View
387
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 1/35
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan kita berbagai macam nikmat,
sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan di
alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta
harapan yang kita capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum nya dan sesudah nya kami ucapkan kepada Dosen yang telah
banyak membimbing dan orang tua yang telah memberikan motifasi dan segala dukungan nya
serta teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun materil,
sehingga makalah FARMAKOLOGI (Diuretik dan Antihipertensi) terselesaikan dalam waktu
yang telah di tentukan. Pada penulisan makalah ini, kami berusaha menggunakan bahasa yang
sederhana dan mudah di mengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna dan diambil intisari dari
materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Makalah ini juga diharapkan dapat
digunakan oleh dosen pengajar bidang studi FARMAKOLOGI ((Diuretik dan Antihipertensi),
karena kami telah berusaha melengkapi materi sesuai dengan kebutuhan materi pembelajaran
yang disempurnakan.
Kami menyadari sekali, di dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
serta banyak kekurangan-kekurangan nya, baik dari segi tata bahasa maupun dalam hal
pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menuruti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makalah kami dilain waktu. Harapan yang paling besar dari
penyusunan makalah ini ialah, mudah mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik
untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang membaca dan menyempurnakan lagi atau
menganbil hikmah dari judul ini (gaya hidup) sebagai tambahan dalam menambah referensi yang
telah ada.
Padang ,6 Desember 2011
Penuli
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 2/35
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...4
1.2 Tujuan................................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian ……………….............. ..………………………………………....5
2.2 Sejarah Antibiotik ……………………………………..……………….……...6
2.3 Pembuatan Antibiotik ……………………………………..…..………………8
2.4 Klasifikasi Dan Golongan Antibiotik …………………………………………9
2.5 Farmakokinetika Antibiotik …………………………………………..……...14
2.6 Retensi Antibiotik ……………………………………………………….…...15
2.7 Mekanisme Kerja Antibiotik ……………………………………...…………17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………..…………… 31
3.2 Saran……………………………………………………………..…………..31
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 3/35
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan di dunia yang sangat penting
dikarenakan angka kejadiannya yang tinggi. Prevalensi tekanan darah tinggi meningkat seiring
dengan peningkatan usia (Ridjab, 2007).
Diuretika merupakan antihipertensi pertama yang terbukti aman sejak awal tahun 60-an.
Obat yang bekerja dengan mengeluarkan natrium dari ginjal ini sempat turun pamornya di tahun
80-an seiring ditemukannya obat-obat antihipertensi baru. Kejatuhan diuretika juga terkait
dengan temuan sebuah survei epidemiologi yang mengatakan adanya peningkatan kematian pada
penderita hipertensi yang menggunakan diuretika. Hal ini terjadi karena selain natrium, kalium
pun ikut menghilang dari tubuh dengan penggunaan diuretika.
1.2 Masalah
Dari latar belakang dapat ditarik rumusan masalah yaitu bagaimana kita menggunakan
antihipertensi dan diuretik yang baik dan efisien.
1.3 Tujuan
Penulis ingin mengetahui lebih mendalam tentang Diuretika dan Antihipertensi
Untuk memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah farmakologi
sebagai pedoman dalam pembuatan makalah selanjutnya
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 4/35
BAB 11
LANDASAN TEORITIS
2.1 Pengertian Antihipertensi
Antihipertensi adalah obat – obatan yang digunakan untuk mengobati hipertensi.
Antihipertensi juga diberikan pada individu yang memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
penyakit kardiovaskular dan mereka yang beresiko terkena stroke maupun miokard infark.
Pemberian obat bukan berarti menjauhkan individu dari modifikasi gaya hidup yang sehat seperti
mengurangi berat badan, mengurangi konsumsi garam dan alkohol, berhenti merokok,
mengurangi stress dan berolah-raga.
Pemberian obat perlu dilakukan segera pada pasien dengan tekanan darah sistolik ≥
140/90 mmHg. Pasien dengan kondisi stroke atau miokard infark ataupun ditemukan bukti
adanya kerusakan organ tubuh yang parah (seperti mikroalbuminuria, hipertrofi ventrikel kiri)
juga membutuhkan penanganan segera dengan antihipertensi
2.2 Tujuan Pemberian Anthipertensi
Adapun tujuan pemberian antihipertensi yakni
Mengurangi insiden gagal jantung dan mencegah manifestasi yang muncul akibat gagal
jantung.
Mencegah hipertensi yang akan tumbuh menjadi komplikasi yang lebih parah dan
mencegah komplikasi yang lebih parah lagi bila sudah ada.
Mengurangi insiden serangan serebrovaskular dan akutnya pada pasien yang sudah
terkena serangan serebrovaskular.
Mengurangi mortalitas fetal dan perinatal yang diasosiasikan dengan hipertensi maternal.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 5/35
2.3 Efek Samping
Antihipertensi dari golongan diuretik, ACE-inhibitor dan beberapa β -Blocker dapat
menyebabkan reaksi likenoid. ACE-inhibitor juga diasosiasikan dengan kehilangan sensasi pada
lidah dan rasa terbakar pada mulut. ACE – inhibitor dan penghambat reseptor angiotensin II
pernah diimpliksikan bahwa keduanya menyebabkan angioedema pada rongga mulut pada
sekelompok 1% dari pasien yang mengonsumsinya. Meskipun oedema pada lidah, uvula, dan
palatum lunak yang paling sering terjadi,tetapi oedema larynx adalah yang paling serius karena
berpotensi menghambat jalan nafas.
Efek samping obat-obatan antihipertensi pada rongga mulut adalah xerostomia,reaksi
likenoid, Pertumbuhan gingival yang berlebihan,pendarahan yang parah,penyembuhan luka yang
tertunda. Sedangkan efek samping yang sistemik yang paling serius dilaporkan adalah
konstipasi,batuk, pusing,mengantuk,letih,frekuensi berkemih yang meningkat,berkurang nya
konsentrasi,disfungsi seksual dan rasa tidak enak pada perut.
2.4 Obat Antihipertensi
Pengobatan hipertensi biasanya ditujukan untuk mencegah terjadinya morbiditas dan
mortalitas akibat tekanan darah tinggi. Terapi farmakologi untuk hipertensi ringan dan sedangdilakukan secara monoterapi dengan salah satu dari obat berikut : diuretik, β-bloker,
penghambat ACE, antagonis kalsium, dan α- bloker (termasuk α,β-bloker). Antihipertensi
lainnya, yakni vasodilator langsung, adrenolitik sentral (α2 agonis) dan penghambat saraf
adrenergik, tidak digunakan untuk monoterapi tahap pertama, tetapi hanya antihipertensi
tambahan. Jika respon kurang atau parsial, akan dilakukan penambahan obat ke-2 dari golongan
lain sedangkan jika respon kecil, dilakukan penggantian jenis obat.
Pilihan obat bagi masing-masing penderita (individualisasi individu) bergantung pada
(1) efek samping metabolik dan subyektif yang ditimbulkan;
(2) adanya penyakit lain yang mungkin diperbaiki atau diperburuk oleh AH yang dipilih;
(3) adanya pemberian obat lain yang mungkin berinteraksi dengan AH yang diberikan
dan (biaya pengobatan).
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 6/35
Berikut adalah jenis-jenis atau kelompok obat anti hipertensi :
A. Diuretik
Efek nyang ditimbulkan adalah peningkatan ekskresi natrium, klorida dan air sehinggamengurangi volume plasma dan cairan ekstrasel. Vasodilatasi perifer yang terjadi disebabkan
adanya penyesuaian pembuluh darah perifer terhadap pengurangan volume plasma terus
menerus. Selain itu, dapat pula terjadi pengurangan kekakuan dinding pembuluh darah dan
bertambahnya daya lentur (compliance) vaskulor)
B. Penghambat Adrenergik
1. Penghambat adrenoreseptor β (β -bloker)
Mekanisme β-adrenergik sebagai anti hipertensi masih belum jelas. Diperkirakan ada
beberapa cara, yakni
pengurangan denyut jantung dan kontraktilitas miokard menyebabkan curah jantung
berkurang. Reflek baroreseptor serta hambatan β2 vaskular menyebabkan resistensi
perifer pada awalnya meningkat;
hambatan pelepasan NE melalui hambatan reseptor β2 prasinaps;
hambatan sekresi renin melalui hambatan rereptor β1 di ginjal; dan
efek sentral. Penurunan TD oleh β-bloker yang diberikan per oral berlangsung lambat.
Efek tampak dalam 24 jam sampai 1 minggu. Pemberian pada orang normal tidak akan
menyebabkan hipotensi.
Β-bloker merupakan obat untuk hipertensi ringan-sedang dengan PJK atau dengan
aritmia supraventrikuler maupun ventrikuler dengan kelainan induksi, pada penderita muda
dengan sirkulasi hiperdinamik dan pada penderita yang memerlukan anti depresi trisiklik atau
antipsikotik (efek β-bloker tidak dihambat oleh obat-obatan tersebut). Semakin muda, β-bloker
semakin efektif dan efek antihipertensi berlangsung lebih lama daripada bertahannya kadar
plasma sehingga kadar plasma tidak dapat digunakan sebagai pedoman terapi.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 7/35
Efektivitas berbagai β-bloker sebagai antihipertensi tidak berbeda satu sama lain bila
diberikan dalam dosis ekuipoten. Ada tidaknya ISA, MSA, maupun kemampuan obat masuk ke
otak tidak memberiakn perbedaan efektivitas, tetapi memberikan perbedaan dalam menentukan
pilihan β-bloker yang paling tepat (dengan melihat efek pada penyakit penyerta dan efek
samping).
Efek samping yang mungkin muncul diantaranya adalah bronkospasme, memperburuk
gangguan pembuluh darah perifer, rasa lelah, insomnia, eksaserebrasi gagal jantung, dan
menutupi gejala hipoglikemia; juga, hipertrigliseridemia dan menurunkan kadar kolestrol HDL
(kecuali β-bloker dengan ISA dan labetalol); serta mengurangi kemampuan berolahraga. Efek
samping dapat dikurangi dengan pengaturan diet. Selain itu, pengurangan aliran darah ginjal dan
laju filtrasi glomerulus dapat memperburuk fungsi ginjal.Hipertensi rebound jarang terjadi pada penghentian β-bloker secara mendadak.
2. Penghambat adrenoreseptor α (α-bloker)
α- bloker yang selektif memblok adrenoreseptor α1 dapat untuk pengobatan
antihipertensi. Alfa-bloker yang non-selektif juga menghambat adrenoseptor α-2 diujung saraf
adrenergik sehingga meningkatkan pelepasan NE. Akibatnya, perangsangan jantung akan
berlebihan.
Alfa- bloker menghambat reseptor α1 di pembuluh darah terhadap efek vasokonstriksi NE
dan E sehingga terjadi dilatasi vena dan arteriol. Alfa-bloker merupakan satu-satunya golongan
AH yang memerikan efek positif pada lipid darah, (mengurangi LDL dan trigliserida serta
meningkatkan HDL). Alfa-bloker juga dapat menurunkan resistansi insulin, mengurangi
gangguan vaskular perifer, memberikan sedikit efek bronkodilatasi dan mengurangi serangan
asma akibat kegiatan fisik, merelaksasi otot polo prostat dan leher kandung kemih sehingga
mengurangi gejala hipertrofi prostat, tidak menggangu aktivitas fisik dan tidak berinteraksi
dengan AINS. Oleh karena itu, obat ini dianjurkan untuk penderita hipertensi disertai diabetes,
dislipidemia, obesitas, gangguan resistensi perifer, asma, hipertrofi prostat, perokok, serta
penderita muda yang aktif secara fisik dan mereka yang menggunakan AINS.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 8/35
Efek samping yang mungkin muncul di antaranya adalah hipotensi ortostatik yang dapat
terjadi sejak pemberian beberapa dosis pertama atau saat dilakukan penambahan dosis. Efek
lebih besar ialah kehilangan kesadaran sesaat atau yang ringan ialah pusing kepala ringan.
Fenomen ini dapat terjadi saat pemberian dosis pertama terlalu besar, penderita dengan deplesi
cairan, penderita usia lanjut, atau yang sedang makan AH lain. Toleransi terhadap fenomen
terjadi secara cepat dengan mekanisme yang belum diketahui. Namun, ada juga contoh obat yang
jarang menimbulkan fenomen dosis pertama karena mula kerjanya yang lambat, seperti
doxazosin.
3. Adrenolitik Sentral
Klonidin. Efek hipotensifnya disertai penurunan resistensi perifer. Curah jantung mula-
mula menurun, tetapi kembali lagi ke nilai awal pada pemberian jangka panjang. Klonidin juga
dapat menyebabkan penurunan denyut jantung, antara lain akibat peningkatan tonus vagal.
Klonidin oral biasanya digunakan sebagai obat ke-2 atau ke-3 jika TD sasaran belum tercapai
pada pemberian diuretik. Obat ini dapat juga untuk menggantikan penghambat adrenergik lain
dalam kombinasi 3 obat dengan diuretik dan vasodilator pada hipertensi resisten. Klonidin
berguna pula untuk hipertensi mendesak.
Efek samping yang sering muncul ialah mulut kering dan sedasi (pada 50% penderita),tetapi efek bisa hilang dalam 12 jam meski obat diteruskan. Efek lain ialah pusing, mual,
konstipasi, atau impotensi. Gejala ortostatik kadang-kadang terjadi. Efek samping sentral
misalnya, mimpi buruk, insomnia, cemas dan depresi. Penggunaan secara tunggal dapat
menyebabkan retensi cairan sehingga mengurangi efek hipotensinya. Oleh karena itu, obat ini
paling baik jika digunakan bersama diuretik.
Guanabenz dan Guanfasin. Sifat farmakologik termasuk efek sampingnya mirip klonidin.
Guanfasin memiliki waktu paruh lebih panjang (14-18 jam), bandingkan dengan guanabenz yang
maksimal dalam 2-4 jam pada pemberian oral.
Metildopa. Metildolpa dapat mengurangi resistensi perifer tanpa banyak mengubah
denyut jantung dan curah jantung. Pada penderita usia lanjut, curah jantung dapat menurun
akibat berkurangnya denyut jantung dan isi sekuncup. Penurunan TD maksimal 6-8 jam setelah
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 9/35
dosis oral. TD lebih turun jika pasien berdiri dari pada berbaring. Hipotensi ortostatik dapat
terjadi meski tidak seberat yang ditimbulkan penghambat saraf adrenergik. Penggunaan tunggal
dapat menyebabkan retensi cairan sehingga kehilangan efek hipotensifnya (toleransi semu).
Metildopa ditambahkan sebagai obat ke-2 bila TD sasaran belum tercapai dengan diuretik
saja. Obat ini juga efektif jika dikombinasikan dengan tiazid. Selain itu, obat ini juga merupakan
pilihan untuk hipertensi pada kehamilan.
Dosis pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal harus dikurangi karena absorpsi
metidolpa pada pencernaan kurang lengkap. Sekitar 63% diekskresikan tubuh. Pada insufisiensi
ginjal terjadi akumulasi obat dan metabolitnya. Waktu paruh obat 2 jam dan meningkat pada
penderita uremia.
Efek samping yang dapat muncul di antaranya adalah sedasi, hipotensi postural, pusing,
mulut kering, gangguan tidur, depresi mental, impotensi, kecemasan, penglihatan kabur, hidung
tersumbat dan sakit kepala. Efek samping yang lebih serius di antaranya adalah anemia
hemolitik, trombositopenia, leukopenia, hepatitis, dan sindrom seperti lupus.
Efek hipotensif metildopa ditingkatkan oleh diuretik dan dikurangi antidepresi trisiklik
dan amin simpatomimetik. Penghentian mendadak dapat menyebabkan fenomen rebound
(peningkatan TD meningkat.
4. Penghambat saraf Adrenergik
Reserpin dan Alkaloid Rauwolfia. Reserpin mengurangi resistensi perifer denyut jantung
dan denyut jantung. Retensi cairan dapat terjadi jika tidak diberikan bersama diuretik. Reserpin
lebih sering digunakan sebagai obat ke-2 dan merupakan antihipertensi yang baik, terutama saat
dikombinasikan dengan tiazid.
Efek samping yang dapat terjadi di antaranya adalah letargi dan kongesti nasal. Selain itu,
ada pula gejala-gejala seperti bradikardia, mulut kering, diare, mual, muntah, anoreksia,
bertambahnya nafsu makan, hiperasiditas lambung, mimpi buruk, depresi mental, disfungsi
sexual, dan ginekomastia. Penderita dengan riwayat depresi dihindarkan dari penggunaan obat
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 10/35
ini. Untuk mengurangi efek samping, penggunaan dosis yang rendah pada kombinasi dengan
tiazid dirasakan cukup efektif.
Karena reserpin dapat meningkatkan asam lambung, maka harus diberikan dengan hati-
hati pada penderita dengan riwayat ulkus peptikum. Selain itu, penderita dengan riwayat kolitis
ulseratif juga tidak diperbolehkan karena reserpin dapat meningkatkan tonus dan motilitas
ulseratif. Penderita epilepsi juga tidak dianjurkan karena reserpin dapat menurunkan ambang
kejang.
Guanetidin. Efek hipotensif obat ini disebabkan karena berkurangnya curah jantung
(akibat berkurangnya alir balik vena serta kontraktilitas dan denyut jantung) dan turunnya
resistensi perifer. Guanetidin merupakan venodilator yang kuat sehingga hipotensi ortostatik
yang hebat dan juga hipotensi akibat kegiatan fisik dapat terjadi. Obat ini juga sering
menimbulkan diare dan kegagalan ejakulasi.
Guanetidin sekarang jarang digunakan karena (1) sukar mengatur dosisnya, (2) adanya
AH yang lain, misalnya kaptropil dan minoksidil yang efektif untuk hipertensi resisten dan
kurang menimbulkan efek samping dibanding guanetidin.
Guanadrel. Mekanisme dan efek samping mirip dengan Guanetidin, hanya saja intensitas
diare lebih rendah.
5 Penghambat Ganglion
Trimetafan. Merupakan satu-satunya penghambat ganglion yang masih digunakan di
klinik. Kerjanya singkat dan digunakan untuk (1) menurunkan TD dengan segera pada hipertensi
darurat, terutama aneurisma aorta dissecting yang akut dan (2) menghasilkan hipotensi terkendali
selama bedah saraf atau bedah kardiovaskular untuk mengurangi pendarahan.
Efek samping yang dapat muncul ialah paresis usus dan kandung kemih, hipotensi
ortostatik, penglihatan kabur, dan mulut kering.
C. Vasodilator
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 11/35
Hidralazin.
Hidralazin merelaksasi otot polos arteriol dengan mekanisme yang belum dapat dipastikan.
Salah satu kemungkinan kerjanya adalah sama dengan kerja nitrat organik dan natrium
nitropusid, dengan melepaskan nitrogen oksida (NO) yang mengaktifkan guanilat siklase dengan
hasil akhir defosforilasi berbagai protein, termasuk protein kontraktil dalam sel otot polos.
Vasodilatasi dapat menyebabkan peningkatan denyut dan kontaktilitas jantung, peningkatan
renin plasma, dan retensi cairan yang justru melawan efek hipotensif obat. Hidralazin
menurunkan TD diastolik lebih banyak daripada TD sistolik dengan menurunkan resistensi
perifer. Oleh karena itu, hidralazin lebih selektif mendilatasi arteriol dari pada vena.
Hidralazin oral biasanya digunakan sebagai obat ke-3 kepada diuretik dan β-bloker.
Retensi cairan akan dihambat oleh diuretik sedangkan refleks takikardia terhadap vasodilatasi
akan dihambat oleh β-bloker. Karena tidak menimbulkan hipotensi ortostatik atau sedasi,
hidralazin dapat ditambahkan sebagai obat ke-2 kepada diuretik untuk penderita usia lanjut yang
tidak dapat mentoleransi efek samping penghambat adrenergik. Pada mereka, refleks
baroreseptor kurang sehingga tidak terjadi takikardia dengan hidralazin tanpa β-bloker.
Hidralazin sekarang jarang digunakan karena masih ada yang lebih aman. Hidralazin IV
digunakan untuk hipertensi darurat, terutama glomerulonefritis akut atau eklamasia.
Absorpsi dari saluran cerna cepat dan hampir sempurna, tetapi mengalami metabolisme
lintas pertama di hati yang besarnya ditentukan fenotip asetilasi penderita. Pada asetilasi lambat,
didapatkan kadar plasma yang tinggi, insiden hipotensi berlebihan dan toksisitas lainnya juga
tinggi sehingga perlu pengecilan dosis.
Efek samping yang dapat muncul ialah retensi natrium dan air bila tidak ada diuretik.
Takikardia diatasi dengan β- bloker. Tanpa β-bloker dan diuretik dapat terjadi iskemia miokard
pada penderita PJK. Hidralazin juga dapat menyebabkan sindrom Lupus.
Minoksidil.
Minoksidil bekerja pada sel otot polos vaskular dengan meningkatkan permeabilitas
membran sel terhadap K+ sehingga terjadi hiperpolarisasi. Dilatasi akan menurunkan resistensi
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 12/35
perifer dan menurunkan TD sistolik dan diastolik. Efek hipotensif disertai denyut jantung dan
curah jantung.
Minoksidil efektif untuk semua penderita , maka berguna untuk terapi jangka panjang
hipertensi berat yang refrakter terhadap kombinasi 3 obat yang terdiri dari diuretik, penghambat
adrenergik dan vasodilator lain. Minoksidil efektif untuk hipertensi akselerasi atau maligna
dengan penyakit ginjal. Untuk mengatasi retensi cairan dan takikardia, pemberian minoksidil
perlu dilengkapi diuretik dan penghambat adrenergik.
Efek samping yang sering muncul ialah retensi cairan, takikardia, sakit kepala, angina
pectoris (pada penderita PJK). Selain itu, efusi pleural dan perikardial terjadi pada 3% penderita.
Komplikasi terjadi pada penderita gangguan ginjal berat dan mungkin akibat retensi cairan.
Biasanya efusi hilang saat minoksidil dihentikan. Penghentian minoksidil mendadak dapat
menyebabkan hipertensi rebound. Minoksidil biasanya tidak menyebabkan hipotensi ortostatik,
kecuali jika diberikan pada guanetidin. Selain itu adalah hipertrikosis.
Metabolismenya ekstensif terutama menjadi metabolit yang tidak aktif. Kadar plasma
tidak berkorelasi dengan respon terapi.
Diazoksid.
Bekerja pada sel otot polos arteriol, mengaktifkan kanal K+ yang sensitif ATP sehingga
terjadi hiperpolarisasi menyebabkan dilatasi arteriol. Vena tidak dipengaruhi. TD turun dengan
cepat dan denyut jantung beserta curah jantung meningkat.
Obat ini digunakan pada hipertensi darurat. Diazoksid efektif untuk hipertrofi
ensefalopati, maligna dan berat dengan glomerunefritis akut dan kronik. Penurunan TD yang
cepat dapat beresiko iskemia koroner.
Efek samping yang ada misalnya hipotensi, takikardia, iskemia jantung dan otak akibat
hipotensi, azotemia, hipersensitifitas.
Natrium Nitroprusid.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 13/35
Gugus nitroso pada molekul natrium nitrosupid akan dilepaskan sewaktu kontak dengan
eritrosit. NO mengaktifkan enzim guanilat siklase pada otot polos pembuluh darah dan
menyebabkan dilatasi arteriol dan venula.
Nitroprusid merupakan obat paling cepat dan selalu efektif untuk pengobatan hipertensi
darurat. Namun, perlu infus kontinyu untuk mempertahankan efek hipotensifnya.
Efek samping yang ada berupa vasodilatasi yang berlebihan, kemudian muntah, mual dan
muscle twitching.Obat ini juga dapat memperburuk hipoksemia arteri pada penderita dengan
PPOM karena mengganggu vasokonstriksi pembuluh darah paru sehingga ventilasi dan perfusi
tidak seimbang.
D. Penghambat Enzim Angiotensin
Penghambat ACE bekerja langsung,yaitu kaptropil dan lisinopril dan ada pula yang tidak
langsung (pro drug).
1. Sistem Renin-AngiotensinAldoster
Renin disekresi oleh sel jukstglomerular di dinding arteriol aferen dan glomerulus ke
dalam darah bila perfusi ginjal menurun (karena TD turun atau stenosis pada arteri ginjal), bilaterdapat deplesi natrium dan atau terjadi stimulasi adrenergik (melalui reseptor β1).
Renin akan memecah angiotensinogen menjadi angiotensin I (AI). AI akan dikonversi
oleh ACE yang terikat pada endotel yang menghadap ke lumen di seluruh sistem vaskuler,
menjadi Angiotensin II (AII) yang sangat aktif. AII bekerja pada reseptor otot polos vaskuler,
korteks adrenal, jantung dan SSP untuk menimbulkan konstriksi arteriol dan venula (efek pada
arteriol lebih kuat), stimulasi sintesis dan sekresi aldosteron, stimulasi jantung, dan sistem
simpatis dan efek SSP berupa stimulasi konsumsi air dan peningkatan sekresi ADH. Akibatnya
terjadi resistensi perifer, reabsorpsi natrium dan air serta peningkatan denyut jantung dan curah
jantung.
ACE juga kininase II yang mengaktifkan bradikinin yang merupakan vasodilator arteriol
sistemik yang poten, kerjanya melaui EDRF dan prostlagandin.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 14/35
Sistem RAA berperan dalam mempertahankan TD dan volume intravaskular saat terdapat
deplesi natrium dan cairan.
Penghambatan ACE akan mengurangi pembentukan AII sehingga TD turun. Karena efek
vasokonstriksi paling kuat antara lain ada di pembuluh darah ginjal, pengurangan AII akan
menimbulkan vasodilatasi renal yang kuat. Penurunan TD oleh penghambat ACE disertai
pengurangan resistensi perifer, tanpa refleks takikardia. Kerja golongan obat ini sepertinya ada
yang melalui sistem kinin. Hambatan inaktivasi bradikinin akan menyebabkan vasodilatasi.
Penghambat ACE efektif untuk hipertensi ringan, sedang , maupun berat. Pada hipertensi
berat, penghambat ACE ditambahkan vasodilator obat ke-3 pada diuretik dan β-bloker.
Penghambat ACE akan lebih efektif pada penderita muda. Pemberian bersama dengan
penghambat adrenergik akan menimbulkan hipotensi berat berkepanjangan.
Efek samping yang mungkin muncul ialah,batuk kering, ganguan pengecapan, rash
eritromatosisn maupun udem angioneurotik. Dosis pertama ACE dapat menimbulkan hipotensi
simptomatik. Selain itu, ada pula gagal ginjal akut, proteinuria, dan hiperkalemia.
E. Antagonis Kalium
Ada beberapa karakteristik untuk obat jenis ini, yaitu :
Golongan dihidropiridin (DHP, nifedipin, nikardipin, isradipin, felodipin, amilodipin)
bersifat vaskuloselektif dan generasi yang baru mempunyai selektivitas yang lebih tinggi.
Sifat ini menguntungkan manusia, karena, tidak ada efek langsung pada nodus SA
danAV, menurunkan resistani perifer tanpa disfungsi jantung berarti, dan relatif aman
dalam kombinasi dengan β-bloker
Bioavailabilitas oral yang rendah dari kebanyakan antagonis kalsium disebabkan oleh
eliminasi presistemik di hati yang tinggi. Dalam hal ini, bioavailabilitas oral Kadar Puncak yang cepat dicapai kebanyakan antagonis kalsium menyebabkan TD turun
secara cepat, mencetuskan iskemia miokard atau serebral
Metabolism yang hampir sempurna oleh hati dari semua antagonis kalsium menunjukan
bahwa penggunaannya penderita pada sirosis hati dan usia lanjut harus hati hati.
Kombinasi antagonis kalsium dengan β- bloker, penghambat ACE atatu α-bloker
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 15/35
meberikan efek baik, tetapi hanya memberikan penambahan efek yang kecil saat
kombinasi dengan diuretik. Kombinasi verapamil atau diltiazem dengan β-bloker
memberikan efek antihipertensi yang adiktif. Seperti penggunaan diuretik, pengurangan
garam tidak berguna.
Efek samping yang mungkin dijumpai ialah penurunan TD yang terlalu besar dan cepat,
angina pektoris pada PJK, efek vasodilatasi, edema perifer, bradiaritmia maupun konstipasi.
Kalsium antagonis tidak memiliki efek samping metabolik, baik lipid, karbohidrat maupun asam
urat.
2.5 Farmakologi antihipertensi
Hipertensi adalah suatu keadaan medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah
melebihi normal. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur
tekanan darah kita secara teratur. Di seluruh dunia hipertensi telah menjadi suatu penyakit
yang dihubungkan dengan angka morbiditas, mortalitas serta biaya (cost) yang tinggi di
masyarakat. Hipertensi juga merupakan faktor risiko penting, yang dapat dimodifikasi, untuk
penyakit jantung koroner, stroke, gagal jantung kongestif, gagal ginjal dan penyakit arteri
periferal. Untuk mempermudah pembelajaran dan penanganan, hipertensi dapat diklasifikasikan
berdasarkan tingginya tekanan darah dan etiologinya
Klasifikasi Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Normal <120 <80
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 16/35
Prehipertensi 120-139 80-90
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-100
Hipertensi tingkat 2 >160 >100
(Klasifikasi tekanan darah untuk usia 18 tahun atau lebih berdasarkan JNC VII, 2003). [1]
Berdasarkan etiologinya hipertensi dapat dibagi menjadi hipertensi esensial dan hipertensi
sekunder:
1. Hipertensi esensial/hipertensi primer/hipertensi idiopatik adalah hipertensi tanpa kelainan
dasar patologi yang jelas, lebih dari 90% kasus merupakan hipertensi esensial.
Penyebabnya meliputi faktor genetik (kepekaan terhadap natrium, stress, dll) dan faktor
lingkungan (gaya hidup, stress emosi, dll)
2. Hipertensi sekunder meliputi 5-10% kasus. Dapat berupa hipertensi kardiovaskuler
(peningkatan resistensi perifer akibat aterosklerosis), hipertensi ginjal (oklusi arteri
renalis atau penyakit jaringan ginjal), hipertensi endokrin (feokromositoma dan sindrom
Conn) dan hipertensi neurogenik (akibat lesi saraf, menyebabkan gangguan di pusat
kontrol, baroreseptor atau penurunan aliran darah ke otak).[2]
Hipertensi lama dan/atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ pada jantung (hipertrofik ventrikel kiri), otak (strok akibat pecah pembuluh darah cerebral), ginjal
(penyakit ginjal kronik, gagal ginjal), mata dan pembuluh darah perifer.
Tujuan pengobatan hipertensi adalah untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas
kardiovaskular. Target tekanan darah yang ingin dicapai bila penderita tidak memiliki kelainan
penyerta adalah <140/90 mmHg, sedangkan pasien dengan diabetes melitus atau kelainan ginjal
tekanan darah harus diturunkan di bawah 130/80 mmHg.
Strategi pengobatan hipertensi dimulai dengan perubahan gaya hidup, diet rendah garam,
berhenti merokok, mengurangi konsumsi alkohol, aktivitas fisik yang teratur, dan penurunan
berat badan bagi pasien obesitas. Perubahan gaya hidup tersebut dapat dicoba sampai 12 bulan
bagi penderita hipertensi tingkat 1 tanpa faktor risiko dan kerusakan organ. Sedangkan bila
penderita memiliki kelainan penyerta (seperti gagal jantung, pasca infark miokard, penyakit
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 17/35
jantung koroner, diabetes melitus, stroke) maka terapi farmakologi/obat-obatan harus dimulai
lebih dini mulai dari hipertensi tingkat 1.
Berdasarkan The Joint National Committee on prevention, detection, evaluation, and treatment
of high blood pressure (JNC) VII pada tahun 2003, tatalaksana hipertensi secara farmakologis
dibagi menjadi dua lini:
1. Lini pertama meliputi diuretik, penyekat reseptor beta adrenergik (β-blocker), ACE
inhibitor, penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium/ calcium
channel blocker.
2. Lini kedua meliputi penghambat saraf adrenergik, penghambat adrenoreseptor alpha (α-
blocker), dan vasodilator
FAKTOR LINGKUNGAN
seperti stress, kegemukan (obesitas) dan kurang olah raga juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi essensial. Hubungan antara stress dengan hipertensi, diduga melal;ui
aktivitas saraf simpatis. saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktifitas.
peningkatan aktifitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten (tidak
menentu). apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
walaupun hal ini belum terbukti , akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lenih
tinggi daripada masyarakat pedesaan. hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh stress yang
dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan populasi hipertensi dan dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan erat
dengan terjadinya hipertensi dikemudian hari.
Olah raga dapat digunakan untuk mengurangi/mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam
ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan mengeluarakan garam lewat kulit) kebiasaanlainnya seperti merokok, mengkonsumsi alkohol diuga berpengaruh dalam meningkatkan resiko
hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.
GEJALA KLINIS
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 18/35
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi
essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah
komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata,otak, dan jantung. gejala-gejala-gejala
seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi
essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut:
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa
berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah:
Gangguan penglihatan, Gangguan saraf, Gagal jantung,Gangguan fungsi ginjal, Gangguan
serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang
mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma.
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan
jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan merubah gaya hidup
dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti
kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan
makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat
disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri
bisa terjadi melalui beberapa cara:
1. Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya
2. Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan
kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung
memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa
untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
3. Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini
terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan
air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 19/35
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan
banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu ,
Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti umur, jenis kelamin, dan
keturunan. Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat hipertensi di dalam
keluarga. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan Hipertensi
primer lebih besar. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar monozigot (satu
telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik
mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam. Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari. Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volumedarah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.
Pencegahan
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 20/35
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik
yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol diduga
berpengaruh dalam meningkatkan resiko Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum
diketahui pasti.
Pengobatan
Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah raga isotonik
(spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga
dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/ mencegah
obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang berkeringat akan
mengeluarkan garam lewat kulit).
Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:
1. Pengobatan non obat (non farmakologis)
2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Pengobatan non obat (non farmakologis)
Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehinggapengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan
pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat
dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.
Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :
1. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh
2. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.
Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini
hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai
pelengkap pada pengobatan farmakologis.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 21/35
3. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat mengontrol sistem
saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
4. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak
3-4 kali seminggu.
5. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alcohol
Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)
Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini.
Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.
Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi
lebih ringan.
Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid.
Penghambat Simpatetik
Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada
saat kita beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.
Betabloker
Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis
betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan
seperti asma bronkial.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 22/35
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus
harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam
darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang
tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
Vasodilator
Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek
samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan
pusing.
Penghambat ensim konversi Angiotensin
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang
dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul
adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.
Antagonis kalsium
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil.
Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.
Penghambat Reseptor Angiotensin II
Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya
yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam
golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 23/35
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya
hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.
2.6 Diuretika
Diuretika adalah antihipertensi pertama yang terbukti aman sejak awal tahun 60-an. Obat
yang bekerja dengan mengeluarkan natrium dari ginjal ini sempat turun pamornya di tahun 80-an
seiring ditemukannya obat-obat antihipertensi baru. Kejatuhan diuretika juga terkait dengan
temuan sebuah survei epidemiologi yang mengatakan adanya peningkatan kematian pada
penderita hipertensi yang menggunakan diuretika. Hal ini terjadi karena selain natrium, kalium
pun ikut menghilang dari tubuh dengan penggunaan diuretika.
Penemuan obat-obat hipertensi baru seperti beta blocker, alfa-blocker, hingga ACE-
inhibitor semakin membuat diuretika tenggelam. Untungnya ada ahli yang masih tetap berpihak
pada diuretika. Menurut mereka, tidak seharusnya diuretika "dikalahkan" hanya melihat satu efek
samping saja tanpa melihat sisi-sisi manfaatnya. Toh, menurut pembela diuretika, kalium yang
hilang sebenarnya bisa diganti dengan suplemen atau konsumsi buah yang cukup
Golongan Diuritik
Diuretik: golongan obat-obatan yang sifatnya meningkatkan produksi air kencing,
digunakan sebagai terapi pada penderita tekanan darah tinggi.
Golongan obat diuretik yang umum diresepkan contohnya HCT (hydrochlorothiazide) dan
Spironolakton.
Efek samping dari penggunaan jangka panjang bisa berupa hipokalemi (kadar kalium
rendah dalam darah), dan hiperurisemia (kadar asam urat meningkat dalam darah) Penggunaan
diuretik harus dihindari pada pasien tekanan darah tinggi disertai kencing manis (diabetes) atau
pada penderita kolesterol.
Golongan Diuretik Diuretik dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu :
1. Diuretik osmotic
2. diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
3. diuretik golongan tiazid
4. diuretik hemat kalium
5. diuretik kuat
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 24/35
1. Diuretik osmotik
Diuretik osmotik mempunyai tempat kerja :
a. Tubuli proksimal
Diuretik osmotik ini bekerja pada tubuli proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi natrium
dan air melalui daya osmotiknya.
b. Ansa enle
Diuretik osmotik ini bekerja pada ansa henle dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan
air oleh karena hipertonisitas daerah medula menurun.
c. Duktus Koligentes
Diuretik osmotik ini bekerja pada Duktus Koligentes dengan cara menghambat reabsorpsi
natrium dan air akibat adanya papillary wash out, kecepatan aliran filtrat yang tinggi, atau
adanya faktor lain.
Istilah diuretik osmotik biasanya dipakai untuk zat bukan elektrolit yang mudah dan cepat
diekskresi oleh ginjal. Contoh dari diuretik osmotik adalah ; manitol, urea, gliserin dan isisorbid.
2. Diuretik golongan penghambat enzim karbonik anhidrase
Diuretik ini merintangi enzim karbonanhidrase di tubuli proksimal sehingga di samping
karbonat , juga Na dan K di ekskresikan lebih banyak bersama dengan air. Khasiat diuretiknya
hanya lemah, setelah beberapa hari terjadi tachyfylaxie, maka perlu digunakan secara selang
seling (intermittens). Diuretic bekerja pada tubuli Proksimal dengan cara menghambat reabsorpsi
bikarbonat.Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan
meatzolamid.
3. Diuretik golongan tiazid
Diuretik golongan tiazid ini bekerja pada hulu tubuli distal dengan cara menghambat
reabsorpsi natrium klorida. Efeknya lebih lemah dan lambat tetapi tertahan lebih lama (6-48 jam)dan terutama digunakan dalam terapi pemeliharaan hipertensi dan kelemahan jantung
(dekompensatio cardis). Obat-obat ini memiliki kurva dosis efek datar, artinya bila dosis optimal
dinaikkan lagi efeknya (dieresis, penurunan tekanan darah) tidak bertambah.Obat-obat diuretik
yang termsuk golongan ini adalah ; klorotiazid, hidroklorotiazid, hidroflumetiazid,
bendroflumetiazid, politiazid, benztiazid, siklotiazid, metiklotiazid, klortalidon, kuinetazon, dan
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 25/35
indapamid.
4. Diuretik hemat kalium
Diuretik hemat kalium ini bekerja pada hilir tubuli distal dan duktus koligentes daerah
korteks dengan cara menghambat reabsorpsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif (sipironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorida).efek
obat-obat ini hanya melemahkan dan khusus digunakan terkombinasi dengan diuretika lainnya
guna menghemat ekskresi kalium. Aldosteron menstimulasi reabsorbsi Na dan ekskresi K. proses
ini dihambat secara kompetitif (saingan) oleh obat-obat ini. Amilorida dan triamteren dalam
keadaan normal hanyalah lemah efek ekskresinya mengenai Na dan K. tetapi pada penggunaan
diuretika lengkungan dan thiazida terjadi ekskresi kalium dengan kuat, maka pemberian bersama
dari penghemat kalium ini menghambat ekskresi K dengan kuat pula. Mungkin juga ekskresi dari
magnesium dihambat.
5. Diuretik kuat
Diuretik kuat ini bekerja pada Ansa Henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
dengan cara menghambat transport elektrolit natrium, kalium, dan klorida. Obat-obat ini
berkhasiat kuat dan pesat tetapi agak singkat (4-6 jam). Banyak digunakan pada keadaan akut,
misalnya pada udema otak dan paru-paru. Memperlihatkan kurva dosis efek curam, artinya bila
dosis dinaikkan Yang termasuk diuretik kuat adalah ; asam etakrinat, furosemid dan bumetamid
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 26/35
BAB 1V
KASUS PENYAKIT
3.1 Kasus Antihipertensi (Dengan kasus penyakit hipertensi)
Ani, seorang ibu rumah tangga yang berusia 45 tahun sering mengeluhkan kepalanya
yang pusing kepada anaknya. Obat pereda sakit kepala yang bisa dibeli di warung pun sudah
menjadi makanan sehari-hari.
Alangkah terkejutnya Ibu Ani setelah mengetahui dari dokter bahwa dirinya menderita hipertensi
atau lazim disebut penyakit darah tinggi. Hasil pengukuran tekanan darah menunjukkan tekanan
sistolik 150 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg atau yang umum dinyatakan 150/90 mmHg.
Padahal tekanan darah normal untuk orang dewasa adalah 120/80 mmHg.
dr. Andang Joesoef SpJP(K), Direktur Pelayanan Medis Pusat Jantung Nasional Harapan Kita,
dalam situs www.id.novartis.com mengatakan, ?Tekanan darah 120-139/80-89 mmHg
dikategorikan sebagai pre-hipertensi dan perbaikan dalam gaya hidup dibutuhkan untuk
menurunkan tekanan darah, sedangkan tekanan darah di atas 140/90 merupakan hipertensi yang
membutuhkan pengobatan.?
Dari penjelasan dokter, Ibu Ani yang sebelumnya tidak menyadari dirinya menderita
hipertensi baru mengetahui bahwa salah satu gejala hipertensi adalah pusing atau sakit kepala.
Ibu Ani mengaku senang makanan yang asin dan gurih. Berdasarkan penampilan pun Ibu Ani
yang memiliki bobot 68 kg dan tinggi 156 cm ini terlihat gemuk.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 27/35
3.2 Kasus Deuretika (Sirosis Hepatis)
Seorang wanita, usia 56 tahun, datang ke rumah sakit dengan Keluhan utama perut
membesar dan bengkak di kedua kaki. Sepuluh hari sebelum masuk RS pasien merasakan tiba-
tiba kedua tungkai kaki membengkak dan perut membesar. Pasien berobat kemudian rawat inap
di Puskesmas Dlingo selama tujuh hari. Karena tidak ada perbaikan, pasien kemudian dirujuk ke
RSUD Panembahan Senopati Bantul. Selain keluhan kaki dan perut membesar, pasien juga
mengeluhkan mudah lelah, bila beraktivitas berat dada terasa sesak untuk bernafas, perut terasa
sebah, mual, dan muntah. Tidak ada muntah darah. BAK sedikit, warna kecoklatan seperti teh.
BAB, susah, mringkil-mringkil, pernah berwarna hitam, tidak disertai darah. Makan dan minum
sedikit. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa dengan
sekarang. Riwayat penyakit DM, hipertensi, jantung, paru-paru disangkal. Riwayat PenyakitKeluarga. Keluarga pasien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan
keluhan pasien sekarang.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan KU baik, tanda vital TD 100/60, HR 64 x/menit, RR 16
x/menit, suhu 36,5oC. Pada pemeriksaan mata konjungtiva anemis, sklera ikterik. Pemeriksaan
inspeksi abdomen Perut membuncit, tampak distensi, tak tampak darm countur, darm steifung,
sikatrik, venektasi, dan spider nevi. Pada auskultasi peristaltik usus positif normal, tak terdengar
metallic sound, maupun borborigmi. Palpasi hepar tidak teraba, lien tidak teraba, defans
muskular tidak ada, tidak teraba massa, ballotement tidak ada, tes undulasi positif, nyeri tekan di
regio epigastrium dan hipochondria dextra. Perkusi: redup di seluruh lapangan abdomen,
terdapat pekak beralih. Terdapat eritem Palmaris dextra et sinistra.
Pada pemeriksaan penunjang berupa laboratorium darah lengkap dengan hasil : anemia, eritrosit
dan hematokrit menurun. Peningkatan bilirubin, SGOT dan SGPT. Penurunan kadar albumin.
Pada Rontgen thorax, pulmo dan besar cor normal. Ultrasonografi kesan chronis renal disease
sinistra dengan cholecystitis dan ascites.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 28/35
BAB V
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan Kasus Antihipertensi (Dengan kasus penyakit hipertensi)
Hipertensi adalah penyakit yang bisa menyerang siapa saja, baik muda maupun tua, entah
orang kaya maupun miskin. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
dunia. Sebanyak 1 milyar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini.
Bahkan, diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 milyar menjelang
tahun 2025.
Hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya, melainkan hipertensimemicu terjadinya penyakit lain yang tergolong kelas berat alias mematikan. Laporan Komite
Nasional Pencegahan, Deteksi, Evaluasi dan Penanganan Hipertensi menyatakan bahwa tekanan
darah yang tinggi dapat meningkatkan risiko serangan jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal
ginjal.
Seiring berubahnya gaya hidup di perkotaan mengikuti era globalisasi, kasus hipertensi
terus meningkat. Gaya hidup gemar makanan fast food yang kaya lemak, asin, malas berolahraga
dan mudah tertekan ikut berperan dalam menambah jumlah pasien hipertensi.
Seseorang dinyatakan menderita hipertensi bila tekanan darahnya tinggi atau melampaui
nilai tekanan darah yang normal yaitu 120/80 mmHg. Hipertensi pun digolongkan kembali
berdasarkan tekanan darahnya.
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120 ? 139 atau 80 ? 89
Hipertensi Stadium I 140 ? 159 atau 90 ? 99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 29/35
Sumber: JNC 7 (The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure)
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi menjadi hipertensi primer dan sekunder. Lebih
dari 90% kasus hipertensi termasuk ke dalam kelompok ini, sedangkan prevalensi hipertensi
sekunder hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi.
Penyebab hipertensi primer terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan
dapat dilihat dari riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga yang dapat berupa sensitivitas
terhadap natrium, kepekaan terhadap stres, peningkatan reaktivitas vaskular (terhadap
vasokontriktor) dan resistensi insulin. Konsumsi garam (natrium) berlebihan, stres psikis dan
obesitas diyakini sebagai penyebab hipertensi yang berasal dari lingkungan.
Hipertensi Masih Bisa Diatasi
Menurut dokter, hipertensi bisa diatasi dengan memodifikasi gaya hidup. Pengobatan
dengan antihipertensi diberikan jika modifikasi gaya hidup tidak berhasil. Dokter pun memiliki
alasan dalam memberikan obat mana yang sesuai dengan kondisi pasien saat menderita
hipertensi.
Tujuan pengobatan hipertensi untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat tekanan
darah tinggi. Artinya tekanan darah harus diturunkan serendah mungkin yang tidak mengganggu
fungsi ginjal, otak, jantung, maupun kualitas hidup sambil dilakukan pengendalian faktor risiko
kardiovaskular.
Berdasarkan cara kerjanya, obat hipertensi terbagi menjadi beberapa golongan, yaitu
diuretik, beta bloker, penghambat ACE, antagonis kalsium. Mayoritas pasien dengan tekanan
darah tinggi akan memerlukan obat-obatan selama hidup mereka untuk mengontrol tekanan
darah mereka. Pada beberapa kasus, dua atau tiga obat hipertensi dapat diberikan.
Beberapa studi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa kombinasi tersebut tidak hanya
menurunkantekanan darah namun juga menurunkan risiko stroke dan penyakit jantung iskemik.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 30/35
Seiring dengan kemajuan dalam bidang farmasi, telah dibuat kombinasi dua obat hipertensi
dalam satu tablet yang mengandung valsartan dan amlodipine.
dr Arieska Ann Soenarta, SpJP(K) Ketua Perhimpunan Hipertensi Indonesia menambahkan
bahwa hasil uji klinik terbaru di dunia menunjukkan sebagian besar pasien hipertensi sukses
mengontrol tekanan darah mereka setelah minum dua atau lebih obat hipertensi.
Sebagai praktisi kesehatan, dokter akan menyarankan pasien untuk mengubah gaya hidup sambil
minum satu obat antihipertensi. Namun, jika ternyata tidak berhasil mencapai tekanan darah
yang diharapkan, dokter akan meninjau kembali terapi dengan memberikan dosis yang lebih
besar, atau memerlukan kombinasi obat,? jelas Soenarta.
Penelitian yang lainnya menyarankan penghentian pemakaian obat hipertensi pada pasien
dengan tekanan darah yang tidak terlalu tinggi dan hanya menjalani perbaikan gaya hidup saja.
Perubahan gaya hidup yang paling penting pada studi yang ada adalah penurunan berat badan
dan konsumsi diet rendah garam. Strategi seperti latihan, rencana diet dan terutama perubahan
obat-obatan sebaiknya didiskusikan dengan dokter sebelum diaplikasikan.
Modifikasi Gaya Hidup Sekarang!
Merubah pola hidup tetap merupakan faktor yang berperan besar dalam menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi, sambil meningkatkan efek antihipertensi.
Langkah awal biasanya adalah merubah pola hidup penderita:
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan dianjurkan untuk
menurunkan berat badannya sampai batas ideal.
Merubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau kadar kolesterol darahtinggi.
Mengurangi pemakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium atau 6 gram natrium
klorida setiap harinya (disertai dengan asupan kalsium, magnesium dan kalium yang
cukup) dan mengurangi alkohol.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 31/35
Olah raga aerobik yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya selama tekanan darahnya
terkendali.
Berhenti merokok.
Masyarakat dengan tekanan darah tinggi sebaiknya menghindari beberapa aktivitas
tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung pada tingkat yang
membahayakan, diantaranya:
sauna atau ruang uap
mandi uap
kolam air hangat
berendam air panas
kolam renang yang hangat
Sangat penting bagi paenderita hipertensi untuk membatasi jumlah waktu yang
dihabiskan untuk aktivitas tersebut diatas hanya kurang dari 10 menit. Setelah terjadinya paparan
terhadap lingkungan ini, pasien sebaiknya duduk menjauh dari sumber panas selama beberapa
menit sebelum berdiri kembali dengan tujuan untuk meminimalkan risiko terjadinya pusing
kepala atau pingsan (sinkope).
Pasien hipertensi harus lebih berhati-hati mengkonsumsi obat-obatan bebas (OTC) yang
mengandung vasokokonstriktor (menyempitkan pembuluh darah), yang dapat menaikkan
tekanan darah. Obat-obatan tersebut seperti:
tetes mata
antihistamin
flu, sinus dan obat batuk (terutama yang mengandung dekongestan)
Pasien hipertensi juga disarankan untuk mengikuti anjuran dokter mengenai pengobatan untuk
mencegah konsekuensi kesehatan yang serius. Pasien juga disarankan untuk berdiskusi dengan
dokter mengenai efek samping atau hal lainnya yang berhubungan dengan pengobatan.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 32/35
Hipertensi bukan hanya penyakit orang ?barat.? Kenyataannya epidemi terus hipertensi
meningkat baik di negara maju dan negara berkembang. Jika tidak dikendalikan maka akan
meningkat sebanyak 5O% dalam 15 tahun ke depan.
4.2 Pembahasan Kasus Deuretika (Sirosis Hepatis)
DIAGNOSIS
Sirosis hepatis.
Sirosis hati adalah suatu keadaan irreversibel di mana terjadi kerusakan permanen hati,
heparosit yang nekrose digantikan jaringan fibrosis sehingga terjadi fibrosis dan pengerutan hati,
di samping proliferasi hepatosit yang dikelilingi jaringan fibrous sehingga terbentuk nodul.
Kriteria diagnosis sirosis hepatis “Soebandiri-Soeharjono” bilamana ditemukan 5 dari 7 kelainanberturut-turut:
1. Eritema palmaris
2. Spider nevi
3. Asites dengan atau tanpa edema4. Splenomegali
5. Hematemesis dan melena
6. Rasio albumin/globulin terbalik
7. Kolateral di dinding perut atau varises esofagus pada radiografi8.
TERAPI
Penatalaksanaan pasien ini adalah tirah baring dengan diet rendah garam. Perawatan cairan di
bangsal menggunakan Infus NaCl 10 – 12 tpm. Obat-obatan yang diberikan antara lain diuretik Spironolacton 1 x 100 mg dikombinasi dengan Furosemid II amp./24 jam (I.V.). Keluhan saluran
pencernaan ditangani dengan Ranitidine I amp.l/12 jam (I.V.), Metoclopramide I amp./8 jam
(I.V.), Antacida 3 x I tablet (dikunyah). Pasien juga diberikan Sulfas Ferous 1 x I tablet dan
Vitamin B12 3 x I tablet untuk meningktkan hemoglobin.
Sirosis hati adalah suatu keadaan irreversibel di mana terjadi kerusakan permanen hati, heparosit
yang nekrose digantikan jaringan fibrosis sehingga terjadi fibrosis dan pengerutan hati, disamping proliferasi hepatosit yang dikelilingi jaringan fibrous sehingga terbentuk nodul.
Kriteria diagnosis sirosis hepatis “Soebandiri-Soeharjono” bilamana ditemukan 5 dari 7 kelainanberturut-turut:
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 33/35
9. Eritema palmaris
10. Spider nevi 11. Asites dengan atau tanpa edema
12. Splenomegali
13. Hematemesis dan melena
14. Rasio albumin/globulin terbalik 15. Kolateral di dinding perut atau varises esofagus pada radiografi
Penatalaksanaan ascites dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
Istirahat (tirah baring)
Diet rendah garam . Untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat dan diet rendah
garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila gagal maka penderita harus dirawat.
Konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari atau 400-800 mg/hari.
Restriksi cairan (800-1000 mL/hari) disarankan pada pasien dengan hiponatremia (serumsodium <125 meq/L).
Diuretik. Diuretik meningkatkan ekskresi (pengeluaran) air dan garam dari ginjal-ginjal.Regimen (aturan) diuretik yang direkomendasikan dalam setting dari ascites yangberhubungan dengan hati adalah kombinasi dari spironolakton dan furosemid. Meminum
obat-obat ini bersama pada pagi hari secara khas dianjurkan untuk mencegah buang air
kecil yang seringkali sewaktu malam hari. Pemberian diuretic hanya bagi penderita yangtelah menjalani diet rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat
badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu komplikasi akibat
pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty
hepatic, maka pilihan utama diuretic adalah spironolacton, dengan dosis 100-200 mgsekali sehari. Respon diuretik dapat dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari
(tanpa oedem kaki) atau 1 kg/hari (dengan oedem kaki). Apabila dengan dosis maksimal
diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan furosemid dengan dosis 20-40mg/hari. Bila tidak ada respon dosis dapat dinaikkan maksimal 160 mg/hari.
Parasintesis. Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan
konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis. Mengenai
parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5-10 liter/hari, dengan catatan harus dilakukaninfus albumin sebanyak 6 – 8 gr/liter cairan asites yang dikeluarkan. Ternyata
parasintesis dapat menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada
Child’s C, Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl, trombosit < 40.000/mm3,creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10 mmol/24 jam.
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 34/35
5/17/2018 m. antihipertensi - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/m-antihipertensi 35/35
Recommended