View
213
Download
0
Category
Preview:
Citation preview
1
AUDINA THALIA
021511133066
TEORI ILMIAH
Menurut William R. Overton, ilmu memiliki teori ilmiah dengan
karakteristik :
1. Sesuai dengan hukum alam
2. Penjelasannya mengacu kepada hukum alam
3. Dapat diuji di dunia empiris
4. Kesimpulannya bersifat tentatif, dan
5. Dapat diverifikasi.
Apa yang dimaksud kriteria oleh Overton adalah bahwa klaim
penemu merupakan kalimat orisinil, yang harus memenuhi kelima
criteria diatas. Dalam perkembangannya, penemuan haruslah
mangandung 2 hal pokok, yaitu: (a) berkenaan keilmuan yaitu
hukum-hukum alam, penjelasan alami, jenis-jenis fenomena alam
(jika ada), dan (b) berkenaan dengan sikap dan pendekatan ilmuwan
terhadap teori ilmiah, apakah mereka percaya pada bukti-bukti kuat
yang ada, menjauhi pandangan-pandangan yang bersifat dogmatis
dan terbuka pada verifikasi suatu teori. Hal pokok pertama
merupakan representation dan yang kedua merupakan aspek reason
dalam pembahasan ilmu.
Induksi digunakan untuk menamai bentuk penalaran yang
berbeda dari ilmu-ilmu alam, seperti kimia, meteorology, dan geologi
dari subjek matematika, seperti aljabar, geometri dan teori.
Pengetahuan ilmiah dikembangkan dengan jalan yang berbeda
dengan matematika. Ilmu-ilmu alam tergantung dari data yang
diperoleh melalui observasi, sedangkan matematika dikembangkan
berdasarkan teori umum yang sudah ada.
2
Ilmu non-deduktif seringkali disebut juga sebagai induktif. Istilah
induktif dipergunakan sedikitnya untuk 2 hal yang berbeda. Dalam
arti yang sangat luas, induktif yang artinya non-dedutif. Dalam arti
sempit, induksi digunakan untuk menamai suatu argumen ilmiah
yang spesifik.
Beberapa bentuk pengetahuan dapat pula didapat dengan
pikiran murni dimana dengan menggunakan observasi dan
pengumpulan data. Teori ilmiah tidak dimiliki oleh pengetahuan non
ilmiah maupun ilmu semu. Para filsuf menggolongkan pengetahuan
ilmiah menjadi dua, yaitu pengetahuan a priori dan pengetahuan a
posteriori. Pengetahuan a priori merupakan pengetahuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pemikiran semata tanpa didasarkan
pada pengalaman (metode deduksi). sedangkan pengetahuan a
posteriori merupakan pengetahuan yang diperoleh melalui
pengalaman (metode induksi).
Apa yang dinyatakan oleh Overton, mangandung 2 hal pokok,
yaitu: pertama berkenaan subyek keilmuan yaitu: hukum-hukum
alam, penjelasan alami, jenis-jenis fenomena alam (jika ada), dan
kedua berkenaan dengan sikap dan pendekatan ilmuwan terhadap
teori ilmiah, apakah mereka percaya pada bukti-bukti kuat yang ada,
menjauhi pandangan-pandan yang bersifat dogmatis, dan terbuka
pada verifikasi suatu teori. Hal pokok pertama merupakan
representation dan yang kedua merupakan aspek reason dalam
pembahasan ilmu.
Hukum Alam
Hukum alam memberikan dasar etika dan moral bagi berlakunya
hukum positif, memberikan dasar pembenar bagi berlakunya kebebasan
manusia dalam kehidupan negara, memberikan ide dasar tentang
keadilan sebagai tujuan hukum, dasar bagi kontitusi beberapa negara
hukum alam terdiri dari dua bentuk yaitu hukum alam irrasional yaitu
3
hukum alam yang bersumber pada Tuhan dan hukum alam rasional yaitu
hukum alam yang bersumber pada rasio manusia.
Para penganut hukum alam memberi arti hukum yang berlaku
dengan menghubungkannya kepada metafisika. Hukum bukan hanya
merupakan fenomena empiris yang dapat diterangkan dengan postulat-
postulat tertentu, sebagaimana halnya dengan aturan tentang permainan.
Hukum mempunyai konotasi yang lebih jauh, yaitu berasal dari Tuhan
pencipta alam atau berasal secara a priori dari watak rasional manusia.
Jadi, aturan hukum jauh lebih bermakna dari sekedar aturan main.
Sedangkan Cicero (106-43 SM) memberikan pengertian :
a. Hukum (lex, ius) adalah alasan yang paling tinggi (higest
reason) yang berwatak memaksa yang memerintahkan apa yang
harus dilakukan dan melarang pelaksanaan sebaliknya
b. Hukum adalah alasan yang benar (right reason) yang berisikan
perintah dan larangan
c. Hukum tidak lain dari alasan yang benar yang berasal dari
perintah para dewa untuk melakukan hal yang baik dan melarang
melakukan yang sebaliknya.
Fungsi hukum alam menurut Friedman yaitu bahwa meskipun kini
tidak mungkin lagi menerima berlakunya hukum alam sebagai aturan,
tetapi dalam sejarahnya hukum alam telah memberikan sumbangan bagi
kehidupan hukum dewasa ini yaitu :
a. Hukum alam telah berfungsi sebagai instrumen utama di dalam
proses tranformasi hukum perdata Romawi kuno menjadi suatu
sistem yang lebih luas dan bersifat kosmopolitan
b. Hukum telah menjadi senjata yang digunakan oleh kedua pihak
dalam pertarungan antara pihak gereja dengan pihak kekaisaran
Jerman
c. Atas nama hukum alam, kevaliditasan dan hukum internasional
dapat ditegakkan
4
d. Prinsip-prinsip hukum alam telah menjadi senjata dari para
hakim Amerika ketika mereka membuat interpretasi terhadap
konstituasi mereka yaitu dengan menolak campur tangan negara
melalui perundang-undangan yang ditujukan untuk melakukan
pembatasan di bidang ekonomi.
e. Hukum alam telah menjadi tumpuan pada saat orang
melancarkan perjuangan bagi kebebasan individu berhadapan
dengan keabsolutan.
Pada abad ke-17, teori hukum sudah lebih mengedepankan rasio
sehingga hukum alam terpecah menjadi hukum alam yang berdasar
kepada rasio dan hukum alam yang berdasar kepada ajaran Tuhan.
Hukum alam dapat dibedakan atas :
Beberapa fenomena alami yang sering terjadi adalah:
a. Semua hukum positif merupakan usaha menuju pada hukum
yang adil
b. Hukum alam berusaha membuat suatu metode rasional yang
dapat digunakan untuk menentukan kebenaran yang relatif dari
hukum pada setiap situasi
c. Metode itu diharapkan menjadi pemandu jika hukum itu gagal
dalam ujian dan membawanya lebih dekat pada tujuannya
d. Hukum alam adalah suatu struktur yang demikian itu, maka
harus diabstraksikan tujuan-tujuan tersebut dari kehidupan yang
nyata. Kita harus menemukan asalnya dan bertanya pada diri kita
sendiri, apakah yang merupakan hal pokok yang harus dilakukan
untuk memahaminya sebagai suatu sistem tujuan-tujuan yang
harmonis dan teratur
e. Dengan bantuan analisis yang logis, kita akan menemukan
asas-asas penyusunan hukum (juridical organization) tertentu yang
mutlak sah, yang akan memandu dengan aman dalam memberikan
penilaian tentang tujuan yang manakah yang layak untuk
5
memperoleh pengakuan oleh hukum dan bagaimanakah tujuan itu
berhubungan satu sama lain secara hukum (jurally related).
6
Teori ilmiah tentang hukum alam bersifat Induktif
Pada umumnya hukum alam bersifat induksi karena kealaman dan
apostiori karena mendapatkan pengetahuan berdasarkan pengalaman.
Penalaran manusia dipergunakan untuk membedakan mana yang benar
dari yang salah dan hukum didasarkan pada konsep hak dan kewajiban
manusia.
Teori dan observasi sangat berhubungan erat. Terdapat pandangan
yang menyatakan bahwa observasi tergantung pada teori dan
ketergantungan kognitif dari observasi pada teori. Berdasarkan
ketergantungan kognitif observasi pada teori, pernyataan-pernyataan dari
hasil observasi dianggap benar jika didukung oleh kebenaran teoritis.
Sementara observasi akan menghasilkan hukum alam yang akan
dijadikan acuan dalam berkehidupan.
a. Hukum Alam Sebagai Metode (Berdasarkan Kebenaran
Pragmatis karena menghasilkan aturan yang baik dan dijadikan
metode untuk membuat aturan)
Yaitu usaha untuk menciptakan aturan-aturan yang mampu
untuk menghadapi keadaan yang berbeda-beda. Ia tidak
mengandung kaidah, tetapi ia hanya mengajarkan bagaimana
membuat aturan yang baik. Hukum alam sebagai metode merupakan
ciri hukum alam sebelum abad ke-17.
b. Hukum Alam Sebagai Substansi (Kebenaran koherensi karena
didapat dari beberapa asas yang bersifat absolut)
Merupakan hukum alam yang memuat kaidah-kaidah. Hukum
alam menciptakan sejumlah besar aturan-aturan yang dilahirkan dari
beberapa asas yang absolut sifatnya, yang lazim dikenal sebagai
hak asasi manusia. Hukum alam sebagai substansi merupakan ciri
hukum alam pada abad ketujuh belas dan kedelapan belas.
Pengetahuan dinyatakan benar dan dapat dipercaya jika didukung
oleh metode yang realiabel. Metode yang dipergunakan untuk
7
memperoleh ilmu adalah metode ilmiah. Metode ilmiah inilah yang
membedakan ilmu dengan pengetahuan non-ilmu. Metode ilmiah memiliki
beberapa karakteristik, yaitu: (a) membedakan ilmu satu dengan ilmu
lainnya dan memberikan cirri khas pada ilmu, (b) metode ilmiah
menjelaskan keberhasilan dan kemajuan ilmu, (c) penerapannya bersifat
umum, (d) dapat diterapkan pada suatu pola metode, tidak tergantung
pada imajinasi, intuisi, dst., serta (e) reliabilitasnya dapat diketahui a priori.
Recommended