View
105
Download
11
Category
Preview:
Citation preview
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN LEUKIMIA
Kelas 2A
DIII Keperawatan
Kelompok 3 :
Ayu Fatihatun Nikmah (131502004)
Dimas Satriyo Widodo (131502011)
Laily Kholifatun Nisa (131502018)
Septy Pangestu Ningsih (131502032)
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
STIKES PEMKAB JOMBANG
Jalan dr. Sutomo No. 75-77 Telp / Fax (0321) 870214 Jombang
TAHUN AJARAN 2014 – 2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa dan
hanya karena rahmatnya kelompok kami dapat menyelesaikan makalah
Keperawatan Medikal Bedah 1 dengan judul Asuhan Keperawatan Pada Klien
Dengan Leukemia. Materi yang kami jabarkan ini adalah hasil diskusi yang
dilakukan oleh kelompok kami melalui buku pelajaran, internet, dan media
lainnya. Rangkuman ini berisi materi pembelajaran, kegiatan, dan tugas yang
bertujuan agar mahasiswa lebih mudah memahami konsep yang diajarkan
sehingga turut berperan aktif dalam proses belajar mengajar serta mampu
memecahkan masalah.
Kami mengucapkan terimaksih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah 1 Ibu Dina Kristiana S.Kep.Ns yang telah membantu
kami dalam proses pemahaman materi makalh ini dan juga teman-teman semua
yang berperan serta dalam proses belajar kami.
Harapan kami dengan selesainya makalah ini semoga menjadikan kami
lebih mengerti dan memahaminya serta tanpa suatu kekurangan apapun. Tidak
lupa kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
keberhasilan proses presentasi dan peningkatan materi ini.
Jombang, 27 Oktober 2014
Penyusun.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian....................................................................................................
2.2 Epidemiologi...............................................................................................
2.3 Etiologi........................................................................................................
2.4 Manifestasi Klinis........................................................................................
2.5 Patofisiologi.................................................................................................
2.6 Pemeriksaan Penunjang...............................................................................
2.7 Penatalaksanaan...........................................................................................
2.8 Klasifikasi....................................................................................................
2.9 Asuhan Keperawatan secara Teori..............................................................
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus semu..................................................................................................
3.2 Pengkajian...................................................................................................
3.3 Analisa Data................................................................................................
3.4 Diagnosa Keperawatan................................................................................
3.5 Intervensi Keperawatan...............................................................................
3.6 Implementas Keperawatan...........................................................................
3.7 Evaluasi.......................................................................................................
BAB IV PENUTUP
3.1 Kesimpulan..................................................................................................
3.2 Saran............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Leukemia adalah neoplasma akut atau kronis dari sel-sel pembentuk darah
dalam sumsum tulang dan limfa nadi (Reeves, 2001).
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel
darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal.
Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan invasi organ non
hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal, ginjal dan kulit.
Insidensi Leukemia di Amerika adalah 13 per 100.000 penduduk /tahun
( Wilson, 1991 ) . Leukemia pada anak berkisar pada 3 – 4 kasus per 100.000
anak / tahun . Untuk insidensi ANLL di Amerika Serikat sekitar 3 per 200.000
penduduk pertahun. Sedang di Inggris, Jerman, dan Jepang berkisar 2 – 3 per
100.000 penduduk pertahun ( Rahayu, 1993, cit Nugroho, 1998 ) .
Pada sebuah penelitian tentang leukemia di RSUD Dr. Soetomo/FK Unair
selama bulan Agustus-Desember 1996 tercatat adalah 25 kasus leukemia akut dari
33 penderita leukemia. Dengan 10 orang menderita ALL ( 40% ) dan 15 orang
menderita AML (60 %) ( Boediwarsono, 1998 ). Berdasarkan dari beberapa
pengertian mengenai Leukemia maka penulis berpendapat bahwa leukemia
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari sel-sel
leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa pengertian, epidemiologi, etiologi, manifestasi klinik, dan
patofisiologi dari penyakit leukemia?
b. Bagaimana pencegahan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan
penatalaksanaan dari penyakit leukemia?
c. Bagaimana asuhan keperawatan secara teori dari penyakit leukemia?
d. Bagaimana contoh kasus semu beserta asuhan keperawatan klien dengan
penyakit leukemia?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan laporan pendahuluan ini adalah :
a. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai penyakit Leukemia.
b. Untuk mengetahui asuhan keperawatan secara teori mengenai penyakit
leukemia
c. Mendeskriosikan contoh kasus semu serta asuhan keperawatannya
d. Mendeskripsikan rencana keperawatan yang dibuat pada asuhan keperawatan
klien dengan dengan Leukemia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
Leukimia merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan proliferasi dini
yang berlebihan dari sel darah putih. Leukimia juga bisa didefinisikan sebagai
keganasan hematologis akibat proses neoplastik yang disertai gangguan
diferensiasi pada berbagai tingkatan sel induk hematopoietik.
2.2 Epidemiologi
Leukimia merupakan keganasan yang sering dijumpai tetapi hanya
merupakan sebagian kecil dari kanker secara keseluruhan. Beberapa data
epidemiologi menunjukkan hasil sebagai berikut.
1. Insidensi
Insiden leukemia di negara barat adalah 13/100.000 penduduk/tahun. Leukemia
merupakan 2,8% dari seluruh kasus kanker, belum ada angka pasti mengenai
insiden leukemia di Indonesia.
2. Frekuensi Relatif
Frekuensi relative leukemia di negara barat menurut Gunz adalah sebagai berikut.
Leukemia akut 60%
CLL 25%
CML 15%
Di Indonesia, frekuensi CLL sangat rendah, CML merupakan leukemia kronis
yang paling sering dijumpai.
3. Usia
Insiden leukemia menurut usia didapatkan data sebagai berikut.
ALL terbanyak pada anak-anak dan dewasa
AML pada semua usia, lebih sering pada orang dewasa
CML pada semua tingkat usia tersaring usia 40-60 tahun
CLL terbanyak pada orang tua
4. Jenis Kelamin
Leukemia lebih sering dijumpai pada laki-laki dibandingkan wanita dengan
perbandingan 2:1.
2.3 Etiologi
Meskipun pada sebagian besar penderita leukemia faktor-faktor
penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, tetapi ada beberapa faktor yang terbukti
dapat menyebabkan leukemia, yaitu faktor genetik, sinar radioaktif, dan virus.
Faktor Genetik
Insiden leukemia akut pada anak-anak penderita Sindrom Down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insidensi leukemia akut juga meningkat pada penderita kelainan
kongenital dengan aneuloidi, misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis
van Greveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia fanconi, sindrom
klenefelter, dan sindrom trisomi D.
Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat menyebabkan
leukemia pada binatang maupun pada manusia. Angka kejadian leukemia
mieloblastik akut (AML) dan leukemia granulositik kronis (LGK) jelas sekali
meningkat sesudah sinar radioaktif. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa penderita
yang diobati dengan sinar radioaktif akan menderita leukemia 6% klien, dan beru
terjadi sesudah 5 tahun.
Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Sampai sekarang belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia pada
manusia adalah virus. Meskipun demikian, ada beberapa hasil penelitian yang
mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reserve
transcriptase ditemukan dalam darah manusia. Seperti diketahui enzim ini
ditemukan didalam virus onkogenik seperti retrovirus tipe C, yaitu jenis virus
RNA yang menyebabkan leukemia pada binatang. Enzim tersebut menyebabkan
virus yang bersangkutan dapat membentuk bahan genetic yang kemudian
bergabung dengan genom yang terinfeksi.
2.4 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai
berikut:
Pilek tidak sembuh-sembuh& sakit kepala.
Pucat, lesu, mudah terstimulasi, Merasa lemah atau letih.
Demam, keringat malam dan anorexia
Berat badan menurun
Ptechiae, memar tanpa sebab, Mudah berdarah dan lebam (gusi berdarah,
bercak
keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
Nyeri pada tulang dan persendian
Nyeri abdomen, Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (akibat
pembesaran limpa). (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177, Cawson 1982; De
Vita Jr.,1985, Archida, 1987; Lister, 1990; Rubin,1992 ).
2.5 Patofisiologi
LEUKEMIA
Genetik Virus Radioaktif
Proliferasi dini sel kanker
Sel Kanker bersaing dengan sel normal untuk mendapatkan nutrisi
Infiltrasi
Sel normal digantikan sel kanker
Sel kekurangan makanan Depresi sumsum tulang trombosit
Perubahan metabolism karena Leukosit imatur gangguan
Efek toksik kemoterapi pembekuan darah
Infeksi
Anoreksia, mual, muntah resiko cedera
Atau perdarahan
Ketidakseimbangan nutrisi Hipertermi
Kurang dari kebutuhan tubuh
2.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : menunjukkan normositik, anemia normositik
2. Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml
3. Retikulosit : jumlah biasaya rendah
4. Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)
5. SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immatur
6. PTT : memanjang
7. LDH : mungkin meningkat
8. Asam urat serum : mungkin meningkat
9. Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan
mielomonositik
10. Copper serum : meningkat
11. Zink serum : menurun
12. Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat
keterlibatan.
2.7 Penatalaksanaan
1. Pelaksanaan kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis pengobatan
kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia.
Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan satu jenis obat atau
kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:
Melalui mulut
Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena).
Melalui kateter (tabung kecil yang fleksibel) yang ditempatkan di dalam
pembuluh darah balik besar, seringkali di dada bagian atas – Perawat akan
menyuntikkan obat ke dalam kateter, untuk menghindari suntikan yang berulang
kali. Cara ini akan mengurangi rasa tidak nyaman dan/atau cedera pada pembuluh
darah balik/kulit.
Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal – jika ahli patologi
menemukan sel-sel leukemia dalam cairan yang mengisi ruang di otak dan
sumsum tulang belakang, dokter bisa memerintahkan kemoterapi intratekal.
Dokter akan menyuntikkan obat langsung ke dalam cairan cerebrospinal. Metode
ini digunakan karena obat yang diberikan melalui suntikan IV atau diminum
seringkali tidak mencapai sel-sel di otak dan sumsum tulang belakang.
2. Terapi Biologi
Orang dengan jenis penyakit leukemia tertentu menjalani terapi biologi
untuk meningkatkan daya tahan alami tubuh terhadap kanker. Terapi ini diberikan
melalui suntikan di dalam pembuluh darah balik. Bagi pasien dengan leukemia
limfositik kronis, jenis terapi biologi yang digunakan adalah antibodi monoklonal
yang akan mengikatkan diri pada sel-sel leukemia. Terapi ini memungkinkan
sistem kekebalan untuk membunuh sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum
tulang. Bagi penderita dengan leukemia myeloid kronis, terapi biologi yang
digunakan adalah bahan alami bernama interferon untuk memperlambat
pertumbuhan sel-sel leukemia.
3. Terapi Radiasi
Terapi Radiasi (juga disebut sebagai radioterapi) menggunakan sinar
berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel leukemia. Bagi sebagian besar pasien,
sebuah mesin yang besar akan mengarahkan radiasi pada limpa, otak, atau bagian
lain dalam tubuh tempat menumpuknya sel-sel leukemia ini. Beberapa pasien
mendapatkan radiasi yang diarahkan ke seluruh tubuh. (Iradiasi seluruh tubuh
biasanya diberikan sebelum transplantasi sumsum tulang.)
4. Transplantasi Sel Induk (Stem Cell)
Beberapa pasien leukemia menjalani transplantasi sel induk (stem cell).
Transplantasi sel induk memungkinkan pasien diobati dengan dosis obat yang
tinggi, radiasi, atau keduanya. Dosis tinggi ini akan menghancurkan sel-sel
leukemia sekaligus sel-sel darah normal dalam sumsum tulang. Kemudian, pasien
akan mendapatkan sel-sel induk (stem cell) yang sehat melalui tabung fleksibel
yang dipasang di pembuluh darah balik besar di daerah dada atau leher. Sel-sel
darah yang baru akan tumbuh dari sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi ini.
Setelah transplantasi sel induk (stem cell), pasien biasanya harus menginap
di rumah sakit selama beberapa minggu. Tim kesehatan akan melindungi pasien
dari infeksi sampai sel-sel induk (stem cell) hasil transplantasi mulai
menghasilkan sel-sel darah putih dalam jumlah yang memadai.
2.8 Klasifikasi
Leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Maturasi sel
Akut;
Kronis
2. Tipe sel asal
Mielositik;
Limfositik
LEUKEMIA AKUT
Asuhan keperawatan pada leukemia akut adalah sebagai berikut.
Pengertian
Leukemia akut merupakan proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering
disertai bentuk leukosit yang lain daripada normal, jumlahnya berlebihan, serta
dapat menyebabkan anemia, trombositopenia, dan diakhiri dengan kematian.
Faktor etiologi
Faktor pencetus
Mutasi somatik sel induk
Proliferasi neoplastik dan differentiation arrest
Akumulasi sel muda dalam sum-sum tulang
Hiper metabolik Gagal sumsum tulang
AnemiaKatabolisme meningkat Perdarahan dan infeksi
Keringat malam
Sel Leukemia inhibisi hematopoiesis Kaheksia normal
Hiperurikemia
Gagal ginjal Gout Infiltrasi ke organ
Tulang Darah RES Tempat ekstramedular lain
Nyeri tulang Sindrom Limfadenopati Meningitis,hiperviskositas Hepatomegali lesi kulit,
Splenomegali pembesaran testis
Patofisiologi
Proses patofisiologi leukemia akut dimulai dari transformasi ganas sel induk
hematologis atau turunannya. Proliferasi ganas sel induk ini menghailkan sel
leukemia dan mengakibatkan hal-hal berikut.
1. Penekanan hematopoiesis normal, sehingga terjadi bone marrow failure.
2. Infiltrasi sel leukemia kedalam organ, sehingga menimbulkan organomegali.
3. Katabolisme sel meningkat, sehingga terjadi keadaan hiperkatabolik.
Klasifikasi
Leukemia akut menurut klasifikasi FAB (French-American-British) dapat
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
1. Leukemia mielositik akut/ acute myeloid leukemia (LMA/AML).
Asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia mielositik akut (LMA/AML)
adalah sebagai berikut.
Pengertian. Leukemia mielositik akut (LMA) merupakan leukemia yang
mengenai sel stem hematopoetik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel myeloid.
LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
Insidensi. Insiden AML kira-kira 2-3/100.000 penduduk, LMA lebih sering
ditemukan pada usia dewasa (85%) daripada anak-anak (15%). Ditemukan lebih
sering pada laki-laki daripada wanita.
Klasifikasi. Menurut klasifikasi FAB (French-American-British) LMA dibagi
menjadi enam jenis, yaitu :
M1 : Leukemia mieloblastik tanpa pematangan.
M2 : Leukemia mieloblastik dengan berbagai derajat pematangan.
M3 : Leukemia promieloblastik hipergranular.
M4 : Leukemia mielomonositik
M5 : Leukemia monoblastik
M6 : Eritroleukemia
Gejala Klinis. Gejala klinis yang dapat terlihat pada klien LMA adalah rasa lelah;
pucat; nafsu makan hilang; anemia; petekie; perdarahan; nyeri tulang; serta infeksi
dan pembesaran kelenjar getah bening, limpa, hati, dan kelenjar mediastinum.
Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi, khususnya pada leukemia akut
monoblastik dan mielomonolitik.
Evaluasi Diagnostik. Evaluasi diagnostic pada klien dengan LMA adalah sebagai
berikut.
Pada hitung sel darah menunjukan adanya penurunan, baik eritrosit maupun
trombosit ;jumlah leukosit total bisa rendah dan normal atau tinggi.
Pada pemeriksaan sumsum tulang menunjukan kelebihan sel blast yang
immatur.
Penatalaksanaan .penatalaksannaa pada klien ini adalah sebagai berikut:
Kemoterapi yaitu bentuk terapi utama pada beberapa kasus dapat menghasilkan
perbaikan yang berlangsung sampai satu tahun atau lebih..obat yang digunkan
meliputi daunorubicin ,hydrochloride(cerubidene),cytarabine (cytosar-u),dan
mercaptopurine(purinethol).
Pemberian produk darah dan penanganna infeksi dengan segera.
Transplantasi sumsum tulang.
Prognosis. Dalem pengobatan modern,angka remisinya 50-75%,tetapi angka rata-
rata hidup masih dua tahun dan yang dapat hidup lebih dari lima tahun hanya
10%.
2. Leukimia limfositik akut/acute lymphoblastic leukimia(LLA/ALL).
Asuhan keperawatan yang dibertikan pada leukimia limfositik (LLA/ALL) yaitu
sebagai berikut.
Pengertian.LLA merupakan suatu proliferasi ganas dari limfoblast.
Insidensi.insidene LLA berkisar 2-3 per 100.000 penduduk ,lebih sering
ditemukan pada laki-laki dibandingkan wanita.
Klasifikasi.klasifikasi LLA adalah sebagi berikut:
a.secara morfologis,menurut FAB (frech,british,and America) ALL dibagi atas
tiga jenis yaitu:
L1:ALLdengan limfoblast kecil-kecil dan merupakan 84% dari ALL,biasanya
ditemukan pada anak-anak.
L2:sel lebih besar ,inti ireguler,kromatin bergumpal ,nucleoli prominen dan sito
plasma agak abnyak ,merupakan 14%dari ALL,biasanya terjadi pada orang
dewasa.
L3:ALL mirip dengan limfoma burkit,yaitu sitoplasma basofil dengan banyak
vakuola,hanya merupakan 1% dari ALL
b.Secara imunofenotipe ALL dibagi menjadi empat golongan besar yaitu sebagi
berikut.
Common ALL- frekuensi relatif pada anak-anak 76% dan dewasa 51%
Null ALL-frekuensi relatif pada anak-anak usia 12% dan dewasa38%.
T-ALL- frekuensi relatif pada anak-anak 1% dan dewasa 2%.
Gejala Klinis.Gejala tersering terjadi adalah rasa lelah, panas tanpa
infeksi,purpura,nyeri tulang dan sendi,penurunan berat badan serta sering
ditemukan suatu massa abnormal.
Pemeriksaan Diagnostik
a.Pemeriksaan darah tepi, hasil yang didapatkan adalahsebagai berikut.
Ditemukan sel muda limfoblast.
Leukositosis(25%).
Jumlah leukosit neutrofil sering kali rendah .
Kadar hemoglobin dan trombosit rendah
b. Pemeriksaan sumsum tulang –biasanya menunjukan sel blast yang dominan.
Penatalaksanaan.Bentuk terapi utama dalam penanganan maslah ALL adalah
kemoterapi.
1.Induksi remaja
a.Obat yang digunakan terdiri atas:
Vincristine(VCR)-1,5mg/m2/minggu secara IV.
Prednison (Pred)- 6mg/m2/hari secara oral.
L.Aspraginase (L.asp)-10.000U/m2
Daunorubicin (DNR)-25mg/m2/minggu-4 minggu.
b.Regimen yang digunkan untuk ALL dengan resiko standart terdiri atas:
Prednison+VCR
Prednison+VCR+L.Asparaginase dengan atau tanpa siklofosfamid.
c. Regimen untuk ALL dengan resiko tinggi atau ALL pada orang dewasa antara
lain:
Prednison +VCR+DNR dengan atau tanpa L.
Asparaginase.
DNR+VCR+Prednison +L.Asparaginase dengan atau tanpa siklofosfamid.
II.Terapi post-remisi
a. Terapi untuk sanctuary phase (membasmi sel leukemia yang bersembunyi
dalam SPP dan testis)
b. Terapi intensifikasi/konsolidasi:pemberian regimen non cross resistant
terhadap regimen induksi remisi.
c. Terapi pemelihara (maintenance):umumnya digunakan 6 mercaptopurine (6
MP) peroral, diberikan selama 2-3 tahun dengan diseling terapi konsolida
Prognosis.prognosis LLA pada ank-anak umumnya baik,lebih dari 95% terjadi
remisi sempurna.Kira-kira 70%-80% dari klien bebas gejala selama
5tahun.apabila terjidi relap, remisi sempurna ke dua dapat terjadi pada sebagaian
besar kasus. Para klein merupakan kandidat untuk inplan tasi sum-sum tulang
dengan 35%-65% kemungkinan hidup lebih lama
LEUKIMIA KRONIS
Leukimia kronis di bagi menjadi:
1. Leukimia mieloid-leukimia granulositik kronis / leukimia mieloid kronis
(LGK/LMK).
Asuhan keperawatan pada klien dengan mieloid kronis adlah sebagai berikut :
Pengertian LMK merupakan suatu penyakit mielokroliferatof yang ditandai
dengan produksi berlebihan serigranulosi yang relati matang .
LMK merupakan leukimia kronis dengan gejala kronis yang timbul denagn
berlahan-lahan dan sel leukimianya berasal dari transformasii sel indo mieloid.
Epidemiologi.LMK merupakan 15 sampai 20% dari leukimia dan merupakan
leukimia kronis yang paling sering dijumai diindonesia, sedangkan di negara
barat leukimia kronis lebih banyak ditemui dalam bentuk LLK .insiden LLK
dinegara barat adalah 1-1,4atau 100.000/tahun .
Umumnya LMK mengenai usia pertengan denga puncak usia 40-50
tahun.pada anak-anak dijumpai bentuk jufenile LMK.genetik yang disebut
kromosom philadhepia ditemukan pada 90-95% klien dengan LLK
Klasifikasi.LMK terdiri atas 6 jenis lukimia :
a. leukimia mieroid kronis ,Ph positif(LMK,Ph+).
b. leukimia mieroid kronis,Ph negatif(LMK,Ph-).
c. juvenile chronic myeloid leukimia.
d. chronic neutrophilic leukimia.
e. Eosinophilic leukimia.
f. Chronic myelomonocytic leukimia(CMML).
Sebagian bessar( >95%)LMK tergolong sebagi LMK,Ph+.
Fase Perjalanan Penyakit. perjalanan penyakit LMK terbagi menjadi 2 fase
sebagai berikut
a. Fase kronis-fase ini berjalan selama 2-5tahun dan responsif terhadap
kemoterapi.
b. Fase akselerasi atau transfarmasi akut:
Pada fase ini meng infestasi klinis LMK berupa leukimia akut
Proporsi sel muda meningkat dan akhirnya masuk kedalam blast crisis atau
krisis blastik,
Sekitar 2/3 menunjukan sel blast seri mieloid,sedangkan 1/3nya menunjukan
seri limfoid .
Gejala klinik ,gejalaklinik LLK bergantung pada fase yang kita jumpai dari
penyakit tersebut .
a. Fase kronis, pada fase ini adalah sebagai berikut:
Gejala hiperkatabolik:berat badan menurun,lemah anoreksia,dan berkeringat
malam
Splenomegali hampir selalu ada ,sering masif.
Hepatomegali lebih jarang dan lebih ringan
Gejala gout,ganguan penglihatan ,dan priapismus.
Anemia pada fase awal dan sering hanya ringan
Kadang-kadang asimptomatik
b.Fase tranformasi akut,pada fase ini gejala yang ditemukan adalah sebagai
berikut:
Perubahan terjadi secara berlahan-lahan dengan prodromal selama 6bulan
yang disebut sebagai fase akselerasi.Timbul keluhabn baru ,yaitu:demam,lelah,
nyeri tulang, respon terhdap kemotherapi menurun,
leukositosis meningkat ,serta trombosit menurun dan akhirnya menjadi
gambaran leukimia akut.
Pada sekitar 1/3 penderita ,perubahna terjadi secara menddak tanpa didahului
masa prodromal keadaan ini disebut krisisi blastik.
Evaluasi diagnostik.
a. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan leukositosis berat 20.000-
50.000,pergeseran kekiri pada hitung jenis dan trombositophenia nilai
fosfatase alkali netrofil selalu rendah dan anemia yang mula-mula ringan
menjadi progresif pada fase lanjut,sehingga bersifat normokromik normositer.
b. Pada pemeriksaan sumsum tulang didapatkan keadaan hiperseluler dngan
peningkatan megakariosit dan aktifitas granulopoisis.
c. Pada pemeriksaan sitogenik dijumpai adanya kromosom philadepia,(Ph1).
d. Kenaikan kadar vitamin B12 dalam darah
e. Kadar asam urat meningkat.
Penatalaksanaan .terapi LMK bergantung pada fase penyakit ,yaitu:
a.fase kronis
Obat pilihan:
Bhusulphan (my leran )-dosis 0,1 sampai 0,2mg/kg BB/hari,
Terapi dimulai jika leukosit naik menjadi 50.000/mm3.Efek samping berupa
aplasia sumsum tulang bekepanjangan,fibrosis paru dan bahaya timbulnya
leukemia akut.
Hidroksiurea dosis ditrisasi dari 500-2000mg,kemudian diberikan
dosis pemeliharaan untuk mencapai leukosit 1000-15000/mm3,efek
sampingnya lebih sedikit.
Interferon alfa biasanya diberikan setelah jumlah leukosit terkontrol
oleh hidroksiurea.
b.Fasae akselerasi
sama dengan terapi leukemia akut,tetapi respons sangat rendah.
c.Transplantasi sumsum tulang
memberikan harapan penyembuhan jangaka panjang,terutama untuk penderita
yang usia kurang dari 40 tahun.Penanganan yang umum diberikan adalah
allogeneic peripheral blood stem cell transplantation.
d.Terapi dengan memakai prinsip biologi molekuler
Obat baru imatinib mesylate(Gleevec) yang dapat menekan aktivitas trosine
kinase,sehingga menekan proliferasi sel meloid.
Prognosis .Pada kebanyakan klien kelak akan mengalami leukemia mielogenus
akut dan biasanya resisten terhadap terapi apa pun.Secara keseluruhan,klien dapat
bertahan selama 3sampai4 tahun.Sebagian besar klien LMK akan meninggal
setelah memasuki fase akhir yang disebut krisis blastik.
2.Leukemia Limfoid leukemia limfositik kronis(LLK)
Asuhan keperawatan pada leukemia limfositik kronis adalah sebagai berikut.
Pengertian .LLK merupakan suatu proliferasi ganas limfoblast.
Insidensi.LLK merupakan 25% dari seluruh leukemia di negara Barat,tetapi amat
jarang ditemukan di jepang,Cina,dan Indonesia.Penderita laki-laki dua kali lebih
seing ditemukan dari pada wanita.Jarangsekali ditemukan pada usisa kurang dari
40 tahun.Kebanyakan mengenai usia lebi dari 50 tahun.
Klasifikasi.Menurut Rai dan kawan-kawan(1978) LLK dapat dibagi menjadi lima
tingkatan penyakit secara klinis sebagai berikut.
Stadium Keterangan
0 Di tandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal, tetapi tidak ada gejala lain dari leukemia. Stadium ini biasa disebut tahap leukemia limfositik indalens (lambat berkembang).
I Ditandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal dan adanya pembesaran kelenjar getah bening dari normal.
II Ditandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal, adanya pembesaran hati atau limpa dari normal (Hepatomegali atausplenomegali), dan adanya kemungkinan pembesaran kelenjar getah bening.
III Ditandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal, jumlah sel darah merah didalah darah terlalu sedikit serta adanya pembesaran kelenjar getah bening, hati atau limpa.
IV Ditandai dengan jumlah limfosit yang jauh diatas batas normal dan jumlah trombosit yang terlalu sedikit. Bahkan disertai pembesaran kelenjar getah bening, hati, atau limpa, serta jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit.
Gejala klinis.LLK memberikan gejala klinik sebagai berikut.
a. Pembesaran secara massif menyebabkan tekanan mekanik pada
lambung,sehingga menimbulkan gejala cepat kenyang,rasa tidak enak pada
abdomen,dan buang air besar tidak teratur.
b. Pembesaran kelenjar getah bening(limfadenopati)superfisial yangg
sifatnya simetris dan volumennya cukup besar
c. Anemia
d. Splenomegali
e. Hepatomegali(lebih jarang)
f. Sering disertai herpes zoster dan pruritus
Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah tepi
Menunjukkan adanya limfositosis 30.000-300.000/m3,anemia normositer
normokromik dan trombositopenia.
b. Pemeriksaan sumsum tulang
Adanya infiltrasi “small well differentiated lymphocyte”difus,dengan
limfosit 25%-95% dari sel sumsum tulang.
c. Pemeriksaan imioliomunophenothyping
Pemeriksaan ini penting untuk membedakan jenis leukemia kronis seri
limfoid.
Penatalaksanaan.Pengobatan sebaiknya tidak diberikan kepada klien-klien tanpa
gejala,karena tidak memperpanjang hidup. Hal yang perlu diobati adalah klien
yang menunjukkan progresivitas limfadenodenopati atau
splenomegali,anemia,trombositopenia,atau gejala akibat desakan tumor.
Obat-obatan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
a.Klorambusil 0,1-0,3 mg/kg BB/hari per oral.
b.Kortikosteroid sebaiknya baru diberkan bia terdapat AIHA atau
trombositopenia atau demam tanpa sebab infeksi.
c.Radioterapi dengan mengggunakan sinar X kadang-kadang
menguntungkan bila ada keluhan pendesakan karena pembengkakan
kelenjar getah bening setempat.
2.9 Asuhan Keperawatan Teori
Proses asuhan keperawatan pada klien dengan leukemia di awali dengan
pengkajian,diagnosis,dan intervensi keperawatan.
Pengkajian
Pengkajian yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalah sebagai berikut:
1. Riwayat pemanjaan pada faktor-faktor pencetus,seperti pemanjanan pada
dosis besar radiasi,obat-obatan tertentu secara kronis,dan riwayat infeksi
virus kronis.
2. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan manifestasi:
Pembesaran sumsum tulang,sehingga menyebabkan beberapa gejala
dibawah ini.
anemia penurunan berat badan,kelelahan,pucat,malaise,kelemahan,dan
anoreksia.
Trombositopnea perdarahan gusi,mudah memar,petekie,dan ekimosis.
Netropenia demam tanpa adanya infeksi,berkeringat malam hari.
Infiltrasi organ lain dengan sel-sel leukemia yang menyebabkan beberapa gejala
seperti hepatomegali,splenomegali,limfadenopati,nyeri tulang dan sendi,serta
hipertropi gusi.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien dengan leukemia adalag
sebagai berikut:
1. Darah lengkap menunjukkan adanya penurunan
hemoglobin,hematokrit,jumlah sel darah merah dan trombosit.Jumlah sel
darah putih meningkat pada leukemia kronis,tetapi juga dapat
turun,normal,atau tinggi pada leukemia akut.
2. Aspirasi sumsum tulang dan biopsi memberikan data diagnostik definitif.
3. Asam urat serum meningkat karena pelepasan oksipurin setelah keluar
masuknya sel-sel leukemia cepat dan penggunaan obat sitotoksik.
4. Sinar X dada untuk mengetahui luasnya penyakit.
5. Profil kimia,EKG,dan kultur spesimen untuk menyingkirkan masalah
atau penyakit lain yang timbul.
Diagnosis Keperawatan 1
Berdasarkan data dasar pengkajian,diagnosis keperawatan yang muncul adalah
sebagai berikut:
1. Nyeri yang berhubungan dengan infiltrasi leukosit jaringan sistemik.
2. Ganggguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
perubahan proliferatif gastrointestinal dan efek toksik obat kemoterapi.
3. Kelemahan yang berhubungan dengan anemia.
4. Berduka yang berhubungan dengan keilangan kemungkinan terjadi karena
perubahan peran dan fungsi iri.
5. Gangguan intregitas kulit:alopesia yang berhubungan dengan perubahan
penampilan dalam fungsi dan peran.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri akan berkurang.
Kriteria Evaluasi
Berikut ini adalah kriteria evaluasi pada klien dengan masalah nyeri.
1. Melaporkan penurunan tingkat nyeri.
2. Menjelaskan bagaimana keletihan dan ketakutan memengaruhi nyeri.
3. Menerima medikasi nyeri sesuai dengan yang diresepkan.
4. Menunjukkan penurunan tanda-tanda fisik dan perilaku tentang nyeri.
5. Mengambil peran aktif dalam pemberian analgetik.
6. Mengidentifikasikan stategi peredaan nyeri.
7. Mengggunakan strategi peredaan nyeri dengan tepat.
Intervensi keperawatan
Intervensi Rasional
1.Kaji karakteristik nnyeri
lokasi,kualitas,frekuensi,dan duarasi.
1.Memberikan dasar untuk mengkaji
perubahan pada tingkat nyeri dan
mengevaluasi intervensi.
2.Tenangkan klien bahwa Anda
mengetahui nyeri yang dirasakan adalah
nyata dan bahwa Anda membantu klien
dalam mengurangi nyeri tersebut
2.Rasa takut bahwa nyerinya tidak
dianggap nyata dapat meningkatkan
ansietas dan mengurangi toleransi
nyeri.
3.Kaji faktor lain yang menunjang
nyeri,keletihan,dan marah klien
3.Memberikan data tentang faktor-
faktor yang menurunkan kemampuan
klien unuk menoleransi nyeri dan
meningkatkan tingkat nyeri klien.
4.Berikan analgetik untuk meningkatkan
peredaran nyeri optimal dalam batas
resep dokter.
4.Analgetik cenderung lebih efektif
ketika diberikan secara dini pada
siklus nyeri
5.Kaji respons perilaku klien terhadap
nyeri dan pengalaman nyeri
5.Memberikan informasi tambahan
tentang nyeri klien
6.Kolaborasikan dengan klien,dokter,dan
tim perawatan kesehatan lain ketika
mengubah penatalaksanaan nyeri
diperlukan.
6.Metode baru pemberian analgetik
harus dapat diterima
klien,dokter,dan tim perawatan
kesehatan lain agar dapat efektif
partisipasi klien menurunkan rasa
ketidakberdayaan klien.
7.Berikan dukungan penggunaan strategi
pereda nyeri yang telah klien terapkan
dengan berhasil pada pengalaman nyeri
sebelumnya.
7.Memberikan dorongan stategi
peredaan nyeri yang dapat diterima
klien dan keluarga
8.Ajarkan klien strategi baru untuk
meredakan
8.Meningkatkan jumlah pilihan dan
stategi yang tersedia bagi klien.
nyeri:distraksi,imajinasi,relaksasi,dan
stimulasi kutan.
Diaagnosis keperawatan 2
Ganggguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan efek
toksik obat kemoterapi.
Tujuan
Mengurangi mual muntah sebelum,selama,dan sesudah pemberian kemoterapi.
Kriteria hasil
Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan pada klien dengan masalah
nutrisi.
1. Melaporkan penurunan mual
2. Melaporkan penurunan muntah.
3. Mengonsumsi cairan dan makanan yang adekuat.
4. Menunjukkan penggunaan distraksi,relaksasi,imajinasi ketika
diinndikasikasikan
5. Menunjukkan turgor kulit normal dan membran mukosa yang lembab.
6. Melaporkan tidak adanya penurunan berat badan tambahan.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar rasa mual,muntah klien dapat
berkurang.Cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Intervensi Rasional
1.Sesuaikan diet sebelum dan sesudah
pemberian obat sesuai dengan kesukaan
dan toleransi klien.
1.Setiap klien berespons secara berbeda
terhadap makanan setelah
kemoterapi,makanan kesukaan dapat
meredakan mual,dan muntah klien
2.Cegah pandangan,bau,dan bunyi-
bunyi yang tidak menyenangkan di
lingkungan
2.Sensasi tidak menyenagkan dapat
menstimulasi pusat mual dan muntah.
3. gunakan distraksi, relaksasi, dan 3. menurunkan ansietas yang dapat
imajinasi sebelum dan sesudah
kemoterapi
menunjang mual muntah
4. erikan antiemetic, sedative dan
kortikosteroid yang di resepkan
4. kombinasi terapi obat berupaya untuk
mengurangi mual muntah melalui
control berbagai faktor pencetus
5. pastikan hidrasi cairan yang adekuat
sebelum, selama dan sesudah
pemberian obat. Kaji intake dan output
cairan
5. volume cairan yang adekuatakan
mengencerkan kadar obat, mengurangi
stimulasi reseptor muntah
6. berikan dukungan kepada klien agar
dapat menjaga personal hygiene dengan
baik
6. mengurangi rasa kecap yang tidak
menyenangkan
7. berikan tindakan pereda nyeri bila
diperlukan
7. meningkatkan rasa nyaman akan
meningkatkan toleransi fisik terhadap
gyejala yang dirasakan
Diagnosis Keperawatan 3
Kelemahan yang berhubungan dengan anemia.
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan terjadi penurunan tingkat keletihan
Kriteria Evaluasi
Kriteria evaluasi pada klien gengan masalah nyeri adalah bila didapatkan adanya
hal-hal berikut ini.
1. Melaporkan penurunan tingkat keletihan.
2. Meningkatkannya keikutsertaan
3. Istirahat ketika mengalami keletihan.
4. Melaporkan dapat tidur lebih banyak.
5. Melaporkan energy yang adekuat untuk ikut serta dalam aktivitas.
6. Mengkonsumsi protein dan kalori yang dianjurkan.
Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada klien ini bertujuan agar kelemahan klien berkurang
dan klien dapat melakukan aktivitasnya dengan baik.
Intervensi Rasional
1. Berikan dorongan untuk istirahat
beberapa periode selama siang hari,
terutama sebelum dan sesudah
latihan fisik
1. Selama istirahat, energy dihemat dan
tingkat energy diperbaharui.
Beberapa kali periode istirahat
singkat mungkin lebih bermanfaat
dibandingkan satu kali periode
istirahat yang panjang
2. Tingkatkan jam tidur total pada
malam hari.
2. Tidur membantu untuk memulihkan
tingkat energy.
3. Atur kembali jadwal setiap hari dan
atur aktivitas untuk menghemat
pemakaian energi.
3. Pengaturan kembali aktivitas dapat
mengurangi kehilangan energy dan
mengurangi stesor.
4. Berikan masukan protein dan kalori
yang adekuat.
4. penipisan kalori dan protein
menurunkan toleransi aktivitas.
5. berikan dorongan untuk teknik
relaksasi imajinasi
5. peningkatan relaksasi dan istirahat
psikologis dapat menurunkan keletihan
fisik.
6. kolaburasi pemberian produksi darah
sesuai yang diresepkan
6. penurunan hemoglobin akan
mencetuskan klien pada keletihan
akibat penurunan ketersediaan oksigen.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus Semu
Tn. D 20 tahun masuk ke rumah sakit dengan
keluhan demam sudah 5 hari tidak turun-turun meskipun
sudah diperiksakan ke dokter dan minum obat. Orang tua
klien mengatakan pada kulit tangan, kaki, dan pipinya
tampak lebam-lebam kebiruan. Klien juga menjadi sering
mimisan, klien mengaku berat badannya turun 3 kg
selama sakit, berat badan awal 59 kg. Kemudian dilakukan
pemeriksaan pungsi lumbal dan hasilnya klien didiagnosa
menderita ALL(Acute Limphocytic Leukemia). Penyakit ini sudah
berjalan 1,5 bulan. Dan saat ini klien sudah menjalani kemoterapi
yang ketiga. Klien tampak lemah dan pucat, klien mengeluh
mual,muntah dan tidak nafsu makan, saat diperiksa dalam
mulut klien terdapat banyak sariawan. Rambut klien
tampak rontok dan mudah patah saat ditarik. Dari
pemeriksaan TTV didapatkan data TD 110/70 mmHg,
Nadi98x/mnt teraba lemah dan teratur, RR 22x/mnt, Suhu 38,4⁰
BB 56 kg. leukosit 58.900ml3 ,Hb 6,7 gr/dl, trombosit 96.000 ml3
3.2 Pengkajian:
1. Identitas Klien
Nama : Tn.D
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal MRS : 8 September 2014
No Register :16-456-2014
2. Riwayat Keperawatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : mual dan muntah
Riwayat MRS : Tn. D 20 tahun masuk ke rumah sakit
dengan keluhan demam sudah 5 hari tidak turun-turun
meskipun sudah diperiksakan ke dokter dan minum obat.
Orang tua klien mengatakan pada kulit tangan, kaki, dan
pipinya tampak lebam-lebam kebiruan. Klien juga menjadi
sering mimisan. Kemudian dilakukan pemeriksaan pungsi
lumbal dan hasilnya klien didiagnosa menderita ALL(Acute
Limphocytic Leukemia). Penyakit ini sudah berjalan 1,5 bulan.
Dan saat ini klien sudah menjalani kemoterapi yang ketiga.
RiwayatPenyakit Dahulu: Klien tidak pernah mengalami penyakit seperti ini
Riwayat Penyakit Keluarga: Ibu klien mengatakan pamannya meninggal juga
karena penyakit ALL (leukemia limfositik akut) sama seperti yang diderita
anaknya.
3. Pengkajian 11 Pola Gordon
POLA SEBELUM MRS SAAT MRS
Pola Persepsi Penggunaan obat dari
mantri terdekat
Penggunaan obat
berdasarkan resep dokter
PolaNutrisi Pasien makan sehari 3x
porsi penuh, BB 59 kg.
mual, dan muntah. BB
turun 3 kg
Pola Eliminasi BAB 1x/hari, konsistensi
lembek, bau khas, warna
kuning kecoklatan BAK
5-6x/hari, warna urin
kuning jernih
BAB 2 hari sekali,
konsistensi lembek, bau
khas, warna kuning
kecoklatan.
BAK 4-5x/hari, warna
urin kuning jernih
Pola Aktifitas Pasien biasanya bekerja Pasien lemah dan hanya
dari pagi hingga sore berbaring di tempat tidur
Pola Istirahat Tidur Pasien biasanya tidur
malam 6-7 jam
Pasien sering terbangun
dan tidak bisa tidur
nyenyak
Pola KonsepDiri Pasien sebagai karyawan
pabrik
Peran diri terganggu
karena pasien tidak bisa
beraktifitas seperti biasa
PolaSensoridanKognitif Tidak mengalami
gangguan pada
penglihatan,
pendengaran, penciuman,
pengecapan, maupun
perabaan dan proses
berfikir lancar
Tidak mengalami
gangguan pada
penglihatan,
pendengaran,
penciuman, pengecapan,
maupun perabaan, proses
berpikir mengalami
gangguan
Pola Hubungan-Peran Hubungan dengan
keluarga dan lingkungan
sekitar rumah baik
Hubungan dengan
keluarga dan lingkungan
rumah sakit baik
Pola Seksualitas TIDAK TERKAJI TIDAK TERKAJI
Pola Pertahanan Diri
(Koping)
Pasien berusaha
mengatasi masalahnya
sendiri jika berada dalam
kesulitan
Pasien meminta bantuan
keluarganya untuk
mengatasi masalahnya
Pola Keyakinan dan
Nilai
Pasien beribadah rutin
sholat lima waktu
Pasien hanya berdoa
ditempat tidur
4. Pemeriksaan Fisik (Head To Toe)
a) KeadaanUmum : Pasien tampak lemah dan pucat
b) Kesadaran : Compos Mentis (Sadar Penuh)
c) TTV : TD:110/70mmHg,
Nadi:98x/mnt
RR:22x/mnt
Suhu:38,40C
d) Kepala
Simetris, kulit kepala bersih, tak ada lesi, rambut mudah rontok dan
mudah patah saat ditarik, konjungtiva mata anemis. Terdapat sariawan
pada mulut, hidung sering mimisan, pipi tampak lebam kebiruan.
e) Leher
Tidak ada lesi ataupun nyeri tekan dan tak ada benjolan abnormal
f) Dada
#Paru-paru : Pasien tidak sesak nafas, auskultasi paru terdengar sonor
# Jantung :Bunyi pekak saat diperkusi dan saat di auskultasi tidak
terdengar bunyi tambahan
g) Abdomen
Tak ada nyeri tekan saat dipalpasi, bising usus normal 15x/menit
h) Genetalia : Tidak Terkaji
i) Anus : Tidak Terkaji
j) Ekstremitas
Pada kulit tangan dan kaki klien tampak lebam-
lebam kebiruan
5. Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil lab : leukosit
58.900ml3, Hb 6,7 gr/dl, trombosit 96.000 ml3
3.3 Analisa Data
Tanggal Data Masalah Etiologi
8/09/2014DS : klien mengaku berat badannya turun 3 kg
selama sakit, berat badan awal 59 kg
klien mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu
makan
DO :
Klien tampak lemah dan pucat
Saat diperiksa dalam mulut klien terdapat
banyak sariawan.
Berat badan sekarang 56 kg (turun 3kg)
Saat ini klien sudah menjalani kemoterapi yang
ketiga
Ketidakseimbangan
nutrisi : kurang dari
kebutuhan tubuh
Efek toksik kemoterapi
DS : klien mengatakan demam selama 5 hari tidak turun meski
sudah meminum obat
klien sudah menjalani kemoterapi yang ketiga
Do : Suhu = 38,4⁰C
Hipertermi Proses inflamasi
penyakit
DS : Orang tua klien mengatakan pada kulit
tangan, kaki, dan pipinya tampak lebam-
lebam kebiruan
DO :
Trombosit 96.000 ml3
Klien juga sering mimisan
Terdapat ruam-ruam kebiruan pada tangan,
kaki dan dada klien
Resiko cedera Perdarahan berkaitan
dengan trombositopenia
3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan efek toksik kemoterapi yang ditandai dengan :
Saat ini klien sudah menjalani kemoterapi yang ketiga
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi penyakit
yang ditandai dengan :
DS : klien mengatakan demam selama 5 hari tidak turun meski sudah
meminum obat
Do : Suhu = 38,4⁰C
3. Resiko cedera berhubungan dengan perdarahan berkaitan dengan
trombositopenia yang ditandai dengan :
DS : Orang tua klien mengatakan pada kulit tangan, kaki,
dan pipinya tampak lebam-lebam kebiruan
DO :
Trombosit 96.000 ml3
Klien juga sering mimisan
Terdapat ruam-ruam kebiruan pada tangan, kaki dan pipi klien
DS : klien mengaku berat badan berat badan awal
59 kg
klien mengeluh mual, muntah dan tidak nafsu makan
DO :
Klien tampak lemah dan pucat
Saat diperiksa dalam mulut klien terdapat banyak
sariawan.
Berat badan sekarang 56 kg (turun 3kg)
3.5 Intervensi Keperawatan
HARI/
TANG
GAL
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan
efek toksik kemoterapi yang
ditandai dengan :
DS : klien mengaku
berat badannya
turun 3 kg selama
sakit, berat badan
awal 59 kg
klien mengeluh
mual, muntah dan
tidak nafsu makan
DO : Klien tampak
Tujuan : setelah dilakukan
perawatan selama 3x24 jam,
masalah Ketidakseimbangan nutrisi
yang berhubungan dengan mual
muntah dapat teratasi.
Kriteria hasil :
Nafsu makan klien meningkat
Klien tampak segar
Berat badan klien naik
Tidak ada mual dan muntah
Tidak ada sariawan
Mandiri
Awasi pemasukan diet atau
jumlah kalori, berikan
makanan sedikit dalam
frekuensi sering dan tawarkan
makan pagi paling besar
Berikan perawatan mulut
sebelum makan
Anjurkan makan pada posisi
duduk tegak
Makan banyak sulit untuk
mengatur bila pasien anoreksia
juga paling buruk selama siang
hari, membuat masukan
makanan yang sulit pada siang
hari
Menghilangkan rasa tak enak,
dapat meningkatkan nafsu
makan
Menurunkan rasa penuh pada
abdomen dan dapat
meningkatkan pemasukan
lemah dan pucat
Saat diperiksa
dalam mulut klien
terdapat banyak
sariawan.
Berat badan
sekarang 56 kg
(turun 3kg)
Saat ini klien sudah
menjalani kemoterapi
yang ketiga
Kolaborasi
Konsul pada ali diet, dukung
tim nutrisi untuk memberikan
diet sesuai kebutuhan pasien,
dengan masukan lemak dan
protein sesuai toleransi
Berikan obat sesuai indikasi :
-Antiemetik, cth:
Metalopramide (Regian),
Trimetobenzamid (Tigan)
Berguna dalam membuat
program diet untuk memenuhi
kebutuhan individu.
Hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi
penyakit yang ditandai
dengan :
DS : klien mengatakan
demam selama 5 hari tidak
turun meski sudah
Tujuan : Setelah dilakukan
perawatan selama 2x24 jam,
masalah Hipertermi berhubungan
dengan proses inflamasi penyakit
dapat berkurang.
Kriteria Hasil :
Demam dapat berkurang
Mandiri
Pantau suhu pasien
Pantau suhu lingkungan,batasi
atau tambahkan linen tempat
tidur,sesuai indikasi
Suhu 380c sampai 41oc
menunjukan proses penyakit
infeksius akut.
Suhu ruangan atau jumlah
selimut harus di ubah untuk
mempertahankan suhu
meminum obat
klien sudah menjalani
kemoterapi yang
ketiga
Do : Suhu = 38,4⁰C
Berikan kompres hangat,
hindari pengunaan alcohol.
Kolaborasi
Berikan antipiretik,misalnya
ASA(Aspirin),asetaminofen
(Tylenol)
mendekati normal,
Dapat membantu mengurangi
demam, dan penggunaan
alcohol menyebabkan
kedinginan, peningkatan suhu
secara actual dan alcohol dapat
mengeringkan kulit
Digunakan untuk mengurangi
demam dengan aksi sentralnya
pada hipotalamus meskipun
demam mungkin dapat berguna
dalam membatasi pertumbuhan
organism dan meningkatkan
autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi
Resiko cedera berhubungan
dengan perdarahan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam
Mandiri
-Perhatikan keluhan Dapat menunjukkan anemia
berkaitan dengan
trombositopenia yang
ditandai dengan :
DS : Orang tua klien
mengatakan pada
kulit tangan, kaki,
dan pipinya tampak
lebam-lebam
kebiruan
DO :
Trombosit 96.000 ml3
Klien juga sering
mimisan
Terdapat ruam-
ruam kebiruan pada
tangan, kaki dan
dada klien
resiko cedera tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Tidak terjadi perdarahan
Ruam kebiruan pada tangan, kaki
dan pipi berkurang
Klien tidak lagi mimisan
Jumlah trombosit dalam darah
mengalami peningkatan
peningkatan kelelahan,
kelemahan. Observasi
takikardia, kulit/ membrane
mukosa pucat, dispnea, dan
nyeri dada
-Observasi perdarahan terus-
menerus dari tempat
penusukan, perdarahan/area
ekimosis karena trauma kecil,
petekie; pembengkakan sendi
atau membrane mukosa,
contoh perdarahan gusi,
epistaksis
berulang,hematemesis,melena,
dan urin merah/berkabut
-Berikan sikat gigi halus,
pencukur elektrik; gunakan
jarum kecil bila mungkin dan
lakukan penekanan lebih lama
dan respon jantung untuk
mempertahankan oksigenasi sel
Perdarahan dapat terjadi
dengan mudah karena
kerapuhan kapiler. Gangguan
pembekuan dan dapat
memperburuk anemia.
Menurunkan resiko perdarahan/
pembentukan hematoma.
setelah penyuntikan/penusukan
vascular.
Kolaborasi
Awasi pemeriksaan
laboratorium : jumlah
trombosit, faktor pembekuan.
Berikan obat sesuai indikasi :
Sediaan besi, asam folat
(Folvite); sianokobalamin
(Betalin)
Hemastatik/penghambat
fibrinolisis, contoh asam
aminokaproik (Amicar)
Penekanan pembentukan
trombosit dan ketidakadekuatan
kadar faktor III dan VIII
mengganggu pembekuan dan
potensial resiko perdarahan.
Berguna untuk memperbaiki
gejala anemia berhubungan
dengan kekurangan nutrisi
karena dialysis.
Menghambat perdarahan yang
tidak reda secara
spontan/berespon terhadap
pengobatan biasa.
3.6 Implementasi
TANGGAL IMPLEMENTASI HASIL8/9/2014 Mandiri
Memberikan makanan sedikit dalam frekuensi sering
Menyiapkan sikat gigi dan air kumur sebelum makan
Membantu klien dengan posisi tegak pada saat makan
Kolaborasi
Melakukan konsultasi pada ahli gizi untuk pemenuhan nutrisi klien
Memberikan obat sesuai indikasi; Antiemetik
Pasien mau makan dengan porsi kecil tapi
sering
Pasien bersedia menggosok gigi sebelum
makan
Pasien bersedia diposisikan sesuai
instruksi perawat
Mual dan muntah klien sudah berkurang
setelah minum obat yang diresepkan
dokter dan dibantu pemulihan nutrisinya
oleh ahli gizi.
Mandiri
Memantau suhu pasien
Memantau suhu lingkungan, Membatasi penutup luar tubuh dan
memberikan kompres hangat
Kolaborasi
memberikan antipiretik; ASA (Aspirin)
Suhu tubuh menurun menjadi 37,60C
dengan membatasi penutup tubuh,
memperlancar sentilasi ruaangan,
menggunakan kompres hangat, dan
dengan member obat antipiretik.
Mandiri
Mengobservasi perdarahan terus-menerus dari tempat penusukan,
perdarahan/area ekimosis karena trauma kecil, petekie;contoh
perdarahan gusi, epistaksis berulang
-Memberikan sikat gigi halus, menggunakan jarum kecil bila mungkin
dan melakukan penekanan lebih lama setelah penyuntikan/penusukan
vascular.
Kolaborasi
Mengawasi pemeriksaan laboratorium : jumlah trombosit, faktor
-Epistaksis (mimisan) pada pasien
berkurang dari sebelumnya, tidak ada
perdarahan pada area tubuh lain.
-Pasien bersedia menggunakan sikat gigi
yang halus, perawat menggunakan jarum
kecil untuk meminimalisir terjadinya
perdarahan.
Jumlah trombosit sedikit mengalami
pembekuan.
Memberikan obat sesuai indikasi :
Sediaan besi, asam folat (Folvite); sianokobalamin (Betalin)
Hemastatik/penghambat fibrinolisis, contoh asam aminokaproik
(Amicar)
peningkatan
Pasien kooperatif dalam minum obat
3.7 Evaluasi
1. Diagnosa Nutrisi
S = Klien mengatakan sudah mulai berselera makan
Klien mengatakan sudah tidak merasa mual ataupun muntah
O = Wajah klien tampak rileks
Sariawan berkurang
A = Masalah teratasi sebagian
P = Lanjutkan Intervensi mengenai berat badan, dan sariawan.
2. Diagnosa Hipertermi
S = Klien mengatakan demam sedikit reda
O = S : 37,60C
A = Masalah teratasi
P = Intervensi dihentikan
3. Diagnosa Resiko Cedera
S = Orang tua klien mengatakan masih terdapat tanda
lebam kebiruan pada kulit tangan, kaki, dan pipinya
O = Perdarahan dari hidung (epitaksis) sudah berkurang
A = Masalah belum teratasi
P = Lanjutkan intervensi
BAB 1V
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa Leukemia
atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam, ditandai
oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Sel-sel normal di dalam
sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal atau abnormal. Sel abnormal ini
keluar dari sumsum dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atai darah tepi.
Sel leukemia mempengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan sel darah
normal dan imunitas tubuh penderita.
4.2 Saran
Disusunnya makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
Penyakit Leukemia beserta Asuhan Keperawatan pasien dengan leukemia bagi
para pembaca pada umumnya dan para mahasiswa khususnya mahasiswa
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik dan Andi Sulistyo Haribowo.2008.Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi.Jakarta:Salemba Medika
Doenges,Marilynn E,dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.Jakarta:EGC
Herdman,T.Heather.2012.Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-
2014.Jakarta:EGC
Recommended