View
125
Download
14
Category
Preview:
Citation preview
LAPORAN TUTORIAL
Skenario B Blok 5
Tutor : dr. Ella
Kelompok 4:
Rani Iswara (04111401001)
M. Albie (04111401011)
Chynta Rahma Vanvie (04111401014)
Eliya (04111401031)
Nuriasani Yukendri (04111401035)
Nini Irmadoly (04111401036)
Natasha Permata Andini (04111401038)
Sharanjit Kaut Autar Singh (04111401090)
Sivananthini J Sivakumar (04111401091)
Jaskeran Kaur Dhaliwal A Singh (04111401092)
Kirubhashini Ellanggoven (041114010100)
PENDIDIKAN DOKTER UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas ridho dan karunia-Nya laporan
tutorial Skenario B Blok 5 ini dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian
dari sistem pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih memiliki banyak kekurangan dan
kelemahan, untuk itu sumbangan pemikiran dan masukan dari semua pihak sangat
kami harapkan agar di lain kesempatan laporan tutorial ini akan menjadi lebih baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada dr. Ella selaku tutor kelompok yang telah
membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial kali ini. Selain itu, kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu tersusunnya laporan
tutorial ini. Semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi semua pihak.
Palembang, 9 Desember 2011
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Judul……………………………………………………………………………………………...
.
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………
Daftar Isi …...…………………………………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………….
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………………….
A. Data Tutorial …………………………………………………………………………….
B. Scenario Kasus ………………………………………………………………………….
C. Paparan .…………………………………………………………………………………
I. Klarifikasi Istilah ……………………………………………………………….
II. Identifikasi Masalah ……………………………………………………………
III. Analisis Masalah ……………………………………………………………….
IV. Kerangka konsep ……………………………………………………………….
V. Learning Objective……………………………………………………………...
1. Osteoporosis ………………….. ………………………………………
2. Sakit pinggang …………………………………………………………
3. Anatomi Columna Vetebralis Lumbo Sacral …...……………….
4. Siklus menstruasi…………………………….…………………………
5. Menopause ……………………………………………………………
6. Histologi Jaringan Tulang Kompakta dan Spongiosa ...................
7. Histologi Jaringan Tulang ……………………………………….
8. Pembentukan Tulang dan Densitas Tulang
9.
BAB III PENUTUP …………………………………………………………………………….
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………
1
2
3
4
4
5
5
5
7
7
9
11
30
31
31
14
17
19
19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Blok Keterampilan Belajar, Komunikasi, dan Dasar Ilmiah adalah blok pertama pada
semester 1 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Umum
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan pembelajaran
untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada waktu yang akan datang. Penulis
memaparkan kasus yang diberikan mengenai Ny. OSTE, 48 tahun, pegawai administrasi
suatu perusahaan swasta berkembang. Ibu ini mengeluh sering sakit pinggang bawah
menahun sejak 3 tahun yang lalu, nyeri semakin terasa sejak satu tahun belakangan.
Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum tutorial ini, yaitu:
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari sistem pembelaj
aran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis dan
pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Data Tutorial
Tutorial Skenario B Blok 5
Tutor : dr. Ella
Moderator : M. Albie
Sekretaris : Chynta rahma Vanvie
Notulen : Nuria Yukendri
Waktu : Senin, 5 Desember 2011
Rabu, 7 Desember 2011
Peraturan tutorial :
1. Alat komunikasi dinonaktifkan atau di-silent.
2. Semua anggota tutorial harus aktif mengeluarkan pendapat
dengan mengacungkan tangan terlebih dahulu dan setelah
dipersilahkan oleh moderator.
3. Tidak diperkenankan kepada anggota tutorial untuk
meninggalkan ruangan selama proses tutorial berlangsung
kecuali apabila ingin ke kamar kecil.
B. Skenario Kasus
Ny. OSTE, 48 tahun, pegawai administrasi suatu perusahaan swasta berkembang,
datang ke Klinik Dokter Keluarga untuk konsultasi kesehatan. Ibu ini mengeluh sering
sakit pinggang bawah menahun sejak 3 tahun yang lalu, nyeri semakin terasa sejak satu
tahun belakangan. Nyeri tidak menjalar, tidak dipengaruhi oleh mobilitas, berkurang
atau hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa obat.
5
Ibu ini tidak pernah mengalami trauma di daerah pinggang, tidak menderita
penyakit tertentu, kurang aktivitas fisik, tidak sedang mengkonsumsi obat dalam jangka
lama.
Ny. OSTE sejak satu tahun tidak lagi mengalami haid.
Pernah melakukan pemeriksaan densitas tulang gratis yang diadakan oleh perusahaan
obat tertentu dan hasilnya dinyatakan bahwa massa tulangnya mengalami penurunan,
dia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen yang mengandung glucosaminoglican,
mengkonsumsi vit D dan vit C dosis tinggi dan banyak minum susu calcium tinggi dan
makanan dengan kandungan protein cukup.
Pada pemeriksaan fisik didapat :
Tinggi badan 158 cm, berat badan 51 kg, punggung skoliosis ringan
Pemeriksaan labor sederhana didapat :
Darah rutin dalam batas normal
Urin rutin dalam batas normal
Kimia darah : Ca, alkalium phosphate, asam urat normal
Kadar progesterone rendah
Pemeriksaan rongent : tulang belakan Lumbosacral ; densitas tulang menurun
homogeny ringan, cortical menipis ringan, tidak ada crush fractures
Kata kunci : nyeri menahun tidak dipengaruhi mobilitas fisik, massa tulang,
menopause
6
C. Paparan
I. Klarifikasi Istilah
Mobilitas : Kemampuan untuk bergerak.
Nyeri : Sakit pada satu bagian tubuh.
Trauma : Keadaan jiwa/tingkah laku yang tidak normal sebagai akibat dari
tekanan jiwa/cedera jasmani: luka berat.
Haid : Keadaan fisiologik dan siklik berupa pengeluaran sekret yang
terdiri dari darah dan jaringan mukosa dari uterus nongravid
melalui vagina.
Skoliosis : Pelengkungan vertebral ke arah lateral tubuh.
Densitas tulang : Kerapatan/ kepadatan tulang.
Glucosaminoglican : Rantai panjang polisakarida yang tidak bercabang dan terdiri
dari beberapa unit disakarida; komponen penyusun jaringan ikat.
Vitamin C : Satu jenis vitamin yang larut dalam air dan dikenal dengan
nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat.
Vitamin D : Salah satu dari senyawa larut lemak yang mempunyai aktifitas
artirakhitis.
Alkalium phosphate : Enzim hidrolase yang bertanggung jawab untuk mengeluarkan
gugus fosfat dari berbagai jenis molekul, termasuk nukleotida,
protein, dan alkaloid.
Asam urat : Senyawa yang sukar larut air yang merupakan hasil akhir
metabolisme purin.
Progestron : Hormon progestasional utama yang dilepaskan oleh korpus
luteum, korteks adrenal, dan plasenta; hormone ini berfungsi
mempersiapkan uterus menjadi tempat penerima dan
perkembangan sel telur yang telah dibuahi dengan memicu
7
transformasi endometrium dari stadium proliferatif menjadi
stadium sekretorik
Crush fracture : Patah atau retak pada tulang.
Tulang belakang lumbosacral : Tulang belakang di daerah pinggang dan sacrum.
Cortical : Lapisan luar suatu organ atau stuktur lain, sebagaimana
dibedakan dari subtansi internalnya.
Menopause : Masa berhentinya menstruasi.
Suplemen : Suplemen adalah makanan kesehatan yang berfungsi sebagai
penambah atau penunjang kesehatan tubuh.
Kalsium : Unsure kimia, nomor atom 20. Garam kalsium fosfat
membentuk subtansi padat dank eras pada gigi dan tulang. Ion
kalsium 2+ terlibat dalam berbagai proses fisiologik.
8
II. Identifikasi Masalah
N
O
KENYATAAN KESESUAIAN KONSEN
1 Ny. OSTE, 48 tahun, pegawai administrasi
suatu perusahaan swasta berkembang,
datang ke Klinik Dokter Keluarga untuk
konsultasi kesehatan.
SESUAI
HARAPAN
-
2 Ny. OSTE mengeluh sering sakit pinggang
bawah menahun sejak 3 tahun yang lalu,
nyeri semakin terasa sejak satu tahun
belakangan.
TIDAK SESUAI
HARAPAN
VVV
3 Nyeri tidak menjalar, tidak dipengaruhi oleh
mobilitas, berkurang atau hilang dengan
sendirinya dalam beberapa hari tanpa obat,
Ny. OSTE juga tidak pernah mengalami
trauma di daerah pinggang, tidak menderita
penyakit tertentu, kurang aktivitas fisik,
tidak sedang mengkonsumsi obat dalam
jangka lama.
TIDAK SESUAI
HARAPAN
V
4 Ny. OSTE sejak satu tahun tidak lagi
mengalami haid.
SESUAI
HARAPAN
5 Pemeriksaan densitas tulang menyatakan
bahwa massa tulang Ny. OSTE mengalami
penurunan
TIDAK SESUAI
HARAPAN
VV
6 Dia dianjurkan untuk mengkonsumsi
suplemen yang mengandung
glucosaminoglican, mengkonsumsi vit D
dan vit C dosis tinggi dan banyak minum
TIDAK SESUAI
HARAPAN
V
9
susu calcium tinggi dan makanan dengan
kandungan protein cukup.
7 Pada pemeriksaan fisik didapat : Tinggi
badan 158 cm, berat badan 51 kg, punggung
skoliosis ringan
TIDAK SESUAI
HARAPAN
VV
8 Hasil pemeriksaan labor Ny. Oste adalah
darah rutin dalam batas normal, urin rutin
dalam batas normal, kimia darah: Ca,
alkalium phosphatase, asam urat normal,
dan kadar progesterone rendah.
TIDAK SESUAI
HARAPAN
VV
9 Pemeriksaan rongent : tulang belakang
Lumbosacral ; densitas tulang menurun
homogen ringan, cortical menipis ringan,
tidak ada crush fractures.
TIDAK SESUAI
HARAPAN
VV
10
III. Analisis Masalah
1. Ny. OSTE, 48 tahun, pegawai administrasi suatu perusahaan swasta berkembang,
datang ke Klinik Dokter Keluarga untuk konsultasi kesehatan.
2. Ny. OSTE mengeluh sering sakit pinggang bawah menahun sejak 3 tahun yang lalu,
nyeri semakin terasa sejak satu tahun belakangan.
a. Bagaimana stuktur anatomi pinggang ?
Pinggang termasuk kedalam tulang columna vetebralis. Columna vetebralis terdiri atas 33
vetebrae, yaitu 7 vetebra cervicalis, 12 vetebra thoracicus, 5 vetebra lumbalis, 5 vetebra
sacralis (yang bersatu membentuk os.sacrum), dan 4 vetebra coccygis (tiga yang dibawah
umumnya bersatu). Pinggang sendiri, termasuk kedalam vertebra lumbalis.
Ciri-ciri vertebra lumbalis tipikal :
1. Corpus besar dan membentuk ginjal
2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang
3. Lamina tebal
4. Foramina vertebrale berbentuk segitiga
5. Processus transversus pajang dan langsing
11
6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah
kebelakang
b. Apakah ada kaitan antar umur Ny. OSTE dengan keluhan yang dialaminya?
Ada, Ny. OSTE yang berumur 48 tahun sedang mengalami pembentukan tulang
maksimal. Hal ini dikarenakan ketika umur seseorang telah menginjak 45 tahun ke
atas pembentukan tulang maksimal terjadi, dan terdapat pula faktor penghambat
pembentukan tulang tersebut salah satunya ialah menopause. Pada masa
pramenopause hormone esterogen berkurang sehingga meningkatkan aktifitas
osteoklas dan menyebabkan tulang terkikis serta cepat rapuh.
c. Bagaimana patofisiologi terjadinya sakit pinggang?
Pada kasus ini, nyeri pinggang yang dialami Ny. OSTE disebabkan oleh
perenggan tulang pada Lumbosacral diakibatkan tidak adanya lagi cadangan matriks
organic yang membantu dalam pembentukan tulang. Sehingga nyeri yang dialami Ny.
OSTE tidak menjalar, hanya di daerah tulang yang mengalami perenggangan.
Kolaps tulang belakang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang
yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan.
Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari punggung,
yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah
tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara
bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang
hancur, maka akan terbentuk kelengkungan yang abnormal dari tulang belakang, yang
menyebabkan ketegangan otot dan sakit.
d. Bagaimana stuktur histologis di bagian ekstrimitas bawah (pinggang) ?
Struktur penting yang membentuk pinggang antara lain : tulang belakang
(vertebra), sendi tulang belakang, ligamentum yang mengikat tulang belakang, serat
saraf, otot, organ dalam perut dan pelvis serta kulit yang menutupi daerah pinggang.
12
Tulang belakang diciptakan sedemikian rupa sehingga mampu bergerak
sesuai kehendak sembari melindungi serat saraf yang ada di dalamnya.
Dibagian belakang setiap tulang, terbentuk tonjolan khusus yang
disebut prosesus spinosus yang salah satu fungsinya adalah melindungi
serat saraf yang lewat di depannya.
Diskus atau piringan sendi adalah bagian atas dan bawah dari tulang
belakang yang menghubungkan antara satu tulang dengan tulang yang lain.
Selain memudahkan pergerakan, diskus ini juga berfungsi untuk
meminimalisasi tekanan yang terjadi pada rongga serat saraf.
Ligamentum adalah jaringan ikat yang sangat kuat guna memegang tulang
belakang agar tidak terlepas satu dengan yang lainnya.
Serat saraf yang lewat melalui tulang belakang berfungsi untuk
menghantarkan rasangan sensoris maupun motoris ke organ yang ada di
bawahnya.
e. Bagaimana stuktur histologis tulang ?
Unsur yang membentuk tulang adalah mineral sekitar (65%), matriks(35%) sel sel
osteoblas, osteoklas, osteosit dan air. Matriks tulang korteks dan trabekula tersusun
atas matriks organik dan anorganik. Komponen anorganik merupakan 65% dari
seluruh masa tulang sedangkan, komponen organik sekitar 20% dan
air 10%. Kolagen tulang merupakan komponen organik terbesar yang membentuk
dan memungkinkan tulang menahan regangan sedangkan anorganik atau mineral
berfungsi menahan beban tekanan.
Jaringan tulang merupakan jaringan penghubung, seperti jaringan penghubung
lainnya, tulang terdiri dari sel-sel yang mempunyai fungsi tertentu, dan matriks yang
terdiri dari serat protein dan sustansi dasar. Komposisi tulang adalah dua pertiga dari
berat tulang adalah kalsium fosfat. Interaksi antara kalsium fosfat dan kalsium
hidroksida akan menghasilkan kristal hidroksiapatit yang dapat berikatan dengan
garam-garam Ca, seperti kalsium karbonat, ion Na, K dan F. Hampir sepertiga dari
tulang adalah serabut kolagen sedangkan osteosit dan sel tulang lainnya hanya 2% dari
masa tulang.
13
Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang yaitu:
1. Osteosit, (Osteocytus), Sel tulang dewasa
Osteosit adalah bentuk matur osteoblas dan merupakan sel utama tulang. Sel
ini juga lebih kecil daripada osteoblas. Seperti kondrosit pada tulang rawan,
osteosit terperangkap dalam matriks tulang yang diproduksi oleh osteoblas.
Osteosit berada dekat dengan pembuluh darah. Berbeda dengan tulang rawan,
hanya terdapat satu osteosit dalam daripada tulang rawan, nutrient dan
metabolit tidak dapat bebas berdifusi menuju osteosit. Karena itu, tulang
sangat vascular dan memiliki system saluran khusus atau kanal halus yang
disebut kanalikuli (canaliculi), yang bermuara ke dalam osteon.
2. Osteoblas, (oseoblastus), Sel berbentuk kubus.
Ostoblas terdapat pada permukaan tulang. Osteoblas menyintesis,
menyekresi, dan mengendapkan osteoid (osteoideum), komponen organic
matriks tulang baru. Osteoid adalah matriks tulang yang tidak terklasifikasi
dan tidak mengandung mineral, namun tidak lama setelah diendapkan,
osteoid segera mengalami mineralisasi dan menjadi tulang.
3. Osteoklas,( Osteoclastus), Sel berukuran besar.
Osteoklas adalah sel multinukleus besar yang terdapat di sepanjang
permukaan tulang tempat terjadinya resorpsi, remodeling, dan perbaikan
tulang. Sel ini tidak terbentuk turunan sel osteoprogenitor. Osteoklas berasal
dari penyatuan sel-sel progenitor hemopoietik atau darah yang termasuk
turunan sel makrofag mononuklearis-monosit di sumsum tulan. Fungsi utama
osteoklas adalah resorpsi tulang selama remodeling (pembaruan atau
restrukturisasi). Osteoklas sering terdapat di dalam lekuk dangkal pada
matriks tulang yang disebut lacuna Howship. Enzim- enzim lisosom yang
dikeluarkan oleh osteoklas mengikis cekungan ini.
4. Osteoprogenitor
14
Sel osteoprogenit adalah sel induk pluripoten tidak berdiferensiasi yang
berasal dari jaringan ikat mesenkim. Sel-sel ini teratek di lapisan dalam
jaringan ikat periosteum dan di lapisan endosteum dalam melapisi rongga
sumsum, osteon (system Havers), dan kanalis perforans (canalis perforans)
tulang. Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah nutrisi tulang dan
memberikan suplai bagi osteoblas baru untuk pertumbuhan, remodeling, dan
perbaikan tulang. Selam pembentukan tulang, sel osteoprogenitor
berploriferasi dengan mitosis dan berdiferensiasi menjadi osteoblas, yang
kemudian menyekresi serat kolagen dan matriks tulang.
Tulang merupakan bentuk khusus jaringan ikat dan terdiri dari sel, serat, dan
matriks ekstraselular. Karena pengendapan mineral dalam matriks, tulang mengalami
klasifikasi. Akibatnya, tulang menjadi keras dan dapat menahan baban labih besar
dibandingkan dengan tulang rawan, berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan
memberikan tempat perlekatan bagi otot dan organ.
Pemeriksaan tulang pada potongan melintang memperlihatkan dua jenis tulang,
tulang kompak (textus osseus compactus) dan tulang spongiosa/ kanselosa (textus
osseus spongiosus). Pada tulang panjang, bagian silindris luar adalah tulang kompak
padat. Permukaan dalam tulang kompak di dekat rongga sumsum (cavitas medullaris)
adalah tulang spongiosa (kanselosa). Tulang kanselosa mengandung banyak daerah
yang saling berhubungan dan tidak padat, namun kedua jenis tulang memiliki
gambaran mikroskopik serupa.
Matriks tulang terdiri dari sel hidup dan material ekstraselular. Karena matriks
tulang mengalami kalsifikasi atau mineralisasi, matriks tulang jauh lebih keras
daripada tulang rawan. Nutrien dan metabolit tidak mudah berdifusi melalui matriks
terkalsifikasi, oleh karena itu, matriks tulang sangat vascular. Matriks tulang
mengandung komponen organic dan inorganic. Komponen organic memungkinkan
tulang untuk menahan tegangan, sedangkan komponen mineral menahan tekanan.
Komponen organic utama matriks tulang adalah serat kolagen tipe I, yang
terutama mengandung protein. Komponen organic lain adalah glikosaminoglikan
sulfat dan asam hialuronat yang membentuk agregat proteoglikan besar. Glikoprotein
15
osteokalsin dan osteopotin berkaitan erat dengan Kristal kalsium selama mineralisasi
tulang. Protein matriks lainnya, sialoprotein berikatan erat dengan Kristal kalsium
selama mineralisasi tulang. Protein matriks lainnya, sialoprotein, mengikat osteoblas
pada matriks ekstraseluler melalui intergrin protein membrane plasma.
Komponen inorganic matriks tulang terdiri dari mineral kalsium dan fosfat dalam
bentuk Kristal hidroksiapatit (cyrstallum hydroxyapatiti). Ikatan serat kolagen kasar
dengan Kristal hidroksiapatit menyebabkan tulang menjadi keras, tahan lama, dan
kuat. Selain itu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan hormon seperti hormone
paratiroid dari kelenjar paratiroid dan kalsitonin dari kelenjar tiroid ikut
mempertahankan kadar normal mineral dalam darah.
Histologi tulang kompak (potongan transversal)
1. Lamela sirkumferensial dalam 7. Lamela sirkumferensial luar
2. Kanalikuli 8. Lamela
3. Osteon (sistem havers) 9. Lakuna
a. Kanalis (havers) sentralis 10. Osteon (sistem havers)
b. Lamela 11. Linia cementalis
c. Lakuna 12. Lamela interstisialis
4. Linia cementalis
16
5. Lamela interstisialis
6. Kanal (volkmann) perforans
Pada tulang kompak, serat kolagen tersusun dalam lapisan-lapisan tulang yang
tipis disebut lamella (lamella ossea) yang saling sejajar di bagian tepi tulang, atau
tersusun konsentris mengelilingi suatu pembuluh darah. Di tulang panjang, lamella
sirkumferensial luar (lamella circumferentialis externa) terlatak di dalam periosteum.
Lamela sirkumferensial dalam ( lamella circumferentialis interna) mengelilingi rongga
sumsum tulang. Lamela konsntrik (lamella osteoni) mengelilingi saluran-saluran
dengan pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar yang disebut osteon (system
Havers). Ruang di osteon yang mengandung pembuluh darah dan saraf adalah kanalis
sentralis (havers). Sebagian besar tulang kompak terdiri dari osteon (osteonum).
Lacuna dengan osteosit dan terhubung melalui kanalikuli ditemukan di antara lamella
pada etiap osteon.
Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga
tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Kanal Havers tulang
spongiosa terlihat jauh lebih besar dan mengandung lebih sedikit lamela.
Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan
lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang kedalam trabekula. Lebih dari
90 % protein dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I.
Gambar struktur tulang spongiosa dan trabekula.
17
Struktur histology tulang seperti sarang lebah, tetapi jika terjadi Osteoporosis, maka
ruang antar sarang menjadi renggang. Keadaan tersebut mencerminkan kehilangan
densitas tulang dan kekuatannya.
f. Mengapa sakit yang dirasakan semakin terasa semenjak satu tahun belakangan ?
Sakit yang dirasakan Ny. OSTE semakin menjadi semenjak satu tahun belakangan
dikarenakan nyeri yang diakibatkan perenggan tulang diperparah dengan menopause
yang dialami Ny. OSTE satu tahun belakangan. Karena kadar esterogen menurun
sehingga aktifitas osteoklast dalam tulang meningkat sehingga pengikisan tulang dari
luar lebih cepat dibandingkan pembentukan matriks tulang dari dalam.
3. Nyeri tidak menjalar, tidak dipengaruhi oleh mobilitas, berkurang atau hilang dengan
sendirinya dalam beberapa hari tanpa obat, Ny. OSTE juga tidak pernah mengalami
trauma di daerah pinggang, tidak menderita penyakit tertentu, kurang aktivitas fisik,
tidak sedang mengkonsumsi obat dalam jangka lama.
a. Apa pengaruh aktifitas fisik dengan nyeri pinggang?
Ny. OSTE diketahui kurang memiliki aktifitas fisik, dan nyeri pinggang itu sendiri
biasa terjadi pada tubuh manusia dipicu oleh kondisi under use atau kurang gerak.
Kurang gerak dapat memicu kekakuan otot sehingga saat tubuh dikondisikan untuk
mengangkat benda berat atau banyak bergerak, timbulah rasa nyeri tersenyeri tersebut.
b. Mengapa nyeri tidak menjalar, tidak dipengaruhi oleh mobilitas, berkurang atau
hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari tanpa obat?
18
Karena nyeri disebabkan oleh perubahan struktur jaringan tulang yang tidak
mengganggu sistem persarafan. Bila yang mengalami gangguan pada fungsi
persarafan, misalnya demyelinisasi saraf atau saraf mengalami kompresi, maka akan
timbul rasa nyeri yang menjalar di sepanjang daerah yang dipersarafi oleh saraf yang
mengalami gangguan tersebut. Nyeri dapat hilang sendiri dengan merelaksasikan
kembali otot-otot yang tegang, sehingga rasa nyeri dapat berkurang.
c. Apakah ada hubungan antara trauma di pinggang dengan rasa nyeri seperti yang
dialami ny. OSTE?
Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung-ujung saraf bebas mengalami
kerusakan akibat benturan, gesekan ataupun luka. Trauma termis menimbulkan nyeri
karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas dan dingin. Trauma
kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat. Trauma elektrik dapat
menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa
nyeri sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis merupakan nyeri yang
dirasakan bukan karena penyebab organik, melainkan akibat trauma psikologis dan
pengaruhnya terhadap fisik. Adanya trauma maupun crush fracture dapat
menyebabkan penekanan saraf yang ada pada bagian lumbosakral sehingga
menimbulkan rasa nyeri.
d. Apakah ada hubungan antara konsumsi obat jangka panjang dengan rasa nyeri
seperti yang dialami ny. OSTE?
Beberapa zat yang dikandung dalam obat, seperti tiroid, dapat merangsang
osteoblast untuk proses remodeling. Obat – obatan golongan corticosteroid seperti
dekstaminason dan repnison. Obat jenis ini dapat menyebabkan kerapuhan pada
tulang sehingga mengakibatkan nyeri pada tulang. Hal ini terjadi karena obat jenis
corticosteroid dapat mengakibatkan berkurangnya penyerapan kalsium pada usus
sehingga mengakibatkan berkurangnya deposit kalsium pada tulang. Rasa nyeri
akibat mengkonsumsi obat ini paling sering timbul pada bagian lumbosakral sebab
bagian tersebutlah yang menyokong sebagian besar beban tubuh kita dalam berbagai
posisi tubuh (aktivitas).
19
4. Ny. OSTE sejak satu tahun tidak lagi mengalami haid.
a. Bagaimana keterkaitan menopause dengan nyeri pinggang yang dialami Ny. OSTE
?
Pada saat menopause hormone progesterone dan esterogen menurun. Hal ini
disebabkan karena menghilangnya fungsi ovarium pada tubuh. Sehingga bila
esterogen turun dapat menghambat hormone paratiroid untuk mengabsorbsi kalsium
dan fosfat dalam darah. Sehingga pembentukan tulang semakin terhambat sementara
aktifitas osteoklas kian meningkat. Hal tersebut memicu terjadinya pengikisan tulang
pada pinggang, dan menyebabkan perengganggan sehingga timbul rasa nyeri pada
pinggang Ny. OSTE.
Hormon estrogen berperan penting dalam pengaturan dasar remodeling tulang dan
terapeutik pada wanita. Penurunan estrogen dapat menurunkan produksi matriks
osteoid, peningkatan pembentukan tulang trabekular, dan memacu proses resorpsi
tulang dan peningkatan turnover tulang.Hormon glukokortikoid juga dapat
menyebabkan peningkatan sensitivitas osteoclast terhadap efek resorbsi tulang dari
konsentrasi PTH yang beredar di sirkulasi. Reseptor estrogen yang berada di dalam
sitosol, yaitu reseptor estrogen α (ERα), dan ER β diekspresikan terbanyak pada
jaringan epitel dan mesenkim termasuk osteoblast. Stimulasi reseptor estrogen pada
osteoblast akan mengaktivasi aktivitas anabolik osteoblast dan menurunkan
mengaktivasi osteoclast dan menghalangi aktivitas resorbsi tulang. Reseptor estrogen
tidak hanya dapat mengikat estrogen, tetapi dapat juga mengikat modulator
reseptorestrogen selektif (SERMs), yang mengaktivasi reseptor estrogen pada tulang.
Hormon estrogen juga berperan dalam pengaturan prostaglandin. Prostaglandin E2
(PGE2) merupakan stimulator yang kuat terhadap proses resorpsi tuang dan
pembentukan osteoclast.
Pengikisan tulang oleh osteoclast yang terlalu cepat dan pembentukan matriks
tulang baru dari dalam yang tidak bisa mengimbangi pengikisan tulang dari luar akan
membuat tulang menjadi rapuh. Hal ini bisa menyebabkan osteoporosis yang disertai
gejala seperti sakit pinggang (daerah lumbosakral). Jika sudah parah, maka bisa
mengakibatkan fraktur yang bisa menekan saraf dan menyebabkan nyeri yang
menjalar di sepanjang columna vertebra, terutama di pinggang bahkan nyeri sampai
ke paha.
20
b. Apa saja perubahan yang terjadi pada periode peri, menopause dan pasca
menopause pada wanita ?
Pada wanita menopause, produksi hormon progesteron dan esterogen menjadi
sangat rendah.Bahkan ada saat dimana ovarium berhenti mensekresikan hormon
estrogen dan progesteron. Hal inil akan menimbulkan perubahan fisiologis pada
tubuh wanita. Menopause sendiri terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama
menopausal transition atau lebih sering disebut perimenopause. Tahap ini
berlangsung beberapa tahun sebelum menstruasi terakhir, kemudian tahap ini
berakhir setahun setelah menstruasi terakhir. Setelah itu, wanita akan mengalami
masa postmenopause dan berlangsung hingga akhir hayat.
klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa
senium, yang bukan merupakan suatu keadaan patologik, melainkan suatu
masa peralihan yang normal. Masa ini berlangsung sebelum dan beberapa
tahun sesudah menopause. Masa premenopause, menopause dan pasca
menopause dikenal sebagai masa klimakterium. Klimakterium dapat dikatakan
mulai sekitar 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira 6-7 tahun
sesudah menopause. Pada wanita dalam masa ini, terjadi juga keluhan-keluhan
yang disebut sindroma klimakterik. Keluhan-keluhan ini dapat bersifat psikis
seperti mudah tersinggung, depresi, kelelahan, semangat kurang dan susah
tidur. Gangguan neurovegetatif dapat berupa hot flashes, keringat banyak, rasa
kedinginan, sakit kepala, dll.
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir yang
disebabkan menurunnya fungsi ovarium. Diagnosa dibuat setelah terdapat
amenorea (tidak haid) sekurang-kurangnya satu tahun. Berhentinya haid dapat
didahului oleh siklus yang lebih panjang dengan perdarahan yang berkurang.
Umumnya batas terendah terjadinya menopause adalah umur 44 tahun.
Menopause dapat terjadi secara artificial karena operasi atau radiasi yang
umumnya menimbulkan keluhan yang lebih banyak dibandingkan dengan
menopause alamiah.
Masa Senile
21
Pada masa ini telah tercapai keseimbangan hormonal yan baru sehingga tidak
ada lagi gangguan vegetatif maupun psikis. Yang mencolok pada masa ini
adaah kemunduran alat-alat tubuh dan kemampuan fisik sebagai proses
menjadi tua. Dalam masa ini pula osteoporosis terjadi pada wanita dengan
intensitas yang berbeda. Walaupun sebab-sebabnya belum jelas betul, namun
berkurangnya hormon steroid dan berkurangnya aktivitas osteoblast memegang
peranan dalam hal ini. Ganggguan-gangguan lain yang dapat timbul antara lain
vagina menjadi kering sehingga timbul rasa nyeri pada waktu bersetubuh, nyeri
pada waktu berkemih dan terasa ingin terus buang air kecil.
5. Pemeriksaan densitas tulang menyatakan bahwa massa tulang Ny. OSTE mengalami
penurunan.
a. Apa keterkaitan antara penurunan densitas tulang dengan menopause ?
Peningkatan densitas tulang dimulai pada masa pubertas, pada usia 10 tahun ke
atas hingga awal 20 tahun, setelah usia 30 tahun massa tulang berkurang 0.5%-1%
pertahun, kemudian pada masa menopause turun 1% - 2% pertahun berlangsung
hingga 5-10 tahun. Penurunan densitas tulang meningkat pada masa menopause hal
ini dikarenakan meningkatnya aktifitas osteoklas sehingga terjadi pengikisan pada
tulang dan menyebabkan massa tulang menurun.
b. Apa faktor yang menyebabkan penurunan densitas tulang?
Penurunan kepadatan tulang pada wanita pascamenopause terjadi karena indung
telur mengalami penurunan dalam produksi hormon estrogen. Penurunan produksi
hormon estrogen akan diikuti dengan meningkatnya kalsium yang terbuang dari
tubuh seorang wanita. Hal ini secara berangsur akan menyebabkan penurunan
kepadatan tulang atau terjadi pengurangan dalam massa jaringan tulang per unit
volum, sehingga tulang menjadi tipis, lebih rapuh dan mengandung sedikit kalsium
atau tulang semakin keropos. Proses pengeroposan tulang ini disebut osteoporosis.
Penurunan kepadatan tulang dengan risiko osteoporosis pada wanita meningkat
secara nyata di usia 50 tahun yaitu sekitar usia menopause. Penurunan kepadatan
tulang pada wanita pascamenopause selain disebabkan karena menurunnya kadar
22
estrogen, juga dapat disebabkan oleh faktor lain yang ikut mempengaruhi kepadatan
tulang yaitu aktivitas fisik, asupan kalsium, asupan vitamin D, asupan fluorida, dan
asupan kalium. Begitu pula pengaruh paritas, lamanya menyusui, kebiasaan
merokok, mengkonsumsi alkohol dan kafein, serta asupan fosfor (pospat), berat
badan kurang dan asupan protein juga dianggap sebagai faktor yang dapat
menyebabkan osteoporosis.
c. Apa dampak penurunan densitas tulang bagi tubuh?
Dampak penurunan densitas tulang adalah memiliki resiko tinggi terkena
osteoporosis dan fracture, serta kesulitan melakukan aktivitas (keterbatasan gerak
karena rasa nyeri).
d. Apa keterkaitan penurunan densitas tulang dengan sakit pinggang?
Salah satu tempat yang sering mengalami penurunan densitas tulang ialah
pinggang. penurunan massa tulang menyebabkan , tulang menjadi rapuh serta
memiliki kesulitan dalam menopang tubuh saat melakukan aktivitas yang dilakukan,
sedangkan tulang lumbosakral (daerah pinggang)
6. Dia dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen yang mengandung glucosaminoglican,
mengkonsumsi vit D dan vit C dosis tinggi dan banyak minum susu calcium tinggi dan
makanan dengan kandungan protein cukup.
a. Mengapa Ny.Oste dianjurkan untuk mengkonsumsi suplemen yang mengandung
glucosaminoglican?
Kondroitin yang lebih dikenal dengan nama Kondroitin sulfat adalah
glikosaminoglikan (GAG) tersulfatisasi yang tersusun atas rantai gula bercabang (N-
asetilgalaktosamin dan asam glukuronat). Ia biasanya ditemukan menempel pada
protein sebagai bagian dari senyawa proteoglikan. Rantai kondrotin dapat memiliki
lebih dari 100 gula individual yang dapat tersulfatisasi di setiap bagian variabel.
Kondroitin sulfat merupakan komponen struktural penting penyusun jaringan
kartilago dan berperan dalam meningkatkan ketahanannya terhadap tekanan.
Bersama dengan glukosamin, kondroitin sulfat digunakan secara luas sebagai
suplemen makanan untuk mencegah osteoartritis
23
Fungsi
Fungsi dari kondroitin sangat tergantung pada sifat proteoglikan yang
ditempelinya. Fungsi dari senyawa ini dapat dibedakan secara struktural atau
regulatoral. walaupun demikian, tidak tertutup kemungkikan bahwa beberapa
proteoglikan dapat memiliki kedua fungsi tersebut sekaligus.
Struktural
Kondroitin sulfat merupakan komponen mayor dari matriks ekstraselular dan
penting dalam mempertahankan kesatuan dari jaringan. Fungsi ini merupakan
karakteristik khusus dari proteoglikan agregat besar seperti aggrekan, versikan,
brevikan, dan neurokan. Sebagai bagian aggrekan, kondroitin sulfat adalah komponen
mayor penyusun kartilago. Kondrotin sulfat yang bermuatan dapat menimbulkan gaya
elektrostatik yang mampu meningkatkan tahanan kartilago terhadap tekanan.
Kekurangan kondroitin sulfat dari jaringan kartilago merupakan penyebab mayor dari
osteoartritis.
Regulasi
Di dalam matriks ektraseluler, kondroitin sulfat dapat berinteraksi dengan protein
karena muatan negatifnya. Interaksi ini penting untuk meregulasi jalur lalulintas
aktivitas seluler. Di dalam jaringan saraf, kondroitin sulfat meregulasi pertumbuhan
dan perkembangan sistem saraf dan respons sistem saraf terhadap cedera.
Penggunaan Medis
Kondroitin merupakan bahan yang umumnya dapat ditemukan di dalam suplemen
makanan. Ia juga biasa digunakan sebagai obat alternatif untuk mengatasi osteoartritis
dan juga diterima sebagai obat gejala aksi-lambat untuk penyakit serupa di Europa dan
negara lain.
Farmakologi
Dosis oral dari kondroitin untuk digunakan di dalam uji klinis manusia adalah
800–1,200 mg per hari. Kebanyakan kondroitin dibuat dari jaringan kartilago sapi dan
babi (trakea sapi dan telinga serta hidung babi). Beberapa sumber lain seperti kartilago
24
hiu, ikan dan unggas juga digunakan. Dikarenakan kondroitin bukanlah substansi yang
seragam dan secara alami muncul dalam berbagai variasi dan bentuk, komposisi pasti
dari setiap suplemen dapat berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena perusahaan-
perusahaan pembuat suplemen membuat produknya dengan memenuhi Proses
Manufaktor yang Baik (Good Manufacturing Process/GMP) untuk makanan manusia,
bukan dengan standar pembuatan bagi industri farmasi sehingga produk yang
dihasilkan juga tidak memenuhi standar farmasi. Belum ada efek yang signifikan dari
overdosis kondroitin untuk pemakaian jangka panjang.. European League Against
Rheumatism (EULAR) mengonfirmasi kondrotin sulfat sebagai salah satu obat
teraman untuk mengatasi osteoartritis.
Sumber Kondroitin
Saat ini, belum ada sumber alami yang signifikan bagi kondroitin sulfat
mengingat banyaknya variasi bentuknya. Sumber kondroitin yang signifikan dapat
diperoleh dari suplemen makanan.
7. Pada pemeriksaan fisik didapat : Tinggi badan 158 cm, berat badan 51 kg, punggung
skoliosis ringan
a. Bagaimana BMI (Body Mass Index) Ny. Oste?
Tinggi badan Ny. Oste : 158 cm = 1,58 m
Berat badan Ny. Oste : 50 kg
Berat badan (kg)
BMI= ------------------------------------------
Kuadrat tinggi badan (m)
51 kg
BMI= ----------------------------------
(1,58)2
BMI= 20,429
Berdasarkan hasil perhitungan BMI, Ny. Oste termasuk kategori normal.
25
b. Apa keterkaitan skoliosis ringan dengan sakit pinggang yang dirasakan?
Pada manula, perubahan degenerasi tulang belakang mungkin mengakibatkan
arthritis pada tulang belakang, dan mungkin menyebabkan nyeri. Pada beberapa
kasus, tulang taji dapat menekan saraf sekitar atau bahkan saraf tulang belakang,
menyebabkan nyeri, kekebalan atau kelemahan tangan dan kaki.
c. Apa saja jenis-jenis skoliosis?
Skoliosis dapat dogolongkan antara lain berdasarkan penyakit yang mendasarinya,
umur, besar kurva dan sebagainya, tetapi secara umum skoliosis dibedakan menjadi
dua, yaitu :
1. Skoliosis Postural. Kelainan bersipat sekunder atau sebagai kompensasi
terhadap beberapa keadaan diluar tulang belakang.
2. Skoliosis Struktural. Kelainan yang langsung terjadi pada tulang belakang.
Skoliosis Struktural dapat dibagi menjadi 4 (empat) kategori utama, yaitu :
Kongenital, Degeneratif, Neuromuskular, dan Idiopatik.
Skoliosis kongenital
Kelainan sudah ada sejak lahir.
Skoliosis didapat
Kelainan tidak ada sejak lahir, tetapi berkembang pada masa
berikutnya.
Skoliosis idiopatik
Jenis ini lebih umum biasanya berkembang pada masa remaja.
Skoliosis fungsional
Kelainan ini berkaitan dengan postural atau nonstruktural dan
berkembang dari pengaruh postur yang temporer (sementara) mudah
diperbaiki.
Skoliosis struktural
Perubahan pada struktur tulang belakang karena sebab yang bervariasi.
Skoliosis paralitik
Kelainan jenis ini berkembang menyertai penyakit neurologis seperti
poliomielitis.
26
8. Pemeriksaan labor sederhana didapat : Kadar progesterone rendah
a. Bagaimana fisiologi hormone progesterone dalam tubuh?
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada
endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan
yang optimal jika terjadi implantasi. hormon ini merupakan pengembangan
estrogen dan kompetitor androgen.
Fungsi utama hormon progesteron lebih pada sistem reproduksi wanita, yaitu:
1. Mengatur siklus haid.
2. Mengembangkan jaringan payudara.
3. Menyiapkan rahim pada waktu kehamilan.
4. Melindungi wanita pasca menopause terhadap kanker endometrium.
b. Apa dampak kadar progesterone yang rendah dalam tubuh?
Perempuan dengan kadar progesteron rendah yang tidak diobati memiliki risiko
lebih tinggi terhadap beberapa bentuk kanker, osteoporosis, tumor fibroid, tekanan
darah tinggi, penyakit jantung dan stroke yang berhubungan dengan tekanan darah
tinggi.
Infertilitas juga merupakan efek samping dari progesteron rendah. Wanita dengan
kadar progesteron rendah berpotensi mengalami ketidaksuburan selama bertahun-
tahun dan keguguran.
Kadar progesteron yang rendah dapat mempercepat proses penuaan. Kekurangan
progesteron akan menyebabkan disfungsi tiroid, kerontokan rambut, penipisan kulit,
dan kerutan pada kulit yang terkait dengan hilangnya hidrasi. Gejala lainnya
termasuk ketidakmampuan menangani stres dan peningkatan nyeri tubuh serta rasa
sakit karena kadar progesteron yang rendah menyebabkan kerusakan selubung
myelin yang melindungi sel-sel saraf.
27
c. Apa keterkaitan hormone progesterone dengan nyeri pinggang?
Dalam kasus ini terjadi penurunan jumlah progesterone dalam tubuh Ny. OSTE,
diketahui bahwa hormone progesterone merupakan pengembangan dari hormone
esterogen dan competitor androgen, sehingga hal ini mengindikasikan bahwa kadar
esterogen dalam tubuh juga berkurang. Esterogen sendiri dapat meningkatkan
aktifitas osteoklas dalam tubuh. Pengikisan tulang oleh osteoclast yang terlalu cepat
dan pembentukan matriks tulang baru dari dalam yang tidak bisa mengimbangi
pengikisan tulang dari luar akan membuat tulang menjadi rapuh. Hal ini bisa
menyebabkan osteoporosis yang disertai gejala seperti sakit pinggang (daerah
lumbosakral) Ny. OSTE.
9. Pemeriksaan rongent : tulang belakan Lumbosacral ; densitas tulang menurun
homogeny ringan, cortical menipis ringan, tidak ada crush fractures
a. Bagaimana keterkaitan hasil rongent dengan nyeri pinggang Ny. OSTE?
Kepadatan (densitas) tulang berkurang secara perlahan dan korteks tulang
mengalami penipisan, Jika kepadatan tulang terus berkurang dapat menyebabkan
tulang menjadi kolaps atau hancur, tetapi dalam hasil rongent Ny. OSTE diketahui
belum adanya crush fracture yang terjadi. Tetapi nyeri tersebut diakibatkan mulai
adanya perenggangan pada lumbosacral Ny. OSTE, sehingga menyebabkan tulang
menjadi lemah untuk menopang tubuh dan nyeri pada daerah pinggang.
Cortical tulang merupakan bagian luar tulang yang keras dan padat. Tulang
normal terdiri dari komposis yang kompak dan padat, berbentuk bulat dan batang
padat serat terdapat jaringan berongga yang diisi oleh sumsum tulang. Tulang ini
merupakan jaringan yang terus berubah secara konstan. Jaringan yang tua akan di
hancurkan ataub di absorpsi oleh osteoklas tulang baru akan di bentuk oleh osteoblas.
Faktor usia, hormonal, stress, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan kerja
hormon yang berperan dalam proses remodeling terganggu. Hal ini menyebabkan
ketidak seimbangan antara proses pembentukan dan perombakan tulang. Densitas
lumbosakral akan menurun apabila proses pembentukan lebih sedikit dibanding
proses perombakan tulang.
28
Biasanya nyeri timbul secara tiba-tiba dan dirasakan di daerah tertentu dari
punggung, yang akan bertambah nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika
disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit, tetapi biasanya rasa sakit ini akan
menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau beberapa bulan. Jika
beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan
yang abnormal dari tulang belakang (punuk Dowager), yang menyebabkan
ketegangan otot dan sakit.
29
Osteoporosis
Kurang aktivitas
Skoliosis
Kurang paparan sinar matahari
Pembentukan vitamin D (perubahan provitamin D menjadi Vitamin D) tidak optimal
Penyerapan Kalsium di tulang tidak optimal
Massa tulang menurun
Menopause
Perubahan Hormon (Hormon esterogen menurun)
Aktivitas Osteoclast meningkat
Densitas tulang menurun
Nyeri pada pinggang
IV. Kerangka Konsep
30
V. Learning Objective
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah penyakit tulang metabolik yang ditandai dengan pengurangan
densitas tulang yang membuat tulang menjadi rapuh dan mudah fraktur. Osteoporosis
dikenal sebagai silent disease karena gejala dan nyeri tidak muncul sampai terjadi
fraktur. Tanpa usaha pencegahan atau pengobatan, Osteoporosis dapat
berkembang/memburuk tanpa adanya rasa nyeri sampai patah tulang terjadi,
terutama pada hip , vertebra, dan pergelangan tangan. Pada fraktur paggul masih ada
pergerakan minimal dan kemudian pasien biasanya mulai bergantung pada suatu alat
penyokong berdiri. Sedangkan pada fraktur vertebra menyebabkan pengurangan
tinggi badan, postur bungkuk dan nyeri kronis.
Hilangnya sejumlah massa tulang akibat bertambahnya umur merupakan keadaan
fisiologik, keadaan ini disebut osteopenia. Osteoporosis merupakan osteopenia yang
telah melewati ambang batas untuk terjadi fraktur (fracture threshold). Karakteristik
Osteoporosis berupa menurunnya densitas tulang dengan jumlah jaringan tulang
yang mengisi tulang berkurang, tetapi struktur tulang sendiri masih normal.
Normalnya struktur tulang sepeerti sarang Lebah, tetapi jika terjadi Osteoporosis,
maka ruang antar sarang menjadi renggang. Keadaan tersebut mencerminkan
kehilangan densitas tulang dan kekuatannya. Bagian Cortex tulang juga menipis,
yang lebih lanjut lagi menyebabkan kelemahan tulang. Singkatnya Osteoporosis
diartikan sebagai tulang porosis. Kehilangan trabekula pada Osteoporosis akibat
penipisan trabekula atau putusnya trabekula sehingga trabekula tersebut tidak dapat
menyatu kembali menyebabkan kekuatan tulang menurun. Trabekula yang tipis
masih dapat diperbaiki dengan mengurangi resorbsi tulang, tetapi trabekula yang
putus biasanya tidak akan pulih kembali (bersifat irreversible, sangat sulit dibentuk
kembali). Dengan bertambahnya usia, maka jumlah trabekula yang putus akan
semakin banyak, disamping itu formasi dan resorbsi terganggu sehingga perbaikan
tulang terganggu. Selain itu semakin tua usia, terjadi perubahan pada matriks tulang
termasuk penurunan kualitas collagen yang ditandai oleh penipisan kulit dan
fragilitas pembuluh darah. Jumlah trabekula sangat penting dalam pembentukan
31
kekuatan tulang dibandingkan dengan ketebalan trabekula. Maka terapi pada
Osteoporosis, ditujukan untuk memperbaiki jumlah trabekula dibandingkan
mempertahankan ketebalan trabekula. Faktor lain yang mempengaruhi kekuatan
tulang adalah retakan mikro (microdamage, microcracks) yang jumlahnya semakin
banyak dengan bertambahnya usia. Diduga retakan mikro ini berhubungan dengan
pembebanan yang repetitif yang dimulai dari tingkat collagen termasuk putusnya
agregat collagen-mineral maupun rusaknya serabut-serabut collagentersebut.
Penyebab Osteoporosis
Osteoporosis pascamenopause
Terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala
timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul
lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-
3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah
menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam
waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.
Osteoporosis senilis
Kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan
dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang
(osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa
keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada
orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita.
Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.
Osteoporosis sekunder
Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder
yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa
disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid,
paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat,
antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang
berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis juvenil idiopatik
32
Merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini
terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi
hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab
yang jelas dari rapuhnya tulang.
Faktor risiko yang tidak dapat diubah :
Jenis kelamin
Kemungkinan terkena Osteoporosis akan lebih tinggi pada seorang
perempuan. Perempuan mengalami kehilangan jaringan tulang dan densitas
tulang lebih cepat dari pria karena perubahan yang terjadi pada mereka pada
saat menopause
Umur
Semakin tua umur seseorang maka akan bertambah besar terkena risikonya.
Tulang menjadi semakin tipis dan lemah seiring dengan bertambahnya usia.
Ukuran kerangka tubuh
Tulang yang kecil dan tipis pada wanita memiliki risiko yang lebih besar.
Riwayat keluarga
Fraktur dapat disebabkan karena faktor hereditas. Seseorang yang
keluarganya memiliki riwayat fraktur, sering memiliki kecenderungan
densitas tulang yang rendah sebagai risiko terkena fraktur.
Faktor risiko yang dapat diubah :
Sex hormon
Periode menstruasi abnormal (amenorrhea), kadar estrogen rendah
(menopause), kadar testosteron rendah pada pria, keadaan itu semua dapat
menyebabkan Osteoporosis
Anorexia nervosa
Ditandai dengan irrasional berat badan terhadap tinggi badan. Kelainan cara
makan ini meningkatlan risiko Osteoporosis
Asupan Calcium dan vitamin D.
Obat-obatan
33
Pemakaian jangka panjang glucocorticoid dan beberapa golongan
anticonvulsan dapat memicu kehilangan densitas tulang dan fraktur
Pola gaya hidup
Merokok cigarette
Cigarette buruk untuk tulang sama buruknya seperti terhadap jantung dan
paru-paru
b. Sakit Pinggang
Faktor-Faktor Penyebab Sakit Pinggang
Faktor Umur
Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur.
Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami
oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini
jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin
berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering
dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan
pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai
pada dekade kelima.1 Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama
semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap keluhan
nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis
kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri
pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya
pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga
dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon
estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.
Faktor Indeks Massa Tubuh
34
1. Berat Badan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih resiko timbulnya
nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat
badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri
pinggang.
2. Tinggi Badan
Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai
lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat
beban tubuh.
3. Pekerjaan
Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat
beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam
penelusuran penyebab serta penanggulangan keluhan ini. Pada
pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul
beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25
kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang.3
Aktivitas / Olahraga
Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering
tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi
kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat
beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang,
misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi
punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang
seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi
berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke
muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang
spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur
yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri
35
langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah,
seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih dahulu. Selain
sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa
aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1
jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton
lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak
tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula
meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang.
Pencegahan
Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun
masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu:
Asupan kalsium cukup
Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan
vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita
setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium.
Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia
produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia 1200
mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari
yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-
kacangan.
Paparan sinar matahari
Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D
yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.
Berjemurlah dibawahsinar matahari selama 20-30 menit, 3x/minggu.
Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari
sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D
yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang.
Melakukan olahraga dengan beban
Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat
berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang.
36
Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga.
Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang penting.
Tinggalkan gaya hidup santai, mulailah berolahraga beban yang ringan,
kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting adalah melakukannya
dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita
osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis.
c. Anatomi Columna Vetebralis Lumbo Sacral
Columna vetebralis terdiri atas 33 vetebrae, yaitu 7 vetebra cervicalis, 12 vetebra
thoracicus, 5 vetebra lumbalis, 5 vetebra sacralis (yang bersatu membentuk os.sacrum),
dan 4 vetebra coccygis (tiga yang dibawah umumnya bersatu). Stuktur columna ini
flexible, karena columna ini bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi
dan bantalan fibrocartilago yang disebut discus intervertebralis. Discus intervertebralis
membentuk kira-kira seperempat panjang columna.
37
Ciri-ciri vertebra lumbalis tipikal :
1. Corpus besar dan membentuk ginjal
2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang
3. Lamina tebal
4. Foramina vertebrale berbentuk segitiga
5. Processus transversus pajang dan langsing
6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan
mengarah kebelakang
7. Facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial
dan facies articularis processus articularis inferior menghadap ke
lateral.
Vertebrae Lumbal
Bagian ini (L1-L5) merupakan bagian paling tegap konstruksinya dan
menanggung beban terberat dari yang lainnya. Bagian ini memungkinkan gerakan
fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil.
Pada bagian depan dan sampingnya, terdapat sejumlah foramina kecil untuk suplai
arteri dan drainase vena. Pada bagian dorsal tampak sejumlah foramina yang lebih
besar dan satu atau lebih orificium yang besar untuk vena basivertebral. Corpus
vertebrae berbentuk seperti ginjal dan berukuran besar, terdiri dari tulang korteks
38
yang padat mengelilingi tulang medular yang berlubang-lubang (honeycomb-like).
Permukaan bagian atas dan bawahnya disebut dengan endplate. End plates menebal
di bagian tengah dan dilapisi oleh lempeng tulang kartilago. Bagian tepi end plate
juga menebal untuk membentuk batas tegas, berasal dari epiphyseal plate yang
berfusi dengan corpus vertebrae pada usia 15 tahun.
Ukuran tulang vertebrae lumbal semakin bertambah dari L1 hingga L5 seiring dengan
adanya peningkatan beban yang harus disokong. Pada bagian depan dan sampingnya,
terdapat sejumlah foramina kecil untuk suplai arteri dan drainase vena. Pada bagian
dorsal tampak sejumlah foramina yang lebih besar dan satu atau lebih orificium yang
besar untuk vena basivertebral. Corpus vertebrae berbentuk seperti ginjal dan berukuran
besar, terdiri dari tulang korteks yang padat mengelilingi tulang medular yang berlubang-
lubang (honeycomb-like). Permukaan bagian atas dan bawahnya disebut dengan
endplate. End plates menebal di bagian tengah dan dilapisi oleh lempeng tulang kartilago.
Bagian tepi end plate juga menebal untuk membentuk batas tegas, berasal dari epiphyseal
plate yang berfusi dengan corpus vertebrae pada usia 15 tahun.
Lengkung vertebrae merupakan struktur yang berbentuk menyerupai tapal kuda, terdiri
dari lamina dan pedikel. Dari lengkung ini tampak tujuh tonjolan processus, sepasang
prosesus superior dan inferior, prosesus spinosus dan sepasang prosesus tranversus.
Pedikel berukuran pendek dan melekat pada setengah bagian atas tulang vertebrae lumbal.
Lamina adalah struktur datar yang lebar, terletak di bagian medial processus spinosus.
Processus spinosus sendiri merupakan suatu struktur datar, lebar, dan menonjol ke arah
belakang lamina. Processus transversus menonjol ke lateral dan sedikit ke arah posterior
dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi
sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamen-ligamen yang menempel kepadanya. Processus
articular tampak menonjol dari lamina. Permukaan processus articular superior berbentuk
konkaf dan menghadap kearah medial dan sedikit posterior. Processus articular inferior
menonjol ke arah lateral dan sedikit anterior dan permukaannya berbentuk konveks.
Tulang punggung sacral (vertebrae sacral)
Terdapat 5 tulang di bagian ini (S1-S5). Tulang-tulang bergabung dan tidak
memiliki celah atau diskus intervertebralis satu sama lainnya.
Tulang punggung coccygeal
39
Terdapat 4 tulang (Co1-Co4) yang saling bergabung dan tanpa celah.
d. Siklus Menstruasi
Siklus endometrium terdiri dari 4 fase :
1. Fase menstruasi atau deskuamasi
Pada masa ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai dengan
perdarahan. Stadium ini berlangsung 4 hari. Dengan haid itu keluar darah,
potongan potongan endometrium dan lendir dari cervik. Darah tidak membeku
karena adanya fermen yang mencegah pembekuan darah dan mencairkan
potongan potongan mukosa. Hanya kalau banyak darah keluar maka fermen
tersebut tidak mencukupi hingga timbul bekuan bekuan darah dalam darah
haid.
2. Fase post menstruasi atau stadium regenerasi
Luka endometrium yang terjadi akibat pelepasan endometrium secara
berangsur angsur sembuh dan ditutup kembali oleh selaput lendir baru yang
tumbuh dari sel sel epitel kelenjar endometrium. Pada waktu ini tebal
endometrium ± 0,5 mm, stadium sudah mulai waktu stadium menstruasi dan
berlangsung ± 4 hari.
4. Fase intermenstruum atau stadium proliferasi
40
Dalam fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm. Fase ini
berlangsung dari hari ke 5 sampai hari ke 14 dari siklus haid. Fase proliferasi
dapat dibagi dalam 3 subfase yaitu :
a. Fase proliferasi dini
Fase proliferasi dini berlangsung antara hari ke 4 sampai hari ke 9.
Fase ini dikenal dari epitel permukaan yang tipis dan adanya
regenerasi epitel, terutama dari mulut kelenjar. Kelenjar kebanyakan
lurus, pendek dan sempit. Bentuk kelenjar ini merupakan ciri khas
fase proliferasi; sel sel kelenjar mengalami mitosis. Sebagian sediaan
masih menunjukkan suasana fase menstruasi dimana terlihat
perubahan perubahan involusi dari epitel kelenjar yang berbentuk
kuboid. Stroma padat dan sebagian menunjukkan aktivitas mitosis, sel
selnya berbentuk bintang dan lonjong dengan tonjolan tonjolan
anastomosis. Nukleus sel stroma relatif besar karena sitoplasma relatif
sedikit.
b. Fase proliferasi akhir
Fase ini berlangsung pada hari ke 11 sampai hari 14. Fase ini dapat
dikenal dari permukaan kelenjar yang tidak rata dan dengan banyak
mitosis. Inti epitel kelenjar membentuk pseudostratifikasi. Stroma
bertumbuh aktif dan padat
e. Menopause
Menopause adalah suatu fase alamiah yang akan dialami oleh setiap wanita yang
biasanya terjadi diatas usia 40 tahun. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus
menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon Estrogen yang dihasilkan
Ovarium (indung telur ). Seorang wanita dikatakan mengalami menopause bila siklus
menstruasinya telah berhenti selama ± 12 bulan. Berhentinya haid tersebut akan membawa
dampak pada konsekuensi kesehatan baik fisik maupun psikis.
Menopause adalah perdarahan terakhir dari uterus yang masih dipengaruhi oleh hormon-
hormon dari otak dan sel telur. Pra menopause adalah masa 4-5 tahun sebelum menopause
dan pascamenopause adalah 3-5 tahun setelah menopause. Sedangkan ooporopause adalah
41
terhentinya fungsi ovarium , berarti terhentinya produksi estrogen, estron yang terjadi pada
usia 55 – 56 tahun.
Pada proses menopause terjadi penurunan fungsi indung telur dalam menghasilkan sel
telur dan hormon -hormon reproduksi. Padahal hormon – hormon reproduksi itu berguna
pula untuk proses dalam tubuh seorang wanita, sehingga pada saat itu terjadi penurunan
fungsi pula pada beberapa organ tertentu. Menopause dimulai dengan masa perimenopause
yaitu suatu masa dimana terjadi tidak teraturnya siklus haid. Masa ini dimulai sekitar usia 40
tahun. Haid menjadi lebih sedikit atau siklusnya menjadi lebih panjang, lebih pendek atau
tidak beraturan sama sekalu. Kadang- kadang disertai timbulnya nyeri haid.
Setelah terjadi penurunan fungsi ovarium dimana hormon progesterone sudah sangat
berkurang, sementara masih ada sedikit hormon esterogen seringkali menyebabkan
ketidakseimbangan hormonal. Terjadi pendarahan haid yang tidak sesuai siklus haid
sebelumnya. Hal ini diawali dengan ketidakmampuan ovarium untuk berespon terhadap
gonadotropin dan penurunan produksi estrogen, progesteron dan androstenedione oleh
ovarium. Bahkan pada masa perimenopause sebagai awal menopause, wanita mempunyai
tingkat estradiol yang rendah, tingkat FSH yang tinggi. Wanita pada kelompok umur ini
sering menampakkan gejala anovulasi atau oligo-ovulasi. Walaupun ovulasi terjadi, kualitas
ovum menurun sejalan dengan bertambahnya umur wanita tersebut.
Hal ini akan tampak pada penurunan fertilitas dan peningkatan insiden abnormalitas
kromosom pada embrio jika fertilisasi tetap terjadi. Selanjutnya penurunan produksi
progesteron akan memberikan gambaran pemendekan siklus menstruasi dan perdarahan yang
tidak teratur. Pada beberapa wanita yang gemuk dapat terjadi esterogen relatif berlebih
(unopposed esterogen) yang dapat menyebabkan penebalan dinding endometrium disebut
hiperplasia endometrium. Haid menjadi banyak dan berkepanjangan. Pada masa sebelum
menopause ini dapat terjadi, keluhan klimakterik berupa gangguan vasomotor seperti :
gejolak panas (hot flushes), sakit kepala, cepat lelah, kurang tenaga, obstipasi, jantung
berdebar – debar, gangguan libido, kesemutan, berkunang – kunang. Kekurangan esterogen
dapat diketahui melalui pemeriksaan darah, dimana diperiksa kadar hormon esterogen dan
hormon gonadotropin dalam darah.
Esterogen sangat berperan pada metabolisme penting beberapa organ diantaranya kulit,
tulang, sistem jantung dan pembuluh darah, otak, saluran kencing dan tentu saja organ
42
seksual. Kekurangan esterogen pada masa menopause dapat menyebabkan gangguan pada
beberapa organ seperti :
Pada otak, karena esterogen yang menurun terjadi penurunan aliran darah ke
otak, sehingga metabolisme otak berkurang. Pada gangguan yang berat dapat
terjadi gangguan tidur, takut dan gelisah seperti gangguan depresi. Tak jarang
karena gangguan aliran darah tersebut terjadi Alzhmeir atau kepikunan. Selain
gangguan vasomotor dapat pula terjadi gangguan psikis seperti gangguan
perilaku, suasana hati serta fungsi kognitif. Wanita menjadi cepat marah,
tersinggung dan cepat lupa. Pada organ seksual dan saluran kemih : kurangnya
esterogen menurunkan aliran darah ke organ – organ seksual terlebih dahulu.
Selaput lendir vagina menjadi kering sehingga menyebabkan sakit pada waktu
senggama, kulit vagina menjadi tipis sehingga mudah terinfeksi. Terasa panas
atau gatal, dan mudah sekali terjadi keputihan karena peradangan.
Pada saluran kencing, kekurangan esterogen menyebabkan kandung kemih
sering kena infeksi. Menyebabkan nyeri perut bawah, selalu ingin segera
kencing secara tiba – tiba dan sampai tidak menahan kenicng atau bahkan
mengompol.
Pada payudara, hormon esterogen dan progesterone membentuk payudara,
sehingga kekurangan kedua hormon ini menyebabkan kisutnya payudara.
Kelenjar yang mengecil terkadang menyebabkan pembentukan seperti kista,
atau dapat terjadi perubahan baik sifat jinak atau ganas. Periksalah payudara
secara teratur dengan tehnik SARARI (perikSa payudaRA sendiRI) atau dengan
USG payudara. Bila dicurigai adanya keganasan dapat ditambah dengan
pemeriksaan mamografi.
Pada tulang, esterogen membantu pembentukan tulang yang secara alamiah
tubuh. Tubuh menjadi lebih pendek dan lama kelamaan menjadi bongkok.
Sebelum hal itu terjadi biasanya timbul rasa nyeri pada pergerakan ekstremitas;
kaki dan terutama tangan. Wanita menjadi lebih sulit bergerak atau beraktifitas
normal. Seringkali terjadi jatuh tiba – tiba dan fraktur /patah tulang. Hal ini
disebut osteoporosis. Sebelum terjadi fraktur, kita dapat mencegah osteoporosis
dengan cukup berolah raga seawktu muda dan diteruskan sampai lansia (lanjut
usia). Konsumsi kalsium yang cukup dan bila perlu menambah hormon
esterogen yang sangat kurang untuk memperbaiki metabolisme tulang.
43
f. Histologi Jaringan Tulang Kompakta dan Spongiosa
Unsur yang membentuk tulang adalah mineral sekitar (65%), matriks(35%) sel sel
osteoblas, osteoklas, osteosit dan air. Matriks tulang korteks dan trabekula tersusun
atas matriks organik dan anorganik. Komponen anorganik merupakan 65% dari
seluruh masa tulang sedangkan, komponen organik sekitar 20% dan
air 10%. Kolagen tulang merupakan komponen organik terbesar yang membentuk
dan memungkinkan tulang menahan regangan sedangkan anorganik atau mineral
berfungsi menahan beban tekanan.
Jaringan tulang merupakan jaringan penghubung, seperti jaringan penghubung
lainnya, tulang terdiri dari sel-sel yang mempunyai fungsi tertentu, dan matriks yang
terdiri dari serat protein dan sustansi dasar. Komposisi tulang adalah dua pertiga dari
berat tulang adalah kalsium fosfat. Interaksi antara kalsium fosfat dan kalsium
hidroksida akan menghasilkan kristal hidroksiapatit yang dapat berikatan dengan
garam-garam Ca, seperti kalsium karbonat, ion Na, K dan F. Hampir sepertiga dari
tulang adalah serabut kolagen sedangkan osteosit dan sel tulang lainnya hanya 2%
dari masa tulang.
Jaringan tulang terdiri dari sel-sel tulang yaitu:
1. Osteosit, (Osteocytus), Sel tulang dewasa
Osteosit adalah bentuk matur osteoblas dan merupakan sel utama tulang. Sel
ini juga lebih kecil daripada osteoblas. Seperti kondrosit pada tulang rawan,
osteosit terperangkap dalam matriks tulang yang diproduksi oleh osteoblas.
Osteosit berada dekat dengan pembuluh darah. Berbeda dengan tulang rawan,
hanya terdapat satu osteosit dalam daripada tulang rawan, nutrient dan
metabolit tidak dapat bebas berdifusi menuju osteosit. Karena itu, tulang
sangat vascular dan memiliki system saluran khusus atau kanal halus yang
disebut kanalikuli (canaliculi), yang bermuara ke dalam osteon.
2. Osteoblas, (oseoblastus), Sel berbentuk kubus.
Ostoblas terdapat pada permukaan tulang. Osteoblas menyintesis, enyekresi,
dan mengendapkan osteoid (osteoideum), komponen organic matriks tulang
44
baru. Osteoid adalah matriks tulang yang tidak terkalsifikasi dan tidak
mengandung mineral,namun tidak lama setelah diendapkan, osteoid segera
mengalami mineralisasi dan menjadi tulang.
3. Osteoklas,( Osteoclastus), Sel berukuran besar.
Osteoklas adalah sel multinukleus besar yang terdapat di sepanjang
permukaan tulang tempat terjadinya resorpsi, remodeling, dan perbaikan
tulang. Sel ini tidak terbentuk turunan sel osteoprogenitor. Osteoklas berasal
dari penyatuan sel-sel progenitor hemopoietik atau darah yang termasuk
turunan sel makrofag mononuklearis-monosit di sumsum tulan. Fungsi utama
osteoklas adalah resorpsi tulang selama remodeling (pembaruan atau
restrukturisasi). Osteoklas sering terdapat di dalam lekuk dangkal pada
matriks tulang yang disebut lacuna Howship. Enzim- enzim lisosom yang
dikeluarkan oleh osteoklas mengikis cekungan ini.
4. Osteoprogenitor
Sel osteoprogenit adalah sel induk pluripoten tidak berdiferensiasi yang
berasal dari jaringan ikat mesenkim. Sel-sel ini teratek di lapisan dalam
jaringan ikat periosteum dan di lapisan endosteum dalam melapisi rongga
sumsum, osteon (system Havers), dan kanalis perforans (canalis perforans)
tulang. Fungsi utama periosteum dan endosteum adalah nutrisi tulang dan
memberikan suplai bagi osteoblas baru untuk pertumbuhan, remodeling, dan
perbaikan tulang. Selama pembentukan tulang, sel osteoprogenitor
berploriferasi dengan mitosis dan berdiferensiasi menjadi osteoblas, yang
kemudian menyekresi serat kolagen dan matriks tulang.
Tulang merupakan bentuk khusus jaringan ikat dan terdiri dari sel, serat, dan
matriks ekstraselular. Karena pengendapan mineral dalam matriks, tulang mengalami
klasifikasi. Akibatnya, tulang menjadi keras dan dapat menahan baban labih besar
dibandingkan dengan tulang rawan, berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku,
dan memberikan tempat perlekatan bagi otot dan organ.
45
Pemeriksaan tulang pada potongan melintang memperlihatkan dua jenis tulang,
tulang kompak (textus osseus compactus) dan tulang spongiosa/ kanselosa (textus
osseus spongiosus). Pada tulang panjang, bagian silindris luar adalah tulang kompak
padat. Permukaan dalam tulang kompak di dekat rongga sumsum (cavitas
medullaris) adalah tulang spongiosa (kanselosa). Tulang kanselosa mengandung
banyak daerah yang saling berhubungan dan tidak padat, namun kedua jenis tulang
memiliki gambaran mikroskopik serupa.
Matriks tulang terdiri dari sel hidup dan material ekstraselular. Karena matriks
tulang mengalami kalsifikasi atau mineralisasi, matriks tulang jauh lebih keras
daripada tulang rawan. Nutrien dan metabolit tidak mudah berdifusi melalui matriks
terkalsifikasi, oleh karena itu, matriks tulang sangat vascular. Matriks tulang
mengandung komponen organic dan inorganic. Komponen organic memungkinkan
tulang untuk menahan tegangan, sedangkan komponen mineral menahan tekanan.
Komponen organic utama matriks tulang adalah serat kolagen tipe I, yang
terutama mengandung protein. Komponen organic lain adalah glikosaminoglikan
sulfat dan asam hialuronat yang membentuk agregat proteoglikan besar. Glikoprotein
osteokalsin dan osteopotin berkaitan erat dengan Kristal kalsium selama mineralisasi
tulang. Protein matriks lainnya, sialoprotein berikatan erat dengan Kristal kalsium
selama mineralisasi tulang. Protein matriks lainnya, sialoprotein, mengikat osteoblas
pada matriks ekstraseluler melalui intergrin protein membrane plasma.
Komponen inorganic matriks tulang terdiri dari mineral kalsium dan fosfat dalam
bentuk Kristal hidroksiapatit (cyrstallum hydroxyapatiti). Ikatan serat kolagen kasar
dengan Kristal hidroksiapatit menyebabkan tulang menjadi keras, tahan lama, dan
kuat. Selain itu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan hormon seperti hormone
paratiroid dari kelenjar paratiroid dan kalsitonin dari kelenjar tiroid ikut
mempertahankan kadar normal mineral dalam darah.
Histologi tulang kompak (potongan transversal)
46
1. Lamela sirkumferensial dalam 7. Lamela sirkumferensial luar
2. Kanalikuli 8. Lamela
3. Osteon (sistem havers) 9. Lakuna
a. Kanalis (havers) sentralis 10. Osteon (sistem havers)
b. Lamela 11. Linia cementalis
c. Lakuna 12. Lamela interstisialis
4. Linia cementalis
5. Lamela interstisialis
6. Kanal (volkmann) perforans
Pada tulang kompak, serat kolagen tersusun dalam lapisan-lapisan tulang yang
tipis disebut lamella (lamella ossea) yang saling sejajar di bagian tepi tulang, atau
tersusun konsentris mengelilingi suatu pembuluh darah. Di tulang panjang, lamella
sirkumferensial luar (lamella circumferentialis externa) terlatak di dalam periosteum.
Lamela sirkumferensial dalam ( lamella circumferentialis interna) mengelilingi
rongga sumsum tulang. Lamela konsntrik (lamella osteoni) mengelilingi saluran-
saluran dengan pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat longgar yang disebut osteon
(system Havers). Ruang di osteon yang mengandung pembuluh darah dan saraf
adalah kanalis sentralis (havers). Sebagian besar tulang kompak terdiri dari osteon
47
(osteonum). Lacuna dengan osteosit dan terhubung melalui kanalikuli ditemukan di
antara lamella pada etiap osteon.
Sesuai dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga
tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang
spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula. Kanal Havers
tulang spongiosa terlihat jauh lebih besar dan mengandung lebih sedikit lamela.
Trabekula terdiri dari spikulum / lempeng, dan sel-sel terletak di permukaan
lempeng. Nutrien berdifusi dari cairan ekstrasel tulang kedalam trabekula. Lebih dari
90 % protein dalam matriks tulang tersusun atas kolagen tipe I.
Gambar struktur tulang spongiosa dan trabekula.
g. Histologi Jaringan Ikat Tulang
Komponen jaringan ikat terdiri atas sel dan matriks ekstra seluler. Ekstra seluler
tersebut teridi atas substansi dasar dan serabut jaringan ikat. Sel jaringan ikat
merupakan komponen penting pada beberapa jenis jaringan ikat, sedangkan serabut
jaringan ikat juga merupakan komponen penting pada tipe jaringan ikat yang lainnya.
Walaupun demikian, ketiga komponen jaringan ikat memegang peran penting di
dalam jaringan ikat.
Jaringan ikat berfungsi sebagai penunjang dan pengikat, media untuk pertukaran,
pertahanan tubuh, dan penyimpan lemak. Fungsi sebagai penunjang karena jaringan
ikat dapat membentuk kapsula yang membungkus organ yang sekaligus menunjang
48
fungsi organ tersebut. Jaringan ikat juga berperan sebagai media pertukaran hasil
metabolik dalam jaringan dan zat nutrisi serta oksigen di dalam darah dan pada
beberapa sel dalam tubuh. Fungsi pertahanan dan proteksi diperan kan oleh beberapa
sel jaringan ikat seperti sel fagositik, sel immunokompeten, dan sel penghasil
substansi khusus dalam tubuh.
Pada setiap jaringan ikat terdapat 3 unsur utama, yaitu
1. Sel jaringan ikat
Sel jaringan ikat dibagi dalam dua kategori yaitu sel yang tetap (fixed cells)
dan sel kelana (transien cells atau wandering cells). Yang termasuk ke dalam
sel tetap adalah : Fibroblas, Perisit, sel lemak, sel mast, dan makrofag
2. Substansi dasar
Substansi dasar ini membentuk matriks. Substansi intersel memberi kekuatan
dan penyokong bagi jaringan dan berfungsi sebagai medium untuk
perembesan cairan jaringan.
3. Serabut jaringan ikat
Dalam jaringan ikat terdapat 3 jenis serabut, yakni serabut kolagen, serabut
elastin, dan serabut retikuler
Serabut kolagen
Terdapat pada semua jenis jaringan ikat. Terdiri atas protein kolagen.
Pada keadaan segar berwarna putih. Diameternya berkisar antara 1-12
mikron. Beberapa serabut bergabung menjadi berkas serabut yang lebih
besar. Dalam keadaan segar bersifat lunak, dan sangat kuat. Susunan
serabut kolagen bergelombang, karenannya bersifat lentur.
Dari 20 jenis tersebut, ada 6 tipe kolagen yang yang paling utama dan
secara genetik berbeda. Keenam tipe kolagen tersebut adalah :
Tipe I : tipe kolegen yang paling banyak ditenukan. Terdapat pada
jaringan ikat dewasa, tulang, gigi dan sementum
49
Tipe II : kolagen tipe ini dibentuk oleh kondroblas dan merupakan
unsur utama penyusun matriks tulang rawan. Kolagen ini ditemukan
pada kartilago hyalin dan elastik
Tipe III : Kolagen ini ditemukan pada awal perkembangan beberapa
jenis jaringan ikat. Pada keadaan dewasa kolagen ini terdapat pada
jaringan retikuler
Tipe IV : terdapat pada lamina densa pada lamina basalis dan
diperkirakan merupakan hasil sel-sel yang langsung berhubungan
engan lamina tersebut
Tipe V : terdapat pada plasenta, dan berhubungan dengan kolagen
tipe I
Tipe VI : terdapat pada basal lamina
Serabut Elastin
Serabut elastin terlihat sebagai pita pipih atau benang silindris panjang
dan sangat elastis. Terdapat pada organ yang memerlukan daya
elastisitas, yaitu daun telinga, pita suara, trakea, ligamentum nukhe, kulit
dan pembuluh arteri.
Serabut Retikuler
Serat retikuler adalah serat kolagen yang sangat halus tersusun
membentuk suatu kerangkan penyokong seperti jala atau retikulum.
50
Serabut retikuler terdiri atas fibril kolagen (kolagen tipe III) yang dibalut
oleh proteoglikan dan glikoprotein. Akan tampak bila dicat dengan
garam perak. Bentuknya lembut dan membentuk jalinan. Ditemukan
pada kapiler, serabut otot, serabut saraf, jaringan lemak dan hepatosit.
h. Pembentukan Tulang dan Densitas Tulang
Calcium, Phosphor, Vitamin D
Calcium memegang dua peranan fisiologik penting dalam tubuh. Di dalam tulang,
garam-garam calcium berperan menjaga integritas stuktur kerangka. Di dalam cairan
ekstraselular dan sitosol, ion calcium sangat berperan dalam berbagai proses
biokimia tubuh. Kedua kompartemen tersebut selalu berada dalam keadaan
seimbang, bila dalam keadaan tidak seimbang maka tubuh akan melakukan usaha
agar keadannya seimbang. Reabsorpsi calcium terutama di tubulus proksimal.
Pengaturan eksresi calcium urine, terutama terjadi di tubulus distal. Kadar calcium
dalam darah diatur oleh dua hormon penting, yaitu PTH dan 1,25 (OH)2 Vitamin D.
Tubuh orang dewasa mengandung sekitar 600mg fosfor. Sekitar 85% berada
dalam bentuk kristal di dalam tulang, dan 15% berada di dalam cairan ekstraselular.
Ginjal memegang peranan penting pada homeostasis fosfor dalam serum.
Secara biologik, hasil kali Ca x P selalu konstan. Sehingga peningkatan kadar
fosfat serum akan diikuti penurunan calcium serum, dan keadaan ini akan
merangsang peningkatan produksi PTH sehingga terjadi eksresi fosfat mealui urin
dan kadar fosfat serum kembali menjadi normal, demikian juga dengan kadar
calcium serum. Pada gagal ginjal kronik terjadi hipofosfatemia yang menahun,
sehingga timbul hipertiroidisme sekunder akibat kadar calcium serum yang rendah.
Vitamin D diproduksi oleh kulit melalui paparan sinar matahari, kemudian
mengalami 2 kali hiroksilasi oleh hepar dan ginjal, menjadi vitamin D aktif, yaitu
1,25 (OH)2 Vitamin D. Pada orang kuilt berwarna dan orang tua, produksi vitamin D
oleh kulit berkurang karena melanin merupakan penekan sinar matahari yang sangat
baik, sehingga fotosintesis vitamin D berkurang.
51
Fungsi utama vitamin D adalah menjaga homeostasis kalsium dengan cara
meningkatkan absorpsi calcium di usus dan mobilisasi calcium dan tulang pada
keadaan asupan calcium yang inadekuat. Pada proses mineralisasi tulang, 1,25
(OH)2 Vitamin D berperan menjaga kosentrasi Ca dan P dalam cairan ekstraselular,
sehingga deposisi calcium hidoksiapetit pada matriks tulang akan berlangsung baik.
Parathyroid Hormone (PTH)
Pada tulang PTH merangsang pelepasan calcium dan phosphat, sedangkan di
ginjal PTH merangsang reabsorpsi calcium dan menghambat reabsorpsi phosphat.
Sel utama kelejar PTH sangat sensitif terhadap keadaan kadar ion calcium dalam
serum. Peran PTH pada reabsorpsi calcium di tubulus distal, resorpsi tulang dan
peningkatan resorpsi calcium di usus melalui peningkatan kadar 1,25 (OH)2 Vitamin
D, sangat penting untuk menjaga stabilitas calcium serum. Selain itu peningkatan
PTH menyebabkan fosfat yang diserap dari usus dan dimobilisasi dari tulang akan
diekskresi oleh ginjal. Hasil akhir aksi PTH adalah peningkatan kadar calcium serum
dan penurunan fosfor serum.
PTH merangsang resorpsi tulang secara tidak langsung. PTH memiliki efek yang
merasang dan menghambat terhadap formasi tulang. Regulator terpenting dari
sistesis dan sekresi PTH adalah kadar calcium plasma, bila calcium meningkat akan
meningkatkan produksi dan sekresi PTH dan sebaliknya. Selain itu, 1,25
(OH)2 Vitamin D juga menghambat sekresi PTH dan proliferasi sel PTH. Kadar
fosfat plasma akan merangsang sekresi PTH. Pada keadaan hypocalcemia akut, PTH
akan disekresikan dalam waktu beberapa detik sampai menit untuk mengatasi
keadaan.
Calcitonin
Calcitonin (CT) adalah suatu peptida 32 asam amino yang dihasilkan oleh sel C
kelenjar Thyroid dan berfungsi menghambat resorpsi tulang oleh osteoclast dan
meningkatkan ekskresi calcium renal. Sekresinya secara akut diatur oleh kadar
calcium serum, dan secara kronik dipengaruhi umur dan jenis kelamin. Kadar CT
pada bayi tinggi, rendah pada orang tua. Pada wanita kadar CT lebih rendah
dibanding dengan laki-laki.
52
Efek biologik utama sebagai penghambat osteoclast. Kerja CT berlawanan dengan
PTH. Dalam beberapa menit setelah pemberian, efek tersebut sudah mulai bekerja
sehungga aktifitas resorpsi tulang berhenti. Selain itu calcitonin memiliki efek
menghambat osteosit dan merangsang osteoblast. Efek lainnya sebagai analgetik
kuat.
Hormon Lain
Estrogen, bekerja menstimulasi absorpsi calcium dan memproteksi tulang dari
efek PTH. Adrenal corticosteroids menyebabkan osteoporois karena meningkatkan
resorpsi tulang, menghambat formasi tulang, mengurangi penyerapan calcium di usus
dan meningkatkan ekskresi calcium, juga mengurangi sintesis collagen. Thyroxine
meningkatkan formasi dan resorpsi tulang, tetapi pada keadaan lebih lanjut,
hyperthyroid berhubungan erat dengan tingginya bone turnover dan Osteoporosis.
Hubungan Umur dengan Perubahan Pada Tulang
Bertambahnya usia, remodeling endikortikal dan intrakortikal akan meningkat,
sehingga kehilangan tulang terutama pada tulang kortikal dan meningkatkan risiko
fraktur tulang kortikal,misalnya pada fraktur femur proksimal.
Fase-fase perubahan tulang dipengaruhi oleh proses hormonal dan proses-proses
lokal yang terjadi dalam tulang sendiri. Tulang mengalami “remodeling” terus
menerus dalam pertumbuhannya. Proses ini terjadi di dalam massa tulang yang
dikenal sebagai “bone remodelling units”. Tulang secara umum terdiri dari zat
organik dan anorganik. Zat organik sebanyak 30 % terdiri dari matriks kolagen dan
kolagen nonglikoprotein, fosfoprotein, fosfolipid dan mukopolisakarida yang
bersama-sama membentuk osteoid yang terdiri dari kurang lebih 95 % dari total
volume, sedangkan 5 % dari organik terdiri dari sel-sel osteoblas.
Siklus “remodeling” dimulai oleh osteoklas, timbul pada permukaan tulang yang
sebelumnya inaktif dan mengabsorpsi jaringan tulang dengan melepaskan asam dan
enzim-enzim proteolitik, mengakibatkan terbentuknya rongga mikroskopik (lakuna
howship). Osteoklas menghilang dan sel-sel pembentuk tulang (osteoblas),
mengadakan migrasi ke daerah ini dan mengganti kekurangan dengan matriks
53
organik yang telah mengalami mineralisasi. Sebagian osteoblas menjadi bagian dari
matriks dan dikenal sebagai osteosit, sedangkan sisa-sisanya berangsur-angsur
berubah bentuk, menjadi sel pembatas. Tulang yang baru terbentuk masih terus
mengalami mineralisasi. Untuk satu proses “remodeling” sempurna melalui waktu 4
– 6 bulan.
Pada masa pertumbuhan proses “remodeling” berlangsung cepat dan tulang yang
terbentuk lebih besar dari tulang yang hilang. Proses “remodeling” berlangsung
lebih cepat pada tulang trabekular bila dibandingkan dengan tulang kortikal. Pada
seorang dewasa muda yang tidak tumbuh lagi jumlah matriks yang hilang seimbang
dengan jumlah matriks yang terbentuk. Walaupun mekanisme hilangnya tulang yang
tepat belum diketahui, osteoporosis terjadi karena terdapat gangguan proses
“remodeling” sehingga resorpsi jaringan tulang melebihi pembentukannya, sehingga
secara keseluruhan terjadi kehilangan tulang.
i. Hubungan menopause dengan osteoporosis
Pada usia 40 sampai 50 tahun, siklus seksual wanita biasanya menjadi tidak
teratur, dan ovulasi sering tidak terjadi. Sesudah beberapa bulan sampai beberapa
tahun, siklus terhenti sama sekali. Periode ketika siklus terhenti dan hormon-hormon
kelamin wanita menghilang dengan cepat sampai hampir tidak ada disebut sebagai
menopause.
Penyebab menopause adalah matinya (burning out) ovarium. Sepanjang
kehidupan seksual seorang wanita, kira-kira 400 folikel primordial tumbuh menjadi
folikel matang dan berovulasi, dan beratus-ratus dari ribuan ovum berdegenerasi.
Pada usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primordial yang akan
dirangsang oleh FSH dan LH, produksi esterogen dari ovarium berkurang sewaktu
jumlah folikel primordial mencapai nol. Ketika produksi estrogen turun di bawah
nilai kritis, estrogen tidak lagi dapat menghambat produksi gonadotropin FSH dan
LH. Sebaliknya, gonadotropin FSH dan LH (terutama FSH) diproduksi sesudah
menopause dalam jumlah besar dan kontinu, tetapi ketika folikel primordial yang
tersisa menjadi atretik, produksi estrogen oleh ovarium turun secara nyata menjadi
nol.
54
Pada saat menopause, seorang wanita harus menyesuaikan kembali kehidupannya
dari kehidupan yang secara fisiologis dirangsang oleh produksi estrogen dan
progesteron menjadi kehidupan yang kosong tanpa hormon-hormon tersebut.
Hilangnya estrogen seringkali menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis yang
bermakna pada fungsi tubuh, termasuk penurunan kekuatan dan kalsifikasi tulang di
seluruh tubuh.
Faktor hormon berperan penting dalam timbulnya osteoporosis, terutama pada
perempuan pascamenopause. Munculnya menopause diikuti oleh penurunan pesat
massa tulang. Penelitian awal mengenai estrogen pada tulang berfokus pada
pengendalian sitokin yang mempengaruhi resorpsi tulang dan pembentukan tulang
baru. Penurunan kadar estrogen menyebabkan peningkatan produksi interleukin 1
(IL-1), interleukin 6 (IL-6), dan faktor nekrosis tumor (TNF) oleh monosit dan
elemen sumsum tulang lainnya. Sitokinin ini meningkatkan penyerapan tulang
terutama dengan meningkatnya jumlah prekursor osteoklas di sumsum tulang.
Penelitian terakhir menunjukkan bahwa estrogen memengaruhi diferensiasi osteoklas
melalui jalur reseptor RANK. Estrogen merangsang pembentukan OPG sehingga
menghambat pembentukan osteoklas, estrogen juga menumpulkan responsivitas
prekursor osteoklas terhadap ligan RANK, peningkatan kadar IL-1 dan TNF
(ditemukan pada defisiensi estrogen) meranngsang pembentukan osteoklas. Bukti
mengisyaratkan bahwa defisiensi estrogen, serta proses penuaan normal, juga dapat
menyebabkan penurunan aktivitas osteoblastik sehingga pembentukan tulang baru
juga menurun. Oleh karena itu, berkurangnya tulang pada defisiensi estrogen dapat
disebabkan oleh kombinasi peningkatan resorpsi tulang dan penurunan pembentukan
tulang.
j. Pengaruh hormon terhadap absorbsi dan reabsorbsi kalsium
Tulang adalah struktur dinamis yang sacara terus-menerus diperbarui atau
mengalami remodeling sebagai respons atas kebutuhan mineral tubuh, stres mekanik,
penipisan tulang akibat penuaan atau penyakit, atau penyembuhan fraktur. Kalsium
dan fosfat disimpan di dalam matriks tulang atau dibebaskan ke dalam darah untuk
mempertahankan kadar yang sesuai. Pemeliharaan kadar normal kalsium darah
penting bagi kehidupan karena kalsium berguna untuk kontraksi otot, pembekuan
darah, permeabilitas membran sel, transmisi impuls saraf, dan fungsi lain.
55
Berbagai hormon mengatur pelepasan kalsium ke dalam darah dan
pengendapannya di tulang. Jika kadar kalsium turun di bawah normal, hormon
paratiroid, dilepaskan oleh kelenjar paratiroid, merangsang osteoklas untuk
meresorpsi matriks tulang. Efek ini menyebabkan pembebasan lebih banyak kalsium
ke dalam darah. Jika kadar kalsium di atas normal, suatu hormon yang disebut
kalsitonin, dikeluarkan olah sel parafolikel di kelenjar tiroid, menghambat aktivitas
osteoklas dan menurunkan resorpsi tulang.
56
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ny. OSTE, 48 tahun, seorang pegawai administratif mengalami osteoporosis yang
menimbulkan nyeri pinggang sejak 3 tahun lalu karena kurangnya aktivitas, paparan
sinar matahari dan semakin parah sejak 1 tahun terakhir dikarena ia memasuki masa
menopause.
57
Daftar Pustaka
Dorland, W. A Newman. 2011. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 28. Jakarta : EGC
Guyton, C dan Jhon E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta : EGC
Prince, A Sylvia dan Lorraine M Willson. 2005. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik Edisi 6. Jakarta : EGC
58
Recommended