View
800
Download
28
Category
Preview:
DESCRIPTION
Laporan Pendahuluan Tumor Ginjal
Citation preview
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TUMOR GINJAL
Di Ruang Cendana 3 RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
Tugas Mandiri
Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah
Disusun oleh :
Dita Hanna Febriani
09/286792/KU/13409
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
I. Definisi
Tumor ginjal adalah pertumbuhan sel yang tidak normal dari sel jaringan ginjal.
Tumor lunak atau siste pada umumnya tidak ganas dan yang padat ganas atau kanker. Kanker
adalah pertumbuhan sel yang tidak normal sangat cepat dan mendesak sel-sel disekitarnya. 2
Tumor Ginjal atau nephroblastoma adalah jenis tumor yang sering terjadi pada anak-
anak di bawah umur 10 tahun, jarang ditemukan pada orang dewasa.
Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista (rongga berisi
cairan) atau tumor biasanya jinak. Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisa mengalami
kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel
ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi
tubulus renalis.2
II. Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak retroperitoneal, di
kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnya terletak setinggi kosta
12, sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari kira-
kira 1,3 juta nefron.1, 6,
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal
bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya menghadap ke medial.
Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur-struktur pembuluh darah, sistem
limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal.
Besar dan berat ginjal sangat bervariasi; hal ini tergantung pada jenis kelamin, umur,
serta ada tidaknya ginjal pada sisi yang lain. Pada autopsi klinis didapatkan bahwa ukuran
ginjal orang dewasa rata-rata adalah 11,5 cm (panjang) x 6 cm (lebar) x 3,5 cm (tebal).
Beratnya bervariasi antara 120-170 gram, atau kurag lebih 0,4% dari berat badan.
Gambar 1. Letak Ginjal
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medula ginjal. Di
dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron sedangkan di dalam medula banyak terdapat
duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas tubulus
kontortus proksimalis, tubulus kontortus distalis, dan duktus kolegentes.4,6,7
Gambar 2. Laju filtrasi glomerulus.
Ginjal menerima sekitar 20 % dari aliran darah jantung atau sekitar 1 liter per menit
darah dari 40 % hematokrit, plasma ginjal mengalir sekitar 600 ml/menit. Normalnya 20 %
dari plasma disaring di glomerulus dengan LFG 120 ml/menit atau sekitar 170 liter per hari.
Penyaringan terjadi di tubular ginjal dengan lebih dari 99 % yang terserap kembali
meninggalkan pengeluaran urin terakhir 1-1,5 liter per hari.1, 6, 7
Ginjal mendapatkan aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung
dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena renalis yang bermuara
ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak
mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang dari arteri lain, sehingga jika terdapat
kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemia/nekrosis pada
daerah vaskularisasinya.4,6,7
Gambar 3. Pembuluh darah ginjal
Fungsi utama ginjal adalah sebagai organ pengatur dalam mengekskresi bahan-bahan
kimia asing tertentu (misalnya obat-obatan) hormon dan metabolit lain, tetapi fungsi yang
paling utama adalah mempertahankan volume dan komposisi ECF dalam batas normal. Tentu
saja ini dapat terlaksana dengan mengubah ekskresi air dan zat terlarut, kecepatan filtrasi
yang tinggi memungkinkan pelaksanaan fungsi ini dengan ketepatan tinggi. Pembentukan
renin dan eritropoietin serta metabolisme vitamin D merupakan fungsi nonekskretor yang
penting. Sekresi renin berlebihan yang mungkin penting pada etiologi beberapa bentuk
hipertensi. Defisiensi eritropoietin dan pengaktifan vitamin D yang dianggap penting sebagai
penyebab anemia dan penyakit tulang pada uremia.7
Ginjal juga berperan penting dalam degradasi insulin dan pembentukan sekelompok
senyawa yang mempunyai makna endokrin yang berarti, yaitu prostaglandin. Sekitar 20%
insulin yang dibentuk oleh pankreas didegradasi oleh sel-sel tubulus ginjal. Akibatnya
penderita diabetes yang menderita payah ginjal membutuhkan insulin yang jumlahnya lebih
sedikit. Prostaglandin merupakan hormon asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam
banyak jaringan tubuh. Medula ginjal membentuk PGI dan PGE2 yang merupakan
vasodilator potensial. Prostaglandin mungkin berperan penting dalam pengaturan aliran darah
ke ginjal, pegeluaran renin dan reabsorpsi Na+. Kekurangan prostagladin mungkin juga turut
berperan dalam beberapa bentuk hipertensi ginjal sekunder, meskipun bukti-bukti yang ada
sekarang ini masih kurang memadai.6
III. Klasifikasi Tumor Ginjal
A. Tumor Jinak
Tumor mulai pada sel-sel, blok-blok bangunan yang membentuk jaringan-
jaringan. Jaringan-jaringan membentuk organ-organ tubuh. Secara normal, sel-sel tumbuh
dan membelah untuk membentuk sel-sel baru ketika tubuh memerlukan mereka. Ketika
sel-sel tumbuh menua, mereka mati, dan sel-sel baru mengambil tempat mereka.
Adakalanya proses yang teratur ini berjalan salah. Sel-sel baru terbentuk ketika tubuh
tidak memerlukan mereka, dan sel-sel tua tidak mati ketika mereka seharusnya mati. Sel-
sel ekstra ini dapat membentuk suatu massa dari jaringan yang disebut suatu pertumbuhan
atau tumor.
1) Hamartoma Ginjal
Hamartoma atau angiomiolipoma ginjal adalah tumor ginjal yang terdiri atas
komponen lemak, pembuluh darah dan otot polos. Lesi ini bukan merupakan tumor sejati,
tetapi paling cocok disebut sebagai hamartoma. Tumor jinak ini biasanya bulat atau
lonjong dan menyebabkan terangkatnya simpai ginjal. Kadang tumor ini ditemukan juga
pada lokasi ektrarenal karena pertumbuhan yang multisentrik . Lima puluh persen dari
hamartoma ginjal adalah pasien Tuberous sklerosis atau penyakit Bournville yaitu suatu
kelainan bawaan yang ditandai dengan retardasi mental, epilepsi, adenoma seseum dan
terdapat hamartoma di retina, hepar, tulang, pankreas dan ginjal. Tumor ini lebih banyak
menyerang wanita daripada pria dengan perbandingan 4 : 1.
Hamartoma ginjal sering tanpa menunjukkan gejala dan kadang-kadang
didapatkan secara kebetulan pada saat pemeriksaan rutin dengan ultrasonografi
abdomen(Basuki, .Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan adalah : nyeri pinggang,
hematuria, gejala obstruksi saluran kemih bagian atas dan kadang kala terdapat gejala
perdarahan rongga retroperitonial.
2) Fibroma Renalis
Tumor jinak ginjal yang paling sering ditemukan ialah fibroma renalis atau tumor
sel interstisial reno-medulari. Tumor ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja sewaktu
melakukan autopsi, tanpa adanya tanda ataupun gejala klinis yang signifikan. Fibroma
renalis berupa benjolan massa yang kenyal keras, dengan diameter kurang dari 10 mm
yang terletak dalam medula atau papilla. Tumor tersusun atas sel spindel dengan
kecenderungan mengelilingi tubulus di dekatnya.
3) Adenoma Korteks Benigna
Adenoma koreteks benigna merupakan tumor berbentuk nodulus berwarna kuning
kelabu dengan diameter biasanya kurang dari 20 mm, yang terletak dalam korteks ginjal.
Tumor ini jarang ditemukan, pada autopsi didapat sekitar 20% dari seluruh autopsi yang
dilakukan. Secara histologis tidak jelas perbedaannya dengan karsinoma tubulus renalis ;
keduanya tersusun atas sel besar jernih dengan inti kecil. Perbedaannya ditentukan hanya
berdasarkan ukurannya ; tumor yang berdiameter kurang dari 30 mm ditentukan sebagai
tumor jinak. Perbedaan ini sepenuhnya tidak dapat dipegang sebab karsinoma stadium
awal juga mempunyai diameter kurang dari 30 mm. Proses ganas dapat terjadi pada
adenoma korteks.
4) Onkositoma
Onkositoma merupakan subtipe dari adenoma yang sitoplasma granulernya (tanda
terhadap adanya mitokondria yang cukup besar dan mengalami distorsi) banyak
ditemukan. Onkositoma kadang-kadang dapat begitu besar sehingga mudah dikacaukan
dengan karsinoma sel renalis.
B. Tumor Ganas (kanker)
1) Adenokarsinoma Ginjal
Adenokarsinoma ginjal adalah tumor ganas parenkim ginjal yang berasal dari
tubulus proksimalis ginjal. Tumor ini merupakan 3% dari seluruh keganasan pada orang
dewasa. Tumor ini paling sering ditemukan pada umur lebih dari 50 tahun. Penemuan
kasus baru meningkat setelah ditemukannya alat bantu diagnosa USG dan CT scan.
Angka kejadian pada pria lebih banyak daripada wanita dengan perbandingan 2 :
1. Meskipun tumor ini biasanya banyak diderita pada usia lanjut (setelah usia 40 tahun),
tetapi dapat pula menyerang usia yang lebih muda. Kejadian tumor pada kedua sisi
(bilateral) terdapat pada 2% kasus. Tumor ini dikenal dengan nama lain sebagai : tumor
Grawitz, Hipernefroma, Karsinoma sel Ginjal atau Internist tumor. Serupa dengan sel
korteks adrenal tumor ini diberi nama hipernefroma yang dipercaya berasal dari sisa
kelenjar adrenal yang embrionik.
Klasifikasi stadium Robson
Kini sudah jarang dipakai, tapi literatur yang melaporkan kasus di masa lalu sering
memakai sistem klasifikasi ini.
Stadium I : tumor terlokalisasi dalam ginjal
Stadium II : tumor menginvasi lemak perirenal, tapi belum menembus fasia Gerota
Stadium III : tumor telah menginvasi menembus fasia Gerota
IIIa : secara makroskopik tumor mengenai vena renal, vena kava (supra dan
subdiafragma serta atrium kanan)
IIIb : metastasis kelenjar limfe regional
IIIc : sekaligus terdapat invasi vena dan metastasis kelenjar limfe
Stadium IV : menginvasi organ sekitar atau metastasis jauh
IVa : menginvasi organ sekitar (kecuali kelenjar adrenal)
IVb : metastasis jauh
Gambar 5. Stadium adenokarsinoma
2) Nefroblastoma (tumor Wilms)
Nefroblastoma adalah tumor ginjal yang banyak menyerang anak berusia kurang
dari 10 tahun dan paling sering dijumpai pada umur 3,5 tahun. Tumor ini merupakan
tumor urogenitalia yang paling banyak menyerang anak-anak. Kurang lebih 10% tumor
ini menyerang kedua ginjal secara bersamaan. Insiden puncaknya antara umur 1- 4 tahun.
Anak perempuan dan laki-laki sama banyaknya. Tumor Wilms merupakan 10% dari
semua keganasan pada anak. Tumor ini mungkin ditemukan pada anak dengan kelainan
aniridia, keraguan genitalia pada anak dan sindrom Beckwith-Wiedemann (makroglosi,
omfalokel, viseromegah dan hipoglikemia neonatal). Satu persen dari tumor Wilms
ditemukan familial dan diturunkan secara dominan autosomal. Onkogen tumor Wilms
telah dilokasi pada garis p 13 kromosom 11
Nefroblastoma sering dikenal dengan nama tumor Wilm atau karsinoma sel
embrional. Tumor Wilm sering diikuti dengan kelainan bawaan berupa: anridia,
hemihipertrofi dan anomali organ urogenitalia.
The National Wilms Tumor Study Group (NWTSG) membagi 5 stadium tumor Wilms,
yaitu :
a. Stadium I
Tumor terbatas di dalam jaringan ginjal tanpa menembus kapsul. Tumor ini dapat di
reseksi dengan lengkap.
b. Stadium II
Tumor menembus kapsul dan meluas masuk ke dalam jaringan ginjal dan sekitar
ginjal yaitu jaringan perirenal, hilus renalis, vena renalis dan kelenjar limfe para-aortal.
Tumor masih dapat direseksi dengan lengkap.
c. Stadium III
Tumor menyebar ke rongga abdomen (perkontinuitatum), misalnya ke hepar,
peritoneum dan lain-lain.
d. Stadium IV
Tumor menyebar secara hematogen ke rongga abdomen, paru-paru,otak dan tulang.
· Gejala klinik
Gejala dan tanda tumor Wilms.
3) Tumor Pelvis Renalis
Angka kejadian tumor ini sangat jarang. Sesuai dengan jenis histopatologinya tumor
ini dibedakan dalam dua jenis yaitu (1) karsinoma sel transitional dan (2) karsinoma sel
skuamosa. Seperti halnya mukosa yang terdapat pada kaliks, buli-buli dan uretra proksimal,
pielum juga dilapisi oleh sel-sel transitional dan mempunyai kemungkinan untuk menjadi
karsinoma transitional. Karsinoma sel skuamosa biasanya merupakan metaplasia sel-sel
pelvis renalis karena adanya batu yang menahun pada pelvis renalis.
Sebagian besar tumor renalis pada orang dewasa ialah karsinoma sel renalis, dimana
sisanya yang paling banyak (5-10%) karsinoma sel transitional yang berasal dari urotelium
pelvis renalis, karena pertumbuhannya ke dalam rongga kaliks pelvis, tumor ini secara dini
akan ditandai dengan adanya hematuria atau obstruksi.
Tumor ini sering menginfiltrasi dinding pelvis dan dapat mengenai vena renalis.
Gambaran klinis
Yang paling sering dikeluhkan oleh pasien adalah hematuria (80%),kadang-kadang disertai
dengan nyeri pinggang,dan terasa massa pada pinggang keadaan tersebut disebabkan oleh
massa tumor atau akibat obtruksi oleh tumor yang menimbulkan hidronefrosis.Pada
pemeriksaan PIV terdapat filling defect yang nampak seolah-olah seperti batu
radiolusen,tuberkuloma,atau hemangioma pada pielum ginjal. Untuk itu bantuan
ultrasonografi atau Ctscan dapat membedakanya.Pemeriksaan sitologi urine dengan
mengambil contoh urine langsung ke dalam pielum melalui kateter ureter.Melalui alat
ureteronoskopi dapat dilihat langsung ke dalama pielum.jika ada massa pada pielum diambil
contoh jaringan untuk pemeriksaan histopatologi
IV. Tanda dan Gejala
Keluhan klinis ditentukan oleh besar dan invasi terhadap jaringan sekitar seperti kelenjar
getah bening, serta invasi ke dalam pembuluh darah terutama pada vena renalis dan pada
gilirannya memberikan keluhan dan gejala metastasis tumor tersebut.
Tiga gejala khas dari tumor ginjal yang didapatkan 10-15% pasien pada stadium lanjut :
1. Hematuria
dibuktikan dengan diagnosis bukan karena batu, infeksi tuberkulosa, dan kista
2. Nyeri pinggang
Nyeri ini bisa diakibatkan oleh tekanan balik yang oaleh kompresi ureter perluasan tumor
ke daerah perineal atau perdarahan ke dalan jaringan ginjal. Nyeri kronik terjadi jika
bekuan darah atau massa sel tumor bergerak melalui ureter.
3. Massa didaerah ginjal.
Gejala lain tumor menimbulkan kelainan neoplasmatik dan eritrositosis. Hipertensi dan
kelainan hati, muncul juga sindrom cushing hipoglikemia, genekomastia, anemia,
hematuria dan peningkatan laju endap darah, kelainan tulang yang diikuti hiperkalsemia
dan peningkatan hormon paratiroid.
V. PATOFISIOLOGI
Tumor ini berasal dari sel tubulus ginjal yang dapat dimulai dari korteks maupun daerah
medulla. Tumor dari daerah korteks cenderung meluas kedarah sekitar ginjal. Tumor ini
mempunyai pseudo kapsul yang terdiri dari jaringan parenkim yang tertekan serta
jaringan fibrous dan sel-sel inflamasi. Infiltrasi tumor ke daerah luar menyebabkan
tonjolan yang dapat digunakan sebagai tanda diagnostik pada pemeriksaan USG atau CT
scan.
Ukuran sangat bervariasi mulai dari yang berukuran kecil sampai ukuran 8-9 cm. Secara
makroskopik akan terlihat pewarnaan kekuningan atau orange oleh karena mengandung
banyak lemak. Permukaan tumor yang lebih kecil tampak homogen sedang yang besar
biasanya disertai kista sekunder di dalamnya dengan daerah perdarahan dan daerah
nekrosis serta kadang ditemukan kalsifikasi didaerah perifer.
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) CT-Scan
CT scan merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma ginjal.
Pemeriksaan ini mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui adanya penyebaran
tumor pada vena renalis, vena cava, ekstensi perirenal dan metastasis pada kelenjar limfe
retroperitoneal.
CT Scan berguna sebagai tambahan ketepatan dalam membedakan antara kista atau
tumor padat terutama dalam melakukan staging. Dapat juga dilakukan untuk melihat adanya
sisa tumor setelah pembedahan atau adanya rekurensi tumor pasca bedah. CT scan
merupakan pemeriksaan pencitraan yang dipilih pada karsinoma ginjal. Pemeriksaan ini
mempunyai akurasi yang cukup tinggi dalam mengetahui adanya penyebaran tumor pada
vena renalis, vena cava, ekstensi perirenal dan metastasis pada kelenjar limfe retroperitoneal.
b) USG
Apabila terdapat keraguan antara kista atau tumor padat ginjal, maka pemeriksaan
tersederhana dan murah adalah pemeriksaan ultrasonografi. Dalam hal ini USG hanya dapat
menerangkan bahwa ada massa solid atau kistik.
Pemeriksaan USG umumnya dapat membedakan karsinoma renal,
angioleiomiolipoma renal dan kista renal sederhana. Lemak menunjukkan hiperekoik,
karsinoma sel renal tidak mengandung lemak sehingga USG dapat membedakan dengan baik
karsinoma renal dan angioleimiolipoma renal. Tapi angioleimiolipoma renal yang
mengandung sedikit lemak mudah didiagnosis keliru sebagai karsinoma renal
c) MRI
MRI bisa memberikan keterangan tambahan mengenai penyebaran tumor. MRI dapat
mengungkapkan adanya invasi tumor pada vena renalis dan vena cava tanpa membutuhkan
kontras, tetapi kelemahannya adalah kurang sensitif mengenali lesi solid yang berukuran
kurang dari 3 cm. MRI juga bermanfaat untuk magnetic resonance venography untuk
membantu diagnosis trombus pada vena renalis. MRI dapat menunjukkan informasi penting
untuk menentukan perluasan tumor di dalam vena cava inferior termasuk perluasan ke daerah
intarkardial.
VII. PENATALAKSANAAN
a) Operasi pembedahan
Operasi adalah perawatan umum pada kanker ginjal. Umumnya operasi akan dilakukan
dengan mengangkat salah satu organ ginjal. Operasi pengangkatan ini disebut dengan
nephrectomy.
b) Arterial Embolization
Cara ini adalah terapi untuk menyusutkan tumor dnegan menyuntikkan suatu senyawa ke
dalam pembuluh darah untuk menghalangi aliran darah ke ginjal. Halangan ini akan
mencegah tumor menjadi tumbuh lebih besar.
c) Terapi radiasi
Pengobatan ini menggunakan sinar radiasi untuk membunuh sel kanker pada ginjal.
d) Terapi biologi
Terapi ini adalah metode penyembuhan menggunakan kemampuan alami tubuh manusia
yakni sistem imunitas untuk melawan kanker. Hal ini dilakukan dengan menambah sel imun
sehingga dapat menyerang sel kanker.
e) Kemoterapi
Cara ini adalah dengan memasukkan obat-obatan kimia ke dalam tubuh supaya dapat
menghambat pertumbuhan sel kanker. Hal ini umumnya dilakukan setelah terjadi
pembedahan untuk menghancurkan sisa sel kanker yang ada. Kemoterapi tentu saja memiliki
efek samping yang tidak menyenangkan sehingga cara ini seringkali dihindari oleh banyak
pasien pengidap kanker.
Hal-hal yang perlu dikaji
A. Keluhan utama
B. Riwayat penyakit sekarang
C. Riwayat penyakit dahulu (riwayat kanker dalam keluarga)
D. Pola kebiasaan ( meliputi pola aktivitas, pola eliminasi, pola istirahat dan tidur, pola
nutrisi) apakah ada perubahan
E. Kaji adanya kelemahan, dan perubahan pola tidur
F. Kaji tentang nyeri (tingkat nyeri, dampak nyeri)
G. Kaji kemampuan klien dalam melakukan ADL
H. Kaji apakah klien ada penurunan berat badan
I. Kaji tingkat integritas ego ( stress, mekanisme koping, hubungan dengan orang lain,
masalah terhadap penerimaan diri)
J. Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang penyakit, pemeriksaan diagnostik, dan
tindakan
NO Dx Kep. NOC NIC
Nyeri akut b.d agen
biologis
a. Kontrol nyeri: tindakan
personal untuk mengontrol
nyeri, dengan kriteria hasil:
- Pasien mengenali
faktor penyebab
- Mengenali onset
nyeri
- Pasien dapat
melakukan tindakan
pencegahan nyeri
b. Tingkat nyeri: keparahan
nyeri yang diobsevasi atau
dilaporkan, dengan kriteria
hasil:
- melaporkan nyeri
- lama episode nyeri
- ekspresi wajah saat
nyeri
- agitasi
Manajemen nyeri:
mengurangi nyeri sampai
tingkat kenyamanan yang
dapat diterima pasien
- Bina Hubungan Saling
Percaya
- Monitor TTV
- Mengukur skala nyeri
- Kompres air hangat
- Melakukan pengkajian
nyeri secara
komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas, dan faktor
pencetus nyeri.
- Mengobservasi
ketidaknyamanan secara
nonverbal
- Kolaborasikan pemakaian
analgesic/obat
farmakologi untuk
mengurangi nyeri dengan
dokter
- Pastikan bahwa pasien
menerima analgesic yang
tepat
- Menggunakan
komunikasi terapeutik
untuk mengkaji
pengalaman dan respon
nyeri
- Mengkaji dampak nyeri
terhadap kualitas hidup
- Mendukung istirahat yang
adekuat untuk
mengurangi nyeri
- Mendukung pasien untuk
berdiskusi tentang
pengalaman nyerinya,
jika diperlukan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Status nutrisi intake
makanan dan cairan, dengan
kriteria hasil pasien
memiliki:
- Intake makanan peroral
yang adekuat
- Intake cairan peroral
adekuat
- Intake cairan yang adekuat
- Intake TPN adekuat
- Monitor intake makanan
dan minuman yang
dikonsumsi klien setiap hari
- Tentukan berapa jumlah
kalori dan tipe zat gizi yang
dibutuhkan dengan
berkolaborasi dengan ahli
gizi
- Dorong peningkatan intake
kalori, zat besi, protein dan
vitamin C
- Beri makanan lewat oral,
bila memungkinkan
Risiko infeksi Kontrol Resiko
- Mendeskripsikan
model transmisi
- Mendeskripsikan
faktor yang
berkontribusi terhadap
transmisi
- Mendeskripsikan
praktek yang dapat
menurunkan transmisi
- Mendeskripsikan tanda
& gejala infeksi
- Mendeskripsikan
prosedur skreening
- Mendeskripsikan
monitoring prosedur
- Mendeskripsikan
aktivitas yang
meningkatkan resisten
Proteksi Infeksi
Monitor tanda-tanda infeksi
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Pertahanan teknik asepsis
Dukung intake nutrisi yang
adekuat
Dukung intake cairan
Dukung istirahat
Ajarkan pada pasien dan
keluarga tentang tanda dan
gejala infeksi
terhadap infeksi
- Mendeskripsikan
treatment untuk
diagnosa infeksi
- Mendeskripsikan
follow up untuk
diagnosa infeksi
DAFTAR PUSTAKA
1. Basuki P. 2003. Dasar-Dasar Urologi Edisi 2. Sagung Seto. Jakarta
2. Cooper CS, Snyder III HM. 2005. Pediatric Genitourinary Cancer, dalam Nachtsheim
D. Editor. Vademecum Urological Oncology. Texas: Landes Bioscience.117-123.
3. De Jong W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta
4. Hardjowijoto S, Djuwantoro D, Rahardjo EO, Djatisoesanto W. 2005. Management of
Wilms’ Tumor in Department of Urology Soetomo Hospital : report of 70 cases. Jurnal
Ilmu Bedah Indonesia vol. 33 no. 1 :1-5
5. Tongaonkar HB, Qureshi SS, Kurkure PA, Muckaden MA, Arora B, Yuvaraja TB. 2007.
Wilms’ tumor: An update. Indian Journal of Urology. 458-465
6. Rasad S. 2005. Radiologi Diagnostik. Edisi 2. Balai Penerbit FK UI: Jakarta
7. Sachdeva K, MD, Makhoul I, MD, Renal Cell Carcinoma,
http://www.emedicine.com.2003
8. Bukowski M.R, Novick C.A, Renal Cell Carcinoma : Molekuler Biologi, Imunology, and
Clinical Management, http: //www.New England Journal Of Medicine.com.2003.
9. North American Nursing Diagnosis Association. 2012. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2012-2014. Philadelphia
Recommended