View
2
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Maria Nia Daniati
NIM: 021124023
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2007
ii
SKRIPSI
MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU
YOGYAKARTA
Oleh:
Maria Nia Daniati
NIM: 021124023
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed. tanggal 13 September 2007
iii
SKRIPSI
MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU
YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Maria Nia Daniati
NIM: 021124023
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 26 September 2007
dan dinyatakan memenuhi syarat
SUSUNAN PANITIA PENGUJI
Nama Tanda Tangan
Ketua : Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed. ...................................
Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK. M. Pd ...................................
Anggota : 1. Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed. ...................................
2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK. ...................................
3. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. ...................................
Yogyakarta, 26 September 2007
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada
para pembina iman, pastor paroki dan teman-teman komunitas lektor
di Paroki Santo Antonius Kotabaru, Yogyakarta.
kekasih, sahabat, dan teman-teman seperjuangan
juga kepada mama, bapak dan kelima saudaraku
atas cinta, perhatian dan dukungannya yang meneguhkan
v
MOTTO
“Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.”
(Mazmur 23:1.3)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 13 September 2007
Penulis
Maria Nia Daniati
vii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA. Tujuan penulisan skripsi ini adalah memberikan sumbangan pemikiran kepada para pembina iman dalam mengembangkan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Selain itu, memberikan inspirasi bagi anggota komunitas lektor agar semakin menghayati tugas pelayanan dan peranannya sebagai penyampai Sabda Allah dalam perayaan liturgi.
Judul skripsi ini bertitik tolak dari realita yang menunjukkan suatu masalah. Di satu pihak anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru sebagai penyampai Sabda dalam perayaan liturgi. Tetapi di lain pihak mereka belum memiliki kebiasaan membaca dan mendengarkan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan realita tersebut maka persoalan mendasar yang digeluti dalam skripsi ini adalah bagaimana mengajak mereka agar memiliki kebiasaan membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka semakin menghayati tugasnya sebagai penyampai Sabda dalam perayaan liturgi.
Permasalahan tersebut diolah dalam lima bab dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analisis yang memanfaatkan studi pustaka, observasi dan wawancara. Bab I adalah pendahuluan yang menguraikan latar belakang penulisan, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bertitik tolak dari Bab I, Bab II berjudul “peranan lektor sebagai penyampai Sabda Allah bagi umat beriman”. Bab ini menguraikan lektor sebagai penyampai Sabda Allah, peranan Kitab Suci bagi lektor dan peranan Kitab Suci bagi umat beriman. Sedangkan, pada Bab III, penulis membicarakan mengenai komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru memaknai Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Bab ini membahas tentang gambaran umum komunitas lektor dan penelitian peranan Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Kemudian Bab IV, penulis memaparkan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Bab ini membahas mengenai gambaran umum katekese, upaya menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan melalui katekese, arah dasar katekese, model katekese dan usulan program katekese. Dan Bab V adalah penutup, penulis mengambil kesimpulan dan saran.
viii
ABSTRACT
The title of this thesis is HOW TO DO BIBLICAL CATECHESIS IN THE LECTORS’ COMMUNITY OF SAINT ANTHONY PARISH, YOGYAKARTA. The goal of the thesis is to help Christian to develop their faith in the biblical catechesis of the lectors’ community of St. Anthony parish, Yogyakarta. Besides that, the thesis wants to give some inspiration to the members of the lectors’ community how to fulfill their ministry and function as witness of the Word of God in the liturgical celebration. The title of the thesis based on the reality of the life of the community, which shows that there is a problem. On the one side as members of the lectors’ community they deliver to the Word of God in liturgy; on the other hand they are not used to read and listen to the Bible in their daily life. On the basis of this concrete situasion, the main problem discussed in this thesis is the question, how to get them to develop a habit of reading, meditating and living the Holy Scripture in their daily life, so that they experience their ministry as a witness to the Word of God. This problem is discussed in five chapters, using a descriptive-analytical method, which means library research, observation and interview. The first chapter is an introduction, which gives some information about the back-ground, a description of the problem itself, the goal of the thesis and its usefulness, and the method and systematic used. Starting from the first chapter, the title of chapter two is “The function of the lector as deliver of the Word of God to the faithful”. This chapter discusses the role of the lector as deliver of the Word of God and the meaning of Scripture for the faithful. What the meaning of Scripture in daily life is for the community of lectors in the St. Anthony parish, is discussed in the third chapter. This chapter tries to show what the community of lectors in St Anthony parish is, and how they reflect upon the role of Scriptures in the life of the lectors’ community. This chapter gives a general picture of catechesis, of the endeavor to find the meaning of Scripture in daily life through catechesis, the direction of this catechesis, a model and a proposal for a catechetical program. In chapter five, which is the last, the writer gives her conclusion and suggestion.
ix
KATA PENGANTAR
Pertama-tama, syukur dan trimakasih kepada Allah Bapa dan PutraNya Yesus
Kristus serta Roh Kudus atas berkat dan kasih setiaNya yang berlimpah kepada
penulis, sehingga dari awal perencanaan, penulisan hingga terselesainya penyusunan
skripsi dengan judul “MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB
SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO
ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA.” Skripsi ini diajukan untuk
memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan bagi para pembina iman di Paroki
St. Antonius Kotabaru Yogyakarta dalam mengembangkan katekese di komunitas
lektor.
Selama dalam proses penulisan skripsi ini, dari awal hingga selesai, penulis
banyak menerima bantuan, dukungan, doa dan perhatian yang meneguhkan dan
membangun dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed., sebagai dosen yang telah membimbing,
mengarahkan, dan mengoreksi penyusunan skrispsi ini.
2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK., selaku dosen wali sekaligus panitia penguji.
3. Dra. M. Yulia Supriyati, M.Pd., sebagai dosen pembimbing dalam penelitian
sekaligus sebagai penguji.
4. Dr. C.B. Putranta, SJ., sebagai dosen yang pernah membimbing, mengarahkan
dan mengkoreksi skripsi ini.
5. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan banyak pengetahuan, keterampilan, perhatian
dan cinta serta pelayanan kepada penulis selama menjalani masa studi sampai
selesai.
x
6. Para karyawan/ti di kampus IPPAK yang telah memberikan perhatian dan
dukungan dengan caranya masing-masing.
7. Bapak, mama dan saudara-saudaraku tercinta yang telah banyak memberikan
dukungan moral dan material.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002, untuk segala persahabatan dan
kebersamaan yang penuh suka dan duka.
9. Kekasihku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, semangat,
perhatian dan doanya.
10. Teman-teman komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru atas pengalaman
dan dukungannya.
11. Akhirnya kepada siapa saja yang tidak sempat penulis sebutkan namanya di sini
satu per satu yang telah membantu dan berbagi pengalaman hidup dengan penulis
selama menjalani masa studi. Dan tidak lupa penulis menghaturkan maaf kepada
semua saja atas segala kekhilafan dan kelemahan penulis baik lewat tutur kata,
sikap maupun tindakan.
Penulis menyadari, skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis membuka diri atas segala kritik yang membangun dari pembaca.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan pemikiran atau gagasan bagi semua pembaca dan khususnya
pembina iman di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.
Yogyakarta, 13 September 2007
Penulis,
Maria Nia Daniati
xi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL .................................................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... ii
PENGESAHAN ...................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN................................................................................................... iv
MOTTO .................................................................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. vi
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
ABSTRACT............................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI........................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................ 5
D. Manfaat Penulisan...................................................................................... 6
E. Metode Penulisan........................................................................................ 6
F. Sistematika Penulisan ................................................................................. 7
BAB II. PERANAN LEKTOR SEBAGAI PENYAMPAI SABDA ALLAH BAGI UMAT BERIMAN........................................................................ 8
A. Lektor Sebagai Penyampai Sabda Allah. ................................................... 8
1. Pengertian Lektor .................................................................................... 8
2. Fungsi Lektor Dalam Kehidupan Gereja ................................................ 9
3. Spiritualitas Lektor.................................................................................. 11
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Lektor ........................... 12
a. Lektor Dipanggil dan Dipilih Allah .................................................... 12
xii
b. Lektor Bagian Integral Liturgi ............................................................ 16
c. Lektor Bertanggungjawab atas Tugas Utamanya................................ 17
d. Lektor membaca Kitab Suci................................................................ 17
e. Lektor dalam Komunitas ..................................................................... 20
B. Peranan Kitab Suci Bagi Lektor ................................................................ 20
C. Peranan Kitab Suci Bagi Umat Beriman ................................................... 22
1. Pengertian Kitab Suci.............................................................................. 22
2. Kitab Suci Dalam Kehidupan Umat Beriman......................................... 26
a. Kitab Suci Ditulis Oleh dan Untuk Umat Beriman............................. 27
b. Kitab Suci Sebagai Inspirasi Hidup Umat Beriman............................ 29
c. Kitab Suci Sebagai Norma Iman Gereja ............................................ 31
BAB III KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU MEMAKNAI KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.. ...................................................................................... 34
A. Gambaran Umum Komunitas Lektor......................................................... 34
1. Sejarah Singkat Komunitas Lektor ......................................................... 35
2. Kedudukan dan Tugas Anggota Komunitas Lektor ............................... 36
3. Situasi Komunitas Lektor ....................................................................... 37
a. Keanggotaan Komunitas ..................................................................... 37
b. Kepengurusan Komunitas ................................................................... 38
c. Kegiatan-kegiatan Komunitas ............................................................. 39
B. Penelitian Peranan Kitab Suci Dalam Kehidupan Lektor Di Paroki
St. Antonius Kotabaru.............................................................................. 40
1. Metodologi Penelitian............................................................................. 41
2. Hasil Penelitian....................................................................................... 44
3. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................................. 50
4. Kesimpulan Hasil Penelitian................................................................... 62
xiii
BAB IV. KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU ........................................................................................ 65
A. Gambaran Umum Katekese ....................................................................... 65
1. Pengertian Katekese................................................................................ 65
a. Pengertian Menurut Catechesi Tradendae .......................................... 66
b. Pengertian Katekese Menurut Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan
Se-Indonesia (PKKI II) ....................................................................... 67
2. Tujuan Katekese ..................................................................................... 71
a. Tujuan Katekese Menurut Catechesi Tradendae ................................ 71
b. Tujuan Katekese Menurut PKKI II ..................................................... 72
B. Upaya Menggali Makna Kitab Suci Dalam Kehidupan Komunitas Lektor
Melalui Katekese ....................................................................................... 73
C. Arah Dasar Katekese .................................................................................. 74
D. Model Katekese.......................................................................................... 77
1. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese 78
2. Tiga komponen pokok dalam Shared Christian Praxis ......................... 80
a. Praxis .................................................................................................. 81
b. Christian.............................................................................................. 81
c. Shared.................................................................................................. 82
3. Langkah-langkah Shared Christian Praxis ............................................ 83
a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Faktual...................... 83
b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis Terhadap Praksis Faktual ................ 84
c. Langkah Ketiga: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani
Terjangkau........................................................................................... 84
d. Langkah Keempat: Interpretasi Dialektis antar Praksis dan Visi
Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani............................................ 85
e. Langkah Kelima: Keterlibatan Baru demi makin Terwujudnya
Kerajaan Allah ..................................................................................... 86
xiv
E. Usulan Tema Dan Program Katekese......................................................... 87
1. Tema dan Program Katekese .................................................................. 87
2. Satuan Pertemuan ................................................................................... 89
a. Identitas Katekese Shared Christian Praxis........................................ 89
b. Pemikiran Dasar. ................................................................................. 90
c. Pengembangan Langkah-langkah........................................................ 91
BAB V. PENUTUP............................................................................................... 99
A. Kesimpulan ........................................................................................... 99
B. Saran...................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 103
LAMPIRAN ......................................................................................................... 105
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian .......................................................................... (1)
Lampiran 2: Panduan Pertanyaan Wawancara...................................................... (2)
Lampiran 3: Hasil Wawancara.............................................................................. (3)
Lampiran 4: Matriks Program Katekese ............................................................... (34)
Lampiran 5: Lagu-lagu untuk Katekese............................................................... (36)
Lampiran 6: Bacaan Kitab Suci ............................................................................ (37)
xv
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci.
Singkatan-singkatan Kitab Suci dalam Lembaga Alkitab Indonesia. (2002).
Alkitab. LAI: Jakarta. Halaman vi.
B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja.
CT : Catechesi Tradendae
DV : Dei Verbum
C. Singkatan lain.
Art. : Artikel
Bdk. : Bandingkan
dll : dan lain-lain
GKS : Gedung Karya Sosial
KKN : Kuliah Kerja Nyata
KWI : Konferensi Wali Gereja Indonesia
NO : Nomor
PI : Pendalaman Iman
PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia
PKL : Praktek Kerja Lapangan
PPMB : Pola Penyampaian Materi Bacaan
S1 : Strata satu
S2 : Strata dua
sbb. : sebagai berikut
SCP : Shared Cristian Praxsis
Sdri : Saudari
Sdra : Saudara
xvi
SJ : Societas Jesu
SMU : Sekolah Menengah Umum
SPG : Sekolah Pendidikan Keguruan
St. : Santo
Tembul : Temu Bulanan Lektor
TV : Televisi
WIB : Waktu Indonesia Bagian Barat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Gereja terus-menerus menghimbau umatnya untuk membaca, merenungkan
dan menghayati Kitab Suci. Himbauan ini selalu kita dengar melalui kotbah setiap
minggu di gereja, dalam pertemuan-pertemuan di lingkungan maupun dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan. Himbauan ini juga disampaikan dalam Dokumen
Konsili Vatikan II khususnya Dei Verbum artikel 25:
Konsili Suci mendesak dengan amat sangat dan secara istimewa agar semua orang beriman, terutama para biarawan-biarawati, acap kali membaca Kitab-Kitab ilahi dan memperoleh ‘keunggulan pengetahuan Yesus Kristus’ (Fil.3,8). Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus. Maka hendaknya mereka dengan suka menghadap Kitab Suci sendiri, entah melalui lembaga-lembaga sendiri, entah melalui Liturgi Suci yang penuh dengan sabda-sabda ilahi, entah dengan bacaan saleh, entah melalui lembaga-lembaga yang baik untuk itu atau dengan bantuan lain, yang dengan persetujuan dan usaha para gembala Gereja dewasa ini di mana-mana tersebar dengan baik-baik. Himbauan ini tentunya memiliki maksud yaitu supaya dengan membaca
Kitab Suci umat beriman akan mampu melihat segala permasalahan hidup yang
sedang dihadapi dalam terang iman Kristiani. Umat beriman diajak untuk mampu
merenungkannya sehingga menemukan makna hidupnya sendiri. Hal ini ditegaskan
oleh Leks (1983:13) sebagai berikut: “umat beriman harus selalu merenungkan, apa
yang harus dibuang, dilepaskan dan apa yang perlu dipertahankan”. Memang Kitab
Suci tidak memberikan jawaban yang pasti atas persoalan hidup, tetapi Kitab Suci
2
memberi terang untuk memecahkan segala persoalan. Dengan membaca Kitab Suci
umat beriman semakin memiliki iman yang dewasa dan mendalam.
Tetapi kenyataan berbicara lain, walaupun himbauan untuk membaca Kitab
Suci terus-menerus didengungkan, kiranya masih banyak umat Katolik yang belum
pernah membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci. Seringkali penulis
mendengar komentar dari umat bahwa Kitab Suci adalah buku yang berat, susah
dipahami dan dimengerti. Selain itu ada juga umat yang mempertanyakan, apakah
Kitab Suci masih relevan bagi kehidupan saat ini? Munculnya berbagai anggapan
umat terhadap Kitab Suci ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat umat
untuk membaca Kitab Suci. Memang ironis bahwa Kitab Suci adalah buku iman
Katolik, tetapi umat katolik sendiri bersikap acuh tak acuh terhadap firman Tuhan
itu. Padahal hampir setiap keluarga Katolik memiliki Kitab Suci. Namun Kitab Suci
tersebut jarang digunakan, hanya menjadi benda pajangan yang jarang tersentuh atau
terbaca.
Dewasa ini banyak umat yang kurang mampu memaknai persoalan hidup,
sehingga menimbulkan kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran dalam hidup. Selain
itu, akhir-akhir ini di bumi Indonesia banyak terjadi bencana alam seperti gempa
bumi, gunung meletus, tanah longsor, banjir lumpur dll. Tentu saja hal itu
mengakibatkan banyak dari umat mengalami kerapuhan iman. Umat mulai
meragukan keberadaan Tuhan dan tidak mampu menerima kenyataan yang sedang
dihadapi. Kenyataan ini tentunya menimbulkan keprihatinan dari berbagai pihak
masyarakat dan termasuk diantaranya Gereja sendiri. Gereja harus menentukan
3
sikap dan mencari solusi untuk menghadapi kenyataan umat yang demikian. Salah
satu usaha Gereja adalah dengan diadakannya katekese yang bertujuan
membangkitkan dan memperkuat iman umat kepada Tuhan. Gereja juga
mempunyai cita-cita agar pembinaan dan penghayatan iman dimulai sejak dini dan
ditujukan kepada semua umat beriman. Dalam anjuran Apostolik Catechesi
Tradendae artikel 19, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan Katekese:
Katekese masih harus berusaha bukan saja untuk memantapkan serta mengajarkan iman, tetapi juga untuk tiada hentinya membangkitkan iman dengan bantuan rahmat, untuk membuka hati para peserta, untuk mempertobatkan, serta menimbulkan sikap penyerahan diri seutuhnya kepada Yesus Kristus. Hal ini berarti bahwa katekese perlu dilakukan secara terus-menerus agar
iman senantiasa dibaharui. Maka setiap komunitas Gereja bertanggung jawab untuk
kelangsungan kehidupan iman Gereja. Untuk itu umat beriman tetap membutuhkan
pembinaan iman sepanjang hidup dan tidak pernah akan selesai.
Komunitas Lektor adalah salah satu komunitas kategorial di Paroki St.
Antonius Kotabaru. Komunitas lektor ini beranggotakan kaum muda dan didampingi
oleh seorang Frater dari Societas Jesu (SJ). Kehadiran para lektor ini dirasa sangat
penting guna membantu tugas pelayanan imam dan terlebih bagi umat yang hadir
dalam perayaan Ekaristi. Namun ternyata muncul keprihatinan dari Romo dan
umat mengenai peranan lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Seringkali anggota
lektor mendapat teguran dan komentar dari Romo dan umat. Teguran dan komentar
ini biasanya menyangkut tanggungjawab sebab petugas lektor seringkali tidak hadir
untuk melaksanakan tugas yang telah dijadwalkan. Selain itu juga menyangkut cara
4
dan gaya lektor dalam membaca Kitab Suci. Isi Kitab Suci kurang jelas didengar
oleh umat; umat merasa terganggu dengan gaya dan cara membaca seperti presenter
TV atau radio. Adanya beberapa teguran dan komentar terhadap lektor ini
menunjukkan bahwa kurang ada kesadaran akan tanggungjawab, kurang persiapan
membaca, merenungkan, dan menghayati Kitab Suci.
Padahal, idealnya seorang lektor diharapkan tidak sekedar membaca,
melainkan membacakan (bisa didengar oleh umat) dan menyampaikan
(memberikan) Sabda Allah kepada umat, agar sabda Allah tidak hanya didengar
tetapi dimengerti, dipahami dan diresapkan ke dalam hati sanubari dan akhirnya
dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Supaya dapat membacakan dan
menyampaikan sabda Allah dengan baik seorang lektor perlu latihan terus menerus.
Latihan ini menyangkut latihan teknik membaca, merenungkan dan menghayati isi
Kitab Suci, sebagaimana diungkapkan oleh Roesdianto (2005:45) sebagai berikut:
Lektor tak pernah lepas atau berhenti membaca dan memahami ayat-ayat Kitab Suci setiap hari, sehingga jiwanya selalu disejukkan, disegarkan dan dihidupkan oleh Kitab Suci. Dengan demikian, setiap hari lektor selalu disukmai Kitab Suci. Kitab Suci menjadi sumber kekuatan hidup sehari-hari, seharusnya dimiliki
oleh masing-masing anggota lektor untuk dipelajari dengan membaca, merenungkan
dan menghayati. Untuk mempelajari Kitab Suci tidak cukup hanya dipelajari sendiri,
tetapi lektor perlu mengadakan kelompok Kitab Suci dan bersama-sama
mempelajarinya dalam bentuk katekese. Dengan demikian iman seorang lektor
5
diperbaharui, berkembang dan senantiasa dijiwai oleh Kitab Suci baik di dalam tugas
maupun dalam kehidupannya.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis merasa terpanggil
untuk mengangkatnya dalam sebuah skripsi. Untuk skripsi ini penulis mengambil
judul: “MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM
KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS
KOTABARU YOGYAKARTA”.
B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan di atas, maka masalah
tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa peranan Kitab Suci bagi seorang lektor?
2. Bagaimana seorang lektor memaknai Kitab Suci di dalam hidupnya sehari-hari?
3. Bagaimana mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan anggota
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru?
C. Tujuan Penulisan.
1. Membahas dan memaparkan peranan Kitab Suci bagi anggota komunitas Lektor.
2. Mengetahui bagaimana seorang lektor mampu memaknai Kitab Suci dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari di
komunitas lektor Paroki St. Antonius Kotabaru.
6
4. Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
D. Manfaat Penulisan.
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan gagasan bagi para pembina iman di Paroki St.
Antonius Kotabaru dalam mengembangkan katekese Kitab Suci di komunitas
lektor.
2. Memberikan inspirasi bagi anggota komunitas lektor dalam menghayati tugas
pelayanan dan peranannya sebagai penyampai Sabda Allah.
3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam merencanakan, meneliti dan membuat
program penelitian tentang Katekese Kitab Suci di komunitas lektor.
E. Metode Penulisan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analisis.
Metode ini adalah membahas dan memaparkan hasil pengamatan langsung
(observasi). Guna mendukung teori, penulis memanfaatkan studi pustaka.
Kemudian, penulis membuat penelitian sederhana dengan metode survai
menggunakan instrumen wawancara yang topiknya bersumber dari rumusan
masalah.
7
F. Sistematika Penulisan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi lima Bab. Adapun
pokok-pokok ke-5 Bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab I merupakan
pendahuluan. Pendahuluan ini meliputi; latar belakang penulisan, rumusan
permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Di dalam Bab II, penulis membahas tentang peranan lektor sebagai
penyampai Sabda Allah bagi umat beriman. Dalam pemaparannya penulis membagi
menjadi tiga sub pokok bahasan yaitu lektor sebagai penyampai Sabda Allah,
peranan Kitab Suci bagi lektor dan peranan Kitab Suci bagi umat beriman.
Pada Bab III, penulis akan mengkaji mengenai komunitas lektor di Paroki St.
Antonius Kotabaru memaknai Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pemaparannya, penulis membagi menjadi dua sub pokok bahasan yaitu gambaran
umum komunitas lektor dan penelitian peranan Kitab Suci dalam kehidupan
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru.
Sedangkan Bab IV, penulis akan membicarakan katekese tentang Kitab Suci
dalam kehidupan komunitas lektor. Pembahasan tentang katekese ini akan
dipaparkan dalam lima sub pokok bahasan yaitu gambaran umum katekese, upaya
menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan melalui katekese, arah dasar katekese,
model katekese dan usulan program katekese.
Dan dalam Bab V adalah penutup, penulis mengambil kesimpulan dan saran
8
BAB II
PERANAN LEKTOR SEBAGAI PENYAMPAI SABDA ALLAH
BAGI UMAT BERIMAN
A. Lektor Sebagai Penyampai Sabda Allah.
1. Pengertian lektor.
Kata lektor berasal dari bahasa Latin lectio yang artinya pembacaan. Maka
lektor artinya pembaca atau yang membacakan. Selain itu kata lectio diartikan
sebagai bacaan. Pengertian lektor dalam arti khusus adalah seorang pria yang
diberkati dan dilantik oleh uskup untuk membacakan Sabda Tuhan memang
menunjuk pada petugas membaca Kitab Suci selain bacaan Injil dalam perayaan
liturgi. Sedangkan pengertian lektor secara umum lebih menunjuk kepada pengertian
lektor yang biasa dikenal oleh umat dan sangat akrab di mata umat. Pengertian
lektor ini adalah seorang pria maupun wanita yang bertugas untuk membacakan
Kitab Suci (selain Injil), doa umat dan pengumuman di gereja (Roesdianto, 2005:
19). Dengan demikian, baik dalam arti khusus maupun umum pengertian lektor tetap
menunjuk kepada petugas untuk membacakan Kitab Suci selain Injil. Namun dalam
tulisan ini, penulis secara khusus akan membahas pada pengertian lektor secara
umum.
Lektor mempunyai tugas membacakan yaitu bisa didengar oleh umat dan
menyampaikan Sabda Allah kepada umat beriman dalam perayaan liturgi. Dalam
perayaan liturgi Kitab Suci mempunyai fungsi yaitu sebagai sarana yang membantu
9
umat untuk bisa bertemu dengan Allah. Umat mampu bertemu dengan Allah yang
menyelamatkan dalam perayaan liturgi, hal ini berarti bahwa tujuan dari perayaan
liturgi tercapai. Maka jelas bahwa tugas seorang lektor adalah membacakan dan
menyampaikan Sabda agar umat bisa mendengarkan, menerungkan dan menghayati
Sabda dalam kehidupannya. Menurut Waskito (1981: 5) lektor atau pembaca adalah
seorang petugas penting dalam perayaan liturgi.
Dari ungkapan di atas jelas bahwa lektor mempunyai kedudukan di dalam
Gereja. Lektor membaca Kitab Suci artinya lektor adalah seorang pewarta Sabda.
Maka menjadi salah seorang pewarta Sabda lektor secara khusus dan secara resmi
dilantik oleh Gereja. Dengan dilantik berarti lektor mempunyai keluhuran martabat
yaitu sebagai penyambung lidah Allah karena melalui diri dan mulutnya Allah
sendiri berbicara dan menyapa umatNya. Maka seorang lektor perlu mendapat
berbagai macam pembinaan dan pelatihan yang berkesinambungan (Martasudjita,
1999:48-49).
2. Fungsi Lektor Dalam Kehidupan Gereja.
Tugas pelayanan lektor merupakan tugas penting bagi Gereja. Kehadiran
lektor dirasa sangat membantu umat agar bisa mendengarkan Sabda dengan baik.
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rom.
10:17). Lektor membantu menumbuhkembangkan iman umat karena dengan
mendengarkan Sabda umat dipertemukan dengan Allah sehingga umat semakin
mengenal-Nya, mencintai dan mengikuti-Nya dengan setia. Maka suatu tugas mulia
10
di mana lektor sebagai orang yang percaya kepada Allah, telah dibabtis dan menjadi
pengikut Yesus memiliki kesadaran akan tanggungjawabnya sebagai orang beriman
yaitu dengan meneruskan tugas pewartaan. Walaupun tugas pewartaan merupakan
tugas umum Gereja, namun kehadiran lektor sebagai pembaca Sabda bagi Gereja
dirasa sangat perlu.
Dengan melihat kebutuhan Gereja; untuk membantu pewartaan Sabda,
mendorong Gereja untuk membentuk Ministeria (pelayanan) untuk melayani seluruh
jemaat dan masyarakat. Salah satu tugas pelayanan tersebut adalah pewartaan Sabda
oleh lektor di paroki-paroki, guna pewartaan Sabda Allah yang lebih ‘profesional’.
Tugas pelayanan lektor dibentuk untuk mengaktifkan dan menghidupkan kembali
ministeria kaum awam (Leba & John, 1994:10-11).
Lektor adalah seorang pembaca Kitab Suci selain Injil. Menjadi seorang
Lektor adalah suatu tugas pelayanan liturgis. Tugas pelayanan lektor diberikan
melalui pelantikan, walaupun masih banyak lektor di paroki-paroki yang
menjalankan tugasnya tidak atas dasar pelantikan, melainkan atas dasar penunjukan
aktual dan terus-menerus. Namun untuk menjadi lektor yang “profesional”, perlu
dipersiapkan agar dapat membaca Sabda dengan baik. Kehadiran Lektor dirasa
sangat membantu Sabda yang dibacakan bisa didengarkan dengan telinga, ditangkap
dengan akal budi dan diresapkan ke dalam hati. (Pareira, editor KWI, 1991:54-55).
11
3. Spiritualitas Lektor.
Menjadi lektor merupakan tugas mulia. Lektor menjadi bagian integral
dalam perayaan Liturgi. Dalam perayaan liturgi lektor hadir sebagai perwakilan
Allah yang mewartakan Sabda. Menjadi lektor bukanlah tugas yang dilakukan hanya
dengan sekedar membacakan Kitab Suci. Tetapi lektor benar-benar dapat membantu
umat untuk merasakan dan mengalami Sabda itu sendiri. Umat yang mendengarkan
pembacaan Kitab Suci dapat merasakan kehalusan dan kekuatan Kitab Suci di dalam
hatinya (Pareira, kutipan dari OLM no. 55, editor KWI, 1991:55).
Untuk dapat membacakan Kitab Suci dengan baik, lektor sendiri harus
mengimani apa yang dibacakannya. Kitab Suci adalah Sabda Allah berarti Allah
yang bersabda. Maka sebelum menyampaikan Sabda itu, terlebih dahulu ia harus
menjadi pendengar Sabda (Pareira, editor KWI, 1991:57). Akrab dengan Sabda
Kitab Suci, melakukan dialog dengan Kitab Suci, dengan cara membaca, menggulati
dan merenungkan pesan-pesannya merupakan jalan utama untuk berjumpa dengan
Tuhan, mengalami kasihNya dan dengan cara itu akan memperoleh inspirasi baru
untuk menghayati imannya di dalam situasi hidup sehari-hari (Heryatno Wono
Wulung, 1999:3). Lektor harus percaya dan mampu memberikan kesaksian imannya
kepada umat di sekitarnya. Memberikan kesaksian iman berarti mampu menjalani
hidup berdasarkan nilai-nilai imannya, baik di dalam masyarakat, komunitas,
keluarga dan dengan siapa saja ia berinteraksi. Memberi kesaksian iman juga berarti
lektor tampil di depan mimbar altar gereja tidak untuk mencari pujian atau celaan. Ia
harus tampil percaya diri, mengucapkan kata-kata dengan pasti dan yakin. Dia juga
12
mengabdi kepada pimpinan liturgi yaitu pastor yang memimpin perayaan liturgi.
Mengabdi bukan hanya melaksanakan apa saja yang ditugaskan, tetapi dengan
kesadaran penuh seorang lektor melaksanakan tugasnya sesuai dengan perannya
yaitu penyambung lidah dan perwakilan diri Allah yang nyata hadir dalam SabdaNya
(Diktat pembekalan lektor Gereja St. Antonius Kotabaru, 2005:7).
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Lektor.
Seorang lektor atau pembaca Sabda yang profesional, tidak cukup hanya bisa
membaca. Namun ada beberapa hal yang perlu disadari dan dimiliki oleh seorang
lektor yaitu:
a. Lektor Dipanggil dan Dipilih Allah.
Untuk menjadi seorang lektor bukan suatu paksaan, tetapi terlahir dari niat
yang sungguh-sungguh dan secara sadar. Adanya dorongan batin dan kesadaran
untuk melaksanakan tugas yaitu sebagai pembaca Sabda Allah. Sabda yang
dibacakan merupakan Sabda kebenaran dan petunjuk/tuntunan untuk berbuat baik.
Seperti yang diungkapkan oleh St. Paulus (2 Tim 3:16-17), yaitu:
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. Sabda Allah yang dibacakan berguna untuk membuka hati umat beriman
untuk memperoleh petunjuk dan kebenaran yang sesuai dengan kehendak Allah.
13
Maka menjadi lektor harus siap dengan tugasnya yang merupakan kehendak dari
Allah sendiri.
Kesadaran bahwa Sabda yang disampaikan adalah Sabda kebenaran, maka
seorang lektor juga perlu dibina dan dilatih secara terus-menerus secara terarah, agar
pengetahuan, keterampilan dan penghayatan sungguh bisa diandalkan untuk mampu
menyampaikan kebenaran dengan baik (Leba & John, 1994:11). Maka untuk
menjadi seorang penyampai Sabda yang baik dan profesional seorang lektor harus
mendapat tiga macam pembinaan yaitu:
1) Pembinaan Biblis
Pembinaan Biblis sangat membantu seorang lektor agar dapat mengerti
bacaan menurut konteksnya dan menangkap inti berita wahyu dalam terang iman.
Hendaknya pembinaan dilakukan secara terus-menerus, namun yang dibutuhkan
lebih dari pembinaan agar lektor mampu mengerti isi bacaan yang disampaikan.
Dalam pembinaan, ada banyak hal mendasar yang perlu disampaikan dan diketahui
oleh seorang lektor yaitu:
a) Pemahaman dasar mengenai Kitab Suci yang meliputi:
Arti, maksud dan peranan Kitab Suci dalam kehidupan Gereja.
Konsep tentang wahyu dan iman.
b) Sejarah terjadinya Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru.
14
c) Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (terutama Kisah Para
Rasul, Surat-surat dan Kitab Wahyu) selain Injil supaya disampaikan secara lebih
mendalam.
d) Pedoman membaca Kitab Suci.
Dari beberapa hal pokok di atas sangatlah perlu disampaikan kepada lektor
sebagai modal awal untuk menjadi penyampai Sabda. Dari proses pembinaan
tersebut ada hal yang mau dicapai antara lain: lektor dapat membedakan bab dan
ayat, menyebutkan nama dan jenis buku dengan tepat. Tetapi yang lebih terpenting
adalah bahwa lektor mengerti isi bacaan dan mengimani apa yang dibaca. Untuk
bisa mengimani dan mengerti apa yang dibaca maka lektor perlu membuka diri dan
hati terhadap Sabda dalam Kitab Suci. (Pareira, 1991:55-56.)
Seorang lektor bukanlah seseorang yang dituntut untuk menjadi alhi Kitab
Suci. Tetapi perlu disadari bahwa tugas lektor adalah tugas yang mulia, artinya
lektor dalam menjalankan tugasnya tidak bisa dianggap remeh dan ringan. Perlu ada
pembinaan cukup dan terus-menerus agar Sabda yang disampaikan menjadi Sabda
yang berdaya guna; didengar melalui telinga, direnungkan di dalam hati dan dihayati
dalam kehidupan. Sabda yang disampaikan dapat membantu umat untuk bertemu
dengan Tuhan yang menyelamatkan sehingga tujuan dari perayaan liturgi dapat
tercapai.
15
2) Pembinaan Liturgis
Pembinaan liturgis ini dimaksudkan agar memberikan sekedar kemampuan
kepada pada lektor untuk memahami makna dan tata susunan liturgi Sabda serta
dasar-dasar hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi. Maka ada beberapa hal
pokok yang perlu disampaikan dan diketahui oleh lektor yaitu:
a) Pengertian liturgi Sabda.
b) Peranan Sabda dalam liturgi.
c) Hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi.
d) Peranan lektor dalam liturgi.
e) Susunan tata cara liturgi
f) Penanggalan Liturgi,Warna Liturgi, dan Tahun Liturgi
g) Sikap-sikap Liturgi.
Beberapa materi pokok pembinaan di atas sangat membantu seorang lektor
untuk mengerti dan memahami liturgi, sehingga mampu menempatkan diri sebagai
lektor yang merupakan petugas integral yang membantu kelancaran dan tujuan
perayaan liturgi.
3) Pembinaan Teknis.
Pembinaan teknis bertujuan meningkatkan seni membaca para lektor di
hadapan umat, baik tanpa maupun dengan bantuan pengeras suara (Bdk. Pareira,
1991:55-60). Ada banyak macam pembinaan teknis antara lain:
a) Latihan vokal.
16
b) Latihan kecepatan (intonasi).
c) Latihan pernafasan.
d) Latihan pemakaian suara
e) Penampilan.
f) Latihan penggunaan mike.
Ketiga jenis pembinaan di atas merupakan hal yang sangat mendasar, yang
harus diberikan kepada lektor untuk meningkatkan kualitas lektor sebagai yang
diutus Allah untuk menyampaikan kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan agar
umat beriman mendengarkan, percaya dan melaksanakannya.
b. Lektor Bagian Integral Liturgi.
Seorang penyampai Sabda Allah harus dilantik oleh Gereja setempat.
Pelantikan dilakukan oleh Uskup atau Romo yang berwenang dan disaksikan oleh
umat (Martasudjita, 1999:48-49). Dengan dilantik lektor menjadi petugas penting
dan mulia dalam perayaan liturgi karena menyampaikan Sabda Allah.
Lektor memiliki tugas mulia yaitu penyampai Sabda Allah. Oleh karena itu,
lektor tidak dapat berdiri sendiri atau melepaskan diri, menurut selera sendiri,
terpisah dari seluruh rangkaian upacaya liturgi Ekaristi. Lektor selaku pribadi dalam
tugas juga menyatu dengan petugas lain dalam liturgi. Ia wajib mematuhi aturan
yang ada dan berlaku secara umum dalam liturgi.
17
c. Lektor Bertanggungjawab atas Tugas Utamanya.
Sebagai Penyampai Sabda Allah, lektor memiliki tanggungjawab moral
religus yang serius, lahir dan batin. Maka lektor wajib memperhatikan diri dan
menatanya secara layak untuk melaksanakan tugas dan kewajiban utamanya. Ia
memperhatikan penampilan dan busana yang layak, sopan serta rapi. Ia juga harus
berlatih terus menerus untuk mempersiapkan diri menjadi penyampai Sabda yang
baik. Walaupun lektor terhimpun di dalam komunitas, namun dalam pelaksanaan
tugas yang sudah dijadwalkan, lektor wajib melaksanakannya dengan baik. Apabila
lektor berhalangan, maka cepat-cepat untuk mencari penganti. Dan apabila ia tidak
dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di dalam konunitas
hendaknya dikomunikasikan karena alasan yang bertanggungjawab. Dengan
demikian lektor mampu mempertanggungjawabkan diri secara pribadi terhadap tugas
dan kewajibannya di dalam komunitas terutama tugasnya sebagai Penyampai Sabda
Allah.
d. Lektor membaca Kitab Suci.
Tugas lektor adalah menyampaikan Sabda kepada umat beriman dalam
perayaan liturgi. Agar warta Sabda Kitab Suci bisa sampai kepada umat beriman,
maka perlu dibacakan kepada umat yang berkumpul (Waskito, 1981:34). Lektor
bukan hanya seorang petugas yang membacakan Kitab Suci, tetapi terlebih bahwa
seorang lektor adalah penyampai warta Kitab Suci dalam perayaan liturgi. Membaca
Kitab Suci artinya bahwa seorang lektor tidak sekedar mengucapkan tulisan, juga
18
tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Maka seorang lektor
sebelum bertugas perlu melakukan tiga langkah persiapan, yaitu:
1) Lektor Membaca Secara Fisik.
Kata membaca di sini diartikan sebagai membaca secara fisik atau
perkenalan terhadap bentuk visual dan fisik Kitab Suci. Ini berlaku lebih-lebih bagi
lektor junior, tetapi bukan berarti tidak berlaku untuk yang senior. Lektor junior
perlu dibekali untuk dapat melihat, mengamati dan mencermati bentuk fisik, struktur
dan isi Kitab Suci. Lektor juga bisa membedakan antara Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Kitab Suci Perjanjian Baru serta Kitab Suci Katolik dan bukan Katolik.
Dengan demikian seorang lektor akan terbiasa untuk melakukan hal yang sama di
dalam mempersiapkan diri sebelum bertugas. Lektor bisa menyiapkan sendiri
bacaan yang akan digunakan berdasarkan kalender Liturgi. (Roesdianto, 2005: 47).
2) Lektor Membaca dalam Hati.
Di sini lektor tidak hanya mengamati bentuk fisik, tetapi juga mulai menelaah
isinya. Inilah yang dikatakan dengan membaca di dalam hati. Selaras dengan sikap
mendalami, dalam langkah kedua ini sudah masuk ke dalam proses pendalaman
materi bacaan Sabda Allah. Dalam proses pendalaman ini lektor perlu penyerahan
diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan iman dan kerinduan hati, lektor menerima
hikmat dari Tuhan. Proses pendalaman ini meliputi: menggali, menganalisis,
menafsir, mengimajinasi, merasakan, mengindra dan menghayati bacaan tersebut.
19
Lektor bisa dibantu dengan cara menuliskan kembali teks yang menjadi bahan
bacaan. Dalam proses ini juga lektor perlu ada tuntunan pertanyaan yang dapat
membantu sebagai berikut (Bdk. Roesdianto, 2005:52-53):
a) Dari mana bacaan itu diambil?
b) Apa jenis karya sastranya?
c) Apa tema pokoknya?
d) Bagaimana latar belakang situasi dan inti isinya?
e) Apa yang dapat kita bayangkan?
f) Bagaimana struktur kalimatnya, berapa jumlah kalimat seluruhnya dan apa kata
kunci dari kalimat tersebut?
g) Apa yang ingin disampaikan dengan kutipan ini?
h) Apa pola penyampaian materi bacaan (PPMB) tersebut?
Semua pertanyaan penuntun di atas sifatnya adalah membantu, maka lektor
tidak perlu merasa kecewa atau merasa diri gagal bila tidak bisa menemukan
jawaban yang tepat dari pertanyaan di atas, tetapi biarkanlah hal itu terjadi. Tidak ada
seorangpun yang mampu menyelami maksud dan rencana Tuhan dengan sempurna.
“Manusia pertama tidak mengetahuinya dengan sempurna, dan yang terakhir pun
tidak sampai menyelaminya pula” (Sir 24:28). Karena sesuatu yang tidak kita
mengerti saat ini kerapkali terjadi di dalam pengalaman hidup kita (Pareira, 2006:23
– 24).
20
3) Lektor Membaca Bersuara.
Langkah ketiga ini adalah langkah di mana lektor membaca Sabda dengan
suara atau bisa disebut lektor membaca lisan (oral). Pada langkah ini lektor memberi
perhatian pada kalimat dan kata-kata. Hal ini sangat membantu dalam pengucapan
kata-kata; cepat lambat dan keras lembut. Tujuan dari langkah ini adalah:
a) Meneliti ketepatan ucapan suara/mulut kita atas huruf/kata tulisan yang kita baca,
benar atau keliru.
b) Melancarkan pengucapan dan pelafalan kata-kata.
c) Mengukur intensitas (power) atau kelantangan suara.
d) Mencermati kejelasan artikulasi ucapan dan pengejaan.
e) Mencermati perbendaharaan warna dan nada suara/ucapan atas huruf dan kata-
kata.
Ketiga langkah di atas akan sangat membantu seorang lektor di dalam
mempersiapkan bacaan yang akan digunakan untuk bertugas. Melalui proses ketiga
langkah tersebut, seorang lektor akan terbantu untuk menjiwai seluruh isi bacaan,
karena lektor tidak membaca sabda lektor, tetapi Sabda Allah.
e. Lektor dalam Komunitas.
Para lektor terhimpun dalam suatu wadah yang disebut sebagai komunitas.
Komunitas terbentuk karena setiap orang saling membutuhkan antara yang satu
dengan yang lain. Komunitas merupakan tempat di mana kita hidup, tumbuh, dan
21
berkembang (Martasudjita, 2001:11). Supaya menjadi hidup, tumbuh dan
berkembang perlu adanya semangat dan Roh yang mempersatukan setiap anggota.
Komunitas lektor merupakan komunitas Kristiani yang membantu dalam
tugas pelayanan Sabda. Komunitas Kristiani yang ideal adalah komunitas yang
disatukan dan dihidupi oleh iman akan Yesus berkat pencurahan Roh Kudus. Maka
apa yang dilakukan adalah: bertekun dalam pengajaran para rasul (Martasudjita,
2001:40). Begitu pula komunitas lektor, harus selalu dihidupi oleh Sabda agar
semakin dipersatukan di dalam iman akan Yesus, melalui kegiatan-kegiatan seperti
pendalaman Kitab Suci, pertemuan rutin setiap bulan, dll. Dengan demikian seluruh
anggota komunitas semakin dipersatukan dan diperkembangkan imannya akan
Yesus.
B. Peranan Kitab Suci Bagi Lektor.
Kitab Suci tidak akan berperan kalau seorang lektor tidak pernah membaca,
merenungkan dan menghayati Kitab Suci. Membaca, merenungkan dan
menghayati/menjiwai Kitab Suci tidak dilakukan hanya ketika akan dan sedang
bertugas. Seorang lektor adalah bagian dari anggota umat beriman yang percaya
bahwa Kitab Suci merupakan ungkapan kesaksian iman umat yang percaya kepada
Allah. “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya”
(Rm.1:16). Kitab Suci berisi Sabda kebenaran yang menuntun kehidupan manusia
untuk bisa berjumpa dengan Allah yang memberikan kehidupan. Umat manusia
22
selalu dihidupi, disemangati dan didorong untuk selalu hidup dalam pengharapan
iman. Kitab Suci menjadi santapan jiwa yang memberikan kekuatan.
Seorang lektor seharusnya menjadikan Kitab Suci makanan jiwa dan menjadi
santapan dalam hidupnya. Lektor bukanlah orang yang anti dan asing terhadap Kitab
Suci. Maka setiap lektor seharusnya memiliki, menghidupi dan mengaktualkan
Sabda Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghidupi dan
mengaktualkan Sabda seorang lektor selalu mendapatkan kekuatan di kala
menghadapi persoalan dan diberi pengharapan serta dimantapkan dalam meneruskan
tugas pewartaan.
Dari Kitab Suci diperoleh inspirasi, tuntunan dan arahan hidup untuk semakin
menumbuhkan iman kepercayaan kepada Tuhan. Lektor tidak pernah lepas atau
berhenti untuk membaca, merenungkan dan menjiwai Kitab Suci, sehingga jiwanya
selalu disejukkan, disegarkan dan dihidupkan oleh Sabda Kitab Suci. Dengan
demikian, setiap hari seorang lektor selalu dijiwai Kitab Suci (Roesdianto, 2005:45).
C. Peranan Kitab Suci Bagi Umat Beriman.
1. Pengertian Kitab Suci.
Setiap agama memiliki Kitab Sucinya masing-masing dan pengertiannya.
Kitab Suci dari masing-masing agama tersebut tentunya sangat dipengaruhi oleh latar
belakang agama yang bersangkutan. Pengertian dan pemahaman Kitab Suci umat
Katolik mempunyai corak tersendiri. Kitab Suci adalah buku yang sangat dihormati
oleh umat Katolik, karena merupakan buku sejarah iman Gereja. Pengertian Kitab
23
Suci sangat jelas dikemukakan oleh Suharyo dalam bukunya Membaca Kitab Suci,
Paham-Paham Dasar (1991: 17), sebagai berikut:
Kitab Suci adalah kesaksian iman Israel (Perjanjian Lama) dan Gereja dengan mengingat paham Kristen tentang wahyu. Wahyu bukan Kitab Suci tetapi pribadi Allah sendiri yang nyata kepada kita dalam diri Yesus Kristus.
Dengan mengatakan Kitab Suci adalah wahyu Allah berarti Kitab Suci
bukanlah sebuah buku yang turun dari langit tetapi adalah pribadi Allah yang
berkenan menyatakan diriNya melalui pengalaman hidup beriman umat Israel dan
Gereja Perdana. Pengertian Kitab Suci juga secara jelas didefinisikan oleh Leks
(1996:10), dalam bukunya Mengenal ABC Kitab Suci adalah:
Sekumpulan buku yang oleh Gereja diyakini telah terinspirasikan oleh Allah dan dijadikan kanon (daftar resmi), sehingga di dalamnya tercakup Wahyu Ilahi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang berperan sebagai patokan iman dan kelakuan Kristen, sedangkan keseluruhannya merupakan kesaksian iman umat Allah Perjanjian Lama dan Gereja Para Rasul. Keyakinan Gereja bahwa Kitab Suci bukanlah buku yang diturunkan dari
langit atau dari surga berarti Kitab Suci adalah sekumpulan buku yang terbuat di
dunia ini dalam proses yang lama, yang sekarang diyakini sebagai Kitab Suci dan
mencakup Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Proses terjadinya Kitab Suci
dimulai sekitar tahun 1250 sebelum Masehi dan berakhir sekitar tahun 50-70 masehi
Keyakinan ini sangat jelas membedakan pengertian Kitab Suci umat Kristiani dengan
Kitab Suci agama lain.
Isi Kitab Suci merupakan Sabda Allah karena merupakan inspirasi Allah
sendiri. Allah sendiri hadir menyatakan diri-Nya dalam peristiwa hidup bangsa
24
Israel dan Gereja Perdana. Allah yang menghendaki terjadinya Kitab Suci dengan
mempergunakan para pengarang Kitab Suci (Banawiratma,1986: 30-32).
Kitab Suci ditulis oleh orang-orang beriman yang mampu mengartikan
sejarah panjang bangsa Israel. Para Penulis mendapat dorongan dari Allah melalui
Roh KudusNya; “Roh kebenaran akan Ku-utus kepadamu: Ia akan memimpin kamu
ke dalam seluruh kebenaran” (Yoh. 16:13). Ungkapan ini diimani oleh Gereja sampai
saat ini. Selain manusia, Kitab Suci juga memiliki pengarangnya yang utama yaitu
Roh Kudus yang adalah Roh kebenaran yang mampu menghantarkan manusia
kepada keselamatan. Kitab Suci juga diyakini Gereja telah terinspirasikan Allah
dalam RohNya. Allah memberi diriNya sendiri kepada manusia dalam diri Yesus
dan dalam diri Roh-Nya yang kudus (Leks, 1983:43). Ini berarti bahwa Allah turut
campur tangan dalam terciptanya Kitab Suci. Allah terlibat secara aktif dalam
keseluruhan proses terjadinya Kitab Suci mulai dari Kitab Suci Perjanjian Lama
sampai Kitab Suci Perjanjian Baru.
Kitab Suci Perjanjian Lama yang sekarang kita miliki pada mulanya berupa
kumpulan cerita-cerita, sajak-sajak, dan kisah-kisah tentang pengalaman bangsa
Israel dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan. Salah satu tonggak sejarah
keselamatan adalah peristiwa Allah yang mengantar umatNya keluar dari Mesir.
Tindakan penyelamatan Allah itu menjadi inti dari Perjanjian Lama. Dalam sejarah
Israel diceritakan bahwa bangsa Israel mengalami Tuhan menyertai, melindungi, dan
menyelamatkan umatNya. Umat mengalami kasih Allah yang begitu besar. Umat
meneruskan pengalaman-pengalaman tentang Allah yang menyelamatkan itu secara
25
turun-temurun, secara lisan kepada anak cucu mereka. Akhirnya, cerita-cerita yang
ditulis oleh pengarang Kitab Suci atas dasar Ilham Roh Kudus itu dikumpulkan dan
disusun menjadi sebuah Kitab Suci resmi bagi Gereja Katolik yaitu, Kitab Suci
Perjanjian Lama.
Tindakan penyelamatan Allah yang terakhir, yakni peristiwa Yesus Kristus
(wafat dan kebangkitanNya) dikabarkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru. Sejarah
Kitab Suci Perjanjian Baru terjadi bermula dari murid-murid Yesus. Murid-murid
Yesus menyebarkan cerita tentang Yesus secara lisan. Cerita berisikan pengalaman
para murid bersama dengan Yesus baik sebelum Yesus wafat maupun setelah Yesus
bangkit. Dengan bercerita para murid Yesus menjadi saksi iman pertama tentang
Yesus. Kisah Para Rasul secara tidak langsung berisikan tulisan tentang permulaan
dan penyebaran Gereja (DV.Art.20).
Dalam perkembangan selanjutnya umat mulai membentuk kelompok-
kelompok serta jemaat-jemaat tersendiri. Kelompok jemaat ini terus berlangsung
dari generasi ke generasi, mereka mempunyai cara pandang maupun cara berpikir
yang berbeda. Umat Kristen menyadari dirinya sebagai kelompok tersendiri
sehingga merasa perlu mempunyai tulisan-tulisan tersendiri di samping tulisan-
tulisan Perjanjian Lama. Maka umat Kristen mencatat bermacam-macam bahan
sekitar Yesus dengan maksud untuk menjaga kesatuan dan keutuhan iman umat
Kristen. Surat-surat yang biasa mereka gunakan sebagai alat komunikasi antar jemaat
juga mereka kumpulkan menjadi bagian dari Kitab Suci seperti surat Paulus.
Selanjutnya tulisan-tulisan tentang Yesus mulai tersusun dan berkembang menjadi
26
karangan-karangan berupa isi keseluruhan Kitab Suci Perjanjian Baru. Perjanjian
Baru merupakan kesaksian dan renungan yang mendalam dari umat Kristen perdana
mengenai Yesus Kristus, Yesus yang sungguh-sungguh Tuhan dan Penyelamat.
Kitab Suci Perjanjian Lama tumbuh dalam sejarah panjang umat Israel. Menjelang
jaman Perjanjian Baru pertumbuhan itupun selesai (Groenen, 1980:10).
Pada akhirnya Gereja membuat daftar resmi kitab-kitab, mengakui dan
meyakininya sebagai Kitab Suci yang resmi. Daftar kitab-kitab yang telah dibukukan
telah melalui proses kanonisasi yaitu di mana seluruh Gereja di bawah bimbingan
hierarki terlibat untuk melihat dan membedakan buku-buku yang betul-betul sebagai
buku yang isinya mengungkapkan iman Gereja. Dengan ditetapkan kanon Kitab
Suci diharapkan umat bisa mengetahui mana buku-buku yang digunakan oleh Gereja
sebagai pedoman pokok iman orang Kristiani (Jacobs, 1993:31-32). Gereja
meyakini kitab-kitab tersebut sebagai Sabda Allah mengingat keyakinan Gereja akan
karya Roh Kudus menaungi para pengarang. Sampai saat ini Kitab Suci yang diakui
oleh Gereja Katolik sebagai Kitab Suci yang resmi berjumlah 73 kitab yang terdiri
dari 46 Kitab Suci Perjanjian Lama dan 27 Kitab Suci Perjanjian Baru (Leks,
1983:19-21).
2. Kitab Suci dalam Kehidupan Umat Beriman.
Kitab Suci adalah Sabda Allah yang lahir dari peristiwa hidup umat. Sabda
Allah yang mula-mula merupakan suatu peristiwa sejarah panjang bangsa Israel yang
kemudian memuncak pada peristiwa Yesus. Umat Israel merefleksikan
27
pengalamannya dan menyadari bahwa Allah hadir menyatakan diriNya, dalam
peristiwa sejarah tersebut. Pernyataan diri Allah ini merupakan kehadiran Allah
sebagai Penyelamat umat manusia.
Dalam sejarahnya yaitu sebelum Konsili Vatikan II, Kitab Suci berperan dan
hanya menjadi milik para pemimpin umat. Kitab Suci dijadikan mahkota ilmu
pengetahuan, sumber argumentasi dan berbagai dalil untuk membenarkan sejumlah
gagasan (Leks, 1983:10). Ironis bahwa Kitab Suci yang ditulis oleh umat, digunakan
untuk pembinaan iman umat dan demi perkembangan iman umat dipisahkan dari
kehidupan umat. Peristiwa ini akhirnya memuncak pada jaman Reformasi. Konsili
Vatikan II mampu memberi cara pandang baru bagi pemimpin Gereja terhadap Kitab
Suci. Gereja berubah haluan, Kitab Suci “dikembalikan” kepada umat. Kitab Suci
dijadikan sumber utama untuk mempersatukan kembali hubungan antar Gereja.
Kitab Suci adalah kitab untuk mempertemukan umat agar mengenal Allah yang
adalah kasih dan penyelamat manusia.
a. Kitab Suci Ditulis oleh dan untuk Umat Beriman.
Kitab Suci berisikan kesaksian iman umat dalam peristiwa penyelamatan
Allah. Kitab Suci ditulis oleh orang-orang beriman yang diilhami oleh Roh Kudus.
Mereka semua percaya akan Allah, namun menghayati imannya secara berbeda-
beda. Oleh karena itu mereka mengungkapkan imannya dengan cara yang berbeda-
beda pula. Para pengarang Kitab Suci juga manusia-manusia yang berbeda-beda,
namun memberi kesaksian iman yang saling melengkapi. Para pengarang Kitab Suci
28
disatukan dalam Roh Kudus untuk menuliskan hasil refleksi iman kepercayaan umat
Israel (Leks, 1993:17).
Kitab Suci selain ditulis oleh orang-orang beriman juga ditujukan untuk umat
beriman tertentu. Kitab Suci Perjanjian Lama ditulis untuk umat beriman yang
beragama Yahudi. Sedangkan Kitab Suci Perjanjian Baru ditulis untuk umat
beriman Kristen yang percaya akan Yesus Kristus yang sebagian besar berasal dari
umat non Yahudi (Leks, 1993:18). Gereja Perdana dan Gereja selanjutnya menerima
Kitab Suci Perjanjian Lama sebagai buku suci juga. Hal ini dikarenakan bahwa
Gereja melihat dirinya sebagai kelanjutan dan perkembangan dari umat Allah yang
terwujud dalam bangsa Israel yang sebagian besar beragama Yahudi. Gereja
menyadari bahwa sejarah keselamatan yang telah dimulai oleh Allah pada bangsa
Israel berkembang terus dan telah mencapai kepenuhannya dalam Gereja segala
bangsa, karena kesatuan Allah dengan manusia menjadi sempurna dalam diri Yesus
Kristus (Jacobs, 1993:16-17). Perbedaan Latar belakang umat beriman yang menjadi
sasaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dapat dilihat dari masing-masing isinya.
Kitab Suci Perjanjian Lama mengenangkan pengalaman umat Israel yang telah
terjadi di masa lampau, untuk membina iman-kepercayaan umat pada masa
berikutnya (Groenen, 1980:71-72). Hal yang sama terjadi dalam Kitab Suci
Perjanjian Baru adalah untuk membina iman umat. Tujuan ditulisnya Kitab Suci
adalah untuk menjaga kesatuan dan keutuhan iman umat selanjutnya.
Dalam sepanjang sejarah pewartaan, Kitab Suci mendapat tempat utama.
Memang kebutuhan dalam pewartaan yang mendorong ditulisnya Kitab Suci. Kitab
29
Suci dijadikan sebagai bahan untuk membina iman umat. Kitab Suci menjadi
sesuatu yang penting dalam kehidupan jemaat Kristiani. Warta Kitab Suci mampu
meneguhkan dan menguatkan jemaat, agar semakin setia dan bersemangat untuk
menghayati imannya dalam kehidupannya sehari-hari. Kitab Suci hadir demi
membangun dan memperkembangkan iman umat agar menjadi semakin mendalam
dan dewasa.
b. Kitab Suci Sebagai Inspirasi Hidup Umat Beriman.
Allah menginspirasikan diriNya melalui Sabda yang tertuang di dalam Kitab
Suci. Hal ini sama artinya dengan Kitab Suci diinspirasikan oleh Allah. Allah
memilih para pengarang dan mempergunakannya sesuai kemampuan mereka untuk
menuliskan semua SabdaNya (DV.no.11). Maka Sabda Kitab Suci dipercaya dan
diyakini sebagai Sabda Allah yang hidup, karena diri Allah sendiri yang dihadirkan
di dalam Sabda. Sabda Allah adalah Sabda yang memberikan daya kekuatan, daya
dorong dan pengharapan bagi umat manusia. “Perkataan-perkataan yang Kukatakan
kepadamu adalah roh dan hidup” (Yoh. 6:63b).
Dalam Kitab Suci Allah menginspirasikan diriNya lewat para tokoh dan juga
peristiwa-peristiwa. Dalam Kitab Suci Perjanjian Lama Allah menyatakan diriNya
sebagai Allah yang menyelamatkan hidup umat manusia. Hal ini seperti yang
dialami oleh umat Israel yang keluar dari perbudakan Mesir. Dalam peristiwa ini
Allah sendiri yang mengutus seorang tokoh yaitu Nabi Musa untuk membebaskan
30
umat Israel (Kel. 14). Nabi Musa adalah wujud kehadiran diri Allah yang
menyatakan diriNya dalam tindakan penyelamatan.
Selain itu di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru juga ditampilkan seorang
tokoh yang diinspirasikan oleh Allah yaitu Rasul Paulus. Dalam 2 Tim. 3: 16-17
dikatakan:
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik. Rasul Paulus menuliskan surat kepada Timotius untuk meyakinkan supaya
Timotius menuruti dan meneruskan ajaran Yesus, yang dipercayakanNya kepada
Rasul Paulus. Kepercayaan Rasul Paulus kepada Allah yang menyelamatkan
ditegaskan dan diteruskannya dalam surat kepada umat di Roma “Aku mempunyai
keyakinan yang kukuh dalam Injil, karena Injil adalah kekuatan Allah yang
menyelamatkan setiap orang yang percaya” (Rm. 1:16).
Kitab Suci memberi inspirasi bagi umat yang percaya juga diungkapkan
lewat doa-doa dan puisi-puisi. Doa-doa dan puisi-puisi digunakan oleh umat
Perjanjian Lama terutama dalam Kitab-Kitab Mazmur untuk mengungkapkan kata-
kata yang ditujukan kepada Allah. Kata-kata yang diungkapkan merupakan jawaban
manusia terhadap Sabda dan tindakan Allah atas hidup manusia (Harun, 1996:11).
Umat mengalami bahwa Allah hadir dalam pengalaman hidupnya. Allah hadir
dalam setiap tindakan. Maka ungkapan umat bisa saja berupa ungkapan kekesalan
31
dan kekecewaan, permohonan, pujian dan syukur kepada Allah. Namun di balik
kekesalan dan kekecewaan umat tetap menaruh harapan kepada Allah.
Dalam hidup manusia mengalami banyak pencobaan dan tantangan. Maka
Gereja menganjurkan supaya umat beriman selalu membaca, merenungi dan
menghayati Kitab Suci. Karena umat beriman dapat menemukan petunjuk dan
bimbingan hanya dengan membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci. Kitab
Suci menjadi sumber inspirasi bagi umat beriman. Sumber inspirasi berarti bahwa
Kitab Suci menjadi petunjuk dan bimbingan dari Allah bagi umat beriman. Melalui
Kitab Suci Allah berbicara kepada manusia. Manusia diharapkan untuk
mendengarkan bicara Allah. Dengan mendengarkan Sabda Allah umat beriman
mampu menemukan inspirasi untuk menghubungkan pengalamannnya dengan Sabda
Kitab Suci. Melalui SabdaNya umat beriman menemukan kehendak Allah bagi
hidupnya. Sabda Allah menjadi sumber inspirasi baru untuk menghayati imannya
dalam situasi hidup sehari-hari (Heryatno Wono Wulung, 1999:3).
c. Kitab Suci Sebagai Norma Iman Gereja.
Kitab Suci merupakan kitab iman, sangat dijunjung tinggi dan dihormati oleh
Gereja. Gereja yang dimaksudkan di sini adalah umat beriman. Jacobs dalam
terjemahan, introduksi, komentar dokumen Konsili Vatikan II konstitusi dogmatis
Dei Verbum artikel 21, mengatakan:
Buku-buku ilahi, seperti juga Tubuh Tuhan sendiri, selalu dihormati oleh Gereja, yang terutama dalam Liturgi Suci – tiada hentinya menyambut roti kehidupan dari meja Sabda Allah maupun Tubuh Kristus, dan menyajikan
32
kepada umat beriman. Kitab-kitab itu bersama Tradisi suci selalu dipandang sebagai norma imannya yang tertinggi. Sebab kitab-kitab itu diilhami oleh Allah dan sekali untuk selamanya telah dituliskan, serta tanpa perubahan manapun menyampaikan Sabda Allah sendiri, lagi pula memperdengarkan suara Roh Kudus dalam Sabda Para Nabi dan Para Rasul. Jadi semua pewartaan dalam Gereja seperti juga dalam agama Kristiani sendiri harus dipupuk dan diatur oleh Kitab Suci.
Kitab Suci dihormati seperti pada Tubuh Tuhan yang selalu dihormati
sebagai norma iman yang tertinggi bagi kehidupan umat Kristen. Penghormatan
Kitab Suci yang selayaknya seperti menghormati Tubuh Tuhan diperbandingkan
dengan rasa hormat Gereja pada Tubuh Kristus yang dilambangkan dengan hosti
dalam perayaan Ekaristi. Dalam perayaan Ekaristi dikenang secara sakramentil
peristiwa keselamatan yang diwartakan Yesus dalam Kitab Suci. Yesus dihadirkan
melalui pewartaan Sabda yang dibacakan. Kitab Suci dalam liturgi kudus selalu
mendapat tempat khusus untuk dihadirkan sebagai pewartaan kabar keselamatan bagi
umat beriman. Kitab Suci diakui dengan sungguh sebagai norma iman Gereja. Di
samping Kitab Suci, Gereja juga mengakui Tradisi Gereja sebagai unsur iman
Katolik. Tradisi tidak bisa terpisahkan dengan Kitab Suci karena tradisi adalah
seluruh hidup Gereja yang konkrit dari segala kebiasaan, ibadat, susunan, peraturan,
dan perumusan iman. (Jacobs, terjemahan, introduksi, komentar, Dei Verbum, hal.
99.226-230). Kitab Suci dan tradisi memiliki hubungan satu dengan yang lain sebab
keduanya berasal dari sumber yang sama yaitu dari pribadi Allah sendiri. Kitab Suci
merupakan hasil tradisi dalam arti bahwa tradisi hadir sebagai penerusan hidup
beriman dari generasi ke generasi berikutnya setelah Kitab Suci terbentuk (Groenen,
dan Leks, 1986:36).
33
Kitab Suci juga dipandang sebagai ungkapan tradisi yang mewariskan iman
Kristen. Kekhususan iman Kristen adalah iman akan Allah yang mengutus Yesus
Kristus PutraNya untuk menyelamatkan umat manusia. Iman Kristen diwariskan
oleh Para Rasul yang mula-mula diwartakan secara lisan dan kemudian dituliskan
menjadi sebuah Kitab Suci. (Groenen, dan Leks, 1986:68).
Sabda Allah di dalam Kitab Suci merupakan Sabda yang hidup. Kitab Suci
bukanlah sebagai peraturan yang mati, tetapi merupakan norma iman yang hidup
yang sekaligus merupakan sumber inspirasi. Gereja hanya akan hidup apabila
mengandalkan kekuatan Allah yang diperoleh dalam Sabda Kitab Suci. Kitab Suci
menjadi topangan tenaga Gereja, karena Sabda Kitab Suci merupakan sumber
kekuatan iman, makanan jiwa dan sumber bagi hidup rohani. Sabda Allah memberi
kekuatan untuk menjalankan perintahNya, sehingga umat beriman teguh di dalam
pengharapannya. Sabda Allah adalah norma hidup yang memberi hidup (Jacobs,
terjemahan, introduksi, komentar, Dei Verbum, hal. 229-230).
34
BAB III
KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU
MEMAKNAI KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Pada Bab ini akan dibahas mengenai gambaran umum komunitas lektor yang
akan menguraikan tentang sejarah singkat komunitas lektor, kedudukan dan tugas
anggota komunitas lektor dan situasi komunitas lektor. Kemudian untuk
memperoleh data-data tentang gambaran peranan Kitab Suci dalam kehidupan di
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta, penulis mengadakan
penelitian dengan metode survai dan menggunakan instrumen penelitian
wawancara/interview kepada anggota komunitas lektor yang menjadi responden
yang akan diteliti. Dari data-data hasil wawancara tersebut akan direduksi untuk
memperoleh tema-tema. Selanjutnya, penulis melakukan pengelompokan data untuk
menemukan arti dari data-data, melakukan verivikasi dan mengambil kesimpulan.
A. Gambaran Umum Komunitas Lektor.
Pada bagian gambaran umum komunitas lektor akan diuraikan tentang
sejarah singkat komunitas lektor, kedudukan komunitas lektor dalam kepengurusan
Dewan Paroki, dan situasi komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru
Yogyakarta.
35
1. Sejarah Singkat Komunitas Lektor.
Sejarah komunitas lektor berjalan seiring dengan sejarah Gereja St. Antonius
Kotabaru Yogyakarta. Gereja di Paroki St. Antonius Kotabaru mulai berdiri pada
tahun 1926. Pada saat itu gereja merupakan kapel yang digunakan untuk para Frater
SJ (Societas Jesu) yang sedang belajar tahap awal dari rangkaian pendidikan calon
imam SJ. Selanjutnya berkembang pengaruh misi, umat Katolik semakin bertambah
jumlahnya, maka kapel mulai dibuka untuk umat khususnya orang Jawa. Namun
dalam perayaan Ekaristi umat awam belum dilibatkan dalam tugas pelayanan Gereja.
Semua pelaksanaan tata perayaan Ekaristi dipimpin oleh imam. Situasi gereja di atas
berjalan dari tahun 1926 sampai dengan tahun 1966. Maka dapat dipastikan bahwa
pada pada waktu itu komunitas lektor belum ada. (75 th Perjalanan Menjadi Gereja
Bagi Semua, Gereja St. Antonius Kotabaru, 2001:12).
Sejak tahun 1966 perubahan mulai terjadi, Konsili Vatikan II membawa
perubahan besar bagi Gereja sedunia dan terlebih bagi gereja di Paroki St. Antonius
Kotabaru. Umat awam mulai dilibatkan dalam berbagai macam tugas pelayanan
Gereja. Terutama dalam perayaan Ekaristi umat dilibatkan dalam tugas koor,
pembaca Kitab Suci dan Diakon awam yang membantu menerimakan komuni.
Keberadaan komunitas lektor sendiri pada waktu itu belum ada karena petugas lektor
diambil dari umat lingkungan. Hal ini berlangsung hingga tahun 1979 (75 th
Perjalanan Menjadi Gereja Bagi Semua, Gereja St. Antonius Kotabaru, 2001:12-13).
Sejalan dengan perkembangan Gereja, umat merasa perlu untuk membentuk
suatu komunitas demi pelayanan yang lebih baik. Maka pada tahun 1979 mulailah
36
dibentuk komunitas Lektor yang pada waktu itu beranggotakan umat perwakilan dari
lingkungan masing-masing. Komunitas lektor baru memiliki susunan kepengurusan
pada tahun 1981 (Diktat pembekalan Lektor 2007:5).
Gereja St. Antonius semakin berkembang mulai membuka diri untuk semua
umat yang datang. Terutama semakin banyak umat yang melibatkan diri dalam tugas
pelayanan, baik orang tua maupun orang muda. Maka sejak tahun 1990 komunitas
lektor mulai menerapkan sistem seleksi bagi penerimaan anggota yang baru. Hal ini
dilaksanakan untuk memenuhi kriteria seorang lektor di gereja St. Antonius Kotabaru
Yogyakarta. Dan sampai saat ini komunitas lektor masih menerapkan sistem seleksi
bagi penerimaan anggota yang baru.
2. Kedudukan dan Tugas Anggota Komunitas Lektor.
Komunitas Lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru secara administratif
berada dalam kelompok Kategorial di bawah naungan Tim Kerja Bidang Liturgi
Dewan Paroki. Keberadaan komunitas Lektor dirasa sangat membantu kelancaran
Perayaan Liturgi. Maka keberadaan komunitas lektor sungguh mendapat perhatian
yang positif dari paroki. Artinya bahwa baik Pastor Paroki dan umat mendukung
sepenuhnya semua kegiatan yang ada dalam komunitas lektor.
Dalam perayaan Ekaristi lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru mendapat
tugas untuk membacakan bacaan Kitab Suci (selain Injil), doa umat dan
pengumuman. Namun tidak jarang juga lektor gereja St. Antonius diminta untuk
bertugas di gereja lain yang masih tergabung dalam paroki St. Antonius Kotabaru,
37
terutama untuk tugas-tugas perayaan Hari Raya Besar seperti Paskah yaitu untuk
membawakan tugas Narasi Kisah Sengsara.
3. Situasi Komunitas Lektor.
Untuk bagian situasi komunitas lektor ini akan dibahas tentang, keanggotaan
komunitas, kepengurusan komunitas dan kegiatan-kegiatan komunitas.
a. Keanggotaan Komunitas.
Berdasarkan data sensus anggota per 8 Oktober 2006, ada 31 anggota lektor
yang ada dalam komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Pada
tanggal 28 Januari 2007 komunitas lektor mengadakan pemilihan anggota baru,
terpilih sebanyak 21 anggota lektor baru pada tanggal 8 Februari 2007. Maka jumlah
anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru sebanyak 52 orang.
Namun dari jumlah tersebut, tidak semua anggota terlibat aktif dalam pelayanan di
Gereja maupun dalam kegiatan komunitas. Hal ini dikarenakan ada beberapa
anggota yang mengundurkan diri tanpa keterangan yang jelas, ada pula yang telah
selesai studi dan kembali ke daerah asal atau bekerja. Selain itu ada juga yang cuti
sementara untuk keperluan studi, misalnya KKN (Kuliah Kerja Nyata), PKL
(Praktek Kerja Lapangan) dan keperluan lainnya.
Anggota yang tergabung dalam komunitas lektor berasal dari berbagai
daerah, latar belakang pendidikan dan budaya. Sebagian besar anggota yang
tergabung dalam komunitas adalah berasal dari luar kota Yogyakarta dan sebagian
38
kecil dari kota Yogyakarta. Pada umumnya mereka sedang menuntut ilmu di
berbagai perguruan tinggi, ada juga yang sedang menuntut ilmu di SMU/SMK dan
bahkan ada yang sudah berkerja.
b. Kepengurusan Komunitas.
Komunitas lektor mempunyai struktur kepengurusan yang dibentuk melalui
pemilihan bersama. Kepenguruan dibentuk guna membantu tercapainya tujuan
bersama. Adapun susunan kepengurusan komunitas lektor di Paroki St. Antonius
Kotabaru periode 2006/2007 adalah sebagai berikut:
Ketua : Sdra. Florencius Sinaga
Wakil Ketua : Sdri. Dominika Anny Yanuarti
Sekretaris : Sdri. Vincentia Putri Kusumastuti
Bendahara : Sdri. Fransisca Ria Chandrasa
Seksi Pelatihan : Sdri.Viranty Chalidya Elfriesya Rafiqi
Seksi Hubungan Masyarakat : Sdra. Stefanus Jimmy Juniartha
Seksi Rohani : Sdri. Maria Nia Daniati FA.
Seksi Dana Usaha : Sdra. Herman Yosef Paryono
Seksi Buletin Lektor : Sdri. Elisabet Asri Widyaningsih
Seksi Kesejahteraan Lektor : Sdri. Emilia Dwinasti Handayani
Seksi Temu Bulanan Lektor : Sdra. Alex
Seksi Jadwal : Sdri. Andita Wahyu Wijayanti
39
c. Kegiatan-kegiatan Komunitas.
Ada banyak jenis kegiatan yang diadakan di komunitas lektor. Adapun jenis
kegiatan-kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:
1) Tembul (Temu Bulanan Lektor), kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan pada
minggu kedua. Kegiatan Tembul dikoordinir oleh Sie. Tembul yaitu saudara
Alex. Karena kegiatan ini dilaksanakan secara rutin setiap bulan, maka wajib
diikuti oleh semua anggota lektor sebagai prasyarat untuk mendapatkan
penjadwalan tugas mingguan. Bagi anggota lektor yang tidak hadir/tidak
memberi keterangan dalam Tembul tidak akan mendapat penjadwalan tugas
mingguan dan hanya mendapat giliran tugas harian. Selain syarat di atas, kegiatan
Tembul ini juga dijadikan sebagai sarana untuk mempererat kesatuan antar semua
anggota lektor.
2) Sharing Kitab Suci, kegiatan ini dilaksanakan sebanyak dua kali dalam setiap
bulan yaitu setiap Jumat Minggu kedua dan Jumat Minggu keempat. Sharing
Kitab Suci ini merupakan sarana bagi anggota lektor untuk saling berbagi
pengalaman hidup, saling meneguhkan dan menguatkan satu dengan yang lain.
Selain itu wawasan terhadap pemahaman Kitab Suci juga bertambah. Untuk
Sharing Kitab Suci dikoordinir oleh Sie. Rohani yaitu Maria Nia Daniati FA. yang
bekerjasama dengan Rm. Albertus Nugroho Widiyono, SJ.
3) Pelatihan, biasanya pelatihan rutin diperuntukan bagi lektor-lektor baru, yang
dilaksanakan kurang lebih selama tiga bulan. Dalam pelatihan ini para lektor baru
akan dilatih oleh lektor-lektor senior dan jadwal latihan biasanya disusun oleh
40
masing-masing koordinator kelompok latihan. Sedangkan pelatihan untuk semua
lektor biasanya dilakukan menjelang perayaan hari besar yaitu Natal dan Paskah.
Untuk kegiatan pelatihan ini dikoordinir oleh Sie. Pelatihan yaitu Sdri.Viranty
Chalidya Elfriesya Rafiqi.
4) Pertemuan pengurus, dilaksanakan satu bulan sekali atau lebih guna membahas
program kerja yang akan dilaksanakan oleh masing-masing seksi. Selain itu juga
untuk mengevaluasi kerja seksi yang telah dilaksanakan. Pertemuan ini
dikoordinir oleh ketua lektor yaitu Sdra. Florencius Sinaga.
5) Kegiatan-kegiatan lain misalnya ziarah, rekoleksi, rekreasi dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan ini biasanya dilaksanakan dengan menyesuaikan dengan situasi
dan kebutuhan para anggota lektor.
B. Penelitian Peranan Kitab Suci Dalam Kehidupan Komunitas Lektor di
Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.
Untuk mengetahui situasi nyata peranan Kitab Suci dalam kehidupan di
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta penulis melakukan
sebuah penelitian (surat ijin lampiran 1). Hasil penelitian kemudian dianalisis untuk
mendapatkan gambaran nyata tentang peranan Kitab Suci dalam kehidupan, bersama
komunitas Lektor di paroki ini.
41
1. Metodologi Penelitian.
a. Tujuan Penelitian.
Penelitian dilaksanakan dengan tujuan:
1) Mengetahui situasi kehidupan anggota lektor yang mendukung upaya Katekese
tentang Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari bagi komunitas lektor di Paroki
St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.
2) Mengetahui peranan Kitab Suci dalam kehidupan anggota komunitas lektor di
Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.
3) Mengetahui manfaat Sharing Kitab Suci dalam kehidupan lektor.
4) Usaha mendorong lektor supaya menghidupi Kitab Suci di dalam kehidupan.
b. Metode Penelitian.
Metode merupakan suatu cara atau jalan pengaturan atau pemerikasaan
sesuatu secara benar, maka dalam risetpun perlu adanya metode-metode (Husein
Umar, 2000:21). Metode yang akan digunakan penulis adalah metode survai. Dalam
survai penulis akan melihat, mengamati dan mencatat situasi yang terjadi di dalam
komunitas lektor. Kemudian dari hasil pengamatan tersebut dijadikan titik tolak
pembuatan pertanyaan wawancara yang sesuai dengan permasalahan yang akan
diteliti. Selanjutnya akan dilakukan pengumpulan informasi dari hasil wawancara.
Survei dapat memberi manfaat untuk tujuan-tujuan deskriptif, membantu dalam hal
membandingkan kondisi-kondisi yang ada dengan kriteria yang telah ditentukan
sebelumnya dan juga untuk pelaksanaan evaluasi. (Husein Umar, 2000:23).
42
c. Instrumen Penelitian.
Untuk memperoleh data yang akurat, penulis menggunakan interview atau
wawancara sebagai instrumen. Wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk
mendapatkan informasi langsung dari sumbernya lewat gejala-gejala yang terjadi.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah daftar pertanyaan wawancara (lihat
lampiran 2). Wawancara bersifat bebas terpimpin kepada perseorangan yaitu
pewawancara berhadapan langsung dengan responden untuk mengajukan pertanyaan
dari daftar pertanyaan selain itu pewawancara juga melakukan tanya jawab bebas
kepada responden untuk memperoleh informasi yang mendukung tujuan penelitian.
Kemudian dilanjutkan dengan analisa dan interpretasi tentang arti data yang didapat
dari hasil wawancara.
d. Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian akan dilaksanakan di gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.
Sedangkan waktu penelitian akan dilaksanakan pada tanggal 8 – 22 Mei 2007,
dengan mewawancarai responden secara langsung.
e. Responden Penelitian.
Responden penelitian ini adalah anggota lektor di Paroki St. Antonius
Yogyakarta. Berdasarkan data keanggotaan lektor di atas jumlah anggota lektor
berjumlah 52 orang. Namun penulis hanya mengambil sebanyak 15 orang
Responden yaitu 28,8% dari jumlah populasi. Jumlah responden yang akan diteliti
43
diambil dengan teknik Purposive Sampling (penentuan sampel secara sengaja), yaitu
anggota sampel ditentukan berdasarkan pada ciri tertentu yang dianggap mempunyai
hubungan erat dengan ciri populasi (Hermawan Wasito, 1995:59). Anggota lektor
yang akan diambil sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa mereka yang
minimal 4 (empat) kali pernah terlibat dalam kegiatan Sharing Kitab Suci di
komunitas. Dasar pertimbangan selanjutnya adalah berdasarkan hasil pengamatan
penulis selama bergabung di komunitas lektor, bahwa merekalah yang cukup terlibat
dalam berbagai kegiatan yang ada dalam komunitas dengan kata lain yang termasuk
dalam sifat atau gejala yang akan diteliti oleh penulis.
f. Teknik Pengolahan Data.
Data yang berhasil dikumpulkan akan dilakukan reduksi data yaitu dengan
menulis data yang diperoleh dalam bentuk uraian yang terinci, yang kemudian dicari
tema-tema dan disusun secara sistematis, sehingga lebih mudah dalam memberikan
kode kepada aspek-aspek tertentu. Pengelompokkan data yaitu mencoba
menemukan arti dari data-data dengan menarik hubungan-hubungan sesuai dengan
permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini dan teknik berikutnya adalah
melakukan verivikasi dan penarikan kesimpulan (Nasution, 1992:129). Guna
mendukung dalam penarikan kesimpulan tersebut peneliti akan mempelajari tulisan-
tulisan yang terkait dengan permasalahan data yang ada, dalam hal ini adalah
mengenai katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan lektor.
44
g. Variabel Penelitian.
Variabel adalah sesuatu yang dapat dijadikan sebagai faktor yang berperan
dalam gejala yang diteliti. Variabel yang akan diungkap dalam penelitian ini adalah
situasi kehidupan lektor yang mendukung upaya katekese tentang Kitab Suci,
peranan Kitab Suci dalam kehidupan, pengaruh Sharing Kitab Suci terhadap
kehidupan lektor dan usaha untuk mendekatkan lektor dengan Kitab Suci. Dari
beberapa Variabel tersebut akan dijabarkan lagi dengan beberapa item-item
pertanyaan (lampiran 2) sebagai panduan wawancara terhadap responden.
Tabel 1 : Variabel Yang Diungkap
No. Aspek yang akan diungkap Item Jumlah Item
1 Situasi kehidupan lektor yang mendukung upaya katekese tentang Kitab Suci.
1,2,3,4 4
2 Peranan Kitab Suci dalam kehidupan 5,6,7 3 3 Manfaat Sharing Kitab Suci dalam
kehidupan lektor. 8 1
4 Usaha mendorong lektor supaya menghidupi Kitab Suci
9,10 2
2. Hasil Penelitian.
Bagian ini adalah hasil wawancara yang merupakan rangkuman atas jawaban
dari masing-masing responden. Dengan demikian, rangkuman ini adalah hasil
penggabungan atau penyatuan jawaban dari masing-masing responden (Lampiran 3),
yang dapat disusun secara sistematis sebagai berikut:
45
a. Situasi Kehidupan Lektor yang Mendukung Upaya Katekese Tentang Kitab Suci.
Tabel 2 : Jenjang Pendidikan Terakhir (N=15)
No. Soal
Pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 SMU 5 33,3 SPG 1 6,7
Akademi 1 6,7 Strata Satu (S1) 7 46,7
1
Strata Dua (S2) 1 6,7
Tabel 3 : Motivasi Menjadi Lektor (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 Merasa tertarik ketika melihat lektor membaca dengan baik.
1 6,7
Melayani Tuhan 5 33,3 Ingin tahu tentang Kitab Suci 6 40 Ingin berbagi pengalaman 3 20 Mencari teman 1 6,7 Diajak oleh teman 1 6,7 Agar kehidupan iman terjaga dan semakin tumbuh 2 13,3 Mencari landasan hukum dengan menjadi anggota Gereja St. Antonius Kotabaru, sebagai pijakan untuk mewakili pertemuan kaum muda se-kevikepan.
1 6,7
Menguji kemampuan public Speaking 1 6,7 Ingin terlibat dalam kegiatan Gereja 1 6,7
2
Tambah percaya diri 1 6,7
Tabel 4 : Keterlibatan lektor dalam kegiatan komunitas (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 Terlibat aktif 13 86,73 Terlibat pasif 2 13,3
46
Tabel 5 : Kapan saja membaca dan mendengarkan Kitab Suci (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 Perayaan Ekaristi 15 100Mendapat tugas kuliah 1 6,7Ada hasrat, gelisah dan gundah 7 46,7Sebelum tidur, bangun pagi 1 6,7Saat-saat santai 1 6,7Setiap hari 4 26,7
4
Tugas lektor 15 100
Tabel 2,3,4 dan 5 di atas menunjukkan situasi kehidupan lektor yang
mendukung upaya katekese tentang Kitab Suci. Situasi lektor tersebut diungkapkan
dalam empat item soal. Item soal no. 1 menunjukkan jenjang pendidikan terakhir
responden. Sebagian besar dari mereka telah berhasil menempuh jenjang pendidikan
Strata Satu (46,7%). Item soal no. 2 menunjukkan motivasi responden menjadi
lektor. Motivasi mereka bervariasi dan pada umumnya mereka memiliki motivasi
yang baik. Sebagian besar dari mereka mengatakan motivasi menjadi lektor adalah
ingin tahu tentang Kitab Suci (40%). Sedangkan item soal no. 3 menunjukkan
keterlibatan lektor dalam komunitas. Terlihat bahwa jumlah terbanyak responden
yang terlibat secara aktif di komunitas (86,7%). Kemudian item soal no. 4
menunjukkan aktifitas membaca dan mendengarkan Kitab Suci dalam kehidupan
lektor. Semua responden menjawab membaca dan mendengarkan Kitab Suci pada
saat mengikuti perayaan Ekaristi (100%) dan tugas lektor (100%).
47
b. Peranan Kitab Suci dalam Kehidupan.
Tabel 6: Arti Kitab Suci bagi kehidupan (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 Kitab iman yang mampu meneguhkan pengalaman 3 20 Penuntun hidup menuju keselamatan 4 26,7 Obat kerinduan dan sarana untuk menemukan jawaban-jawaban
2 13,3
Tuntunan di saat mengalami kejatuhan 1 6,7 Berisi inti pokok ajaran Yesus 1 6,7 Makanan jiwa yang menuntun pada keselamatan 2 13,3
5
Firman Tuhan sebagai pedoman hidup 2 13,3
Tabel 7 : Tokoh idola dan Ayat favorit dalam Kitab Suci (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 6 Punya tokoh idola 15 100
Punya ayat favorit 11 73 Tidak punya ayat favorit 4 27
Tabel 8 : Apa perlunya Kitab Suci dibacakan dalam Perayaan Liturgi (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah % 1 2 3 4
Iman tumbuh melalui pendengaran 3 20Agar umat mengerti dan memahami rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupnya
3 20
Supaya umat semakin mengenal Allah 1 6,7Membantu umat untuk mengerti bacaan 2 13,3Untuk menuntun hidup agar umat mengikutiNya 2 13,3Penghantar renungan dan membantu umat mengerti tema
1 6,7
Sebuah pewartaan 2 13,3
7
Merupakan salah satu susunan Liturgi 1 6,7
48
Tabel 6,7 dan 8 di atas menunjukkan peranan Kitab Suci dalam kehidupan.
Item soal no. 5 menunjukkan arti Kitab Suci bagi kehidupan responden. Mereka
memberi jawaban yang bervariasi berdasarkan pengalaman masing-masing. Namun
kebanyakan dari mereka menjawab bahwa Kitab Suci sebagai penuntun hidup
menuju pada keselamatan (26,7%). Item soal no. 6 menunjukkan tokoh idola dan
ayat yang mengesankan dalam Kitab Suci bagi responden. Terhadap pernyataan
tersebut, semuanya menjawab punya tokoh idola dalam Kitab Suci (100%) dan
sebagian besar punya ayat yang mengesankan dalam Kitab Suci (73%). Item soal
no. 7 menunjukkan sejauh mana pemahaman responden terhadap pertanyaan
‘mengapa Kitab Suci dibacakan dalam perayaan liturgi?’. Terdapat jawaban yang
sangat bervariasi dari responden. Jawaban terbanyak dari responden adalah seperti
‘Iman tumbuh melalui pendengaran’ (20%) dan ‘Agar umat mengerti dan memahami
rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupnya’(20%).
c. Manfaat Sharing Kitab Suci dalam Kehidupan Lektor.
Tabel 9 : Manfaat Sharing Kitab Suci (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 Tambah wawasan dan dapat tuntunan untuk mengerti Kitab Suci
8 53,3
Bisa belajar dari pengalaman orang lain 2 13,3Belajar membuka diri, menghargai orang lain,dan mendapat sumber inspirasi
2 13,3
8
Semakin dikuatkan dan tumbuh keyakinan untuk mampu bertahan dalam iman
7 46,7
49
No. Soal Pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 Semakin mengenal Yesus 1 6,7Termotivasi untuk mengetahui Kitab Suci 1 6,7
Diberi tempat untuk berbagi pengalaman, dan memperkaya pengalaman
1 6,7
Tabel 9 di atas menunjukkan manfaat Sharing Kitab Suci dalam kehidupan
lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Mereka semua menjawab bahwa kegiatan
Sharing Kitab Suci yang pernah diikuti banyak memberikan manfaat bagi kehidupan.
Manfaat terbanyak yang terungkap oleh responden adalah tambah wawasan dan
dapat tuntunan untuk mengerti Kitab Suci (53,3%) dan semakin dikuatkan dan
tumbuh keyakinan untuk mampu bertahan dalam iman (46,7%).
d. Usaha Mendorong Lektor Supaya Menghidupi Kitab Suci.
Tabel 10 : Kegiatan pendalaman Kitab Suci yang pernah diikuti (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 Kursus Kitab Suci di Paroki 3 20Pendalaman Iman 3 20Pembekalan awal masuk komunitas lektor 15 100
9
Sharing Kitab Suci 15 100
50
Tabel 11 : Kegiatan-kegiatan Pendalaman Kitab Suci bagi lektor dan bentuk kegiatan (N=15)
No. Soal Pernyataan-pernyataan Jumlah %
1 2 3 4 Perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci
15 10010
Bentuknya: Sharing Kitab Suci Kegiatan di Bulan Kitab Suci Nasional Kelompok Kitab Suci
15 3 1
100206,7
Tabel 10 dan 11 di atas menunjukkan usaha mendorong lektor supaya
menghidupi Kitab Suci. Tabel 10 item soal no. 9 menunjukkan kegiatan
pendalaman Kitab Suci yang pernah diikuti oleh responden. Dari item tersebut
semua responden menjawab pernah mengikuti kegiatan pembekalan awal masuk
komunitas lektor (100%) dan kegiatan Sharing Kitab Suci (100%). Sedangkan tabel
11 item soal no. 10 menunjukkan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci dan
bentuk kegiatan. Semua responden menjawab perlu diadakan kegiatan-kegiatan
pendalaman Kitab Suci bagi lektor (100%). Bentuk kegiatan pendalaman Kitab Suci
semua responden mengusulkan Sharing Kitab Suci supaya tetap dilaksanakan
(100%).
3. Pembahasan Hasil Penelitian.
a. Situasi Kehidupan Lektor yang Mendukung Upaya Katekese Tentang Kitab Suci.
51
Berdasarkan hasil wawancara ditemukan bahwa sebagian besar responden
menyandang gelar Sarjana Strata Satu (S1) (46,7%). Sedangkan jenjang pendidikan
terbanyak kedua dari responden adalah jenjang SMU (33,3%) dan mereka sekarang
sedang menempuh pendidikan di berbagai macam Perguruan Tinggi yang ada di kota
Yogyakarta. Kemudian jenjang pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden
lainnya adalah SPG (6,7%), pendidikan Akademik (6,7%) dan Sarjana Strata Dua
(6,7%). Hal ini menunjukkan bahwa para responden adalah orang-orang yang
berpendidikan.
Sebagai informasi tambahan, melalui wawancara, penulis juga menemukan
bahwa sebagian besar responden pernah menempuh pendidikan di sekolah swasta
Katolik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah mendapat
pelajaran agama secara formal. Namun ada juga sebagian kecil responden pernah
menempuh pendidikan di sekolah Negri, dan salah satu hasil wawancara responden
mengatakan “Selama bersekolah di sekolah Negri tetap dapat pelajaran agama tapi
standar-standar saja.” Selain itu ada juga responden yang mengaku tidak mendapat
pelajaran agama Katolik ketika bersekolah di sekolah Negri, hal tersebut dikarenakan
tidak adanya tenaga guru agama Katolik di sekolah yang bersangkutan. Tetapi
pelajaran agama non formal responden dapatkan melalui sekolah minggu,
Pendalaman Iman (PI), rekoleksi dan retret.
Jenjang pendidikan responden perlu untuk diketahui guna melihat gambaran
situasi responden. Latar belakang pendidikan tersebut menentukan cara perpikir,
cara pandang dan cara bersikap seseorang. Hal ini menjadi penting diperhatikan
52
karena berkaitan dengan penentuan metode yang sesuai dengan situasi responden
jika akan dilakukan pembinaan lanjut melalui katekese.
Gereja memang sangat menganjurkan supaya sejak dini, semua umat Katolik
sudah mendapat pelajaran agama untuk memperoleh ‘keunggulan pengetahuan
Yesus Kristus’ (Dei Verbum artikel 25). Pelajaran agama dapat diperoleh melalui
pembinaan yang berkelanjutan artinya tidak berhenti hanya melalui lembaga
pendidikan formal saja. Maka Gereja juga perlu membuka peluang bagi kaum muda
untuk mengembangkan iman dengan ikut terlibat dalam kegiatan Gereja. Hal ini
telah dilakukan oleh Gereja di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Komunitas
diharapkan mampu menjadi sarana untuk bertumbuh kembangnya iman kaum muda
yang terlibat di dalamnya. Salah satunya adalah komunitas lektor yang banyak
menampung kaum muda untuk menjadi pelayan umat sebagai pembaca Kitab Suci.
Menjadi seorang pembaca Kitab Suci seharusnya didorong oleh semangat dan
motivasi yang kuat untuk menjadi pelayan umat yaitu mau mengenal, dekat dan
mencintai sabdaNya sehingga mampu bertumbuh kembang dalam iman. Motivasi
tersebut terungkap dalam jawaban responden pada tabel 3, yaitu ingin tahu tentang
Kitab Suci (40%), melayani Tuhan (33,3%), ingin terlibat dalam kehidupan
menggereja (6,7%), dan agar kehidupan iman terjaga dan semakin tumbuh (13,3%).
Agar motivasi tersebut menjadi lebih murni perlu adanya komitmen yang kuat dari
setiap orang yang tergabung dalam suatu komunitas. Orang yang memiliki
komitmen yang kuat tentunya akan bertanggung jawab terhadap tugas dan
komunitasnya. Hal ini terlihat dari pengamatan penulis selama bergabung dalam
53
komunitas lektor dan juga berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4, bahwa sebagian
besar responden bisa terlibat aktif dalam komunitas (86,7%) dan sebagian kecil
responden tidak terlibat aktif (13,3%). Situasi tersebut menggambarkan bahwa
responden masih memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas dan
tanggungjawabnya.
Sebagai pembaca Kitab Suci, seorang lektor harus, mengerti dan memahami
apa yang dibaca. Kitab Suci bukanlah sesuatu yang asing bagi lektor. Maka setiap
lektor seharusnya memiliki, menghidupi dan mengaktualkan Sabda Kitab Suci dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan menghidupi dan mengaktualkan Sabda, seorang
lektor selalu mendapatkan kekuatan di kala menghadapi persoalan dan diberi
pengharapan serta dimantapkan dalam meneruskan tugas pewartaan.
Kedekatan lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru dengan Kitab Suci
tergambarkan pada beberapa pernyataan responden pada tabel 5, yang menunjukkan
bahwa, membaca dan mendengarkan Kitab Suci pada saat bertugas sebagai lektor
dan ketika mengikuti perayaan Ekaristi di gereja (100%). Hal ini memang sudah
bisa dipastikan mengingat semua responden adalah anggota lektor. Selain itu, ada
beberapa responden mengatakan membaca Kitab Suci pada saat ada hasrat, gelisah,
dan gundah (46,7%), mendapat tugas kuliah (6,7%), dan saat-saat santai (6,7%).
Situasi ini menunjukkan bahwa membaca Kitab Suci belum menjadi suatu kebiasaan.
Membiasakan diri untuk membaca Kitab Suci adalah sesuatu yang sulit sehingga
seringkali harus memaksakan diri dan itupun kalau lagi ingat. Kitab Suci dibaca
hanya ketika sedang dibutuhkan yaitu pada saat gelisah, gundah, dan mendapat tugas
54
kuliah. Di sisi lain menurut penulis, situasi tersebut merupakan pernyataan yang
positif terhadap cara pandang responden terhadap Kitab Suci, bahwa mereka percaya
Kitab Suci dapat memberikan inspirasi terhadap situasi hidup yang sedang mereka
hadapi. Namun alangkah baiknya jika Sabda Kitab Suci selalu menjiwai seluruh
pengalaman hidup setiap umatNya. Seperti pernyataan dari sebagian kecil responden
yang menunjukkan rutinitas membaca Kitab Suci dapat dilakukan setiap hari dan
bahkan dikatakan bahwa Kitab Suci merupakan makanan jiwa (26,7%). Bagi mereka
membaca Kitab Suci setiap hari menjadi kebutuhan. Dengan membaca Kitab Suci
mereka merasa lebih tenang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Berdasarkan hasil wawancara, responden yang belum mempunyai kebiasaan
untuk membaca Kitab Suci dalam keseharian, mengaku bahwa tidak memiliki cara-
cara khusus untuk membaca Kitab Suci. Namun bagi responden yang mengaku
membaca Kitab Suci setiap hari dan bahkan ada yang dilakukan setiap sebelum tidur
dan bangun pagi, mereka memiliki cara-cara khusus seperti berdoa sebelum
membaca, bermeditasi, membaca, merenungkan, dan mengambil makna bacaan bagi
hidupnya.
Memang tidak mudah untuk mengajak kaum muda khususnya sebagian besar
responden untuk membiasakan diri akrab dengan Kitab Suci, apalagi menjadikan
Kitab Suci sebagai suatu kebutuhan sehari-hari. Kaum muda memiliki cara
tersendiri untuk bisa dekat dengan Kitab Suci seperti yang terungkap di atas, dekat
dengan Kitab Suci berarti ada kebutuhan saat itu. Namun hal yang baik bahwa
dengan menjadi lektor responden mengaku lebih sering membaca Kitab Suci
55
dibandingkan sebelumnya. Maka situasi di atas menunjukkan, perlunya katekese
tentang Kitab Suci dalam kehidupan kaum muda, khususnya anggota komunitas
lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta agar lebih mengenal, dekat dan
mencintai SabdaNya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Peranan Kitab Suci dalam Kehidupan Lektor.
Mengartikan Kitab Suci dalam kehidupan berarti memberi makna Kitab Suci
dalam kehidupan seseorang. Berdasarkan hasil wawancara, tabel 6 menunjukkan
bahwa setiap responden memiliki pengertian masing-masing terhadap Kitab Suci.
Pengertian terhadap Kitab Suci oleh responden sangat bervariasi. Namun menurut
penulis pengertian Kitab Suci bagi masing-masing responden merupakan hasil
permenungan berdasarkan pengalaman hidupnya bersama Kitab Suci. Seperti
pernyataan : Kitab Suci adalah Kitab iman yang mampu meneguhkan pengalaman
(20%), penuntun hidup menuju pada keselamatan (26,7%), pedoman hidup (13,3%),
obat kerinduan (13,3%), dan makanan jiwa (13,3%). Semua pengertian Kitab Suci
tersebut jelas mau mengatakan bahwa Kitab Suci memang menyentuh pengalaman
hidup. Kitab Suci memberikan inspirasi terhadap persoalan hidup yang dialami,
sehingga Kitab Suci mampu memberikan terang atasnya.
Supaya Kitab Suci semakin berperan dalam kehidupan responden sebagai
lektor yaitu penyampai Sabda Allah, maka dalam bertugas lektor tidak hanya
membaca tetapi mampu membacakan Sabda kepada umat. Artinya sebelum bertugas
lektor harus melakukan persiapan teknik membaca dan terlebih bahwa lektor
56
memahami apa yang dibaca sehingga akan sungguh menghayatinya. Hal ini diakui
oleh sebagian besar responden dalam wawancara, salah satu pernyataannya adalah
sebagai berikut: ”Sebagai lektor aku selalu melakukan persiapan sebelum bertugas
yaitu latihan teknis dan berusaha memahami maksud bacaan, dan tidak sulit bagi
aku untuk memahami karena sudah sering membaca Kitab Suci”. Apa yang
dibacakan akan berpengaruh dalam kehidupan karena mampu menyentuh
pengalaman hidup.
Melihat lebih jauh peran Kitab Suci dalam kehidupan lektor juga
diungkapkan oleh responden melalui para tokoh idola dan ayat Kitab Suci yang
mengesankan. Allah hadir dan menginspirasikan diriNya melalui para tokoh
pilihanNya (nabi dan rasul) dan melalui SabdaNya yang tertulis dalam Kitab Suci.
Teladan hidup para tokoh memberikan kekuatan tersendiri bagi yang mengaguminya.
Tidak hanya rasa kagum tetapi juga mau meneladaninya pula, karena dirasa
menyentuh pengalaman dan memberikan motivasi hidup. Melalui ayat-ayat Sabda
Kitab Suci ditemukan ketenangan dan kedamaian batin, sehingga menjadikan ayat-
ayat Kitab Suci tersebut sebagai sarana penyejuk di kala hati sedang galau, gelisah
dan khawatir. Selain itu dalam ayat-ayat Kitab Suci terkandung suatu makna
terdalam yang mampu menyentuh pengalaman hidup.
Allah menginspirasikan diri melalui para tokoh juga diakui oleh semua
responden seperti pada tabel 7, yang menunjukkan bahwa mereka mempunyai tokoh
idola dalam Kitab Suci (100%). Setiap responden memiliki tokoh idola masing-
masing. Pengalaman hidup maupun teladan hidup dari sang tokoh idola mampu
57
membawa dampak bagi kehidupan masing-masing responden. Seperti pernyataan
dari salah seorang responden dalam wawancara sebagai berikut:
Tokoh idola adalah Yesus yang berani menanggung sengsara demi menebus dosa manusia,Yesus yang rendah hati dan Maha Rahim. Aku selalu ingin belajar dari Yesus yaitu bersikap rendah hati dan mau memaafkan musuh sekalipun, walaupun sulit.
Allah menginspirasikan diri dalam Sabda ayat-ayat Kitab Suci, berdasarkan
hasil wawancara pada tabel 7 menunjukkan tidak semua responden memiliki ayat
Kitab Suci yang mengesankan. Namun sebagian besar dari mereka memiliki ayat
yang mengesankan (73%) dan sebagian kecil saja yang tidak memiliki ayat yang
mengesankan (27%). Mereka yang memiliki ayat yang mengesankan pada umumnya
merasakan memiliki pengalaman hidup amat dekat berkaitan dengan ayat Kitab Suci
tersebut. Seperti terungkap dalam petikan hasil wawancara terhadap salah seorang
responden yang mengatakan:
Kalau ayat Kitab Suci dari Pengkotbah,Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya. Maknanya bagiku adalah bahwa seringkali kita punya rencana-rencana yang tidak berjalan baik sesuai dengan apa yang kita harapkan. Artinya rencana tersebut tidak baik di mata Tuhan dan Tuhan punya sesuatu yang lain yang lebih baik hanya mungkin tidak pada saat ini. Sebuah kutipan ayat Kitab Suci mampu memberikan makna bagi kehidupan.
Namun bagi responden yang tidak memiliki ayat khusus yang mengesankan
berpendapat bahwa semua ayat Kitab Suci baik bagi kehidupan. Menurut mereka,
ayat Kitab Suci mengesankan atau tidak adalah tergantung dari situasi hati pembaca
itu sendiri. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang responden berikut:
Kalau ayat Kitab Suci saya tidak punya ayat khusus karena ayat Kitab Suci mengesan dan tidaknya tergantung situasi hidup saya, misalkan pada saat
58
sedih menemukan ayat yang bisa menghibur maka itulah ayat yang mengesankan.
Jelas bahwa Sabda Kitab Suci memiliki arti penting bagi kehidupan setiap responden
dalam menghadapi setiap persoalan hidup.
Kesadaran akan pentingnya makna Sabda Kitab Suci dalam hidup mendorong
setiap orang untuk mau mewartakannya kepada rekan-rekannya. Hal inilah yang
dilakukan oleh lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Maka, penting bagi seorang
lektor sebagai penyampai Sabda Allah, memahami perannya dalam perayaan liturgi.
Lektor adalah seorang petugas liturgi yang membacakan Kitab Suci selain Injil.
Lektor juga seorang petugas liturgi yang berarti petugas penting dan mulia dalam
perayaan liturgi karena menyampaikan Sabda Allah. Menyampaikan Sabda Allah
berarti menjadi perwakilan dan kepanjangan lidah Allah untuk menyampaikan warta
Gembira kepada umat beriman. Melalui Sabda yang disampaikan dimaksudkan agar
umat mengalami kehadiran Tuhan dalam hidupnya sehingga semakin mengimaniNya
dan memperoleh keselamatan kekal.
Berdasarkan situasi yang dialami penulis ketika melakukan wawancara
dengan responden, terhadap pertanyaan ‘mengapa Kitab Suci dibacakan dalam
perayaan liturgi?’ terlihat sebagian responden masih ragu-ragu dalam menjawab.
Seperti dalam petikan pernyataan berikut ini: “Supaya mengingatkan umat selain itu
saya tidak tahu.” Menurut penulis, jawaban tersebut mencerminkan bahwa ada
sebagian responden yang belum memahami secara benar perannya dalam perayaan
liturgi dalam menyampaikan Sabda Allah. Hal ini diperkuat lagi dengan pernyataan
59
responden yang mengatakan bahwa “Kitab Suci dibacakan dalam perayaan liturgi
karena merupakan salah satu susunan liturgi.” Belum tepatnya pemahaman sebagian
responden akan pemahaman terhadap tugasnya sebagai seorang lektor bisa saja
dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap arti liturgi. Maka pembekalan liturgi
bagi seorang lektor merupakan hal yang sangat penting untuk membantu lektor
memahami perannya dalam perayaan liturgi.
Di sisi lain, pernyataan dari sebagian responden pada tabel 8, menunjukkan
bahwa mereka dapat memahami perannya sebagai seorang lektor dalam perayaan
liturgi (walaupun pernyataan tersebut diungkapkan oleh responden dengan agak
ragu-ragu). Beberapa Responden mengatakan bahwa pembacaan Kitab Suci dalam
perayaan liturgi membantu umat untuk mengerti bacaan (13,3%), supaya umat
semakin mengenal Allah (6,7%), umat mengerti dan memahami rencana dan
kehendak Tuhan dalam hidupnya (20%), menuntun hidup agar umat mengikutiNya
(13,3%) dan iman dapat tumbuh melalui pendengaran (20%). Dari pernyataan
tersebut menunjukkan bahwa pemahaman responden terhadap perannya sudah cukup
baik. Maka supaya pemahanan terhadap peran lektor dalam perayaan liturgi menjadi
semakin baik, setiap responden khususnya semua lektor di Paroki St. Antonius
Kotabaru perlu mendapat pembinaan tentang liturgi. Agar dengan mengerti
perannya, lektor dapat semakin menghayati tugasnya untuk melayani bukan untuk
tampil. Dengan menghayati makna dari tugasnya berarti lektor juga menghayati
Sabda dalam Kitab Suci. Maka peranan Kitab Suci sungguh tampak dan nyata dalam
tugas seorang lektor.
60
c. Manfaat Sharing Kitab Suci Dalam Lektor.
Dalam kutipan hasil wawancara (lampiran), semua responden mengatakan
bahwa dari kegiatan Sharing Kitab Suci yang pernah diikuti mempunyai banyak
manfaat bagi kehidupan. Walaupun banyak dari responden yang mengaku bahwa,
tidak setiap kegiatan Sharing Kitab Suci bisa ikut, tetapi dari beberapa tema Sharing
Kitab Suci yang pernah diikuti banyak memberikan manfaat. Seperti pada
pernyataan responden pada tabel 9 berikut: bisa belajar dari pengalaman orang lain
(13,3%), semakin dikuatkan dan tumbuh keyakinan untuk mampu bertahan dalam
iman (46,7%), belajar membuka diri, menghargai orang lain, dan mendapat sumber
inspirasi (13,3%), diberi tempat untuk berbagi pengalaman dan memperkaya
pengalaman (6,7%). Selain itu diakui oleh kebanyakan responden, Sharing Kitab
Suci juga memberikan manfaat bagi responden khususnya sebagai lektor yaitu
bertambahnya wawasan dan mendapat tuntunan untuk mengerti Kitab Suci sehingga
semakin banyak referensi pemahaman Kitab Suci yang didapatkan (53,3%).
Kegiatan Sharing Kitab Suci merupakan salah satu upaya yang dilakukan
untuk mendekatkan semua anggota lektor dengan Kitab Suci. Lektor tidak hanya
membaca Kitab Suci ketika mendapat giliran tugas, tetapi lebih dari itu bahwa lektor
menghidupi Kitab Suci. Artinya apa yang Allah Sabdakan juga diupayakan agar
mewarnai seluruh pengalaman kehidupan. Maka, melalui Sharing Kitab Suci lektor
diajak untuk masuk ke dalam teks yang dibacakan, belajar memahami teks yang ada
sehingga mampu menjiwai isinya karena dengan membaca berarti kita menjadi
61
pemeran dalam teks. Dengan demikian lektor belajar memahami suatu bacaan,
sehingga terlatih dan mampu menyampaikan dengan baik kepada umat.
d. Usaha Mendorong Lektor Supaya Menghidupi Kitab Suci.
Hasil wawancara pada tabel 10, menunjukkan bahwa semua responden
menjawab pernah mengikuti pembekalan tentang Kitab Suci pada awal masuk
menjadi anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru (100%). Selain
itu, semua responden juga menjawab pernah mengikuti kegiatan Sharing Kitab Suci
(100%). Kedua kegiatan tersebut diakui sangat membantu mereka untuk mengetahui
gambaran tentang Kitab Suci. Ada pula sebagian kecil responden pernah mengikuti
kursus Kitab Suci yang diselenggarakan di Paroki St. Antonius Kotabaru (20%) dan
Pendalaman Iman (PI) yang diadakan di lingkungan masing-masing (20%). Namun
bukan berarti cukup bagi mereka untuk bisa mengenal Kitab Suci. Mereka mengakui
sangat perlu adanya pembinaan lanjutan bagi lektor supaya membantu mereka untuk
lebih dekat, mengenal dan mencintai Kitab Suci. Bahkan banyak dari responden
yang mengusulkan supaya dibuat bentuk kegiatan-kegiatan yang menarik, agar lektor
semakin tertarik untuk mendalami Kitab Suci. Adapun usulan bentuk-bentuk
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: Sharing Kitab Suci (100%), Kegiatan di
Bulan Kitab Suci Nasional, dan Kelompok Kitab Suci. Namun terlebih dari semua
bentuk kegiatan di atas responden juga berharap agar masing-masing pribadi untuk
mau belajar memakai, membaca dan merenungkan Kitab Suci. Karena bagaimana
mungkin orang menyerukan namaNya kalau dia tidak percaya, bagaimana mungkin
62
orang bisa percaya kalau tidak mengenalNya dan bagaimana mungkin orang
mengenalNya kalau tidak mencari tahu tentang Dia melalui Kitab Suci dengan
mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan.
4. Kesimpulan Hasil Penelitian.
Berdasarkan hasil pembahasan data penelitian di atas, penulis akan membuat
kesimpulan sebagai berikut:
a. Situasi Kehidupan Lektor yang Mendukung Upaya Katekese Tentang Kitab Suci.
Dapat dikatakan bahwa semua anggota komunitas lektor adalah orang-orang
muda yang berpendidikan, memiliki motivasi yang baik, dan bisa terlibat secara
aktif dalam kegiatan komunitas. Menurut penulis situasi ini menjadi suatu peluang
yang baik bagi pembinaan lanjut melalui katekese agar anggota komunitas lektor
semakin dekat, mengenal dan mencintai Kitab Suci dalam kehidupan. Dengan
demikian, membaca Kitab Suci bagi lektor tidak hanya ketika mengikuti perayaan
Ekaristi, tugas lektor, dan saat-saat tertentu tetapi bahwa setiap hari Sabda Kitab
Suci mampu dijiwai dan dihidupi dalam kehidupannya sehingga iman dapat
berkembang dan menjadi matang.
b. Peranan Kitab Suci dalam Kehidupan Lektor.
Sabda Kitab Suci diakui dapat memberikan arti kehidupan bagi anggota
komunitas lektor. Sabda Kitab Suci mampu menyentuh pengalaman hidup, memberi
63
inspirasi atas persoalan hidup, sehingga merasa dikuatkan, diteguhkan dan semakin
dimantapkan untuk menjadi pelayanNya dalam tugas pelayanan lektor. Komunitas
lektor memerlukan adanya pembinaan tentang liturgi agar semakin memahami
perannya dalam menyampaikan Sabda. Selain itu, yang lebih penting adalah
pembinaan iman yang dilakukan terus-menerus melalui katekese agar Sabda Kitab
Suci semakin mampu memaknai kehidupannya.
c. Manfaat Sharing Kitab Suci Dalam Kehidupan Lektor.
Sharing Kitab Suci memberikan banyak manfaat bagi anggota komunitas
lektor. Manfaat yang diperoleh antara lain adalah bisa belajar dari pengalaman orang
lain, semakin dikuatkan dalam iman, belajar membuka diri, menghargai orang lain,
mendapat sumber inspirasi, diberi tempat untuk berbagi pengalaman, dan semakin
banyak referensi pemahaman Kitab Suci yang didapatkan. Hal ini menunjukkan
bahwa katekese sangat penting dilaksanakan dalam setiap komunitas. Melalui
katekese peserta dapat terbantu untuk berjumpa dengan Allah melalui dirinya dan
sesamanya.
d. Usaha Mendorong Lektor Supaya Menghidupi Kitab Suci.
Anggota komunitas lektor merasa sangat memerlukan kegiatan-kegiatan
pendalaman Kitab Suci agar mereka lebih mengenal, dekat dan mencintai Sabda.
Kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci hendaknya dilakukan dengan model yang
lebih kreatif yang disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi peserta. Kegiatan
64
seperti Sharing Kitab Suci hendaknya terus dilaksanakan karena merupakan sarana
bagi mereka untuk lebih mengenal, dekat dan mencintai Kitab Suci dalam kehidupan.
65
BAB IV
KATEKESE TENTANG MAKNA KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN
KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU
Bab ini akan dibagi menjadi lima bagian yaitu gambaran umum katekese,
upaya menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan melalui katekese, arah dasar
katekese, model katekese dan usulan program katekese. Gambaran umum katekese
menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan pengertian katekese dan tujuan katekese.
Upaya menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan melalui katekese akan
menguraikan hubungan Kitab Suci dengan katekese. Sedangkan arah dasar katekese
akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan paham dan tujuan katekese sebagai
salah satu upaya menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di
paroki St. Antonius Kotabaru. Kemudian model katekese akan menguraikan model
berkatekese yang dipilih dalam skripsi ini untuk mendukung upaya di atas. Pada
akhirnya penulis memberikan usulan program katekese yang diuraikan dalam
pembuatan program dan satuan pertemuan.
A. Gambaran Umum Katekese.
1. Pengertian Katekese.
Pada bagian ini akan dipilih dua pengertian katekese secara garis besar.
Uraian ini tidak dimaksudkan untuk menguraikan sejarah pengertian katekese,
karena dua pengertian ini merupakan sebagian dari beberapa rumusan katekese yang
66
ada. Dua rumusan pengertian yang dipilih adalah rumusan menurut Catechesi
Tradendae (Penyelenggaraan Katekese) dan pengertian katekese menurut Pertemuan
Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia II (PKKI II).
Rumusan pengertian Catechesi Tradendae sendiri merupakan rumusan resmi
Gereja tentang katekese yang bersifat internasional. Sedangkan rumusan pengertian
katekese menurut Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-Indonesia II merupakan
rumusan nasional hasil PKKI II. Dari kedua rumusan katekese yang akan diuraikan
tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran tentang katekese yang ada dalam
Gereja dan khususnya Gereja di Indonesia. Dari pengertian-pengertian katekese
akan diambil kesimpulan pengertian katekese menurut penulis.
a. Pengertian Menurut Catechesi Tradendae.
Catechesi Tradendae merupakan dokumen Gereja yang berupa Anjuran
Apostolik dari Paus Yohanes Paulus II. Domumen ini membicarakan tentang
katekese yang ditujukan kepada para uskup, para klerus serta segenap umat beriman.
Paus Yohanes Paulus II mengeluarkan dokumen ini pada tanggal 16 Oktober 1979.
Adapun rumusan katekese menurut dokumen Catechesi Tradendae, Sri Paus
Yohanes Paulus II, artikel 18 adalah sebagai berikut:
Katekese ialah pembinaan anak – anak, kaum muda, dan orang orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar pada pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen.
67
Dokumen Catechesi Tradendae menguraikan katekese secara pokok.
Katekese secara singkat dapat dikatakan sebagai usaha pembinaan iman kepada umat
yang dilaksanakan secara organis dan sistematis. Sangat jelas bahwa katekese
merupakan salah satu usaha Gereja dalam membina iman setiap umat secara teratur
dan terus-menerus. Sasaran utama pembinaan iman tersebut adalah setiap umat
beriman; anak-anak, kaum muda dan orang dewasa. Bahan katekese mencakup
Ajaran Kristen. Ajaran ini disampaikan secara organis dan sistematis. Organis
berarti katekese diberikan secara utuh dan menyeluruh. Sedangkan sistematis berarti
tidak secara improvisasi tetapi secara berencana untuk mencapai suatu tujuan tertentu
(CT. 21).
b. Pengertian Katekese Menurut Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan Se-
Indonesia (PKKI II).
Pertemuan Kateketik Antar Kesuskupan Se-Indonesia (PKKI) adalah suatu
pertemuan nasional untuk membahas hal-hal yang berhubungan dengan katekese di
Indonesia. Pertemuan tersebut dihadiri oleh panitia kateketik dari keuskupan-
keuskupan di Indonesia, para ahli katekese, ahli Kitab Suci dan undangan-undangan
khusus lainnya. Dalam pertemuan tersebut, tema-tema yang dibahas saling berkaitan
dari pertemuan pertama sampai pertemuan yang terakhir. Sampai saat ini telah
diselenggarakan delapan kali PKKI yakni PKKI I sampai PKKI VIII. PKKI II dapat
dikatakan sebagai pertemuan yang sangat penting karena dalam pertemuan ini
dihasilkan suatu rumusan katekese yang khas di Indonesia.
68
Rumusan pengertian katekese PKKI II merupakan perkembangan dari
rumusan PKKI I. PKKI I diselenggarakan di Wisma Samadi Syalom Sindanglaya
Jawa Barat tanggal 10 – 16 Juli 1977 dengan tema “Mencari Arah Katekese di
Indonesia”. PKKI I menghasilkan suatu keyakinan arah dan cita-cita katekese di
Indonesia yaitu katekese sebagai komunikasi iman umat, katekese dari umat untuk
umat, katekese yang menjemaat, yang berdasarkan pada situasi kongkrit setempat
menurut pola Yesus Kristus.
Rumusan pengertian katekese hasil PKKI I kemudian menjadi gagasan
Katekese Umat yang dimantapkan dalam PKKI II. Gagasan Katekese Umat tersebut
masih perlu dijelaskan karena dirasakan masih ada suatu kekaburan atau
ketidakjelasan. Oleh karena itu PKKI II mengambil tema “Katekese Umat”.
Tujuannya adalah untuk lebih menjernihkan gagasan Katekese Umat hasil PKKI I
agar lebih operasional. PKKI II bertempat di Klender dan diselenggarakan pada
tanggal 29 Juni – 5 Juli 1980.
Adapun rumusan Katekese Umat menurut PKKI II, adalah sebagai berikut:
Katekese Umat diartikan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota jemaat/kelompok. Melalui kesaksian para peserta saling membantu sedemikian rupa, sehingga iman masing-masing diteguhkan dan dihayati secara semakin sempurna. Dalam Katekese Umat tekanan terutama diletakkan pada penghayatan iman, meskipun pengetahuan tidak dilupakan. Katekese umat mengandaikan ada perencanaan.
Katekese Umat dijelaskan sebagai komunikasi iman atau tukar pengalaman
iman/penghayatan iman. Penekanan terletak pada komunikasi iman antar peserta
69
katekese (Katekese dari umat untuk umat). Dalam katekese umat, peserta dapat
mengungkapkan pengalaman imannya secara bebas tanpa takut salah demi
memperkaya dan memperteguh iman masing-masing peserta.
Bahan komunikasi iman adalah pengalaman iman bukan pengetahuan iman.
Meskipun pengetahuan iman tidak ditinggalkan tetapi hanya sebagai penunjang saja.
Pengalaman iman sebagai bahan komunikasi iman adalah pengalaman peserta
dengan Yesus Kristus. Dalam Yesus Kristus, manusia beriman dapat berjumpa
dengan Allah karena Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara manusia kepada
Allah. Peserta katekese dapat melihat Yesus Kristus sebagai pola hidup dalam Kitab
Suci, khususnya Perjanjian Baru sebagai dasar penghayatan Gereja sepanjang
sejarah. Yesus Kristus menjadi pola yang terus-menerus dicari baik secara pribadi
maupun kelompok (Huber, 1997:69).
Kedudukan peserta dalam komunikasi iman adalah sederajat. Hal ini dapat
terjadi karena iman peserta katekese adalah sama yakni iman dalam Yesus Kristus.
Karena kedudukan iman yang sama, peserta dapat berdialog dalam suasana terbuka.
Dalam dialog tidak boleh ada yang saling menyalahkan ungkapan pengalaman orang
lain, tetapi yang ada adalah suasana saling menghargai dan saling mendengarkan
(Huber, 1997:70).
Pemimpin katekese umat harus bertindak sebagai fasilitaor. Fasilitator berarti
sebagai pengarah dan penghubung terhadap jalannya katekese umat. Pemimpin
sebagai pengarah berarti seorang yang mengarahkan pembicaraan kelompok agar
hal-hal yang dibicarakan sesuai dengan iman Kristen. Pemimpin pembicaraan tidak
70
boleh memonopoli pembicaraan tetapi menjadi pelayan yang mampu menciptakan
suasana komunikatif dan berusaha membangkitkan semangat agar peserta berani
mengungkapkan pengalaman imannya. Pemimpin katekese berperan penting
menciptakan suasana yang mendukung proses jalannya katekese. Pemimpin
katekese hendaknya menghayati teladan Yesus Kristus sebagai pelayan. Hal ini
berarti bahwa pemimpin harus mampu bersikap adil terhadap peserta dengan tidak
membeda-bedakan jenjang pendidikan, latar belakang budaya dan kemampuan
berpikir peserta.
Dari kedua rumusan katekese di atas yaitu rumusan Catechesi Tradendae dan
rumusan katekese umat PKKI II, penulis akhirnya mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
Katekese merupakan kegiatan yang dilakukan Gereja dalam upaya mewartakan
Yesus Kristus kepada umat yang dilakukan secara terus-menerus. Pewartaan
Yesus Kristus terjadi antara pemimpin katekese dengan peserta dan terutama
antar peserta sendiri, sehingga katekese menjadi komunikasi iman.
Iman menjadi hal pokok agar terjadi katekese. Iman kepada Allah
dikomunikasikan dalam katekese. Tanpa iman tidak mungkin terjadi katekese.
Melalui kegiatan katekese umat mendapat pembinaan iman dengan tujuan agar
iman semakin diteguhkan dan dikuatkan. Dengan kata lain, bahwa melalui
katekese, umat dibina supaya menjadi umat yang beriman dewasa dan mendalam.
71
2. Tujuan Katekese.
a. Tujuan Katekese Menurut Catechesi Tradendae.
Tujuan katekese menurut dokumen ini dapat dilihat dalam rumusan
pengertian katekese. Tujuan tersebut adalah agar umat masuk dalam kepenuhan
hidup Kristen. Secara khas tujuan katekese menurut dokumen Catechesi Tradendae
diuraikan dalam artikel 5 dan artikel 20 yaitu:
Tujuan mutakhir katekese ialah: bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra denganNya. Hanya Dialah , yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta mengayati hidup Tritunggal. Tujuan khas katekese ialah: berkat bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda maupun tua. Sangat jelas bahwa tujuan katekese menurut dokumen ini adalah
menghubungkan dan mengundang kita untuk memasuki persekutuan hidup yang
mesra dengan Yesus Kristus, supaya kita dapat dibimbing kepada cinta kasih Bapa
dalam Roh, sehingga kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kudus. Selain itu,
mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh. Iman yang baru mulai tumbuh
dikembangkan menuju pada kepenuhannya. Kepenuhan iman berarti seluruh hidup
manusia beriman sesuai dengan kehendak Allah. Seluruh unsur perihidup Kristiani
dimantapkan agar sesuai dengan teladan Yesus Kristus.
72
b. Tujuan Katekese Menurut PKKI II.
Tujuan katekese menurut hasil PKKI II dalam buku yang dikumpulkan oleh
Setyakarjana (1997:67) dirumuskan sebagai berikut:
Supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman- menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari, dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih dan semakin dikukuhkan dalam hidup Kristiani kita, pula kita semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat, dan mengokohkan Gereja semesta, sehingga kita sanggup memberi kesaksian tentang Kristus dalam hidup kita di tengah masyarakat.
Tujuan katekese adalah untuk mengajak peserta katekese agar semakin
meresapi pengalaman hidup sehari-hari dalam terang Injil dan bertobat kepada Allah
serta semakin menyadari kehadiran Allah dalam kenyataan hidup sehari-hari. Hal
tersebut dapat diusahakan agar peserta katekese semakin beriman sempurna, hidup
penuh harapan, dapat mengamalkan cinta kasih serta semakin kukuh dalam hidup
berimannya.
Dalam hubungan dengan umat atau Gereja, Katekese Umat mengajak peserta
agar semakin bersatu dalam Kristus, semakin menjemaat. Semakin menjemaat
berarti mau ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan Gereja. Di samping itu Katekese
Umat juga mendorong peserta agar semakin tegas dalam mewujudkan tugas Gereja
setempat dan mengokohkan Gereja semesta. Tujuan yang terakhir dari Katekese
Umat, yaitu agar peserta Katekese Umat sanggup memberi kesaksian tentang Yesus
Kristus di tengah-tengah masyarakat.
Dari kedua tujuan katekese di atas dapat disimpulkan oleh penulis bahwa
tujuan katekese adalah untuk memperdalam, mengembangkan dan mendewasakan
73
iman umat. Dengan demikian umat menemukan ilham baru, sikap dan kesadaran
baru untuk mewujudkan imannya itu dalam hidup sehari-hari demi terwujudnya cita-
cita Kerajaan Allah.
B. Upaya Menggali Makna Kitab Suci Dalam Kehidupan Komunitas Lektor
Melalui Katekese.
Sabda Kitab Suci begitu dekat dengan kehidupan manusia. Di dalam Kitab
Suci diwartakan bagaimana Allah hadir, bersabda dan bertindak di tengah-tengah
hidup manusia dan bagaimana manusia menanggapinya. Dengan kata lain, Kitab
Suci mewartakan perjumpaan antar manusia dengan Allah. Peristiwa perjumpaan
tersebut direfleksikan sebagai pengalaman iman Gereja. Maka melalui Kitab Suci
pula umat beriman dihantar u ntuk berjumpa dengan Allah. Konsili Vatikan II, di
dalam konstitusi dogmatis Dei Verbum pada artikel no 21, menyatakan:
Melalui Alkitab Bapa di surga yang penuh kasih itu mendatangi anak-anakNya dan berbicara dengan mereka. Begitu besar daya kekuatan firman Allah, sehingga merupakan topangan dan tenaga Gereja, kekuatan iman bagi putra-putra Gereja, makanan bagi jiwa, sumber-sumber murni dan kekal bagi kidup rohani. Sangat jelas bahwa, Kitab Suci sebagai warisan iman Gereja dapat
menghantar kita untuk berjumpa dengan Bapa yang penuh kasih. Melalui Kitab Suci
umat beriman mendapatkan daya kekuatan karena:
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia
74
kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik (2 Tim. 3: 16-17).
Selain itu Sabda Kitab Suci juga merupakan makanan bagi jiwa, sumber-sumber
murni dan kekal bagi hidup rohani umat beriman. Maka Gereja perlu mengupayakan
agar umatnya dapat berdialog dengan Kitab Suci, membaca, menggulati dan
merenungkan pesan-pesannya sehingga bermakna bagi kehidupan melalui katekese
(Heryatno Wono Wulung, 1999: 3).
Katekese merupakan salah satu usaha yang dilakukan Gereja untuk
mewartakan Kabar Gembira tentang Yesus Kristus kepada umat manusia. Sumber
warta Kabar Gembira yang utama adalah Kitab Suci. Melalui kisah, pengajaran,
tindakan, nasihat dan pengalaman hidup yang tergambarkan dalam Kitab Suci, umat
manusia diajak untuk berjumpa, belajar semakin mengenal, dan memahami rencana
Tuhan dalam hidupnya. Hal ini berarti bahwa katekese tidak bisa dipisahkan dengan
Kitab Suci, karena Kitab Suci merupakan sumber utama bagi katekese (Heryatno
Wono Wulung, 1999:8).
C. Arah Dasar Katekese.
Dalam mengupayakan katekese tentang Kitab Kitab Suci dalam kehidupan
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru, penulis perlu mengarisbawahi
kembali hasil penelitian pada BAB III B. Hal ini dimaksudkan agar adanya
kesinambungan antara hasil penelitian dengan katekese yang akan diupayakan dalam
komunitas lektor, sehingga dapat membantu untuk mencari arah katekese yang tepat
dan sesuai.
75
Semua anggota lektor adalah orang-orang yang berpendidikan: SMU
(33,3%), SPG (6,7%), Akademik (6,7%), Sarjana Strata 1 (46,7%) dan Sarjana Strata
2 (6,7%). Mereka memiliki motivasi yang baik: ingin tahu tentang Kitab Suci
(40%), melayani Tuhan (33,3%), ingin terlibat dalam kehidupan menggereja (6,7%),
dan agar kehidupan iman terjaga dan semakin tumbuh (13,3%). Selain itu, sebagian
besar dari mereka terlibat aktif dalam kegiatan komunitas (86,7%). Situasi tersebut
sangat mendukung diupayakannya katekese.
Di sisi lain, bahwa hanya sebagian kecil anggota lektor yang memiliki
kebiasaan membaca dan mendengarkan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari
(26,7%). Hal ini berarti, perlu diupayakannya katekese yang mengajak lektor agar
membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci, lektor akan
memperoleh inspirasi yang menuntun dan memberi terang bagi hidup. Kitab Suci
tidak hanya sebagai obat kerinduan dan sarana untuk menemukan jawaban-jawaban
(13,3%), tuntunan di saat mengalami kejatuhan (6,7%). Artinya bahwa Kitab Suci
oleh umat beriman, tidak hanya dibutuhkan pada saat-saat tertentu saja, misalnya
pada saat orang merasa sakit membutuhkan obat dan saat sehat tidak butuh obat.
Tetapi lebih dari itu, bahwa Sabda Kitab Suci mampu menjadi makanan bagi jiwa
yang “dikonsumsi” setiap hari. Maka katekese juga perlu memberikan pemahaman
kepada lektor bahwa Kitab Suci bukan semata-mata sebagai obat yang dapat
menyembuhkan penyakit.
76
Pemahaman yang benar tentang Kitab Suci membantu lektor agar semakin
menghayati makna Kitab Suci dalam hidup, komunitas dan tugasnya dalam perayaan
liturgi. Hal ini berarti lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru ditantang untuk
menghidupi Kitab Suci. Lektor diharapkan dapat membantu umat agar memahami
Sabda Kitab Suci yang dibacakan dalam perayaan Ekaristi. Kitab Suci dibacakan
dalam perayaan Ekaristi bukan hanya sekedar sebagai salah satu susunan liturgi
(6,7%). Maka katekese juga perlu mengajak lektor agar memahami perannya secara
tepat dalam perayaan liturgi.
Hasil penelitian memberikan peluang yang baik bagi upaya katekese. Semua
memandang perlu diadakan kegiatan pendalaman Kitab Suci (100%). Dan dari
berbagai bentuk kegiatan, mereka mengusulkan agar kegiatan Sharing Kitab Suci
tetap dijalankan (100%).
Bertitik tolak dari latar belakang tentang penelitian di atas, katekese harus
berusaha mengajak lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta agar
menyadari pentingnya membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci bagi
perkembangan iman mereka. Dalam tugasnya sebagai lektor, katekese perlu
membantu agar lektor semakin memahami perananya dalam menyampaikan Sabda
Kitab Suci dalam perayaan liturgi. Katekese harus dapat mengajak mereka dengan
cara yang tepat agar semakin beriman melalui Kitab Suci.
Dari kedua pengertian katekese yang dijabarkan pada gambaran umum
mengenai katekese di atas, dengan melihat latar belakang penelitian maka pengertian
katekese yang tepat bagi komunitas lektor adalah katekese sebagai usaha pewartaan
77
Sabda melalui komunikasi iman yang di dalamnya melibatkan pengalaman hidup
peserta dan penyampaian Ajaran Kristen. Melalui katekese lektor diajak untuk
melihat secara kritis pengalaman hidupnya, mendengarkan Sabda Tuhan, berjumpa
denganNya, dan menemukan inspirasi dan kekuatan baru untuk memperkembangkan
hidup berimannya. Dengan kata lain, katekese perlu mengajak lektor agar membaca,
merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam kehidupan. Dengan membaca,
merenungkan dan menghayati Kitab Suci, lektor semakin mengenal Kristus, karena
tidak mengenal Kitab Suci berarti tidak mengenal Kristus (Dei Verbum art. 25)
Kemudian katekese membantu mereka berani mengambil langkah dan keputusan
konkrit dalam hidupnya baik sebagai mahasiswa, karyawan, anggota Gereja dan
masyarakat, agar semakin mantap dan bertanggungjawab dalam menjalankan
tugasnya sebagai pribadi yang beriman.
D. Model Katekese.
Dalam mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan, penulis
akan menggunakan model atau pendekatan katekese yang telah berkembang dan
seringkali digunakan dalam Gereja. Maka, dalam skripsi ini, penulis mengusulkan
model Shared Christian Praxis (SCP).
1. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese.
Shared Christian Praxis (SCP) merupakan salah satu model berkatekese.
Model ini mempunyai dasar teologis yang kuat, menggunakan model pendidikan
78
yang progresif dan memiliki keprihatinan pelayanan pastoral yang aktual. Model ini
juga menekankan proses katekese yang bersifat dialogis-partisipatif. Artinya bahwa
model ini lebih melibatkan peserta sebagai subyek dalam proses berkatekese. Antar
peserta sendiri dengan fasilitator tidak ada kesenjangan atau pembedaan tetapi
adanya suatu relasi yang sederajat. Peserta tidak hanya sebagai pendengar tetapi
terlibat secara bebas dan bertanggungjawab dalam mengungkapkan pengalamannya.
Setiap pribadi tentunya memiliki pengalaman hidup yang berbeda-beda. Dengan
pengalaman tersebut masing-masing peserta dapat semakin memperkaya pengalaman
dan saling meneguhkan. Hal ini berarti bahwa baik peserta maupun fasilitator dapat
menjadi nara sumber yang saling memperkaya pengalaman (Heryatno Wono
Wulung, 1997:1).
Hubungan antar subyek yang sederajat dalam perjumpaan tersebut akan
memunculkan suatu kesadaran baru tentang pentingnya kebersamaan, rasa
solidaritas, dan tanggungjawab dalam hidup berkomunitas, studi dan tugas pelayanan
agar visi dan misi dapat tercapai. Semua peserta menjadi partner yang saling
mendukung, memberi, menjadi saudara dan saudari dalam Yesus Kristus. Dengan
segala daya dan kemampuan peserta terlibat aktif dan secara kritis mengolah tradisi
dan visi hidup mereka kemudian mempertemukannya dan mengkonfrontasikan
dengan tradisi Kristiani. Selanjutnya dengan kesadaran yang kritis-reflektif dan
didukung oleh suasana dialogis peserta tergerak untuk membuat suatu penegasan,
penilaian serta mengambil keputusan yang tepat yang mendorong peserta pada
79
keterlibatan baru yakni mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah (Heryatno Wono
Wulung, 1997:4).
Orientasi utama dari model ini adalah praksis yaitu perwujudan nilai-nilai
Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi, masyarakat dan Gereja. Sebab dengan
keterlibatan yang konkrit dalam menghadirkan Kerajaan Allah di dunia ini, jemaat
menghayati imannya kepada Allah yang telah mewahyukan diriNya kepada manusia.
Selain itu mereka juga terbantu untuk semakin dekat dan bersatu dengan Allah,
mengenal kehendakNya, semakin mencintaiNya serta semakin merasakan kehadiran
dan campur tangan Allah dalam hidupnya. Keterlibatan dalam mewujudkan
Kerajaan Allah mengandaikan bahwa jemaat beriman (peserta) baik pribadi maupun
bersama mengalami proses metanoia atau pertobatan yang terus-menerus.
Pertobatan ini mengantar peserta pada integritas pribadi sebagai subyek dan
mendorong mereka untuk selalu penuh perhatian dan peka pada apa yang terjadi
dalam dirinya sendiri, Gereja dan masyarakat. Sehingga dengan tegas mengambil
keputusan yang tepat demi terwujudnya Kerajaan Allah (Heryatno Wono Wulung,
1997:36).
Berangkat dari pemaparan pokok-pokok pendekatan berkatekese model SCP,
menurut penulis, model tersebut sangat tepat dipilih sebagai model berkatekese di
dalam komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru dalam mengupayakan
katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan. Penelitian pada BAB III B
menunjukkan bahwa anggota komunitas lektor adalah orang-orang yang
berpendidikan. Situasi tersebut akan sangat mendukung proses bekatekese yang
80
dialogis-partisipatif, karena peserta sendiri memiliki kemampuan berkomunikasi
yang baik sehingga semuanya dapat terlibat secara aktif. Selain itu, peserta
merupakan anggota dalam satu komunitas yang sudah saling mengenal antar satu
dengan yang lain, tentunya relasi tersebut akan mendukung terciptanya kebersamaan,
kekompakkan dan adanya sikap saling menghargai.
Melalui model katekese SCP, anggota komunitas lektor diharapkan lebih
dapat mengolah pengalaman-pengalaman hidupnya sebagai mahasiswa, karyawan,
anggota Gereja dan anggota masyarakat dengan tradisi dan visi Kristiani. Dalam
proses katekese pula peserta diajak untuk mampu memaknai Sabda Kitab Suci di
dalam kehidupannya sehari-hari, mampu menjiwai Sabda dalam sikap dan tindakan.
Sebagai lektor, peserta semakin dimantapkan dalam mewujudkan imannya dengan
menjadi pelayan Sabda dalam perayaan liturgi. Peserta semakin mencintai tugas dan
tanggungjawabnya sebagai mahasiswa, karyawan, anggota Gereja dan masyarakat.
Dengan demikian nilai-nilai Kerajaan Allah dapat semakin terwujud.
2. Tiga Komponen Pokok dalam Shared Christian Praxis.
Berikut ini penulis memaparkan 3 komponen pokok dalam Shared Christian
Praxis yang disadur oleh Heryatno Wono Wulung dari tulisan Groome “Sharing
Faith: Comprehensive Approach to Religius Education and Pastoral Ministry”
(1997:2-7) sebagai berikut:
81
a. Praxis.
Praxis mengacu pada tindakan manusia demi tercapainya suatu transformasi
kehidupan yang di dalamnya terkandung proses kesatuan dialektis antara praktek dan
teori yaitu kreatifitas, antara kesadaran historis dan refleksi kritis yaitu keterlibatan
baru.
b. Christian.
Katekese model SCP mengusahakan agar kekayaan iman Kristiani dan
visinya dapat terjangkau dan semakin relevan dalam kehidupan umat beriman pada
zaman sekarang. Kekayaan iman kristiani mempunyai dua unsur pokok yaitu
pengalaman kristiani (tradisi) dan visi kristiani.
Tradisi kristiani menyangkut pengalaman iman jemaat yang sungguh dihayati
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam konteks ini, tradisi dipahami sebagai medan
perjumpaan antara rahmat Allah yang nyata dalam diri Yesus Kristus dan tanggapan
manusia atas rahmat Allah tersebut. Tradisi kristiani meliputi Kitab Suci,
spiritualitas, refleksi, refleksi teologis, sakramen, liturgi, nyanyian rohani,
kepemimpinan jemaat dan sebagainya.
Visi Kristiani menggarisbawahi adanya tanggungjawab dan pengutusan orang
Kristiani sebagai jalan untuk menghidupi sikap dan semangat kemuridan Kristus.
Visi Kristiani yang paling mendasar adalah tanggungjawab untuk mewujudkan nilai-
nilai Kerajaan Allah dalam praksis hidup konkrit. Visi Kristiani menunjuk pada
82
proses sejarah kehidupan manusia yang berkesinambungan dan dinamis,
mengundang penilaian, penegasan, membuat pilihan, dan keputusan yang tepat.
Tradisi dan visi Kristiani tidak terpisahkan dalam sejarah hidup jemaat
Kristiani. Keduanya mengusahakan adanya penyingkapan nilai-nilai Kerajaan Allah
di tengah realitas hidup manusia. Oleh karena itu keduanya harus diinterpretasikan
berdasarkan kepentingan, nilai dan budaya umat setempat. Keduanya harus menjadi
sarana untuk berdialog, menumbuhkan rasa memiliki dan kesatuan sebagai jemaat
beriman, sekaligus meneguhkan identitas Kristiani.
c. Shared.
Istilah shared menunjuk pada pengertian komunikasi timbal balik antara
peserta dan pendamping/fasilitator maupun antar peserta juga menunjuk pada
partisipasi aktif peserta, adanya sikap egalitarian, terbuka terhadap diri sendiri, orang
lain maupun terhadap rahmat Tuhan. Istilah ini juga menekankan aspek dialog
dalam proses katekese, persaudaraan, keterlibatan, dan solidaritas dari setiap peserta.
Selanjutnya dalam sharing semua peserta diharapkan dapat terbuka mengungkapkan
pengalaman imannya dan siap pula mendengarkan dengan empati kesaksian iman
peserta lain. Selanjutnya sharing juga terkandung hubungan dialektis antar
pengalaman hidup faktual peserta dengan tradisi dan visi Kristiani.
83
3. Langkah-langkah Shared Christian Praxis.
Ada lima langkah pokok dalam proses pelaksanaan katekese model Shared
Christian Praxis dengan didahului langkah nol. Langkah nol dalam SCP tidak selalu
ada, artinya langkah nol bisa saja ditiadakan. Langkah nol bertujuan mendorong
peserta menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkrit yang
selanjutnya menjadi tema dasar pertemuan. Hal ini dimaksudkan supaya tema besar
yang ditemukan sungguh-sungguh mencerminkan pokok-pokok hidup, keprihatinan,
permasalahan, dan kebutuhan peserta.
Berikut ini penulis akan menjelaskan secara singkat langkah-langkah model
SCP (Heryatno Wono Wulung, 1997:9-35) sebagai berikut:
a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Faktual.
Langkah pengungkapan pengalaman faktual ini mengajak peserta untuk
mengungkapkan pengalaman hidupnya. Pengalaman hidup itu dapat diungkapkan
melalui cerita, puisi, tarian, nyayian, drama singkat, simbol dan sebagainya.
Tujuannya adalah agar peserta menjadi sadar dan kritis akan pengalaman hidupnya
sendiri dan dapat mengkomunikasikannya kepada peserta yang lain.
Untuk mengungkapkan pengalaman hidup anggota komunitas lektor di
Paroki St. Antonius Kotabaru sebagai peserta, pemimpin katekese dapat mencari
cerita, puisi, drama pendek, berita kasus dan lain-lain yang relevan dan disesuaikan
dengan tema yang diolah dalam pertemuan katekese yang dilaksanakan. Kemudian
pemimpin membuat dan memberikan pertanyaan-pertanyaan penuntun kepada
84
peserta sesuai dengan tema. Tujuannya adalah pertanyaan-pertanyaan tersebut
menuntun peserta agar lebih mudah mengungkapkan pengalamannya.
b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis Terhadap Praksis Faktual.
Langkah kedua ini lebih mendalami langkah pertama. Peserta merefleksikan
secara kritis pengalaman-pengalaman yang ditemukan pada langkah pertama.
Tujuan langkah ini adalah untuk mengantar peserta pada kesadaran kritis akan
pengalaman faktual mereka. Dengan refleksi kritis pengalaman faktual, peserta
diharapkan memperoleh “tradisi” dan visi bagi mereka sendiri.
Bagi anggota komunitas lektor di paroki St. Antonius Kotabaru sebagai
peserta, mereka diajak untuk merefleksikan secara kritis pengalaman-pengalaman
faktual. Melalui dialog dan komunikasi dengan peserta yang lain, langkah ini
menghasilkan kesadaran kritis yang diharapkan menjadi milik mereka. Pada
akhirnya, mereka akan menemukan tradisi dan visi mereka sendiri yang akan
dikonfrontasikan dengan Tradisi dan visi Kristiani.
c. Langkah Ketiga: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani Terjangkau.
Orientasi dari langkah ini adalah mengusahakan supaya tradisi dan visi
Kristiani menjadi terjangkau; lebih dekat dan relevan bagi hidup peserta di jaman
sekarang. Tradisi adalah pengungkapan pengalaman iman yang sungguh dihidupi
Gereja sepanjang sejarahnya. Hal-hal yang termasuk Tradisi Gereja adalah dogma,
Kitab Suci, spiritualitas dan devosi, kebiasaan hidup beriman, aneka kesenian Gereja,
85
liturgi, kepemimpinan dan lain-lain. Visi merefleksikan harapan dan janji, mandat
dan tanggungjawab yang muncul dari tradisi suci yang bertujuan untuk mendorong
dan meneguhkan iman peserta dalam keterlibatannya untuk mewujudkan nilai-nilai
Kerajaan Allah. Langkah ini mengusahakan tradisi dan visi tersebut menjadi makin
terjangkau dan relevan untuk kehidupan peserta. Maka, Tradisi dan visi Kristiani
perlu dijelaskan dan diinterpretasikan.
Berkaitan dengan katekese sebagai salah satu upaya untuk menggali makna
Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru,
langkah ini menjadi kesempatan yang baik untuk menyampaikan dan mengolah
pengetahuan dan pemahaman dari sumber-sumber katekese terutama Kitab Suci.
Pada langkah ini peran pendamping mendapatkan tempatnya. Pendamping
bertugas untuk menafsirkan tradisi dan visi Kristiani agar lebih terjangkau bagi
kehidupan peserta. Pendamping memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada
peserta, menghilangkan segala macam hambatan sehingga peserta mendapat peluang
yang besar untuk menemukan nilai-nilai dari Tradisi dan visi Kristiani.
d. Langkah Keempat: Interpretasi Dialektis antar Praksis dan Visi Peserta dengan
Tradisi dan Visi Kristiani.
Langkah ini mendorong peserta untuk menginternalisasikan dan
mensosialisasikan nilai Tradisi dan visi Kristiani sehingga menjadi bagian hidup
peserta. Tradisi dan visi Kristiani meneguhkan, mengkritik dan mengundang peserta
untuk melangkah pada praksis yang lebih maju. Langkah ini juga mendorong peserta
86
agar dapat hidup lebih beriman demi semakin terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah
di tengah kehidupan manusia.
Berkaitan dengan upaya menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru melalui katekese, langkah ini
mendorong lektor untuk melihat kembali pengalaman-pengalaman faktual yang telah
diolah pada langkah I dan II. Kemudian, pengalaman-pengalaman tersebut
diintegrasikan ke dalam Tradisi dan visi Kristiani yang diolah pada langkah III.
Demikian juga sebaliknya, peserta katekese (komunitas lektor) berusaha
mempersonalisasikan Tradisi dan visi Kristiani menjadi milik mereka sendiri.
e. Langkah Kelima: Keterlibatan Baru demi makin Terwujudnya Kerajaan Allah.
Langkah ini mengajak peserta supaya sampai pada keputusan konkrit.
Peserta diajak untuk menghidupi iman Kristiani pada konteks hidup mereka. Peserta
mengambil keputusan-keputusan berdasarkan tema-tema dasar yang diolah pada
pertemuan katekese.
Berkaitan dengan upaya menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru melalui katekese, langkah ini
mengajak peserta untuk mengambil langkah dan keputusan konkrit sesuai dengan
tema-tema yang diolah. Misalnya tema tentang “membaca Kitab Suci” mengajak
mereka untuk berniat membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam
hidup sehari-hari, tidak hanya ketika bertugas sebagai lektor atau dalam perayaan
liturgi saja, tetapi hidup mereka setiap hari selalu dijiwai Kitab Suci.
87
E. Usulan Tema Dan Program Katekese.
1. Tema dan Program Katekese.
Untuk menentukan tema-tema dalam berkatekese, penulis harus
menyesuaikan dengan situasi dan latar belakang komunitas lektor di Paroki St.
Antonius Kotabaru dalam mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dimaksudkan agar tema tersebut mengena dan sesuai
dengan kebutuhan mereka. Tema-tema tersebut diolah untuk mencapai satu tema
yaitu “Semakin beriman melalui Kitab Suci”. Maka beberapa tema dapat
dikembangkan menjadi sub tema-sub tema. Beberapa sub tema katekese diusulkan
sesuai dengan hasil penelitian pada pembahasan arah dasar katekese di atas, sebagai
berikut:
Tema Umum : Semakin beriman melalui Kitab Suci.
Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin berkembang dalam
iman dengan membiasakan diri membaca, merenungkan dan
menghayati Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari.
Sub tema I : Apa itu Kitab Suci?
Tujuan : Peserta semakin bertumbuh dalam pemahaman yang tepat
terhadap Kitab Suci sebagai Firman Allah yang hidup.
Sub tema II : Membaca Kitab Suci dalam kehidupan.
Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin sering membaca,
mencari pesan Allah yang difirmankan.
Sub tema III : Kitab Suci sebagai sumber inspirasi hidup.
88
Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin menyadari
pentingnya Kitab Suci sebagai inspirasi bagi hidup,
sehingga mendorong untuk membiasakan diri membaca,
merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam
kehidupan.
Sub tema IV : Menghayati tugas pelayanan lektor dalam menyampaikan
Sabda Kitab Suci dalam Perayaan Ekaristi.
Tujuan : Lektor memahami perananya dalam perayaan Ekaristi,
sehingga semakin menyadarkan lektor supaya mampu
menyampaikan Sabda dengan baik.
Untuk penyusunan program katekese, penulis akan memaparkan keempat sub
tema yang telah dikemukakan di atas. Kemudian keempat sub tema tersebut
diuraikan dalam pembuatan matriks program katekese (lihat lampiran 4). Sedangkan
untuk pelaksanaan program, penulis merencanakan satu kali dalam setiap bulan yaitu
selama empat bulan. Pelaksanaan program ini menyesuaikan dengan kegiatan
Sharing Kitab Suci yang selama ini sudah berlangsung dan menjadi kegiatan rutin
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Adapun jadwal pelaksanaan
program katekese, sebagai berikut:
• Pertemuan I : Jumat, 12 Oktober 2007, Pukul 18.30 – 20.00 WIB.
• Pertemuan II : Jumat, 9 November 2007, Pukul 18.30 – 20.00 WIB.
• Pertemuan III : Jumat, 14 Desember 2007, Pukul 18.30 – 20.00 WIB.
89
• Pertemuan IV : Jumat, 11 Januari 2008 , Pukul 18.30 – 20.00 WIB.
2. Satuan Pertemuan.
a. Identitas Katekese Shared Christian Praxis.
Judul Pertemuan : Kitab Suci sebagai sumber inspirasi hidup umat beriman.
Tujuan : agar pendamping dan peserta semakin menyadari akan
pentingnya Kitab Suci sebagai inspirasi bagi hidup.
Peserta : Anggota Lektor St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.
Tempat : di ruang Perpustakaan Gedung Karya Sosial (GKS)
Hari/tanggal : Jumat, 12 Oktober 2007
Waktu : Pkl. 18.30 – 20.00 WIB
Metode :- Sharing pengalaman
- Refleksi pribadi
- Informasi
- Tanya jawab
Model : Shared Christian Praxis
Sarana :- Teks pertanyaan pendalaman
- Teks/Kitab Suci Perjanjian Baru
- Teks lagu
- Tape dan kaset instrumen
Sumber Bahan :- 2 Tim 3: 12 – 17
90
- Diane Bergant CSA dan Robert J. Karris OFM, (2002).
Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius.
- Pengalaman Peserta.
b. Pemikiran dasar.
Dalam kenyataan banyak umat Kristiani kurang menyadari pentingnya Sabda
dalam Kitab Suci sebagai sumber inspirasi hidup. Padahal hampir setiap umat
Kristiani memiliki Kitab Suci, namun mereka hampir tidak pernah menyentuh
apalagi membacanya. Pandangan bahwa Kitab Suci adalah buku yang berat,
susah dipahami kiranya masih sangat lekat dalam diri umat Kristiani. Hal yang
hampir serupa terjadi di komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru
Yogyakarta, bahwa sebagian besar anggota komunitas lektor belum memiliki
kebiasaan membaca Kitab Suci dalam kehidupan. Kegiatan membaca Kitab Suci
dilakukan hanya ketika bertugas sebagai lektor, mengikuti perayaan Ekaristi dan
pada saat-saat tertentu saja. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnya
kesadaran anggota komunitas lektor akan pentingnya membaca, mencari dan
menggali inspirasi Kitab Suci bagi kehidupan. .
Kitab Suci sebagai inspirasi kehidupan berarti Kitab Suci dijadikan sebagai
petunjuk dan bimbingan dari Allah bagi umat beriman. Dalam 2 Tim 3: 12-17,
Santo Paulus memberi nasehat kepada Tomitius agar ia selalu berpegang teguh
pada Kitab Suci. Kitab Suci dapat memberikan pengajaran, menyatakan
kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Tentu
saja, Santo Paulus juga mengajak semua umat beriman terutama anggota
91
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta agar berpegang
teguh pada Kitab Suci. Anggota komunitas lektor dapat mencari petunjuk dan
bimbingan yang diberikan Allah sendiri melalui pengajaran dan pendidikan dari
Kitab Suci (Diane Bergant dan Robert J. Karris, 2002: 402 - 403).
Dari pertemuan ini, anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius
Kotabaru Yogyakarta diharapkan dapat memahami dan menyadari mereka
mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk mencari dan menggali makna Kitab
Suci dan memperoleh inspirasinya bagi kehidupan iman mereka. Dengan
mengikuti nasehat dari St. Paulus tersebut, anggota Komunitas lektor di Paroki
St. Antonius Kotabaru Yogyakarta, diharapkan agar semakin diteguhkan dan
berani menggunakan Kitab Suci dalam kehidupan dengan membaca,
merenungkan dan menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari.
c. Pengembangan langkah-langkah.
1) Pembukaan
Lagu “Kusiapkan Hatiku Tuhan” (lampiran 5)
Pengantar
Teman-teman yang terkasih dalam Tuhan kita Yesus Kristus bisa berkumpul
di tempat ini karena kasih Allah. Kita berkumpul menjadi satu keluarga besar
untuk menanggapi kasih Allah tersebut dengan mencari dan menggali inspirasi
dari Kitab Suci, dengan membaca dan merenungkan SabdaNya kita akan
menemukan inspirasi baru bagi kehidupan kita. Yesus Kristus, patut menjadi
92
teladan hidup bagi kita sebagai umat beriman, maka sudah selayaknyalah kita
menuruti nasehatnya yaitu berpegang teguh pada SabdaNya.
Doa Pembukaan
Allah Bapa yang mahakasih, kami bersyukur dan berterimakasih kepada-Mu,
atas kasih setia-Mu yang senantiasa menyertai kami. Secara khusus kami
berterimakasih karena Engkau berkenan mengumpulkan kami kembali di tempat
ini untuk mendalami sabda-Mu. Kiranya kami semakin disadarkan akan
pentingnya membaca, merenungkan dan menghayati SabdaMu dalam kehidupan
kami, sehingga kami mampu menemukan inspirasi yang dapat memberikan
kekuatan dalam menjalani tugas-tugas kami sebagai mahasiswa, karyawan,
anggota Gereja dan anggota masyarakat. Amin.
2) Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual
• Pengantar.
Teman-teman terkasih, kita akan menyanyikan sebuah lagu yang berjudul
“Sabda Kehidupan” dari Kidung Ekaristi no. 021 (lampiran 5). Untuk itu marilah
kita menyanyikannya dengan penuh penghayatan agar kita terbantu untuk
mengerti maksud dari lagu tersebut.
• Pendamping dan peserta menyanyikan bersama-sama lagu ”Sabda Kehidupan”.
Setelah selesai menyanyikan lagu tersebut, masing-masing peserta diminta untuk
93
membaca kembali dan memahami maksud dari lagu tersebut. Kemudian peserta,
diminta mensharingkan pengalamannya dengan panduan pertanyaan berikut:
a) Apa yang teman-teman pahami dengan lagu “Sabda Kehidupan”?
b) Ceritakanlah pengalaman tentang usaha teman-teman dalam memanfaatkan
Kitab Suci dalam hidup sehari-hari?
• Suatu contoh Arah Rangkuman
Lagu ”Sabda Kehidupan” merupakan lagu yang mengambarkan bagaimana
seharusnya kita bersikap terhadap Sabda Tuhan. Sabda Tuhan menjadi pedoman
dan pegangan hidup. Banyak usaha yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan
dan menghidupi Sabda Tuhan tersebut dalam hidup kita sehari-hari. Bisa dengan
mengikuti perayaan Ekaristi di Gereja, Pendalaman Iman di lingkungan, Sharing
Kitab Suci, dan kebiasaan berdoa yang disertai dengan membaca, merenungkan
dan menghayati Kitab Suci.
3) Langkah II: Refleksi Kritis Atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
• Peserta diajak untuk merefleksikan sharing pengalaman dan lagu di atas dengan
dibantu pertanyaan sebagai berikut:
a) Apakah lagu Sabda Kehidupan sudah tepat menggambarkan makna Sabda
bagi kehidupan kita?
b) Apakah peranan dan makna Kitab Suci bagi kehidupan Anda?
c) Faktor-faktor apakah yang menghambat Anda untuk menggali inspirasi dari
Kitab Suci?
94
• Dari jawaban yang telah diungkapkan oleh peserta, pendamping memberikan
rangkuman singkat.
• Suatu Contoh Arah Rangkuman:
Lagu “Sabda Kehidupan” sudah cukup jelas menggambarkan peranan dan
makna Sabda Kitab Suci bagi kehidupan. Kita dapat memperdalam kehidupan
beriman dengan membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam
kehidupan sehari-hari. Kita dapat mencari petunjuk dan bimbingan dari
SabdaNya sendiri, dapat mengenal cinta kasih Allah, dan lain-lain. Singkatnya,
kita dapat menjadikan Kitab Suci sebagai sumber Inspirasi bagi kehidupan.
4) Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih Terjangkau.
• Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope
langsung dari Kitab Suci, 2 Tim 3:12 – 17 atau dari teks fotocopy yang dibagikan
(lampiran 6).
• Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi
merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa
pertanyaan, sbb:
a) Bagaimana nasehat Paulus pada Timotius menghadapi berbagai masalah
hidup?
b) “Dari kecil Timotius sudah mengenal Kitab Suci”. Bagaimana pendapat
teman-teman terhadap pernyataan tersebut?
95
• Pendamping memberikan interpretasi atau tafsir dari bacaan dari 2 Tim 3:12 – 17
dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema
dan tujuan, misalnya, sbb:
Dalam surat tersebut, Paulus menasehati Timotius agar selalu berpegang
teguh pada Kitab Suci untuk menghadapi masalah-masalah hidup. Sebab Paulus
yakin bahwa masalah-masalah hidup akan diberi terang melalui Kitab Suci yang
dapat mengantar pada kebenaran.
Sejak kecil Timotius adalah rekan sekerja St. Paulus dalam menyebarkan
iman. Hal tersebut tentu saja berkat usaha ibunya yang sudah memperkenalkan
Kitab Suci kepada Timotius, ”Di situ ada seorang murid bernama Timotius;
ibunya adalah seorang Yahudi dan telah menjadi percaya” (lihat. Kis. 16:1b).
Paulus mengenal baik latar belakang kehidupan Timotius rekan sekerjanya dalam
menyebarkan iman. Ia mengenal keluarganya, ia tahu lingkungan di mana
Timotius dibesarkan dan dididik sebagai seorang Kristen yang bertobat,
keluarganya sangat memperhatikan Kitab Suci, yang membimbing mereka pada
iman akan Yesus Kristus.
Dalam kutipan suratnya, St. Paulus menggambarkan pengalamannya sendiri
tentang kedekatan eratnya dengan Sabda Tuhan. Sabda itu mengajar dia
mengenal siapa Yesus Kristus. Apa yang Ia perbuat bagi kita, apa yang Ia
kehendaki dari kita. Sabda Tuhan juga menunjukkan kelemahan-kelemahan kita,
dosa dan kekurangan kita. Firman itu juga mendorong untuk bertobat dan
kembali ke jalan benar.
96
5) Langkah IV: Interpretasi/Tafsir Dialektis antara Tradisi dan Visi Kristiani dengan
Tradisi dan Visi Peserta.
• Sebagai bahan refleksi agar semakin mampu menjadikan Kitab Suci sebagai
sumber inspirasi hidup, dengan mengajak peserta merenungkan pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
a. Apakah arti nasehat St. Paulus bagi kehidupanku sebagai orang beriman?
b. Sikap-sikap mana yang bisa teman-teman perjuangkan agar dapat menjadikan
Kitab Suci sebagai sumber inspirasi hidup?
Teman-teman terkasih, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi, kita telah
menemukan peran dan makna Kitab Suci melalui lagu ”Sabda Kehidupan”. Hal
tersebut patut kita catat bahwa kita juga menjadikan Kitab Suci sebagai pedoman
dan pegangan hidup dengan mencari dan menggali inspirasinya dalam kehidupan
kita sehari-hari.
Kita juga telah diteguhkan oleh St. Paulus dalam suratnya kepada Timotius.
Surat tersebut menantang dan mendorong kita sebagai orang beriman agar mulai
membiasakan diri membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam
kehidupan.
Banyak usaha yang dapat kita lakukan untuk memanfaatkan Kitab Suci dalam
kehidupan. Misalnya, dengan mengikuti perayaan Ekaristi, Pendalaman Iman di
lingkungan, Sharing Kitab Suci di komunitas lektor, dan doa harian yang disertai
dengan membaca, merenungkan dan menghayati maknanya sehingga kita
menemukan inspirasi bagi hidup kita sehari-hari.
97
6) Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan Allah di
Dunia ini.
Teman-teman terkasih, kita sekarang diajak untuk memikirkan niat-niat dan
bentuk keterlibatan kita yang baru agar kita semakin memiliki kebiasaan
membaca, merenungkan, dan menghayati Kitab Suci sehingga kita menemukan
inspirasi baru bagi kehidupan kita. Dengan demikian kita semakin disadarkan
akan pentingnya Kitab Suci sebagai inspirasi bagi hidup beriman kita. Berikut
ini adalah pertanyaan penuntun untuk membantu peserta membuat niat-niat:
a) Niat apa yang hendak kita lakukan supaya mampu menjadikan Kitab Suci
sebagai sumber inspirasi hidup?
b) Hal-hal apa saja yang perlu kita perhatikan dalam mewujudkan niat-niat itu?
Selanjutnya peserta diberi kesempatan dalam suasana hening dan dibantu
dengan suara musik intrumen, peserta memikirkan sendiri-sendiri niat-niat
pribadi dan kemudian membicarakan bersama dalam kelompok guna menentukan
niat bersama yang akan dilakukan, dan kalau masih ada waktu, selanjutnya
dibicarakan dan didiskusikan bersama. Setelah itu peserta diberi kesempatan
untuk menyampaikan doa permohonan pribadi yang diawali oleh pendamping,
kemudian baru diikuti oleh peserta.
7) Penutup.
Setelah doa umat, pendamping menutup pertemuan dengan berdoa, sebagai
berikut:
98
Doa penutup:
Tuhan Yesus Kristus kami sungguh berterimakasih kepadaMu atas segala
kasih setiaMu, yang telah menyertai sepanjang hidup kami terlebih pada
pertemuan kami kali ini. Kami sungguh-sungguh semakin diperteguhkan dengan
nasehatMu melalui lagu ”Sabda Kehidupan” dan Surat St. Paulus kepada
Timotius agar kami mampu berpegang teguh pada ajaranMu dan mampu
menjadikan Kitab Suci sebagai inspirasi bagi hidup kami. Bantulah kami agar
selalu mampu menjadikan Kitab Suci sebagai inspirasi bagi hidup dengan
membaca, merenungkan dan menghayati SabdaMu dalam kehidupan kami sehari-
hari sehingga kami siap untuk mewartakannya dalam setiap perkataan, tindakan
dan sikap kami di manapun kami berada. Amin.
Lagu Penutup “Baca Kitab Suci” (lampiran 5)
99
BAB V
PENUTUP
Pada Bab V ini penulis membuat kesimpulan atas apa yang sudah dibahas
pada bab-bab sebelumnya. Penulis juga menyampaikan saran yang perlu bagi para
pembina iman dalam mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.
A. Kesimpulan.
1. Kitab Suci merupakan buku warisan yang berisi pengalaman iman umat
Perjanjian Lama dan umat Perjanjian Baru yang sangat tinggi nilainya. Kitab
Suci menjadi salah satu sumber iman Gereja sepanjang masa yang tidak akan
habis digali inspirasinya. Kitab Suci adalah kitab untuk mempertemukan umat
agar mengenal Allah yang adalah kasih dan penyelamat manusia. Dengan
membaca, merenungi dan menghayati Kitab Suci umat beriman dapat
menemukan petunjuk dan bimbingan dari Allah. Maka Kitab Suci akan tetap
menjadi buku biasa saja jika tidak dibaca, direnungkan dan dihayati dalam
kehidupan.
2. Lektor sebagai pembaca Kitab Suci (selain Injil) dalam perayaan liturgi
mempunyai tugas membacakan agar bisa didengar oleh umat dan menyampaikan
Sabda Allah kepada umat beriman dalam perayaan liturgi. Supaya lektor dapat
menyampaikan Sabda Allah dengan baik, lektor perlu memiliki semangat
100
pelayanan, pembinaan yang menyangkut pembinaan biblis, liturgis dan teknis.
Selain itu, menjadi hal yang sangat penting adalah lektor membaca, merenungkan
dan menghayati Sabda Kitab Suci dalam kehidupannya sehari-hari agar jiwanya
selalu disukmai Kitab Suci.
3. Gereja selalu mendorong dan membantu umat beriman terutama lektor di Paroki
St. Antonius Kotabaru Yogyakarta agar semakin dapat menggunakan Kitab Suci
dalam kehidupan. Namun kenyataannya masih banyak lektor yang belum
memiliki kebiasaan membaca Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Oleh
karena itu, skripsi ini membantu mereka agar dapat menggunakan Kitab Suci
dalam kehidupan sehari-hari. Mereka diajak untuk membaca, merenungkan dan
menghayati Kitab Suci sehingga menemukan makna yang mampu memberi
inspirasi bagi hidup imannya.
4. Penulis menyimpulkan bahwa katekese adalah upaya yang baik untuk menggali
makna Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius
Kotabaru Yogyakarta. Sedangkan Model katekese yang kiranya membantu
upaya tersebut adalah Shared Christian Praxis (SCP). Melalui tema dan program
katekese yang diusulkan dalam skripsi ini, penulis berharap agar anggota
komunitas lektor menjadi semakin beriman dengan membaca, merenungkan dan
menghayati makna Kitab Suci dan menjadikan Kitab Suci sebagai inspirasi hidup
berimannya sehari-hari.
101
B. Saran.
Agar anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta
semakin mampu menyampaikan Sabda dalam perayaan liturgi dan hidup beriman
mereka semakin bertumbuh, maka penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Pastor Paroki St. Antonius Kotabaru perlu memberikan perhatian dan dukungan
bagi perkembangan komunitas lektor dalam menjalankan tugasnya sebagai
penyampai Sabda dalam perayaan Ekaristi. Perhatian dan dukungan yang
dimaksudkan adalah memberikan masukan bagi lektor yang bertugas, dan
mendukung upaya-upaya yang dilakukan oleh komunitas yang berguna bagi
peningkatan hidup beriman lektor.
2. Para pembina iman agar memberikan pembinaan yang tepat bagi komunitas
lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta melalui katekese tentang
Kitab Suci, agar kehidupan beriman mereka semakin tumbuh dan berkembang.
3. Tim kerja bidang liturgi agar mengupayakan pembinaan teknis bagi lektor baru
dan melakukan koordinasi yang baik dalam membantu lektor menjalankan
tugasnya.
4. Teman-teman komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta,
agar saling mendukung menciptakan suasana komunitas yang solid, penuh
persaudaraan dan semakin menggiatkan pembinaan teknis bagi semua anggota
lektor, terutama bagi anggota lektor yang baru agar semakin terlatih untuk
membacakan Kitab Suci sehingga dapat menjalankan tugasnya pelayananya
102
dengan baik. Dan hal yang terpenting adalah teman-teman mau membaca,
merenungkan, dan menghayati Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari agar
kehidupan beriman kita semakin berkembang dan dewasa.
103
DAFTAR PUSTAKA
Banawiratma, JB., (Cs). (1986). Membaca Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius. Diane Bergant CSA dan Robert J. Karris. (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru,
Yogyakarta: Kanisius. Diktat Pembekalan Lektor Gereja Santo Antonius Kotabaru. (2005). Manuskrip. ----------. (2007). Manuskrip. Groenen, C. (1980). Pengantar ke Dalam Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius. Groenen, C., – Leks, Stefan. (1986). Percakapan Tentang Alkitab: Sesudah Konsili
Vatikan II. Yogyakarta: Kanisius. Groome, Thomas H. (1997). Shared Crhistian Praxis. Suatu Model Berkatekese.
(FX. Heryatno Wono Wulung, Penyadur). Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Kateketik Puskat. (Buku asli diterbitkan 1991).
Hardawiryina, R., (penterjemah). (1993). Dokumen Konsili Vatikan II. Jakarta: Obor. Harun, M. (1996). Penggunaan Kitab Suci Sebagai Buku Umat. Jakarta: Obor. Hermawan Warsito. (1995). Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan
Mahasiswa. Jakarta: PT. Pustaka Utama. Heryatno Wono Wulung. (1999). Kitab Suci di Dalam Katekese. Umat Baru. 191,
hal. 3 – 14. Huber, Th. (1997). Arah Katekese di Indonesia, (Setyakarjana, J.S., Manuskrip).
Yogyakarta: Pusat Kateketik. Husein Umar. (2000). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT. Raja Grapindo. Jacobs, Tom., (penterjemah, (1969). Konstitusi Dogmatis Dei Verbum Tentang
Wahyu Ilahi. Yogyakarta: Kanisius. ----------. (1993). Permasalahan Sekitar Kitab Suci 1, Umat bertanya Tom Jacobs
Menjawab. Yogyakarta: Kanisius. LAI. (2002). Alkitab. Jakarta: LAI. LBI. (1977). Kerasulan Kitab Suci. Jakarta: LBI Leba A.A. & John M.P. (1994). Latihan Menjadi Lektor, Seri Pastoralia. Ende:
Nusa Indah. Leks, Stefan. (1983). Tumbuh Dalam Iman Berkat Alkitab. Yogyakarta: Kanisius. ----------. (1996). Mengenal ABC Kitab Suci. Yogyakarta: Kanisius. Martasudjita, E. (1999). Sabda Allah Penuh Daya, Memahami Perayaan Sabda
Secara Kontekstual. Yogyakarta: Kanisius. ----------. (2001). Komunitas Transformatif. Yogyakarta: Kanisius. Nasution, S., Prof. Dr., MA., (1992). Metodologi Penelitian Naturalistik. Bandung:
Tarsito. Pareira. (1991). Peranan Kitab Suci dalam Liturgi. Yogyakarta: Kanisius. ----------. (2006). Lectio Divina; Membaca dan Berdoa dari Kitab Suci. Malang:
Dioma. Roesdianto V. (2005). Sembilan Prinsip Lektor Sebagai Penyampai Sabda Allah.
Semarang:Yayasan Pustaka Nusatama.
104
Setyakarjana, J.S. (1997). Arah Katekese di Indonesia. Yogyakarta: Pusat Kateketik.
Suharyo, I. (1991). Membaca Kitab Suci, Paham-Paham Dasar. Yogyakarta: Kanisius.
Tujuh Puluh Lima Tahun Perjalanan Menjadi Gereja Bagi Semua, Gereja St. Antonius Kotabaru Yogyakarta: Manuskrip.
Waskito J. (1981). Menjadi Lektor. Yogyakarta: Kanisius. Yohanes Paulus II. (1992). Catechesi Tradendae. (R. Hardawiryana, Penterjemah).
Jakarta: Dokpen KWI (Dokumen asli diterbitkan tahun 1979).
105
LAMPIRAN
(1)
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian
UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK Jl. Ahmad Jazuli No. 2 Yogyakarta
No. : 101/IPPAK/IX/2006
Hal : Ijin Penelitian
Kepada
Yth. Romo M. Sriyanto, S. J. Romo Paroki St. Antonius Kotabaru Jn. Dewa Nyoman Oka 18 Yogyakarta
Dengan hormat,
Dengan ini kami memohonkan ijin untuk mahasiswa kami:
Nama : Maria Nia Daniati FA. NIM : 021124023 Program Studi : IPPAK
Jurusan : Ilmu Pendidikan Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Perguruan Tinggi : Universitas Sanata Dharma
Untuk melakukan penelitian lapangan dengan judul “Mengupayakan Katekese tentang Kitab Suci
dalam Kehidupan Komunitas Lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta”. Penelitian ini
dilakukan dalam rangka penyelenggaraan tugas akhir (Skripsi) sebagai syarat kelulusan program
studi Strata Satu (S1).
Atas perhatian dan ijin yang diberikan kami mengucapkan terimakasih.
Yogyakarta, 30 September 2006
Kaprodi IPPAK
Drs. FX. Heryatno Wono Wulung S. J., M.Ed.
(2)
Lampiran 2: Panduan Pertanyaan Wawancara A. Situasi Kehidupan Lektor yang Mendukung Upaya Katekese Tentang Kitab
Suci. 1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja? 2. Apa motivasi anda menjadi lektor? 3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor? 4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana
cara membaca Kitab Suci? B. Peranan Kitab Suci dalam Kehidupan. 5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai
lektor? 6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi
inspirasi bagi hidup anda? 7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi? C. Manfaat Sharing Kitab Suci dalam Kehidupan Lektor. 8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam kegiatan Sharing
Kitab Suci? D. Usaha Mendorong Lektor Supaya Menghidupi Kitab Suci. 9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti? 10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor?
Bentuk kegiatan yang anda sukai?
(3)
Lampiran 3: Hasil Wawancara
Hasil Wawancara Responden 1 (Satu)
Saudari Vivien
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
Saya dari SD sampai SMA menempuh pendidikan di sekolah Negri. Baru sekarang; Perguruan Tinggi, saya menempuh pendidikan di lembaga Katolik yaitu di IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhusuan Pendidikan Agama Katolik).
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Awalnya saya melihat lektor membaca ketika di Bandung lalu muncul kekaguman saya, ketika melihat lektor sebagai pewarta Sabda, maka dari melihat tersebut saya ingin sekali menjadi lektor. Ketika saya ke gereja St. Antonius Kotabaru, saya melihat ada komunitas yang menampung para lektor, saya tertarik dan bergabung dengan komunitas lektor.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Saya selalu berusaha untuk hidup berkomunitas, berusaha mengikuti semua kegiatan yang ada. Tapi saya juga punya skala prioritas, yang jelas studi tetap menjadi prioritas utama. Kalau ada kegiatan yang tidak bisa diikuti saya mengkomunikasikannya kepada koordinator dan teman-teman yang bertanggungjawab untuk kegiatan tersebut. Waktu awal masuk komunitas saya sering diminta sebagai pelaksana kegiatan seperti Sharing Kitab Suci. Kegiatan-kegiatan lain yang saya ikuti misalnya Ziarah, Sharing Kitab Suci, Pertemuan Bulanan lektor (Tembul), Koor, dan bertugas sebagai lektor tidak pernah bolong.
Selasa, 8 Mei 2007 Pukul. 10.30 – 10.50 WIB
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Saya mendengarkan Kitab Suci pada saat dibacakan oleh lektor dan oleh Romo dalam Perayaan Ekaristi di gereja. Membaca Kitab Suci pada saat mendapat tugas kuliah karena saya kuliah di IPPAK (Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik) jadi mau tidak mau saya harus bergulat dengan Kitab Suci karena Kitab Suci menjadi bahan kuliah saya. Kalau dalam keseharian, membaca Kitab Suci memang agak sulit bagi saya, saya tidak punya jadwal untuk membacanya, tidak setiap hari tetapi ketika ada hasrat, merasa gelisah dan gundah, saya langsung mencari perikop dan
(4)
yang kedua membaca Kitab Suci ketika ada tugas kuliah. Ketika mendapat tugas dari kampus saya membaca Kitab Suci dengan cara langsung mencari perikope yang dimaksud, jadi saya lebih menggunakan Kitab Suci sebagai bahan studi. Tapi ketika saya membaca Kitab Suci dalam kaitannya dengan hidup keimanan, saya juga tidak harus melakukan langkah-langkah atau cara-cara formal dalam membaca. Saya langsung membuka Kitab Suci dan langsung membaca apa yang ingin saya baca dengan kata lain saya membaca apa yang kebetulan saya buka. Selanjutnya saya langsung merenungkannya dan mengkonfrontasikan dengan pengalaman hidup. Dan bagi saya Kitab Suci menjadi ajaib walaupun saya tidak membacanya secara rutin. Ketika akan bertugas sebagai lektor saya melakukan persiapan yaitu jauh-jauh hari mencari bacaan yang akan digunakan untuk bertugas dengan melihat kalender Liturgi, membaca teks asli Kitab Suci. Persiapan merupakan hal yang sangat penting karena membaca Kitab Suci bukan untuk diri sendiri tetapi membacakan untuk umat.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci adalah Kitab Iman karena berisi pengalaman iman umat, artinya bahwa Kitab Suci begitu dekat dengan kehidupan ;tidak jarang saya temui, rasakan dan alami. Kitab Suci mampu meneguhkan iman atau pengalaman hidup sehari-hari. Maka sebagai lektor ketika hendak bertugas perlu latihan membaca berulang-ulang untuk memahami dan menghayati isinya karena apa yang dibacakan berguna bagi kehidupan yang dijalani. Dengan demikian menumbuhkan kedekatan saya dengan Kitab Suci walaupun tidak begitu dekat
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Kalau ayat saya tidak hafal cuma ingat kata-katanya, tapi kalau tokoh saya sangat mengidolakan Rasul Paulus karena Tuhan memakai orang yang “brengsek” seperti dia untuk menjadi pelayan Dia. Berarti bukan tidak mungkin Tuhan juga memakai saya yang seperti ini untuk menjadi pelayanNya.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Agar umat mampu mengkonfrontasikan pengalaman hidupnya dan mampu merasakan kehadiran Tuhan di tengah-tengah mereka.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Diberi tempat untuk mengungkapkan pengalaman yang berkatian dengan tema yang kemudian diteguhkan dengan Sabda Kitab Suci. Saya menyadari bahwa pengalaman hidup saya juga dialami oleh tokoh-tokoh di dalam Kitab
(5)
Suci. Maka saya menjadi semakin terbuka pada kehendakNya. Selain itu saya juga diperkaya dengan pengalaman teman-teman. Maka Sebagai lektor, kita sebenarnya diajak masuk ke dalam teks yang dibacakan, belajar memahami teks yang ada sehingga mampu menjiwai isinya karena dengan membaca kita menjadi pemeran dalam teks.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Sebelum kuliah belum pernah, tetapi ketika kuliah memang Kitab Suci menjadi materi dan bahan kuliah, selain itu juga ketika ada tugas-tugas praktek kuliah misalnya pemimpin Pendalaman Iman di lingkungan atau di komunitas Lektor.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Sangat perlu sebagai ajang latihan, belajar menghayati teks Kitab Suci dan memperkaya teks. Bentuk kegiatan tidak harus membuat moment khusus, bisa sebelum pertemuan-pertemuan dengan menyediakan waktu 10 – 15 menit. Kegiatan Sharing Kitab Suci sudah bagus dan perlu dipertahankan.
(6)
Hasil wawancara Responden 2 (Dua)
Saudara Jimmy
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
Saya menempuh pendidikan SD Tarakanita, SMPN 5, SMAN 1 dan kuliah di ATMAJAYA jengjang S2. Waktu SD dapat pelajaran agama, SMP dan SMA juga dapat tetapi diruangan terpisah dan pelajaran tidak begitu maxsimal. Ketika di Perguruan Tinggi juga dapat pelajaran agama saat semester awal.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Ingin melayani Tuhan. 3. Bagaimana keterlibatan anda di
komunitas lektor? Selalu terlibat aktif dalam setiap kegiatan yang ada, kalaupun tidak bisa terlibat sudah memberi tahu sebelumnya.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Membaca Kitab Suci sebelum tidur, pada waktu bangun pagi sebelum berangkat kerja dan pada waktu tugas di lektor di gereja. Kalau mendengarkan Kitab Suci pada saat mengikuti perayaan Ekaristi baik harian maupun mingguan. Cara yang dilakukan yaitu dengan menciptakan suasana tenang, membaca dan merenungkannya.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci bagi saya sebagai suatu penuntun untuk menuju kepada keselamatan yaitu dengan meneladani Tuhan Yesus. Dalam kesaharian saya selalu berusaha meneladani. Sebagai lektor artinya sebagai penyampai Sabda, punya tanggung jawab yang besar, tidak boleh membaca salah. Maka sebagai lektor harus berusaha menyampaikan Sabda Allah dengan baik dan enak di dengar.
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Tokoh Stefanus karena itu nama babtis saya dan yang terutama adalah Yesus. Yesus adalah orang yang fleksibel Dia bisa menjangkau semua golongan manusia dari yang atas sampai bawah dan Yesus mencintai musuhNya. Suatu tantangan besar bagi saya untuk bisa mencintai musuh. Kalau ayat Kitab Suci saya tidak punya ayat khusus karena ayat Kitab Suci mengesan dan tidaknya tergantung situasi hidup saya, misalkan pada saat sedih menemukan ayat yang bisa menghibur maka itulah ayat yang mengesankan.
Selasa, 8 Mei 2007 Pukul. 20.30 – 20.52 WIB
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Iman tumbuh karena pendengaran, pendengaran akan firman Allah.
(7)
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Menambah wawasan, dan membantu penghayatan terhadap Kitab Suci. Selain itu sharing pengalaman dari teman-teman mampu memberi motivasi hidup.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Selain kegiatan Sharing Kitab Suci di komunitas lektor,sekarang saya sedang mengikuti kursus Kitab Suci di Pastoran bersama Fr. HerwantoSJ.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Sangat perlu untuk membantu lektor mengerti dan memahami Kitab Suci. Perlu memotivasi teman-teman untuk terlibat dalam kegiatan pendalaman Kitab Suci. Kegiatan Sharing Kitab Suci sangat membantu untuk memahami Kitab Suci maka perlu dipertahankan.
(8)
Hasil wawancara Responden 3 (Tiga)
Saudari Anas
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
SD Pangudi Luhur di Solo, SMPN di solo, SMAN juga di Solo, kuliah di UGM (Universitas Gadjah Mada) di Yogyakarta. Selama bersekolah di sekolah negri tetap dapat pelajaran agama tapi standar-standar saja.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Ingin membantu umat agar bisa mendengarkan Sabda Tuhan dengan baik dan ingin melayani umat.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Sangat terlibat dan kalau dibutuhkan tetap membantu selagi punya waktu.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Yang jelas tidak setiap hari, saya sering lupa untuk membaca Kitab Suci kalau ingat baru membaca dan itupun kalau ada niat. Sekarang masih memaksa diri untuk bisa membaca tetapi tidak punya metode khusus untuk membaca, aku membaca apa yang menarik dan membaca ke mana tanganku menuntu. Dan biasanya aku membaca pada saat sepi/merasa diri sepi. Kalau mendengarkan Kitab Suci pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi, Sharing Kitab Suci dan ibadat di lingkungan. Saya lebih suka membaca Kitab Suci sendiri karena kalau tidak mengerti bisa membaca berulang-ulang.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci sebagai obat kerinduan dan salah satu sarana untuk menemukan jawaban-jawaban. Memang tidak selalu mendapat jawaban pada saat membaca tetapi pasti menemukan jawaban dengan cara yang lain setelah menbaca Kitab Suci. Sebagai lektor saya lebih bisa akrab dengan Kitab Suci dan terbantu untuk memahami dan menghayatinya.
Rabu, 8 Mei 2007 Pukul. 19.00 – 19.16 WIB
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Rasul Paulus karena sering membacanya. Dari perjuangannya, pertobatannya dan menurut aku dia seorang murid yang sangat kompeten. Makna yang bisa diambil dari Rasul Paulus bagi aku adalah segala sesuatu itu bisa dan harus diperjuangkan. Kalau ayat Kitab Suci dari Pengkotbah”Tuhan membuat segala sesuatu indah pada waktunya”. Maknanya bagiku adalah bahwa seringkali kita punya rencana-rencana yang tidak berjalan baik sesuai dengan apa yang kita harapkan. Artinya rencana tersebut tidak baik di mata Tuhan
(9)
dan Tuhan punya sesuatu yang lain yang lebih baik hanya mungkin tidak pada saat ini.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Agar umat mengerti dan memahami rencana dan kehendak Tuhan dalam hidupnya.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Bisa belajar dari pengalaman teman-teman, terbantu untuk menemukan pokok-pokok dari bacaan, dan menambah banyak wawasan tentang Kitab Suci, sehingga sebagai lektor terbantu untuk bisa menyampaikan bacaan dengan lebih baik karena mengerti maksud dari bacaan tersebut.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan Kitab Suci pada saat awal menjadi menjadi lektor, dan Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Seorang lektor perlu mengenal Kitab Suci dan tahu tentang Kitab Suci karena dengan demikian terbantu untuk bisa menyampaikan dengan baik kepada umat. Harapannya semakin banyak lektor yang berani untuk membaca Kitab Suci. Selain itu terus diupayakan agar teman-teman lain terlibat dalam kegiatan Pendalaman Kitab Suci, maka Sharing Kitab Suci harus dipertahankan.
(10)
Hasil wawancara Responden 4 (Empat)
Saudara Surya
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
SD di Tarakanita Bumijo, SMPN 1 dan SMAN 7 dan sekarang kuliah di UGM jurusan teknologi hasi hutan. Selama menempuh pendidikan dari SD sampai sekarang selalu mendapatkan pelajaran agama.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Karena saya kurang begitu tahu tentang Kitab Suci jadi menjadi lektor ingin tahu tentang Kitab Suci.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Saya selalu membantu selagi dibutuhkan dan selalu berusaha mengikuti semua kegiatan yang ada dalam komunitas seperti: Sharing Kitab Suci, Koor, Tembul, dan kegiatan-kegiatan yang lain.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Saya membaca Kitab Suci pada saat tidak ada kerjaan atau pada saat-saat santai dan saya suka membaca tentang nabi-nabi. Diusahakan membaca minimal satu kali dalam satu minggu. Ketika membaca Kitab Suci saya tidak memilih Kitab Suci tertentu. Saya membaca biasa-biasa saja tidak ada cara-cara tertentu yang saya gunakan, karena saya membaca hanya sekedar ingin tahu saja dan membaca seperti ketika saya membaca artikel atau majalah. Kalau mendengarkan Kitab Suci pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi dan Sharing Kitab Suci.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci berisi pengalaman manusia pada jaman dahulu seperti cerita nabi-nabi dan gerasi berikutnya bisa mengerti apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupannya. Dengan kata lain Allah menginginkan kehidupan manusia seperti yang di sabdakan dalam Kitab Suci. Kitab Suci bagi saya sebagai penuntun hidup, maka Sabda Tuhan harus disampaikan kepada umat jaman sekarang melalui lektor. Maka seorang lektor harus mempersiapkan bacaan lalu membaca dengan serius kerena merupakan Sabda kebenaran. Lektor membacakan agar umat tahu maksud yang dibacakan.
Kamis, 10
Mei 2007
Pukul. 20.30
– 20.50 WIB
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Tokoh yang paling menarik adalah Yesus karena membawa pembaharuan misalnya hukum Taurat diluruskan maksudnya. Selain itu Yesus berani tampil walaupun akhirnya Dia disalibkan. Saya ingin meneladani Yesus
(11)
yaitu berani membawa pembaharuan bagi diri sendiri dan orang lain, menjalani tanggungjawab yang kecil-kecil sebagai umat Allah. Ayat yang mengesankan:”apa yang kamu lakukan terhadap sesamaku, itu kamu lakukan untukKu”. Maknanya tubuh kita adalah bait suci Allah, jadi apa yang kita lakukan terhadap orang lain berarti kita lakukan juga terhadap Allah.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Supaya mengingatkan umat selain itu saya tidak tahu.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Sharing pengalaman dari teman-teman meneguhkan saya; menjadi semakin sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna maka dengan membaca Kitab Suci manusia semakin disempurnakan. Wawasan tentang Kitab Suci semakin bertambah. Termotivasi untuk mengetahui tentang Kitab Suci dan kalaupun tidak tahu maksud, melakukan konsultasi kepada orang yang tahu misalnya kepada Frater.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan awal ketika masuk dalam komunitas lektor, Sharing Kitab Suci dan dulu pernah ikut PIA (Pendampingan Iman Anak) dan PIR (Pendampingan Iman Remaja).
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Sangat perlu karena Kitab Suci sebagai tuntuntan bagi manusia untuk menjadi sempurna di mata Allah. Maka untuk lektor Sharing Kitab Suci tetap dipertahankan karena meruapakan kegiatan yang bagus.
(12)
Hasil wawancara Responden 5 (Lima)
Saudari Margie
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
TK sampai Kuliah di Yayasan Katolik, selain mengikuti pelajaran agama di sekolah, pada waktu SD dan SMP ada kegiatan Pendalaman Iman (PI).
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Ingin melayani, karena Tuhan sudah memberikan semuanya maka sekarang saatnya untuk memberi kepada orang lain.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Setiap tugas harus dijalani walupun pernah bolong karena terlambat bangun, tetapi aku senang dapat tugas banyak. Sering ikut semua kegiatan yang ada dan sebisa mungkin mengikuti dan membantu dalam kegiatan-kegiatan. Hanya sekarang sering tidak bisa ikut berkegiatan karena ada tugas tambahan memberi les.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Membaca Kitab Suci setiap hari dan harus. Aku merasa perlu saat-saat teduh, karena kita perlu untuk mendengarkan Tuhan bicara lewat membaca Kitab Suci. Saat Tuhan berbicara kita mendengarkan dan sat kita bicara Tuhan mendengarkan kita. Jadi setiap hari harus ada waktu khusus untuk berkomunikasi dengan Tuhan. Biasanya menggunakan cara kontemplasi, membaca diam dan mendengarkan. Selain itu juga mengunakan buku renungan harian untuk mencari makna dari bacaan.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci membarikan kedamaian, ketenangan dalam melakukan semua katifitas sehari-hari, sehingga membantu untuk mengambil keputusan secara bijak. Kitab Suci juga menuntun suara hati. Kitab Suci sebagai makanan jiwa, sehingga tidak bisa jauh dari membaca Kitab Suci. Pernah sampai dua hari tidak membaca Kitab Suci, dan kau merasa hidupku menjadi bingung tidak punya arah. Sebagai lektor aku selalu melakukan persiapan sebelum bertugas yaitu latihan teknis dan berusaha memahami maksud bacaan, dan tidak sulit bagi aku untuk memahami karena sudah sering membaca Kitab Suci.
Jumat, 11 Mei 2007 Pukul. 18.30 – 19.03 WIB
6. Apakah anda punya tokoh idola dan Tokoh idola adalah Yesus yang berani menanggung sengsara demi
(13)
ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
menebus dosa manusia,Yesus yang rendah hati dan Maha Rahim. Aku selalu ingin belajar dari Yesus yaitu bersikap rendah hati dan mau memaafkan musuh sekalipun, walaupun sulit. Ayat Kitab Suci:”Hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan”, maknanya bagi aku adalah bahwa hidup di luar Kristus sama dengan “mati” tanpa Roh. Selain itu juga ayat yang berbunyi “Karna segala sesuatu diciptakan untuk Dia, bagi Dia dan oleh Dia”, maknanya bagi aku adalah bahwa hidup itu hanya untuk kemulian Tuhan.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Karena Kitab Suci adalah Sabda Tuhan, maka dengan dibacakan Kitab Suci supaya umat semakin mengenal Allah.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Semakin mengenal Yesus, jadi tahu pengalaman spiritual teman-teman dan merasa diteguhkan, karena mengerti bahwa Tuhan bisa bekerja dengan berbagai macam cara kepada setiap orang, sehingga bisa belajar dari pengalaman tersebut. Selain itu lebih mengenal, mengerti apa yang Tuhan maksud bagi kehidupan. Memperkaya pemahaman tentang Kitab Suci dan semakin percaya kepada Tuhan.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pendalaman Iman, pembekalan awal menjadi lektor, Sharing Kitab Suci, Sekolah orientasi melayani, dan sekarang mengikuti kursus Kitab Suci di pastoran setiap hari Rabu malam bersama Fr. Herwanto SJ.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu karena sebagai pengikut Kristus harus tahu siapa yang diikuti yaitu melalui Kitab Suci. Memang kesadaran setiap orang berbeda dan mulailah dengan diri sendiri untuk akrab dengan Kitab Suci. Selain itu Sharing Kitab Suci tetap diadakan, bisa juga dengan mengikuti kursus Kitab Suci dan mengikuti Perayaan Ekaristi Harian dan mingguan dengan mendengarkan Kitab Suci.
(14)
Hasil wawancara
Responden 6 (Enam) Saudari Vero
Waktu
wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
Aku tidak TK, tapi sejak kecil memang ikut sekolah minggu. Di sana biasanya kakak pendamping bercerita tentang kisah-kisah dari Kitab Suci. Aku di SDN tidak dapat pelajaran agama, SMP dan SMU di sekolah swasta Yayasan Katolik. Sedangkan sekarang Perguruan Tinggi di UGM. Aku dari kecil memang sudah sering ikut kegiatan-kegiatan Gereja, misalnya menjadi Putri Altar, Sekolah minggu dan sampai sekarang menjadi lektor.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Ingin tahu tentang Kitab Suci, walaupun awalnya terpaksa untuk membaca Kitab Suci tetapi memang harus dipaksa.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Ya aku berusaha untuk selalu aktif selagi punya waktu dan biasanya aku banyak membantu di seksi Rohani seperti persiapan untuk Sharing Kitab Suci
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Aku biasanya membaca Kitab Suci menggunakan buku renungan harian, tetapi itupun kalau lagi mau, kalau lagi tidak mau, aku hanya berdoa saja. Biasanya membaca ketika lagi mengalami depresi, untuk mencari pemecahan atas persoalan yang sedang dialami. Kalau mendengarkan Kitab Suci pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi dan Sharing Kitab Suci atau pada waktu pertemuan dan Kitab Suci dibacakan. Biasanya cara-cara yang saya lakukan untuk membaca Kitab Suci adalah berdoa, menyiapkan hati sejenak, membaca dan merenungkannya.
Sabtu, 12 Mei 2007 Pukul. 08.00 – 08.22 WIB
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci aku anggap sebagai teman di saat jawaban atas persoalan hidup tidak ditemukan. Kitab Suci tidak pernah menghakimi, Kitab Suci memberi terang atas persoalan hidup dan memberi pemecahan. Sebagai lektor, Kitab Suci sebagai panduan utama untuk mengemban tugas karena lektor tanpa Kitab Suci adalah omong kosong. Ketika aku hendak bertugas biasanya melakukan persiapan minimal sati hari sebelumnya, supaya aku
(15)
tahu maksud ayat yang akan dibacakan. Selain itu aku juga melakukan latihan teknik membaca.
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Yesus, karena Dia adalah orang yang sangat bijaksana, tidak pernah menghakimi, tetapi dengan caraNya sendiri manusia menjadi tahu. Kalau ayat aku tidak punya ayat khusus yang berkesan, karena bagiku tidak ada patokan mengenai ayat tertentu. Semua ayat bagiku berkesan karena menyentuh pengalaman hidup.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Membantu umat untuk mengerti bacaan yang dibacakan, maka umat tidak membaca sendiri, tetapi dibacakan untuk bersama.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Menyadarkan bahwa perlu tahu tentang Kitab Suci, banyak informasi baru tentang Kitab Suci misalnya sejarah Kitab Suci dan Kitab Suci dapat dilihat dari berbagai sudut serta kaya akan makna. Selain itu juga sharing pengalaman yang meneguhkan iman.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan awal menjadi lektor dan Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu untuk menambah pengetahuan akan Kitab Suci sehingga kita tidak salah mengartikan Kitab Suci. Maka Sharing Kitab Suci tetap dipertahankan serta memberi dorongan kepada teman-teman untuk terlibat.
(16)
Hasil wawancara Responden 7 (Tujuh)
Saudari Tata
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
SDN Palembang dan pindah SD swasta Katolik di Bukit Tinggi, SMP sampai SMU di sekolah swasta Katolik Yogyakarta. Kalau kuliah di ATMAJAYA. Selama menempuh pendidikan selalu mendapat pelajaran agama, kecuali ketika SDN karena dulu saya masih menjadi Islam.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Dari SMA memang sudah tertarik untuk berkegiatan di gereja dan sudah menjadi lektor. Sekarang menjadi lektor karena merasa diri sudah berpengalaman
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Dulu sangat terlibat bahkan menjadi koordinator komunitas, hanya sekarang agak berkurang karena harus menyelesaikan tugas kuliah. Tetapi yang jelas semua kegiatan yang ada di komunitas selalu mengusahakan untuk bisa terlibat.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Pernah membaca tetapi jarang, dulu sering membaca Kitab Suci ketika SD kelas IV(empat) hampir semua Kitab Suci terbaca. Sekarang Jarang membaca Kitab Suci, membaca hanya ketika hendak bertugas, ada keinginan dan itupun ketika situasi saya sedang resah. Saya tidak punya cara-cara khusus untuk membaca Kitab Suci, langsung membuka dan membaca satu bagian dari Kitab Suci dan membiarkan diri dituntun. Mendengarkan Kitab Suci pada saat ke gereja dan dibacakan oleh ibu.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci sebagai tuntunan dan pegangan di saat mengalami kejatuhan. Sebagai lektor Kitab Suci tidak hanya dibaca tetapi juga dipahami karena akan mendapat banyak hal dari Kitab Suci.
Sabtu, 12 Mei 2007 Pukul. 11.30 – 11.50 WIB
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
St. Viani dari nama babtis, saya suka karena dia punya sikap tulus dan rendah hati, saya berusaha menelani. Tuhan tidak pernah memberikan beban yang berat tanpa Ia mengulurkan tanganNya untuk mengankat kita ke atas. Ayat ini selalu memberikan peneguhan ketika mengalmi kejatuhan dan selalu dikuatkan.
(17)
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Dibacakan untuk memberikan tuntunan bagi yang mendengarkan.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Merasa dikuatkan, merasa dituntun dan mendapat pencerahan.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan Kitab Suci lektor dan Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu karena lektor sebagai pembaca tidak hanya bisa membaca tetapi terlebih mengerti apa yang dibacakan. Harapannya banyak-banyak membaca Kitab Suci secara pribadi, cara berlatih lektor perlu dirubah, karena selama ini hanya latihan teknis kurang menggali maksud dari Kitab Suci. Sharing Kitab Suci tetap dijalankan.
(18)
Hasil wawancara Responden 8 (Delapan)
Anny
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
TK dan SD di sekolah swasta Katolik, waktu itu saya sering ikut Sekolah minggu. SMP sampai SMU di sekolah Negri, dapat pelajaran agama di luar jam sekolah. Kuliah di Sanata Dharma jurusan Farmasi, dapat mata kulian Teologi Moral.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Ingin melayani kembali, dulu pernah menjadi lektor dan ingin mencari banyak teman.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Mengusahakan untuk selalu terlibat dalam semua kegiatan yang ada selagi ada waktu. Saya jarang mengikuti Sharing Kitab Suci karena kurang waktu dan sekarang saya terlibat aktif dalam pembuatan Buletin Lektor selain itu juga sebagai wakil koordinator.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Baca Kitab Suci diusahakan setiap hari sebelum tidur dengan mengikuti petunjuk bacaan pada kalender Liturgi. Tidak punya cara khusus untuk membaca tapi biasanya saya mulai dengan membaca, lalu mencari ayat yang mengesan, diresapi, jika belum mengerti membaca ulang. Bagi saya membaca Kitab Suci berarti memasukan energi positif, karena apa yang dibaca akan terngiang-ngiang di hati dan pikiran. Dulu sebelum menjadi lektor saya jarang membaca Kitab Suci. Kalau mendengarkan Kitab Suci pada waktu mengikuti perayaan Ekaristi di gereja dan pertemuan-pertemuan di mana Kitab Suci dibacakan.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci sebagai penuntun hidup, membantu untuk bersikap lebih baik. Sebagai lektor, Kitab Suci membantu penghayatan karena selama bergabung dalam komunitas lektor, pengetahuan Kitab Suci semakin bertambah. Dulu jarang membaca sekarang lebih sering.
Senin, 14 Mei 2007 Pukul. 18.15 – 18.40 WIB
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Yesus karena ajaranNya yaitu kasih dan Dia sangat bijaksana, saya ingin selalu menjadi pengikutNya karena Dia penuntun hidup. Kalau Ayat Kitab Suci dari Pengkotbah, yang kurang lebih bunyinya;”Segala sesuatu akan menjadi sia-sia kalau kamu hidup dalam kecemasan” .Maknanya
(19)
bagi saya adalah supaya saya tidak terlalu ambisius bahwa segala sesuatu harus didapat tapi saya juga harus memikirkan orang lain juga, dan selalu berpikir yang lebih bijaksana sebelum mengambil keputusan.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Karna Kitab Suci sebagai pedoman hidup, berisi Sabda Allah, untuk menuntun hidup. Selain itu untuk mengingatkan umat bahwa kita punya pedoman hidup, pedoman yang diperdengakan kepada umat dan ditawarkan agar umat mengikutiNya.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Bisa belajar dari pengalaman orang lain, pengetahuan tentang Kitab Suci bertambah dan membantu penghayatan terhadap Kitab Suci.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan awal menjadi lektor dan Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu karena lektor sebagai pembaca Sabda Allah, harus juga mengalami Sabda dengan membaca, merasakan dan mencoba untuk melakukannya. Hal ini akan membantu untuk bisa menyampaikan kepada orang lain. Harapannya lektor supaya sering-sering membaca Kitab Suci dan mengamalkannya, Ikut kegiatan Sharing Kitab Suci dan di Bulan Kitab Suci ada kuis Kitab Suci.
(20)
Hasil wawancara Responden 9 (Sembilan)
Saudara Bertus
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
Aku dari TK sampai SMA bersekolah di St. Maria Surabaya, pernah kuliah juga di Surabaya di Perguruan Tinggi Widya Mandala Surabaya hanya tidak selesai dan sekarang kuliah di ATMAJAYA Yogyakarta. Selama menempuh pendidikan selalu mendapat pelajaran agama, selain itu dulu juga sering mengikuti kegiatan-kegiatan Gereja misalnya sekolah minggu, menjadi Putra Altar,Pendalaman Iman dan rekoleksi.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Sebenarnya tidak menginginkan untuk menjadi seorang lektor, tetapi karena diajak oleh teman. Akhirnya sampai sekarang mencintai tugas sebagai lektor karena ada rasa nyaman yang diciptakan dan mendapat ketenangan hati.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Tidak semua kegiatan bisa diikuti, karena banyak hal yang harus diurus, misalnya keluarga, dan terlibat juga di UKM (Unit Kerohanian Mahasiswa). Seringkali waktu kegiatan bersamaan sehingga harus memilih salah satu.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Jarang membaca Kitab Suci, tetapi sering membawa potongan-potongan ayat saja. Membaca Kitab Suci biasanya ketika situasi tidak tenang dan ketika membaca merasa ditenangkan. Cara yang saya lakukan dalam membaca Kitab Suci adalah membuka langsung membaca, setelah itu membaayangkan dan membaca berulang-ulang. Kalau mendengarkan Kitab Suci pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi dan Sharing Kitab Suci.
Selasa, 15 Mei 2007 Pukul. 10.00 – 10.20 WIB
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci sangat berguna ketika ingin melihat dan memahami apa yang sedang terjadi dalam hidup. Misalnya ketika sedang jatuh, kekuatan teks Kitab Suci membantu menumbuhkan semangat kembali. Sebagai lektor, Kitab Suci membantu orang lain untuk memahami isi dan ini berati Kitab Suci juga membantu diri sendiri memahami isinya dalam kaitannya dengan persoalan hidup.
(21)
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Tokoh Paulus, dia adalah seorang yang militan artinya bahwa dulu bukan seorang Kristiani dan kemudian bertobat menjadi Kristiani. Bagi saya hal tersebut menyentuh pengalaman hidup. Ayat 1Petrus 5:7”Serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya sebab Ia yang memelihara kamu”. Maknanya bagi saya bahwa seringkali merasa diri mampu mengatasi segala persoalan hidup, namun kenyataannya seringkali jatuh dan akhirnyamenjadi sadar ada kekuatan lain. Maka segala kekuatiran hidup diserahkan padaNya, Dia dijadikan sahabat.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Menghantar menuju pada renungan dan untuk membantu umat mengerti tema Perayaan Ekaristi.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Membantu memecahkan persoalan hidup degan pengalaman yang disharingkan karena pengalaman memberi peneguhan atas persoalan hidup.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu karena mendalami Kitab Suci adalah sebagai bentuk pertanggungjawaban kita sebagai lektor. Pemahaman terhadap Kitab Suci bukan timbul hanya ketika membaca teks dan menularkannya kepada orang lain, pemahaman timbul juga karena kita tahu sisi hidtoris, dan latar belakang penulisan Kitab Suci, dengan kata lain bahwa perlu juga tahu tentang pengetahuan dan isi dari Kitab Suci itu sendiri.
(22)
Hasil wawancara Responden 10 (Sepuluh)
Saudara Ius
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
Dari TK sampai SMU bersekolah di sekolah swasta Katolik. Pelajaran agama yang didapatkan selama bersekolah sangat cukup, tetapi dalam keluarga sendiri pendidikan iman tidak dibiasakan, namun selain di sekolah waktu SMP sampai SMA ada Pendalamam Iman. Sekarang saya kuliah di Universitas ATMAJAYA, dan mendapat Mata Kuliah Moral Agama pada semester awal
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Kebutuhan hidup rohani dengan cara ingin tahu lebih banyak tentang Kitab Suci.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Selama menjadi lektor tidak pernah bolong dalam bertugas, berusaha untuk selalu mengikuti semua kegiatan yang ada selagi tidak ada halangan. Dalam kepengurusan juga selalu terlibat, dulu menjabat di seksi Humas dan sekarang sebagai koordinator.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Bagi saya memang agak sulit untuk membiasakan diri membaca Kitab Suci karena tidak dibiasakan. Membaca kalau ada niat dan biasanya malam hari sebelum tidur. Cara yang dilakukan adalah membaca dalam hati, sekali-kali membaca bersuara, berusaha membayangkan apa yang dibaca, jika tidak mengerti bertanya kepada teman kos yang beragama Kristen Protestan. Ketika bertugas menyiapkan bacaan minimal satu hari sebelumnya supaya bisa membaca dengan tenang, ada dialog dan interaksi dengan umat. Saya pernah tidak persiapan dan terasa sangat berbeda, tidak ada penjiwaaan bacaan dan kacau.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci tidak diangung-agungkan, Kitab Suci bukan satu-satunya sumber kebenaran, tetapi lebih kepada inti pokok ajaran Yesus. Banyak juga buku lain yang bisa memberikan kontribusi kehidupan rohani. Sebagai lektor, Kitab Suci adalah buku yang utama karena sebagai pembaca Sabda dan tidak bisa terlepas dari Kitab Suci.
Selasa, 15 Mei 2007-06-27 Pukul. 10.30 – 11.00 WIB
6. Apakah anda punya tokoh idola dan Tokoh Bunda Maria karena kepasrahannya pada kehendak Tuhan, bagi
(23)
ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
saya seringkali sulit untuk mengatakan itu dan saya ingin sepertiBunda Maria. Surat Paulus mengenai Kasih dan satu perikope ketika ada angin ribut”jangan takut”, dalam kehidupan seringkali mengalami ketakutan dan kekawatiran, tetapi dengan kata-kata tersebut merasa selalu dikuatkan karena percaya ahwa Tuhan selalu menyertai
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Konteks pewartaan, para murid berkumpul bersama, mendengarkan dan bersaksi. Dalam Perayaan Ekaristi hal tersebut diulang kembali karena Kitab Suci landasan iman maka Kitab Suci harus diperdengarkan.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Merasa terbantu, dikuatkan oleh pengalaman dan Sabda Tuhan. Tumbuh keyakinan dan ada kekuatan untuk mampu bangun dan bertahan dalam iman.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan awal sebagai lektor, Sharing Kitab Suci dan latihan membaca Kitab Suci, misalnya persiapan hari Raya Besar.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu karena lektor sebagai roll model atau model panutan diantara umat dan membantu untuk merefleksikan segala sesuatu untuk membaca, mengetahui konteks bacaan. Usulannya bagi lektor adalah perlu pembiasaan untuk membaca secara pribadi. Sharing Kitab Suci kegiatan yang bagus.
(24)
Hasil wawancara Responden 11 (Sebelas)
Saudari Emma
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
Saya SD di sekolah swasta Katolik tapi saya masih beragama Islam. SMP di sekolah negri dan ketika pelajaran agama saya ikut Katolik. SMA di sekolah swasta Katolik dan kuliah di AMTA (Akademi Pariwisata). Saya baru Babtis menjadi Katolik tanggal 22 Desember 2002.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Ingin melayani, sebagai penghargaan terhadap diri sendiri bahwa bisa memberikan sesuatu kepada orang lain dan agar kehidupan iman terjaga.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Sebisa mungkin untuk selalu terlibat terutama dalam kegiatan Sharing Kitab Suci.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Bagi saya membaca Kitab Suci sudah merupakan makanan, maka saya membacanya setiap hari. Cara-cara yang saya gunakan adalah bermeditasi yaitu mengamati diri sendiri, membaca Alkitab dan membaca renungan. Membaca Kitab Suci berdasarkan buku renungan harian dan tidak memilih bacaan tertentu; bacaan yang sesuai masalah yang sedang dihadapi. Mendengarkan Kitab Suci dibacakan pada saat Perayaan Ekaristi, Sharing Kitab Suci dan dalam kegiatan-kegiatan di mana Kitab Suci dibacakan.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Seperti yang dikatakan tadi bahwa Kitab Suci bagi saya adalah seperti makanan, yang perlu dimakan setiap hari. Hidup terselamatkan karena membaca Kitab Suci dan renungan harian. Sebagai lektor membaca Kitab Suci berarti membantu umat agar mampu membawa Sabda ke dalam kehidupan sehari-hari.
Jumat, 18 Mei 2007 Pukul. 19.20 – 19.40 WIB
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Tokoh Kitab Suci Ayub karena dia adalah seorang tokoh yang punya pengalaman hidup yang kontrofersial, dari kaya dia mengalami penderitaan, ditinggalkan teman-temannya, tetapi dia tetap memuji dan memuliakan Tuhan. Bagi saya Ayub mengambarkan besik kehidupan manusia.
(25)
Ayat, Kitab Amsal:”Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu dan janganlah pada pemikiranmu.” Maknanya adalah kecendrungan kita mengandalkan kekuatan kita sendiri dan menuruti pikiran sendiri bukan Tuhan, maka banyak kali kita mengalami ketidak berhasilan, karena manusia terlalu sombong.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Karena Firman perlu diperkatakan, setiap perkataan mengandung kekuatan.”
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Bisa belajar membuka diri, menghargai orang lain, mendapat sumber inspirasi dan referensi pemahaman perikope Kitab Suci.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan awal menjadi lektor dan Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Seorang lektor perlu dan harus dekat dengan Kitab Suci karena dengan tahu dan dekat dengan Kitab Suci, karakter kita sebagai orang Katolik akan terbentuk. Usulan buat lektor, banyak-banyaklah membaca Kitab Suci secara pribadi, dan Sharing Kitab Suci tetap dipertahankan karena salah satu kegiatan yang bagus dan menarik untuk mendalami Kitab Suci dan terlebih iman kita.
(26)
Hasil wawancara Responden 12 (Dua belas )
Saudara Pijey
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
SD sampai SMP di sekolah negri, SMA dan Perguruan Tinggi di sekolah swasta Katolik. Selama saya menempuh pendidikan di sekolah negri, tidak mendapat pelajaran agama.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Sebelum saya menjadi lektor mengalami krisis iman. Ketika mengikuti retret menemukan ayat Kitab Suci yang memberikan pencerahan, yang kurang lebih berbunyi:”Datanglah padaKu bagi yang berbeban berat karena Aku akan memberikan kelegaan padamu”. Hal ini akhirnya membawa saya termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan gereja khususnya menjadi lektor. Selain itu saya yakin bahwa Kitab Suci tidak hanya memiliki satu ayat yang mampu memberikan pencerahan, maka motivasi yang kedua adalah ingin mengenal lebih jauh tentang Kitab Suci.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Dari awal sampai sekarang di komunitas lektor, saya selalu mengusahakan untuk selalu terlibat dalam setiap kegiatan yang ada di komunitas. Dalam kepengurusan dulu saya menjabat di seksi jadwal dan sekarang terlibat di seksi rohani dan pelatihan.
Sabtu, 19 Mei 2007 Pukul. 19.30 – 19.55 WIB
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Jujur dalam keseharian saya jarang membaca Kitab Suci, membaca hanya ketika bertugas. Dulu ketika awal menjadi lektor, hampir setiap hari membaca Kitab Suci. Tapi sekarang saya sedang asyik mengikuti perjalanan hidup St. Paulus melalui bacaan harian di gereja. Ketika saya membaca Kitab Suci biasanya cara yang dilakukan adalah tidak mencari ayat-ayat tertentu, tetapi membuka dan langsung membaca. Jika tidak mengerti biasanya membaca ulang. Dan ketika hendak bertugas satu hari sebelumnya saya mempersiapkan bacaan. Selain itu juga berdoa menyiapkan bacaan karena kesadaran bahwa ketika membaca, tidak hanya sekedar membaca tetapi membacakan artinya tidak hanya untuk diri sendiri tetapi membacakan agar bisa didengar oleh umat dengan
(27)
baik. 5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan
anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci bagi saya adalah sesuatu yang bisa memberikan tuntunan dan pencerahan. Sebagai lektor, yang adalah perwakilan Allah membacakan Kitab Suci berarti juga bisa membawakan pesan bagi umat.
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
St. Paulus, dia merupakan orang yang awalnya tidak percaya dipilih Allah dan menjadi percaya. Pengalaman hidup yang hampir sama, di mana dari tidak percaya pada Allah menjadi percaya dan ketika percaya merasa diri terlahir kembali. Ayat Kitab Suci:” Datanglah padaKu bagi yang berbeban berat karena Aku akan memberikan kelegaan padamu”. Ayat ini memberi saya kekuatan untuk bangkit dan bersemangat menjadi orang Kristiani.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Dibacakan karena sebuah pewartaan, para Rasul mewartakan tidak dengan membagi-bagikan brosur tetapi dengan berkata-kata.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Melalui sharing pengalaman hidup, merasa diteguhkan, beban hidup tidak ditanggung sendiri.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan awal menjadi lektor dan Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu, karena menjadi lektor harus tahu isi dari Kitab Suci atau tahu pribadi Kitab Suci. Dan saya sangat mendukung adanya kegiatan mendalami Kitab Suci melalui Sharing Kitab Suci.
(28)
Hasil wawancara Responden 13 (Tiga belas)
Saudara Sahat
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
SD sampai dengan SMP bersekolah di sekolah negri Bengkulu, SMA Carolus dan kuliah di UGM Fakultas Hukum. Selama bersekolah di sekolah negri tidak mendapat pelajaran agama, tapi diluar sekolah mengikuti kegiatan sekolah minggu
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Sebelum lektor memang sudah aktif di Paroki Kotabaru dan bahkan terlibat sebagai perwakilan pertemuan kaum muda di kevikepan semarang, maka dengan menjadi lektor sebenarnya untuk mencari landasan hukum untuk bisa mewakili pertemuan tersebut. Kemudian dengan menjadi lektor saya berharap bisa tambah percaya diri untuk tampil di depan umat. Selain itu dengan menjadi lektor supaya bisa lebih dekat dengan Kitab Suci
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Selalu mengusahakan untuk bisa terlibat dalam setiap kegiatan yang ada selagi tidak ada halangan.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Membaca Kitab Suci seringkali tergantung suasana hati, misalnya saat gundah dan terlalu senang. Dengan membaca kitab Suci merasa nyaman dan dikuatkan. Adapun cara-cara yang saya gunakan adalah langsung mencari perikop, membaca, merenungkan namun seringkali hanya membaca begitu saja. Mendengarkan Kitab Suci pada saat Perayaan Ekaristi dan kegiatan-kegiatan di mana Kitab Suci dibacakan.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci adalah Firman Tuhan, sebuah buku yang berisi kebenaran. Yang tertulis dalam Kitab Suci bukanlah harga mati. Kitab Suci adalah pedoman hidup. Sebagai lektor, membacakan dan bertanggungjawab untuk menyelesaikannya. Seharusnya membaca tidak hanya berhenti ketika di mimbar saja tetapi terlaksana dalam kehidupan sehari-hari.
Minggu, 20 Mei 2007-06-27 Pukul. 19.50 – 20.15 WIB
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Tokoh Kitab Suci, Nabi Nuh karena kehadiran manusia sekarang karena diselamatkan Nabi Nuh. Ayat, seringkali berganti-ganti, tidak memiliki ayat andalan , tergantung
(29)
situasi yang sedang dialami. 7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan
dalam Perayaan Liturgi? Umat membaca sambil mendengarkan. Ketika dibacakan akan lebih tersampaikan sehingga umat mengerti, maka teknis-teknis yang tepat sangat membantu umat, perlu persiapan sebelum bertugas.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Tahu hal-hal yang baru
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembakalan awal menjadi lektor dan Sharing Kitab Suci.”
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu, seharusnya lektor tahu tentang Kitab Suci dengan demikian bisa membantu membacakan dengan baik dan pesan tersampaikan. Usulan: Sharing Kitab Suci sangat membantu maka tetap diadakan, pembahasan Kitab Suci di BULE(Buletin Lektor) dan adanya sel group atau kelompok yang ingin tumbuh bersama
(30)
Hasil wawancara Responden 14 (Empat belas)
Saudara Herman
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
Saya dari TK sampai Perguruan Tinggi di sekolah swasta Katolik.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Awalnya ingin menguji kemampuan untuk bisa tampil di depan mimbar yaitu kemampuan public speaking. Namun lama kelamaan motivasi awal menjadi berubah, dan sekarang ingin melayani dan ingin lebih dekat dengan Kitab Suci.
3. Bagaimana keterlibatan anda di komunitas lektor?
Selalu terlibat aktif dalam setiap kegiatan dan kepengurusan.
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Membaca Kitab Suci dalam keseharian hampir tidak pernah, karena saya punya prinsip bahwa Kitab Suci tidak hanya sebagai tulisan. Artinya bahwa bagi saya membaca dan tidak membaca Kitab Suci tidak begitu penting tetapi lebih menghidupi Kitab Suci itu sendiri dalam kehidupan. Membaca Kitab Suci pada saat-saat tugas dan mendengarkan Kitab Suci pada saat mengikuti Perayaan Ekaristi dan kegiatan-kegiatan di mana Kitab Suci dibacakan. Cara yang digunakan ketika membaca Kitab Suci adalah menyiapkan hati dan menenangkan diri, membaca, memahami dan mencari makna bacaan setelah itu baru melatih hal-hal teknis.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan. Setiap Sabda Kitab Suci membuat tersentuh, kita bisa mengambil inti-inti dan makna-makna mendalam dan dikaitkan dengan pengalaman hidup. Sebagai lektor tidak harus membaca Kitab Suci setiap hari tetapi harus menghidupi Kitab Suci terutama hidup dari Tuhan.
Senin, 21 Mei 2007-06-27 Pukul. 20.00 – 20.22
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Tokoh idola Yesus dan Paulus. Yesus memiliki Kasih yang begitu besar kepada manusia sampai-sampai rela mengorbankan diriNya di Kayu Salib. Saya merasa tersentuh pada saat-saat dibacakan Doa Syukur Agung dalam Perayaan Ekaristi. Kalau Paulus, dia adalah seorang pendosa yang bertobat dan saya menjadi sadar bahwa diri saya juga
(31)
adalah seorang pendosa. Ayat Kitab Suci Mat.7:7”Mintalah maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”. Tuhan selalu tahu apa yang dibutuhkan oleh manusia.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Ada pepatah:”Saya mendengarkan saya lupa, saya melihat saya tahu, saya melakukan saya mengerti. Tahap yang paling gampang adalah mendengarkan. Banyak umat tidak pernah dan tidak mudah untuk membaca Kitab Suci sendiri, maka perlu seorang lektor untuk membacakan. Walaupun saya dengar saya lupa tetapi paling tidak mereka pernah mendengar. Mereka tahu tentang bacaan yang dibacakan itu akan lebih baik. Jika umat mendengarkan dengan hati maka isi Kitab Suci akan teresapi, tetapi kalau umat hanya mendengarkan dengan telinga maka akan mudah lupa.
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing Kitab Suci?
Bisa belajar dari pengalaman orang lain.
9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci seperti apa yang pernah anda ikuti?
Pembekalan awal menjadi lektor, pembekalan lektor baru dan Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu, lektor harus menghidupi Kitab Suci dan membuka kesadaran diri. Kegiatan Sharing Kitab Suci sudah baik dan perlu dipertahankan terus.
(32)
Hasil wawancara Responden 15 (Lima belas)
Saudari Bu Rosa
Waktu wawancara Pertanyaan wawancara Jawaban responden
1. Anda pernah menempuh pendidikan di mana saja?
Saya TK swasta, SDN, SMPN dan SPG (Sekolah Pendidikan Guru) semuanya di Medan. Dulu dapat pelajaran agama dengan cara pergi ke kota setiap hari jumat setalah pulang sekolah.
2. Apa motivasi anda menjadi lektor? Ingin melayani Tuhan 3. Bagaimana keterlibatan anda di
komunitas lektor? Selalu berusaha mengikuti semua kegiatan yang ada, kalau tidak dalam dalam kegiatan memberi surat ijin
4. Pada saat apa saja anda membaca dan mendengarkan Kitab Suci? Bagaimana cara membaca Kitab Suci?
Membaca Kitab Suci setiap hari dan membaca renunga. Caranya pertama tenang, setelan itu berdoa, membaca dan memahami bacaan, jika tidak mengerti melakukan pengulangan membaca. Membaca Kitab Suci sudah merupakan kebutuhan rohani. Mendengarkan Kitab Suci sering, pada saat Perayaan Ekaristi, Doa di lingkungan dan kegiatan-kegiatan di mana Kitab Suci dibacakan.
5. Apa itu Kitab Suci bagi kehidupan anda sebagai umat beriman dan sebagai lektor?
Kitab Suci sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan sehari-hari. Sebagai lektor, sebelum tugas harus persiapan dengan berlatih membaca.
6. Apakah anda punya tokoh idola dan ayat dalam Kitab Suci yang memberi inspirasi bagi hidup anda?
Tokoh idola, Yeremia karena dia menanggalkan kemanusiaannya untuk mengikuti Yesus, demi manusia dia rela berkorban. Ayat Kitab Suci:”Karena begitu besar Kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yoh.3:16). Maknanya bagi saya adalah saya kagum terhadap cinta Allah terhadap manusia. Harapan bahwa manusia di dunia ini bisa berdamai/terciptanya kedamaian di dunia.
7. Mengapa Kitab Suci perlu dibacakan dalam Perayaan Liturgi?
Kalau dibaca sendiri bukan Liturgi, bacaan Kitab Suci adalah salah satu susunan Liturgi yang dibacakan agar mengena pada umat.
Rabu, 22 Mei 2007-06-27 Pukul. 14.30 – 14.50 WIB
8. Apa manfaat yang anda dapatkan dari keikutsertaan anda dalam Sharing
Tambah wawasan dan dapat tuntunan untuk mengerti Kitab Suci.
(33)
Kitab Suci? 9. Kegiatan pendalaman Kitab Suci
seperti apa yang pernah anda ikuti? Kursus Kitab Suci dengan Rm. Sriyanto, SJ., Kegiatan Bulan Kitab Suci, Pendalaman Iman di lingkungan dan Sharing Kitab Suci.
10. Apakah perlu diadakan kegiatan-kegiatan pendalaman Kitab Suci bagi lektor? Bentuk kegiatan yang anda sukai?
Perlu supaya lektor selalu siap kapan dan di mana saja kalau diminta untuk membaca Kitab Suci. Bentuk kegiatan pendalaman Kitab Suci yang saya sukai adalah seperti Sharing Kitab Suci dan perlombaan-perlombaan Kitab Suci di Bulan Kitab Suci.
(34)
Lampiran 4: Matriks Program Katekese
PROGRAM KATEKESE BAGI KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI ST. ANTONIUS KOTABARU -YOGYAKARTA
Tema : Semakin beriman melalui Kitab Suci. Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin berkembang dalam iman dengan membiasakan diri membaca,
merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari.
No Sub tema Tujuan Materi Metode Sarana Sumber Bahan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Apa itu
Kitab Suci? Peserta semakin bertumbuh dalam pemahaman yang tepat terhadap Kitab Suci sebagai Firman Allah yang hidup.
• Sejarah Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru.
• Pengertian Kitab Suci.
• Luk. 1:1 – 4.
• Sharing • Informasi • Refleksi • Diskusi
kelompok • Pleno
• Teks Kitab Suci, Luk. 1:1 – 4
• Teks lagu • Kaset musik
instrumen
• Groenen., OFM., 1980. Pengantar ke dalam Perjanjian lama. Yogyakarta: Kanisius.
• Groenen., OFM., 1984. Pengantar ke dalam Perjanjian Baru. Yogyakarta:Kanisius.
• Leks, Stefan. (1983). Tumbuh Dalam Iman Berkat Alkitab. Yogyakarta: Kanisius.
• Suharyo, I,. Pr. (1991). Membaca Kitab Suci, Paham-Paham Dasar. Yogyakarta: Kanisius.
• Diane Bergant CSA dan Robert J. Karris OFM., (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius.
2 Membaca Kitab Suci dalam
agar pendamping dan peserta semakin sering membaca, mencari pesan
• Dei Verbum artikel 25
• Sharing • Informasi
• Teks Dei Verbum artikel 25.
• Jacobs, Tom., SJ. (1969). Konstitusi Dogmatis Dei Verbum Tentang Wahyu Ilahi.
(35)
kehidupan sehari-hari.
Allah yang difirmankan, sehingga mendorong untuk membiasakan diri membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam kehidupan.
• Refleksi • Dinamika
kelompok • Pleno
• Teks lagu. • teks Kitab
Suci
Yogyakarta: Kanisius.
3 Kitab Suci sebagai sumber inspirasi hidup
agar pendamping dan peserta semakin menyadari akan pentingnya Kitab Suci sebagai inspirasi bagi hidup,
• 2 Tim 3: 12 – 17 • Sharing • Informasi • Refleksi
• Teks Kitab Suci, 2 Tim 3: 12 – 17.
• Teks lagu.
• Diane Bergant CSA dan Robert J. Karris OFM., (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius.
• Lembaga Alkitab Indonesia. (2002). Alkitab. LAI: Jakarta.
4. Menghayati tugas pelayanan lektor dalam menyampaikan Sabda Kitab Suci dalam perayaan Ekaristi
Lektor memahami perannya dalam perayaan Ekaristi, sehingga semakin menyadarkan lekor supaya mampu menyampaikan Sabda dengan baik.
• Roma 10: 4 – 17 • Tugas lektor. • Fungsi lektor. • Peran Sabda dalam
Perayaan Ekaristi.
• Sharing • Informasi • Refleksi • Dinamika
kelompok • Pleno
• Teks Kitab Suci, Roma 10: 4 – 17.
• Teks lagu
• Martasudjita, E., Pr. (1999). Sabda Allah Penuh Daya. Yogyakarta:Kanisius.
• Diane Bergant CSA dan Robert J. Karris OFM., (2002). Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius.
(36)
Kusiapkan Hatiku Tuhan
Kusiapkan hatiku Tuhan tuk dengar firmanmu saat ini
Kusujud menyembahMu Tuhan, tuk masuk hadiratMu saat ini
Curahkan ucapanMu Tuhan, bagi jemaatMu saat ini
Kusiapkan hatiku Tuhan, tuk dengar firmanMu
Refren.
FirmanMu Tuhan tiada berubah Dahulu sekarang, selama-lamanya tiada
berubah FirmanMu Tuhan, penolong hidupku Hidupku telah siap Tuhan, tuk dengar
firmanMu
Sabda Kehidupan Refren Sabda Tuhan Sabda kehidupan Dasar hidup orang beriman Sabda Tuhan laksana tawaran Pedoman dan pegangan iman Bait 1 Bila kurenungkan hidupku terasa ringan Bila kuabaikan hidupku tanpa harapan Bila kuwartakan kan jadi keselamatan Bila kulalaikan aku kehilangan arah jalan Bait 2 Bila kurenungkan hidupku jadi bermakna Tuk memberi damai bagi orang tak berdaya Bila kuamalkan hidupku jadi beguna Tuk jadi pewarta karya keselamatan dan kasihNya
Baca Kitab Suci Doa tiap hari
Baca Kitab Suci doa tiap hari,
doa tiap hari, doa tiap hari. Baca Kitab Suci, doa tiap hari
kalau mau tumbuh, kalau mau tumbuh,
kalau mau tumbuh. Glory Alleluia. Baca Kitab Suci doa tiap hari,
kalau mau tumbuh. Baca Kitab Suci doa tiap hari,
doa tiap hari, doa tiap hari. Baca Kitab Suci, doa tiap hari
kalau mau tumbuh, kalau mau tumbuh,
kalau mau tumbuh. Glory Alleluia. Baca Kitab Suci doa tiap hari,
kalau mau tumbuh.
Baca Kitab Suci doa tiap hari, doa tiap hari, doa tiap hari.
Baca Kitab Suci, doa tiap hari kalau mau tumbuh, kalau mau tumbuh,
kalau mau tumbuh. Glory Alleluia. Baca Kitab Suci doa tiap hari,
kalau mau tumbuh. Baca Kitab Suci doa tiap hari,
kalau mau tumbuh.
(37)
Lampiran 6: Bacaan Kitab Suci
2 Timotius 3: 12 – 17 12 Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya, 13 sedangkan orang jahat dan penipu akan bertambah jahat, mereka menyesatkan dan disesatkan. 14 Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. 15 Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengnal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus. 16 Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. 17 Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Recommended