View
233
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU
AL-MUWATHTHA` IMAM MALIK JILID 1:
STUDI KASUS KITAB SHALAT
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh
Adnan Syafi’i
NIM: 108024000005
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi/tesis/disertasi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1/strata
2/strata 3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 19 Juni 2015
Adnan Syafi’i
PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU
AL-MUWATHTHA` IMAM MALIK JILID 1:
STUDI KASUS KITAB SHALAT
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sastra (S.S)
Oleh
Adnan Syafi’i
NIM: 108024000005
Pembimbing,
Drs. Ikhwan Azizi, MA.
NIP: 195708161994031001
PROGRAM STUDI TARJAMAH
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul PENGGUNAAN TANDA BACA DALAM BUKU
AL-MUWATHTHA` IMAM MALIK JILID 1: STUDI KASUS KITAB SHALAT
telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada Jumat, 26 Juni 2015. Skripsi ini telah diterima sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi
Tarjamah.
Ciputat, 26 Juni 2015
Sidang Munaqasyah
TIM PENGUJI
Ketua Sidang,
Dr. M. Syarif Hidayatullah, M.Hum. ( )
NIP: 19791229 200501 1 004 Tgl.
Pembimbing,
Drs Ikhwan Azizi, MA. ( )
NIP: 195708161994031001 Tgl.
Penguji I,
Dr. Abdullah, M.Ag. ( )
NIP: 19610825 199303 1 002 Tgl.
Penguji II,
Dr. Darsita Suparno, M.Hum. ( )
NIP: 19610807 199303 2 001 Tgl.
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Dalam skripsi ini, sebagian data berbahasa Arab ditransliterasikan ke dalam
huruf latin. Transliterasi ini berdasarkan pedoman yang tertuang dalam buku
Pedoman Akademik Program Strata 1 2013/2014 terbitan Biro Administrasi
Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1. Padanan Aksara
Berikut adalah daftar aksara Arab dan padanannya dalam aksara latin:
HURUF ARAB HURUF LATIN KETERANGAN
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j je ج
h h dengan garis bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis bawah ص
d de dengan garis bawah ض
t te dengan garis bawah ط
z zet dengan garis bawah ظ
Koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
f ef ف
q ki ق
k ka ك
l el ل
m em م
n en ن
w we و
h ha ه
apostrof ` ء
y ye ي
2. Vokal
Vokal dalam bahasa arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal
tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal,
ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
a fathah
i kasrah
u dammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
ي ai a dan i
و au a dan u
Adapun untuk vokal panjang (madd), Ketentuan alih aksaranya adalah sebagai
berikut:
TANDA VOKAL ARAB TANDA VOKAL LATIN KETERANGAN
ا â a dengan topi di atas
ي î i dengan topi di atas
و û u dengan topi di atas
3. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf
dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf ال
qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dîwân bukan ad-dîwân.
4. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah atau tasydîd yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan
sebuah tanda ( ), dalam alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan
menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak
berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang
yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah. Misalnya, kata tidak ditulis ad-darûrah
melainkan al-darûrah, demikian seterusnya.
5. Ta Marbûtah
Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marbûtah terdapat pada kata
yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat
contoh 1 di bawah). Hal yang sama juga berlaku jika ta marbûtah tersebut diikuti
oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marbûtah tersebut diikuti
kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat
contoh 3).
Contoh:
NO KATA ARAB ALIH AKSARA
tarîqah طريقة 1
al-jâmi’ah al-islâmiyyah الجامعة اإلسالمية 2
wahdat al-wujûd وحدة الوجود 3
6. Huruf Kapital
Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih
aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang
berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain
untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama
diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandang,
maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan
huruf awal atau kata sandangnya. (Contoh: Abû Hâmid al-Ghazâlî bukan Abû
Hâmid Al-Ghazâlî, al-Kindi bukan Al-Kindi).
Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan
dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau
cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak miring
maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya.
Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal
dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar
katanya berasal dari bahasa arab. Misalnya, ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak
‘Abd al-Samad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî.
7. Cara Penulisan Kata
Setiap kata, baik kata kerja (fi ‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf)
ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-
kalimat dalam bahasa arab, dengan berpedoman pada ketentuan-ketentuan di atas:
KATA ARAB ALIH AKSARA
dzahab al-ustâdzu ذهب األستاذ
tsabata al-ajru ثبت األجر
al-harakah al-‘asriyyah الحركة العصرية
asyhadu an lâ ilâha illa Allâh أشهد أن ال إله إ ال هللا
maulânâ mâlik al-sâlih موالنا ملك الصالح
yu`atstsirukum Allâh يؤثر كم هللا
al-mazâhir al-‘aqliyyah المظاهر العقلية
al-âyât al-kauniyyah االيات الكونية
al-darûrah tubîh al-mahzûrât الضرورة تبيح المحظورات
ABSTRAK
Adnan Syafi’i
Penggunaan Tanda Baca dalam Buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1:
Studi Kasus Kitab Shalat
Kitab al-Muwaththa` banyak dipakai orang untuk pengkajian fikih di
pondok-pondok pesantren dan di tengah masyarakat. Selain itu, buku ini terutama
terjemahannya, juga dipakai oleh kalangan santri dan masyarakat muslim pada
umumnya. Terjemahan kitab al-Muwaththa` dalam bahasa Indonesia yang berjudul
Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 sangat berguna karena membantu para pengkaji
hadis dari kalangan pemula untuk memahami isi kitab al-Muwaththa`. Ditinjau dari
aspek sintaksis khususnya pada tataran kalimat, penggunaan tanda baca dalam
kalimat yang terdapat pada buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 menarik untuk
ditelaah.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini difokuskan pada penggunaan
tanda baca dalam kalimat yang ada di dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid
1. Studi kasus yang diangkat ialah salah satu bab yang bernama “Kitab Shalat”.
Menurut Chaer (2011), tanda baca ialah tanda-tanda yang digunakan di
dalam bahasa tulis sehingga kalimat-kalimat yang ditulis dapat dipahami pembaca
persis seperti yang dimaksudkan oleh si penulis. Dengan demikian, penggunaan
tanda baca yang tepat sesuai kaidah EYD bisa membantu pembaca memahami
maksud yang terkandung dalam bahasa tulis sama persis seperti yang dipahami si
penulis. Sebaliknya, penggunaan tanda baca yang menyimpang dari kaidah EYD
bisa menimbulkan ketidakakuratan dalam memahami maksud si penulis.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif.
Metode pengumpulan data yang digunakan ialah metode simak dengan teknik
sadap dan catat. Subjek penelitian dalam penelitian ini ialah penyimpangan dalam
penggunaan tanda baca. Sumber datanya ialah buku Al-Muwaththa` Imam Malik
Jilid 1 Kitab Shalat. Metode analisis yang digunakan ialah analisis isi dan metode
penyajian hasil analisisnya ialah informal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanda baca yang digunakan secara
menyimpang dari kaidah EYD adalah sebagai berikut : (1) titik; (2) koma; (3) petik;
(4) petik tunggal; dan (5) seru.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur saya haturkan ke hadirat Allah SWT.
Berkat limpahan nikmat dan izin-Nya, penulis mampu menyelesaikan penelitian
skripsi ini. Salawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah SAW,
beserta keluarga dan para sahabatnya. Amin.
Peneliti mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada civitas
academica UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama kepada Prof. Dr.
Dede Rosyada, MA., Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; P ro f . Dr. Sukron
Kamil, MA., Dekan Fakultas Adab dan Humaniora; Dr. Moch. Syarif
Hidayatullah, M.Hum., Ketua Program Studi Tarjamah; dan Rizqi Handayani,
MA., Sekretaris Program Studi Tarjamah
Terima Kasih saya sampaikan pula kepada Bapak Drs. Ikhwan Azizi,
MA., yang telah meluangkan waktunya untuk membaca, mengoreksi,
memberikan referensi serta memotivasi peneliti dalam proses penyusunan skripsi
ini.
Kepada Jajaran Dosen Tarjamah: Alm. Prof. Dr. Rofi’i, MA., Prof. Dr.
Ahmad Satori Ismail, MA., Prof. Dr. Sukron Kamil, M.Ag., Dr. Moch. Syarif
Hidayatullah, M.Hum., Dr. Akhmad Saekhudin, M.Ag., Dr. Abdullah, M.Ag., Dr.
Darsita Suparno, M.Hum., Dr. Tb. Ade Asnawi, MA., Drs. Ahmad Syatibi MA.,
Karlina Helmanita, M.Ag., dan nama-nama lainnya yang tidak bisa saya sebutkan
satu per satu—saya sampaikan terima kasih yang tak terhingga—semoga ilmu yang
telah diberikan bermanfaat dan menjadi amal jariyah.
Selain itu, terima kasih saya sampaikan pula kepada Bapak Dr. Abdullah,
M.Ag., selaku Penguji 1 dan Ibu Dr. Darsita Suparno, M.Hum., selaku Penguji 2.
ii
Terima kasih atas kritik dan saran yang diberikan sehingga saya bisa memperbaiki
skripsi ini menjadi lebih baik lagi.
Selanjutnya, peneliti ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada kedua orang tua peneliti, Ibunda Suryamah dan Ayahanda Abdul Hamid,
yang telah bersabar dan berjuang dalam membesarkan ananda hingga dewasa
seperti sekarang. Jika ada kebaikan yang terdapat pada diri ananda, itu semua berkat
pengajaran dari keduanya. Semoga amal baik mereka diterima di sisi Allah SWT
sebagai suatu amalan ibadah yang diridai-Nya. Amin.
Ucapan terima kasih berikutnya saya sampaikan kepada seluruh dosen yang
telah memberikan pengajarannya kepada saya. Terima kasih atas pengajaran yang
diberikan kepada saya. Semoga ilmu yang telah diberikan menjadi amal jariyah di
sisi-Nya. Amin.
Ucapan terima kasih berikutnya saya sampaikan kepada adik-adik saya—
Yeyen, Nurul, Haekal—lalu kepada istri tercinta, Nur Zannah dan buah hati
tersayang, Muhammad Saiful Ilmi. Terima kasih abi sampaikan karena kalian
begitu pengertian dan sangat mendukung abi untuk segera menyelesaikan kuliah
ini.
Ucapan terima kasih berikutnya saya sampaikan kepada teman-teman
seperjuangan: Gustar, Ibnu, Umar, Fajar, Sofa, Yani, dan Nine. Terima kasih karena
telah menjadi bagian hidup saya.
Ciputat, 19 Juni 2015
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 5
E. Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan .................................................................................. 7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kalimat ....................................................................................... 9
B. Pengertian dan Aturan Penggunaan Tanda Baca ....................................... 10
C. Fungsi Tanda Baca ..................................................................................... 14
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi dan Metode Penelitian ............................................................ 15
B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 16
C. Subjek Penelitian ........................................................................................ 17
D. Sumber Data ............................................................................................... 18
E. Fokus Penelitian ......................................................................................... 18
F. Metode Analisis Data ................................................................................. 18
G. Metode Penyajian Hasil Analisis ........................................................... 19
BAB IV ANALISIS DATA
iv
A. Pendahuluan ............................................................................................... 21
A.1 Data 1 : Hadis no. 144 ........................................................................... 21
A.2 Data 2 : Hadis no. 145 ............................................................................ 22
A.3 Data 3 : Hadis no. 146 ............................................................................ 24
A.4 Data 4 : Hadis no. 148 ............................................................................ 26
A.5 Data 5 : Atsar no. 153 ............................................................................. 28
A.6 Data 6 : Hadis Mauqûf no. 155 ............................................................... 30
A.7 Data 7 : Hadis Mursal no. 156 ............................................................... 31
A.8 Data 8 : Hadis no. 190 ............................................................................ 32
A.9 Data 9 : Hadis no. 191 ............................................................................ 34
A.10 Data 10 : Hadis no. 193 .......................................................................... 36
A.11 Data 11 : Hadis no. 218 .......................................................................... 37
A.12 Data 12 : Hadis no. 226 .......................................................................... 38
A.13 Data 13 : Hadis no. 252 .......................................................................... 40
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 42
B. Saran ........................................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Buku adalah sarana komunikasi antara penulis dengan pembaca. Agar
kalimat-kalimat yang ditulis bisa dipahami pembaca persis seperti yang dimaksud
penulis, si penulis harus menggunakan tanda baca yang tepat.1
Demikian pula halnya dengan buku terjemahan. Agar kalimat-kalimat yang
terkandung dalam bahasa sumber bisa dipahami oleh pembaca dalam bahasa
sasaran, penerjemah harus memakai tanda baca yang tepat dalam terjemahannya.
Penyimpangan dalam penggunaan tanda baca akan menyebabkan pembaca salah
paham, kurang mengerti terhadap maksud yang ingin disampaikan, atau kurang
nyaman saat membaca.
Berdasarkan penjelasan di atas, penulis menganggap perlu untuk meneliti
penggunaan tanda baca dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik. Buku tersebut
adalah terjemahan dari kitab al-Muwatta` karya Mâlik bin Anas atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Imam Mâlik.
Al-Muwatta` adalah kitab yang berisi kumpulan hadis, pendapat para
sahabat, tabiin, tâbi’ al-tâbi’în serta fatwa-fatwa mereka yang dikumpulkan oleh
Imam Mâlik. Kitab ini sangat berkualitas sehingga mendapat pujian dari banyak
ulama, salah satunya Imam al-Syâfi’î yang pernah berkomentar sebagai berikut.
ث ر صوابا مينأ موطأي ماليكي بأني أنس ن الأعيلأمي أكأ رأضي كيتاب مي 2.ما في الأ
1 Lihat, Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Cet. III (Jakarta: Rineke
Cipta, 2011), h. 71—72. 2 Abû Zakariyyâ Yahyâ bin Ibrâhîm al-Salmâsî, Manâzil al-A`immah al-Arba’ah Abî
Hanîfah wa Mâlik wa al-Syâfi’î wa Ahmad (T.tp: Maktabah al-Mâlik Fahd al-Wataniyyah, 2002),
h. 188.
2
“Di muka bumi ini tidak ada kitab ilmu yang paling banyak mengandung kebenaran
selain kitab al-Muwatta`.”
Berdasarkan reputasinya yang terkenal sebagai kitab bermutu tinggi, al-
Muwatta` banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya bahasa
Indonesia. Di antara buku terjemahan al-Muwatta` dalam bahasa Indonesia yang
sudah beredar di masyarakat adalah al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 yang
diterbitkan Pustaka Azzam pada 2006.
Berikut adalah salah satu contoh pemakaian tanda baca yang terdapat dalam
al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1:
ريي أن دأ ، عنأ أبي سعييد الأ هاب عنأ عطاءي بأني يزييد الليأثيي ، عنأ ابأني شي رسو الل ي وحدثني عنأ ماليك ثأل ما ي قو الأمؤذن »اهلل عليأ ي وسلم قا : صلى 3«إيذا سيعأتم النداء ف قولوا مي
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin Yazid
Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.”4
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis di atas :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin
S P O 1 K
Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan
muadzin.”
O2
3 Mâlik bin Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik (Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabî, 1985),
h. 67. 4 Mâlik bin Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1. Penerjemah Nur Alim, dkk (Jakarta:
Pustaka Azzam, 2006), h. 90.
3
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis di atas
terletak pada pada penggunaan koma sebelum kata maka pada bagian O2. Hal itu
dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata maka tidak perlu
didahului koma.5
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin
Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan
muadzin.”
Contoh terjemahan lainnya yang terdapat dalam al-Muwaththa` Imam Mâlik
Jilid 1:
، ري بأني عبأدي الرحأني عنأ أبي صاليح السماني وحدثني عنأ ماليك ري أر أن عنأ سي موأل أبي بكأ عنأ أبي ، م مأ جيدو لوأ ي عألم الناس ما في النداءي والصف »رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : و ي ا إيل أنأ الأ
تب قوا إيليأ ي، ولوأ ي عألمون م ريي لسأ جي ت هموا ولوأ ي عألمون ما في الت هأ تهيموا عليأ ي لسأ ي والصببأحي يسأ ا في الأعتموا 6«لت وأها ولوأ حب أ
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin
Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang
terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk
mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan
beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)
bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Kemudian seandainya mereka
mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan
mendatanginya walaupun harus merangkak.”7
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 145 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin
5 Pamusuk Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua. Cet. II (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 42. 6 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68. 7 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 90—91.
4
S P O1 K
Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui
O2
(besarnya pahala) yang terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak
memiliki cara untuk mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi),
niscaya mereka akan beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka
mengetahui (besarnya pahala) bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba.
Kemudian seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan
Shubuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak.”
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis di atas
terletak pada penggunaan titik sebelum kata dan dan kemudian. Keduanya dianggap
penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata dan dan kemudian tidak boleh
diletakkan di awal kalimat atau didahului titik karena keduanya merupakan
konjungsi yang berfungsi menghubungkan dua konstituen atau lebih yang
kedudukannya sederajat. 8
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin
Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang
terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk
mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan
beradu panah (mengundi). Seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)
8 Lihat, Abdul Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia (Jakarta: Rineke Cipta, 1993), h. 110.
5
bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Seandainya mereka
mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan
mendatanginya walaupun harus merangkak.”
Berdasarkan beberapa temuan di atas, penulis tertarik untuk meneliti
penggunaan tanda baca dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 melalui
sebuah penelitian skripsi berjudul “Penggunaan Tanda Baca dalam Buku Al-
Muwaththa` Imam Malik Jilid 1: Studi Kasus Kitab Shalat”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Supaya pembahasan tidak meluas maka fokus penelitian skripsi ini dibatasi
hanya untuk menjawab sebuah permasalahan, yaitu penyimpangan penggunaan
tanda baca apa saja yang terdapat dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1
Kitab Shalat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pertanyaan di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut, yaitu mencari tahu penyimpangan penggunaan tanda baca apa saja yang
terjadi dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini diarahkan pada dua kategori manfaat, yaitu: (1)
manfaat teoretis dan (2) manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan ilmu linguistik serta dapat memberikan
sumbangan pikiran bagi pengembangan penerjemahan Arab-Indonesia.
2. Manfaat Praktis
6
Secara praktis penelitian ini dapat menumbuhkan minat para peneliti
untuk menemukan dan mengkaji lebih mendalam lagi tentang
penggunaan tanda baca dalam karya terjemahan. Diharapkan penelitian
ini bermanfaat untuk mengungkapkan sejumlah penyimpangan
penggunaan tanda baca yang kerap terjadi dalam karya terjemahan. Pada
akhirnya, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap
pembaca yang berminat dalam bidang penerjemahan Arab-Indonesia.
E. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang penggunaan tanda baca sudah dilakukan oleh beberapa
peneliti. Di antaranya adalah Rahmini (2013) yang meneliti tentang penggunaan
tanda baca pada kolom opini di surat kabar Batam Pos. Penelitian tersebut
dilatarbelakangi oleh fakta bahwa tanda baca mempengaruhi keberhasilan media
cetak dalam menyampaikan informasi kepada pembaca, tetapi pada kenyataannya
editor media cetak terkadang kurang memperhatikan penggunaan tanda baca.
Penelitian yang bersifat kualitatif dan menggunakan metode analisis isi itu berhasil
menemukan bahwa terdapat kesalahan penggunaan tanda baca titik dan koma
dalam kolom opini di surat kabar Batam Pos.9
Melslita (2011) meneliti tentang pemakaian huruf kapital dan tanda baca
pada surat Kantor Dinas Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar. Penelitian
tersebut dilatarbelakangi oleh hasil temuan yang menunjukkan bahwa masih terjadi
kesalahan pemakaian huruf kapital dan tanda baca dalam surat-surat resmi di
Kantor Dinas Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar. Namun, hasil penelitian
9 Penelitian tersebut berjudul Analisis Penggunaan Tanda Baca pada Kolom Opini di Surat
Kabar Batam Pos (2013) oleh Fitri Rahmini, mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Maritim Raja Ali Haji.
7
ternyata menunjukkan bahwa pemakaian huruf kapital dan tanda baca dalam surat-
surat resmi di Kantor Dinas Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar berkategori
baik.10
Adapun penelitian ini berbeda dari yang dilakukan pada kedua penelitian di
atas, yaitu dari segi objek penelitian. Jika objek penelitian Rahmani adalah
penggunaan tanda baca pada kolom opini di surat kabar Batam Pos dan objek
penelitian Melslita adalah pemakaian huruf kapital dan tanda baca pada surat
Kantor Dinas Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar maka objek penelitian
yang peneliti pilih ialah penggunaan tanda baca dalam buku Al-Muwaththa` Imam
Malik Jilid 1.
F. Sistematika Penulisan
Skripsi ini terdiri dari lima bab:
1. Bab I Pendahuluan, berisi uraian mengenai latar belakang, pembatasan dan
perumusan masalah, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II Landasan Teori, berisi uraian mengenai teori-teori seputar
penggunaan tanda baca.
3. Bab III Metodologi Penelitian, berisi uraian mengenai metode penelitian,
metode pengumpulan data, teknik pengambilan data, sumber data, dan fokus
penelitian.
4. Bab IV Analisis Data, berisi analisis peneliti terhadap data yang telah
dikumpulkan menggunakan teori-teori seputar penggunaan tanda baca.
10 Penelitian tersebut merupakan skripsi S1 berjudul Analisis Pemakaian Huruf Kapital dan
Tanda Baca pada Surat Dinas Kantor Perikanan Bangkinang Kabupaten Kampar (2011) oleh
Melslita, mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan
Seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau.
8
5. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dari pembahasan seluruh bab dalam
penelitian ini disertai saran-saran.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kalimat
Menurut Chaer (2011), kalimat adalah satuan bahasa yang berisi suatu
“pikiran” atau “amanat” yang lengkap. Lengkap, berarti di dalam satuan bahasa
yang disebut kalimat itu terdapat:
(1) Unsur atau bagian yang menjadi pokok pembicaraan, yang lazim disebut
dengan istilah subjek (S). Misalnya kata saya dalam kalimat “Saya
menyusun skripsi”.
(2) Unsur atau bagian yang menjadi “komentar” tentang subjek, yang lazim
disebut dengan istilah predikat (P). Misalnya kata menyusun dalam
kalimat “Saya menyusun skripsi”.
(3) Unsur atau bagian yang merupakan pelengkap dari predikat, yang lazim
disebut dengan istilah objek (O). Misalnya kata skripsi dalam kalimat
“Saya menyusun skripsi”.
(4) Unsur atau bagian yang merupakan “penjelasan” lebih lanjut terhadap
predikat dan subjek, yang lazim disebut dengan istilah keterangan (K).
Misalnya frase pada tahun ini dalam kalimat “Saya menyusun skripsi
pada tahun ini”.
Subjek dan predikat merupakan unsur yang harus ada di dalam setiap
kalimat, sedangkan unsur objek dan keterangan tidak harus selalu ada. Ada atau
tidaknya objek di dalam sebuah kalimat tergantung pada jenis kata yang menjadi
predikat; kalau predikatnya berupa kata kerja transitif maka tentu objek itu akan
10
ada. Namun, kalau predikatnya bukan kata kerja transitif maka objek itu tidak akan
ada.
Kalau unsur objek dan unsur keterangan tidak ada di dalam sebuah kalimat
maka kalimat itu masih tetap dianggap kalimat yang sempurna; tetapi kalau unsur
subjek atau unsur predikatnya yang tidak ada maka kalimat tersebut dianggap
sebagai kalimat yang tidak sempurna.11
Selain unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan setiap kalimat yang
tertulis harus pula dilengkapi dengan unsur tanda baca. Keberadaan tanda baca
dalam tulisan berfungsi untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud
yang ingin disampaikan dalam bahasa tulis.12
B. Pengertian dan Aturan Penggunaan Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis
sehingga kalimat-kalimat yang ditulis dapat dipahami pembaca persis seperti yang
dimaksudkan oleh si penulis.13 Berikut aturan penggunaan tanda baca menurut
“Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”.
B.1 Titik
Tanda baca titik (.) digunakan:
(1) pada akhir kalimat yang bukan kalimat seru atau kalimat tanya.
Contoh:
Saudara Adnan Syafi’i lulus kuliah S1 Jurusan Tarjamah
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada 2015 dengan menyandang predikat cumlaude.
11 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 327—328. 12 Ibid, h. 71—72. 13 Ibid.
11
B.2 Koma
Tanda koma (,) digunakan:
(1) di antara unsur-unsur dalam suatu pemerian atau pembilangan,
Contoh:
Adik membawa piring, gelas, dan teko.
(2) untuk memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara yang
dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan pertentangan
seperti tetapi dan sedangkan.
Contoh:
Saya bukan hanya mahasiswa, tetapi juga karyawan.
(3) untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat
itu mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
Kalau dia menikah, saya juga akan menikah.
Kalau anak kalimat tidak mendahului induk kalimat maka koma tidak
dipakai.
Contoh:
Dia lupa akan skripsinya karena terlalu sibuk.
(4) di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat
pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, dan
sebagainya.
Contoh:
Jadi, menyelesaikan skripsi tidaklah semudah itu.
12
(5) di belakang kata-kata seru, seperti O, ya, wah, aduh, kasihan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Aduh, mengapa skripsi saya harus direvisi?
(6) untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata dosen penguji, “Skripsi kamu harus direvisi!”
Kalau petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru,
dan mendahului bagian lain dalam kalimat itu maka koma tidak
digunakan.
Contoh:
“Cepat selesaikan revisi skripsi!” perintah dosen itu.
(7) untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi.
Contoh:
Di kampus saya, menulis skripsi itu, sungguh sulit.
(8) untuk dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat
untuk menghindari salah baca.
Contoh:
Atas bantuan Anda, saya mengucapkan terima kasih.
B.3 Tanda Seru
Tanda seru (!) digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang
berupa seruan atau perintah, atau menyatakan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau
rasa emosi yang kuat.
Contoh:
13
Alangkah bagusnya skripsi itu!
B.4 Tanda Kurung
Tanda kurung digunakan:
(1) untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Masyarakat membenci DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
(2) untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh:
Dia pindah ke Genteng (Kota kecil dekat Banyuwangi, Jawa
Timur) mengikuti kedua orang tuanya.
B.5 Tanda Petik
Tanda petik (“...”) digunakan:
(1) untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh:
Kata dosen penguji, “Skripsi kamu harus direvisi.”
(2) untuk mengapit istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh:
Pada hari Jumat, ia berangkat ke masjid dengan memakai baju
bernama “Koko”.
B.6 Tanda Petik Tunggal
Tanda petik tunggal (‘...’) dipakai:
14
(1) untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, “Kau dengarkah bunyi ‘kring-kring’ tadi?”14
C. Fungsi Tanda Baca
Menurut Chaer (2011), fungsi tanda baca adalah agar kalimat-kalimat yang
kita tulis dapat dipahami orang persis seperti yang kita maksudkan.15 Adapun
menurut Santoso (1990), tanda baca berperan besar dalam menentukan makna
kalimat.16 Karena itu, penyimpangan dalam pemakaian tanda baca bisa
mengakibatkan pembaca keliru dalam memahami maksud si penulis. Berdasarkan
penjelasan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa fungsi tanda baca adalah
sebagai berikut.
1. Untuk menentukan makna kalimat. Keliru dalam menggunakan tanda
baca bisa mengakibatkan pembaca keliru dalam memahami maksud si
penulis.
2. Untuk memudahkan pembaca dalam memahami maksud tulisan persis
seperti yang dimaksudkan oleh penulis.
14 Penjelasan tentang penggunaan tanda baca dalam Bab II peneliti susun buku Tata Bahasa
Praktis Bahasa Indonesia karya Abdul Chaer. 15 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 71—72. 16 Kusno Budi Santoso, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktis Bahasa
Baku (Jakarta: Rineke Cipta, 1990), h. 128.
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metodologi dan Metode Penelitian
Metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian tentang metode.
Adapun metode itu sendiri adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan
pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditentukan.17 Karena
fungsinya untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian maka metode
harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian, mulai dari
pengumpulan data, analisis data, hingga penarikan kesimpulan.
Hirarki metodologi terbagi ke dalam tiga bagian :
17 Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian.
Cet. II (Bandung: Refika Aditama, 2006), h. 1.
Metodologi
Paradigma
Sintaksis
Metode
Pengumpulan Data
Simak
Teknik
Pengambilan Data
Sadap
Catat Frase Klausa Kalimat
16
Penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif. Yang dimaksud dengan
metodologi kualitatif dalam penelitian ini merujuk kepada apa yang didefinisikan
Djajasudarma (2006).
Metodologi penelitian kualitatif merupakan prosedur yang
menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di masyarakat
bahasa.18
Karena hasil dari penggunaan metodologi kualitatif adalah data deskriptif
maka penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Yang dimaksud
dengan metode penelitian deskriptif di sini juga merujuk kepada apa yang
didefinisikan Djajasudarma (2006).
Metode penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan
membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan
fenomena-fenomena yang diteliti. Metode ini dikatakan pula sebagai
pencarian data dengan interpretasi yang tepat. Di dalam penelitian bahasa,
metode penelitian deskriptif cenderung digunakan dalam penelitian
kualitatif, terutama dalam mengumpulkan data, serta menggambarkan data
secara ilmiah.19
B. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode
simak. Disebut metode simak karena memang berupa penyimakan, dilakukan
dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa.20
Yang patut diperhatikan, istilah menyimak di sini tidak hanya berkaitan
dengan penggunaan bahasa secara lisan, tetapi juga penggunaan bahasa secara
tulisan.
18 Ibid, h. 10—11. 19 Ibid, h. 9. 20 Sudaryanto, Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data
(Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988), h. 2; Mahsun, Metode Penelitian Bahasa:
Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 132.
17
Metode simak memiliki teknik dasar berupa teknik sadap.21 Disebut sadap
karena teknik ini melakukan penyadapan penggunaan bahasa (lisan atau tulisan)
seseorang atau sekelompok orang yang menjadi informan.
Penyadapan penggunaan bahasa secara lisan dilakukan jika peneliti
menghadapi objek penelitian berupa penggunaan bahasa secara lisan. Adapun
penyadapan penggunaan bahasa secara tulisan dilakukan jika peneliti menghadapi
objek penelitian berupa teks seperti yang terdapat dalam buku, naskah-naskah kuno,
naskah pidato, tulisan-tulisan yang terdapat pada media cetak (koran, majalah), dan
lain sebagainya.22
Dalam usaha penyadapan penggunaan bahasa tulis pada penelitian ini,
peneliti menggunakan teknik catat. Yang dimaksud dengan teknik catat ialah
mencatat beberapa bentuk yang relevan bagi penelitian dari penggunaan bahasa
secara tertulis. 23
Dalam praktiknya, peneliti melakukan penyadapan terhadap penggunaan
bahasa dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat dan mencatat
beberapa terjemahan yang relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian
ini, yaitu penggunaan tanda baca.
C. Subjek Penelitian
Menurut Suandi (2008), subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang
tempat variabel melekat, dan yang dipermasalahkan dalam penelitian.24 Dalam
21 Sudaryanto, Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data, h. 2;
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, h. 92. 22 Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya, h. 92—
93. 23 Ibid, h. 133. 24 I Nengah Suandi, Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa (Bali: Universitas
Pendidikan Ganesha, 2008), h. 36.
18
penelitian ini, subjek penelitian ialah penyimpangan penggunaan tanda baca yang
terdapat dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat.
D. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data ialah tempat di mana data dapat
diperoleh atau dalam kata lain tempat di mana data menempel. Pada penelitian ini,
sumber datanya adalah buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat yang
terdiri dari hadis-hadis tentang salat yang keseluruhannya berjumlah 371
terjemahan hadis. Sejauh pengamatan peneliti, dari populasi yang berjumlah 371
terjemahan hadis terdapat 15 terjemahan hadis yang mengandung penyimpangan
penggunaan tanda baca.
E. Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini terbatas pada penyimpangan penggunaan tanda baca
dalam buku Al-Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat.
F. Metode Analisis Data
Setelah melakukan pengumpulan atau penyediaan data dengan
menggunakan metode simak dengan teknik sadap dan catat, selanjutnya peneliti
melakukan analisis terhadap data-data yang telah dikumpulkan.
Data dalam penelitian ini berupa kata-kata. Karena itu, ia termasuk jenis
data kualitatif.25 Untuk menganalisis data kualitatif, peneliti menggunakan analisis
kualitatif. Analisis kualitatif memiliki paradigma metodologis induktif, yaitu
paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus ke umum.26 Adapun metode yang
25 Ibid, h. 254. 26 Ibid, h. 256.
19
peneliti gunakan dalam analisis kualitatif ini ialah metode analisis isi (content
analysis).
G. Metode Penyajian Hasil Analisis
Ada dua metode dalam penyajian hasil, yaitu informal dan formal. Metode
penyajian informal berupa penyajian dengan perumusan kata-kata biasa, sedangkan
metode penyajian formal adalah penyajian dengan menggunakan tanda-tanda dan
lambang-lambang.27 Dalam penelitian ini, penyajian hasil analisis dilakukan
dengan menggunakan metode informal.
27 Lihat, ibid, h. 305.
20
Metodologi
Penelitian
Metodologi
Kualitatif
Sumber
Data
Al-Muwaththa`Imam
Malik Jilid 1 Kitab Shalat
Metode
Penyediaan
Data
Metode simak dengan
teknik dasar berupa teknik
sadap dan teknik lanjutan
berupa teknik catat
Data
Penelitian
Terjemahan dalam buku
Al-Muwaththa`Imam
Malik Jilid 1 Kitab Shalat
Metode
Analisis
Data
Analisis
Isi
Paradigma Sintaksis
Frase Klausa Kalimat
Menganalisis terjemahan
dalam buku Al-
Muwaththa`Imam Malik
Jilid 1 Kitab Shalat dari
sisi penggunaan tanda baca
Metode Penyajian
Hasil Analisis
Metode
Informal
21
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Pendahuluan
Dalam bab ini terdapat 13 data berupa terjemahan hadis yang kesemuanya
mengandung penyimpangan dalam penggunaan tanda baca. Untuk mengetahui
penyimpangan penggunaan tanda baca dalam data-data tersebut, data-data yang
peneliti temukan dicermati dengan menggunakan kaidah-kaidah yang tertuang
dalam pedoman “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” (EYD) dan konsep
kalimat menurut Chaer.
A.1 Data 1 : Hadis no. 144
ريي أن دأ ، عنأ أبي سعييد الأ هاب عنأ عطاءي بأني يزييد الليأثيي ، عنأ ابأني شي رسو الل ي وحدثني عنأ ماليك ثأل ما ي قو الأمؤذن إيذا سيعأتم »صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : 28«النداء ف قولوا مي
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin Yazid Al
Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang diucapkan muadzin.”29
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 144 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin
S P O 1 K
Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW
O2
bersabda, “Apabila kalian mendengar adzan, maka ucapkanlah seperti yang
diucapkan muadzin.”
28 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 67. 29 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 90.
22
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 144
terletak pada pada penggunaan koma sebelum kata maka pada bagian O2. Hal itu
dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata maka tidak perlu
didahului koma.30
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Atha’ bin
Yazid Al Laitsi, dari Abu Sa’id Al Khudri, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila kalian mendengar adzan maka ucapkanlah seperti yang diucapkan
muadzin.”
A.2 Data 2 : Hadis no. 145
ري بأني عبأدي الرحأني عنأ أبي صاليح السماني عنأ أبي ، عنأ سي موأل أبي بكأ ري أر أن وحدثني عنأ ماليك ، م مأ جيدوا إيل أنأ لوأ ي عألم الناس ما في النداءي والصف »رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : و ي الأ
تب قوا إيليأ ي، ول ريي لسأ جي ت هموا ولوأ ي عألمون ما في الت هأ تهيموا عليأ ي لسأ ي والصببأحي وأ يسأ ي عألمون ما في الأعتموا .31«لت وأها ولوأ حب أ
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin
Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang
terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk
mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan
beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)
bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Kemudian seandainya mereka
mengetahui (besarnya pahala shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan
mendatanginya walaupun harus merangkak.”32
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 145 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin
S P O1 K
30 Ibid, h. 42. 31 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68. 32 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 90—91.
23
Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui
O2
(besarnya pahala) yang terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak
memiliki cara untuk mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi),
niscaya mereka akan beradu panah (mengundi). Dan seandainya mereka
mengetahui (besarnya pahala) bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba.
Kemudian seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan
Shubuh niscaya mereka akan mendatanginya walaupun harus merangkak.”
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 145
terletak pada penggunaan titik sebelum kata dan dan kemudian. Keduanya dianggap
penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata dan dan kemudian tidak boleh
diletakkan di awal kalimat atau didahului titik karena keduanya merupakan
konjungsi yang berfungsi menghubungkan dua konstituen atau lebih yang
kedudukannya sederajat. 33
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar bin
Abdurrahman, dari Abu Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah
SAW bersabda, “Seandainya orang-orang mengetahui (besarnya pahala) yang
terdapat adzan dan shaf pertama, kemudian mereka tidak memiliki cara untuk
mendapatkannya kecuali harus beradu panah (mengundi), niscaya mereka akan
beradu panah (mengundi). Seandainya mereka mengetahui (besarnya pahala)
bersegera ke masjid niscaya mereka akan berlomba. Seandainya mereka
33 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 110.
24
mengetahui (besarnya pahala) shalat Isya dan Shubuh niscaya mereka akan
mendatanginya walaupun harus merangkak.”
A.3 Data 3 : Hadis no. 146
، حاق بأني ع وحدثني عنأ ماليك بأدي الل ي أن هما عني الأعلءي بأني عبأدي الرحأني بأني ي عأقوب، عنأ أبيي ي، وإيسأري أر ي قو : قا رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم: عا أبا ب راه، أن هما سي ا ف إيذا ث وب بيالصلي أخأ ل تأأتو
تمأ فصلبوا وما فاتكمأ فأتيبوا. فإين فما أدأركأ ا وعليأكم السكيين ن وأأتو عوأ حدكمأ في صل ما أ وأن أتمأ تسأد إيل الصلي. 34كان ي عأمي
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin Ya’qub,
dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya memberitahukan
kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata, “Rasulullah SAW
bersabda, “Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka janganlah kalian
berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah shalat dengan tenang. Shalatlah pada
raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang tertinggal. Karena
salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat selama ia menuju
shalat.”35
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 146 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin
S P O1 K
Ya’qub, dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya
memberitahukan kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah SAW bersabda, “Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka
janganlah kalian berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah shalat dengan tenang.
Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang
tertinggal. Karena salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat
selama ia menuju shalat.”
O2
34 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 68. 35 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 92.
25
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 146
terletak pada O2. Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan titik yang
mendahului kata tetapi dalam kalimat “Tetapi datangilah shalat dengan tenang”.
Penggunaan titik sebelum kata tetapi merupakan penyimpangan karena menurut
kaidah EYD, kata tetapi merupakan kata penghubung intrakalimat sehingga ia tidak
boleh didahului titik,36 melainkan harus didahului koma.37
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terletak pada O2. Pada
bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda petik untuk mengapit petikan
yang terdapat di dalam petikan lain, “Apabila iqamah untuk shalat
dikumandangkan maka janganlah kalian berjalan dengan cepat. Tetapi datangilah
shalat dengan tenang. Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan
sempurnakan raka’at yang tertinggal. Karena salah seorang diantara kalian
berada dalam keadaan shalat selama ia menuju shalat.” Menggunakan tanda petik
untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain merupakan
penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda baca untuk petikan dalam
petikan lain ialah tanda petik tunggal, bukan tanda petik.38
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terletak pada O2. Pada
bagian tersebut terdapat dua kalimat perintah39 yang berbunyi, “Tetapi datangilah
shalat dengan tenang” dan “Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan
sempurnakan raka’at yang tertinggal.” Kedua kalimat perintah tersebut diakhiri
36 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 144; Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia, h. 144. 37 Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 38 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83. 39 Kalimat perintah adalah kalimat yang isinya mengharapkan adanya reaksi berupa
tindakan atau perbuatan dari orang yang diajak bicara. Lihat, Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa
Indonesia, h. 356.
26
oleh titik. Hal itu dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda titik
tidak digunakan untuk kalimat perintah40; tanda baca yang tepat untuk kalimat
perintah ialah tanda seru.41
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Al Ala’ dari Abdurrahman bin
Ya’qub, dari ayahnya dan dari Ishaq bin Abdillah, bahwa keduanya
memberitahukan kepadanya, mereka berdua mendengar Abu Hurairah berkata,
“Rasulullah SAW bersabda, ‘Apabila iqamah untuk shalat dikumandangkan maka
janganlah kalian berjalan dengan cepat, tetapi datangilah shalat dengan tenang!
Shalatlah pada raka’at yang kalian dapatkan dan sempurnakan raka’at yang
tertinggal! Karena salah seorang diantara kalian berada dalam keadaan shalat
selama ia menuju shalat’.”
A.4 Data 4 : Hadis no. 148
ري أر، أن رسو الل ي صلى اهلل عأرجي عنأ أبي ، عنأ أبي الزنادي، عني الأ ليأ ي وسلم ع وحدثني عنأ ماليك ب ر قا : ي الإيذا نوديي ليلصلي أدأ مع النداء فإيذا قضي نداء أق أبل حت إيذا الشيأطان ل ضراط حت ل يسأ
الأمرأءي ون فأسي ي ي ي التثأوييب أق أبل حت يأطر ب يأ ب ر حت إيذا قضي ا اذأكرأ ث وب بيالصلي أدأ قو اذأكرأ كا ريي كمأ صلى. ك أكر حت يظل الرجل إينأ يدأ 42ليما مأ يكنأ ي
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad dariAl A’raj, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila adzan dikumandangkan
syetan lari dengan mengeluarkan kentut, sehingga mereka tidak mendengar adzan
dan jika adzan telah selesai mereka kembali. Kemudian ketika iqamah mereka lari
dan kembali lagi setelah iqamah selesai, sehingga mereka dapat membisiki hati
seseorang. Syetan berkata kepadanya, “Ingatlah ini, ingatlah itu.” Padahal
perkara tersebut tidak ia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak tahu sudah
berapa raka’at shalat yang ia lakukan.”43
40 Lihat, Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 72—75. 41 Ibid, h. 81. 42 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 69. 43 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 93.
27
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 148 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad dariAl A’raj,
S P O1 K
dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila adzan
dikumandangkan syetan lari dengan mengeluarkan kentut, sehingga mereka tidak
mendengar adzan dan jika adzan telah selesai mereka kembali. Kemudian ketika
iqamah mereka lari dan kembali lagi setelah iqamah selesai, sehingga mereka
dapat membisiki hati seseorang. Syetan berkata kepadanya, “Ingatlah ini, ingatlah
itu.” Padahal perkara tersebut tidak ia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak
tahu sudah berapa raka’at shalat yang ia lakukan.”
O2
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 148
terletak pada bagian O2. Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan titik yang
mendahului kata kemudian. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena kata
kemudian merupakan konjungsi koordinatif yang berfungsi menghubungkan dua
konstituen atau lebih yang kedudukannya sederajat sehingga letaknya tidak
mungkin berada di awal kalimat atau didahului titik.44
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada bagian O2.
Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda petik (“...”) untuk mengapit
kalimat “Ingatlah ini, ingatlah itu”. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena
kalimat “Ingatlah ini, ingatlah itu” merupakan petikan dalam petikan lain sehingga
tanda baca yang seharusnya digunakan ialah tanda petik tunggal, bukan tanda
petik.45
44 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 110. 45 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.
28
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada bagian O2
Pada bagian tersebut terlihat adanya penggunaan tanda titik untuk mengapit kalimat
perintah “Ingatlah ini, ingatlah itu”. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena
menurut kaidah EYD, kalimat perintah seharusnya diakhiri tanda seru.46
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad dariAl A’raj, dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila adzan dikumandangkan
syetan lari dengan mengeluarkan kentut, sehingga mereka tidak mendengar adzan
dan jika adzan telah selesai mereka kembali. Ketika iqamah mereka lari dan
kembali lagi setelah iqamah selesai, sehingga mereka dapat membisiki hati
seseorang. Syetan berkata kepadanya, ‘Ingatlah ini, ingatlah itu!’ Padahal perkara
tersebut tidak ia ingat sebelumnya, sehingga orang itu tidak tahu sudah berapa
raka’at shalat yang ia lakukan.”
A.5 Data 5 : Atsar no. 153
ذاتي ب ل ، أن عبأد الل ي بأن عمر أذن بيالصلي في لي أ ، ف قا : حدثني يأي، عنأ ماليك عنأ نافيع رأد ورييح ذات ب رأد و أل ل ، م قا : إين رسو الل ي كان يأأمر الأمؤذن، إيذا كانتأ لي أ مطر ، ي قو : صلبوا في الرحا ي
) 47.)أل صلبوا في الرحا ي
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Nafi’ bahwa pada suatu malam
yang dingin dan berangin Abdullah bin Umar adzan. Dalam adzannya ia
mengucapkan, “Shalluu fir-rihaal (Shalatlah kalian di rumah).” Kemudian ia
mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah menyuruh muadzdzin pada
malam yang dingin dan turun hujan untuk mengucapkan, ‘Shalluu fir-rihaal
(Shalatlah kalian di rumah).’”48
Analisis kalimat dalam terjemahan atsar nomor 153 :
46 Lihat, ibid, h. 81; 356—358. 47 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 73. 48 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 97.
29
(1) Kalimat Pertama :
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Nafi’ bahwa
S P O1 K
pada suatu malam yang dingin dan berangin Abdullah bin Umar adzan.
O2
(2) Kalimat Kedua :
Dalam adzannya ia mengucapkan, “Shalluu fir-rihaal (Shalatlah kalian di
K S P O
rumah).”
(3) Kalimat Ketiga :
Kemudian ia mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah
S P O
menyuruh muadzdzin pada malam yang dingin dan turun hujan untuk
mengucapkan, ‘Shalluu fir-rihaal (Shalatlah kalian di rumah).’”
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam atsar nomor 153 terletak pada
tidak adanya koma untuk mengapit keterangan tambahan “...dari Malik, dari
Nafi’...” pada kalimat (1). Hal tersebut merupakan penyimpangan karena menurut
kaidah EYD, tanda baca koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan.49
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada penggunaan
titik yang mendahului kata kemudian pada awal kalimat (3). Hal tersebut dianggap
penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata kemudian merupakan konjungsi
koordinatif yang berfungsi menghubungkan dua konstituen atau lebih yang
49 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.
30
kedudukannya sederajat sehingga letaknya tidak mungkin berada di awal kalimat
atau didahului titik.50
Perbaikan
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Nafi’, bahwa pada suatu
malam yang dingin dan berangin Abdullah bin Umar adzan. Dalam adzannya ia
mengucapkan, “Shalluu fir-rihaal (Shalatlah kalian di rumah),” kemudian ia
mengatakan, “Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah menyuruh muadzdzin pada
malam yang dingin dan turun hujan untuk mengucapkan, ‘Shalluu fir-rihaal
(Shalatlah kalian di rumah).’”
A.6 Data 6 : Hadis Mauqûf no. 155
شامي بأني عرأو، أن أباه قا ل : ي ، عنأ ئأت أنأ إيذا ك »وحدثني يأي، عنأ ماليك نأت في سفر ، فإينأ شيئأت فأقيمأ ول ت ؤذنأ 51.«ت ؤذن وتقييم ف علأت، وإينأ شي
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, bahwa ayahnya
berkata kepadanya, “Jika engkau sedang dalam perjalanan, dan engkau ingin adzan
dan iqamah, maka lakukanlah, dan bila engkau mau, boleh iqamah saja dan tidak
adzan.”52
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 155 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, bahwa
S P O1 K
ayahnya berkata kepadanya, “Jika engkau sedang dalam perjalanan, dan engkau
ingin adzan dan iqamah, maka lakukanlah, dan bila engkau mau, boleh iqamah saja
dan tidak adzan.”
O2
50 Lihat, Chaer, Gramatika Bahasa Indonesia, h. 110. 51 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 73. 52 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 98.
31
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 155
terletak pada penggunaan koma yang mendahului kata maka pada bagian O2.
Mendahulukan koma sebelum kata maka dianggap penyimpangan karena menurut
kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.53
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, bahwa
ayahnya berkata kepadanya, “Jika engkau sedang dalam perjalanan, dan engkau
ingin adzan dan iqamah maka lakukanlah, dan bila engkau mau, boleh iqamah saja
dan tidak adzan.”
A.7 Data 7 : Hadis Mursal no. 156
: منأ صلى بيأرأضي فل ، سعييد ، عنأ سعييدي بأني الأمسيبي أن كان ي قو ماليك عنأ يأي بأني وحدثني عن الي ي ملك. فإينأ أذن وأقام الصل أوأ أقام، صلى وراءه مين ثا ا صلى عنأ يييني ي ملك وعنأ شي ي أمأ لأملئيك
. 54الأيبا ي
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Yahya bin Sa’id dari Sa’id bin Al
Musayyab, bahwa ia berkata, “Barangsiapa shalat di tanah lapang, maka para
malaikat shalat di sebelah kanan dan kirinya. Jika ia adzan dan iqamah, maka para
malaikat yang shalat dibelakangnya seperti gunung.”55
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis mursal nomor 156 :
53 Ibid, h. 41—42. 54 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 74. 55 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 98—99.
32
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Yahya bin Sa’id dari Sa’id bin
S P O1 K
Al Musayyab, bahwa ia berkata, “Barangsiapa shalat di tanah lapang, maka para
malaikat shalat di sebelah kanan dan kirinya. Jika ia adzan dan iqamah, maka para
malaikat yang shalat dibelakangnya seperti gunung.”
O2
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis mursal
nomor 156 terletak pada penggunaan koma yang mendahului kata maka pada
bagian O2. Mendahulukan koma sebelum kata maka dianggap penyimpangan
karena menurut kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.56
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Yahya bin Sa’id dari Sa’id bin
Al Musayyab, bahwa ia berkata, “Barangsiapa shalat di tanah lapang maka para
malaikat shalat di sebelah kanan dan kirinya. Jika ia adzan dan iqamah maka para
malaikat yang shalat di belakangnya seperti gunung.”
A.8 Data 8 : Hadis no. 190
بأني عبأ حدثني يأي، ، عنأ سعييدي بأني الأمسيبي وأبي سلم هاب ، عنأ ابأني شي دي الرحأني أن هما عنأ ماليك ري أر، أن رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : ب راه عنأ أبي مام فأمنوا، فإين »أخأ منأ وافق إيذا أمن الأي
ي غفير ل ما ت قدم مينأ ذنأبي ي ين تأأميي الأملئيك هاب وك «تأأمي ان رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي ، قا ابأن شي 57.«آميي »وسلم ي قو :
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin Al
Musayyab dan Abu Salamah, dari Abdurrahman, keduanya telah memberitahukan
kepadanya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Imam
mengucapkan amin maka ucapkanlah amin. Karena, barangsiapa yang ucapan
56 Ibid, h. 41—42. 57 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 87.
33
aminnya bersaman dengan aminnya malaikat maka dosa-dosanya yang telah lalu
diampuni.” Ibnu Syihab mengatakan, “Rasulullah SAW pun mengucapkan amin.”58
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 190 :
(1) Kalimat Pertama :
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin
S P O1 K
Al Musayyab dan Abu Salamah, dari Abdurrahman, keduanya telah
memberitahukan kepadanya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila Imam mengucapkan amin maka ucapkanlah amin. Karena, barangsiapa
yang ucapan aminnya bersaman dengan aminnya malaikat maka dosa-dosanya
yang telah lalu diampuni.”
O2
(2) Kalimat Kedua :
Ibnu Syihab mengatakan, “Rasulullah SAW pun mengucapkan amin.”
S P O
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 190
terletak pada tidak digunakannya tanda petik tunggal untuk mengapit kata amin
yang merupakan petikan dalam petikan lain yang terdapat dalam kalimat (1) dan
kalimat (2). Hal tersebut dianggap penyimpangan karena berdasarkan kaidah EYD,
petikan yang terdapat di dalam petikan lain harus diapit oleh tanda petik tunggal.59
Perbaikan
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Sa’id bin
Al Musayyab dan Abu Salamah, dari Abdurrahman, keduanya telah
58 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 118. 59 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.
34
memberitahukan kepadanya, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Apabila Imam mengucapkan ‘amin’ maka ucapkanlah ‘amin’. Karena,
barangsiapa yang ucapan aminnya bersaman dengan aminnya malaikat maka
dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.” Ibnu Syihab mengatakan, “Rasulullah
SAW pun mengucapkan ‘amin’.”
A.9 Data 9 : Hadis no. 191
ري أر، أن رس ر ، عنأ أبي صاليح السماني عنأ أبي ، عنأ سي موأل أبي بكأ و الل ي وحدثني عنأ ماليك مام [ 7الي االفاةح: }غريأي الأمغأضوبي عليأهيمأ، ول الض صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : " إيذا قا الأي
م مينأ ذنأبي ي " ي غفير ل ما ت قد 60.ف قولوا: آميي، فإين منأ وافق ق وأل ق وأ الأملئيك
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar, dari Shalih
As-Samman, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila imam
mengucapkan ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin, maka ucapkanlah
aamiin. Karena, barangsiapa yang ucapan aminnya bersamaan dengan ucapan
aminnya malaikat maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”61
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 191 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar, dari
S P O1 K
Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah SAW bersabda, “Apabila imam mengucapkan ghairil maghdhuubi
‘alaihim waladhdhaalliin, maka ucapkanlah aamiin. Karena, barangsiapa yang
ucapan aminnya bersamaan dengan ucapan aminnya malaikat maka dosa-dosanya
yang telah lalu diampuni.”
O2
60 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 87. 61 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 119.
35
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam hadis nomor 191 terletak pada
tidak adanya koma untuk mengapit keterangan tambahan “...dari Malik, dari Sumai
budak Abu Bakar, dari Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah...”. Hal tersebut
merupakan penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda baca koma
digunakan untuk mengapit keterangan tambahan.62
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 191
terletak pada penggunaan koma yang mendahului kata maka pada bagian O2.
Mendahulukan koma sebelum kata maka dianggap penyimpangan karena menurut
kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.63
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada tidak
digunakannya tanda petik tunggal untuk mengapit ghairil maghdhuubi ‘alaihim
waladhdhaalliin dan aamin yang terdapat pada bagian O2. Hal tersebut dianggap
penyimpangan karena ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin dan aamin di
situ merupakan petikan yang terdapat di dalam petikan lain. Menurut kaidah EYD,
petikan yang terdapat di dalam petikan lain harus diapit oleh tanda petik tunggal.64
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumai budak Abu Bakar, dari
Shalih As-Samman, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
imam mengucapkan ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladhdhaalliin’, maka
ucapkanlah ‘aamiin’. Karena, barangsiapa yang ucapan aminnya bersamaan
dengan ucapan aminnya malaikat maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni.”
62 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83. 63 Ibid, h. 41—42. 64 Ibid, h. 83.
36
A.10 Data 10 : Hadis no. 193
ري أر، أن رس ر ، عنأ أبي صاليح السماني عنأ أبي ، عنأ سي موأل أبي بكأ و الل ي وحدثني عنأ ماليك ده، ف قولوا: الل صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : " إيذا قا ع الل ليمنأ حي مام: سي د، فإين الأي مأ أ هم رب نا لك ا
م مينأ ذنأبي ي " ي غفير ل ما ت قد ل ق وأ الأملئيك 65.منأ وافق ق وأ
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumay budak Abu Bakar, dari Abu
Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Imam mengucapkan
Sami’allahu liman hamidah, maka ucapkanlah Allahumma Rabbanaa lakal
hamdu. Karena, barangsiapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan malaikat
maka dosa-dosanya yang telah lalu di ampuni.”66
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 193 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumay budak Abu Bakar, dari
S P O1 K
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Imam mengucapkan
Sami’allahuliman hamidah, maka ucapkanlah Allahumma Rabbanaa lakal
hamdu. Karena, barangsiapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan malaikat
maka dosa-dosanya yang telah lalu di ampuni.”
O2
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 193
terletak pada bagian O2. Pada bagian tersebut tidak ada tanda petik tunggal untuk
mengapit Sami’allahu liman hamidah dan Allahumma Rabbanaa lakal hamdu. Hal
tersebut dianggap penyimpangan karena menyimpang dari kaidah EYD yang
mengharuskan penggunaan tanda petik tunggal untuk mengapit petikan yang
terdapat di dalam petikan lain.67
65 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 88. 66 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 119—120. 67 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83.
37
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terdapat pada bagian
O2. Penyimpangan yang dimaksud terletak pada penggunaan koma yang
mendahului kata maka. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena menurut
kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.68
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Sumay budak Abu Bakar, dari
Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Imam mengucapkan
‘Sami’allahu liman hamidah’ maka ucapkanlah ‘Allahumma Rabbanaa lakal
hamdu’. Karena, barangsiapa yang ucapannya bertepatan dengan ucapan
malaikat maka dosa-dosanya yang telah lalu di ampuni.”
A.11 Data 11 : Hadis no. 218
هاب عنأ ، عني ابأني شي بأني عبأدي الرحأني بأني حدثني يأي، عنأ ماليك ري أر أن أبي سلم عوأف عنأ أبي يأطان، ف لبس عليأ ي. حت إين أحدكمأ إيذا قام يصلي، جاءه الش »رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا :
ريي كمأ صلى؟ فإيذا و جاليس ل يدأ ي و دت يأ جدأ سجأ 69.«وجد ذليك أحدكمأ، ف لأيسأ
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Abu Salamah bin
Abdurrahman bin Auf, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda,
“Sesungguhnya ketika salah seorang diantara kalian shalat, syetan akan
mendatanginya. Syetan tersebut mengganggunya sehingga ia tidak tahu berapa
raka’at yang telah ia lakukan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami
kejadian ini, maka hendaknya ia sujud dua kali, dan ia duduk.”70
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 218 :
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Abu
S P O K
68 Lihat, Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 69 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 100. 70 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 137.
38
Salamah bin Abdurrahman bin Auf, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya ketika salah seorang diantara kalian shalat, syetan akan
mendatanginya. Syetan tersebut mengganggunya sehingga ia tidak tahu berapa
raka’at yang telah ia lakukan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami
kejadian ini, maka hendaknya ia sujud dua kali, dan ia duduk.”
O2
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 218
terletak pada bagian O2. Penyimpangan yang dimaksud terletak pada penggunaan
koma sebelum kata maka. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena menurut
kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.71
Perbaikan
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Ibnu Syihab, dari Abu
Salamah bin Abdurrahman bin Auf, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Sesungguhnya ketika salah seorang diantara kalian shalat, syetan akan
mendatanginya. Syetan tersebut mengganggunya sehingga ia tidak tahu berapa
raka’at yang telah ia lakukan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami
kejadian ini maka hendaknya ia sujud dua kali, dan ia duduk.”
A.12 Data 12 : Hadis no. 226
ري أر أن رسو الل ي صلى ا ، عنأ أبي عأرجي ، عنأ أبي الزنادي عني الأ هلل عليأ ي وسلم حدثني يأي، عنأ ماليك ي ف قدأ لغوأت »قا : مع مام يأطب ي وأم الأ بيك أنأصيتأ والأي 72.«إيذا ق لأت ليصاحي
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad, dari Al A’raj, dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila engkau berkata kepada
temanmu, ‘diamlah’, pada saat khatib sedang berkhutbah, maka engkau telah
berbuat sia-sia.”73
71 Lihat, Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 72 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 103. 73 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 141.
39
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 226 :
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad, dari
S P O1 K
Al A’raj, dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila engkau
berkata kepada temanmu, ‘diamlah’, pada saat khatib sedang berkhutbah, maka
engkau telah berbuat sia-sia.”
O2
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam hadis nomor 226 terletak pada
tidak adanya koma untuk mengapit keterangan tambahan “...dari Malik, dari Abu
Az-Zinad, dari Al A’raj, dari Abu Hurairah...” pada bagian K. Hal tersebut
merupakan penyimpangan karena menurut kaidah EYD, tanda baca koma
digunakan untuk mengapit keterangan tambahan.74
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terletak pada bagian O2.
Penyimpangan yang dimaksud berupa tidak digunakannya tanda seru pada akhir
kalimat elips75 ‘diamlah’. Kalimat elips tersebut merupakan kalimat perintah—
yang berdasarkan kaidah EYD—harus diberikan tanda seru pada akhir kalimat
tersebut.76
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya juga terdapat pada bagian
O2. Penyimpangan yang dimaksud terletak pada penggunaan koma sebelum kata
74 Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 83. 75 Kalimat elips adalah kalimat yang dibentuk dari sebuah klausa yang tidak lengkap.
Klausa dalam kalimat elips ini mungkin tidak bersubjek, mungkin tidak berpredikat, dan mungkin
juga tidak mempunyai subjek dan predikat; yang ada hanya keterangan saja. Kalimat elips ini bisa
terjadi kalau situasi atau konteks pertuturan itu secara keseluruhan sudah diketahui oleh orang-orang
yang terlibat dalam pertuturan itu. Lihat, Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia, h. 349. 76 Lihat, ibid, h. 81.
40
maka. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata
maka tidak perlu didahului koma.77
Perbaikan
Yahya menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Abu Az-Zinad, dari Al
A’raj, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila engkau
berkata kepada temanmu, ‘diamlah!’ pada saat khatib sedang berkhutbah maka
engkau telah berbuat sia-sia.”
A.13 Data 13 : Hadis no. 252
، صلى اهلل ع وحدثني عنأ ماليك زوأجي النبي شامي بأني عرأو عنأ أبيي ي، عنأ عائيش ي ليأ ي وسلم، أن عنأ ب عنأ الن وأم، إيذا ن عس أحدكمأ في صلتي ي، ف لأي رأ »رسو الل ي صلى اهلل عليأ ي وسلم قا : أ قدأ حت ي
س ف ت غأفير ف يسب ن فأ ب يسأ أ ريي لعل ي و ناعيس، ل يدأ 78.«إين أحدكمأ إيذا صلى و
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, dari
Aisyah istri Nabi SAW, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila salah seorang
diantara kalian mengantuk dalam shalat, maka hendaknya ia tidur hingga rasa
kantuknya hilang. Karena, apabila salah seorang dari kalian shalat dalam keadaan
ngantuk dia tidak sadar, barangkali ia ingin memohon ampun kepada Allah tetapi
ia malah mencela dirinya sendiri.”79
Analisis kalimat dalam terjemahan hadis nomor 252 :
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari
S P O1 K
ayahnya, dari Aisyah istri Nabi SAW, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
salah seorang diantara kalian mengantuk dalam shalat, maka hendaknya ia tidur
hingga rasa kantuknya hilang. Karena, apabila salah seorang dari kalian shalat
77 Lihat, Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 78 Anas, Muwatta` al-Imâm Mâlik, h. 118. 79 Anas, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1, h. 160.
41
dalam keadaan ngantuk dia tidak sadar, barangkali ia ingin memohon ampun
kepada Allah tetapi ia malah mencela dirinya sendiri.”
O2
Penyimpangan penggunaan tanda baca dalam terjemahan hadis nomor 252
terletak pada bagian O2. Penyimpangan yang dimaksud terletak pada penggunaan
koma sebelum kata maka. Hal tersebut dianggap penyimpangan karena menurut
kaidah EYD, kata maka tidak perlu didahului koma.80
Penyimpangan penggunaan tanda baca lainnya terlihat pada tidak adanya
tanda koma sebelum kata tetapi yang terdapat pada bagian O2 Hal itu dianggap
penyimpangan karena menurut kaidah EYD, kata tetapi termasuk ke dalam
kelompok kata yang harus didahului koma.81
Perbaikan
Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Hisyam bin Urwah, dari
ayahnya, dari Aisyah istri Nabi SAW, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Apabila
salah seorang diantara kalian mengantuk dalam shalat maka hendaknya ia tidur
hingga rasa kantuknya hilang. Karena, apabila salah seorang dari kalian shalat
dalam keadaan ngantuk dia tidak sadar, barangkali ia ingin memohon ampun
kepada Allah, tetapi ia malah mencela dirinya sendiri.”
80 Lihat, Eneste, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua, h. 41. 81 Lihat, ibid, h. 41.
42
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
peneliti menemukan bahwa tanda baca yang digunakan secara menyimpang dari
kaidah Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) dalam buku Al-
Muwaththa` Imam Malik Jilid 1 Kitab Shalat adalah sebagai berikut:
1. Tanda titik (.)
Penyimpangan dalam penggunaan tanda titik terjadi karena penerjemah
meletakkan titik sebelum konjungsi intrakalimat, seperti tetapi dan
kemudian. Penyimpangan dalam penggunaan tanda baca titik terjadi
sebanyak enam kali dan terdapat dalam terjemahan hadis nomor 145, 146,
148, dan 153.
2. Tanda koma (,)
Penyimpangan dalam penggunaan tanda koma terjadi karena penerjemah
meletakkan koma sebelum kata-kata yang tidak perlu didahului koma,
seperti kata maka, juga tidak menggunakan koma sebelum kata-kata yang
seharusnya didahului koma, seperti kata tetapi, serta tidak menggunakan
koma untuk mengapit keterangan tambahan dalam kalimat. Penyimpangan
dalam penggunaan tanda baca koma terjadi sebanyak dua belas kali dan
terdapat dalam terjemahan hadis nomor 144, 153, 155, 156, 191, 193, 218,
226, dan 252.
3. Tanda petik (“...”)
43
Penyimpangan dalam penggunaan tanda petik terjadi karena penerjemah
meletakkan tanda petik pada petikan dalam petikan lain. Penyimpangan
dalam penggunaan tanda baca petik terjadi sebanyak dua kali dan terdapat
dalam terjemahan hadis nomor 146 dan 148.
4. Tanda petik tunggal (‘...’)
Penyimpangan dalam penggunaan tanda petik tunggal terjadi karena
penerjemah tidak meletakkan tanda petik tunggal pada bagian yang
seharusnya diapit oleh tanda baca tersebut. Penyimpangan dalam
penggunaan tanda baca petik tunggal terjadi sebanyak tujuh kali dan
terdapat dalam terjemahan hadis nomor 190, 191, dan 193.
5. Tanda seru (!)
Penyimpangan dalam penggunaan tanda baca seru terjadi karena
penerjemah tidak meletakkannya pada akhir kalimat perintah.
Penyimpangan dalam penggunaan tanda baca seru terjadi sebanyak tiga kali
dan terdapat dalam terjemahan hadis nomor 146 dan 226.
NO TANDA
BACA
KUANTITAS
PENYIMPANGAN
LOKASI
PENYIMPANGAN
1 (.) 6 Hadis nomor 145, 146, 148, 153
2 (,) 12 Hadis nomor 144, 153, 155, 156,
191, 193, 218, 226, 252
3 (“...”) 2 Hadis nomor 146, 148
4 (‘...’) 7 Hadis nomor 190, 191, 193
5 (!) 3 Hadis nomor 148 dan 226
44
B. Saran
Setelah melakukan penelitian yang meliputi pengumpulan data, analisis
data, dan memberikan kesimpulan, selanjutnya peneliti ingin memberikan saran-
saran sebagai berikut.
1. Penerjemah harus menguasai bahasa sumber dan bahasa sasaran dengan
baik sehingga tidak melakukan kesalahan dalam penggunaan tanda baca
pada terjemahannya.
2. Setelah menerjemahkan, penerjemah sebaiknya memeriksa kembali hasil
terjemahannya agar penggunaan tanda baca dalam terjemahannya itu benar-
benar digunakan secara tepat sesuai aturan yang terdapat dalam “Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan” (EYD).
45
DAFTAR PUSTAKA
Al-Salmâsî, Abû Zakariyyâ Yahyâ bin Ibrâhîm, Manâzil al-A`immah al-Arba’ah
Abî Hanîfah wa Mâlik wa al-Syâfi’î wa Ahmad. T.tp: Maktabah al-Mâlik
Fahd al-Wataniyyah, 2002.
Anas, Mâlik bin, Al-Muwaththa` Imam Mâlik Jilid 1. Penerjemah Nur Alim, dkk.
Jakarta: Pustaka Azzam, 2006.
, Muwatta` al-Imâm Mâlik. Beirut: Dâr Ihyâ` al-Turâts al-‘Arabî, 1985.
Chaer, Abdul, Gramatika Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineke Cipta, 1993.
, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Cet. III. Jakarta: Rineke
Cipta, 2011.
Djajasudarma, Fatimah, Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan
Kajian. Cet. II. Bandung: Refika Aditama, 2006.
Eneste, Pamusuk, Buku Pintar Penyuntingan Naskah Edisi Kedua. Cet. II. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama, 2009.
Mahsun, Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007.
Santoso, Kusno Budi, Problematika Bahasa Indonesia: Sebuah Analisis Praktis
Bahasa Baku. Jakarta: Rineke Cipta, 1990.
Suandi, I Nengah, Pengantar Metodologi Penelitian Bahasa. Bali: Universitas
Pendidikan Ganesha, 2008.
Sudaryanto, Metode Linguistik: Metode dan Aneka Teknik Pengumpulan Data.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1988.
Recommended