View
0
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, ISLAMIC HUMAN
DEVELOPMENT INDEX DAN PENGANGGURAN TERHADAP
KEMISKINAN (STUDI PADA KABUPATEN/KOTA DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2018)
Oleh:
Khairul Fadilah
NIM. 11150860000014
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, ISLAMIC HUMAN
DEVELOPMENT INDEX DAN PENGANGGURAN TERHADAP
KEMISKINAN (STUDI PADA KABUPATEN/KOTA DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2010-2018)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Guna Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh:
Khairul Fadilah
NIM. 11150860000014
Di Bawah Bimbingan:
Pembimbing
Dr. Muhammad Nur Rianto Al-Arif, M.Si
NIP. 19811013200801 1 006
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H/2019 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini, Selasa 9 April 2019 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:
Nama : Khairul Fadilah
NIM : 11150860000014
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Islamic Human Development
Index dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan (Studi Pada
Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islami Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 April 2019
1. Yuke Rahmawati, MA (…………………….)
NIP. 197509032007012023 Penguji I
2. Ady Cahyadi, M.Si ` (…………………....)
NIDN. 2015038202 Penguji II
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa 19 November 2019 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
Nama : Khairul Fadilah
NIM : 11150860000014
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Islamic Human Development
Index dan Pengangguran Terhadap Kemiskinan (Studi Pada
Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2018)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 November 2019
1. DR. Erika Amelia, SE., M.Si ( ) NIP. 19771109200912 2 001 Ketua
2. Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, M.Si ( )
NIP. 19811013200801 1 006 Sekretaris
3. Dr. Muhammad Nur Rianto Al Arif, M.Si ( )
NIP. 19811013200801 1 006 Pembimbing
4. RR.Tini Anggraeni, M.Si ( _)
NIDN. 2010088001 Penguji Ahli
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Khairul Fadilah
NIM : 11150860000014
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Ekonomi Syariah
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa ijin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 05 November 2019
Yang Menyatakan,
(Khairul Fadilah)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas Pribadi
Nama : Khairul Fadilah
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Pekanbaru, 05 September 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Nomor Telpon : 085767618535
E-mail : khairulfadilah5@gmail.com
Pendidikan Formal
2004 – 2010 : SD Islam As-Shofa Pekanbaru
2010 – 2013 : SMP Negri 1 Pekanbaru
2013 – 2015 : MA Sunan Pandanaran Yogyakarta
2015 – 2019 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi
1. Anggota Bidang Bussines Plan Economy Expo 2015 Dewan Eksekutif
Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis
2. Anggota Department Olahraga HMJ Ekonomi Syariah 2016/2017.
3. Sekretaris Acara Sharia Economics Festival 2016
4. Ketua Divisi Kewirausahaan HMJ Ekonomi Syariah 2017/2018.
5. Wardah Beauty Ambassador Campus Jakarta 2017/2019
vi
Latar Belakang Keluarga
Ayah : Dr. Mulyadi, M.A
Pekerjaan : Dosen
Ibu : Rinah, M.Pd
Pekerjaan : Dosen dan Wiraswasta
Alamat : Jl. Pemuda Gg Damai RT 003 RW 009 Tampan, Kec. Payung
Sekaki, Kota Pekanbaru, Riau.
Anak ke dari : 2 dari 3 bersaudara
vii
ABSTRACT
This research aims to examine the effect of economic growth, Islamic Human
Development Index (I-HDI) and unemployment to poverty in the province of D.I.
Yogyakarta in 2010-2018. The method of analysis used is the method of data panels
that combine between time series and cross section analysis. The data used in this
study is secondary data. The main data source is derived from the statistical central
Agency (BPS) publication.
The results showed that economic growth variables negatively affect poverty, The
I-HDI variable negatively affects poverty while the unemployment variable has no
influence on poverty in the Regency/city of D.I. Yogyakarta in 2010-2018.
Nevertheless, economic growth variables, I-HDI and unemployment
simultaneously affected poverty in the Regency/city of D.I. Yogyakarta in 2010-
2018.
Keywords: poverty, economic growth, unemployment, and the Islamic Human
Development Index
viii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Islamic
Human Development Index (I-HDI) dan Pengangguran terhadap kemiskinan di
Provinsi D.I.Yogyakarta tahun 2010-2018. Metode analisis yang digunakan adalah
metode data panel yang menggabungkan antara analisis time series dan cross
section. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber
data utama berasal dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh
negatif terhadap Kemiskinan, variabel I-HDI berpengaruh negatif terhadap
kemiskinan sedangkan variabel pengangguran tidak adanya pengaruh terhadap
Kemiskinan di Kabupaten/Kota D.I.Yogyakarta tahun 2010-2018. Meski demikian
variabel pertumbuhan ekonomi, I-HDI dan pengangguran secara simultan
berpengaruh terhadap kemiskinan di Kabupaten/Kota D.I.Yogyakarta tahun 2010-
2018.
Kata Kunci : Kemiskinan, Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Islamic
Human Development Index
ix
KATA PENGANTAR
Bismillahirramanirrahim, Maha Karim dan Rahim Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan keindahan kasih, kemudahan dan keberkahan, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan sebaik-baiknya
meskipun terdapat kekurangan. Shalawat beserta salam semoga senantiasa
terlimpah curah kepada Rasulullah SAW, teladan umat sepanjang masa yang telah
menebar ketulusan dan memberi petunjuk kepada umatnya menuju kebahagiaan,
keselamatan, keberkahan, dan kemuliaan di dunia dan surga-Nya serta menuntun
umatnya menuju peradaban Islam yang mulia.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya tangan-tangan yang
tulus memberikan bantuan, kepadanya penulis mengucapkan terimakasih dan rasa
hormat yang terdalam atas tulusnya kepeduliaan dan pemberian berbagai bentuk
bantuan berupa sapaan moril, dorongan semangat, dukungan finansial, kritik, saran,
serta sumbangan pemikiran dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis
dengan segala hormat mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Amilin, SE., Ak., M.Si., CA, QIA, BKP., CRMP selaku
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Dr. Muhammad Nur Rianto Al-Arif, M.Si selaku Dosen Pembimbing
Skripsi penulis, Terima kasih banyak atas ilmu, waktu, arahan, dan motivasi
yang Bapak berikan. Tanpa arahan dari bapak, skripsi ini tidak akan
terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Dr. Erika Amelia, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Ibu Dwi Nur’aini Ihsan, MM
selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Seluruh dosen dan karyawan akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
x
memberikan ilmu kepada penulis selama menempuh pendidikan sebagai
mahasiswi.
5. Kedua orang tua tercinta, Ayah Mulyadi dan Ibu Rinah yang selalu
memberikan dukungan moral maupun materiil, doa dan kasih sayang yang
tak terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini.
6. Kakak dan Adik tersayang, Khairun Nisaa dan Al-ghazali yang juga sama-
sama sedang berjuang menyelesaikan skripsi dan studinya.
7. Sahabat-sahabat penulis, Rafi, Aisyah, Ipin, Tyas atas kasih dan kesetiaan
yang tulus, dorongan semangat serta tempat bertukar pengingat dan nasihat,
atas canda tawa dan gurauan sehingga penulis mampu menghilangkan rasa
jenuh dalam penyusunan skripsi ini
8. Teman-temanku Hasna, Dede, bang Aulia yang ikut serta membantu
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Teman-temanku Deris, Adit, Reza, Emung, Yopi yang sedang berjuang
bersama dalam pengerjaan skripsi mudah-mudahan dilancarkan.
10. Keluarga besar mahasiswa Ekonomi Syariah angkatan 2015, yang telah
menjadi sahabat dan keluarga bagi penulis, atas kebersamaan yang telah
terjalin selama masa studi dan segala bantuan, penulis mengucapkan tulus
terimakasih, semoga senantiasa dihadapkan pada masa depan terbaik serta
segala kebaikan berbuah pahala yang berlipat.
Jakarta, 05 November 2019
Khairul Fadilah
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................. v
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 14
A. Landasan Teori......................................................................................... 14
1. Kemiskinan ........................................................................................... 14
2. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................ 18
3. Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Islam ............................... 20
4. Pengangguran ....................................................................................... 21
5. Human Development Index (HDI) ....................................................... 24
B. Hubungan Pengaruh Antar Variabel ..................................................... 40
C. Penelitian Terdahulu ............................................................................... 42
D. Hipotesis .................................................................................................... 44
E. Kerangka Berfikir .................................................................................... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 48
xii
A. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................................... 48
B. Objek Penelitian ....................................................................................... 48
C. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 49
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...................................................... 60
A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta ................................. 60
B. Estimasi Model Data Panel ..................................................................... 70
C. Pembahasan .............................................................................................. 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 86
A. Kesimpulan ............................................................................................... 86
B. Saran.......................................................................................................... 86
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 88
LAMPIRAN ......................................................................................................... 91
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota DIY ................................. 7
Tabel 1.2 Provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia............... 10
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Maksimum dari setiap komponen HDI ......... 26
Tabel 2.2 Lima Indeks Maqashid Syariah ....................................................... 30
Tabel 2.3 Kesejahteraan Holistik dengan Indikator yang Diusulkan ............... 30
Tabel 2.4 Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap indikator IHDI ............ 32
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota DIY ........................... 61
Tabel 4.2 Jumlah Pertumbuhan Ekonomi Menurut Kabupaten/ Kota DIY ..... 62
Tabel 4.3 Kerangka Islamic Human Development Index ................................ 63
Tabel 4.4 Pengeluaran Per Kapita Rill Disesuaikan Kabupaten/ Kota DIY .... 64
Tabel 4.5 Rasio Gini Penduduk Kabupaten/ Kota DIY ................................... 64
Tabel 4.6 Angka Kriminalitas Menurut Kabupaten/ Kota DIY ....................... 65
Tabel 4.7 CAngka Harapan Hidup Provinsi DIY ............................................ 67
Tabel 4.8 Angka Melek Huruf dan Rata-rata lama Sekolah (persen) Provinsi DIY
.......................................................................................................................... 67
xiv
Tabel 4.9 Angka Kematian Bayi (Persen) menurut kabupaten/kota Provinsi DIY
.......................................................................................................................... 68
Tabel 4.10 Islamic Human Development Index kabupaten/kota DIY ............. 69
Tabel 4.11 Common Effect Model ................................................................... 71
Tabel 4.12 Fixed Effect Model ........................................................................ 71
Tabel 4.13 Chow Test ...................................................................................... 72
Tabel 4.14 Uji Random Effect Model .............................................................. 73
Tabel 4.15 Haussman Test ............................................................................... 74
Tabel 4.16 Uji Signifikansi Parameter Individual (t-Statistik) ........................ 75
Tabel 4.17 Uji Signifikansi Simultan (F-Statistik) .......................................... 78
Tabel 4.18 Koefisien Determinasi (R2) ............................................................ 79
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Human Development Index D.I.Yogyakarta................................ 5
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 46
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian ......................................................................... 86
Lampiran 2 : Pengolahan IHDI ...................................................................... 88
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemiskinan masih menjadi masalah yang dialami seluruh penjuru dunia,
masalah kemiskinan tidak hanya melibatkan negara-negara dunia ketiga maupun
negara-negara berkembang. Istilah kemiskinan tidak hanya berkaitan dengan orang
yang tidak mampu membiayai hidupnya atau mencukupi hidupnya secara layak
namun juga berkaitan dengan adanya ketimpangan antara penduduk yang
berpenghasilan tinggi dengan penduduk yang berpenghasilan rendah (Hudiyanto,
2014).
Islam mengakui adanya perbedaan setiap potensi yang dimiliki insan karena
masing-masing dari mereka diberikan tingkat dan jenis kemampuan yang berbeda.
Tidak akan ada dua individu yang memiliki sifat atau kemampuan identik, oleh
karena itu perbedaan tersebut yang menyebabkan adanya ketidaksamaan
pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat (Chapra, 2000). Ketidakmerataan
pendapatan menyebabkan terhambatnya produktivitas pertumbuhan yang cepat dan
berkesinambungan dan menyebabkan sebagian orang tidak bisa menikmati
sejumlah pendidikan dan kesehatan dikarenakan berada pada kondisi ekonomi yang
serba kekurangan.
Pembangunan manusia sangatlah penting dalam upaya mengurangi tingkat
kemiskinan dan kesenjangan, karena pendidikan dan kesehatan yang baik
memungkinkan penduduk miskin untuk meningkatkan nilai asetnya yaitu aset
terpenting mereka adalah tenaga mereka. Masyarakat miskin selalu berada pada
2
kondisi ketidakberdayaan dan ketidakmampuan mereka dalam hal memenuhi
kebutuhan dasar, yaitu ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan usaha
produktif, menjangkau akses sumber daya sosial ekonomi, menentukan nasibnya
sendiri dan senantiasa mendapatkan perlakuan diskriminatif, tidak mampu
membebaskan diri dari mental dan budaya miskin, serta senantiasa mempunyai
martabat dan harga diri yang rendah (Arsyad, 2010)
Salah satu cara untuk mengurangi kemiskinan adalah melalui peningkatan
dalam pembangunan manusia. Peningkatan pembangunan manusia, pendidikan
dan kesehatan dapat meningkatkan keterampilan individu sehingga memiliki
banyak peluang untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan yang lebih tinggi
yang nantinya akan mempengaruhi status kemiskinannya dari miskin menjadi tidak
miskin.
Pembangunan manusia adalah fokus tujuan utama dari pembangunan
ekonomi dalam perspektif Islam, dimana konsentrasi ekonomi pembangunan itu
tujuannya untuk mengetahui bagaimana sumber daya ekonomi tersebut
didistribusikan dan bagaimana suatu kesejahteraan rakyat didefinisikan. Dan dalam
ekonomi pembangunan Islam, para pakar muslim memandang bahwa ekonomi
pembangunan tidak terbatas hanya pada variabel ekonomi saja (Khasanah, 2015)
Islam telah mengembangkan lingkungan sosial-ekonomi yang memberikan
perhatian khusus untuk pengentasan kemiskinan, selain berfokus pada distribusi
pendapatan dan kekayaan atau mengurangi kesenjangan. Kemiskinan dalam Islam
berkaitan dengan konsep kebutuhan (maqasid syariah). Ada lima kelompok
kegiatan dasar kebutuhan manusia, yaitu: 1) agama; 2) kesehatan fisik; 3)
3
pendidikan; 4) keturunan, dan 5) kekayaan. Pemenuhan kebutuhan ini dianggap
sebagai salah satu tujuan dasar dari Islam karena memberikan setiap individu dan
masyarakat kesempatan memiliki hidup yang baik dan layak. Semua hal yang
membantu mencapai tujuan peningkatan kesejahteraan atau standar hidup disebut
masalih (manfaat). Apabila terdapat salah satu kebutuhan yang tidak terpenuhi,
maka masih tergolong miskin (P3EI, 2014).
Sementara tujuan dari pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam ialah
untuk mencapai kesejahteraan yang komprehensif dan holistik baik di dunia dan di
akhirat. Dasar-dasar filosofis pendekatan Islam dalam pembangunan adalah:
Tauhid, Rububiyyah, Khilafah, Tazkiyah. Berdasarkan pendekatan tersebut,
pembangunan ekonomi akan memiliki karakter yang komprehensif dan mencakup
aspek moral,spiritual, dan material (Ahmad, 2000).
Obyek dari pembangunan ekonomi adalah pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM), Pada tahun 1990 United Nations Development Programme
(UNDP) memperkenalkan suatu indikator yang telah dikembangkannya, yaitu
suatu indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia
secara terukur dan representatif, dinamakan dengan Human Development Index
(HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Konsep HDI yang diperkenalkan
secara global melalui laporan pembangunan manusia pertama tahun 1990 oleh
UNDP telah mendapatkan popularitas sebagai pengukuran yang komprehensif
(Rafsanjani, 2014)
Human Development Index (HDI) atau yang lebih dikenal dengan Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator yang digunakan untuk
4
mengukur salah satu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas dari hasil
pembangunan ekonomi, yakni derajat pembangunan manusia. Sebagai ukuran
kualitas hidup IPM dibangun melalui pendekatan 3 dimensi dasar, yaitu masa hidup
yang diukur dengan usia harapan hidup, lalu pengetahuan yang diukur dengan
gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, selanjutnya
layak hidup diukur dengan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap
sejumlah kebutuhan pokok dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita
sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup
layak (Todaro, 2005).
Pengukuran HDI yang ditawarkan oleh United Nation Development
Programme (UNDP) sebagai salah satu alat yang dapat dipakai untuk mengukur
tingkat pembangunan manusia mungkin dapat menjadi indikator yang paling
komprehensif, tetapi tidak sepenuhnya kompatibel dan cukup untuk mengukur
pembangunan manusia dalam perspektif Islam. Teori dan konsep yang mendasari
untuk membangun HDI tidak didasarkan pada maqasidh syariah. Karena itu untuk
mengukur tingkat pembangunan manusia di negara yang mayoritas penduduknya
beragama Islam akan lebih tepat jika menggunakan Islamic Human Development
Index (I-HDI), dimana teori dan konsepnya berdasarkan perspektif Islam
(Rafsanjani, 2014).
Secara umum, pembangunan manusia D.I.Yogyakarta terus mengalami
kemajuan selama periode 2010 hingga 2018 dapat dilihat pada Gambar 1.1:
5
Gambar 1.1
Human Development Index D.I Yogyakarta Tahun 2010-2018
Sumber : BPS DIY
Gambar 1.1 menunjukkan bahwa HDI D.I.Yogyakarta meningkat dari 75,37
pada tahun 2010 menjadi 79,53 pada tahun 2018. Selama periode tersebut, HDI
D.I.Yogyakarta rata-rata tumbuh sebesar 0,65 persen per tahun dan levelnya tetap
pada posisi tinggi akan tetapi, di sisi lain terjadi ketimpangan pada indeks
keparahan kemiskinan (P2) yang mencapai angka 0,50 merupakan angka tertinggi
selama periode 2010-2018. Semakin tinggi nilai indeks keparahan kemiskinan
menunjukan semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin.
Fenomena ini menunjukkan bahwa pada saat tingginya pencapaian indeks HDI
belum dapat memastikan bahwa pengukuran I-HDI juga tinggi.
Keadilan dan kemaslahatan yang dipaparkan dalam bentuk indeks
pembangunan manusia menjadi barometer seberapa kuat kualitas syari’ah dalam
pembangunan ekonomi manusia berbasis hukum Islam (maqashid syariah).
Laporan Tahunan United Nation Development Programme (UNDP) menyebutkan
75,3775,9376,15
76,4476,81
77,5978,38
78,8979,53
73
74
75
76
77
78
79
80
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
HDI D.I Yogyakarta
HDI D.I Yogyakarta
6
bahwa Human Development Index (HDI) negara-negara berpenduduk muslim
masih rendah. Rendah dalam tingkat literasi, tingkat pendidikan, partisipasi politik
dan ekonomi juga standar hidup layak (Syamsudin, 2013)
Pengukuran I-HDI yang dibangun dari konsep maqasid syariah menurut
Imam asy-Syatibi bahwa kebutuhan dasar manusia terdiri dari 5 hal: yaitu agama
(dien), jiwa (nafs), intelektual (‘aql), keluarga dan keturunan (nasl), dan harta
(maal). Kelima dimensi tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia, jika salah
satu dari kebutuhan dasar manusia tersebut tidak terpenuhi atau terpenuhi dengan
tidak seimbang niscaya kebahagiaan hidup juga tidak tercapai dengan sempurna
(P3EI, 2012)
Syarat utama dalam menunjang pembangunan ekonomi di negara maju
adalah pendapatan nasional yang tinggi dan laju pertumbuhan ekonomi yang cepat.
Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari penurunan kemiskinan di suatu
wilayah. Dengan pertumbuhan ekonomi yang meningkat pada masing-masing
provinsi memperjelas bahwa pemerintah mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya, sehingga dapat mengurangi tingkat kemiskinan di wilayah tersebut.
Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang negatif dengan tingkat kemiskinan
sehingga, angka pertumbuhan ekonomi harus terus ditingkatkan untuk menurunkan
angka tingkat kemiskinan (Wongdesmiwati, 2009).
Pertumbuhan ekonomi merupakan tema sentral dalam kehidupan ekonomi
semua negara di dunia. Pemerintah di negara manapun dapat segera jatuh atau
bangun berdasarkan tinggi atau rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi yang
7
dicapainya dalam catatan statistic nasional. Berhasil atau tidaknya program-
program di negara dunia ketiga sering dinilai berdasarkan tinggi rendahnya tingkat
output dan pendapatan nasional (Todaro, 2000) Dapat dilihat pada Tabel 1.1:
Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di DI Y 2012–2016, Rata-
rata Pertumbuhan Per Tahun 2012-2016 dan Andil Pertumbuhan 2016
(persen)
Kabupaten/K
ota 2012 2013 2014 2015*
2016*
*
Rata-rata
Pertumbuh
an 2012-
2016
Andil
Pertumbuha
n 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. Kulonprogo 4,37 4,87 4,57 4,62 4,76 4,71 0,36
2. Bantul 5,33 5,46 5,04 4,97 5,06 5,13 0,95
3. Gunungkidul 4,84 4,97 4,54 4,82 4,89 4,80 0,65
4. Sleman 5,79 5,89 5,30 5,28 5,27 5,43 1,77
5. Yogyakarta 5,40 5,47 5,28 5,09 5,11 5,24 1,37
Jumlah 5,37 5,47 5,17 4,95 5,05 5,16 5,05
Sumber : BPS Provinsi D.I.Yogyakarta
Ket: * angka sementara; ** angka sangat sementara
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa Pertumbuhan ekonomi Sleman memberikan
andil pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 1,77 persen terhadap pertumbuhan
8
ekonomi DIY 2016 yang sebesar 5,05 persen,. Selanjutnya diikuti sumbangan dari
Kota Yogyakarta sebesar 1,37 persen, dan Bantul sebesar 0,95 persen. Aktivitas
ekonomi yang saat ini sedang berkembang di Kabupaten Kulon Progo dan
Gunungkidul sudah mulai menggeliat dan memberikan peran terhadap
pertumbuhan ekonomi DIY masing-masing sebesar 0,36 dan 0,65 persen.
Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dapat juga menyebabkan bertambah lebarnya
ketimpangan antar golongan masyarakat (yang kaya dan yang miskin) dan ketimpangan
antar wilayah (yang maju dan yang tertinggal). Ketimpangan yang makin tinggi antar
golongan maupun antar wilayah dapat memunculkan permasalahan antara lain
kecemburuan sosial, kerawanan disintegrasi wilayah dan disparitas ekonomi yang makin
lebar dan tajam. Ketimpangan ekonomi pada dimensi distribusi pendapatan merupakan
sebuah realita yang ada di tengah-tengah masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Terdapat faktor lain yang mempengaruhi tingkat kemiskinan yaitu
pengangguran, pengangguran akan memperkecil pendapatan nasional karena
pengangguran tidak memberikan sumbangan pendapatan, pengangguran juga bisa
mendatangkan masalah sosial di masyarakat seperti tingkat kesejahteraan yang
rendah dan kecemburuan atau kesenjangan sosial. Oleh karena itu, masalah
ketenagakerjaan harus senantiasa diperhitungkan sebagai salah satu unsur utama
dalam upaya penanggulangan kemiskinan. (Sukirno, 2006)
Terkait penanggulangan kemiskinan, (Prastyo, 2010) telah melakukan riset
yang menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif
terhadap tingkat kemiskinan, sedangkan variabel pengangguran memberikan
9
pengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Artinya semakin bertambahnya
tingkat pengangguran akan menambah tingkat kemiskinan.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota di Provinsi Yogyakarta karena
HDI Prov Yogyakarta memiliki nilai HDI yang tinggi, kemudian dilatarbelakangi
oleh sebuah lembaga yang bergerak dibidang kebudayaan dalam konteks
keislaman, kemanusiaan dan keindonesiaan yakni Maarif Institute pada 17 Mei
2016 merilis hasil penelitian yang menunjukkan indeks kota islami di Indonesia.
Survey ini melibatkan 29 kota dan menggunakan berbagai variabel, diantaranya
kebebasan beragama dan keyakinan, perlindungan hukum, kepemimpiman dan
pemenuhan hak politik perempuan serta hak anak dan difabel. Tidak hanya itu,
variabel kesejahteraan berdasarkan tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan,
kesehatan juga dinilai. Dan terakhir adalah variabel kebahagiaan yang dinilai
melalui sikap saling berbagi dan kesetiakawanan serta harmoni dengan alam.
Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar merupakan kota yang meraih
peringkat 1 kota islami dengan nilai tertinggi, yakni 80,64. Islam merupakan agama
yang dianut oleh mayoritas penduduk di provinsi D.I.Yogyakarta dengan persentasi
melebihi 90%. Dari penjelasan diatas seharusnya prov D.I.Yogyakarta telah
mencapai tujuan dari pembangunan itu sendiri yakni meningkatkan kesejahteraan
masyarakat disuatu negara/wilayah. Akan tetapi dapat dilihat dari tabel dibawah
Provinsi D.I.Yogyakarta termasuk provinsi termiskin ke-12 di Indonesia.
10
Tabel 1.2
Provinsi dengan angka kemiskinan tertinggi di Indonesia
No Provinsi
Jumlah Penduduk Presentase Penduduk
Miskin (Ribu Jiwa) Miskin
1 Papua 911,33 28,54
2 Papua Barat 225,80 25,43
3 NTT 1149,92 22,19
4 Maluku 327,72 19,18
5 Gorontalo 203,19 17,72
6 Bengkulu 328,61 17,32
7 Aceh 848,44 16,73
8 NTB 804,44 16,48
9 Sulawesi Tengah 420,52 14,45
10 Lampung 1169,60 14,29
11 Sumatra Selatan 1101,19 13,54
12 D.I Yogyakarta 494,94 13,34
13 Jawa Tengah 4506,89 13,27
14
Sulawesi
Tenggara 326,86 12,88
15 Jawa Timur 4703,30 12,05
Data diolah dari laporan social ekonomi BPS 2016
Tabel 1.2 menunjukkan bahwa provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
adalah provinsi termiskin ke-12 di Indonesia. Provinsi Daerah Istimewa
11
Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki luas wilayah
terkecil dibanding dengan provinsi lainnya, tercatat memiliki luas 3.185,80 km²
atau 0,17 persen dari luas Indonesia (1.860.359,67 km²) yang terletak di pulau Jawa.
Dari total populasi penduduk 3.720.912 jiwa yang tersebar dalam 5
Kabupaten/kota, angka dalam tabel diatas menunjukkan bahwa 13,34% diantaranya
masuk dalam kategori penduduk miskin.
Kemiskinan yang terjadi di D.I Yogyakarta disinyalir terjadi akibat dari
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar, ketiadaan usaha produktif meliputi
keterampilan dan daerah yang kurang produktif serta ketiadaan modal. Menariknya
faktor pendidikan yang selama ini dianggap sebagai salah satu faktor jamak yang
mempengaruhi pola pikir masyarakat memicu menguatnya tingkat kemiskinan
sepertinya kurang berlaku di DIY. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) D.I
Yogyakarta justru sangat tinggi dibanding provinsi-provinsi lainnya di Indonesia.
Oleh karena itu penulis menganggap perlu dilakukan analisis “Pengaruh
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Islamic Human Development
Index terhadap Kemiskinan (Studi pada Kabupaten/Kota Daerah Istimewa
Yogyakarta Tahun 2010-2018)”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka masalah yang dikemukakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Apakah pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan Islamic Human
Development Index secara parsial berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
12
2. Apakah pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan Islamic Human
Development Index secara simultan berpengaruh terhadap tingkat
kemiskinan penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, pengangguran, dan
Islamic Human Development Index secara parsial terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
2. Menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi , pengangguran, dan
Islamic Human Development Index secara simultan terhadap tingkat
kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Akademisi
Manfaat penelitian ini bagi akademisi adalah sebagai sumbangsih
akademis untuk pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan
ilmu ekonomi pada khususnya dalam hal yang berkaitan dengan masalah
perencanaan pembangunan.
13
2. Bagi pemerintah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan keputusan dalam bidang keuangan
terutama dalam rangka mengurangi kemiskinan.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung penelitian selanjutnya
dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan kemiskinan
khususnya pada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kemiskinan
Kemiskinan seringkali dikaitkan hanya dengan sektor ekonomi semata.
Padahal kemiskinan dapat dilihat dari sisi sosial maupun budaya masyarakat.
Prinsipnya kemiskinan ialah kondisi ketiadaan kepemilikan dan rendahnya
pendapatan, atau secara lebih rinci yaitu menggambarkan suatu kondisi tidak
dapat terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti pangan, papan dan sandang.
Definisi kemiskinan yang digunakan BPS, yaitu kemiskinan sebagai
ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk
hidup layak (BPS, 2002)
Tingkat kemiskinan didasarkan pada jumlah rupiah konsumsi berupa
makanan yaitu 2100 kalori per orang per hari (dari 52 jenis komoditi yang
dianggap mewakili pola konsumsi penduduk yang berada dilapisan bawah), dan
konsumsi nonmakanan (dari 45 jenis komoditi sesuai kesepakatan nasional dan
tidak dibedakan antar wilayah pedesaan dan perkotaan). Patokan kecukupan
2100 kalori ini berlaku untuk semua umur, jenis kelamin, tingkat kegiatan fisik,
berat badan, serta perkiraan status fisiologis ukuran penduduk, ukuran ini sering
disebut juga dengan garis kemiskinan. Penduduk yang memiliki garis
kemiskinan dibawah maka dinyatakan dalam kondisi miskin (BPS, 2004). Bank
Dunia mengukur garis kemiskinan berdasarkan pendapatan seseorang, jika
pendapatan kurang dari US$ 1 per hari, maka dikatakan miskin.
15
Dimensi kemiskinan juga bersifat kompleks, oleh karena itu para ahli
mengklasifikasikannya dalam 3 jenis kemiskinan (Harniati, 2010) yaitu:
a. Kemiskinan Alamiah, ialah kemiskinan yang disebabkan oleh kualitas
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang rendah yang mana
dapat membuat peluang produksi juga rendah. Sebagai contoh adalah
dalam sektor pertanian, dimana kemiskinan yang terjadi lebih
diakibatkan kualitas lahan dan iklim yang tidak mendukung aktivitas
pertanian.
b. Kemiskinan Kultural, ialah kemiskinan yang erat kaitannya dengan sikap
seseorang atau kelompok dalam masyarakat yang tidak mau berusaha
memperbaiki tingkat kehidupannya, jikapun ada usaha untuk
memperbaiki dari pihak lain yang membantunya, kemiskinan ini dapat
pula disebabkan karena sebagian sistem dalam tradisi masyarakat
berkontribusi dalam menyebabkan terjadinya kemiskinan.
c. Kemiskinan Struktural, ialah kemiskinan yang secara langsung maupun
tidak langsung disebabkan oleh tatanan kelembagaan atau sruktur sosial
dalam masyarakat. Tatanan kelembagaan atau struktur sosial disini dapat
diartikan sebagai tatanan organisasi maupun aturan permainan yang
diterapkan. Kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah
seringkali menyebabkan sebagian kelompok masyarakat mengalami
kemiskinan dimana disebabkan oleh keterbatasan bahkan tidak
dimilikinya akses kelompok miskin kepada sumber daya- sumber daya
pembangunan yang ada.
16
Ketiga dimensi menggambarkan bahwa penyebab kemiskinan tidak
hanya tunggal, melainkan bisa juga berasal dari kondisi alam yang tidak
memberikan keuntungan secara ekonomi, seperti kemiskinan alamiah. Bisa juga
kemiskinan disebabkan karena faktor manusianya, seperti yang digambarkan
pada kemiskinan secara kultural, bahkan juga bisa karena kondisi yang dibentuk
oleh manusia melalui struktur dan institusi dalam masyarakat, seperti yang
diperlihatkan dimensi kemiskinan struktural.
Penyebab kemiskinan secara makro yaitu kemiskinan muncul karena
adanya ketidaksamaan pola kepemilikan sumber daya yang mengakibatkan
ketimpangan distribusi pendapatan, penduduk miskin hanya memiliki sumber
daya dalam jumlah terbatas dan kualitasnya rendah. Kemiskinan muncul akibat
adanya perbedaan kualitas sumber manusia yang rendah, yang berarti
produktivitasnya juga rendah begitu juga dengan upahnya yang rendah.
Munculnya kemiskinan juga dikarenakan adanya perbedaan akses dalam modal
(Kuncoro, 2000)
Penyebab kemiskinan itu bermuara pada lingkaran setan kemiskinan.
Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, kurangnya modal dapat
berakibat rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas mengakibatkan
rendahnya pendapatan yang dapat mereka terima, rendahnya pendapatan akan
berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi, rendahnya investasi akan
mengakibatkan pada keterbelakangan dan seterusnya (Kuncoro, 2003)
Islam telah mengembangkan lingkungan sosial-ekonomi yang
memberikan perhatian khusus untuk pengentasan kemiskinan, selain berfokus
17
pada distribusi pendapatan dan kekayaan atau mengurangi kesenjangan.
Kemiskinan dalam Islam berkaitan dengan konsep kebutuhan (maqasidh syariah
). Ada lima kelompok kegiatan dasar kebutuhan manusia, yaitu: 1) agama; 2)
kesehatan fisik; 3) pendidikan; 4) keturunan, dan 5) kekayaan. Pemenuhan
kebutuhan ini dianggap sebagai salah satu tujuan dasar dari Islam karena
memberikan setiap individu dan masyarakat kesempatan memiliki hidup yang
baik dan layak. Semua hal yang membantu mencapai tujuan peningkatan
kesejahteraan atau standar hidup disebut masalih (manfaat). Apabila terdapat
salah satu kebutuhan yang tidak terpenuhi, maka masih tergolong miskin (P3EI,
2014).
Sementara tujuan dari pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam
ialah untuk mencapai kesejahteraan yang komprehensif dan holistik baik di
dunia dan di akhirat. Dasar-dasar filosofis pendekatan Islam dalam
pembangunan adalah: Tauhid, Rububiyyah, Khilafah, Tazkiyah. Berdasarkan
pendekatan tersebut, pembangunan ekonomi akan memiliki karakter yang
komprehensif dan mencakup aspek moral,spiritual, dan material (Ahmad, 2000).
Adapun prinsip pembangunan ekonomi perspektif Islam antara lain:
a. Pembangunan ekonomi dalam Islam bersifat komprehensif dan
mengandung unsur spiritual, moral, dan material.
b. Fokus utama pembangunan adalah manusia dengan lingkungan
kulturalnya.
18
c. Pembangunan ekonomi adalah aktivitas multidimensional sehingga
semua usaha harus diserahkan pada keseimbangan berbagai faktor dan
tidak menimbulkan ketimpangan.
d. Penekanan utama dalam pembangunan menurut Islam, terletak pada
pemanfaatan sumber daya yang telah diberikan Allah kepada umat
manusia.
Pendekatan konsep ekonomi Islam ini juga sangat bergantung pada
kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa atau negara.
Manusia adalah subjek dan objek dari pembangunan. Kualitas dari SDM sangat
menentukan tingkat pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi suatu
negara. Oleh karena itu, pembangunan SDM perlu mendapatkan perhatian yang
sangat serius oleh bangsa, apalagi esensi atau aspek kemajuan dari suatu bangsa
di dunia adalah ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh
bangsa atau negara tersebut (Beik, 2016).
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kemiskinan
antara lain: pertumbuhan ekonomi, pendidikan (Siregar dan Wahyuniarti, 2008),
pengangguran (Prasetyo, 2010), indeks pembangunan manusia (Sukmaraga,
2011)
2. Pertumbuhan Ekonomi
Salah satu indikator utama untuk menganalisis pembangunan ekonomi
yang berlangsung dalam suatu negara dapat dilihat dari tinggi rendahnya
pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
ekspansi GDP potensial atau output nasional negara. (Samuelson, 2004).
19
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang
dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan barang ekonomi kepada
penduduknya yang ditentukan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian
teknologi, kelembagaan dan ideologi terhadap berbagai tuntutan keadaan yang
ada (Todaro, 2003). Faktor utama yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi
adalah proses inovasi dan pelakunya adalah inovator atau wiraswasta. Menurut
(Todaro, 2003) Ada 3 faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi, yaitu:
a. Akumulasi Modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud,
misalkan tanah, bangunan, peralatan fiskal dan sumber daya manusia
(human resources). Akumulasi modal akan terjadi jika ada sebagian dari
pendapatan seekarang ditabung kemudian diinvestasikan kembali
dengan tujuan untuk memperbesar output di masa-masa yang akan
datang.
b. Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja, berhubungan dengan kenaikan
jumlah angkatan kerja secara tradisional telah dianggap sebagai faktor
yang positif dalam pertumbuhan ekonomi. Artinya, semakin banyak
angkatan kerja semakin produktif tenaga kerja, sedangkan semakin
banyak penduduk akan meningkatkan potensi pasar domestiknya.
c. Kemajuan Teknologi, disebabkan oleh teknologi cara-cara baru dan cara-
cara lama yang diperbaiki dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan
tradisional. Ada 3 klasifikasi kemajuan teknologi, yaitu : Kemajuan
teknologi yang bersifat netral, terjadi jika tingkat output yang dicapai
lebih tinggi dari kuantitas dan kombinasi-kombinasi input yang sama.
20
Kemajuan teknologi yang bersifat hemat tenaga kerja atau hemat modal,
yaitu tingkat output yang lebih tinggi yang bisa dicapai dengan jumlah
tenaga kerja atau modal yang sama. Kemajuan teknologi dalam
meningkatkan modal, terjadi jika penggunaan teknologi tersebut
memungkinkan kita memanfaatkan barang modal yang ada secara
produktif.
Menurut (Sukirno, 2006) pertumbuhan ekonomi dikatakan meningkat
apabila terjadi peningkatan produksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi
selalu dinyatakan dalam bentuk persentase. Persentase tersebut merupakan
perhitungan dari pendapatan nasional pada suatu tahun tertentu bila dibanding
dengan tahun sebelumnya, sehingga persentase pertumbuhan ekonomi dapat
dirumuskan sebagai berikut:
∆Y = ∆PDRB = PDRBt - PDRBt-1 x 100 %
PDRBt
Keterangan:
∆Y = ∆PDRB = Pertumbuhan Ekonomi
PDRBt = PDRB tahun ke-t
PDRBt-1 = PDRB tahun sebelumnya (t-1)
3. Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Islam
Satu hal yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem
ekonomi lainnya adalah penggunaan parameter falah. Falah adalah
kesejahteraan yang hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, di mana
21
komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam pengertian falah ini. Ekonomi
Islam dalam arti sebuah sistem ekonomi (nidhom al-iqtishad) merupakan sebuah
sistem ekonomi yang dapat mengantar umat manusia kepada real welfare
(falah), yaitu kesejahteraan yang sebenarnya (Huda, 2008)
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam
perspektif Islam, diantaranya adalah sumber daya yang dapat dikelola, sumber
daya manusia, wirausaha, dan teknologi (Naf’an, 2014). Dilihat dari segi
material, penekanan pada kenaikan pendapatan per kapita dan pertumbuhan
yang cepat serta terus-menerus pada waktu tertentu, tidak menjamin terciptanya
kondisi Islami untuk pertumbuhan ekonomi, karena hal tersebut tidak mampu
mengatasi masalah luasnya kesenjangan dalam pembagian pendapatan, yang
justru merupakan masalah pokok dalam ekonomi Islam (Mannan, 1997).
4. Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin
mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran
yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro
ekonomi yang paling utama (Todaro, 2003). Jenis–jenis pengangguran
diklasifikasikan dengan banyak dasar, antara lain: (Sukirno, 2000)
a. Jenis pengangguran berdasarkan penyebabnya:
22
1) Pengangguran alamiah. Pengangguran ini adalah pengangguran yang
terjadi saat tingkat kesempatan kerja penuh. Kesempatan kerja penuh
adalah keadaan dimana sekitar 95 persen dari angkatan kerja dalam suatu
waktu sepenuhnya bekerja. Pengangguran sebanyak lima persen inilah
yang dinamakan pengangguran alamiah.
2) Pengangguran friksional. Pengangguran ini disebabkan oleh tindakan
seorang pekerja untuk meninggalkan pekerjaannya dan mencari kerja
yang lebih baik atau lebih sesuai dengan keinginannya.
3) Pengangguran struktural. Pengangguran ini disebabkan oleh beberapa
faktor produksi sehingga kegiatan produksi menurun dan pekerja
diberhentikan.
4) Pengangguran konjungtur. Pengangguran ini adalah pengangguran yang
terjadi karena pembengkakan dari pengangguran alamiah. Pada
umumnya pengangguran konjungtur berlaku sebagai akibat pengurangan
dalam permintaan agregat. Penurunan permintaan agregat menyebabkan
perusahaan mengurangi jumlah pekerja atau gulung tikar, sehingga
muncul pengangguran konjungtur.
b. Jenis pengangguran berdasarkan cirinya:
1) Pengangguran terbuka. Pengangguran ini tercipta sebagai akibat
penambahan pertumbuhan kerja yang lebih rendah daripada
pertumbuhan tenaga kerja, akibatnya banyak tenaga kerja yang tidak
memperoleh pekerjaan. Menurut Badan Pusat Statistik, pengangguran
terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi
23
tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum
mulai bekerja.
2) Pengangguran Tersembunyi. Pengangguran ini adalah istilah yang
digunakan ketika suatu jenis kegiatan ekonomi dijalankan oleh tenaga
kerja yang jumlahnya melebihi dari yang diperlukan.
3) Pengangguran Musiman. Pengangguran ini terjadi pada masa-masa
tertentu dalam satu tahun. Pengangguran ini biasanya terjadi di sektor
pertanian. Petani akan menunggu masa tanam dan saat jeda antara
musim tanam dan musim panen.
4) Setengah menganggur. Keadaan ini terjadi ketika seorang bekerja di
bawah jam kerja normal. Menurut Badan Pusat Statistik, di Indonesia
jam kerja normal adalah 35 jam seminggu, jadi pekerja yang bekerja di
bawah 35 jam seminggu masuk dalam golongan setengah menganggur.
Salah satu faktor penting yang menentukan kemakmuran suatu
masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai
maksimum jika tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dapat tercapai.
Pengangguran berdampak mengurangi pendapatan masyarakat, sehingga akan
menurunkan tingkat kemakmuran yang mereka capai. Ditinjau dari sudut
individu, pengangguran menimbulkan berbagai masalah ekonomi dan sosial
bagi yang mengalaminya. Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk,
kekacauan politik dan sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk
24
bagi kesejahteraan masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi jangka
panjang (Sukirno, 2006)
Indikator pengangguran terbuka yang digunakan oleh BPS adalah tingkat
pengangguran terbuka (TPT). Menurut (Tambunan, 2001) pengangguran dapat
mempengaruhi tingkat kemiskinan dengan berbagai macam cara, antara lain:
a. Jika rumah tangga memiliki batasan likuiditas, yang berarti bahwa
konsumsi saat ini sangat dipengaruhi oleh pendapatan saat ini, maka
pengangguran akan secara langsung memengaruhi income poverty rate
dan consumption poverty rate
b. Jika rumah tangga tidak menghadapi batasan likuiditas, yang berarti
bahwa konsumsi saat ini tidak terlalu dipengaruhi oleh pendapatan saat
ini, maka peningktan pengangguran akan menyebabkan peningkatan
kemiskinan dalam jangka panjang, tetapi tidak terlalu berpengaruh dalam
jangka pendek. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan
pertumbuhan lapangan pekerjaan yang relatif lambat menyebabkan
masalah pengangguran yang ada.
5. Human Development Index (HDI)
Indeks Pembangunan Manusia merupakan indikator yang digunakan
untuk mengukur salah satu aspek penting yang berkaitan dengan kualitas dari
hasil pembangunan, yaitu derajat perkembangan manusia (Tambunan, 2003).
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan 3 dimensi
dasar.
25
a. Dimensi kesehatan, yang diukur dari angka umur harapan hidup (Life
Expectancy/LE) penduduk di suatu wilayah.
b. Dimensi pengetahuan yang diukur berdasarkan tingkat rata-rata melek
huruf penduduk dewasa dengan bobot dua per tiga dan angka rata-rata
lama masa sekolah penduduk di suatu wilayah dengan bobot sepertiga.
c. Dimensi kualitas standar hidup diukur berdasarkan pendapatan
perkapita riil yang disesuaikan dengan paritas daya beli (purchasing
power parity, PPP) dari mata uang domestik masing-masing wilayah.
(Bappenas, 2016).
IPM hanya mengukur tingkat-tingkat pembangunan manusia secara
relatif, bukan absolut. Berfokus pada hasil-hasil pembangunan, bukan semata-
mata sarana (input) dalam proses pembangunan yakni pendapatan nasional atau
pendapatan perkapita (Kuncoro, 2003).
Angka harapan hidup dapat dihitung dengan menggunakan pendekatan
tak langsung yakni dengan menggunakan data Anak Lahir Hidup dan Anak
Masih Hidup (AMH). Besarnya nilai maksimum dan minimum untuk masing-
masing komponen ini merupakan nilai besaran yang telah disepakati oleh 175
negara di dunia. Pada komponen umur harapan hidup, angka tertinggi sebagai
batas atas untuk penghitungan indeks dipakai 85 tahun dan terendah 25 tahun
(BPS).
Sedangkan untuk mengukur dimensi pengetahuan penduduk digunakan
dua indikator, yaitu rata-rata lama sekolah (mean years schooling) dan angka
26
melek huruf. Rata-rata lama sekolah merupakan jumlah tahun yang digunakan
oleh penduduk usia 15 tahun keatas dalam menjalani pendidikan formal. Angka
melek huruf adalah presentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat
membaca dan menulis huruf latin dan huruf lainnya. Untuk menghitung indeks
pendidikan, dipakai batasan sesua kesepakatan beberapa negara. Batas
maksimum untuk angka melek huruf dipakai 100 sebagai batas maksimum dan
angka 0 sebagai batas minimum. Angka 100 mencerminkan kondisi 100 persen
semua masyarakat mampu membaca dan menulis dan nilai 0 mencerminkan
kondisi sebaliknya (BPS).
Dalam cakupan yang lebih luas, standar hidup layak menggambarkan
tingkat kesejahteraan yang dinikmati oleh penduduk sebagai dampak semakin
membaiknya ekonomi. UNDP mengukur indeks ini dengan menggunakan
PDB riil yang disesuaikan sedangkan BPS menghitungnya dengan
menggunakan rata-rata pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan dengan
formula Atkinson. Secara sederhana, nilai maksimum dan minimum komponen
IPM dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Nilai Maksimum dan Minimum dari Setiap Komponen HDI/ IPM
No Komponen HDI Maksimum Minimum Keterangan
1 Angka Harapan Hidup (Tahun) 85 25 Standar
UNDP
2 Angka Melek Huruf 100 0 Standar
27
UNDP
3 Rata- rata lama sekolah 15 0 Standar
UNDP
4 Konsumsi per kapita (rupiah) 737.720 360.000 Pengeluaran
perkapita Riil
disesuaikan
Sumber: Standar Perhitungan UNDP
Perhitungan IPM dilakukan dengan menggunakan rumus :
IPM = 1/3 (Indesk X1 + Indeks X2 + Indeks X3) (2.1)
Keterangan : X1 = indeks angka harapan hidup
X2 = indeks tingkat pendidikan
X3 = indeks standar hidup layak
Untuk masing-masing indeks pada persamaan (2.1) dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut :
Indeks ( X(i,j) = X(i,j) – X(1-min) } / {X(i-max) – X(i-min) } (2.2)
Keterangan: X(i,j) : indikator ke i dari daerah j ( i= 1,2,3; j = 1,2,3....n)
X(1-min): nilai minimum dari indikator X1
X(i-max): nilai maksimumdari indikator X1
a. Islamic Human Development Index
Islamic Human Development Index (I-HDI) adalah alat yang digunakan untuk
mengukur pembangunan manusia dalam perspektif Islam. I-HDI mengukur
28
pencapaian tingkat kesejahteraan manusia dengan terpenuhinya kebutuhan
(maslahah) dasar agar manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Menurut
al-Syatibi, maslahah dasar bagi manusia terdiri dari lima hal, yaitu agama (ad-
dien), jiwa (an-nafs), akal (al-‘aql) keturunan (an-nasl), dan harta (al-maal).
Kelima hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan yang
mutlak harus dipenuhi agar manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Jika
salah satu dari kebutuhan dasar di atas tidak terpenuhi atau terpenuhi dengan tidak
seimbang, niscaya kebahagiaan hidup juga tidak tercapai dengan sempurna (P3EI:
2014).
1) Konsep Pengukuran Islamic Human Development Index
Pemenuhan lima kebutuhan dasar dalam maqashid syariah yang
didasarkan pada pandangan Imam al-Syatibi akan dijadikan sebagai dasar
teoritis untuk membangun Islamic Human Development Index. ;sehubungan
dengan hal itu, maka dalam penelitian ini digunakan lima dimensi untuk
membangun I-HDI. Dimensi ini akan mengukur baik pada kinerja
kesejahteraan material (MW) maupun kesejahteraan non-material (NW).
Berdasarkan pemenuhan lima kebutuhan dasar maqashid syariah
pandangan Imam al-Syatibi, maka kesejahteraan dalam Islam dapat
dirumuskan dengan formula sebagai berikut (Anto, 2009):
WH : f (MW, NW) (2.3)
MW : f (PO, DE) (2.4)
NW : f (IEV) (2.5)
IEV : f (LE, E, FSR, R) (2.6)
29
Keterangan: WH :Welfare Holistic
MW :Material Welfare
NW :Non Material Welfare
PO :Property Ownership
DE :Distributional Equity
IEV :Islamic Environment and Values
LE :Life Expectancy
E :Education
FSR :Family and Social Relationship
R :Religiosity
Berdasarkan pada Rumus diatas, dapat diketahui bahwa kesejahteraan
holistik (WH) dalam Islam menyangkut kesejahteraan materi (MW) dan
kesejahteraan non materi (NW). Kesejahteraan materi (MW) dapat dipengaruhi
oleh kepemilikan harta atas individu (PO) dan distribusi pendapatan (DE).
Sementara itu, kesejahteraan non materi, dipengaruhi oleh nilai-nilai Islam
(IEV) yang terdiri dari kesehatan (LE), pendidikan (E), keluarga atau
keturunan (FSR), dan keagamaan (R).
Setelah merumuskan kesejahteraan yang holistik dalam perspektif
Islam berdasarkan pandangan Imam al-Syatibi, maka selanjutnya untuk
membangun I-HDI dibentuk sebuah indeks yang terukur untuk mengukur
semua dimensi yang ditunjukkan pada tabel 2.2:
30
Tabel 2.2 Lima Indeks Maqasidh Syariah
Tujuan Pembangunan Dimensi Indeks Dimensi
Maslahah
Hifdzu ad-dien Index ad- dien
Hifdzu an-nafs Indeks an-nafs
Hifdzu al-‘Aql Indeks al-‘Aql
Hifdzu an-nasl Indeks an-nasl
Hifdzu al-maal Indeks al-maal
Sumber: Anto, 2009.
Metode Perhitungan Islamic-Human Developmet Index (I-HDI)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Anto, 2009) dan (Rafsanjani,
2014) untuk mengukur pembangunan manusia yaitu dengan menggunakan
indikator-indikator yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya yang tertuang
pada tabel 2.3, yaitu sebagai berikut:
Tabel 2.3
Kesejahteraan Holistik dengan Indikator yang Diusulkan
Kesejahteraan Dimensi Indeks Dimensi Indikator
Material Walfare Hifdzu al-Maal Index al-Maal 1. Pengeluaran per Kapita riil
Index (MWI)
2.
disesuaikan (PPP Rupiah)
Rasio Gini
3. Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1)
Hifdzu ad-Dien Index ad-Dien 1. Angka Kriminalitas
Non-Material Hifdzu al-Aql Index al-Aql 1. Angka Melek Huruf
31
Walfare Index 2. Rata-rata Lama Sekolah
(NWI)
Hifdzu an-Nafs Index an-Nafs 1. Angka Harapan Hidup
Hifdzu an-Nasl Indexa an-Nasl 1. Angka Kelahiran Total
2. Angka Kematian Bayi
Sumber: Anto, 2009 dan disesuaikan dalam Yusuf & Rama (2018)
Berdasarkan pada tabel 2.3 dapat diketahui bahwa I-HDI mengukur
pembangunan manusia yang mencakup baik kesejahteraan materi maupun
non materi dengan lima dimensi maqashid syariah yang diukur melalui
perhitungan index yang mewakili kelima dimensi tersebut. Index al-maal,
mewakili dimensi materi diukur menggunakan data pengeluaran perkapita
riil disesuaikan sebagai cerminan terhadap kepemilikan harta. Data rasio
gini, dan indeks kedalaman kemiskinan juga digunakan sebagai cerminan
terhadap pemerataan distribusi pendapatan. Index ad-dien, mewakili
dimensi agama diukur menggunakan data angka kriminalitas (Yusuf &
Rama, 2018). Index al-Aql, mewakili dimensi pengetahuan diukur
menggunakan data angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Index an-
nafs, mewakili dimensi kesehatan diukur menggunakan data angka harapan
hidup. Index an-nasl, mewakili dimensi keturunan diukur menggunakan
data angka kelahiran total dan angka kematian bayi.
Menurut (Anto, 2009) Konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
telah menjadi rujukan yang luas dalam melihat kualitas pembangunan
manusia. Tentunya, indeks ini menjadi informasi penting bagi pihak terkait
dengan pembangunan manusia dan ekonomi. Akan tetapi, IPM belum
32
sepenuhnya tepat dan cocok untuk mengukur pembangunan manusia jika
ditinjau dari perspektif ajaran Islam. Oleh karena itu perlu dilakukakan
pengembangan indeks yang sesuai konsep ajaran islam (Yusuf & Rama,
2018)
Dalam (Rafsanjani, 2014) dilakukan perhitungan Islamic Human
Development Index yaitu dengan cara menghitung indeksnya terlebih
dahulu dari setiap masing-masing indikator yang mewakili dari kelima
perlindungan Maqashid Syari’ah. Untuk menghitung indeks dari masing-
masing komponen I-HDI, digunakan batas maksimum dan minimum seperti
terlihat dalam Tabel 2.4:
Tabel 2.4
Nilai Maksimum dan Minimum dari setiap Indikator I-HDI
Perlindungan Komponen I-HDI
Nilai
Maksimum Nilai Minimum Keterangan
Agama Angka Kriminalitas Aktual maksimum
Aktual minimum -
Jiwa Angka Harapan Hidup 85 25 Standar UNDP
Akal
Angka Melek Huruf 100 0 Standar UNDP
Rata-rata Lama
Sekolah 15 0 Standar UNDP
Keturunan
Angka Kelahiran Total
Angka Kematian Bayi
Aktual maksimum
Aktual maksimum
Aktual minimum
Aktual minimum
-
-
33
Harta
Pengeluaran Per Kapita Riil
Indeks Gini
Indeks Kedalaman Kemiskinan
732.720
Aktual maksimum
Aktual maksimum
360.000
Aktual minimum
Aktual minimum
Standar Nasional
-
-
Sumber: BPS & UNDP, disesuaikan.
Tabel 2.4 merupakan tabel nilai maksimum dan minimum dari beberapa
komponen I-HDI yang digunakan dalam perhitungan indeks. Berdasarkan
pada tabel di atas, maka nilai maksimum dan nilai minimum dari beberapa
komponen I-HDI telah sesuai dengan standar, baik standar internasional
maupun standar nasional. Beberapa komponen yang telah menggunakan
standar internasional UNDP yaitu angka harapan hidup, angka harapan lama
sekolah, dan rata-rata lama sekolah. Beberapa komponen yang
menggunakan standar nasional perhitungan BPS yaitu pengeluaran per
kapita riil yang disesuaikan.
Tujuan dari pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam yaitu
berdasarkan pada maslahah. Sehubungan dengan maslahah dasar manusia
yang dijelaskan di atas, maka dibentuk suatu indeks yang mewakili dari
masing-masing dimensi untuk mengukur kelima dimensi tersebut. Lima
indeks yang digunakan untuk mengukur kelima dimensi tersebut yaitu index
ad-dien yang mewakili dimensi agama, index an-nafs yang mewakili
dimensi umur panjang dan sehat, index al-‘aql yang mewakili dimensi
34
pengetahuan, index an-nasl yang mewakili dimensi keluarga dan keturunan,
dan index al-maal yang mewakili dimensi pendapatan (Rafsanjani, 2014).
(a) Hifdzu Ad-Dien
Islam mengajarkan agar manusia menjalani kehidupanya secara
benar, sebagaimana telah di atur oleh Allah. Ukuran baik buruk kehidupan
sesungguhnya tidak diukur dari indikator-indikator lain melainkan dari
sejauh mana seorang manusia berpegang teguh kepada kebenaran (P3EI,
2012). Untuk itu, manusia membutuhkan suatu pedoman tentang kebenaran
dalam hidup, yaitu agama (dien).
Agama merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Islam
mengajarkan bahwa agama bukanlah hanya ritualitas, namun agama
berfungsi untuk menuntun keyakinan, memberikan ketentuan atau aturan
berkehidupan serta membangun moralitas manusia. Agama diperlukan oleh
manusia kapanpun dan di manapun ia berada.
Index ad-dien merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur
dimensi agama. Secara umum, indikator-indikator tersebut dapat
dikategorikan menjadi dua, yaitu indikator positif dan negatif. Beberapa
indikator yang berdimensi positif sebagian diambil dari lima rukun Islam,
kecuali syahadat yang terdiri dari: jumlah masjid, puasa, zakat, haji, jumlah
ulama, partisipasi sekolah agama, dan realisasi dana amal. Sementara itu,
indikator yang berdimensi negatif terdiri dari angka kriminalitas dan
Corruption Perception Index (CPI). Beberapa indikator yang telah
35
disebutkan di atas merupakan indikator yang dapat digunakan untuk
membentuk index ad-dien.
(b) Hifdzu an-Nafs
Kehidupan sangat dijunjung tinggi oleh ajaran Islam, sebab ia
merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hambanya untuk dapat
digunakan sebaik-baiknya. Kehidupan merupakan sesuatu yang harus
dilindungi dan dijaga sebaik-baiknya. Segala sesuatu yang dapat membantu
eksistensi kehidupan otomatis merupakan kebutuhan, dan sebaiknya segala
sesuatu yang mengancam kehidupan (menimbulkan kematian) pada
dasarnya harus dijauhi.
Index an-Nafs merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur
dimensi umur panjang dan sehat. Secara umum , indikator-indikator tersebut
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu indikator positif dan negatif.
Beberapa indikator yang berdimensi positif terdiri dari: angka harapan
hidup, mordibitas, angka kunjungan ke fasilitas kesehatan, sarana
kesehatan, tenaga kesehatan, dan imunisasi. Sementara itu, beberapa
indikator yang berdimensi negatif terdiri dari: drug prevalance dan smoking
prevalance.
(c) Index al-‘aql
Index al-‘aql merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur
dimensi pengetahuan. Beberapa indikator yang dapat digunakan yaitu:
angka harapan lama sekolah, angka partisipasi sekolah, rata-rata lama
36
sekolah, jumlah lembaga pendidikan, tenaga pengajar, akses ke internet,
angka melek huruf, angka buta huruf, jumlah hak paten, dan pengeluaran
pendidikan oleh rumah tangga. Beberapa indikator yang telah disebutkan di
atas merupakan indikator yang dapat digunakan untuk membentuk index al-
‘aql.
(d) Hifdzu an-Nasl
Untuk menjaga kontinuitas kehidupan, maka manusia harus
memelihara keturunan dan keluarganya (nasl). Meskipun seorang mukmin
meyakini bahwa horizon waktu kehidupan tidak hanya mencakup
kehidupan dunia melainkan hingga akhirat, tetapi kelangsungan kehidupan
dunia amatlah penting. Manusia akan menjaga keseimbangan kehidupan di
dunia dan di akhirat. Kelangsungan keturunan dan keberlanjutan dari
generasi ke generasi harus diperhatikan. Ini merupakan suatu kebutuhan
yang amat penting bagi eksistensi manusia.
Index an-nasl merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur
dimensi keluarga & keturunan. Secara umum, indikator-indikator tersebut
dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu indikator positif dan negatif.
Beberapa indikator yang berdimensi positif terdiri dari: angka reproduksi
kasar, rata-rata jumlah kelahiran, angka kelahiran total, dan anak lahir
hidup. Beberapa indikator yang berdimensi negatif terdiri dari: rata-rata
umur menikah, tingkat perceraian, angka kematian bayi, angka kematian
ibu, angka kematian balita, dan angka kematian anak. Beberapa indikator
37
yang telah disebutkan di atas merupakan indikator yang dapat digunakan
untuk membentuk index an-nasl.
(e) Hifdzu al-Maal
Harta material (maal) sangat dibutuhkan, baik untuk kehidupan
duniawi maupun ibadah. Manusia membutuhkan harta untuk pemenuhan
kebutuhan makanan, pakaian, rumah, kendaraan dll., untuk menjaga
kelangsungan hidupnya. Selain itu, hampir semua ibadah memerlukan
harta, misalnya zakat, infak, sedekah, haji, menuntut ilmu, dll. Tanpa harta
yang memadai kehidupan akan menjadi susah, termasuk menjalankan
ibadah. Index al -maal merupakan indeks yang digunakan untuk mengukur
dimensi hidup layak. Secara umum, indikator-indikator tersebut dapat
dikategorikan menjadi tiga, yaitu indikator yang mewakili kepemilikan atas
harta, pertumbuhan pendapatan, dan distribusi pendapatan.
Beberapa indikator yang mewakili kepemilikan atas harta yaitu
pendapatan per kapita dan rata-rata pengeluaran per kapita. Indikator yang
mewakili pertumbuhan pendapatan yaitu pertumbuhan ekonomi dan
GDP/pertumbuhan penduduk. Indikator yang mewakili distribusi
pendapatan yaitu: rasio gini, garis kemiskinan, indeks kemiskinan manusia,
persentase penduduk miskin, indeks kedalaman kemiskinan, dan indeks
keparahan kemiskinan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikatuhui I-HDI di
hitung berdasarkan data yang menggambarkan kelima perlindungan
38
tersebut. Pada perlindungan agama (ad-Dien) indikator yang digunakan
yaitu data rasio zakat, pada perlindungan jiwa (an-Nafs) indikator yang di
pakai yaitu data angka harapan hidup, perlindungan intelektual (al-‘Aql)
digunakan dua indikator yaitu data angka harapan lama sekolah huruf dan
rata-rata lama sekolah, untuk perlindungan keturunan (an-Nasl) digunakan
dua indikator yaitu data angka kelahiran total dan angka kematian bayi,
untuk perlindungan harta (al-Maal) maka digunakan dua indikator yaitu
indikator kepemilikan harta oleh individu dan indikator distribusi
pendapatan. Pada indikator kepemilikan atas harta data yang di pakai yaitu
pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan, untuk indikator distribusi
pendapatan digunakan data indeks gini dan indeks kedalaman kemiskinan
(Rafsanjani, 2014).
Metode Pengukuran Indeks Maqashid Syariah:
Untuk mengukur dan menganalisis kinerja pembangunan manusia
yang ada di wilayah Kabupaten D.I.Yogyakarta dengan menggunakan
indeks berdasarkan konsep maqashid shariah melalui indikator-indikator
terukur. Penelitian ini mengadopsi konsep maqashid shariah yang
dikembangkan oleh (Yusuf dan Rama 2018). Konsep maqashid shariah
dari 5 tujuan utama Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama), Hifdz An-Nafs
(Memelihara Jiwa), Hifdz Al’Aql (Memelihara Akal), Hifdz An-Nasb
(Memelihara Keturunan) dan Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta).
Metode yang dikembangkan (Anto, 2009) yaitu suatu model
operasionalisasi konsep ke dalam bentuk beberapa dimensi yang kemudian
39
diderivasikan ke dalam beberapa elemen terukur. Metode yang digunakan
dalam studi ini menggunakan metode penghitungan geometric mean
sebagai metode baru yang dikembangkan oleh UNDP. Setiap komponen
dari I-HDI distandarisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum
digunakan untuk menghitung indeks I-HDI. Adapun rumus yang
digunakan sebagai berikut :
Indeks indikator = nilai aktual-nilai minimal
nilai maksimal-nilai minimal
Nilai aktual adalah nilai/angka yang terjadi pada setiap dimensi atau
indikator di masing-masing objek penelitian. Sementara nilai maksimal dan
minimal adalah nilai maksimum dan nilai minimum disetiap dimensi atau
indikator. Kemudian setelah dihitung dengan rumus diatas maka
dilanjutkan dengan melakukan normalisasi data agar acuannya menjadi
seragam. Setelah dilakukan normalisasi data dilanjutkan dengan mencari
rata-rata geometrik dari masing-masing variabel dari kelima dimensi yang
ada yaitu dimensi agama, hidup, akal, keturunan, dan kekayaan. Jenis data
adalah data tahunan. Data diambil sesuai dengan periode penelitian tahun
2010-2018 dan dinyatakan dalam satuan persen yang diperoleh dari hasil
perhitungan indeks dengan menggunakan rumus-rumus ini :
a) Dimensi ad-dien, dihitung dengan rumus :
ID = nilai aktual kriminalitas –nilai terendah kriminalitas
nilai tertinggi kriminalitas- nilai terendah kriminalitas
b) Dimensi An-Nafs:
INF= nilai aktual harapan hidup – nilai terendah harapan hidup terendah
nilai tertinggi harapan hidup tertinggi - nilai terendah harapan hidup terendah
Data Angka Harapan hidup diambil dari BPS D.I.Yogyakarta.
40
c) Dimensi Al-Aql:
IA= 1
2 (Angka melek huruf) +
1
3 (Rata-rata lama sekolah)
Data Angka melek Huruf diambil dari BPS D.I.Yogyakarta
d) Dimensi An-Nasl:
INS = 1
2 (kelahiran total + kematian bayi)
e) Dimensi Al- Maal:
IM = 1
2 (DEI + PPI)
PPI diperoleh dari : PPI = actual PP – minimal PP
max PP – min PP
DEI diperoleh dari : 1
2 (Gcl + P1)4
Keterangan:
P1 : Indeks kedalaman kemiskinan
Jadi I-HDI = 𝟐
𝟓 (ID) +
𝟏
𝟓 (INF + IA + INS +IM) X 100%
MWI = PPI
NWI = ¼ (ID + INF + IA + INS)
B. Hubungan Pengaruh Antar Variabel
1. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi terhadap Kemiskinan
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator untuk melihat keberhasilan
pembangunan dan merupakan syarat bagi pengurangan tingkat kemiskinan.
Syaratnya adalah hasil dari pertumbuhan ekonomi tersebut menyebar di setiap
golongan masyarakat, termasuk golongan penduduk miskin (Siregar dan
41
Wahyuniarti, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh (Wongdesmiwati, 2009)
menemukan bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara
pertumbuhan ekonomi dan tingkat kemiskinan. Hubungan ini menunjukkan
pentingnya mempercepat pertumbuhan ekonomi untuk menurunkan tingkat
kemiskinan.
2. Pengaruh Pengangguran terhadap Kemiskinan
Menurut (Sukirno, 2006) efek buruk dari pengangguran adalah
mengurangi pendapatan masyarakat yang akhirnya akan mengurangi tingkat
kemakmuran yang telah dicapai seseorang. Semakin berkurangnya
kesejahteraan masyarakat karena menganggur tentunya akan meningkatkan
peluang mereka terjebak dalam kemiskinan karena tidak memiliki pendapatan.
Apabila pengangguran di suatu negara sangat buruk, kekacauan politik dan
sosial selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk bagi kesejahteraan
masyarakat dan prospek pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Artinya
bahwa semakin tinggi tingkat pengangguran, maka akan meningkatkan tingkat
kemiskinan.
Penelitian yang dilakukan oleh (Prasetyo, 2010) menemukan bahwa
variabel pengangguran memberikan pengaruh positif signifikan terhadap
tingkat kemiskinan, yang artinya jika tingkat pengangguran bertambah maka
akan menambah tingkat kemiskinan.
3. Pengaruh I-HDI terhadap Kemiskinan
42
Penelitian yang dilakukan oleh (Sukmaraga, 2011) menemukan bahwa
terdapat hubungan negatif signifikan yang berarti bahwa setiap peningkatan
angka Indeks Pembangunan Manusia (HDI) akan berakibat pada peningkatan
produktivitas kerja dari penduduk, sehingga akan meningkatkan perolehan
pendapatan dan menurunkan jumlah penduduk miskin.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas hampir seluruh komponen
indikator yang digunakan untuk menyusun I-HDI sama dengan komponen
indikator yang menyusun HDI, hanya saja dilengkapi dengan beberapa
indikator yang mewakili nilai-nilai agama dimana teori dan konsepnya
berdasarkan perspektif Islam.
C. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian tentang kemiskinan di berbagai negara telah dilakukan
oleh sejumlah peneliti dengan daerah dan periode waktu yang berbeda pula, antara
lain: Penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Wahyuniarti (2008) yang berjudul
“Dampak Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Penurunan Jumlah Penduduk
Miskin” bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh serta dampak dari
pertumbuhan ekonomi terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia, hal ini
dilakukan karena jumlah penduduk miskin akibat krisis belum berhasil dikurangi
bahkan cenderung meningkat. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa kenaikan
PDRB mengakibatkan penurunan atas angka kemiskinan, kenaikan inflasi
mengakibatkan angka kemiskinan, kenaikan tingkat pendidikan mengakibatkan
penurunan atas angka kemiskinan.
43
Penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dan Rama (2018) dengan judul
“Konstruksi Indeks Pembangunan Manusia Islami”. Jurnal ini menggunakan
analisis Kuantitatif Deskriptif dengan metode indeksasi, korelasi dan komparasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan peringkat antara
IPMI dan IPM. Di satu sisi beberapa provinsi mengalami peningkatan peringkat
secara signifikan namun di sisi lain sejumlah provinsi mengalami penurunan
peringkat secara signifikan. Di sisi yang lainnya terdapat hubungan positif
signifikan antara IPMI dan IPM yaitu IPMI dapat menjadi alternative dari IPM
dalam mengukur kualitas pembangunan manusia. \
Penelitian yang dilakukan oleh Prastyo (2010) dengan judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan (studi kasus 35
Kab/Kota Jawa Tengah, tahun 2003-2007)”. Tulisannya meneliti tentang
pengaruh pertumbuhan ekonomi upah minimum pendidikan, dan pengangguran
terhadap kemiskinan di Jawa Tengah. Analisis yang dilakukan adalah deskriptif dan
ekonometrika dengan menggunakan metode panel data. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi berpengaruh negatif terhadap
tingkat kemiskinan, variabel upah minimum berpengaruh negatif terhadap tingkat
kemiskinan, sedangkan variabel pengangguran memberikan pengaruh positif
terhadap tingkat kemiskinan.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Sukmaraga (2011) dengan judul
“Analisis Pengaruh Indeks Pembangunan Manusia, PDRB Per Kapita Dan
Jumlah Pengangguran Terhadap Jumlah Penduduk Miskin Di Provinsi Jawa
Tengah”. Hasil penelitianya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif dan
44
signifikan yang berarti bahwa setiap peningkatan angka Indeks Pembangunan
Manusia (HDI) akan berakibat pada peningkatan produktivitas kerja dari penduduk,
sehingga akan meningkatkan perolehan pendapatan dan menurunkan jumlah
penduduk miskin.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Anto (2009) dengan judul
“Introducing an Islamic Human Development Index to Measure Development in
OIC Countries”. Penelitian ini membahas tentang Islamic Human Development
Index. Pembahasan pertama di mulai dengan membangun sebuah pengukuran baru
tentang pembangunan manusia, dimana teori dan konsepnya berdasarkan pada
perspektif Islam. Lima dimensi maqashid syariah dipakai dalam komponen
perhitungan I-HDI, antara lain perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan
dan harta. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa komposisi peringkat antara I-
HDI dan HDI sedikit berbeda. Di satu sisi sejumlah negara menikmati peringkat
yang lebih baik di I-HDI dibandingkan dengan HDI. Di sisi lain beberapa negara
mengalami penurunan peringkat yang nyata. Kelompok skor tinggi di I-HDI masih
didominasi sebagian besar oleh negara-negara Timur Tengah dan garis bawahnya
masih didominasi oleh negara-negara Afrika. Secara umum, kontribusi indeks
kesejahteraan material (MWI) di seluruh I-HDI lebih unggul yang menunjukkan
pentingnya sumber daya material.
D. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Ekonomi diduga berpengaruh terhadap Kemiskinan di Provinsi
D.I.Yogyakarta.
45
H0 : α1 = 0 artinya Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh terhadap
Kemiskinan di Provinsi D.I.Yogyakarta.
H1 : α1 ≠ 0 artinya Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh terhadap Kemiskinan
di Provinsi D.I.Yogyakarta.
b. Islamic Human Development Index diduga berpengaruh terhadap Kemiskinan
di Provinsi D.I.Yogyakarta.
H0 : α2 = 0 artinya Islamic Human Development Index tidak berpengaruh
terhadap Kemiskinan di Provinsi D.I.Yogyakarta.
H1 : α2 ≠ 0 artinya Islamic Human Development Index berpengaruh terhadap
Kemiskinan di Provinsi D.I.Yogyakarta.
c. Tingkat Pengangguran diduga berpengaruh terhadap Kemiskinan di Provinsi
D.I.Yogyakarta.
H0 : α3 = 0 artinya Tingkat Pengangguran tidak berpengaruh terhadap
Kemiskinan di Provinsi D.I.Yogyakarta.
H1 : α3 ≠ 0 artinya Tingkat Pengangguran berpengaruh terhadap Kemiskinan
di Provinsi D.I.Yogyakarta.
d. Pertumbuhan ekonomi, Islamic Human Development Index dan Tingkat
Pengangguran secara bersama-sama diduga berpengaruh terhadap Kemiskinan
di Provinsi D.I.Yogyakarta.
H0 : α4 = 0 artinya semua variabel bebas (independen) tidak berpengaruh
terhadap variabel terikatnya (dependen).
H1 : α4 ≠ 0 artinya paling tidak atau minimal terdapat satu variabel bebas
(independen) berpengaruh terhadap variabel terikatnya (dependen).
46
E. Kerangka Berfikir
Berdasarkan landasan teori yang telah dipaparkan di atas, maka kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran, dan Islamic Human
Development Index terhadap Kemiskinan (Studi Pada D.I.Yogyakarta
tahun 2010-2018)
Variabel Independent
X1: Pertumbuhan Ekonomi
X2: Pengangguran
X3: Islamic Human Development
Index
Variabel Dependent
Y: Kemiskinan di
D.I.Yogyakarta
Metode Data Panel
1. PLS
2. FEM
3. REM
Uji Hipotesis
Uji Simultan (F)
Uji Parsial (t)
Uji Koefisien Determinasi
Hasil dan Analisis
Kesimpulan dan Saran
48
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi, I-
HDI dan pengangguran terhadap kemiskinan pada Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penulis membatasi pembahasan pada pengukuran pencapaian I-HDI berdasarkan 5
dimensi maqashid shariah yakni dimensi agama, dimensi hidup, dimensi akal,
dimensi keluarga dan dimensi harta pada kabupaten dan kota di provinsi
D.I.Yogyakarta dalam rentang waktu 2010-2018 dengan menggunakan metode data
panel. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah data
sekunder, merupakan data yang tidak langsung memberikan data untuk pengumpul
data (Sugiyono, 2013) atau data yang diperoleh dari hasil pengolahan pihak kedua.
Adapun data yang digunakan merupakan data tahunan.
B. Objek Penelitian
Periode analisa dilakukan pada tahun 2010-2018. Objek penelitian yang
digunakan adalah 4 kabupaten dan 1 kota pada provinsi D.I.Yogyakarta. Variabel-
variabel yang akan digunakan adalah:
1. Variabel tergantung (dependent), yaitu tingkat kemiskinan di Provinsi
D.I.Yogyakarta.
2. Variabel bebas (independent), terdiri dari varabel pertumbuhan ekonomi,
pengangguran, dan I-HDI di Provinsi D.I.Yogyakarta.
49
C. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersumber dari
Badan Pusat Statistik DIY, Kabupaten/Kota dalam Angka, Bappenas, Analisis
Informasi Statistik Pembangunan Daerah Istimewa Yogyakarta, Bappeda
Yogyakarta dan juga data yang berasal dari sumber-sumber lain yang relevan
dalam penelitian ini.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu statistik
sosial-ekonomi dari kota/kabupaten Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun
2010-2018. Beberapa yang diambil meliputi:
1. Angka jumlah tindak kejahatan
2. Angka harapan hidup
3. Angka melek huruf
4. Rata-rata lama sekolah
5. Angka kelahiran total
6
Recommended