View
356
Download
11
Category
Preview:
DESCRIPTION
rr
Citation preview
KONDUKTOMETRI II
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan ekivalen titrasi.
ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Alat yang digunakan:
1. Konduktometri 660
2. Elektroda emmension cell dengan konstanta cell 0,78
3. Magnetic stirer
4. Gelass kimia 250 ml 2 buah, 100 ml 5 buah
5. Pipet ukur 10 ml
6. Labu ukur 100 ml, (2 buah)
7. Pipet tetes
8. Kaca arloji
9. Corong
10.Spatula
Bahan yang digunakan:
1. Larutan KCl 0,1 M
2. Larutan NaOH 1 M
3. Larutan HCl 1 M
DASAR TEORI
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.
Penambahan suatu elektrolit kepada suatu larutan elektrolit lain pada kondisi-kondisi yang tak menghasilkan perubahan volume yang berarti akan mempengaruhi konduktans (hantaran) larutan, tergantung apakah ada tidaknya terjadi reaksi-reaksi ionik. Jika tak terjadi reaksi ionik, seperti pada penambahan satu garam sederhana kepada garam sederhana lain (misal, kalium klorida kepada natrium nitrat), konduktans hanya akan naik semata-mata. Jika terjadi reaksi ionik, konduktans dapat naik atau turn; begitulah pada penambahan suatu basa kepada suatu asam kuat, hantaran turun disebabkan oleh penggantian ion hidrogen yang konduktivitasnya tinggi oleh kation lain yang konduktivitasnya lebih rendah. Ini adalah prinsip yang mendasari titrasi-titrasi konduktometri yaitu, substitusi ion-ion dengan suatu konduktivitas oleh ion-ion dengan konduktivitas yang lain.
Konduktometri merupakan metode untuk menganalisa larutan berdasarkan kemampuan ion dalam mengantarkan muatan listrik di antara dua elektroda. Ini berarti konduktometri adalah salah satu metode analisa elektrokimia disamping potensiometri, amperometri dan sebagainya. Pengukuran konduktovitas (hantaran) dapat pula digunakan untuk penentuan titik akhir titrasi. Titrasi konduktometri dapat dilakukan dengan dua cara, tergantung pada frekuensi arus yang digunakan.
Titrasi Konduktometri (frekuensi rendah)
Penambahan suatu elektolit ke elektrolit lain pada keadaan yang tidak ada perubahan volum yang begitu besar akan mempengaruhi konduktovitas larutan terjadi reaksi ionik atau tidak. Jika tidak terjadi reaksi ionic, maka perubahan konduktovitas sedikit sekali atau hampir tidak ada. Bila terjadi reaksi ionic, maka perubahan konduktivitas yang relative cukup besar sehingga dapat diamati, seperti pada titrasi basa kuat oleh asam kuat. Dalam titrasi ini terjadi penurunan konduktivitas karena terjadi penggantian ion hydrogen, yang mempunyai konduktovitas tinggi, dengan kation lain yang mempunyai konduktovitas rendah. Pada titrasi penetralan, pengendapan dll, penentuan titik akhir titrasi ditentukan berdasarkan perubaha koduktivitas (hantaran) dari reaksi kimia yangterjadi. Hantaran di ukur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi dan titik pengukuran tersebut bila dialurkan memberikan 2 garis lurus yang saling perpotongan dinamakan titik ekivalen titrasi.
Ketepatan metode ini bergantung pada sudut perpotongan dan kerapatan titik pengukuran.Secara praktik konsentrasi penitran 20-100 kali lebih kali pekat dari larutan yang di titrasi.
Kelebihan titrasi ini, baik untuk asam yang sangat lemah seperti asam borat dan fenol yang secara potensiometri tidak dapat dilakukan. Selain itu, titrasi konduktometri tidak perlukan control suhu.
Titrasi Konduktometri Frekuensi Tinggi
Metode ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem kimia yangdibuat bagian dari atau di pasangkan dengan sirkuit osilator beresonasi pada frekuensi beberapa mega hertz. Keuntungan cara ini antara lain elektroda ditempatkan diluar sel dan tidak langsung kontak dengan larutan uji. Kerugiannya adalah respon tidak spesifik karena bergantung pada konduktovitas (hantaran) dan tetapan dielektrik dari sistem.
Konduktometri merupakan metode analisis kimia berdasarkan dayahantarlistrik suatu larutan. Daya hantar listrik (G) suatu larutan bergantung pada jenis dan konsentrasi ion di dalam larutan. Daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion di dalam larutan ion yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar.
Teori tentang konduktometri merupakan kebalikan dari teori hukum ohm tentang hambatan listrik. Berdasarkan dan berangkat dari hukum ohm tersebut,maka disusunlah teori tentang konduktovitas (daya hantar jenis) yang merupakan kebalikan dari resistivitas, resistivitas adalah tahanan dari suatu larutan yang diukur pada jarak 1 cm antara elektroda – elektrodanya :
G = 1 / R = k (A/ l )
R = ρl / A
k = 1 / ρ
Dengan
G : Konduktovitansi(omh-1)
I : Panjang material(meter)
k : Konduktovitas(omh-1cm -1)
ρ : Hambatan jenis atau resistivitas(ohm cm)
Daya hantar listrik (G) merupakan kebalikan dari tahanan (R), sehingga daya hantar listrik mempunyai satuan ohm-1 . Bila arus listrik dialirkan dalam suatu larutan mempunyai dua elektroda,maka daya hantar listrik (G) berbanding lurus dengan luas permukaan elektroda (A) dan berbanding terbalik dengan jarak kedua elektroda (l).
Konduktivitas larutan elektrolit pada temperatur konstan, tergantung pada jenis ion dan konsentrasinya.Jika larutan semakin encer, maka konduktovitasnya akan menurun. Ini terjadi karena jumlah ion persatuan luas semakin sedikit. Akan tetapi, keampuan tiap ion dalam meneruskan muatan akan semakin besar karena tidak adanya hambatan antar ion pada larutan encer.
Karena konsentrasi larutan pada umumnya dinyatakan dalam satuan molar (mol/liter), Maka pada konduktometri terdapat istilah konduktovitas molar (Λ), yang mempunyai hubungan dengan konsentrasi secara:
Λ=1000K/C
Dimana:
Λ=konduktoitas molar(Scm2 mol-1)
C=konsentrasi (mol.dm-3)
K=Konduktovitas(Scm-1)
Konduktovitas di tentukan oleh jenis ion. Sehingga untuk mengetahui kemampuan tiap jenis ion, maka perlu dilakukan percobaan dengan larutan yang sangat encer, sehingga tidak dipengaruhi oleh ion lain. Pada kondisi seperti ini, maka konduktovitas
larutan merupakan jumlah konduktovitas ion positif (Kation) dan ion negative (anion).
Λo= ΛoKation+ ΛoAnion
Λo adalah konduktivitas molar ion pada larutan sangat encer konsentrasi mendekati nol.Harga konduktovitas molar beberapa ion dengan konsentrasimendekati nol di tabelkan sebgai berikut:
Kelebihan titrasi konduktometer :
1. Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada titik keivalen sudah dapat ditentukan dengan daya hantar dari larutan tersebut.
2. Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna
3. Dapat digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan
4. Lebih praktis
5. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih sedikit
6. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan dengan titrasi volumetri
Kekurangan titrasi konduktometer :
1. Hanya dapat diterapkan pada larutan elektrolit saja
2. Sangat dipengaruhi temperatur
3. Dapat ditunjukka dengan tidak langsung
4. Peralatan cukup mahal
5. Jika tidak hati – hati maka akan cepat rusak
6. Tidak bisa digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan meleleh.
PROSEDUR KERJA
Titrasi Konduktometri
1. Membuat larutan NaOH 1N sebanyak 100 ml
2. Membuat larutan HCl 1N sebanyak 100 ml
3. Memipet 10 ml larutan NaOH, dimasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml dan menambahkan air aquadest hingga volume 200 ml (elektroda tenggelam)
4. Meletakkan larutan NaOH diatas hot plate (jangan dihidupkan pemanas)
5. Diaduk larutan NaOH dengan magnetic stirer
6. Dilakukan penambahan HCL 1N sebanyak 1ml sampai 15 ml (dengan kenaikkan 1 ml), pada saat penambahan HCl posisi tombol pada posisi “kond” dan membaca konduktivitas pada display setiap penambahan HCl
7. Membuat grafik titrasi secara praktikum dan teoritis
8. Setelah didapat kurva yang diinginkan dihitug titik ekivalen secara praktikum dan secara teoritis
9. Dilakukan titrasi asam basa yang lain (sesuai perintah instruktur)
EVALUASI
Untuk menghitung konsentrasi larutan NaOH digunakan persamaan:
V1C1 = V2C2
Dimana :
V1 : Volume larutan HCl
V2 : Volume larutan NaOH
C1 : KonsentrasiLarutan HCl
C2 : Konsentrasi larutan NaOH
CATATAN:
Elektroda dipasang sebelum alat konduktometer dihidupkan dan rendam elektroda dengan aquadest sebelum digunakan.
Sedangkan titik ekivalen ditentukan dari kurva yang diperoleh dengan cara:
Menarik garis pada kedua sisi kurva sehingga diperoleh titik potong, titik potong merupakan titik ekivalen
Dari titik awal kurva hingga titik potong merupakan jumlah volume yang diperlukan titrasi.
Tabel 2. Konduktivitas Dari beberapa Senyawa
Zat C(mol/liter) X 250C (mS/cm)
KNO3 0,001
0,01
0,1
0,142
1,33
12,0
HCl 0,001
0,01
0,1
1
0,421
0,13
39,1
332,0
LiCl 0,001
0,01
0,1
1
0,112
1,070
9,590
73,0
HH4Cl 0,001
0,01
1
1,42
12,9
111,2
NaOH 0,01 2,38
0,1 22,1
DATA PENGAMATAN
No. Volume titran (HCl 1M) Conc (mS/cm) Konsentrasi NaOH 1M
1.2.3.4.5.6.7.8.9.10.11.12.13.14.15.16.
0 ml1 ml2 ml3 ml4 ml5 ml6 ml7 ml8 ml9 ml10 ml11 ml12 ml13 ml14 ml15 ml
8,02 7,817,086,275,394,323,552,681,800,990,150,533,615,397,309,05
0 M0,1 M0,2 M0,3 M0,4 M0,5 M0,6 M0,7 M0,8 M0,9 M1 M1,1 M1,2 M1,3 M1,4 M1,5 M
PERHITUNGAN
Mencari gram larutan KCl 0,1 M, 100 ml
Dik: V = 100 ml
M = 0,1 mmol/ml
BM = 74,5 mgr/mmol
Dit : Gram KCl...?
Jawab:
Gram = M.V.BM
= 0,1 mmol/ml . 100 ml . 74,5 mgr/mmol
= 745,51 mgr
= 0,745 gram
Mencari gram larutan NaOH 1M, 100 ml
Dik : V = 100 ml
M = 1 mmol/ml
BM = 40 mgr/mmol
Dit : gram NaOH...?
Jawab:
Gram = M.V.BM
= 1 mmol/ml . 100 ml . 40 mgr/mmol
= 4000 mgr
= 4 gram
Mencari volume larutan HCl 1M, 100 ml
Dik : = 1,18 gr/ml
% = 36%
BM = 36,46 gr/mol
M2 = 1 mmol/ml
V2 = 100 ml
Dit : V1 HCL...?
Jawab:
M1 =
=
= 11,65 mol/liter
M1.V1 = M2.V2
11,65 mmol/ml . V1 = 1 mmol/ml . 100 ml
V1 = 0,1165 ml
Perhitungan pada saat kalibrasiDik : temp = 29,70C 300C
Maka, harga Ktabel = 14,12 mS/cm Cond = 12,62 mS/cm Konstanta pada elektroda = 0,76Dit : K (konstanta cell)...?Jawab:
K =
=
= 1,118
Maka, % kesalahan = x 100%
= x 100%
= 68,42%
Perhitungan dari data pengamatan1. Dik : V1 = 10 ml
V2 = 0 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 0 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0 mmol/m
2. Dik : V1 = 10 ml V2 = 1 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 1 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,1 mmol/ml
3. Dik : V1 = 10 ml V2 = 2 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 2 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,2 mmol/ml
4. Dik : V1 = 10 ml V2 = 3 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 3 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,3 mmol/ml
5. Dik : V1 = 10 ml V2 = 4 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 4 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,4 mmol/ml
6. Dik : V1 = 10 ml V2 = 5 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 5 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,5 mmol/ml
7. Dik : V1 = 10 ml V2 = 6 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 6 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,6 mmol/ml
8. Dik : V1 = 10 ml V2 = 7 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 7 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,7 mmol/ml
9. Dik : V1 = 10 ml V2 = 8 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 8 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,8 mmol/ml
10.Dik : V1 = 10 ml V2 = 9 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 9 ml . 1 mmol/ml
C1 = 0,9 mmol/ml
11.Dik : V1 = 10 ml V2 = 10 ml
C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 10 ml . 1 mmol/ml
C1 = 1 mmol/ml
12.Dik : V1 = 10 ml V2 = 11 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 11 ml . 1 mmol/ml
C1 = 1,1 mmol/ml
13.Dik : V1 = 10 ml V2 = 12 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 12 ml . 1 mmol/ml
C1 = 1,2 mmol/ml
14.Dik : V1 = 10 ml V2 = 13 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 13 ml . 1 mmol/ml
C1 = 1,3 mmol/ml
15.Dik : V1 = 10 ml V2 = 14 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 14 ml . 1 mmol/ml
C1 = 1,4 mmol/ml
16.Dik : V1 = 10 ml V2 = 15 ml C2 = 1 M
Dit : C1...?
Jawab :
V1 . C1 = V2 . C2
10 ml . C1 = 15 ml . 1 mmol/ml
C1 = 1,5 mmol/ml
ANALISA PERCOBAAN
Pada percobaan kali ini melakukan konduktrimetri dua yaitu konduktomerti titrasi pada suatu larutan. Titrasi konduktometri langkah yang pertama yaitu melakukan kalibrasi pada konduktometer dengan menggunakan larutan KCl 0,1 M, sehingga didapatkan nilai Cond pengukuran = 16,65 mS/cm, dan Cond tabel = 14,12 mS/cm pada suhu 29,7°C dan didapatka nilai K = 1,118 mS/cm.
Setelah itu, melakukan titrasi konduktometri dengan menggunakan analit (NaOH 1 M 100 ml) dan titrannya (HCl 1 M 100 ml). Lalu memipet 10 ml NaOH + 90 ml Aquadest. Setelah itu, ditambahkan 1 ml HCl setiap perhitungan Cond. Sebelum melakukan pengukuran Cond perlu dihomogenkan dengan Magnetic Stirer. Pengukuran dilakukan secara terus-menerus sampai Cond tersebut kembali ke hasil nilai awalnya.
KESIMPULAN
Konduktometri merupakan salah satu metode analisa yang berdasarkkan daya hantar listrik.
Di dapatkan dari hasil data pengamatan pada percobaan titrasi konduktometer yaitu:1. Pada saat kalibrasi larutan KCl 0,1M didapatkan harga K yaitu 1,118
mS/cm2. Konstanta yang digunakan pada elektroda yaitu 0,763. Pada saat titrasi konduktometer yaitu didapatkan titik ekivalen pada
cond konduktometer yaitu 0,1 mS/cm, sedangkan titik ekivalen pada volume titran yaitu 10 ml.
4. Titik ekivalen pada konsentrasi HCl 1M yaiti 1 M
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2014. Penuntun praktikum Instrumen dan Teknik Pengukuran. Palembang. Polsri
http://scribd.com/konduktometri.html
GAMBAR ALAT
Konduktometer
LAPORAN TETAP
PRAKTIKUM INSTRUMEN DAN TEKNIK PENGUKURAN
“Konduktometri II”
DISUSUN :
KELOMPOK I (SATU)
NAMA ANGGOTA : Ahmadan Yusuf A. (061330401052)
Deviana Aditya Putri (061330401054)
Dian Febrianti P. (061330401056)
Kurnia Aini (061330401059)
Putri Inggit Istiqomah (061330401064)
Runi Bella Vis Kurnia (061330401069)
Victor Alberto V. (061330401072)
KELAS : 2KF
INSTRUKTUR : Ir. Hj. Rusdianasari, M.Si
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYATEKNIK KIMIA
TAHUN AJARAN 2014/2015
Recommended