View
25
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
Oma stadium perforasi
Citation preview
LAPORAN KASUS IOtitis Media Akut Stadium Perforasi Dextra
Oleh :Nama: Putri Krishna Kumara Dewi
NIM: H1A 007 050
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG, DAN TENGGOROKAN
RUMAH SAKIT UMUM PROVINSI NTBFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis media supuratif akut atau otitis media akut (OMA) merupakan bentuk akut dari otitis media supuratif, yang dapat berkembang menjadi OMSK bila tidak diterapi dengan baik. Otitis media akut (OMA) terjadi akibat faktor pertahanan tubuh yang terganggu. Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab terjadinya OMA. Fungsi tuba sebagai barrier masuknya mikroba ke telinga tengah menjadi terganggu akibat adanya sumbatan tuba. Infeksi saluran napas atas merupakan faktor pencetus terjadinya gangguan pada tuba. Makin sering seseorang terutama anak-anak mengalami infeksi saluran napas atas, makin besar kemungkinannya orang tersebut mengalami OMA (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007).Bakteri penyebab OMA yang utama adalah Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, dan Pneumokokus. Selain itu kadang juga dapat disebabkan oleh Hemofilus influenza, Escherichia colli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan Pseudomonas aurugenosa. Perubahan telinga tengah sebagai akibat infeksi dibagi atas 5 stadium berdasarkan gambaran membran timpani yang tampak dari luar: (1) stadium oklusi tuba yang ditandai adanya retraksi membran timpani akibat tekanan negatif dalam telinga tengah; (2) stadium hiperemis, yang ditandai adanya edema, hiperemia, dan pelebaran pembuluh darah pada membran timpani; (3) stadium supurasi, yaitu terbentuknya eksudat yang purulen di dalam telinga tengah, menyebabkan bulging membran timpani, dan nyeri di telinga bertambah berat; (4) Stadium perforasi yang terlihat dengan adanya ruptur membran timpani dan nanah mengalir ke telinga luar; (5) stadium resolusi yaitu bila keadaan telinga tengah kembali normal dan perforasi membran timpani tertutup. Bila pada stadium resolusi penyembuhan tidak berjalan dengan baik, maka perforasi bisa menetap dengan sekret yang mengalir terus atau menghilang, berkembang menjadi OMSK (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007) .Pada laporan kasus ini penulis akan menjabarkan mengenai kasus OMA Dextra Stadium Perforasi yang ditemukan di Poliklinik THT RSU NTB pada tanggal 7 Oktober 2011.BAB IITINJAUAN PUSTAKA
I. Anatomi Telinga TengahAnatomi Telinga
Gambar 1. Anatomi telingaTelinga merupakan organ pendengaran sekaligus juga organ keseimbangan. Telinga terdiri atas 3 bagian yaitu (Graaf, 2001):
1. Telinga luar2. Telinga tengah dan 3. Telinga dalamAnatomi Telinga TengahTelinga tengah atau rongga telinga adalah suatu ruang yang terisi udara yang terletak di bagian petrosum tulang pendengaran. Telinga tengah berbentuk kubus dengan (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007):
Batas luar: membran timpani
Batas depan: Tuba Eustachius
Batas bawah: Vena jugularis (bulbus jugularis)
Batas belakang: aditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis
Batas atas: tegmen timpani (meningen/ otak)
Batas dalam: Berturut- turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong, tingkap bundar dan promontorium.
1. Membran timpani. Epitel yang melapisi rongga timpani dan setiap bangunan di dalamnya merupakan epitel selapis gepeng atau kuboid rendah, tetapi di bagian anterior pada pada celah tuba auditiva (tuba Eustachius) epitelnya selapis silindris bersilia. Lamina propria tipis dan menyatu dengan periosteum (Seeley, 2004).
Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas disebut pars flaksida (membran Sharpnell) sedangkan bagian bawah disebut pars tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran pernafasan. Pars tensa memiliki satu lapisan lagi di tengah yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler di bagian dalam (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007) .
Bayangan penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pada pukul 5 untuk membran timpani kanan, sementara membran timpani kiri pada arah jam 7. Refleks cahaya adalah cahaya dari luar yang dipantulkan oleh membran timpani. Di membran timpani terdapat dua serabut yaitu sirkuler dan radier sehingga menyebabkan timbulnya refleks cahaya (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007) .
Membran timpani dibagi menjadi 4 kuadran dengan menarik garis searah dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di umbo, sehingga didapatkan bagian/kuadran:
Atas-depan
Atas-belakang
Bawah depan
Bawah belakang
2. Tulang pendengaran yaitu tulang maleus, inkus dan stapes. Ketiga tulang ini merupakan tulang kompak tanpa rongga sumsum tulang. Tulang maleus melekat pada membran timpani. Tulang maleus dan inkus tergantung pada ligamen tipis di atap ruang timpani. Lempeng dasar stapes melekat pada tingkap celah oval (fenestra ovalis) pada dinding dalam (Seeley, 2004).
3. Terdapat 2 otot kecil yang berhubungan dengan ketiga tulang pendengaran. Otot-otot ini berfungsi protektif dengan cara meredam getaran-getaran berfrekuensi tinggi.
a. Otot tensor timpani terletak dalam saluran di atas tuba auditiva, tendonnya berjalan mula-mula ke arah posterior kemudian mengait sekeliling sebuah tonjol tulang kecil untuk melintasi rongga timpani dari dinding medial ke lateral untuk berinsersi ke dalam gagang maleus.
b. Tendo otot stapedius berjalan dari tonjolan tulang berbentuk piramid dalam dinding posterior dan berjalan anterior untuk berinsersi ke dalam leher stapes.
4. Dua buah tingkap. Tingkap oval pada dinding medial ditutupi oleh lempeng dasar stapes, memisahkan rongga timpani dari perilimfe dalam skala vestibuli koklea. Oleh karenanya getaran-getaran membrana timpani diteruskan oleh rangkaian tulang-tulang pendengaran ke perilimf telinga dalam. Untuk menjaga keseimbangan tekanan di rongga-rongga perilimf terdapat suatu katup pengaman yang terletak dalam dinding medial rongga timpani di bawah dan belakang tingkap oval dan diliputi oleh suatu membran elastis yang dikenal sebagai tingkap bulat (fenestra rotundum). Membran ini memisahkan rongga timpani dari perilimf dalam skala timpani koklea (Seeley, 2004).
5. Tuba auditiva (Eustachius) menghubungkan rongga timpani dengan nasofarings lumennya gepeng, dengan dinding medial dan lateral bagian tulang rawan biasanya saling berhadapan menutup lumen. Epitelnya bervariasi dari epitel bertingkat, selapis silindris bersilia dengan sel goblet dekat farings. Dengan menelan dinding tuba saling terpisah sehingga lumen terbuka dan udara dapat masuk ke rongga telinga tengah. Dengan demikian tekanan udara pada kedua sisi membran timpani menjadi seimbang (Seeley, 2004).
II. Otitis Media AkutOtitis Media1. Definisi
Djafaar dkk dalam Buku Ajar THT-KL mendefinisikan otitis media sebagai peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. 2. Epidemiologi
Faktor-faktor yang mempenfaruhi angka kejadian otitis media yaitu usia, jenis kelamin, ras, latar belakang genetik, status sosioekonomi, jenis susu saat bayi, derajat paparan terhadap rokok, ada tidaknya alergi pada sistem respirasi, musim, dan status vaksinasi pneumokokus .3. Patogenesis
Otitis Media Akut
a. Factor pencetus terjadinya otitis media akut menurut Djafaar dkk.:
Terganggunya factor pertahanan tubuh, yaitu terganggunya silia pada mukosa tuba Eustachius
Sumbatan tuba Eustachius
Infeksi saluran napas atas, semakin sering terkena ISPA maka makin besar kemungkinan anak mengalami OMA.
Pada anak anatomi tuba Eustachius juga terlibat mempermudah terjadinya OMA.
Bakteri piogenik merupakan penyebab utama OMA (otitis media akut), seperti Streptococcus haemolyticus, Stafilococcus aureus, pneumakokus. Kadang- kadang Haemophylus influenza ditemukan juga.
b. Djafaar dkk. Membagi OMA dalam beberapa 5 stadium (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007) :
Stadium
Oklusi Tuba Eustachius
Retraksi membran timpani karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat absorpsi udara.
kadang membran timpani tampak normal atau berwarna keruh pucat
efusi tidak dapat dideteksi
stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa karena virus atau alergi
stadium
hiperemis (pre-supurasi)
Pelebaran pembuluh darah di membran timpani ( tampak hiperemis dan edem
Terbentuk sekret yang mungkin bersifat eksudat serosa ( sukar terlihat
stadium
supurasi
Edema hebat pada mukosa telinga tengah, sel epitel superfisialis hancur, terbentuk eksudat purulen di kavum timpani ( membran timpani menonjol ke arah telinga luar Pasien terlihat sangat sakit, peningkatan nadi dan suhu, pertambahan nyeri telinga
Jika tekanan di kavum tidak berkurang karena tekanan nanah ( iskemik, tromboflebitis pada vena-vena kecil, nekrosis mukosa dan submukosa ( daerah ini tampak kekuningan dan lebih lembek ( akan terjadi rupture
stadium
perforasi Ruptur membran timpani ( sekret mengalir ke liang telinga luar ( Anak menjadi tenang dan dapat tidur nyenyak
stadium
resolusi
Bila membran timpani tetap utuh ( akan kembali normal secara perlahan-lahan
Dapat terjadi tanpa pengobatan bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah
Bila peeforasi menetap dan sekret keluar terus-menerus atau hilang timbul ( OMSK
Bila skret menetap dalam kavum timpani dan tidak terjadi perforasi ( OM serosa
c. Gejala Klinik OMA
Tergantung pada stadium penyakit dan usia pasien
Pada bayi: suhu tinggi mencapai 39,5C (pada stadium supurasi), gelisah, sukar tidur
Pada anak yang sudah dapat berbicara: nyeri di dalam telinga dan demam, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya
Pada anak yang lebih besar atau dewasa: nyeri di dalam telinga, rasa penuh di telinga, rasa kurang dengar
Tiba-tiba anak menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang, dan kadang memegang telinga yang sakit
e. Terapi
Tergantung pada stadium penyakitnya (Djaafar dkk dalam Soepardi dkk, 2007): Stadium
oklusi
Tujuan: membuka tuba ( tekanan negatif telinga tengah hilang
Diberi obat tetes hidung : HCl efedrin 0,5% dalam larutan fisiologik (12 tahun, dan dewasa)
Obati sumber infeksi
Stadium presupurasi
Antibiotik (minimal selama 7 hari) : golongan penicilin (lini pertama) (awalnya diberikan secara IM sehingga didapat konsentrasi yang adekuat dalam darah ( tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa, maupun kekambuhan).
Jika alergi pensilin, beri eritromisin.
Dosis ampisilin anak: 50-100 mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
Atau amoksisilin (anak) 40 mg/kgBB/hari daibagi dalam 3 dosis
Atau eritromisin (anak) 40 mg/kgBB/hari
Obat tetes hidung
Analgetika
Stadium supurasi
Antibiotika
Miringotomi (bila membran timpani masih utuh): dapat menghindari ruptur, gejala klinis lebih cepat hilang
Miringotomi ialah tindakan incisi pada pars tensa membran timpani agar terjadi drenase sekret dari telinga tengah ke telinga luar
Miringotomi memiliki banyak komplikasi (ex. Perdarahan, trauma pada n. Facialis) ( tidak perlu dilakukan bila terapi antibiotik yang adekuat dapat diberikan
Stadium perforasi
Obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat
Biasanya Dalam 7-10 hari sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup kembali
Jika tidak terjadi resolusi
Lanjutkan antibiotik hingga 3 minggu ( jika sekret masih tetap banyak ( mungkin terjadi mastoiditis
Jika sekret terus keluar >3 minggu ( otitis media supuratif subakut
Jika perforasi menetap dan sekret terus keluar >1,5-2 bulan ( otitis media supuratif kronik (OMSK)
BAB IIILAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien
: Tn. MJ
Umur
: 20 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Alamat
: BTN PerampuanPekerjaan
: MahasiswaTanggal Pemeriksaan: 7 Oktober 2011
ANAMNESIS
Keluhan utama:
Keluar cairan seperti nanah kental dari telinga kanan Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke poliklinik THT RSU Provinsi NTB dengan keluhan keluar cairan seperti nanah dari telinga kanan sejak 4 hari lalu. Pada awalnya, sekitar 2 minggu lalu terdapat keluhan rasa penuh pada telinga kanan. Beberapa hari kemudian (pasien tidak ingat persisnya berapa hari) pasien mendengar suara seperti air terkocok di dalam telinga kanan. Kemudian muncul rasa sakit di telinga kanan, dan 4 hari sebelum memeriksakan diri keluar cairan seperti nanah dari liang telinga kanan. Riwayat batuk pilek (+) sejak 1 minggu sebelum rasa penuh di telinga muncul. Sekret hidung awalnya cair dan bening, namun 4 hari kemudian berubah warna menjadi kuning keruh disertai batuk berdahak dengan dahak berwarna kuning keruh. Saat pemeriksaan sudah tidak terdapat keluhan batuk-pilek lagi. Terdapat riwayat demam pada pasien, namun pada saat pemeriksaan sudah tidak dirasakan lagi. Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah menderita keluhan yang sama seperti ini sebelumnya. Tidak ada riwayat keluar cairan dari dalam telinga kiri maupun kanan. Riwayat penyakit keluarga/sosial:
Pasien mengaku tertular batuk dan pilek dari tetangga kos, namun tetangga kosnya tidak memiliki keluhan telinga. Riwayat pengobatan: -
Riwayat alergi:
Pasien mengaku tidak memiliki riwayat alergi makanan, obat-obatan, tidak pernah meler dan bersin-bersin saat terkena debu atau dingin.PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :
Tensi: 125/70 mmHg Nadi: 90 x/menit
Respirasi: 20 x/menit
Suhu : 37C
Status Lokalis
Pemeriksaan telinga
No.Pemeriksaan TelingaTelinga kananTelinga kiri
1.TragusNyeri tekan (-), edema (-)Nyeri tekan (-), edema (-)
2.Daun telingaBentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-)Bentuk dan ukuran dalam batas normal, hematoma (-), nyeri tarik aurikula (-)
3.Liang telinga Serumen (-), hiperemis (+) di sekitar membran timpani, furunkel (-), edema (-), otorhea (+, aktif mukopurulen)
Serumen (-), hiperemis (-), furunkel (-), edema (-), otorhea (-)
4.Membran timpani
Retraksi (-), bulging (+), hiperemi (+), edema (+), perforasi (+, sentral postero-superior), cone of light (-)
Retraksi (-), bulging (-), hiperemi (-), edema (-), perforasi (-), cone of light (+)
Pemeriksaan hidung
Pemeriksaan HidungHidung kananHidung kiri
Hidung luarBentuk (normal), hiperemi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)Bentuk (normal), hiperemi (-), nyeri tekan (-), deformitas (-)
Rinoskopi anterior
Vestibulum nasiNormal, ulkus (-)Normal, ulkus (-)
Cavum nasiBentuk (normal), mukosa pucat (-), hiperemia (-) Bentuk (normal), mukosa pucat (-), hiperemia (-)
Meatus nasi mediaMukosa normal, sekret (-), massa berwara putih mengkilat (-). Mukosa normal, sekret (-), massa berwara putih mengkilat (-).
Konka nasi inferiorEdema (-), mukosa hiperemi (-)Edema (-), mukosa hiperemi (-)
Septum nasiDeviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-)Deviasi (-), perdarahan (-), ulkus (-)
Pemeriksaan Tenggorokan
BibirMukosa bibir basah, berwarna merah muda (N)
MulutMukosa mulut basah berwarna merah muda
GeligiNormal
LidahTidak ada ulkus, pseudomembrane (-)
UvulaBentuk normal, hiperemi (-), edema (-), pseudomembran (-)
Palatum moleUlkus (-), hiperemi (-)
FaringMukosa hiperemi (-), reflex muntah (+), membrane (-), sekret (-)
Tonsila palatineKananKiri
T1T1
Fossa Tonsillaris dan Arkus Faringeus hiperemi (-)hiperemi (-)
DIAGNOSIS
Otitis Media Akut Stadium Perforasi DextraDIAGNOSIS BANDING
-PEMERIKSAAN PENUNJANG
Kultur sekret telinga kananRENCANA TERAPIMedikamentosa
Antibiotik sistemik :
Amoxicillin 3 x 500 mg (7 hari).
Analgetik :
Asam Mefenamat 3 x 500 mg Nasal Dekongestan
Tablet pseudoefedrine HCL oral 3 x 60 mg selama 3-4 hariKIE pasien
Pasien dianjurkan untuk tetap menjaga kebersihan telinga dan tidak mengorek-ngorek liang telinga. Antibiotik harus diminum sampai habis walaupun gejala sudah hilang, agar penyembuhan berlangsung baik dan tidak terjadi komplikasi. Untuk sementara, telinga kanan jangan dulu terkena air. Bila mandi telinga kanan ditutup dengan kapas. Menjaga higiene mulut agar tidak terjadi tonsilitis berulang.
Datang kembali untuk kontrol setelah 1 minggu, untuk melihat perkembangan peyembuhan pada perforasi membran timpani.PROGNOSIS
Dubia ad bonamBAB IV
PEMBAHASAN
Diagnosis Otitis Media Akut Stasium Perforasi didapatkan melalui hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik telinga yang dilakukan. Pada anamnesis, tergambar jelas mengenai etiologi dan perjalanan penyakit pasien. Anamnesis adanya riwayat batuk-pilek dengan sekret kuning keruh sebelum keluhan telinga muncul menunjukkan penyebab terjadinya infeksi pada telinga tengah. Infeksi pada hidung dan tenggorokan dapat menyebabkan gangguan tuba auditiva yang selanjutnya menyebabkan tekanan negatif pada telinga tengah, bermanifestasi sebagai rasa penuh pada telinga yang dirasakan pasien. Sumbatan tuba yang terus berlanjut menyebabkan hipersekresi sel goblet pada mukosa telinga tengah. Sekret merupakan media pertumbuhan bakteri yang baik, sehingga kemudian timbul proses infeksi pada telinga tengah. Hipersekresi dan infeksi telinga tengah bermanifestasi sebagai suara air terkocok yang didengar pasien pada telinga kanannya, dan rasa nyeri pada telinga akibat proses inflamasi. Hasil anamnesis menunjukkan proses perjalanan penyakit yang sesuai dengan perjalanan penyakit pada OMA mulai dari stadium oklusi tuba, stadium hiperemis, stadium supurasi dan stadium perforasi saat pasien datang berobat ke Poliklinik.Pemeriksaan fisik telinga mengkonfirmasi adanya proses inflamasi akibat infeksi pada telinga tengah. Tampak sekret mukopurulen pada liang telinga kanan, dengan daerah hiperemis pada MAE dekat membran timpani. Membran timpani tampak hiperemis, edema, bulging, dengan pelebaran pembuluh darah pada membran timpani. Pada membran timpani juga erlihat perforasi pada postero-superior pars tensa dengan sekret yang aktif keluar melalui lubang perforasi. Walaupun telah terjadi perforasi pada membran timpani pasien, membran timpani yang bulging masih tampak. Hal ini disebabkan karena masih banyak terdapat sekret di dalam telinga tengah dan perforasi sangat kecil sehingga sekret hanya dapat keluar sedikit demi sedikit, pada titik perforasi juga tampak mukosa yang edema menonjol keluar dan menutupi perforasi. Dengan keadaan ini, penekanan membran timpani oleh sekret yang menyebabkan tampakan bulging masih terjadi.Harus dibedakan antara OMA dan OMSK. Riwayat keluhan telinga yang baru terjadi selama 10 hari dengan sekret keluar mulai 4 hari lalu, menunjukkan adanya proses akut pada telinga. Pasien juga mengaku sebelumnya tidak pernah keluar cairan dari telinga kanan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan lubang perforasi sentral kecil tunggal, tidak terdapat penipisan pada bagian lain membran timpani. Penanganan ditujukan pada eradikasi infeksi dan simtomatis untuk mengurangi gejala yang dirasakan pasien. Eradikasi infeksi pada OMA harus adekuat sehingga infeksi tidak menetap dan berubah menjadi OMSK. Terapi lini pertama diberikan pada pasien ini berupa antibiotik spektrum luas Amoxicillin selama 7 hari, dan Asam Mefenamat 500 mg 3x1 diminum bila perlu sebagai analgetik. Pasien diminta kembali lagi untuk kontrol setelah 7 hari untuk melihat perkembangan terutama penutupan pada perforasi membran timpani. Dekongestan nasal topikal digunakan untuk mengurangi sumbatan pada tuba Eustachius, sehingga drainase sekret lebih lancar dan fungsi fisiologis proteksi tuba kembali normal. Pseudoefedrin HCl dipilih dalam bentuk tablet oral untuk meringankan sumbatan pada rongga hidung bagian posterior atar tuba Eustachius agar fungsi normal tuba kembali normal. Sediaan murni pseudoefedrine HCl tidak ada, karena itu digunakan sediaan tablet yang ada di pasaran, yang dicampur dengan antihistamin H1, digunakan selama 3 hari untuk menghindari efek samping berupa penurunan produksi sekret.Kontrol diperlukan untuk menilai terapi telah adekuat atau belum, agar dapat mencegah perkembangan penyakit menjadi OMSK. Antibiotik oral diberikan pada pasien ini untuk menjamin adekuasi terapi. Tetes telinga tidak diberikan karena perforasi yang ada masih sangat kecil dan sekret masih aktif mengalir keluar sehingga antibiotik tidak akan sampai ke telinga tengah dan tidak dapat bekerja dengan baik.DAFTAR PUSTAKAGraaff, v D. 2001. Van De Graaff Human Anatomy 6th Ed. The McGrawHill Companies, New York.
Seeley, Stephens, Tate. 2004. Anatomy and Physiology, Ch 15 The Special Senses 6th Ed. The McGrawHill Companies, New York
Soepardi EA, Iskandar HN, editor. 2001, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi kelima. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Gangguan tuba
Etiologi:
Perubahan tekanan udara
tiba-tiba
Alergi
Infeksi
Sumbatan: sekret, tampon, tumor
Tekanan negative telinga tengah
Efusi
Sembuh/normal
Fungsi tuba tetap terganggu
Infeksi (-)
OME (otitis media efusi)
Fungsi tuba tetap terganggu
Infeksi (+)
OMA (otitis media akut)
Sembuh
OME
OMSK (otitis media supuratif kronik)
Hiperemis
sekret
Perforasi dgn sekret aktif
Recommended