View
110
Download
8
Category
Preview:
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Blok Digestif adalah blok sebelas pada semester VI dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B yang
memaparkan tentang Seorang pasien, Ny S, berusia 68 datang ke unit gawat darurat
dkarena keluhan berak berwarna hitam seperti aspal yang disertai muntah seperti kopi.
Tiga hari sebelum masuk RS, Ny S berobat ke dokter gigi dan mendapatkan obat
eritromisin 3x500 mg, Metronidazol 3x500 mg dan Tramadool 3x50 mg.
Sejak 6 bulan yang lalu os mengeluh nyeri ulu hati, nyeri hilang timbul, nyeri
terutama saat os terlambat makan dan malam hari, mual ada. Nafsu makan menurun,
BB menurun dan perut terasa cepat penuh. BAB dan BAK biasa. Os munum obat
Promag, keluhan berkurang
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : dr. A.Azhari, DAHK
Moderator : Chandra Agung Maulana
Sekretaris : Usmel Ramadhania
Notulen : Winny Mutia Franciska
Waktu : Senin, 23 Maret 2015
Pukul 08.00 – 10.00 WIB.
Rabu, 25 Maret 2015
Pukul 08.00 - 10.00 WIB
The Rule of Tutorial : 1. Menonaktifkan ponsel atau mengkondisikan ponsel dalam
keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukanargumen.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
2.2 Skenario Kasus
Ny S, berusia 68 tahun diantar keluarga ke unit gawat darurat dengan keluhan
berak berwarna hitam seperti aspal sejak 2 hari yang lalu frekuensi 3 kali, jumlah 3
gelas aqua disertai muntah seperti kopi, frekuensi sebanyak 5 kali, jumlah 1 gelas
aqua. Tiga hari sebelum masuk RS, Ny S berobat ke dokter gigi dan mendapatkan obat
eritromisin 3x500 mg, Metronidazol 3x500 mg dan Tramadool 3x50 mg.
Sejak 6 bulan yang lalu os mengeluh nyeri ulu hati, nyeri hilang timbul, nyeri
terutama saat os terlambat makan dan malam hari, mual ada. Nafsu makan menurun,
BB menurun dan perut terasa cepat penuh. BAB dan BAK biasa. Os munum obat
Promag, keluhan berkurang
Riwayat penyakit dahulu : Os adalah penderita diabetes sejak 10 tahun
yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga : Ayah Ny.s menderita sakit maag
2
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : sakit berat, kesadaran : kompos mentis
Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 110x/menit, RR : 22x/menit. T:37oC
Keadaan spesifik :
Kepala : konjungtiva palpebra pucat (+), mata cekung (+), bibir pucat (+)
Leher : dalam batas normal
Torak : spider nevi (-), Cor : HR 110x/ menit, murmur (-), bunyi jantung normal ,
paru : normal
Abdomen : datar, lemas, hepar tidak teraba, venektasi (-), shifting dullnes(-), lien
tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas : edema pretibia (-), akral pucat (+), akral dingin (+),palmar eritema (-)
Pemeriksaan laboratorium :
Hb : 8,5 g/dl, Ht : 30%, Leukosit 11.000, LED 52 mm/jam, Trombosit 152.000mm3,
DC : 0/10/2/62/20/6
Kimia Darah
BSS 131 mg/dl Bil total 0,35
Asam urat 5,2 Bil direk 0,19
Ureum 49 mg/dl Bil indirek 0,16 mg/dl
Kreatinin 1,0 mg/dl Fosfatase alkali 59
Protein total 5,2 SGOT 27
Albumin 4,6 SGPT 20
Globulin 1,6 SGPT 20
Na : 135 Urea breath test (+)
K : 4,4
3
2. 3 Klarifikasi Istilah
1. Muntah seperti kopi : Hematemesis / muntah dengan warna hitam akibat
campuran makanan, enzim, dan asam lambung.
2. Nyeri ulu hati : Perasaan tidak enak pada regio epigastrium
3. Berak berwarna hitam : BAB yang ditandai dengan tinja atau feses dengan
warna hitam
4. Mual : Perasaan ingin muntah
5. Eritromisin : Antibiotik berspektrum luas yang dihasilkan oleh
streptomyces erythreus
6. Maag : Lambung
7. Metronidazol : Anti protozoa dan anti bakteri yang efektif terhadap
bakteri anaerob obligat, digunakan sebagai basa/ garam
benzoat & sebagai pengobatan topikal untuk rosacea
8. Akral pucat : Ujung ekstremitas dalam keadaan kekurangan darah
dan O2
9. Venektasi : Teregangnya vena secara tidak alami dan permanen
10. Tramadol : Obat analgetik yang digunakan untuk pengobatan
setelah pembedahan dan bedah mulut
11. Edema pretibia : Akumulasi cairan diruang intraselular pada daerah
depan os tibia
12. Diabetes : Setiap kelainan yang ditandai dengan eksresi urin yang
banyak
13. Spider navi : Lesi vasikuler non neoplastik yang tersusun dari arteri
atau arteriol yang melebar, radial, sering berdenyut.
14. Shifting dullnes : suara pekak yang berpindah pindah saat diperkusi
akibat adanya cairan bebas dalam rongga abdomen.4
15. Palmar eritema : kemerahan pada kulit telapak tangan yang dihasilkan
oleh kongesti pembuluh darah kapiler
2.4 Identifikasi Masalah
1. Ny S, berusia 68 tahun diantar keluarga ke unit gawat darurat dengan keluhan berak
berwarna hitam seperti aspal sejak 2 hari yang lalu frekuensi 3 kali, jumlah 3 gelas
aqua disertai muntah seperti kopi, frekuensi sebanyak 5 kali, jumlah 1 gelas aqua.
2. Tiga hari sebelum masuk RS, Ny S berobat ke dokter gigi dan mendapatkan obat
eritromisin 3x500 mg, Metronidazol 3x500 mg dan Tramadool 3x50 mg.
3. Sejak 6 bulan yang lalu os mengeluh nyeri ulu hati, nyeri hilang timbul, nyeri terutama
saat os terlambat makan dan malam hari, mual ada. Nafsu makan menurun, BB
menurun dan perut terasa cepat penuh. BAB dan BAK biasa. Os munum obat Promag,
keluhan berkurang
4. Riwayat penyakit dahulu : Os adalah penderita diabetes sejak 10 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga : Ayah Ny.s menderita sakit maag
5. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : sakit berat, kesadaran : kompos mentis
Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 110x/menit, RR : 22x/menit .T : 37oC
Keadaan spesifik :
Kepala : konjungtiva palpebra pucat (+), mata cekung (+), bibir pucat (+)
Leher : dalam batas normal
Torak : spider nevi (-), Cor : HR 110x/ menit, murmur (-), bunyi jantung
normal , paru :normal
Abdomen : datar, lemas, hepar tidak teraba, venektasi (-), shifting dullnes (-), lien
tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas : edema pretibia (-), akral pucat (+), akral dingin (+), palmar eritema(-)
5
6. Pemeriksaan laboratorium
Hb : 8,5 g/dl, Ht : 5%, Leukosit 11.000, LED 52 mm/jam, Trombosit 152.000 mm3, DC :
0/10/2/62/20/6
Kimia Darah
BSS 131 mg/dl Bil total 0,35
Asam urat 5,2 Bil direk 0,16
Ureum 49 mg/dl Bil indirek 0,16 mg/dl
Kreatinin 1,0 mg/dl Fosfatase alkali 59
Protein total 5,2 SGOT 27
Albumin 4,6 SGPT 20
Globulin 1,6 SGPT 20
Na : 135 Urea breath test (+)
K : 4,4
2.4 Analisis Masalah
1. Ny S, berusia 68 tahun diantar keluarga ke unit gawat darurat dengan keluhan berak
berwarna hitam seperti aspal sejak 2 hari yang lalu frekuensi 3 kali, jumlah 3 gelas
aqua disertai muntah seperti kopi, frekuensi sebanyak 5 kali, jumlah 1 gelas aqua.
a. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi dari sistem yang terlibat pada kasus?
Sistem yang terlibat adalah sistem pencernaan bagian atas, yaitu :
1) Oesophagus
Anatomi :
Oesophagus (kerongkongan) merupakan salah satu organ pencernaan (Gastro
Intestinal Tract) yg membentang dr pharyngoesophageal junction (batas pharynx dan
oesophagus) sampai orificium cardiaca gaster. Oesophagus merupakan saluran yang
menghubungkan antara pharynx (Laringopharynx/ Hipopharynx) dg gaster (stomaxh/
pylorus/ ventriculus). Makanan di oesophagus hanya lewat, bergerak nya makanan di
dalam oesophagus menuju gaster ini dipengaruhi oleh adanya gerakan peristaltic dr
oesophagus itu sendiri.
6
Gambar 2.1
Oesophagus terbagi atas 3 pars, yaitu oesophagus pars cervical, oesophagus pars
thoracica dan oesophagus pars abdominalis.
- Oesophagus pars cervical membentang dr pharyngoesophageal junction hingga
tepi bawah Vertebra Cervical VII.
- Sedangkan oesophagus pars thoracica membentang dr Vertebrae Thoracica I
sampai pd hiatus oesophagus pd diaphragma yang terletak setinggi Vertebrae
Thoracica X.
- Sedangkan oesophagus pars abdominalis membentang dr hiatus oesophagus
sampai pd orificium cardiaca gaster. Dg kata lain, oesophagus pars
abdominalis memiliki skeletopi setinggi Vertebrae Thoracica X hingga Discus
Intervertebralis antara Vertebrae thoracica X dan Vertebrae thoracica XI.
7
Vaskularisasi Oesophagus
- Oesophagus bagian 1/3 proximal (oral) divaskularisasi oleh a. thyroidea
inferior
- Oesophagus bagian 1/3 medial divaskularisasi oleh cabang dr aorta descendens
- Oesophagus bagian 1/3 distal (anal) divaskularisasi oleh Rr. Oesophageales a.
gastric sinistra.
Innervasi Oesophagus
Oesophagus diinervasi persarafan simpatis oleh truncus sympaticus dan
persarafan parasimpatis oleh n. Vagus (n. X)
(Snell,2006)
Fisiologi
a) Motilitas : setelah proses mengunyah lidah mendorong bolus makanan ke bagian
belakang tenggorokan yang memicu refleks menelan yang menyebabkan
penutupan saluran makanan melalui esophagus ke dalam lambung.
b) Sekresi : esophagus, mukus, bersifat protektif.
c) Pencernaan dan penyerapan : tidak terjadi pencernaan dan penyerapan di
esophagus.
(Guyton,2007)
8
Histologi
Disebelah dalam lumen esophagus dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa
lapisan tanduk yang basah. Di lamina propria dekat labng terdapat kelenjar kardia
esophagus (glandula cardialis oesophagi). Di submukosa terdapat kelenjar esophagus
kecil. Di sepertiga esophagus, muskularis eksterna mengandung serat otot rangka. Di
sepertiga tengah esophagus, muskularis eksterna mengandung baik serat otot rangka
maupun otot polos, sementara sepertiga bawah esophagus terutama terdiri dari serat
otot polos.
Gambar 2.2
(Eroschenko,2010)
2) Gaster
Gaster adalah organ yang terletak di peritoneum, regio epigastrium dan
berbentuk seperti huruf J. Terdiri dari fundus, corpus, cardia, dan pylorus. Memiliki
dua pintu, yaitu orifisium kardia dan pylori. Memiliki dua buah curvatura, yang
sebelah dalam curvatura minor, dan yang sebelah luar curvatura major.
Gaster dibungkus oleh peritoneum viscerale, difiksasi oleh ligamentum
gastrophrenicum, ligamentum gastrolienale, omentum majus dan omentum minus.
Omentum minus mengikat curvatura minor dengan hepar dan diaphragma thorax,
sedangkan omentum majus mengikat curvatura major dengan colon transversum.
Permukaan anterior lambung berhubungan dengan diafragma, lobus kiri dari hepar
9
serta dinding anterior abdomen. Permukaan posterior berbatasan dengan aorta,
pancreas, limpa, ginjal kiri, kelenjar supra renal serta mesokolon transversum.
Gambar 2.3
Vascularisasi gaster berasal dari:
gastrica sinistra (curvatura minor)
A. gastrica dextra (cabang a. hepatica, beranastomose dengan a. gastrica
sinistra)
A. gastrica brevis (fundus)
A. gastroepiploica sinistra (cabang a. lienalis, beranastomose dengan a.
gastroepiploica dextra)
A. gastroepiploica dextra
v. coronaria ventriculi bermuara ke v. Porta
v. pylorica bermuara ke v. Porta
v. gastrica brevis masuk ke dalam ligamentum gastrolienale dahulu
kemudian bermuara ke v. Lienalis
v. gastroepiploica dextra bermuara ke v. mesenterica superior
Aliran lymphe:
paries ventralis dan dorsalis bermuara ke ll.nn. gastrici superiores
fundus dan corpus gaster bermuara ke ll.nn. pancreatico lienalis
curvatura mayor sampai pylorus bermuara ke ll.nn. gastrici inf.
pars pylorica bermuara ke ll.nn. subpylorici, ll.nn. hepatici, dan ll.nn. gastrici
superio
10
Gambar 2.4
Innervasi gaster oleh nervus vagus (parasimpatis). Nervus vagus anterior
pada facies ventralis gaster dan nervus vagus posterior pada facies posterior
gaster.
(Snell,2006)
Fisiologi
Gaster berfungsi menyimpan makanan untuk beberapa waktu sampai usus halus siap
memprosesnya lebih lanjut.
a) Motilitas: terdapat 4 aspek, yaitu ; 1) Pengisisan lambung dipermudah oleh
relaksasi reseptif otot lambung yang diperantarai oleh n. vagus .2) Penyimpanan
berlangsung di korpus lambung. 3) Pencampuran di antrum yang berdinding
tebal terjadi karena kontraksi peristaltik yang kuat. 4) Pengosongan yang
dipengaruhi oleh faktor dilambung dan duodenum.
b) Sekresi : sekresi ke dalam lumen lambung meliputi ; 1) HCl yang mengaktifkan
pepsinogen mendenaturasi protein dan mematikan bakteri. 2) Pepsinogen yang
telah diaktifkan akan memulai pencernaan protein. 3) Mukus membentuk lapisan
protektif sebagai sawar mukosa lambung. 4) Faktor intrinsik untuk penyerapan
vitamin B.
c) Pencernaan: Karbohidrat berlanjut ke korpus dengan enzim amilase pencernaan
protein dimulai oleh pepsin di antrum lambung tempat kontraksi peristaltik yang
kuat, ini akan membentuk kimus.
d) Penyerapan : tidak ada penyerapan di gaster.
(Sherwood, 2013)
11
Histologi
Pada taut esophagus-lambung terdapat perubahan mendadak dari epitel berlapis
gepeng esophagus menjadi epitel selapis silindris lambung. Pada permukaan luminal
lambung terlihat banyak lubang kecil yang disebut foveola gastric. Submukosa
jaringan ikat padat yang terdapat di bawah mukosa lambung, mengandung banyak
pembuluh darah dan saraf. Dinding otot tebal lambung, yaitu musklaris eksterna,
terdiri atas tiga lapisan, bukan dua lapisan seperti esophagus dan usus halus. Lapisan
luar lambung dilapisi oleh serosa atau peritoneum visceral.
Gambar 2.5
(Eroschenko,2010)
b. Bagaimana etiologi berak berwarna hitam dan muntah seperti kopi?
Jawab :
Berak berwarna hitam (melena) dan muntah seperti kopi (hematemesis)
merupakan salah satu manifestasi adanya gangguan pada sistem pencernaan atas.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan melena dan hematemesis, yaitu :
1. Kelainan di esophagus
a. Varises esophagus
Penderita dengan hematemesis melena yang disebabkan pecahnya varises
esophagus, tidak pernah mengeluh rasa nyeri atau pedih di epigastrium. Pada
umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan massif. Darah yang dimuntahkan
berwarna kehitam-hitaman dan tidak membeku karena sudah bercampur dengan
asam lambung.
12
b. Karsinoma esophagus
Karsinoma esophagus sering memberikan keluhan melena daripada
hematemesis. Disamping mengeluh disfagia, badan mengurus dan anemis, hanya
sesekali penderita muntah darah dan itupun tidak massif.
c. Sindroma Mallory – Weiss
Sebelum timbul hematemesis didahului muntah-muntah hebat yang pada
akhirnya baru timbul perdarahan. misalnya pada peminum alcohol atau pada hamil
muda. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan
terus-menerus.
d. Esofagitis dan tukak esophagus
Esophagus bila sampai menimbulkan perdarahan lebih sering intermitten atau
kronis dan biasanya ringan, sehingga lebih sering timbul melena daripada
hematemesis. Tukak di esophagus jarang sekali mengakibatkan perdarahan jika
dibandingkan dengan gastritis erosif dan duodenum.
2. Kelainan di lambung
a. Gastritis erisova hemoragika
Hematemesis bersifat tidak masif dan timbul setelah penderita minum obat-
obatan yang menyebabkan iritasi lambung. Sebelum muntah penderita mengeluh
nyeri ulu hati.
b. tukak lambung/ulkus peptikum
Penderita mengalami dispepsi berupa mual, muntah , nyeri ulu hati dan
sebelum hematemesis didahului rasa nyeri atau pedih di epigastrium yang
berhubungan dengan makanan. Sifat hematemesis tidak begitu masif dan melena
lebih dominan dari hematemesis.
3. Kelainan darah
Pada penderita polisetimia vera, limfoma, leukemia, anemia, hemofili, dan
trombositopenia purpura dapat terjadi melena
(Bakta, 1999)
4. Adapun penyebab lain dari melena adalah riwayat memakan obat yang
mengandung besi.
13
(Davey, 2011).
c. Apa makna Ny, S Ny S, mengeluh berak berwarna hitam seperti aspal sejak 2 hari
yang lalu frekuensi 3 kali, jumlah 3 gelas aqua dan muntah seperti kopi, frekuensi
sebanyak 5 kali, jumlah 1 gelas aqua??
Makna berak berwarna hitam seperti aspal atau biasa disebut melena yaitu
telah terjadi perdarahan saluran cerna bagian atas
(Djojoningrat, D. 2006).
Makna melena yang terjadi sejak 2 hari yang lalu dengan frekuensi 3 kali yaitu
indikasi perdarahan saluran cerna bagian atas, karena jika melena baru pertama kali
terjadi belum mengindikasikan terjadinya perdarahan saluran cerna bagian atas
(Davey, P. 2005).
Makna muntah seperti kopi atau biasa disebut hematemesis merupakan indikasi
adanya perdarahan saluran cerna bagian atas atau proksimal Ligamentum Treitz
(Djojoningrat, D. 2006).
d. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamain terhadap keluhan ?
Jawab:
Pada kasus ini mengarah pada kelainan di lambung yaitu adanya gastritis erosif.
Penyakit ini merupakan kelainan yang terjadi pada SCBA (saluran cerna bagian atas).
Insiden perdarahan SCBA dua kali lebih sering pada pria daripada wanita dalam
seluruh tingkat usia; tetapi jumlah angka kematian tetap sama pada ke dua jenis
kelamin. Angka kematian pada usia yang lebih tua (>60 tahun) pada pria dan wanita.
(Hastings GE, 2005)
e. Bagaimana patofisiologi feses berwarna hitam seperti aspal?
Jawab :
Faktor resiko (konsumsi obat anti nyeri) efek obat anti nyeri terjadi iritasi yang
bersifat lokal yang menimbulkan difusi kembali asam lambung ke mukosa dan
menyebabkan kerusakan jaringanterjadi preamibilitas sawal epitel mukosa
14
lambungdestruksi vena dan kapilerperdarahandarah bercampur dengan HCL di
lambung darah berwarna hitam masuk ke duodenum dikeluarkan bersama
feses pada saat defekasi melena
(Price,2012)
f. Bagaimana patofisiologi muntah seperti kopi?
Jawab :
Faktor resiko (konsumsi obat anti nyeri) → asam lambung meningkat→ barrier
mukosa lambung terganggu → iritasi mukosa lambung → perdarahan masif pada
lambung → darah bercampur dengan asam lambung, dan enzim, terjadinya refluks
→ hematemesis.
(Davey,2011)
g. Bagaimana konsistensi, bentuk, warna dan bau pada feses normal?
Jawab :
Frekuensi : <3x / 24 jam
Konsistensi : lunak (tidak terlalu keras / terlalu cair)
Jumlah : ±100 – 300 gram / 24 jam (sama dengan orang dewasa)
Adapun beberapa klasifikasi bentuk feses antara lain:
15
Tipe 1 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk bulat-bulat kecil seperti kacang,
sangat keras, dan sangat sulit untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk
tinja penderita konstipasi kronis.
Tipe 2 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis,permukaanya menonjol-
nonjol dan tidak rata, dan terlihat seperti akan terbelah menjadi berkeping-
keping. Biasanya tinja jenis ini dapat menyumbat WC, dapat menyebabkan
ambeien, dan merupakan tinja penderita konstipasi yang mendekati kronis.
Tipe 3 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk sosis, dengan permukaan yang
kurang rata, dan ada sedikit retakan. Tinja seperti ini adalah tinja penderita
konstipasi ringan.
Tipe 4 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti sosis atau ular. Tinja ini
adalah bentuk tinja penderita gejala awal konstipasi.
Tipe 5 Tinja ini mempunyai ciri berbentuk seperti bulatan-bulatan yang
lembut, permukaan yang halus, dan cukup mudah untuk dikeluarkan. Ini adalah
bentuk tinja seseorang yang ususnya sehat.
Tipe 6 Tinja ini mempunyai ciri permukaannya sangat halus, mudah mencair,
dan biasanya sangat mudah untuk dikeluarkan. Biasanya ini adalah bentuk tinja
penderita diare.
Tipe 7 Tinja mempunyai ciri berbentuk sangat cair (sudah menyerupai air) dan
tidak terlihat ada bagiannya yang padat. Ini merupakan tinja penderita diare
kronis.
Tipe 1 dan 2 menunjukkan konstipasi
Tipe 3, 4, dan 5 menunjukkan feses normal
Tipe 6 dan 7 menunjukkan diare
(Lewis, Sj, dan Heaton KW. 1997)
h. Bagaimana dampak muntah dan BAB sejak 2 hari yang lalu pada kasus?
Dampak dari muntah dan BAB berdarah seperti pada kasus adalah :
1) Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam-basa,
2) Penurunan berat badan,
3) Hipoglikemia,
16
4) Gangguan sirkulasi darah
a. Syok hipovolemik
disebut juga dengan syok preload yang ditandai dengan menurunnya volume
intravaskuler oleh karena perdarahan. dapat terjadi karena kehilangan cairan
tubuh yang lain. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan
volume intraventrikel. Pada klien dengan syok berat, volume plasma dapat
berkurang sampai lebih dari 30% dan berlangsung selama 24-28 jam.
b. Gagal Ginjal Akut
Terjadi sebagai akibat dari syock yang tidak teratasi dengan baik. Untuk
mencegah gagal ginjal maka setelah syock, diobati dengan menggantikan
volume intravaskuler.
c. Penurunan kesadaran
Terjadi penurunan transportasi O2 ke otak, sehingga terjadi penurunan
kesadaran.
(Richter,1999)
2. Tiga hari sebelum masuk RS, Ny S berobat ke dokter gigi dan mendapatkan obat
eritromisin 3x500 mg, Metronidazol 3x500 mg dan Tramadool 3x50 mg.
a. Bagaimana fakmakokinetik dan farmakodinamik dari obat obat tersebut?
Eritromisin
Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Aktif terhadap
kuman gram positif seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae. Yang biasa digunakan
untuk infeksi Mycloplasma pneumoniae, penyakit Legionnaire, infeksi Klamidia,
Difter, Pertusis, iInfeksi Streptokokus, Stafilokokus, infeksi Camylobacter, Tetanus,
Sifilis, Gonore. Efek Samping: Efek samping dan reaksi yang merugikan dari
eritromisin adalah gangguan gastrointestinal, seperti mual dan muntah, diare dan
kejang abdomen. Reaksi alergi terhadap eritromisin jarang terjadi. Heptotoksisitas
(toksisitas hati) dapat terjadi jika obat dipakai bersama obat obatan hepatotoksik
lainnya seperti asetaminofen (dosis tinggi), fonotiazin dan sulfonamid. Eritromisin
estolat (ilosone), nampaknya lebih mempunyai efek toksik pada liver dibandingkan
dengan eritromisin lainnya. Kerusakan hati biasanya bersifat reversible jika obat
dihentikan. Eritromisin tidak boleh dipakai bersama klindomisin atau linkomisin
17
karena mereka bersaing untuk mendapatkan reseptor. Eritromisin salah satu
antibiotika terlama yang digunakan saat ini. Yang berikut ini harus diperhatikan :
Farmakokinetik
Preparat eritromisin oral diabsorbsi dengan baik melalui saluran gastrointestinal.
Obat ini tersedia untuk pemberian intravena, tetapi harus diencerkan dalam 100 ml
salin atau dextrosa 5% dalam larutan air untuk mencegah plebitis atau rasa terbakar
pada tempat suntikan. Obat ini mempunyai waktu paruh yang singkat dan efek
pengikatnya pada proteinnya sedang. Obat ini diekstresikan ke dalam empedu, feses
dan sebagian kecil dalam urine. Karenanya jumlah yang diekskresikan ke dalam urine
sedikit, maka insufisiensi ginjal bahkan merupakan kontra indikasi bagi pemakaian
eritromisin.
Farmakodinamik:
Eritromisin menekan sintesis protein bakteri. Mulai terjadi preparat oral adalah 1
jam. Waktu untuk mencapai puncak adalah 4 jam dan lama kerjanya adalah 6 jam.
(Katzung,2012)
b. Apa indikasi pemberian Eritromisin, metronidazol, dan tramadol?
Eritromisin :
Eritromisin dapat digunakan untuk Infeksi saluran nafas, infeksi telinga, infeksi
jaringan lunak, difteria, sifilis, batuk rejan, pneumonia atipikal. Profilaksis terhadap
enkarditis selama tindakan gigi pada pasien dengan gangguan katup jantung dapat juga
diberikan eritromisin
Metronidazol
Metronidazol dapat digunakan untuk :
-Amubiasis: Digunakan untuk infeksi jaringan oleh E. Hystolitica.
-Giardiasis
18
-Trikomoniasis
Dosis tunggal 2g sudah efektif. Tetapi pada organisme resisten mertronidazol dapat
menyebabkan kegagalan pengobatan.
Tramadol
Dapat digunakan untuk membantu mengurangi rasa sakit pada nyeri aku dan
kronik, nyeri pasca operasi pembedahan.
(Katzung,2012)
c. Bagaimana efek samping dari Eritromisin, metronidazol, dan tramadol?
Eritromisin
Eritromisin sering menimbulkan efek samping pada gastrointestinal berupa mual,
muntah, anoreksia dan diare. Eritromisin dalam bentuk estolat dapat menyebabkan
hepatitis kolestatik akut (demam, ikterus, gangguan, pungsi hati) yang merupakan
suatu reaksi hipersensitifitas.
(Katzung,2012)
Efek Eritromisin pada motilitas gastrointestinal bagian atas, termasuk meningkatkan
tekanan esophagus bagian bawah dan stimulasi kontraktilitas gastric dan usus halus.
(Goodman & Gilman, 2007)
Metronidazol
Mual, nyeri kepala, mulut kering, atau rasa logam di mulut . efek samping yang jarang
terjadi adalah muntah, diare, insomnia, kelemahan otot, pusing bergoyang, thrush,
ruam,disuria, urin gelap,vertigo, parestesia, dan neutropenia.
Tramadol
Efek samping yang umum terjadi seperti pusing, sedasi, lelah, sakit kepala , pruritis,
berkeringat, kulit kemerahan, mulut kering, mual, muntah, dispepsia dan konstipasi.
(Katzung,2012)
19
3. Sejak 6 bulan yang lalu os mengeluh nyeri ulu hati, nyeri hilang timbul, nyeri terutama
saat os terlambat makan dan malam hari, mual ada. Nafsu makan menurun, BB
menurun dan perut terasa cepat penuh. BAB dan BAK biasa. Os munum obat Promag,
keluhan berkurang
a. Apa makna Ny, S mengeluh sejak 6 bulan yang lalu nyeri ulu hati, nyeri hilang
timbul, nyeri terutama saat os terlambat makan dan malam hari, dan mual , BAB dan
BAK biasa?
Jawab :
Nyeri ulu hati, nyeri hilang timbul, nyeri terutama saat makan dan malam hari
dan mual merupakan gambaran klinis dari dyspepsia fungsional. Etiologi dispepsia
fungsional bermacam-macam yaitu sekresi asam lambung yang berlebihan, infeksi
Helicobater pylori, dismotilitas gastrointestinal, dan psikologis.
(Djojoningrat, D. 2006).
Nyeri di bagian epigastrium (disana ada gaster ,duodenum) dan keluhan lain
kemungkinan telah terjadi gangguan pencernaan yang terjadi disaluran cerna atas yang
bersifat kronis , dan gejala tersebut mengarah ke gastritis atau juga dispepsia , yang
mungkin disebabkan oleh bebrapa faktor resiko .
(Prince,2006)
BAB dan BAK biasa menandakan tidak terjadinya komplikasi yg
menyebabkan perdarahan pada 6 bulan yg lalu, juga menyingkirkan diagnosis bahwa
gangguan tidak terjadi di sistem urogenita atau gangguan hepatik dan menyingkirkan
diagnosis lain yang menyebabkan gangguan defekasi.
(Hadi,2002)
b. Bagaimana hubungan keluhan sejak 6 bulan yang lalu dengan keluhan sekrang?
Jawab :
Keluhan 6 bulan yang lalu merupakan manifestasi klinis dari penyakit gastritis,
jadi terdapat huungan antara keluhan 6 bulan yang lalu dengan yang sekarang karena
kemungkinan keluhan yang sekarang merupakan komplikasi dari gastritis akut yang
telah dialami sejak 6 bulan yang lalu yaitu penyakit gastritis erosif.
(Djojoningrat, D. 2006)
20
c. Bagaimana patofiologi nyeri ulu hati, nyeri hilang timbul, nyeri terutama saat os
terlambat makan dan malam hari?
Jawab :
Penyebab nyeri ulu hati dibagi 2 yaitu :
1. Zat eksternal yaitu zat dari luar tubuh yang menyebabkan iritasi lambung
seperti :
Alkohol
Obat-obatan
Infeksi bakteri atau virus
Bahan korosif
Keracunan
2. zat internal yaitu pengeluaran zat asam lambung yang berlebihan dapat diakibatkan
oleh :
a. Sering makan makanan asam, pedas termasuk lada
b. Kebiasaan makan yang tidak teratur
c. Kondisi psikologis stres mental dan frustrasi
3. Nyeri pada ulu hati juga bisa disebabkan oleh beberapa penyakit seperti:
1. Kelainan lambung, misalnya: infeksi Helicobacter pylori, makanan pedas,
alkohol dan stres.
2. Kelainan usus halus, misalnya: apendixitis, perforasi ulkus peptik, dll.
3. Kelainan hati, misalnya: virus hepatitis, abses, dan Ca hati.
4. Kelainan vesica fellea, misalnya: cholelithiasis, cholecystisis, dll.
5. Kelainan pankreas, misalnya: pankreatitis, dan Ca pankreas.
6. Infark myocard
7. GERD
21
Nyeri ulu hati :
Faktor pencetus ( infeksi, obat - obatan) HCL meningkat mukosa lambung rusak
perubahan bentuk mukosa jaringan lambung rusak erosi dinding lambung
merangsang ujung saraf yang terpajan nyeri ulu hati.
Nyeri hilang timbul
Faktor pencetus ( infeksi, obat - obatan) HCL meningkat mukosa lambung rusak
perubahan bentuk mukosa jaringan lambung rusak erosi dinding lambung
merangsang ujung saraf yang terpajan nyeri ulu hati.apabila penderita makan Hcl
digunakan untuk mencerna makanan nyeri akan berkurang
Nyeri terjadi pada malam hari
Pada saat tidur peningkatan fungsi sistem saraf parasimpatis peningkatan
produksi HCl pada lambung, kerusakan pada dinding lambung
(Misnadiarly.2009)
d. Bagaimana patofisiologi nafsu makan menurun, BB menurun dan perut terasa cepat
penuh?
Jawab :
Faktor pencetus ↑ sekresi HCL inflamasi invasi mukosa usus
pengeluaran zat-zat vasoaktif (histamin, bradikinin, serotonin) merangsang
nervus vagus menekan saraf simpatis peristaltik ↓ isi lambung tetap
stagnan (tidak berubah) tekanan lambung ↑ perut terasa cepat penuh
merangsang pusat kenyang (hipothalamus, nukleus ventromedial) tidak ingin
makan (afagia) menurunkan nafsu makan.
(Prince,2006)
e. Apa makna saat minum obat promag, keluhan berkurang?
Ny, S menkonsumsi promag yang mengandung antasida. Fungsi dari antasida
akan menetralisirs eksresi asam HCl. Obat ini digunakan untuk mengurangi rasa nyeri
pada OS. Sehingga efek dari obat ini gejala nyeri hilang setelah makan promag,
namun akan timbul lagi karena efek dari obat ini tidak langsung mengarah ke penyakit
OS yang sebenarnya.
(Hustry,2008)
22
f. Bagaimana fakmakokinetik dan fakrmakodinamik obat promaag?
Jawab :
Komposisi Promag yang terdiri dari kombinasi Hydrotalcite, Magnesium
Hidroksida, dan Simethicone merupakan suatu komposisi unik yang tidak terdapat
pada obat maag lain. Hydrotalcite merupakan kombinasi antara magnesium oksida
dengan alumunium oksida. Kombinasi Hydrotalcite dengan Magnesium Hidroksida,
akan membuat proses penetralan asam lambung lebih cepat, dan mampu menahan
kenetralan asam lambung dengan lebih lama. Selain itu, kombinasi Hydrotalcite
dengan Magnesium Hidroksida dapat mengurangi efek sembelit dan diare. Selain itu
Hydrotalcid juga dapat membantu pengeluaran mucus / lendir pada dinding lambung
yang berfungsi untuk meningkatkan pertahanan dinding lambung. Simethicone
merupakan zat yang efektif untuk meredakan gas pada lambung. Cara kerja
simethicone adalah memecah gelembung-gelembung gas yang ada di dalam lambung.
Dengan adanya simethicone ini, maka rasa kembung dan mual dapat diatasi dengan
efektif oleh Promag.
(Hustry, 2008)
4. Riwayat penyakit dahulu : Os adalah penderita diabetes sejak 10 tahun yang lalu.
Riwayat penyakit keluarga : Ayah Ny.s menderita sakit maag
a. Apa makna Riwayat penyakit dahulu?
Ny, S memiliki riwayat menderita diabetes melitus. Diabetes bisa menyebabkan
angiopati dan neuropati termasuk pada saraf-saraf otonom, simpatis dan parasimpatis
terutama persarafan pada lambung, hal tersebut bisa menyebabkan sekresi
prostaglandin menurun, prostaglandin berperan pada pertahanan mukosa lambung.
Apabila prostaglandin menurun maka resiko mukosa lambung untuk mengalami
inflamasi menjadi semakin besar.
(Sudoyono, 2009)
b. Apa makna riwayat penyakit keluarga?
Sekitar 40 hingga 60% penderita ulkus memiliki riwayat penyakit ulkus dalam
keluarga. Alasan yang mungkin adalah faktor genetik atau penularan H. pylori dalam
23
keluarga.
(Price, 2012)
Hal ini meningkatkan faktor resiko Ny. S untuk menderita gastritis.
5. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : sakit berat, kesadaran : kompos mentis
Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 110x/menit, RR : 22x/menit .T : 37oC
Keadaan spesifik :
Kepala : konjungtiva palpebra pucat (+), mata cekung (+), bibir pucat (+)
Leher : dalam batas normal
Torak : spider nevi (-), Cor : HR 110x/ menit, murmur (-), bunyi jantung
normal , paru :normal
Abdomen : datar, lemas, hepar tidak teraba, venektasi (-), shifting dullnes (-), lien
tidak teraba, nyeri tekan epigastrium (+)
Ekstremitas : edema pretibia (-), akral pucat (+), akral dingin (+), palmar eritema(-)
a. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik?
No Hasil Pemeriksaan Keadaan Normal/Nilai
Normal
Interpretasi
1 Keadaan Umum
a) Tampak sakit berat
b) Kesadaran kompos mentis
Tidak tampak sakit berat
Kompos mentis
Abnormal
Normal
2 Tanda vital
a) TD 100/60 mmHg
b) Nadi 110x/menit
c) RR 22x/menit
d) T 37oC
120/80 mmHg
60-100x/menit
16-24x/menit
36,6oC-37,2oC
Hipotensi
Takikardi
Normal
Normal
3 Keadaan Spesifik
24
Kepala :
a) Konjungtiva palpebra pucat
(+)
b) Mata cekung (+)
c) Bibir pucat (+)
Tidak pucat
Tidak cekung
Tidak pucat
Anemia
Anemia
Anemia
Leher dalam batas normal Normal Normal
Thoraks :
a) Spider nevi (-)
b) Cor HR 110x/menit
c) Murmur (-)
d) Bunyi jantung normal
e) Paru normal
TIdak ada spider nevi
60-100x/menit
Tidak ada murmur
Normal
Normal
Normal
Takikardi
Normal
Normal
Nromal
Abdomen :
a) Datar, lemas
b) Hepar tidak teraba
c) Venektasi (-)
d) Shifting dullness (-)
e) Lien tidak teraba
f) Nyeri tekan epigastrium (+)
Datar, lemas
Tidak teraba
Tidak ada
Tidak ada
Tidak teraba
Tidak ada
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Abnormal
(Telah terjadi
gangguan pada
organ abdomen)
Ekstremitas
a) Edema pretibia (-)
b) Akral pucat (+)
c) Akral dingin (+)
d) Palmar eritema (-)
Tidak edema
Tidak pucat
Tidak pucat
Tidak eritema
Normal
Anemia
Anemia
Normal
b. Bagaimana patofisiologi pemeriksaan fisik yang abnormal?
Jawab :
Tekanan darah 100/60 mmHg
Gastritis Erosif pendarahan disubmukosa gaster anemia volume efektif
darah arteri menurun TD menurun
25
Nadi 110x/menit
Perdarahan saluran cerna perfusi perifer tekanan arteri darah dialirkan
ke organ penting TD diturunkan denyut nadi ditingkatkan sebagai
kompensasi agar asupan darah cukup.
Mata cekung
Hematemesis melena dehidrasi mata cekung
Akral dingin dan konjungtiva serta bibir pucat
Pendarahan saluran cena anemiaperfusi jarigan juga menurun kompensasi
tubuh mengurangi suplai darah di perifer untuk sentral tidak ada asupan di
daerah akral akral dingin dan konjungtiva serta bibir pucat
Nyeri tekan epigastrium (+)
Kemungkinan infeksi H. Pylori + peningkatan asam lambung akibat penurunan nafsu
makan mukosa lambung mengalami nekrosis menimbulkan rangsangan saraf
kolonergik peningkatan motilitas nyeri tekan epigastrium
(Price, 2005)
6. Pemeriksaan Laboratorium
Hb : 8,5 g/dl, Ht : 5%, Leukosit 11.000, LED 52 mm/jam, Trombosit 152.000 mm3,
DC : 0/10/2/62/20/6
Kimia Darah
BSS 131 mg/dl Bil total 0,35
Asam urat 5,2 Bil direk 0,16
Ureum 49 mg/dl Bil indirek 0,16 mg/dl
Kreatinin 1,0 mg/dl Fosfatase alkali 59
Protein total 5,2 SGOT 27
Albumin 4,6 SGPT 20
26
Globulin 1,6 K : 4,4
Na : 135 Urea breath test (+)
a. Apa interpretasi pemeriksaan laboratorium?
Kasus Normal Interpretasi
Hb : 8,5 g/dl 12-6 g/dl Anemia
Ht : 30% 38-48% Normal
Leukosit : 11.000 5000-10.000 Leukositosis
LED : 52 mm/jam 0-15 mm/jam Meningkat
Trombosit : 152.000 mm3 150.000-300.000 mm3 Normal
DC : 0/10/2/62/20/6 0-1/1-3/2-6/50-70/20-
40/2-8
Eosinofil meningkat
Kimia Darah
BSS 131 mg/dl 125 mg/dl Meningkat
Asam Urat 5,2 2-8 mg/dl Normal
Ureum 49 mg/dl 10 – 50 (mg/dl) Normal
Kreatinin 1,0 mg/dl 0,5 – 1,3 mg/dl Normal
Protein Total 5,2 5,0 – 8,0 Normal
Albumin 4,6 37 – 52 Normal
Globulin 1,6 3.2 – 3.9 (gr %) Abnormal
Na 135 135-145 mEq/L Normal
K 4,4 3,5 – 5,2 mEq/L Normal
Bil total 0,35 0,2 – 1,2 mg/dl Normal
Bil direk 0,19 0 – 0,4 mg/dl Normal
Bil indirek 0,16 mg/dl <1,0 mg/dl Normal
Fostatase
alkali
59 35-125 IU/L Normal
SGOT 27 <37 u/L Normal
SGPT 20 <47 u/L Normal
Urea breath
test
+ - Abnormal
Biasanya akibat infeksi
H.pylori
7. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?27
Jawab :
Anamnesis :
Melena sejak 2 hari yang lalu frekuensi 3 kali, jumlah 3 gelas aqua
Gejala di atas merupakan tanda pendarahan saluran cerna bagian atas.
Hematemesis frekuensi sebanyak 5 kali, jumlah 1 gelas aqua.
Gejala di atas merupakan tanda pendarahan saluran cerna bagian atas.
Tiga hari sebelum masuk RS, Ny S berobat ke dokter gigi dan mendapatkan obat :
eritromisin 3x500 mg,
Metronidazol 3x500 mg dan
Tramadool 3x50 mg.
Obat obatan tertentu dapat menyebabkan erosi dinding lambung.
Sejak 6 bulan yang lalu mengeluh nyeri ulu hati, nyeri hilang timbul, nyeri terutama
saat os terlambat makan dan malam hari, mual ada. Nafsu makan menurun, BB
menurun dan perut terasa cepat penuh. BAB dan BAK biasa.
Gejala di atas merupakan gejala dari ulkus (tukak) lambung atau Gastritis Erosiva
Hemoragika.
Os minum obat Promag, keluhan berkurang
Asam lambung dinetralkan dengan obat promag
Riwayat penyakit dahulu : Os adalah penderita diabetes sejak 10 tahun yang lalu.
Meningkatkan kemungkinan iritasi mukosa lambung
Riwayat penyakit keluarga : Ayah Ny.s menderita sakit maag
Meningkatkan kemungkinan terkena penyakit maag
Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum : sakit berat
Tanda vital : TD 100/60 mmHg, Nadi 110x/menit
Menandakan adanya gangguan pada sistem vaskularisasi
Keadaan spesifik :
Kepala : konjungtiva palpebra pucat (+), mata cekung (+), bibir pucat
(+)
Menandakan terjadinya penurunan darah ke pembuluh darah perifer
Abdomen : nyeri tekan epigastrium (+)
28
Menandakan adanya gangguan pada pada otot atau organ di regio epigastrica
Ekstremitas : akral pucat (+), akral dingin (+)
Menandakan terjadinya penurunan darah ke pembuluh darah perifer
Pemeriksaan laboratorium :
Hb : 8,5 g/dl = Anemia
Leukosit 11.000 = Adanya infeksi bakteri
LED 52 mm/jam = Peningkatan LED biasanya pada penyakit kronis
DC : 0/10/2/62/20/6
Kimia Darah
BSS 131 mg/dl = Adanya diabetes melitus
Globulin 1,6
Urea breath test (+) = adanya infeksi H. Pylory
8. Apa diagnosis banding pada kasus ini?
Penyakit / Gejala KasusGastritis
Kronik
Ulkus
Peptikum
Sirosis
Hepatis
Melena + + + +
Hematemesis + + + +
Nyeri Ulu Hati + + + +
Nafsu Makan ↓ + + + +
Mual + + + +
Muntah + + + -
Spider Nevi - - - +
Shifting Dullness - - - +
Venektasi - - - +
Splenomegali - - - +
Palmar Eritema - - - +
Demam - + + -
Hepatomegali - - - +
(Sudoyo,2009)
29
9. Apa pemeriksaan penunjang pada kasus ini?
Jawab :
Radiologi
Pemeriksaan radiologi dengan barium meal kontras ganda dapat digunakan
dalam menegakkan diagnosis gastritis, tetapi akhir-akhir ini berhubung para ahli
radiologi sudah lebih memantapkan diri pada radiologi intervensional dan pakar
gastroenterologi sudah mengembangkan diri sedemikian maju dalam bidang
diagnostik dan terapi endoskopi maka untuk diagnosis gastritis erosif lebih
dianjurkan pemeriksaan endoskopi. Di samping itu untuk memastikan diagnosa
keganasan gastritis erosif harus dilakukan pemeriksaan histopatologi, sitologi
brushing dengan biopsi melalui endoskopi. Radiologi memiliki keterbatasan
dalam membedakan keganasan atau tidak, sehingga penderita diatas umur 45
tahun yang terdiagnosis dengan x-ray sebaiknya direevaluasi dengan endoskopi,
8-12 minggu setelah terapi.
Endoskopi
Memberikan gambaran diagnostik yang lebih baik dibanding barium radiografi
dan memungkinkan untuk dilakukan biopsi. Karena itu biopsi pada tepi mucosa
selalu dilakukan.
10. Apa diagnosis pasti pada kasus ini?
Perdarahan gastrointestinal et causa gastritis erosiva
11. Bagaimana mekanisme pada kasus ini?
Konsumsi obat-obatan
Iritasi lambung Riwayat gastritits
HCL meningkat
30
Produksi pepsin juga meningkat
Sawar epitel rusak
Sekresi histamin
HCl dan Pepsin terus disekresi
Berdifusi mukosa Defek barier mukosa dan ion H+
Sekresi Histamin meningkat
Dekstruksi sawar mukosa Dilatasi dan permeabilitas
meningkat
Plasma bocor ke lumen lambung
Lambung (erosi)
Erosi sampai pada lapisan
pembuluh darah mukosa Perdarahan
lambung (mukosa kapiler)
Kondisi mukosa lambung Darah bercampur dengan HCl
31
Kurang baik (bewarna hitam)
Prostaglandin menurun Melena dan hematemeisis
Riwayat DM
12. Bagaimana tatalaksana pada kasus ini?
Jawab :
Tatalaksana:
a. Gastritis
- Antasida 3 x 1 tablet, 4 x 30cc, konsumsi 3 x sehari dan sebelum tidur, dan 3 jam
setelah makan.
- Sukralfat, 4 x 1 gr sehari
- Antagonis reseptor H2 / ARH2 , Ranitidin 300mg malam hari
- Proton Pump Inhibitor, Omeprazol 2 x 20mg
. b. Untuk anti H. Pylori
- Terapi tripel
Kombinasinya adalah :
1. PPI 2 x 1
Amoksisilin 2 x 1 g/hari
Klaritromisin 2 x 500 mg
2. PPI 2 x 1
Amoksisilin 2 x 1 g/hari
Metronidazol 2 x 500 mg
3. PPI 2 x 1
Klaritromisin 2 x 500 mg/hari
Metronidazol 2 x 500 mg
Masing-masing diberikan selama 7-10 hari
- Terapi kuadripel
32
Jika gagal dengan terapi tripel maka dianjurkan memberikan regimen dengan
terapi kuadripel, yaitu :
PPI 2 x 1
BismuthSubsalisilat 4 x 2 tablet
MNZ 4 x 250
Tetrasiklin 4 x 500 mg
(Goodman,2007)
13. Bagaimana komplikasi pada kasus ini?
Syok hipovolemik
Sindrom hepatorenal
Koma hepatikum
Anemia karena perdarahan Dubia
(PB PAPDI)
14. Bagaimana prognosis pada kasus ini?
Quo ad Fungsionam: Dubia Bonam
Quo ad Vitam: Bonam
(PB PAPDI. 2005)
15. Bagaimana kompetensi dokter umum untuk kasus ini?
3b. Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan gawat darurat demi menyelamatkan nyawa atau mencegah
keparahan dan/atau kecacatan pada pasien. Lulusan dokter mampu menentukan
rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya. Lulusan dokter juga
mampu menindaklanjuti sesudah kembali dari rujukan.
(SKDI,2012)
16. Apa nilai nilai islam pada kasus ini?
Allah berfirman dalam QS. Asyura : 80 yang artinya :
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” [QS Asy Syu’ara: 80]
Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah : 57 yang artinya :
“…makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami berikan kepada kalian…”
(QS. Al-Baqarah : 57
33
2.5 Kerangka konsep
Konsumsi obat-obatan
Iritasi lambung Riwayat gastritits
HCL meningkat
Produksi pepsin juga meningkat
erosi epitel
HCl dan Pepsin terus disekresi
Erosi sampai pada lapisan
Pembuluh darah mukosa
Hematemesis dan melena
2.6 Kesimpulan
Ny S, 68 th menderita hematemesis dan melena et causa gastritis kronis erosiva
34
Daftar Pustaka
Bakta, I Made. 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC
Davey P,2006. Hematemesis & Melena: dalam At a Glance medicine. Jakarta:
Erlangga.Hlm 36-7
Djojoningrat, D. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Pendekatan Klinis
Penyakit Gastrointestinal. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI. hlm 288
Dorland, W. A. Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28.
Jakarta: EGC.
Eroschenko, Vicror P.2010.Atlas Histologi di Fiore.Jakarra:EGC
Goodman & Gilman. 2007. Dasar Farmakologi Terapi. Jakarta: EGC
Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
Hadi, Sujona. 2002. Gastroenterologi. Edisi ketujuh. Bandung : PT. Alumni
Bandung
Hastings GE, 2005. Hematemesis & Melena.
http://wichita.kumc.edu/hastings/hematemesis.pdf. [diakses pada 24 Maret 2015]
Hustry, 2008. Obat-obat Pada Penyakit Lambung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/manager/file_skripsi/Isi_abstract_758078573151.pdf
[Diakses pada 24 Maret 2015]
Katzung, G. et al, 2012. Farmakologi Dasar & Klinik (Patofisiologi Emetik).
Jakarta: EGC
Lewis, Sj, dan Heaton KW. 1997. Journal Of Gastroenterology vol. 32. National
Institites of Health. Hlm: 920-924.
35
Misnadiarly. 2009. Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau
maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer
Obor
PB PAPDI. 2005. Standar Pelayanan Medik Perhimpunan Dokter Spesialis
Penyakit Dalam Indonesia. Jakarta
Prince and Wilson, 2005. Patofisiologi Edisi ke-6. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Prince, Sylvia A, Lorraine M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Jilid 1. Jakarta: EGC
Richter JM, Isselbacher KJ. 1999. Prinsip Ilmu Penyakit Dalam Harrison.
Jakarta: EGC.
Sherwood, L. 2013. Fisiologi Manusia. Jakarta : EGC. Hlm: 692
Snell, Ricahard S. 2006. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta: EGC
Sudoyono dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing Surabaya.
36
Recommended