View
92
Download
25
Category
Preview:
DESCRIPTION
filariasis
Citation preview
MODUL ALERGI IMUNOLOGI
KELOMPOK VII
“Seorang pria dengan demam tinggi dan benjolan di lipat paha”
Indra Pratama Dana 030.07.117
Phoespa Mayangsari 030.08.191
Angga Haditiya 030.09.022
Azizah Chairiani 030.09.042
Denata Prabhasiwi 030.09.062
Fanny Isyana Fardhani 030.09.082
Hanina Yuthi M. 030.09.106
Jessica Wirjosoenjoto 030.09.126
Mayandra Mahendrasti 030.09.148
Nadya Anggun Mowlina 030.09.165
Raden Roro Marina Rizky U. 030.09.190
Runy Dyaksani 030.09.216
Tara Wandhita Usman 030.09.250
Yenni Susanty 030.09.274
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2011
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit ini dapat disebabkan oleh infestasi satu atau dua cacing jenis filarial
yaitu Wuchereria bancrofti atau Brugia malayi. Cacing filarial ini termasuk famili
Filidae, yang bentuknya langsing dan ditemukan di dalam sistem peredaran darah
limfe, otot, jaringan ikat atau rongga serosa pada vertebrae. Cacing bentuk dewasa
dapat ditemukan pada pembuluh dan jaringan limfa pasien.
Masa inkubasi penyait ini cukup lama lebih kurang 1 tahun, sedangkan
penularan parasit terjadi melalui vector nyamuk sebagai hospes perantara, dan
manusia atau hewan kera dan anjing sebagai hospes definitif. Periodisitas beradanya
microfilaria di dalam darah tepi bergantung pada spesies. Periodisitas tersebut
menunjukkan adanya filaria di dalam darah tepi sehingga mudah terdeteksi.
Mikofilaria W.bancrofti ditemukan umumnya pada malam hari (nocturnal)
terutama di belahan bumi bagian selatan termasuk Indonesia, sedangkan di daerah
pasifik ditemukan siang dan malam (non-periodik). Sedangkan microfilaria B.malayi
mempunyai periodisitas ini belum diketahui, mungkin dipengaruhi oleh tekanan zat
asam dalam kapilaer paru atau lingkaran hidup cacing filaria.
Prevalensi microfilaria meningkat bersamaan dengan umur pada anak-anak
dan meningkat antara umur 20-30 tahun, pada saat usia pertumbuhan, serta lebih
tinggi pada laki-laki dibanding wanita. Lingkaran hidup filaria meliputi : 1)
pengisapan microfilaria dari darah atau jaringan oleh serangga penghisap darah. 2)
metamorfosis microfilaria di dalam hospes perantara serangga, dimana mula mula
1
membentuk larva rabditiform lalu membentuk larva filariform yang aktif. 3)
penularan larva infektif ke dalam kulit hospes baru, melalui probosis serangga yang
menggigit, dan kemudian pertumbuhan larva setelah masuk ke dalam luka gigitan
sehingga menjadi cacing dewasa.
Kekebalan alami atau yang didapat pada manusia terhadap infeksi filaria
belum diketahui banyak. Cacing filaria mempunyai antigen yang spesifik untuk
spesies dan spesifik untuk kelompok (group spesific); memberi reaksi silang antara
berbagai spesies dan nematoda lainnya.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Sesi 1 lembar 1
Tn. WB, 30 tahun, datang ke tempat praktik Saudara pada pk. 22.00, dengan keluhan
demam tinggi disertai dengan timbulnya benjolan di daerah lipat paha. Tn. WB
mengatakan bahwa ia telah minum obat yang dibeli di warung, namun keluhan tidak
membaik dan sering muncul lagi. Tn. WB adalah seorang pemulung dan tinggal di
daerah kumuh di Depok. Selama ini, Tn. WB tidak pernah bepergian ke luar kota.
Demam tidak disertai dengan menggigil dan terjadi pada malam hari tanpa disertai
dengan penurunan suhu. Benjolan di lipat paha terasa panas dan nyeri, yang menjalar
dari pangkal paha ke ujung kaki. Tidak terdapat riwayat penyakit jantung, kencing
manis, dan riwayat alergi pada Tn. WB.
Sesi 1 lembar 2
Pemeriksaan fisik: suhu 38,50C teraba pembesaran kelenjar inguinal sebesar gundu
berwarna merah dan nyeri tekan. Pemeriksaan darah dan urin rutin normal. Apusan
darah tepi menunjukkan adanya eosinofilia dan mikrofilaria.
Sesi 2
Setelah minum obat DEC selama seminggu, Tn. WB merasakan demam yang disertai
sakit kepala, pusing, sakit pada otot dan sendi serta buah zakarnya membesar. Pada
hasil pemeriksaan didapatkan suhu 380C serta pembesaran skrotum unilateral.
3
BAB III
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. WB
Umur : 30 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : -
Agama : -
Pekerjaan : Pemulung
Alamat : Depok
Asal : -
Pendidikan terakhir : -
Tanggal berobat : 22.00
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Demam tinggi serta benjolan di lipat paha
Keluhan Tambahan : Setelah mengkonsumsi obat DET selama
seminggu, Tn. WB merasakan demam yang disertai sakit kepala, pusing, sakit
pada otot dan sendi serta buah zakarnya membesar.
Riwayat Penyakit Sekarang:
4
Tn. WB mengatakan ia telah membeli obat di warung, tetapi keluhan tidak
membaik dan sering muncul lagi. Demam tidak disertai dengan menggigil dan
terjadi pada malam hari tanpa disertai dengan penurunan suhu. Benjolan di
lipat paha terasa panas dan nyeri, yang menjalar dari pangkal paha ke ujung
kaki.
Perlu ditanyakan:
- Obat apa yang dibeli oleh Tn. WB?
- Sejak kapan mulai demam?
- Sejak kapan muncul benjolan?
- Apakah benjolannya progresif (semakin besar)?
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak terdapat riwayat penyakit jantung, kencing manis, dan riwayat alergi
pada Tn. WB.
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Alergi: -
Riwayat Pengobatan :
Obat warung
Riwayat Kebiasaan :
Tn. WB adalah seorang pemulung dan tinggal di daerah kumuh di Depok .
III. PEMERIKSAAN FISIK
5
Status Generalis
1. Tanda vital
a. Nadi : -
b. Tekanan darah : -
c. Pernapasan : -
d. Suhu : 38,5 0C
e. TB/BB : -/-
2. Status Mental
a. Keadaan Umum : -
b. Kesadaran : -
c. Penampilan pasien : -
3. Kulit
4. Kepala dan Leher
5. Thorax
6. Urogenital : (lihat status lokalis)
7. Genitalia eksterna
8. Anus dan rectum
9. Ekstremitas :
Status lokalis (regio ingunalis)
Inspeksi : Terdapat pembesaran skrotum unilateral sebesar gundu,
skrotum berwarna merah.
Palpasi : Nyeri tekan (+)
6
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Lab
- Darah Rutin
- Urin
- Apusan darah tepi
b. Transiluminasi
c. Mantoux test
V. DIAGNOSIS KERJA
Limfadenitis et causa filariasis
VI. DIAGNOSIS BANDING
Limfadenitis tuberculosa
VII. PENATALAKSANAAN
DET dan antibiotik golongan makrolid
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungtionam : ad bonam
7
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
ANAMNESIS
1. Demam tinggi
Berdasarkan karakteristik dari masing-masing demam maka pada kasus ini
dapat memberikan beberapa hipotesis yakni:
- Terjadi pada malam hari.
Demam yang tinggi pada malam hari bisa dikarenakan infeksi dari
filariasis yang biasanya terjadi periodik nocturnal di mana mikrofilaria
akan berada pada darah tepi pada malam hari dan membuat respon imun
meningkat sehingga merangsang pengeluaran mediator yang menyebabkan
demam.
2. Tanpa mengigil. Menandakan tidak ada bakteremia
3. Setelah minum obat demam tidak membaik dan sering muncul lagi
Menandakan bahwa pasien mengalami refrakter terhadap anti piretik.
4. Benjolan di lipat paha yang terasa nyeri dan panas, menjalar dari
pangkal paha ke ujung kaki
Gejala ini bisa didapatkan pada pasien yang mengalami:
- Limfadenitis yang dikarenakan infeksi di daerah ekstremitas
bawah/genital. Sedangkan rasa sakit yang menjalar dari pangkal paha ke
ujung kaki ini bisa disebabkan reffered pain yang dikaitkan dengan kondisi
sosial ekonomi pasien sebagai pemulung yang memiliki peluang untuk
8
tertusuk yang menyebabkan luka dan pada akhirnya akan terjadi infeksi
dan inflamasi.
- Limfadenitis karena TB
Pada penderita TB maka dapat terjadi pembengkakan kelenjar getah
bening dan terjadi limfadenitis lokal.
5. Kondisi sosial-ekonomi pasien (pekerjaan dan lingkungan
hidupnya)
Pekerjaan pasien sebagai pemulung dan lingkungan yang kumuh tempat dia
tinggal berisiko tinggi kontak dengan berbagia vector penyakit.
Setelah minum obat Dietilcarbamazyne dalam jangka waktu seminggu dimana
biasanya diberikan untuk melisiskan cacing filariasis, timbul gejala sebagai berikut:
- Demam
- Sakit kepala
- Pusing
- Sakit pada otot dan sendi
Keempat gejala di atas merupakan salah beberapa efek samping dari obat
dietilcarbamazyne secara sistemik (DEC).
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan yang dilakukan pada seluruh tubuh, dari ujung
rambut sampai ujung kaki.
9
Status generalis
Pada laporan kasus tidak disebutkan hasil pemeriksaan keadaan umum dan keadaan
mental, dari sini kami simpulkan bahwa keadaan umum dan mental pasien baik.
Pada kasus ini, perlu diketahui berat badan, tinggi badan dan lingkar pinggang untuk
mengetahui status gizi pasien tersebut
Pemeriksaan menyeluruh perlu dilakukan pada kulit, kelenjar getah bening, kepala
dan wajah, leher, kelenjar thyroid, trachea, vena jugularis eksterna, jantung, genitalia
ekterna, anus, dan rectum. Sedangkan pada pemeriksaan pulmo, abdomen dan
ektremitas tidak ditemukan adanya kelainan.
Status lokalis (regio ingunalis)
Pada pemeriksaan di regio ingunalis ditemukan :
Inspeksi
1. Skrotum membesar unilateral sebesar gundu
Adanya penyumbatan oleh cacing
2. Kulit tampak berwarna merah
Terjadi peradangan (limfadenitis)
Palpasi
1. Nyeri tekan (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
10
1. Apusan darah tepi menunjukkan adanya eosinofilia dan mikrofilaria.
Eosinofilia meningkat pada keadaan alergi atau adanya infeksi cacing.
Mikrofilaria pada darah tepi menunjukkan adanya filaremia dan infeksi cacing.
2. Transiluminasi untuk mengetahui adanya sumbatan pada duktus limfatikus. Jika
terdapat sumbatan tersebut maka hasil pemeriksaan transiluminasi (+).
3. Tes Mantoux untuk mengetahui adanya infeksi bakteri TB.
DIAGNOSIS KERJA1
Pada pemeriksaan penunjang ditemukan adanya eosinofilia dan mikrofilaria dalam
darah, yang berarti merupakan indikasi pasti adanya infeksi cacing yang
menyebabkan pembesaran kelenjar inguinal dan penyumbatan duktus limfatikus oleh
cacing dewasa sehingga terjadi pembesaran skrotum.
Cacing yang merupakan limfatik filaria pada daerah inguinal dan menyebabkan gejala
nocturna adalah W. bancrofti.
Patofisiologi terjadinya infeksi cacing:
Mannosa pada dinding tubuh cacing dewasa akan menempel pada reseptor sel mast,
dan mengaktifkan sel mast sehingga sel mast mengeluarkan beberapa mediator,
seperti:
1 . histamine; dapat menyebabkan vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas
vaskuler serta kontraksi otot halus pada lumen usus, ini adalah mekanisme
pengeluaran cacing.
2 . proteolitik enzim : tryptase dapat membantu pembelahan C3 dalam pengaktifan
komplemen. C3 akan membelah menjadi C3a yang berfungsi dalam inflamasi.
3. peningkatan metabolisme asam arakhidoant akan menghasilkan beberapa substansi
yaitu berasal dari siklus metabolismenya:
11
- siklooksigenase 1 akan menghasilkan tromboxan untuk membuat agregasi
tombosit dan vasokonstriksi
- lipooksigenase akan menghasilkan leukotrien untuk vasodilatasi, bronkokonstriksi,
peningkatan sekresi mucus, peningkatan kontraksi otot halus serta pengeluaran
kemokin untuk pemanggilan eosinofil.
- siklooksigenase 2 : akan menghasilkan prostaglandin untuk vasodilatasi dan
bronkokonstriksi. Serta dengan adanya peningkatan prostaglandin maka akan
menyebabkan aktivasi thermostat di hipotalamus dan terjadilah peningkatan suhu
tubuh pasien. Maka dari itu penderita filarisis akan terjadi demam.
Selain substansi diatas juga ada pengeluaran sitokin yaiut IL3 dan IL8 untuk aktivasi
eosinofil dan adaptive imunity. Adaptive immunity akan mengeluarkan IgE yang akan
menempel di sel mast begitu pula eosinofil juga akan menempel di IgE setelah
menangkap cacing dan menempel pada sel mast. Eosinofil akan mengeluarkan
granula yang berisikan kationik protein yang merusak lapisan luar tubuh cacing dan
melumpuhkan sistem sarafnya. Selain oleh eoshinofil dengan adanya aktivasi
komplemen oleh tryptase maka akan terjadi membrane attack kompleks. Cacing yang
sudah mati akan difagositosis oleh makrofag dan makrofag tersebut menjadi
granuloma.
Kelangsungan hidup filaria di dalam tubuh hospes dipengaruhi oleh adanya
Wolbachia yang merupakan endobakteri pengobatan DEC akan membunuh
parasit keluarlah Wolbachia atau bakteri lipopolisakarida sebagai efek samping
pengobatan Wolbachia dianggap sebagai antigen bakteri yang kemudian
merangsang respon imun untuk melawan bakteri serta terjadi reaksi hipersensitivitas
tipe 1 dan menyebabkan demam kembali. Oleh karena itu, dalam penanganan
12
filariasis akan lebih baik apabila pengobatan DEC dikombinasikan dengan antibiotik
golongan makrolid (tetrasiklin atau doksisiklin) untuk membunuh Wolbachia.
Pada kasus ini dikarenakan terdapat endobakteri yang keluar dikarenakan efek
samping obat DEC akan menyebabkan aktifnya fagositosis dan pengaktifan
komplemen
1. Pengaktifan komplemen secara alternative pathway ini membuat komplemen
berikatan dengan bakteri komplemen-komplemen yang teraktivasi adalah
C5a untuk merangsang neutrofil, C3b untuk mengopsonisasi bakteri, dan
C5,6,7,8,9 untuk membentuk membran attack complex (MAC) pada dinding
bakteri
2. Pengaktifan fagositosis yang akan merangsang pengeluaran neutrofil dan
makrofag.
Makrofag yang teraktivasi akan merangsang pengeluaran sitokin
DIAGNOSIS BANDING
Limfadenitis tuberculosa
Bakteria dapat masuk melalui makanan ke rongga mulut dan melalui tonsil
mencapai kelenjar limf di leher, sering tanpa tanda tbc paru. Kelenjar yang sakit
akan membengkak, dan mungkin sedikit nyeri. Mungkin secara berangsur kelenjar
didekatnya satu demi satu terkena radang yang khas dan dingin ini. Di samping itu,
dapat terjadi juga perilimfadenitis sehingga beberapa kelenjar melekat satu sama lain
berbentuk massa. Bila mengenai kulit, kulit akan meradang, merah, bengkak,
mungkin sedikit nyeri. Kulit akhirnya menipis dan jebol, mengeluarkan bahan
keperti keju. Tukak yang terbentuk akan berwarna pucat dengan tepi membiru dan
13
menggangsir, disertai sekret yang jernih. Tukak kronik itu dapat sembuh dan
meninggalkan jaringan parut yang tipis atau berbintil-bintil. Suatu saat tukak
meradang lagi dan mengeluarkan bahan seperti keju lagi, demikian berulang-ulang.
Kulit seperti ini disebut skrofuloderma. Pengobatan dilakukan dengan
tuberkulostatik
Dapat disingkirkan karena pada pasien ini tidak terdapat tukak yang terbentuk
berwarna pucat dengan tepi membiru dan mengarsir, disertai secret yang jernih.
PENATALAKSANAAN
a. Medikamentosa
Pada kasus sudah diberitahukan bahwa pasien sudah menjalani pengobatannya
dengan Diethilcarbamazyne. Maka pengobatan tersebut dilanjutkan sampai 12 hari
dengan dosis 6 mg/kgBB dapat diulang selama 1-6 bulan dan berikan tambahan
kombinasi Doskisiklin dengan dosis 100 mg 2x sehari. Untuk Terapi supportif
diberikan analgetik dan antipiretik sampai gejala mereda karena apabila causa sudah
diatasi maka gejala yang timbul akan hilang secara spontan.
b. Edukasi
Edukasi yang diberikan berkaitan dengan pencegahan. Beritahukan kepada
pasien bahwa vector dari penyakit ini ialah nyamuk maka usahakan di rumah
memasang kelambu dan menggunakan obat nyamuk. Jaga kebersihan dilingkungan
serta kebersihan diri. Nutrisi juga merupakan hal yang penting karena dengan nutrisi
yang baik maka kekebalan tubuh pun akan baik sehingga respon imun yang
dihasilkan dapat menghindarkan diri dari penyakit.
14
PROGNOSIS
Ad Vitam : Bonam
Ad Sannationam : dubia ad Bonam
Ad Fungsionam : Bonam
Prognosis pada umunya baik, filariasis bukan penyakit yang mengancam jiwa, apalagi
jika ditemukan pada saat penyakit masih dini seperti dalam kasus. Tingkat infeksi
kembali saja yang masih agak tinggi karena pekerjaan dan lingkungan hidup pasien.
15
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
Filariasis
Filariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh mikrofilaria2. Filariasis
disebabkan oleh infeksi cacing yang menyerang jaringan viscera, parasit ini termasuk
kedalam superfamili Filaroidea, family onchorcercidae. Menurut lokasi kelainan yang
ditimbulkan, terdapat dua golongan filariasis, yaitu yang menimbulkan kelainan pada
saluran limfe ( filariasis limfatik ) dan jaringan subkutis (filariasis subkutan).
Penyebab utama filariasis limfatik adalah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan
Brugia timori; sedangkan filariasis subkutan disebabkan oleh Onchorcercia spp.
Filariasis limfatik yang disebabkan oleh W.bancrofti disebut juga sebagai Bancroftian
filariasis dan yang oleh Brugia malayi disebut sebagai Malayan filariasis. Filariasis
limfatik ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles spp.,Culex spp., Aedes spp. dan
Mansonia spp
Filariasis Bancrofti
Lingkaran Hidup
Hospes definitive adalah hanya manusia. Penularan penyait ini melalui vector nyamuk
yang sesuai. Cacing bentuk dewasa tinggal di pembuluh limfe dan microfilaria
terdapat di pembuluh darah dan limfe.
Pada manusia W.bancrofti dapat hidup selama kira-kira 5 tahun.Sesudah menembus
kulit melalui gigitan nyamuk, larva meneruskan perjalanannya ke pembuluh dan
16
kelenjar limfe temapat mereka tumbuh sampai dewasa dalam waktu satu tahun.
Cacing dewasa ini sering menimbulkan varises saluran limfe anggota kaki bagian
bawah, kelenjar ari-ari, dan epididimis pada laki-laki serta kelenjar labium pada
wanita. Microfilaria kemudian meninggalkan cacing induknya, menembus dinding
pembuluh limfe menuju ke pembuluh darah yang berdekatan atau terbawa oleh
saluran limfe ke dalam aliran darah.
Patologi
Perubahan patologi utama disebabkan oleh kerusakan pembuluh getah bening akibat
inflamasi yang ditimbulkan oleh cacing dewasa, bukan oleh microfilaria. Cacing
dewasa hidup di pembuluh getah bening aferen atau sinus kelenjar getah bening dan
menyebabkan pelebaran pembuluh getah bening dan penebalan diding pembuluh.
Infiltrasi sel plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan sekitar pembuluh getah
bening yang mengalami inflamasi bersama dengan proliferasi sel endotel dan jaringan
penunjang, menyebabkan berliku-likunya system limfatik dan kerusakan atau
inkompetensi katup pembuluh getah bening.
Limfedema dan perubahan kronik akibat statis bersama dengan edema keras terjadi
pada kulit yang mendasarinya. Perubahan-perubahan yang terjadi akibat filariasis ini
disebabkan oleh efek langsung dari cacing ini dan oleh respon imun pejamu terhadap
parasit. Respon imun ini dipercaya menyebabkan proses granulomatosa dan
proliferasi yang menyebakan obstruksi total pembuluh getah bening. Diduga bahwa
pembuluh- pembuluh tersebut tetap paten selama cacing tetap hidup dan bahwa
kematian cacing tersebut menyebabkan reaksi granulomatosa dan fibrosis. Dengan
demikian terjadilah obstruksi limfatik dan penurunan fungsi limfatik.
17
Filariasis malayi
Lingkungan hidup
Manusia merupakan hospes definitif. Periodisitas microfilaria B.malayi adalah
periodic nokturna, subperiodik nokturna, atau nonperiodik. Periodisitas microfilaria
yang bersarung dan berbentuk khas ini, tidak senyata periodisitas W.bancrofti.
Sebagai hospes perantara adalah Mansonia, Anopheles, dan Amigeres. Dalam tubuh
nyamuk microfilaria tumbuh menjadi larva infeksitif dalam waktu 6-12 hari. Ada
peneliti yang menyebutkan bahwa masa pertumbuhannya di dalam nyamuk kurang
lebih 10 hari dan pada manusia kurang lebih 3 bulan. Di dalam tubuh manusia dan
nyamuk perkembangan parasit ini juga sama dengan perkembangan W.bancrofti.
Epidemiologi
Penyebaran geografis parasit ini luas meliputi Srilangka, Indonesia, Filiphina, India
Selatan, Asia , Tiongkok, Korea, dan sebagian kecil di Jepang. Daerah penyebarannya
terdapat daerah dataran sesuai dengan tempat hidup nyamuk Mansonia. Nyamuk
terdapat di daerah rendah dengan banyak kolam yang bertanaman pistia (suatu
tumbuhan air). Penyakit ini terdapat di luar kota bila vektornya adalah Mansonia, dan
bila vektornya adalah Anopheles terdapat di daerah kota dan sekitarnya.
Filariasis timori
Epidemiologi
18
Filaria tipe ini terdapat di Timor,pulau Rote, Flores, dan beberapa pulau di sekitarnya.
Cacing dewasa hidup di dalam saluran dan kelenjar limfe. Vektornya adalah
Anopheles barbitoris. Mikrofilarianya menyerupai microfilaria Brugia malayi, yaitu
lekuk badannya patah-patah dan susunan intinya tidak teratur, perbedaannya terletak
dalam: 1) Panjang kepala dengan 3 x lebar kepala; 2) Ekornya mempunyai 2 inti
tambahan,yang ukurannya lebih kecil dari pada inti-inti lainnya dan letaknya lebih
berjauhan bila dibandingkan dengan letak inti tambahan B.malayi;3) Sarungnya tidak
mengambil warna pulasan Giemsa;4) Ukurannya lebih panjang dari pada microfilaria
Brugia malayi. Microfilaria bersifat periodic nocturnal
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis filariasis sangat bervariasi bisa berupa asimtomatik, subklinis
( seperti ditemukannya hematuri atau proteinuri mikroskopis, limfektasi skrotal pada
pemeriksaan ultrasonografi, atau dilatasi pembuluh limfe pada pemeriksaan
scintigrafi), sampai manifestasi klinis berat.3
1. Manifestasi klinis akut :
Demam filaria
Penderita filariasis dapat mengalami episode demam akut yang self-limited,
tanpa disertai tanda tanda infeksi kelenjar limfe. Pola demam tidak jelas,
kadang-kadang sulit dibedakan dengan malaria.
Adenolimfangitis akut
Sering merupakan manifestasi klinis pertama dari filariasis pada penderita
remaja. Penderita mengalami demam yang tinggi, timbul mendadak, disertai
dengan malaise dan kadang-kadang disertai menggigil. Demam disertai
dengan timbulnya pembengkakan dan rasa nyeri dari kelenjar limfe
( limfadenitis ). Limfadenitis diikuti dengan limfangitis, limfangitis dimulai
19
dari tempat kelenjar limfe yang membengkak dan kemudian menyebar ke
perifer ( retrograd ), pola ini membedakan dengan adeno-limfangitis akibat
infeksi bakteri. Kelenjar limfe regional seperti inguinal, obturator, aksila, dan
epitroch-lea sering ikut membengkak. Adenolimfangitis dapat mengenai
ekstremitas atas dan bawah, serta daerah genital. Adenolimfangitis genital
ditemukan pada filariasis yang disebabkan oleh W.bancrofti, hampir tidak
pernah pada filariasis yang disebabkan oleh Brugia spp., manifestasi klinis
bisa berbentuk funikulitis, epididimidis, dan nyeri daerah skrotum.
Penyembuhan spontan dapat terjadi dalam waktu satu minggu, namun
serangan ini dapat berulang 1-3 kali dalam satu tahun.
Dermatolymphangiodenitis ( DLA )
Manifestasi klinis berupa demam tinggi, menggigil, mialgia dan sakit kepala.
Demam disertai dengan timbulnya lesi kulit yang berbatas tegas, pada lesi
tersebut dapat ditemukan vesikel, ulkus dan hiperpigmentasi.
2. Manifestasi klinis Kronis
Elefantiasis
Elefantisasis biasanya unilateral, ekstremitas bawah lebih sering terkena. Pada
filariasis limfatik yang disebabkan oleh W.bancrofti, limfedema mengenai
seluruh ekstremitas bawah, sedang bila penye-babnya Brugia spp. pada
umumnya limfedema hanya mengenai daerah dari lutut kebawah. Pada bebe-
rapa penderita, kulit diatas daerah edema mengeluarkan cairan serosa seperti
cairan limfe.
Hidrokel.
20
Jarang terjadi sebelum masa remaja, biasanya unilateral, tidak disertai rasa
sakit kecuali bila di-sertai dengan epididimidis atau funikulitis. Kulit skrotum
menebal, kadang-kadang disertai dengan ditemukannya rembesan cairan limfe
atau disertai dengan lesi verukosa. Penis dapat mengalami distorsi se-hingga
mengalami perubahan bentuk ( ram horn penis ).
Pembengkakan payudara
Pada penderita wanita kadang-kadang timbul pembengkakan payudara baik
uni maupun bilateral. Hal ini harus dibedakan dengan mastitis kronis oleh
sebab lain.
Chyluria.
Urin penderita filariasis dapat berwarna putih seperti susu ( milky
appearance ), chyluria ini dapat berakibat buruk terhadap status nutrisi
penderita karena sejumlah besar lemak dan protein keluar melalui urin.
Tropical Pulmonary Eosinophylia ( TPE )
TPE merupakan kondisi yang menyerupai asma, lebih sering mengenai laki-
laki ( rasio 4 : 1 ), pada umumnya lebih sering dijumpai pada penderita usia
30-an tahun. Gejala dan tanda TPE biasanya berupa batuk dan mengi yang
bersifat paroksimal terutama pada malam hari, berat badan turun, demam
ringan, limfadenopati, peningkatan IgE dan IgG terhadap antigen filaria,dan
peningkatan hebat eosinofil dalam darah perifer ( lebih dari 3000
eosinofil/ml ). Foto toraks bisa dalam batas normal, namun pada umumnya
terlihat penambahan corakan paru, kadang-kadang disertai dengan terdapatnya
lesi kecil-kecil yang bersifat radio opaq yang tersebar di lobus paru tengah dan
bawah. Pada penderita TPE tidak terjadi mikrofilaremia.
21
Pemberian obat anti filaria diethylcarbamazine citrate ( DEC ) pada penderita
TPE memberikan per-baikan klinis yang bermakna disertai dengan penurunan
jumlah eosinofil dalam darah perifer dan kadar IgE plasma. Bila tidak diobati
dengan segera, TPE dapat mengakibatkan penyakit paru restriktif.
Penatalaksanaan
Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau memperbaiki perjalanan penyakit.
Obat antifilaria berupa Diethylcarbamazine citrate ( DEC ) dan Ivermectine, DEC
memiliki khasiat anti mikrofilaria dan mampu membunuh cacing dewasa, Ivermectine
merupakan anti mikrofilaria yang kuat tapi tidak memiliki efek makrofilarisida.
Bidang penelitian mengenai pengobatan filariasis yang men-janjikan adalah
pemberian antibiotik yang ditujukan terhadap bakteri Wolbachia spp. Penelitian
dengan pemberian doksisiklin selama 6 – 8 minggu mempengaruhi kehidupan cacing
dewasa, mikrofilaria, dan perbaikan patologi.
Diethylcarbamazine citrate ( DEC )
Diethylcarbamazine merupakan senyawa sintetis turunan piperazine,
dipasarkan dalam bentuk senyawa garam sitrat ( DEC ).DEC tidak memiliki
efek mematikan yang langsung terhadap mikrofilaria tetapi dengan merubah
struktur permukaan larva sehingga mudah dikeluarkan dari jaringan tubuh dan
membuatnya lebih mudah dihancurkan oleh sistim pertahanan tuan rumah.
Efek mematikan terhadap cacing dewasa secara in vivo dapat ditunjukkan
melalui pemantauan ultrasonografi, namun mekanisme pastinya belum
diketahui. Dosis 6 mg/kg BB dibagi dalam 3 dosis, setelah makan, selama 12
22
hari, pada TPE pengobatan diberikan selama tiga minggu. Pengobatan dapat
diulang 6 bulan kemudian bila masih terdapat mikrofilaremia atau masih
menunjukkan gejala.
Efek samping bisa terjadi sebagai reaksi terhadap DEC atau reaksi terhadap
cacing dewasa yang mati. Reaksi terhadap DEC dapat berupa sakit
kepala,malaise,anoreksia,rasa lemah,mual,muntah, dan pusing. Reaksi tubuh
terhadap protein yang dilepaskan pada saat cacing dewasa mati dapat terjadi
beberapa jam setelah pengobatan, didapat 2 bentuk yang mungkin terjadi
yaitu reaksi sistemik dan reaksi lokal. Reaksi sistemik dapat berbentuk
demam,sakit kepala,nyeri badan,pusing,anoreksia,malaise dan muntah-
muntah. Reaksi sistemik cenderung berhubungan dengan intensitas infeksi.
Reaksi lokal berbentuk limfadenitis,abses,dan transien limfedema. Pada
Bancroftian filariasis dapat terjadi funikulitis, epididimidis, dan hidrokel.
Perdarahan retina, bronkospame, dan ensefalopati walaupun sangat jarang
namun pernah dilaporkan. Reaksi lokal terjadi lebih lambat namun
berlangsung lebih lama dari reaksi sistemik. Efek samping DEC lebih berat
pada penderita onchorcerciasis , sehingga obat tersebut tidak diberikan dalam
program pengobatan masal di daerah endemis filariasis dengan ko-endemis
Onchorcercia valvulus.
Penatalaksanaan Simtomatik
Pemeliharaan kebersihan kulit, dan bila perlu pemberian antibiotik dan atau anti
jamur akan mengurangi serangan berulang DLA, sehingga mencegah terjadinya
limfedema kronis. Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis.
Antihistamin dan kortikosteroid diperlukan untuk mengatasi efek samping
23
pengobatan. Analgetik dapat diberikan bila diperlukan.
Penatalaksanaan Operatif
Kadang-kadang hidrokel kronik memerlukan tindakan operatif, demikian pula pada
chyluria yang tidak membaik dengan terapi konservatif. Pengobatan operatif
elefantiasis kaki pada umumnya tidak memberi hasil yang memuaskan, ahir-ahir ini
dengan memakai lymphovenous procedure diikuti dengan pembuangan jaringan
subkutan dan lemak yang berlebihan, disertai dengan drainase postural dan fisioterapi
yang adekwat memberi berbagai keuntungan bagi penderita.
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Perlindungan terhadap filariasis dapat dilaksanakan melalui penghindaran dari gigitan
nyamuk yang mengandung larva cacing filaria. Metoda yang dapat dilakukan antara
lain dengan memakai kelambu, terutama yang mengandung insektisida seperti
permethrin. Yang paling ideal adalah melalui pengendalian/ eradikasi vektor nyamuk
dilingkungan pemukiman. Namun kedua cara ini di sebagian besar belahan dunia
terutama di negara berkembang sulit dilaksanakan sehubungan dengan biaya, perilaku
masyarakat, dan fakta yang menunjukkan bahwa infeksi filarial memerlukan waktu
yang lama antara 10 – 20 tahun. Berbagai penelitian berbasis komunitas
menunjukkan bahwa pemberian antifilaria DEC setiap tahun dalam dosis tunggal
atau melalui garam yang mengandung DEC ( DEC medicated salt ) selama 4 – 6
tahun menunjukkan penurunan penularan , bahkan bukan tidak mungkin suatu saat
dapat mengeradikasi penyakit.
24
KESIMPULAN
Filariasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh cacing. Pada respon imun
terhadap cacing, sel mast adalah yang paling berperan. Sel mast yang teraktivasi akan
mengeluarkan bermacam-macam mediator yang akan menimbulkan gejala pada
tubuh. Pada mikrofilaria W. Bancrofti ditemukan adanya bakteri endosimbiote yang
disebut Wolbachia. Wolbachia akan keluar setelah cacing dibunuh oleh eosinofil,
kemudian tubuh akan meresponnya sebagai antigen, sehingga muncullah gejala-gejala
sekunder seperti demam, pusing, sakit kepala, nyeri sendi dan otot. Oleh karena itu
selain diberikan obat DEC pasien juga diberikan doksisiklin sebagai antibiotik untuk
membunuh Wolbachia.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Helbert M. Flesh and bones of immunology. 1st
edition. Elsevier Science; 2006.p.22-3
2. Markam S, Laksman H, Ganiswarna S. Kamus
Kedokteran. 5th Edition. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2008.
3. Pohan HT. Filariasis. In : Sudoyo B, Alwi I,
Simadibrata MK, Setiati S Editor. Ilmu Penyakit Dalam. 5th Edition.
Jakarta:Internapublishing;2009. p. 2931-41.
26
Recommended