View
226
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Terhadap
Pemenuhan Hak Peserta Didik
(Studi Kasus di Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo)
Oleh :
DANANG HERY PURWOKO
K6408004
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Danang Hery Purwoko
NIM : K6408004
Jurusan/Program Studi : PIPS/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul
WEWENANG PEJABAT DINAS PENDIDIKAN TERHADAP
PEMENUHAN HAK PESERTA DIDIK (Studi Kasus di Dinas Pendidikan
ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.
Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, November 2012
Yang membuat pernyataan
Danang Hery Purwoko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Terhadap
Pemenuhan Hak Peserta Didik
(Studi Kasus di Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo)
Oleh :
DANANG HERY PURWOKO
K6408004
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. Ch Baroroh, M.Si
NIP.19520706 198004 2 001
Pembimbing II
Moh. Muhtarom. S.Ag, M.SI
NIP. 19740724 200501 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Dr. Sri Haryati, M.Pd 1. .....................
Sekretaris : Dewi Gunawati, S.H, M.Hum 2. ....................
Anggota I : Dra. Ch. Baroroh, M.Si 3. .....................
Anggota II : Moh. Muhtarom, S.Ag, M.SI 4. ....................
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Danang Hery Purwoko, PENYALAHGUNAAN WEWENANG PEJABAT DINAS PENDIDIKAN TERHADAP PEMENUHAN HAK PESERTA DIDIK (Studi Kasus di Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo). Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, November 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1)Mengapa terjadi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik. (2)Dampak penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik. (3)Solusi untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik.
Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan pendekatan studi kasus tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan diperoleh dari informan, arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan sampel bertujuan atau purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan analisis dokemen. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi sumber atau triangulasi data. Analisis data melalui pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Faktor-faktor penyebab terjadiya penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik antara lain :(a) Mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok dan tidak menjujung tinggi nilai-nilai kejujuran. (b) Kurangnya trasparansi dan akuntabilitas tentang program pemenuhan hak peserta didik akhirnya menimbulkan kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan wewenang. (c) Adanya keluasaan kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mengambil keputusan atau disebut diskresi. (2) Dampak terjadiya penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik antara lain adalah: (a) Menghambat terwujudnya tujuan pendidikan di Kabupaten Sukoharjo. (b) Menghambat kegiatan pembelajaran. (c) Beban orang tua bertambah berat. (d) Mengganggu proses pembelajaran di sekolah. (3) Solusi mengatasi atau menanggulangi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik antara lain : (a) Menanamkan nilai-nilai kejujuran. (b) Menindak tegas para pegawai yag melakukan penyalahgunaan wewenang (c) Melakukan pengawasan internal yaitu dari atasan langsung dan pengawasan eksternal yaitu dari BPK atau BPKP tentang penggunaan dana dan laporan-laporan dari Dinas Pendidikan (d) Melalui komite sekolah untuk menjalin kerjasama antara pihak Dinas Pendidikan, sekolah, dan masyarakat untuk mensosialisasikan program dan anggaran pendidikan untuk peserta didik agar ada transparansi dan masyarakat bisa melakukan pengawasan guna mengurangi penyalahgunaan wewenang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Danang Hery Purwoko, THE AUTHORITY MISUSE BY EDUCATION OFFICE OFFICIALS AGAINST THE FULFILLMENT OF STUDENT RIGHT (A Case Study on Education Office of Sukoharjo Regency). Thesis : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret. University. Surakarta, November 2012.
The objective of research is to find out: (1) Why does the authority misuse by Education Office Officials against the fulfillment of Student Right occur, (2) the effect of the authority misuse by Education Office Officials against the fulfillment of Student Right, and (3) solution to the authority misuse by Education Office Officials against the fulfillment of Student Right.
This study employed a descriptive qualitative method using a single embedded case study approach. The data source used was obtained from informant archive and document. The sampling techniques used were interview, observation and document analysis. The data validation was conducted using source or data triangulation. The data analysis was done through data collection, data reduction, data display, and conclusion drawing.
Based on the result of research, it could be concluded that: (1) Factors causing the authority misuse by Sukoharjo Education Office Officials against the fulfillment of Student Right included: (a) prioritize personal or group interest and not menjujung the values of honesty, (b) less transparency and accountability about the program of fulfilling the student right leading to the opportunity of making decision or called discretion by a leader. (2) The effect of the authority misuse by Sukoharjo Education Office Officials against the fulfillment of Student Right included: (a) inhibiting the realization of education objective in Sukoharjo Regency. (b) inhibiting the learning activity. (c) increasingly heavy burden of parent. (d) disturbing learning process at school. (3) Solution to cope with or to handle the authority misuse by Sukoharjo Education Office Officials against the fulfillment of Student Right included: (a) Implanting the truthfulness values. (b) Take firm action against employees who commit abuse of authority. (c) Internal controls of the immediate supervisor and the external supervision of the BPK or BPKP on the use of funds and reports from the Education Office (d) through school committee, establishing cooperation between the Education Office, school, and community to socialize the education program and budget for students in order to create transparency and the community could conduct overseeing to reduce the authority misuse.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
-masing dari kalian adalah penggembala (pemimpin), dan masing-masing
dari kalian akan ditanya (mempertanggungjawabkan) tentang apa yang
(HR. Bukhori)
bagi orang itu
(HR. Muslim)
Keluaran pendidikan seharusnya dapat menghasilkan orang pintar, tetapi juga
orang baik.
(M. Furqon Hidayatulloh)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan kepada:
Bapak dan Ibu atas doa dan kasih sayangnya
Teman-teman PPKn angkatan 2008
Almamater
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan berkah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian
penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya
kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk
bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah
memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini
2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi
3. Dr. Sri Haryati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun
skripsi
4. Dra. Ch Baroroh, M.Si selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah
memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan
5. Moh. Muhtarom, S.Ag, M.SI selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah
memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis
menyelesaikan skripsi ini
6. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga
penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini
7. Pegawai dan staf Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo yang telah
memberikan ijin dan informasi bagi peneliti
8. Kepala Sekolah dan Masyarakat di Kabupaten Sukoharjo yang telah banyak
membantu penulis dalam menyusun skripsi ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9. Berbagai pihak yang telah membantu penulis demi lancarnya penulisan skripsi
ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan karena
keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.
Surakarta, November 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
i
HALAMAN PERNYATAAN ii
iii
iv
v
vi
viii
HALAMAN ix
x
xii
xvi
xvii
xviii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
B. Perumusan Masalah .................................................................
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
1
6
6
6
BAB II KAJIAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka.................................................................... 8
1. Tinjauan Tentang Penyalahgunaan Wewenang Pejabat
Dinas Pendidikan ...............................................................
8
a. ....................................................... 8
b. Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas
9
c. Sebab- 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. 17
e. Mengatasi Penyalahgunaan Wewenang Menurut
19
2. Tinjauan Tentang Aturan Hukum Tentang
24
a. Ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
24
3. Tinjauan Tentang Kepemimpinan Dalam Organisasi
28
a. Pengertian .................. 28
b. Tipe- .................... 29
c. Prinsip- 30
d. 31
e. 31
f. 32
4. 34
a. 34
b. 35
1) 35
2) 36
c. Hak Dan Kewajiban Peserta Didik Dalam
37
1) 37
2) 40
B. Kerangka Berfikir..................................................................... 41
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 43
1. 43
2. 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. 44
1. Bentuk Penelitian 44
2. 45
C. 46
1. 46
2. Tempat dan Peristiwa ..................................................... 47
3. 48
D. Teknik 48
E. 49
1. 49
2. 51
3. 52
F. 53
G. Teknik Analisis Data 54
1. 54
2. 54
3. 55
4. 55
H. 55
1. Tahap Persiapan Penelitian 56
2. 56
3. 56
4. 56
5. 56
6. 56
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. 58
1. 58
2. Keadaan Umum Dinas Pendidikan Kabupaten
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. 62
1. Mengapa Terjadi Penyalahgunaan Wewenang Pejabat
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Terhadap
62
2. Dampak Terjadinya Penyalahgunaan Wewenang
Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
65
3. Solusi mengatasi Penyalahgunaan Wewenang Pejabat
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Terhadap
68
C. 74
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. 78
B. 79
C. 80
82
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4.
Jumlah Siswa Menurut Jenis Kelamin dan Kelas di SD
Jumlah Siswa Menurut Jenis Kelamin dan Kelas di SMP
Jumlah Siswa Menurut Jenis Kelamin dan Kelas di
44 60
61
61
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR Halaman
Gambar 1. 42
Gambar 2. Komponen- 55
Gambar 3. 57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
Lampiran 2.
Lampiran 3.
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
Lampiran 9.
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Pedoman Wawancara.........................................................
Trianggulasi Data ..................
Profil Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran
2011
Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan
FKIP
Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang ijin
Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor
Surat Permohonan Pengantar Ijin Penelitian dari Rektor
UNS Kepada
Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Kepada Dinas
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Dinas
......................
Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari
..........
85
88
114
117
120
128
129
130
131
132
133
134
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran. Pendidikan merupakan suatu proses pematangan jiwa untuk
membentuk kesanggupan berbuat yang positif di era globalisasi sehingga
pendidikan sangat penting untuk membentuk pribadi bagi manusia yang berakhlak
mulia, berdaya saing dan berkompeten di bidang masing-masing untuk
mewujudkan suatu keberhasilan dari pembangunan nasional.
Pendidikan sangat penting, maka para pendiri Negara Kesatuan Republik
Indonesia, mencanangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia
Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia dan untuk memajukan kesehjahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kebangsaan Indonesia itu
dalam bentuk undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Ind
telah termaktub tujuan didirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia salah
satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang berarti bangsa ini sangat
menghargai ilmu dan dalam mengakses pendidikan tidak dibeda-bedakan
terwakili dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya dalam
proses pendidikan tidak boleh ada diskriminasi harus bersifat adil bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Dalam batang tubuh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945 pasal 31 ayat (1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-
itu keluarlah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan lebih luas tentang fungsi dan
tujuan pendidikan, yang diamanatkan dalam Pasal 3 menyatakan bahwa:
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
tentang tujuan dan fungsi pendidikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan tidak hanya menjadikan anak bangsa yang cerdas, tetapi juga memiliki
keimanan dan berakhlak baik.
Kerjasama Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah dalam Pemenuhan Hak
pemenuhan hak anak dalam pendidikan merupakan tuntutan konstitusi atau
undang-undang. Selain itu pendidikan bagi anak adalah penentu kehidupan bangsa
di waktu mendatang. Mengabaikan pemenuhan hak anak dalam pendidikan tidak
hanya melanggar konstitusi atau undang-undang saja, tetapi yang lebih penting
adalah investasi pendidikan anak untuk masa depan bangsa di waktu mendatang.
Sehingga mengabaikan hak anak dalam pendidikan selain melanggar hukum,
tetapi juga telah mengabaikan pendidikan anak bangsa yang nantinya sebagai
generasi penerus bangsa. Akhirnya bangsa akan mengalami kerugian bahkan bisa
menjadi kemunduran, karena kurang memperhatikan bidang pendidikan.
Pendidikan merupakan sarana membangun intelektual anak bangsa. Kuat
atau tidaknya bangunan intelektual bangsa Indonesia di masa datang, tergantung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pada sukses atau tidaknya penyelenggaraan pendidikan. Maka dari itu pada tahun
2010 Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo telah mengesahkan Peraturan
Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Perda ini
dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan
penyelenggaraan pendidikan yang ada dalam Undang-Undang Nomor.20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 8 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 14 menyatakan bahwa :
Setiap satuan pendidikan berkewajiban :
a. Menjamin pelaksanaan hak-hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan tanpa membedakan status sosial dari orang tua/wali peserta didik;
b. Memfasilitasi dan bekerja sama dengan masyarakat pendidikan untuk menerapkan dan mengembangkan manajemen berbasis sekolah untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah dan manajemen berbasis masyarakat untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;
c. Merencanakan, menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Menyusun dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah serta pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dan berbasis masyarakat kepada pemerintah daerah dan Komite Sekolah/Madrasah;
e. Menyusun dan melaksanakan Standar Pengelolaan Pendidikan dan Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan;
f. Melaksanakan Standar Pelayanan Minimal;
g. Melaksanakan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Menciptakan lingkungan pendidikan yang bersih, tertib, indah, teduh, aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya kekerasan dan berbudaya akhlak mulia.
Kewajiban satuan pendidikan atau yang lebih di kenal Dinas Pendidikan di
Kabupaten Sukoharjo sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 14. Salah satunya adalah menjamin
pelaksanaan hak-hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan tanpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
membedakan status sosial dari orang tua/wali peserta didik, Namun masih ada
tenaga pendidikan yang khususnya dalam Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
masih belum bisa melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan. Padahal jika kita kaitkan dengan tujuan pendidikan
di atas maka ini tidak sesuai karena peserta didik adalah yang menjadi obyek
pendidikan yang akan dicerdaskan sebagai penerus generasi bangsa tetapi jika hak
peserta didik tidak dipenuhi secara langsung menghambat transfer ilmu kepada
peserta didik. Oleh karena itu diperlukan tenaga pendidikan dari pegawai Dinas
Pendidikan sampai pegawai sekolah termasuk guru-guru di dalamnya harus benar-
benar menyelenggarakan pendidikan dengan baik supaya tujuan dari pendidikan
itu sendiri bisa terwujud.
Dalam kenyataannya kinerja pejabat atau pegawai Dinas Pendidikan
Sukoharjo dinilai masyarakat masih kurang memuaskan dikarenakan masih
ditemukannya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pejabat Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo dalam pemenuhan hak anak atau hak peserta didik dalam
pendidikan, seperti pada kasus penyalahgunaan wewenang dana buku ajar yang
merupakan buku wajib untuk SD hingga SMK dengan jumlah 498.000 yang nilai
pengadaan buku ini mencapai 10 miliar berasal dari APBD tahun 2003 yang
bekerja sama dengan balai pustaka, kasus ini sudah sampai tahap putusan
hukuman kepada terdakwa. Selain itu kasus dugaan penyalahgunaan dana
beasiswa siswa miskin (BSM) di tahun 2009 dan 2010 sebesar Rp 3,4 Milyar yang
pemeriksaannya sedang bergulir dengan melakukan pemeriksaan bergilir oleh
Polres Sukoharjo kepada sejumlah kepala sekolah SD di semua wilayah di
Sukoharjo. Selain itu juga ditemukan kasus-kasus pungutan liar dan pemotongan
dana (Bantuan Operasional sekolah (BOS) yang dilakukan oknum pejabat Dinas
Pendidikan. (http://www.solopos.com) diakses pada tanggal 10 maret 2012.
Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh beberapa pejabat Dinas
Pendidikan diatas ditanggapi oleh Komisi IV DPRD Kabupaten Sukoharjo
dengan mendesak Bupati Sukoharjo untuk menindak tegas pelaku kasus beasiswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
siswa miskin (BSM), pungutan liar dan pemotongan dana (Bantuan Operasional
sekolah (BOS) untuk memberikan efek jera terhadap semua oknum pejabat, guru,
kepala sekolah di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo. Akhirnya
Bupati Sukoharjo menonaktifkan empat pejabat di lingkungan Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo yang tersandung kasus, dan sekarang telah berjalan
penahanan kepada Kepala Dinas Pendidikan yang juga ikut tersandung dalam
kasus beasiswa siswa miskin (BSM). (http://www.solopos.com) diakses diakses
pada tanggal 01 Januari 2012.
Untuk menyelenggarakan pendidikan yang sesuai tujuan pendidikan maka
diperlukan pemimpin yang baik. Menurut Sharplin (Syaiful Sagala, 2009)
pemimpin yang baik salah satu cirinya adalah memiliki sifat manusiawi. Jika
pemimpinnya melakukan tindakan tidak manusiawi seperti melakukan
penyalahgunaan wewenang maka akan berdampak pada pegawai di bawahnya.
Kalau dalam kasus penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat atau
pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo maka berdampak pada peserta
didik, pada sekolah dan wali murid atau masyarakat pada umumnya. Jika peserta
didik tidak diperlakukan manusiawi oleh para pejabat Dinas Pendidikan maka
para peserta didik akan melakukan perlawanan. Bentuk perlawanan yang paling
sederhana adalah tidak melaksanakan kewajibannya sebagai peserta didik secara
maksimal. Selain itu akan terjadi protes dari wali murid karena anaknya tidak
diperlakukan secara adil di sekolah. Dan sekolah menjadi tempat yang disalahkan
karena sekolah berinteraksi langsung dengan pserta didik, walaupun kesalahan
yang sebenarnya tidak pada sekolah tersebut.
Atas dasar fenomena tersebut, maka penulis menentukan judul penelitian :
Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Terhadap
Kabupaten Sukoharjo)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas
maka dapatlah dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian
ini, yaitu :
1. Mengapa terjadi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan
terhadap pemenuhan hak peserta didik?
2. Apa dampak penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap
pemenuhan hak peserta didik?
3. Bagaimana solusi untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas
pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan tentang:
1. Mengapa terjadi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan
terhadap pemenuhan hak peserta didik.
2. Dampak penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan terhadap
pemenuhan hak peserta didik.
3. Solusi untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan
terhadap pemenuhan hak peserta didik.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan tersebut di atas maka manfaat yang di harapkan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menjadi kajian referensi bagi pejabat Dinas Pendididikan dalam
upaya menanggulangi penyalahgunaan wewenang terhadap hak peserta
didik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Sebagai bahan yang dapat memberikan interpretasi tentang dampak dalam
penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan
hak peserta didik.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk menengetahui hak mereka
dalam pendidikan.
b. Memberikan masukan kepada masyarakat tentang hak peserta didik yang
harus dipenuhi Dinas Pendidikan.
c. Memberikan masukan kepada Dinas Pendidikan dalam upaya tercapainya
pemenuhan hak peserta didik.
d. Memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Sukoharjo solusi
untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan
terhadap pemenuhan hak peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas
Pendidikan
a. Wewenang
Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 3 dijelaskan
nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur dengan
undang- Dapat diartikan bahwa pemerintah yang mendapatkan
wewenang paling utama dalam menyelenggarakan pendidikan yang sesuai
tujuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Pengertian wewenang sendiri menurut Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia ewenang adalah
kekuasaan untuk bertindak, kewenangan; kekuasaan membuat keputusan,
hak mengambil keputusan; fungsi yang tidak boleh dilaksanakan.
Sewenang-wenang adalah dengan tidak memperhatikan hak orang lain;
dengan semau-
Menurut Miftah Thoha (2002: 140) pengertian wewenang yaitu: Kepemimpinan dalam organisasi memang selalu dimulai dari peranan formal. Peran ini diwujudkan dalam hirarki kewenangan. Kewenangan yang ada tersebut merupakan kekuasaan legitimasi. Artinya, kekuasaan yang melekat pada jabatan untuk meyakinkan bahwa individu yang berada dalam jabatan di bawahnya telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan yang ada. Seorang dengan kewenangan akan mempengaruhi orang-orang yang ada di bawah hirarkinya. Berdasarkan pengertian wewenang atau kewenangan adalah hak
dan kekuasaan untuk memerintah atau melimpahkan tanggung jawab
kepada bawahannya dengan prinsip sesuai dengan peraturan yang ada.
Pengertian dari penyalahgunaan wewenang berarti tindakan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
melaksanakan hak dan kekuasaan yang menjadi kewenangannya tetapi
tidak sesuai dengan peraturan yang ada atau tidak memperhatikan hak
orang lain.
Setiap pegawai atau pejabat dalam lembaga pemerintahan memiliki
wewenang seperti yang dimaksud di atas. Dalam melaksanakan tugasnya
harus selalu melaksanakan sesuai jalur kewenangannya tidak boleh keluar
dari kewenangan yang akibatnya terjadi kerugian disemua bidang.
b. Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan
Menurut Jeremy Pope (2007: 30), Pengertian penyalahgunaan
Dari beberapa masalah dalam dinas pendidikan yang
sudah di paparkan dalam latar belakang masalah tercermin dari seorang
pegawai, pejabat atau aparat pemerintah masih ada yang melakukan
tindakan yang tidak sesuai dengan kewenangannya.
Menurut Warsito Utomo (2005: tau aparat
harus kembali ke rel, ke jalurnya, apabila masih ingin dihargai oleh
masyar
dan abdi masyarakat; oleh karena itu semangat mengabdi kepada Negara
Agar menjadi pegawai yang baik, Sujamto (1989: 61) mengatakan
bahwa :
Manusia yang baik adalah empat sifat utama atau memenuhi empat syarat pokok, yaitu akhlak, amal, asih, arif yang lebih mudahnya disingkat 4A. Untuk menjadi pegawai yang baik terlebih dahulu dipenuhi kualifikasi sebagai manusia yang baik, Jadi syarat 4A harus lebih dahulu dipenuhi, Akan tetapi tidak semua orang yang baik akan menjadi pegawai yang baik. Untuk pegawai yang baik, seseorang harus mempunyai keahlian yang memadai di bidang yang bersangkutan dengan tugasnya. Maka syarat menjadi 5A , yaitu : akhlak, amal, asih, arif, dan ahli.
Penjelasan syarat menjadi pegawai di atas adalah akhlak berarti
setiap pegawai memiliki perilaku atau akhlak yang baik dalam perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sehari-hari maupun dalam pekerjaan sebagai pegawai. Amal berati dalam
perbuatan sehari-hari atau adalam menjadi pegawai harus mencerminkan
sebagai pegawai yang baik. Asih berarti memiliki sikap yang peduli
dengan orang lain atau memiliki jiwa penolong terhadap sesama. Arif
artinya selalu mau menerima masukan dari orang lain. Ahli berati
memiliki ketrampilan atau mengusai pekerjaan yang menjadi profesinya.
Miftah Thoha (20 Birokrasi kita
adalah birokrasi pancasila. Kalau kita memahami, meresapi, dan
melaksanakan Pancasila, maka tidak sulit kita menerapkan sikap dan
perilaku Pancasila tersebut di dalam birokrasi .
Sistem birokrasi Pancasila yang dimaksud Miftah Thoha (2002)
dalam pelaksanaan atau menjalankan tugas-tugasnya yang harus
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pelaksaanaan sila
Ketuhanan Yang Maha Esa dalam birokrasi yaitu percaya dan takwa
untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Karena jika
pemimpin mengamalkannya akan mempengaruhi keputusan, cara-cara
pelayanan dalam sistem birokrasi. Pelaksanaan sila Kemanusiaan yang adil
dan beradab dalam sistem birokrasi kita adalah menghargai, persamaan
derajat, hak, dan kewajiban manusia untuk memdapatkan pelayanan dalam
birokrasi kita tanpa dibeda-bedakan. Pelaksanaan sila Persatuan Indonesia
diwujudkan dengan menempatkan persatuan, kesatuan dan kepentingan
bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pelaksanaan
sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
musyawarah/perwakilan dengan cara-cara yaitu mengutamakan
kepentingan negara dan masyarakat umum, mengutamakan musyawarah
dalam mengambil keputusan untuk mencapai mufakat, dan setiap
keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa. Pelaksanaan sila terakhir Keadilan bagi seluruh rakyat
Indonesia adalah birokrasi tidak bersifat boros dan menjauhi pemerasan
terhadap orang lain, harus memiliki prinsip efisiensi dan efektifitas yang
dilaksanakan dengan manusiawi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Adapun karakteristik birokrasi tipe ideal Weber sebagai berikut :
1) Adanya pembagian tugas pekerjaan (division of labor) untuk masing-masing pegawai yang telah ditetapkan secara jelas dan dilaksanakan oleh pegawai yang memiliki keahlian khusus (specialized expert) dan bertanggung jawab bagi tercapainya tujuan secara efektif.
2) Adanya prinsip hirierarki dalam organisasi (the principle of hierarchy) di mana struktur organisasi yang di bawah berada dalam pengendalian dan pengawasan struktur organisasi diatasnya.
3) Pelaksanaan tugas di atur oleh sistem peraturan (system of rules/code) yang terus diberlakukan secara konsisten untuk menjamin adanya uniformitas kinerja setiap petugas dan tanggung jawab masing-masing pegawai pelaksanaan tugasnya.
4) Pegawai yang ideal adalah pegawai yang bekerja atas semangat formalistic impersonality atau sine era et studio, yaitu bekerja atas dasar ketidakpihakan kepada siapapun agar terlaksana pekerjaaan secara efisien, adanya persamaan dalam pelayanan administrasi.
5) Adanya sistem karier (career system) dalam pekerjaan. Peneriamaan pegawai didasarkan atas hasil seleksi terhadap kemampuan professionalnya dan promosi didasarkan atas senioritas atau prestasi dan sesuai dengan penilaian atasanya. Sistem karier ini berperan untuk menumbuhkan kesetiaan pada organisassi dan semangat kerjasama (esprit de corp) di antara pegawai (Leli Indah, 2007: 51).
Seorang pejabat atau birokrat yang memahami peranan birokrasi
maka tugas-tugas yang dibebankan kepada aparatur akan lebih tertib,
sehingga tidak akan terjadi penyelewengan atau penyimpangan (A.W
Widjaja, 1994). Untuk itu seorang pejabat khususnya dalam hal ini pejabat
Dinas Pendidikan harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan peranan
dan sesuai dengan alurnya. Seperti yang sudah diatur dalam Undang-
Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
dalam Bab III, prinsip penyelenggaraan pendidikan, pasal 4 adalah :
1) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.
3) Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peser ta d idik yang berlangsung sepan jang hayat
4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
didik dalam proses pembelajaran. 5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya
membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. 6) Pendidikan diselenggarakan dengan m emberdayakan semua
komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan penegendalian mutu pend id ikan.
Dalam Peraturan daerah Kabupaten Sukoharjo nomor 8 tahun
2010 tentang penyelenggaraan pendidikan, Pasal 14 berbunyi :
Setiap satuan pendidikan berkewajiban untuk:
i. Menjamin pelaksanaan hak-hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan tanpa membedakan status sosial dari orang tua/wali peserta didik;
j. Memfasilitasi dan bekerja sama dengan masyarakat pendidikan untuk menerapkan dan mengembangkan manajemen berbasis sekolah untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah dan manajemen berbasis masyarakat untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;
k. Merencanakan, menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
l. Menyusun dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah serta pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dan berbasis masyarakat kepada pemerintah daerah dan Komite Sekolah/Madrasah;
m. Menyusun dan melaksanakan Standar Pengelolaan Pendidikan dan Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan;
n. Melaksanakan Standar Pelayanan Minimal;
o. Melaksanakan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
p. Menciptakan lingkungan pendidikan yang bersih, tertib, indah, teduh, aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya kekerasan dan berbudaya akhlak mulia.
Sejalan dengan berlakunya undang-undang dan peraturan di atas,
tetapi kenyataanya masih terjadi kasus penyalahgunaan wewenang dan
korupsi yang dilakukan oleh pegawai atau pejabat dinas pendidikan.
Muhammad Munadi dan Barnawi (2011: 146) mengatakan bahwa korupsi
dalam bidang pendidikan dapat berupa beberapa hal, di antaranya seperti
uang suap yang diberikan orang tua kepada tenaga pendidikan atau guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
agar anaknya mendapatkan nilai dan hasil ujian yang baik, uang suap yang
diberikan oleh para guru kepada pejabat pemerintah daerah untuk
mendapatkan penempatan atau jabatan tertentu, penyelewengan dana
alokasi untuk memperoleh alat-alat pendukung dalam proses kegiatan
belajar mengajar, atau untuk pembangunan sekolah.
Dalam buku Meier, bentuk korupsi yang paling umum dalam
bidang pendidikan adalah:
1) Orangtua mungkin akan disarankan/dianjurkan untuk membeli buku atau alat bantu mengajar yang telah ditulis oleh guru anaknya, baik pada saat itu atau nanti.
2) Orangtua mungkin akan disarankan/dianjurkan untuk membayar biaya sekolah khusus, yaitu setelah jam sekolah, gurunya akan mengajar anaknya materi inti dari kurikulum yang diajarkan.
3) Orangtua mungkin akan diminta untuk memberikan sumbangan untuk dana pembangunan dan kegiatan ekstrakurikuler sekolah (Muhammad Munadi dan Barnawi, 2011: 147).
Adapun karakteristik yang harus ada dalam sistem pendidikan yang
terbebas dari tindakan korupsi atau penyalahgunaan wewenang, menurut
Heynemen sebagai berikut:
1) Kesamaan dalam memperoleh pendidikan. 2) Pemerataan dalam penyaluran kurikulum dan materi pendidikan. 3) Pemerataan dan transparasi pada kriteria pemilihan pelatihan yang
lebih tinggi dan khusus. 4) Kejujuran dalam akreditasi ketika semua institusi dinilai oleh para
penilai standar profesional yang ada terbuka untuk penelitian yang lebih umum.
5) Pemerataan dalam penerimaan fasilitas-fasilitas dan layanan pendidikan.
6) Pemeliharaan kepemimpinan standar professional oleh mereka yang mengatur institusi pendidikan dan mengajar di dalamnya, baik itu swasta atau pemerintah (Muhammad Munadi dan Barnawi, 2011: 145).
Dari beberapa penjelasan karakteristik sistem pendidikan yang
terbebas korupsi dan penyalahgunaan wewenang artinya yang harus
dimiliki seorang tenaga pendidikan atau pegawai pendidikan dalam
melaksanakan tugasnya harus bersikap adil, jujur dan amanat. Jika ketiga
ini dimiliki setiap pegawai pendidikan maka bentuk tindakan korupsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maupun penyalahgunaan wewenang dalam bidang pendidikan akan
berkurang bahkan tidak terjadi.
c. Sebab-sebab Penyalahgunaan Wewenang
Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan birokrat atau pejabat di
pengaruhi beberapa faktor salah satunya menurut Lasswell
mungkin melaksanakan kekuasaan berdasarkan sebuah agenda pribadi
(hidden agenda 87).
Kehidupan organisasi tidak ditentukan oleh desain legal-rasional yang
diterima sebelumnya, tetapi lebih ditentukan oleh reaksi-reaksi dari tipe-
tipe kepribadian yang berbeda-beda satu sama lain dan latar belakang
kehidupan sosial yang berbeda-beda.
Syed Hussein Alatas (1989: 46) menyatakan korupsi atau
penyalahgunaan wewenang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1) Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi
2) Kelemahan-kelemahan pengajaran agama dan etika 3) Kolonialisme 4) Kurangnya pendidikan 5) Kemiskinan 6) Tiadanya tindak hukuman yang keras 7) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi 8) Struktur pemerintahan 9) Perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit transisional
Faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan korupsi
dari psikologi adalah faktor intern (bakat) dan ekstern (sosiokultural),
maka bahwa kebiasaan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman
(kebudayaan, struktur sosial) akan menghasilkan sikap (B.Simanjuntak,
1981). Ini diartikan masalah korupsi adalah masalah sikap dan sikap
tersebut dipengaruhi struktur sosial yaitu kebudayaan, pengalaman, sejarah
perkembangan masyarakat.
Menurut Wijayanto (2009: 26), penyebab perilaku korupsi adalah
Willingness and Opportunity (Keinginan dan Kesempatan),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Discretionary, Monopoly, Accountability, and Value (Diskresi, Monopoli,
Akuntabilitas, dan Nilai-nilai), Cost and Benefit Analysis (Analisis Biaya
dan Manfaat), Principal Agent Problem, dan Supply and Demand
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Willingness and Opportunity (Keinginan dan Kesempatan)
Korupsi terjadi karena adanya keinginan untuk korup ini adalah faktor
internal. Selain itu juga dipengaruhi faktor eksternal yaitu adanya
kesempatan. Manusia dalam setiap aktivitas selalu berupaya
memaksimalkan manfaat dengan biaya seminimal mungkin atau
dikatakan mementingkan diri sendiri, inilah awal munculnya sifat
serakah pada diri manusia yang menjadi akar dari mentalitas korup.
Jadi setiap manusia memiliki benih kecenderungan untuk korupsi.
Upaya untuk menekan kesempatan untuk terjadinya korupsi bisa
dilakukan dengan memperbaiki sistem, misalnya dengan menerapkan
sistem yang accountable yaitu dengan contoh proses tender terbuka
terkait dengan pemesanan barang atau penentuan kontraktor.
2) Discretionary, Monopoly, Accountability, and Value (Diskresi,
Monopoli, Akuntabilitas, dan Nilai-nilai)
Diskresi adalah keluasaan kewenangan yang dimiliki seorang
pemimpin untuk mengambil keputusan, jadi semakin besar diskresi
maka semakin besar pula potensi pemimpin untuk melakukan korupsi.
Upaya untuk mengurangi diskresi dengan mengeluarkan job
description yang jelas kepada pejabat publik atau staf lainnya.
Monopoli adalah dalam institusi pemerintah, pegawai pemerintah
yang menjadi pemegang monopoli, maka mereka mudah
menyalahgunakan wewenang yang mereka miliki, penyalahgunaan
yang mereka lakukan bisa berupa mengurangi jumlah, mengurangi
kualitas, atau bahkan tidak memberikan layanan sama sekali. Salah
satu upaya untuk mengurangi praktek monopoli dengan cara
mentransformasi monopoli menjadi kompetisi, yaitu misalnya dalam
pelayanan publik dengan menyediakan beberapa kantor pelayanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
publik sehingga publik memiliki pilihan, dan akan mengurangi sifat
monopoli pegawai dalam pelayanan. Akuntabilitas adalah sebagai
kewajiban untuk menjelaskan suatu perbuatan atau keputusan yang
diakibatkan oleh diskresi yang dimiliki seorang individu, jadi seorang
birokrat harus diberi diskresi dulu baru dituntut untuk akuntabel.
Nilai-nilai adalah nilai-nilai dalam masyarakat mempengaruhi sudut
pandang tentang korupsi.
3) Cost and Benefit Analysis (Analisis Biaya dan Manfaat)
Manusia adalah makhluk rasional yang selalu mengambil tindakan
berdasarkan insentif yang diterima, jadi koruptor memutuskan untuk
melakukan korupsi jika insentif untuk korup lebih besar daripada
insentif untuk jujur, atau dalam kata lain biaya yang ditanggung atas
perbuatan korup lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh atas
korupsi yang dilakukan. Upaya untuk menurunkan manfaat korupsi,
misalnya dalam kasus pelayanan publik, bisa dilakukan dengan
menurunkan biaya administrasi dan meningkatkan kecepatan
pelayanan publik.
4) Supply and Demand
Supply adalah produksi barang dan jasa, demand yaitu kebutuhan dari
para konsumen. Fenomena korupsi juga dapat dianalisis
menggunakan prinsip tersebut. Korupsi identik dengan jasa yang
diperjualbelikan antara penjual dan pembeli, hanya saja, korupsi
merupakan produk yang merugikan siapa pun yang tidak terlibat
dalam transaksi. Strategi untuk mengurangi supply korupsi di
antaranya : meningkatkan gaji para birokrat, memperketat peraturan
dan mengawasi implementasinya, menerapkan kode etik, membuka
pusat aduan bagi publik dengan menjaga kerahasiaan pelapor, rotasi
atau mutasi karyawan secara periodik untuk mencegah korupsi
sistematik, serta memperberat hukuman bagi para birokrat korup.
Sedangkan strategi untuk mengurangi demand korupsi dapat
dilakukan dengan cara : menyederhanakan berbagai peraturan terkait
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan pelayanan publik kepada masyarakat, membuka beberapa
kantor untuk jenis pelayanan yang sama, mengurangi interaksi
langsung antara publik dan pegawai pemerintah, pengembangan
sistem pelayanan online, memperberat hukuman bagi penyuap yang
tertangkap, mengurangi pembayaran menggunakan kas, diupayakan
pembayaran melalui transfer, cek, atau credit card sehingga alur dana
dapat dilacak.
5) Principal Agent Problem
Principal adalah pihak yang merupakan pemilik dari suatu intstitusi
pemerintahan atau perusahaan, sedangkan agent adalah staf yang
ditunjuk untuk mengelola dan menjalankan aktivitas. Dalam banyak
kasus, tidak semua informasi yang dimiliki oleh agent juga dimiliki
oleh principal sehingga sangat memungkinkan bagi agent untuk
memanifulasi data atau informasi untuk kepentingan dirinya. Upaya
yang dilakukan untuk menekan agency problem menggunakan empat
pendekatan, yaitu pendekatan pengacara, pendekatan pengusaha,
pendekatan pasar atau ekonom, pendekatan budaya.
d. Dampak Penyalahgunaan Wewenang
Menurut Juniadi Seowartojo (1997: 20) bahwa dampak negatif
permasalahan korupsi meliputi beberapa aspek, yakni :
Politik dan ekonomi sosial
2) Organisasi atau administrasi sosial
3)
Penyalahgunaan wewenang atau korupsi dalam dunia pendidikan
sangat merugikan karena sangat berdampak pada masa depan dalam
bidang sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Dampak dalam bidang
sosial dan ekonomi diartikan jika terjadi korupsi dalam bidang pendidikan
maka kehidupan masyarakat akan semakin menurun jika dilihat dari segi
ekonomi maupun sosial, karena banyak anak-anak bangsa yang kurang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendapatkan fasilitas pendidikan bahkan mereka putus sekolah, akibatnya
mereka akan menjadi anak jalanan atau pengangguran dan akhirnya
menambah jumlah warga miskin dinegeri ini.
Korupsi dalam bidang pendidikan dapat juga mempunyai efek non-
ekonomi yang berarti pada suatu negara. Menurut Weidman dan
Enkhjargal efek tersebut antara lain :
2) Kerugian ekonomi
3) Ketidaksamaan sosial
(Muhammad Munadi dan Barnawi, 2011: 145)
Berdasarkan penjelasan di atas bisa diketahui bahwa jika terjadi
penyalahgunaan wewenang atau korupsi dalam bidang pendidikan maka
berakibat pada tidak terealisasikannya dan tidak selesainya suatu
program-program atau kebijakan-kebijakan dalam bidang pendidikan. Ini
juga akan berakibat kondisi ekonomi dan sosial suatu bangsa. Daerah
yang tingkat kesuksesan program pendidikan lebih tinggi akan berbeda
kondisi ekonomi dan sosialnya dengan daerah yang kurang bisa
melaksanakan program pendidikan.
Menurut Muhammad Munadi dan Barnawi (2011: 146) Beberapa
dampak dari korupsi dalam bidang pendidikan antara lain :
1) Korupsi dalam dunia pendidikan itu lebih merusak/membahayakan ketimbang korupsi di dalam bidang yang lain karena berdampak jangka panjangya.
2) Korupsi mengancam persamaan akses, kuantitas, dan kualitas pendidikan
3) Pihak yang paling merasakan akibat utamanya adalah orang-orang miskin, yang bila tanpa akses pendidikan atau hanya dengan pendidikan kualitas rendah, mereka hanya memiliki sedikit kesempatan untuk keluar dari kemiskinannya.
4) Korupsi ini bertentangan dengan salah satu tujuan utama pendidikan, yaitu menciptakan masyarakat yang hormat/tunduk pada hukum dan hak asasi manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5) Apabila generasi muda akhirnya percaya bahwa usaha dan kejujuran seseorang tidak menjamin, serta kesuksesan dapat diraih dengan manipulasi/penyalahgunaan, pilih kasih, dan penyuapan, fondasi sosial yang mendasar telah terguncang.
Dampak yang ditimbulkan karena korupsi dalam bidang
pendidikan bisa disimpulkan bahwa para pejabat atau pegawai di institusi
pendidikan yang melakukan korupsi atau penyalahgunaan selain
merugikan keuangan negara juga berdampak pada mental anak yang tidak
percaya lagi akan pentingnya kejujuran karena pegawai pendidikan bahkan
gurunya sendiri melakukan tindakan melanggar hukum yang berati tidak
memberi contoh kepada peserta didik dengan tindakan jujur dan tidak
melanggar hukum.
e. Mengatasi Penyalahgunaan Wewenang Menurut Pakar
Dalam mengatasi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh
pejabat publik harus dimulai dengan mengubah susunan organisasi dan
program-program publik agar lebih efisien. Program-program yang
dimaksud adalah program yang bisa memberi peluang para pejabat publik
untuk menyalahgunakan wewenang dan program yang hanya
menguntungkan pribadi dari pejabat publik.
Perubahan akan memperkecil insentif untuk memberi suap dan
memperkecil jumlah transaksi dan memberi peluang masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan publik yang baik.
Perubahan untuk mengurangi perilaku korupsi menurut Jeremy
Pope yaitu:
Perubahan dapat dilaksanakan dengan menyerdehanakan prosedur untuk mendapatkan surat izin dari pemerintah, ini akan dapat memperkecil peluang bagi pegawai negeri untuk dengan sengaja memperlambat kerja, dan memperkecil wewenang mengambil keputusan sendiri, yang merupakan tanah subur bagi perilaku korupsi (Jeremy Pope, 2007: 12).
Upaya-upaya untuk mengatasi korupsi menurut Jeremy Pope
(2007: 22). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Kemauan dari pihak pemimpin untuk memberantas korupsi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pencegahan korupsi dengan perbaikan sistem.
3) Menegakkan dan menanamkan undang-undang anti korupsi yang
menyeluruh
4) Meninjau kembali dan mengidentifikasi kegiatan pemerintahan yang
paling mudah menimbulkan rangsangan untuk korupsi.
5) Memastikan bahwa gaji pegawai negeri sesuai dengan tanggung
jawabnya dan tidak jauh berbeda dari gaji di sektor swasta.
6) Penelitian mengenai upaya perbaikan hukum dan administrasi agar
mampu sebagai penangkal korupsi.
7) Menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat sipil
(termasuk sektor swasta, profesi, organisasi keagamaan)
8) Menjadikan korupsi adalah perbuatan yang beresiko tinggi dan
berlaba rendah.
9) Mengembangkan gaya manajemen yang selalu berubah untuk
memperkecil tindakan korupsi .
Dalam pemberantasan korupsi atau menanggulangi tindakan
korupsi perlu adanya kerjasama yang tidak bisa dipisahkan antara
pemerintah dan masyarakat sebagai sosial kontrol dalam menstabilkan
sistem perekonomian, jaminan hari tua, penyempurnaan aparat,
administrasi Negara dan perusahaan, karena permasalahan korupsi
melibatkan para pejabat pemerintah itu sendiri sehingga sukar untuk
memberantasnya sehingga perlu kerjasama dari masyarakat sebagai sosial
kontrol (B.Simanjuntak, 1981).
Menurut B.Simanjuntak (1981: 314) berpendapat bahwa :
Seandainya ada etikat yang sungguh-sungguh dari orang yang berwenang
memberantasnya, maka indikator untuk memeriksa seseorang dalam
pemberantasan korupsi, sebagai berikut :
Pertambahan kekayaan pejabat sesudah memangku jabatan baru
2) Perbandingan antara income dan konsumsi
3)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Upaya untuk mengatasi dan menanggulangi penyalahgunaan
wewenang atau korupsi bisa dilakukan dengan tindakan preventif dan
represif. Menurut Juniadi Soewartojo (1997: 80), langkah-langkah
preventif pemberantasan korupsi meliputi :
1) Penyempurnaan struktur dan prosedur administrasi negara; 2) Penyempurnaan prosedur dan pengawasan pembelian pemerintah; 3) Larangan penerimaan retour komisi; 4) Inventarisasi kekayaan negara; 5) Pengawasan yang bersifat preventif dan reprensif agar benar-benar
dilaksanakan; 6) Pengaturan kembali mengenai penjualan rumah dinas dan larangan
penyewaan barang-barang milik negara; 7) Keharusan pejabat atau petugas resmi menyimpan pendapatan valuta
asing yang diterimanya pada bank pemerinatah di dalam negeri serta memberikan keterangan tentang penyimpanannya;
8) Perlu pengawasan yang lebih ketat terhadap kegiatan bea cukai dan pajak;
9) Penertiban penyimpanan uang negara.
Upaya tindakan preventif adalah masih upaya pencegahan sebelum
tindak korupsi terjadi dengan cara-cara yang sudah disampaikan diatas.
Upaya preventif berarti upaya mencegah sebelum terjadi.
Strategi pemberantasan korupsi dengan upaya-upaya preventif
menurut Erry Riyana Harjapamekas dan Aan Rukmana adalah dengan
cara:
1) Memperkuat DPR; 2) Memperkuat MA dan jajaran pengadilan dibawahnya; 3) Membangun kode etik di sektor publik; 4) Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi dan
asosiasi bisnis; 5) Kampanye untuk menciptakan nilai anti korupsi secara nasional; 6) Menyempurnakan manajemen SDM dan peningkatan gaji pegawai
negeri; 7) Mengharuskan pembuatan perencanaan strategis dan laporan
akuntabilitas sektor pemerintahan; 8) Meningkatkan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen; 9) Menyempurnakan manajemen aktiva tetap milik Negara; 10) Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; dan 11) Melakukan upaya preventif lainnya dan perencanaan lebih detail
(Wijayanto dan Ridwan Zachrie, 2009: 621).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut Juniadi Soewartojo (1997: 82) Penindakan korupsi secara reprensif (punitive), diperlukan prosedur penuntutan yang dapat dilakukan secara cepat, efektif, bebas dan tidak memihak, dan lagi pula tidak dilakukan perlindungan atau menutup-nutupi kasus korupsi meskipun terhadap pejabat tinggi.
Strategi pemberantasan korupsi dengan upaya-upaya reprensif
menurut Erry Riyana Harjapamekas dan Aan Rukmana adalah dengan
cara:
1) Pembentukan lembaga antikorupsi (Pembentukan KPK); 2) Penyidikan, penuntutan, dan peradilan beberapa koruptor besar; 3) Penentuan jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas; 4) Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik; 5) Penelitian dan evaluasi proses penanganan korupsi dalam system
peradilan pidana secara berkelanjutan; 6) Pemberlakuan sistem pemantauan proses penyelesaian tindak pidana
korupsi secara terpadu; 7) Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya; 8) Pengaturan kembali definisi tugas penyidik dan PPNS (Wijayanto dan
Ridwan Zachrie, 2009: 623).
Dalam tindakan reprensif penanggulangan dan mengatasi
penyalahgunaan wewenang atau korupsi, bisa diartikan adalah upaya
tindakan kejutan (shock therapy) untuk para pelaku tindakan korupsi
dengan cara menindak dengan hukum yang berlaku tanpa melihat siapa
yang melakukan korupsi.
Berdasarkan GONE Theory yang dikemukakan oleh Jack Bologne,
upaya-upaya untuk mencegah terjadinya G-O-N-E (Greeds-Opportunities-
Needs-Exposures) Mengendalikan
keserakahan, meminimalkan kesempatan, memperhatikan kebutuhan
31).
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Agar Greeds/Keserakahan dapat dikendalikan dan tidak muncul :
a) Mendorong pelaksanaan ibadah umat beragama di Indonesia
secara benar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Perbaikan sistem pendidikan,
c) Menumbuhkan nilai moral dan nilai malu korupsi secara nasional,
dan pembenahan kode etik profesi.
2) Agar menutup dan meminimalkan kesempatan (Opportunities)
seseorang melakukan kecurangan :
a) Perlu keteladanan dari pimpinan setiap organisasi yang ada,
b) Peningkatan kualitas penerapan pengawasan melekat (sistem
pengendalian managemen) didalam setiap organisasi.
c) Menyusun standar pelayanan kepada masyarakat yang memenuhi
harapan masyarakat dan meningkatkan secara berkelanjutan.
d) Membangun kepemimpinan/leadership yang tangguh dan,
e) Sistem managemen yang trasparan.
3) Agar diperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan (needs)
individu untuk menunjang hidupnya :
a) Pendapatan/gaji yang seimbang dengan kinerja yang ditunjukan
di dalam organisasi,
b) Fasilitas transportasi dan sekolah yang mendukung dan
c) Pelayanan yang memadai.
4) Agar terhadap pengungkapan (Exposures) berkaitan tindakan
kecurangan dapat dipastikan akan menghadapi tindakan atau
konsekuensi yang tegas :
a) Adanya pranata hukum yang jelas dan tegas,
b) Pelakasanaan sanksi yang tegas dan konsisten,
c) Penyuluhan dan penyebarlusan produk hukum, dan
d) Adanya suatu badan anti korupsi atau pemberdayaan badan-badan
yang ada dengan kewenangan yang memadai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Tinjauan Tentang Aturan Hukum Tentang Penyalahgunaan
Wewenang
a. Ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Setelah adanya Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Maka menurut asas hukum lex specialis de rogaat legi
generalis yang artinya ketentuan khusus yang mengesampingkan
ketentuan umum, dengan demikian ketentuan pidana dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana pasal 415-425 tidak berlaku sepanjang
yang sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, yang antara lain pasal-pasal yang berkaitan dengan
penyalahgunaan wewenang pejabat sebagai berikut :
1) Rumusan Pasal 3
Setiap orang yang tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang
lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau
perekonomian Negara, dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)
2) Rumusan Pasal 8
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak Rp 750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah),
pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk
sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat
berharga yang disimpan karena jabatannya, atau membiarkan uang
atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang
lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut.
3) Rumusan Pasal 9
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lama puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara
waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang
khusus untuk pemeriksaan administrasi.
4) Rumusan Pasal 10
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 7 (tujuh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp
100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling banyak Rp
350.000.000,00 (tiga ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau orang selain pegawai negeri yang diberi tugas menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau sementara waktu,
dengan sengaja
a) menggelapkan , menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan
untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang
berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; atau
b) membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar tersebut; atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan,
merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta,
surat, atau daftar tersebut.
5) Rumusan Pasal 11
Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp
250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) pegawai negeri
atau penyelenggara Negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji
tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang
berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang
yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan
jabatanya.
6) Rumusan Pasal 12
Dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua
ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah)
a) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa
hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya,
yang bertentangan dengan kewajibannya;
b) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah
tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah
melakukan atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya
yang bertentangan dengan kewajibannya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) hakim yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau
patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk
mempengaruji putusan perkara yang diserahkan kepadanya
untuk diadili;
d) seseorang yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri
sidang pengadilan, menerima hadiah atau janji, padahal
diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut
untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan, berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada
pengadilan untuk diadili;
e) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan
maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hokum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya
memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau
menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
menegrjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
f) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta, menerima, atau memotong
pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
yang lain atau kepada kas umum, seolah-olah pegawai negeri
atau penyelenggara negara yang lain atau kas yang lain
mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal
tersebut bukan merupakan utang;
g) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, meminta atau menerima barang, seolah-
olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui
bahwa hal tersebut bukan merupakan utang;
h) pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu
menjalankan tugas, telah menggunakan tanah negara yang di
atasnya terdapat hak pakai, seolah-olah sesuai dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
peraturan perundang-undangan, telah merugikan orang yang
berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan;atau
i) pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung
maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam
pemborongan , pengadaan, atau persewaan, yang pada saat
perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan mengurus
atau mengwasinya.
3. Tinjauan Tentang Kepemimpinan Dalam Organisasi
Pendidikan
a. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Abdul Azis Wahab (2008: 132) mengemukakan bahwa:
Kepemimpinan berarti kemampuan dan kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, mengarahkan, dan kalau perlu memaksa orang atau kelompok agar menerima pengaruh tersebut dan selanjutnya berbuat sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu tujuan yang ditetapkan.
Sudarwan Danim (2010: 6) mengemukakan bahwa
kelompok untuk mengkoordinasi dan member arah kepada individu atau
kelompok lain yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai
tujuan-
kemampuan dan kegiatan mencoba untuk mempengaruhi orang lain
disekitarnya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai
anggota organisasi denagn berhasil mencapai tujuan usaha pendidik
pendidikan merupakan kemampuan untuk menggerakkan pelaksana
pendidikan, sehingga tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dapat
(Abdul Azis Wahab 2008: 133).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b. Tipe-tipe Kepemimpinan
Pemimpin dalam bidang pendidikan harus memiliki bentuk sikap
memimpin, tingkah laku yang baik. Abdul Azis Wahab mengungkapkan
anggota-anggota staf, sifat hubungan kemanusiaan di antara semuanya
dan mempengaruhi kualitas hasil kerja yang dicapai oleh lembaga
Berdasarkan konsep, sifat, sikap dan cara-cara memimpin. Abdul Aziz
Wahab (2008: 134) mengklasifikasikan empat tipe kepemimpinan
laissez-faire, tipe demokratis dan tipe
pseudo-
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tipe otoriter
Dalam tipe kepemimpinan otoriter, pemimpin bertindak
sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Bagi
pemimpin otoriter, memimpin adalah memaksa dan menggerakkan
anggota-anggota kelompok untuk mengikuti, mematuhi dan
menjalankan perintah pemimpin bahkan tidak boleh membantah atau
mengajukan saran. Kekuasaan pemimpin yang otoriter hanya dibatasi
oleh undang-undang. Pemimpin yang otoriter tidak menghendaki rapat
atau musyawarah.
2) Tipe laissez-faire
Dalam tipe ini kepemimpinan, pemimpan tidak melaksanakan
tugasnya sebagai pemimpin. Pemimpin dalam tipe ini membiarkan
bawahannya berbuat sekehendaknya dan sama sekali tidak
memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan bawahannya.
3) Tipe demokratis
Tipe kepemimpinan ini berbanding terbalik dengan tipe
otoriter. Pemimpin dalam tengah-tengah anggota kelompok.
Pemimpin yang demokratis selalu berusaha menstimulasi anggota-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
anggotanya untuk bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan
bersama. Pemimpin yang demokratis selalu menerima saran-saran,
kritikan dari anggota kelompoknya, sebagai bahan pertimbangan
dalam tidakan-tindakan selanjutnya.
4) Tipe pseudo-demokratis
Tipe ini disebut juga demokratis semu. Pemimpin dalam tipe
ini hanya tampaknya saja bersikap demokratis padahal sebenarnya dia
bersikap otokratis. Misalnya pemimpin memiliki ide-ide atau pikiran
untuk lembaga yang dipimpin, lalu pemimpin melakukan musyawarah
atu diskusi dengan anggotanya, namunsituasi dalam musyawarah
sudah diciptakan sedemikian rupa sehingga akhirnya anggota dipaksa
menerima ide-ide atau pemikiran tersebut.
c. Prinsip-prinsip Kepemimpinan
Untuk membantu pemimpin mengetahui dan melakukan
tindakan kepemimpinan yang baik, Sudarwan Danim menjelaskan
tentang prinsip-prinsip kepemimpinan yang perlu diterapkan sebagai
berikut :
Pemimpin mampu mengenal perbaikan diri sendiri dan mencari perbaikan diri, pemimpin harus mahir secara teknis, pemimpin harus bertanggung jawab atas tindakan yang diambil, pemimpin harus menjadi diri pribadi sebagai teladan yang baik bagi bawahannya, sebagai pemimpin harus mengetahui bagaimana berkomunikasi tidak hanya kepada bawahan, tapi juga dengan senior, pemimpin mampu memastikan bahwa tugas-tugas dimengerti, diawasi, dan dicapai dengan mengunakan kemampuan penuh organisasi (Sudarwan Danim 2010: 33).
d. Fungsi Kepemimpinan
Menurut Abdul Azis Wahab (2008: 133) fungsi utama pemimpin
pendidikan antara lain :
1) Pemimpin membantu terciptanya suasana persaudaraan, kerjasama, dengan penuh rasa kebebasan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Pemimpin membantu kelompok untuk mengorganisir diri yaitu ikut serta dalam memberikan rangsangan dan bantuan kepada kelompok dalam menetapkan dan menjelaskan tujuan.
3) Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur kerja, menetapkan prosedur mana yang paling praktis dan efektif.
4) Pemimpin bertanggungjawab dalam mengambil keputusan bersama dengan kelompok. Pemimpin memberi kesempatan kepada kelopok untuk belajar dari pengalaman. Pemimpin mempunyai tanggungjawab untuk melatih kelompok menyadari proses dan isi pekerjaan yang dilakukan dan berani menilai hasilnya secara obyektif dan jujur.
5) Pemimpin bertanggungjawab dalam mengembangkan dan mempertahankan eksistensi organisasi.
e. Syarat dan Komponen Kepemimpinan
Pemimpin pendidikan untuk memangku jabatan yang dapat
melaksanakan tugas-tugasnya dan memainkan peranannya sebagai
pemimpin yang baik dan sukses, maka menjadi pemimpin yang baik harus
memiliki persyaratan jasmani, rohani, ekonomi, sosial dan moralitas yang
layak. Menurut Abdul Azis Wahab (2008: 136) persyaratan kepribadian
pemimpin yang baik :
1) Rendah hati dan sederhana 2) Bersikap suka menolong 3) Sabar dan memiliki kestabilan emosi 4) Percaya kepada diri sendiri 5) Jujur, adil dan dapat dipercaya 6) Keahliahan dalam jabatan
Adapun komponen kepemimpinan pendidikan menurut Syaiful
Sagala (2009: 148) adalah :
1) proses rangkaian tindakan dalam sistem pendidikan 2) mempengaruhi dan memberi teladan 3) memberi perintah dengan cara persuasi dan manusiawi tetapi tetap
menjunjung tinggi disiplin dan aturan yang dipedomani 4) pengikut mematuhi perintah sesuai kewenangan dan tanggung jawab
masing-masing 5) menggunakan authority dan power dalam batas yang dibenarkan 6) menggerakan atau mengarahkan semua personel dalam institusi guna
menyelesaikan tugas sehingga tercapai tujuan, meningkatkan hubungan kerja di antara personel, membina kerjasama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menggerakan sumberdaya organisasi, dan memberikan motivasi kerja.
f. Kepemimpinan yang baik
Kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang membuat orang
lain bersedian mengikutinya. Dalam kepemimpinan maka membutuhkan
seorang pemimpin yang baik dan efektif. Adapun Sudarwan Danim
mengungkapkan ciri-ciri pemimpin yang baik dan efektif dapat dijelaskan
antara lain :
Memiliki kejujuran untuk meningkatkan derajat kredibilitas pemimpin dan keyakinan banyak orang kepada mereka, selalu menepati janji dan melaksanakan komitmen mereka, memastikan tindakan-tindakan mereka konsisten, memiliki gagasan yang jelas, mengakui kesalahan, selalu menciptakan iklim saling percaya dan terbuka, membantu orang lain untuk menjadi sukses dan merasa diberdayakan, mendorong anggota untuk berbuat lebih banyak, menyingsingkan lengan baju mereka, pemimpin menunjukan anggota mereka tidak hanya sebagai boneka atau pengambil keputusan, menghindari ungkapan yang menimbulkan kebencian, keengganan, dan resistensi (Sudarwan Danim, 2010: 37).
Ciri-ciri pemimpin yang baik, menurut Santa Clara University dan
Tom Peters Group, adalah :
Honest atau tulus.
2) Competent atau kompeten.
3) Forward-looking atau memandang kedepan
4) Inspiring atau menginspirasi.
5) Intelligent atau cerdas.
6) Fair-minded atau bersikap adil.
7) Broad-minded atau berwawasan luas.
8) Courageous atau berani.
9) Straightforward atau cekatan..
10) Imaginative atau imajinatif (Sudarwan Danim, 2010: 38).
Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1) Honest atau tulus. Tunjukan ketulusan, integritas, dan kejujuran dalam
semua tindakan pribadi sebagai pemimpin. Perilau menipu tidak akan
menumbuhkan kepercayaan.
2) Competent atau kompeten. Dasar tindakan pemimpin adalah alasan dan
prinsip-prinsip moral. Jangan membuat keputusan berdasarkan
keinginan kekanak-kanakan atau perasaan emosional.
3) Forward-looking atau memandang kedepan. Tetapkan tujuan dan
milikilah visi masa depan. Visi harus dimiliki seluruh komunitas
organisasi.
4) Inspiring atau menginspirasi. Tujukan kepercayaan dalam segala hal
yang dilakukan. Dengan menunjukan ketahanan mental, fisik, spiritual,
dan stamina, pemimpin akan mengilhami orang lain untuk mencapai
ketinggian baru.
5) Intelligent atau cerdas. Membaca, belajar, dan mencari tugas yang
menantang adalah ciri khas.
6) Fair-minded atau bersikap adil. Tunjukkan perlakuaan yang adil bagi
semua orang. Prasangka adalah musuh dari keadilan. Tampilan empati
dengan menjadi peka terhadap perasaan, nilai-nilai, minat, dan
kesejahteraan orang lain.
7) Broad-minded atau berwawasan luas. Jadilah pemimpin yang berpikir
komprehensif, menerima keragaman, dan tidak menggunakan kacamata
kuda dalam berpikir dan bertindak.
8) Courageous atau berani. Tampilkan kegigihan untuk mencapai tujuan
tanpa hambatan, karena semua dapat diatasi. Tampilkan ketenangan dan
kepercayaan diri ketika berada di bawah stress.
9) Straightforward atau cekatan. Gunakan penilaian untuk membuat
keputusan yang baik pada waktu yang tepat.
10) Imaginative atau imajinatif. Bertindaklah tepat waktu dan sesuai dengan
perubahan rencana dan metode yang ada dalam pemikiran. Tunjukkan
kreativitas dengan memikirkan tujuan, ide, dan pemecahan masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
baru dan lebih baik. Ini hanya bisa ditampilkan oleh pemimpin yang
tidak hanya imajinatif, melainkan juga inovatif.
Menurut Sudarwan Danim (2010: 41), lima tips kepemimpinan yang
efektif yaitu :
1) Berkomunikasi secara jelas dan rutin. Jelaskan secara rinci tujuan dan prinsip-prinsip perusahaan, pernyataan misi dan tetaplah berbagi visi dengan karyawan.
2) Melibatkan karyawan dalam menetapkan tujuan. Memberi karyawan umpan balik tentang bagaimana mereka menemukan kemajuan menuju target tersebut.
3) Beri otoritas orang-orang yang dipimpin, kemudian bangunkanlah tanggung jawab mereka. Tapi jangan menghindar bila secara pribadi ada sesuatu yang salah dari bawahan. Cari tahu dulu penyebabnya, jika ada proses yang salah.
4) Bertanggungjawab sendiri. Menginstal sebuah dewan penasihat atau tim eksekutif untuk membantu pimpinan membuat keputusan strategis yang baik dan memberikan umpan balik tentang kinerja diri sendiri.
5) Dapat dipercaya dan memperluas kepercayaan kepada karyawan. Hal ini akan membantu pimpinan memperoleh kesetiaan dari karyawan dan memperkuat perusahaan.
4. Tinjauan Tentang Hak Peserta Didik
1. Pengertian Peserta Didik
Pengertian peserta didik menurut Undang-Undang RI Nomor 20
tahun 2003, Bab I ketentuan umum, Pasal 1 adalah anggota masyarakat
yang berusaha mengembangkan potensi melalui proses pembelajaran yang
tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
Oemar Hamalik mendefinisikan bahwa peserta didik sebagai
suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya
diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang
berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional (Riduwan, 2009:
205).
Sedangkan Abu Ahmadi mengatakan bahwa peserta didik adalah sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya), individu diartikan orang-seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-benar seorang pribadi yang menentukan diri-sendiri dan tidak dipaksa dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri (Riduwan, 2009: 205).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Peserta Didik Sebagai Warga Negara
1) Hak Warga Negara Dalam Pendidikan
Pendidikan sangat berperan dalam kemajuan bangsa
Indonesia. Tanpa pendidikan dunia buta, untuk mewujudkan
pendidikan seutuhnya perlu disertai terwujudnya hak-hak warga
dalam dunia pendidikan :
a) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan (pasal 31
ayat 1 UUD 1945)
b) Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan yang bermutu (pasal 5 UU RI No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
c) Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,
intelektual dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan
khusus (pasal 5 UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional)
d) Warga negara di daerah terpencil atau terbelakang serta
masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan
layanan khusus (pasal 5 UU RI No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional)
e) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus (pasal 5 UU
RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
f) Setiap warga negara berhak mendapatkan kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat (pasal 5 UU RI
No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
g) Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan
pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan
pendidikan anaknya (pasal 7 UU RI No.20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h) Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan
(pasal 8 UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional)
Peran serta warga negara yaitu masyarakat dan orang tua
adalah yang utama dalam proses pencapaiaan tujuan pendidikan.
Peran serta antara sekolah dengan orang tua dan masyarakat harus
terjadi secara sinergis, terpadu dan selaras untuk memacu anak
didiknya di sekolah. Dalam pendidikan dalam era demokrasi yang
menjadi sasaran adalah warga Negara dan yang menjadi pengawas
juga warga negara, pemerintah hanya menjadi fasilitator dengan
membuat program-program untuk pencapaian tujuan pendidikan.
2) Kewajiban Warga Negara Dalam Pendidikan
Di negara Indonesia sudah ada peraturan perundang-
undangan yang mengatur tentang pendidikan. Didalam peraturan
perundang-undangan juga diatur tentang kewajiban warga negara
dalam pendidikan antara lain :
a) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dan
pemerintah wajib membiayainya (UUD 1945 Pasal 31 ayat 2).
b) Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap
keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan (pasal 6 UU No
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
c) Orang tua dari anak usia wajib belajar, berkewajiban
memberikan pendidikan dasar kepada anaknya (pasal 7 UU No
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
d) Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya
dalam penyelenggaraan pendidikan (pasal 9 UU No 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Hak Dan Kewajiban Peserta Didik Dalam Pendidikan
1) Hak Peserta Didik Dalam Pendidikan
Dalam dunia pendidikan yang menjadi obyek dari semua
program pendidikan yang sudah dibuat oleh pemerintah adalah
peserta didik. Maka dari itu peserta didik memiliki hak dalam
proses pendidikan yaitu :
a) Di dalam pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :
Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: (1) mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang
dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama; (2) mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan
bakat, minat, dan kemampuannya; (3) mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; (4) mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang
tuanya tidak mampu membiayai pendidikannya; (5) pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan
pendidikan lain yang setara; (6) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan
belajar masing- masing dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.
Menurut pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
belum dilakukan dengan baik oleh pajabat Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo adalah hak peserta didik mendapatkan
beasiswa bagi mereka yang berprestasi maupun yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikannya. Dalam hal ini Dinas
Pendidikan belum bisa menyalurkan beasiswa dengan baik karena
masih ditemukan bentuk-bentuk diskriminasi ataupun kecurangan-
kecurangan yang dilakukan pejabat Dinas Pendidikan itu sendiri.
b) Di dalam pasal 15 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan :
Setiap peserta didik berhak untuk:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(1) mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianut dan diajarkan oleh pendidik yang seagama;
(2) mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu dalam rangka pengembangan pribadi;
(3) mendapatkan bantuan fasilitas belajar, buku teks, bea siswa, atau bantuan lain;
(4) mendapatkan biaya pendidikan dari pemerintah dan/atau pemerintah daerah bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu/miskin;
(5) pindah program pendidikan pada jalur dan jenis pendidikan lain yang setara sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
(6) memperoleh penilaian atas hasil belajar; (7) menerima dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat
intelektual dan usia demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai dengan norma agama, kesusilaan, kepatutan, dan peraturan perundang-undangan;
(8) memperoleh perlindungan dari tindakan kekerasan dan kesewenang-wenangan yang membahayakan keselamatan fisik dan nonfisik yang terjadi di sekolah dan/atau di luar sekolah saat melaksanakan tugas sekolah; dan
(9) menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kemampuan belajar masing-masing dan tidak menyimpang dari ketentuan yang ditetapkan.
Hak dari peserta didik menurut pasal 15 Peraturan Daerah
Kabupaten Sukoharjo Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan, yang belum maksimal dipenuhi oleh
dinas pendidikan Kabupaten Sukoharjo dalam hak peserta didik
mendapatkan bantuan fasilitas belajar, buku teks, bea siswa, atau
bantuan lain, hak mendapatkan biaya pendidikan dari pemerintah
dan/atau pemerintah daerah bagi mereka yang orang tuanya tidak
mampu/miskin. Karena ternyata dilapangan masih terjadi
pemotongan bantuan-bantuan sekolah, masih ada kecurangan
dalam membagikan beasiswa untuk mereka yang orang tuanya
tidak mampu membiayai pendidikan. Maka hak peserta didik
memperoleh perlindungan dari tindakan kekerasan dan
kesewenang-wenangan yang membahayakan keselamatan fisik dan
nonfisik yang terjadi di sekolah dan di luar sekolah saat
melaksanakan tugas sekolah secara tidak langsung belum bisa di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
penuhi dinas pendidikan, karena pejabat dinas sendiri masih
melakukan pelanggaran yang tersebut di atas.
Untuk terlaksananya pemenuhan hak didik maka perlu ada
manajemen peserta didik yang artinya ada upaya untuk memberi
layanan yang sebaik mungkin kepada peserta didik semenjak
proses penerimaan sampai saat peserta didik meninggalkan
lembaga pendidikan (sekolah) atau sudah lulus. Tujuan dari
manajemen peserta didik adalah mengatur kegiatan peserta didik
agar semua kegiatan yang menunjang proses pembelajaran di
sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur sehingga dapat
memberikan kontribusi bagi pencapain tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan itu sendiri. Adapun Menurut Nasihin dan Sururi fungsi
untuk mengembangkan diri semaksimal mungkin, baik yang
berkenaan dengan segi individualitasnya, segi sosial, aspirasi,
kebutuhan dan segi-segi potensi peser
2009: 206).
Menurut Nasihin dan Sururi ada prinsip-prinsip untuk
pendukung tercapainya fungsi manajemen peserta didik, antara
lain:
(1) Dalam mengembangkan program manajemen peserta didik, penyelenggaraan harus mengacu pada peraturan yang berlaku pada saat program dilaksanakan.
(2) Manajemen peserta didik dipandang sebagai bagian keseluruhan manajemen sekolah, Oleh karena itu harus harus memiliki tujuan yg sama dan atau mendukung terhadap tujuan manajemen sekolah secara keseluruhan.
(3) Segala bentuk kegiatan manajemen peserta didik harus mendukung misi pendidikan dan dalam rangka mendidik peserta didik.
(4) Kegiatan-kegiatan manajemen peserta didik harus diupayakan untuk mempersatukan peserta yang mempunyai keragaman latar belakang dan punya banyak perbedaan.
(5) Kegiatan manajemen peserta didik haruslah dipandang sebagai upaya pengaturan terhadap pembimbingan peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
(6) Kegiatan manajemen pesetta didik harus mendorong dan memacu kemandirian peserta didik
(7) Kegiatan manajemen peseta didik harus fungsional bagi kehidupan peserta didik, baik disekolah lebih-lebih di masa depan (Riduwan, 2009: 206).
2) Kewajiban Peserta Didik Dalam Pendidikan
Selain memiliki hak, peserta didik juga memiliki kewajiban
yang harus dilakukan dalam pelaksanakan pendidikan, antara lain
yaitu :
a) Dalam pasal 16 Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :
Setiap peserta didik berkewajiban untuk :
(1) Mematuhi semua peraturan yang berlaku dan menghormati pendidik dan tenaga kependidikan;
(2) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik dari keluarga miskin; dan
(3) Menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan batas waktu yang ditetapkan pada setiap jenjang pendidikan.
b) Dalam pasal 13 Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan :
Setiap peserta didik berkewajiban untuk :
(1) Menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan keberhasilan pendidikan;
(2) Ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban peserta didik dalam pendidikan sudah bisa
realisasikan. Peserta didik sebagian besar sudah melaksanakan
kewajiban mereka sebagai peserta didik sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir pada dasarnya adalah arahan penalaran, untuk dapat
sampai pada jawaban sementara atas masalah yang dirumuskan. Kerangka berfikir
berguna untuk mewadahi teori-teori yang seperti terlepas satu sama lain menjadi
satu rangkaian yang utuh mengarah penemuan jawaban sementara.
Berdasarkan uraian teoritis di atas maka penulis dapat mengajukan suatu
kerangka pemikiran atau suatu anggapan dasar yang dapat melandasi kegiatan
penelitian ini. Kerangka pemikiran pada dasarnya merupakan arahan penalaran
untuk bisa sampai pada pemberian jawaban sementara atas masalah yang telah
dirumuskan. Kerangka pemikiran merupakan argumentasi-argumentasi yang
rasional tehadap teori-teori yang digunakan untuk menjawab masalah. Karena
penelitian dituntut untuk membuat penalaran yang menggunakan logika deduktif
untuk sampai pada kesimpulan jawaban masalah sementara.
Dengan demikian dapat dikemukakan beberapa anggapan dasar atau
kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dalam mendukung pemenuhan hak peserta didik yang dilakukan oleh
Dinas Pendidikan maka peran pengawasan dari masyarakat,dan
pemerintah daerah sangat dominan untuk menghindari tindakan
penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Dinas Pendidikan terhadap
pemenuhan hak peserta didik. Disamping itu juga perlu adanya sikap jujur
disemua lini yang terlibat.
2. Pejabat Dinas Pendidkan harus memiliki tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya terutama dalam pemenuhan hak
peserta didik, karena jika ada penyalahgunaan wewenang maka akan
berdampak pada dunia pendidikan pada umumnya dan peserta didik
khususnya.
3. Untuk mengupayakan tawaran solusi kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Sukoharjo jika terjadi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas
pendidikan dalam pemenuhan hak peserta didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pendidikan memiliki tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Obyek dari
pendidikan adalah warga Negara dan warga Negara yang dimaksud adalah warga
Negara yang masih sekolah yang disebut peserta didik. Mereka yang akan
meneruskan perjuangan bangsa di masa mendatang. Maka dari itu realisasi dari
pemenuhan hak peserta didik harus bisa dilakukan dengan sebaik-baiknya tidak
hanya dalam bentuk kebijakan Undang-Undang atau Peraturan Daerah semata.
Dari uraian di atas dapat digambarkan skema kerangka berfikir sebagai
berikut :
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir
Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas
Pendidikan
Sebab-sebab penyalahgunaaan
wewenang
Dampak penyalagunaan
wewenang
Solusi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Lingkungan Kantor Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo. Pengambilan lokasi tersebut dilakukan untuk memberikan
data yang lebih lengkap mengenai beberapa masalah penyalahgunaan wewenang
pejabat Dinas Kabupaten Sukoharjo.
Selain di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo yang
beralamat Jalan Veteran nomor 54 Sukoharjo, penelitian juga akan dilaksanakan
di sekolah di Kabupaten Sukoharjo, dari beberapa sekolah peneliti mengambil 3
sampel sekolah :
a. SD Negeri Dukuh I
Jalan Pasar Cuplik-Telukan Sukoharjo
b. SMP Negeri 5 Sukoharjo
Jalan Bulakan-Sukoharjo
c. SMA Negeri 1 Sukoharjo
Jalan Pemuda nomor 38 Sukoharjo
Peneliti mengambil tempat penelitian pada sekolah tersebut dengan alasan :
a. Di SD Negeri Dukuh I merupakan salah satu sekolah yang pernah
mendapat bantuan dari sekolah yaitu Beasiswa Siswa Miskin (BSM) dan
Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
b. Di SMP Negeri 5 Surakarta merupakan SMP yang memiliki wali murid
yang kehidupan ekonominya menengah ke bawah.
c. Di SMA Negeri 1 Sukoharjo merupakan sekolah yang memiliki program
akselerasi dan regular.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian direncanakan enam bulan yang akan dimulai pada
bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Oktober 2012 yang dimulai dari tahap
pengajuan judul, penyusunan proposal, ijin penelitian, pengumpulan data, analisa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
data sampai pada penyusunan laporan. Kegiatan tersebut dapat digambarkan
dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian.
No Kegiatan Tahun 2012
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sep Okt
1. Pengajuan Judul
2. Penyusunan Proposal
3. Ijin Penelitian
4. Pengumpulan Data
5. Analisis Data
6. Penyusunan Laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dan jenis data yang diperlukan,
maka penelitian ini menggunakan bentuk penelitian kualitatif yang bersifat
deskriptif, karena memaparkan objek yang diteliti (orang, lembaga atau lainnya)
berdasarkan fakta.
Bodgan dan Taylor, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Lexy J. Moleong,
2010: 4).
Pemilihan data pada penelitian ini didasarkan data-data yang bersifat deskriptif.
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-
tersebut yang diambil adalah berupa kata-kata yang diamati dari obyek penelitian.
Sementara itu Winarno Surakhmad berpendapat bahwa metode deskriptif
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang, pada masalah-masalah aktual.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian
Data yang dikumpulkan harus menggambarkan atau melukiskan keadaan
yang sebenarnya. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian deskriptif
kualitatif. Dari penelitian tersebut, Peneliti memperoleh data dari hasil yang
berlatar belakang alamiah. Penelitian ini akan menghasilkan data berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari obyek penelitian dengan menggambarkan atau melukiskan
keadaan yang sebenarnya.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam penelitian ini penulis berusaha
menyajikan data deskriftif berupa hasil wawancara dengan masyarakat, khususnya
wali murid, Kepala Sekolah, Pejabat Dinas Pendidikan. Pelaksanaan dari
penelitian ini direncanakan tidak hanya terbatas pada pengumpulan data semata,
melainkan juga dilakukan proses penganalisisan data dan diakhiri dengan
penarikan simpulan.
2. Strategi Penelitian
kenal adanya studi kasus tunggal maupun studi kasus ganda. Secara lebih jelas
baik studi kasus tunggal maupun ganda masih dibedakan adanya jenis penelitian
H.B Sutopo tersebut
tentang strategi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Tunggal terpancang yaitu penelitian tersebut terarah pada suatu
karakteristik dan sudah memilih dan menentukan variable yang
menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki
lapangan.
2) Ganda terpancang yaitu penelitian ini mensyaratkan adanya sasaran lebih
dari satu yang memiliki perbedaan karakteristik dan sudah memilih serta
menentukan variabel yang menjadi fokus utamanya sebelum memasuki
lapangan.
3) Holistik penuh yaitu peneliti dalam kajiannya sama sekali tidak menetukan
fokus sebelum peneliti terjun ke lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan strategi penelitian tunggal
terpancang. Tunggal dalam arti bahwa lokasi penelitian satu yaitu Dinas
Pendidikan Kabupaten Sukoharjo. Sedangkan terpancang berarti bahwa dalam
penelitian ini terpancang pada tujuan penelitian, maksudnya bahwa apa yang akan
diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dirancang dalam proposal yaitu
tentang penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan
hak peserta didik dan dampak penyalahgunaan wewenang pejabat dinas
pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik.
C. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland yang dikutip, oleh Lexy Moleong (2010:
157 -kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Sedangkan
menurut HB Sutopo (2006: 57
kualitatif dapat berupa manusia, peristiwa, atau aktivitas, tempat atau lokasi,
Berdasarkan pendapat di atas, maka yang menjadi sumber data dalam
penelitian ini adalah:
1. Informan
Pengertian informan adalah individu yang memiliki informasi. Informan
diharapkan dapat memberikan informasi mengenai segala sesuatu yang berkaitan
dengan permasalahan yang akan diteliti. Men
pemilihan informan dalam penelitian kualitatif dapat berkembang sesuai dengan
Dalam penelitian,
ini informan yang diwawancarai adalah :
a. Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo.
1) Drs. Joko Untoro, MM
2) Drs. Dwi Atmojo Heri, M.Pd
3) Dra. Dyah Puspowati SH, MH
b. Kepala Sekolah
1) SD Negeri Dukuh 1 : Dra. Dyah Ani S, M.Pd
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) SMP Negeri 5 Sukoharjo : Drs. Suradi
3) SMA Negeri 1 Sukoharjo : Hj Sri Lastari, S.Pd, M.Pd
c. Masyarakat (wali murid)
1) Ibu. Heni Purwanti
2) Ibu. Heri Susilowati
3) Bp. Joko Sukono
4) Bp. Edi Daryanto
5) Bp. Suparno
6) Bp. Supardi
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat dimana obyek penelitian merupakan sumber data yang tidak
dapat ditinggalkan, maka tempat penelitian dilakukan adalah di masyarakat, di
beberapa sekolah yang ada di Kabupaten Sukoharjo, Dinas Pendidikan Kabupaten
Sukoharjo. Sedangkan yang dimaksud dengan peristiwa adalah proses kegiatan
belajar peserta didik yang tidak dipenuhi hak-hak mereka sebagai peserta didik .
3. Dokumen
menjadi sumber data penelitian meliputi segala bentuk arsip dan dokumen
operasional yang relevan dengan obyek penelitian. Dokumen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah daftar peserta didik Kabupaten Sukoharjo yang
mendapatkan besiswa dan buku ajar, profil sekolah oleh Dinas Pendidikan.
D. Teknik Sampling
Penelitian kualitatif cenderung menggunakan teknik cuplikan yang
bersifat selektif dengan menggunakan pertimbangan berdasarkan teoritis yang
merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan dalam penelitian
yang mengarahkan p
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Teknik sampling adalah teknik yang digunakan untuk menyeleksi atau
memfokuskan pada permasalahan agar penelitian sampel lebih mengarah pada
tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2010: 123), Teknik pengambilan sampel
ada beberapa cara, yaitu:
1. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
2. Sampling Purposive Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
3. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Menurut Patton dalam H.B Sutopo (2006: 64) : Cuplikan yang dikenal dengan purposive sampling dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Namun demikian informan yang dipilih dapat menunjuk informan lain yang lebih tahu, maka informan dapat berkembang sesuai kebutuhan peneliti dalam memperoleh data.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling (sampel bertujuan), sampel tidak ditekankan pada jumlah
sampel, namun lebih ditekankan pada kualitas pemahamannya pada permasalahan
Purposive sampling sering
disebut dengan internal sampling, artinya sampel atau informan yang dipilih
bukan untuk mewakili populasi tetapi mewakili informasinya dan masalahnya
menentukan jumlah sampel, tetapi peneliti menetukan sejumlah informan untuk
diwawancarai guna memperoleh informasi tentang masalah yang diteliti. Peneliti
berusaha mendapatkan informasi sebanyak mungkin yang dapat diperoleh dari
berbagai sumber. Dengan teknik ini peneliti akan memperoleh data yang benar-
benar akurat dari beberapa sumber yang memang mengetahui permasalahan yang
sedang diteliti, sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.
Dalam penelitian ada informan yang berkenaan langsung dengan
masalah yang diteliti atau orang-orang yang benar-benar mengetahui pokok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
permasalahan yang diteliti yang disebut informan kunci (key informan). Dalam
penelitian ini informan kunci yaitu pejabat Dinas Pendidikan Sukoharjo, Kepala
Sekolah dan wali murid (masyarakat).
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk
mendapatkan data dalam suatu penelitian. Data sangat diperlukan dalam
penelitian guna membuktikan kebenaran suatu peristiwa, sehingga untuk
mendapatkan data yang akurat, jelas, dan terperinci serta dapat
dipertanggungjawabkan maka harus menggunakan teknik pengumpulan data.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalan penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Wawancara
Lexy J. Moleong (2010: 186
percakapan dengan maksud tertentu yaitu pewawancara (interviewer) percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak dan pihak yang memberikan jawaban atas pertanyaan
Menurut Sugiyono (2010: 319), macam-macam wawancara di antaranya
Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Wawancara terstruktur (Structured interview)
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi
apa yang akan diperoleh.
b. Wawancara semistruktur (Semistrukture Interview)
Jenis wawancara ini sudah termasuk dalam kategori in-depth interview, di
mana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara
terstruktur.
c. Wawancara tak berstruktur (unstructured interview)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara tidak terstruktur, adalah wawancara yang bebas di mana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis
dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Dalam sebuah wawancara, diperlukan langkah-langkah yang digunakan
agar tujuan dari penelitian dapat tercapai. Lincoln dan Guba menjelaskan bahwa
terdapat tujuh langkah dalam penelitian kualitatif yaitu:
a. Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan b. Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan
pembicaraan. c. Mengawasi atau membuka alur wawancara d. Melangsungkan alur wawancara e. Mengkonfirmasikan ihtisar hasil wawancara dan mengakhirinya f. Menuliskan hasil wawancara ke dalam catatan lapangan g. Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh
(Sugiyono 2010: 322).
Berdasarkan pendapat di atas, maka penulis menggunakan jenis
wawancara semistruktur, karena dalam melakukan wawancara penulis membuat
kerangka pokok-pokok pertanyaan terlebih dahulu sebagai pedoman wawancara
(lihat lampiran 1 halaman 85). Hal tersebut dilakukan untuk menjaga agar pokok-
pokok yang telah direncanakan dapat tercakup seluruhnya dan hasil wawancara
dapat mencapai sasaran. Jenis wawancara ini merupakan in-depth interview, di
mana peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih mendalam.
Adapun informan dalam wawancara tersebut yaitu :
a. Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo.
1) Drs. Joko Untoro, MM
2) Drs. Dwi Atmojo Heri, M.Pd
3) Dra. Dyah Puspowati SH, MH
b. Kepala Sekolah
1) SD Negeri Dukuh 1 : Dra. Dyah Ani S, M.Pd
2) SMP Negeri 5 Sukoharjo : Drs. Suradi
3) SMA Negeri 1 Sukoharjo : Hj Sri Lastari, S.Pd, M.Pd
c. Masyarakat (wali murid)
1) Ibu. Heni Purwanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Ibu. Heri Susilowati
3) Bp. Joko Sukono
4) Bp. Edi Daryanto
5) Bp. Suparno
6) Bp. Supardi
Dari hasil wawancara dengan beberapa informan di atas maka
menghasilkan petikan hasil wawancara dapat dilihat (pada lampiran 2 halaman
88). Dan gambar kegiatan wawancara dapat dilihat (pada lampiran 3 halaman
114).
2. Observasi
Menurut Sutrisno Hadi, an suatu proses yang
kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan
(Sugiyono 2010: 203).
Teknik observasi pada dasarnya digunakan untuk menggali data dari sumber data
yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta rekaman gambar.
Spradley menjelaskan bahwa elaksanaan teknik dalam observasi dapat dibagi
menjadi observasi tak berperan serta, observasi berperan serta yang terdiri dari
berperan pasif, berperan aktif, dan berperan penuh dalam arti peneliti benar-benar
menjadi warga (bagian) atau anggota kelompok yang sedang diamati
Sutopo, 2006: 75).
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Observasi tak berperan
Dalam observasi tak berperan, peneliti sama sekali kehadirannya dalam
melakukan observasi tidak diketahui oleh subyek yang diamati.
b. Observasi berperan pasif
Dalam observasi ini peneliti hanya mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak
berperan sebagai apapun selain pengamat pasif, namun hadir dalam
konteksnya.
c. Observasi berperan aktif
Observasi ini merupakan cara khusus dan peneliti tidak bersikap pasif sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengamat, tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu
yang berkaitan dengan penelitiannya dengan mempertimbangankan posisi yang
bisa memberikan akses untuk pengumpulan data yang lengkap dan mendalam.
d. Observasi berperan penuh
Jenis observasi ini diartikan bahwa peneliti memang memiliki peran dalam
lokasi studinya sehingga benar-benar sebagai penduduk atau sebagai anggota
lembaga atau organisasi yang sedang dikaji.
Dengan demikian dari beberapa macam observasi di atas, maka observasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi berperan pasif,
maksudnya peneliti hanya sekedar mendatangi lokasi tetapi sama sekali tidak
berperan sebagai apapun selain hanya sebatas mengamati aktivitas dan perilaku
subjek yang diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data dengan
memperhatikan dan mengamati lokasi selama kunjungan dilakukan. Data yang
dikumpulkan dalam pengamatan adalah penyalahgunaan wewenang pejabat
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap Pemenuhan Hak Peserta
Didik.
3. Analisis Dokumen
H.B Sutopo (2006: 185) mengemukakan tentang teknik dokumentasi
dari
(Lexy J.Moleong, 2010: 161).
Dalam teknik dokumen, penulis mengumpulkan bahan-bahan tertulis yang
ada hubungannya dengan permasalahan penyalahgunaan wewenang, kemudian
dari bahan tertulis yang telah dikumpulkan tersebut penulis pisahkan bahan
tertulis yang menunjang atau bermanfaat dalam penelitian sehingga dari
dokumen-dokumen tersebut akan memperkuat hasil wawancara yang telah
dilakukan karena ada bukti tertulis sahih.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F. Validitas Data
Validitas data atau kesahihan data merupakan kebenaran data dari hasil
penelitian. Hal ini dilakukan oleh peneliti dengan maksud supaya hasil
penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan karena validitas data
menunjukan mutu seluruh proses pengumpulan data dalam penelitian. Data yang
telah terkumpul diolah dan diuji kebenarannya melalui teknik pemeriksaan
tertentu.
Agar data yang diperoleh benar-benar valid maka pemeriksaan keabsahan
data menggunakan teknik trianggulasi. Menurut Lexy J Moleong (2010: 330)
sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan
penggunaaan sumber, metode, penyidik dan teori (Lexy J Moleong, 2010: 330).
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dijelasakan sebagai berikut :
1. Trianggulasi dengan sumber
Triangulasi ini berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alatyang
berbeda dalam metode kualitatif.
2. Trianggulasi dengan metode
Triangulasi ini terdiri dari dua strategi yaitu yang pertama adalah pengecekan
dokumen kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan kedua adalah pengecekan derajat kepercayaan
beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Trianggulasi penyidik
Triangulasi ini berarti mengumpulkan data yang semacam dilakukan oleh
beberapa peneliti.
4. Trianggulasi dengan teori
Triangulasi ini adalah melakukan penelitian tentang topok yang sama dan
datanya dianalisis dengan beberapa perspektif teoritis yang berbeda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam penelitian ini digunakan triangulasi sumber atau triangulasi data.
Triangulasi sumber digunakan untuk mengumpulkan data sejenis dengan
membandingkan hasil wawancara antara informan satu dengan informan yang lain
(lihat lampiran 4 halaman 117).
G. Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui data yang objektif dalam pengumpulan data, maka
seorang peneliti harus melakukan proses analisis data.
Menurut Bogdan & Biklen: Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Lexy J Moleong, 2010: 248).
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis
interaktif. Menurut Milles dan Hubermen
komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti kualitatif.
Tiga komponen utama adalah (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan
(HB Sutopo 2006: 113).
Untuk lebih jelas mengenai analisis data akan peneliti uraikan sebagai berikut :
1. Pengumpulan Data
Proses analisis data dimulai dengan mengumpulkan data. Sesuai dengan
teknik pengumpulan data yang dikemukakan sebelumnya, maka pengumpulan
data dilakukan wawancara dan observasi. Seluruh data yang terkumpul ditelaah.
Pengumpulan data dilakukan selama data yang diperlukan belum memenuhi dan
akan dihentikan jika data sudah memenuhi untuk ditarik suatu kesimpulan.
2. Reduksi Data
Langkah selanjutnya setelah melakukan pengumpulan data adalah
mengadakan reduksi data. Kegiatan reduksi data berlangsung selama penelitian
dilaksanakan, dengan cara membuang data yang tidak diperlukan, mengatur data
dan pertanyaan-pertanyaan yang perlu dijaga agar berada didalamnya sehingga
penarikan kesimpulan akhir dari penelitian dapat dilakukan dengan mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Penyajian Data
Proses analisis selanjutnya adalah penyajian data, yaitu susunan organisasi
informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian
dapat dilakukan. Simpulan penelitian dalam hal ini harus disusun dalam bentuk
kalimat yang logis dan sistematis sehingga mudah dibaca dan dipahami serta
mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan.
4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
Data yang diperoleh di lapangan, sejak awal peneliti sudah menarik
kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih belum jelas dan masih bersifat
sementara, tetapi kemudian meningkat sampai pada kesimpulan yang mantap
yaitu pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis data
yang dilaksanakan. Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi dapat
segera ditarik kesimpulan lebih mantap maka peneliti memperpanjang waktu
observasi tersebut sampai ditemukan data baru yang dapat mengubah kesimpulan
sementara sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang baik.
Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif
Sumber : Miles dan Huberman yang dikutip oleh H.B Sutopo (2006: 120)
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah penelitian dari awal
sampai akhir. -tahap penelitian yang
akan dilaksanakan adalah tahap pra lapangan, pekerjaan lapangan, tahap analisis
1.Pengumpulan Data
4.Verifikasi/pengambilan kesimpulan
3.Sajian Data 2.Reduksi Data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian dengan tahapan sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahap ini meliputi merencanakan segala sesuatu yang berhubungan
dengan penelitian yakni dari pengajuan judul, penyusunan proposal dan mengurus
perijinan untuk memperlancar kegiatan penelitian.
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap selanjutnya setelah persiapan peneliti adalah peneliti langsung
terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Dalam pengumpulan data ini
peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi. Kedua teknik ini digunakan
untuk melengkapi data yang lain sehingga data yang dikumpulkan benar-benar
valid.
3. Tahap Analisis Data Awal
Analisis data awal dilakukan untuk mengetahui apakah data yang telah
dikumpulkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan sehingga akan dapat
diketahui data-data yang diperlukan dan yang diperlukan. Hala ini dilakukan agar
data yang diambil benar-benar sesuai dengan hasil yang telah dirumuskan.
4. Tahap Analisis Data Akhir
Data yang dianalisis dalam tahap ini adalah seluruh data yang diperoleh
dalam mengumpulkan data dan merupakan data yang mendukung tujuan
penelitian. Pada tahap akhir ini data dianalisis sudah melampaui analisis awal.
Dengan demikian diharapkan data yang dihasilkan benar-benar valid.
5. Tahap Penarikan Kesimpulan
Tahap selanjutnya setelah analisis data akhir adalah menarik kesimpulan
yang harus didasarkan pada tujuan penelitian dengan didukung data yang valid
sehingga akan diperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.
6. Tahap Penulisan dan Penggandaan Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tahap selanjutnya setelah penarikan kesimpulan adalah penulisan laporan
hasil penelitian yang sesuai dengan aturan-aturan yang ada. Dari hasil penelitian
tersebut diharapakan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan.
Berdasarkan uraian di atas dapat dibuat bagan prosedur penelitian sebagai
berikut :
Persiapan
Gambar.3 Prosedur Penelitian
Persiapan Penelitian
Pengumpulan Data Analisis Data Awal
Pembuatan Proposal
Penelitian dan Perijinan
Analisis Data Akhir
Penarikan Kesimpulan
Pembuatan dan Penggandaan
Laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Keadaan Umum Kabupaten Sukoharjo
Kabupaten Sukoharjo merupakan salah satu kabupaten di
Provinsi Jawa Tengah. -
-
peta batas wilayah Kabupaten Sukoharjo adalah :
Sebelah utara : Kota Surakarta dan Kabupaten Sragen
Sebelah selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Gunung Kidul
Sebelah barat : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Boyolali
Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Sukoharjo mempunyai luas wilayah secara
keseluruhan 46.666 Km² dengan ketinggian antara 80 m dan 125 m di
atas permukaan laut. Kabupaten Sukoharjo dilewati sungai Bengawan
Solo dengan daerah aliran sungai sepanjang 32 Km. Kabupaten
Sukoharjo terbagi menjadi 12 Kecamatan yang terdiri dari 167
Desa/Kelurahan.
2. Keadaan Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
a. Letak Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terletak di Jalan
Veteran Nomor 54, Jetis, Sukoharjo. Telepon (0271) 593020-
591603.
b. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pendidikan
Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok melaksanakan
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan dibidang pendidikan.
Dinas Pendidikan menyelenggarakan fungsi sebagai
berikut:
1) Perumusan kebijakan teknis dibidang pendidikan;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum
dibidang pendidikan;
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pendidikan.
c. Profil Sekolah di Kabupaten Sukoharjo
Dalam bidang pendidikan, Kabupaten Sukoharjo memiliki
sekolah baik SD, SMP, SMA, dan SMK. Berdasarkan tabel dalam
profil pendidikan Kabupaten Sukoharjo tahun 2010/2011, untuk
jumlah SD dan MI sebanyak 554 buah, jumlah siswa seluruhnya
75.399 orang. Untuk menampung sejumlah siswa tersebut, tersedia
ruang kelas 3.698 ruang. Guru yang mengajar di SD dan MI sebanyak
5.966 orang. Untuk menujang kegiatan belajar mengajar di SD dan MI
terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 340 ruang, UKS Sebanyak
269 ruang, dan lapangan olahraga belum tersedia.
Untuk tingkat SMP dan MTs, berdasarkan tabel yang ada pada
tahun 2010/2011, jumlah SMP dan MTs sebanyak 76 sekolah, dengan
jumlah siswa seluruhnya sebanyak 34.070 orang, tersedia ruang kelas
sebanyak 1.060 ruang. Guru yang mengajar di SMP dan MTs
sebanyak 2.694 orang. Untuk menunjang kegiatan belajar mengajar di
SMP dan MTs terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 63 ruang,
lapangan olahraga ada 9 lapangan, ruang UKS sebanyak 64 ruang, dan
laboratorium sebanyak 76 ruang.
Untuk tingkat SMA, SMK, dan MA, berdasarkan tabel yang
ada pada tahun 2010/2011, jumlah SMA, SMK, dan MA sebanyak 52
sekolah, dengan jumlah siswa seluruhnya sebanyak 27.352 orang,
tersedia ruang kelas sebanyak 783 ruang. Guru yang mengajar di
SMA, SMK, dan MA sebanyak 1.947 orang. Untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar terdapat fasilitas perpustakaan sebanyak 42
ruang, lapangan olahraga ada 6 lapangan, ruang UKS sebanyak 53
ruang, laboratorium sebanyak 155 ruang, ruang ketrampilan 13 ruang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ruang BP 49 ruang, ruang serbaguna 30 ruang, bengkel dan ruang
praktek belum tersedia.
Dari beberapa sekolah di Kabupaten Sukoharjo diambil 3
sampel sekolah untuk tempat penelitian yaitu SD Negeri Dukuh 1,
SMP Negeri 5 Sukoharjo, dan SMA Negeri 1 Sukoharjo. Adapun
profil sekolah antara lain:
1) Profil SD Negeri Dukuh 1
a) Nama Sekolah : SD Negeri Dukuh 1 Sukoharjo
b) No.Statistik Sekolah : 101031104026
c) Alamat : Jalan Raya Cuplik-Telukan,
Sukoharjo
d) Status Sekolah : Negeri
e) Kepala Sekolah : Dra Dyah Anis, MPd
f) NIP : 19610304 198012 2 004
g) Data Peserta Didik tahun ajaran 2010/2011
Tabel.2 Jumlah siswa menurut jenis kelamin dan kelas
No
Jenis Kelamin
Jumlah siswa menurut kelas
Jumlah I II III IV V VI
1 Laki-laki 21 20 18 17 15 16 107
2 Perempuan 23 24 23 26 28 23 147
254
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
2) Profil SMP Negeri 5 Sukoharjo
a) Nama Sekolah : SMP Negri 5 Sukoharjo
b) Alamat : Jalan Bulakan-Sukoharjo
c) Telepon : (0271) 590043-789420
d) Status Sekolah : Negeri
e) Kepala Sekolah : Drs. Suradi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f) NIP : 19600203 198603 1 012
g) Data Peserta Didik tahun ajaran 2010/2011
Tabel.3 Jumlah siswa menurut jenis kelamin dan kelas
No
Jumlah
Jumlah siswa menurut kelas
Jumlah VII VIII IX
1 Laki-laki 146 138 125 409
2 Perempuan 137 149 149 435
844
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
3) Profil SMA Negeri 1 Sukoharjo
a) Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Sukoharjo
b) Alamat : Jalan Pemuda No.38 Sukoharjo
c) Telepon : (0271) 593085
d) Kepala Sekolah : Hj. Sri Lestari, S.Pd, M.Pd
e) NIP : 19530413 197903 2 005
f) Data Peserta Didik tahun ajaran 2010/2011
Tabel.4 Jumlah siswa menurut jenis kelamin dan kelas
No
Jumlah
Jumlah siswa menurut kelas
Jumlah X XI XII
1 Laki-laki 154 155 150 459
2 Perempuan 255 254 253 762
1221
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo
Selengkapnya tentang profil-profil sekolah di atas tertuang dalam
buku profil pendidikan Kabupaten Sukoharjo yang dapat dilihat (pada
lampiran 5 halaman 120).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Deskripsi Permasalahan Penelitian
1. Mengapa Terjadi Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas
Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Terhadap Pemenuhan
Hak Peserta Didik
Pengertian dari penyalahgunaan wewenang menurut adalah
menyalahgunakan kekuasaan, kepercayaan untuk keuntungan pribadi. Di
dalam Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo masih ada bentuk
penyalahgunaan wewenang terhadap hak peserta didik sangat merugikan
dan berdampak luas bagi dunia pendidikan Kabupaten Sukoharjo ke
depannya. Bentuk dari penyalahgunaan di sini adalah korupsi Beasiswa
Siswa Miskin (BSM) dan Korupsi pembelian Buku Ajar sekolah.
Penyalahgunaan wewenang sendiri bisa disebabkan beberapa faktor.
Penyebab penyalahgunaan wewenang menurut pendapat dari pihak
masyarakat. Berdasarkan hasil wawancara dengan pegawai Dinas
Pendidikan tentang penyebab terjadinya penyalahgunaan wewenang Dra.
Dyah Puspowati, SH, menyatakan bahwa :
tidak sesuai dengan wewenangnya, misalnya diberi wewenang
menjalankan program BSM tetapi malah menyalahgunakan untuk
kepentingan pribadi
Hal senada juga disampaikan Drs Joko Untoro, MM, yang
menyatakan bahwa : Karena masih ada oknum pegawai yang kurang
memiliki sifat jujur dan tidak mengutamakan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi atau kelompok buktinya masih ada pejabat yang
tersandung kasus korupsi atau penyalahgunaan wewenang BSM
(wawancara hari selasa, 3 April 2012)
tersebut melalaikan tugasnya sebagai pelayan masyarakat dan peserta
didik dengan baik misalnya berkewajiban member beasiswa kepada
peserta didik yang tidak mampu namun hal itu tidak dilakukan
(wawancara hari kamis, 5 April 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Menurut hasil wawancara dengan Kepala Sekolah tentang
penyebab terjadinya penyalahgunaan wewenang yang dilakukan pejabat
Dinas Pendidikan Sukoharjo terhadap hak peserta didik, Dra. Dyah Anis,
MPd, Kepala Sekolah SD Negeri Dukuh 1, menyatakan bahwa :
menyebabkan terjadinya penyalahgunaan wewenang secara kompleks,
bentuk transparasi laporan tentang penggunaan dana secara nyata bukan
hari senin 12 Maret 2012)
Berbeda dengan pendapat di atas menurut Drs. Suradi, Kepala
Sekolah SMP Negeri 5 Sukoharjo, menyatakan penyebab penyalahgunaan
wewenang oleh peserta didik adalah
Karena dalam jabatan itu harus menggunakan prinsip ahli bagi seorang pejabat, jadi kalau bukan keahliannya sulit untuk mencapai kesuksesan dalam melaksanakan tugasnya dan ini terjadi dalam Disdik selama ini. Contohnya adalah bukan ahli dalam keuangan, diberi tugas mengatur keuangan akhirnya terjadi kesalahan. (wawancara hari rabu 14 Maret 2012) Pendapat dari wali murid atau masyarakat tentang penyebab
penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan Sukoharjo terhadap
hak peserta didik. Menurut Joko Sungkono mengatakan penyebab
Kurangnya pengawasan dari
pemerintah dan masyarakat tentang kinerja pegawai Disdik sehingga
adanya keinginan dan kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan
. (wawancara hari jumat, 2 Maret 2012)
Berbeda dengan pendapat Suparno. Dia berpendapat penyebab
melalui sistem pengkaderan. Hanya dengan sistem yang dekat dengan
(wawancara hari sabtu, 3 Maret 2012)
Menurut pendapat Supardi penyebab penyalahgunaan wewenang
Pegawai atau pejabat Disdik merasa
memiliki kedudukan yang yang lebih tinggi atau memiliki keluasaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kewenangan sehingga memperalat pejabat dibawahnya seperti peserta
didik, guru, kepala sekolah . (wawancara hari jumat,2 Maret 2012)
Dari beberapa pendapat pegawai Dinas Pendidikan, Kepala
Sekolah dan Wali murid di atas, yang digunakan sebagai sampel dalam
penelitian ini maka dapat diketahui penyebab terjadiya penyalahgunaan
wewenang pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak
peserta didik antara lain adalah :
a. Karena pejabat atau pegawai Dinas Pendidikan tidak mengutamakan
kepentingan umum di atas kepentingan pribadi, melalaikan tugasnya
sebagai pelayan masyarakat dan merasa mendapatkan kedudukan
yang tinggi sehingga berbuat tidak sesuai nilai-nilai kode etik
sebagai pejabat publik.
b. Kurangnya trasparansi dan akuntabilitas tentang program
pemenuhan hak peserta didik sehingga pengawasan dari pemerintah
maupun masyarakat kurang dan akhirnya menimbulkan kesempatan
untuk melakukan penyalahgunaan wewenang.
c. Karena masih ada pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan bekerja
tidak sesuai denga keahliannya, sehingga hasil kerjanya juga kurang
maksimal.
d. Dalam penempatan pejabat Dinas Pendidikan tidak dilakukan
dengan sistem seleksi yang ketat, hanya dengan sistem yang dekat
dengan atasan yang akan mendapat kedudukan.
e. Adanya keluasaan kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin
untuk mengambil keputusan atau disebut diskresi, jadi semakin besar
diskresi maka semakin besar pula peluang pemimpin untuk
melakukan korupsi.
2. Dampak Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo Terhadap Pemenuhan Hak Peserta Didik
Penyalahgunaan wewenang atau korupsi dalam dunia pendidikan
sangat merugikan karena sangat berdampak pada masa depan dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bidang sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Dampak dalam bidang
sosial dan ekonomi diartikan jika terjadi korupsi dalam bidang pendidikan
maka kehidupan masyarakat akan semakin menurun jika dilihat dari segi
ekonomi maupun sosial, karena banyak anak-anak bangsa yang kurang
mendapatkan fasilitas pendidikan bahkan mereka putus sekolah, akibatnya
mereka akan menjadi anak jalanan atau pengangguran dan akhirnya
menambah jumlah warga miskin dinegeri ini.
Penyalahgunaan wewenang dalam kasus Beasiswa Siswa Miskin
(BSM) dan Buku Ajar oleh pejabat Dinas Pendidikan berdampak bagi
peserta didik, masyarakat dan sekolah. Dari beberapa pendapat dari hasil
wawancara dengan pegawai Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah dan
masyarakat atau wali murid. Mereka berpendapat mengenai dampak
penyalahgunaan wewenang sebagai berikut :
Menurut Drs. Joko Untoro, MM. salah seorang pegawai di Dinas
Pendidikan, mengungkapkan dampak penyalahgunaan wewenang adalah :
Bagi peserta didik yaitu kegiatan belajar akan terganggu karena hak atau fasilitas yang seharusnya didapat tidak didapat. Bagi masyarakat yaitu merasa dirugikan karena yang seharusnya didapat anaknya dalam pendidikan contoh buku, beasiswa bagi yang tidak mampu namun tidak didapat sehingga menjadi beban masyarakat atau wali murid. Bagi sekolah yaitu sekolah akan menjadi tempat pertama yang disalahkan oleh peserta didik dan wali murid walaupun letak kesalahan utama tidak disekolah. (wawancara selasa, 3 April 2012)
Hasil wawancara dengan pegawai Dinas Pendidikan lainya, Dra.
Dyah Puspowati, SH, MH, yang mengatakan bahwa :
wewenang terhadap hak peserta didik berdampak pada Kegiatan Belajar
6 april 2012)
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa Kepala Sekolah di
Kabupaten Sukoharjo tentang dampak penyalahgunaan wewenang pejabat
Dinas Pendidikan terhadap hak peserta didik. Menurut Dra Dyah Anis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terjadi kesenjangan sosial dan mengurangi suasana nyaman dan kondusif
di ruang
Menurut Kepala Sekolah SMP Negeri 5 Sukoharjo, Drs. Suradi
merasa kecewa karena yang seharusnya didapatkan dalam proses
pendidikan tetapi tidak didapatkan. Bagi sekolah adalah terbebani karena
berinteraksi langsung dengan peserta didik dan masyarakat (wawancara
rabu 14 maret 2012)
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Sekolah SMA Negeri 1
Sukoharjo, Hj Sri Lestari M.Pd, mengatakan b
banyak, namun agar tujuan pendidikan bisa terwujud maka hak peserta
didik harus terpenuhi, karena tujuan pendidikan bisa dilihat berhasil atau
2012)
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali murid atau masyarakat
tentang penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan terhadap
hak peserta didik. Menurut Joko Sungkono mengatakan bahwa :
Mempengaruhi prestasi dan KBM peserta didik. Bagi masyarakat
merasa lebih terbebani karena yang seharusnya menjadi hak anaknya
(wawancara
jumat, 2 maret 2012)
Sama halnya dengan pendapat Edi Daryanto mengungkapkan :
ra
pendidikan proses KBM akan terkendala jika BSM dan buku ajar tidak
Dari beberapa pendapat narasumber yang dijadikan sampel dalam
penelitian ini, bisa diketahui dampak penyalahgunaan wewenang pejabat
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a. Tujuan pendidikan tidak bisa terwujud karena hak peserta didik
tidak terpenuhi, karena tujuan pendidikan bisa dilihat berhasil
atau tidak jika dilihat prestasi para peserta didik;
b. Bagi peserta didik yaitu kegiatan belajar mengajar dan prestasi
belajar akan terganggu karena hak atau fasilitas yang seharusnya
didapat tidak didapat atau tidak tepat sasaran;
c. Bagi peserta didik dan masyarakat mereka merasa kecewa karena
yang seharusnya didapatkan dalam proses pendidikan tetapi tidak
didapatkan;
d. Bagi masyarakat merasa lebih terbebani karena yang seharusnya
didapat anaknya dala kegiatan belajar sekolah namun tidak
dipenuhi sehingga orang tua yang dirugikan;
e. Bagi masyarakat yaitu merasa dirugikan karena yang seharusnya
didapat anaknya dalam pendidikan;
f. Bagi sekolah adalah sekolah akan merasa terbebani karena
sekolah berinteraksi langsung dengan peserta didik dan
masyarakat sehingga keluhan-keluhan akan masuk ke sekolah.
3. Solusi Untuk Mengatasi Penyalahgunaan Wewenang Pejabat
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Terhadap Pemenuhan
Hak Peserta Didik
Dalam mengatasi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh
pejabat publik harus dimulai dengan mengubah susunan organisasi dan
program-program publik agar lebih efisien. Perubahan ini akan
memperkecil insentif untuk memberi suap dan memperkecil jumlah
transaksi dan memberi peluang masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
publik yang baik.
Upaya tindakan hukum dalam kasus bantuan siswa miskin (BSM)
senilai Rp 3,4 miliar dengan terdakwa mantan Kepala Dinas Pendidikan
yaitu Djoko RS. Dalam persidangan di Pengadilan Negeri Tipikor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Semarang terdakwa dijerat dengan pasal 3 Undang-Undang Nomor 20
tahun 2001 yang berbunyi :
Setiap orang yang tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian Negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Namun ini belum menjadi putusan hakim. Tetapi dalam kasus buku ajar
tahun 2003 senilai Rp 10 miliar yang juga menjerat mantan Kepala Dinas
Pendidikan, Bambang Margono dan mantan Kasi Pembinaan SMA/SMK,
Sri Mulyono. Kedua terdakwa sudah dijatuhi hukuman oleh hakim yaitu
Bambang Margono dikenai pidana penjara 1 tahun dan denda Rp
100.000.000,00, sedangkan Sri Mulyono dikenai pidana penjara 4 tahun
dan denda Rp 200.000.000,00. Menurut saya dalam kasus buku ajar ini
hukuman yang diberikan hakim untuk kedua terdakwa terlalu ringan. Ini
merupakan gambaran dari lemahnya hukum kita jika dihadapkan dengan
para pelaku penyalahgunaan wewenang dan korupsi. Karena sudah
banyak dijelaskan bahwa tindakan hukum yang tegas juga akan
berdampak positif untuk shock therapy bagi pegawai atau pejabat untuk
tidak melakukan perbuatan penyalahgunaan dan korupsi.
Setelah mengetahui gambaran proses hukum terhadap para pelaku
penyalahgunaan wewenang dan pendapat para pakar tentang cara
mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo, maka dapat dikemukakan beberapa hasil
wawancara dengan narasumber tentang solusi atau upaya untuk
mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan
Kabupaten Sukoharjo terhadap pemenuhan hak peserta didik yaitu
menurut Drs. Joko Untoro, MM. mengatakan bahwa
lebih meningkatkan kinerja yang baik dan bersih. Masyarakat dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sekolah juga ikut mendukung program-program pendidikan yang akan
Berdasarkan pendapat dari kepala sekolah SD Negeri Dukuh 1,
Dra. Dyah Anis, M.Pd mengungkapkan solusi untuk mengatasi
seluruh instansi yang terkait guna menjamin keberhasilan dan kebersihan
maret 2012)
Hal lain juga diungkapkan kepala sekolah SMP Negeri 5
menindak tegas jika ada indikasi penyalahgunaan wewenang disalah satu
dinasnya terutama Dinas Pendidikan, Karena Dinas Pendidikan
mengurusi anak-anak
(wawancara kamis, 15 maret 2012)
Hj Sri Lestari M.Pd kepala sekolah SMA Negeri 1 Sukoharjo
kinerja yang baik dan bersih demi tercapainya tujuan pen
(wawancara kamis 22 maret 2012)
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat yang menjadi
sampel adalam penelitian ini, tentang pendapat mengenai solusi untuk
mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan dalam
pemenuhan hak peserta didik. Menurut Heni Purwanti solusi untuk
pegawai Disdik, memberikan kewenangan sesuai keahlian, karena jika
bekerja tidak sesuai keahlian maka hasilanya juga kurang maksimal.
Menindak tegas para pegawai yang menyalahgunakan wewenang dengan
Hal senada juga diungkapkan Heri Susilowati mengatakan bahwa:
terjerat korupsi dengan undang-undang yang berlaku, menanamkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sikap-sikap kejujuran seperti diadakan penataran pendidikan moral bagi
Sama halnya dengan Joko Sungkono mengatakan bahwa
menempatkan pegawai dilingkungan Dinas Pendidikan harus sesuai
maret 2012)
dana-dana harus diperketat oleh pemerintah daerah dan DPRD. Laporan-
(wawancara jumat, 2 maret 2012)
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas bisa diketahui solusi-
solusi untuk mengatasi atau menanggulangi penyalahgunaan wewenang
pejabat Dinas Pendidikan dalam pemenuhan hak peserta didik antara
lain:
a. Sebagai pegawai lebih meningkatkan kinerja yang baik dan bersih
dalam usaha pelayanan publik;
b. Menanamkan sikap-sikap kejujuran seperti diadakan penataran
pendidikan moral bagi para pegawai;
c. Memperbaiki kinerja pegawai Dinas Pendidikan dengan mengganti
pegawai-pegawai yang bermasalah;
d. Memberikan kewenangan kepadai pegawai sesuai keahlian, karena
jika bekerja tidak sesuai keahlian maka hasilnya juga kurang
maksimal;
e. Diadakan rapat bersama, di Dinas Pendidikan dan lembaga
pendidikan yang terkait guna menjamin keberhasilan dan kebersihan
dalam kegiatan pemenuhan hak peserta didik;
f. Masyarakat dan sekolah juga ikut mendukung program-program
pendidikan yang akan dilaksanakan;
g. Pengawasan penggunaan dana-dana dan laporan-laporan dari Dinas
Pendidikan harus diperketat oleh pemerintah daerah dan DPRD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
supaya memperkecil kesempatan untuk korupsi dan tidak ada
laporan dan penggunaan dana yang fiktif;
h. Menindak tegas para pegawai yang menyalahgunakan wewenang
dengan hukum yang berlaku;
i. Pemerintah melakukan pengawasan dan menindak tegas sesuai
peraturan perundang-undangan jika ada indikasi ada pegawai yang
melakukan penyalahgunaan wewenang (KKN) disalah satu dinasnya
terutama Dinas Pendidikan, Karena Dinas Pendidikan mengurusi
anak-anak yang tidak lain adalah para penerus bangsa.
Selain solusi-solusi yang sudah dijelaskan diatas, maka untuk
menanggulangi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan
perlu adanya komitmen kerjasama yang dibangun dari beberapa pihak
yaitu Dinas Pendidikan, Sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan hasila
wawancara dengan narasumber dalam penelitian ini, pendapat tentang
pola kerjasama Dinas Pendidikan, Sekolah, dan masyarakat oleh
pegawai Dinas Pendidikan, Drs. Dwi Atmojo Heri, M.Pd mengatakan
Lebih meningkatkan kerja komite sekolah sebagai jembatan
sosialisasi program pendidikan dan komite sekolah sebagai wakil
masyarakat untuk mengawasi setiap berjalannya program sekolah
Selain itu pendapat dari beberapa kepala sekolah di Sukoharjo
tentang pola kerjasama Dinas Pendidikan, Sekolah, dan masyarakat, Drs.
Suradi kepala sekolah SMP Negeri 5 Sukoharjo mengungkapkan bahwa:
Memang harus ada pola kerjasama antara masyarakat, sekolah, Disdik, karena pendidikan itu bukan hanya tugas sekolah saja tetapi juga pengawasan dari orang tua (masyarakat), jadi pola kerjasamanya adalah masyarakat sebagai penerima program pendidikan, sekolah sebagai pelaksana program, Dinas Pendidikan sebagai pembuat program. Jika ada yang menyimpang dari program pendidikan masyarakat juga diberi tempata atau hak untuk menyampaikan saran atau kritikan mungkin lewat sekolah untuk disampaikan ke Dinas Pendidikan. (wawancara rabu, 14 maret 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berbeda dengan pendapat Hj Sri Lastari, S.Pd, M.Pd, kepala
membutuhkan antara Dinas Pendidikan, sekolah dan masyarakat berjalan
bersama-
kamis, 22 maret 2012)
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat atau wali murid
tentang pola kerjasama Dinas Pendidikan, Sekolah, dan masyarakat, Heni
Purwanti Lebih mengaktifkan forum komite sekolah agar
semua program Dinas Pendidikan dan sekolah dapat dievaluasi dan
dikontrol masyarakat atau wali murid sehingga mengurangi tindak
Hal senada juga disampaikan Heri Susilowati mengatakan bahwa :
pihak sekolah dan wali murid (komite sekolah). Semua program yang
berhubungan dengan anggaran dan peserta didik seharusnya
disosialisasikan kepada wali murid supaya ada transparansi anggaran dan
2012)
Hal demikian juga disampaikan oleh Edi Daryanto mengatakan
bahwa: Memberikan ruang kepada masyarakat dalam komite sekolah
untuk melihat apa saja program yang belum bisa terealisasikan oleh
Disdik dan bersama masyarakat dan sekolah mencari solusi ataupun
bekerja sama untuk mensukseskan program tersebut
3 maret 2012)
Hal demikian juga disampakan Suparno bahwa : Secara berkala
memberikan sosialisasi kepada wali murid melalui komite sekolah untuk
menjabarkan program-program Dinas
maret 2012)
Maka dari itu menurut pendapat-pendapat tentang pola kerjasama
yang perlu dibangun antara Dinas Pendidikan, sekolah, dan masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dalam pemenuhan hak peserta didik adalah dengan melalui komite
sekolah untuk menjalin kerjasama antara pihak Dinas Pendidikan,
sekolah, dan masyarakat. Komite sekolah disini berfungsi untuk
mengadakan pertemuan antara Dinas Pendidikan, sekolah, dan
masyarakat, mensosialisasikan program-program pendidikan ataupun
anggaran-anggaran pendidikan untuk peserta didik agar ada transparansi
dan masyarakat bisa melakukan evaluasi dengan semua progam itu dan
mengurangi penyalahgunaan wewenang. Jadi hubungan kerjasama
antara Dinas Pendidikan, sekolah, masyarakat harus tetap terjalin dan
berjalan bersama-sama demi mensukseskan tujuan pendidikan.
C. Temuan Studi
Dalam subbab ini peneliti menganalisis informasi yang berhasil
dikumpulkan di lapangan sesuai dengan perumusan masalah dan
selanjutnya dikaitkan dengan teori yang ada. Berdasarkan hasil penelitian
yang dihubungkan dengan kajian teori maka peneliti menemukan beberapa
hal yang penting yaitu sebagai berikut :
1. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dan hasil
wawancara maka penyebab terjadiya penyalahgunaan wewenang
dalam kasus Beasiswa Siswa Miskin (BSM) dan Buku Ajar oleh
pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta
didik antara lain adalah :
a. Karena pejabat atau pegawai Dinas Pendidikan tidak
mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok, melalaikan
tugasnya sebagai pelayan masyarakat dan merasa mendapatkan
kedudukan yang tinggi sehingga berbuat tidak sesuai nilai-nilai
kode etik sebagai pejabat publik, ini sesuai pendapat Syed Hussein
Ala
-
b. Kurangnya trasparansi dan akuntabilitas tentang program
pemenuhan hak peserta didik sehingga pengawasan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemerintah maupun masyarakat kurang dan akhirnya menimbulkan
kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan wewenang, ini
.
c. Karena masih ada pegawai di lingkungan Dinas Pendidikan bekerja
tidak sesuai denga keahliannya, sehingga hasil kerjanya juga
kurang maksimal, Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Sujamto
d. Adanya keluasaan kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin
untuk mengambil keputusan atau disebut diskresi, ini sesuai
pendapat Wijayanto (2009: 26) semakin besar diskresi maka
semakin besar pula peluang pemimpin untuk melakukan korupsi
2. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dan hasil
wawancara maka dampak terjadiya penyalahgunaan wewenang dalam
kasus Beasiswa Siswa Miskin (BSM) dan Buku Ajar oleh pejabat
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik
antara lain adalah :
a. Tujuan pendidikan tidak bisa terwujud karena hak peserta didik
tidak terpenuhi, karena tujuan pendidikan bisa dilihat berhasil atau
tidak jika dilihat prestasi para peserta didik, hal ini sesuai pendapat
Korupsi
mengancam pers
b. Bagi peserta didik yaitu kegiatan belajar mengajar dan prestasi
belajar akan terganggu karena hak atau fasilitas yang seharusnya
didapat tidak didapat atau tidak tepat sasaran.
c. Bagi peserta didik dan masyarakat mereka merasa kecewa karena
yang seharusnya didapatkan dalam proses pendidikan tetapi tidak
didapatkan.
d. Bagi masyarakat merasa lebih terbebani dan dirugikan karena yang
seharusnya didapat anaknya dala kegiatan belajar sekolah namun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tidak dipenuhi sehingga orang tua yang dirugikan, hal ini relevan
pendapat Muhammad Munadi dan Barnawi (2011: 146) bahwa
-orang
miskin, yang bila tanpa akses pendidikan tidak terpenuhi, mereka
hanya memiliki sedikit kesempatan untuk keluar dari
.
3. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian dan hasil
wawancara maka solusi mengatasi atau menanggulangi
penyalahgunaan wewenang dalam kasus Beasiswa Siswa Miskin
(BSM) dan Buku Ajar oleh pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten
Sukoharjo terhadap hak peserta didik antara lain adalah :
a. Sebagai pegawai lebih meningkatkan sistem kerja yang baik dan
bersih dalam usaha pelayanan publik, hal ini relevan pendapat
Pencegahan korupsi dengan
perbaikan sistem .
b. Menanamkan sikap-sikap kejujuran, nilai-nilai anti korupsi seperti
diadakan penataran pendidikan moral bagi para pegawai, hal ini
relevan pendapat Dyatmiko Soemodiharjo (2008: 31) bahwa
c. Memberikan kewenangan kepada pegawai sesuai keahlian, karena
jika bekerja tidak sesuai keahlian maka hasilnya juga kurang
maksimal;
d. Masyarakat dan sekolah juga ikut mendukung program-program
pendidikan yang akan dilaksanakan, hal ini sesuai dengan pendapat
perlu adanya kerjasama yang tidak bisa dipisahkan antara
pemerintah dan masyarakat sebagai
e. Pengawasan internal yaitu dari pemerintah daerah, DPRD,
masyarakat dan pengawasan eksternal dari BPK, BPKP tentang
penggunaan dana dan laporan-laporan dari Dinas Pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
supaya memperkecil kesempatan untuk korupsi dan tidak ada
laporan dan penggunaan dana yang fiktif, hal ini relevan pendapat
Menciptakan kemitraan antara
pemerintah dan masyarakat sipil (termasuk sektor swasta, profesi,
organisasi keagamaan)
f. Pemerintah dan aparat penegak hukum menindak tegas sesuai
peraturan perundang-undangan jika ada indikasi ada pegawai yang
melakukan penyalahgunaan wewenang (KKN) disalah satu
dinasnya terutama Dinas Pendidikan, Karena Dinas Pendidikan
mengurusi anak-anak yang tidak lain adalah para penerus bangsa,
hal ini relevan pendapat Jeremy Pope (2007: 22) bahwa
-undang anti korupsi yang
menyeluruh
g. Melalui komite sekolah untuk menjalin sistem kerjasama bidang
pendidikan antara pihak Dinas Pendidikan, sekolah, dan
masyarakat. Komite sekolah disini berfungsi untuk mengadakan
pertemuan antara Dinas Pendidikan, sekolah, dan masyarakat,
mensosialisasikan program-program pendidikan ataupun anggaran-
anggaran pendidikan untuk peserta didik agar ada transparansi dan
masyarakat bisa melakukan evaluasi dengan semua progam itu dan
mengurangi penyalahgunaan wewenang, , hal ini relevan pendapat
Dyatmiko Soemodiharjo (2008: 31)
pendidikan dan peningkatan kualitas penerapan kerjasama
pengawasan (sistem pengendalian managemen) didalam setiap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan pembahasan hasil penelitian sebagaimana
telah dikemukakan sebelumnya, maka kesimpulan penelitian yaitu :
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya penyalahgunaan wewenang pejabat
Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik
antara lain :
e. Mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok di atas
kepentingan umum, melalaikan tugasnya sebagai pelayan
masyarakat dan tidak menjujung tinggi nilai-nilai kejujuran.
f. Kurangnya trasparansi dan akuntabilitas tentang program
pemenuhan hak peserta didik sehingga pengawasan dari
pemerintah maupun masyarakat kurang dan akhirnya menimbulkan
kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan wewenang.
g. Adanya keluasaan kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin
untuk mengambil keputusan atau disebut diskresi, jadi semakin
besar diskresi maka semakin besar pula peluang pemimpin untuk
melakukan penyalahgunaan wewenang.
2. Dampak terjadiya penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas
Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik antara
lain adalah :
e. Menghambat terwujudnya tujuan pendidikan di Kabupaten
Sukoharjo, karena tujuan pendidikan berhasil atau tidak jika dilihat
prestasi peseta didik.
f. Menghambat kegiatan pembelajaran karena hak atau fasilitas yang
seharusnya didapat tidak didapat atau tidak tepat sasaran.
g. Beban orang tua bertambah berat karena yang seharusnya didapat
anaknya dalam kegiatan belajar sekolah namun tidak dipenuhi
sehingga orang tua yang dirugikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
h. Mengganggu proses pembelajaran di sekolah karena sekolah
berinteraksi langsung dengan peserta didik.
3. Solusi mengatasi dan menanggulangi penyalahgunaan wewenang
pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta
didik antara lain :
h. Menanamkan nilai-nilai kejujuran seperti diadakan penataran
pendidikan moral bagi para pegawai.
i. Pengawasan internal yaitu dari pemerintah daerah, DPRD,
masyarakat dan pengawasan eksternal dari BPK, BPKP tentang
penggunaan dana dan laporan-laporan dari Dinas Pendidikan
supaya memperkecil kesempatan untuk korupsi dan tidak ada
laporan dan penggunaan dana yang fiktif.
j. Pemerintah dan aparat penegak hukum menindak tegas sesuai
peraturan perundang-undangan jika ada indikasi ada pegawai yang
melakukan penyalahgunaan wewenang (KKN) disalah satu
dinasnya terutama Dinas Pendidikan.
k. Melalui komite sekolah untuk menjalin kerjasama antara pihak
Dinas Pendidikan, sekolah, dan masyarakat. Komite sekolah disini
berfungsi untuk mengadakan pertemuan antara Dinas Pendidikan,
sekolah, dan masyarakat, mensosialisasikan program-program
pendidikan ataupun anggaran-anggaran pendidikan untuk peserta
didik agar ada transparansi dan masyarakat bisa melakukan
evaluasi dengan semua progam itu dan mengurangi
penyalahgunaan wewenang.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dalam penelitian ini
mempunyai implikasi sebagai berikut :
1. Pegawai Dinas Pendidikan yang memiliki kewenangan dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya harus selalu mengamalkan
nilai-nilai kejujuran dan menggunakan prinsip akuntabilitas agar tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
terjadi penyalahgunaan wewenang khususnya dalam pemenuhan hak
peserta didik.
2. Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Pegawai Dinas
Pendidikan berdampak kurang puasnya peserta didik, masyarakat, dan
sekolah pelayanan Dinas Pendidikan, maka agar tujuan pendidikan
bisa terwujud perlunya memiliki pegawai yang selalu bertugas sesuai
kewenangannya.
3. Solusi setelah terjadinya penyalahgunaan wewenang terhadap hak
peserta didik yang paling utama yaitu berupa pelaksanaan prosedur
hukum yang berlaku, maka diperlukan kualitas aparat penegak hukum
yang benar-benar mampu menegakkan hukum tanpa pandang bulu,
terutama dalam kasus korupsi dan penyalahgunaan wewenang agar
menjadi shock therapy bagi pegawai yang bersangkutan atau pegawai
lainnya.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi penelitian tersebut di atas,
maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi masyarakat dan sekolah
a. Dalam pelaksanaan program pendidikan masyarakat (wali murid)
dan sekolah harus ikut mendukung dan mengawasi agar program
berjalan sesuai rencana dan tidak terjadi penyalahgunaan
wewenang.
b. Pihak sekolah lebih mengaktifkan program komite sekolah karena
lewat komite sekolah akan membentuk pola kerjasama antara
masyarakat dan sekolah.
2. Bagi Pegawai Dinas Pendidikan
a. Berusaha melakukan pelayanan pendidikan yang terbaik bagi
peserta didik dan masyarakat.
b. Bersikap jujur dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c. Memiliki data tentang laporan berjalannya program pendidikan
yang terperinci dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
3. Bagi Pemerintah Daerah dan Aparat Penegak Hukum
a. Pemerintah Daerah memberikan kewenangan kepada pegawai
dinas pendidikan sesuai dengan keahliaanya.
b. Pemerintah Daerah melakukan pengawasan yang lebih ketat
terhadap laporan-laporan penggunaan dana pendidikan.
c. Aparat penegak hukum harus menindak tegas sesuai peraturan
perundang-undangan kepada pegawai yang terindikasi melakukan
penyalahgunaan wewenang dan korupsi.
Recommended