18
MAKALAH TUMPATAN AMALGAM Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Biomaterial Kedokteran Gigi I Disusun Oleh : KELOMPOK 1 1. Kharismatika Surya G. 08522 2. Chatarina Indah P. 09116 3. Tirza Ester Longkutoy 09132 4. Plati Laras Makarti 09159 5. Diding Pauji 09155 6.  Nurul Setyo W. 09145 7. Bernike Afianita D. 09162 8. Mahardika Dyah K. 09167 9. Triyani 09170 10. Ferri Dwi Nurcahyo 09182 11. Rekrian Panji Putra P. 09186 12. Herningtyas Ika Satya 09187 13. Kartika Simatupang 09196 14. Grace Sabrina H. 09197 15. Rahsunji Intan N. 09199 16. Munadiya 09204  PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2013

Makalah Amalgam (Kelompok 1)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Amalgam diketahui telah dipakai dalam restorasi lesi karies sejak abad ke-15 atau bahkan lebih awal lagi, hingga sekarang amalgam masih banyak digunakan dalam kedokteran gigi karena sifatnya yang cukup kuat menahan daya kunyah, tahan lama, mudah dimanipulasi relatif murah jika dibandingkan dengan materi restorasi lainya ( Bates, 2004). Selain itu amalgam juga mampu beradaptasi dengan cairan mulut, sehingga banyak pasien yang tentunya lebih memilih menggunakan amalgam dibandingkan bahan lain.

Citation preview

  • MAKALAH

    TUMPATAN AMALGAM

    Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Biomaterial Kedokteran Gigi I

    Disusun Oleh :

    KELOMPOK 1

    1. Kharismatika Surya G. 08522

    2. Chatarina Indah P. 09116

    3. Tirza Ester Longkutoy 09132

    4. Plati Laras Makarti 09159

    5. Diding Pauji 09155

    6. Nurul Setyo W. 09145

    7. Bernike Afianita D. 09162

    8. Mahardika Dyah K. 09167

    9. Triyani 09170

    10. Ferri Dwi Nurcahyo 09182

    11. Rekrian Panji Putra P. 09186

    12. Herningtyas Ika Satya 09187

    13. Kartika Simatupang 09196

    14. Grace Sabrina H. 09197

    15. Rahsunji Intan N. 09199

    16. Munadiya 09204

    PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN GIGI

    FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    2013

  • DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .... i

    DAFTAR ISI ii

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang . 1

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi Amalgam. 2

    2.2. Komponen Amalgam 2

    2.3. Manipulasi Amalgam. 3

    2.4. Kegagalan Tumpatan Amalgam 12

    2.5. Faktor yang mempengaruhi kualitas dari restorasi amalgam 13

    BAB III KESIMPULAN

    3.1.Kesimpulan... 15

    DAFTAR PUSTAKA.. 16

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Amalgam diketahui telah dipakai dalam restorasi lesi karies sejak abad ke-15 atau

    bahkan lebih awal lagi, hingga sekarang amalgam masih banyak digunakan dalam kedokteran

    gigi karena sifatnya yang cukup kuat menahan daya kunyah, tahan lama, mudah dimanipulasi

    relatif murah jika dibandingkan dengan materi restorasi lainya ( Bates, 2004). Selain itu

    amalgam juga mampu beradaptasi dengan cairan mulut, sehingga banyak pasien yang

    tentunya lebih memilih menggunakan amalgam dibandingkan bahan lain.

    Menurut defisini amalgam adalah suatu campuran dari air raksa atauu merkuri (Hg)

    dengan satu atau lebih logam lain seperti perak ( Ag ), timah ( Sn ), tembaga ( Cu ), dan

    sedikit seng( Zn )( Needleman, 2006). Percampuran antara kombinasi merkuri dan alloy

    tersebut melalui proses yang disebut dengan amalgamisasi. Campuran yang merupakan bahan

    plastis dimasukkan ke dalam kavitas dan bahan tersebut menjadi keras karena kristalisasi.

    Spesifikasi dari American Dental Association (ADA) untuk alloy amalgam gigi telah

    banyak mengurangi jumlah produk komersial yang buruk. Walaupun beberapa tipe tertentu

    (misalnya, sistem amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi) adalah unggul,

    kegagalan presentase cukup tinggi disebabkan karena desain preparasi yang tidak tepat,

    kesalahan manipulasi dari amalgam dan amalgam yang terkontaminasi waktu pengisian

    setiap langkah dalam prosedur, dari waktu alloy diseleksi sampai restorasi dipoles,

    mempunyai efek terhadap sifat amalgam, yang menentukan keberhasilan atau kegagalan

    restorasi.

    Oleh karena itu, dalam setiap tahap preparasi dan tahap manipulasi amalgam harus

    selalu diperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar hasil dari restorasi amalgam dapat

    memperoleh hasil yang maksimal.

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Definisi Amalgam

    Kata "amalgam" berasal dari bahasa Arab "almalgham"dan bahasa Yunani

    "malagma," yang merujuk pada substansi atau massa. Menurut American Dental Association

    (ADA) amalgam adalah logam campuran dari merkuri, perak, timah dan tembaga serta logam

    lainnya untuk meningkatkan sifat fisik dan mekanikal. Sesuai dengan American Dental

    Association (ADA) Spesification No.1 mengharuskan agar logam campuran amalgam

    mempunyai kandungan utama dari perak dan timah sebagai bahan utama serta campuran

    seperti tembaga dan seng. Amalgam pertama kali diperkenalkan oleh Taveau pada tahun

    1826 di Paris (Charbeneau dkk, 1981).

    Amalgam adalah logam campur merkuri. Amalgam gigi adalah logam campur dari

    merkuri, tembaga, dan timah, yang juga mengandung palladium,seng, dan unsur unsur lain

    untuk meningkatkan karakteristik manipulasi dan kinerja klinisnya. (Kenneth, 1996)

    Amalgam adalah campuran dari dua atau beberapa logam, salah satunya adalah

    merkuri. Alloy amalgam terdiri atas tiga atau beberapa logam. Amalgam itu sendiri

    merupakan kombinasi alloy dengan merkuri melalui suatu proses yang disebut amalgamasi.

    (Baum et.al, 1997)

    2.2. Komponen Amalgam

    Amalgam adalah bahan tambal berbahan dasar logam. Menurut American Dental

    Association (ADA) Spesification No.1 untuk amalgam kedokteran gigi konsentrasi perak

    dalam campuran sebesar 66-68% dan timah 25-28%, sedangkan tembaga 3,5-6% dan seng

    kurang dari 2%. Dimana komponen utamanya :

    1. Liquid yaitu logam merkuri (Hg)

    2. Bubuk yaitu terdiri dar logam paduan yang kandungan utamanya terdiri dari

    perak (Ag), timah (Sn), dan tembaga (Cu), selain itu juga terkandung logam

    logam lain dengan presentase yang lebih kecil.

  • Fungsi dari setiap komponen dalam amalgam sebagai berikut :

    1. Perak

    a) Meningkatkan strength

    b) Meningkatkan setting expansion

    c) Memudahkan penyatuan dengan Hg

    2. Timah

    a) Mengurangi strength dan hardness

    b) Mengurangi ekspansi

    c) Meningkatkan setting time

    3. Tembaga

    a) Meningkatkan strength dan hardness

    b) Menghambat pembentukan fase gamma 2

    c) Mengurangi tarnish dan korosi

    d) Mengurangi terjadinya pengerutan dan kebocoran tepi

    4. Zink

    a) Zink berperan sebagai penghambat oksidasi selama dalam proses

    pembuatan, sehingga dapat mencegah oksidasi dari unsur-unsur yang

    penting seperti perak, tembaga, maupun timah.

    b) Zink dapat menyebabkan ekspansi yang tertunda pada low copper

    5. Palladium

    a) Mengurangi korosi

    6. Indium

    a) Meningkatkan strength

    b) Mengurangi jumlah pemakaian merkuri

    c) Mengurangi terjadinya kerusakan marginal

    2.3. Manipulasi Amalgam

    Manipulasi amalgam terdiri dari lima tahap yang berurutan yaitu:

    1. Perbandingan ( Proportioning )

    2. Pengadukan ( Trituration )

    3. Pemadatan ( Condensation )

    4. Trimming, carving, burnishing

    5. Penyelesaian tahap akhir ( Finishing, polishing )

  • Adapun penjelasannya sebagai berikut:

    1. Perbandingan (Proportioning)

    Tahap pertama dalam manipulasi amalgam ialag membandingkan banyaknya air raksa

    yang dipakai dengan alloy yang akan dicampurkan. Air raksa yang akan digunakan harus

    ditimbang terlebih dahulu, begitu juga alloy yang akan digunakan juga harus ditimbang.

    Perbandingan alloy/merkuri berbeda-beda antara 5:8 dan 10:8. Pencampuran yang berisi

    sebagian besar kuantitas merkuri adalah basah pada umumnya dicampur dengan

    menggunakan tangan.sedangkan pencampuran yang berisi sebagian kecil dari merkuri adalah

    kering pada umumnya diaduk menggunakan mesin pengaduk. Dalam beberapa

    perbandingan merkuri pada dasarnya bervariasi sesuai dengan perbedaan komposisi logam

    campur, ukuran partikel, bentuk partikel dan suhu yang digunakan

    Bermacam-macam metode telah tersedia. Metode yang paling akurat adalah dengan

    menimbang merkuri dan komponen alloy dengan seimbang. Namun metode ini sekarang

    jarang digunakan. Kini telah tersedia merkuri dan alloy dikemas dalam satu bagian dengan

    perbandingan tertentu.. Beberapa logam campur ini tersedia dalam kapsul yang bisa aktif

    sendiri, dimana air raksa dan logam akan bercampur secara otomatis selama beberapa getara

    pertama dari almagamator.

    Meskipun kapsul dengan berat yang sudah diukur ini lebih mahal, namun lebih mudah

    digunakan, mengurangi kemungkinan tumpahnya air raksa serta pemaparan uap air raksa

    pada saat penimbangan. Akan tetapi penggunaan kapsul ini tidak memberikan kesempatan

    untuk dilakukannya penyesuaian kecil pada perbandingan jumlah air raksa dan logam campur

    untuk memenuhi selera pribadi dan praktisi.

    Syarat yang harus dipenuhi ialah perbandingan komposisi antara air raksa dan logam

    campur harus sesuai agar mendapatkan campuran amalgam yang halus dan plastis.

    Perbandingan yang dianjurkan berbeda-beda, hal ini disesuaikan dengan perbedaan

    komposisi logam campur, ukuran partikel, bentuk partikel dan suhu yang digunakan. Selain

    itu teknik manipulasi dan kondensasi yang dipilih dokter gigi juga akan menentukan rasio

    perbandingan yang akan digunakan. Untuk logam campur lathe-cut termodern, rasio yang

    dianjurkan adalah 1:1 atau 50% air raksa. Sedangkan untuk logam campur berpartikel sferis,

    jumlah air raksa yang dianjurkan adalah 42%. Syarat utama bagi air raksa untuk tambalan

    amalgam ini, adalah kemurniannya yang menunjukkan kualitas kimiawi dari air raksa.

  • 2. Pengadukan (Triturasi)

    Tujuan triturasi (pengadukan ) adalah amalgamisasi yang benar dari air raksa dengan

    logam campur. Tidak ada anjuran yang bisa diberikan tentang waktu pengadukan karena ada

    banyak faktor yang mempengaruhi, antara lain : banyaknya jenis amalgam, bentuk partikel

    serbuk amalgam, perbedaan kecepatan dan pola ayunan atau daya yang mengenai amalgam,

    lama pengadukan, serta berbagai jenis desain kapsul. Triturasi dapat dilakukan dengan dua

    cara yaitu :

    1. Secara manual (hand mixing)

    Triturasi dilakukan oleh karena adanya suatu selubung tipis oksida pada alloy yang

    akan menghambat berkontaknya Hg dan alloy. Oksida tersebut dapat dihilangkan dengan

    jalan mengabrasi permukaan partikel alloy. Hal ini dilakukan didalam mortar dan

    mengaduknya dengan pestle. Perbandingan alloy dengan Hg adalah 1:1.

    Gambar 2.4.1. Mortar dan pestle keramik

    2. Menggunakan amalgamator (mechanical mixing)

    Mechanical mixing adalah alat yang digunakan untuk triturasi yang bekerja secara

    otomatis. Prinsipnya sama dengan mortar dan pestle tetapi alloy dan Hg sudah berada dalam

    kapsul. Waktu untuk pengadukkanya harus sesuai degan aturan yang tertera oleh pabrik.

  • Gambar 2.4.2. Amalgamator dengan berbagai warna

    Aturan umumnya adalah untuk perbandingan air raksa: logam campur tertentu,

    penambahan waktu triturasi atau kecepatan atau keduanya, akan memperpendek waktu kerja

    dan pengerasan. Konsistensi dari adukan merupakan bukti kombinasi yang benar dari logam

    campur dan air raksa adalah faktor pertimbangan yang utama.

    Gambar 2.4.3. Hasil triturasi amalgam. I. Undermixed. II. Normal. III. Overmixed.

    Sumber: Craig RG, Powers JM. Restorative dental material. 11th

    ed. 2002. Mosby.

    Syarat yang harus dipenuhi dan dierhatikan oleh dokter gigi dan assitenya dalam

    proses pengadukan adalah waktu amalgamasi yang optimal untuk mendapatkan adukan yang

    konsisten. Lama pengadukan dan kombinasi yang benar dari logam campur dan air raksa

    merupakan penentu dari sifat fisik amalgam. Pengadukan yang kurang lama mengakibatkan

    hasil tambalan amalgam bersifat lemah, berwarna buram, dan permukaan kasar. Jika

    pengadukan terlalu lama hasil yang didapat akan cepat korosi, lengket, kekuatan mekanis

    menurun, dan creep.

  • 3. Kondensasi (Pemadatan)

    Setelah triturasi, amalgam dimasukkan ke dalam kavitas menggunakan amalgam

    carrier dan dilanjutkan dengan kondensasi. Tujuan kondensasi (pemadatan) adalah

    memadatkan logam campur kedalam kavitas yang sudah dipreparasi sehingga tercapai

    kepadatan maksimal, dengan cukup air raksa yang tertinggal untuk menjamin kelanjutan

    tahap matriks di antara partikel-partikel logam campur yang ada. Setelah adukan dibuat,

    pemadatan amalgam harus segera dimulai, semakin lama waktu menunggu antara

    pengadukan dan pemadatan, semakin lemah amalgamnya atau kekuatan berkurang, dan creep

    tinggi.

    Gambar 2.4.4. Amalgam carrier

    Proses kondensasi (pemadatan) dapat dilakukan secara manual maupun dengan alat

    mekanis.

    1. Pemadatan secara Manual, setelah adukan amalgam dimasukan kedalam

    kavitas yang sudah dipreparsi, harus segera di padatkan dengan tekanan

    yang cukup untuk menghilangkan rongga dan merekatkan bahan

    kedinding kavitas. Ujung kerja alat pemadat ditekan kedalam massa

    amalgam dengan tekanan tangan.

    Gambar 2.4.5. Hand condensor amalgam

  • 2. Pemadatan Mekanis, prinsip dan prosedur dari pemadatan mekanis sama

    dengan pemadatan dengan tangan, satu-satunya perbedaan adalah bahwa

    pemadatan amalgam dilakukan dengan alat otomatis. Alat tersebut

    bernamana mechanical amalgam 10elative10 Ada berbagai mekanisme

    yang digunakan untuk alat-alat ini. Beberapa alat menggunakan

    kekuatan pukulan, sementara yang lainnya menggunakan getaran yang

    cepat.

    Gambar 2.4.6. Mechanical amalgam condensor

    Gambar 2.4.7. :Lateral condensation toward all walls and toward the adjacent tooth in a

    Class 2 restoration will improve adaptation to walls and ensure a contact area with the

    adjacent tooth

    Gambar 2.4.8. Overfill should be condensed with a large condenser

  • Hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemadatan (kondensasi), setelah adukan

    dibuat, pemadatan amalgam harus segera dimulai. Untuk mendapatkan hasil tumpatan

    amalgam yang bersifat kuat sebaiknya waktu menunggu 11elati pengadukan dan pemadatan

    jangan terlalu lama. Pada saat pemadatan daerah kerja harus kering. Karena apabila ada

    cairan pada amalgam yang mengandung seng (Zn) dapat megakibatkan ekspansi tertunda

    yang berdampak pada kegagalan 11elative11 dari tambalan. Penggunaan ukuran kondensor

    yang dipakai dalam pemadatan mekanik juga harus sesuai dengan ukuran kavitas.

    Dalam pemadatan secara manual, adukan amalgam tidak boleh disentuh tangan secara

    langsung, karena kelembaban di permukaan kulit bisa menjadi sumber kontaminasi untuk

    amalgam. Setelah pemadatan dari satu lapisan, permukaannya harus tampak mengkilap. Hal

    ini menunjukkan bahwa pada permukaan tersebut terdapat cukup air raksa untuk menyerap ke

    lapiran berikutnya. Sehingga semua lapisan akan menyatu. Ukuran dari lapisan amalgam

    tambahan yang dimasukkan kavitas. Penambahan dilakukan dalam jumlah 11elative kecil

    untuk mengurangi pembentukan rongga dan mendapatkan adaptasi yang maksimal dengan

    dinding kavitas. Selain itu harus digunakan tekanan pemadatan yang cukup untuk menekan

    partikel-partikel logam campuran agar menyatu dan mengurangi rongga.

    2.4.9. Efek dari waktu tunngu antara trituration dengan pemadatan terhadap

    berkurangnya kekuatan dari amalgam yang sudah mengeras. Semakin besar waktu tunggu,

    semakin rendah kekuatan amalgam.

  • 4. Pemotongan dan Pengukiran (Trimming and Carving)

    Setelah amalgam selesai dipadatkan kedalam kavitas yang sudah dipreparasi,

    tambalan diukir dengan menggunakan amalgam carvers untuk memproduksi anatomi gigi

    yang benar. Tujuan dari pengukiran adalah meniru anatomi dan bukan memproduksi rincian

    yang sangat detail.

    Gambar 2.4.10. Amalgam carvers

    Trimming dan Carving Amalgam dilakukan sebelum amalgam setting atau diukir

    segera setelah pemadatan selesai. Biasanya 2-3 menit setelah mixing. Selama pengukiran

    harus dilakukan dalam arah yang sejajar dengan atau sedikit kerah tepi dari kavitas. Ini bisa

    dicapai dengan baik dengan menggunakan alat yang berujung bilah, seperti pengukiran

    Hollenbeck, juga akan mengurangi resiko terjadinya lekukan atau hipomarginasi.

    Gambar 2.4.11. Cleoid carver viewed from the occlusal aspect d

  • Hal yang perlu diperhatikan, jika pengukirannya terlalu dalam maka ketebalan

    amalgam akan berkurang, terutama didaerah tepi. Jika daerah ini terlalu tipis, dapat

    menyebabkan fraktur atau patah dibawah tekanan pengunyahan.

    5. Penyelesaian Akhir (Finising dan Polishing )

    Setelah pengukiran atau carving selesai, permukaan tambalan harus dihaluskan.

    Proses ini dapat dilakukan setelah amalgam setting minimal 24 jam. Proses ini dicapai

    dengan memburnish material dengan teliti baik permukaan maupun tepi tambalan. Jika jenis

    logam campurnya dapat mengeras dengan cepat, pada saat ini seharusnya sudah dicapai

    kekuatan yang cukup untuk menahan tekanan gosok yang kuat tetapi tidak terlalu berat.

    Pemburnishan anatomi oklusal dapat dilakukan dengan burnisher berujung bulat. Alat

    dengan ujung bilah kaku dan datar paling baik digunakan pada permukaan yang halus.

    Penghalusan akhir dapat diakhiri dengan menggosok permukaan menggunakan bola kapas

    yang agak basah atau memoles ringan dengan menggunakan mangkuk karet pemoles serta

    pasta pemoles.

    Gambar 2.4.12. Amalgam burnisher

  • Gambar 2.4.13. Polishing the amalgam. A, When necessary, use fine-grit carborundum tone

    to develop continuity ofsurface from tooth to restoration. B, Surface the restoration with round

    finishing bur. C, Initiate polishing withcoarse, rubber abrasive point at low speed. D, Point should

    produce smooth, satiny appearance. E, Obtain high

    polish with medium- and fine-grit abrasive points. F, Polished restoration.

    Hal yang diperhatikan dalam penghalusan (pembaurnisan) tambalan logam sebaiknya

    tidak dilakukan dengan tekanan, begitu pula sebaiknya dihindari timbulnya panas. Suhu yang

    lebih tinggi dari 60 Celsius menyebabkan pelepasan air raksa dalam jumlah yang cukup

    berarti. Jadi akan terbentuk kondisi banyak air raksa di daerah tepi yang mempercepat korosi

    dan kepatahan.

    Penyelesaian akhir dari tambalan tidak boleh dilakukan sebelum amalgam mengeras

    sepenuhnya. Tindakan ini harus ditunda tindakan ini harus ditunda paling sedikit 24 jam

    setelah pemadatan, dan sebaiknya lebih lama lagi. Yang diperlukan bukanlah sekedar

    permukaan yang sangat mengkilap, tetapi permukaan logam harus halus dan seragam.

    2.4. Kegagalan Tumpatan Amalgam

    1. Perubahan Dimensi

    Terjadi perubahan dimensi amalgam ditingkat struktur mikro maupun visual yang

    setelah amalgam ditempatkan. Penyebab utama perubahan ini adalah (1) karies sekunder (2)

    patahnya tepian tambalan (3) pecahnya tambalan (4) patahnya gigi. Ditingkat struktur mikro,

  • perubahan terjadi akibat: (1) korosi dan karat (2) perubahan 1 menjadi 1 (3) tekanan yang

    berkaitan dengan daya kunyah.

    2. Karat dan Korosi

    Restonasi amalgam sering mengalami pembentukan karat dan korosi di lingkungan

    rongga mulut masing-masing individu individu dan sampai batas tertentu pada logam campur

    yang digunakan. Penelitian elektromia menunjukkan bahwa beberapa proses pasivasi

    memberikan perlindungan sebagian terhadap korosi lebih lebih lanjut yang terjadi akibat

    proses pembentukan karat. Proses korosi ini menghasilkan merkuri bebas.

    3. Kerusakan Tepi

    Kerusakan tepi atau parit adalah salah satu kerusakan amalgam yang paling sering

    terjadi. Meskipun kerukan tepi belum berlanjut sampai terjadinya karies sekunder, ini akan

    terus menjadi kerusakan yang lebih parah. Sebagai upaya pencegahan, banyak dari tambalan

    yang seperti ini diganti. Penelitian mutakhir menunjukkan bahwa pada populasi dengan

    kebersihan mulut yang baik, maka insidens untuk terjadinya karies sekunder cukup rendah,

    meskipun ada kerusakan tepi yang parah.

    2.5. Faktor faktor yang mempengaruhi kualitas dari restorasi amalgam

    Menurut Anusavice (2003), kualitas dari restorasi amalgam dapat dipengaruhi oleh :

    1. Perbandingan Merkuri dan alloy

    Jumlah merkuri dan alloy yang akan digunakan disebut sebagai rasio merkuri : alloy,

    menunjukkan berat merkuri dan alloy yang akan digunakan untuk suatu teknik tertentu.

    Perbandingan yang instruksi pabrik berbeda-beda sesuai dengan perbedaan komposisi alloy,

    ukuran partikel, bentuk partikel, dan suhu yang digunakan. Jika kandungan merkuri agak

    rendah, campuran amalgamnya bisa kering dan kasar serta tidak ada cukup matriks untuk

    mengikat keseluruhan massa. Penggunaan merkuri yang terlalu sedikit akan melemahkan

    kekuatan amalgam dengan kandungan tembaga yang tinggi, sama seperti penggunaan

    merkuri yang terlalu banyak, daya tahan terhadap korosinya juga menurun.

  • 2. Triturasi

    Tujuan triturasi (pengadukan ) adalah amalgamisasi yang benar dari air raksa dengan

    logam campur. Tidak ada anjuran yang bisa diberikan tentang waktu pengadukan karena ada

    banyak faktor yang mempengaruhi. Waktu pengadukan yang pendek (undertrituration)

    ataupun yang panjang (overtrituration) akan mengurangi kompresi dan kekuatan karena ada

    kekosongan dan karena tidak terbentuknya fase 1 sehingga partikel-partikel amalgam tidak

    berikatan seluruhnya. Amalgam yang pengadukaanya terlalu lama mempunyai konsistensi

    yang kental, lengket dan kekuatan yang lemah karena pembantukan fase 1 yang berlebihan.

    3. Kondensasi

    Tujuan kondensasi adalah memadatkan alloy ke dalam kavitas yang sudah dipreparasi

    sehingga tercapai kepadatan yang maksimal, dengan cukup merkuri yang tetinggal untuk

    menjamin kelanjutan tahap matriks di antara partikel-partikel alloy yang ada. Tekanan

    kondensasi berpengaruh terhadap kekuatan amalgam. Kekuatan yang diberikan selama

    kondensasi adalah sekitar 1-50 N dan hal ini tergantung pada bentuk dan ukuran partikel

    alloy. Tekanan kondensasi yang lebih besar dianjurkan untuk meminimalkan porositas dan

    mengeluarkan kelebihan merkuri dari lathecut amalgam.

    4. Efek laju pengerasan amalgam

    Amalgam tidak memperoleh kekuatan secepat yang kita inginkan, sebagai contoh,

    pada akhir menit ke-20, compressive strength hanya 6% dari kekuatan sesudah 1 minggu.

    Spesifikasi ADA menyebutkan compressive strength minimal adalah 80 MPa pada 1 jam.

    compressive strength 1 jam dari amalgam komposisi tunggal yang kandungan tembaganya

    tinggi sangat besar. Setelah 8 jam, amalgam umumnya sudah mempunyai 70% dari kekuatan

    totalnya

  • BAB III

    KESIMPULAN

    Dari apa yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa :

    1. Amalgam merupakan salah satu bahan restorasi gigi yang sering digunakan, karena

    sifatnya yang cukup kuat menahan daya kunyah, tahan lama, mudah dimanipulasi relatif

    murah jika dibandingkan dengan materi restorasi lainya ( Bates, 2004).

    2. Menurut American Dental Association (ADA) Spesification No.1 untuk amalgam

    kedokteran gigi konsentrasi perak dalam campuran sebesar 66-68% dan timah 25-28%,

    sedangkan tembaga 3,5-6% dan seng kurang dari 2%.

    3. Manipulasi amalgam terdiri dari lima tahap yang berurutan yaitu:

    1. Perbandingan ( Proportioning )

    2. Pengadukan ( Trituration )

    3. Pemadatan ( Condensation )

    4. Trimming, carving, burnishing

    5. Penyelesaian tahap akhir ( Finishing, polishing )

    4. Menurut Anusavice (2003) faktor - faktor yang mempengaruhi kualitas dari restorasi

    amalgam ialah :

    1. Perbandingan Merkuri dan alloy

    2. Triturasi

    3. Kondensasi

    4. Efek laju pengerasan amalgam

    5. Oleh karena itu, setiap tahap preparasi dan tahap manipulasi amalgam harus selalu

    diperhatikan syarat-syarat yang harus dipenuhi agar hasil dari restorasi amalgam dapat

    memperoleh hasil yang maksimal.

  • DAFTAR PUSTAKA

    ____, ISO 1559 Alloys for dental amalgam.

    American National Standard/American Dental Association. Specification No. 1. Alloy

    for Dental Amalgam. 2003.

    Anusavice, Kenneth J., 2003, Philips : Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, Edisi

    10, EGC, Jakarta

    Bates M.N., Fawcett J., Garrett N., Cutress T., Kjellstrom T., 2004, Health effects of

    dental amalgam exposure: a retrospective cohort study, Int J Epidemiol,

    33: 894-901.

    Baum, L., Phillips, R.W., Lund, M.R., 1997, Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi, Edisi

    III, EGC, Jakarta.

    Craig RG, Powers JM., 2000, Restorative dental material. 11th

    ed. 2002. Mosby.

    p.306

    May, KN., Wilder, AD., and Leinfelder, KF., 1983, Burnished amalgam restorations:

    A two year clinical evaluation. J Prosthet Dent 49:193

    Needleman MD , Herbert L., 2006, Dental Mercury in Dental AmalgamA

    Neurotoxic Risk. JAMA Vol 295, No. 15

    Syafiar L, Rusfian., Sumadhi S., Yudhit A., Harahap KI., Adiana ID., 2011, Bahan

    Ajar Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran gigi. 1st ed, USU Press, Medan