View
242
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH NPF, FDR, ROA, DAN CAR TERHADAP PEMBIAYAAN
SEKTOR UMKM PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA
(Periode Januari 2013 – Juni 2017)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Luthfia Fajriaty
NIM: 11140850000067
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISINIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/ 2018 M
ii
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. INFORMASI PRIBADI
Nama : Luthfia Fajriaty
Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 12 Desember 1995
Alamat : Komplek Batan Indah Blok O no 46,
Kademangan, Setu, Tangerang Selatan,
Banten 15313
Telepon : 0856 9248 7195
Email : luthfiaf@gmail.com
B. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Batan Indah : 2002 - 2008
2. SMP N 8 Kota Tangerang Selatan : 2008 - 2011
3. SMA N 2 Kota Tangerang Selatan : 2011 - 2014
4. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : 2014 – 2018
C. PENGALAMAN KERJA
1. PT. BNI Syariah Cabang Bumi Serpong Damai
D. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Anang Syarif
2. Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Mei 1967
3. Pekerjaan : PNS BATAN
4. Ibu : Poppy Laraswaty
5. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 27 Januari 1970
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
vii
ABSTRACT
This study aims to analyse the factors of MSME Sector Financing in Sharia
Bankiing in Indonesia. The factors analysed ini the influenced of MSME Sector
Financing are Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA) and Capital Adequacy Ratio (CAR). Data analysis
methods in this study is Multiple Linear Regression, data obtained on the basis
monthly contained in the Sharia Banking Statistics from OJK from January 2013
to June 2017.The result of research shows that partially NPF significantly influence
to channeling of financing MSME sector with sig. value 0.000 < 0.005. FDR has
significant effect on distribution of MSME sector financing with sig. value 0.021 <
0.005. ROA has significant effect on distribution of MSME sector financing with
sig. value 0.043 < 0.005. CAR has no significant effect on distribution of MSME
sector financing with sig. value 0.852 > 0.005. The result showed that NPF, FDR,
ROA and CAR variables are affecting the MSME Sector Financing with sig. value
0.000.
Keywords: NPF, FDR, ROA, CAR, MSME Financing
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi Pembiayaan Sektor UMKM pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Adapun beberapa factor yang dianalisis dalam mempengaruhi Pembiayaan Sekor
UMKM adalah Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Regresi Linier
Berganda, data diperoleh berdasarkan data bulanan yang terdapat dalam Statistika
Perbankan Syariah OJK dari bulan Januari 2013 sampai dengan Juni 2017. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial NPF berpengaruh secara signifikan
terhadap pembiayaan sektor UMKM dengan nilai sig. 0.000 < 0.005. FDR
berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan sektor UMKM dengan nilai
sig. 0.021 < 0.005. ROA berpengaruh secara signifikan terhadap pembiayaan sektor
UMKM dengan nilai sig. 0.043 < 0.005. CAR tidak memiliki pengaruh signifikan
terhdap pembiayaan sektor UMKM dengan nilai sig. 0.852 > 0.005. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan variabel NPF, FDR, ROA dan CAR
berpengaruh terhadap pembiayaan sektor UMKM dengan nilai sig. 0.000.
Kata kunci: NPF, FDR, ROA, CAR, Pembiayaan UMKM
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada penulis serta menganugerahkan
kesehatan dan kemampuan berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini yang berjudul “Pengaruh NPF, FDR, ROA, dan CAR Terhadap
Pembiayaan Sektor UMKM Pada Perbankan Syariah di Indonesia (Periode
Januari 2013 – Juni 2017)”. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
program sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik tanpa bimbingan, dukungan serta bantuan dari berbagai
pihak mulai dari awal perkuliahan sampai penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
berjasa dalam hidup penulis dan dalam penpyusunan skripsi ini, khususnya:
1. Kedua Orangtua penulis yang selalu memberikan doa, kasih sayang,
motivasi, nasehat, semangat dan dukungan dalam menjalani kehidupan ini.
2. Kakak penulis yang selalu mendukung dan memberikan semangatnya.
3. Bapak Dr. M.Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan, Bapak Dr. Amilin,
SE,. Ak., CA., QIA., BKP., selaku Wakil Dekan I Bidang Akademik, Bapak
Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H., selaku Wakil Dekan II Bidang
Administrasi Umum, dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, M.A., selaku
Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA. Selaku Ketua Jurusan dan Ibu
Fitri Damayanti, SE., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
memberikan wawasan ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat kepada
penulis.
x
5. Ibu Aini Masruroh SEI., MM selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, membimbing, memberikan arahan, memberikan
motivasi, serta memberikan banyak pengetahuan dan wawasan ilmu yang
sangat bermanfaat bagi penulis.
6. Seluruh Bapak/Ibu Dosen dan kayawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan banyak bantuan kepada penulis selama masa studi.
7. Teman-teman yang selalu menemani penulis selama masa perkuliahan
yakni Lavena, Qisthi, Arin, Dewi, Vicka, Rahmi, Zulisa, Almira dan Lita
yang telah menemani dan memberikan warna, tawa, motivasi, nasihat,
dukungan, dan doa selama ini kepada penulis.
8. Teman-teman Perbankan Syariah Angkatan 2014 Perbankan Syariah
Fakutas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berjuang
bersama dari awal hingga akhir.
9. Teman-teman KKN 114 2017 yang telah memberikan banyak pengalaman
dalam kehidupan sosial dan Dea sebagai tempat keluh kesah yang selalu
memberikan nasihat dan semangat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Adapun
segala kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung
jawab penulis. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 24 April 2018
Luthfia Fajriaty
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ILMIAH ........................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .........................................................................................vi
ABSTRACT ....................................................................................................................... vii
ABSTRAK ....................................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ix
DAFTAR ISI...................................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................................................... 11
C. Batasan Masalah ................................................................................................. 12
D. Rumusan Masalah .............................................................................................. 12
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................... 15
A. Pembiayaan ......................................................................................................... 15
1. Definisi Pembiayaan ....................................................................................... 15
2. Pembiayaan Bank Syariah ............................................................................. 18
3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah ......................................................... 20
B. Kinerja Keuangan ............................................................................................... 22
1. Definisi Kinerja Keuangan ............................................................................. 22
2. Non Performing Financing (NPF) ................................................................. 22
3. Financing to Deposit Ratio (FDR) .................................................................. 24
4. Return On Asset (ROA) ................................................................................... 25
5. Capital Adequacy Ratio (CAR) ........................................................................ 26
C. Usaha Mikro Kecil dan Menengah .................................................................... 28
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah ........................................... 28
2. Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah .................................................... 30
xii
D. Bank Umum Syariah .......................................................................................... 30
1. Definisi Bank Umum Syariah ........................................................................ 30
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah .................................................................... 32
3. Produk Bank Syariah ..................................................................................... 33
E. Unit Usaha Syariah ............................................................................................. 37
F. Penelitian Terdahulu .......................................................................................... 39
G. Keterkaitan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen ..... 41
H. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 48
A. Ruang Lingkup Penelitian.................................................................................. 48
B. Populasi dan Penentuan Sampel ........................................................................ 49
C. Metode Pengumpulan Data ................................................................................ 50
D. Metode Analisis Data .......................................................................................... 52
1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................................... 52
2. Uji Hipotesis .................................................................................................... 57
3. Analisis Regresi Linier Berganda .................................................................. 60
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................................ 61
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................. 67
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian..................................................... 67
B. Deskripsi Data ..................................................................................................... 69
C. Analisis Data dan Pembahasan .......................................................................... 77
D. Interpretasi .......................................................................................................... 91
BAB V PENUTUP ........................................................................................................... 96
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 96
B. Saran .................................................................................................................... 97
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 99
LAMPIRAN................................................................................................................... 106
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1: Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) ....................... 3
Tabel 1.2: Tingkat NPF, FDR, ROA dan CAR Perbankan Syariah .................... 8
Tabel 2.1: Kriteria Penilaian Peringkat NPF ........................................................ 24
Tabel 2.2: Penelitian Terdahulu ........................................................................... 39
Tabel 3.1: Populas ................................................................................................ 49
Tabel 3.2: Proses Pengambilan Sampel ............................................................... 50
Tabel 3.3: Ringkasan Operasional Variabel ......................................................... 64
Tabel 4.1: Jumlah BUS dan UUS di Indonesia .................................................... 67
Tabel 4.2: Data Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi UMKM ........................ 69
Tabel 4.3: Data Non Performing Financing (NPF) ............................................. 71
Tabel 4.4: Data Financing to Deposit Ratio (FDR) ............................................. 72
Tabel 4.5: Data Return On Asset (ROA) .............................................................. 73
Tabel 4.6: Data Capital Adequacy Ratio (CAR) .................................................. 75
Tabel 4.7: Uji Kolmogorov-Smirnov ..................................................................... 78
Tabel 4.8: Uji Multikolinearitas ........................................................................... 79
Tabel 4.9: Uji Autokorelasi .................................................................................. 81
Tabel 4.10: Uji-t ................................................................................................... 82
Tabel 4.11: Uji F .................................................................................................. 86
Tabel 4.12: Koefisien Determinasi ...................................................................... 87
Tabel 4.13: Analisis Regresi Berganda ................................................................ 88
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1: Perkembangan Pembiayaan UMKM dan Non UMKM .................. 6
Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran ........................................................................ 47
Gambar 4.2: Uji Normalitas Histogram ............................................................... 77
Gambar 4.3: Uji Normalitas P-Plot ...................................................................... 77
Gambar 4.4: Uji Heterokedastisitas ..................................................................... 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi bank sebagai lembaga intermediasi membuat bank memiliki
posisi yang strategis dalam perekonomian. Aktifitas bank yaitu
menghimpun dana dan menyalurkan dana kepada masyarakat yang
membutuhkan akan meningkatkan arus dana untuk investasi, modal kerja
maupun konsumsi. Dengan demikian, akan dapat meningkatkan
perekonomian nasional (Kasmir, 2008).
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
menyebutkan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat
dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Bank Umum Syariah adalah bank
syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Dalam rangka melaksanakan fungsinya bank syariah dapat
menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan kepada UMKM dan non
UMKM. Dalam penelitian ini fokus pada pembiayaan kepada UMKM,
sebab Bank Indonesia (BI) mencatat baru 22 persen usaha mikro, kecil dan
menengah (UMKM) yang menikmati akses pembiayaan perbankan
(Pramdia, 2016).
2
Peran UMKM dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia sudah
tidak diragukan lagi. Jumlah UMKM di Indonesia mencapai 56 juta unit dan
menyumbang 60 persen dari total Gross Domestic Product (GDP) dan
menampung 97 persen dari total tenaga kerja pada tahun 2012 (Inasius,
2014).
UMKM dapat bertahan di masa krisis ekonomi pada tahun 1998
dimana banyak perusahaan-perusahaan besar yang collaps pada saat itu.
Kemampuan UKM untuk survive dengan sumber daya pribadi inilah
membuat banyak kalangan merasa optimis bahwa UKM di masa sekarang
dan di masa depan merupakan tonggak penyelamat ekonomi nasional
(Muhammad, 2007).
Pasca krisis ekonomi, jumlah UMKM justru meningkat secara terus
menerus, bahkan mampu menyerap 85 juta hingga 107 juta tenaga kerja
sampai dengan tahun 2012. Pada tahun 2012, jumlah pengusaha di
Indonesia sebanayak 56.539.560. Dari jumlah tersebut, Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) sebanyak 56.534.592 unit atau 99,99%, dan
sisanya 4.968 unit atau 0,01% adalah usaha besar. Berdasarkan data tersebut
membuktikan bahwa UMKM merupakan pasar yang sangat potensial bagi
industri jasa keuangan karena sekitar 60-70% pelaku UMKM belum
memiliki akses pembiayaan perbankan (LPPI dan BI, 2015).
Pengalaman tersebut telah menyadarkan banyak pihak, untuk
memberikan porsi lebih besar terhadap bisnis skala mikro, kecil, dan
menengah. Pemerintah dan legislatif membuktikan perhatiannya terhadap
3
UMKM dengan meluncurkan UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM.
Dengan adanya peraturan yang menjadi payung hukum, gerak UMKM
menjadi semakin leluasa. Persoalan klasik seperti akses permodalan kepada
lembaga keuangan pun mulai bisa teratasi. Karena di dalam peraturan itu
tercantum mengenai perluasan pendanaan dan fasilitasi oleh perbankan dan
lembaga jasa keuangan non-bank (LPPI dan BI, 2015).
Berdasarkan data UMKM 2012-2013 perkembangan UMKM terus
mengalami peningkatan hal ini dapat dilihat dari data statistik UMKM
tentang jumlah unit yang berkembang di Indonesia. Dapat dilihat pada tabel
1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Jumlah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun 2011-2013
Satuan
2011 2012 2013
Jumlah Pangsa
(%) Jumlah
Pangsa
(%) Jumlah
Pangsa
(%)
Unit 55.206.444 99.99 56.534.592 99.99 57.895.721 99.99
Sumber: Kementerian Koperasi dan UKM (data diolah)
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, perkembangan unit UMKM
berkembang sangat baik dan hamper dalam tiap tahunnya selalu mengalami
peningkatan dan perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa peranan UMKM dalam
perekonomian indonesia adalah sentral dalam menyediakan lapangan
pekerjaan dan menghasilkan out-put. Meskipun peranan UMKM dalam
perekonomian indonesia adalah sentral, namun kebijakan pemerintah
maupun pengaturan yang mendukungnya sampai sekarang dirasa belum
maksimal (Niode, 2009).
4
Perkembangan dan pertumbuhan usaha mikro, UMKM ini telah
diakui memiliki pengaruh yang besar terhadap pembangunan ekonomi
negara Indonesia. Selain kontribusi yang besar terhadap peningkatan
perekonomian nasional, UMKM juga dianggap sebagai usaha yang
memiliki fleksibilitas dan ketangguhan dalam menghadapi krisis ekonomi
yang berkepanjangan (Kara 2013).
Keberadaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dinilai
mampu membantu penduduk yang berpendapatan rendah untuk keluar dari
lingkaran kemiskinan di beberapa negara berkembang. Namun demikian,
perkembangan UMKM ini masih banyak mengalami hambatan. Tambunan
(2012) dilihat dari jumlah unit usahanya, kelompok UMKM jauh melebihi
jumlah unit usaha dari kelompok Usaha Besar (UB), maka dapat dikatakan
bahwa kontribusi terhadap pertumbuhan PDB yang besar tersbut dari
UMKM lebih disebabkan oleh jumlah unitnya yang banyak, bukan karena
tingkat produktivitasnya (secara individu menurut faktor produksi, misalnya
produktivitas tenaga kerja atau produktivitas faktor total) yang tinggi.
Tambunan (2009) menjelaskan bahwa meskipun banyak pendapat
yang menyatakan bahwa UMKM sangat penting di Indonesia sebagai
penyerap tenaga kerja terbesar dan sebagai salah satu sumber penciptaan
PDB, Namun secara teori, UMKM memiliki pangsa PDB yang tinggi
karena jumlah unit yang sangat banyak dengan pertumbuhan output rata-
rata per unit yang rendah. Dapat dikatakan UMKM memiliki produktivitas
yang rendah dibandingkan Usaha Besar. Mengukur produktivitas yaitu
5
dengan menghitung rasio nilai tambah terhadap jumlah tenaga kerja.
Khusus di industri manufaktur, periode 2001-2005, produktivitas tenaga
kerja di UB dan UM pada tahun 2005 tercatat sebesar Rp 257,58 juta per
pekerja, sedangkan UMK hanya sebanyak Rp 19,83 juta per pekerja. Pada
tahun 2001, produktivitas tenaga kerja di UB dan UM sebesar Rp 167,70
juta di bandingkan UMK hanya sebesar Rp 10,98 juta. (BPS, 2006)
Alternatif lainnya untuk mengukur tingkat kesejahteraan di UMKM
adalah dengan menghitung tingkat produktivitas per unit usaha, yakni nilai
output atau nilai tambah per unit usaha. Dalam kelompok UMKM tingkat
produktivitas unit usaha dari UMK sebesar 25,8 Juta rupiah lebih rendah
daripada Usaha Menengah sebesar 25,8 Miliar rupiah. Meskipun
produktivitas unit usaha dari UMK terus meningkat secara konsisten,
nilainya tetap kecil, terutama dibandingkan dengan Usaha Besar yang
mencapai triliun rupiah per perusahaan (Tambunan, 2009)
Diantara banyak faktor, dua penyebab utama yang membuat
rendahnya produktivitas UMKM di Indonesia adalah rendahnya tingkat
pendidikan formal baik pengusaha maupun pekerja dan keterbatasan modal,
terutama untuk membeli mesin-mesin baru/modern dan untuk melakukan
inovasi. Rendahnya produktivitas UMKM membuat pendapatan pengusaha
dan pekerja menjadi rendah sehingga baik pekerja maupun pengusaha sulit
untuk keluar dari lingkaran kemiskinan. (Tambunan, 2012)
Belum optimalnya bantuan sektor perbankan terhadap masalah
UMKM ini mendorong BI merumuskan kebijakan untuk meningkatkan
6
fungsi intermediasi perbankan yang bertujuan membantu akses pendanaan
bagi UMKM (BI 2011). Menurut ketentuan BI (2012), bank umum wajib
memberikan minimal 20% dari total pembiayaannya untuk UMKM. Selain
itu, kementerian keuangan mengeluarkan program penjaminan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) dengan tujuan mengembangkan UMKM dan koperasi
secara berkesinambungan (BI 2011).
Gambar 1.1
Perkembangan Pembiayaan UMKM dan Non UMKM
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017 (data diolah)
Berdasarkan Gambar 1.1 di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Perbankan Syariah dalam menyalurkan dananya kepada UMKM masih
rendah dibandingkan dengan penyaluran dana kepada Non UMKM. Pada
tahun 2013 penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi UMKM
sebesar Rp 110.086 miliar sedangkan untuk Non UMKM sebesar Rp 74.034
miliar. Pada tahun 2014 penyaluran pembiayaan modal kerja dan investasi
UMKM sebesar Rp 59.806 miliar sedangkan untuk Non UMKM sebesar Rp
110086
5980650291 54530 57319
74034
139524
162705
193476207999
0
50000
100000
150000
200000
250000
2013 2014 2015 2016 Jun-17
UMKM
Non UMKM
7
139.524 miliar. Pada tahun 2015 dalam menyalurkan dana kepada UMKM
mengalami penurunan menjadi Rp 50.291 miliar dan untuk Non UMKM Rp
162.705 miliar. Pada tahun 2016 dalam menyalurkan dana kepada UMKM
mengalami kenaikan Rp 54.530 miliar dan untuk Non UMKM sebesar Rp
193.476 miliar. Sedangkan pada Juni 2017 dalam menyalurkan dana kepada
UMKM mengalami kenaikan menjadi Rp 57.319 miliar dan untuk Non
UMKM sebesar Rp 207.999 miliar.
Selain itu, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan total pembiayaan
tidak diikuti dengan pertumbuhan untuk sektor UMKM. Perbankan syariah
masih cenderung menyalurkan pembiayaannya untuk sektor bukan UMKM.
Proporsi pembiayaan bukan UMKM pada Juni 2017 adalah sebesar 78,4%
atau 207.999 Miliar rupiah, sedangkan pembiayaan UMKM hanya 21,6%
sebesar 57.319 Miliar rupiah. Hal ini juga dapat dilihat dari tren
meningkatnya pembiayaan bukan UMKM dan menurunnya pembiayaan
pada UMKM serta perbedaan yang semakin besar di antara keduanya. Jika
berlangsung terus menerus, kondisi ini akan mendorong terjadinya
ketimpangan karena dana bank syariah hanya berputar di antara pihak-pihak
yang mampu secara finansial dan tidak tersalurkan secara optimal kepada
pihak yang membutuhkan.
Penyaluran dana ke sektor UMKM melalui perbankan syariah ini
tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya dapat dilihat dari
sisi internal Bank Umum Syariah itu sendiri, yakni dari Tingkat Non
Performing Financing (NPF), Tingkat Financing to Deposit Ratio (FDR),
8
Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Berdasarkan
data Statistik Perbankan Syariah yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), berikut tingkat Non Performing Financing (NPF), tingkat
Financing to Deposit Ratio (FDR), tingkat Return On Asset (ROA) dan
tingkat Capital Adequacy Ratio (CAR) periode Januari 2013 sampai dengan
Juni 2017.
Tabel 1.2:
Tingkat Non Performing Financing (NPF), Tingkat Financing to Deposit
Ratio (FDR), Tingkat Return On Asset (ROA) dan Tingkat Capital Adequacy
Ratio (CAR) Perbankan Syariah
Januari 2013 – Juni 2017
Tahun NPF FDR ROA CAR
2013 2,62 100,32 2,00 14,42
2014 4,33 91,50 0,80 15,74
2015 4,34 92,13 0,84 15,02
2016 4,15 88,78 0,94 16,63
Juni 2017 3,98 87,84 1,48 16,42
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017 (data diolah)
Tingkat Non Performing Financing (NPF) menjadi salah satu faktor
yang diperhitungkan oleh bank sebelum memberikan pembiayaan kepada
nasabah. Pembiayaan yang dilakukan bank besar kemungkinan akan terjadi
risiko pembiayaan yang meliputi pembiayaan dalam perhatian khusus,
kurang lancar, diragukan dan macet. Bank dengan NPF yang tinggi akan
memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya
lainnya, sehingga berpotensi terhadap kerugian bank (Ihsan, 2013).
Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa nilai Non Performing
Financing (NPF) dari tahun ke tahun selalu naik-turun. Pada tahun 2013,
tingkat NPF sebesar 2,62% dan pada Juni 2017, NPF bank umum syariah
9
adalah 3,98%. Bank Indonesia menetapkan tingkat NPF maksimal 5%, dan
jika melebihi 5% akan mengurangi score penilaian tingkat kesehatan bank
sehingga tingkat kesehatan bank akan menurun. Semakin tinggi NPF, maka
akan menyebabkan nilai pembiayaan murabahah menjadi turun (Yasin,
2014:186).
Dalam memberikan pembiayaan, bank juga harus memperhatikan
tingka Financing to Deposit Ratio (FDR) yang dimiliki bank. FDR
berfungsi untuk mengetahui apakah bank dapat menyalurkan dananya
dengan baik atau tidak. Apabila FDR mendekati 100%, maka kinerja bank
dalam hal penyaluran dana bisa dibilang baik, namun apabila berlebih dari
100% maka hal ini dapat menggambarkan bahwa bank kurang bisa
memaksimalkan dana yang ada di bank tersebut. Semakin tinggi FDR maka
pembiayaan yang diberikan akan meningkat begitu juga sebaliknya.
Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa nilai Financing to Deposit
Ratio (FDR) dari tahun ke tahun selalu naik-turun. Pada tahun 2013, tingkat
FDR sebesar 100,32% dan pada Juni 2017, FDR bank umum syariah adalah
87,84%. Dapat dilihat bahwa penyaluran dana yang dilakukan oleh
perbankan syariah masih dikategorikan baik karena mendekati 100%.
Untuk dapat memberikan pembiayaan, bank juga harus
memperhatikan keuntungan atau laba yang diperoleh. Return On Asset
(ROA) merupakan rasio laba bersih sebelum pajak dengan total asset yang
menggambarkan keuntungan yang diperoleh bank pada suatu periode
tertentu. Jika nilai ROA tinggi, maka pembiayaan yang disalurkan oleh bank
10
juga akan meningkat begitupula sebaliknya jika ROA rendah maka
pembiayaan yang disalurkan oleh bank juga akan menurun.
Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa nilai Return On Asset (ROA)
dari tahun ke tahun selalu naik-turun. Pada tahun 2013, tingkat ROA sebesar
2,00% dan pada Juni 2017, ROA bank umum syariah adalah 1,48%. Dapat
dilihat bahwa kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan semakin
baik, karena nilai ROA selalu naik setiap tahunnya.
Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya juga harus
memperhatikan kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia selaku bank
sentral. BI menetapkan bahwa setiap bank harus menyediakan modal
minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko. Capital
Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi
menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank.
Pada Tabel 1.2 menunjukkan bahwa nilai Capital Adequacy Ratio
(CAR) dari tahun ke tahun selalu naik-turun. Pada tahun 2013, tingkat CAR
sebesar 14,42% dan pada Juni 2017, CAR bank umum syariah adalah
16,42%. Dapat dilihat bahwa CAR selalu meningkat setiap tahunnya.
Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk
menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengambil judul
“Pengaruh NPF FDR ROA CAR Terhadap Pembiayaan Sektor
UMKM Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode Januari 2013 –
Juni 2017”
11
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka muncul
permasalahan yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
1. Bank Indonesia menetapkan batas minimum penyaluran pembiayan
sektor UMKM minimal 20% dari total pembiayaan setiap bank.
2. Berdasarkan data OJK Juni 2017, pembiayaan yang disalurkan kepada
sektor UMKM oleh perbankan syariah di Indonesia hanya 21%.
3. Perkembangan pembiayaan yang disalurkan oleh bank tidak diikuti
pada pembiayaan di sektor UMKM.
4. Jumlah UMKM yang selalu meningkat tidak sebanding dengan
pembiayaan yang disalurkan bank kepada sektor UMKM.
5. Produktivitas UMKM yang masih rendah dibandingkan dengan Usaha
Besar.
6. NPF yang selalu meningkat menjadi salah satu faktor penyaluran
pembiayaan untuk sektor UMKM yang masih rendah
7. Variabel FDR yang menurun setiap tahunnya juga memberikan dampak
kepada penyaluran pembiayaan kepada UMKM yang masih rendah.
8. Variabel ROA yang menurun setiap tahunnya juga memberikan
dampak kepada penyaluran pembiayaan kepada UMKM yang masih
rendah.
12
C. Batasan Masalah
Agar bahasan penelitian ini tidak menyimpang dari yang
diharapkan, maka peneliti memberikan batasan permasalahan. Adapun
batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Objek penelitian ini hanya difokuskan pada Perbankan Syariah (Bank
Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah) di Indonesia.
2. Periode yang diambil dalam penelitian ini selama 54 bulan dimulai dari
Januari 2013 sampai dengan Juni 2017.
3. Variabel yang difokuskan dalam penelitian ini adalah Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset
(ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) untuk menganalisis
pengaruhnya terhadap Pembiayaan Sektor UMKM pada Perbankan
Syariah di Indonesia.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Apakah Non-Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
berpengaruh secara parsial terhadap pembiayaan sektor UMKM Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2013-2017?
2. Apakah Non-Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
13
berpengaruh secara simultan terhadap pembiayaan sektor UMKM Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2013-2017?
3. Variabel manakah yang berpengaruh paling dominan terhadap
pembiayaan sektor UMKM Pada Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2013-2017?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut.
a. Untuk menganalisis pengaruh secara parsial Non-Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On
Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
pembiayaan sektor UMKM Pada Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2013-2017.
b. Untuk menganalisis pengaruh secara simultan Non-Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On
Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
pembiayaan sektor UMKM Pada Perbankan Syariah di Indonesia
Periode 2013-2017.
c. Untuk mengetahui variabel yang paling besar berpengaruh terhadap
pembiayaan UMKM Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode
2013-2017.
14
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi Akademisi
Memberikan wawasan atau pengetahuan mengenai pengaruh
Non-Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
terhadap pembiayaan sektor UMKM Bank Umum Syariah di
Indonesia.
b. Bagi Peneliti
Peneliti dapat menambah pengetahuna mengenai bank
syariah terutama Non-Performing Financing (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA), Capital Adequacy
Ratio (CAR) dan pembiayaan sektor UMKM. Penelitian ini juga
dapat digunakan sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu yang
selama ini didapat secara teoritis dikatikan dengan kondisi
sebenarnya di lapangan.
c. Bagi Perbankan Syariah
Diharapkan dapat membantu dengan informasi yang ada
dalam penelitian ini untuk pembuatan kebijakan yang berkaitan
dengan pembiayaan untuk sektor UMKM.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembiayaan
1. Definisi Pembiayaan
Pembiayaan dalam Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil. (Kasmir, 2015)
Dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah, pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berupa: transaksi bagi hasil dalam bentuk
mudharabah dan musyarakah; transaksi sewa-menyewa dalam bentuk
ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik; transaksi
jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;
transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan transaksi
sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau
UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau
diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka
waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.
16
Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh
suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik ddaftar isi
ilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang
telah direncanakan (Muhammad, 2005).
Pembiayaan merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu
pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memnuhi kebutuhan pihak-
pihak yang merupakan defisit unit (Antonio, 2001)
a. Prinsip Pembiayaan
1) Prinsip Keadilan
Prinsip ini tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi
hasil dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati
bersama antara bank dengan nasabah.
2) Prinsip Kesederajatan
Bank syariah menempatkan nasabah penyimpan dana,
nasabah pengguna dana, maupun bank pada kedudukan yang
sama dan sederajat. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban,
risiko dan keuntungan yang berimbang antara nasabah
penyimpan dana, nasabah pengguna dana maupun bank.
3) Prinsip Ketentraman
Produk-produk bank syariah telah sesuai dengan prinsip dan
kaidah muamalah Islam, antara lain tidak adanya unsur riba serta
17
penerapan zakat harta. Dengan demikian, nasabah akan
merasakan ketentraman lahir maupun batin (Muhammad, 2005).
b. Tujuan Pembiayaan
Menurut Rivai (2008:5) pada dasarnya terdapat dua fungsi yang
saling berkaitan dari pembiayaan, yaitu:
1) Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari
pembiayaan berupa keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang
diperoleh dari usaha yang dikelola bersama nasabah. Oleh karena
itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada nasabah-
nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembalikan
pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor kemampuan
dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan sekaligus
juga keuntungan (profitability) dari suatu pembiayaan sehingga
kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian,
keuntungan merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang
terjelma dalam bentuk hasil yang diterima.
2) Safety, keamanan dan prestasi atau fasilitas yang diberikan harus
benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-
benar tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu,
dengan keamanan ini dimaksudkan agar prestasi yang diberikan
dalam bentuk modal, barang atau jasa itu betul-betul terjamin
pengembaliannya sehingga keuntungan (profitability) yang
diharapkan dapat menjadi kenyataan.
18
2. Pembiayaan Bank Syariah
Dalam menyalurkan dana nasabah, produk-produk pembiayaan
bank syariah dapat menggunakan empat pola yang berbeda, yaitu pola
bagi hasil (syirkah), pola jual beli (ba’i), pola sewa (ijarah) dan pola
pinjaman (qardh) (Ascarya, 2008).
1) Pembiayaan dengan pola jual beli (ba’i)
a) Pembiayaan ba’i al-Murabahah
Pembiayaan Murabahah adalah pernjanjian pembiayaan
suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli
dan pembeli membayarnya dengan yang lebih sebagai
keuntungan yang disepakati (Soemitra, 2009).
b) Pembiayaan ba’i as-Salam
Pembiayaan salam adalah pembiayaan suatu barang
dengan cara pemesanan dan pembayaran harga dilakukan terlebih
dahulu dengan syarat yang telah disepakati. (Soemitra, 2009)
c) Pembiayaan ba’i al-Istishna
Pembiayaan istishna adalah pembiayaan barang dalam
bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan
persyaratan tertentu yang disepakati anatar pemesan atau pembeli
(mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’). Perbedaan
dengan pembiayaan salam adalah pembayara pembiyaan istishna
dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin)
pembayaran. (Soemitra, 2009)
19
2) Pembiayaan dengan pola bagi hasil (syirkah)
a) Pembiayaan Musyarakah adalah pembiayaan sebagian kebutuhan
modal pada suatu usaha utnuk jangka waktu terbatas sesuai
kesepakatn. Hasik usaha bersih dibagi antara bank sebgai
penyandang dana (shahibul maal) dengan pengelola usaha
(mudharib) sesuai kesepakata. Umumnya porsi bagi hasil
ditetapkan sesuai dengan persentase kontribusi modal masing-
masing. Pada akhir jangka waktu pembiayaan, dana pembiayaan
dikempalikan kepada pihak bank. Bank boleh ikut serta dalam
manajemen proyek yang dibiayai (Pertawataatmadja &Tanjung,
2007)
b) Pembiayaan Mudharabah adalah akad kerjasama suatu usaha
antara pihak pertama yang menyediakan seluruh modal (shahibul
maal/bank) dan pihak kedua (mudharib/nasabah) yang bertindak
sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha
sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad,
kerugian ditanggung sepenuhnya oleh bank kecuali jika nasabah
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi
perjanjian (Soemitra, 2009).
3) Pembiayaan dengan pola sewa (ijarah)
a) Ijarah berarti menyewakan sesuattu, sewa menyewa untuk
mendapatkan manfaat barang atau upah-mengupah tenaga kerja
20
tanpa ada perubahan kepemilikan terhadap objek yang
diperjanjikan (IBI, 2014)
b) Ijarah Muntahiya Bit Tamlik adalah akad sewa menyewa barang
antara pemilik barang (muajir) dengan penyewa (mustajir) yang
diikuti janji, bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan
barang sewaan akan berpindah kepada mustajir (Wirdyaningsih,
et al., 2007)
4) Pembiayaan dengan pola pinjaman (qardh)
Pembiayaan qardh adalah akad pinjaman dana kepada nasabah
dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan pokok
pinjaman yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati baik
secara sekaligus maupun cicilan (Soemitra, 2009).
3. Jenis-Jenis Pembiayaan Bank Syariah
Jenis-jenis pembiayaan pada bank syariah:
1) Pembiayaan Modal Kerja Syariah
Secara umum yang dimaksud dengan pembiayaan modal
kerja syariah adalah pembiyaan jangka pendek yang diberikan
kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja
usahanya berdasarkan prinsip syariah. Jangka waktu pembiayaan
modal kerja maksimum satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai
dengan kebutuhan. (Karim, 2007)
Kebutuhan pembiayaan modal kerja syariah daoat dipenuhi
dengan berbagai cara, antara lain dengan pembiayaan bagi hasil
21
(mudharabah dan musyarakah) dan pembiayaan jual-beli
(murabahah dan salam) (Ascarya, 2008)
2) Pembiayaan Investasi Syariah
Pembiayaan investasi syariah adalah pembiayaan jangka
menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang
modal yang diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi
mesin dan peralatan, modernisasi mesin dan peralatn, ekspansi serta
relokasi proyek yang sudah ada (Karim (2007).
3) Pembiayaan Konsumtif Syariah
Pembiayaan konsumtif adalah pembiayaan yang diberikan
untuk tujuan di luar usaha dan umumnya bersifat perorangan
(Karim, 2007)
4) Pembiayaan Sindikasi
Pembiayaan sindikasi adalah pembiayaan yang diberikan
oleh lebih dari satu lembaga keuangan bank untuk satu objek
pembiayaan tertentu. Pada umumnya, pembiyaan ini diberikan bank
kepada nasabah korporasi yang memiliki nilai transaksi yang sangat
besar (Karim, 2007).
5) Pembiayaan Berdasarkan Take Over
Pembiayaan berdasarkan takeover adalah pembiayaan yang
timbul sebagai akibat dari takeover terhadap transaksi non syariah
yang telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas
permintaan nasbah (Karim, 2007)
22
6) Pembiayaan Letter Of Credit (L/C)
Pembiayaan Letter of Credit (L/C) adalah pembiayaan yang
diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor atau ekspor
nasabah (Karim, 2007)
B. Kinerja Keuangan
1. Definisi Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah gambaran kondisi keuangan perusahaan
pada suatu periode baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dana, yang biasa diukur dengan indicator kecukupan modal,
likuiditas dan profitabilitas (Jumingan, 2006)
Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi yang dicapai
perusahaan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat
kesehatan perusahaan tersebut (Sutrisno, 2009)
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi
keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis
keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan
keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja dalam
periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan
secara optimal dalam menghadapi perubahan lingkungan (Fahmi, 2011)
2. Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) adalah rasio antara pembiayaan
yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan oleh bank
syariah. Dalam kegiatan sehari-hari, pembiayaaan bermasalah adalah
23
pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk dalam
kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan
pembiayaan macet. (Dendawijaya, 2005)
NPF mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi
oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas
pembiayaan bank syariah semakin buruk (Ihsan, 2013). Non Performing
Financing (NPF) merupakan jumlah pembiayaan yang tergolong non
lancar dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet, berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif
(Muhammad, 2005).
Besaran rasio Non Performing Financing (NPF) /Non Performing
Loan (NPL) yang ditetapkan oleh Bank Indonesia berdasarkan Peraturan
BI Nomor 15/2/PBI/2013 adalah maksimal 5%. Jika melebihi 5% maka
akan mempengaruhi tingkat kesehatan bank yang bersangkutan. Berikut
merupakan rumus untuk mengukur tingkat Non Performing Financing
(Djamil, 2012)
NPF = Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan × 100%
Adapun menurut Surat Edaran Bank Indonesia No 9/24/DPbS
tanggal 30 Oktober 2007, kriteria penilaian peringkat Non Performing
Financing (NPF) adalah sebagai berikut:
24
Tabel 2.1
Kriterian Penilaian Peringkat NPF
Peringkat Nilai NPF Predikat
1 NPF <2% Sangat Sehat
2 2% < NPF< 5% Sehat
3 5% < NPF< 8% Cukup Sehat
4 8% < NPF< 12% Kurang Sehat
5 NPF > 12% Tidak Sehat Sumber: SE BI No. 9/24/Dpbs Tanggal 30 Oktober 2007
Ketidaklancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun bagi
hasil atau profit margin pembiayaan menyebabkan adanya
kolektabilitas pembiayaan. Secara umum kolektibilitas pembiayaan
dikategorikan menjadi lima macam, yaitu (Veithzal, 2008):
a. Lancar atau kolektibilitas 1
b. Dalam Perhatian Khusus atau kolektabilitas 2
c. Kurang Lancar atau kolektabilitas 3
d. Diragukan atau kolektabilitas 4
e. Macet atau kolektabilitas 5
3. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005). Seberapa besar
pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat atau nasabah, bank
harus mampu mengimbanginya dengan segera memenuhi kebutuhan
akan penarikan kembali dana sewaktu-waktu oleh deposan. FDR
diartikan sebagai perbandingan antara pembiayaan yang diberikan
25
dengan dana yang diterima bank. FDR ini menjadi salah satu rasio
likuiditas bank yang berjangka waku agak panjang. (Wibowo, 2007).
Indikator untuk mengetahui likuid atau tidaknya sebuah bank dapat
dilihat dari rasio FDR bank tersebut. Bank dikatakan likuid ketika
mampu memenuhi semua kewajiban hutangnya dan memenuhi
permintaan kebutuhan dana yang diajukan nasabah tanpa adanya
penangguhan dalam pemberian dana melalui pembiayaan tersebut.
Sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, bahwa rasio FDR minimal
75% dan tidak boleh melebihi 110%. Dengan rasio FDR diantara
tingkatan tersebut, menandakan bahwa bank syariah menjalankan fungsi
intermediasi dengan baik. Semakin tinggi rasio FDR mempengaruhi
likuiditas bank karena nantinya bank tidak memiliki cadangan dana
untuk memenuhi permintaan kebutuhan dana masyarakat.
Semakin tinggi FDR, maka pembiayaan yang disalurkan juga
semakin meningkat. Begitujuga sebalinya, jika terjadi penurunan FDR,
maka pembiayaan yang disalurkan juga mengalami penurunan. Rumus
untuk mengetahui FDR adalah sebagai berikut.
FDR =Jumlah Pembiayaan yang Disalurkan
Dana yang Diterima Bank × 100%
4. Return On Asset (ROA)
Return On Asset (ROA) merupakan rasio antara saldo laba bersih
sebelum pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.
ROA juga menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari
26
seluruh asset yang dimiliki perusahaan. ROA menunjukkan kemampuan
perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Besarnya
perhitungan pengembalian atas aktiva menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para
pemegang saham biasa dengan seluruh aktiva yang dimilikinya
(Syahyunan, 2004)
Semakin besar nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat
keuntungan yang dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula
posisi bank tersebut dari penggunaan asset. Return On Asset (ROA)
merefleksikan seberapa banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas
sumber daya keuangan yang ditanamkan pada perusahaan (Munawir,
2000)
Return On Assets (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan dengan membandingkan laba
sebelum pajak dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Indikator
yang digunakan untuk mengukur return on assets adalah laba sebelum
pajak dari seluruh asset (Dendawijaya, 2005). Rumus ROA adalah:
ROA = Laba Sebelum Pajak
Total Asset × 100%
5. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Modal merupakan faktor penting bagi perkembangan dan kemajuan
bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Selain menjaga
27
kemungkinan terjadinya risiko kerugian investasi khususnya dari dana
pihak ketiga, modal juga digunakan oleh bank untuk memperoleh sarana
fisik dan kebutuhan dasar lainnya serta untuk perluasan usaha
(Muhammad, 2005).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh
bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif
yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi, maka bank tersebut mampu
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang
cukup bagi profitabilitas.
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman dan
lain-lain (Dendawijaya, 2000).
𝐶𝐴𝑅 =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 (𝐴𝑇𝑀𝑅) × 100%
Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/18/PBI/2006, bank
wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang
menurut risiko. Cara untuk mengetahui apakah bank yang bersangkutan
telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) atau tidak adalah
28
dengan membandingkan hasil perhitungan rasio modal dengan
kewajiban penyediaan modal minimum (sebesar 8%). Jika hasil
perbandingan sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang
bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal),
begitu juga sebaliknya (Dendawijaya 2005).
C. Usaha Mikro Kecil dan Menengah
1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah unit usaha produktif
yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha di semua sektor ekonomi (Tambunan, 2012).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun
2008 UMKM adalah sebagai berikut:
1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha
Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Kriteria Usaha Mikro:
i. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00
(lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
29
bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang.
Kriteria Usaha Kecil:
i. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima
puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00
(tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).
3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha
yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan
jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
Kriteria Usaha Menengah:
i. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp
30
10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
ii. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).
2. Peran Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Peran usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dalam
perekonomian Indonesia paling tidak, dapat dilihat dari (Tambunan,
2009):
a. Kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi
diberbagai sektor.
b. Penyedia lapangan kerja yang terbesar.
c. Pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan
pemberdayaan masyarakat.
d. Pencipta pasar baru dan sumber inovasi, serta
e. Sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran melalui
kegiatan ekspor.
D. Bank Umum Syariah
1. Definisi Bank Umum Syariah
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan, bank
adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
31
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup orang rakyat banyak. Undang-undang ini
hanya mengatakan bahwa bank boleh beroperasi berdasarkan prinsip
pembagian hasil keuntungan atay prinsip bagi hasil (profit sharing).
Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 yang tidak
mengatur secara pasti perbankan syariah, hasil amandemen Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1992 dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 memiliki ketentuan-ketentuan mengenai perbankan syariah
dan membantu perkembangan perbankan syariah di Indonesia. Undang-
Undang ini secara tegas menggunakan kata bank syariah dan mengatur
jelas bahwa bank, baik bank umum dan BPR dapat beroperasi dan
melakukan pembiayaan berdasarkan pada prinsip syariah.
Namun Undang-Undang tersebut belumlah cukup untuk
mendukung operasional perbankan syariah di Indonesia, maka dari itu
disahkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Dengan disahkannya Undang-Undang terbaru tentang
perbankan diharapkan meningkatkan eksistensi perbankan syariah serta
semakin dilirik oleh para investor untuk melakukan bisnis di bank
syariah.
Pengertian Bank Syariah dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut jenisnya
32
terdiri atas Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. BUS adalah bank syariah yang dalam
kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan
BPRS tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Selain
BUS dan BPRS, terdapat juga Unit Usaha Syariah (UUS) yaitu unit
kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan prinsip syariah.
Bank syariah berarti juga bank yang tata cara dan
pengoperasiannya berdasarkan tata cara bermuamalah secara Islami,
yakni mengacu kepada ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits
(Muhammad, 2004)
2. Fungsi dan Peran Bank Syariah
Fungsi dan peran bank syariah diantaranya tercantum dalam
pembukaan standar akuntansi yang di keluarkan oleh AAOIFI
(Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial
Institution) adalah sebagai berikut.
a. Manajer Investasi, bank syariah dapat mengelola investasi dana
nasabah.
b. Investor, bank syariah dapat menginvestasikan dana yang
dimilikinya maupun nasabah yang dipercayakan padanya.
c. Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran.
33
d. Pelaksanaan kegiatan sosial, contoh: kewajiban mengeluarkan dan
mengelola (menghimpun, mengadministrasikan,
mendistribusikan) zakat serta dana sosial lainnya.
Fungsi bank syariah terbagi menjadi dua (Ascarya &
Yumanita, 2005), yaitu:
a. Sebagai badan usaha yang bertugas menghimpun dana,
menyalurkan dana dan menyediakan jasa keuangan atau non
keuangan.
b. Sebagai badan sosial, yang bertugas untuk penghimpunan dan
penyaluran zakat serta menyalurkan dana pinjaman kebajikan.
3. Produk Bank Syariah
Secara garis besar produk yang ditawarkan oleh bank syariah
menjadi tiga bagian besar, yaitu (Arif, 2010):
a. Produk Penghimpunan Dana (Funding)
1) Tabungan
Menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008,
tabungan adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau
investasi dana berdasarkan mudharabah atau akada lain yang
tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang penarikannya
dapat dilakukan menurut syarat dan ketentuan tertentu yang
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,
dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.
34
2) Deposito
Menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008,
deposito adalah investasi dana berdasarkan akad mudharabah
atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah
yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu
berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dana bank
syariah dan/atau Unit Usaha Syariah (UUS).
3) Giro
Menurut UU Perbankan Syariah No. 21 Tahun 2008, Giro
adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah atau akad lain
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan.
b. Produk Penyaluran Dana (Financing)
1) Pembiaayaan dengan Prinsip Jual Beli
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ini dilaksanakan
sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau
benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan
di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual
(Karim, 2014).
35
Pembiayaan dengan pola jual beli ini dapat dibedakan
menjadi tiga bagian akad yaitu Murabahah, Salam, dan Isthisna’
(Soemitra, 2009).
2) Pembiayaan dengan Prinsip Sewa
Pembiayaan dengan prinsip sewa ini dilandasi dengan
adanya perpindahan manfaat. Jadi, pada dasarnya prinsip sewa
sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak
pada objek transaksinya. Bila pada prinsip jual beli objek
transaksinya adalah barang, maka pada prinsip sewa objek
transaksinya adalah jasa. Tingkat keuntungan bank ditentukan di
depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual (Karim,
2014).
Pembiayaan dengan pola sewa ini dapat dibedakan menjadi
dua bagian akad yaitu Ijarah dan Ijarah Muntahiya Bittamlik
(Soemitra, 2009).
3) Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil
Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil ini dilaksanakan
sehubungan dengan adanya kerja sama yang ditujukan guna
mendapatkan barang dan jasa sekaligus. Tingkat keuntungan
bank ditentukan dan besarnya keuntungan usaha sesuai dengan
prinsip bagi hasil. Pada pembiayaan dengan prinsip bagi hasil,
keuntungan ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di
muka (Karim, 2014).
36
Pembiayaan dengan pola bagi hasil ini dapat dibedakan
menjadi dua bagian akad yaitu Mudharabah dan Musyarakah
(Soemitra, 2009).
4) Pembiayaan dengan Akad Pelengkap
Dalam rangka mempermudah pelaksanaan pembiayaan,
biasanya diperlukan juga akad pelengkap. Akad pelengkap ini
tidak ditujukan untuk mencari keuntungan tapi ditujukan untuk
mempermudah pelaksanaan pembiayaan. Meskipun tidak
ditujukan untuk mencari keuntungan, dalam akad pelengkap ini
dibolehkan untuk meminta pengganti biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan akad ini. Besarnya pengganti
biaya ini sekedar untuk menutupi biaya yang benar-benar timbul
(Karim, 2014).
Pembiayaan dengan akad pelengkap ini dapat dibedakan
menjadi beberapa bagian yaitu Qardh, Hawalah, dan Multijasa
(Soemitra, 2009).
c. Produk Jasa (Service)
Selain menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari
(penghubung) antara pihak yang membutuhkan dana (deficit unit)
dengan pihak yang kelebihan dana surplus unit), bank syariah dapat
pula melakukan berbagai pelayanan jasa perbankan kepada nasabah
dengan imbalan berupa sewa atau keuntungan. (Karim, 2014:112).
37
Beberapa produk jasa keuangan di perbankan syariah adalah
penukaran valuta asing (sharf), penyewaan kotak simpanan (safe
deposit box) dan jasa tatalaksana administrasi dokumen (custodian),
pembukuan L/C, inkaso, dan transfer uang (Soemitra, 2009).
E. Unit Usaha Syariah
Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja
dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor
induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang
berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang
pembantu syariah dan/atau unit syariah.
Kegiatan usaha UUS meliputi:
a. menghimpun dana dalam bentuk Simpanan berupa Giro, Tabungan, atau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad wadi’ah
atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
b. menghimpun dana dalam bentuk Investasi berupa Deposito, Tabungan,
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan Akad
mudharabah atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
c. menyalurkan Pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,
Akad musyarakah, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan
Prinsip Syariah;
38
d. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad salam,
Akad istishna’, atau Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
e. menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Akad lain yang
tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
f. menyalurkan Pembiayaan penyewaan barang bergerak atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad Ijarah dan/atau sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
g. melakukan pengambilalihan utang berdasarkan Akad hawalah atau Akad
lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
h. melakukan usaha kartu debit dan/atau kartu pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah; membeli dan menjual surat berharga pihak ketiga yang
diterbitkan atas dasar transaksi nyata berdasarkan Prinsip Syariah, antara
lain, seperti Akad ijarah, musyarakah, mudharabah, murabahah, kafalah,
atau hawalah;
i. membeli surat berharga berdasarkan Prinsip Syariah yang diterbitkan
oleh pemerintah dan/atau Bank Indonesia;
j. menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan
perhitungan dengan pihak ketiga atau antarpihak ketiga berdasarkan
Prinsip Syariah;
k. menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga
berdasarkan Prinsip Syariah;
39
l. memindahkan uang, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan Nasabah berdasarkan Prinsip Syariah;
m. memberikan fasilitas letter of credit atau bank garansi berdasarkan
Prinsip Syariah; dan melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan di
bidang perbankan dan di bidang sosial sepanjang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah dan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian seperti ini merupakan pembaharuan dan penelitian ulang
mengenai pembiayaan UMKM pada bank syariah secara nasional dari tahun
2014 – 2017. Berikut ini adalah penelitian-penelitian pembiayaan yang
dilakukan bank umum syariah di Indonesia.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No Peneliti Judul Penelitian Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Devki
Prasasti dan
Prasetiono
(2014)
Analisis
Pengaruh
Financing to
Deposit Ratio,
Non Performing
Financing,
Spread Bagi
Hasil dan
Tingkat Bagi
Hasil Terhadap
Pembiayaan Bagi
Hasil (Studi Pada
BUS di Indonesia
periode 2008 –
2013)
-Variabel FDR
dan NPF
-Metode
penelitian regresi
berganda
-Variabel
dependen adalah
Pembiayaan Bagi
Hasil
40
No Peneliti Judul Penelitian Penelitian
Persamaan Perbedaan
2 Jaenal
Effendi dan
Nurkholis
Yasmin
(2017)
The Effect of
Internal and
External Factors
of Banking to the
SMEs Financing
for BPRS in
Indonesia
Variabel FDR -Variabel
Penelitian DPK,
Inflasi, IPI, BOPO,
ERP dan BSBIS
-Metode Penelitian
VECM
-Periode Penelitian
2011 – 2016
3 Muhammad
Luthfi
Qolby
(2013)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Pembiayaan pada
Perbankan
Syariah di
Indonesia
Periode Tahun
2007 – 2013
Variabel
Penelitian ROA
-Variabel
Penelitian DPK
dan SWBI
-Metode Penelitian
VECM
-Periode Penelitian
Tahun 2007 – 2013
4 Wida
Purwidianti
dan Arini
Hidayah
(2014)
Faktor-Faktor
yang
Mempengaruhi
Alokasi
Pembiayaan
Perbankan
Syariah Untuk
Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah di
Indonesia
-Variabel
Penelitian NPF
dan ROA
-Metode
Penelitian
Regresi Linier
Berganda
-Variabel
Penelitian DPK,
CAR dan Inflasi
Periode Penelitian
2010 – 2013
5 Gina
Rhamdina
Akbar
(2013)
Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Porsi
Pembiayaan
Usaha Mikro
Kecil dan
Menengah yang
Disalurkan oleh
Bank Umum
Syariah di
Indonesia
Variabel
Penelitian ROA
dan NPF
-Variabel
Penelitian Size dan
PDB
-Metode penelitian
yang digunakan
adalah data panel
-Periode Penelitian
2009 – 2012
6 Imoisi
Anthony
Aillegbinosa
dan
Small and
Medium Scale
Enterprises and
Economic
Menggunakan
Metode OLS.
Variabel dependen:
Suku Bunga, GDP
dan Inflasi.
41
No Peneliti Judul Penelitian Penelitian
Persamaan Perbedaan
Ephraim
Jumbo
(2005)
Growth in
Nigeria: 1975 –
2012
G. Keterkaitan antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan
Sektor UMKM
Non Performing Financing (NPF) merupakan suatu keadaan dimana
nasabah sudah tidak sanggup membayar atau seluruh kewajibannya
kepada bank seperti yang telah dijanjikan (Mudrajat dan Suharjono,
2002). Peningkatan non performing financing akan berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif
(PPAP) yang harus dibentuk oleh pihak bank syariah sesuai ketentuan
dari Bank Indonesia. Bila hal ini berlangsung terus-menerus, maka akan
mengurangi modal bank syariah sehingga akan berpengaruh terhadap
kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan, termasuk di
dalamnya pembiayaan untuk sector UMKM.
Seperti penelitian Annisa (2015), Rahmi (2016) dan Farida (2017)
mengungkapkan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh
positif terhadap pembiayaan yang disalurkan olhe bank. Semakin rendah
tingkat NPF maka akan semakin tinggi jumlah pembiayaan yang akan
disalurkan oleh bank. Dan juga sebaliknya, semakin tinggi tingkat NPF
menunjukkan semakin rendahnya kemampuan bank dalam
mengumpulkan kembali kredit yang telah dikeluarkannya. Semakin
42
sedikit dana pinjaman yang kembali ke bank, akan menyebabkan dana
yang tersedia untuk disalurkan semakin berkurang.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
H01 : Non Performing Financing (NPF) tidak berpengaruh terhadap
Pembiayaan sector UMKM pada Perbankan Syariah.
Ha1 : Non Performing Financing (NPF) berpengaruh signifikan
Pembiayaan sector UMKM pada Perbankan Syariah.
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio terhadap Pembiayaan Sektor
UMKM
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005). Seberapa besar
pembiayaan yang diberikan kepada masyarakat atau nasabah, bank harus
mampu mengimbanginya dengan segera memenuhi kebutuhan akan
penarikan kembali dana sewaktu-waktu oleh deposan. FDR diartikan
sebagai perbandingan antara pembiayaan yang diberikan dengan dana
yang diterima bank. FDR ini menjadi salah satu rasio likuiditas bank
yang berjangka waku agak panjang. (Wibowo, 2007).
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ayu dan Tamara (2017) yang
mengatakan bahwa FDR memiliki pengaruh positif terhadap pembiayaan
yang disalurkan oleh bank untuk sector UMKM. Berdasarkan penelitian
43
terdahulu, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
H02 : Financing to Deposit Ratio (FDR) tidak berpengaruh terhadap
Pembiayaan sector UMKM pada Perbankan Syariah.
Ha2 : Financing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh terhadap
Pembiayaan sector UMKM pada Perbankan Syariah.
3. Pengaruh Return On Asset terhadap Pembiayaan Sektor UMKM
Laba merupakan tujuan utama yang ingin dicapai dalam sebuah
usaha, termasuk juga bagi usaha perbankan. Alasan dari pencapaian laba
perbankan tersebut dapat berupa kecukupan dalam pemenuhan dalam
memenuhi kewajiban terhadap pemegang saham, penilaian atas kinerja
pimpinan dan meningkatkan daya Tarik investor untuk menanamkan
modalnya. Laba yang tinggi membuat bank mendapat kepercayaan dari
masyarakat yang memungkinkan bank untuk menghimpun modal yang
lebih banyak sehingga bank memperoleh kesempatan meminjamkan
dengan lebih luas (Simorangkir, 2014).
Menurut Himaniar Triasdini (2010), ROA berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kredit UMKM pada perbankan. Berdasarkan
penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut.
H03 : Return On Asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap Pembiayaan
sektor UMKM pada Perbankan Syariah.
Ha3 : Return On Asset (ROA) berpengaruh terhadap Pembiayaan sektor
44
UMKM pada Perbankan Syariah.
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Pembiayaan
Sektor UMKM
Modal merupakan faktor penting bagi perkembangan dan kemajuan
bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Selain menjaga
kemungkinan terjadinya risiko kerugian investasi khususnya dari dana
pihak ketiga, modal juga digunakan oleh bank untuk memperoleh sarana
fisik dan kebutuhan dasar lainnya serta untuk perluasan usaha
(Muhammad, 2005).
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang
berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh
bank. Semakin tinggi CAR maka semakin baik kemampuan bank
tersebut untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif
yang berisiko. Jika nilai CAR tinggi, maka bank tersebut mampu
membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup
bagi profitabilitas.
Seperti penelitian yang dilakukan oleh Mahda Afsari (2018) yang
menyatakan bahwa CAR berpengaruh terhadap pembiayaan UMKM.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka hipotesis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut.
H04 : Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap
Pembiayaan sektor UMKM pada Perbankan Syariah.
Ha4 : Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap Pembiayaan
45
sektor UMKM pada Perbankan Syariah.
5. Pengaruh NPF, FDR, ROA dan CAR terhadap Pembiayaan Sektor
UMKM
Suatu pengukuran tingkat kesehatan bank dalam kemampuan kerja
dan produktifitasnya adalah dengan menilai tingkat kinerja dari lembaga
yang bersangkutan. Untuk menilai tingkat kesehatan tersebut dapat
dilakukan dari berbagai segi yang diantaranya adalah dengan melakukan
analisis rasio keuangan bank, yaitu Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR).
Menurut penelitian Purwidianti (2014) menunjukkan bahwa NPF
memiliki pengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah sektor
UMKM. Penelitian Mardani (2017) menunjukkan bahwa FDR memiliki
pengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah sektor UMKM.
Penelitian yang dilakukan Raden (2016) menunjukkan bahwa ROA
memiliki pengaruh terhadap pembiayaan perbankan syariah sektor
UMKM. Barus (2013) menyebutkan bahwa CAR memiliki pengaruh
terhadap pembiayaan perbankan syariah sektor UMKM.
Berdasarkane penelitian terdahulu, maka hipotesis yang diajukan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H05 : NPF, FDR, ROA dan CAR tidak berpengaruh terhadap
Pembiayaan sektor UMKM pada Perbankan Syariah.
Ha5 : NPF, FDR, ROA dan CAR berpengaruh terhadap
46
Pembiayaan sektor UMKM pada Perbankan Syariah.
H. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh variabel independen
babas, yaitu Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio
(FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR)
terhadap variabel dependen, yaitu Pembiayaan Sektor UMKM.
Gambar berikut menunjukkan kerangka pemikiran dalam model
penelitian mengenai pengaruh Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan Sektor UMKM pada
Perbankan Syariah.
47
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Laporan data keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang
diterbitkan oleh Otoritas Jasa Keuangan dalam memperlihatkan bahwa
penyaluran pembiayaan untuk sektor UMKM masih rendah dibandingkan
dengan penyaluran pembiayaannya untuk sektor non UMKM. Pada Juni
2017 pembiayaan untuk sektor UMKM sebesar Rp 57.319 Miliar dan untuk
non UMKM sebesar Rp 207.999 Miliar. Padahal UMKM telah mampu
bertahan pada krisis ekonomo yang terjadi pada tahun 1998. Kemampuan
UMKM untuk survive dengan sumber daya pribadi membuat banyak
kalangan merasa optimis bahwa UKM di masa sekarang dan di masa depan
merupakan tonggak penyelamat ekonomi nasional.
Uji Asumsi Klasik: 1. Uji Autokorelasi
2. Uji Multikolinearitas
3. Uji Heterokedastisitas
4. Uji Normalitas
Uji Statistik: 1. Uji Simultas (Uji F)
2. Uji Parsial (Uji t)
3. Uji Adjusted R Square
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
NPF CAR FDR
Pembiayaan Sektor UMKM
ROA
Basis Teori: Pembiayaan
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian
dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono, 2016). Ruang lingkup penelitian ini difokuskan
pada Pembiayaan Sektor UMKM sebagai variabel dependen, sedangkan
Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai
variabel independen.
Berdasarkan tingkat eksplanasinya, jenis penelitian ini termasuk
penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga hubungan antara dua
variabel atau lebih (Sugiyono, 2016). Metode yang digunakan adalah
metode kausal-asosiatif yang dilakukan terhadap data yang dikumpulkan
setelah terjadinya suatu peristiwa. Identifikasi terhadap peristiwa tersebut
berkenaan dengan variabel independen, yaitu Non Performing Financing
(NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR), dengan variabel dependen yaitu
Pembiayaan Sektor UMKM.
Tempat penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yaitu
semua BUS dan UUS yang ada di Indonesia. Waktu penelitian ini adalah
Januari 2013 sampai dengan Juni 2017.
49
B. Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi adalah Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyono, 2011:119). Populasi dalam penelitian ini adalah
Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) yang beroperasi
di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan sebanyak 13 BUS dan
21 UUS, adapun gambaran lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
ini:.
Tabel 3.1
Populasi
No Bank Umum Syariah (BUS) Unit Usaha Syariah (UUS)
1 PT. Bank Muamalat Indonesia PT. Bank Danamon Indonesia
2 PT. Bank Victoria Syariah PT. Bank Permata
3 PT. Bank BRI Syariah PT. Bank Maybank Indonesia
4 PT. Bank Jabar Banten Syariah PT. Bank CIMB Niaga
5 PT. Bank BNI Syariah PT. Bank OCBC NISP
6 PT. Bank Syariah Mandiri PT. Bank Sinarmas
7 PT. Bank Mega Syariah PT. Bank Tabungan Negara
8 PT. Bank Panin Syariah PT. BPD DKI
9 PT. Bank Syariah Bukopin PT. BPD Daerah Istimewa
Yogyakarta
10 PT. BCA Syariah PT. BPD Jawa Tengah
11 PT. Maybank Syariah Indonesia PT. BPD Jawa Timur
12 PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional Syariah
PT. BPD Sumatera Utara
13 PT. Bank Aceh Syariah PT. BPD Jambi
14 PT. BPD Sumatera Barat
15 PT. BPD Riau dan Kepulauan Riau
16 PT. BPD Sumatera Selatan dan
Bangka Belitung
17 PT. BPD Kalimantan Selatan
18 PT. BPD Kalimantan Barat
19 PT. BPD Kalimantan Timur
20 PT. BPD Sulawesi Selatan dan
Sulawesi Barat
50
21 PT. BPD Nusa Tenggara Barat
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah teknik sampling Jenuh/Sensus/Total Sampling, yang merupakan
teknik pengambilan sampel di mana semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel (Sugiyono, 2011). Teknik sampling ini sering digunakan
untuk penelitian dibawah 30 orang atau untuk penelitian yang ingin
membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sedikit atau kecil.
Tabel 3.2
Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No Keterangan Jumlah Sampel
1. Data keuangan BUS memiliki data yang
dibutuhkan terkait variabel-variabel
yang digunakan untuk penelitian selama
periode Januari 2013 – Juni 2017
1 laporan keuangan yang
diterbitkan oleh OJK untuk 13
Bank Umum Syariah
2. Data keuangan UUS memiliki data yang
dibutuhkan terkait variabel-variabel
yang digunakan untuk penelitian selama
periode Januari 2013 – Juni 2017
1 laporan keuangan yang
diterbitkan oleh OJK untuk 21
Unit Usaha Syariah
3. Jumlah Data yang di Observasi 54 bulan
Berdasarkan tabel diatas, maka diambil seluruh anggota populasi
untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan sekunder, data
sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek
penelitian, peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan
51
oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode, misalnya adalah pada
peneliti yang menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar atau
majalah (Musyafak, 2015). Data penelitian ini diperoleh langsung dari
laporan situs resmi Otoritas Jasa Keuangan, seperti Laporan Bulanan
Statistik Perbankan Syariah untuk Bank Umum Syariah. Penelitian ini
menggunakan data time series (berkala), data time series adalah data yang
datanya menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu atau periode secara
historis (Zulfikar & Antara, 2014).
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu (time
series) dengan skala bulanan yang diambil dari data publikasi laporan
keuangan berupa kinerja keuangan Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital
Adequacy Ratio (CAR) dengan rentang waktu dari Januari 2013 sampai
dengan Juni 2017,
2. Library Research
Library Research merupakan teknik pengumpulan data yang dilengkapi
dengan membaca, mempelajari dan menganalisis literatur yang
bersumber dari buku-buku dan jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
penelitian ini untuk mendapatkan konsep yang terususun dan
memperoleh data yang valid.
52
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literatur yang kita miliki atau pinjam dari
perpustakaan merupakan literatur lama atau kadaluarsa, karena ilmu
selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, untuk
mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan tekonologi yang juga berkembang yaitu internet,
sehingga data yang diperoleh merupakan data sesuai dengan
perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini,untuk mengetahui analisis pengaruh Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), Return
On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan
Sektor UMKM dengan menggunakan metode data kuantitatif, yaitu data
yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka dengan menggunakan
metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program
software Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 24 dan
Microsoft Office Excel 2013. Berikut ini adalah metode yang digunakan
dalam menganalisis data pada penelitian ini:
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat
multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji asumsi
klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator linier tidak bisa
dengan varian yang minimum (Best Linier Unbiased Estimator =
53
BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung masalah
(Gujarati, 2006:97), teorama Gauss-Markow memperkirakan bahwa
OLS harus memenuhi criteria BLUE yaitu:
a. Best, yang terbaik. Hasil regresi dikatakan Best apabila garis regresi
yang dihasilkan guna melakukan estimasi atau peramalan dari
sebaran data, menghasilkan error yang terkecil.
b. Linier, merupakan kombinasi dari data sampel. Linier dalam model
artinya model yang digunakan dalam analisis regresi telah sesuai
dengan kaidah model OLS dimana variabel-variabel penduganya
hanya berpangku satu.
c. Unbiased, rata-rata nilai harapan (E/b) harus sama dengan nilai
sebenarnya (b1).
d. Estimator, memiliki varians yang minimal diantara pemerkira lain
yang tidak bias.
Untuk itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut diantaranya:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel
kecil (Ghozali,2016). Nilai residual dikatakan berdistribusi normal
54
jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati
nilai rata-ratanya. Untuk mendeteksi apakah nilai residual
terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak, maka dapat
digunakan metode analisis grafik dan analisis statistik (Ghozali,
2016:154):
1) Analisis Grafik. Salah satu cara termudah untuk melihat
normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang
membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang
mendekati distribusi normal. Pengujian normalitas dalam
penelitian ini menggunakan diagram histogram dan grafik p-p
plot untuk memprediksi apakah data berdistribusi normal atau
tidak.
2) Analisis Statistik. Uji Normalitas dengan grafik dapat
menyesatkan jika tidak hati-hati secara visual kelihatan normal,
padahal secara statistik bisa sebaliknya. Oleh sebab itu
dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi dengan uji statistik.
Salah satu uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji
normalitas residual adalah uji statistik non-parametik
Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada alpha sebesar 5%. Jika nilai
signifikan dari pengujian Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari
0,05 berarti data normal, jika tidak maka data tidak berdistribusi
normal.
55
b. Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan kepengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
Homoskedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah tidak terjadi Heteroskedastisitas
(Ghozali, 2016:134).
Berikut beberapa cara dalam mendeteksi adanya
heterokedastisitas (Hengky, 2013:66):
1) Metode Grafik Scatterplot
Jika terdapat pola tertentu pada grafik scatterplot seperti
titik- titik yang membentuk pola teratur (bergelombang) maka
terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas dan titik-
titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y maka
tidak terjadi heterokedastisitas.
2) Uji Glejser
Pada uji glejser ini suatu variabel mengalami
heterokedastisitas jika nilai signifikannya <0.05 dan jika
variabel itu tidak mengalami heterokedastisitas nilai
signifikannya >0.05.
56
c. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna
diantara variabel atau tidak. Jika dalam model regresi yang terbentuk
terdapat korelasi yang tinggi atau sempurna diantara variabel bebas
maka model regresi tersebut dinyatakan mengandung gejala
multikolonier (Suliyanto, 2011:81). Cara untuk menentukan apakah
model memiliki gejala multikolonieritas atau tidak, salah satunya
dengan melihat nilai VIF dan Tolerance (Hengky, 2013:63) :
1) Jika nilai VIF < 10.00 dan nilai Tolerance > 0.1, maka tidak
terjadi multikolonieritas.
2) Jika nilai VIF > 10.00 dan nilai Tolerance < 0.1, maka terjadi
multikolonieritas.
a. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari
residual untuk pengamatan satu dengan yang lain disusun menurut
runtut waktu. Model regresi yang baik mengisyaratkan tidak adanya
masalah autokorelasi. Panduan mengenai pengujian ini dapat dinilai
dalam besaran nilai Durbin Watson atau D-W (Santoso, 2012:242).
Pedoman pengujiannya adalah sebagai berikut :
1) Angka D – W dibawah -2 berarti terdapat gejala autokorelasi
positif.
57
2) Angka D – W diantara -2 dan +2 berati tidak terdapat gejala
autokorelasi.
3) Angka D – W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
2. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji-t)
Uji t digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
masing-masing variabel independen secara parsial (individual)
terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05
(5%). Apabila tingkat signifikansi setiap variabel berada dibawah
0.05 maka variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (Widarjono, 2009:46).
Pengujian dilakukan dengan uji t atau t-test yaitu
membandingkan antara t hitung dengan t tabel. Uji ini dilakukan
dengan:
1) Jika t tabel > t hitung, maka variabel independen tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) Jika t tabel < t hitung, maka variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian juga dapat dilakukan dengan melalui pengamatan
nilai signifikansi t pada tingkat ɑ yang digunakan (penelitian ini
menggunakam tingkat ɑ sebesar 0.05 atau 5%). Analisis ini
58
didasarkan pada perbandingan antara nilai signifikansi t dengan nilai
signifikansi 0.05, dimana syarat-syaratnya adalah sebagai berikut :
1) Jika signifikansi t < 0.05 maka variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen (Ho ditolak, Ha
diterima).
2) Jika signifikansi t > 0.05 maka variabel independen tidak
berpengaruh signifikasi terhadap variabel dependen (Ho
diterima, Ha ditolak).
b. Uji F (Simultan)
Uji statistik F bertujuan menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2016:96).
Uji F dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F-hitung
dengan F-tabel dengan tingkat signifikansi 0.05 (Widarjono,
2010:23). Pengujian ini menggunakan uji F yaitu dengan
membandingkan F hitung dengan F tabel. Uji ini dilakukan dengan
cara :
1) Jika F hitung < F tabel, maka variabel-variabel independen
secara simultan tidak berpengaruh terhadap variabel dependen
2) Jika F hitung > F tabel, maka variabel-variabel independen
secara simultan berpengaruh terhadap variabel dependen
59
Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan
menggunakan suatu variabel yang disebut dengan tabel ANOVA
(Analysis of Variance) dengan melihat nilai signifikan (Sig < 0.05
atau 5%). Jika nilai signifikan > 0.05 maka H1 ditolak sebaliknya
jika nilai nilai F hitung digunakan formula berikut (Ghozali,
2016:160) :
F =R2/ k
1−R2/ (n−k−1)
Keterangan :
F = Nilai F hitung
R2 = Koefisien Determinasi
K = Jumlah Variabel
n = Jumlah pengamatan (ukuran sampel)
c. Koefisien Determinasi (R2)
Menurut Ghozali (2016:95) Koefisien determinasi pada
intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variabel-variabel dependen. Nilai koefisien
determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R² yang kecil berarti
kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen (Ghozali, 2016:95). Kelemahan mendasar penggunaan
koefisien determinasi adalah bi terhadap jumlah variabel
60
independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu
variabel independen, maka R² pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model
regresi terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau
turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model
(Ghozali, 2016: 95).
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan bagaimana
keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel
independen sebagai faktor prediator dimanupalasi (Sugiyono,
2009:275). Metode ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap variabel dependen. Persamaan regresi
linier berganda dapat ditulis sebagai berikut (Sugiyono, 2009:275):
Y = α + β1X1 + β2X2 + ……. + βnXn + е
Keterangan:
Y = Variabel tergantung atau terikat (nilai yang diproyeksikan)
α = Intercept (Konstanta)
β1 = Koefisien regresi untuk X1
β2 = Koefisien regresi untuk X2
βn = Koefisien regresi untuk Xn
61
X1 = Variabel bebas pertama
X2 = Variabel bebas kedua
Xn = Variabel bebas ke-n
е = Nilai residu
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan
penelitian dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut
menunjukkan indikator dari variabel peneliti yang diperoleh melalui
pengamatan dan penelitian terdahulu.
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang
menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2016).
Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah pembiayaan UMKM.
Pembiayaan merupakan fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi
kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit (Antonio, 2001).
Pembiayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah adalah
pembiayaan yang dialokasikan oleh perbankan syariah untuk sektor
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dapat juga dikatakan
adanya perjanjian yang dilakukan oleh bank syariah dengan para pelaku
usaha untuk melaksanakan akad pemberian modal usaha dan investasi.
Akad yang digunakan adalah akad murabahah, mudharabah, dan
musyarakah. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
62
(PSAK) nomor 59, murabahah adalah akad jual beli barang dengan
harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang
disepakati dan penjual harus mengungkapkan biaya perolehan barang
tersebut kepada kembali.
Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara shahibul maal
(pemilik dana) dengan mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi
hasil menurut kesepakatan diawal transaksi.
Sedangakan musyarakah adalah akad kerjasama diantara pemilik
modal yang mencampurkan modal mereka dengan tujuan mencari
keuntungan.
Akad musyarakah, mitra usaha dan bank sama-sama menyediakan
modal untuk membiayai suatu usaha yang baru saja dijalankan.
Selanjutnya mitra usaha dapat mengembalikan modal dari pihak bank
serta bagi hasil yang telah disepakati. Pembiayaan bagi hasil yang dapat
disalurkan oleh bank syariah.
2. Variabel Independen (X)
Variabel bebas adalah variable yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variable terikat (Sugiyono,
20016). Variabel independen (X) dalam penelitian adalah sebagai
berikut.
a. Non-Performing Financing (NPF) (X1)
Non-performing financing (NPF) adalah pembiayaan bermasalah
yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi lancar, dalam perhatian
63
khusus, kurang lancar, diragukan dan macet (Dendawijaya, 2005).
NPF mengukur tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi
oleh bank syariah. Semakin tinggi rasio ini, menunjukkan kualitas
pembiayaan bank syariah semakin buruk (Ihsan, 2013).
b. Financing to Deposit Ratio (FDR) (X2)
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah
perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan
dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad,
2005). Seberapa besar pembiayaan yang diberikan kepada
masyarakat atau nasabah, bank harus mampu mengimbanginya
dengan segera memenuhi kebutuhan akan penarikan kembali dana
sewaktu-waktu oleh deposan.
FDR diartikan sebagai perbandingan antara pembiayaan
yang diberikan dengan dana yang diterima bank. FDR ini menjadi
salah satu rasio likuiditas bank yang berjangka waku agak panjang.
(Wibowo, 2007).
c. Return On Asset (ROA) (X3)
ROA adalah kemampuan bank untuk memperoleh laba atas
sejumlah asset yang dimiliki oleh bank (Azis, 2015). Semakin besar
nilai ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai oleh bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut
dari penggunaan asset. Return On Asset (ROA) merefleksikan seberapa
64
banyak perusahaan telah memperoleh hasil atas sumber daya keuangan
yang ditanamkan pada perusahaan (Munawir, 2000)
d. Capital Adequacy Ratio (CAR) (X4)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber di luar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman
dan lain-lain (Dendawijaya, 2000). Capital Adequacy Ratio (CAR)
adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko
kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. Semakin tinggi CAR
maka semakin baik kemampuan bank tersebut untuk menanggung
risiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang berisiko.
Berikut adalah tabel 3.3 yang berisi ringkasan definisi variabel:
Tabel 3.3
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Pengukuran
Variabel
Skala
Ukur
Sumbe
r
1 Pembiayaan
Sektro
UMKM
Pembiayaan
sector
UMKM
adalah
pembiayaan
yang
dialokasikan
perbankan
syariah untuk
sektor
UMKM
Pembiayaan Modal
Kerja + Pembiayaan
Investasi
Nominal OJK
65
No Variabel Definisi Pengukuran
Variabel
Skala
Ukur
Sumbe
r
2 Non
Performing
Financing
(NPF)
NPF adalah
pembiayaan
bermasalah
yang terdiri
dari kredit
yang
berklasifikasi
lancar, dalam
perhatian
khusus,
kurang
lancar,
diragukan
dan macet.
Jumlah Pembiayaan Bermasalah
Total Pembiayaan
× 100%
Rasio Denda
wijaya
(2002)
3 Financing
to Deposit
Ratio (FDR)
FDR adalah
perbandingan
antara
pembiayaan
yang
diberikan
oleh bank
dengan dana
pihak ketiga
yang berhasil
dikerahkan
oleh bank
Jumlah Pembiayaan
yang DisalurkanDana
yang diterima bank
× 100%
Rasio Muham
mad
(2005)
4 Return On
Asset
(ROA)
ROA adalah
kemampuan
bank untuk
memperoleh
laba atas
sejumlah
asset yang
dimiliki oleh
bank
Laba Sebelum Pajak
Total Asset
× 100%
Rasio Azis
(2015)
5 Capital
Adequacy
CAR adalah
rasio
perbandingan
Modal
ATMR × 100%
Rasio Mandas
ari
(2015)
66
No Variabel Definisi Pengukuran
Variabel
Skala
Ukur
Sumbe
r
Ratio
(CAR)
modal
terhadap
aktiva
tertimbang
menurut
risiko
67
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Bank Muamalat Indonesia (BMI) adalah bank syariah pertama yang
didirikan pada tahun 1992. Walaupun perkembangannya agak terlambat bila
dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya, perbank Indonesia
terus berkembang (Karim, 2011). Perkembangan ini terlihat sejak
dikeluarkannya ketentuan Bank Indonesia yang memberi izin untuk
pembukaan bank syariah yang baru maupun izin pendirian Unit Usaha
Syariah (UUS) untuk bank-bank konvensional.
Perkembangan bank syariah yang pesat terasa semenjak era
reformasi pada akhir 1990-an, setelah pemerintah dan Bank Indonesia
memberikan komitmen besar dan menempuh berbagai kebijakan untuk
mengembangkan bank syariah, khususnya sejak perubahan undang-undang
perbankan dengan UU No. 10 Tahun 1998. Berbagai kebijakan tersebut
tidak hanya menyangkut perluasan jumlah kantor dan operasi bank-bank
syariah untuk meningkatkan sisi penawaran, tetapi juga menyangkut
pengembangan pemahamamn dan kesadaran masyarakat untuk
meningkatkan sisi permintaan (Hasan, 2014).
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
telah mengatur secara khusus eksistensi bank syariah di Indonesia. UU
tersebut melengkapi dan menyempurnakan UU no. 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU no. 10 Tahun 1998 yang
68
belum spesifik sehingga perlu diatur khusus dalam undang-undnag
tersendiri.
Pasal 1 dalam UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syariah dan menurut jenis usahanya terdiri atas Bank Umum
Syariah, Unit Usaha Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Perbedaan operasi Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah
(UUS) hampir tidak ada, kecuali dalam hal kebebasan kebijakan
manajemen. UUS merupakan bagian dari bank konvensional sebagai
induknya sehingga kurang memiliki kebebasan dalam menentukan
kebijakan manajemen, sedangkan BUS merupakan badan usaha sendiri
yang memiliki indepedensi kebijakan sehingga memiliki otonomi dalam
memilih strategi bisnis dan pengembangannya (Ascarya, 2011).
Pada awal periode, bank syariah hanya memiliki satu kantor, namun
perkembangan bank syariah mulai ada kemajuan di periode selanjutnya, di
mana sampai saat ini total bank syariah di Indonesia berjumlah 13 Bank
Umum Syariah (BUS) dan 21 Unit Usaha Syariah (UUS).
Tabel 4.1
Jumlah Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) di
Indoneisa tahun 2013-2017
Indikator 2013 2014 2015 2016 2017
Bank Umum Syariah (BUS)
Jumlah Bank 11 12 12 13 13
Jumlah Kantor 1.745 2.163 1.990 1.869 1.825
Unit Usaha Syariah (UUS)
Jumlah Bank Umum
Konvensional yang memiliki
UUS
24 22 22 21 21
69
Indikator 2013 2014 2015 2016 2017
Jumlah Kantor 336 320 311 332 285
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017
Kondisi perbankan syariah pada tahun mendatang diperkirakan akan
terus membaik. Ini terbukti dengan masih tingginya minat masyarakat
terhadap perbankan syariah. Dalam rangka peningkatan jangkauan melalui
kemudahan untuk membuka kantor pelayanan, diharapkan dapat
memberikan pengaruh pada minat masyarakat (Hasan, 2014)
B. Deskripsi Data
1. Variabel Pembiayaan UMKM
Kegiatan bank adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali
kepada masyarakat yang membutuhkan akan meningkatkan arus dana
untuk investasi, modal kerja maupun konsumsi. Dengan demikian dapat
meningkatkan perekonomian nasional (Kasmir, 2008)
Pembiayaan modal kerja syariah adalah pembiayaan jangka pendek
yang diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal
kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Sedangkan
pembiayaan investasi syariah adalah pembiayaan jangka menengah
atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal yang
diperlukan untuk pendirian proyek baru, rehabilitasi dan modernisasi
mesin dan peralatan, ekspansi serta relokasi proyek yang sudah ada
(Karim, 2007).
Pembiayaan sektor usaha mikro, kecil dan menengah adalah
pembiayaan yang dialokasikan oleh perbankan syariah untuk sektor
70
usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Dapat juga dikatakan
adanya perjanjian yang dilakukan oleh bank syariah dengan para pelaku
usaha untuk melaksanakan akad pemberian modal usaha dan investasi.
Kebutuhan pembiayaan modal kerja syariah dapat dipenuhi dengan
berbagai pola pembiayaan, antara lain (Ascarya, 2008):
1. Bagi Hasil: mudharabah, musyarakah
2. Jual Beli: murabahah dan salam.
Kebutuhan pembiayaan investasi syariah dapat dipenuhi dengan
berbagai pola pembiayaan, antara lain (Ascarya, 2008):
1. Bagi Bagi Hasil: mudharabah, dan musyarakah
2. Jual Beli: murabahah dan salam.
3. Sewa: Ijarah dan IMBT
Berikut adalah data pembiayaa sektor UMKM pada perbankan
syariah yang digunakan peneliti periode Januari 2013 – Juni 2017.
Tabel 4.2
Data Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi UMKM Januari 2013 –
Juni 2017 (Dalam Miliar Rupiah)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 92.672 108.138 58.142 49.119 53.497
Februari 96.493 107.080 57.780 48.718 53.416
Maret 100.793 108.327 57.203 49.410 54.555
April 102.206 109.506 54.812 49.508 55.497
Mei 103.489 63.747 51.602 49.883 55.552
Juni 103.816 63.835 52.792 51.952 57.319
Juli 108.932 62.747 50.073 51.325
Agustus 104.727 65.862 41.738 50.862
September 106.577 53.606 46.425 52.932
Oktober 107.500 64.980 46.057 53.051
November 108.311 59.148 46.798 53.795
71
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Desember 110.086 59.806 50.291 54.530 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.6 di atas, jumlah pembiayaan UMKM terendah
tahun 2013 terdapat pada bulan Januari sebesar Rp. 92.672 Miliar dan
tertinggi pada bulan Desember sebesar Rp. 110.086 Miliar. Pada tahun
2014, jumlah pembiayaan UMKM terendah terdapat pada bulan
September sebesar Rp. 53.606 Miliar dan tertinggi pada bulan April
sebesar Rp. 109.506 Miliar. Tahun 2015 jumlah pembiayaan UMKM
terendah terdapat pada bulan Agustus sebesar Rp. 41.738 Miliar dan
tertinggi pada bulan Januari sebesar Rp. 58.142 Miliar.
Tahun 2016, jumlah pembiayaan UMKM terendah terdapat pada
bulan Februari sebesar Rp. 48.718 Miliar dan tertinggi pada bulan
Desember sebesar Rp. 54.530 Miliar. Pada tahun 2017, jumlah
pembiayaan UMKM terendah terdapat pada bulan Februari sebesar Rp.
53.416 Miliar dan tertinggi pada bulan Juni sebesar Rp. 57.319 Miliar.
Berdasarkan tabel 4.2 pembiayaan modal kerja dan investasi
UMKM yang disalurkan oleh perbankan syariah masih rendah
dibandingkan dengan penyalurannya kepada sektor non UMKM yang
mencapai 207.999 Miliar rupiah pada Juni 2017. Dan juga masih rendah
jika dilihat dari jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh
perbankan syariah yang pada Juni 2017 berhasil menghimpun dana
mencapai 302.013 Miliar rupiah.
72
2) Variabel Non Performing Financing (NPF)
Non Performing Financing (NPF) merupakan suatu keadaan dimana
nasabah sudah tidak sanggup membayar atau seluruh kewajibannya
kepada bank seperti yang telah dijanjikan (Mudrajat dan Suharjono,
2002).
Tabel 4.3
Data Non Performing Financing (NPF) Januari 2013 – Juni 2017
(Dalam Persen)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 2,49 3,01 4,87 4,85 4,41
Februari 2,72 3,53 5,10 4,95 4,42
Maret 2,75 3,22 4,81 4,88 4,29
April 2,85 3,48 4,62 4,94 4,42
Mei 2,92 4,02 4,76 5,54 4,35
Juni 2,64 3,90 4,73 5,05 3,98
Juli 2,75 4,31 4,88 4,80
Agustus 3,01 4,58 4,86 4,94
September 2,80 4,67 4,73 4,31
Oktober 2,96 4,58 4,74 4,39
November 3,08 4,86 4,66 4,28
Desember 2,62 4,33 4,34 4,15
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, nilai NPF terendah pada tahun 2013
berada pada bulan Januari sebesar 2,49% dan tertinggi pada bulan
November sebesar 3,08%. Pada tahun 2014 NPF terendah terdapat pada
bulan Januari yaitu sebesar 3,01% dan tertinggi pada bulan November
sebesar 4,86%. Tahun 2015, nilai NPF terendah tercatat pada bulan
Desember sebesar 4,33% dan nilai NPF tertinggi pada bulan Februari
sebesar 5,10%.
73
Pada tahun 2016, nilai NPF terendah terjadi pada bulan Desember
yaitu sebesar 4,15% dan tertinggi sebesar 5,54% pada bulan Mei. Tahun
2017, nilai NPF terendah terjadi pada bulan Juni sebesar 3,98% dan
tertinggi pada bulan Februari dan April yaitu sebesar 4,42%. Dilihat
dari tabel 4.3 di atas bahwa nilai NPF setiap tahunnya selalu mengalami
peningkatan yang berarti bahwa pembiayaan bermasalah masih
menjadi masalah perbankan dalam penyaluran pembiayaanya.
3) Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
Rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah perbanding antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dikerahkan oleh bank (Muhammad, 2005).
Tabel 4.2
Data Financing to Deposit Ratio (FDR) Januari 2013 – Juni 2017
(Dalam Persen)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 100,63 100,07 93,60 92,19 88,02
Februari 102,17 102,03 93,94 91,26 87,45
Maret 102,62 102,22 94,24 91,75 87,54
April 103,08 95,50 94,18 91,66 86,43
Mei 102,08 99,43 94,69 91,39 86,88
Juni 104,43 100,80 96,25 92,06 87,84
Juli 104,83 99,89 94,79 90,52
Agustus 102,53 98,99 95,15 90,03
September 103,27 99,71 94,79 89,17
Oktober 103,03 98,99 94,66 89,55
November 102,58 94,62 94,78 88,87
Desember 100,32 91,50 92,13 88,78
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, nilai FDR terendah pada tahun 2013
berada pada bulan Desember sebesar 100.32% dan tertinggi pada bulan
74
Juli sebesar 104,83%. Tahun 2014, nilai FDR terendah berada pada bulan
Desember sebesar 91,50% dan tertinggi pada bulan Maret sebesr
102,22%. pada tahun 2015, nilai FDR terendah ada pada bulan Desember
sebesar 92,13% dan tertinggi pada bulan Agustus sebesar 95,15%.
Pada tahun 2016, nilai FDR terendah terdapat pada bulan
Desember sebesar 88,78% dan tertinggi pada bulan Januari sebesar
92,19%. Tahun 2017, nilai FDR terendah terdapat pada bulan Mei
sebesar 86,88% dan tertinggi pada bulan Januari sebesar 88,02%. Nilai
FDR yang selalu menurun setiap bulannya berarti bank belum
maksimal dalam menyalurkan dananya kepada pihak yang
membutuhkan.
4) Variabel Return On Asset (ROA)
Menurut Syahyunan (2004), Return On Asset (ROA) menunjukkan
kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang
dipergunakan. ROA merupakan rasio antara saldo laba bersih setelah
pajak dengan jumlah asset perusahaan secara keseluruhan.
Tabel 4.3
Data Return On Asset (ROA) Januari 2013 – Juni 2017
(Dalam Persen)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 2,52 0,08 1,14 1,30 1,47
Februari 2,29 0,13 1,07 1,23 1,46
Maret 2,39 1,16 1,12 1,26 1,53
April 2,29 1,09 1,08 1,10 1,50
Mei 2,07 1,13 1,08 0,70 1,52
Juni 2,10 1,12 0,88 1,11 1,48
Juli 2,02 1,05 0,90 1,06
75
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Agustus 2,01 0,93 0,90 0,98
September 2,04 0,97 0,93 1,04
Oktober 1,94 0,92 0,95 0,98
November 2,96 0,87 0,95 1,13
Desember 2,00 0,80 0,84 0,94 Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, nilai ROA terendah pada tahun 2013
terdapat pada bulan Oktober yaitu sebesr 1.94% dan tertinggi pada bulan
November sebesar 2,96%. Tahun 2014, nilai ROA terendah terdapat
pada bulan Januari sebesar 0,08% dan tertinggi pada bulan Maret
sebesar 1,16%. Pada tahun 2015, nilai ROA terendah terdapat pada
bulan Desember sebesar 0,84% dan tertinggi pada bulan Januari sebesar
1.14%.
Pada tahun 2016, nilai ROA terendah terdapat pada bulan Mei
sebesar 0,70% dan tertinggi pada bulan Januari sebesar 1,30%. tahun
2017, nilai ROA terendah terdapat pada bulan Februari sebesar 1,46%
dan tertinggi pada bulan Maret sebesar 1,53%. Dilihat dari nilai ROA
yang selalu menurun setiap tahunnya menandakan bahwa bank belum
optimal dalam menggunakan asset yang dimiliki sehingga laba atau
keuntungan yang diperoleh masih rendah.
5) Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari
76
dana modal sendiri bank disamping memperoleh dana-dana dari
sumber-sumber diluar bank, seperti dana dari masyarakat, pinjaman dan
lain-lain (Dendawijaya, 2005)
Tabel 4.4
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Januari 2013 – Juni 2017
(Dalam Persen)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 15,29 16,76 14,16 15,11 16,99
Februari 15,20 16,71 14,38 15,44 17,04
Maret 14,30 16,20 14,43 14,90 16,98
April 14,72 16,68 14,06 15,43 16,91
Mei 14,28 16,85 14,29 14,78 16,88
Juni 14,30 16,21 14,09 14,72 16,42
Juli 15,28 14,76 14,47 14,86
Agustus 14,71 14,73 15,05 14,87
September 14,19 14,60 15,15 15,43
Oktober 14,19 15,25 14,96 15,27
November 12,23 15,66 15,31 15,78
Desember 14,42 15,74 15,02 16,63
Sumber: Statistik Perbankan Syariah, 2017 (data diolah)
Berdasarkan tabel 4.5 di atas, nilai CAR terendah pada tahun 2013
terdapat pada bulan November yaitu sebesr 12,23% dan tertinggi pada
bulan Januari sebesar 15,29%. Tahun 2014, nilai CAR terendah terdapat
pada bulan September sebesar 14,60% dan tertinggi pada bulan Mei
sebesar 16,85%. Pada tahun 2015, nilai CAR terendah terdapat pada
bulan April sebesar 14,06% dan tertinggi pada bulan November sebesar
15,31%.
Pada tahun 2016, nilai CAR terendah terdapat pada bulan Juni
sebesar 14,72% dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 16,63%.
tahun 2017, nilai CAR terendah terdapat pada bulan Juni sebesar
77
16,42% dan tertinggi pada bulan Februari sebesar 17,04%. Dilihat dari
peningkatan CAR yang selalu terjadi setiap tahunnya berarti bank sudah
mampu untuk menanggung risiko dari setiap kredit/aktiva produktif
yang berisiko.
C. Analisis Data dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dimaksudkan utnuk menguji apakah nilai
residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi
normal atau tidak. Data berdistribusi normal jika data akan
mengikuti arah garis diagonal dan menyebar di sekitar garis
diagonal. Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai
residual terstandarisasi tersebut sebagian besar mendekati nilai rata-
ratanya. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas
dengan analisis grafik dan uji Kolmogorov-Smirnov. Berikut adalah
hasil dari uji normalitas.
78
Gambar 4.1
Uji Normalitas Histogram
Sumber: hasil output SPSS 24
Berdasarkan Gambar 4.1 di atas, historgram membentuk
kurva seperti lonceng, maka nilai residual dinyatakan normal atau
berdistribusi normal
Gambar 4.2
Uji Normalitas P-Plot
Sumber: hasil output SPSS 24
79
Berdasarkan Gambar 4.2 d atas, terlihat bahwa penyebaran
data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah
garis diagonal yang berarti data berdistribusi normal atau model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
Tabel 4.5:
Uji Kolmogorov-Smirnov
Sumber: hasil output SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.7 diatas, terlihat bahwa nilai signifikan
(Asymptotic Significance (2-tailed)) adalah kisaran 0,200. Karena
nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data berdistribusi
normal. Dengan demikian, data variable independen (NPF, FDR,
ROA dan CAR) dan variabel dependen (Pembiayaan UMKM)
merupakan data yang terdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Untuk mendeteksi adanya problem multikolinearitas, maka
dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .10689534
Most Extreme Differences Absolute .069
Positive .069
Negative -.067
Test Statistic .069
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
80
Inflation Factor (VIF) serta besaran korelasi antar variable
independen. Tabel berikut menunjukkan hasil uji multikolinearitas
pada penelitian ini.
Tabel 4.6:
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.591 2.937 2.584 .013
NPF -1.153 .118 -.812 -9.791 .000 .330 3.033
FDR 1.156 .486 .207 2.381 .021 .301 3.321
CAR -.058 .309 -.012 -.187 .852 .553 1.807
ROA -.066 .032 -.122 -2.080 .043 .655 1.527
a. Dependent Variable: UMKM
Sumber: hasil output SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.8 di atas, terlihat bahwa nilai Tolerance
NPF sebesar 0,330 (0,330>0,10), nilai Tolerance FDR sebesar 0,301
(0,301>0,10), nilai Tolerance ROA sebesar 0,655 (0,655>0,10), dan
nilai Tolerance CAR sebesar 0,553 (0,553>0,10). Berdasarkan tabel
4.8 untuk nilai VIF NPF sebesar 3,033 (3,033<10,00), nilai VIF
FDR sebesar 3,321 (3,321<10,00), nilai VIF ROA sebesar 1,527
(1,527<10,00) dan nilai VIF CAR sebesar 1,807 (1,807>10,00).
Kesimpulan dari hasil nilai Tolerance menunujkkan >0,10
dan VIF <10,00 berarti menunjukkan bahwa variable NPF, FDR,
ROA dan CAR tidak terdapat multikolinearitas.
81
c. Uji Heterokedastisitas
Uji heterkodestisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model
regresi yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas.
Gambar 4.3:
Uji Heterokedastisitas
Sumber: hasil output SPSS 24
Berdasarkan gambar 4.3 di atas, terlihat bahwa pada grafik
Scatterplot di atas menunjukkan titik-titik menyebar secara acak.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas
pada model regresi.
82
d. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelai bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penganggu pada periode
t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika
terjadi korelas, maka dinamakan ada problem autokrelasi. Untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dengan melihat nilai D-W
(Durbin-Watson) yang hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat
satu dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model
regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen
(Ghozali, 2016). Berikut adalah hasil uji autokorelasi.
Tabel 4.8:
Uji Autokorelasi
Sumber: hasil output SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, terlihat bahwa nilai Durbin
Watson sebesar 0,967. Nilai Durbin Watson berada di antara -
2<x>2, maka dapat disimpulkan tidak terdapat masalah
autokorelasi.
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .943a .889 .880 .11117 .967
a. Predictors: (Constant), ROA, FDR, CAR, NPF
b. Dependent Variable: UMKM
83
2. Uji Hipotesis
a. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial digunakan untuk menguji pengaruh
variabel independen terhada variabel dependen. Jika probabilitas
<0,05, maka H0 ditolak dan Ha diterima, sehingga disimpulkan
bahwa variabel independen berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen. Sedangkan apabila probabilitas >0,05 maka H0
diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
independen berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
dependen. Uji hipotesis secara parsial dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 4.9:
Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.591 2.937 2.584 .013
NPF -1.153 .118 -.812 -9.791 .000 .330 3.033
FDR 1.156 .486 .207 2.381 .021 .301 3.321
CAR -.058 .309 -.012 -.187 .852 .553 1.807
ROA -.066 .032 -.122 -2.080 .043 .655 1.527
a. Dependent Variable: UMKM
Sumber: hasil output SPSS 24
1) Hubungan Non Performing Financing (NPF) terhadap
Pembiayaan Sektor UMKM
Hipotesis:
84
H0 : βX1 Y1 = 0 (Tidak ada pengaruh signifikan antara Non
Performing Financing NPF dengan Pembiayaan Sektor
UMKM)
Ha : βX1 Y1 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan antara Non
Performing Financing (NPF) dengan Pembiayaan Sektor
UMKM
Hasil pengujian regresi diatas menunjukkan bahwa variabel
Non Performing Financing (NPF) memperoleh hasil yang
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,000 < 0,05). Sedangkan
nilai t hitung X1 = -9,791 dan tabel t sebesar 2,009 (df (n-k) -1)
54-4-1 = 49, α/2 = 0,025), sehingga t hitung berada di daerah
penolakan H0. Maka H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat
disimpulkan bahwa Non Performing Financing (NPF) memiliki
pengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor UMKM.
2) Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap
Pembiayaan Sektor UMKM
Hipotesis:
H0 : βX2 Y1 = 0 (Tidak ada pengaruh signifikan antara Financing
to Deposit Ratio (FDR) dengan Pembiayaan Sektor UMKM)
Ha : βX2 Y1 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan antara Financing
to Deposit Ratio (FDR) dengan Pembiayaan Sektor UMKM
Hasil pengujian dengan analisis regresi di atas menunjukkan
ahwa variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) memperoleh
85
hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,021 < 0,05).
Sedangkan nilai t hitung X2 = 2,381 dan tabel t sebesar 2,009 (df
(n-k) -1) 54-4-1 = 49, α/2 = 0,025), sehinga t hitung > t tabel
(2,381 > 2,008) dan berada di daerah penolakan H0. Maka H0
ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa
Financing to Deposit Ratio (FDR) memiliki pengaruh signifikan
terhadap pembiayaan sektor UMKM.
3) Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Pembiayaan Sektor
UMKM
Hipotesis:
H0 : βX3 Y1 = 0 (Tidak ada pengaruh signifikan antara Return
On Asset (ROA) dengan Pembiayaan Sektor UMKM)
Ha : βX3 Y1 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan antara Return On
Asset (ROA) dengan Pembiayaan Sektor UMKM
Hasil pengujian dengan analisis regresi diatas menunjukkan
bahwa variabel Return On Asset (ROA) memperoleh hasil yang
signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,043 < 0,05), sedangkan
nilai t hitung X3 = -2,080 dan tabel t sebesar = 2,009 (df (n-k) -
1) 54-4-1 = 49, α/2 = 0,025), sehingga t hitung berada di daerah
penolakan H0. Maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dapat
disimpulkan bahwa Return On Asset (ROA) memiliki pengaruh
signifikan terhadap pembiayaan sektor UMKM.
86
4) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan
Sektor UMKM
Hipotesis:
H0 : βX4 Y1 = 0 (Tidak ada pengaruh signifikan antara Capital
Adequacy Ratio (CAR) dengan Pembiayaan Sektor UMKM)
Ha : βX4 Y1 ≠ 0 (Ada pengaruh yang signifikan antara Capital
Adequacy Ratio (CAR) dengan Pembiayaan Sektor UMKM
Hasil pengujian dengan analisis regresi diatas menunjukkan
bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) memperoleh
hasil yang signifikan pada nilai lebih kecil dari α (0,852 > 0,05),
sedangkan nilai t hitung X3 = -0,187 dan tabel t sebesar = 2,009
(df (n-k) -1) 54-4-1 = 49, α/2 = 0,025), sehingga t hitung berada
di daerah penerimaan H0. Maka H0 diterima dan menolak Ha.
Dapat disimpulkan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pembiayaan sektor
UMKM.
b. Uji Simultan (Uji F)
Pengujian secara simultan atau uji F digunakan untuk
menguji variabel independen secara bersama-sama terhadap
variabel dependen. Apabila probabilitas <0,05 maka H0 ditolak dan
Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan cara simultan terhadap variabel dependen.
Sedangkan jika nilai probabilitas >0,05 maka H0 diterima dan Ha
87
ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
secara simultan berpengaruh tidak signifikan terhadap variabel
dependen. Uji hipotesis secara simultan dapat dilihat dari tabel
berikut.
Tabel 4.10:
Uji F
Sumber: hasil output SPSS 24
Dengan Hipotesis:
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen
(NPF, FDR, ROA dan CAR) terhadap pembiayaan sektor
UMKM secara simultan.
Ha : terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen (NPF,
FDR, ROA dan CAR) terhadap pembiayaan sektor UMKM
secara simultan.
Berdasarkan tabel 4.11 diatas, nilai probabilitas F-statistik
sebesar 97,912 dengan nilai tingkat signifikansi 0,000. Karena nilai
signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000<0,05) dan nilai F-hitung >
F-tabel (97,912> 2,79) dengan nilai F tabel df:α, (k-1) (n-k) atau
0,05, (3-1) (54-3) = 2,79. Maka Ho ditolak atau Ha diterima dan
dapat disimpulkan bahwa Non Performing Financing (NPF),
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.841 4 1.210 97.912 .000b
Residual .606 49 .012
Total 5.446 53
a. Dependent Variable: UMKM
b. Predictors: (Constant), ROA, FDR, CAR, NPF
88
Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan
Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara simultan
(bersama-sama) terhadap Pembiayaan Sektor UMKM.
c. Koefisien Determinansi (R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar kemampuan model dalam penelitian menerangkan
variabel dependen. Koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 4.11:
Koefisien Determinasi
Sumber: hasil output SPSS 24
Berdasarkan tabel di atas, besarnya nilai Adjusted R Square
adalah 0,880. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pembiayaan
sektor UMKM dapat dijelakan oleh variabel independen (NPF,
FDR, CAR dan ROA) sebesar 88%, sedangkan sisanya (100% - 88%
= 12%) dijelaskan oleh faktor lain diluar model regresi penelitian.
3. Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel diatas, selanjutnya
akan dianalisis dengan bantuan Statistical Package for the Social
Sciences 24 (SPSS 24) untuk mengetahui besarnya pengaruh Non
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .943a .889 .880 .11117 .967
a. Predictors: (Constant), ROA, FDR, CAR, NPF
b. Dependent Variable: UMKM
89
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR) dan
Return On Asset (ROA) terhadap Pembiayaan Sektor UMKM. Hasil
Pengelolaan dengan Aplikasi SPSS 24 dapat dilihat pada tabel 4.13
dibawah ini:
Tabel 4.12:
Analisis Regresi Liner Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.591 2.937 2.584 .013
NPF -1.153 .118 -.812 -9.791 .000 .330 3.033
FDR 1.156 .486 .207 2.381 .021 .301 3.321
CAR -.058 .309 -.012 -.187 .852 .553 1.807
ROA -.066 .032 -.122 -2.080 .043 .655 1.527
a. Dependent Variable: UMKM
Sumber: Hasil Output SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.13 diatas, diperoleh model persamaan regresi
sebagai berikut:
Y = 7,591 -1,153NPF + 1,156FDR -0,066ROA -0,058CAR
Keterangan:
Y = Nilai Pembiayaan UMKM
NPF = Non Performing Financing
FDR = Financing to Deposit Ratio
ROA = Return On Asset
CAR = Capital Adequacy Ratio
90
Adapun interpretasi statistic penulis pada model persamaan regresi
diatas adalah sebagai berikut:
a. Apabila Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio
(CAR) bernilai 0, maka nilai Pembiayaan UMKM adalah 7,591%.
Artinya jika Non Performing Financing (NPF), Financing to
Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy
Ratio (CAR) tidak melakukan kegiatan operasional dapat dikatakan
bahwa dalam periode Januari 2013 – Juni 2017 jumlah Pembiayaan
UMKM sebesar 7,591%.
b. Jika variabel Non Performing Financing (NPF) sebesar -1,153,
artinya jika setiap kenaikan 1% Non Performing Financing (NPF)
menyebabkan menurunnya Pembiayaan UMKM sebesar -1,153%
dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
c. Jika variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) sebesar 1,156%,
artinya jika setiap kenaikan 1% Financing to Deposit Ratio (FDR)
akan menyebabkan meningkatnya Pembiayaan UMKM sebesar
1,156% dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
d. Jika variabel Return On Asset (ROA) sebesar -0,066%, artinya setiap
kenaikan 1% Return On Asset (ROA) akan menyebabkan
menurunnya Pembiayaan UMKM sebesar -0,066% dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
91
e. Jika variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar -0,058%,
artinya setiap kenaikan 1% Capital Adequacy Ratio (CAR) akan
menyebabkan menurunnya Pembiayaan UMKM sebesar -0,058%
dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
D. Interpretasi
Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap Pembiayaan
Sektor UMKM
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Non
Perforiming Financing (NPF) memiliki nilai signifikan 0,000 < 0,05. Hal
ini berarti menerima Ha dan menolak H0. Sehingga dapat disimpiulkan
bahwa variabel Non Perforiming Financing (NPF) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan Sektor UMKM.
Hal ini sesuai dengan penelitian Barus (2013) dan Effendi (2017)
yang mengemukakan bahwa secara parsial variabel Non Perforiming
Financing (NPF) berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor
UMKM. Akan tetapi bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Purwidianti (2014) yang menyatakan bahwa variabel Non
Perforiming Financing (NPF) tidak memiliki pengaruh signifikan
terhadap pembiayaan sektor UMKM.
Non Perforiming Financing (NPF) mencerminkan risiko
pembiayaan bermasalah, semakin tinggi ringkat NPF maka semakain
92
besar risiko pembiayaan yang ditanggung oleh pihak bank. Bank dengan
NPF yang tinggi akan melakukan penyeleksian pembiayaan dengan lebih
hati-hati. Bank dengan nilai tingkat NPF yang tinggi akan lebih berhati-
hati dalam memberikan pembiayaan sehingga menyebabkan terjadinya
penurunan pembiayaan termasuk pembiayaan pada sektor UMKM.
2. Pengaruh Financing to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pembiayaan
Sektor UMKM
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Financing to
Deposit Ratio (FDR) memiliki nilai signifikan 0,021 < 0,05. Hal ini
berarti menerima Ha dan menolak H0. Sehingga dapat disimpiulkan
bahwa variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) secara parsial
berpengaruh signifikan terhadap Pembiayaan Sektor UMKM.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nurhidayah dan Any Isvandiari
(2016) yang mengemukakan bahwa secara parsial variabel Financing to
Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor
UMKM. Sesuai dengan teori, FDR merupakan perbandingan
pembiayaan terhadap total DPK, sehingga FDR dan pembiayaan
memiliki hubungan yang positif. Jika FDR rendah, maka pembiayaan
mengalami penurunan dan juga sebaliknya jika FDR tinggi, maka
pembiayaan juga mengalami peningkatan termasuk di dalamnya untuk
sektor UMKM.
93
3. Pengaruh Return On Asset (ROA) terhadap Pembiayaan Sektor
UMKM
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Return On Asset
(ROA) memiliki nilai signifikan 0,043 < 0,05. Hal ini berarti menerima
Ha dan menolak H0. Sehingga dapat disimpiulkan bahwa variabel Return
On Asset (ROA) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
Pembiayaan Sektor UMKM.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat (2016)
dan Nurlestari (2015) yang mengemukakan bahwa variabel ROA
berpengaruh signifikan terhadap pembiayaan sektor UMKM. ROA
menunjukkan perbandingan atara laba sebelum pajak yang diperoleh
dengan total asset, yang artinya bahwa semakin besar tingkat
pengembalian atau laba yang diperoleh bank, maka akan semakin besar
jumlah dana yang dimiliki oleh bank sehingga bank akan terus
meningkatkan laba dengan lebih banyak menyalurkan pembiayaan
terutama pada sektor UMKM.
4. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pembiayaan
Sektor UMKM
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa variabel Capital
Adequacy Ratio (CAR) memiliki nilai signifikan 0,852 > 0,05. Hal ini
berarti menolak Ha dan menerima H0. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak
berpengaruh signifikan terhadap alokasi pembiayaan UMKM.
94
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purwidianti
dan Putra (2014) yang mengemukakan bahwa variabel CAR tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap pembiayaan pada sektor UMKM.
Menurut Supiatno, dkk , hal ini dimungkinkan karena CAR merupakan
indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian – kerugian bank yang di sebabkan
oleh aktiva yang berisiko. Namun demikian, perbankan tidak dapat
menentukan sendiri nilai CAR perusahaan, karena pemerintah telah
mewajibkan batas minimum CAR sebesar 8%. Perhitungan Capital
Adequacy Ratio didasarkan pada prinsip bahwa setiap penanaman yang
mengandung risiko harus disediakan jumlah modal sebesar persentase
tertentu terhadap jumlah penanamannya. Penetapan standar minimum ini
menyebabkan perusahaan perbankan akan berusaha untuk membuat
CAR bernilai minimum 8%, tanpa memperhatikan perubahan pada
penyaluran kreditnya. Dengan kata lain, tinggi ataupun rendahnya
penyaluran kredit suatu perusahaan perbankan, perusahaan tetap harus
mengikuti standar minimum CAR 8%. Hal ini menyebabkan tidak
adanya pengaruh peningkatan ataupun penurunan CAR terhadap
penyaluran kredit perbankan.
95
5. Pengaruh Non Performing Financing (NPF), Financing to Deposit
Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital Adequcy Ratio
(CAR) terhadap pembiayaan sektor UMKM.
Hasil penelitian menujukkan bahwa variabel NPF, FDR, ROA dan
CAR secara simultan memiliki pengaruh terhadap pembiayaan sektor
UMKM. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji hipotesis dengan nilai
signifikansi yang lebih kecil dari nilai α (0,000 < 0,05). Maka, keputusan
yang diambil adalah menolak H0 karena terdapat pengaruh yang
signifikan antara NPF, FDR, ROA dan CAR secara simultan terhadap
pembiayaan sektor UMKM.
Pembiayaan yang tinggi akan menyebabkan adanya risiko
pembiayaan yang bermasalah tercermin dalam rasio NPF. Semakin
ringgi rasio NPF, maka bank akan semakin berhati-hati dalam
memberikan pembiayaan karena takut mengalami kerugian. Fungsi
intermediari bank diukur dengan rasio FDR, semakin tinggi FDR maka
bank akan semakin baik dalam menjalankan fungsinya. Perbankan
syariah dalam menjalankan usahanya juga berorientasi pada keuntungan
yang diperoleh, apabila bank mendapatkan keuntungan yang tinggi
maka pembiayaan yang disalurkan oleh bank juga akan bertambah.
Kecukupan modal sebagai salah satu syarat oleh BI untuk setiap
perbankan yang akan menunjang kegiatan operasional dan membentuk
cadangan untuk menyerap kerugian yang mungkin terjadi dari
pembiayaan untuk sektor UMKM ini.
96
Dengan demikian variabel Non Performing Financing (NPF),
Financing to Deposit Ratio (FDR), Return On Asset (ROA) dan Capital
Adequcy Ratio (CAR) tersebut secara simultan atau bersama-sama
mempengaruhi variabel Pembiayaan Sektor UMKM.
96
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan
pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil uji regresi menyatakan bahwa variabel independen Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Return On Asset (ROA) secara parsial berpengaruh terhadap
Pembiayaan Sektor UMKM pada Perbankan Syariah di Indonesia.
Sedangkan variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak
berpengaruh terhadap Pembiayaan Sektor UMKM pada Perbankan
Syariah di Indonesia.
2. Hasil uji regresi menyatakan bahwa variabel independen Non
Performing Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Return On Asset (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) secara
simultan atau bersama-sama berpengaruh terhadap Pembiayaan Sektor
UMKM pada Perbankan Syariah di Indonesia.
3. Hasil uji regresi menyatakan bahwa variabel yang paling dominan
terhadap Pembiayaan Sektor UMKM adalah variabel Non Performing
Financing (NPF) .
97
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan, maka penulis mencoba
mengemukakan implikasi yang mungkin dapat bermanfaat diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Bagi Perbankan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa Non Performing
Financing (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR), dan Return On
Asset (ROA) berpengaruh terhadap Pembiayaan Sektor UMKM. Oleh
karena itu, pihak bank dapat menjadikan pertimbangan dalam
mengambil keputusan yang akan diambil dalam memberikan
pembiayaan terutama pembiayaan di sektor UMKM. Bank harus
menjaga tingkat NPFnya tidak melebihi 5% yang dapat mempengaruhi
kesehatan bank itu sendiri. FDR juga harus diperhatikan agar sesuai
dengan ketentuan BI yaitu berada pada batas minimum 85% sampai
dengan 110%, karena FDR berperan untuk melakukan control
penyaluran pembiayaan atas ketersediaan dana yang dimiliki bank,
sehingga pembiayaan yang disalurkan kepada masayarakat dapat
meningkat. Bank juga harus lebih memperhatikan tingkat ROA agar
lebih meningkatkan keuntungan sehingga lebih meningkatkan
penyaluran pada pembiayaan. CAR bank juga harus dijaga diatas 8%
agar bank mampu menanggung risiko dari setiap pembiayaan/aktiva
produktif yang berisiko.
98
Bank juga bisa memberikan pelatihan kepada sektor UMKM dalam
membantu untuk pembuatan laporan keuangan yang benar agar sektor
UMKM menjadi bankable dengan mengadakan pelatihan serta
menjelaskan prosedur-prosedur yang harus dipenuhi oleh sektor
UMKM jika ingin mengajukan pembiayaan. Pelatihan yang diberikan
bank juga bisa dalam hal pemasaran untuk manajemen usaha tersebut
dengan menjelaskan bagaimana mengembangkan dan memperluas
pasar mereka sehingga keuntungan yang didapat juga akan meningkat.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi
kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
memperbanyak jumlah variabel seperti: Dana Pihak Ketiga (DPK),
Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), Margin Bagi
Hasil, Produk Domestik Bruto dan lainnya. Periode penelitian dapat
diperpanjang atau diperbaharui agar hasil yang didapat lebih dapat
menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan
penelitian ini.
99
DAFTAR PUSTAKA
Afsari, Mahda, “Pengaruh CAR, ROA, NPF dan FDR Terhadap Penyaluran
Pembiayaan UMKM Pada BPRS Di Indonesia Periode 2012 – 2016”,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2018.
Akbar, Gina Rhamdina, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
PorsiPembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Yang Disalurkan
Oleh Bank Umum Syariah Di Indonesia”, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Depok, 2013.
Al Arif, Nur Rianto, “Dasar-Dasar Pemasaran Bank Syariah”, Alfabeta, Bandung,
2012.
Anindita, Irma, “Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga, CAR, NPL Dan LDR
Terhadap Penyaluran Kredit UMKM (Studi Pada Bank Umum Swasta
Nasional Periode 2003 – 2010”, Fakultas Ekonomi, Universitas
Diponegoro, Semarang, 2011.
Antonio, Muhammad Syafi’i, “Bank Syariah : Dari Teori Ke Praktek”, Cetakan
Pertama, Gema Insani Press, Jakarta, 2001.
Ascarya, “Akad Dan Produk Bank Syariah”, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2008.
Azis, Azlina. Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non
Devisa di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Riau: Jom FEKOM
Vol. 2 No. 1, 2015.
100
Barus, Andreani Caroline, “Pengaruh Spread Tingkat Suku Bunga dan Rasio
Keuangan Terhadap Penyaluran Kredit UMKM Pada Bank Umum Di
Indonesia”, Vol. 3 No. 01 Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil, STIE
Mikroskil, 2013.
Dendawijaya, Lukman, “Manajemen Perbankan, Edisi Kedua”, Cetakan Kedua,
Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.
Dendawijaya, Lukman, “Manajemen Perbankan”, Cetakan Kedua, Bogor, Ghalia
Indonesia, 2005.
Effendi, Jaenal, ”The Effect of Internal and External Factors of Banking to the
SMEs Financing for BPRS in Indonesia”, Vol. 21 No. 3 Jurnal Keuangan
dan Perbankan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2017.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 21”,
Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2016.
Gujarati, Damodar,“Dasar Dasar Ekonometrika”. Erlangga, Jakarta, 2008.
Hanafi, Mamduh M, “Analisis Laporan Keuangan”, Stim Ykpn, Yogyakarta, 2012
Hasan, Nurul Ichsan, “Perbankan Syariah (Sebuah Pengantar”, Referensi, Jakarta,
2014.
Hidayat, Raden Al Lutfi, “Pengaruh Variabel Rasio Keuangan Dan Makroekonomi
Terhadap Pemberian Kredit Sektor UMKM Oleh Perbankan di Indonesia”,
Vol. 9 No. 2 Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa, PT. Bank Syariah
Mandiri, 2016.
IBI, “Memahami Bisinsis Bank Syariah”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta,
2014.
101
Jumingan, “Analisis Laporan Keuangan”, Cetakan Pertama, PT Bumi Aksara,
Jakarta, 2006.
Kara, Muslimin, “Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah”, Ahkam: Vol. XIII
No. 2, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Makassar, 2013.
Karim, Adiwarman, “Bank Islam : Analisis Fiqih Dan Keuangan”, Edisi Kelima,
Pt Raja Grafindo, Jakarta, 2010.
Kasmir, “Analisis Laporan Keuangan”, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.
Kasmir, “Bank Dan Lembaga Keuangan Lain”. Edisi Revisi, Pt Raja Grafindo,
Jakarta, 2008.
Kasmir, “Manajemen Perbankan” Edisi Revisi, Pt Raja Grafindo, Jakarta, 2008.
Kusnandar, Engkus, ”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian
Kredit UMKM Oleh Perbankan Di Indonesia”, Tesis Fakultas Ekonomi
Program Master Perencanaan Dan Kebijakan Publik, Universitas
Indonesia, Depok, 2012.
Laporan Statistik Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan 2013 – 2017
Mandasari, Jayanti. Analisis Kinerja Keuangan dan Pendekatan Metode RGEC
pada BUMN Periode 2012-2013. E-Journal Ilmu Administrasi Bisnis
Universitas Mulawarman. Vol. 3 No.2, 2015.
Mardani, Tamara Yunita Muji, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pembiayaan Bank Umum Syariah Untuk Sektor UMKM Di Indonesia”,
Fakultas Ekonomi Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2016.
102
Mufraini, Arief, “Modul Perbankan Syariah, Landasan Teori Dan Praktek”,
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis UIN Jakarta, 2008
Muhammad “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”. Manajemen Perusahaan
YKPN, Yogyakarta, 2005.
Muhammad, “Manajemen Pembiayaan Bank Syariah”, UPP. AMM, YKPN,
Yogyakarta, 2002.
Niode, Idris Yanto, “Sektor UMKM di Indonesia: Profil, Masalah, dan Strategi
Pemberdayaan”, Vol. 2 No. 1 Jurnal Kajian Ekonomi dan Bisnis OIKOS-
NOMOS, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo, 2009.
Nurhidayah dan Any Isvandiari. Faktor Internal dan Faktor Eksternal Yang
Mempengaruhi Alokasi Pembiayaan Usaha Kecil Menengah (Studi Pada
Bank Syariah Indonesia). Vol. 10 No. 1 Jurnal JIBEKA, STIE ASIA
Malang, 2016.
Nurlestari, Annisa, “Analisis Faktor-Faktor Ynag Mempengaruhi Penyaluran
Kredit UMKM (Studi Pada Bank Umum Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2009 – 2013)”, Vol. 4, No. 4 Diponegoro Journal Of
Management, Universitas Diponegoro, Semarang, 2015.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/22/PBI/2012 Tentang Pemberian Kredit atau
Pembiayaan Oleh Bank Umum dan Bantuan Teknis dalam Rangka
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/18/PBI/2016
Perwataatmadja, K. A, & Tanjung, H, “Bank Syariah: Teori, Praktik Dan
Peranannya”, PT. Senayan Abadi, Jakarta, 2007.
103
Prasasti, Devki, “Analisis Pengaruh Financing To Deposit Ratio, Non Performing
Financing, Spread Bagi Hasil Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap
Pembiayaan Bagi Hasil (Studi Pada Bank Umum Syariah Di Indonesia
Periode Tahun 2008 – 2013)”, Vol. 4 No. 4 Diponegoro Journal Of
Management, Universitas Diponegoro, 2014.
Purwidianti, Wida, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pembiayaan
Perbankan Syariah Untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Di
Indonesia”, Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM UMP, Universitas
Muhammadiyah Purwokerto, 2014.
Putra, Bagus Grahadika, “Pengaruh LDR, BI Rate, CAR dan NPL Terhadap
Penyaluran Kredit UMKM di Bank Umum Provinsi Bali Periode 2004.I –
2013.IV”, Vol. 3 No. 12 E-Journal Ekonomi Pembagunan, Universitas
Udayana, Bali, 2014.
Qolby, Muhammad Luthfi, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembiayaan Pada
Perbankan Syariah Di Indonesia Periode Tahun 2007 – 2013”, EDAJ 2 (4)
(2013) Economics Development Analysis Journal, Universitas Negeri
Semarang, Semarang, 2013.
Rahmawan, Ayu Shita, “Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Pembiayaan Bank
Umum Syariah Untuk Sektor UMKM Di Indonesia”, Fakultas Ekonomi
Dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2017
Rivai, Veithzal “Islamic Banking Sebuah Teori, Konsep, Dan Aplikasi”, Bumi
Aksara, Jakarta, 2007.
104
Rivai, Veithzal Dan Andria Permata Veithzal, “Credit Management Handbook:
Teori, Konsep, Prosedur Dan Aplikasi Panduan Praktis Mahasiswa,
Bankir, Dan Nasabah”, Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Rivai, Veithzal Dan Arviyan Arifin, “Islamic Banking System Bank Islam Bukan
Hanya Solusi Menghadapi Krisis Namun Solusi Dalam Menghadapi
Berbagai Persoalan Perbankan Dan Ekonomi Global”, Bumi Aksara,
Jakarta, 2010.
Rivai, Veithzal, Andria Permata Veithzal Dan Ferry N. Indroes, “Bank And
Financial Institution Management: Conventional & Sharia System”, Pt
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007
Santoso, Singgih, “Aplikasi Spss Pada Statistik Parametrik”, Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2012.
Sarwono, Jonathan, “Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif”, Edisi Pertama,
Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.
Soemitra, Andri, “Bank & Lembaga Keuangan Syariah”, Prenadamedia Group,
Jakarta, 2009.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 8.
Alfabeta. Bandung, 2009.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbs
Sutrisno, “Manajemen Keuangan Teori, Konsep dan Aplikasi”. Ekonisia,
Yogyakarta, 2009.
Tambunan, TTH, “UMKM di Indonesia”, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009.
105
Tambunan, Tulus, “Usaha Mikro Kecil dan Menengah Di Indonesia: Isu-Isu
Penting”, LP3ES, Jakarta, 2012
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan
Wirdyaningsih, Perwataatmadja, K, Dewi G, “Bank Dan Asuransi Islam Di
Indonesia”, Kencana, Jakarta, 2007.
https://ekonomi.kompas.com/read/2016/08/26/160000726/Baru.22.Persen.UMKM.yang.
Nikmati.Fasilitas.Perbankan
106
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
a. Non Performing Financing (NPF)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 2,49 3,01 4,87 4,85 4,41
Februari 2,72 3,53 5,10 4,95 4,42
Maret 2,75 3,22 4,81 4,88 4,29
April 2,85 3,48 4,62 4,94 4,42
Mei 2,92 4,02 4,76 5,54 4,35
Juni 2,64 3,90 4,73 5,05 3,98
Juli 2,75 4,31 4,88 4,80
Agustus 3,01 4,58 4,86 4,94
September 2,80 4,67 4,73 4,31
Oktober 2,96 4,58 4,74 4,39
November 3,08 4,86 4,66 4,28
Desember 2,62 4,33 4,34 4,15
Sumber: Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam Persentase)
b. Financing to Deposit Ratio (FDR)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 100,63 100,07 93,60 92,19 88,02
Februari 102,17 102,03 93,94 91,26 87,45
Maret 102,62 102,22 94,24 91,75 87,54
April 103,08 95,50 94,18 91,66 86,43
Mei 102,08 99,43 94,69 91,39 86,88
Juni 104,43 100,80 96,25 92,06 87,84
Juli 104,83 99,89 94,79 90,52
Agustus 102,53 98,99 95,15 90,03
September 103,27 99,71 94,79 89,17
Oktober 103,03 98,99 94,66 89,55
November 102,58 94,62 94,78 88,87
Desember 100,32 91,50 92,13 88,78
Sumber: Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam Persentase)
107
c. Return On Asset (ROA)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 2,52 0,08 1,14 1,30 1,47
Februari 2,29 0,13 1,07 1,23 1,46
Maret 2,39 1,16 1,12 1,26 1,53
April 2,29 1,09 1,08 1,10 1,50
Mei 2,07 1,13 1,08 0,70 1,52
Juni 2,10 1,12 0,88 1,11 1,48
Juli 2,02 1,05 0,90 1,06
Agustus 2,01 0,93 0,90 0,98
September 2,04 0,97 0,93 1,04
Oktober 1,94 0,92 0,95 0,98
November 2,96 0,87 0,95 1,13
Desember 2,00 0,80 0,84 0,94 Sumber: Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam Persentase)
d. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 15,29 16,76 14,16 15,11 16,99
Februari 15,20 16,71 14,38 15,44 17,04
Maret 14,30 16,20 14,43 14,90 16,98
April 14,72 16,68 14,06 15,43 16,91
Mei 14,28 16,85 14,29 14,78 16,88
Juni 14,30 16,21 14,09 14,72 16,42
Juli 15,28 14,76 14,47 14,86
Agustus 14,71 14,73 15,05 14,87
September 14,19 14,60 15,15 15,43
Oktober 14,19 15,25 14,96 15,27
November 12,23 15,66 15,31 15,78
Desember 14,42 15,74 15,02 16,63
Sumber: Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam Persentase)
108
2. Variabel Dependen
a. Pembiayaan Modal Kerja dan Investasi Sektor UMKM
- Data sebelum di Ln
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 92.672 108.138 58.142 49.119 53.497
Februari 96.493 107.080 57.780 48.718 53.416
Maret 100.793 108.327 57.203 49.410 54.555
April 102.206 109.506 54.812 49.508 55.497
Mei 103.489 63.747 51.602 49.883 55.552
Juni 103.816 63.835 52.792 51.952 57.319
Juli 108.932 62.747 50.073 51.325
Agustus 104.727 65.862 41.738 50.862
September 106.577 53.606 46.425 52.932
Oktober 107.500 64.980 46.057 53.051
November 108.311 59.148 46.798 53.795
Desember 110.086 59.806 50.291 54.530 Sumber: Statistika Perbankan Syariah OJK (dalam Milyar Rupiah)
- Data setelah di Ln
Bulan Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
Januari 11,44 11,59 10,97 10,80 10,89
Februari 11,48 11,58 10,96 10,79 10,89
Maret 11,52 11,59 10,95 10,81 10,91
April 11,53 11,60 10,91 10,81 10,92
Mei 11,55 11,06 10,85 10,82 10,93
Juni 11,55 11,06 10,87 10,86 10,96
Juli 11,60 11,05 10,82 10,85
Agustus 11,56 11,10 10,64 10,84
September 11,58 10,89 10,75 10,88
Oktober 11,59 11,08 10,74 10,88
November 11,59 10,99 10,75 10,89
Desember 11,61 11,00 10,83 10,91
109
Lampiran 2: Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 54
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation .10689534
Most Extreme Differences Absolute .069
Positive .069
Negative -.067
Test Statistic .069
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
110
2. Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.591 2.937 2.584 .013
NPF -1.153 .118 -.812 -9.791 .000 .330 3.033
FDR 1.156 .486 .207 2.381 .021 .301 3.321
CAR -.058 .309 -.012 -.187 .852 .553 1.807
ROA -.066 .032 -.122 -2.080 .043 .655 1.527
a. Dependent Variable: UMKM
3. Uji Heterokedastisitas
111
4. Uji Autokorelasi
Lampiran 3: Uji Hipotesis
1. Uji Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 7.591 2.937 2.584 .013
NPF -1.153 .118 -.812 -9.791 .000 .330 3.033
FDR 1.156 .486 .207 2.381 .021 .301 3.321
CAR -.058 .309 -.012 -.187 .852 .553 1.807
ROA -.066 .032 -.122 -2.080 .043 .655 1.527
a. Dependent Variable: UMKM
2. Uji Simultan (Uji F)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .943a .889 .880 .11117 .967
a. Predictors: (Constant), ROA, FDR, CAR, NPF
b. Dependent Variable: UMKM
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 4.841 4 1.210 97.912 .000b
Residual .606 49 .012
Total 5.446 53
a. Dependent Variable: UMKM
b. Predictors: (Constant), ROA, FDR, CAR, NPF
112
Lampiran 4: Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .943a .889 .880 .11117 .967
a. Predictors: (Constant), ROA, FDR, CAR, NPF
b. Dependent Variable: UMKM
113
Lampiran 5: Tabel t
114
Lampiran 6: Tabel F
Recommended