View
977
Download
31
Category
Preview:
DESCRIPTION
Pengantar Industri Tekstil
Citation preview
RANGKUMANPENGANTAR INDUSTRI TEKSTIL
“Proses Persiapan dan Pengelantangan”
Vivayanti Nurhidayah
1621112009
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BANDUNG RAYA
Jalan Banten No. 11 Bandung 40272 Tlp. 022-7230778
2013
1. Proses Pembuatan Kain
Kain Benang Serat
Serat Benang Kain
1. SERAT – SERAT TEKSTIL
Serat adalah suatu unit bahan yang ditandai oleh panjangnya paling sedikit ratusan kali
diameternya atau lebarnya, dan dapat dipintal menjadi benang atau dibuat menjadi kain
dengan penyilangan atau berbagai cara lainnya.Bahan tekstil yang dipergunakan terdiri dari
bermacam-macam jenis serat. Serat – serat tekstil dibagi dalam 3 kelompok :
1. Serat alam
a. Serat yang murni berasal dari alam
b. Serat alam dapat berasal dari tumbuhan atau hewan
a) Serat yang berasal dari tumbuhan , berasal dari bunga atau batang tumbuhan itu
sendiri.
Contoh : kapas , rami , kapok , yute
b) Serat yang berasal dari hewan contohnya : sutera , wol , cashmere
2. Serat semi sintetik
a. Serat yang bahan bakunya bersumber dari alam tetapi kemudian di olah secara
kimiawi.
b. Bahan baku serat semi sintetis ini dapat berasal dari waste kapas atau dari batang
pohon pinus
c. Proses pengolahannya menyerupai proses pulping pada proses pembuatan kertas
d. Hasilnya yang paling banyak dikenal adalah serat rayon
3. Serat sintetik
a. Serat yang sengaja dibuat ( sintetis )
b. Berasal dari senyawa – senyawa kimia tertentu
c. Proses pembuatan seratnya disebut spinning , dan alatnya disebut spinneret
d. Proses pembuatan serat sintetis dibedakan dalam 3 kelompok, yaitu :
1) Melt Spinning : hasilnya polyester , poliamida
2) Wet Spinning : hasilnya rayon
3) Dry Spinning : hasilnya acrylic
Produk yang keluar dari spineret dapat berbentuk filament atau staple tergantung dari
kebutuhannya.
Contoh :
Bila kita membuat benang campuran polyester 65% dan katun 35% , maka serat polyesternya
berbentuk staple. Untuk menjadi kain yang siap untuk dijadikan sandang , maka serat akan
mengalami tahap spinning ( pemintalan ) untuk menjadi bentuk benang. Benang ini bisa di
tenun atau dirajut untuk menjadi kain. Kain ini masih merupakan “ kain mentah “ ( grey ).
Kain grey ini mengalami tahapan proses tertentu sehingga menjadi kain jadi / kain sandang.
Proses perajutan ( knitting )
Proses pembuatan kain dari satu benang yang saling dikait-kaitkan.
Proses pertenunan ( weaving )
Proses pembuatan kain dari dua benang yang dianyam , benang ke arah panjang disebut
benang lusi ( warp ) dan benang kea rah lebar di sebut benang pakan ( weft ).
2. Proses Pembuatan Benang
1. Blowing
Proses pembukaan, pembersihan, pencampuran, dan hasilnya berupa lap.
2. Carding
Proses pembersihan dan penguraian serat, pemisahan serat yang panjang dengan serat
yang pendek dan merubah bentuk lap menjadi bentuk sliver.
SERAT
BLOWIN
CARDING
DRAWIN
ROVING
RING SPINNING
WINDING
3. Drawing
Proses perangkapan, penarikan, dan peregangan serat-serat dan membuat sliver lebih
rata. Biasanya proses ini dilakukan dua kali.
4. Roving
Proses penarikan, pemberian twist, penggulungan,dan hasilnya berupa roving.
5. Ring Spinning
Proses penarikan, pemberian twist, penggulungan,dan hasilnya berupa benang.
6. Winding
Proses penggulungan benang menjadi gulungan benang yang lebih besar sambil
menghilangkan bagian-bagian yang lemah dan tidak rata.
3. Proses Penyempurnaan Kain
KAIN
Keterangan :
1. Proses penganjian ( sizing )
Benang lusi selama proses pertenunan mengalami gesekan – gesekan dengan peralatan
tenun. Oleh karena itu benang lusi perlu diperkuat dengan cara dikanji agar tidak
mudah putus.
2. Proses persiapan ( pretreatment )
Untuk mendapatkan hasil yang sempurna pada proses pencelupan dan pencapan ,
maka kain grey ( kain mentah ) perlu diproses persiapan terlebih dahulu. Proses ini
dikenal sebagai proses pretreatment.
Proses pretreatment meliputi :
Proses desizing : proses penghilangan kanji yang terdapat pada kain
Proses scouring : proses penghilangan kotoran – kotoran yang terdapat pada kain ,
misalnya minyak , lilin, debu , oli rajut dan lainnya.
PEMBAKARAN BULU / SINGEING
PENGHILANGAN KANJI / DESIZING
PEMASAKAN / SCOURING
PENGELANTANGAN / BLEACHING
PENCELUPAN / DYEING PENCAPAN / PRINTING
PENYEMPURNAAN KHUSUS
Proses bleaching : proses menghilangkan pigmen – pigmenwarna alami pada kain
katu yang berwarna kekuning-kuningan atau kecoklatan sehingga kain berwarna
putih.
3. Proses merserisasi / kostisasi ( mercerized / causticized )
Pemasakan dengan larutan soda kaustik untuk meningkatkan kualitas kain katun , di
antaranya untuk meningkatkan daya serap bahan terhadap zat warna , memperbaiki
kenampakan dan stabilitas dimensi kain serta meningkatkan daya kilap kain.
4. Proses pencelupan ( dyeing )
Proses pemberian warna pada bahan tekstil secara merata ( uniform ).Bahan tekstilnya
dapat berupa benang atau kain.
5. Proses pencapan ( printing )
Proses pemberian warna setempat pada bahan tekstil yang berupa motif atau corak
tertentu.
6. Proses penyempurnaan ( finishing )
Proses – proses khusus dan terbatas yang dilakukan pada bahan tekstil untuk
memenuhi syarat – syarat penggunaan yang diinginkan.
Proses persiapan dilakukan bergantung tujuan dan jenis dari serat itu sendiri.
Kain Kapas
Kain Wol
Penyikatan
Penghilangan kanji
Pemasakan
Merserisasi
Setting lebar Kostiksasi
Kain Sutra
Kain Poliester
Kain Campuran Poliester – Kapas
Perbedaan serat alam dan serat buatan
Serat alam Serat Buatan
Mempunyai daya serap yang baik Daya serapnya kurang baik
Tidak mengkilap atau warnanya buram Mempunyai daya kilap yang bagus
Mudah kusut Tidak mudah kusut
Jumlah relatif tetap Bisa dibuat dengan jumlah sesuai keinginan
Bentuknya tetap Bentuknya bisa dimodifikasi
PERTENUNAN
Pengkarbonan / Pengarangan
Pemasakan
Pemasakan
Relaksasi
Pemantapan / Heat Setting
Weight Reduce / Pengurangan
Berat
Setting lebar
Pembakaran bulu
Penghilangan kanji
Pemasakan
Relaksasi
HeatSetting
Burn Out(kalau diperlukan)
Setting Lebar
Pemasakan / Deguming
Proses menenun adalah proses membentuk suatu anyaman dari dua macam benang .
anyaman terbentuk dengan menyilangkan benang-benang dengan posisi saling tegak lurus.
Benang-benang yang searah dengan panjang kain disebut sebagai benang lusi (atau benang
lungsi, lungsin), sedangkan benang yang melintang ke arah lebar kain disebut sebagai benang
pakan.
Agar bisa berfungsi dengan baik selama proses pertenunan, masing-masing benang harus
mengalami proses persiapan terlebih dahulu, yakni persiapan pertenunan.
Penghilangan Kanji ( Desizing )
Sebelum ditenun benang lusi dikanji untuk menambah kekuatan dan daya gesek yang
tinggi. Benang lusi yang tidak dikanji kekuatannya rendah, mudah putus sehingga mengurangi
mutu kain dan efisiensi produksi.
Kanji bersifat menghalangi penyerapan (Hidrofob) larutan baik dalam proses
pemasakan, pengelantangan, pencelupan, pencapan, dan penyempurnaan khusus sehingga jika
kanji tidak dihilangkan mengakibatkan hasil proses tersebut kurang sempurna. Pada proses
pencelupan dan pencapan zat warna tidak bisa masuk kedalam serat sehingga warna akan
luntur dan tidak rata.
Penganjian benang lusi biasanya menggunakan kanji alam maupun kanji sintetik tergantung
dari jenis seratnya.
Kanji alam antara lain :
- Pati (tapioka), jagung (meizena), kentang (farina), gandum (terigu),
- Kanji protein seperti glue, gelatin, dan kasein
- Macam – macam gom.
- Modifikasi kanji , dekstrin.
Kanji sintetik antara lain :
- PVA (Polivenil Alkohol), Akrilik, dan lain-lain
- Derivat selulosa seperti tylose (CMC), Hidrksil etil selulosa, dan metil selullosa.
- Derivat kanji seperti starch ester, starch eter.
Di Indonesia untuk mengaji benang kapas digunakan kanji tapioka sedang di Amerika
banyak dipakai jenis kanji jagung. Penganjian benang rayon viskosa biasanya dengan
modifikasi kanji (dekstrin). Benang–benang sintetik biasanya dikanji dengan PVA, campuran
PVA dan gom, dan sebagainya.
Prinsip penghilangan kanji
Agar kanji larut dalam air kanji harus dihidrolisa atau dioksidasi menjadi senyawa
yang lebih sederhana sehingga rantai molekulnya lebih pendek dan mudah larut dalam air.
Untuk menghilangkan kanji dikenal beberapa cara :
1. Perendaman
2. Asam Encer
3. Alkali Encer
4. Enzym
5. Oksidator
1. Penghilangan Kanji dengan Cara Perendaman
Cara perendaman merupakan cara yang paling mudah dilakukan, kain direndam dalam
air panas + 35oC - 40oC selama 24 jam, selanjutnya dicuci dengan air panas kemudian dengan
air dingin. Penghilangan kanji dengan perendaman ini dapat dilakukan untuk Jenis kanji yang
mudah larut dalam air seperti gom, dekstrin, CMC, PVA dan lain-lain.
Reaksinya yang terjadi adalah sebagai berikut :
hidrolisa
(C6H10O5)n + nH2O nC6H12O6
kanji (amilum) netral glukosa (gula)
Cara perendaman ini tidak banyak dipakai lagi karena reaksinya berjalan lambat dan hasilnya
kurang sempurna. Perendaman yang terlalu lama menyebabkan timbulnya asam yang dapat
menghidrolisa serat.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penghilangan kanji dengan perendaman:
Saat perendaman waktu harus tepat, jika terlalu lama dapat menurunkan kekuatan
bahan yang diproses, yang diakibatkan oleh asam yang terjadi selama proses
perendaman (fermentasi).
− Selama proses bahan harus dalam keadaan terendam semua.
− Penataan kain pada bak proses harus dalam keadaan rata tidak boleh ada bagian
yang tersembul, karena bisa menimbulkan pembasahan yang kurang merata.
2. Penghilangan Kanji dengan Asam Encer
Asam dapat menghidrolisa kanji melalui dextrin menjadi glukosa yang larut dalam air,
sehingga mudah dihilangkan dalam proses pencucian. Jenis asam yang banyak digunakan
dalam proses penghilangan kanji adalah asam sulfat (H2SO4) encer, asam chlorida (HCl) encer
dan asam asetat (CH3COOH) encer. Asam yang digunakan harus encer ± 30%.
2(C6H10O5) + n H2O nC12H22O6
Kanji Glukosa
Bahan direndam dalam larutan asam sulfat (H2SO4) encer atau asam chlorida (HCl) encer
pada suhu + 30oC selama 1½ – 2jam, sampai terjadi reaksi glukosa larut dalam air, dicuci
panas kemudian cuci dingin, pencucian harus bersih karena sisa asam yang terjadi oleh panas
akan menambah kepekatan asam dalam kain sehingga dapat terjadi hidroselulosa. Untuk
mencegahnya dapat dilakukan penetralan dalam larutan alkali. Jenis kanji yang dapat
dihilangkan dengan H2SO4 encer antara lain : pati, tapioka, jagung, kentang, dan dekstrin.
“Perbandingan bahan yang digunakan sebanding dengan berat bahan”
Resep :
H2SO4 encer (30%) : 5-10 ml/L
Suhu : + 30oC
Waktu : 1½ – 2jam
Perbandingan larutan : 1 : 30
3. Penghilangan Kanji dengan Soda Kostik (NaOH) Encer (Alkali)
Proses penghilangan kanji dapat dilakukan pula dengan soda kostik/soda api encer
tetapi memerlukan waktu yang cukup lama, cara ini jarang dilakukan di samping makan
waktu lama juga hasilnya kurang begitu sempurna. Jenis kanji yang larut dengan alkali seperti
kanji protein, PVA, pati.
Bahan direndam dalam larutan natrium hidroksida encer pada suhu kamar selama ± 12 jam,
Setelah selesai bahan dicuci panas, cuci dingin, keringkan.
hidrolisa
2(C6H10O5)n + nH2O nC12H22O11
Kanji (Pati) alkali maltosa (gula)
4. Penghilangan Kanji dengan Enzim
Penghilangan kanji dengan enzim sekarang banyak dilakukan baik oleh industri besar
maupun industri kecil. Karena ada beberapa kelebihan dalam penggunaannya yaitu :
− Hidrolisa kanji berjalan cepat, waktu pengerjaan lebih pendek (¼ - ½ jam) sehingga
produktifitas lebih tinggi.
− Tidak terjadi kerusakan pada serat.
− Senyawa protein yang berfungsi sebagai katalisator.
Tidak perlu ada tambahan apa-apa.
Terdapat 3 golongan enzima yang digunakan untuk proses penghilangan kanji yaitu :
- Enzym Mouth / Malt diastase (enzim dari tumbuh-tumbuhan)
- Enzym Pankreas diastase (dalam pankreas babi)
- Enzym Bakteri diastase
Enzim Konsentrasi Suhu pH
Mouth / Malt diastase 5 – 20 gr/L 50 - 60o C 6 – 7.5
Pankreas diastase 1 – 3 gr/L 50 - 60o C 6.5 – 7.5
Bakteri diastase 0.5 – 1 gr/L 60 - 70o C 6 - 7
Dalam proses penghilangan kanji dengan enzim perlu memperhatikan faktor suhu dan pH,
karena pada pH dan suhu tersebut daya kerja enzym akan berkurang dan hasil kurang
sempurna.
Prinsip penghilangan kanji dengan enzim adalah merendam peras kain dalam larutan enzim
selanjutnya kain diperam selama 6–8 jam tergantung jenis enzimnya. Perendaman dapat
dilakukan dengan cara kain digulung, ditutup plastik dan dimasukan dalam suatu ruang
kemudian diputar (batcher), atau dapat pula dilakukan dengan cara kain ditumpuk dan ditutup
plastik.
Reaksi yang terjadi pada perubahan kanji menjadi gula yang larut pada penghilangan kanji
dengan enzym dapat digambarkan sebagai berikut :
2 (C6H10O5)n + nH2O ------ nC12H22O11 2nC6H10O5+H2O
Kanji(amilum) enzyma maltosa (gula) glukosa
(gula)
Maltosa
Rendam peras dapat dilakukan bersamaan proses pembakaran bulu. Kain setelah dibakar
dilewatkan dalam bak pemadam api yang mengandung larut enzim. Proses penghilangan kanji
simultan dengan proses pembakaran bulu lebih efesien, efektif, dan hasilnya lebih baik.
5. Penghilangan Kanji dengan Oksidator
Zat pengoksid dapat digunakan untuk menghilangkan kanji jenis tapioka, poliaksilar
dan lain-lain. Sedangkan zat oksidator yang sering digunakan adalah Natrium sulfo kloramida
(aktivin S) pemakaiannya1–3 g/l, penggunaan aktivin S selain menghilangkan kanji juga
terjadi efek pengelantangan. Garam persulfat salah satu nama dagangnya adalah Ractogen.
Pemakaian ractogen 1% dengan penambahan natrium hidroksida 1%, pembasah 0,5 sampai
1% dan dikerjakan pada suhu 80oC, selama 30 menit.
Hidrogen peroksida pemakaiannya dapat menggunakan sistem rendam peras–jigger
(Pad–Jig) maupun rendam peras–gulung putar (Pad – batch). Penggunaan zat pengoksid
dapat dilakukan pada pH dan suhu tinggi sehingga proses penghilangan kanji ini bisa
dilakukan bersama-sama dengan proses pemasakan pada mesin kier ketel, atau proses
kontinyu dengan mesin parble range bersamaan dengan proses pemasakan, dan
pengelantangan.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Oksidator + H2O → H2O + On
H2O2 → H2O + On
(C6H10O5)n -------------- n(C6H10O5 )
Kanji (amilun) Kanji (amilum)
rantai panjang rantai pendek
Prosesnya :
− Bahan direndam dalam larutan yang terdiri dari 1–2% peroksida, natrium
hidroksida(NaOH), 0,5–2% dan pembasah (Tepol) 0,1–0,5% pada suhu 400C.
− Diperas dengan pad lalu digulung (batch), putar selama 1 jam.
− Setelah selesai bahan dicuci panas, bilas dengan air dingin dan diperiksa masih ada
kandungan kanji pada bahan yang telah diproses.
Pemeriksaan Hasil Proses Penghilangan Kanji
Pemeriksaan hasil proses penghilangan kanji dapat dilakukan dalam dua cara yaitu,
1. Kuantitatif
Dengan cara menghitung pengurangan berat
% kanji yang hilang = A – B x 100 %
A
A = Berat bahan sebelum proses
B = Berat bahan setelah proses
2. Kualitatif
Untuk mengetahui hasil proses penghilangan kanji secara kualitatif,
perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan zat pereaksi larutan KJ
Jodium. Cara pembuatan larutan KJ Jodium adalah 10 gram/liter KJ (Joodikal)
dan 10 gram jodium dilarutkan ke dalam 1 liter larutan.
Dari hasil pengujian bahan yang sudah diproses penghilangan kanji
ditetasi dengan laurtan KJ Jodium akan timbul warna yang menunjukkan
tingkat kesempurnaan hasil proses yaitu sebagai berikut :
NO WARNA YANG
TIMBULARTI WARNA TERSEBUT
1
2
3
4
5
Biru
Ungu
Merah
Coklat
Biru Kehijauhijauan
Kain mengandung kanji
Kain Mengandung dekstril
Kain mengandung eritrodekstrin
Kain mengandung akro dekstrin
maltosa/glukosa (Kanji sudah bersih)
Kain mengandung polivinil alkohol
Pembakaran Bulu (Singeing)
Pembakaran bulu bertujuan untuk menghilangkan bulu – bulu yang tersembul pada
permukaan kain. Bulu – bulu pada kain timbul sebagai akibat adanya tegangan benang dan
gesekan benang pada proses pertenunan. Bulu – bulu yang timbul pada permukaan kain
mengurangi kualitas kain dan mengurangi kualitas hasil proses merserisasi, pencelupan, dan
pencapan.
Tidak semua kain dibakar bulunya. Terdapat kain yang tidak boleh dibakar bulunya yaitu:
Kain handuk
Kain karpet
Kain flanel, dsb.
Tetapi untuk kain-kain berikut harus dilakukan proses pembakaran bulu yaitu :
Kain untuk lapis (voering)
Kain anyaman keeper, tenunan wafel, dan Kain-kain yang berusuk garis-garis ke dalam.
Kain - kain yang akan di merser, dicelup, dan dicap.
Kain – kain murahan untuk meningkatkan kualitasnya.
Pembakaran bulu dapat dilakukan dengan beberapa macam mesin seperti mesin bakar bulu
plat, silinder, pembakar bulu gas dan listrik.
Pemasakan (Scouring)
Pemasakan adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan bagian dari komponen
penyusun serat berupa minyak-minyak, lemak, lilin, kotoran-kotoran yang tidak larut dan
kotoran-kotoran kain yang menempel pada permukaan serat dapat dihilangkan, sehingga
proses selanjutnya seperti pengelantangan, pencelupan, pencapan dan sebagainya dapat
berhasil dengan baik.
Pada dasarnya proses pemasakan serat-serat alam dilakukan dengan alkali seperti natrium
hidroksida (NaOH), natrium carbonat (Na2CO3) dan air kapur, campuran natrium carbonat
dan sabun, amoniak dan lain-lain. Sedangkan pemasakan serat buatan (sintetik) dapat
dilakukan dengan zat aktif permukaan yang bersifat sebagai pencuci (detergen).
Ditinjau dari sistem yang digunakan, proses pemasakan dapat digolongkan menjadi 2
macam, yaitu pemasakan sistem tidak kontinyu (discontinue) contohnya pemasakan dengan
bak, mesin jigger, mesin haspel, mesin clapbau, mesin kier ketel dan pemasakan sistem
kontinyu (continue) contohnya pemasakan dengan mesin J-Box, L-Box.
Sedangkan kalau ditinjau dari tekanan mesin yang digunakan, proses pemasakan dibagi
menjadi 2 macam, yaitu pemasakan tanpa tekanan misalnya menggunakan bak, mesin jigger,
haspel, Clapbau, J-Box dan L-Box dan pemasakan dengan tekanan, misalnya menggunakan
mesin kier ketel, jigger tertutup. Pada proses pemasakan bahan dari serat kapas terjadi hal-hal
sebagai berikut :
Safonifikasi minyak menjadi garam-garam larut.
Pektin dan pektosa berubah menjadi garam-garam yang larut.
Protein akan pecah menjadi asam amino asam amonia.
Mineral-mineral dilarutkan
Minyak-minyak yang tidak tersafonifikasi diemulsikan oleh sabun yang terbentuk.
Kotoran-kotoran lain disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
Zat-zat penguat yang terdapat pada serat akan terlepas.
Kotoran-kotoran yang disuspensikan oleh sabun yang terbentuk.
Kotoran-kotoran luar, sisa daun, sisa biji dapat dihilangkan secara mekanik pada meisn-
mesin tertentu dengan menggunakan alkali kuat.
Pengelantangan (bleaching)
Proses yang bertujuan untuk menghilangkan warna-warna yang disebabkan oleh
karena adanya pigmen-pigmen alam atau zat-zat lain, sehingga diperoleh bahan yang putih.
Zat-zat pengelantang:
1. Bersifat oksidator:
- Mengandung khlor:
- Kaporit (CaOCl2)
- Natrium hipokhlorit (NaOCl)
- Natrium khlorit (NaClO2)
- Tidak mengandung khlor:
- Hidrogen peroksida (H2O2)
- Natrium peroksida (Na2O2)
- Natrium perborat (NaBO3)
- Kalium bikromat (K2Cr2O7)
- Kalium permanganat (KMnO4)
2. Bersifat reduktor:
- Sulfur dioksida (SO2)
- Natrium sulfit (Na2SO3)
- Natrium bisulfit (NaHSO3)
- Natrium hidrosulfit (Na2S2O4)
Proses pengelantangan bahan tekstil dapat dilakukan tidak terhadap semua jenis bahan
dari serat yang berbeda dengan zat pengelantang yang sama, tetapi harus dipilih
kesesuaiannya agar dapat memperoleh hasil yang baik.
Bahan tekstil dari serat selulosa seperti kapas dan rayon viskosa dapat dikelantang
dengan kaporit, natrium hipokhlorit dan hidrogen peroksida. Pengelantangan rayon viskosa
biasanya menggunakan natrium hipokhlorit akan lebih aman daripada dengan kaporit.
Sedangkan pengelantangan dengan hidrogen peroksida juga lebih baik, karena tidak terjadi
kerusakan serat, tetapi harganya lebih mahal dan memerlukan pemanasan.
Untuk serat protein tidak dapat dikelantang dengan zat oksidator yang mengandung
khlor, karena dapat terjadi kerusakan serat oleh khlor, sehingga lebih baik pengelantangan
serat protein dapat digunakan dengan zat pengelantang yang tidak mengandung khlor seperti
hidrogen peroksida dan zat pengelantang yang bersifat reduktor.
Sedangkan bahan dari serat sintetik dan rayon asetat paling baik dikelantang dengan
natrium khorit (Textone) dalam suasana asam. Rayon asetat dapat pula dikelantang dengan
natrium hipokhlorit dalam suasana asam
Merserisasi dan Kostiksasi
Tujuan dari proses merserisasi adalah untuk memperbaiki kilap kain, meningkatkan
daya celup dan memperbesar reaktifitas terhadap zat2 kimia.
Proses merserisasi pada umumnya menggunakan larutan soda kotik dingin 27 - 30° BE suhu
13 - 15°C umumnya di pabrik dikerjakan dengan suhu 20°C selama 30 sec dan dilakukan
dengan diberikan tegangan sehingga dihasilkan kain dengan kilap yang permanen dan terjadi
penggelembungan ke arah lebar dan penyusutan ke arah panjang.
Proses kostiksasi sama dengan proses merserisasi hanya dilakukan tanpa
tegangan/tarikan sehingga tidak dihasilkan kilap yang permanen.
Proses merserisasi akan memberikan keuntungan - keuntungan sbb:
1. Menambah kilap kain
2. Daya serat terhadap zat warna bertambah
3. Memperbaiki kestabilan dimensi
4. Kekuatan tarik bertambah
5. Memperbaiki dan menghilangkan efek negatif kapas yang belum matang atau mati
Jenis2 mesin yang digunakan untuk proses merserisasi adalah :
1. Mesin merserisasi berantai ( Chain mercerisation machine )
2. Mesin Merserisasi roll ( Roller mercerisation machine )
3. Mesin merserisasi benang ( Yarn mercerisation Machine)
Istilah – istilah tambahan :
Filamen
Serat yang sangat panjang (dapat sampai tidak terhingga panjangnya). Contoh :
Pada umumnya serat buatan (poliester, poliamida, poliakrilik, polietilena dsb.) berupa
filamen yang dapat dibuat menjadi bentuk stapel. Sutera adalah satu – satunya serat
alam yang berbentuk filamen. Lihat Serat (fiber) dan Stapel.
Heat setting
Suatu proses pemantapan terhadap kain (pada umumnya) yang terbuat dari
serat termoplastik menggunakan panas dengan tujuan untuk mestabilkan dimensi.
Prosesnya dilakukan dengan pemanasan pada temperatur tinggi sambil dikontrol
dimensinya menggunakan stenter, lalu didinginkan dengan segera. Polimer dari serat
sintetik yang baru dihasilkan melalui proses pemintalan, distribusi molekulnya belum
terorientasi sempurna sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan pakaian. Untuk
itu diperlukan penarikan sehingga molekul tersebut terorientasi sempurna yaitu sejajar
satu terhadap lainnya dan kompak. Dengan heat setting kondisi tersebut dapat dicapai.
Lihat pre, intermediate dan post setting.
1. Pre setting
Heat setting yang dilakukan terhadap kain gray (mentah), jadi sebelum
kain tersebut mengalami proses persiapan penyempurnaan (singeing, desizing,
scouring dan bleaching) maupun proses pencelupan dan atau pencapan. Kain
yang di heat set dengan cara ini apabila terdapat kotoran pada kain akan
terfiksasi sehingga sulit dihilangkan
2. Intermediate setting
Heat setting yang dilakukan terhadap kain yang telah mengalami proses
persiapan penyempurnaan (singeing, desizing, scouring dan bleaching)
3. Post setting
Heat setting yang dilakukan terhadap kain yang telah mengalami proses
persiapan penyempurnaan (singeing, desizing, scouring bleaching) dan proses
pencelupan atau proses pencapan. Zat warna yang digunakan pada pencelupan
harus memiliki ketahanan sublimasi yang tinggi agar tidak rusak pada waktu di
heat set.
Stapel
Serat berukuran tidak terlalu panjang (hanya beberapa inci). Contoh : Hampir
semua serat alam seperti wool, kapas dsb. Berbentuk staple kecuali sutera berbentuk
filamen.
Degumming
Proses penghilangan gum yang terdapat pada serat sutera yang berasal dari
mulut ulat sutera ketika proses penyempurnaan serat sutera.
Vervilting
Kerusakan pada wol akibat adanya gesekan antara satu sama lain.
Setting Lebar
Proses untuk menetukan lebar kain, dilakukan pada mesin stenter.
Burn Out
Suatu proses yang dilakukan pada serat campuran misalnya serat kapas dan
serat poliester, untuk menghilangkan salah satu serat pada serat campuran tersebut.
Weight Reduce
Proses pengikisan kain menjadi lebih tipis supaya nyaman dipakai. Proses ini
dilakukan pada kain poliester yang sifatnyatebal dan daya serapnya kurang bagus.
Serisin
Protein albumin yang tidak larut dalam air, lunak dalam air panas, larut dalam
alkali lemah dan sabun. Serisin terdapat pada serat sutera sebagai pelindung mekanik
serat sutera dan juga menyebebkan pegangan serat sutera kaku dan kasar.
Proses Kontinyu
Proses pembuatan kain pada mesin yang berlanjut, tidak berhenti, dari mulai
proses awal sampai akhir.
Proses Diskontinyu
Proses pembuatan kain yang dilakukan dalam satu mesin saja dimana tiap
proses dilakukan bergantian atau tidak berlanjut maka obat pada mesin pun harus
diganti-ganti sesuai proses yang hendak dilakukan.
Relaksasi
Proses peregangan benang setelah mengalami proses antihan.
Proses Pencelupan (Dyeing)
Pada hakikatnya pencelupan adalah proses pemberian warna kebahan tekstil. Secara
material proses pencelupan bisa dilakukan dalam tahap tahap yang berbeda, tergantung pada
jenis serat. Pencelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan nilai komersil dari
barang. Nilai komersil ini menyangkut nilai indra seperti warna, pola dan mode, dan nilai-
nilai guna yang tergantung dari apakah produk akhir dipakai untuk pakaian, barang-barang
rumah tangga atau penggunaan lain. Lagi pula, nilai-nilai guna sebagai pakaian tergantung
pada tingkatan yang dikehendaki dari sifat-sifat penyesuaian seperti misalnya sifat-sifat
pemakaian, sifat-sifat pengolahan, sifat-sifat perombakan dan sifat-sifat sebagai cadangan.
Nilai-nilai ini dapat diberikan dengan cara yang beraneka ragam oleh macam -macam bahan,
seperti serat kapas, benang, kain tenun, dan kain rajut, bermacam-macam cara proses,
termasuk pencelupan.
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada bahan secara merata dan baik,
sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat
warna yang sesuai dengan serat. Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik
dengan menggunakan alat-alat tertentu pula.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau mendispersikan zat warna
dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan kedalam larutan tersebut sehingga
terjadi penyerapan zat warna kedalam serat. Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan
suatu reaksi eksotermik dan reaksi kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam,
asam, alkali atau lainnya ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan
diteruskan hingga diperoleh warna yang dikehendaki.
Vickerstaf menyimpulkan bahwa dalam pencelupan terjadi tiga tahap, yaitu :
1. Tahap pertama merupakan molekul zat warna dalam larutan yang selalu bergerak, pada
suhu tinggi gerakan molekul cepat. Kemudian bahan dimasukkan kedalam larutan celup.
Serat dalam larutan bersifat negatif pada permukaannya sehingga dalam tahap ini terdapat
dua kemungkinan yakni molekul zat warna akan tertarik oleh serat atau tertolak menjauhi
serat. Oleh karena itu perlu penambahan zat – zat pembantu untuk mendorong zat warna
lebih mudah mendekati permukaan serat. Peristiwa tahap pertama tersebut sering disebut
difusi zat warna dalam larutan.
2. Dalam tahap kedua molekul zat warna yang mempunyai tenaga cukup besar dapat
mengatasi gaya – gaya tolak dari permukaan serat, sehingga molekul zat warna tersebut
dapat terserap menempel pada permukaan serat. Peristiwa ini disebut adsorpsi.
3. Tahap ketiga yang merupakan bagian yang terpenting dalam pencelupan adalah penetrasi
atau difusi zat warna dari permukaan serat kepusat. Tahap ketiga merupakan proses
yang paling lambat sehingga dipergunakan sebagai ukuran menentukan kecepatan celup.
Langkah awal sebelum melakukan pencelupan adalah :
Mendispersikan (melarutkan) zat pewarna dalam air
Menyuapkan larutan zat warna kedalam mesin
mengalihkan zat warna dari larutan ke serat
membiarkan zat warna menyusup masuk kedalam struktur serat dan menetapkannya
Mencuci bahan untuk menghilangkan zat warna dari permukaan atau larutan yang
tersisa
Pencelupan berbagai serat tekstil dengan jenis – jenis zat warna
Zat WarnaJenis Serat
Selulosa Proteina Asetat Poliamida Poliakrilat Poliester
Asam - + - - (+) -
Basa (+) + (+) - + -
Direk + (+) - (+) - -
Morden - + - - - -
Kompleks
Logam- + - + (+) -
Naftol + - (+) - (+) (+)
Reaktif + + - + - -
Belerang + (+) - - - -
Bejana + (+) - - - -
Bejana larut + + - - - -
Oksidasi - + - - - -
Dispersi - - + + + +
Pigmen + + + + + +
Keterangan :
+ bisa langsung dicelup
(+) membutuhkan proses pendahuluan (tidak bisa langsung)
Zat warna untuk proses pencelupan kain :
a. Zat warna asam (acid dye) adalah zat warna anion dengan molekul sedang, larut dalam
air, digunakan untuk mewarnai serat protein atau poliamida.
b. Zat warna basa (basic dye) atau zat warna kation (cationic dye) adalah zat warna larut
dalam air, yang bagian kationnya berwarna, digunakan untuk mencelup serat-serat
protein dan poliakrilat.
c. Zat warna bejana (vat dye) adalah zat warna tidak larut dalam air, digunakan untuk
mewarnai serat selulosa dengan cara dibejanakan atau direduksi dalam suasana alkali.
d. Zat warna bejana larut (soluble vat dye) adalah zat warna bejana yang telah direduksi
dan distabilkan sehingga larut dalam air.
e. Zat warna bejana belerang adalah zat warna belerang yang telah diperbaiki struktur
molekulnya, digunakan untuk mewarnai serat selulosa dengan cara direduksi dalam
suasana alkali.
f. Zat warna belerang (sulphur dye) adalah zat warna tidak larut dalam air,bermolekul
besar dan amorf, mengandung unsur belerang, digunakan untuk mencelup serat
selulosa dengan cara direduksi dalarn suasana alkali.
g. Zat warna direk (direct dye) adalah zat warna garam atau (salt colour) atau zat warna
subtantif (substantif dye) adalah zat warna anion dengan berat molekul besar, larut
dalam air, digunakan untuk mewarnai serat selulosa secara langsung.
h. Zat warna dispersi (disperse dye) adalah zat warna dengan berat molekul kecil sedikit
larut air, mernbentuk larutan dispersi, digunakan untuk mewarnai serat asetat,
poliamida, poliakrilat, dan poliester.
i. Zat warna kompleks logam (metal lise tlye) adalah zat warna asam yang di dalam
molekulnya mengandung logam.
j. Zat warna kompleks logam 1 : 1 (metal complex 1 : 1 ) atau zat warna kompleks
logam celupan asam (metal compiex acid dyeing) adalah zat warna kompleks logam
yang satu atom logamnya mengikat satu molekul zat warna.
k. Zat warna kompleks logam 1 : 2 (metal complex 1 : 2) atau zat warna celupan netral
(metal complex netral dyeing) adalah zat warna kompleks logam yang satu atom
logamnya mengikat dua molekul zat warna.
l. Zat warna mordan (mordant dye) adalah zat warna yang dalam pencelupannya
memerlukan zat perantara agar dapat berikatan dengan serat dan membentuk suatu
senyawa berwarna yang tidak larut dalam air.
m. Zat warna naftol (naphthol dye) atau zat warna azoat (azoic dye) adalah zat warna azo
tidak larut dalam air, dibentuk dalam serat dari komponen naftol dan garam diazonium
yang mengadakan reaksi gandeng (coupling), digunakan untuk mewarnai serat-serat
selulosa.
n. Zat warna oksidasi (oxydize dye) zat warna hitam anilina (anilina black) atau warna
hitam difenilamina (di phertil amina) adalah zat warna tidak larut dalam air, dibentuk
dalarn serat dari komponen senyawa anilina atau difenilamina dengan cara oksidasi
kuat, digunakan untuk mewarnai serat selulosa.
o. Zat warna pigrnen pigment dye) adalah zat warna tidak larut dalam air, berpartikel
besar, digunakan untuk mewarnai bahan tekstil dengan bantuan zat pengikat atau
dicampurkan dalam cairan polimer pada seat pembuatan serat buatan.
p. Zat warna reaktif (reactive dye) adalah zat warna anion larut dalam air, memiliki
gugus reaktif yang dapat bereaksi dengan serat, digunakan untuk mewarnai serat
selulosa, protein dan poliamida.
Kelebihan zat warna sintetik adalah dapat dicampur warnanya, sementara zat warna alam
tidak.
Zat warna yang tidak larut dalam air :
Naftol, dilarutkan dengan coustic soda
Belerang, dilarutkan dengan Na2S agar dapat larut dalam air
Bejana, dilarutkan dengan Na2S2O4 + NaOH
Pemilihan zat warna berdasarkan :
a) Jenis kain
b) Variant warna
c) Ketahanan warna
d) Peralatan produksi yang tersedia
e) Biaya
Metode atau pengerjaannya
1. Sistem BATCH (discontinous system) atau exhauset dyeing
dalam langkah ini zat wrna dilarutkan dalam larutan celup, bahan direndam dalam
larutan celup dan kemudian di pindahkan setelah sebagian besar zat warna dialihkan,
didistribusikan secara merata dan seragam serta masuk kedalam serat dan menetap
kedalam bahan tekstil pada akhir proses bahan dicuci untuk menghilangkan sisa zat
warna.
2. Sistem kontinyu atau semi kontinyu (pad dyeing)
Proses ini dilakukan dengan menggunakan alat mekanis cairan celup didistribusikan
secara homogen ke kain (zat warna didistribusikan secara merata) zat warna menyusup
masuk ke kain dan kemudian dimantapkan. lalu pada akhirnya bahan dicuci.
Proses Pencapan ( Printing )
Teknologi pencapan (printing) dapat diterangkan sebagai suatu teknologi seni
pemindahan motif (corak) pada bahan tekstil dengan menggunakan pasta cap sebagai
pembentuk motif warna. Metode printing hasilnya tidak lepas dari suatu nilai-nilai seni,
sedangkan teknologi yang diterapkan diharapkan dapat menjadi kualitas dari hasil seni
tersebut. Tidak berbeda jauh dengan teknologi pencapan, pencapan dapat diartikan sebagai
suatu proses untuk mewarnai bahan tekstil dengan melekatkan zat warna pada kain secara
tidak merata sesuai dengan motif yang diinginkan.
Secara umum prosedur pencapan screen pada bahan tekstil meliputi persiapan dan
tahapan proses sebagai berikut :
1. Persiapan kain.
Bahan tekstil sebelum dicap harus melalui proses persiapan penyempurnaan,
seperti proses pembakaran bulu, penghilangan kanji, pemasakan, pengelantangan,
merserisasi atau proses-proses pengerjaan lainnya disesuaikan dengan kebutuhan
proses pencapan yang akan dilakukan.
2. Persiapan gambar.
Gambar didisain yang akan dicapkan pada bahan dipindahkan kekasa/ke screen
dari kertas gambar ada beberapa cara pemindahan gambar /disain kekasa yaitu dengan
cara pemotongan , penggambaran langsung, atau cara profilm (afdruk).
3. Persiapan kasa cap
Persiapan kasa cap adalah pekerjaan terhadap kasa cap sampai terjadi
pemindahan gambar/disain ke kasa sehingga kasa siap digunakan untuk pencapan.
4. Persiapan pasta cap
Untuk pencapan larutan zat warna harus dibuat pasta dengan viskositas
tertentu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan pasta cap adalah
kesesuaian zat warna dengan jenis serat yang akan dicap, peralatan/jenis metode
pencapan yang digunakan, jenis pengental, obat-obat pembantu, kondisi pengeringan,
fiksasi zat warna setelah pencapan.
5. Persiapan mesin/alat cap
Persiapan mesin adalah kegiatan untuk menyiapkan mesin dan alat
kelengkapannya agar pengerjaan pencapan dapat berjalan efisien. Misalnya mengatur
meja pencapan, rakel, tempat pengeringan dan lain sebagainya.
Proses pencapan dilakukan secara manual (tangan) atau dilakukan oleh mesin
(otomatis). Secara manual sangat dibutuhkan ketrampilan yang baik terutama dalam proses
perakelan pasta cap pada screen, penuangan pasta cap, urutan proses dan lain sebagainya.
Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan setelah kain dicap diperlukan untuk
menghilangkan kelembapan lapisan pasta cap agar motif yang telah menempel pada
bahan tidak blobor (bleeding) dan untuk memudahkan proses fiksasi berikutnya.
Proses fiksasi zat warna
Proses fiksasi adalah proses masuknya zat warna ke dalam serat dan
membentuk ikatan dengan serat sehingga warna tidak luntur. Metode fiksasi yang
dapat digunakan adalah dengan :
Metode penguapan (steamer ) Uap air yang meresap ke dalam bahan
melarutkan zat warna yang terikat pada pasta cap sehingga berdifusi
masuk ke dalam serat sehingga molekul zat warna dan serat berikatan.
Pengerjaan dengan larutan kimia Yaitu kain yang telah dicap
dicelupkan kedalam larutan kimia yang berfungsi untuk
mengkondisikan agar bahan tekstil dan zat warna membentuk ikatan
kimia sehingga warna yang terjadi tidak luntur. Misalnya pada
pencapan dengan zat warna bejana dilarutkan/difiksasi dengan larutan
garam nitrit.
Proses udara panas Prinsip fiksasi dengan udara panas adalah
merangsang molekul-molekul zat warna oleh energi udara panas dan
meningkatkan gerakan molekul serat sehingga memungkinkan
terjadinya fiksasi zat warna kedalam serat.
Pencucian
Proses pencucian setelah fiksasi zat warna dimaksudkan untuk menghilangkan
sisa-sisa warna ataupun pasta cat (pengental) dan zat-zat lain yang tidak terfiksasi
sehingga hasil warna menjadi lebih tajam, dan mempunyai ketahanan luntur yang
baik.
Pengeringan
Pengeringan kain setelah pencucian dilakukan menghilangkan kandungan air
yang berlebihan dalam bahan dan untuk menyiapkan bahan agar dapat diproses lanjut
dengan baik.
Syarat zat pengental untuk pencapan, antara lain :
1. Mempunyai viskositas tertentu dan stabil pada jangka waktu tertentu, tidak terjadi
perubahan kimia dan fisika.
2. Sedapat mungkin tidak berwarna, dan jika berwarna tidak akan mewarnai bahan yang
akan dicap.
3. Tidak merusak zat warna
4. Dapat membawa zat warna dan tidak beraksi dengan zat warna.
5. Mudah dihilangkan pada proses pencucian, kecuali pengental untuk zat warna pigmen.
6. Memiliki daya adhesi yang baik dengan serat.
Selain untuk mendapatkan viskositas larutan pasta cap fungsi lain dari zat pengental
adalah:
1. Untuk membawa zat warna dan zat zat pembantu
2. Untuk melawan sifat kapilaritas pada kain
3. Meningkatkan daya adhesi dari zat warna yang belum terfiksasi kedalam serat.
4. Bertindak sebagai koloid pelindung agar zat warna dan zat zat pembantu tidak
mengendap (terpisah) selama proses.
Oleh karena itu berdasar syarat dan fungsi pengental maka pemilihan pengental
didasarkan pada :
1. Konsentrasi yang digunakan (viskositas)
2. Stabilitas pengental pada larutan
3. Pengaruhnya terhadap hasil warna
4. Kemudahan pemakaian (persiapan, proses, penghilangan)
5. Biaya.
Jenis - jenis pengental yang biasa digunakan untuk pencapan berdasar bahan nya
adalah :
1. Tepung terigu atau tapioca (kanji)
2. Gom Gom adalah zat yang berasal dari getah tumbuhan seperti gom tragan, gom arab
3. Manutex Manutex adalah alginate yang dibuat dari tumbuh tumbuhan laut yang
dikerjakan lebih lanjut sehingga menjadi pengental.
4. Pengental buatan Pengental buatan dari senyawa senyawa kimia tertentu.
Contoh pengental buatan adalah CMC, PVA (kanji sintetik).
Persiapan Gambar dan Screen
Motif atau gambar yang akan diperoleh pada kain yang akan dicap harus dibuat dahulu
diatas kertas, baik kertas kalkir atau kertas astralon. Dari gambar ini masing-masing warna
dalam komponen gambar yang akan dijadikan motif dipisahkan dalam kertas film atau
dikenal dengan proses tracing. Tracing adalah penguraian warna-warna motif sehingga akan
diperoleh jumlah gambar dan kasanya.
Dari kertas film inilah motif dipindahkan ke screen, dimana dalam screen ini bagian-
bagian yang tidak ada gambarnya akan tertutup oleh zat peka cahaya sedangkan untuk bagian-
bagian yang merupakan gambar akan berlubang dan dapat meneruskan pasta cap ke bahan
yang akan dicap.
Persiapan screen dimulai dengan menyiapkan kasa datar (flat screen). Kasa datar
terdiri dari empat rangka persegi panjang dan kain kasa. Dalam pembuatan kasa datar terdapat
syarat yang haruus dipenuhi yaitu stabil dan tahan terhadap perlakuan kimia selama pencapan.
Kain kasa biasanya terbuat dari kain tenun, benangnya bisa monofilament/multifilament,
anyaman polos dari serat filament nylon/polyester. Berdasarkan cara kerjanya dikenal adanya
Hand Printing atau manual dimana rangka kasanya terbuat dari kayu atau logam, sedangkan
Flat Bed Printing atau mesin dimana rangka kasanya terbuat dari logam. Apabila digunakan
screen yang telah dipai, maka perlu dikakukan seleksi screen dan harus memenuhi syarat
yaitu tidak kendor, tidak penyok, dan tidak berubah lubangnya.
Macam - Macam Cara Printing
Ada banyak cara yang bisa kita pakai untuk proses printing/pencapan, begitu juga
dengan alat-alat printingnya. Beda cara, maka beda pula alat yang di pakai. Berikut adalah
cara-cara printing/pencapan yang umum di gunakan.
1. Pencapan Semprot (spray printing)
Proses pencapan dengancara menyemprot zat warna melalui lubang berbentuk
motif.
2. Pencapan blok (block printing)
Pada pencapan blok, sebagai alat cetaknya digunakan lempengan kayu atau
tembaga dengan luas tertentu. Cara pencapannya dilakukan dengan tangan. besarnya
desain sangat dibatasi dengan kemampuan operator untuk mengangkat dan
memindahkan alat cetak dari satu permukaan ke sebelah permukaan berikutnya tanpa
merasa pegal atau lelah.
Untuk produksinya tentu saja sedikit sekali dan mutunya sangat ditentukan
oleh ketelitian dan ketekunan opertor dalam menyambungkan desain dari satu rapor ke
rapor berikutnya.
3. Pencapan kasa (screen printing)
Pada pencapan kasa dipakai alat cetak kasa yang terbuat dari kain sutera,
logam halus, maupun benang-benang buatan yang sangat kuat di renggangkan atau di
tempelkan pada rangka kayu atau aluminium berbentuk pigura.
Ada 2 macam pencapan kasa, yaitu kasa datar (flat screen) dan kasa putar
(rotary screen).
Pada awalnya cara pencapan ini dilakukan secara manual (teknik sablon).
hingga di temukannya mesin printing kasa datar (flat screen), tekniknya hampir sama
dengan teknik sablon manual, hanya proses pencapannya dilakukan oleh mesin.
Kemudian di temukan mesin pencapan screen putar (rotary screen) yang
memungkinkan hasil printing yang lebih cepat.
4. Pencapan roll (roller printing)
Pada pencapan roll di pakai alat cetak yang terbuat dari logam berbentuk
silinder,digrafir sesuai desainnya. Tentu saja untuk membuat alat cetakan tersebut
cukup mahal, sehingga didalam prakteknya baru menguntungkan apabila jumlah kain
yang akan di cap cukup banyak. Terutama untuk desain yang memerlukan garis btas
yang tajam serta kecil. cara ini sudah mulai di tinggalkan karena prosesnya yang rumit
dan ongkos produksi yang tidak sedikit.
5. Pencapan alih (transfer printing)
adalah proses pencapan dengan cara mengalihkan zat warna yang berbentuk
motif-motif pada kertas ke kain dengan bantuan panas dan atau tekanan.
6. Pencapan langsung (direct printing)
adalah proses pencapan dengan mencapkan pasta zat warna secara langsung.
7. Pencapan rangkap (duplex printing)
adalah proses pencapan pada kedua permukaan kain sekaligus sehingga kedua
motif pada kedua permukaan setangkup.
8. Pencapan rekat serat (flock printing)
adalah proses perekatan serat, serat pendek secara mekanik atau elektrostatik
pada permukaan kain yang telah dicap dengan perekat berbentuk motif.
9. Pencapan larut (burn out printing)
adalah proses pencapan yang menggunakan pasta cap yang dapat melarutkan
sebagian atau seluruh serat sesuai dengan motif yang dicapkan.
10. Pencapan etsa (dishrage printing)
adalah proses pencapan pada kain berwarna menggunakan pasta perusak warna
dasar sehingga kain mempunyai motif putih atau berwarna.
11. Pencapan rintang (resist printing)
adalah proses pencapan dengancara, mencapkan pasta printing, sehingga pada
proses pencelupan motif tidak tercelup. Prinsip ini dipakai pada proses batik.
Alir Proses Penyempurnaan Kain
Kain Grey
Kain batik
Kain Berwarna Kain putih
Penyempurnaan (Finishing)
I Penyempurnaan Basah
Penyempurnaan merserisasi apabila kurang mengkilat Penyempurnaan parchmensiting membuat kain sedikit kaku tapi transparan,
menggunakan H2SO4 pekat (konsentrasinya tergantung permintaan dan tingkat transparan yang diinginkan)
Penyempurnaan krep penyempurnaan yang permukaannya tidak rata
II Pengkanjian Pengkanjian benang lusi Penyempurnaan kanji pada kain
III Penyempurnaan Resin Penyempurnaan anti kusut (anti crease) Penyempurnaan anti mengkeret (anti shrink) Penyempurnaan anti hama Penyempurnaan anti jamur Penyempurnaan anti api Penyempurnaan anti turbenisasi membuat kain keras (kerah kemeja) Penyempurnaan anti statik Penyempurnaan anti slip
IV Penyempurnaan Fisika / Mekanika Penyempurnaan anti mengkeret secara mekanika
Proses Persiapan
Pengelantangan
Penyempurnaan
Pembatikan
Pencapan
Pencelupan
Penyempurnaan anti mengkeret secara fisika kimia
Penyempurnaan penggarukkan kain flanel (selimut)
Penyempurnaan pencukuran kain halus yang mahal
Penyempurnaan dekatis pegangan seperti wol (ada ruah)
Penyempurnaan kalander penyetrikaan
Penyempurnaan melipat dan menggulung kain supaya memudahkan penghitungan pada pengiriman
Recommended