sebesar 7,25 persen dalam tenor pinjaman 15 tahun.

    http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/21/06463984/Harga.Rumah.Subsidi.Berpeluang.

    Naik

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    2/37

    KPR Subsidi Bergulir Pekan Ini

    Selasa, 21 Februari 2012 | 03:04 WIB

    Jakarta, Kompas - Kredit pemilikan rumah bersubsidi dengan suku bunga tetap 7,25 persendalam tenor pinjaman 15 tahun akan digulirkan mulai pekan ini. Pemerintah menargetkan

    rumah subsidi untuk masyarakat menengah bawah itu disalurkan sebanyak 219.000 unittahun ini atau meningkat dibandingkan dengan realisasi tahun lalu, 109.614 unit.

    Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, di Jakarta, Senin (20/2), mengemukakan, kredit

    rumah subsidi yang digulirkan melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP)

    itu disalurkan oleh empat bank, yaitu Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia

    (BRI), Bank Mandiri, dan Bank Tabungan Negara (BTN).

    Perjanjian kerja sama operasional tentang FLPP sudah ditandatangani dengan BNI, BRI, dan

    Bank Mandiri sejak dua pekan lalu, sedangkan dengan BTN baru akhir pekan lalu. Besaranpenyaluran kredit disesuaikan dengan kemampuan bank.

    Dengan selesainya perjanjian kerja sama operasi FLPP, diharapkan KPR (kredit pemilikan

    rumah) subsidi mulai jalan pekan ini, kata Djan.

    FLPP yang digulirkan tahun 2010 sempat dihentikan pada Januari 2012. Penghentian itu

    karena Kementerian Perumahan Rakyat menghendaki penurunan suku bunga FLPP dari yang

    semula 8,15-9,95 persen menjadi kisaran 7 persen, dengan komposisi dana penyertaan

    pemerintah dan perbankan yang semula berbanding 60:40 dikoreksi menjadi 50:50.

    Total anggaran FLPP dari pemerintah Rp 6,7 triliun sehingga dibutuhkan dana perbankan

    dalam jumlah yang sama. Namun, dana penyertaan dari empat bank itu diperkirakan hanyaberkisar Rp 4 triliun.

    Dana bank itu hanya merupakan initial (tahap awal). Kalau dana sudah habis terserap, pasti

    akan ditambah lagi, ujar Djan.

    Menurut Djan, suku bunga FLPP sebesar 7,25 persen itu sudah termasuk asuransi jiwa dan

    kebakaran.

    Hal ini berbeda dari FLPP lalu, yakni konsumen rumah subsidi dikenai biaya asuransi sebesar

    Rp 2 juta.

    Persyaratan konsumen FLPP juga diubah, yakni tidak wajib menyerahkan suratpemberitahuan (SPT) pajak, melainkan diganti dengan surat pernyataan penghasilan dariperusahaan tempat bekerja.

    Dengan pola baru FLPP, konsumen juga tidak harus mengeluarkan biaya awal sebesar Rp 11

    juta untuk membayar uang muka, tabungan, biaya notaris, dan cicilan awal rumah.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    3/37

    Konsumen rumah subsidi hanya dikenai biaya uang muka sebesar Rp 7 juta dan notaris Rp600.000.

    Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengingatkan, pemerintah

    perlu mengawasi kesiapan infrastruktur bank dalam menyalurkan FLPP. Apalagi, beberapabank baru pertama kali terjun dalam program FLPP.

    Jangan sampai penurunan suku bunga malah tidak menjamin penyerapan FLPP lebih

    tinggi, ujarnya. (LKT)

    http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/02/21/03044681/KPR.Subsidi.Bergulir.Pekan.Ini

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    4/37

    H Djan Faridz

    Buktikan Rumah Harga MurahOleh: Dahlia Krisnamurti

    Senin, 20 Februari 2012 | 00:31 WIB

    INILAH.COM, Jakarta - Penyediaan rumah murah dan layak sudah menjadi tekad Menteri Perumahan

    Rakyat Djan Faridz.Ia pun bersikukuh pengembang bisa membangun rumah tipe 36 dengan harga

    Rp70 juta.

    Akan saya buktikan bahwa Kemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yang terjangkau,

    yakni dengan harga tanah Rp200.000 per meter. Jadi, tidak benar kalau ada pengembang bilang

    tidak bisa membangun tipe 36," kata Djan Faridz dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, kemarin.

    Menpera menyampaikan pernyataan tersebut terkait adanya gugatan uji materi dari Asosiasi

    Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) terhadap UU No 1/2011

    khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahtera tapak tipe 36 m2.

    Djan Faridz bersikukuh pengembang perumahan sebenarnya dapat membangun rumah tipe 36

    dengan harga terjangkau dan murah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.Hal itu sesuai dengan

    UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.Masyarakat miskin yang saat

    ini belum memiliki rumah dapat terbantu memiliki rumah layak huni, imbuhnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    5/37

    Kengototan Menpera ini tentunya juga dilandasi pengalamannya sebagai pengusaha sukses di

    bidang properti dan energi. Awalnya, ia membuka bengkel las ketok, kemudian beranjak menjadi

    pedagang alat-alat bangunan, lalu menjadi pemborong perumahan untuk pegawai negeri sipil dan

    Tentara Nasional Indonesia (TNI).

    Ia makin ternama setelah sukses menyulap Pasar Tanah Abang yang dulu kumuh menjadi pusat

    grosir terbesar di Asia Tenggara. Pembangunan Pasar Tanah Abang Blok A dimulai setelah pasar itu

    terbakar pada 2002.Pasar rakyat ini dibangun kembali oleh PT Priamanaya, milik Djan Faridz dan

    diresmikan penggunaannya pada Juli 2005.Dua tahun kemudian dimulailah pembangunan Pasar

    Tanah Abang Blok B hingga dapat dioperasikan pada 2010.

    Selain pengusaha sukses, Djan Faridz juga memiliki pengalaman di dunia politik. Pada Pemilu 2009, ia

    dipilih warga Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta sebagai anggota Dewan Perwakilan Daerah. Sejak

    2006 ia aktif sebagai Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PW NU) DKI Jakarta. Kemudian ia dipilih

    sebagai Ketua Tanfidziyah PW NU DKI Jakarta periode 2011-2016.

    Putra pasangan H. Muhammad Djan dan Hj Aisah Gani itu sejak ditunjuk menjadi Menpera sudah

    bertekad untuk meningkatkan mutu rumah masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), fokus padaprogram rumah swadaya dengan menargetkan pembangunan 1,25 juta rumah hingga 2014.

    Menurut pria kelahiran Pasar Senen, Jakarta ini, hunian yang layak dan kesehatan yang baik bisa

    mengurangi kesulitan ekonomi masyarakat dan kehidupan masyarakat makmur dapat segera

    tercipta. Tahun ini target pembangunan rumah swadaya mencapai 250 ribu, walaupun anggarannya

    baru cukup untuk 65 ribu rumah. Namun, hingga 2014 nanti targetnya akan ada 1.250.000 rumah

    yang dibedah.

    "Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersama,

    khususnya para pemangku kepentingan bidang perumahan.Kami mendukung para pengembang

    yang telah membangun perumahan bagi masyarakat miskin, baik di pusat maupun di daerah," kataMenpera.

    http://web.inilah.com/read/detail/1831684/read/detail//

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    6/37

    Senin, 20/02/2012 17:10 WIB

    Djan Faridz Bangun Rumah Tipe 36 Cuma Rp 18

    JutaSuhendra detikFinance

    Jakarta - Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz berambisi mewujudkan pengembangan rumah

    sangat murah bertipe 36.Ia akan membangun rumah-rumah percontohan dengan harga hanya Rp 18

    juta di seluruh Indonesia.

    Djan Faridz mengatakan pembangunan rumah contoh pada tahap awal baru bisa dibangun di Nusa

    Tenggara Timur (NTT). Nantinya, jika pembangunan rumah contoh ini bisa sukses diterapkan di NTT

    maka di seluruh Indonesia juga akan sukses.

    "Ini nantinya bisa menolong para pengembang dan asosiasi real estat untuk membangun rumahdengan harga yang lebih murah," katanya seperti dikutip dari situs Kemenpera, Senin (20/2/2012)

    Deputi Bidang Pengembangan Kawasan Hazaddin Tende Sitepu mengatakan rumah contoh yang saat

    ini bisa dibangun pemerintah adalah rumah contoh tipe 36."Rumahnya sendiri tipe 36 dan biaya

    pembangunannya sebesar Rp 18 juta," kata Hazaddin.

    Hazaddin menambahkan pembangunan rumah murah dengan tipe 36 ini ini masih terus

    berlanjut.Pembangunannya masih bersisa sebanyak 7.672 unit rumah dan tersebar di sembilan

    Kabupaten/Kota di NTT.

    Kesembilan Kabupaten/Kota tersebut adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor

    Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, Kabupaten

    Ngada, Kabupaten Flores Timur, dan Kabupaten Sumba Tengah.

    Spesifikasi material rumah contoh ini terdiri dari pondasi ompak cor, rangka bangunan L30/pabrikasi,

    jaring dinding besi, cor dinding, permukaan dinding aci, atap asbes/seng, pintu panel dan jendela

    kaca, cat dinding, lantai plester/keramik, sanitasi bak dan kloset jongkok, septik tank batako, dan

    teras plester.Pembangunan rumah contoh ini dilakukan oleh pengembang dari PT Grand Wijaya.

    (hen/dnl)

    http://finance.detik.com/read/2012/02/20/171028/1847142/1016/djan-faridz-bangun-rumah-tipe-

    36-cuma-rp-18-juta?991101mainnews

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    7/37

    Ini Dia Spesifikasi Rumah MBR Buatan Kemenpera

    Feb 20, 2012 - Rumah.com

    RumahCom - Terkait dengan instruksi Presiden mengenai penyediaan rumah untuk MBR di NTT,

    Kemenpera mengadakan acara Menyaksikan Pembangunan Rumah Contoh, di halaman Kantor

    Kemenpera, Jakarta, Senin (20/2). Pembangunan rumah contoh ini dilakukan oleh PT Grand Wijaya.

    Dalam sambutannya, Mempera Djan Faridz mengharapkan pembangunan rumah contoh ini bisa

    diterapkan di NTT. Kalau pembangunan rumah contoh ini bisa sukses diterapkan di NTT, maka di

    seluruh Indonesia juga akan sukses, dan ini nantinya bisa menolong para pengembang dan asosiasi

    real estat untuk membangun rumah dengan harga yang lebih murah, kata Djan Faridz seperti

    dikutip dari situs resmi Kemenpera.

    Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pengembangan Kawasan, Hazaddin Tende Sitepu

    mengatakan, rumah contoh yang dibangun adalah rumah contoh tipe 36 dengan biaya

    pembangunan sebesar Rp18 juta. Pembangunan rumah contoh masih terus berlanjut dan masih

    bersisa sebanyak 7.672 unit rumah yang tersebar di sembilan Kabupaten/Kota di NTT, jelas

    Hazaddin. Kesembilan Kabupaten/Kota tersebut adalah Kota dan Kabupaten Kupang, Kabupaten

    Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Belu, Alor, Ngada, Flores Timur, dan Sumba Tengah.

    Untuk spesifikasi material, pondasi terbuat dari ompak cor, rangka bangunan L30/pabrikasi, jaring

    dinding besi, cor dinding, permukaan dinding aci, atap asbes/seng, pintu panel dan jendela kaca, cat

    dinding, lantai plester/keramik, sanitasi bak dan kloset jongkok, septik tank batako, dan teras

    plester.

    Dukungan penyediaan rumah untuk MBR di Provinsi NTT ini juga datang dari Ketua DPD REI Provinsi

    NTT, Bobby Lianto.DPD REI Provinsi NTT tetap mendukung penyediaan rumah untuk MBR di NTT,

    tentunya disesuaikan dengan kondisi yang ada di NTT, kata Bobby.

    Anto Erawan

    ([email protected])

    http://www.rumah.com/berita-properti/2012/2/362/ini-dia-spesifikasi-rumah-mbr-buatan-

    kemenpera

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    8/37

    Menpera Resmikan Rumah Murah tapi Kokoh

    Senin, 20 Februari 2012 16:39:47 WIB

    Reporter : Renni Susilawati

    Jakarta (beritajatim.com)--Harapan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Masyarakat Berpenghasilan

    Rendah (MBR) untuk memiliki rumah tinggal yang layak, semakin mendekati kenyataan. Pasalnya,

    Menteri Perumahan Rakyat, H Djan Faridz, telah membuktikan bahwa rumah type 36 sebagai

    standar hunian yang layak, dapat diraih dengan harga murah dan kredit terjangkau PNS golongan

    rendah atau MBR.

    Pers rilis Kemenpera yang diterima beritajatim.com, Senin (20/2/2012) petang, menyebutkan,

    pernyataan Menpera H. Djan Faridz ini bukan sekadar buaian atau impian belaka.Hari ini

    (20/2/2012), Djan telah membuktikan bahwa membangun rumah type 36 tidak harus mahal.

    Pengembang juga tidak perlu lagi menjual rumah di bawah type 36.

    "Buat apa membangun type 27, 29 atau 30 lagi. Untuk membangun rumah type 36 saja, cukup

    dengan modal 25 juta rupiah saja, papar Djan saat meresmikan rumah contoh type 45 di halaman

    kantor Kementerian Perumahan Rakyat, Jl Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

    Dengan pembuktian ini, Djan juga berusaha mematahkan gugatan Asosiasi Pengembang Perumahan

    dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) yang mengajukan judicial review atau peninjauan

    kembali Undangundang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

    Khususnya pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahtera tipe 36 m2.Gugatan

    tersebut telah diajukan ke Mahkamah Konstitusi pada akhir Januari 2012 lalu.

    "Siapa bilang tipe 36 tidak mungkin dibangun dengan harga Rp 70 juta.Saya sudah memberikan

    jawaban dengan rumah contoh. Ini type 45. Modalnya saja tidak sampai 30 juta rupiah. Apalagi type

    36, modalnya bisa di bawah harga itu. Cukup dengan dua tukang dan empat kenek, tidak sampai dua

    minggu, rumah cetak model minimalis ini sudah jadi, papar Djan.

    Bagaimana dengan cara pembelian kredit? Djan menjelaskan, karena ini rumah murah, sudah pasti

    ada subsidi dari pemerintah."Kita taruh harga standar type 36 ini paling mahal Rp 70 juta.

    Sebelumnya, untuk DP plus asuransi, perijinan dan pengurusan legalitas, dengan harga segitu, DP-

    nya bias 11,5 juta. Karena beban asuransi ditanggung bank dan perijinan digratiskan, ditambah lagi

    Subsidi Prasarana, Sarana dan Utilitas (PSU), DP cukup 7 juta rupiah.Ya, cicilannya berkisar 550ribuan, terang Djan.

    Djan tidak menampik, masih banyak pengembang yang mendukung penuh kebijakan yang

    dikeluarkan pemerintah."Masalah perumahan ini merupakan tantangan yang harus dihadapi

    bersama, khususnya para pemangku kepentingan bidang perumahan.Kami mendukung para

    pengembang yang telah membangun perumahan bagi masyarakat miskin, baik di pusat maupun di

    daerah, katanya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    9/37

    Untuk proyeksi pertama, rumah minimalis tapak type 36 ini akan dibangun di Provinsi Nusa Tenggara

    Timur. Diperkirakan akan rampung dalam kurun waktu kurang lebih 6 bulan. "Dalam satu hari,

    proyek tersebut dapat mendirikan bangunan sebanyak tiga rumah dengan luas bangunan 36 meter

    persegi.Pembangunan rumah type 36 ini sangatlah efektif dan efisien.Harganya pun terjangkau bagi

    masyarakat kalangan menengah ke bawah, ujar Djan.

    Djan menegaskan, rumah murah ini bukan sekadar rumah murahan.Djan memberikan jaminan mutu

    kalau rumah ini baik."Bahan-bahannya berkualitas.Bentuk dan konstruksi bangunannya dikemas

    dengan apik.Lumayan kokoh karena menggunakan bahan-bahan seperti baja untuk menopang setiap

    siku serta atap dan gordyn. Bahan temboknya menggunakan cor-coran semen dan kerikil, tambah

    Djan.

    Menurut Djan, rumah tapak atau rumah cetakan ini sudah teruji kekuatannya. Sama seperti rumah

    standar lainnya.Ruangannya terbagi dari kamar, ruang tamu dan kamar mandi.Rumah seperti ini

    sudah ada sejak tahun 1993 silam.Hingga saat ini masih bagus bangunannya.Sudah teruji juga tahan

    gempa.Bahkan, kekokohannya lebih dari rumah dengan dinding berbahan bata merah, terang Djan

    bersemangat.

    Menpera Djan cukup bangga dengan perjuangannya mewujudkan rumah murah.Ternyata,

    programnya pun bersambut.Beberapa pemerintahan daerah, sudah melakukan MoU dalam program

    membangun rumah cetak dengan harga murah.

    "47 kabupaten sudah siap membantu mencanangkan program pembangunan rumah murah dan

    layak huni. Kemenpera juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara dan

    Kementerian Perhubungan guna memfaatkan tanah-tanah yang tidak dipakai untuk pembangunan

    rumah rakyat, ujara Djan.[air]

    http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2012-02-

    20/127404/Menpera_Resmikan_Rumah_Murah_tapi_Kokoh

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    10/37

    Rumah Murah Khusus PNS & MBR Bermodalkan

    Rp18-20 Juta

    Nur Januarita Benu - Okezone

    Senin, 20 Februari 2012 11:11 wib

    JAKARTA - Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) membangun rumah layak huni bagi

    masyarakat Indonesia melalui progam pembangunan rumah murah tipe 36.

    Rumah tipe 36 yang khusus diperuntukkan bagi PNS dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

    ini menggunakan sistem rumah cetak dengan modal pembangunan hanya Rp18-20 juta rupiah.

    "Rumah cetak yang dibangun tahun ini, sudah diperbaiki strukturnya lebih baik dari tahun lalu.

    Betonnya lebih kuat, konstruksinya disesuaikan dengan konstruksi yang disarankan Dinas PU

    (Pekerjaan Umum)," kata Menteri Perumahan Rakyat, Djan Faridz saat melihat hasil pembangunan

    rumah tipe 36 di halaman kantor Kemenpera, Jakarta, Senin (20/2/2012).

    Dalam pembangunan rumah cetak murah tersebut Kemepera bekerja sama dengan pengembang PT

    Grand Wijaya yang berbasis di Palembang, Sumatera Selatan, yang telah berpengalaman lebih dari

    30 tahun dalam memnbangun proyek rumah murah tipe 36 dengan sistem cetak.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    11/37

    "Kami sudah membangun rumah cetak ini sejak tahun 73 dan saat ini total sudah 4.000 unit rumah

    yang kami bangun mulai dari Palembang, Aceh, hingga Tangerang, dan daerah lainnya," kata

    Direktur PT Grand Wijaya Umar Suhadi.

    Melalui rumah cetak murah ini, diharapkan program pembangunan rumah layak huni bagi seluruh

    lapisan masyarakat, utamanya masyarakat kurang mampu dan berpenghasilan rendah yang

    dicanangkan pemerintah dapat segera terwujud. (rhs).

    http://property.okezone.com/read/2012/02/20/471/578764/rumah-murah-khusus-pns-mbr-

    bermodalkan-rp18-20-juta

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    12/37

    Perumnas Akan Bangun Apartemen Seharga Rp 200

    Juta di Tanjung Barat

    Senin, 20 Februari 2012 17.59 WIB

    (Vibiznews-Property), Perum Perumnas hingga kini masih mengurus perizinan dan kesiapan lainnyaterkait rencana membangun apartemen seharga Rp 200 juta di dekat Stasiun Tanjung Barat, Jakarta

    Selatan.Rencananya, pembangunan awal bisa direalisasikan di akhir 2012.

    Direktur Utama Perumnas Himawan Arief Sugoto mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan

    proses finalisasi dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI) untuk memanfaatkan lahan di sekitar stasiun

    kereta api Tanjung Barat milik PT KAI.

    "Saya kira 6 bulan lagi semuanya beres.Tinggal dibangun ya paling lama di akhir 2012," kata

    Himawan saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta.

    Ia mengatakan apartemen yang dibanderol sekitar Rp 200 jutaan ini memang mengambil pangsa

    pasar kelas menengah. Sehingga konsepnya tidak terlalu mewah namun menarik."Kita tengah

    mempersiapkan konsep sarana kesehatan juga. Apartemen ini menarik karena ditopang oleh

    transportasi kereta api Jakarta-Bogor," jelas Himawan.

    Himawan sebelumnya mengatakan nilai investasinya apartemen ini sekitar katakan Rp 60-70

    miliar.Selain di Tanjung Barat, Perumnas juga menyiapkan apartemen dikawasan Sentra Timur.

    "Untuk Sentra Timur segera dibangun dalam waktu dekat," tuturnya.

    Sentra Timur, lanjut Himawan, apartemen itu dibanderol Rp 5-8 juta per meternya. Rencananya,

    apartemen ini memang menyasar masyarakat kelas menengah.

    http://property.vibiznews.com/news/akhir-tahun-2012-akan-di-bangun-apartemen-200-jutaan-di-

    tanjung-barat/4977

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    13/37

    BNI Incar 40.000 Rumah Subsidi FLPP

    Senin, 20 Februari 2012 20:05 WIB

    (Vibiznews-Property), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) membidik penyerapan KPR rumah

    subsidi atau FLPP sebanyak 40.000 unit sepanjang 2012. Puluhan ribu rumah itu akan dibiayai

    melalui pembiayaan perumahan subsidi skema fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP).

    "Target penyerapan 40.000 unit di tahun 2012," kata Executive Vice President KPR BNI Diah Sulianto,

    Senin (20/2/2012).

    Diah menambahkan, 40.000 unit didasarkan atas perhitungan yang matang. Penetapan suku bunga

    efektif FLPP sebesar 7,25%, dengan memperhitungkan komponen biaya seperti biaya operasional

    dan beberapa komponen lain.

    "Suku bunga tersebut merupakan suku bunga khusus yang diberikan untuk MBR (masyarakatberpenghasilan rendah).Yang pasti suku bunga tersebut sudah memperhitungkan komponen biaya,"

    terangnya.

    Ia mengatakan BNI sudah sepakat dengan kementerian perumahan rakyat terkait bunga FLPP

    sebesar 7,25%. "Partisipasi ini merupakan salah satu komitmen BNI untuk mendukung masyarakat

    berpenghasilan rendah dalam memiliki rumah dengan angsuran yang terjangkau," paparnya.

    Direktur Utama BNI Gatot M Suwondo sebelumnya menerangkan, bunga 7,25% telah

    memperhitungan skema pendanaan perbankan bersama perbankan 50:50. Seluruh bank-bank

    BUMN seperti BNI, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Mandiri setuju bunga FLPP 7,25% meski

    syarat porsi penyertaan 50:50. Bank Tabungan Negara (BTN) yang masih menginginkan porsi

    penyertaan 60:40 dengan bunga lebih rendah dari 8%.

    Bagi konsumen yang mendapat fasilitas kredit rumah melalui FLPP, selain mendapat bunga lebih

    rendah, konsumen pun akan mendapat buka yang tetap hingga 15 tahun. Sehingga dengan demikian

    besaran cicilan yang harus dibayarkan konsumen tetap hingga lunas. Hal ini karena pemerintah

    menempatkan dana murah kepada bank peserta FLPP.

    http://property.vibiznews.com/news/bni-bidik-40000-rumah-subsidi-flpp/4979

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    14/37

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    15/37

    Kemenpera Buat Perjanjian Penyediaan Rumah Bagi

    Masyarakat Berpenghasilan Rendah

    Posted on20 February 2012.

    Fb-Button

    Jakarta, TANGGAP News.com-Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) mengadakan Perjanjian

    Kerjasama dengan pemerintah daerah Kabupaten Sabu Raijua dalam hal penyediaan rumah bagi

    Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) di ruang rapat, kantor

    Kemenpera, Jakarta, Senin (20/2/2012). Dalam pidato sambutan Menteri Perumahan Rakyat yangdibacakan oleh Deputi Bidang Pengembangan Kawasan, Hazaddin Tende Sitepu, disampaikan bahwa

    semoga dengan ditandatanganinya kerjasama ini dapat meningkatkan peran aktif pemerintah

    daerah dalam penyediaan rumah.Diharapkan dengan adanya kerjasama ini dapat mendorong peran

    aktif pemerintah daerah Kabupaten Sabu Raijua dalam hal penyediaan rumah bagi MBR dan juga

    PNS sehingga pembangunan perumahan dapat tecapai, ujar Hazaddin.

    Penandatanganan kerjasama ini merupakan bentuk dari pelaksanaan amanah sebagaimana

    ditegaskan dalam pasal 2 ayat 4 Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang pembagian

    urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah

    kabupaten/kota bahwa permasalahan perumahan adalah urusan pemerintah daerah berkaitan

    dengan pelayanan dasar. Sementara maksud perjanjian kerjasama ini adalah untuk mempercepatpemenuhan kebutuhan tempat tinggal atau hunian bagi MBR dan PNS dalam bentuk penyediaan

    rumah umum termasuk PSU didukung fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan dan perumahan

    swadaya, serta memberikan kemampuan kepada PNS dalam pemilikan rumah yang layak melalui

    pembiayaan dari dana tabungan perumahan PNS.

    Adapun tujuan perjanjian kerjasama ini adalah terpenuhinya kebutuhan perumahan bagi MBR dan

    PNS di Kabupaten Sabu Raijua, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    16/37

    Hadir dalam acara yang dimaksud Bupati Sabu Raijua, Marthen Luther Dira Tome.Di dalam pidato

    sambutannya Marthen berterima kasih karena Kemenpera menyambut baik kerjasama yang

    ditawarkan pihaknya. Kami berterima kasih kepada Kementerian Perumahan Rakyat yang telah

    menyambut dan mengundang pemerintah daerah Kabupaten Sabu Raijua untuk datang, hal ini

    sebagai bukti pelayanan maksimal yang dilakukan Kemenpera dalam memberikan pelayanan

    terhadap masyarakat kecil, ujar Marthen.

    Lebih jauh lagi Marthen memaparkan bahwa Kabupaten Sabu Raijua merupakan daerah yang

    dimekarkan dari Kabupaten Kupang pada tahun 2008 dan menghadapai beberapa kendala dalam hal

    penyediaan rumah. kendala-kendala yang dihadapi terlihat dari segi ekonomi, jumlah penduduk

    miskin yang banyak ada 15.000 atau sekitar 80% dari jumlah KK 18.000, ujar Marthen. Kendala lain

    yang dihadapi berupa sistem transportasi, karena Kabupaten Sabu Raijua merupakan kepulauan, jadi

    menggunakan sarana transportasi laut, masalah kesehatan dan pendidikan. kendala-kendala ini

    yang merupakan beban moral yang harus kami carikan solusinya, ujar Marthen.

    Dengan adanya kerjasama ini Marthen berjanji akan memberikan perhatian penuh terhadappembangunan yang ada khususnya untuk beban komponen yang diperlukan guna mendukung

    lancarnya pembangunan rumah. Kami siap untuk menyediakan tanah untuk pembangunan rumah

    layak huni dan kami juga siap apabila diminta bantuannya oleh Kemenpera, ujar Marthen.

    Penandatanganan kerjasama ini dilakukan antara Kementerian Perumahan Rakyat, Pemerintah

    Daerah Kabupaten Sabu Raijua dan BAPERTARUM-PNS.

    Hadir dalam acara yang dimaksud para eselon satu beserta jajaran di lingkungan Kementerian

    Perumahan Rakyat, Bupati Sabu Raijua dan Pelaksana Sekretariat Tetap BAPERTARUM-PNS.

    http://tanggapnews.com/2012/02/20/kemenpera-buat-perjanjian-penyediaan-rumah-bagi-

    masyarakat-berpenghasilan-

    rendah/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=kemenpera-buat-perjanjian-

    penyediaan-rumah-bagi-masyarakat-berpenghasilan-rendah

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    17/37

    Djan Faridz Bangun Rumah Tipe 36 Cuma

    Rp 18 JutaSenin, 20 Februari 2012 17:32

    Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz berambisi mewujudkan pengembangan rumah sangat murah bertipe 36.

    Ia akan membangun rumah-rumah percontohan dengan harga hanya Rp 18 juta di seluruh Indonesia.

    Djan Faridz mengatakan pembangunan rumah contoh pada tahap awal baru bisa dibangun di Nusa

    Tenggara Timur (NTT). Nantinya, jika pembangunan rumah contoh ini bisa sukses diterapkan di NTT

    maka di seluruh Indonesia juga akan sukses.

    "Ini nantinya bisa menolong para pengembang dan asosiasi real estat untuk membangun rumah

    dengan harga yang lebih murah," katanya seperti dikutip dari situs Kemenpera, Senin (20/2/2012)

    Deputi Bidang Pengembangan Kawasan Hazaddin Tende Sitepu mengatakan rumah contoh yang saat

    ini bisa dibangun pemerintah adalah rumah contoh tipe 36. "Rumahnya sendiri tipe 36 dan biaya

    pembangunannya sebesar Rp 18 juta," kata Hazaddin.

    Hazaddin menambahkan pembangunan rumah murah dengan tipe 36 ini ini masih terus berlanjut.

    Pembangunannya masih bersisa sebanyak 7.672 unit rumah dan tersebar di sembilan Kabupaten/Kota

    di NTT.

    Kesembilan Kabupaten/Kota tersebut adalah Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor

    Tengah Utara, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Kabupaten Belu, Kabupaten Alor, Kabupaten Ngada,

    Kabupaten Flores Timur, dan Kabupaten Sumba Tengah.

    Spesifikasi material rumah contoh ini terdiri dari pondasi ompak cor, rangka bangunan L30/pabrikasi,

    jaring dinding besi, cor dinding, permukaan dinding aci, atap asbes/seng, pintu panel dan jendela kaca,

    cat dinding, lantai plester/keramik, sanitasi bak dan kloset jongkok, septik tank batako, dan teras

    plester. Pembangunan rumah contoh ini dilakukan oleh pengembang dari PT Grand Wijaya.

    http://www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=46800:djan-faridz-bangun-

    rumah-tipe-36-cuma-rp-18-juta-&catid=73:ekonomi-bisnis-dan-keuangan&Itemid=195

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    18/37

    Ekonomi - Hari ini Pkl. 00:09 WIBMenteri: Bangun Rumah Tipe 36 Cuma Rp18 Juta

    Jakarta, (Analisa). Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz berambisi mewujudkan

    pengembangan rumah sangat murah bertipe 36. Ia akan membangun rumah-rumah

    percontohan dengan harga hanya Rp 18 juta di seluruh Indonesia.Djan Faridz mengatakan pembangunan rumah contoh pada tahap awal baru bisa dibangun di

    Nusa Tenggara Timur (NTT). Nantinya, jika pembangunan rumah contoh ini bisa sukses

    diterapkan di NTT maka di seluruh Indonesia juga akan sukses.

    "Ini nantinya bisa menolong para pengembang dan asosiasi real estat untuk membangun

    rumah dengan harga yang lebih murah," katanya seperti dikutip dari situs Kemenpera, Senin

    (20/2/2012)

    Deputi Bidang Pengembangan Kawasan Hazaddin Tende Sitepu mengatakan rumah contoh

    yang saat ini bisa dibangun pemerintah adalah rumah contoh tipe 36. "Rumahnya sendiri tipe

    36 dan biaya pembangunannya sebesar Rp 18 juta," kata Hazaddin.

    Hazaddin menambahkan pembangunan rumah murah dengan tipe 36 ini ini masih terusberlanjut. Pembangunannya masih bersisa sebanyak 7.672 unit rumah dan tersebar di

    sembilan Kabupaten/Kota di NTT.

    Spesifikasi material rumah contoh ini terdiri dari pondasi ompak cor, rangka bangunanL30/pabrikasi, jaring dinding besi, cor dinding, permukaan dinding aci, atap asbes/seng, pintu

    panel dan jendela kaca, cat dinding, lantai plester/keramik, sanitasi bak dan kloset jongkok,

    septik tank batako, dan teras plester. Pembangunan rumah contoh ini dilakukan oleh

    pengembang dari PT Grand Wijaya. (dtc)

    http://www.analisadaily.com/news/read/2012/02/21/36571/menteri_bangun_rumah_tipe_36_cuma_rp18_juta/#.T0LfxtnKvGI

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    19/37

    RUMAH MURAH: Djan Faridz lanjutkan program 1.000

    tower rusunami

    Oleh Siti Nuraisyah Dewi

    Jum'at, 17 Februari 2012 | 15:28 WIB

    JAKARTA:Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) tetap optimis program pembangunan

    1.000 tower rumah susun sederhana milik (rusunami) tetap berjalan.

    Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan tetapi Kemenpera berharap pemerintah

    daerah memberikan kemudahan dalam hal perijinan sehingga pembangunan hunian vertikal

    tersebut dapat terlaksana dengan baik.

    Menurutnya, rusunami merupakan salah satu pembangunan hunian yang cukup tepat untuk

    dibangun di daerah kota-kota besar di Indonesia.

    Program 1.000 tower rusunami tetap berjalan, kata Faridz seperti dikutip dalam siaran pers yang

    diterima Bisnis, hari ini 17 Februari 2012.

    Dia menuturkan program 1.000 tower tersebut harus dilaksanakan dengan baik sehingga

    pemerintah dapat membantu masyarakat menengah ke bawah untuk dapat memiliki rumah yang

    layak huni di daerah perkotaan.

    Selain itu, lanjutnya, rusunami dapat menjadi solusi untuk mengurangi mobilitas penduduk yang

    berpergian dari tempat tinggal menuju tempat kerjanya.

    Saat ini, Faridz menuturkan mobilitas penduduk di kota-kota besar seperti di DKI Jakarta memang

    cukup tinggi. Apabila di siang hari jumlah penduduk di DKI Jakarta bisa mencapai angka 9 juta lebih,

    sedangkan malam hari saat orang-orang kembali dari tempat kerjanya di Jakarta menuju rumahnya

    di daerah-daerah pinggiran maka jumlahnya akan berkurang menjadi sekitar 6 juta.

    Kalau masyarakat bisa tinggal di rusunami tentunya mobilitas dari rumah ke tempat kerja akan

    berkurang, imbuhnya.

    Faridz mengungkapkan pembangunan rusunami di kawasan perkotaan biasanya memang terkendala

    masalah lahan yang harganya mahal sehingga Kemenpera saat ini berupaya menggandeng

    Kementerian BUMN untuk dapat menggunakan tanah-tanah

    milik kementerian tersebut yang berada di daerah perkotaan untuk dibangun Rusunami.

    Terkait target rusunami yang salah sasaran, Faridz mengaku hal tersebut tidak benar karena

    masyarakat yang ingin memiliki rusunami dengan cara kredit akan diverifikasi terlebih dahulu oleh

    pihak bank.

    Dia menambahkan Kemenpera saat ini sedang mengkaji kenaikan harga rusunami. Disamping itu,

    ujarnya, Kemenpera juga akan melakukan sejumlah perubahan peraturan terkait jual beli hunian

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    20/37

    vertikal tersebut.

    Masyarakat yang membeli rusunami dengan memanfaatkan subsidi pemerintah ke depan tidak

    boleh memperjualbelikan atau memindah tangankan. Jadi yang tinggal di rusunami tersebut benar-

    benar mereka yang membutuhkan rumah, paparnya. (faa)

    http://www.bisnis.com/articles/rumah-murah-djan-faridz-lanjutkan-program-1-dot-000-

    tower-rusunami

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    21/37

    Menpera Apresiasi Rumah Murah| Sabtu, 18 Feb 2012

    Rusdy Setiawan Putra

    Menteri Perumahan Rakyat bersikeras pengembang bisa membangun rumah sederhana tipe

    36 dengan harga Rp 70 juta.

    MENTERI Perumahan Rakyat Djan Faridz mengatakan, para pengembang perumahan

    sebenarnya dapat membangun rumah tipe 36 dengan harga terjangkau dan murah bagi

    masyarakat berpenghasilan rendah. Djan Faridz tetap bersikeras bahwa pengembang bisa

    membangun rumah tipe 36 dengan harga Rp 70 juta. "Jadi, tidak benar kalau ada

    pengembang bilang tidak bisa membangun tipe 36," kata Menteri Perumahan Rakyat Djan

    Faridz di Jakarta, Kamis (16/2).

    Menurut dia, bila para pengembang perumahan dapat membangun rumah tipe 36 sesuai

    tuntutan UU No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, masyarakat

    miskin yang saat ini belum memiliki rumah dapat terbantu memiliki rumah layak huni.

    Menpera menyampaikan pernyataan tersebut terkait adanya gugatan uji materi dari Asosiasi

    Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) terhadap UU No1/2011 khususnya pada Pasal 22 ayat 3 terkait aturan pembatasan luasan rumah sejahtera

    tapak tipe 36 meter persegi.

    "Saya punya jawaban atas gugatan tersebut. Daripada berdebat, akan saya buktikan bahwa

    Kemenpera sanggup bikin rumah tipe 36 serta harga yang terjangkau, yakni dengan harga

    tanah Rp 200.000 per meter," katanya.

    Djan mengatakan, dirinya telah melihat sendiri adanya pembangunan rumah tipe 36 sebanyak

    3.039 unit dibangun oleh pengembang yang merupakan anggota dari DPD Apersi ProvinsiRiau. Untuk itu, lanjutnya, Apersi perlu melakukan koordinasi lebih intensif agar kebijakan

    di pusat dapat dilaksanakan di daerah. Namun, Kemenpera juga mendukung pembangunan

    perumahan di daerah yang dilaksanakan para pengembang.

    "Semua masalah perumahan merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh kita bersama,

    khususnya para pemangku kepentingan bidang perumahan. Kami mendukung para

    pengembang yang telah membangun perumahan bagi masyarakat miskin, baik di pusat

    maupun di daerah," kata Menpera.

    Djan Faridz mengatakan, bahwa rumah tipe 36 merupakan amanah undang-undang. Karena

    itu, ihaknya sudah menyiapkan prototipe rumah sederhana tipe 36 tersebut di lingkungan

    kantor Kemenpera. "Dindingnya dari beton. Jika dihitung sampai jadi, modalnya cuma Rp 25

    juta," katanya.

    Kementerian Perumahan Rakyat berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan rumah

    sejahtera, murah dan layak huni untuk masyarakat. "Saya mencoba mengurangi biaya-biaya

    rumah hingga harga rumahnya hanya Rp 70 juta. Dari harga segitu, bila dibeli secara kredit,

    seharusnya DP yang dikeluarkan adalah Rp 11,5 juta rupiah. Setelah komponen-komponen

    biaya dikurangi, DP turun jadi Rp 7 juta. Cicilan juga ikut turun, dari Rp 650 menjadi Rp 550

    ribu," kata Djan Faridz.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    22/37

    Djan menambahkan, komponen asuransi sudah jadi tanggung jawab bank. Komponen-komponen biaya lainnya yang bisa dikurangi adalah biaya sertifikasi di Badan Pertranahan

    Nasional, pembebasan biaya perijinan Izin Mendirikan Bangunan, dan gratis pemasanganlistrik.

    Djan menambahkan bahwa para pengembang bisa menjual rumah dengan harga murah

    karena tiap rumah diberi subsidi. Dibantu prasarana dan sarananya oleh pemerintah. "Tiaprumah dibantu Rp 6 juta untuk prasarana jalan. Saya tidak mau mendengar, saat serah terima

    rumah dengan konsumen, prasarana dan sarana adi rusak," kata Menpera.

    Apersi Tolak FLPP

    Sementara itu, Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia

    (Apersi) secara terbuka menolak ketentuan bahwa penyaluran kredit Fasilitas LikuiditasPembangunan Perumahan (FLPP) hanya diperuntukan bagi pengembang perumahan yang

    membangun rumah dengan tipe 36.

    "Kami menolak ketentuan itu karena tidak realistis. Peminat rumah di daerah itu didominasi

    untuk mencicil rumah di bawah tipe tersebut seperti tipe 30, 21, dan sebagainya," kata Ketua

    Umum Edi Ganefo dalam diskusi tentang Tinjauan Kebijakan Perumahan 2012 dengan tema

    Menggugat Pembatasan Luas Lantai Rumah, di Jakarta, Rabu (15/2).

    Edi memperkirakan, jika kebijakan itu diteruskan, hampir bisa dipastikan akan banyak

    anggota Apersi yang umumnya membangun rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah

    (MBR) akan gulung tikar karena umumnya mereka berkemampuan membangun rumah tipe

    kecil di bawah tipe 36. Seperti tipe 21, 28 dan 30 dengan fokus pasar kalangan MBR. n

    Rusdy Setiawan Putra/Ant

    http://nasional.jurnas.com/halaman/7/2012-02-18/199421

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    23/37

    Minggu, 19 Februari 2012 | 15:22 WIB

    Menteri Perumahan Ngawur, Orang Miskin Yang Babak

    Belur

    Sejak Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) dijabat oleh Cosmas Batubara, Akbar Tandjung,

    Siswono Yudhohusodo, sampai Suharso Monoarfa, semuanya melahirkan program yang

    sukses membantu rakyat bisa lebih mudah memiliki rumah. Berbeda dengan pendahulunya,

    Menpera saat ini Djan Faridz, malah lebih sukses menutup akses rakyat untuk memiliki

    rumah. Kebijakannya menutup keran subsidi untuk perumahan, berhasil membuat ratusan

    ribu Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) gagal memiliki rumah sejak Januari 2012.

    Menteri ngawur ini memang hebat untuk membuat program perumahan dan orang miskin

    babak belur.

    Tatkala Djan Faridz, pengembang Blok B Pasar Tanah Abang diangkat menjadi Menteri

    Perumahan Rakyat, banyak kalangan seperti pengembang merasa optimis sektor perumahan

    bakal lebih berkembang. Lantaran, Djan Faridz punya latar belakang yang dekat denganindustri properti. Harapannya, Djan Faridz memahami dinamika di sektor properti, berbagai

    hambatan dan masalahnya, hingga Djan Faridz bisa lebih cepat mengatasi semua masalah

    yang ada.

    Sayang, harapan tinggal harapan. Alih-alih mendorong industri properti, terutama di sektor

    perumahan bisa lebih cepat tumbuh, Djan Faridz malah menjadi biang kerok dan sumber

    masalah di sektor perumahan, terutama perumahan untuk masyarakat bawah.

    Salah satu kebijakannya yang langsung membunuh harapan kalangan MBR memiliki

    rumah layak dan terjangkau adalah langkahnya menutup keran subsidi perumahan. Subsidi

    yang disebut Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), adalah bantuan dariPemerintah yang dialokasikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk

    membantu meningkatkan daya beli masyarakat membeli rumah, yang harganya dibatasimaksimal Rp 70 juta.

    Dana FLPP tersebut digabungkan dengan dana komersial dari perbankan dengan komposisi

    60% FLPP dan 40% dana bank. Hasilnya, perbankan bisa mengucurkan Kredit Pemilikan

    Rumah (KPR) dengan suku bunga yang cukup rendah, hanya 8,15%. Dengan suku bunga ini,

    masyarakat berpenghasilan rendah bisa menikmati cicilan KPR cukup ringan, sekitar Rp 500

    Rp 600 ribu tiap bulan sepanjang 120-180 bulan.

    Sejak diluncurkan pada Oktober tahun 2010, subsidi perumahan ini mampu membantu

    ratusan ribu orang memiliki rumah yang sehat dan layak huni. Data dari KementerianPerumahan Rakyat mencatat, lewat format FLPP pemerintah bisa membantu merumahkan

    sekitar 120.000 orang. Sekitar 99,98% diantaranya, memperoleh KPR FLPP dengan

    memanfaatkan jasa Bank Tabungan Negara (BTN), baik yang konvensional maupun syariah.

    Lumrahnya sebuah program baru, penyaluran FLPP memang belum berlangsung mulus. Saat

    FLPP mulai dikucurkan, penyalurannya terganggu oleh vakumnya aturan main tentang Bea

    Perolahan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) akibat adanya perpindahan penanganan

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    24/37

    penarikan BPHTB dari pemerintah pusat ke daerah. Sayangnya, banyak daerah belum siaphingga belum memiliki peraturan daerah (Perda) sebagai payung hukum.

    Kendala lain yang mengganggu penyaluran subsidi perumahah adalah adanya persyaratan

    yang mewajibkan calon konsumen memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan SuratPemberitahuan Pajak (SPT). Adanya persyaratan tersebut, membuat ciutnya para calon

    debitur. Pasalnya, banyak calon konsumen yang ternyata tidak memiliki NPWP dan SPT.Selain itu, transaksi perumahan banyak tertunda karena tidak tersedianya blanko Akta Jual

    Beli (AJB). Imbasnya, notaris sulit membantu dalam transaksi antara perbankan dan

    konsumen. Tak pelak, kondisi tersebut membuat penyaluran KPR bersubsidi terhambat.

    Namun belakangan, semua kendala itu bisa diatasi. Hasilnya, penyaluran KPR bersubsidi

    masih mampu melejit di atas 100 ribu unit.

    Berbeda dengan kondisi di tahun 2011, masalah yang menghantam penyaluran KPR FLPP di

    tahun 2012 justru lebih berat. Sayangnya, biang kerok penghambatnya justru berasal dari

    pemerintah sendiri. Menteri Perumahan Rakyat Djan Faridz, secara mendadak menghentikan

    kucuran subsidi perumahan terhitung mulai 1 Januari 2012. Alasannya, Perjanjian Kerjasama

    Operasional (PKO) penyaluran FLPP hanya sampai 31 Desember 2011. Djan Faridz juga

    beralasan bakal menurunkan tingkat bunga KPRnya.

    Boleh jadi alasan yang diutarakan benar. Namun langkah Menpera 100% salah. Lantaran

    sejak jauh-jauh hari, semua stafnya di Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) sudah

    memberikan informasi bahwa PKO FLPP habis masanya berlakunya. Namun Menpera tidak

    menggubrisnya. Alhasil, ketika waktu PKO habis, Menpera malah menutup semua keran

    pengucurnya. Dampaknya, ribuan orang langsung gagal melakukan akad kredit untuk

    pembelian rumahnya. Akibatnya banyak orang terkatung-katung nasibnya tanpa kejelasan.

    Padahal seharusnya, Djan Faridz melakukan sosialisasi atau pengkajian sebelum mengambil

    keputusan. Akibatnya, banyak orang dirugikan oleh sewenang-wenang Menteri ini.

    Menurut Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) Eddy

    Ganefo, seharusnya ada masa transisi sebelum ada PKO baru. Tujuannya, agar masyarakattetap bisa melakukan transaksi pembelian rumah dengan KPR bersubsidi. Cara yang bisa

    dilakukan adalah, membuat adendum terhadap PKO lama, yang isinya memperpanjangjangka waktu perjanjian. Dengan begitu penyaluran KPR bersubsidi tidak langsung terhenti

    di semua pelosok Indonesia.

    Ketua Umum DPP REI, Setyo Maharso menyatakan, tertundanya FLPP telah merugikan para

    pengembang.

    Dari data yang ada, ditutupnya keran FLPP memicu kegagalan transaksi rumah di lebih dari

    30 ribu unit rumah sederhana tapak (RST). Sekitar 20 ribu lebih di berbagai perumahan yangdikembangkan anggota REI, dan sekitar 10 ribu lebih adalah hasil produksi developer

    anggota Apersi. Des, ada puluhan ribu calon konsumen yang harus gigit jari dan gagal

    memiliki rumah layak dan terjangkau.

    Penghentian kucuran FLPP makin menyusahkan orang tatkala Menpera ngotot memaksa

    perbankan menurunkan bunga KPR bersubsidi ke level 5-6%. Perbankan mengaku susah

    meluluskan permintaan Menpera lantaran dana APBN yang dikucurkan Pemerintah juga

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    25/37

    menyusut 10%. Artinya, komposisi dana patungan pemerintah dan perbankan di KPRbersubsidi menjadi masing-masing 50%.

    Ketua Perhimpunan Bank-bank Milik Negara (Himbara) Gatot Suwondo malah menegaskan,

    usulan Menpera tidak realistis dan tidak masuk akal. Sementara Direktur Bank Bukopin GlenGlenardi malah menyebut, bank yang dipimpinnya tidak sanggup jika harus menyalurkan

    FLPP jika dengan bunga rendah dan komposisi 50% berbanding 50%.

    Saat menyadari usulannya tidak masuk akal, Menpera mulai mencari dukungan dari banyak

    pihak terutama kalangan politikus seperti ketua DPR. Sayangnya, pihak-pihak yang

    mengeluarkan komentar sesuai pesanan Menpera, ternyata tergolong orang awam dalam

    urusan subsidi perumahan. Akibatnya, pernyataan yang muncul malah menyiratkan

    kebodohan dari seorang komentator. Alhasil, perdebatan soal bunga KPR dan komposisi dana

    FLPP makin simpang-siur dan memanas di berbagai media massa.

    Belakangan, muncul kabar bahwa bank-bank BUMN seperti BNI, BRI dan BTN siapmenyalurkan KPR bersubsidi dengan besaran bunga sesuai kemauan Menpera. Namun,

    Corporate Secretary Bank BNI Tribuanatungga Dewi, langsung mengeluarkan pernyataan

    bahwa BNI hanya menyiapkan dana sebesar Rp 1 triliun untuk digabung dengan dana FLPPdari APBN. Padahal, dari dana yang tersedia, belum tentu semuanya mampu disalurkan ke

    konsumen. Lihat saja fakta yang ada tahun lalu, dari 16 bank yang meneken PKO dengan

    Kemenpera, hanya 4 bank saja yang menjaga komitmennya untuk menyalurkan KPR

    bersubsidi. Itupun, mayoritasnya dilakukan BTN, sisanya hanya melaksanakan komitmen

    sekadarnya saja.

    Dalam tahun ini, alokasi dana untuk FLPP dari APBN sekitar Rp 6,9 triliun. Dengan

    mandegnya penyaluran pada dua bulan pertama 2012, maka waktu yang tersisa hanya 10

    bulan saja. Masalahnya, selain BTN, perbankan lain belum memiliki SDM dan sistem

    memadai untuk menyalurkan KPR bersubsidi. Paling tidak, bank-bank lain butuh waktu

    sekitar 1-2 bulan untuk menyiapkan sistem dan SDM. Kondisi itu memaksa efektifitas

    penyaluran KPR bersubsidi hanya sekitar 8 bulan saja. Nah masalahnya, sanggupkah semua

    perbankan menggenjot kucuran KPRnya agar target penyaluran KPR bersubsidi untuktransaksi sebanyak 200 ribu unit rumah dalam tahun ini tercapai. Melihat mepetnya waktu

    yang ada, rasanya target tersebut bakal gagal tercapai. Artinya, jumlah orang yang kehilangankesempatan memiliki rumah bakal bertambah besar lagi.

    Masyarakat yang berpenghasilan rendah yang telah kehilangan momentum memiliki rumah,

    bakal kian sulit merealisasikan mimpinya karena harga rumah terus bergerak naik. Apalagi,saat ini pemerintah telah mengundangkan UU baru yang melarang adanya rumah dibawah

    tipe 36. Dengan tipe rumah tersebut, harga roket bisa dipastikan bergerak ke level di atas Rp70 juta per unit.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    26/37

    Kalau saja, kemarin-kemarin Menpera mau berdiskusi dan menerima masukan dari kalanganstakeholder sektor perumahan, sangat mungkin saat ini sudah ribuan orang berhasil memiliki

    rumah. Tapi karena Menteri Perumahannya ngawur, maka puluhan ribu rakyat miskin yangbabak belur mengejar rumah idamannya. Rasanya, sangat pantas menteri yang menyusahkan

    rakyat seperti Djan Faridz dicopot saja. Tapi, itu kalau SBY berani. Sayangnya, kita tahukualitas keberanian presiden kita saat ini

    (kamsari)

    http://www.neraca.co.id/2012/02/19/menteri-perumahan-ngawur-orang-miskin-yang-babak-belur/

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    27/37

    Finansial Sabtu, 18 Feb 2012 07:49 WIB

    Kilas Keuangan & Perbankan

    BTN Turunkan Bunga Kredit Jadi 7,5%MedanBisnisJakarta. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) menurunkan suku bunga

    dasar kredit (SBDK). Bahkan, ada bunga kredit yang hanya 7,49%.Menurut Direktur Utama BTN Iqbal Latanro, pinjaman yang mendapat bunga khusus tersebutharus di atas Rp 250 juta. Bunga tersebut berlaku untuk dua tahun pertama. Selanjutnya, akan

    berlaku bunga sesuai pasar plus 100 basis poin.

    Iqbal mengatakan, bank plat merah itu juga sedang mengkaji penetapan bunga FasilitasLikuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Meski belum ditentukan, namun kisarannya tidak

    akan jauh-jauh dari 8%.

    "FLPP belum final, tapi sedikit di bawah 8 (persen), Angkanya belum fix mungkin sekitar

    Senin nanti," kata Iqbal di Jakarta, Jumat (17/2). Sebelumnya, bunga kredit untuk kredit

    pinjaman sebesar itu dipatok 10,25%. Perseroan juga berniat menurunkan bungan kredit

    untuk pinjaman kurang dari Rp 75 juta. "Suku bunga kredit itu mulai berlaku hari ini, dalamrangka ulang tahun BTN," katanya.

    Selain itu, BTN juga menurunkan SBDK dengan rata-rata 33 basis poin (bps). Untuk kredit

    korporasi, penurunannya 31 bps menjadi 10,25%, sedangkan kredit retail 21 bps menjadi

    10,37%.

    Sementara untuk bunga kredit konsumsi terbagi dua, menjadi kredit KPR yang sudah turun

    33 bps menjadi 10,75% dan non KPR turun 14 bps ke 11,25%. (dtf)

    http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2012/02/18/82013/btn_turunkan_bunga_kredit_

    jadi_75persen/#.T0H1jNnKvGI

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    28/37

    Mungkinkah Rumah Rp25 Juta Akan Terwujud?

    Minggu, 19 Februari 2012 04:03 WIB

    | Foto : xadamdx.com

    Di saat angka backlog perumahan menunjukkan jumlah yang memprihatinkan, Menteri

    Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz menyatakan sanggup membangun rumah murah

    tipe 36 seharga Rp 25 juta. Untuk menjawab keraguan berbagai pihak, Menpera bahkan

    membangun tiga model rumah murah di halaman parkir Kementerian Perumahan Rakyat

    (Kemenpera) di Jalan Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

    "Kami sanggup bikin rumah murah Rp 25 juta permanen. Saya ingin buktikan kepada

    pengembang, dengan uang Rp 25 juta kita bisa bangun rumah murah tipe 36 yang layakhuni," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Kemenpera di Jakarta, Jumat (10/2/2012).

    Djan Faridz mengatakan, selama ini kalangan pengembang menilai rumah murah tipe 36 sulitdiwujudkan. Padahal, lanjut dia, dengan menggunakan bahan-bahan serta teknologi memadai,

    bangunan tersebut dapat dibangun dengan waktu relatif singkat. Rumah murah yang

    dijanjikan Menpera ini nantinya memiliki tembok beton dengan beberapa ruangan, yakniruang keluarga, dua kamar tidur, kamar mandi, dan dapur.

    Menanggapi hal ini, pengembang akan mendukung dan mengikuti langkah Menpera selama

    pemerintah menjamin tanahnya telah ada.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    29/37

    "Kami akan mengikuti Menpera, kalau tanah untuk rumah murah ini disediakan karena Rp 25juta itu hanya konstruksi rumahnya saja, belum termasuk tanah," kata Ketua Umum DPP

    Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso di Jakarta, Jumat.

    Setyo mengatakan, kalau hanya untuk konstruksi rumah, hitungan REI bisa kurang dari Rp

    25 juta. Namun, tanah untuk pembangunannya harus disediakan.

    "Kalau tanah di daerah itu milik pemerintah daerah (pemda), ini yang bermasalah. Mungkin

    lewat DPRD agar melepas izin, baru bisa dibangun," katanya.

    Senada dengan Setyo, Direktur Indonesia Property Watch (Direktur IPW) Ali Tranghanda

    mengatakan, selama pemerintah menyediakan tanah, tidak akan ada masalah dan menjadi

    masalah. Karena itu, kata Ali, pemerintah perlu menyediakan land bank (bank tanah) agar

    permasalahan rumah murah untuk MBR ini bisa teratasi. (kompas)

    http://www.atjehpost.com/read/2012/02/19/2583/0/42/Mungkinkah-Rumah-Rp25-Juta-Akan-

    Terwujud

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    30/37

    Mungkinkah Rumah Rp 25 Juta Akan Terwujud?Natalia Ririh | Latief | Jumat, 17 Februari 2012 | 15:01 WIB

    JAKARTA, KOMPAS.com Di saat angka backlogperumahan menunjukkan jumlah

    yang memprihatinkan, Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz menyatakan

    sanggup membangun rumah murah tipe 36 seharga Rp 25 juta. Untuk menjawab keraguanberbagai pihak, Menpera bahkan membangun tiga model rumah murah di halaman parkir

    Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) di Jalan Raden Fatah, Kebayoran Baru, Jakarta

    Selatan.

    Kami sanggup bikin rumah murah Rp 25 juta permanen. Saya ingin buktikan kepada

    pengembang, dengan uang Rp 25 juta kita bisa bangun rumah murah tipe 36 yang layak huni.

    -- Djan Faridz

    "Kami sanggup bikin rumah murah Rp 25 juta permanen. Saya ingin buktikan kepada

    pengembang, dengan uang Rp 25 juta kita bisa bangun rumah murah tipe 36 yang layak

    huni," ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Kemenpera di Jakarta, Jumat (10/2/2012).

    Djan Faridz mengatakan, selama ini kalangan pengembang menilai rumah murah tipe 36 sulit

    diwujudkan. Padahal, lanjut dia, dengan menggunakan bahan-bahan serta teknologi memadai,

    bangunan tersebut dapat dibangun dengan waktu relatif singkat. Rumah murah yangdijanjikan Menpera ini nantinya memiliki tembok beton dengan beberapa ruangan, yakni

    ruang keluarga, dua kamar tidur, kamar mandi, dan dapur.

    Menanggapi hal ini, pengembang akan mendukung dan mengikuti langkah Menpera selama

    pemerintah menjamin tanahnya telah ada.

    "Kami akan mengikuti Menpera, kalau tanah untuk rumah murah ini disediakan karena Rp 25

    juta itu hanya konstruksi rumahnya saja, belum termasuk tanah," kata Ketua Umum DPP

    Realestat Indonesia (REI) Setyo Maharso di Jakarta, Jumat.

    Setyo mengatakan, kalau hanya untuk konstruksi rumah, hitungan REI bisa kurang dari Rp

    25 juta. Namun, tanah untuk pembangunannya harus disediakan.

    "Kalau tanah di daerah itu milik pemerintah daerah (pemda), ini yang bermasalah. Mungkin

    lewat DPRD agar melepas izin, baru bisa dibangun," katanya.

    Senada dengan Setyo, Direktur Indonesia Property Watch (Direktur IPW) Ali Tranghanda

    mengatakan, selama pemerintah menyediakan tanah, tidak akan ada masalah dan menjadi

    masalah. Karena itu, kata Ali, pemerintah perlu menyediakan landbank(bank tanah) agar

    permasalahan rumah murah untuk MBR ini bisa teratasi.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/17/15010072/Mungkinkah.Rumah.Rp.25.Juta.Akan

    .Terwujud.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    31/37

    Menpera Selalu "Membelokkan" Tuntutan PengembangNatalia Ririh | Latief | Jumat, 17 Februari 2012 | 13:54 WIB

    JAKARTA, KOMPAS.com Pengembang yang tergabung dalam Asosiasi PengembangPerumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) mengeluhkan tuntutan mereka yang

    selalu "dibelokkan" oleh Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz. Pengembangmengaku permasalahan yang sebenarnya terjadi malah ditanggapi lain oleh Menpera.

    Betul, selalu dibelokkan dari permasalahan sebenarnya yang dihadapi pengembang.

    -- Eddy Ganefo

    "Betul, selalu dibelokkan dari permasalahan sebenarnya yang dihadapi pengembang," kataKetua Apersi, Eddy Ganefo, saat dihubungi Kompas.com di Jakarta, Jumat (17/2/2012).

    Permasalahan moratorium Fasilitas Likuidasi Pembiayaan Perumahan (FLPP) untuk rumah

    bersubsidi yang telah terhenti mendadak sejak 6 Januari 2012 lalu, misalnya. Menurut Eddy,

    persoalan pokok FLPP adalah penghentian tiba-tiba yang mengakibatkan usaha properti

    untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) berhenti total. Penghentian ini memiliki

    efek domino berupa tertundanya puluhan ribu unit akad rumah.

    "Tapi, masalahnya dibelokkan pada ketidaksepakatan suku bunga kredit antara Menpera dan

    perbankan penyalur. Padahal, kami tidak ada masalah dengan suku bunga. Kami meminta

    jalankan FLPP dengan skema lama, sembari menunggu PKO dengan perbankan tercapai,"

    ujarnya.

    Masalah lainnya, lanjut Eddy, adalah gugatan Apersi ke Mahkamah Konstitusi tentang UU

    Nomor 1 Tahun 2011 Pasal 22 Ayat 3, yang menyebutkan tentang pembatasan pembangunan

    rumah tipe 36.

    "Ini juga dibelokkan isunya menjadi pengembang tidak mau membangun rumah tipe 36

    dengan harga Rp 70 juta," katanya.

    Padahal, kata Eddy, masalah yang dikeluhkan dari aturan kebijakan ini adalah pelarangan

    pembangunan tipe rumah di bawah tipe 36, baik oleh pengembang maupun masyarakat

    perorangan.

    "Ini masalah kesempatan masyarakat mendapat kesempatan untuk tinggal. Kalau masyarakat

    mau membangun sendiri rumahnya, misalnya, ia mempunyai bangunan tipe 22 di tanahnya

    sendiri, ia tidak akan dapat IMB. Jadi, jelas bukan harga jual rumahnya, juga bukan dari

    pengembang," ungkapnya.

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    32/37

    Kemudian, kata Eddy, mengenai dukungan Apersi Riau yang sebelumnya mengatakansanggup membangun rumah bertipe 36, sementara Apersi Pusat tengah menggugat aturan

    tersebut.

    "Berita Apersi Riau itu dibelokkan karena lokasi tiga ribuan rumah yang dibangun dandiresmikan Menpera itu berada di kabupaten, di mana harga rumahnya murah," katanya.

    Namun, tanah di wilayah Kotamadya Pekanbaru, Riau, kata Eddy, tidak ada rumah bertipe 36

    dengan harga di bawah Rp 120 juta.

    "Jadi, disebutkan seolah-olah Apersi Riau dan DPP Apersi tidak sejalan, padahal kami

    kompak sekali," ujarnya.

    http://properti.kompas.com/read/2012/02/17/13542649/Menpera.Selalu.Membelokkan.Tuntutan.Pengembang

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    33/37

    Rusunawa di Kali Ciliwung Segera DibangunSenin, 20 Februari 2012 | 10:13:35 WIB

    dok

    JAKARTA - Pemerintah melalui Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) tengahmerencanakan pembangunan 29 twin blok rumah susun sewa (Rusunawa) bagi Masyarakat

    Berpenghasilan Rendah (MBR). Lokasi Rusunawa ini di Bantaran Kali Ciliwung dengananggaran yang dipersiapkan sebesar 9 triliun rupiah.

    Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Djan Faridz mengatakan pelaksanaan pembangunan

    Rusunawa di Kali Ciliwung tersebut diperlukan koordinasi antar kementerian terkait sertamelibatkan pemerintah daerah (Pemda) DKI Jakarta.

    Terkait dengan lokasi pembangunan Rusunawa, Menpera mengatakan pihaknya akan

    berkonsentrasi di tanah milik TNI di daerah Berlan yang berada tidak jauh dari Stasiun

    Manggarai. Di sana terdapat Kompleks Zeni yang dihuni sekitar 15 anggota TNI aktif dan 20

    keluarga purnawirawan.

    "Rusunawa tersebut nantinya akan diprioritaskan untuk warga setempat yang saat ini

    menghuni kawasan tersebut. Ke depan, warga akan menempati rumah tersebut dengan sistem

    sewa. Sedangkan pengelolaan Rusunawa Kali Ciliwung akan dilaksanakan oleh Perumnas,"

    kata Menpera di Jakarta, belum lama ini.

    Menurut Menpera, kompleks Zeni nantinya akan dipindah. Sedangkan sejumlah

    purnawirawan dan warga yang tinggal di sana akan dipioritaskan untuk tinggal di Rusunawatersebut.

    Lebih jauh Menpera mengemukakan dalam waktu dekan Kemenpera akan melakukan rapatkoordinasi antara Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, KementerianPekerjaan Umum serta Pemda DKI.

    Hingga saat ini pemerintah terus berupaya mengatasi kekurangan pasokan perumahan

    (backlog) untuk kalangan masyarakat menengah bawah. had/E-6

    http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/83948

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    34/37

    Senin, 20 Februari 2012 | 10:21:00 WIB

    KPR Komersial Lebih Dominan Dibanding FLPP

    dok

    JAKARTA - Skema pembiayaan perumahan yang dicanangkan pemerintah melalui program

    Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) terhadap pangsa pasar kredit pemilikanrumah (KPR) masih terbilang sedikit.

    Berdasar hasil riset Bank Indonesia (BI) akhir 2011 lalu, tercatat bahwa realisasi FLPP yang

    dimanfaatkan hanya sebanyak 1,66 persen, sementara selebihnya melalui program KPR biasa

    (komersil) atau non-FLPP.

    Dari hasil survei tersebut dinyatakan bahwa sebagian besar masyarakat atau sekitar 77,23

    persen masih memilih fasilitas KPR sebagai pilihan utama dalam membeli produk propertiresidensial.

    "Sebanyak 1,66 persen memanfaatkan program FLPP dari pemerintah dan selebihnya melaluiKPR biasa atau non-FLPP," tulis BI dalam laporan hasil survei yang rilis di Jakarta, pekan

    lalu.

    Dalam laporan tersebut juga mencatat bahwa fasilitas KPR yang digunakan oleh konsumen

    pada kuartal IV-2011 meningkat sekitar 74,56 persen jika dibanding dengan kuartal

    sebelumnya.

    Peningkatan tersebut lebih dikarenakan kemudahan mengakses fasilitas KPR dan turunnya

    tingkat suku bunga KPR hingga berkisar 9-12 persen. Sedangkan selama 2011 lalu,penyaluran KPR FLPP mencapai 120.814 unit dengan dana yang disalurkan sebesar 4,050

    triliun rupiah. Jumlah tersebut disalurkan sejakOktober 2010 sampai akhir 2011.

    Sebelumnya, Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) berupaya meningkatkan porsi

    FLPP hingga mencapai 1,350 juta unit KPR hingga 2014 mendatang.

    Untuk mendorong penyaluran lebih besar, pemerintah meminta perbankan menurunkanbunga FLPP menjadi di kisaran 7 persen. Karena itu, kesepakatan penyaluran FLPP antara

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    35/37

    pemerintah dan perbankan hingga kini belum disepakati, sehingga jumlah KPR FLPP masihrendah. had/E-6

    http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/83949

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    36/37

  • 8/3/2019 Kliping Berita Perumahan Rakyat Online, 18-21 Februari 2012

    37/37