View
230
Download
4
Category
Preview:
DESCRIPTION
j
Citation preview
NASKAH AKADEMIK SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN DI
INDONESIA
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
HEALTH PROFESSIONAL EDUCATION QUALITY (HPEQ) PROJECT
(IBRD Loan No. 7737-ID)
Gedung Victoria Lantai 2, Jl. Sultan Hasanuddin Kav. 47 – 51, Jakarta Selatan
12160
Telp. 021 7279 1384; 021 3417 3304/05/06, Fax. 021 7279 1388
Website:www.hpeq.dikti.go.id; Email:hpeq@dikti.go.id
18-19 Oktober 2012
ii
DAFTAR ISI
Hal
Halaman Judul i
Daftar Isi ii
Kata Pengantar
Sambutan
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Permasalahan 6
C. Tujuan dan Kegunaan 7
D. Metode Pendekatan 8
E. Pengorganisasian 8
BAB II PERKEMBANGAN KEPERAWATAN 9
BAB III SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA 14
A. Ketentuan Umum/ Terminologi 13
B. Jenis Jenjang dan Beban Studi 16
C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi 17
D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan 17
E. Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan 19
F. Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan 20
G. Penjaminan Mutu Pendidikan Keperawatan 24
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 32
B. Rekomendasi 32
Daftar Pustaka 34
Lampiran 36
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Ilmu Keperawatan sebagai salah satu ilmu kesehatan sangat berbeda dengan disiplin ilmu
kesehatan lainnya. Perbedaan ini terletak pada fokus keilmuan dimana ilmu keperawatan
mempelajari respon tubuh manusia terhadap penyakit, pengobatan, dan lingkungan yang berubah
sebagai akibat penyakitnya dan mengakibatkan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia,
dari masa fetus hingga ajal. Dalam memahami respon manusia tersebut, ilmu keperawatan
mempelajari mulai dari sistem sel sampai pada fungsi organ tubuh yang memungkinkan
timbulnya berbagai respon baik fisik, psikologis, sosial, spiritual, dan kultural. Berbagai teori
dan model konseptual keperawatan diterapkan sebagai pendekatan untuk mengatasi respon
tersebut antara lain teori adaptasi, teori caring, teori berduka, teori kemampuan merawat diri,
teori lintas budaya, teori promosi kesehatan.
Berdasarkan keilmuan tersebut maka bidang garapan praktik keperawatan juga berbeda
dengan profesi lain misalnya dokter. Profesi dokter lebih memfokuskan pada penyakit dan terapi /
tindakan medik untuk mengatasi penyakit, sedangkan praktik keperawatan dilakukan oleh
perawat untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia mencakup aspek bio-psiko-sosio-kultural-
spiritual, melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Lokakarya Nasional Keperawatan 1983 tersebut merupakan momentum penting bagi
perkembangan keperawatan di Indonesia yang menetapkan Keperawatan sebagai profesi dan
mengamanahkan agar semua kegiatan pengembangan keperawatan diarahkan kepada pemenuhan
kriteria profesi, antara lain: memiliki ilmu pengetahuan, ditumbuhkan pada pendidikan tinggi,
melaksanakan pelayanan profesi/ professional dengan menggunakan metode ilmiah.
Kesepakatan ini diikuti dengan adanya pergeseran berbagai regulasi pendidikan keperawatan
yang semula ditetapkan oleh Departemen Kesehatan diatur oleh Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Demikian juga pendidikan yang semula ada di jenjang SPK dan Diploma III
dikembangkan menjadi pendidikan tinggi pada jenjang Strata 1/ profesi.
Untuk penyetaraan dan pengintregrasian pendidikan dan pelatihan kerja serta pengalaman
kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaa di
berbagai sektor maka pemerintah melalui Peraturan Presiden No. 8 tahun 2012 menetapkan
2
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI). Dalam KKNI tersebut tenaga keperawatan
berada minimal di jenjang kualifikasi 5.
Perkembangan sistem pendidikan keperawatan belum secara utuh dilaksanakan, karena
regulasi pendidikan mulai dari perijinan ditangani oleh dua Departemen, yaitu Departemen
Kesehatan dan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal ini membawa dampak adanya
kebijakan ganda dalam regulasi pendidikan Diploma III Keperawatan berupa: Perijinan,
mekanisme seleksi, ujian, penerbitan ijasah dan akreditasi pendidikan yang berbeda antara
kebijakan Depdiknas dan Depkes. Sebagai akibatnya, perkembangan jumlah institusi pendidikan
yang tidak terkendali, perbedaan standar dan kualitas pengelolaan, serta mutu lulusan.
Kebijakan ganda tersebut telah diatasi dengan diterbitkannya Surat Keputusan Bersama
(SKB) 3 Menteri: No. 07/XII/SKB/2010; No. 1962/MENKES/PB/XII/2010; dan No.
420/1072/2010 tentang “Pengelolaan Institusi Pendidikan Diploma Bidang Kesehatan Milik
Pemda”, dan SKB 2 Menteri: No. 14/VIII/KB/2011; 1673/Menkes/SKB/VIII/2011 tentang
“Penyelenggaraan Politeknik Kesehatan Yang Diselenggarakan Oleh Kementerian Kesehatan”.
Namun demikian, SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tersebut belum cukup jelas sehingga
belum mampu menyelesaikan permasalahan penyelenggaraan pendidikan terutama pada tingkat
Diploma Keperawatan. Kementerian Kesehatan sampai saat ini masih mengeluarkan regulasi
penyelenggaraan pendidikan mulai dari sistem penerimaan mahasiswa baru sampai
penyelenggaraan wisuda.
Tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan SK Nomor
310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan.
Dalam kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu
kesatuan. Kurikulum ini disempurnakan melalui SK nomor 129/U/1998 yang menjadikan
program pendidikan Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi
keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu
kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat
S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar profesi Ners disingkat Ns. Dengan
demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari kurikulum 1985 dan 1994,
memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners (S.Kep, Ns).
Banyak pihak yang tidak dapat membedakan antara SKp. dan S.Kep. sehingga beberapa
institusi merekrut S.Kep. sebagai perawat profesional padahal mereka belum memiliki
3
kemampuan sebagai perawat karena belum mengikuti pendidikan profesi (Ns.). Sebagai akibat
dari hal tersebut banyak lulusan yang tidak mengikuti pendidikan sampai tahap profesi.
Pola penyelenggaraan pendidikan profesi yang menjadi 2 (dua) tahap semakin
dikukuhkan dengan diterbitkannya Undang Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa, pendidikan profesi adalah pendidikan setelah
sarjana. Sampai saat ini penyelenggaraan pendidikan Ners menjadi 2 (dua) tahap masih terus
berlangsung. Namun, UU tersebut belum diikuti dengan Peraturan Pemerintah, yang mengatur
tentang penyelenggaraan Pendidikan Profesi. Pola penyelenggaraan pendidikan tahap akademik
dan profesi yang terpisah diperlakukan sebagai program studi yang terpisah juga. Sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, setiap program studi harus memiliki ijin tersendiri, sedangkan untuk
memperoleh ijin pendirian tahap profesi ada berbagai persyaratan yang terpenuhi diantaranya
program studi tahap akademik (Sarjana Keperawatan) terlebih dahulu harus terakreditasi.
Sedangkan untuk memperoleh akreditasi memerlukan waktu untuk proses di BAN PT. Hal ini
berakibat tertundanya ijin penyelenggaraan tahap profesi. Disamping itu, dengan perlakuan
sebagai program studi yang terpisah, pengelola harus memenuhi berbagai persyaratan sebagai
program studi terutama ketersediaan SDM dosen dan lahan praktik. Hal tersebut semakin
menyulitkan penyelenggaraan tahap profesi. Hingga saat ini, jumlah program studi Ilmu
Keperawatan jenjang S1 berjumlah: 309, sementara yang telah mendapat ijin penyelenggaraan
program studi profesi (Ners): 62, ditambah 112 program studi telah mendapat hibah ijin
penyelenggaraan yang harus segera diikuti dengan proses perijinan. Padahal keperawatan
sebagai profesi, mewajibkan pendidikan akademik dan profesi sebagai satu kesatuan utuh dan
tidak terpisah atau terhenti sampai ditahap akademik
Perkembangan keperawatan sebagai profesi saat ini dan masa yang akan datang
dihadapkan pada berbagai tantangan yaitu berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
kesehatan, tuntutan kebutuhan masyarakat akan layanan yang berkualitas dan pengembangan
profesi Keperawatan, makin meningkatnya kompleksitas penyakit dan respon pasien terhadap
penyakit, pengobatan dan lingkungan. Disamping itu dampak dan tuntutan globalisasi dengan
adanya: 1) MRA yang sejak tahun 2006 ditandatangani oleh Menteri Perdagangan yang
memungkinkan adanya peluang bekerja di lingkungan Negara ASEAN bagi para perawat lulusan
ners dan terregister; 2) ASEAN Community yang menekankan kesetaraan standar pendidikan dan
pelayanan bidang kesehatan serta keterbukaan pasar kerja dan 3) Peluang kerja yang tersedia
4
sampai tahun 2020 sebesar 1.5 juta tenaga perawat terutama di USA, Eropa danAustralia belum
termasuk di Timur Tengah.
Hasil benchmarking di berbagai Negara menunjukkan bahwa sistem pendidikan
keperawatan dan sistem pelayanan keperawatan telah berkembang dengan sangat baik karena
didukung oleh system ketenagaan dan credentialing system yang mengacu pada Undang-undang
Keperawatan di Negara-negara tersebut. Selain itu telah terbina interprofessional collaboration
yang efektif dimana pengambilan keputusan tentang pasien dilakukan bersama-sama antar
disiplin sehingga penanganan pasien dilakasanakan secara komprehensif dan holistik melibatkan
semua tenaga kesehatan termasuk profesi keperawatan.
Di Indonesia, kondisi di atas belum terwujud sehingga mendorong perlunya penataan dan
pengembangan pendidikan Keperawatan di Indonesia. Penataan jenis dan jenjang pendidikan
keperawatan yang baik dan terarah diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan dalam
mengembangkan profesi keperawatan di masa depan. Pengembangan jenjang pendidikan
Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S-2) yaitu
Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat
spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998 yang
mencakup: Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah,
Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan
untuk jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia.
Kebijakan pemerintah tentang perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan di
tatanan pelayanan baik dalam hal jenjang, jenis, jumlah maupun penyebaran belum selaras
dengan tuntutan masyarakat dan tantangan perkembangan ilmu dan teknologi serta penataan di
bidang pendidikan. Hal ini mengakibatkan lulusan pendidikan Ners dan Ners Spesialis lebih
memilih bekerja di institusi pendidikan. Selain masalah pendayagunaan tenaga kesehatan,
persoalan lain tentang credentialing system.
Credentialing System keperawatan di Indonesia saat ini belum dilakukan oleh lembaga
credentialing sebagai badan regulator independen (Konsil Keperawatan) yang ditetapkan melalui
UU Keperawatan. Pada tahun 2001 dikeluarkan kebijakan yang mengatur sistem registrasi dan
lisensi yaitu Permenkes 1239 dalam bentuk SIP, SIK, dan SIPP. Peraturan ini khususnya tentang
SIPP digantikan dengan Permenkes 148 tahun 2010, dan Perkemenkes 161 tahun 2010 tentang
5
registrasi tenaga kesehatan. Namun dikarenakan Permenkes 161 tahun 2010 tidak dapat
dioperasionalkan maka kemudian diganti dengan Permenkes 1796 tahun 2011 tentang registrasi
tenaga kesehatan yang hingga saat ini pelaksanaannya pun masih banyak kendala. Sebagai
akibatnya tidak dapat dibedakan antara tenaga keperawatan yang memiliki kewenangan dengan
yang tidak memiliki kewenangan sesuai amanah UU 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Khusus terkait dengan akreditasi program studi, pada saat ini pelaksanaan akreditasi baru
sebatas pada penyelenggaraan program pada tahap akademik dan belum termasuk pada
penyelenggaraan program profesi. Selain itu pelaksanaan akreditasi program studi masih bersifat
umum untuk semua jenis program studi sehingga kekhasan atau kekhususan program studi
keperawatan belum dapat dinilai. Hal tersebut belum sesuai dengan kaidah pendidikan profesi
keperawatan, sehingga diperlukan sistem akreditasi yang mengakomodasi kebutuhan dan
kekhususan profesi keperawatan. Hal ini dimungkinkan untuk dikembangkan dengan
membentuk lembaga akreditasi mandiri yang sesuai dengan UU Sisdiknas pasal 60 tentang
akreditasi pada ayat 2.
Sebagai upaya penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan keperawatan, maka perlu
ditetapkan standar penyelenggaraan pendidikan keperawatan untuk setiap jenis dan jenjang
pendidikan, dengan mengacu pada berbagai ketentuan perundangan terkait pendidikan yang
berlaku khususnya Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, Undang-undang No.
14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta peraturan perundangan lainnya. Upaya penjaminan
mutu ini juga direpresentasikan melalui pengembangan sistem akreditasi pendidikan
keperawatan. Berdasarkan hasil survey pendidikan keperawatan yang dilakukan pada tahun
2011, memberikan data dasar tentang tingkat perkembangan institusi pendidikan keperawatan di
Indonesia serta harapan masyarakat dan institusi pelayanan kesehatan terhadap kompetensi
perawat. Disamping itu dari survey tesebut teridentifikasi pula kesenjangan antara harapan dan
kondisi saat ini terhadap kompetensi perawat yang disebabkan oleh terbatasnya kualitas
penyelenggara pendidikan. Oleh karena itu, standar kompetensi minimal lulusan setiap jenis dan
jenjang pendidikan keperawatan juga perlu untuk dikembangkan agar diperoleh gambaran
tentang perbedaan kompetensi dan kewenangan lulusan dari setiap jenis dan jenjang yang
kemudian dituangkan indikator pengukurannya melalui sistem uji kompetensi.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku saat itu dimana kualifikasi dosen minimal satu
tingkat di atasnya dan untuk memenuhi kebutuhan dosen khususnya pada pendidikan Diploma
6
III maka pada tahun 1998, dibuka Program Studi Perawat Pendidik (jenjang D IV) berdasarkan
SK Dirjen Dikti no 395/Dikti/Kep/1997 di lima Perguruan Tinggi Negeri yaitu UGM, UNDIP,
UNAIR, UNHAS, dan USU. Program tersebut merupakan crash program untuk memenuhi
kebutuhan tenaga dosen pada program pendidikan Diploma III. Program studi D IV perawat
pendidik di lima PTN ini telah ditutup penyelenggaraannya karena adanya UU No. 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen pasal 46 ayat 2 yang menyebutkan kualifikasi akademik dosen
untuk program Diploma dan Sarjana adalah minimal Magister. Sayangnya, Kementerian
Kesehatan justru menginstruksikan membuka kembali pendidikan D IV di seluruh Poltekkes di
Indonesia, yang penyelenggaraannya, 1 tahun pasca Diploma III dan lulusan difungsikan sebagai
mitra dokter spesialis. Hal ini tidak sesuai dengan kaidah perkembangan profesi keperawatan.
B. Rumusan Permasalahan
1. SKB 2 Menteri dan SKB 3 Menteri tidak mengatur dengan jelas dan tegas mengenai
penyelenggaraan pendidikan diploma keperawatan dan Kementerian Kesehatan masih
mengeluarkan regulasi penyelenggaraan pendidikan sampai dengan wisuda yang tidak sesuai
dengan kewenangannya. Hal ini mengakibatkan pengelola pendidikan DIII Keperawatan tidak
dapat melaksanakan tugas pengelolaan dengan baik. Masalah yang dihadapi pengelola
pendidikan antara lain tidak adanya otonomi pengelolaan pendidikan mulai dari penerimaan
mahasiswa baru sampai dengan upacara wisuda.
2. Perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan belum jelas sehingga pengembangan
sistem pendidikan kurang memberi dampak pada peningkatan mutu pelayanan kesehatan baik
di tatanan klinik maupun komunitas.
3. Interprofessional collaboration yang belum tertata baik. Pelayanan kesehatan diberikan oleh
tim yang antara lain terdiri atas profesi kedokteran, keperawatan, farmasi, gizi. Pelayanan
tersebut memerlukan kolaborasi berbagai profesi untuk mengatasi permasalahan pasien
terutama dalam penetapan pengambilan keputusan melalui justifikasi klinik yang berasal dari
profesi-profesi tersebut.
4. Kredibilitas dan pengakuan sebagai profesi perawat tidak terjaga karena belum dikelolanya
credentialing system sesuai kaidah yang berlaku. Demikian juga hak masyarakat untuk
mendapat pelayanan keperawatan dari seseorang yang memiliki kewenangan belum terjamin.
7
5. Kurangnya dukungan terhadap praktik keperawatan yang profesional dapat berdampak pada
kurangnya peran serta perawat dalam pencapaian MDGs.
6. Sistem akreditasi yang bersifat umum dan belum mengakomodasi kekhususan profesi
keperawatan.
7. Kompetensi perawat dan kualitas penyelenggaraan pendidikan yang masih belum memenuhi
harapan masyarakat.
8. Adanya pendidikan D IV keperawatan mitra dokter spesialis yang tidak sesuai dengan arah
pengembangan profesi keperawatan.
C. Tujuan dan Kegunaan
Naskah akademik ini bertujuan memaparkan kondisi, perkembangan dan permasalahan
yang ada serta berbagai upaya yang harus dilaksanakan untuk dapat memenuhi kaidah
keperawatan sebagai profesi di Indonesia. Naskah ini juga dapat dijadikan landasan untuk
menyusun standar kompetensi, standar pendidikan, akreditasi, acuan bagi penyelenggara
pendidikan, pengambil keputusan dan juga pemangku kepentingan keperawatan terutama
pengguna lulusan pendidikan keperawatan. Naskah akademik ini juga bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang sistem pendidikan keperawatan di Indonesia.
Kegunaan dari naskah akademik ini adalah :
1) Memberikan arah pengembangan pendidikan keperawatan ke masa depan.
2) Memberikan gambaran yang jelas tentang jenjang karir Perawat.
3) Memberikan masukan kepada para pembuat kebijakan terkait, seperti Badan legislatif,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Pemberdayaan dan Aparatur Negara dalam rangka menyempurnakan
berbagai aturan dan kebijakan yang ada, termasuk perencanaan, pendistribusian dan
pendayagunaan tenaga perawat.
4) Memberikan masukan kepada para penyelenggara pendidikan keperawatan dalam rangka
meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan pembelajaran.
5) Memberikan masukan kepada pengguna jasa pelayanan keperawatan dalam rangka
utilisasi yang tepat sesuai jenjang pendidikan dan perencanaan jenjang karir yang
bersangkutan.
8
D. Metode Pendekatan
Naskah akademik ini disusun menggunakan berbagai metoda dan pendekatan antara lain
dengan mengadakan diskusi diantara pakar keperawatan dalam beberapa workshop yang diikuti
oleh kalangan perguruan tinggi negeri maupun swasta yang mewakili berbagai wilayah di
Indonesia, Pengurus Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Pengurus Asosiasi Institusi
Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI), wakil beberapa kolegium terkait, dan Pengurus Asosiasi
Institusi Pendidikan Diploma III Keperawatan Indonesia (AIPDiKI). Beberapa nara sumber
dilibatkan dalam berbagai rangkaian pertemuan yang melibatkan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional, Kementerian Kesehatan, Organisasi Profesi Kesehatan (Ikatan Dokter
Indonesia/IDI, Persatuan Dokter Gigi Indonesia/PDGI, Ikatan Bidan Indonesia/IBI), Badan
Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi (BAN-PT) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI).
Berbagai rujukan telah digunakan antara lain kebijakan International Council of Nurses
(ICN), standar pendidikan nasional dan internasional, standar profesi perawat Indonesia serta
dilakukan kegiatan benchmarking ke beberapa negara yang pendidikan keperawatannya lebih
maju. Naskah akademik juga disusun berdasarkan hasil survei tentang pendidikan dan pelayanan
keperawatan di berbagai wilayah Indonesia.
E. Pengorganisasian
Naskah akademik disusun dalam 4 (empat) bab. Bab I: Pendahuluan, berisi tentang latar
belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan kegunaan, metode pendekatan, dan
pengorganisasian. Bab II: Perkembangan Keperawatan. BAB III Sistem Pendidikan
Keperawatan Indonesia, berisi Ketentuan Umum/ Terminologi; Jenis Jenjang dan Beban Studi;
Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi; Kompetensi Berdasar Jenjang;
Penyelenggaraan Pendidikan; Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas
Pelayanan; Penjaminan Mutu Pendidikan. BAB IV Penutup, berisi kesimpulan dan rekomendasi.
9
BAB II
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN KEPERAWATAN
Keperawatan telah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW dimana seorang wanita
bernama Siti Rufaidah putri seorang tabib saat itu telah mulai melakukan kegiatan-kegiatan yang
bersifat melayani pada keadaan perang. Nilai-nilai keperawatan sudah ditumbuhkan termasuk
bagaimana seseorang yang akan melakukan kegiatan membantu orang lain harus memiliki sifat-
sifat tertentu seperti ramah dan beretika. Beliau dianggap sebagai perawat pertama yang dikenal
di dunia pelayanan kesehatan.
Kegiatan Siti Rufaida tidak meninggalkan catatan yang berarti karena semua dokumen
lenyap akibat perang, sampai kemudian seorang bernama Florence Nightingale melakukan
kegiatan yang sama pada perang Krimean dan mencatat seluruh proses pelayanan kepada korban
perang. Saat itu Florence Nightingale telah memperkenalkan tentang sifat pelayanan
keperawatan yang memperhitungkan lingkungan untuk tetap bersih dan nyaman, ventilasi yang
baik, kasih sayang dan perhatian kepada yang membutuhkan yaitu korban perang. Disamping itu,
kebutuhan terhadap nutrisi diyakini dapat meningkatkan daya tahan tubuh para korban sehingga
proses penyembuhan dapat dipercepat. Semua korban terluka akibat perang dicermati dan
diobservasi sepanjang waktu termasuk malam hari. Dengan lilin kecil ia mendatangi satu persatu
korban dan diamati perkembangan masalah kesehatannya sehingga ia terkenal sebagai “lady with
the lamp”. Melalui catatan yang ditinggalkan dan dipelajari oleh ahli-ahli keperawatan pada
dekade sesudahnya, Florence Nightingale yang kemudian disebut sebagai pionir keperawatan
modern telah menanamkan prinsip-prinsip dasar keperawatan yang berfokus pada sikap caring
terhadap pasien. Prinsip dasar tersebut menekankan kegiatan modifikasi lingkungan penting bagi
kesembuhan pasien. Konsep dan prinsip ini menjadi landasan yang perlu ditumbuhkan dalam
tindakan mandiri keperawatan, sebagai intervensi utama dalam keperawatan. Sejak saat itu
banyak sekolah keperawatan yang didirikan oleh Rumah sakit (RS) dan penyelenggaraannya
berbasis RS untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien yang manusiawi.
Di Indonesia, perkembangan pendidikan keperawatan diawali sebelum kemerdekaan.
Sekolah perawat pertama kali didirikan di Rumah Sakit PGI Cikini pada tahun 1916. Sekolah ini
diselenggarakan dengan mengandalkan para perawat Belanda sebagai pendidik ditambah
beberapa dokter. Para siswa diajarkan teori merawat yang kemudian diaplikasikan langsung
10
kedalam praktik pada saat yang sama. Selanjutnya, pendidikan keperawatan berkembang di
beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan. Pendidikan ini umumnya dikelola oleh
perawat Belanda yang saat itu ditugaskan dirumah sakit tersebut. Syarat masuk menjadi siswa
perawat adalah memiliki ijasah MULO (sistem pendidikan Belanda, setara dengan SMP). Dalam
proses pembelajaran seluruh siswa diasramakan, dan setiap hari ada pelajaran teori dan praktik.
Perawat yang dihasilkan pada saat itu memiliki disiplin tinggi dan sangat terampil.
Setelah kemerdekaan, berbagai jenis pendidikan perawat yang berbasis RS telah
dikembangkan sesuai kebutuhan RS untuk menyelesaikan masalah kesehatan masyarakat yang
muncul saat itu seperti pendidikan mantri cacar, Penjenang Kesehatan, dan lain-lain, dengan
lama pendidikan bervariasi dari 3 bulan sampai 2 tahun dengan dasar pendidikan Sekolah Rakyat
(setara SD) dan SMP. Berdasarkan SK MENKES nomor 32971/Pend/1953 tentang Pendidikan
Perawat Diploma A dan B, dihasilkan Perawat A (umum), dan Perawat B (jiwa). Pada saat yang
bersamaan sejak tahun 1953 mulai didirikan Sekolah Pengatur Rawat (SPR) dengan dasar
pendidikan SMP dan lama pendidikannya 3 tahun.
Pada awal 1960 teridentifikasi lebih dari 20 jenis kategori tenaga perawat dengan lama
dan dasar pendidikan yang bervariasi. Demikian juga Kualitas dan tingkat kemampuannya tidak
jelas. sehingga pada saat itu perawat dengan jenis pendidikan apapun boleh melakukan tindakan
tanpa ada batasan kewenangan. Pada tahun 1960 banyak perawat senior Belanda yang bekerja di
RS telah meninggalkan Indonesia. Pada saat yang sama Keperawatan telah berkembang dari
suatu pekerjaan sederhana yang berorientasi pada tugas semata (task oriented), menjadi suatu
profesi yang memiliki landasan ilmiah untuk bertindak, menggunakan keterampilan berfikir
kritis dan menerapkan perilaku “caring”. Asuhan Keperawatan lebih berfokus pada respons klien
terhadap penyakitnya, dari pada terhadap penyakit itu sendiri, sehingga dirasakan perlu adanya
jenis tenaga perawat berpendidikan lebih tinggi untuk meningkatkan mutu pelayanan
Keperawatan.
Pada tahun 1962 Departemen Kesehatan RI berdasarkan SK nomor
67516/Pend/Kab/1962 telah mengembangkan Pendidikan Akademi Perawat yang berafiliasi
dengan RS Cipto Mangunkusumo. Lulusan pendidikan ini menyandang gelar Sarjana Muda Ilmu
Perawatan atau BSc. Setahun berikutnya pendidikan tingkat Akademi Perawat ini diikuti oleh RS
St Carolus. Sejak diluluskannya Sarjana Muda Ilmu Perawatan, maka kategori pendidikan
perawat menjadi jenjang pendidikan menengah dan tinggi yang semuanya berorientasi ke RS.
11
Pendayagunaan lulusan Akademi Perawat diperluas menjadi pengelola pelayanan di tingkat
ruang rawat dan tingkat RS, serta perawat pelaksana di ruang khusus seperti ICU, ICCU, Bedah,
Ruang pemulihan (Sejarah keperawatan, 1975). Hal ini karena pimpinan RS telah merasakan
pentingnya tenaga perawat lulusan Akademi Perawat untuk diberi tanggung jawab dan
kewenangan yang lebih besar. Pimpinan RS membutuhkan peningkatan kualitas layanan dengan
mengirimkan beberapa perawat lulusan Akademi Perawat saat itu ke Australia, dan Negara
Commonwealth lainnya untuk meningkatkan kemampuannya. Pada tahun 1979 berbagai jenis
pendidikan keperawatan tersebut ditutup dan diubah menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK)
sesuai dengan SK Menkes nomor 245/Menkes/SK/VI/1979.
Sistem Kesehatan Nasional tahun 1982 antara lain menyatakan bahwa pendidikan bagi
tenaga kesehatan harus berasal dari lulusan SMA (berada pada jenjang Pendidikan Tinggi).
Untuk merespons kebijakan tersebut serta kebijakan pemerintah di bidang Pendidikan, maka
dilaksanakan Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 1983 di Jakarta yang dihadiri oleh
berbagai elemen termasuk unsur Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen
Kesehatan, Badan Administrasi Kepegawaian Nasional, Konsorsium Ilmu Kesehatan dan
berbagai Organisasi Profesi Kesehatan. Kegiatan ini menghasilkan kesepakatan nasional yang
menyatakan Keperawatan sebagai profesi dan ditumbuhkan pada sistem pendidikan tinggi.
Dengan demikian profesi keperawatan diharapkan mampu memandirikan, memberdayakan
masyarakat dan mampu memberikan upaya kesehatan yang paripurna.
Lokakarya Nasional Keperawatan Indonesia 1983 merupakan momentum penting bagi
perkembangan keperawatan di Indonesia yang menetapkan Keperawatan sebagai profesi dan
mengamanahkan agar semua kegiatan pengembangan keperawatan diarahkan kepada pemenuhan
kriteria profesi, antara lain : memiliki ilmu pengetahuan, ditumbuhkan pada pendidikan tinggi,
melaksanakan pelayanan profesi/professional dengan menggunakan metode ilmiah. Kesepakatan
ini diikuti dengan adanya pergeseran berbagai regulasi pendidikan keperawatan yang semula
ditetapkan oleh Departemen Kesehatan diatur oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Demikian juga pendidikan yang semula ada di jenjang SPK dan D III dikembangkan menjadi
pendidikan tinggi pada jenjang Strata 1/ profesi.
Pada tahun 1985 dimulai Pendidikan Keperawatan pada jenjang strata satu (S-1) di
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) yang ditumbuhkan di Fakultas Kedokteran-Universitas
Indonesia. Sementara itu pendidikan Akademi Perawat (AKPER) dengan program pendidikan
12
diploma tiga (D-III) masih terus bertambah jumlahnya hingga saat ini. Pada awal perkembangannya
kurikulum pendidikan S-1 Keperawatan merupakan satu kesatuan dan terintegrasi antara pendidikan
akademik dan pendidikan profesi yang lulusannya diberi gelar Sarjana Keperawatan yang disingkat S.Kp.
serta diakui sebagai perawat profesional.
Penyelenggara pendidikan tinggi yang pertama adalah Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 1985. Pembukaan program studi tersebut diikuti oleh
beberapa universitas negeri seperti Universitas Padjadjaran Bandung pada tahun 1994, pada tahun 1997-
1998 berdiri di Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Universitas Diponegoro, Universitas
Hasanuddin, Universitas Brawijaya, Universitas Sumatera Utara; serta perguruan tinggi swasta lainnya
seperti Universitas Muhammadiyah Jakarta dan STIK St. Carolus Jakarta. Program ini menerima calon
mahasiswa dari SMU (jalur reguler) dan dari DIII Keperawatan (alih jalur / “transfer”).
Tahun 1994, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menerbitkan SK Nomor
310/U/1994 tentang kurikulum yang berlaku nasional bagi program sarjana ilmu kesehatan. Dalam
kurikulum ini, pembelajaran aspek akademik dan keprofesian diintegrasikan menjadi satu kesatuan.
Kurikulum ini disempurnakan melalui SK nomor 129/U/1998 yang menjadikan program pendidikan
Sarjana keperawatan melaksanakan kurikulum pendidikan profesi keperawatan dalam 2 (dua) tahap, yaitu
tahap akademik dan tahap profesi yang merupakan satu kesatuan. Pada tahap akademik lulusannya
mendapat gelar Sarjana Keperawatan disingkat S.Kep., dan tahap profesi lulusannya mendapat gelar
profesi Ners disingkat Ns. Dengan demikian gelar Sarjana Keperawatan (SKp.) sebagai hasil dari
kurikulum 1985 dan 1994, memiliki makna yang sama dengan gelar Sarjana Keperawatan dan Ners
(S.Kep. Ns) hasil kurikulum tahun 1998. Sementara itu pendidikan SPK secara berangsur ditutup pada
tahun 1996. Hal ini merupakan tindak lanjut implementasi Sistem Kesehatan Nasional 1982 dan
kesepakatan lokakarya nasional tahun 1983.
Penataan jenis dan jenjang pendidikan keperawatan yang baik dan terarah diharapkan dapat
dijadikan bahan rujukan dalam mengembangkan profesi keperawatan di masa depan. Pengembangan
jenjang pendidikan Keperawatan termasuk di dalamnya jenjang akademik pendidikan tingkat magister (S-
2) yaitu Magister Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan, serta jenis pendidikan profesi tingkat
spesialis diberbagai bidang layanan spesialisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998 yang
mencakup:Keperawatan Maternitas dan Keperawatan Komunitas, Keperawatan Medikal Bedah,
Keperawatan Jiwa dan Keperawatan Anak. Pengembangan pendidikan Doktor Keperawatan untuk
jenjang doktor (S-3) dimulai tahun 2008 di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.
13
BAB III
SISTEM PENDIDIKAN KEPERAWATAN INDONESIA
A. Ketentuan Umum/ Terminologi
Beberapa ketentuan umum/ terminologi pada naskah akademik pendidikan keperawatan
sebagai berikut:
1. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan/asuhan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan/asuhan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit
yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
2. Ilmu keperawatan adalah ilmu yang mempelajari pemenuhan kebutuhan dasar manusia.
Ilmu keperawatan merupakan sintesis dari ilmu biomedik, psikologi, sosial, perilaku,
antropologi, dan trans budaya. Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi
ilmu keperawatan adalah penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia (bio-psiko-sosial-kultural dan spiritual) mulai dari tingkat individu utuh
mencakup seluruh siklus kehidupan, yang juga tercerminkan pada tidak terpenuhinya
kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai molekuler, sampai pada
tingkat masyarakat.
3. Pendidikan keperawatan adalah proses pendidikan yang diselenggarakan di Perguruan
Tinggi untuk menghasilkan berbagai lulusan Ahli Madya Keperawatan, Ners, Magister
Keperawatan, Ners Spesialis, dan Doktor Keperawatan.
4. Jenis pendidikan perawat adalah pendidikan akademik, vokasi, dan profesi. Pendidikan
akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan ilmu
pengetahuan. Pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada
kesiapan penerapan keahlian tertentu sebagai perawat. Pendidikan profesi merupakan
pendidikan yang diarahkan untuk mencapai kompetensi profesi keperawatan.
5. Peserta didik pendidikan keperawatan yang selanjutnya disebut mahasiswa
keperawatan adalah seseorang yang telah terdaftar dan mengikuti kegiatan akademik
profesional di Perguruaan Tinggi.
14
6. Pelayanan profesi adalah pelayanan keperawatan professional yang menggunakan
metode ilmiah untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia karena adanya kelemahan fisik
dan mental, keterbatasan pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada
kemampuan melaksanakan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Diberikan secara
holistik dan komprehensif meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, spiritual, dan
kultural secara manusiawi dan bersifat caring.
7. Perawat adalah seseorang yang lulus pendidikan tinggi Keperawatan baik di dalam
maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah RI sesuai dengan peraturan
perundangan serta teregistrasi.
8. Perawat Ahli Madya adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan jenjang
Diploma Tiga (D III) Keperawatan.
9. Ners adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dalam
bidang keperawatan umum dan memiliki kemampuan sebagai perawat profesional
jenjang pertama (first professional degree).
10. Magister Keperawatan adalah Perawat profesional jenjang pertama (first professional
degree) yang telah menyelesaikan pendidikan Magister pada program Magister
Keperawatan.
11. Ners spesialis adalah Perawat yang telah menyelesaikan pendidikan Spesialis
Keperawatan
12. Doktor Keperawatan adalah Perawat profesional yang telah menyelesaikan pendidikan
doktor keperawatan.
13. Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama memfasilitasi,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat di bidang keperawatan.
14. Standar pendidikan keperawatan adalah kriteria minimal komponen pendidikan yang
harus dimiliki oleh institusi pendidikan tinggi keperawatan yang terdiri atas standar
pendidikan profesi keperawatan.
15. Standar kompetensi adalah kompetensi minimal yang harus dicapai dalam pendidikan
keperawatan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan, keterampilan.
16. Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
15
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi terdiri atas kompetensi utama,
kompetensi pendukung, kompetensi lain yang bersifat khusus dan gayut dengan
kompetensi utama (SK Mendiknas No. 045/U/2002). Elemen-elemen kompetensi terdiri
atas a) Landasan kepribadian, b) Penguasaan ilmu dan keterampilan, c) Kemampuan
berkarya, d) Sikap dan perilaku dalam berkarya menurut tingkat keahlian berdasarkan
ilmu dan keterampilan yang dikuasai, dan e) Pemahaman kaidah berkehidupan
bermasyarakat sesuai dengan pilihan keahlian dalam berkarya.
17. Kompetensi perawat Indonesia terdiri dari kompetensi perawat praktisi (perawat ahli
madya dan ners spesialis), kompetensi perawat manajer dan kompetensi perawat peneliti
18. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kemampuan seorang
perawat untuk menjalankan praktik keperawatan di seluruh Indonesia setelah lulus uji
kompetensi.
19. Institusi Pendidikan Tinggi Keperawatan adalah institusi yang menyelenggarakan
pendidikan keperawatan dalam bentuk fakultas, jurusan atau program studi yang
merupakan bagian dari pendidikan tinggi/universitas/sekolah tinggi/ Institut dan
Akademi.
20. Kurikulum pendidikan keperawatan yang selanjutnya disebut kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan belajar, serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan keperawatan.
21. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia Bidang Keperawatan adalah penjenjangan
capaian pembelajaran keperawatan yang menyetarakan luaran pendidikan formal,
nonformal, informal, atau sesuai dengan struktur pekerjaan keperawatan.
22. Uji Kompetensi suatu proses untuk mengukur pengetahuan, keterampilan dan sikap
tenaga perawat sesuai dengan standar profesi perawat.
23. Surat Tanda Registrasi adalah yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis
yang diberikan lembaga yang berwenang.
24. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap tenaga keperawatan yang telah memiliki
sertifikat kompetensi perawat dan telah mempunyai kualifikasi tertentu lainnya serta
diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/pekerjaan profesinya.
16
B. Jenis Jenjang dan Beban Studi 1. Jenis pendidikan keperawatan meliputi:
a. Pendidikan Vokasi yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan
penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat vokasi.
b. Pendidikan Akademik yaitu pendidikan yang diarahkan terutama pada penguasaan
dan pengembangan disiplin ilmu keperawatan.
c. Pendidikan Profesi yaitu pendidikan yang diarahkan untuk mampu memecahkan
masalah sains dan teknologi dalam bidang ilmu keperawatan untuk mampu
mengambil keputusan strategis dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas
tindakan keperawatan dibawah tanggung jawabnya.
2. Jenjang pendidikan tinggi keperawatan, meliputi:
a. Pendidikan Diploma III Keperawatan
b. Pendidikan Ners
c. Pendidikan Magister Keperawatan
d. Pendidikan Spesialis Keperawatan terdiri dari:
1) Spesialis Keperawatan Maternitas
2) Spesialis Keperawatan Anak
3) Spesialis Keperawatan Medikal Bedah
4) Spesialis Keperawatan Jiwa
5) Spesialis Keperawatan Komunitas
Pendidikan spesialis tersebut di atas akan berkembang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan keperawatan dan kebutuhan pengembangan ilmu.
e. Pendidikan Doktor Keperawatan
3. Beban Studi
Pendidikan keperawatan dilaksanakan dengan sistem kredit semester sebagaimana
diamanatkan oleh Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
17
Beban studi pendidikan keperawatan untuk semua jenjang sesuai SK Mendiknas No.
232/U/2000 sebagai berikut:
a. Diploma Tiga Keperawatan memiliki beban studi 110-120 SKS
b. Pendidikan Ners memiliki beban studi pada tahap akademik antara 144-160 SKS, dan
pada tahap Profesi memiliki beban studi antara 36-50 SKS
c. Magister Keperawatan memiliki beban studi antara 36-50 SKS.
d. Spesialis Keperawatan memiliki beban studi antara 36-50 SKS
e. Beban studi program doktor bagi peserta yang berpendidikan magister (S2) sebidang
sekurang-kurangnya 40 SKS yang dijadwalkan untuk empat semester dengan lama
studi selama-lamanya sepuluh (10) semester. Beban studi program doktor bagi
peserta yang berpendidikan magister (S2) tidak sebidang sekurang-kurangnya 52 SKS
yang dijadwalkan untuk lima semester dengan lama studi selama-lamanya sebelas
(11) semester.
C. Gelar Pendidikan Vokasi, Akademik, dan Profesi 1. Lulusan program pendidikan diploma tiga mendapatkan sebutan Ahli Madya
Keperawatan (AMd. Kep.)
2. Lulusan program pendidikan Ners mendapat gelar Ners (Ns.)
3. Lulusan program pendidikan Magister Keperawatan mendapat gelar Magister
Keperawatan ( M.Kep.).
4. Lulusan program pendidikan Spesialis Keperawatan mendapat gelar Spesialis
Keperawatan (Sp. Kep. sesuai pencabangan ilmu keperawatan)
5. Lulusan program pendidikan doktor mendapat gelar akademik Doktor Keperawatan
(Dr.Kep.).
D. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Kompetensi berdasarkan Jenjang Pendidikan digambarkan dalam tabel dibawah ini.
Tabel tersebut digambarkan hubungan antara jenis pendidikan, jenjang pendidikan, gelar lulusan
dan kompetensi (rincian uraian kompetensi terdapat pada lampiran). Pada tabel 2 digambarkan
hubungan antara jenjang pendidikan, Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) bidang
keperawatan dan lama pendidikannya.
18
Tabel 1. Kompetensi Berdasarkan Jenjang Pendidikan Saat Ini
Jenis Pendidikan
Jenjang Pendidikan
Gelar Lulusan Kompetensi
Vokasi Diploma Tiga Keperawatan
Ahli Madya Keperawatan (AMd.Kep.)
Setelah menyelesaikan pendidikan diploma tiga, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran
Profesi Ners Ners (Ns) Setelah menyelesaikan pendidikan profesi, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran
Ners Spesialis Keperawatan
Ns. Sp. Kep. Setelah menyelesaikan pendidikan profesi Spesialis Keperawatan, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran
Akademik Magister Keperawatan (*)
M.Kep Setelah menyelesaikan pendidikan magister, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran
Doktor Keperawatan
Dr. Kep. Setelah menyelesaikan pendidikan doktor, lulusan mampu menjalankan kegiatan pekerjaannya sesuai dengan 3 ranah kompetensi pada lampiran
Catatan : (*) Khusus untuk program Magister, terdiri dari Magister ilmu keperawatan dasar dan
Magister kepemimpinan.
Tabel 2. Jenjang dan Tingkat Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Bidang Keperawatan
Jenjang Pendidikan Tingkat KKNI Bidang
Keperawatan
Beban Studi Vokasi
Beban Studi Akademik
Beban Studi Profesi
D III Keperawatan 5 110-120 SKS - - Ners 7 - 144-160 SKS 36-50 SKS Magister Keperawatan 8
- 36-50 SKS
- Ners Spesialis 8 - 36-50 SKS - Doktor Keperawatan 9 - 50 SKS
(matrikulasi 12 sks/semester
selama 2 semester
-
19
E. Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan
Jenjang pendidikan keperawatan yang ada pada jenjang pendidikan tinggi adalah
pendidikan Diploma III Keperawatan yang bersifat vokasi, pendidikan Ners, Magister
Keperawatan, Ners Spesialis dan Doktor Keperawatan.
Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan adalah pendidikan vokasi yang diselenggarakan
oleh pendidikan tinggi keperawatan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi
sebagai pelaksana asuhan keperawatan.
Program Pendidikan Ners adalah program pendidikan akademik profesi yang bertujuan
menghasilkan Ners yang memiliki kemampuan sebagai perawat profesional jenjang pertama
(first professional degree).
Program magister keperawatan adalah program pendidikan akademik yang bertujuan
menghasilkan magister yang memiliki kemampuan : (1) mengembangkan dan memutakhirkan
IPTEKS dengan cara menguasai dan memahami, pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai
keterampilan penerapannya, (2) memecahkan permasalahan di bidang keperawatan melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, dan (3) mengembangkan
kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan,
keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa.
Program Spesialis keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan
(1) Mengembangkan dan memutakhirkan ipteks dengan cara menguasai dan memahami,
pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai keterampilan penerapannya, (2) Memecahkan
permasalahan di bidang keperawatan melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan
kaidah ilmiah, dan (3) Mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan
ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau
profesi yang serupa.
Program Doktor Keperawatan diarahkan pada hasil lulusan yang memiliki kemampuan
sebagai berikut : (1) mengembangkan konsep ilmu, teknologi /atau kesenian baru di dalam
bidang keahlianya melalui penelitian, (2) Mengelola, memimpin dan mengembangkan program
penelitian (3) Pendekatan interdisipliner dalam berkarya dibidang keperawatan.
Penyelenggara pendidikan tersebut diatas harus memenuhi standar penyelenggaraan
pendidikan yang mencakup 7 standar mencakup 1) Visi, Misi, Tujuan, sasaran dan stratetgi
pencapaian; 2) Tata pamong, kepemimpinan, sisytem pengelolaan dan penjaminan mutu: 3)
20
Mahasiswa dan Lulusan; 4) Sumber Daya Manusia; 5) Kurikulum, Pembelajaran dan Suasana
akademik; 6) Pembiayaan, Sarana dan Prasarana, Sistem Informasi; 7) Penelitian,
pelayanan/Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama (Secara lengkap dapat di lihat pada
Lampiran).
F. Peran Pendidikan Keperawatan Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan
Pelayanan Kesehatan berkualitas yang sebagian besar diberikan oleh Perawat kompeten
sangat diharapkan oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan hasil survey yang dilakukan oleh
PPNI bekerjasama dengan HPEQ Project pada tahun 2010 diidentifikasi bahwa terdapat
kesenjangan antara harapan masyarakat dengan kompetensi perawat yang ada saat ini. Hasil
survei ini mengindikasikan bahwa perlu adanya peningkatan kompetensi perawat baik melalui
pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. (Tim HPEQ Project Komponen I, 2010).
Keberadaan pendidikan tinggi keperawatan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas. Permasalahan yang ada adalah
distribusi dan pendayagunakan tenaga kesehatan/lulusan pendidikan tinggi belum tertata dengan
baik. Hal ini mengakibatkan belum meratanya jangkauan pelayanan keperawatan yang dilakukan
oleh para lulusan pendidikan tinggi. Lulusan dari berbagai jenjang pendidikan ini perlu diatur
pendayagunaannya secara baik berdasarkan asas keadilan dan pemerataan keterjangkauan.
Masalah kesehatan yang semakin kompleks menyebabkan semakin tingginya kompetensi yang
diharapkan dimiliki oleh para perawat untuk mengatasi masalah tersebut. Hal ini pula yang
mendasari perlu peningkatan jenjang pendidikan spesialis dan program pendidikan doktor
keperawatan untuk mengembangan IPTEKS Keperawatan melalui pengembangan penelitian.
Penyelenggaraan Pendidikan Keperawatan khususnya pada pembelajaran klinik
merupakan serangkaian kegiatan yang mewujudkan interaksi antara pembimbing klinik,
mentor/perceptor dengan mahasiswa, dalam melakukan pelayanan keperawatan berdasarkan
standar prosedur operasional berkontribusi untuk dalam peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan pelayanan kesehatan melalui praktik terbaiknya.
Untuk memberikan jaminan kepada masyarakat, bahwa pelayanan perawat diberikan oleh
Perawat yang kompeten perlu dibuktikan melalui uji kompetensi yang telah dilakukan oleh
lembaga yang berwenang. Sejak tahun 2007 sistem uji kompetensi telah dikembangkan oleh
21
Organisasi profesi (PPNI) terhadap para perawat khususnya yang akan bekerja ke luar negeri dan
lulusan baru dimana pelaksanaannya dilakukan oleh Komite Nasional Uji Kompetensi Perawat
(KNUKP). Dengan dikeluarkannya Kepmenkes Nomor 1796 tahun 2011 yang mengatur tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan termasuk Perawat, maka setiap lulusan baru harus mengikuti uji
kompetensi untuk mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR). STR merupakan persyaratan bagi
para tenaga perawat untuk melakukan praktik mulai diberlakukan pada tahun 2013.
Pelaksanaan uji kompetensi berdasarkan peraturan menteri kesehatan tersebut merupakan
kewenangan dari lembaga/Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Dalam menjalankan
tugasnya tersebut, MTKI bekerjasama dengan Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK)
untuk mengembangkan sistem termasuk soal uji kompetensi. Bukti dari kelulusan seorang
perawat dalam uji kompetensi berupa Surat Tanda Registrasi (STR) identik dengan Registered
Ners (RN) di luar negeri.
Pendayagunaan lulusan diberbagai fasilitas pelayanan kesehatan maupun pendidikan
didasarkan pada kompetensi, yang selanjutnya ditata dalam sistem jenjang karir perawat
professional. Penataan jenjang karir perawat di tatanan pelayanan keperawatan telah diatur sejak
2008 melalui suatu sistem jenjang karir yang telah diadopsi oleh Kementerian Kesehatan namun
aturan hukum yang mengatur pelaksanaannya belum ada. Dalam sistem jenjang karir perawat
klinik tersebut, sebagai contoh seorang lulusan program pendidikan Diploma III Keperawatan
dengan masa kerja 0-2 tahun dikategorikan sebagai seorang Perawat Klinik I (PK I). Pada
kategori yang sama (PK I), seorang lulusan ners dengan masa kerja 0-1 tahun. Untuk mencapai
jenjang PK II, seorang lulusan D III Keperawatan memerlukan masa kerja 5 tahun, sementara
seorang lulusan ners hanya memerlukan waktu 1-2 tahun. Seorang lulusan DIII Keperawatan
hanya bisa mencapai maksimal jenjang PK III, sedangkan lulusan Ners dapat mencapai PK IV.
Sementara lulusan Spesialis dan sub spesialis dapat mencapai PK V. Untuk lebih jelasnya
mengenai system jenjang karir dapat pada lihat pada tabel berikut ini.
22
Tabel 3 Pemetaan Jenjang Karir Tahun 2008
Jenjang karir
Pendidikan Masa Kerja Kompetensi
Perawat Klinik I (PK I)
D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners
0-2 tahun 0-1 tahun
– Memberikan keperawatan dasar – Memberikan asuhan keperawatan dgn
bimbingan dari perawat klinik lebih tinggi
– Melakukan pendidikan kesehatan pada klien dan keluarganya
– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
– Melakukan kolaborasi dgn profesi lain
PK II D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners
5 Tahun
1-2 Tahun
– Memberikan keperawatan dasar dalam lingkup keperawatan: medical-bedah maternitas/pediatrik/jiwa/komunitas/ gawat darurat tanpa komplikasi/tidak kompleks dengan bimbingan terbatas dari perawat klinik yang lebih tinggi.
– Melakukan tindakan kolaborasi dengan profesi lain
– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
– Melaksanakan pendidikan kesehatan bagi klien dan keluarganya serta bagi perawat klinik pada tingkat dibawahnya
– Membimbing PK I
PK III D3 Keperawatan S1 Keperawatan/Ners S2 Keperawatan (Sp1)
>5 sd 9 tahun >3 sd 6 tahun 0-1 tahun
– Memberikan keperawatan dasar pada klien dalam lingkup keperawatan: medikal bedah / maternitas / pediatrik / jiwa / komunitas / gawat darurat dengan komplikasi/ kompleks
– Melakukan tindakan keperawatan khusus dengan resiko
– Melakukan konseling kepada klien – Melakukan rujukan keperawatan – Melakukan asuhan keperawatan dengan
keputusan secara mandiri ( tanpa bimbingan )
– Melakukan dokumentasi asuhan keperawatan
– Melakukan kolaborasi dengan profesi lain
– Melakukan pendidikan kesehatan bagi pasien, keluarga
– Membimbing PK II – Mengindentifikasi hal-hal yang perlu
diteliti lebih lanjut
23
PK IV S1 Keperawatan / Ners (Ns) S2 Keperawatan (Sp1) S3 Keperawatan (Sp2)
>9tahun >2tahun 0 tahun
– Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi.
– Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri
– Melakukan bimbingan bagi PK III – Melakukan dokumentasi asuhan
keperawatan – Melakukan kolaborasi dengan profesi
lain – Memberikan asuhan keperawatan
khusus atau sub-spesialisasi. – Melakukan pendidikan kesehatan bagi
pasien, keluarga – Membimbing peserta didik
keperawatan – Mengidentifikasi hal-hal yang perlu
diteliti lebih lanjut
PK V (expert)
S2 Keperawatan (Sp1) S3 Keperawatan (Sp2)
>4tahun >1 tahun
– Memberikan asuhan keperawatan khusus atau sub-spesialisasi dalam lingkup medikal bedah /maternitas/ pediatrik/ jiwa/ komunitas / gawat darurat
– Melakukan tindakan keperawatan khusus atau sub-spesialis dengan keputusan secara mandiri
– Melakukan bimbingan bagi PK IV – Melakukan dokumentasi asuhan
keperawatan – Melakukan kolaborasi dengan profesi
lain – Melakukan konseling kepada pasen – Melakukan pendidikan kesehatan bagi
pasien dan keluarga – Membimbing peserta didik
keperawatan – Berperan sebagai konsultan dalam
lingkup bidangnya – Berperan sebagai peneliti
*) Sistem jenjang karir ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat ini dan kebutuhan di masa datang
24
G. Penjaminan Mutu Pendidikan Keperawatan 1. Untuk menjamin mutu intake, proses dan output lulusan, setiap penyelenggara pendidikan
keperawatan harus melakukan program penjaminan mutu pendidikan.
2. Program penjaminan mutu dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Penjaminan
mutu internal dilakukan dengan membentuk badan jaminan mutu internal, sedangkan
penjaminan mutu eksternal dapat melibatkan lembaga penjaminan mutu independen yang
diakui pemerintah.
3. Penjaminan mutu pendidikan keperawatan perlu ditetapkan bahwa untuk dapat
melanjutkan pendidikan profesi ke jenjang lebih tinggi, seperti dari Ners generalis ke
pendidikan Ners spesialis, diperlukan paling sedikit pengalaman kerja 2 (dua) tahun di
bidang profesinya termasuk internship.
4. Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan keperawatan terutama pendidikan di wahana
praktik mahasiswa, perlu ditetapkan peluang untuk memperoleh pengakuan kepakaran
sebagai Ners Konsultan dari para sejawat Ners Spesialis sejenis dapat diberikan setelah
Ners Spesialis mendapatkan pengalaman kespesialisasiannya paling sedikit 5 (lima) tahun
di bidang kepakarannya melalui berbagai kegiatan ilmiah yang dapat dipertanggung
jawabkan secara nasional dan atau internasional.
Sistem Akreditasi Pendidikan Keperawatan
Akreditasi merupakan upaya pengendalian mutu secara eksternal yang dilakukan oleh
suatu badan mandiri. Di Indonesia, saat ini hanya ada satu badan mandiri akreditasi Perguruan
Tinggi yaitu Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Program Health
Professional Education Quality Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (HPEQ DIKTI 2009 -
2014) sedang mengembangkan sistem akreditasi yang diharapkan dapat melakukan akreditasi
pada pendidikan profesi kesehatan di masa mendatang yang disebut dengan Lembaga Akreditasi
Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAM-PT Kes). Akreditasi oleh LAM-PT Kes dilakukan
dengan menilai proses dan kinerja serta keterkaitan antara tujuan, masukan, proses dan keluaran
suatu perguruan tinggi atau program studi keperawatan melalui penilaian formatif. Prinsip
akreditasi adalah Continous Quality Improvement.
Sejak bulan Mei 2010 melalui program HPEQ DIKTI mulai dikembangkan instrumen
untuk program studi pendidikan Ners sebagai kegiatan awal sebelum mengembangkan
25
instrumen sejenis untuk program studi diploma dan program studi pasca sarjana (Program
Magister, Program Doktor dan Program Spesialis).
Standar kompetensi sesuai jenis dan jenjang pendidikan telah ditetapkan bersama antara
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia
(AIPNI) dan Asosiasi Institusi Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Indonesia (AIPDiKI).
Standar Pendidikan Ners yang menjadi tanggung jawab AIPNI telah disusun melalui serangkaian
kerja bersama dengan PPNI dan beberapa pemangku kepentingan lainnya. Melalui kedua standar
ini maka pengembangan instrumen akreditasi untuk program studi pendidikan Ners telah
dilaksanakan dengan mengacu pada kedua standar ini, disamping itu juga mempertimbangkan
berbagai aturan dan kebijakan tentang pendidikan profesi kesehatan dan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sedangkan standar pendidikan Diploma III, Magister, Spesialis dan
Doktor keperawatan sedang dalam proses penyusuanan dengan melibatkan berbagai stakeholder
Standar Kompetensi dan Standar Pendidikan menjadi dasar implementasi sistem
akreditasi pada pendidikan profesi keperawatan sebagaimana contoh skema untuk pendidikan
ners seperti berikut ini:
ACCREDITATION SYSTEM FOR BSN NURSING
EDUCATION INSTITUTION
TH-1 TH-2 TH-3 TH-4 TH-5
AKADEMIK 144 SKS
PROFESI 36-40 SKS
IQF LEVEL 6 IQF LEVEL 7
S.Kep
NERS
ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN
ORGANISASI PROFESI
REKOMENDASI
AKREDITASI
TIM GAB
PPNI-AIPNI
8/4/2010 13ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN NERS
INDONESIA
INPUT PROSES OUT PUT
26
Berdasarkan skema diatas maka tim penilai atau asesor merupakan komponen penting
dalam proses akreditasi ini. Oleh karena itu melalui naskah akademik ini diharapkan dapat
dibentuk tim yang terdiri dari berbagai komponen seperti terlihat pada skema berikut.
Harapannya akan terjadi proses akreditasi yang transparans, trustable, kredibel dan akuntabel
sebagaimana contoh skema tim akreditasi untuk program pendidikan ners dibawah ini:
ACCREDITATION TEAM
4/20/2011 19
BAN-PT
AIPNI
PPNI Government
(KEM.DIKNAS &
KEMENKES)
Public
Representative
USER (STUDENT)
ACCREDITATION TEAM
NURSING HIGHER EDUCATION INDEPENDENT
ACCREDITATION
BOARD
Pada akhirnya, sistem akreditasi yang baik dapat menghasilkan citra yang baik bagi
lulusan maupun institusi yang menghasilkannya. Landasan hukum pelaksanaan akreditasi yang
dilaksanakan oleh LAM-PTKes antara lain;
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496);
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 91 Tahun
2011;
27
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;
Sertifikasi Lulusan Pendidikan Keperawatan
Sertifikasi merupakan tanda bukti keabsahan suatu akhir proses, dalam hal ini proses
pendidikan keperawatan. Sertifikasi lulusan pendidikan keperawatan ini diberikan dalam
bentuk/jenis sebagai berikut:
1. Ijazah diberikan oleh perguruan tinggi kepada lulusan yang telah menyelesaikan
jenjang tertentu meliputi: pendidikan diploma tiga keperawatan, pendidikan Ners,
pendidikan Magister Keperawatan, pendidikan Ners spesialis keperawatan dan
pendidikan doktoral keperawatan.
2. Sertifikat kompetensi sebagai tanda bukti telah diselesaikannya program pendidikan
berkelanjutan, diberikan oleh lembaga sertifikasi Perawat sebagai tanda telah lulus uji
kompetensi perawat.
Penyelenggaraan pendidikan di masa kini dan mendatang
Pengembangan pendidikan Keperawatan saat ini diarahkan sejalan dengan perkembangan
IPTEK, perubahan demografik kependudukan di Indonesia, arus global dan masalah kesehatan
yang kompleks serta tuntutan akan layanan kesehatan yang paripurna dan berkualitas.
Diperlukan beberapa profil Perawat mulai dari dasar sampai tingkat lanjut. Jenis Perawat terdiri
dari jenjang vokasi (Diploma III) dan jenjang profesi yang meliputi Ners dan Ners Spesialis
pada berbagai bidang keperawatan, serta adanya pengakuan kepakaran pada Ners Spesialis
sebagai Ners Konsultan. Disamping itu keberadaan Perawat Diploma tiga sebagai tenaga vokasi
masih diperlukan untuk berperan serta mendukung Ners di berbagai tatanan layanan termasuk
28
Rumah Sakit dan komunitas. Jenis Perawat yang dikembangkan juga saat ini adalah yang
berjenjang pendidikan akademik (Magister dan Doktor). Pendidikan akademik bertujuan untuk
memenuhi persyaratan memasuki jenjang pendidikan profesi spesialis dan upaya pengembangan
keilmuan Keperawatan (Ilmu Keperawatan Dasar dan Kepemimpinan).
Salah satu upaya meningkatkan kualitas penyelenggaraan pendidikan Ners adalah dengan
penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pendidikan Sarjana Keperawatan oleh
AIPNI dan PPNI mulai tahun 2006 dengan mengacu pada SK No. 232/U/2000 dan
memberlakukannya pada tahun 2008. Kurikulum Diploma III juga di lakukan pembenahan oleh
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan sejak tahun tahun 2006 dan diberlakukan tahun 2008 sampai
dengan sekarang.
Pada bulan Juli tahun 2010 telah ditetapkan kurikulum pendidikan profesi Ners yang
mengembalikan pola pendidikan tahapan menjadi terintegrasi kembali dengan struktur dan pola
yang telah disempurnakan dari sebelumnya (kurikulum 1985 dan 1998). AIPNI dan PPNI
melakukan kesepakatan perubahan pola kurikulum ini dalam rangka memperoleh standarisasi
kurikulum dan implementasinya yang pada kenyataan selama ini sangat bervariasi mengingat
kemampuan setiap institusi juga sangat bervariasi. Kurikulum yang dikembangkan berupa
kurikulum inti berbobot 60% dan isu global 20% dari kurikulum institusi. Tujuannya adalah
diperolehnya kompetensi inti yang setara pada lulusan pendidikan Ners yang ada di Indonesia.
Pola penyelenggaraan pendidikan Ners yang baru ini merupakan pola terintegrasi antara
tahap akademik dan tahap profesi yang diukur melalui pembagian kegiatan akademik yang
berbeban studi 68% dan kegiatan profesi berbeban studi 32% dari total 180 sks (berasal dari
tahap akademik 144 sks dan tahap profesi 36 sks.
29
Gambaran pola penyelenggaraan pendidikan Ners digambarkan pada skema berikut:
Skema 3: Pola penyelenggaraan pendidikan Ners.
Pada saat yang sama juga telah dikembangkan beberapa Kolegium Keperawatan
termasuk Kolegium Pendidikan Ners. Kolegium ini memiliki fungsi antara lain mengkawal
kualitas penyelenggaraan Pendidikan Profesi melalui kurikulum yang dapat menjamin
diperolehnya lulusan yang berkualitas, mengacu pada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(untuk Perawat) dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara nasional maupun global.
Dalam upaya menstandarisasi kualitas lulusan maka pada standar pendidikan
dicantumkan pula ketentuan tentang Uji Kompetensi Nasional bagi peserta didik sebelum
dinyatakan lulus, yang disebut dengan Exit exam atau Entry level exam. Bagi peserta yang lulus
Uji kompetensi akan diberikan sertifikat kompetensi yang menjadi syarat memperoleh Surat
Tanda Registrasi (STR). Berdasarkan pola pengembangan tenaga keperawatan maka jenis dan
jenjang pendidikan keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Jenjang pendidikan Diploma III keperawatan memangku peran dan fungsi sebagai
tenaga perawat vokasi yang proses pendidikanya menggunakan kurikulum
terintegrasi. Sampai dengan saat ini jenis tenaga vokasi masih dibutuhkan baik dalam
negeri maupun diluar negeri. Oleh karena dalam beberapa dekade kedepan
pendidikan jenjang Diploma III masih tetap eksis.
36 sks
144 sks KEGIATAN
AKADEMIK
122,4 sks
KEGIATAN
PROFESI
57,6 sks
180 sks
(total beban studi)
30
2. Jenjang pendidikan dasar Ners generalis untuk memangku peran dan fungsi sebagai
tenaga profesional yang memiliki kompetensi dan kewenangan profesi pada tingkat
keperawatan umum. Jenjang pendidikan ini pola kurikulumnya terintegrasi walaupun
masih tersirat persyaratan tahap akademik dan tahap profesi yang mencerminkan
eksistensi Undang Undang No. 20 tahun 2003 yaitu tentang pendidikan profesi
setelah pendidikan sarjana. Pertimbangan utamanya adalah meningkatkan kualitas
layanan yang diberikan pada klien dan masyarakat melalui kinerja Ners yang
memperlihatkan penguasaan keilmuan dan pengetahuan keperawatan yang tinggi dan
kemampuan kritikal dalam menetapkan tindakan dengan justifikasi ilmiah yang dapat
dipertanggung jawabkan. Disamping itu, pola terintegrasi antara tahap akademik dan
profesi ini diperlukan untuk mengakomodasi upaya pengembangan profesi
keperawatan di Indonesia dan menyesuaikan dengan kondisi ketenagaan keperawatan
di dunia internasional. Jabaran kompetensi Ners disampaikan pada bagian C tentang
kompetensi setiap jenjang pendidikan keperawatan
3. Jenjang berikutnya adalah Ners Spesialis yang memiliki kompetensi sesuai bidang
spesialisasi yang memperkuat dan meningkatkan kualitas layanan keperawatan di
bidang spesialisasi tersebut melalui upaya mewujudkan praktik keperawatan berbasis
bukti (evidence based nursing practice) yang terdiri dari :
a. Keperawatan Medikal Bedah dengan beberapa area peminatan.
b. Keperawatan Jiwa
c. Keperawatan Maternitas
d. Keperawatan Anak
e. Keperawatan Komunitas
f. Keperawatan Kritis
g. Keperawatan Kardiovaskuler
h. Keperawatan Emergensi
i. Keperawatan Onkologi
j. Keperawatan Gerontik
k. Keperawatan Nefrologi
l. Keperawatan Neurologi
31
Disamping jenis dan jenjang yang disebutkan diatas, diperlukan pendidikan berkelanjutan
bagi para perawat. Jenis pendidikan berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan atau
meningkatkan kemampuan teknis keperawatan. Beberapa contoh program pendidikan
berkelanjutan ini seperti: 1) keperawatan kardiovaskular dasar, 2) keperawatan endoskopi, 3)
keperawatan dialisa, 4) keperawatan kamar bedah, 5) keperawatan luka, dll.
Disamping jenis dan jenjang pada pendidikan profesi, maka jenis pendidikan Akademik
pada jenjang pendidikan Magister Keperawatan juga akan tetap dikembangkan misalnya
bidang Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan; Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan.
Jenis pendidikan Akademik pada jenjang Doktor Keperawatan untuk meningkatkan
pengembangan keilmuan keperawatan melalui berbagai penemuan inovatif dan memiliki tingkat
originalitas tinggi serta meningkatkan budaya meneliti dan menghasilkan IPTEK baru untuk
mendukung peningkatan praktik keperawatan berbasis bukti (evidence based nursing practice).
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan keperawatan di Indonesia berjalan sangat lambat dikarenakan beberapa
kendala terkait kebijakan dan implementasinya baik yang berhubungan langsung dengan
pendidikan maupun pelayanan. Kendala tersebut makin diperberat dengan belum adanya UU
Keperawatan. Kondisi sebaliknya terjadi di negara-negara maju sehingga menyulitkan kesetaraan
antara profesi keperawatan di Indonesia dengan di luar negeri. Dengan tidak setaranya perawat
Indonesia dengan perawat asing, menyebabkan banyak peluang kerja yang tidak dapat
dimanfaatkan atau dipenuhi oleh tenaga perawat Indonesia. Di samping itu kontribusi profesi
perawat dalam melaksanakan program pemerintah menjadi belum optimal. Oleh karena itu perlu
dilakukan penataan sistem pendidikan keperawatan sehingga berdampak pada kualitas pelayanan
keperawatan/ kesehatan di Indonesia.
Sistem pendidikan keperawatan meliputi jenjang pendidikan Diploma III Keperawatan,
Pendidikan Ners, Magister Keperawatan (Ilmu Keperawatan Dasar dan Dasar Keperawatan;
Manajemen dan Kepemimpinan dalam Keperawatan), Spesialis Keperawatan, dan Doktor
Keperawatan. Untuk lebih menjamin efektivitas lulusan dari setiap jenis dan jenjang pendidikan
yang ada perlu didukung oleh peraturan perundangan dan kebijakan untuk menjadi acuan.
Pendidikan keperawatan berkelanjutan meliputi berbagai jenis program pelatihan dalam bidang
keperawatan yang merefleksikan kebutuhan pelayanan keperawatan.
B. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi dalam Naskah Akademik ini antara lain:
1. Mendorong percepatan disahkannya UU Keperawatan untuk penataan upaya
profesionalisme keperawatan secara utuh.
2. Adanya pola tunggal dalam regulasi pendidikan keperawatan untuk mengatasi regulasi
ganda.
33
3. Mendorong pengembangan perencanaan dan pendayagunaan tenaga keperawatan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat baik lokal, nasional, dan global serta pengembangan
IPTEK termasuk dalam upaya percepatan pencapain MDGs.
4. Memberlakukan pendidikan antar profesi (Interprofessional collaboration education)
5. Segera memfungsikan Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) untuk mengakreditasi
program studi keperawatan secara utuh.
6. Ditetapkannya sistem pendidikan keperawatan yang sesuai dengan pengembangan profesi
keperawatan.
34
DAFTAR PUSTAKA AIPNI. 2008. Pedoman Kelayakan Penyelenggaraan Pendidikan Ners Indonesia.
AIPNI. 2009. Laporan Benchmark AIPNI tentang Sistem Pendidikan Keperawatan di USA.
AIPNI, 2010. Kurikulum berbasis kompetensi pada pendidikan Nurse di Indonesia dan suplemen.
AIPNI. 2011. Standar Pendidikan Ners Indonesia.
AIPNI. 2011. Laporan Benchmark AIPNI tentang Sistem Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan di Negara-negara Eropa.
College of Registered Nurse of Mannitoba. 2007. Standard for Nursing Education Program.
HPEQ Project 2010. Laporan hasil survey data dasar keperawatan tahap satu.
HPEQ 2010. Laporan Benchmark tentang Sistem Akrreditasi dan Uji Kompetensi di Kanada.
HPEQ Project 2011. Laporan hasil survey Standar Pendidikan dan Kompetensi Perawat.
International Council of Nurses. 2008. Nursing Care Continuum Framework and Competencies. ICN Regulation Series.
Janice Rider Ellis & Celia Love Hartley. 2008. Nursing in Today’s World: Trends, issues, and management . 9th Edition. By Wolters Kluwer Health & Lippincott Williams & Wilkins.
PPNI. 2010. Standar Profesi Perawat Indonesia
Peraturan Presiden Nomor 8 tahun 2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia.
Simpson, E., Courtney, M. 2009. Critical Thinking in Nursing Education: A literature review.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009, tentang Kesehatan
Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit
Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009, tentang Pelayanan Publik,
Undang Undang Nomor 8 tahun 1999, tentang Perlindungan Konsumen
Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996, tentang Tenaga Kesehatan
35
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010, tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
Kepmendiknas Nomor 163 Tahun 1997 tentang Nomenklatur Pendidikan Tinggi.
Kepmendiknas Nomor 232 Tahun 2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa.
Kepmendikna Nomor 045 Tahun 2002 tentang Kurikulum Inti Pendidikan Tinggi.
Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.
Permendiknas Nomor 6 tahun 2010 tentang Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi.
Kepmenkes Nomor 148 Tahun 2010, tentang Registrasi dan Praktik Perawat
Permenkes Nomor 1796 Tahun 2011, tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
Kesepakatan Mutual Recognition Agreement tahun 2006
36
LAMPIRAN
STANDAR KOMPETENSI PERAWAT BERDASARKAN JENIS DAN JENJANG
PENDIDIKAN
I. Kategori : Perawat Vokasional No.
Urut Kode Judul Unit Komptensi
1 Wat.PV.1.Ak.1 Menerima tanggung gugat terhadap keputusan dan tindakan
professional sesuai dengan lingkup praktik, dan hukum/peraturan
perundangan
2 Wat.PV.1.PE.2 Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik
Perawat Indonesia 3 Wat.PV.1.PE.3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien
4 Wat.PV.1.PE.4 Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memilih dan
menentukan sendiri asuhan keperawatan & kesehatan yang diberikan,
5 Wat.PV.1.PE.5 Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan
elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional
6 Wat.PV.1.PL.6 Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan
perundangan
7 Wat.PV.2.PAK.7 Menggunakan keterampilan penyelesaian masalah untuk memandu
praktik
8 Wat.PV.2.PAK.8
Berperan serta dalam promosi kesehatan bersama perawat profesional,
profesional lain dan kelompok komunitas/ masyarakat dalam kegiatan
yang ditujukan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan gaya
hidup dan lingkungan yang sehat
9 Wat.PV.2.PAK.9 Melaksanakan pengumpulan data kesehatan sesuai aspek yang
didelegasikan, kemudian mengkontribusikan data dan informasi
tersebut untuk pengkajian yang dibuat oleh Perawat Teregistrasi
10 Wat.PV.2.PAK.10 Mengidentifikasi masalah kesehatan yang umum, aktual dan potensial
serta mencatat temuan yang meyimpang
11 Wat.PV.2.PAK.11 Melaporkan dan menjaga keakuratan, mencatat temuan tepat waktu
sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi
12 Wat.PV.2.PAK.12 Membantu Perawat Teregistrasi dalam merencanakan asuhan klien
berdasarkan hasil pengkajian
13 Wat.PV.2.PAK.13 Menetapkan prioritas asuhan yang diberikan bersama perawat
supervisor
14 Wat.PV.2.PAK.14 Memberikan informasi yang akurat kepada klien tentang aspek rencana
asuhan yang menjadi tanggung jawabnya
37
15 Wat.PV.2.PAK.15
Melaporkan dan meminta seorang penasehat apabila klien dan/atau
pemberi asuhan meminta dukungan, atau memiliki keterbatasan
kemampuan dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau
mengalami hambatan bahasa
16 Wat.PV.2.PAK.16 Berkoordinasi dengan Perawat Teregisterasi, mengkaji kembali dan
merevisi rencana asuhan secara reguler
17 Wat.PV.2.PAK.17 Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkiri, akurat dan catatan
terkait dibawah supervisi Perawat Teregistrasi
18 Wat.PV.2.PAK.18 Melaksanakan intervensi keperawatan yang direncanakan sesuai
dengan standar praktik keperawatan dibawah pengawasan perawat
teregistrasi
19 Wat.PV.2.PAK.19 Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan
tepat waktu
20 Wat.PV.2.PAK.20 Mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan yang tidak
diharapkan
21 Wat.PV.2.PAK.21 Meminta bantuan cepat dan tepat dalam situasi gawat darurat/ bencana Menerapkan ketrampilan bantuan hidup dasar sampai bantuan tiba
22 Wat.PV.2.PAK.22 Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang
diharapkan secara akurat dan lengkap
23 Wat.PV.2.PAK.23 Memberikan kontribusi kepada tim dalam evaluasi kemajuan terhadap
hasil/pencapaian yang ditargetkan
24 Wat.PV.2.PAK.24 Memberikan kontribusi data evaluasi dan saran perbaikan terhadap
rencana asuhan kepada perawat teregistrasi
25 Wat.PV.2.PAK.25 Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik
verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab
profesionalnya
26 Wat.PV.2.PAK.26 Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien,
keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang
budaya
27 Wat.PV.2.PAK.27 Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup
pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota
tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan.
28 Wat.PV.2.KM.28 Memberikan advokasi dan berkontribusi . untuk menciptakan
lingkungan keja yang positif
29 Wat.PV.2.KM.29 Memahami kebutuhan pendekatan dan berbagai gaya kepemimpinan
dalam situasi yang berbeda
30 Wat.PV.2.KM.30 Mengenali konflik dan menggunakan ketrampilan interpersonal serta
mekanisme organisasi yang ada untuk mencapai solusi 31 Wat.PV.2.KM.31 Mendukung pemimpin dengan cara konsisten untuk meningkatkan rasa
38
saling menghargai hormat dan percaya diri diantara anggota tim 32 Wat.PV.2.KM.32 *) 33 Wat.PV.2.KM.33 Memprioritaskan beban kerja dan mengelola waktu secara efektif
34 Wat.PV.2.KM.34 Memahami bagaimana kebijakan dan prosedur dikembangkan serta
memberikan kontribusi untuk umpan balik komite review. 35 Wat.PV.2.KM.35 Berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran berbasis unit
36 Wat.PV.2.KM.36 Memberikan umpan balik dan saran untuk perubahan di lingkungan
praktiknya sendiri secara efektif
37 Wat.PV.2.KM.37 Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan
anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya.
38 Wat.PV.2.KM.38 Bekerjasama untuk mempertahankan kerja tim multi dispilin secara
efektif.
39 Wat.PV.2.KM.39 Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra
profesional yang efektif
40 Wat.PV.2.KM.40 Menyampaikan pandangan pasien/klien dan/atau pemberi pelayanan
untuk membantu pembuatan keputusan oleh tim inter-profesional
41 Wat.PV.2.KM.41 Merujuk klien kepada Perawat Teregister untuk menjamin klien
mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia. 42 Wat.PV.2.KM.42 *)
43 Wat.PV.2.KM.43 Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat keahlian
dan lingkup praktik legal
44 Wat.PV.2.KM.44 Memberikan umpan balik kepada orang yang mendelegasikan/
menugaskan kegiatan dan mengawasi kerjanya.
45 Wat.PV.2.KM.45 Mempertahankan akontabilitas terhadap hasil kegiatan yang
didelegasikan 46 Wat.PV.2.KM.46 *)
47 Wat.PV.2.KM.47 Mengidentifikasi dan melaporkan situasi yang dapat membahayakan
keselamatan klien atau staf.
48 Wat.PV.2.KM.48 Mempertahankan lingkungan asuhan yang aman melalui tindakan
tepat waktu, mengikuti peraturan nasional dan persyaratan keselamatan
dan kesehatan di tempat kerja, kebijakan dan prosedur.
49 Wat.PV.2.KM.49 Menyimpan bahan-bahan pengobatan dengan memperhatikan
kemananan dan keselamatan.
50 Wat.PV.2.KM.50 Memberikan dan mencatat obat dibawah pengawasan seorang Perawat
Teregistrasi bila secara hukum diijinkan. 51 Wat.PV.2.KM.51 Memenuhi prosedur pencegahan infeksi
52 Wat.PV.2.KM.52 Mengetahui tindakan yang dilakukan pada saat dinyatakan terjadi
bencana 53 Wat.PV.3.PP.53 Mengetahui dan mengikuti standar profesi dan praktik terbaik yang
39
diterapkan sebagai tanggung jawab profesi 54 Wat.PV.3.PP.54 Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif
55 Wat.PV.3.PP.55 Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa keperawatan
(enrolled nurse students) dan staf pendukung
56 Wat.PV.3.PP.56 Bertindak sebagai nara sumber baagi mahasiswa keperawatan (enrolled
nurse students) dan staf pendukung 57 Wat.PV.3.PP.57 *) 58 Wat.PV.3.PP.58 *) 59 Wat.PV.3.PP.59 *)
60 Wat.PV.3.PP.60 Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk
mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk
ke dalam pelayanan
61 Wat.PV.3.PK.61 Melaksanakan tugas sesuai arahan dan sesuai dengan kebijakan,
ketentuan, tolok ukur kualitas dan juga sesuai dengan tingkat pelatihan
yang diikutinya. 62 Wat.PV.3.PK.62 Berperan serta dalam peningkatan kualitas dan prosedur jaminan mutu
63 Wat.PV.3.PB.63 Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya
dengan cara refleksi dan peer review
64 Wat.PV.3.PB.64 Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan
profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya
65 Wat.PV.3.PB.65 Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk
memberikan kontribusi terhadap asuhan kesehatan Keterangan : *) Kompetensi ini tidak dimiliki oleh Perawat Vokasi II. Kategori : Ners No.
Urut Kode Unit Judul Unit Komptensi
1 Wat.Ns.1.Ak.1 Menerima tanggung gugat terhadap keputusan, tindakan profesional,
hasil asuhan dan kompetensi lanjutan sesuai dengan lingkup praktik,
tanggung jawab yang lebih besar, dan hukum/peraturan perundangan
2 Wat.Ns.1.PE.2 Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik
Perawat Indonesia 3 Wat.Ns.1.PE.3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien
4 Wat.Ns.1.PE.4 Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh
informasi, memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan &
kesehatan yang diberikan 5 Wat.Ns.1.PE.5 Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan
40
elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional
6 Wat.Ns.1.PL.6 Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan
perundangan
7 Wat.Ns.2.PAK.7 Menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk
penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam
konteks pemberian asuhan keperawatan profesional
8 Wat.Ns.2.PAK.8 Mengelola promosi kesehatan melalui kerjasama dengan sesama
perawat, profesional lain serta kelompok masyarakat untuk mengurangi
rasa sakit, meningkatkan gaya hidup dan lingkungan yang sehat
9 Wat.Ns.2.PAK.9 Melakukan pengkajian melalui pengumpulkan data obyektif dan
subyektif yang akurat dan relevan melalui pengkajian kesehatan dan
keperawatan yang sistematik
10 Wat.Ns.2.PAK.10 Mengorganisasikan, mensintesis, menganalisis, menerjemahkan data
dari berbagai sumber untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan
menetapkan rencana asuhan
11 Wat.Ns.2.PAK.11 Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan tepat
waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi
12 Wat.Ns.2.PAK.12
Merumuskan rencana asuhan yang komprehensif dengan hasil asuhan
yang teridentifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil
pengkajian keperawatan dan kesehatan, masukan dari anggota tim
kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan
13 Wat.Ns.2.PAK.13 Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan pemberi
asuhan lain dan klien.
14 Wat.Ns.2.PAK.14 Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk
menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti,
sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan
15 Wat.Ns.2.PAK.15
Melibatkan seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi
asuhan meminta dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan
dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami
hambatan bahasa
16 Wat.Ns.2.PAK.16 Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila
memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan klien
17 Wat.Ns.2.PAK.17 Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan
terkait
18 Wat.Ns.2.PAK.18 Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang
berada dalam lingkup praktik keperawatan bagi perawat teregistrasi dan
sesuai standar praktik keperawatan
19 Wat.Ns.2.PAK.19 Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan
tepat waktu
41
20 Wat.Ns.2.PAK.20 Merespon situasi perubahan yang cepat atau yang tidak diharapkan
secara cepat dan tepat
21 Wat.Ns.2.PAK.21 Merespon situasi gawat darurat/ bencana secara cepat dan tepat,
termasuk melakukan prosedur bantuan hidup jika diperlukan, dan
prosedur gawat darurat/ bencana lainnya
22 Wat.Ns.2.PAK.22 Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang
diharapkan secara akurat dan lengkap
23 Wat.Ns.2.PAK.23 Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang
ditargetkan, dengan melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi
pelayanan, serta anggota tim kesehatan lain 24 Wat.Ns.2.PAK.24 Menggunakan data evaluasi untuk memodifikasi rencana asuhan
25 Wat.Ns.2.PAK.25 Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik
verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab
profesionalnya
26 Wat.Ns.2.PAK.26 Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien,
keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang
budaya
27 Wat.Ns.2.PAK.27 Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup
pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota
tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan.
28 Wat.Ns.2.KM.28 Memberikan advokasi dan berbertindak dalam rentang kendalinya
untuk menciptakan lingkungan keja yang positif
29 Wat.Ns.2.KM.29 Menyesuaikan pendekatan dan gaya kepemimpinan dalam situasi yang
berbeda
30 Wat.Ns.2.KM.30 Menghadapi konflik dengan cara yang bijaksana, menggunakan
ketrampilan komunikasi yang efektif dan mekanisma yang ada untuk
mencapai solusi
31 Wat.Ns.2.KM.31 Memberikan kontribusi untuk kepemimpinan tim dengan memperkuat
tujuan sehingga dapat meningkatkan sikap saling menghargai dan percaya
diri diantara anggota tim
32 Wat.Ns.2.KM.32 Mengekpresikan pemikiran kepemimpinannya secara jelas dan
mendukung harapan anggota tim lainnya 33 Wat.Ns.2.KM.33 Memprioritaskan beban kerja dan mengelola waktu secara efektif
34 Wat.Ns.2.KM.34 Memberikan kontribusi pada hasil review dan modifikasi kebijakan dan
prosedure organisasi terbaru.
35 Wat.Ns.2.KM.35 Memberikan kontribusi terhadap pendidikan dan pengembangan
profesional mahasiswa dan sejawat di tempat kerja
36 Wat.Ns.2.KM.36 Memberikan umpan balik, saran perubahan di lingkungan praktiknya
sendiri atau organisasinya, secara effektif
42
37 Wat.Ns.2.KM.37 Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan
anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya
38 Wat.Ns.2.KM.38 Berkolaborasi dengan professional kesehatan lain untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan dan kesehatan yang dapat dijangkau oleh klien
39 Wat.Ns.2.KM.39 Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra
profesional yang efektif
40 Wat.Ns.2.KM.40 Memaparkan dan mendukung pandangan klien, keluarga, dan/atau
pemberi pelayanan selama pembuatan keputusan oleh tim inter
profesional
41 Wat.Ns.2.KM.41 Merujuk untuk memastikan klien mendapatkan intervensi terbaik yang
tersedia. 42 Wat.Ns.2.KM.42 *)
43 Wat.Ns.2.KM.43
Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan
kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal. Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat
keahliannya dan lingkup praktik legal
44 Wat.Ns.2.KM.44 Memonitor dan menggunakan serangkaian strategi pendukung
termasuk precepting ketika pengawasan dan/atau monitoring asuhan
didelegasikan
45 Wat.Ns.2.KM.45 Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat
mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain
46 Wat.Ns.2.KM.46 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan
kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab klinik.
47 Wat.Ns.2.KM.47 Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko
actual dan potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada
pihak yang berwenang.
48 Wat.Ns.2.KM.48
Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen
risiko peningkatan kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan
asuhan yang aman dan memenuhi peraturan nasional, persyaratan
keselamatan dan kesehatan tempat kerja, serta kebijakan dan prosedur.
49 Wat.Ns.2.KM.49 Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan, pemberian dan
pencatatan bahan-bahan pengobatan.
50 Wat.Ns.2.KM.50 Memberikan obat, mencatat, mengkaji efek samping dan mengukur
dosis yang sesuai dengan resep yang ditetapkan.
51 Wat.Ns.2.KM.51 Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya
pelanggaran dalam praktik yang dilakukan para praktisi lain.
52 Wat.Ns.2.KM.52 Mengetahui tanggung jawab dan prosedur yang harus diikuti pada saat
dinyatakan terjadi bencana. 53 Wat.Ns.3.PP.53 Meningkatkan deseminasi, penggunaan, monitoring dan penelaahan
43
standar profesi serta pedoman praktik terbaik 54 Wat.Ns.3.PP.54 Meningkatkan dan mempertahankan citra keperawatan yang positif
55 Wat.Ns.3.PP.55 Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam
tim pemberi asuhan
56 Wat.Ns.3.PP.56 Bertindak sebagai nara sumber bagi mahasiswa, anggota tim kesehatan
lain dan masyarakat
57 Wat.Ns.3.PP.57 Menghargai penelitian dalam memberikan kontribusi pada
pengembangan keperawatan dan menggunakan hasil penelitian sebagai
alat untuk meningkatkan standar asuhan 58 Wat.Ns.3.PP.58 *)
59 Wat.Ns.3.PP.59 Mencermati lingkungan praktik dan literatur keperawatan untuk
mengidentifikasi kecenderungan (trend) dan issu yang muncul
60 Wat.Ns.3.PP.60 Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk
mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta masuk
ke dalam pelayanan
61 Wat.Ns.3.PK.61 Mengikuti pedoman praktik terbaik dan berdasarkan pembuktian
(evidence-based ) dalam melakukan praktik keperawatan.
62 Wat.Ns.3.PK.62 Bepartisipasi dalam kegiatan peningkatan kualitas dan penjaminan
mutu.
63 Wat.Ns.3.PB.63 Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya
dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review
64 Wat.Ns.3.PB.64 Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan
profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya
65 Wat.Ns.3.PB.65 Menyempatkan diri untuk belajar bersama orang lain untuk
memberikan kontribusi terhadap asuhan kesehatan Keterangan : *) Kompetensi ini tidak dimiliki oleh Ners
44
III. Kategori : Ners Spesialis No.
Urut Kode Unit Judul Unit Komptensi
1 Wat.Sp.1.Ak.1 Menerima tanggung gugat dan tanggung jawab yang lebih besar
terhadap keputusan, , tindakan profesional dan kompetensi lanjut sesuai
dengan lingkup praktik, hukum/peraturan perundangan
2 Wat.Sp.1.PE.2 Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode Etik
Perawat Indonesia 3 Wat.Sp.1.PE.3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien
4 Wat.Sp.1.PE.4 Menerapkan sikap menghormati hak klien untuk memperoleh
informasi, memilih dan menentukan sendiri asuhan keperawatan &
kesehatan yang diberikan
5 Wat.Sp.1.PE.5 Menjaga kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis, verbal dan
elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai seorang profesional
6 Wat.Sp.1.PL.6 Melakukan praktik keperawatan profesional sesuai dengan peraturan
perundangan termasuk area khusus praktik spesialis
7 Wat.Sp.2.PAK.7 Menerapkan keterampilan berpikir kritis dan pendekatan sistem untuk
penyelesaian masalah serta pembuatan keputusan keperawatan dalam
konteks pemberian asuhan keperawatan spesialis
8 Wat.Sp.2.PAK.8
Mengelola promosi kesehatan melalui kerjasama dengan sesama
perawat, profesional lain kelompok masyarakat serta kelompok khusus
tertentu untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan gaya hidup dan
lingkungan yang sehat dalam area praktik spesialis
9 Wat.Sp.2.PAK.9
Mengumpulkan data obyektif dan subyektif yang akurat dan relevan
yang dibutuhkan untuk praktik di area khusus melalui pengkajian
kesehatan dan keperawatan yang sistematik, mengajukan permintaan
pemeriksaan dan prosedur diagnostik yang diperbolehkan dalam
lingkup praktik spesialis dan peraturan perundangan
10 Wat.Sp.2.PAK.10 Mengorganisasikan, mensintesis, menganalisis, menerjemahkan data
dari berbagai sumber untuk menegakkan diagnosis keperawatan dan
menetapkan rencana asuhan
11 Wat.Sp.2.PAK.11 Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan tepat
waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan organisasi
12 Wat.Sp.2.PAK.12
Merumuskan rencana asuhan yang komprehensif dengan hasil asuhan
yang teridentifikasi berdasarkan diagnosis keperawatan, hasil
pengkajian keperawatan dan kesehatan, masukan dari anggota tim
kesehatan lain, dan standar praktik keperawatan
13 Wat.Sp.2.PAK.13 Menetapkan prioritas asuhan melalui kolaborasi dengan pemberi
asuhan lain dan klien
45
14 Wat.Sp.2.PAK.14 Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan untuk
menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat dimengerti,
sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan
15 Wat.Sp.2.PAK.15
Melibatkan seorang penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi
asuhan meminta dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan
dalam membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami
hambatan bahasa
16 Wat.Sp.2.PAK.16 Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler, apabila
memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain dan klien
17 Wat.Sp.2.PAK.17 Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan catatan
terkait
18 Wat.Sp.2.PAK.18 Melaksanakan serangkaian prosedur, treatment dan intervensi yang
berada dalam lingkup praktik spesialis dan sesuai dengan standar
praktik keperawatan spesialis
19 Wat.Sp.2.PAK.19 Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat dan
tepat waktu
20 Wat.Sp.2.PAK.20 Merespon situasi perubahan yang cepat atau yang tidak diharapkan
secara cepat dan tepat
21 Wat.Sp.2.PAK.21 Merespon situasi gawat darurat/ bencana secara cepat dan tepat,
mengambil peran kepemimpinan dalam triage dan koordinasi asuhan
klien sesuai kebutuhan asuhan khusus
22 Wat.Sp.2.PAK.22 Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang
diharapkan secara akurat dan lengkap
23 Wat.Sp.2.PAK.23 Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang
ditargetkan, dengan melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi
pelayanan, serta anggota tim kesehatan lain 24 Wat.Sp.2.PAK.24 Menggunakan data evaluasi untuk memodifikasi rencana asuhan
25 Wat.Sp.2.PAK.25 Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi baik
verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab
profesionalnya
26 Wat.Sp.2.PAK.26 Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya klien,
keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar belakang
budaya
27 Wat.Sp.2.PAK.27 Mengkomunikasikan dan berbagi informasi yang relevan, mencakup
pandangan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan dengan anggota
tim kesehatan lain yang terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan.
28 Wat.Sp.2.KM.28 Memberikan advokasi dan berbertindak dalam rentang kendalinya
untuk menciptakan lingkungan keja yang positif 29 Wat.Sp.2.KM.29 Menyesuaikan pendekatan dan gaya kepemimpinan dalam situasi
46
khusus di area praktik spesialis
30 Wat.Sp.2.KM.30 Menghadapi konflik dengan cara yang bijaksana, menggunakan
ketrampilan komunikasi yang efektif dan mekanisma yang ada untuk
mencapai solusi
31 Wat.Sp.2.KM.31 Memimpin dengan cara yang dapat menginspirasi rasa saling
menghargai dan percaya diri dari anggota lain
32 Wat.Sp.2.KM.32 Menetapkan secara jelas kontribusi dan harapan2 yang diinginkan oleh
anggota tim, dalam perannya sebagai ketua tim dan sesuai dengan
uraian tugas terbaru.
33 Wat.Sp.2.KM.33 Memprioritaskan beban kerja, mengelola waktu secara efektif dan
mengalokasikan sumber2 untuk mencapai hasil yang optimal
34 Wat.Sp.2.KM.34
Memberikan kontribusi pada hasil review dan modifikasi kebijakan dan
prosedure organisasi terbaru dan menunjukan kepemipinan dalam
mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan organisasi serta
prosedur khusus pada area spesialis.
35 Wat.Sp.2.KM.35 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan dan implementasi
pendidikan spesialis serta pengembangan profesional siswa dan sejawat
di tempat kerja
36 Wat.Sp.2.KM.36 Menggunakan proses berubah untuk mempengaruhi pengenalan inovasi
dan adaptasi pada praktik spesialis dan organisasi pelayanan.
37 Wat.Sp.2.KM.37 Memahami dan menghargai peran, pengetahuan dan ketrampilan
anggota tim kesehatan yang berkaitan dengan tanggung jawabnya
38 Wat.Sp.2.KM.38 Berkolaborasi dengan professional kesehatan lain untuk meningkatkan
pelayanan keperawatan dan kesehatan yang diberikan dalam area
khusus.
39 Wat.Sp.2.KM.39 Menggunakan pengetahuan tentang praktik kerja inter dan intra
profesional yang efektif
40 Wat.Sp.2.KM.40 Memaparkan pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan
dalam pembuatan keputusan oleh tim inter profesional dan membantu
dalam menegosiasikan keputusan yang disepakati bersama
41 Wat.Sp.2.KM.41 Merujuk klien dan menerima rujukan dari pemberi pelayanan kesehatan
lain untuk menjamin klien mendapatan intervensi terbaik yang tersedia 42 Wat.Sp.2.KM.42 *)
43 Wat.Sp.2.KM.43
Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan
kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik legal
Menerima kegiatan yang didelegasikan sesuai dengan tingkat
keahliannya dan lingkup praktik legal
44 Wat.Sp.2.KM.44 Memonitor dan menggunakan serangkaian strategi pendukung
termasuk precepting dan mentoring ketika pengawasan dan/atau
47
monitoring asuhan didelegasikan
45 Wat.Sp.2.KM.45 Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat
mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain
46 Wat.Sp.2.KM.46 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan
kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab klinik
yang khusus pada praktik spesialis.
47 Wat.Sp.2.KM.47 Menggunakan alat pengkajian yang tepat untuk mengidentifikasi risiko
actual dan potensial terhadap keselamatan dan melaporkan kepada
pihak yang berwenang.
48 Wat.Sp.2.KM.48
Mengambil tindakan segera dengan menggunakan strategi manajemen
risiko peningkatan kualitas untuk menciptakan dan menjaga lingkungan
asuhan yang aman dan memenuhi peraturan nasional, persyaratan
keselamatan dan kesehatan tempat kerja, serta kebijakan dan prosedur.
49 Wat.Sp.2.KM.49 Menjamin keamanan dan ketepatan penyimpanan, pemberian dan
pencatatan bahan-bahan pengobatan
50 Wat.Sp.2.KM.50
Memberikan obat termasuk dosis yang tepat, cara, frekuensi,
berdasarkan pengetahuan yang akurat tentang efek farmakologis,
karakteristik klien dan terapi yang disetujui, sesuai dengan resep yang
ditetapkan.
51 Wat.Sp.2.KM.51 Memenuhi prosedur pencegahan infeksi dan mencegah terjadinya
pelanggaran dalam praktik yang dilakukan para praktisi lain.
52 Wat.Sp.2.KM.52 Mengidentifikasi dan merencanakan langkah-langkah khusus yang
diperlukan untuk menangani klien di area praktik khusus dalam kondisi
bencana.
53 Wat.Sp.3.PP.53
Meningkatkan deseminasi, penggunaan, monitoring , penelaahan
standar profesi spesialis dan pedoman praktik terbaik, serta
berpartisipasi dalam mengembangkan dan menyesuaikan standar dalam
kontek praktik
54 Wat.Sp.3.PP.54 Meningkatkan praktik keperawatan spesialis sebagai bagian esensial
dari pemberian pelayanan kesehatan
55 Wat.Sp.3.PP.55 Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan dalam
tim pemberi asuhan
56 Wat.Sp.3.PP.56 Bertindak sebagai nara sumber di area spesialis bagi mahasiswa, anggota
tim kesehatan lain, perencana kesehatan dan masyarakat
57 Wat.Sp.3.PP.57 Memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan dan praktik
keperawatan klinis spesialis melalui identifikasi dan pelaksanaan
penelitian sesuai kebutuhan
58 Wat.Sp.3.PP.58 Memberikan advokasi dan berpartisipasi untuk mendapatkan
pengakuan pimpinan, hukum dan masyarakat terhadap kualifikasi
spesialis, perlindungan hak sebagai perawai spesialis dan lingkup
48
praktik terkait
59 Wat.Sp.3.PP.59 Mengamati lingkungan praktik dan literatur keperawatan spesialis
untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) dan issu yang muncul
60 Wat.Sp.3.PP.60 Ikut serta dalam kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk
mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial serta
pemberian pelayanan di area spesialisnya
61 Wat.Sp.3.PK.61 Menggunakan dan berkontribusi dalam penelitian untuk memperoleh
pembuktian guna praktik yang aman, efektif dan efesien, di area
spesialisasinya.
62 Wat.Sp.3.PK.62 Melakukan telaah secara sistematik untuk meningkatkan kepuasan dan
hasil asuhan sesuai area spesialisnya.
63 Wat.Sp.3.PB.63 Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang dilaksanakannya
dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi serta peer review
64 Wat.Sp.3.PB.64 Memikul tanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan
profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya
65 Wat.Sp.3.PB.65 Berpartisipasi dalam proses belajar mengajar pada bidang keilmuan
yang sama maupun multidisiplin Keterangan : *) Kompetensi ini tidak dimiliki oleh Ners Spesialis
49
IV. Kategori : Ners Konsultan No.
Urut Kode Unit Judul Unit Komptensi
1 Wat.Sp.K.1.Ak.1
Menerima tanggung gugat dan tanggung jawab yang lebih besar
terhadap keputusan, , tindakan profesional dan kompetensi lanjut
sesuai dengan perubahan lingkup praktik, hukum/peraturan
perundangan
2 Wat.Sp.K.1.PE.2 Menerapkan prinsip etik dalam keperawatan sesuai dengan Kode
Etik Perawat Indonesia 3 Wat.Sp.K.1.PE.3 Menerapkan sikap menghormati hak privasi dan martabat klien
4 Wat.Sp.K.1.PE.4
Berperan serta dalam menetapkan kebijakan yang menegaskan
hak klien untuk mendapatkan informasi, memilih dan
menentukan sendiri asuhan kepartewatan & kesehatannya dan
menerapkannya dalam praktik
5 Wat.Sp.K.1.PE.5
Berperan serta dalam pengembangan kebijakan dan sistem untuk
meningkatkan kerahasiaan dan keamanan informasi tertulis,
verbal dan elektronik yang diperoleh dalam kapasitas sebagai
seorang profesional
6 Wat.Sp.K.1.PL.6 Melakukan praktik keperawatan professional mandiri, sesuai
dengan peraturan perundangan, termasuk kekhususan dari peran
praktik lanjutan
7 Wat.Sp.K.2.PAK.7
Menerapkan keterampilan berpikir kritis, pertimbangan klinis
dan keahlian untuk membuat keputusan pada area-area praktik
yang komplek dalam konteks pemberian asuhan keperawatan
profesional
8 Wat.Sp.K.2.PAK.8
Berperan secara aktif dengan profesional kesehatan lain,
perencana, pembuat kebijakan, kelompok masyarakat dan
advokasi untuk merumuskan strategi dan menggerakkan sumber
–sumber untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat
9 Wat.Sp.K.2.PAK.9
Mengumpulkan data obyektif dan subyektif yang akurat dan
relevan untuk pengkajian klien menggunakan strategi
pengumpulan multipel data dan sumber-sumber informasi,
mengajukan permintaan pemeriksaan dan prosedur diagnostik
yang diperbolehkan dalam lingkup praktik spesialis dan
peraturan perundangan
10 Wat.Sp.K.2.PAK.10 Menerapkan pertimbangan klinis lanjutan dan pengetahuan yang
mendalam untuk menegakkan diagnosis banding dan
menetapkan rencana asuhan yang komprehensif 11 Wat.Sp.K.2.PAK.11 Berbagi temuan dan mendokumentasikan-nya secara akurat dan
50
tepat waktu sesuai dengan standar profesi dan kebijakan
organisasi
12 Wat.Sp.K.2.PAK.12
Merumuskan dan memobilisasi sumber daya untuk menyusun
rencana asuhan yang komprehensif dan terkoordinasi sesuai
dengan hasil asuhan yang diharapkan, berdasarkan standar
praktik keperawatan lanjutan, serta keputusan tentang
pencegahan, diagnostik dan intervensi terapeutik
13 Wat.Sp.K.2.PAK.13 Bernegosiasi untuk memenuhi prioritas asuhan yang diberikan
didalam sumber kesehatan dan kemampuan sistem yang tersedia.
14 Wat.Sp.K.2.PAK.14 Melibatkan klien apabila memungkinkan, dalam rencana asuhan
untuk menjamin klien mendapatkan informasi akurat, dapat
dimengerti sebagai dasar persetujuan asuhan yang diberikan
15 Wat.Sp.K.2.PAK.15
Merencanakan mekanisme untuk menjamin kehadiran seorang
penasehat apabila klien, keluarga atau pemberi asuhan meminta
dukungan atau memiliki keterbatasan kemampuan dalam
membuat keputusan, memberikan persetujuan, atau mengalami
hambatan bahasa
16 Wat.Sp.K.2.PAK.16 Mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan secara reguler,
apabila memungkinkan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain,
klien dan/atau pemberi asuhan
17 Wat.Sp.K.2.PAK.17 Menjaga kelangsungan rencana asuhan yang terkini, akurat dan
catatan terkait
18 Wat.Sp.K.2.PAK.18 Melaksanakan prosedur, treatment dan intervensi yang berada
dalam kewenangan legal, lingkup praktik yang diperluas dan
sesuai dengan standar praktik keperawatan
19 Wat.Sp.K.2.PAK.19 Mendokumentasikan intervensi dan respon klien secara akurat
dan tepat waktu
20 Wat.Sp.K.2.PAK.20 Menyesuaikan intervensi untuk memenuhi kebutuhan klien
dan/atau lingkungan dalam situasi yang berubah secara cepat
atau tidak diharapkan
21 Wat.Sp.K.2.PAK.21 Memobilisasi dan mengkoordinasikan sumber daya dan
mengambil peran kepemimpinan dalam situasi gawat darurat
dan/atau bencana
22 Wat.Sp.K.2.PAK.22 Memonitor dan mendokumentasikan kemajuan hasil asuhan yang
diharapkan secara akurat dan lengkap
23 Wat.Sp.K.2.PAK.23 Mengevaluasi kemajuan hasil asuhan terhadap pencapaian yang
ditargetkan melalui partisipasi dengan inter disiplin, dan
melibatkan klien, keluarga dan/atau pemberi pelayanan 24 Wat.Sp.K.2.PAK.24 Menggunakan data evaluasi untuk mempengaruhi strategi asuhan
51
dan menginformasikan kecenderungan / trend praktik di masa
depan
25 Wat.Sp.K.2.PAK.25 Mengkomunikasikan secara jelas, konsisten dan akurat informasi
baik verbal, tertulis maupun elektronik, sesuai tanggung jawab
profesionalnya
26 Wat.Sp.K.2.PAK.26 Berinteraksi dengan cara menghargai dan menghormati budaya
klien, keluarga, dan/atau pemberi pelayanan dari berbagai latar
belakang budaya
27 Wat.Sp.K.2.PAK.27 Menciptakan mekanisme yang efektif untuk mengkomunikasikan
dan berbagi informasi dengan anggota tim kesehatan lain yang
terlibat dalam pemberian pelayanan
28 Wat.Sp.K.2.KM.28
Memberikan advokasi dan mengimplementasikan kebijakan dan
strategi yang berkaitan dengan sistem kesehatan untuk membangun
lingkungan praktik yang positif, termasuk rekrutmen, retensi dan
pengembangan sumber daya manusia
29 Wat.Sp.K.2.KM.29 Melibatkan diri dalam kaderisasi pemimpin masa depan, melalui
pendidikan, coaching dan mentoring
30 Wat.Sp.K.2.KM.30 Menghadapi konflik dengan cepat dan kreatif, mengenali/
mengetahui potensi peluang untuk mendapat solusi baru
31 Wat.Sp.K.2.KM.31 Menciptakan rasa percaya untuk dirinya dan organisasi untuk
menginspirasi melalui sikap kepemimpinan guna
memaksimalkan Kontribusi orang lain
32 Wat.Sp.K.2.KM.32 Menciptakan visi dan bertindak untuk memberikan rasa memiliki
kepada seluruh anggota dan mengawasi seluruh kegiatan kerja
mereka
33 Wat.Sp.K.2.KM.33 Memperioritaskan beban masalah, mengelola waktu secara
efektif dan mengalokasi sumber2 untuk mencapai hasil yang
optimal
34 Wat.Sp.K.2.KM.34
Mengembangkan dan melaksanakan mekanisme monitoring dan
evaluasi kebijakan secara berkala yang berdampak pada
pelayanan keperawatan dan menterjemahkannya dalam rencana,
struktur dan program kesehatan.
35 Wat.Sp.K.2.KM.35 Mempromosikan kebijakan dan mengadvokasi sumber2 untuk
mendukung pendidikan dan pengembangan profesional di
lingkungan kerja
36 Wat.Sp.K.2.KM.36 Memperkenalkan, mengevaluasi dan mengelola inovasi dan
perubahan dalam sistem kesehatan dengan mendorong kreatifitas
37 Wat.Sp.K.2.KM.37 Menciptakan lingkungan yang membangun kepercayaan diantara
pemberi asuhan kesehatan, memahami pengetahuan dan
ketrampilan berbagai profesi dan disiplin ilmu dalam
52
memberikan pelayanan kesehatan.
38 Wat.Sp.K.2.KM.38
Menggunakan kepemimpinan, pembangunan tim, negosiasi dan
ketrampilan menyelesaikan konflik untuk membangun hubungan
intra-/inter profesional, lembaga lain, dan masyarakat guna
meningkatkan kualitas asuhan dan meningkatkan kualitas asuhan
serta menagatasi hambatan untuk menjangkau pelayanan
39 Wat.Sp.K.2.KM.39 Melibatkan diri secara aktif dalam meningkatkan praktik kerja
kolaboratif inter dan antar profesional dalam lingkungan praktik
40 Wat.Sp.K.2.KM.40
Memaparkan pandangan klien, keluarga, dan/atau pemberi
pelayanan dalam pembuatan keputusan oleh tim inter profesional
dan membantu dan/atau mengarahkan dalam menegosiasikan
keputusan yang disepakati bersama
41 Wat.Sp.K.2.KM.41 Merujuk dan menerima rujukan dari pemberi pelayanan
kesehatan lain untuk meningkatkan keberlangsungan asuhan dan
menjamin klien mendapatkan intervensi terbaik yang tersedia .
42 Wat.Sp.K.2.KM.42 Menerima akontabilitas dan tanggungjawab untuk pengelolaan
kasus yang kompleks.
43 Wat.Sp.K.2.KM.43 Mendelegasikan kepada orang lain, kegiatan sesuai dengan
kemampuan, tingkat persiapan, keahlian dan lingkup praktik
legal
44 Wat.Sp.K.2.KM.44 Menawarkan strategi pengawasan termasuk mentoring, coaching
dan precepting sebagai bagian dari tanggungjawab pengawasan.
45 Wat.Sp.K.2.KM.45 Mempertahankan akontabilitas dan tanggung jawab saat
mendelegasikan aspek asuhan kepada orang lain
46 Wat.Sp.K.2.KM.46 Memberikan kontribusi terhadap pengembangan panduan dan
kebijakan yang berkaitan dengan pendelegasian tanggung jawab
klinik dalam keperawatan dan lintas profesi kesehatan
47 Wat.Sp.K.2.KM.47
Menggunakan pengkajian yang umum untuk mengidentifikasi
masalah aktual dan potensial terhadap lingkungan , klien,
keselamatan perorangan dan risiko keamanan serta melaporkan
kepada pihak yang berwenang.
48 Wat.Sp.K.2.KM.48
Menggunakan berbagai intervensi dan strategi manajemen risiko
untuk memprakarsai perubahan dan menjaga lingkungan aman
yang ada dalam sistem dan yang memenuhi peraturan nasional ,
persyaratan keselamatan dan kesehatan tempat kerja
49 Wat.Sp.K.2.KM.49 Menjamin bahwa kebijakan dan prosedur sudah dijalankan untuk
keamanan dan ketepatan penyimpanan,pemberian dan pencatatan
bahan-bahan pengobatan.
50 Wat.Sp.K.2.KM.50 Memberikan obat termasuk dosis yang tepat, cara, frekuensi,
berdasarkan pengetahuan yang akurat tentang efek farmakologis,
53
karakteristik klien dan terapi yang disetujui, sesuai dengan resep
yang ditetapkan.
51 Wat.Sp.K.2.KM.51 Bersikap proaktif dalam menyoroti dan mengajukan perbaikan
pada strategi pengawasan infeksi untuk semua tempat praktik.
52 Wat.Sp.K.2.KM.52 Memberikan kontribusi pada perumusan rencana pelayanan
bencana dan pemulihan
53 Wat.Sp.K.3.PP.53
Memberikan kepemimpinan dalam mengembangkan standar
profesi dan praktik terbaik berdasarkan bukti/fakta (evidence
base) dan membimbing dalam mengembangkan dan
menyesuaikan standar dalam konteks praktik
54 Wat.Sp.K.3.PP.54 Menyampaikan dan meningkatkan peran keperawaatan praktik
lanjutan dalam konteks klinis, politis dan profesional
55 Wat.Sp.K.3.PP.55 Bertindak sebagai model peran yang efektif bagi mahasiswa dan
dalam tim pemberi asuhan
56 Wat.Sp.K.3.PP.56 Bertindak sebagai nara sumber dalam praktik keperawatan lanjutan
bagi mahasiswa, tim kesehatan lain, perencana kesehatan dan
masyarakat
57 Wat.Sp.K.3.PP.57 Memberikan kontribusi pengetahuan baru untuk pengembangan
praktik dengan melakukan penelitian, deseminasi dan
menggabungkan hasil penelitian kedalam praktik
58 Wat.Sp.K.3.PP.58
Memberikan advokasi dan berpartisipasi untuk mendapatkan
pengakuan pimpinan, hukum dan masyarakat terhadap
kualifikasi spesialis, perlindungan hak sebagai perawat konsultan
dan lingkup praktiknya
59 Wat.Sp.K.3.PP.59 Mencermati lingkungan global terhadap kecenderungan yang
muncul dalam praktik lanjutan dan asuhan kesehatan
60 Wat.Sp.K.3.PP.60
Memimpin kegiatan advokasi melalui organisasi profesi untuk
mempengaruhi kebijakan pelayanan kesehatan dan sosial yang
berdampak pada ketersediaan dan keterjangkauan terhadap
pelayanan praktik keperawatan lanjut
61 Wat.Sp.K.3.PK.61
Menggali dan mengintegrasikan penelitian untuk menghasilkan
praktik berbasis pembuktian (evidence-based practice) untuk
memperbaiki keamanan, efesiensi dan efektifitas asuhan
keperawatan.
62 Wat.Sp.K.3.PK.62 Berpartisipasi dalam pengawasan dan telaah intra- dan inter
dispilin untuk meningkatkan atau memperbaiki kepuasan dan
hasil asuhan yang diharapkan klien.
63 Wat.Sp.K.3.PB.63 Melakukan kajian secara teratur tentang praktik yang
dilaksanakannya dengan cara refleksi, telaah kritis, dan evaluasi
serta peer review
54
64 Wat.Sp.K.3.PB.64 Bertanggung jawab untuk belajar seumur hidup, pengembangan
profesional dan mempertahankan kompetensi yang dimilikinya
65 Wat.Sp.K.3.PB.65 Meningkatkan dan mendorong berbagai program yang
mendukung pendidikan asuhan kesehatan yang bersifat
interdisiplin
Recommended