View
273
Download
0
Category
Preview:
DESCRIPTION
OKOKOKJ
Citation preview
PEMBAHARUAN DALAM ISLAM
Dosen Pembimbing
Amelyadi, S.Ag.M.Si
Mata Kuliah
Kelompok 1
1. Ricky Ersaputra
2. Eriyandi
Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan
Muhammadiyah Pontianak1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai gerakan pembaharuan islam.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk
membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena
itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena
itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita .
2
Daftar Isi
Kata Pengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang 4
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
BAB II Pembahasan
A.
B.
C.
D.
E.
BAB III Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
3
BAB I
Pendahuluan
1.1Latar Belakang
Mulai abad pertengahan merupakan abad gemilang bagi umat islam , pada abad inilah daerah-
daerah islam meluas di Barat melalui Afrika Utara sampai Spanyol, di Timur melalui Persia sampai
ke India.
Daerah-daerah ini tunduk karena kepada kekuasaan khalifah yang pada mulanya berkedudukan di
Madinah, kemudian Damskus dan terakhir di Bagdad. Dari situlah banyak lahir pemikir-pemikir
hebat. Dari lahirnya pemikir dan para ulama besar itu, maka ilmu pengetahuan berkambang pesat
sampai ke puncaknya, baik dalam bidang agama, non agama dan bidang kebudayaan lainya.
Diantara yang mendorong timbulnya pembaharuan dan kebangkitan islam adalah:
Paham tauhid yang dianut kaum muslimim yang bercampur dengan kebiasaan yang dipengaruhi
oleh kelompok-kelompok, pemujaan terhadap orang-orang suci dan hal lain yang membawa kepada
kekufuran.dan disinilah mulai muncul paham pembaharuan.
Pembahuran dalam islam ini berbeda dengan renainsans Barat. Kalau renainsans Barat muncul
dengan menyingkirkan agama, maka pembaharuan islam sebaliknya, yaitu untuk memperkuat
prinsip dan ajaran-ajaran agama islam. Islam bukan hanya mengajak maju ke depan untuk melawan
segala kebodohan dan kemajuan islam itu sendiri.
1. Rumusan Masalah
“ Bagaimana peranan dan pemikiran tokoh-tokoh pembaruam dalam dunia islam
2. Tujuan
1. Tujuan Umum
4
Agar mahasiswa memahami tentang konsep konsep pembaharuan islam
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa dapat memaparkan kembali mengenai konsep pembaharuan islam
b. Memahami betul tujuan diadakannya kajian mengenai ilmu sosial
d. Mengetahui ruang lingkup pembaharuan islam
1.3. Tinjuauan Pustaka
Pembaruan definisi, pendapat, nama tokoh pembaruan
5
BAB II
Pembahasan
II.1 pembaharuan islam di dunia
A.Taqiyuddin Ibnu Tamiyah
1. Kelahiran dan Pendidikan
Taqiyuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus bin Taimiyah al-Harrani al-Hanbaly
atau yang lebih dikenal dengan Taqiyuddin ibnu Taimiyah atau ibnu Taimiyah. Beliau lahir pada
tanggal 10 Rabiul Awal 661 Hijriyah, yang bertepatan dengan tanggal 22 Januari 1263
Miladiyah di kota Al-Harran, Siria. Ibnu Taimiyah lahir kurang lebih lima tahun kemudian
setelah tentara Barbar dan Mongolia, yang dimana bangsa Mongol menaklukkan kota Bagdad,
ibukota pusat kekuasaan dinasti Abbasyiah (Leopold Weiss: 22).
Pemahaman agama Ibnu Taimiyah pada awalnya diserap doktrin-doktrin mazhab Hanbali,
yaitu suatu aliran dalam bidang syari’ah yang terkenal karena besarnya menaruh hadis setelah
Al-Qur’an dalam menentukan hukum syara’. Pada awalnya Ibnu Taimiyah pertama kali belajar
ilmu agama kepada ayahnya sendiri – Syihabuddin - . Kemudian dilanjutkan belajar kepada
beberapa ulama terkenal salahsatunya Zainuddin al-Muqaddasyi.
Dalam usianya yang relatif masih belia – sekitar umur 21 tahun – Ibnu Taimiyah telah tumbuh
dan berkembang sebagai seorang yang alim, cerdas, mempunyai wawasan dan pengertian yang
mendalam tentang agama Islam. Beliau mampu menangkap getaran-getaran penyakit yang
diidap oleh umat Islam pada umumnya sekaligus dengan penderitaan hidupnya.
Sikap dan pendirian Ibnu Taimiyah yang sangat gigh berprinsip pada ajaran tauhid yang
bersih dan murni, jauh dari berbagai ragam syirik, khurafat, dan bid’ah dan disampaikan secara
terus terang dan lugas kepada siapa saja terutama para penguasa merasa tersinggung.
6
2. Karya-karya Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah digambarkan sebagai pemikir yang paling cemerlang dan konsisten, ahli
dalam bidang ilmu hadis, ilmu bahasa, ilmu tafsir, ilmu kalam, serta ahli juga dalam bidang
filsafat. Usaha reformatif Ibnu Taimiyah dan pencarian ilmu meliputi tema yang luas,yang dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1) Membangkitkan keimanan dalam ketaatan terhadap tauhid (pengesaan Allah
Swt)
2) Memberantas kepercayaan Patheis dan budaya
3) Kritik terhadap filsafat, pemikiran silogistik, dan berdebat dalam rangka
menunjukkan superioritas Al-Qur’an dan As-Sunnah
4) Memberantas anti Islam melalui penentangan terhadap Kristen dan Syi’ah
5) Pembaharuan pemikiran Islam dan ilmu-ilmu yang berhubungan dengannya
Jumlah total karya Ibnu Taimiyah 621 yang mana banyak hasil karyanya yang telah
hilang.Kecermelangan pikiran Ibnu Taimiyah tercermin dalam beberapa bukunya seperti kitab
“Minhajus Sunnah an-Nabawiyah fi naqdil kalam asy-Syi’ah wal Qadriyah. Di dalam kitab ini ia
menjelaskan tentang ide-ide politik negara. Karyanya yang kedua yakni Sistem Politik Syari’ah
merupakan karya yang sangat eksklusif mengenai pemikiran politik yang lebih rinci yang di
dalamnya memuat juga fungsi-fungsi dari organisasi negara. Sedangkan karyanya yang ketiga
adalah kitab ‘al-Hisbah fil Islam’ yang didalamnya menguraikan penggunaan prinsip
menyerukan kebajikan mencegah kejahatan, terutama sekali dalam hubungannya dengan
administrasi negara. Karya-karyanya yang lain diantaranya Radd ala al-Mantiqyyin Liman
Baddala Din Al-Masih, al-Qiyas fi-Syari’il Islamy, al-Iqtidaus Shiratil Mustaqim, dan lain-
lainnya.
3. Pokok-pokok Ajaran Ibnu Taimiyah
Ibnu Taimiyah yang dikenal sebagai tokoh yang berhak menyandang gelar sebagai ‘mujtahid’
dalam berbagai tulisan atau pun dalam kuliah-kuliahnya dengan lantang menyerukan dan
mengajak umat Islam di seluruh dunia untuk kembali berpegang teguh pada ajaran Al-Qur’anul
Karim dan as-Sunnah as-Syarif dengan murni dan penuh tanggung jawab dalam menata seluruh
aspek kehidupannya. Ia juga mengajak umat Islam untuk membuang jauh-jauh berbagai praktek
yang asing dan aneh dalam ajaran Islam. Kuliah-kuliahnya mencakup semua subjek di dalam
pengetahuan Islam, namun semuanya mempunyai tema yang sama yakni menghidupkan kembali
7
semangat Nabi beserta sahabat-sahabatnya sewaktu Islam masih murni dan belum dicemari oleh
ide-ide asing dan bid’ah.
Bidang bid’ah ternyata merupakan bidang pembahasan yang paling menonjol dan dominan.
Sebenarnya ajaran Ibnu Taimiyah yang paling pokok adalah dalam rangka mensucikan itikad
(aqidah – keyakinan) umat Islam agar tidak berubah dan tidak menyimpang dari ajaran Al-
Qur’an dan Sunnah Rasul. Ibnu Taimiyah adalah tokoh Mujadid, pembaharuan atau reformer
dalam Islma yang pertama-tama di dunia yang dengan penuh semangat menyatakan bahwa pintu
ijtihad tetap terbuka. Ijtihad dalam ajaran agama Islam memegang perana yang sangat besar,
karena hanya dengan prinsip inilah akan selalu menjadi dinamis, hidup dan maju serta tidak akan
pernah ketinggalan zaman. Dengan prinsip ihtihad inilah yang memungkinkan perkembangan
dan kemajuan yang berkesinambungan di dalam syari’ah.
4. Tahun-tahun Terakhir Ibnu Taimiyah
Antara tahun 721 H/ 1321 M dan 726/ 1326 M , Ibnu Taimiyah mendedikasikan dirinya
untuk mengajar di Madrasah Hambaliyah dan di Madrasah miliknya Qassassin dan merevisi
karya awalnya. Pada tahun 726 H/1326 M, musuh-musuhnya kembali bekerja sama untuk
memenjarakan beliau. Sekalipun demikian dengan dipenjarakan tubuh Inu Taimiyah, ikut
terpenjara juga rohaninya. Beliau tetap meneruskan menulis tafsir Al-Qur’an dan juga risalah
ilmiah yang beragam permasalahan. Dengan semangat yang tidak pernah kendor sehingga
membuat pemerintah mengambil sikap lain untuk memojokkannya. Oleh sebab itu Ibnu
Taimiyah dilarang menulis lagi, hal ini membuat Ibnu Taimiyah tersiksa yang akhirnya
mengakibatkan Ibnu Taimiyah jatuh sakit dan tidak ada obat penyembuhnya. Sampai akhirnya
beliau menutup usia pada Minggu-Senin malam tanggal 20 Dzulqaidah 782 H/1328 M di
Damaskus dalam usia 67 tahun.
Saat penguburan Ibnu Taimiyah sebanyak 300.000 pria dan 15.000 wanita turut
menghantarkan jenazahnya. Beliau dikuburkan di pemakaman Sofiyyah dimana ibunya juga
dimakamkan.
8
B.Muhammad bin Abdul Wahab
1. Riwayat Muhammad bin Abdul Wahab
Muhammad bin Abdul Wahab pendiri Gerakan Muwahidin adalah seorang ulama besar, yang
dilahirkan di Uyainah. Ia dibesarkan dalam lingkungan kehidupan beragama yang ketat di bawah
pengaruh mazhab Hanbali. Dilihat dari latar belakang kehidupannya dapat dipahami bahwa
beliau ada kesamaan latar belakang dengan tokoh pendahulunya, Ibnu Taimiyah.
Beliau lahir pada tahun 1703 dengan nama lengkap Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin
Abdul Wahab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin
Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.
2. Pendidikan dan Pengalamannya
Pendidikan beliau dimulai dari lingkungan keluarganya sendiri, dimana beliau belajar agama.
Muhammad bin Abdul Wahab berkembang dan dibesarkan dikalangan keluarga terpelajar.
Ayahnya adalah ketua jabatan agama setempat. Setelah mendapatkan banyak ilmu agama dari
keluarganya, kemudian dilanjutkan belajar kepada beberapa ulama di kota Madinah. Selanjutnya
ia berkelana untuk menimba ilmu ke berbagai kota, dari Basrah, Baghdad, Kurdistan, Hamazan,
Isfahan, Qumm, dan Kairo. Setelah sekian puluh tahun beliau berkelana ke berbagai kota,
Muhammad bin Abdul Wahab pulang kembali ke daerah asalnya, dengan satu tekat yang bulat,
yaitu mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengajarkan agama Islam sebagaimana yang
dipahaminya.
3. Pokok-Pokok Ajarannya
Gerakan Wahabi merupakan suatu gerakan pemurnian Islam yang pertama kali berdiri dalam
rangka menyambut seruan dan ajakan Imam Taqiyuddin Ibnu Taimiyah. Gerakan ini memegang
prinsip teguh, mereka ingin membuang segala bentuk kemusyrikan, khurafat, berbagai macam
bid’ah dan taqlid.
Satu hal yang tidak kalah pentingnya, yang dijadikan tema pokok pembahasan dan
perjuangannya adalah permasalahan tentang tauhid. Hal-hal yang berkisar di seputar masalah
memurnikan tauhid inilah yang sangat ditekankan, anatar lain:
1. Penyembahan selain Tuhan adalah perbuatan yang salah, dan apabila ada yang demikian akan
dibunuh.
2. Orang-orang yang mencari ampunan Tuhan dengan mengunjungi kuburan, termasuk orang-
orang musyrik.
9
3. Meberikan pengantar dalam shalat terhadap nama Nabi-nabi atau wali atau malaikat termasuk
perbuatan musyrik.
4. Termasuk kufur apabila memberikan ilmu tanpa didasari oleh dalil-dalin yang terdapat pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
5. Termasuk kufur dan ilhad mengingkari “Qadar” dalam semua perbuatan.
6. Dilarang memakai buah tasbih dalam mengucapkan nama Tuhan dan do’a-do’a cukup
menghitungnya dengan keratan jari.
7. Al-Qur’an dan As-Sunnah merupakan sumber syari’at Islam dalam soal halal dan haram,
perkataan para ulama tentang haram dan halal tidak menjadi pegangan.
8. Pintu Ijtihad terbuka dan siapapun juga boleh melakukan Ijtihad, selama sudah memenuhi
syarat-syarat. (A.Hanafi, 1967:143)
Sifat gerakan Wahabi yang keras, lugas, dan sederhana benar-benar merupakan tenaga yang
sanggup membangkitkan dan menggoncangkan kembali kesadaran kaum muslimin yang sedang
lelap tidur dalam alam kegelapan. Sistem ajaran Muhammad bin Abdul Wahab yang hanya
menekankan pada pengamalan agama persis seperti yang diajarkan oleh Nabi Muhammad s.a.w
tanpa tambahan yang aneh-aneh dan asing yang nantinya akan sering disebut juga sebagai
“Muhammadiyah.”
4. wafatnya
Muhammad bin Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih di
Dar’iyah. Keseluruhan waktunya diisi dengan menulis, mengajar, berdakwah, dan berjihad dan
mengabdi sebagai menteri penerangan di Kerajaan Saudi di Tanah Arab.
Allah SWT masih memanjangkan umurnya sampai pada usia 92 tahun, sehingga beliau masih
dapat menyaksikan kejayaan dakwah dan kesetiaan para pendukungnya. Semua itu berkat
pertolongan Allah dan berkat dakwah serta jihadnya yang gigih dan tidak kenal menyerah.
Kemudian dengan perasaan yang tenang, lega dan puas setelah melihat hasil kemenangan di
seluruh Dar’iyah. Muhammad bin Abdul Wahab menghadap Tuhannya, beliau kembali ke
rahmatullah pada tanggal 29 Syawal 1906 H, bersamaan dengan tahun 1793, dalam usia 92
tahun.
10
C.Muhammad Abduh
1. Riwayat Hidup dan Pendidikan
Muhammad Abduh merupakan seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah satu penggagas
pergerakan modernisme Islam. Beliau lahir pada tahun 1849 di Delta Nil (kini wilayahnya
Mesir). Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas Al-Azhar, Kairo pada tahun 1876
dengan mendapat ijizah Alimiyyah. Ia juga murid dari Jamal al-Din al-Afghani atau Jamaluddin
al-Afghani. Pada tahun 1877, al-Afghani datang ke Mesir, ia dikenal sebagai tokoh mujadid,
mujahid, serta ulama Islam yang berwibawa. Kehadiran beliau dimanfaatkan oleh Muhammad
Abduh untuk menemuinya. Pada pertemuan pertamanya itu, mereka berdiskusi tentang masalah
ilmu tasawuf dan ilmu tafsir. Sejak saat itu, Muhammad Abduh selalu berada disamping
Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh menjadikan beliau sebagai guru besarnya.
Pada awalnya mereka satu pemikiran dan strategi dalam mewujudkan kejayaan Islam dan
kemuliaan Islam. Kemudian keduanya memiliki pandangan yang berbeda. Karena perbedaan
sudut pandang inilah lahir kader-kader pembaharu yang menyebar ke seluruh penjuru dunia
sebagai pelopor kemerdekaan.
Pada tahun 1882, Muhammad Abduh diusir oleh pemerintah Mesir karena dianggap ada
hubungan dengan pemberontakan yang dipimpin oleh Ahmad ‘Arabi Pasya. Pertama beliau pergi
ke Siria, dan dua tahun berikutnya beliau pergi ke Paris, mengikuti ajakan gurunya al-Afghani.
Disana mereka mendirikan perhimpunan Islam dan menerbitkan majalah yang sama dengan
nama perhimpunan mereka yakni “al-Urwatul Wutsqa.”
Majalah itu ditentang dan dilarang terbit oleh pemerintah Perancis, karena dianggap akan
menggoyahkan politik penjajahannya. Oleh karena itu Muhammad Abduh dan al-Afghani
meninggalkan Perancis dan mereka segera menuju ke kota Beirut melewati Tunisia.
Di Tunisia, Muhammad Abduh memullai babak perjuangan baru. Dahulu ia aktif dalam
bidang politik, namun sekarang beliau mulai mengaktifkan diri dalam bidang sosial pendidikan.
Lalu beliau diterima sebagai guru di Madrasah Sultaniyah. Pada tahun 1889, Muhammad Abduh
kembali ke Mesir. Di tahun 1894 Muhammad Abduh diangkat sebagai anggota pimpinan
tertinggi Universitas Al-Azhar. Beliaupun menjadi guru besar disana. Kesempatan itu digunakan
sebaik-baiknya oleh Muhammad Abduh untuk melakukan perubahan-perubahan dalam kampus
tersebut. Majalah yang beliau terbitkan ternyata mendapat respon yang baik dikalangan
mahasiswa Al-Azhar maupun dari kalangan luar kampus. Tafsir Al-Qur’an dari hasil kuliah
Muhammad Abduh yang dimuat dalam Al-Manar dianggap sudah cukup memadai. Akhirnya
11
oleh Rasyid Ridha kemudian diterbitkan menjadi kitab tafsir. Namun sayang setelah tafsir Al-
Manar ini baru terselesaikan sampai juz ke sepuluh telah keburu Muhammad Abduh wafat.
2. Pemikiran Muhammad Abduh
1. Bidang Ijtihad dan Taqlid
Penyebab yang membawa kemunduran umat Islam adal Alam Islamy adalah dikarenakan
adanya kejumudan atau kebekuan berfikir di kalangan umat Islam taitu kebekuan dalam
memahami ajaran Islam yang bersumber kepada Al-Qur’an dan Al Hadis. Muhammad
Abduh sangat menekankan arti pentingnya ijtihad. Ajaran Islam telah menegaskan bahwa
Islam diturunkan kepada umat manusia tidak lain kecuali untuk menyebarluaskan rahmat
Allah ke seluruh alam semesta.
Meskipun Ijtihad merupakan jalan yang terbaik dan merupakan suatu keharusan juga
untuk memberikan corak keislaman terhadap kejadian-kejadian masyarakat dalam
lingkungan Islam, namun Ijtihad itu hanya boleh dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai sifat-sifat keilmuan. Karena itu, Muhammad Abduh mensyaratkan kebolehan
ijtihad dengan syarat tersebut baik untuk masanya maupun masa sesudahnya dan ia juga
berhati-hati sekali dalam syarat ini, ketelitiannya tidak kalah dengan pendahulunya.
2. Bidang Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa seketika Muhammad Abduh masuk ke
Universitas Al-Azhar, maka tanpa menunggu terlalu lama beliau mulai melakukan
berbagai pembaharuan terhadap perguruan tinggi Islam yang tertua ini, baik dalam
bidang administrasi sampai peningkatan mutu kuliah.
3. Kematiannya
Muhammad Abduh wafat pada tanggal 11 Juli 1905 ketika karir beliau berada dipuncak.
Beliau diangkat sebagai mufti kerajaan Mesir. Abduh meninggal pada usia yang relatif belum
terlalu tua. Seluruh dunia meratapi akan kepergian ulama besar ini, bukan saja karena ikatan
emosional sebagai sesama muslim, tetapi orang-orang yang non-muslim pun ikut meratapi
kepergian Muhammad Abduh. Pembaharuan Abduh tidak hanya sekadar dalam masalah yang
berhubungan langsung dengan pendidikan saja. Bahkan prasarana untuk mencapai ke arah itu
juga disempurnakan. Berbagai macam ilmu pengetahuan yang selama ini dianak tirikan
dimasukkan ke dalam kurikulum di Al-Azhar.
12
D.Jamaluddin Al-Afghani
1. Riwayat Hidup dan Pendidikannya
Jamaludin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1939 di As’ad Abad, Afghanistan. Ia
berkebangsaan Afghanistan, oleh karena itu di belakang namanya dicantumkan nisbah negeri
tersebut “Al-Afghani.” Ia dikenal sebagai reformer dalam dunia Islam, sekaligus sebagai seorang
pejuang yang terus menerus mengobarkan api semangat menegakkan “kalimatulhaq” kepada
siapapun, sampai kepada penguasa yang zalim.
Jamaludin Al-Afghani terkenal juga sebagai pengembara yang tangguh, bukan saja
mengembara di negeri-negeri Islam melainkan ia melakukan pengembaraan ke negeri-negeri non
muslim daratan Eropa. Pengembaraannya ke negeri non muslim untuk mengenalkan dan
menjelaskan hakekat dinul Islam dan meluruskan pengertian dan persepsi yang keliru tentang
ikhwal Islam. Sedangkan terhadap negara-negara Islam, beliau kembali mengobarkan semangat
jihad menegakkan kebenaran dan keadilan serta mengobarkan semangat jihad melawan kaum
penjajah.
Seperti tokoh-tokoh sebelumnya, Jamaludin Al-Afghani belajar agama pertama kali dari
ayahnya sendiri yang bernama Sayid Shaffar, seorang pengusaha yang terkenal sekaligus sebagai
seorang yang alim. Ia dididik oleh ayahnya tentang berbagai macam ilmu, seperti Bahasa Arab,
Ilmu Fiqih dan Tauhid, Hadis, dan tafsir serta Akhlak dan Tasawuf.
Pada usia 16 tahun ia dikirim ke India untuk belajar pada ulama-ulama terkenal. Berbagai
ilmu pengetahuan baik ilmu agam sampai ilmu filsafat ditekuninya dengan rajin. Ketika
Jamaludin pulang ke Afghanistan segera ia menerjunkan diri ke kancah perjuangan politik.
Karena pada saat beliau belajar di India, beliau melihat kekejaman Inggris terhadap anak
jajahannya. Sehingga timbul sikap muak dan benci terhadap kaum penjajah tanpa kecuali.
E.Rasyid Ridha
Muhammad Rasyid bin Ali Ridha bin Syamsudin bin Baha’uddin Al-Qalmuni Al-Husaini
yang dikenal sebagai Rasyid Ridha (1865-1935). Beliau merupakan seorang intelektual muslim
dari Suriah yang menegmbangkan gagasan modernisme Islam yang awalnya digagas oleh
Jamaluddin al-afghani dan Muhammad Abduh. Ridha mempelajari kelemahan-kelemahan
masyarakat muslim saat itu, dibandingkan masyarakat kolonialis Barat, dan menyimpulkan
bahwa kelemahan tersebut antara lain kecenderungan umat untuk mengikuti tradisi secara taklid.
Ia berpendapat bahwa kelemahan ini dapat diatasi dengan kembali ke prinsip-prinsip dasar Islam
dan melakukan ijtihad dalam menghadapi realita modern.
13
Dalam tulisannya ia banyak menyerang pemerintah absolut Turki Usmani, bahkan tak jarang
juga ia terang-terangn menghantam politik Inggris dan Prancis yang telah membagi-bagi dunia
Arab di bawah kekuasaan mereka.
Pokok-pokok pikiran pembaharuan Rasyid Ridha anatar lain sebagai berikut.
Paham umat Islam tentang agamany serta tingkah laku mereka banyak yang telah
menyeleweng dari ajaran Islam yang suci murni.
Agar segera terwujud ksatuan dan persatuan umat Islam jangan didasari pada kesatuan bahasa
atau bangsa, tetapi didasari atas kesatuan iman dan Islam.
Kaum wanita harus diikutsertakan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan.
Sebagian paham dan ajran kaum sufi dianggapnya memperlemah agama Islam karena mereka
melalaikan tugas dan kewajibannya di dunia.
Untuk mewujudkan segala paham dan cita-cita kesatuan dan persatuan umat Islam ia
berpendapat bahwa umat Islam perlu mempunyai suatu negara. Karena hanya dengan
memiliki negara seperti itu umat Islam akan dapat menerpakan undang-undang dan hukum
Allah secara konkret dan nyata.
Mulai tahun 1898 hingga wafat 1935, Ridha menerbitkan surat kabar yang bernama Al-Manar
.
F. Shah Waliullah
1. Biografi
Shah Waliullah Muhaddith Dehlawi lahir pada tanggal 21 Februaru 1703 di Phulat, India.
adalah seorang Islam sarjana dan pembaharu. Beliau dilahirkan pada masa pemerintahan
Aurangzeb. Beliau bekerja untuk kebangkitan Islam aturan dan pembelajaran intelektual di Asia
Selatan, selama waktu memudarnya kekuasaan Muslim. Beliau adalah keturunan dari Quraisy
suku Arabi dan silsilahnya dapat ditelusuri ke khalifah kedua Islam, Umar di sisi pihak ayah.
Ayahnya, Shah Abdur Rahim. Dia dijuluki sebagai ‘Shah Waliullah’ karena Waliullah berarti
“sahabat Allah” dan dia adalah seorang individu yang shaleh.
2. Pendidikan
Shah Waliullah menerima pendidikannya di Madrasah Rahimiyya. Ayahnya adalah guru dan
pembimbing rohani. Beliau adalah seorang sastrawan, dengan memulai studinya di usia lima
tahun dan menyelesaikan bacaan dan hafalan dari Al-Qur’an pada usia tujuh tahun. Setelah itu,
ia memulai pelajaran dasar di Persia dan Arab, yang diselesaikan dalam setahun. Kemudia, ia
mempelajari bahasa dan sintaks dari Persia dan Arab. Ia menyelesaikan studinya di filsafat dan
14
teologi pada usia lima belas dan kemudian memulai studi ayahnya. Setelah itu, ia dilantik
menjadi tradisi ba’yat oleh ayahnya dan pada usia tujuh belas tahun, ia diijinkan untuk
memberikan bimbingan rohani untuk mereformasi sesama Muslim.
Pada kematian ayahnya saat ia hampir tujuh belas tahun, ia menjadi guru di Madrasah
Rahimiyya. Dia memegang posisi selama dua belas tahun. Kemudian. Pada 1713, Shah
Waliullah melakukan haji. Dia mencapai Mekah pada 21 Mei dan melakukan haji, setelah itu ia
melanjutkan ke Madinah. Selain berhaji, beliau juga mempelajari Al-Muwatta Imam Malik. Dan
kemudian ia diijinkan untuk mengajar semua kitab dari hadits oleh Syaikh Tajuddin. Setelah itu,
Shah Waliullah kembali ke India. Perjalanan kembali ke India berlangsung enam bulan dan ia
mencapai Delhi pada tanggal 1 Januari 1733.
3. Karya Sastra
Para penulis biografi Shah Waliullah di berbagai negara dengan karya yang diterbitkannya
berada di atas lima puluh. Shah Waliullah itu seorang penulis yang produktif yang menulis
secara ekstensif pada beberapa topik Islam. Karya sastranya sebagai berikut :
a) Fathur Rahman fi Tarjumatul Al Qur’an: sebuah terjemahan dari Al Qur’an ke dalam bahasa
Persia. Kumpulan dari 40 hadits yang singkat namun karakter inklusif.
b) Al Faudhul Kabir fi Usoolut Tafsir. Sebuah buku kecil dalam bahasa Persia yang mengikuti
terjemahan Persia tentang Al Qur’an.berisi inti sari Al Qur’an, aturan penafsiran, dan
penafsiran Al Qur’an oleh berbagai ulama terkemuka.
c) Hujjatullahil Baligha: karya sastra terbesar Shah Waliullah. Judulnya berasal dari Al Qur’an.
4. 4 Dasar Prinsip-prinsip Ekonomi
Shah Waliullah membahas empat prinsip dasar ekonomi, produksi kekayaan, konsumsi
kekayaan, distribusi kekayaan dan pertukaran kekayaan. Seluruh bangsa berpartisipasi dalam
produksi kekayaan, sehingga kekayaan harus didistribusikan ke seluruh bangsa. Beliau
menetapkan prinsip untuk distribusi kekayaan diantara orang serta nilai suatu metode yang adil
untuk konsumsi kekayaan. Sistem ekonomi akan berhasil dalam membangun prinsip-prinsip dari
empat cabang.
1) Prinsip pertama adalah bahwa orang yang hidup dalam batas-batas geografis tertentu memiliki
hak atas sumber daya daerah itu. Bahwa sistem ekonomi dimana semua orang adalah sama
menyatakan bahwa tidak ada orang atau kelas tertentu dapat mengontrol sumber daya secara
sepihak.
15
2) Prinsip kedua adalah setiap individu harus memiliki hak untuk kepemilikan properti pribadi
terbatas karena kemampuan setiap individu adalah berbeda. Bukan berarti seluruh bangsa
harus memiliki pakaian yang sama, amakn dan rumah.
3) Prinsip ketiga adalah setiap latihan yang berkonsentrasi kekayaan di tangan tertentu tidak
akan ditoleransi dan sistem akan menentangnya.
4) Prinsip keempat adalah seperti keseimbanagn harus dijaga sehingga masyarakat dapat
berkembang secara keseluruhan
.
5. Menutup usia
Pada tanggal 20 Agustus 1762, Shah Waliullah meninggal dan dimakamkan di pemakanam
Munhadian, disamping makam ayahnya.
G. Sayyid Amir Ali
1. Riwayat Hidup
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah di zaman Nadir Syah (1736-1747) pindah dari
Khurasan di Persia ke India. Sayyid Amir lahir pada tahun 1849, dan meninggal dalam usia 79
tahun pada tahun 1928. Pendidikannya ia peroleh di perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di
dekat Kalkuta. Disinilah beliau belajar bahasa Arab. Selanjutnya beliau belajar bahasa Inggris
dan kemudian juga sastra Inggris dan hukum Inggris.
2. Jenjang Pendidikan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Di tahun 1869 beliau pergi ke Inggris untuk
meneruskan studi dan selesai di tahun 1873 dengan memperoleh kesarjanaan dalam bidang
hukum dengan menerbitkan karyanya dengan judul A Critical Examination of the Life and
Teaching of Mohammed, buku pertama yang merupakan interpretasi kaum modernis Muslim
tentang Islam, yang menjadikannya terkenal baik di Barat maupun di Timur.
Selesai dari studi beliau kembali ke India dan pernah bekerja sebagai pegawai Pemerintah
Inggris, pengacar, dan guru besar dalam hukum Islam. Yang membuat beliau lebih terkenal ialah
aktivitasnya dalam bidang politik dan buku karangnnya The Spirit of Islam dan A Short of the
Saracens.
3. Karir Politik dan Pemerintahan
16
Di tahun 1877 beliau membentuk National Muhammaden Association yang merupakan
wadah persatuan umat Islam India, dan tujuannya untuk membela kepentingan umat Islam dan
untuk melatih mereka dalam bidang politik. Di tahun 1883 beliau diangkat menjadi salah satu
dari ketiga anggota Dewan Raja Muda Inggris di India. Ia adalah satu-satunya anggota Islam
dalam majelis itu.
Di tahun 1904 ia meninggalkan India dan menetap di London bersama istrinya yang
berkebangsaan British asli. Pada tahun 1906 beliau diangkat menjadi anggota The Judicial
Committe of the Privy Council di London, dan merupakan orang India pertama yang menduduki
jabatan tersebut. Dia melihat pemerintah Inggris adalah suatu alternatif untuk menghindari
pengaruh dan dominasi orang hindu setelah memperoleh kemerdekaan dari kerajaan Inggris.
Setelah bermukim di London beliau mendirikan cabang Liga Musilim pada tahun 1906.
4. Pandangan dan Pemikiran
a) Ajaran tentang akhirat, dalam bukunya The Spirit of Islam dicetak pertama kali di tahun 1891,
beliau menjelaskan tentang akhirat, bahwa bangsa yang pertama kali menimbulkan
kepercayaan pada kehidupan akhirat adalah bangsa Mesir. Agama Yahudi pada mulanya tidak
mengakui adanya hidup selain di dunia, namun dengan adanya perkembangan dalam ajaran-
ajaran Yahudi yang timbul kemudian baru dijumpai adanya hidup yang kedua. Agama-agama
yang datang sebelum Islam pada umumnya menggambarkan bahwa di hidup kedua itu
manusia akan memperoleh upah dan balasan dalam bentuk jasmani dan bukan bentuk rohani.
Selanjutnya ia menjelaskan bahwa ajaran mengenai akhirat itu amat besar arti dan
pengaruhnya dalam mendorong manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat.
Lebih lanjut lagi ajaran ini membawa kepada peningkatan moral golongan awam, apabila
ganjaran dan balasan di akhirat digambarkan dalam bentuk yang dapat ditangkap oleh panca
indera.
b) Dalam membahas soal perbudakan, Sayyid Amir Ali menerangkan bahwa sistem perbudakan
sudah ada semenjak zaman purba dalam masyarakat manusia selurunya. Bangsa Yahudi,
Yunani, Romawi, dan Jerman di masa lampau mengakui dan memakai sistem perbudakan.
Agama Kristen, demikian ia selanjutnya menulis, tidak membawa ajaran untuk menghapus
sistem perbudakan itu.
17
Islam, berlainan dengan agama-agama sebelumnya, datang dengan ajaran untuk
membebaskan sistem perbudakan. Dosa-dosa tertentu dapat tditebus dengan memerdekakan
budak. Budak harus diberi kesempatan untuk membeli kemerdekaanya dengan upah yang ia
peroleh. Budak harus diperlakukan dengan baik dan tidak boleh diperbedakan dengan
manusia lain. Oleh karena itu, dalam Islam, ada diantara budak-budak yang akhirnya menjadi
perdana menteri.
c) Kemunduran umat Islam, berpendapat bahwa sebabnya terletak pada keadaan umat Islam di
zaman modern menganggap bahwa pintu ijtihad telah tertutup dan oleh karena itu
mengadakan ijtihad tidak boleh lagi, bahkan merupakan dosa. Orang harus tunduk kepada
pendapat ulama abad ke-9 Masehi, yang tidak dapat mengetahui kebutuhan abad ke-20.
Perubahan kondisi yang dibawa perubahan zaman tidak dipentingkan. Pendapat ulama yang
disusun pada beberapa abad yang lalu diyakini masih dapat dipakai untuk zaman moden
sekarang.
Kemajuan ilmu pengetahuan ini dapat dicapai oleh umat Islam di zaman itu, karena mereka
kuat berpegang pada ajaran nabi Muhammad dan beusaha keras untuk melaksanakannya.
d) Dalam uraiannya mengenai pemikiran dan falsafat dalam Islam, Sayyid Amir Ali menjelaskan
bahwa jiwa yang terdapat dalam al-Qur’an bukanlah jiwa fatalisme, tetapi jiwa kebebasan
manusia dalam berbuat. Jiwa manusia bertanggungjawab atas perbuatannya. Nabi
Muhammad, demikian ia menulis lebih lanjut, berkeyakinan bahwa manusia mempunyai
kebebasan dalam menentukan kemauan.
e) Selanjutnya ia menguraikan peranan yang dipegang golongan Muktazilah dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Aliran Muktazilah untuk beberapa
abad mempengaruhi pemikiran umat Islam. Didukung oleh raja-raja yang berpikiran luas,
kaum Muktazilah membawa kemajuan ilmu pengetahuan dan filsafat dalam Islam. Melalui
Mu’tazilah, rasionalisme Islam meluas ke seluruh masyarakat terpelajar yang ada di kerajaan
Islam ketika itu bahkan sampai ke perguruan-perguruan yang letaknya sejauh Andalusia
(Spanyol Islam). Kaum rasionalis Islam memberi ceramah-ceramah bukan di perguruan tinggi
saja, tetapi juga di masjid-masjid. Mereka pula yang merupakan penasehat bagi kahlifah.
Untuk menduduki jabatan menteri, gubernur, mahaguru, dan sebagainya kaum Muktazilah
banyak dipakai. Melalui merekalah terjadinya perubahan umat Islam dari umat yang
sederhana kebudayaanya menjadi umat yang tinggi peradabannya.
H. Dr. Muhammad Iqbal
18
1. Biografi
Terlahir dengan nama Muhammad Iqbal pada tanggal 9 Nopember 1877 di Sialkot, British
India (sekarang berada di Pakistan). Beliau dikenal juga sebagai Allama Iqbal adalah seorang
filsuf, penyair, dan politisi yang dipandang luas telah mengilhami Gerakan Pakistan. Ia dianggap
sebagai salah satu tokoh yang penting dalam literatur Urdu, dengan karya sastra baik dalam
bahasa Persia maupun bahasa Urdu.
Ayah beliau hanya seorang penjahit yang tidak berpendidikan formal tetapi religius. Iqbal Ibu
Imam Bibi adalah wanita sopan dan rendah hati yang membantu orang miskin dan membantu
memecahkan masalah tetangga. Beliau meninggal pada tanggal 9 Nopember 1914 di Sialkot.
Muhammad Iqbal sangat mencintai ibunya, oleh karena itu saat kematian ibunya ia menuangkan
perasaannya dalam sebuah puisi elegi.
Ketika Iqbal berusia empat tahun, ia dikirimkan ke masjid untuk mempelajari Al-Qur’an.
Kemudian kepala Madrasah Sialkot menjadi gurunya. Beliau menerima Fakultas eni ijazah pada
tahun 1895, dimana gurunya Hassan adalah guru besar bahasa Arab. Muhammad Iqbal sudah
menikah tiga kali, dalam pernikahannya yang pertama beliau mulai belajar filsafat, sastra
Inggris, Arab di Lahore kuliah pemerintahan. Beliau lulus dengan gelar Bachelor of Arts.
2. Pendidikan dan Karya Muhammad Iqbal
Iqbal mengambil jabatan asisten guru di Pemerintah College, Lahore, ketika beliau kembali
ke India. Namun untuk alasan keuangan beliau melepaskan itu dalam waktu setahun untuk
praktik hukum. Sementara mempertahankan praktik hukumnya, Iqbal mulai berkonsentrasi di
mata pelajaran spiritual dan keagamaan, dan menerbitkan puisi dan karya sastra. Pada tahun
1919, ia menjadi sekretaris jendral organisasi. Didasarkan pada agama sejak kecil, Iqbal mulai
intens berkonsentrasi pada studi Islam, budaya dan sejarah peradabana Islam dan masa depan
politiknya. Dalam bidang politik beliau aktif di Liga Muslim, beliau merupakan kritikus dari
mainstream Nasional Kongres India, yang didominasi oleh agama Hindu dan pada tahun 1920
beliau kecewa Liga karena telah terserap fraksi yang membagi antara kelompok pro Inggris dan
kelompok moderat.
Karya puitis Iqbal di Persia lebih utama daripada Urdu. Diantara 12000 ayat-ayat puisinya,
sekitar 7000 ayat ini dalam bahasa Persia. Pada tahun 1915, beliau menerbitkan puisi pertama,
Asrar-e-Khudi (Rahasia Diri) di Persia. Dalam puisi tersebut Iqbal menjelaskan filosofi “khudi”
atau “Diri” penggunaan istilah itu identik dengan kata “Rooh.” Dalam karyanya “Petunjuk Sifat
Tidak Mementingkan Diri,” Iqbal berusaha untuk membuktikan cara hidup Islam merupakan
19
kode etik terbaik untuk kelangsungan hidup suatu negara. Karya Iqbal di tahun 1932, Javed
Nama ditunjukkan untuk putranya. Karya beliau yang diterbitkan dalam bahasa Urdu yakni
Bang-e-Dara pada tahun 1924, merupakan kumpulan puisi yang ditulis oleh beliau dalam tiga
tahap yang berbeda dalam hidupnya.
Berikut ini karya-karya beliau dalam prosa buku seperti Ilm ul Iqtisad – 1903, sedangkan
buku puitis dalam bahasa Persia seperti Asrar-e-Khudi di tahun 1915, Rumuz-e-Bekhudi di tahun
1917, Payam-e-Mashriq di tahun 1923, Zabur-e-Ajam tahun 1927, Javid Nama di tahun 1932,
Pas Cheh Bayed Kard ai Aqwam-e-Sharq di tahun 1936, dan Armughan-e-Hijaz (Persia-Urdu) di
tahun 1938. Sedangkan dalam bahasa Urdu seperti, Bang-e-Dara di tahun 1924, Bal-e-Jibril
tahun 1935 dan Zarb-e-Kalim di tahun 1936. Bukunya dalam Bahasa Inggris seperti
Perkembangan Metafisika di Persia tahun 1908 dan Rekontruksi Pemikiran Agama dalam Islam
tahun 1930.
3. Kematiannya
Setelah kembali dari perjalanan ke Spanyol dan Afghanistan, Muhammad Iqbal mulai
menderita penyakit tenggorokan misterius pada tahun 1933. Setelah menderita penyakit selama
berbulan-bulan Iqbal meninggal pada tanggal 21 April 1938. Makamnya terletak di Hazuri Bagh,
kebun tertutup antara pintu masuk masjid Badshahi dan Benteng Bahore, dan penjagaan resmi
oleh Pemerintah Pakistan. Kelahiran beliau setiap tahun dirayakan, bahkan menjadi hari libur
nasional di Pakistan.
I. Sir Ahmad Khan
1. Biografi dan Pendidikannya
Beliau merupakan tokoh pembaharu kedua di negeri India setelah Syah Waliyullah. Beliau
juga dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan dan menyempurnakan lebih jauh ide-ide
Waliyullah. Beliau lahir pada tanggal 17 Oktober 1817 di Delhi. Keluarganya dikatakan telah
bermigrasi dari Haerat pada zaman kaisar Akbar. Banyak generasi keluarganya sejak itu sangat
berhubungan dengan pemerintahan Mughal. Ibu Kakeknya Khwaja Fariduddin menjabat sebagai
wazir di istana Shah Akbar II. Ayah Sir Syaed Mir Muhammad Muttaqi secara pribadi dekat
dengan Shah Akbar II dan menjabat sebagai penasihat pribadi. Ibunya memainkan peran formatif
dalam hidup Sir Syed, membesarkannya dengan disiplin kaku dengan penekanan kuat pada
pendidikan. Dia menerima pendidikan tradisional untuk kaum bangsawan Muslim di Delhi. Sir
Syed merintis pendidikan modern bagi komunitas Muslim India dengan mendirikan Muhammad
Anglo-Oriental College, yang kemudian dikembangkan menjadi Universitas Muslim Aligarh.
20
Lahir menjadi bangswan Muslim, Sir Syed mendapatkan reputasi sebagai seorang sarjana
terkemuka saat bekerja sebagai ahli hukum untuk British East India Company. Selama
Pemberontakan India tahun 1857.
2. Karir Serta Kematiannya
Reformasi sosial dalam masyarakat Islam telah dimulai oleh Abdul Latif. Beliau mendirikan
“Masyarakat Sastra Islam” di Bengal. Ia menentang kebodohan, takhayul, dan kebiasaan jahat
yang lazim di masyarakat Muslim. Dengan tegas beliau percaya bahwa masyarakat muslim tidak
akan maju tanpa akuisis pendidikan barat dan ilmu pengetahuan. Setelah mengakui penurunan
mantap dalam kekuasaan Mughal politik, Sir Syed memasuki British East India Company. Pada
1858, beliau diangkat ke pos tingkat tinggi di pengadilan di Muradabad, di mana beliau mulai
bekerja yang paling terkenal di karya sastra.
Berkenalan dengan pejabat tinggi Inggris, Sir Syed diperoleh pengetahuan dekat tentang
politik kolonial Inggris selama pelayanannya di sebuah pengadilan.pada pecahnya
pemberontakan India, pada 10 Mei 1857, Sir Syed bertugas sebagai petugas penilaian kepala
pengadilan di Bijnor. Sir Syed secara pribadi terpengaruh oleh kekerasan dan berakhirnya dinasti
Mughal. Beliau dan Muslim lainnya menganggap hal ini sebagai kekalahan masyarakat muslim.
Beliau kehilangan kerabat dekat beberapa yang meninggal dalam kekerasan. Meskipun beliau
berhasil menyelamatkan ibunya dari kekacauan, Sir Syed meninggal di Meerut, karena adanya
hak milik pribadi yang ia alami. Sepanjang hidupnya Syed Ahmad menemukan waktu untuk
pencarian ilmu dan ilmiah. Ruang lingkup sastra dan karya ilmiahnya sangat luas: sejarah,
politik, arkeologi, jurnalisme, sastra, agama, dan sains. Ruang lingkup tulisan utamanya memang
luar biasa, sebagian terdaftar sebagai berikut :
Hukum Bekerja
a) UU No. 10 (Stamp Act) 1862.
b) UU No. 14 ( Batasan) Undang-Undang 1959-1864.
c) UU No. 16 (Mengenai Pendaftaran Dokumen) – Allygurh 1864
Karya Agama
a) Ahkam Ahl Tu’am-Kitab, Kanpur, 1868
b) Al-Du’a wal Istajaba, Agra, 1892
c) Al-Nazar Fi Ba’z Masa’il Imam Al-Ghazali di Agra
d) Izalat ul-Rantai sebagai Zi’al Qamain, Agra, 1889
I. Pembaharuan islam di indonesia
a. Latar belakang
21
Pada abad ke XIII Masehi agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada
yang berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para
pedagang dan mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di
Indonesia merupakan yang paling besar dibandingkan umat Islam di negara-
negara lain di dunia ini .
oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia
mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan negara-negara
Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan
mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air
serta banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan,
keagamaan, ekonomi, dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh
khususnya di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-
abad kemudian, masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya
Islam. Sejarah telah mencatat pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini
sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam tidak lepas dari pengaruh
Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah mudah
tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat
Jawa, karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.
Sebagian besar tersiarnya Islam di Indonesia adalah hasil pekerjaan dari
Kaum Sufi dan Mistik.
Sesungguhnya adalah Sufisme dan Mistisisme Islam, bukannya ortodoksi
Islam yang meluaskan pengaruhnya di Jawa dan sebagian Sumatera.
Golongan Sufi dan Mistik ini dalam berbagai segi toleran terhadap adat
kebiasaan yang hidup dan berjalan di tempat itu, yang sebenarnya belum
tentu sesuai dengan ajaran-ajaran tauhid.Sebelumnya, masyarakat sangat
kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha. Setelah kedatangan
Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara itu
mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga
bercampur-baur antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam.
Hal tersebut berlangsung dari abad ke abad, sehingga sulit dipisahkan
antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan Hindu atau
peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi
22
seakan-akan “Tradisi Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah
mati pada hari ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000 nya serta selamatan pada bulan
ke-7 bagi orang yang sedang hamil pertama kali, mengkeramatkan kubur
seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan sebagainya
b. Awal kelahiran gerakan pembaharuan islam
Melihat keadaan di lapangan bahwa pengamalan agama Islam di Indonesia yang masih banyak bercampur dengan tradisi Hindu-Budha tersebut dan jelas sekali merusak kemurnian ajarannya, maka tampillah beberapa ulama mengadakan pemurnian dan pembaharuan faham keagamaan dalam Islam. Dan salah satu tokoh itu iyalah Kyai Haji Ahmad Dahlan, dengan gerakanya muhammadiah yang artinya pengikut nabi muhammad.saw
Sejak tahun 1905, Kyai Haji Ahmad Dahlan telah banyak melakukan
dakhwah dan pengajian-pengajian yang berisi faham baru dalam islam dan
menitik beratkan pada segi alamiyah. Baginya, Islama adalah agama amal,
suatau agama yang mendorong umatnya untuk banyak melakukan kerja dan
berbuat sesuatu yang bermanfaat. Dengan bekal pendalaman beliau terhadap
Al- Qura’an dan sunannah Nabi, sampai pada pendirian dan tindakan yang
banyak bersifat pengalaman dan penerapan Islam dalam kehidupan nyata.
Dari kajian – kajian Kyai Haji Ahmad Dahlan ,akhirnya timbul pertanyaan
kenapa banyak gerakan-gerakan islam yang tidak berhasil dalam usahanya?
Hal ini tidak lain di sebabkan banyak orang yang bergerak dan berjuang
tetapi tidak berilmu luas serta sebaliknya banyak orang yang berilmu akan
tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.
Atas dasar keyakinannya itulah, Kyai Haji Ahmad Dahlan ,pada tahun 1991
mendirikan “sekolah Muhammadiyah” yang menempati sebuah ruangan
dengan meja dan papan tulis. Dalam sekolah tersebut, di masukkan pula
beberapa pelajaran yang lazim di ajarkan di sekolah-sekolah model Barat,
seperti Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ilmu Hayat dan sebagainya. Begitu pula di
perkenalkan cara-cara baru dalam pengajaran ilmu-ilmu keagamaan sehingga
lebih menarik dan lebih menyerap. Dengan murid yang tidak begitu banyak,
jadilah sekolah Muhammadiyah tersebut sebagai tempat persemaian bibit-
bibit pembaruan dalam Islam Indonesia.
Dan sebagai puncaknya berdirilah gerakan Muhammadiyah pada tanggal 8
Dzulhijjah 1330 yang bertepatana dengan tanggal 18 November 1992, yang di
23
dalam Anggaran Dasarnya yang pertama kali bertujuan: “ Menyebarkan
Pengajarn Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumi putera,di
dalam residensi yogyakarta” serta “ Memajukan hal agama Islam kepada
sekutu-sekutunya.
24
BAB III
Kesimpulan
Islam adalah agama yang mencakup berbagai macam aspek, baik itu ekonomi, politik, budaya, ibadah, dan lain-lain.” Inilah ungkapan yang Jamaluddin Al-Afghani salah satu tokoh pembaharu islam jang telah kami pelajari, yang berkepribadian tegas dalam pemikiran dan gagasannya. Bila memandang Islam dalam konteks kekinian, rasanya memang perjuangan atau usaha yang dilakukan oleh para tokoh pembaharu islam belum sempurna. Perjuangan dan usaha mereka kami analogikan sebagai sebuah ajang lari estafet, mereka—para tokoh pembaharu islam—berlari dan membawa tongkat estafet kemajuan islam dengan susah payah dan penuh perjuangan agar sampai kepada kita—umat saat ini—dengan harapan besar kita mampu melanjutkan tongkat estafet tersebut sampai pada generasi selanjutnya hingga akhir zaman. Namun, potret umat islam saat ini bisa dikatakan amat menyedihkan dari segi keilmuan dan persatuan. Umat islam saat ini tidak lagi dinamis ,.
Semoga dengan hadirnya kajian(studi tokoh) ini kita semakin menyadari kondisi islam yang masih terpuruk saat ini dan harapan besar kami adalah munculnya jiwa dan semangat Ibnu Tamiayah, Muhammad abdul wahab, Al-Afghani, Muhammad Iqbal, kh ahmad dahlan dan lain-lain yang mampu kembali meneruskan tongkat estafet perjuangan islam, agar agama islam dapat bersifat dinamis dengan perkembangan zaman namun tetap berpegang teguh pada tauhid yakni al Qur’an dan hadis.
25
Daftar Pustaka
Asmuni, Drs. H. M. Yusran, Pengantar Studi Pemikiran Dan Gerakan Pembaharuan (Dirasah Islamiah III), Rajawali Pers: Jakarta, 2001
Rahman, Fazlur, Kebangkitan dan Pembaharuan di dalam Islam, Penerbit Pustaka: Bandung, 2001
Sucipto, Hery, Ensiklopedi Tokoh Islam;Dari Abu Bakr sampai Nashr dan Qardawi, Hikmah Kel
Asmuni, Drs. H. M. Yusran, Pengantar Studi Pemikiran Dan Gerakan Pembaharuan (Dirasah Islamiah
III), Rajawali Pers: Jakarta, 2001
Rahman, Fazlur, Kebangkitan dan Pembaharuan di dalam Islam, Penerbit Pustaka: Bandung, 2001
Sucipto, Hery, Ensiklopedi Tokoh Islam;Dari Abu Bakr sampai Nashr dan Qardawi, Hikmah Kelom-
pok Mizan:Bandung, 2003
26
Recommended