View
235
Download
1
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, DAN IMBAL HASIL SBIS
TERHADAP TOTAL NILAI EMISI SUKUK KORPORASI
(PERIODE 2012-2015)
Oleh
Rizky Malvin
NIM: 1112084000012
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
a. Nama Lengkap : Rizky Malvin
b. Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 11 Oktober 1994
c. Alamat : Jalan Raden Fatah RT 01/06
Sudimara Barat, Ciledug, Tangerang
15151
d. Telepon : 081318821447
e. Email : rizky.malvin@gmail.com
II. PENDIDIKAN FORMAL
a. 2000-2006 : SDN Sudimara 3 Ciledug
b. 2006-2009 : SMP PGRI 2 Ciledug
c. 2009-2012 : SMAN 13 Tangerang
d. 2012-Sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
a. 2009-2010 : Anggota OSIS SMA Negeri 13
Tangerang
b. 2012-2013 : Divisi Humas & Media Himpunan
Mahasiswa Jurusan IESP
c. 2013-2015 : Sekbid III (Humas Media & Internal
Eksternal) HMJ IESP
IV. SEMINAR DAN WORKSHOP
a. Seminar Ekonomi Syariah UNIVERSAL 2013 diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
b. Kuliah Umum “Sosialisasi Hemat Energi”, UIN Syarif Hidayatullah c. Seminar Nasional “Penyiapan SDM Berbasis Kompetensi Syariah Dalam
Pengembangan Perbankan Syariah Era MEA 2015” Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)
d. Seminar Social Trust Fund “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro Yang Berdaya Saing Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) 2015”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
e. Seminar Internasional Ekonomi Islam “Building Strategic Alliance In Islamic Economic, Finance, and Business policies”, Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia (IAEI)
f. Sekolah “Pasar Modal Syariah” Bursa Efek Indonesia
ii
V. LATAR BELAKANG KELUARGA
a. Ayah : Dedy Fredrik
b. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Februari 1965
c. Ibu : Yuyun Nuryanti
d. Tempat, Tanggal Lahir : Sumedang, 14 Oktober 1972
f. Alamat : Jalan Raden Fatah RT 01/06
Sudimara Barat, Ciledug, Tangerang
15151
e. Anak ke : 1 dari 3 bersaudara
iii
ABSTRACT
This study aims to determine the effect of inflation, money supply, and SBIS yields on the total value of corporate sukuk emissions. The method of analysis used in this study is multiple linear regression test. Data used in this study data from 2012-2015.
Study results obtained are: a) From t test, it is found that partially variable of inflation and money supply have significant influence to total sukuk emission value of corporation, while SBIS yield variable has no significant influence to total sukuk emission value of corporation; b) From F test, it is found that simultaneously variable of inflation, money supply, and SBIS yield have significant influence to total sukuk emission value of corporation; c) From t test, it is found that the most dominant variable of its effect on total sukuk emission value is the variable of money supply; d) Adjusted R2 test shows that the inflation, money supply, and SBIS yields have an effect of 93.6844% to the total value of corporate sukuk emission.
Keywords: corporate sukuk, sukuk emissions, inflation, money supply, yield SBIS.
iv
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel inflasi, jumlah uang beredar, dan imbal hasil SBIS terhadap total nilai emisi sukuk korporasi. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari tahun 2012-2015.
Hasil penelitian yang didapatkan adalah: a) Dari uji t didapatkan hasil bahwa secara parsial variabel inflasi dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total nilai emisi sukuk korporasi, sedangkan variabel imbal hasil SBIS tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total nilai emisi sukuk korporasi; b) Dari uji F didapatkan hasil bahwa secara simultan variabel inflasi, jumlah uang beredar, dan imbal hasil SBIS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total nilai emisi sukuk korporasi; c) Dari uji t didapatkan hasil bahwa variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap total nilai emisi sukuk korporasi adalah variabel jumlah uang beredar; d) Dari uji Adjusted R2 didapatkan hasil bahwa variabel inflasi, jumlah uang beredar, dan imbal hasil SBIS memiliki pengaruh sebesar 93.6844 % terhadap total nilai emisi sukuk korporasi.
Kata kunci: sukuk korporasi, emisi sukuk, inflasi, jumlah uang beredar, imbal hasil SBIS.
v
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan banyak
sekali nikmat yang tidak terhitung jumlahnya. Salah satunya Allah SWT telah
melimpahkan karunia-Nya dan kasih sayang-Nya kepada penulis sehingga sampai
saat ini penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan harapan dapat
memberikan manfaat yang luas bagi banyak pihak. Shalawat serta salam tidak lupa
untuk selalu diserukan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
menjadi suri tauladan terbaik di dunia ini, sehingga kita sebagai umatnya patut
bersyukur dan bershalawat kepadanya. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Dalam pembuatan skripsi ini tentu terdapat dukungan,
bimbingan, dan bantuan serta semangat dan doa dari semua orang disekeliling
penulis selama proses penyusunan skripsi ini. Oleh karenanya izinkanlah penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kedua Orang Tua, Mama dan Papa tercinta yang selalu mendoakan dan
tidak pernah berhenti memberi dukungan, semangat di dalam hidup serta
di perkuliahan, serta pengorbanan yang selalu mengiringi setiap langkah
penulis. Dan tidak lupa kepada adik-adik saya tercinta jasmine dan fikry
atas gangguannya karena selalu menggunakan laptop penulis untuk
bermain game.
2. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis yang telah memberikan ilmu yang sangat berharga selama
perkuliahan.
3. Bapak Dr. Suhenda Wiranata, ME selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktunya untuk penulis dan juga memberi kemudahan bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
vi
4. Ibu RR. Tini Anggraeni, ST, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu memberikan ilmunya dan juga memberikan motivasi
kepada penulis dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
5. Bapak Arief Fitrijanto M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan yang telah memberikan bimbingan serta motivasi kepada
para mahasiswa untuk segera menyelesaikan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan banyak sekali ilmu yang bermanfaat dan kepada penulis.
7. Teman-teman BATIK (Barisan Anak Tigabelas Ipa Koplak) yang telah
menyindir saya dan teman-teman yang belum wisuda.
8. Teman-teman KKN Smile 2015 yang telah berjuang bersama menghadapi
30 hari hidup dipelosok desa untuk belajar mengenai kehidupan bersama
masyarakat.
9. Angga, Derry, Adul, Irfan, Hayu dan semua teman-teman IESP 2012 yang
telah memberikan ilmu dan waktunya untuk membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini.
10. Untuk Waldi, Fahmi, Adul, Wiwi, Sandra, Hilda, Puty. Makasih atas
supportnya. Semoga persahabatan kita ga putus sampai disini.
11. Untuk Shofi terimakasih atas semua bantuan waktu, pikiran, dan tenaga
serta doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang turut serta dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua terutama penulis dan semoga Allah SWT
meridhoi usaha penulis untuk mencapai hasil yang diharapkan. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Jakarta, Oktober 2016
Rizky Malvin
vii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... i
ABSTRACT ....................................................................................................... iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ................................................................. 1 B. Pembatasan Masalah ......................................................................... 8 C. Rumusan Masalah ............................................................................. 9 D. Tujuan Penelitian............................................................................... 9 E. Manfaat Penelitian............................................................................. 10
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Landasan Teori ................................................................................ 12 1. Sukuk ........................................................................................... 12 2. Inflasi ........................................................................................... 19 3. Jumlah Uang Beredar .................................................................... 27 4. Sertifikat Bank Indonesia Syariah ................................................. 33
B. Penelitian Terdahulu ........................................................................ 34 C. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 42 D. Hipotesis ........................................................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 44 B. Metode Pengumpulan Data ............................................................... 44 C. Metode Analisis Data ........................................................................ 46 D. Operasional Variabel Penelitian........................................................ 52
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian...................................... 55 1. Perkembangan Sukuk Korporasi ................................................. 55 2. Perkembangan Inflasi .................................................................. 57 3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar ........................................ 58 4. Perkembangan Imbal Hasil SBIS ................................................ 59
B. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 60 1. Uji Normalitas ............................................................................. 60 2. Uji Multikolinearitas ................................................................... 62 3. Uji Heterokedastisitas ................................................................ 63 4. Uji Autokorelasi .......................................................................... 64 5. Uji Regresi Linier Berganda ....................................................... 65 6. Uji t ……….. .............................................................................. 67 7. Uji F …………………………………………………………… 69 8. Uji Adjusted R2 ………………………………………………… 70
C. Analisis Ekonomi .............................................................................. 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 74 B. Saran ................................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 76
LAMPIRAN ................................................................................................... 80
ix
DAFTAR TABEL
No Keterangan Halaman
1.1 Perkembangan Total Nilai Emisi Sukuk Korporasi 4
4.1 Perkembangan Emisi Sukuk Korporasi 55
4.2 Perkembangan Inflasi 57
4.3 Perkembangan Jumlah Uang Beredar 58
4.4 Perkembangan Imbal Hasil SBIS 59
4.5 Uji Multikolinearitas 62
4.6 Uji Heterokedastisitas 63
4.7 Uji Autokorelasi 64
4.8 Uji Regresi Linier Berganda 65
4.9 Uji t 67
4.10 Uji F 69
4.11 Uji Adjusted R2 70
x
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
4.1 Uji Normalitas 61
xi
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan Halaman
1 Data Penelitian 76
2 Transformasi data rupiah ke dalam Logaritma Natural 77
3 Uji Normalitas 78
4 Uji Multikolinearitas 79
5 Uji Heterokedastisitas 79
6 Uji Autokorelasi, Regresi Linier Berganda, t, F, dan Adj R2 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Fenomena bangkitnya minat yang besar terhadap industri keuangan
syariah pada tahun-tahun belakangan ini, salah satunya ditunjukkan
dengan muncul dan tumbuhnya sukuk (obligasi syariah). Sukuk menjadi
salah satu alternatif bagi perusahaaan (emiten) untuk memperoleh dana
investasi dari masyarakat. Dimana perusahaan (emiten) dapat menerbitkan
sukuk dengan nilai dan dalam jangka waktu tertentu.
Di Indonesia sukuk berkembang begitu pesat. Dimulai oleh PT
Indosat Tbk. yang menerbitkan sukuk pertama kali pada tahun 2002
dengan akad Ijarah dan dari penerbitan tersebut, PT Indosat Tbk
memperoleh dana Rp. 175 Milyar. Setelah itu, penerbitan sukuk juga
diikuti oleh perusahaan lain seperti PT Adhi Karya, PLN, dan perusahaan
lainnya. Sehingga sampai dengan tahun 2007 perusahaan yang
menerbitkan sukuk mencapai 21 perusahaan. Pada 31 Maret 2013
penerbitan sukuk mencapai 64 kali penerbitan sukuk korporasi dan 35
sukuk masih beredar (Novitasari, 2013).
Perkembangan sukuk yang pesat ini dikarenakan investor yang
tertarik berinvestasi pada sukuk tidak hanya investor muslim, tetapi
investor non muslimpun juga tertarik untuk berinvestasi pada alternatif
investasi ini. Selain itu, seperti dalam artikel yang ditulis Siswantoro
2
(2012), sukuk adalah salah satu instrumen keuangan yang tetap stabil
ketika terjadi krisis pada tahun 2008. Karenanya banyak investor yang
tertarik untuk menginvestasikan dananya pada salah satu produk pasar
modal syariah ini (sukuk).
Sukuk (obligasi syariah) berbeda dengan obligasi konvensional.
Sejak adanya konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka
instrumen-instrumen yang memiliki komponen bunga (interest-bearing
instrument) ini keluar dari daftar investasi halal. Oleh karena itu,
dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah.
Pada prinsipnya, sukuk atau obligasi syariah adalah surat berharga
sebagai instrumen investasi yang diterbitkan berdasarkan atas suatu
transaksi atau akad syariah yang melandasinya (underlying transaction),
yang dapat berupa ijarah (sewa), mudharabah (bagi hasil), musyarakah,
atau yang lain. Sukuk yang sekarang sudah banyak diterbitkan adalah
berdasar akad sewa (sukuk al-ijarah), dimana hasil investasi berasal dan
dikaitkan dengan arus pembayaran sewa aset tersebut. Meskipun
demikian, sukuk dapat pula diterbitkan berdasar akad syariah lain.
Penerbitan instrumen investasi ini dapat dipandang sebagai inovasi baru
dalam keuangan syariah. Sukuk bukan instrumen utang piutang dengan
bunga (riba), seperti obligasi yang dikenal dalam keuangan konvensional,
tetapi sebagai instrumen investasi. Sukuk diterbitkan dengan suatu
underlying asset dengan prinsip syariah yang jelas.
3
Sejauh ini, sukuk atau obligasi syariah diatur dalam Fatwa DSN-
MUI antara lain Fatwa DSN-MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002 Tentang
Obligasi Syariah, Fatwa DSN-MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002 Tentang
Obligasi Syariah Mudharabah, Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-
MUI/X/2003 Tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan
Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal, Fatwa DSN-MUI No.41/DSN-
MUI/III/2004 Tentang Obligasi Syariah Ijarah dan Fatwa DSN-MUI
No.59/DSN-MUI/V/2007 Tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi
(Andri Soemitra,2009).
Adapun dalil yang melandasi Fatwa DSN mengenai sukuk
(obligasi syariah) berdasarkan Al Qur’an dan Hadits Rasulullah SAW,
antara lain yaitu:
1. (Q.S Al-Baqarah (2):275)
“Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum dating larangan): dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil
4
riba), maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka;
mereka kekal didalamnya”.
2. Hadist Riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-
Muzani
“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram”.
Tabel 1.1
Perkembangan Total Nilai Emisi Sukuk Korporasi (2002-2015)
Tahun Total Nilai Emisi
Sukuk (milyar rupiah)
Jumlah Emisi
Sukuk
2002 175 1
2003 740 6
2004 1.424,00 13
2005 2.009,00 16
2006 2.282,00 17
2007 3.174,00 21
2008 5.498,00 29
2009 7.015,00 43
2010 7.815,00 47
5
2011 7.915,40 48
2012 9.790,40 54
2013 11.994,40 64
2014 12.956,40 71
November 2015 15.983,40 84
Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (diolah)
Berdasarkan data pada tabel 1.1 di atas dapat dilihat bahwa dari
awal diterbitkannya, sukuk korporasi mengalami perkembangan yang
cukup signifikan. Diawali pada tahun 2002 dengan nilai emisi sebesar 175
milyar rupiah, total nilai emisi sukuk terus mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun ke tahun. Tahun 2003 nilainya menjadi 740 milyar
rupiah, di tahun berikutnya total nilainya sudah mencapai 1,424 trilyun
rupiah. Tahun 2005, 2006, dan 2007 pun mengalami peningkatan yaitu
menjadi sebesar 2,009 trilyun, 2,282 trilyun, dan 3,174 trilyun rupiah.
Pada tahun 2008 dan 2009 dimana saat itu terjadi krisis ekonomi global,
nilai emisi sukuk korporasi tetap mengalami peningkatan yaitu menjadi
sebesar 5,498 dan 7,015 trilyun rupiah. Begitu pula pada tahun-tahun
berikutnya total nilai emisi sukuk korporasi terus mengalami peningkatan
hingga akhir November 2015 dimana total nilai emisi adalah sebesar
15,9834 trilyun rupiah dengan jumlah emisi sebanyak 84 emisi.
Sukuk sebagai produk pasar modal syariah dalam perkembanganya
tidak terlepas dari pengaruh variabel-variabel lain baik itu variabel internal
maupun variabel eksternal. Variabel internal yang mempengaruhi emisi
6
sukuk korporasi salah satunya adalah minat emiten pada sukuk yang masih
rendah serta masih cenderungnya investor dengan saham yang bisa dijual
sewaktu-waktu ketika investor membutuhkan dananya kembali serta masih
tingginya unsur spekulatif. Selain pengaruh dari variabel internal dari
sukuk itu sendiri, emisi sukuk korporasi juga tidak dapat terlepas dari
pengaruh variabel eskternal yaitu variabel makro dalam perekonomian,
seperti inflasi, jumlah uang beredar, dan imbal hasil SBIS.
Dalam penelitian Melyana Gita Astika (2014) mengenai analisis
pengaruh tingkat suku bunga SBI dan inflasi terhadap nilai emisi obligasi,
dan penelitian Nuhbatul Basyariah (2014) mengenai analisis interaksi
antara nilai emisi sukuk dengan nilai emisi obligasi, nilai emisi saham, BI
rate, IHSG, dan inflasi di Indonesia ditemukan hasil bahwa terdapat
pengaruh positif yang signifikan antara variabel inflasi dengan variabel
nilai emisi obligasi. Sedangkan dalam penelitian lainnya yang dilakukan
oleh Nurfauziah dan Setyarini (2005) ditemukan hasil bahwa perubahan
laju inflasi yang sangat fluktuatif berdampak pada investasi surat-surat
berharga karena dengan inflasi yang meningkat berarti berinvestasi pada
surat berharga seperti saham dan obligasi akan semakin beresiko karena
terjadi kenaikan harga secara keseluruhan.
Dalam penelitian Mustika Rini (2012) ditemukan hasil bahwa
variabel jumlah uang beredar berpengaruh positif secara signifikan
terhadap penerbitan sukuk. Hal ini sesuai dengan teori dimana dengan
meningkatnya jumlah uang beredar maka berdampak pada kegiatan
7
investasi yang semakin meluas. Begitupun dengan sukuk korporasi,
terjadinya guncangan jumlah uang beredar dimana uang beredar
meningkat maka akan berdampak positif pada pertumbuhan sukuk
korporasi. Hal ini dapat dijelaskan jika jumlah uang beredar meningkat,
keinginan masyarakat untuk menukarkan uangnya dengan barang dan jasa
yang dapat memberikan nilai yang lebih menjadi tinggi. Dengan naiknya
permintaan pada barang dan jasa mendorong perusahaan-perusahaan untuk
meningkatkan produksi dan investasi. Sukuk yang merupakan salah satu
instrument investasi dapat diterbitkan sebagai sumber pendanaan yang
menarik bagi perusahaan.
Selanjutnya pada penelitian Melyana Gita Astika (2014) ditemukan
hasil bahwa terdapat pengaruh negatif dan signifikan antara tingkat suku
bunga SBI terhadap nilai emisi obligasi. Hal ini terjadi karena ketika
terjadi penurunan bonus SBI maka para emiten korporasi maupun
pemerintah akan memanfaatkan hal ini untuk menerbitkan obligasi. Hal ini
dikarenakan dengan turunnya bonus SBI maka dana yang dikeluarkan
untuk membayar return obligasi akan lebih rendah sehingga obligasi yang
diterbitkan menjadi bertambah. Sedangkan dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Mustika Rini (2012) ditemukan hasil bahwa variabel bonus
atau imbal hasil SBIS dalam jangka pendek tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penerbitan sukuk. Pengaruh variabel bonus atau imbal
hasil SBIS baru akan direspon oleh penerbitan sukuk dalam jangka
panjang.
8
Berdasarkan latar belakang dari penelitian – penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang “Pengaruh Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Imbal
Hasil SBIS terhadap Total Nilai Emisi Sukuk Korporasi (Periode
2012-2015).”
B. Pembatasan Masalah
Untuk mendapatkan arah pembahasan yang lebih baik sehingga
tujuan penulisan ilmiah bisa dicapai, maka penulis akan membatasi ruang
lingkup permasalahan yang ada yaitu sebagai berikut :
1. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Inflasi,
Jumlah Uang Beredar, dan Imbal Hasil SBIS.
2. Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Total Nilai
Emisi Sukuk Korporasi Indonesia.
3. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dari tahun 2012-
2015.
4. Data yang diperoleh bersumber dari data sekunder yang diambil dari
website resmi OJK (www.ojk.go.id), BI (www.bi.go.id), dan
Kementerian Perdagangan (www.kemendag.go.id).
9
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, ditemukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh variabel inflasi, jumlah uang beredar, dan
imbal hasil SBIS terhadap total nilai emisi sukuk korporasi secara
parsial?
2. Bagaimanakah pengaruh variabel inflasi, jumlah uang beredar, dan
imbal hasil SBIS terhadap total nilai emisi sukuk korporasi secara
simultan?
3. Faktor apakah yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap total
emisi sukuk korporasi?
4. Berapa besar pengaruh variabel inflasi, jumlah uang beredar, dan
imbal hasil SBIS terhadap total nilai emisi sukuk korporasi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian yang
ingin diperoleh peneliti adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi, jumlah uang beredar,
dan imbal hasil SBIS terhadap total nilai emisi sukuk korporasi secara
parsial.
2. Untuk menganalisis pengaruh variabel inflasi, jumlah uang beredar,
dan imbal hasil SBIS terhadap total nilai emisi sukuk korporasi secara
simultan.
10
3. Untuk mengetahui faktor yang memiliki pengaruh paling dominan
terhadap total nilai emisi sukuk.
4. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh variabel inflasi, jumlah
uang beredar, dan imbal hasil SBIS terhadap total nilai emisi sukuk
korporasi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi
semua pihak yang berminat untuk melanjutkan penelitian ini dan juga
untuk menambah wawasan khususnya mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi sukuk korporasi.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya emisi sukuk
korporasi, dan juga sebagai syarat kelulusan pendidikan strata 1 peneliti di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bagi Pengusaha
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu bahan acuan dalam
membaca pada kondisi apa dan bagaimana saja pengusaha bisa
menerbitkan sukuk korporasi. Dan dapat dilakukan evaluasi secara
berkelanjutan.
11
4. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan acuan atau referensi
bacaan bermanfaat bagi masyarakat. Dengan adanya penelitian ini
diharapkan masyarakat lebih mengenal sukuk, dan akan menginvestasikan
dananya pada sukuk.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Obligasi Syariah (Sukuk)
a. Definisi sukuk
Merujuk kepada Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 32/DSN-
MUI/IX/2002, Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka
panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi
hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo. Menurut Iqbal dan Mirakhor (2007:177) sukuk adalah representasi
kepemilikan yang proporsional dari aset untuk jangka waktu tertentu
dengan risiko serta imbalan yang dikaitkan dengan cash flow melalui
underlying aset yang berada di tangan investor.
Sedangkan definisi sukuk menurut Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan No. KEP-130/BL/2006
Tanggal 23 Nopember 2006 tentang penerbitan efek syariah, sukuk adalah
efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama
dan memiliki bagian penyertaan yang tidak terpisahkan atau tidak terbagi
atas: (1) kepemilikan aset berwujud tertentu, (2) nilai manfaat dan jasa atas
proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu, atau (3) kepemilikan atas
aset proyek tertentu atau aktivitas investasi tertentu.
13
b. Landasan Syariah tentang Sukuk
Berdasarkan hasil keputusan Dewan Syariah Nasional dan Majelis
Ulama Indonesia terdapat beberapa landasan syariah tentang obligasi
syariah beserta penjelasannya yang terdapat dalam Fatwa Dewan Syariah
Nasional No. 32/DSN- MUI/IX/2002 tentang obligasi syariah antara lain:
1. Al Qur’an (Firman Allah Ta’ala)
Artinya:
“Orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang
demikian itu adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba. Orang yang telah
sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti
(dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah
diambilnya dahulu (sebelum dating larangan): dan urusannya
(terserah) kepada Allah. Orang yang mengulangi (mengambil
riba), maka orang itu adalah penghuni- penghuni neraka;
mereka kekal didalamnya”. (Q.S Al-Baqarah (2) : 275)
14
2. Hadits Rasulullah SAW
a) “Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka
kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram”. (Hadist Nabi Riwayat Imam al-Tirmidzi dari ‘Amr
bin ‘Auf al-Muzani)
b) “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula
membahayakan orang lain”. (Hadist Nabi Riwayat Imam Ibnu
Majah, al-Daruquthni, dan yang lain, dari Abu Sa’id al-Khudri.)
c) Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman: “Ada tiga kelompok yang
Aku menjadi musuh mereka pada hari kiamat nanti. Pertama, orang
yang bersumpah atas nama-Ku lalu ia mengkhianatinya. Kedua,
orang yang menjual orang merdeka (bukan budak), lalu ia
memakan (mengambil) keuntungannya. Ketiga, orang yang
mempekerjakan seseorang, lalu pekerja itu memenuhi
kewajibannya, sedangkan orang itu tidak membayarkan upahnya.
(Hadist Qudsi Riwayat Muslim dari Abu Hurairah).
c. Jenis-jenis Sukuk
Accounting and Auditing Organization of Islamic Financial
Institutions (AAOFI) atau Organisasi Akuntan dan Auditing Institusi
Keuangan Islam mengakui beberapa tipe sukuk yang berbeda berikut ini :
1) Sertifikat kepemilikan asset yang disewakan (ijarah sukuk);
15
2) Sertifikat kepemilikan hak guna: (i) asset yang ada, (ii) asset masa
depan yangtelah dideskripsikan, (iii) layanan pihak tertentu, dan
(iv) layanan di masa depanyang telah dideskripsikan.
3) Sertifikat salam;
4) Sertifikat istisna;
5) Sertifikat murabahah;
6) Sertifikat musharakah;
7) Sertifikat mudarabah;
8) Sertifikat muzaraah (bagi hasil panen);
9) Sertifikat musaqah (irigasi); dan
10) Sertifikat mugharasa (pertanian).
Dari beberapa jenis sukuk yang dijelaskan di atas, di Indonesia
baru hanya menggunakan dua tipe atau jenis sukuk saja. Yaitu sukuk
mudharabah dan sukuk ijarah yang sesuai dengan keputusan Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia dalam Fatwa No. 33/DSN-
MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah dan Fatwa No.
41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
d. Karakteristik Sukuk
Menurut Fatah (2011:291) terdapat beberapa karakteristik sukuk, yaitu:
1) Merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat
(beneficial title);
2) Pendapatan berupa imbalan (kupon), marjin, dan bagi hasil, sesuai
dengan jenis akad yang digunakan;
16
3) Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir;
4) Penerbitan melalui special purpose vehicle (SPV);
5) Memerlukan Underlying asset;
6) Penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.
Tujuan diterbitkannya sukuk adalah untuk memperluas basis
sumber pembiayaan anggaran negara atau perusahaan, mendorong
pengembangan pasar keuangan syariah, menciptakan brenchmark di pasar
keuangan syariah, diversifikasi basis investor, mengembangkan alternatif
instrumen investasi, mengoptimalkan pemanfaatan, dan memanfaatkan
dana-dana masyarakat yang berlum terjaring oleh sistemn obligasi dan
perbankan konvensional.
Sedangkan menurut Adam (2006:63), sukuk memiliki sifat-sifat
umum yang membuatnya memiliki kualitas yang sama dengan produk
keuangan konvensional lainnya, yaitu:
1) Dapat diperdagangkan (Tradable)
Sukuk mewakili pihak pemilik aktual dari aset yang jelas,
manfaat aset, atau kegiatan bisnis, dan dapat diperdagangkan
menurut harga pasar.
2) Dapat diperingkat (Rateable)
Sukuk dapat diperingkat oleh agen pemberi peringkat, baik
regional maupun internasional.
17
3) Dapat ditambah (Enhanceable)
Sebagai tambahan terhadap aset yang mewadahinya
(underlying asset) atau aktivitas bisnis, sukuk dapat dijamin
dengan jaminan lain berdasarkan prinsip syariah.
4) Fleksibilitas Hukum (Legal Flexibility)
Sukuk dapat distruktur dan ditawarkan secara nasional dan
global dengan perlakuan pajak yang berbeda.
5) Dapat ditebus (Reedamable)
Struktur pada sukuk memungkinkan untuk dapat ditebus.
e. Pihak-pihak yang Terlibat dalam Penerbitan Sukuk
Dalam Sunarsih (2008:38) terdapat beberapa pihak yang saling
terkait pasti akan terlibat dalam penerbitan sukuk, pihak-pihak tersebut
antara lain:
1) Obligor adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran
imbalan dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan
sukuk/obligasi syariah jatuh tempo. Dalam hal sovereign sukuk,
obligor-nya adalah pemerintah.
2) Investor adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan,
marjin, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
Investor yang dimaksud disini bisa islamic investor ataupun investor
konvensional.
3) Special Purpose Vehicle (SPV) adalah badan hukum yang didirikan
khusus untuk penerbitan sukuk. Special Purpose Vehicle (SPV)
18
berfungsi: (i) sebagai penerbit sukuk, (ii) menjadi counterpart
pemerintah atau corporate dalam transaksi pengalihan aset, (iii)
bertindak sebagai wali amanat(trustee) untuk mewakili kepentingan
investor.
4) Trustee mewakili kepentingan pembeli obligasi, trustee melakukan
semacam penilaian terhadap perusahaan yangakan menerbitkan
obligasi, untuk meminimalkan resiko yang akan ditanggung obligor.
5) Appraiser adalah perusahaan yang melakukan penelaian terhadap
aktiva tetap perusahaan yang akan melakukan emisi, untuk
memperoleh nilai yang dipandang wajar.
6) Custody menyelenggarakan kegiatan penitipan, bertanggung jawab
untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi
kewajiban lain sesuai dengan kontrak antara kustodian dan pemegang
rekening. Kustodian bisa berupa Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaiaan, Perusahaan Efek, dan Bank Umum yang telah
memperoleh persetujuaan Bapepam.
7) Shariah Advisor. Penerbitan sukuk (obligasi syariah) harus terlebih
dahulu mendapatkan pernyataan kesesuaian prinsip syariah (syariah
complianceendorsement) untuk meyakinkan investor bahwa sukuk
(obligasi syariah) telah distruktur sesuai syariah.
8) Arranger atau manajer investasi. Manajer investasi merupakan pihak
yang mengelola dana yang dititipkan investor untuk diinvestasikan di
pasar modal.
19
2. Inflasi
Salah satu peristiwa modern yang sangat penting dan yang selalu
dijumpai dihampir semua negara di dunia adalah inflasi. Definisi singkat
dari inflasi adalah kecenderungan harga – harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus. Ini tidak berarti bahwa harga – harga berbagai
macam barang itu naik dengan presentase yang sama. Mungkin kenaikan
tersebut dapat terjadi tidak bersamaan, yang penting terdapat kenaikan
harga umum barang secara terus menerus selama satu periode tertentu.
Kenaikan yang terjadi sekali saja meskipun dalam presentase yang besar,
bukanlah merupakan inflasi (Mankiw, 2006: 145).
Sedangkan menurut Pohan (2008:59) inflasi didefinisikan sebagai
kenaikan harga yang terjadi secara terus menerus dan kenaikan harga
terjadi pada seluruh kelompok barang dan jasa.
a. Jenis – Jenis Inflasi
Berdasarkan sumber atau penyebab kenaikan harga – harga yang
berlaku, inflasi dibedakan dalam dua spesifikasi yaitu dilihat dari sebab
awal inflasi dan ditinjau dari asal inflasi, yang dijabarkan sebagai berikut
(Sukirno, 1994: 333-336):
1) Inflasi dilihat dari sebab awalnya :
a) Demand-Pull Inflation
Demand-pull Inflation disebabkan oleh permintaan
masyarakat akan barang – barang (agregate demand)
20
bertambah. Inflasi ini biasanya terjadi pada masa
perekonomian yang berkembang dengan pesat. Kesempatan
kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang
tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan
jasa. Pengeluaran yang berlebihan ini akan menimbulkan
inflasi. Selain pada masa perekonomian berkembang pesat,
Demand–pull Inflation juga dapat berlaku pada masa
perang atau ketidakstabilan politik yang terus menerus.
Dalam masa seperti ini pemerintah berbelanja jauh
melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai
kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa
mencetak uang atau meminjam dari bank sentral.
Pengeluaran pemerintah yang berlebihan tersebut
menyebabkan permintaan agregat akan melebihi
kemampuan ekonomi tersebut menyediakan barang dan
jasa. Maka keadaan ini akan mewujudkan inflasi.
b) Cost Push Inflation
Inflasi jenis Cost – Push inflation terjadi karena
kenaikan biaya produksi, yang disebabkan oleh
terdepresiasinya nilai tukar, dampak inflasi luar negeri
terutama negara- negara partner dagang, peningkatan harga
– harga komoditi yang diatur pemerintah ( administered
21
price) , dan terjadi negative supply shocks akibat bencana
alam dan tergangggunya distribusi. Inflasi ini terutama
berlaku dalam masa perekonomian berkembang pesat
ketika tingkat pengangguran sangat rendah. Apabila
perusahaan – perusahaan masih menghadapi permintaan
yang bertambah, mereka akan berusaha menaikkan
produksi dengan cara memberikan gaji atau upah yang
lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru
dengan tawaran pembayaran yang lebih tinggi ini. Langkah
ini mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang
akhirnya akan menyebabkan kenaikan harga – harga
berbagai barang.
2) Inflasi ditinjau dari asal inflasi :
a) Inflasi dari dalam negeri (domestic inflation)
Dimana inflasi ini terjadi akibat terjadinya defisit
anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang
baru serta gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal.
b) Inflasi dari luar negeri (imported inflaction)
Inflasi ini timbul karena kenaikan harga – harga di
luar negeri atau di negara – negara mitra dagang kita.
Inflasi juga dapat bersumber dari barang – barang yang
diimpor. Inflasi ini akan terwujud apabila barang – barang
22
impor yang mengalami kenaikan harga mempunyai peranan
yang penting dalam kegiatan pengeluaran perusahaan –
perusahaan. Kenaikan harga barang impor akan menaikkan
biaya produksi, dan kenaikan biaya produksi
mengakibatkan kenaikan harga –harga.
Sedangkan Silvanita (2009:78) dalam bukunya yang berjudul
“Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya” mendefinisikan jenis-jenis inflasi
berdasarkan tingkat keparahannya yaitu sebagai berikut:
a) Inflasi ringan, inflasi yang masih belum begitu mengganggu
keadaan ekonomi, dan belum menimbulkan krisis di bidang
ekonomi. Inflasi ringan berada kurang dari 10% per tahun.
b) Inflasi sedang, inflasi yang belum membahayakan kegiatan
ekonomi, tetapi inflasi ini sudah menurunkan tingkat
kesejahteraan orang-orang yang berpenghasilan tetap. Inflasi
ini berada antara 10%-30% per tahun.
c) Inflasi berat, inflasi ini sudah mengacaukan kegiatan
perekonomian. Pada inflasi ini orang-orang cenderung untuk
menyimpan barang dan umumnya orang-orang enggan
menabung karena bunga tabungan lebih rendah dari laju inflasi.
Inflasi ini berada antara 30%-100% per tahun.
d) Hyperinflation, inflasi ini sudah mengacaukan kondisi
perekonomian dan susah untuk dikendalikan walaupun dengan
23
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi ini berada pada
kisaran lebih dari 100% per tahun.
b. Metode Perhitungan Tingkat Inflasi
Tingkat inflasi digunakan untuk menggambarkan perubahan –
perubahan harga – harga yang berlaku dari satu periode ke periode
lainnya. Untuk menentukannya perlu diperhatikan data indeks harga
konsumen dari satu periode tertentu dan seterusnya dibandingkan dengan
indeks harga pada periode sebelumnya. Rumus yang dipakai untuk
menentukan laju inflasi adalah sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto,
2003: 152):
Dimana :
: Laju inflasi
IHKt : Indeks harga konsumen periode ke t
IHKt-1 : Indeks harga konsumen periode ke t-1 (periode
lalu)
c. Teori – teori Inflasi
1) Teori Kuantitas
Teori kuantitas merupakan teori yang paling tua mengenai inflasi,
namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di
jaman yang modern ini, terutama di negara – negara yang sedang
24
berkembang. Teori kuantitas ini menyoroti peranan dalam inflasi dari
(Boediono, 1998: 167-169):
a) Jumlah uang yang beredar
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume
uang yang beredar, tanpa ada kenaikan jumlah uang yang beredar.
Kejadian seperti ini misalnya, kegagalan panen, hanya akan
menaikkan harga – harga untuk sementara waktu saja. Bila jumlah
uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya,
apapun sebab-musababnya awal dari kenaikan harga – harga
tersebut.
b) Psikologi (expectations) masyarakat mengenai harga – harga
Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang
yang beredar dan oleh psikologi (harapan) masyarakat mengenai
harga-harga di masa mendatang. Ada 3 kemungkinan keadaan,
keadaan yang pertama adalah bila masyarakat tidak (atau belum)
mengharapkan harga – harga untuk naik pada bulan – bulan
mendatang. Kedua adalah dimana masyarakat (atas dasar
pengalaman di bulan – bulan sebelumnya) mulai sadar bahwa ada
inflasi. Dan yang ketiga terjadi pada tahap inflasi yang lebih parah
yaitu tahap hiperinflasi, pada tahap ini orang – orang sudah
kehilangan kepercayaan terhadap nilai mata uang. Hiperinflasi ini
pernah terjadi di Indonesia selama periode 1961 – 1966.
25
2) Teori Keynes
Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori makronya, dan
menyoroti aspek lain dari inflasi (Boediono, 1998: 170-171). Menurut
teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup diluar batas
kemampuan ekonominya. Proses inflasi, menurut pandangan ini, tidak lain
adalah proses perebutan bagian rejeki diantara kelompok – kelompok
sosial yang menginginkan bagian yang lebih besar daripada yang bisa
disediakan oleh masyarakat tersebut. Proses perebutan ini akhirnya
diterjemahkan menjadi keadaan dimana permintaan masyarakat akan
barang – barang selalu melebihi jumlah barang – barang yang tersedia
(timbulnya apa yang disebut inflationary gap). Inflationary gap timbul
karena adanya golongan – golongan masyarakat tersebut berhasil
menerjemahkan aspirasi mereka menjadi permintaan yang efektif akan
barang – barang. Dengan kata lain, mereka berhasil memperoleh dana
untuk mengubah aspirasinya menjadi rencana pembelian barang – barang
yang didukung dengan dana. Golongan masyarakat seperti ini mungkin
adalah pemerintah sendiri, yang berusaha memperoleh bagian yang lebih
besar dari output masyarakat dengan jalan menjalankan defisit dalam
anggaran belanjanya yang dibiayai dengan mencetak uang baru. Golongan
tersebut mugkin juga pengusaha – pengusaha swasta yang menginginkan
untuk investasi – investasi baru dan memperoleh dana pembiayaannya dari
kredit dari bank. Golongan tersebut biasa pula serikat buruh yang berusaha
26
memperoleh kenaikan gaji bagi anggota – anggotanya melebihi kenaikan
produktifitas buruh.
3) Teori Strukturalis
Teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara
- negara Amerika latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran
(rigdities) dari struktur perekonomian negara – negara sedang
berkembang. Menurut Boediono (1998: 159) , karena inflasi dikaitkan
dengan faktor – faktor struktural dari perekonomian (yang menurut
definisi, faktor – faktor ini hanya bisa berubah secara gradual dan dalam
jangka panjang) maka teori ini bisa disebut teori inflasi jangka panjang.
Mengenai teori strukturalis ini ada 3 hal yang perlu ditekankan :
a) Teori ini menerangkan proses inflasi jangka panjang
negara – negara yang sedang berkembang.
b) Ada asumsi bahwa jumlah uang beredar bertambah dan
secara pasif mengikuti dan menampung kenaikan harga
– harga tersebut. Dengan kata lain, proses inflasi
tersebut bisa berlangsung terus hanya apabila jumlah
uang beredar juga bertambah terus. Tanpa kenaikan
jumlah uang proses tersebut akan berhenti dengan
sendirinya.
Faktor – faktor struktural yang dikatakan sebagai sebab musabab
yang paling dasar dari proses inflasi tersebut bukan 100 % struktural.
27
Sering dijumpai bahwa keterangan – keterangan tersebut disebabkan oleh
kebijakan harga atau moneter pemerintah sendiri.
3. Jumlah Uang Beredar
a. Definisi Uang Beredar
Uang adalah persediaan aset yang dapat dengan segera digunakan
untuk melakukan transaksi (Mankiw, 2006:76). Uang beredar (M2)
meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral, uang kuasi. Uang kuasi
terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening/tabungan valas
milik swasta domestik (Sukirno, 2015:125).
Boediono (1998:182-184) membedakan jumlah uang beredar atau
money supply menjadi tiga pengertian yaitu dalam arti sempit, dalam arti
luas, dan dalam arti yang lebih luas.
1) Uang Beredar Dalam Arti Sempit (M1)
Uang beredar dalam arti sempit (M1) didefinisikan sebagai uang
kartal ditambah dengan uang giral (currency plus demand deposits).
M1 = C + DD
Dimana:
M1 = Jumlah uang beredar dalam arti sempit
C = Currency (uang cartal)
DD = Demand Deposits (uang giral)
Uang giral (DD) di sini hanya mencakup saldo rekening koran/
giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank. Sedangkan saldo
rekening koran milik bank pada bank lain atau bank sentral (Bank
28
Indonesia) ataupun saldo rekening koran milik pemerintah pada bank atau
bank sentral tidak dimasukan dalam definisi DD. Satu hal lagi yang
penting untuk dicatat mengenai DD ini adalah bahwa yang dimaksud
disini adalah saldo atau uang milik masyarakat yang masih ada di bank
dan belum digunakan pemiliknya untuk membayar/ berbelanja.
Pengertian jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) bahwa
uang beredar adalah daya beli yang langsung bisa digunakan untuk
pembayaran, bisa diperluas dan mencakup alat-alat pembayaran yang
“mendekati” uang, misalnya deposito berjangka (time deposits) dan
simpanan tabungan (saving deposits) pada bank-bank. Uang yang
disimpan dalam bentuk deposito berjangka dan tabungan ini sebenarnya
adalah juga adalah daya beli potensial bagi pemiliknya, meskipun tidak
semudah uang tunai atau cek untuk menggunakannya.
2) Uang Beredar Dalam Arti Luas (M2).
Berdasarkan sistem moneter Indonesia, uang beredar M2 sering
disebut juga dengan likuiditas perekonomian. M2 diartikan sebagai M1
plus deposito berjangka dan saldo tabungan milik masyarakat pada bank-
bank, karena perkembangan M2 ini juga bisa mempengaruhi
perkembangan harga, produksi dan keadaan ekonomi pada umumnya.
M2 = M1 + TD + SD
Dimana:
TD = time deposits (deposito berjangka)
SD = savings deposits (saldo tabungan)
29
Definisi M2 yang berlaku umum untuk semua negara tidak ada,
karena hal-hal khas masing-masing negara perlu dipertimbangkan. Di
Indonesia, M2 besarnya mencakup semua deposito berjangka dan saldo
tabungan dalam rupiah pada bank-bank dengan tidak tergantung besar
kecilnya simpanan tetapi tidak mencakup deposito berjangka dan saldo
tabungan dalam mata uang asing.
3) Uang Beredar Dalam Arti Lebih Luas (M3).
Definisi uang beredar dalam arti lebih luas adalah M3, yang
mencakup semua deposito berjangka (TD) dan saldo tabungan (SD), besar
kecil, rupiah atau mata uang asing milik penduduk pada bank oleh
lembaga keuangan non bank. Seluruh TD dan SD ini disebut uang kuasi
atau quasi money.
M3 = M2 + QM
Dimana :
QM = quasi money
Di negara yang menganut sistem devisa bebas (artinya setiap orang
boleh memiliki dan memperjualbelikan devisa secara bebas), seperti
Indonesia, memang sedikit sekali perbedaan antara TD dan SD dalam
rupiah dan TD dan SD dalam dollar. Setiap kali membutuhkan rupiah
dollar bisa langsung menjualnya ke bank, atau sebaliknya. Dalam hal ini
perbedaan antara M2 dan M3 menjadi tidak jelas. TD dan SD dollar milik
bukan penduduk tidak termasuk dalam definisi uang kuasi.
30
b. Teori-Teori Uang Beredar
1) Teori Kuantitas mengenai Uang (Quantity Teory of Money)
Teori ini sebenarnya adalah teori mengenai permintaan sekaligus
penawaran akan uang, beserta interaksi antara keduanya. Fokus dari teori
tersebut adalah hubungan antara penawaran uang (jumlah uang beredar)
dengan nilai uang (tingkat harga). Hubungan antara kedua variabel
tersebut dijabarkan lewat konsepsi (teori) mereka mengenai permintaan
akan uang. Perubahan jumlah uang beredar atau penawaran uang
berinteraksi dengan permintaan akan uang dan selanjutnya menentukan
nilai uang (A. Winarto 2009:32).
2) Teori Cambridge (Marshall-Pigou)
Teori Cambridge, berpokok pada fungsi uang sebagai alat tukar
umum (mean of exchange). Karena itu, teori-teori Klasik melihat
kebutuhan uang (permintaan akan uang) dari masyarakat sebagai
kebutuhan akan alat likuid untuk tujuan transaksi.
Teori Cambridge mengatakan bahwa kegunaan dari pemegangan
kekayaan dalam bentuk uang adalah karena uang (berbeda dengan bentuk
kekayaan lain) mempunyai sifat likuid sehingga dengan mudah bisa
ditukarkan dengan barang lain. Uang dipegang atau diminta oleh
seseorang karena sangat mempermudah transaksi atau kegiatan-kegiatan
ekonomi lain dari orang tersebut (sering disebut sebagai faktor
“convenience’).
31
Teori Cambridge lebih menekankan faktor-faktor perilaku
(pertimbangan untung rugi) yang menghubungkan antara permintaan akan
uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannnya. Teoritisi
Cambridge mengatakan bahwa permintaan selain dipengaruhi oleh volume
transaksi dan faktor-faktor kelembagaan, juga dipengaruhi oleh tingkat
bunga, besar kekayaan warga masyarakat, dan ramalan/harapan
(expectations) dari para warga masyarakat mengenai masa mendatang.
Faktor-faktor lain ini mempengaruhi permintaan akan uang seseorang, dan
demikian juga mempengaruhi permintaan akan uang dari masyarakat
secara keseluruhan (A. Winarto, 2009:33-34).
3) Teori Keynes
Teori uang Keynes (A. Winarto, 2009:35-37) adalah teori yang
bersumber pada teori Cambridge, tetapi Keynes memang mengemukakan
sesuatu yang betul-betul berbeda dengan teori moneter tradisi Klasik. Pada
hakekatnya perbedaan ini terletak pada penekanan oleh Keynes pada
fungsi uang yang lain, yaitu sebagai store of value dan bukan hanya
sebagai means of exchange. Teori ini kemudian terkenal dengan nama
teori Liquidity Preference.
Menurut Keynes, ada tiga tujuan masyarakat memegang uang,
yaitu:
a) Tujuan transaksi
Keynes tetap menerima pendapat golongan Cambridge,
bahwa orang memegang uang guna memenuhi dan melancarkan
32
transaksi-transaksi yang dilakukan, dan permintaan akan uang dari
masyarakat untuk tujuan ini dipengaruhi oleh tingkat pendapatan
nasional dan tingkat bunga. Semakin besar tingkat pendapatan
nasional smakin besar volume transaksi dan semakin besar pula
kebutuhan uang untuk memnuhi tujuan transaksi. Demikian pula
Keynes berpendapat bahwa permintaan akan uang untuk tujuan
transaksi inipun tidak merupakan sutu proporsi yang konstan,
tetapi dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya tingkat bunga.
b) Tujuan berjaga-jaga
Keynes juga membedakan permintaan akan uang untuk
tujuan melakukan pembayaran-pembayaran yang tidak reguler atau
yang diluar rencana transaksi normal, misalnya untuk pembayaran
keadaan-keadaan darurat seperti kecelakaan, sakit, dan pembayaran
yang tak terduga lain. Permintaan uang seperti ini disebut dengan
permintaan uang untuk tujuan berjaga-jaga (precautionary motive).
Menurut Keynes permintaan akan uang untuk tujuan berjaga-jaga
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor yang sama dengan faktor yang
mempengaruhi permintaan akan uang untuk transaksi, yaitu
terutama dipengaruhi oleh tingkat penghasilan dan tingkat bunga.
c) Tujuan spekulasi
Motif dari pemegangan uang untuk tujuan spekulasi adalah
terutama bertujuan untuk memperoleh “keuntungan” yang bisa
33
diperoleh dari seandainya si pemegang uang tersebut meramal apa
yang akan terjadi dengan betul.
4. SBIS
Definisi SBIS dalam (Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/11/PBI tahun
2008) adalah instrumen BI yang sesuai dengan syariat Islam yang digunakan
dalam operasi pasar terbuka syariah. Selain itu, SBIS juga dapat digunakan oleh
bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan
dana jangka pendek. SBIS yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menggunakan
akad ju’alah dan memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Satuan unit sebesar Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah)
b. Berjangka waktu paling kurang 1 (satu) bulan dan paling lama 12 (dua
belas) bulan.
c. Diterbitkan tanpa warkat (scripless).
d. Dapat diagunkan kepada Bank Indonesia
e. Tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder
Perhitungan besaran tingkat imbalan yang diberikan pada Sertifikat Bank
Indonesia Syariah mengacu pada tingkat diskonto hasil lelang Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) berjangka waktu sama yang diterbitkan bersamaan dengan
penerbitan SBIS, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Dalam hal lelang SBI menggunakan metode fixed rate tender, maka
imbalan SBIS ditetapkan sama dengan tingkat diskonto hasil lelang
SBI.
34
b. Dalam hal lelang SBI menggunakan metode variable rate tender, maka
imbalan hasil SBIS ditetapkan sama dengan rata-rata tertimbang tingkat
diskonto hasil lelang SBI.
Perhitungan imbalan SBIS dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Nilai Imbalan SBIS =Nilai Nominal SBIS x (Jangka Waktu SBIS/360)
x Tingkat Imbalan SBIS
B. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Alat
Analisis
Perbedaan Hasil Penelitian
1 Melyana
Gita
Astika
(2014)
Analisis
Pengaruh
Tingkat Suku
Bunga SBI dan
Inflasi Terhadap
Nilai Emisi
Obligasi di
Bursa Efek
Indonesia
Periode 2009-
2013.
Regresi
Linier
Berganda
Terdapat perbedaan pada
variabel dependen dan
independen yang
digunakan. Dimana pada
penelitian Melyana
menggunakan nilai emisi
obligasi sementara pada
penelitian ini
menggunakan nilai emisi
sukuk. Sedangkan variabel
independen yang
digunakan adalah Suku
bunga SBI dan inflasi,
sementara pada penelitian
(1) Terdapat pengaruh
negatif dan signifikan
antara tingkat suku bunga
SBI terhadap nilai emisi
obligasi, (2) terdapat
pengaruh positif dan
signifikan antara inflasi
terhadap nilai emisi
obligasi (3) terdapat
pengaruh secara simultan
antara tingkat suku bunga
SBI dan inflasi terhadap
nilai emisi obligasi.
35
ini digunakan variabel
inflasi, jumlah uang
beredar, dan imbal hasil
SBIS.
2 Ghemari
Abd
Elkarim
(2012)
Factors
Influence Sukuk
and
Conventional
Bonds in
Malaysia.
Regresi
Linier
Berganda
Terdapat perbedaan
dimana pada penelitian
Ghemari digunakan dua
variabel dependen yaitu
sukuk, dan saham
konvensional. Sementara
pada penelitian ini
menggunakan sukuk saja.
Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian
Ghemari adalah variabel
GDP, inflasi, dan suku
bunga. Sementara pada
penelitian ini variabel
independen yang
digunakan yaitu inflasi,
jumlah uang beredah, dan
imbal hasil SBIS.
Dari analisis regresi yang
telah dilakukan ditemukan
hasil bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan
dan negatif antara variabel
GDP, inflasi, dan tingkat
suku bunga terhadap
sukuk. Sementara untuk
saham konvensional,
hanya variabel GDP yang
memiliki pengaruh
signifikan dimana
pengaruhnya bernilai
negatif.
3 Wahida Sustainability of Regresi Perbedaan terdapat pada Dari analisis regresi yang
36
Ahmad
dan
Rafisah
Mat
Radzi
(2011)
Sukuk and
Conventional
Bonds during
Financial
Crisis:
Malaysian
Capital Market.
Linier
Berganda
variabel dependen yang
digunakan, dimana pada
penelitian Wahida dan
Rafisah variabel dependen
yang digunakan adalah
sukuk dan saham
konvensional, sementara
dalam penelitian ini hanya
menggunakan sukuk saja.
Variabel independen yang
digunakan pada penelitian
Wahida dan Rafisah adalah
GDP, tingkat suku bunga,
dan likuiditas pasar.
Sementara dalam
penelitian ini
menggunakan variabel
inflasi, jumlah uang
beredah, dan imbal hasil
SBIS.
telah dilakukan
didapatkan hasil bahwa
sukuk secara signifikan
dipengaruhi oleh variabel
GDP, tingkat suku bunga,
dan likuiditas pasar,
dimana pengaruhnya
bernilai positif. Sedangkan
untuk variabel saham
konvensional hanya
dipengaruhi oleh variabel
tingkat suku bunga saja,
dimana pengaruhnya
bernilai positif.
4 Inneke
Selvianty
(2015)
Analisa
Indikator Makro
Ekonomi
Error
Correction
Model
Perbedaan terletak pada
variabel dependen yang
digunakan, dimana variabel
Dalam jangka pendek,
hanya PDB yang memiliki
pengaruh secara signifikan
37
Terhadap
Pertumbuhan
Sukuk di
Indonesia:
Sebuah Analisa
Dengan Metode
Error
Correction
Model (ECM).
(ECM) yang digunakan dalam
penelitian Inneke adalah
pertumbuhan sukuk secara
umum sementara pada
penelitian ini adalah total
nilai emisi sukuk
korporasi. Serta terdapat
perbedaan alat analisis
yang digunakan dimana
pada penelitian Inneke
metode yang digunakan
adalah metode ECM,
sementara pada penelitian
ini digunakan metode
regresi linier berganda.
positif sebesar 0,858677.
Sedangkan inflasi, kurs,
dan jumlah uang beredar
tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan
sukuk korporasi di
Indonesia dalam jangka
pendek. Sedangkan dalam
jangka panjang indikator
makroekonomi yang
memiliki pengaruh
hubungan jangka panjang
dengan pertumbuhan
sukuk korporasi adalah: i)
PDB yang memiliki
pengaruh positif dan
signifikan sebesar
1,363675, ii) Inflasi
memiliki pengaruh negatif
dan signifikan terhadap
pertumbuhan sukuk
sebesar -0,170991, iii)
Jumlah uang beredar
38
memiliki pengaruh positif
dan signifikan sebesar
1,414610.
5 Ina
Listya
Widianti
(2015)
Pengaruh
Faktor
Makroekonomi
Terhadap
Pertumbuhan
Sukuk
Korporasi di
Indonesia
(Periode 2011-
2015)
Vector
Error
Correction
Model
(VECM)
Perbedaan terdapat pada
variabel independen yaitu
faktor makroekonomi yang
digunakan. Dimana pada
penelitian Ina Listya
menggunakan BI rate, dan
bagi hasil deposito
mudharabah. Sementara
pada penelitian ini
menggunakan variabel lain
sebagai variabel
independen yaitu imbal
hasil SBIS.
Respon pertumbuhan
sukuk korporasi terhadap
guncangan yang terjadi
pada jumlah uang beredar,
inflasi, dan BI rate ialah
positif. Sedangkan
guncangan yang terjadi
pada nilai tukar dan bagi
hasil deposito mudharabah
direspon negatif oleh
pertumbuhan sukuk
korporasi. Ditemukan juga
hasil bahwa bagi hasil
deposito mudharabah
merupakan variabel yang
memiliki pengaruh paling
besar terhadap
pertumbuhan sukuk yaitu
sebesar 12,14%, diikuti
oleh nilai tukar rupiah
39
sebesar 8,53%, inflasi
sebesar 0,59%, jumlah
uang beredar sebesar
0,29%, dan terakhir BI
rate sebesar 0,27%.
6 Mustika
Rini
(2012)
Obligasi
Syariah (Sukuk)
dan Indikator
Makroekonomi
Indonesia:
Sebuah Analisis
Vector Error
Correction
Model (VECM).
Vector
Error
Correction
Model
(VECM)
Perbedaan terletak pada
variabel dependen yang
digunakan, dimana variabel
yang digunakan dalam
penelitian Mustika Rini
adalah penerbitan sukuk
secara umum sementara
pada penelitian ini adalah
total nilai emisi sukuk
korporasi.
Dalam jangka pendek
penerbitan sukuk dan
indikator makroekonomi
Indonesia yaitu
pertumbuhan ekonomi,
jumlah uang beredar,
inflasi, pengangguran
terbuka, dan bonus SBIS
tidak saling memengaruhi.
Sedangkan dalam jangka
panjang penerbitan sukuk
dipengaruhi secara positif
oleh pertumbuhan
ekonomi dan jumlah uang
beredar. Penerbitan sukuk
juga dipengaruhi secara
negatif oleh inflasi,
pengangguran terbuka,
40
dan bonus SBIS.
Berdasarkan uji FEDV,
penerbitan sukuk juga
mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi,
jumlah uang beredar,
inflasi, dan pengangguran
terbuka dengan porsi
kontribusi antara 5 persen
sampai 26 persen.
Kontribusi terbesar sukuk
terdapat pada jumlah uang
beredar.
7 Nuhbatul
Basyariah
(2014)
Analisis
Interaksi Antara
Nilai Emisi
Sukuk dengan
Nilai Emisi
Obligasi, Nilai
Emisi Saham,
BI Rate, IHSG,
dan Inflasi di
Indonesia 2010-
Vector
Error
Correction
Model
(VECM)
Terdapat perbedaan
dimana penelitian
Nuhbatul bertujuan untuk
mengetahui interaksi nilai
emisi sukuk, nilai emisi
obligasi, nilai emisi saham,
BI rate, IHSG, dan Inflasi.
Sementara penelitian ini
betujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel
Terdapat pengaruh jangka
pendek dan jangka
panjang antara nilai emisi
sukuk dengan nilai emisi
saham, IHSG, BI rate, dan
inflasi. Dari analisis
Impulse Response
Function yang dilakukan
didapatkan bahwa nilai
emisi saham, nilai emisi
41
2013. makroekonomi terhadap
total nilai emisi sukuk
korporasi.
obligasi, dan inflasi
memberikan dampak
positif terhadap nilai emisi
sukuk. Sementara IHSG
dan BI Rate memberikan
dampak yang negatif. Dari
Uji Variabel
Decomposition yang
dilakukan didapatkan
bahwa variabel yang
memiliki pengaruh paling
dominan terhadap variabel
nilai emisi sukuk sesuai
dengan urutan pengaruh
terbesar adalah nilai emisi
sukuk itu sendiri, inflasi,
nilai emisi obligasi, IHSG,
BI Rate, dan nilai emisi
saham.
42
C. Kerangka Pemikiran
Jumlah Uang Beredar
Imbal Hasil SBIS
Emisi Sukuk Korporasi
Analisis Regresi Linier Berganda
Interpretasi Hasil dan Kesimpulan
Uji Asumsi Klasik:
1. Uji Normalitas
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Heterokedastisitas
4. Uji Autokorelasi
Inflasi
Uji Hipotesis:
1. Uji t (parsial)
2. Uji F (simultan)
3. Uji Adj R2
43
D. Hipotesis
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan
secara logis di antara dua atau lebih dari variabel yang diungkapkan dalam
bentuk pernyataan yang dapat diuji (Uma Sekaran, 2007: 135). Hubungan-
hubungan yang di perkirakan antar variabel tersebut bisa diambil dari
penjelasan-penjelasan yang terdapat dalam teori. Dan perumusan hipotesis
ini biasanya harus sesuai dengan perumusan masalah yang ada.
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
1. Ho: Tidak terdapat pengaruh antara variabel Inflasi, Jumlah
Uang Beredar, Imbal Hasil SBIS terhadap Total Nilai Emisi
Sukuk Korporasi secara parsial.
H1: Terdapat pengaruh antara variabel Inflasi, Jumlah Uang
Beredar, Imbal Hasil SBIS terhadap Total Nilai Emisi Sukuk
Korporasi secara parsial.
2. Ho: Tidak terdapat pengaruh antara variabel Inflasi, Jumlah
Uang Beredar, Imbal Hasil SBIS terhadap Total Nilai Emisi
Sukuk Korporasi secara simultan.
H1: Terdapat pengaruh antara variabel Inflasi, Jumlah Uang
Beredar, Imbal Hasil SBIS terhadap Total Nilai Emisi Sukuk
Korporasi secara simultan.
44
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh
Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Imbal Hasil SBIS terhadap Total Nilai
Emisi Sukuk Korporasi di Indonesia. Dimana variabel independen
difokuskan pada Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Imbal Hasil SBIS, dan
variabel dependen difokuskan pada Total Nilai Emisi Sukuk Korporasi di
Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan
data runtun waktu (time series). Dimana penelitian kuantitatif merupakan
pendekatan penelitian yang banyak dituntut menggunakan angka, mulai
dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta
penampilan hasilnya (Arikunto 2006: 12). Dalam penelitian ini data yang
digunakan adalah data bulanan dari bulan januari tahun 2012 sampai
dengan bulan november tahun 2015.
B. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung atau
melalui sumber lain, misalkan melalui catatan atau arsip perusahaan,
publikasi pemerintah, atau yang disediakan media massa (Zulganef,
45
2008:303). Adapun yang menjadi sumber peneliti dalam memperoleh data
penelitian ini adalah data yang berasal dari situs Bank Indonesia, BPS,
Kementerian Perdagangan, dan Otoritas Jasa Keuangan. Selain data dari
website tersebut, peneliti juga melakukan memperoleh data dari jurnal-
jurnal, buku-buku, maupun sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan
penelitian.
Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data bulanan dari
bulan januari tahun 2012 sampai dengan bulan November tahun 2015.
Dimana data-data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Data Nilai Emisi Sukuk Korporasi dalam bentuk bulanan
(Monthly) selama periode 2012 sampai dengan 2015. Data
diperoleh dari website resmi Otoritas Jasa Keuangan.
(www.ojk.go.id)
2) Data Inflasi dalam bentuk bulanan (Monthly) selama periode 2012
sampai dengan 2015. Data diperoleh dari website resmi Bank
Indonesia. (www.bi.go.id)
3) Data Jumlah Uang Beredar dalam bentuk bulanan (Monthly)
selama periode 2012 sampai dengan 2015. Data diperoleh dari
website resmi Kementerian Perdagangan. (www.kemendag.go.id)
46
4) Data Imbal Hasil SBIS dalam bentuk bulanan (Monthly) selama
periode 2012 sampai dengan 2015. Data diperoleh dari website
resmi Bank Indonesia. (www.bi.go.id)
C. Metode Analisis Data
Analisis data mempunyai tujuan untuk menyampaikan dan
membatasi penemuan-penemuan hingga menjadi data yang teratur serta
tersusun dan lebih berarti. Analisis data yang dilakukan adalah analisis
kuantitatif yang dinyatakan dengan angka-angka dan perhitungannya
menggunakan bantuan software Eviews 7.0.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linear berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan untuk
menganalisis pengaruh variabel independen penelitian yaitu inflasi, jumlah
uang beredar, dan imbal hasil SBIS terhadap variabel dependen penelitian
yaitu emisi sukuk korporasi.
1. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2013: 110) uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-
pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.
47
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji normalitas pada
program EViews adalah dengan uji jarque-bera. Dimana jika pada hasil uji
jarque-bera didapatkan nilai chi square lebih kecil dari α = 5% atau 0.05,
data pada model tidak berdisribusi normal. Sedangkan jika pada hasil uji
jarque-bera didapatkan nilai chi square lebih besar dari α = 5% atau 0.05,
data pada model berdistribusi normal.
b) Uji Multikolineritas
Menurut Imam Ghozali (2013: 91) uji ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-
variabel bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas / variabel independen. Jika variabel bebas
saling berkorelasi, maka variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal
adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara variabel bebasnya sama
dengan nol.
Terdapat berbagai cara untuk menganalisis ada tidaknya
multikolinearitas pada model. Dalam penelitian ini untuk mengetahui ada
tidaknya multikolinearitas dalam model dilakukan uji VIF. Adapun
ketentuannya adalah apabila nilai VIF > 10 maka terdapat
multikolinearitas dalam model. Sedangkan apabila nilai VIF < 10 maka
tingkat kolinieritasnya masih dapat di toleransi atau tidak terdapat
multikolinearitas.
48
c) Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2013: 105) uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain,
jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain berbeda
maka disebut heteroskedastisitas.
Terdapat berbagai cara untuk menganalisis ada tidaknya
heterokedastisitas pada model, salah satunya adalah uji white. Dimana
apabila nilai chi square lebih kecil dari α = 5% atau 0.05, maka hipotesis
nol diterima yang berarti terdapat heterokedastisitas dalam model.
Sedangkan apabila nilai chi square lebih besar dari α = 5% atau 0.05, maka
hipotesis nol ditolak yang berarti tidak terjadi heterokedastisitas dalam
model.
d) Uji Autokorelasi
Menurut Singgih Santoso (2012:241) tujuan uji autokorelasi adalah
untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan autokorelasi.
Autokorelasi pada sebagian kasus ditemukan pada regresi yang datanya
adalah time series, atau berdasarkan waktu berkala, seperti bulanan,
tahunan, dan seterusnya, karena itu ciri khusus uji ini adalah waktu
(Santoso, 2012:241). Untuk mendeteksi gejala autokorelasi dapat
menggunakan uji Durbin – Watson (D-W). Pengambilan ada tidaknya
49
keputusan korelasi dapat dilihat dari beberapa ketentuan berikut (Santoso,
2012:242) :
Bila nilai D-W terletak dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif.
Bila nilai D-W terletak diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi.
Bila nilai D-W terletak diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
2. Uji Regresi Linear Berganda
Menurut Sarwono (2006:79) analisis regresi linear berganda
mengestimasikan besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan oleh yang
bersifat linear yang melibatkan dua variabel bebas atau lebih untuk
digunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel tergantung.
Analisis regresi berganda merupakan analisis data kuantitatif yang
digunakan untuk mencari besar hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X1,
X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel dependen (Y).
50
Persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut:
Y’ = a + b1X1+ b2X2+…..+ bnXn
Keterangan:
Y’ = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
X1 dan X2 = Variabel independen
A = Konstanta (nilai Y’ apabila X1, X2…..Xn = 0)
B = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun
penurunan)
Apabila variabel penelitian dimasukan ke dalam fungsi, maka
persamaan regresinya adalah sebagai berikut:
Emisi Sukuk = a + b1 x Inflasi + b2 x Jumlah Uang Beredar + b3 x
Imbal Hasil SBIS
Sebelum menggunakan analisis regresi ganda, kita perlu
melakukan kontrol terhadap beberapa kondisi yang berkaitan dengan data
yang dimiliki. Disamping itu juga harus mengambil ancang-ancang dalam
melakukan deskripsi. Hal ini disebabkan karena analisis regresi ganda
menuntut adanya beberapa syarat serta karena analisis regresi ganda
mengandung keterbatasan dalam analisisnya.
Beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam regresi ganda adalah
(Sufren, 2014) :
a) Tidak mengalami multikolinearitas, Multikolinearitas adalah kondisi
terdapatnya hubungan linier atau korelasi yang tinggi antara masing-
masing variabel independen.
51
b) Tidak mengalami autokorelasi, autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi
antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada
model regresi.
c) Tidak mengalami heteroskedastisitas, heteroskedastisitas adalah
adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan
pada model regresi.
3. Pengujian Hipotesis
a) Uji Statistik t
Uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing
variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel lain bernilai konstan (Nachrowi, 2006:17). Adapun
kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1) Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel atau nilai
signifikansi > 0,05. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat.
2) Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel atau nilai
signifikansi < 0,05. Artinya variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat.
b) Uji statistik F
Uji statistik F digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen yang digunakan (Nachrowi, 2006:16). Adapun kriteria
pengujian yang digunakan sebagai berikut:
52
1) Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung < F tabel atau nilai
signifikansi > 0,05. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat.
2) Ho ditolak dan Ha diterima apabila F hitung > F tabel nilai
signifikansi < 0,05. Artinya variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat.
c) Uji Koefisien Determinasi (Adj R2)
Menurut Ajija (2011:34) uji koefisien determinasi (R²) pada
intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
sampai satu (0 < R² < 1). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen.
D. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel Independen identik dengan variabel bebas, penjelas,
explanatory variable. Variabel ini biasanya dianggap sebagai “variabel
prediktor atau penyebab karena memprediksi atau menyebabkan variabel
dependen (Kuncoro, 2009:50). Variabel independen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
53
a) Inflasi
Definisi singkat dari inflasi adalah kecenderungan harga –
harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Ini tidak
berarti bahwa harga – harga berbagai macam barang itu naik
dengan presentase yang sama. Mungkin kenaikan tersebut dapat
terjadi tidak bersamaan, yang penting terdapat kenaikan harga
umum barang secara terus menerus selama satu periode tertentu
(Mankiw, 2006: 145).
b) Jumlah Uang Beredar
Berdasarkan sistem moneter Indonesia, uang beredar M2
sering disebut juga dengan likuiditas perekonomian. M2 diartikan
sebagai M1 plus deposito berjangka dan saldo tabungan milik
masyarakat pada bank-bank, karena perkembangan M2 ini juga
bisa mempengaruhi perkembangan harga, produksi dan keadaan
ekonomi pada umumnya. Definisi M2 yang berlaku umum untuk
semua negara tidak ada, karena hal-hal khas masing-masing negara
perlu dipertimbangkan. Di Indonesia, M2 besarnya mencakup
semua deposito berjangka dan saldo tabungan dalam rupiah pada
bank-bank dengan tidak tergantung besar kecilnya simpanan tetapi
tidak mencakup deposito berjangka dan saldo tabungan dalam mata
uang asing (Boediono 1998:183).
54
c) SBIS
SBIS adalah instrumen BI yang sesuai dengan syariah
Islam yang digunakan dalam operasi pasar terbuka syariah. Selain
itu, SBIS juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang
mempunyai kelebihan likuiditas sebagai sarana penitipan dana
jangka pendek (Surat Edaran Bank Indonesia No. 10/11/PBI tahun
2008).
2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainya tergantung atau
terikat oleh nilai-nilai variabel lain atau yang tergantung kepada variabel
lain (Zulganef, 2008: 297). Variabel terikat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah total emisi sukuk korporasi. Dimana total emisi sukuk
korporasi merupakan jumlah nilai atau besaran nilai sukuk yang
diterbitkan oleh para emiten dalam hal ini perusahaan.
55
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Perkembangan Sukuk Korporasi di Indonesia
Perkembangan sukuk di Indonesia diawali dengan adanya
kebangkitan industri keuangan berbasis syariah. Perkembangan sukuk di
Indonesia secara umum terus mengalami pertumbuhan sejak awal
kemunculannya. Berikut ini merupakan data perkembangan total emisi
sukuk korporasi di Indonesia dari tahun 2012-2015.
Tabel 4.1
Perkembangan Emisi Sukuk Korporasi Indonesia 2012-2015
Sumber: OJK (diolah)
Emisi Sukuk (Milyar) Tahun Bulan 2012 2013 2014 2015
Jan 7915.4 9790.4 11994.4 12956.4
Feb 7915.4 10169.4 11994.4 12956.4 Mar 7915.4 11294.4 11994.4 12956.4 Apr 7915.4 11294.4 11994.4 13517.4
May 8165.4 11294.4 11994.4 13579.4 Jun 9265.4 11415.4 12294.4 14483.4
Jul 9390.4 11415.4 12294.4 14483.4
Aug 9390.4 11415.4 12294.4 14483.4 Sep 9390.4 11415.4 12294.4 14483.4
Oct 9390.4 11415.4 12594.4 14483.4
Nov 9590.4 11415.4 12727.4 15983.4 Dec 9790.4 11994.4 12917.4 -
56
Dari data pada Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa total nilai
emisi sukuk korporasi Indonesia dari januari 2012 sampai november 2015
secara umum mengalami peningkatan. Dimulai dari januari 2012, total
nilai emisi sukuk korporasi sebesar 7.915,4 milyar rupiah. Pada bulan mei
mengalami peningkatan menjadi 8.165,4 milyar rupiah. Pada bulan
berikutnya mengalami peningkatan kembali menjadi sebesar 9.265,5
milyar rupiah. Pada juli 2012 pun meningkat menjadi 9.390,4 milyar
rupiah. Pada bulan november 2012 kembali meningkat menjadi 9.590,4
milyar rupiah, dan pada desember 2012 kembali meningkat menjadi
9.790,4 milyar rupiah.
Pada tahun-tahun berikutnya total nilai emisi sukuk korporasi terus
mengalami peningkatan. Sampai pada november 2015 total nilai emisi
sukuk korporasi sudah mencapai 15.983,4 milyar rupiah. Dengan total
nilai emisi sukuk yang terus menerus mengalami peningkatan
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan (emiten) semakin berminat
untuk mendapatkan penyaluran investasi dari masyarakat melalui sukuk.
57
2. Perkembangan Inflasi
Inflasi merupakan salah satu indikator penting dalam
perekonomian. Dimana besaran inflasi itu sendiri dapat mempengaruhi
kondisi perekonomian suatu negara. Berikut ini merupakan data
perkembangan inflasi Indonesia dari tahun 2012-2015.
Tabel 4.2
Perkembangan Inflasi Indonesia Tahun 2012-2015
Inflasi (%) Tahun
Bulan 2012 2013 2014 2015
Jan 3.65 4.57 8.22 6.96
Feb 3.56 5.31 7.75 6.29
Mar 3.97 5.9 7.32 6.38
Apr 4.5 5.57 7.25 6.79
May 4.45 5.47 7.32 7.15
Jun 4.53 5.9 6.7 7.26
Jul 4.56 8.61 4.53 7.26
Aug 4.58 8.79 3.99 7.18
Sep 4.31 8.4 4.53 6.83
Oct 4.61 8.32 4.83 6.25
Nov 4.32 8.37 6.23 4.89
Dec 4.3 8.38 8.36 - Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Dari data pada Tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa nilai inflasi
dari januari 2012 sampai november 2015 mengalami fluktuasi. Pada
januari 2012 nilai inflasi adalah sebesar 3,65%. Pada bulan februari
mengalami penurunan menjadi sebesar 3,56%. Pada bulan berikutnya
yaitu Maret, dan april mengalami kenaikan menjadi 3,96%, dan 4,5%.
Nilai inflasi terus menerus mengalami fluktuasi pada kisaran 4 - 5%.
58
Perubahan paling ekstrim yaitu pada bulan juni-juli 2013 yaitu dari sebesar
5,9% menjadi sebesar 8,6%. Fluktuasi pun terus terjadi sampai pada
november 2015 dimana inflasi adalah sebesar 4,89%.
3. Perkembangan Jumlah Uang Beredar
Perkembangan jumlah uang beredar di Indonesia sama dengan
negara-negara lain yaitu diatur oleh bank sentral. Bank Indonesia selaku
bank sentral di Indonesia memiliki peran yang sangat penting untuk
merespon kondisi perekonomian dengan menambah atau mengurangi
jumlah uang beredar, tentu saja sesuai dengan kebijakan yang diambil oleh
pemerintah. Berikut ini merupakan perkembangan jumlah uang beredar
dari tahun 2012-2015.
Tabel 4.3
Perkembangan Jumlah Uang Beredar (M2) Tahun 2012-2015
JUB (Milyar) Tahun
Bulan 2012 2013 2014 2015
Jan 2857126.9 3268789.2 3652349.3 4174825.9
Feb 2852004.9 3280420.3 3643059.5 4218122.8
Mar 2914194.5 3322529 3660606 4246361.2
Apr 2929610.4 3360928.1 3730376.5 4275711.1
May 2994474.4 3426304.9 3789278.6 4288369.3
Jun 3052786.1 3413378.7 3865890.6 4358801.5
Jul 3057335.8 3506573.6 3895981.2 4373208.1
Aug 3091568.5 3502419.8 3895374.4 4404085
Sep 3128179.3 3584080.5 4010146.7 4508603.2
Oct 3164443.2 3576869.4 4024488.9 4443078.1
Nov 3207908.3 3615973 4076669.9 4452324.7
Dec 3307507.6 3730197 4173326.5 - Sumber: Kemendag (diolah)
59
Dari data pada tabel 4.5 dapat dilihat bahwa jumlah uang beredar
berfluktuasi meskipun secara umum jumlah uang beredar mengalami
peningkatan. Pada januari 2012 jumlah uang beredar yaitu sebesar Rp.
2.857.126,9 milyar. Pada februari 2012 mengalami penurunan yaitu
menjadi Rp. 2.852.004,9 milyar. Namun pada bulan maret 2012 sampai
mei 2013 jumlah uang beredar terus mengalami peningkatan yaitu dari
sebesar Rp. 2.914.194,5 milyar sampai menjadi sebesar Rp. 3.426.304,9
milyar. Setelah itu jumlah uang beredar mengalami fluktuasi sampai pada
november 2015 menjadi sebesar Rp. 4.452.324,7 milyar.
4. Perkembangan Imbal Hasil SBIS
SBIS merupakan instrumen BI yang sesuai dengan syariah Islam
yang digunakan dalam operasi pasar terbuka syariah. Selain itu, SBIS
juga dapat digunakan oleh bank-bank syariah yang mempunyai kelebihan
likuiditas sebagai sarana penitipan dana jangka pendek (Surat Edaran
Bank Indonesia No. 10/16/DPM tahun 2008). Berikut ini merupakan
perkembangan imbal hasil SBIS dari tahun 2012-2015.
Tabel 4.4
Perkembangan Imbal Hasil SBIS Tahun 2012-2015
Imbal Hasil SBIS (%) Tahun
Bulan 2012 2013 2014 2015 Jan 4.88323 4.84021 7.23217 6.93347 Feb 3.8229 4.86119 7.17434 6.67129 Mar 3.82637 4.8695 7.12591 6.65157 Apr 3.9257 4.89075 7.13529 6.65972 May 4.32785 5.02275 7.14912 6.66058
60
Jun 4.32005 5.27558 7.13715 6.66592 Jul 4.45727 5.52051 7.09418 6.68538
Aug 4.54005 5.85743 6.97263 6.8 Sep 4.67165 6.95555 6.88248 7.15 Oct 4.74612 6.97042 6.84809 7.15 Nov 4.77039 7.22435 6.86651 7.15 Dec 4.80274 7.21695 6.90129 -
Sumber: Bank Indonesia (diolah)
Dari data pada tabel 4.6 dapat dilihat bahwa imbal hasil SBIS
mengalami fluktuasi. Pada januari 2012 imbal hasil SBIS yaitu sebesar
4,88323 %. Lalu pada februari 2012 mengalami penurunan menjadi
3,8229 %. Pada maret, april, dan mei 2012 mengalami peningkatan
menjadi sebesar 3,82637 %, 3,9257 %, dan 4,32785 %. Pada juni 2012
mengalami penurunan menjadi 4,32005 %, lalu meningkat pada juli 2012
menjadi 4,45727 %. Pada bulan-bulan berikutnya imbal hasil SBIS
mengalami kenaikan sampai bulan november 2013 yaitu menjadi sebesar
7.22435%. Namun pada bulan berikutnya yaitu bulan desember 2013,
imbal hasil SBIS menurun menjadi 7.21695%. Imbal hasil SBIS pada
bulan-bulan selanjutnya mengalami fluktuasi sampai pada november 2015
yaitu menjadi sebesar 7,15 %.
B. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a) Uji Normalitas
Menurut Imam Ghozali (2013: 110) uji normalitas bertujuan untuk
mengetahui apakah masing-masing variabel berdistribusi normal atau
tidak. Uji normalitas diperlukan karena untuk melakukan pengujian-
61
pengujian variabel lainnya dengan mengasumsikan bahwa nilai residual
mengikuti distribusi normal. Jika asumsi ini dilanggar maka uji statistik
menjadi tidak valid dan statistik parametrik tidak dapat digunakan.
Adapun ketentuannya adalah jika pada hasil uji jarque-bera didapatkan
nilai chi square lebih kecil dari α = 5% atau 0.05, data pada model tidak
berdisribusi normal. Sedangkan jika pada hasil uji jarque-bera didapatkan
nilai chi square lebih besar dari α = 5% atau 0.05, data pada model
berdistribusi normal.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas
Sumber: Lampiran 3
Dari hasil uji normalitas yang telah dilakukan didapatkan hasil
pada gambar 4.1. Dari data pada gambar 4.1 di atas dapat diketahui bahwa
nilai chi square yang didapat adalah 0.225910. Maka nilai chi square yang
didapat lebih besar dari α = 5% atau 0.05 yang berarti bahwa data pada
model terdistribusi normal.
0
2
4
6
8
10
-0.05 0.00 0.05 0.10
Series: ResidualsSample 2012M01 2015M11Observations 47
Mean 8.35e-15Median -0.002576Maximum 0.113248Minimum -0.082928Std. Dev. 0.044043Skewness 0.557367Kurtosis 3.525963
Jarque-Bera 2.975239Probability 0.225910
62
b) Uji Multikolinearitas
Menurut Imam Ghozali (2013: 91) uji ini bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel-
variabel bebas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel bebas / variabel independen. Adapun
ketentuannya adalah apabila nilai VIF > 10 maka terdapat
multikolinearitas dalam model. Sedangkan apabila nilai VIF < 10 maka
tingkat kolinieritasnya masih dapat di toleransi atau tidak terdapat
multikolinearitas.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors Date: 10/12/17 Time: 03:49 Sample: 2012M01 2015M11 Included observations: 47
Coefficient Uncentered Centered Variable Variance VIF VIF
INFLASI 3.24E-05 28.85628 1.802999 JUB 0.009008 261904.1 3.772599 SBIS 0.000159 134.5550 4.934671
C 11.18733 253384.6 NA
Sumber: Lampiran 4
Dari hasil uji multikolinearitas yang telah dilakukan didapatkan
hasil pada tabel 4.5. Dari data pada tabel 4.5 di atas dapat diketahui bahwa
nilai VIF yang didapat pada model lebih kecil dari 10 yang berarti tingkat
kolinearitas dalam model dapat ditoleransi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat multikolinearitas dalam model.
63
c) Uji Heterokedastisitas
Menurut Imam Ghozali (2013: 105) uji heteroskedastisitas
bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain,
jika varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain berbeda
maka disebut heteroskedastisitas. Adapun ketentuannya adalah apabila
nilai chi square lebih kecil dari α = 5% atau 0.05, maka hipotesis nol
diterima yang berarti terdapat heterokedastisitas dalam model. Sedangkan
apabila nilai chi square lebih besar dari α = 5% atau 0.05, maka hipotesis
nol ditolak yang berarti tidak terjadi heterokedastisitas dalam model.
Tabel 4.6
Hasil Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.996487 Prob. F(3,43) 0.1287
Obs*R-squared 5.746230 Prob. Chi-Square(3) 0.1246
Scaled explained SS 6.074650 Prob. Chi-Square(3) 0.1080
Sumber: Lampiran 5
Dari hasil uji heterokedastisitas yang telah dilakukan didapatkan
hasil pada tabel 4.6. Dari data pada tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa
nilai chi square yang didapat pada model adalah 0.1080, lebih besar dari α
= 5% atau 0.05 yang berarti bahwa tidak terdapat heterokedastisitas dalam
model.
64
d) Uji Autokorelasi
Menurut Singgih Santoso (2012:241) tujuan uji autokorelasi adalah
untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi
antara kesalahan penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan autokorelasi.
Adapun ketentuannya (Santoso, 2012:242) adalah:
1) Bila nilai D-W terletak dibawah -2 berarti ada autokorelasi
positif.
2) Bila nilai D-W terletak diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada
autokorelasi.
3) Bila nilai D-W terletak diatas +2 berarti ada autokorelasi
negatif.
Tabel 4.7
Hasil Uji Autokorelasi
S.E. of regression 0.045554 Akaike info criterion -3.258592Sum squared resid 0.089230 Schwarz criterion -3.101132Log likelihood 80.57690 Hannan-Quinn criter. -3.199339F-statistic 228.4517 Durbin-Watson stat 0.557791Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran 6
Dari hasil uji autokorelasi yang telah dilakukan didapatkan hasil
pada tabel 4.7. Dari data pada tabel 4.7 di atas dapat diketahui bahwa nilai
durbin watson yang didapat pada model adalah 0.557791. Yang berarti
nilai durbin watson yang didapat berada diantara -2 sampai 2. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model.
65
2. Analisis Regresi Berganda
Menurut Sarwono (2006:104) analisis regresi linear berganda
mengestimasikan besarnya koefisien-koefisien yang dihasilkan oleh yang
bersifat linear yang melibatkan dua variabel bebas atau lebih untuk
digunakan sebagai alat prediksi besarnya nilai variabel tergantung.
Analisis regresi berganda merupakan analisis data kuantitatif yang
digunakan untuk mencari besar hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen (X1, X2,….Xn) dengan variabel dependen (Y).
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen
(X1,X2….Xn) secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan
terhadap variabel dependen (Y).
Tabel 4.8
Hasil Uji Regresi Berganda
Dependent Variable: EMISI Method: Least Squares Date: 10/12/17 Time: 03:44 Sample: 2012M01 2015M11 Included observations: 47
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INFLASI 0.012689 0.005695 2.227983 0.0312 JUB 1.191654 0.094910 12.55568 0.0000 SBIS 0.000881 0.012595 0.069935 0.9446
C -12.71695 3.344747 -3.802068 0.0004
R-squared 0.940963 Mean dependent var 30.06078 Adjusted R-squared 0.936844 S.D. dependent var 0.181265 S.E. of regression 0.045554 Akaike info criterion -3.258592 Sum squared resid 0.089230 Schwarz criterion -3.101132 Log likelihood 80.57690 Hannan-Quinn criter. -3.199339 F-statistic 228.4517 Durbin-Watson stat 0.557791 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran 6
66
Dari hasil uji regresi berganda yang telah dilakukan didapatkan
hasil pada tabel 4.8. Dari data pada tabel 4.8 di atas didapatkan persamaan
regresi sebagai berikut:
Emisi Sukuk = -12.71695 + 0.012689 x Inflasi + 1.191654 x Jumlah
Uang Beredar + 0.000881 x Imbal Hasil SBIS
Dari persamaan regresi di atas dapat diketahui bahwa nilai
koefisien yang didapat dalam model adalah -12.71695. Yang artinya
apabila variabel inflasi, jumlah uang beredar, dan imbal hasil SBIS
dianggap konstan atau bernilai 0, maka emisi sukuk akan menurun sebesar
12.71695 satuan.
Pada persamaan di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel inflasi
didapatkan nilai 0.012689. Yang artinya apabila terjadi kenaikan sebesar 1
persen pada inflasi akan meningkatkan emisi sukuk sebesar 0.012689
satuan apabila variabel lainnya dianggap konstan.
Pada persamaan di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel jumlah
uang beredar didapatkan nilai 1.191654. Yang artinya apabila terjadi
kenaikan sebesar 1 satuan pada jumlah uang beredar akan meningkatkan
emisi sukuk sebesar 1.191654 satuan apabila variabel lainnya dianggap
konstan.
Pada persamaan di atas dapat dilihat bahwa untuk variabel imbal
hasil SBIS didapatkan nilai 0.000881. Yang artinya apabila terjadi
kenaikan sebesar 1 persen pada imbal hasil SBIS akan meningkatkan emisi
67
sukuk sebesar 0.0000881 satuan apabila variabel lainnya dianggap
konstan.
3. Uji Hipotesis
a) Uji t
Uji statistik t digunakan untuk menguji pengaruh masing-masing
variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen dengan
menganggap variabel lain bernilai konstan (Nachrowi, 2006:17). Adapun
kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1) Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel atau nilai
signifikansi > 0,05. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat.
2) Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel atau nilai
signifikansi < 0,05. Artinya variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat.
Tabel 4.9
Hasil Uji t
Dependent Variable: EMISI Method: Least Squares Date: 10/12/17 Time: 03:44 Sample: 2012M01 2015M11 Included observations: 47
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INFLASI 0.012689 0.005695 2.227983 0.0312 JUB 1.191654 0.094910 12.55568 0.0000 SBIS 0.000881 0.012595 0.069935 0.9446
C -12.71695 3.344747 -3.802068 0.0004
Sumber: Lampiran 6
68
Dari hasil uji t yang dilakukan didapatkan hasil pada tabel 4.9.
Dimana pada tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa variabel inflasi memiliki
pengaruh yang signifikan secara positif terhadap variabel emisi sukuk. Hal
ini dapat dilihat dari nilai probabilitas atau signifikansi yang didapat yaitu
sebesar 0.0312 atau lebih kecil dari 0.05, dan nilai koefisien variabel
inflasi yang didapat yaitu sebesar 0.012689.
Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat juga bahwa variabel jumlah uang
beredar memiliki pengaruh yang signifikan secara positif terhadap variabel
emisi sukuk. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas atau signifikansi
yang didapat yaitu sebesar 0.0000 atau lebih kecil dari 0.05, dan nilai
koefisien variabel jumlah uang beredar yang didapat yaitu sebesar
1.191654.
Dari tabel 4.9 di atas dapat dilihat juga bahwa variabel imbal hasil
SBIS tidak memiliki pengaruh yang signifikan secara positif terhadap
variabel emisi sukuk. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas atau
signifikansi yang didapat yaitu sebesar 0.9446 atau lebih besar dari 0.05,
dan nilai koefisien variabel jumlah uang beredar yang didapat yaitu
sebesar 0.000881.
Jadi dapat disimpulkan dari hasil uji t yang dilakukan bahwa
variabel inflasi dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh yang
signifikan secara positif terhadap variabel emisi sukuk. Sedangkan
variabel imbal hasil SBIS tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel emisi sukuk.
69
b) Uji F
Uji statistik F digunakan untuk menguji pengaruh variabel
independen secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen yang digunakan (Nachrowi, 2006:16). Adapun kriteria
pengujian yang digunakan sebagai berikut:
1) Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung < t tabel atau nilai
signifikansi > 0,05. Artinya variabel bebas tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat.
2) Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung > t tabel atau nilai
signifikansi < 0,05. Artinya variabel bebas berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel terikat.
Tabel 4.10
Hasil Uji F
R-squared 0.940963 Mean dependent var 30.06078Adjusted R-squared 0.936844 S.D. dependent var 0.181265S.E. of regression 0.045554 Akaike info criterion -3.258592Sum squared resid 0.089230 Schwarz criterion -3.101132Log likelihood 80.57690 Hannan-Quinn criter. -3.199339F-statistic 228.4517 Durbin-Watson stat 0.557791Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran 6
Dari hasil uji F yang telah dilakukan didapatkan hasil pada tabel
4.10. Dapat dilihat dari tabel 4.10 di atas bahwa nilai probabilitas atau
signifikansi yang didapat adalah sebesar 0.000000 atau lebih kecil dari
0.05. Hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi, jumlah uang beredar,
70
dan imbal hasil SBIS secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap variabel emisi sukuk.
c) Uji Adj R2
Menurut Ajija (2011:34) uji koefisien determinasi (R²) pada
intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan
variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol
sampai satu (0 < R² < 1). Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen sangat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen.
Tabel 4.11
Hasil Uji Adj R2
R-squared 0.940963 Mean dependent var 30.06078 Adjusted R-squared 0.936844 S.D. dependent var 0.181265 S.E. of regression 0.045554 Akaike info criterion -3.258592 Sum squared resid 0.089230 Schwarz criterion -3.101132 Log likelihood 80.57690 Hannan-Quinn criter. -3.199339 F-statistic 228.4517 Durbin-Watson stat 0.557791 Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Lampiran 6
Dari hasil uji Adj R² yang telah dilakukan didapatkan hasil pada
tabel 4.11. Dapat dilihat dari tabel 4.11 di atas bahwa nilai Adjusted R²
yang didapat adalah sebesar 0.936844. Yang artinya adalah variabel
independen dalam model yaitu, inflasi, jumlah uang beredar, dan imbal
71
hasil SBIS memiliki pengaruh sebesar 93.6844 % terhadap variabel
dependen yaitu emisi sukuk. Sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain
di luar model.
C. Analisis Ekonomi
Perkembangan emisi sukuk korporasi dipengaruhi oleh banyak
faktor. Selain dipengaruhi oleh faktor internal perusahaan/emiten itu
sendiri, perkembangan total nilai emisi sukuk korporasi syariah juga
dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu variabel-variabel makro ekonomi
seperti inflasi, jumlah uang beredar, dan imbal hasil SBIS.
Berdasarkan uji t yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan
hasil bahwa secara parsial variabel inflasi memiliki pengaruh yang
signifikan secara positif terhadap total emisi sukuk korporasi. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Melyana Gita
Astika (2014) mengenai analisis pengaruh tingkat suku bunga SBI dan
inflasi terhadap nilai emisi obligasi, dan penelitian Nuhbatul Basyariah
(2014) mengenai analisis interaksi antara nilai emisi sukuk dengan nilai
emisi obligasi, nilai emisi saham, BI rate, IHSG, dan inflasi di Indonesia.
Diamana pada kedua penelitian tersebut ditemukan hasil bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan secara positif variabel inflasi dengan variabel
nilai emisi obligasi. Hal ini terjadi karena ketika inflasi mengalami
kenaikan maka perusahaan membutuhkan modal yang lebih untuk
melakukan produksi. Sehingga perusahaan akan menerbitkan sukuk untuk
mendapatkan investasi dari masyarakat.
72
Berdasarkan uji t yang dilakukan dalam penelitian ini didapatkan
hasil bahwa secara parsial variabel jumlah uang beredar memiliki
pengaruh yang signifikan secara positif terhadap total emisi sukuk
korporasi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Mustika Rini (2012) dimana ditemukan hasil bahwa variabel jumlah
uang beredar berpengaruh positif secara signifikan terhadap penerbitan
sukuk. Hal ini sesuai dengan teori dimana dengan meningkatnya jumlah
uang beredar maka berdampak pada kegiatan investasi yang semakin
meluas. Begitupun dengan sukuk korporasi, terjadinya guncangan jumlah
uang beredar dimana uang beredar meningkat maka akan berdampak
positif pada pertumbuhan sukuk korporasi. Hal ini dapat dijelaskan jika
jumlah uang beredar meningkat, keinginan masyarakat untuk menukarkan
uangnya dengan barang dan jasa yang dapat memberikan nilai yang lebih
menjadi tinggi. Dengan naiknya permintaan pada barang dan jasa
mendorong perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan produksi dan
investasi. Sukuk yang merupakan salah satu instrument investasi dapat
diterbitkan sebagai sumber pendanaan yang menarik bagi perusahaan.
Berdasarkan hasil uji t yang dilakukan dalam penelitian ini
didapatkan hasil bahwa imbal hasil SBIS memiliki pengaruh yang tidak
signifikan terhadap total emisi sukuk korporasi. Hasil penelitian ini tidak
sesuai atau menolak penelitian yang dilakukan oleh Melyana Gita Astika
(2014) yang menemukan hasil bahwa terdapat pengaruh negatif dan
signifikan antara tingkat suku bunga SBI terhadap nilai emisi obligasi.
73
Namun hasil penelitian ini didukung oleh Mustika Rini (2012) dimana
ditemukan hasil bahwa variabel bonus atau imbal hasil SBIS dalam jangka
pendek tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerbitan
sukuk. Hal ini terjadi karena saat ini sukuk korporasi sendiri belum
menjadi instrumen syariah utama bagi para korporasi untuk mendapatkan
modal dari pihak ketiga. Sehingga perubahan pada imbal hasil SBIS tidak
langsung mempengaruhi total emisi sukuk korporasi.
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Dari hasil uji t statistik yang dilakukan didapatkan hasil bahwa secara
parsial variabel inflasi, dan jumlah uang beredar memiliki pengaruh
yang signifikan secara positif terhadap total nilai emisi sukuk
korporasi. Dimana nilai probabilitas atau signifikansi yang didapat
masing-masing adalah sebesar 0.0312 dan 0.0000 (lebih kecil dari
0.05). Sedangkan variabel imbal hasil SBIS tidak memiliki pengaruh
yang signifikan secara positif terhadap total nilai emisi sukuk
korporasi. Dimana nilai probabilitas atau signifikansi yang didapat
adalah sebesar 0.9446, lebih besar dari 0.05.
2. Dari hasil uji F statistik yang dilakukan didapatkan hasil bahwa secara
bersama-sama atau simultan variabel inflasi, jumlah uang beredar, dan
imbal hasil SBIS memiliki pengaruh yang signifikan terhadap total
nilai emisi sukuk korporasi. Dimana nilai probabilitas atau signifikansi
yang didapat adalah 0.0000 atau lebih kecil dari 0.05.
3. Dari hasil uji t statistik yang dilakukan didapatkan hasil bahwa faktor
atau variabel yang paling dominan mempengaruhi total nilai emisi
sukuk korporasi adalah variabel jumlah uang beredar. Dimana variabel
jumlah uang beredar memiliki nilai t hitung terbesar yaitu sebesar
12.55568.
75
4. Dari hasil uji Adjusted R2 yang dilakukan didapatkan hasil bahwa nilai
Adj R2 (koefisien determinasi) yang didapat adalah sebesar 0.936844.
Yang berarti variabel independen dalam model yaitu, inflasi, jumlah
uang beredar, dan imbal hasil SBIS memiliki pengaruh sebesar
93.6844 % terhadap variabel dependen yaitu total nilai emisi sukuk
korporasi. Sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain di luar model.
B. SARAN
1. Pertumbuhan total nilai emisi sukuk korporasi yang mengalami
peningkatan sejak awal diterbitkan dapat menjadi bukti bahwa
penerbitan sukuk korporasi mulai diminati oleh para
perusahaan/emiten sebagai salah satu instrumen untuk mendapatkan
modal dari masyarakat. Perlunya peran lebih dari pemerintah untuk
memberikan pemahaman kepada para perusahaan/emiten mengenai
keuntungan-keuntungan yang didapat dengan menerbitkan sukuk.
2. Perlunya peran lebih dari semua pihak, khususnya bagi pemerintah
untuk memberikan pemahaman yang lebih luas bagi masyarakat
mengenai sukuk. Sehingga diharapkan sukuk akan menjadi alternatif
utama masyarakat untuk berinvestasi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Wahida dan Rafisah Mat Radzi. 2011. Sustainability of Sukuk and
Conventional Bond during Financial Crisis: Malaysia’s Capital Market.
Global Economy and Financial Journal, Vol. 4. No. 2. Pp.33-45.
Ajija, Shochrul, dkk. 2011. Cara Cerdas Menguasai EViews. Jakarta: Salemba.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta:
Rineka Cipta.
Astika, Melyana Gita. 2014. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan
Inflasi Terhadap Nilai Emisi Obligasi di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2013. Malang: Universitas Negeri Malang.
Basyariah, N. 2014. Analisis Interaksi Antara Nilai Emisi Sukuk dengan Nilai
Emisi Obligasi, Nilai Emisi Saham, BI-Rate, IHSG, dan Inflasi di
Indonesia 2010:01 – 2013:03. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Boediono. 1998. Ekonomi Makro. Seri Sinopsis BPFE. Yogyakarta : UGM.
Elkarim, Ghemari Abd. 2012. Factor Influence Sukuk and Conventional Bonds in
Malaysia. Paper. Universiti Utara Malaysia.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21.
Edisi7,” Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. 2013.
Iqbal, Zamir dan Abbas Mirakhor. 2007. An Introduction to Islamic Finance:
Theory and Practice. Jhon Wiley & Son (Asia) Pte Ltd.
77
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis & Ekonomi. Jakarta:
Erlangga.
Mankiw, Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, Jakarta :
Salemba Empat.
Mardani. 2013. Hukum Bisnis Syariah. Jakarta: Kencana.
Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardiaus Usman. 2006. Pendekatan Populer dan
Praktis untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: UI.
Novitasari. 2013. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Rating Sukuk di
Pasar Modal (Studi Kasus pada Tahun 2010-2013). Yogyakarta: UGM.
Nurfauziah dan Setyarini. 2005. Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Yield Obligasi Perusahaan (Studi Kasus pada Industri Perbankan dan
Industri Finansial), Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 2, No. 9, h. 241-256.
Pohan, Aulia. 2008. Kerangka Kebijakan Moneter dan Implikasinya di Indonesia.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Rini, Mustika. 2012. Obligasi Syariah (Sukuk) dan Indikator Makroekonomi
Indonesia: Sebuah Analisis Vector Error Correction Model (VECM).
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Santoso, Singgih. 2012. Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo.
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sekaran, Uma. 2007. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Edisi 4. Buku 2. Jakarta:
Salemba Empat.
78
Selvianti, Inneke. 2015. Analisa Indikator Makro Ekonomi Terhadap Pertumbuhan
Sukuk di Indonesia: Sebuah Analisa Dengan Metode Error Correction
Model (ECM). Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Setiawan, Agus. 2007. Tax Audit dan Tax Review. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Silvanita, Ktut. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Erlangga.
Soemitra, Andri. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta : Kencana.
Sufren & Natanael, Y. “Belajar Otodidak SPSS Pasti Bisa”. PT.Elek Media
Komputindo: Jakarta. 2014.
Suharyadi dan Purwanto S.K. 2003. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan
Modern. Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.
Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi. Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.
Sukirno, Sadono. 2015. Pengantar Teori Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Widarjono, Agus. 2009. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya, Edisi Ketiga.
Yogyakarta : Ekonesia.
Widiyanti, Ina Listia. 2015. Pengaruh Faktor Makroekonomi Terhadap
Pertumbuhan Sukuk Korporasi di Indonesia (Periode 2011-2015). Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah.
Winarto, Andi. 2009. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Uang di
Indonesia. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
79
Zulganef. 2008. Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
www.bi.go.id
www.kemendag.go.id
www.ojk.go.id
80
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Penelitian
Tahun Bulan Emisi (Rupiah) Inflasi (%) JUB (Rupiah) Imbal Hasil SBIS
(%) 2012 Jan 7915400000000 3.65 2857126930000000 4.88323
Feb 7915400000000 3.56 2852004940000000 3.8229 Mar 7915400000000 3.97 2914194470000000 3.82637 Apr 7915400000000 4.5 2929610370000000 3.9257 May 8165400000000 4.45 2994474390000000 4.32785 Jun 9265400000000 4.53 3052786100000000 4.32005 Jul 9390400000000 4.56 3057335750000000 4.45727 Aug 9390400000000 4.58 3091568490000000 4.54005 Sep 9390400000000 4.31 3128179270000000 4.67165 Oct 9390400000000 4.61 3164443150000000 4.74612 Nov 9590400000000 4.32 3207908290000000 4.77039 Dec 9790400000000 4.3 3307507550000000 4.80274
2013 Jan 9790400000000 4.57 3268789150000000 4.84021 Feb 10169400000000 5.31 3280420250000000 4.86119 Mar 11294400000000 5.9 3322528960000000 4.8695 Apr 11294400000000 5.57 3360928070000000 4.89075 May 11294400000000 5.47 3426304920000000 5.02275 Jun 11415400000000 5.9 3413378660000000 5.27558 Jul 11415400000000 8.61 3506573600000000 5.52051 Aug 11415400000000 8.79 3502419800000000 5.85743 Sep 11415400000000 8.4 3584080540000000 6.95555 Oct 11415400000000 8.32 3576869350000000 6.97042 Nov 11415400000000 8.37 3615972960000000 7.22435 Dec 11994400000000 8.38 3730197020000000 7.21695
2014 Jan 11994400000000 8.22 3652349280000000 7.23217 Feb 11994400000000 7.75 3643059460000000 7.17434 Mar 11994400000000 7.32 3660605980000000 7.12591 Apr 11994400000000 7.25 3730376450000000 7.13529 May 11994400000000 7.32 3789278640000000 7.14912 Jun 12294400000000 6.7 3865890610000000 7.13715 Jul 12294400000000 4.53 3895981200000000 7.09418 Aug 12294400000000 3.99 3895374360000000 6.97263 Sep 12294400000000 4.53 4010146660000000 6.88248 Oct 12594400000000 4.83 4024488870000000 6.84809 Nov 12727400000000 6.23 4076669880000000 6.86651
81
Dec 12917400000000 8.36 4173326500000000 6.90129 2015 Jan 12956400000000 6.96 4174825910000000 6.93347
Feb 12956400000000 6.29 4218122760000000 6.67129 Mar 12956400000000 6.38 4246361190000000 6.65157 Apr 13517400000000 6.79 4275711110000000 6.65972 May 13579400000000 7.15 4288369260000000 6.66058 Jun 14483400000000 7.26 4358801510000000 6.66592 Jul 14483400000000 7.26 4373208100000000 6.68538 Aug 14483400000000 7.18 4404085030000000 6.8 Sep 14483400000000 6.83 4508603170000000 7.15 Oct 14483400000000 6.25 4443078080000000 7.15 Nov 15983400000000 4.89 4452324650000000 7.15
Lampiran 2: Transformasi data rupiah ke dalam Logaritma Natural
Tahun Bulan LN(Emisi) Inflasi LN (JUB) SBIS
2012 Jan 29.69983134 3.65 35.58859294 4.88323
Feb 29.69983134 3.56 35.58679863 3.8229
Mar 29.69983134 3.97 35.60836984 3.82637
Apr 29.69983134 4.5 35.61364583 3.9257
May 29.73092683 4.45 35.63554512 4.32785
Jun 29.85730815 4.53 35.65483104 4.32005
Jul 29.87070901 4.56 35.65632026 4.45727
Aug 29.87070901 4.58 35.66745496 4.54005
Sep 29.87070901 4.31 35.67922753 4.67165
Oct 29.87070901 4.61 35.6907535 4.74612
Nov 29.89178371 4.32 35.7043955 4.77039
Dec 29.91242343 4.3 35.73497129 4.80274
2013 Jan 29.91242343 4.57 35.72319602 4.84021
Feb 29.95040433 5.31 35.72674793 4.86119
Mar 30.05532814 5.9 35.73950262 4.8695
Apr 30.05532814 5.57 35.75099354 4.89075
May 30.05532814 5.47 35.77025879 5.02275
Jun 30.06598444 5.9 35.76647901 5.27558
Jul 30.06598444 8.61 35.79341577 5.52051
Aug 30.06598444 8.79 35.7922305 5.85743
Sep 30.06598444 8.4 35.81527836 6.95555
Oct 30.06598444 8.32 35.81326433 6.97042
Nov 30.06598444 8.37 35.82413736 7.22435
82
Dec 30.11546099 8.38 35.85523745 7.21695
2014 Jan 30.11546099 8.22 35.83414699 7.23217
Feb 30.11546099 7.75 35.83160023 7.17434
Mar 30.11546099 7.32 35.8364051 7.12591
Apr 30.11546099 7.25 35.85528555 7.13529
May 30.11546099 7.32 35.87095206 7.14912
Jun 30.14016499 6.7 35.89096848 7.13715
Jul 30.14016499 4.53 35.89872196 7.09418
Aug 30.14016499 3.99 35.89856618 6.97263
Sep 30.14016499 4.53 35.92760421 6.88248
Oct 30.16427339 4.83 35.93117431 6.84809
Nov 30.17477827 6.23 35.94405684 6.86651
Dec 30.18959636 8.36 35.96748983 6.90129
2015 Jan 30.19261099 6.96 35.96784905 6.93347
Feb 30.19261099 6.29 35.97816658 6.67129
Mar 30.19261099 6.38 35.98483882 6.65157
Apr 30.23499886 6.79 35.99172682 6.65972
May 30.23957505 7.15 35.99468293 6.66058
Jun 30.30402428 7.26 36.01097353 6.66592
Jul 30.30402428 7.26 36.01427325 6.68538
Aug 30.30402428 7.18 36.02130892 6.8
Sep 30.30402428 6.83 36.04476378 7.15
Oct 30.30402428 6.25 36.03012379 7.15
Nov 30.4025718 4.89 36.03220275 7.15
Lampiran 3: Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
-0.05 0.00 0.05 0.10
Series: ResidualsSample 2012M01 2015M11Observations 47
Mean 8.35e-15Median -0.002576Maximum 0.113248Minimum -0.082928Std. Dev. 0.044043Skewness 0.557367Kurtosis 3.525963
Jarque-Bera 2.975239Probability 0.225910
83
Lampiran 4: Uji Multikolinearitas
Variance Inflation Factors Date: 10/12/17 Time: 03:49 Sample: 2012M01 2015M11 Included observations: 47
Coefficient Uncentered Centered Variable Variance VIF VIF
INFLASI 3.24E-05 28.85628 1.802999 JUB 0.009008 261904.1 3.772599 SBIS 0.000159 134.5550 4.934671
C 11.18733 253384.6 NA
Lampiran 5: Uji Heterokedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.996487 Prob. F(3,43) 0.1287 Obs*R-squared 5.746230 Prob. Chi-Square(3) 0.1246 Scaled explained SS 6.074650 Prob. Chi-Square(3) 0.1080
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 10/12/17 Time: 04:01 Sample: 2012M01 2015M11 Included observations: 47
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C -0.139114 0.104881 -1.326401 0.1917 INFLASI^2 -1.15E-05 2.87E-05 -0.399219 0.6917 LN_JUB^2 0.000114 8.32E-05 1.367637 0.1785
SBIS^2 -0.000121 6.85E-05 -1.765300 0.0846
R-squared 0.122260 Mean dependent var 0.001899 Adjusted R-squared 0.061023 S.D. dependent var 0.003050 S.E. of regression 0.002955 Akaike info criterion -8.729056 Sum squared resid 0.000376 Schwarz criterion -8.571596 Log likelihood 209.1328 Hannan-Quinn criter. -8.669803 F-statistic 1.996487 Durbin-Watson stat 1.090535 Prob(F-statistic) 0.128745
84
Lampiran 6: Uji Autokorelasi, Uji Regresi Linier Berganda, Uji t, Uji F, dan Uji Adj R2
Dependent Variable: EMISI Method: Least Squares Date: 10/12/17 Time: 03:44 Sample: 2012M01 2015M11 Included observations: 47
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
INFLASI 0.012689 0.005695 2.227983 0.0312 JUB 1.191654 0.094910 12.55568 0.0000 SBIS 0.000881 0.012595 0.069935 0.9446
C -12.71695 3.344747 -3.802068 0.0004
R-squared 0.940963 Mean dependent var 30.06078 Adjusted R-squared 0.936844 S.D. dependent var 0.181265 S.E. of regression 0.045554 Akaike info criterion -3.258592 Sum squared resid 0.089230 Schwarz criterion -3.101132 Log likelihood 80.57690 Hannan-Quinn criter. -3.199339 F-statistic 228.4517 Durbin-Watson stat 0.557791 Prob(F-statistic) 0.000000
Recommended